Minggu, 29 Desember 2024

alkitab polemik 4

 


ab Injil adalah bahwa Yesus mati pada saat 

menjelang malam Paskah, ketika perjamuan Paskah akan disantap, sesudah  

matahari terbenam. Sebelum kita tuntaskan masalah ini, harap perhatikan 

bahwa Markus 14 telah menjelaskan bahwa Yesus tidak makan perjamuan 

Paskah bersama murid-murid-Nya. 

Lukas 14:12 menyebutkannya sebagai “Hari Raya Roti Tidak Beragi” yang 

disebutnya juga sebagai “Paskah”. Seperti namanya, hari raya ini 

diselenggarakan dengan memakan roti yang tidak beragi. Ini adalah 

perintah yang ditaati orang-orang Yahudi bahkan taat sampai saat ini untuk 

perjamuan Paskah,  sebab  Tuhan memerintahkannya dengan amat jelas, 

“Dalam bulan pertama, pada hari yang ke 14 pada waktu petang…kamu 

makanlah roti yang tidak beragi, sampai pada hari yang ke-21 bulan itu, 

pada waktu petang.” (Baca Keluaran 12:1-20). 

Kata Yunani untuk “roti tak beragi” adalah “azymos”. Kata inilah yang 

digunakan oleh Markus dalam “Hari Raya Roti Tidak Beragi” pasal 14:12, 

sedangkan kata Yunani untuk roti biasa (beragi) adalah “artos”. Seluruh 

penulis kitab Injil termasuk Markus, menulis yang sama, bahwa saat itu 

merupakan perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya memakan 

artos (roti biasa beragi). “Dan ketika Yesus dan murid-muridNya sedang 

makan, Yesus mengambil roti (artos), mengucap berkat, memecah-

mecahkannya lalu memberi nya kepada mereka dan berkata: “Ambillah, 

inilah tubuh-Ku.” (Markus 14:22). Oleh  sebab  itu, perjamuan makan pada 

malam itu walaupun sebuah perjamuan Paskah namun itu bukan 

perjamuan Paskah dengan Roti Tidak Beragi sebab itu hanya dapat dimulai 

pada waktu petang tanggal 14 saat Yesus ada di kayu salib. 

Hal ini  ditunjukkan dengan adanya penggunaan kata yang berbeda 

pada pasal yang sama.  sebab  untuk Paskah tidak mungkin mereka akan 

memakan sesuatu yang telah dilarang oleh Tuhan (yaitu roti beragi – artos) 

dan tidak memakan sesuatu yang diperintahkan untuk dimakan (yaitu roti 

tidak beragi – azymos). 

Jikalau begitu, lalu apa maksud Markus 14 dalam ayat 12-17? 

Pertama, kita baca, “ada tradisi pada waktu itu untuk menyembelih domba 

Paskah.” Perjamuan Paskah hanya dilaksanakan pada hari ke-14 pada 

bulan Nisan. Tetapi ternyata ada perbedaan pendapat dalam hal 

menentukan hari itu,  sebab  mereka menggunakan sistem kalender yang 

berbeda untuk menghitung hari-hari raya. Tampaknya perbedaan tradisi ini 

terus berlanjut sampai pada masa kehidupan Yesus. Jadi memang sebagian 

orang sudah bisa mulai menjalankan tradisi mereka dengan mengorbankan 

domba Paskah pada hari itu, sementara sebagian orang lainnya 

menganggap bahwa Paskah baru akan dirayakan esok malamnya. 

Perbedaan kebiasaan ini disebabkan  sebab  hari Yahudi dimulai pada jam 

6.00 petang sedangkan hari Romawi mulai pada jam 12.00 tengah malam. 

Kedua, murid-murid-Nya bertanya kepada Yesus, “Ke tempat mana Engkau 

kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” 

Mereka tidak menyangka bahwa malam itu Yesus akan segera 

menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus dosa dunia sama seperti domba 

Paskah dalam Keluaran 12 yang dikorbankan untuk menyelamatkan orang 

Israel dari murka Tuhan terhadap orang Mesir. Yesus sesungguhnya telah 

menjelaskan kepada mereka, tetapi mereka tidak dapat memahami 

pengorbanan ini  sebab  berbagai alasan, termasuk ketika Yesus dielu-

elukan oleh orang-orang Israel sebagai Mesias (Raja Penyelamat, bukan 

korban), yang masih terus „bergema di telinga mereka‟. Dia tidak 

menyatakan bahwa Ia akan makan perjamuan Paskah bersama-sama 

dengan mereka. Yesus sangat ingin, tetapi Ia tahu hari-Nya tidak sampai 

untuk melakukannya. Tidak ada peluang bagi satu dogma pun yang dapat 

menyatakan bahwa perjamuan Paskah harus dimakan pada hari yang sama 

ketika ruang perjamuan ini  dipinjam dan disiapkan. Tetapi yang pasti, 

orang-orang Yahudi,  sebab  telah diatur dalam Keluaran 12, 

mempersiapkan rumah mereka untuk Hari Raya Roti Tidak Beragi. 

Ketiga, dalam beberapa cara, Kitab Injil menceritakan tentang Perjamuan 

Makan Malam Terakhir, dalam bentuk penggenapan karya Yesus, seperti 

misalnya Lukas 22 yang menuliskan kerinduan Yesus untuk makan 

perjamuan Paskah “ini” bersama dengan murid-murid-Nya. Lalu apakah 

Lukas mengatakan bahwa saat itu adalah Perjamuan Paskah? Tidak bukan? 

Mengapa? Antara lain  sebab  penggunaan yang sama untuk kata artos dan 

azymos. Yesus memang menjadikan makan malam terakhir ini sebagai 

sejenis santapan Paskah (tidak dalam artian sebenarnya melainkan 

simboliknya)  sebab  Ia hendak bersekutu secara khusus dengan murid-

murid-Nya, menyadari akhirnya Ia harus masuk ke dalam penderitaan 

beberapa jam sesudah  itu. 

Ia juga ingin menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa Paskah itu 

berbicara tentang diri-Nya, yaitu bahwa Ia adalah korban yang memberi  

Perjanjian Baru yang telah Tuhan janjikan (lihat pertanyaan nomor 63 dan 

34) seperti domba yang disembelih 1.500 tahun lalu untuk menyelamatkan 

orang-orang Israel dari murka Tuhan. Dalam perjamuan ini , Yesus 

menggambarkan diri-Nya sebagai “Anak Domba Tuhan yang menghapus 

dosa dunia” seperti yang dikatakan Yohanes Pembaptis tentang diri-Nya 

(Yohanes 1:29). Ia ingin menyantap makanan ini  bersama mereka 

 sebab  Ia mengatakan, “Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia 

beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Tuhan” (Lukas 22:16). Dan 

kegenapan itu adalah kematian-Nya, “Sebab anak domba Paskah kita juga 

telah disembelih, yaitu Kristus.” (1 Korintus 5:7). 

Jika pengertian di atas benar (satu dari dua penjelasan di atas diperoleh 

dari penelitian saya sendiri), maka tidak ada pertentangan dalam hal ini. 

Yesus mati sebelum hari raya Paskah. 

 

70. Apakah Yesus berdoa kepada Bapa-Nya supaya diselamatkan dari 

penyaliban (Matius 26:39; Markus 14:36; Lukas 22:42) atau tidak 

berdoa untuk itu? (Yohanes 12:27) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Pertentangan semu mempertanyakan, “Apakah 

Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar mencegah 

diri-Nya dari penyaliban?” seperti yang 

diperlihatkan Matius 26:39; Markus 14:36 dan 

Lukas 22:42; sementara Yohanes 12:27 

mengesankan Yesus tidak berdoa seperti itu 

kepada Bapa-Nya? 

Usaha mempertentangkan cerita di atas 

tampaknya sia-sia saja. Matius 26:39, Markus 

14:36 dan Lukas 22:42 menceritakan kisah yang 

sama yang terjadi di Taman Getsmani sebelum Yesus ditahan. Dalam 

seluruh cerita ini tidak ada satu katapun yang menyatakan bahwa Yesus 

meminta agar penyaliban itu dicegah, melainkan untuk mengekspresikan 

kengerian-nya atas sakit dan penderitaan yang akan Ia alami pada saat Ia 

diadili, dianiaya, dipukul, dicambuk, sendirian ditinggalkan orang lain dan 

bahkan pengalaman yang paling menakutkan, yaitu keterpisahan-Nya 

dengan Tuhan kelak di kayu salib, hingga kepada pengalaman penyaliban 

itu sendiri beberapa jam dari sekarang ini. tetapi, yang terpenting dalam 

kondisi seperti itu, Yesus tetap meminta kehendak Bapa-Nya untuk 

diwujudkan,  sebab  menyadari bahwa inilah klimaksnya yang Ia akan 

disalibkan, mati dan dibangkitkan untuk menebus dosa seluruh umat 

manusia di dunia. 

Yohanes 12:27 menulis hal ini dari situasi yang berbeda, sebelum saat dan 

kejadian ini  di atas berlangsung. Dikatakan bahwa Yesus berbicara 

kepada orang banyak pada Perayaan Paskah di Bait Tuhan di Yerusalem 

(bahkan sebelum pertemuan Yesus dengan kedua belas murid-murid-Nya 

di ruang atas). Dalam kesempatan ini Yesus mengatakan sesuatu yang 

hampir serupa dengan kalimat diatas, yaitu bukan meminta agar 

penyaliban dicegah: “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan 

Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? tidak, sebab untuk 

itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa muliakanlah nama-Mu!” 

Kembali disini diberitahukan perasaan-Nya yang sedang terganggu, bukan 

pernyataan yang menunjukkan bahwa Yesus hendak meminta pembatalan 

peristiwa penyaliban. 


71. Apakah Yesus tiga kali bolak-balik untuk berdoa (Matius 26:36-46; 

Markus 14:32-42) atau satu kali (Lukas 22:39-46) dari tempat murid-

murid-Nya? 

(Kategori: ayat diartikan dengan pemikiran sempit) 

Shabbir menanyakan berapa kali Yesus meninggalkan murid-muridNya 

untuk berdoa sendirian di Taman Getsmani pada malam Ia ditangkap. 

Matius 26:36-46 dan Markus 14:32-42 menggambarkan hanya satu kali. 

Tetapi sekali lagi, sesungguhnya tidak ada kontradiksi dalam pertanyaan 

diatas jika Anda menyadari bahwa ketiga kalimat di atas saling melengkapi 

ketika dilaporkan oleh tiga orang yang berbeda dengan gaya dan fokus 

yang berbeda. 

Perhatikan bahwa Lukas sama sekali tidak menyebutkan bahwa Yesus tidak 

meninggalkan murid-muridNya tiga kali dan berdoa. Meskipun tidak 

menyebut tiga kali, bukan berarti Yesus tidak melakukan hal ini . 

Lukas jelas tidak menganggap keadaan ini  relevan untuk kitabnya. 

72. Ketika Yesus berdoa untuk kedua kalinya, apakah kata-kata-Nya 

tetap sama (Markus 14:39) atau berbeda? (Matius 26:42) 

(Kategori: memaksakan pengertian sendiri) 

Kontradiksi semu di atas membandingkan Matius 26:36-46 dengan Markus 

14:32-42, khususnya ayat 42 dan 39, yang sebenarnya tidak ada  

sedikitpun pertentangan. Shabbir mempertanyakan: “Apa yang disebutkan 

dalam doa Yesus yang kedua kali?” di taman Getsmasni. 

Shabbir memegang teguh perkataan Markus bahwa “kata-kata dalam 

doanya yang kedua sama seperti yang pertama” (Markus 14:39). Tetapi 

mari kita lihat bersama apa yang dikatakan Markus tentang doa kedua ini 

dalam Markus 14:39: “Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu 

juga” 

Tidak satupun dalam ayat ini menyebutkan bahwa Yesus menyebutkan 

kata-kata yang sama persis dalam doanya seperti doa sebelumnya, tetapi 

maksud Markus mengatakan “mengucapkan doa yang itu juga” adalah 

dalam arti inti doa seperti yang disebutkan dalam Matius. (Bila bukan inti 

doa yang dimaksudkan, tentu doa Yesus ini amat singkat dan tidak akan 

mengambil waktu satu jam, ayat 40). Jika kita bandingkan kedua doa yang 

dinaikkan oleh Yesus di taman Getsmani dalam kitab Matius (ayat 39 dan 

42) dapat kita lihat bahwa pada dasarnya maksud kedua doa ini sama, 

walaupun tidak menggunakan kata-kata yang sama. Di ayat 44, Matius 

mengatakan bahwa Kristus “berdoa untuk yang ketiga kalinya dan 

mengucapkan doa yang itu juga.” Jadi jiia menurut Shabbir dua doa yang 

pertama berbeda, lalu doa Yesus yang ketiga sama dengan doa yang 

mana? 

Tampaknya Shabbir hanya memahami doa Yesus dari kata-kata hurufiah 

ala formula doa Islam yang sebenarnya tidak demikian dilakukan Yesus. 

Mungkin anda berpikir bahwa doa di atas merupakan bentuk doa tetap 

yang diulang-ulang setiap hari, seperti yang dilakukan oleh umat Islam. 

Tetapi sebenarnya doa ini adalah doa curahan dari hati yang “dijeritkan” 

oleh Yesus  sebab  tekanan dan situasi yang amat pekat yang dihadapi-Nya. 

Suasana doa semacam itu dicetuskan dalam ikatan kasih yang 

mengalahkan bentuk-bentuk ikatan aksara yang hurufiah yang diharuskan 

sama oleh Shabbir. 

73. Apakah kepada pasukan mengatakan bahwa Yesus adalah orang 

benar (Lukas 23:47) atau Yesus adalah Anak Tuhan? (Markus 15:39) 

(Kategori: ayat diartikan secara sempit) 

Pertanyaan di atas berkaitan dengan pernyataan yang diajukan oleh kepala 

pasukan pada saat Yesus mati di kayu salib, didasarkan pada dua ayat 

dalam Markus 15:39 dan Lukas 23:47. Tetapi seperti yang sebelum-

sebelumnya, kedua ayat di atas bukan merupakan pertentangan melainkan 

pernyataan yang saling melengkapi. 

Matius 27:54 dan Markus 15:39 sama-sama setuju bahwa kepala pasukan 

menyatakan Yesus adalah “Anak Tuhan!” Tetapi Lukas 23:47 menyebutkan 

bahwa kepala pasukan itu mengatakan Yesus adalah “orang benar”. 

Apakah teramat sulit dipercaya jika kepala pasukan itu mengatakan kedua-

duanya? (Bahkan ada lagi ucapannya yang tidak dicatat  sebab  dianggap 

kurang relevan atau signifikan). Pola ini  sering terjadi pada 

penyaksian Injil,  sebab  tidak satupun kitab Injil menyatakan bahwa 

ucapan kepala pasukan pada salah satu ayat di atas merupakan 

keseluruhan ucapannya. Oleh  sebab  itu jangan berpikiran sempit atas apa 

yang dikatakan oleh kepala pasukan terhadap Yesus. 

Matius dan Markus lebih tertarik menuliskan pernyataan sang kepala 

pasukan tentang keTuhanan Yesus, di sisi lain Lukas lebih meniliknya dari 

segi kemanusiaan Yesus, sebagai salah satu tema pokok dalam kitabnya. 

 sebab  itulah, ia menangkap pernyataan kepala pasukan seperti yang 

tertulis dalam kitabnya. 


74. Apakah Yesus mengatakan “TuhanKu, TuhanKu mengapa Engkau 

meninggalkan Aku?” dalam bahasa Ibrani (Matius 27:46) atau dalam 

bahasa Aram? (Markus 15:34) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Pertanyaan apakah Yesus berbicara dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram 

di atas kayu salib dapat dijawab. Sedangkan alasan mengapa Matius dan 

Markus mencatat dalam dialek yang berbeda mungkin  sebab  sesudah  

peristiwa itu terjadi, cara membicarakan peristiwa itu adalah dalam bahasa 

Aram, dan mungkin juga disebabkan oleh para penerima Injil itu sendiri. 

Tetapi, semua itu bukan masalah yang valid bagi Alkitab. 

Sebagian orang memperkirakan Markus 15:34 menggunakan bahasa Aram 

dalam Perjanjian Baru, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani.” Tetapi sebagian 

lainnya meragukan Yesus berbicara dalam bahasa Aram,  sebab  orang-

orang di sekitar situ mendengar Yesus memanggil Elia (Matius 27:47 dan 

Markus 15:35-36). Dengan penjelasan semacam ini orang akan 

mengatakan bahwa Yesus berteriak, “Eli, Eli” dan bukan “Eloi, Eloi” 

Mengapa?  sebab  dalam bahasa Ibrani, Eli dapat berarti “Tuhanku”, 

ataupun kependekan dari Eliyahu, yaitu Elia. Tetapi dalam bahasa Aram, 

Eloi hanya dapat berarti “Tuhanku”, sehingga tidak mungkin dikelirukan 

dengan nama nabi Elia. 

Perlu diperhatikan bahwa kata “lama” (mengapa) sama-sama dipakai 

dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram dan sabakh merupakan kata kerja 

yang ada  bukan saja dalam bahasa Aram tetapi juga Kitab Mishnah 

berbahasa Ibrani. 

Tampaknya Yesus berbicara dalam bahasa Ibrani, lalu mengapa tercatat 

juga kata-kata-Nya dalam bahasa Aram? Perlu diketahui bahwa Yesus 

tinggal dalam kelompok masyarakat multi-bahasa. Ia amat mungkin dapat 

berbicara bahasa Yunani (bahasa yang digunakan orang Yunani dan Roma), 

bahasa Aram (digunakan oleh masyarakat Timur Dekat) dan bahasa Ibrani, 

bahasa pengajaran dalam agama Yahudi, yang telah dihidupkan dalam 

bentuk Mishnah Ibrani yang ditulis pada masa-masa pembangunan Bait 

Tuhan kedua kalinya. Bahasa Ibrani dan Aram sama-sama berasal dari 

bahasa Semit, dan sama-sama muncul dalam kitab Injil, jadi hal ini  di 

atas tidaklah mengherankan. Tidak menjadi masalah bagi orang Kristen 

jika salah satu penulis kitab Injil menggunakan bahasa Ibrani sedangkan 

yang lainnya menggunakan bahasa Aram yang amat mirip dengan bahasa 

Ibrani itu. Alasan perbedaan penggunaan kedua bahasa itu mungkin 

disebabkan  sebab  ketika mereka mengingat dan mendiskusikan kisah 

tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, mereka 

mempercakapkannya dalam bahasa Aram.  Alasan di atas hanyalah 

kemungkinan, kendati demikian pertanyaan Shabbir ini tetap tidak menjadi 

masalah, kecuali Markus menuliskannya dalam bahasa Arab! 


75. Apakah ucapan Yesus yang terakhir adalah, “Ya Bapa, ke dalam 

tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Lukas 23:46) atau “Sudah 

selesai”? (Yohanes 19:30) 

(Kategori: ayat-ayat diartikan secara sempit) 

“Apa ucapan Yesus yang terakhir sebelum Ia mati?” itulah inti pertanyaan 

Shabbir untuk menggiring kepada pertentangan di atas. Namun pertanyaan 

di atas tidak menunjukkan pertentangan melainkan hanyalah pernyataan 

yang berbeda dari dua pihak penyaksi pada saat kejadian, tergantung 

dimana posisi mereka menggambarkan kejadian ini dari perspektif yang 

berbeda. Lukas bukanlah saksi mata langsung dalam peristiwa ini, jadi ia 

mencatat kata-kata penyaksi yang ada di sana pada saat itu. Sedangkan 

Yohanes adalah saksi mata peristiwa itu. Apa yang mereka berdua tuliskan 

adalah moment-moment yang terakhir dari Yesus sebelum wafatNya. 

Dalam keseluruhan ke 4 Kitab Injil, ada tercantum 7 tahapan perkataan 

yang diucapkan Yesus selama Ia tergantung di kayu salib, yang diistilahkan 

dengan “7 perkataan salib”. Tampak dari narasi penulisan maupun topiknya 

bahwa 5 perkataan salib yang pertama diucapkan Yesus dalam jeda waktu 

yang berbeda! (1) “Ampunilah mereka”, (2) “Engkau bersama Aku di 

Firdaus”, (3) “Inilah anakmu!... Inilah ibumu”, (4) “Mengapa Engkau 

meninggalkan Aku”, (5) “Aku haus”, (6) “Sudah selesai”, (7) “Kuserahkan 

nyawaKu”. 

Namun perkataan salib yang ke-6 dan ke-7 adalah ucapan yang dicatat 

sebagai perkataan-perkataan yang paling akhir sesaat sebelum Yesus 

menyerahkan nyawa-Nya. 

Jika Yesus mengatakan „sudah selesai‟ kemudian disusul „Ya Bapa, ke 

dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku‟, ataupun sebaliknya, maka 

sebenarnya kedua perkataan salib yang terakhir ini justru merupakan 

sebuah induk kalimat dengan diikuti anak kalimatnya. Dan pencatatan 

terhadap salah satu dari klausa kalimat itu (yang mana saja!) tetap akan 

terhisap sebagai ucapan Yesus yang terakhir. 

Dapat dikatakan, Lukas menuliskan kata terakhir Yesus yang ia anggap 

penting bagi kitabnya yang memang lebih menitikberatkan pada 

kemanusiaan Kristus yang menyerahkan nyawa-nya kepada Bapa 

(perhatikan pertanyaan sebelumnya). Disisi lain, Yohanes mengutip ucapan 

terakhir Yesus dengan melihat kepada penggenapan nubuat yang dilakukan 

Yesus, sehingga ia menuliskannya dengan “sudah selesai”. Dengan 

pemahaman ini, tidak ada pertentangan dalam ayat-ayat ini melainkan 

hanya perbedaan penekanan saja. 

76. Apakah kepala perwira di Kapernaum datang sendiri kepada Yesus 

dan meminta-Nya untuk menyembuhkan hambanya (Matius 8:5) atau 

ia mengirimkan beberapa orang tua-tua Yahudi dan teman-temannya 

menghadap Yesus? (Lukas 7:3-6) 

(Kategori: ayat diartikan secara sempit dan salah memahami maksud 

penulis) 

Keadaan di atas bukan sebuah pertentangan melainkan lebih merupakan 

kesalahpahaman terhadap isi cerita dan maksud penulis. Kepala perwira 

pada awalnya mengirimkan pesan kepada Yesus melalui orang tua-tua 

Yahudi. Dan tentu tidak menutup kemungkinan bahwa ia juga datang 

kepada Yesus sesudah  terjalin kontak dengan Yesus (dihubungi orang tua-

tua Yahudi). Matius menyebutkan kepala perwira yang menghadap,  sebab  

memang dia yang punya urusan (yang membutuhkan). Dari cerita-cerita 

lainnya kita tahu baha perbuatan seseorang yang disuruhkan untuk 

dikerjakan kepada orang lain adalah sebenarnya dilakukan melalui dirinya. 

Contoh paling jelas dapat kita lihat dari baptisan yang dilakukan oleh 

murid-murid Yesus tetapi Alkitab mengistilahkan bahwa Yesuslah yang 

membaptis (Yohanes 4:1-2). 

77. Apakah Adam mati pada saat ia memakan buah (buah pengetahuan 

yang baik dan yang jahat, Kejadian 2:17), atau ia hidup sampai 

berusia 930 tahun? (Kejadian 5:5) 

(Kategori: salah memahami cara kerja Tuhan dalam sejarah) 

Kitab Suci menggambarkan kematian dalam tiga bentuk, yaitu: 1) mati 

secara fisik, yang ditandai dengan berakhirnya kehidupan di bumi; 2) mati 

secara roh, yang ditandai dengan terputusnya hubungan dengan Tuhan; 

dan 3) kematian kekal, yaitu di dalam neraka. Mati yang dibicarakan dalam 

Kejadian 2:17 adalah kematian nomor dua yaitu terpisah dari Tuhan, 

sedangkan kematian yang disebutkan dalam Kejadian 5:5 adalah kematian 

yang pertama, yaitu mati secara fisik yang diakhiri dengan berakhirnya 

kehidupan di dunia ini. 

Seperti kekeliruan kebanyakan para Muslim, Shabbir pun melihat hal di 

atas sebagai kontradiksi  sebab  ia tidak memahami pengertian maut secara 

rohani yang artinya terpisah total dari Tuhan,  sebab  dia tidak melihat 

bahwa Adam memiliki hubungan langsung dengan Tuhan yang dimulai 

sejak pertama kali tinggal di Taman Eden. Padahal, pemisahan rohani 

(yaitu kematian rohani) jelas-jelas ditunjukkan dalam Kejadian pasal 3 

ketika Adam diusir keluar dari Taman Eden dan jauh dari hadirat Tuhan. 

Ironisnya, peristiwa diusirnya Adam dari Taman Eden juga ada  dalam 

Al Qur‟an (Sura 2:36). Keduanya diusir keluar tanpa alasan, sebab (seperti 

yang diyakini oleh umat Islam) Adam telah diampuni dosanya. Bila tidak 

berdosa, tentulah mereka tidak akan kehilangan Firdaus, suatu tempat 

yang memang diciptakan Tuhan tadinya bagi ciptaan-Nya semula. Ini 

merupakan contoh bagaimana Al Qur‟an meminjam cerita dari kitab 

sebelumnya tanpa pemahaman sebenarnya atau signifikansinya, sehingga 

terciptalah asumsi sendiri yang melatari kontradiksi di atas. 

(Untuk lebih memahami pengertian dan signifikansi tentang kematian 

rohani dan bagaimana hal ini  telah menimbulkan perselisihan hampir 

di semua front di antara umat Kristen dan Islam, baca artikel yang berjudul 

“The Humaneutical Key” oleh Jay Smith) 

78. Apakah Tuhan menetapkan usia manusia hanya sampai 120 tahun 

saja (Kejadian 6:3) atau lebih? (Kejadian 11:12-16) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Dalam Kejadian 6:3 kita baca: 

“Berfirmanlah Tuhan: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam 

manusia  sebab  manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus 

dua puluh tahun saja.” 

Shabbir menganggap pernyataan ini bertentangan dengan usia orang-

orang yang pada waktu itu yang mencapai usia lebih dari 120 tahun seperti 

yang disebutkan dalam Kejadian 11:12-16. Saya yakin hal ini terjadi 

 sebab  Shabbir salah membaca atau salah memahami ayat bacaan di atas. 

Seratus dua puluh tahun usia yang disebutkan Tuhan dalam Kejadian 6:3 

tidak mungkin berbicara mengenai batas usia manusia sementara orang-

orang yang lebih tua umurnya disebutkan dalam kitab Kejadian (malahan 

dalam pasal-pasal yang berdekatan, termasuk Nuh sendiri). Angka itu lebih 

ditujukan untuk jangka waktu yang diberikan oleh Tuhan selama 120 tahun 

sebelum air bah betul-betul didatangkan. Itulah jangka waktu peringatan 

kepada Nuh, seperti yang kita baca dalam 1 Petrus 3:20: “Tuhan tetap 

menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya.” 

Dengan demikian ayat dalam Kejadian 6:3 akan selaras dengan yang 

ada  dalam Kejadian 11. 

(Geisler/Howe 1992:41) 

79. Selain Yesus apakah tidak ada orang lain yang telah naik ke surga 

(Yohanes 3:13) atau ada? (2 Raja-raja 2:11) 

(Kategori: salah memahami ayat) 

Memang ada beberapa orang yang telah naik ke surga tanpa harus mati 

seperti misalnya Elia dan Henokh (Kejadian 5:24). Dalam Yohanes 3:13 

pengetahuan yang superior dari Yesus, tentang hal-hal surgawi sedang 

ditonjolkan. Yesus sedang mengatakan “Tidak ada orang lain yang 

pertama-tama dapat berbicara mengenai hal ini seperti Aku,  sebab  Aku 

telah turun dari surga.” Ia menyatakan tidak seorangpun yang pernah naik 

ke surga dan membawa pesan itu ke bawah seperti yang Ia bawa. Ia tidak 

menyangkal bahwa ada orang lain yang juga naik ke surga seperti Elia dan 

Henokh, tetapi Yesus lebih menekankan bahwa tidak ada orang di bumi ini 

yang telah ke surga dan balik, dengan membawa pesan seperti yang 

disampaikan-Nya. 

80. Apakah Abyatar (Markus 2:26) atau Ahimelekh (1 Samuel 21:1; 

22:20) yang menjadi imam besar ketika Daud masuk ke dalam Bait 

Tuhan dan memakan roti persembahan untuk Tuhan? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani dan konteks 

historis) 

Yesus mengatakan bahwa peristiwa di atas terjadi pada hari-hari Abyatar 

menjabat sebagai imam besar, padahal jika kita baca dalam 1 Samuel, 

bukan Abyatar yang menjabat sebagai imam besar pada saat itu, 

melainkan ayahnya, Ahimelekh 

Bandingkan dengan gaya bahasa Ibrani yang berbunyi, “…ketika Raja Daud 

menjadi gembala…” bukankah ini tidak dianggap sebagai kesalahan, 

walaupun Daud belum menjadi raja pada saat itu? Maka sama halnya 

dengan Abyatar, yang segera menjadi imam besar, dan itulah dia yang 

paling diingat orang dengan gelarnya. Lagipula peristiwa itu benar-benar 

terjadi “pada hari-hari Abyatar”, sebab ia benar hidup dan hadir dalam 

peristiwa itu. Kita tahu mengenai hal itu dari 1 Samuel 22:20, ketika 

Abyatar melarikan diri dari kejaran orang-orang Saul  sebab  seluruh 

keluarga ayahnya dan kota mereka telah dihancurkan. Dengan demikian, 

pernyataan Yesus ini dapat diterima. 


81. Apakah tubuh Yesus dirempahi menurut tradisi orang Yahudi 

sebelum Ia dikuburkan (Yohanes 19:39-40) atau para perempuan 

datang merempah-rempahinya sesudah  Yesus dikuburkan? (Markus 

16:1) 

(Kategori: ayat diartikan sempit) 

Yohanes 19:39-40 menyebutkan bahwa Yusuf dan Nikodemus datang 

merempahi tubuh Yesus dengan 50 kati minyak mur dan mengkafani-Nya 

dengan kain lenan. Kita juga tahu dari penulis kitab Injil sinoptik bahwa 

sesudah  dirempah-rempahi, tubuh Yesus ditaruh di dalam sebuah kubur 

batu yang besar. Meskipun kitab sinoptik tidak menyebutkan tentang 

merempahi tubuh Yesus pada saat dikuburkan bukan berarti tubuh Yesus 

tidak dirempah-rempahi. Tidak ada pertentangan dalam cerita ini. 

Yesus mati sekitar jam 3 sore (Markus 15:34-37). Yusuf dan Nikodemus 

harus mempersiapkan proses penguburan secara cepat sebelum hari Sabat 

mulai, mulai dari menghadap Pilatus untuk minta izin penguburan,, 

menurunkan jenazah Yesus, membeli kain lenan dan rempah-rempah, dan 

perempahan, pengkafanan hingga kepada persiapan masuk ke kubur batu. 

Dan para wanita tahu semua proses pemakaman yang dilakukan terhadap 

Yesus (Matius 27:61). Anda tentu tidak berpikir bahwa Yusuf dan 

Nikodemus hanya membungkus tubuh Yesus lalu menguburkannya di 

dalam bukit batu. 

Jikalau Markus 16:1 diartikan bahwa para wanita datang dengan maksud 

untuk melakukan keseluruhan proses pemakaman, maka mereka juga 

seharusnya juga akan mengkafani-Nya kembali dengan kain lenan, 

walaupun ini tidak disebutkan. Mereka bukan datang untuk pemakaman. 

Jadi lebih benar mengartikan mereka memberi  rempah-rempah 

tambahan atas tubuh Yesus sesudah  Yusuf dan Nikodemus sebagai bentuk 

penghormatan terakhir kepada guru mereka. 

82. Apakah para perempuan membeli rempah-rempah sesudah  hari 

Sabat (Markus 16:1) atau sebelum hari Sabat? (Lukas 23:55 – 24:1) 

(Kategori: ayat diartikan secara sempit) 

Dalam beberapa kisah detail tentang kebangkitan Yesus di dalam Injil, 

terungkap bahwa ada dua kelompok perempuan dalam perjalanan menuju 

kubur batu dan berharap akan saling bertemu di sana. Perhatikan 

pertanyaan nomor 86 untuk lebih jelasnya mengenai dua kelompok ini. 

Jelaslah bahwa Maria Magdalena dan kelompoknya membeli rempah-

rempah sesudah  hari Sabat, seperti yang tertulis dalam Markus 16:1. 

Sedangkan Yohana dan teman-temannya membeli rempah-rempah 

sebelum hari Sabat seperti yang disebutkan dalam Lukas 23:56. Hanya 

Lukas yang menceritakan tentang Yohana dan kelompoknya, menandakan 

Lukas hendak menekankan peran penting Yohana dan teman-temannya 

dalam kisah kebangkitan Yesus. 

83. Apakah perempuan-perempuan mendatangi kubur Yesus 

„menjelang fajar menyingsing‟ (Matius 28:1) atau „sesudah  matahari 

terbit‟ (Markus 16:2) 

(Kategori: ayat diartikan dengan pikiran sempit) 

Untuk meniadakan salah paham yang tidak perlu seperti di atas mari kita 

perhatikan sejenak terhadap empat ayat di bawah ini: 

    Matius 28:1; „menjelang menyingsingnya fajar…pergilah mereka 

menengok kubur itu‟ 

    Markus 16:2; „dan pagi-pagi benar…sesudah  matahari terbit (just 

after sunrise)…pergilah mereka ke kubur (on their way to the tomb)‟ 

    Lukas 24:1; „tetapi pagi-pagi benar…mereka pergi ke kubur‟ 

    Yohanes 20:1; pagi-pagi benar ketika hari masih gelap…pergilah 

Maria Magdalena ke kubur itu‟ 

Dari keempat ayat di atas kita mudah menemukan jawaban mengenai hal 

ini. dari kitab Lukas kita mengerti bahwa pagi-pagi sekali mereka 

berangkat pergi ke kubur. Dari kitab Matius kita lihat bahwa matahari 

sedang siap menyingsing ketika mereka berangkat pergi. Yohanes 

menjelaskan kepergian perempuan-perempuan ketika matahari belum 

benar-benar terbit, melainkan keadaan masih gelap menjelang pagi. Dan 

Markus menyatakan bahwa matahari terbit ketika mereka sedang pergi 

dalam perjalanan. Tentu waktu terus bergulir seiring dengan terbitnya 

matahari selama perjalanan perempuan-perempuan itu keluar dari 

Yerusalem. 

84. Apakah para perempuan yang pergi ke kubur hendak meminyaki 

tubuh Yesus dengan rempah-rempah (Markus 16:1; Lukas 23:55 – 

24:1), atau untuk melihat kuburan (Matius 28:1) atau tanpa maksud 

apa-apa? (Yohanes 20:1) 

(Kategori: ayat diartikan dengan pikiran sempit) 

Jawaban pertanyaan ini berkaitan dengan nomor 81 di atas. Kita tahu 

bahwa mereka pergi ke kubur untuk memberi  rempah-rempah 

tambahan pada tubuh Yesus, seperti yang diinformasikan Lukas dan 

Markus. Tetapi walaupun Matius dan Yohanes tidak memberi  alasan 

yang spesifik mengenai hal ini bukan berarti bahwa mereka pergi tanpa 

alasan tertentu. Mereka hendak menambahkan rempah-rempah, walaupun 

tidak semua penulis kitab Injil menyebutkan hal ini . Kita tentunya 

tidak berharap bahwa semua pernak-pernik cerita akan dituliskan persis 

sama dalam setiap kitab Injil. Ke-empat Kitab Injil itu adalah kesaksian dari 

4 penulis yang berbeda segi cakupannya, bukan fotocopy yang satu 

terhadap lainnya. 

85. Ketika para perempuan tiba di kubur batu, apakah batu itu „sudah 

terguling‟ (Markus 16:4, Lukas 24:2), „telah diambil dari kubur‟ 

(Yohanes 20:1) atau mereka melihat malaikat yang melakukannya? 

(Matius 28:1-6) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Tuduhan Shabbir ini sangat dibuat-buat. Matius tidak mengatakan bahwa 

para perempuan melihat malaikat menggulingkan batu itu. sesudah  

mencatat para perempuan pergi ke kubur, Matius menceritakan tentang 

gempa bumi yang terjadi ketika mereka masih dalam perjalanannya. Ayat 

2 menyebutkan, “Maka terjadilah gempa bumi yang hebat.” Bahasa asli 

Yunani menyebutkannya dengan, “dan saat itu telah terjadi gempa bumi 

yang hebat.” Ketika para perempuan ini berbicara dengan malaikat di ayat 

5, kita tahu dari Markus16:5 bahwa mereka telah mendekati kubur batu 

dan masuk ke dalamnya, sedangkan malaikat itu duduk di tempat di amna 

tubuh Yesus dibaringkan sebelumnya. Oleh  sebab  itu, jawaban atas 

pertanyaan ini adalah bahwa “batu itu telah terguling” ketika para 

perempuan tiba di kubur Yesus. Tidak ada pertentangan apapun dalam hal 

ini dengan pemakaian bahasa ilustratif “batu telah diambil dari kubur.” 

86. (Dalam Matius 16:2; 28:7; Markus 16:5-6; Lukas 24:4-5; 23) Para 

perempuan diberitahukan mengenai apa yang telah terjadi dengan 

tubuh Yesus, sedangkan dalam Yohanes 20:2 disebutkan bahwa 

Maria Magdalena tidak diberitahukan. 

(Kategori: ayat diartikan dengan pikiran sempit) 

Malaikat memberitahukan kepada para perempuan bahwa Yesus telah 

bangkit dari kematian. Kitab Matius, Markus dan Lukas menceritakan hal 

ini. perbedaan semu mengenai jumlah malaikat akan jelas jika kita 

menyadari bahwa ada dua kelompok perempuan disini. Maria Magdalena 

dan kelompoknya (luhat ayat-ayat ada  istilah “kami”) mungkin 

berangkat dari rumah Yohanes. Sebaliknya, Yohana dan beberapa 

perempuan lain yang tidak disebutkan namanya, berangkat dari tempat 

Herodes di bagian kota lainnya. Yohana adalah isteri Khuza, bendahara 

Herodes (Lukas 8:3) dan  sebab  itu kemungkinan besar ia dan teman-

temannya berangkat dari istana Herodes. 

Dengan demikian ini, jelas bahwa malaikat pertama (yang menggulingkan 

batu dan memberitahukan Maria Magdalena dan Salome tentang 

keberadaan Yesus) telah menghilang, ketika Yohana dan kawan-kawannya 

datang. Ketika mereka tiba di sana (Lukas 24:3-8) ada dua malaikat yang 

menampakkan diri dan memberitahu mereka kabar baik, dan sesudah  itu 

mereka bergegas memberitahukan kepada para rasul. Dalam Lukas 24:10, 

perempuan-perempuan itu disebutkan bergabung semuanya,  sebab  

mereka bersama-sama menemui para rasul. 

Kini kita mulai tahu mengapa Maria Magdalena tidak melihat para malaikat. 

Yohanes 20:1 menyebutkan bahwa Maria datang ke kubur dan kita tahu 

dari kitab lainnya bahwa Salome dan Maria yang lain ada bersamanya, 

(walau Maria Magdalena diduga berjalan lebih cepat mendahului yang lain). 

Ketika dilihatnya batu kubur itu terguling, ia sendiri langsung lari 

memanggil para rasul dan mengira bahwa Yesus telah diambil orang. 

Sedangkan Maria yang lain dan Salome (yang ditinggalkan Maria 

Magdalena) berusaha mencari tahu dengan melihat ke dalam kubur Yesus, 

dimana akhirnya mereka menemukan malaikat yang memberitahukan 

mereka apa yang telah terjadi. Jadi kita lihat bahwa para malaikat telah 

memberitahukan kepada para perempuan itu, tetapi Maria Magdalena 

sendiri pergi sebelum sempat bertemu dengan para malaikat itu. 

87. Apakah pertemuan pertama antara Maria Magdalena dengan Yesus 

yang telah bangkit itu terjadi pada saat kedatangannya yang pertama 

ke kubur (Matius 28:9) ataukah kedatangannya yang kedua (Yohanes 

20:11-17)? Dan bagaimana reaksinya? 

(Kategori: ayat diartikan dengan pikiran sempit) 

Telah kita ketahui bersama dari jawaban terakhir bahwa Maria Magdalena 

sendiri berlari mendapatkan para rasul sesudah  ia melihat batu kubur itu 

telah terguling. Oleh  sebab  itu, ketika dikatakan dalam Matius 28:9 bahwa 

Yesus bertemu dengan mereka, Maria Magdalena tidak ada disana. Namun 

di dalam Markus 16:9 kita melihat bahwa Yesus menampakkan diri-Nya 

pertama-tama kepada Maria Magdalena sesudah  ia, Petrus dan Yohanes 

kembali ke kubur untuk pertama kalinya (Yohanes 20:1-18). Dari sini kita 

melihat bahwa Petrus dan Yohanes melihat kubur itu kosong dan kembali 

ke rumah meninggalkan Maria yang menangis di pintu kubur itu. Disinilah 

Maria kemudian melihat dua malaikat di sisi kubur batu dan akhirnya 

bertemu dengan Yesus. 

Sebenarnya ada beberapa masalah sehubungan dengan cerita kebangkitan 

Yesus ini, dan beberapa diantaranya telah disinggung di sini. Kami ingin 

sekali menjelaskan seluruh cerita ini, sayangnya buku ini tidak akan cukup, 

 sebab  itu kami hanya menjawab hal-hal yang dipermasalahkan oleh 

Shabbir. Jika anda belum puas dengan penjelasan di atas, anda dapat 

membaca cerita lengkapnya dalam buku John Wenham yang berjudul 

“Easter Enigma” (terbitan terbaru tahun 1996, Paternoster Press). 

Diakui bahwa penjelasan atau uraian peristiwa di atas tidak semuanya 

merujuk kepada teks spesifik dari kitab Injil. Meskipun demikian, 

penjelasan ini  tetap dapat diterima  sebab  setiap penulis kitab Injil 

melaporkan dari sudut pandang yang berbeda; dengan kata lain tidak 

masalah jika ada penambahan atau pengurangan detail cerita pada setiap 

kitab Injil yang berbeda,  sebab  hal ini  justru akan menambah 


(bukan mengurangi) kredibilitas kitab Injil. Cerita yang sepertinya berbeda 

dan berpotensi menimbulkan konflik akhirnya dapat diselesaikan dengan 

melihat pada beberapa sudut pandang, sehingga penyelesaian semacam itu 

justru akan membebas kitab Injil dari usaha-usaha kolusi diantara si 

penulis asli kitab itu sendiri maupun dari para editornya di kemudian hari. 

 

 

88. Apakah Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menunggu-

Nya di Galilea (Matius 28:10) atau Ia akan pergi kepada Bapa dan 

Tuhan-Nya (Yohanes 20:17)? 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Kontradiksi semu di atas mempersoalkan, “Apa yang diinstruksikan Yesus 

kepada murid-murid-Nya?” Shabbir memakai ayat dalam Matius 28:20 dan 

Yohanes 20:17 untuk menunjukkan terjadinya pertentangan di dalam 

Alkitab. Padahal kedua ayat ini terjadi pada waktu yang berbeda, pada hari 

yang sama sehingga tidak ada alasan meyakini bahwa Yesus hanya 

memberi  satu buah perintah kepada murid-murid-Nya. 

Satu lagi kelalaian Shabbir dalam membaca ayat dan pasal-pasal Alkitab 

yang mengabaikan situasi di seputar kebangkitan Yesus pada hari Minggu. 

(Saya katakan hari Minggu  sebab  hari itu adalah hari pertama dalam satu 

minggu). Kedua ayat di atas sebenarnya tidak saling bertentangan 

melainkan saling melengkapi,  sebab  kedua ayat di atas tidak menunjuk 

pada waktu dan kejadian yang sama. Matius 28:10 berbicara mengenai 

kelompok perempuan yang bertemu dengan Yesus dalam perjalanan 

mereka pulang untuk menceritakan kepada murid-murid Yesus. Yaitu Kubur 

kosong! Dan pada saat itulah mereka menerima instruksi pertama kali dari 

Yesus untuk diteruskan kepada murid-murid-Nya yang lain. 

Sedangkan Yohanes 20:17 terjadi beberapa waktu sesudah  ayat di atas, 

(untuk memahami keterangan waktu, perhatikan bacaan mulai dari awal 

pasal ini) dan terjadi ketika Maria sendiri berdiri di dekat kubur dan 

menangis  sebab  kejadian yang menimpanya. Ia melihat Yesus dan 

disanalah Yesus memberi  instruksi lain lagi untuk diteruskan kepada 

para muridNya. 

89. sesudah  mendengar perintah Yesus, apakah para murid kembali ke 

Galilea dengan segera (Matius 28:17) ataukah setidaknya sesudah  40 

hari kemudian? (Lukas 24:33,49; Kisah Para Rasul 1:3-4) 

(Kategori: tidak membaca seluruh ayat dan salah mengutip ayat) 

Pertentangan di atas mempersoalkan kapan para murid kembali ke Galilea 

sesudah  peristiwa penyaliban. Kelihatannya ada pertentangan dalam Matius 

28:17 yang menyatakan bahwa mereka segera kembali, sedangkan dalam 

Lukas 24:33,49 dan Kisah Para Rasul 1:4 dikatakan bahwa mereka baru 

kembali sesudah  40 hari. Tetapi sebenarnya kedua asumsi di atas adalah 

salah. 

Yesus menampakkan diri banyak kali kepada mereka, kadang-kadang Ia 

menampakkan diri kepada satu orang, kadang-kadang sekelompok orang 

dan ada saatnya ketika semua murid-muridNya sedang berkumpul, bahkan 

Paulus dan Stefanus juga melihat penampakan diri Yesus sesudah  peristiwa 

kenaikan Yesus (Baca 1 Korintus 15:5-8 dan Kisah Para Rasul 7:55-56). 

Yesus menampakkan diri di Galilea dan Yerusalem tetapi dan di tempat 

lain. Matius 28:16-20 memberi  ringkasan tentang semua penampakkan 

diri Yesus, dan  sebab nya sangat tidak pada tempatnya untuk menekankan 

urutan kronologisnya seperti yang dilakukan oleh Shabbir. 

Pertanyaan Shabbir yang kedua (kembali ke Galilea sesudah  40 hari) 

malahan lebih lemah tanpa dasar dibandingkan pertanyaan sebelumnya 

yang telah dijawab. Hal ini  sebab  Shabbir tidak mencatat seluruh Kisah 

Para Rasul 1:4 secara utuh yang berbunyi: “Pada suatu hari ketika Ia 

makan bersama-sama dengan mereka. Ia melarang mereka meninggalkan 

Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa 

(seperti yang telah mereka dengar daripadaNya).” 

Lukas, penulis kitab Para Rasul ini, tidak menyebutkan kapan Yesus 

mengucapkan ini. tetapi dalam kitab Lukas, ia menuliskan hal yang sama 

seperti Matius, dan mengelompokkan semua penampakan Yesus, sehingga 

kembali pembacaan pada Lukas 24:36-49 tidak memerlukan penekanan 

kronologisnya. Namun dari kitab Matius dan Yohanes, kita tahu bahwa 

sedikitnya beberapa dari murid Yesus memang pergi ke Galilea dan 

bertemu dengan Yesus disana; peristiwa mana diduga terjadi sesudah  

pertemuan pertama mereka di Yerusalem dan tentu saja sebelum 40 hari 

pada saat Yesus naik ke surga. 

90. Apakah orang-orang Midian menjual Yusuf kepada orang-orang 

Ismael (Kejadian 37:28) atau kepada Potifar, pegawai firaun? 

(Kejadian 37:36) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Pertanyaan di atas sangat aneh dan jelas menunjukkan bahwa Shabbir 

telah salah paham terhadap ayat dalam Kejadian 37:25-36. Pertanyaannya 

adalah “Kepada siapa orang-orang Midian menjual Yusuf?” Ayat 28 

mengatakan kepada orang Ismael dan ayat 36 menyatakan kepada Potifar. 

Para saudagar kafilah yang sedang lewat saat itu terdiri atas saudagar-

saudagar Ismael dan Midian. Mereka yang membeli Yusuf dari tangan 

kakak-kakaknya kemudian menjualnya kepada Potifar di Mesir. Kata-kata 

“orang Ismael” dan “orang Midian” memang sering dicampur-adukkan. Dan 

hal ini akan jelas jika anda membaca ayat 27 dan 28 bersamaan. 

Penggunaan kedua kata ini juga dapat dengan jelas dibaca dalam Hakim-

hakim 8:24. 

 

 

91. Siapakah yang membawa Yusuf ke Mesir, orang Ismael (Kejadian 

37:28), orang Midian (Kejadian 37:36), atau saudara-saudara Yusuf? 

(Kejadian 45:4) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Kontradiksi di atas, mengikuti kontradiksi yang dipertanyakan Shabbir 

sebelumnya. Sekali lagi ini memperlihatkan betapa Shabbir tidak mampu 

memahami isi cerita maupun situasi sejarah. Ia menanyakan, “Siapa yang 

membawa Yusuf ke Mesir?” Dari pertanyaan Shabbir sebelumnya, kita tahu 

bahwa baik saudagar Ismael maupun saudagar Midian sama-sama 

bertanggung jawab dalam membawa Yusuf ke Mesir ( sebab  mereka adalah 

satu kelompok orang yang sama), sedangkan kakak-kakaknya juga sama 

bertanggung jawab dalam menjual Yusuf kepada saudagar ini . 

Dengan demikian kakak-kakaknya dituntut pertanggung-jawaban oleh 

Yusuf dalam kejadian 45:4. Jadi seperti yang kita lihat dari pertanyaan 

sebelumnya, ketiga pihak sama-sama berperan dalam membawa Yusuf ke 

Mesir. 

92. Apakah Tuhan dapat berubah pikiran (menyesal) (Kejadian 6:7; 

Keluaran 32:4; 1 Samuel 15:10-11, 35) atau tidak pernah berubah 

pikiran (menyesal)? (1 Samuel 15:24) 

(Kategori: salah memahami cara Tuhan bekerja dalam sejarah, dan salah 

memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

“Kontradiksi” ini umumnya hanya timbul dalam terjemaham lama naskah 

Alkitab ke dalam bahasa Inggris (juga Indonesia).  sebab  itu maka jalan 

keluarnya diambil dengan melihat kepada konteks dan peristiwa yang 

terjadi. 

Tuhan tahu bahwa Saul akan gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai 

Raja Israel. Sekalipun begitu Tuhan mengizinkan Saul menjadi raja dan 

memakainya dengan luar biasa untuk menjalankan rencana-Nya. Saul 

sangat efektif sebagai pemimpin Israel dalam memberi  keberanian 


 

kepada rakyatnya dan memberi  kebanggaan kepada bangsanya dengan 

mengalahkan musuh-musuh Israel pada waktu perang. 

Tuhan telah mengetahui hal ini  jauh hari sebelum terjadi (Kejadian 

49:8-10), dimana Dia akan mengangkat raja-raja untuk memimpin Israel 

yang dipilih dari suku Yehuda. Saul berasal dari suku Benyamin, oleh 

 sebab  itu jelas bahwa Saul dan keturunannya bukan pilihan Tuhan yang 

permanen untuk menduduki kerajaan Israel. Sedangkan Daud, 

penggantinya berasal dari suku Yehuda, dan keturunannya berhak mewarisi 

tahtanya. 

Tuhan mahatahu dalam segala hal, jadi Ia tidak akan pernah berubah 

pikiran terhadap Saul,  sebab  Ia tahu bahwa Saul akan meninggalkan-Nya 

dan  sebab  itu tahtanya akan diberikan kepada orang lain. 

Kata Ibrani yang digunakan dalam menyatakan pikiran dan perasaan Tuhan 

terhadap sikap Saul yang berbalik dari Tuhan adalah “niham”. Dan ini 

diterjemahkan sebagai „menyesal‟ seperti di atas. Tetapi seperti bahasa-

bahasa pada umumnya, kata ini dapat memiliki lebih dari satu arti. 

Misalnya, bahasa Inggris hanya memiliki satu kata untuk „cinta‟, bahasa 

Yunani punya sedikitnya 4 kata untuk itu, dan bahasa Ibrani punya lebih 

banyak lagi. Kata cinta dalam bahasa Ibrani dan Yunani tidak selalu dapat 

begitu saja diartikan dengan „cinta‟ dalam bahasa Inggris jikalau ingin 

dipertahankan kedalaman dan keluasan makna aslinya. Dan masalah 

seperti inilah yang selalu dihadapi para penterjemah. 

Mereka yang menerjemahkan Alkitab King James (seperti yang dipakai oleh 

Shabbir) menerjemahkan kata „niham‟ sebanyak 41 kali sebagai 

„menyesal‟, diantara 108 kata „niham‟ yang memakai arti lain dalam Alkitab 

bahasa Ibrani. Kita tahu bahwa para penerjemah saat itu bekerja dengan 

jumlah naskah-naskah yang lebih sedikit daripada yang tersedia di saat ini. 

penemuan naskah-naskah yang lebih tua serta benda-benda arkeologis di 

sepanjang abad terakhir turut memberi  akses kepada pemahaman 

kata-kata Alkitab Ibrani yang lebih akurat. Oleh  sebab  itu, kebanyakan 

para penerjemah sekarang ini lebih akurat menerjemahkan “niham” 

sebagai bersikap melunak, bersedih, menyatakan rasa simpati, menghibur, 

menyesal, bertobat, dan lain-lain, sesuai dengan konteks yang dibicarakan. 

Dengan pemikiran seperti itu, terjemahan ayat ini  secara lebih tepat 

seharusnya berbunyi, “Tuhan bersedih  sebab  telah menjadikan Saul 

sebagai raja.” Tuhan tidak pernah berbohong atau menyesal  sebab  ia 

bukan manusia yang pernah menyesal. Kalimat „Tuhan bersedih dengan 

menjadikan Saul sebagai raja‟ menunjukkan bahwa Ia memiliki emosi. Dia 

mengerti penderitaan manusia dan mendengarkan permintaan tolong 

mereka, tetapi amarah dan kegeraman-Nya akan bangkit jika Ia melihat 

manusia menderita akibat perbuatan orang lain. 

Sebagai akibat dari pemberontakan Saul, maka Tuhan dan rakyat Israel 

pun turut menanggung derita. Tetapi Tuhan juga telah merencanakan sejak 

awalnya bahwa Saul dan keturunannya yang bukan berasal dari suku 

Yehuda tidak akan terus duduk di atas tahta.  sebab  itu, ketika Saul 

menghadap nabi Samuel (ayat 24-25) untuk meminta kembali penyertaan 

Tuhan dan supaya ia tidak disingkirkan dari tahtanya, maka Samuel 

menjawab bahwa Tuhan telah berfirman bahwa Ia tidak akan mengubah 

pendirian-Nya. Tuhan tidak menyesali hal ini,  sebab  telah difirmankan 

begitu ratusan tahun sebelum Saul menjadi raja. 

Jadi tidak ada yang bertentangan disini. Pertanyaannya adalah “Apakah 

Tuhan menyesal?” Jawabannya, “Tidak, Tuhan tidak pernah menyesal 

(dalam arti berubah pikiranNya karen kecewa)”. Namun Ia selalu 

menanggapi situasi dan perilaku setiap anak-anakNya dengan penuh kasih 

sayang atau dengan murka, sehingga Ia akan menjaid sedih dan geram 

jika manusia berbuat jahat. 

93. Bagaimana mungkin ahli sihir di Mesir dapat merubah air menjadi 

darah (Keluaran 7:22) jika semua air di Mesir telah diubah oleh Musa 

dan Harun? (Keluaran 7:20-21) 

(Kategori: tidak membaca seluruh ayat dan memaksakan pemikiran 

sendiri) 

 

Pertanyaan ini agak lucu. Tentu saja 

Musa dan Harus tidak mengubah 

seluruh air menjadi darah seperti yang 

dikatakan Shabbir, melainkan hanya 

air di sungai Nil (perhatikan ayat 20). 

Jadi masih tersedia banyak air yang 

dapat digunakan oleh ahli sihir Firaun. 

Kita dapat mengetahui hal ini pada 

ayat berikutnya (ayat 24) yang 

menyebutkan: “Tetapi semua orang 

Mesir menggali-gali di sekitar sungai Nil, mencari air untuk diminum, sebab 

mereka tidak dapat meminum air sungai Nil.” 

Jadi dimanakah sulitnya untuk para ahli sihir melakukan hal yang sama 

dengan Musa dan harus? Dalam hal ini, Shabbir bukan saja tidak membaca 

ayat tetapi juga telah mengartikan ayat ini dengan tidak semestinya. 


 

94. Apakah Daud (1 Samuel 17:23,50) atau Elhanan (2 Samuel 21:19) 

yang membunuh Goliat? 

(Kategori: kesalahan penulis ulang) 

Pertentangan tentang siapa yang membunuh 

Goliat (Daud atau Elhanan) timbul  sebab  

kesalahan dari penulis ulang. 

2 Samuel 21:19, berbunyi: 

“Dan terjadi pertempuran melawan orang 

Filistin, di Gob; Elhanan bin Yaare Oregim, 

orang Bethlehem itu, menewaskan Goliat, 

orang Gat itu, yang gagang tombaknya seperti 

pesa tukang tenun.” 

Sebagai teks Masorit, tentu saja ayat ini bertentangan dengan kitab 1 

Samuel dan kisah pertempuran Daud melawan Goliat. Tetapi jika kita 

melihat kitab 1 Tawarikh 20:5 yang mengisahkan cerita yang sama, kita 

dapat dengan mudah mengetahui alasan yang sesungguhnya. Disebutkan 

disitu: 

“Maka terjadilah lagi pertempuran melawan orang Filistin, lalu Elhanan bin 

yair menewaskan Lahmi, saudara Goliat, orang Gat itu, yang gagang 

tombaknya seperti pesa tukang tenun.” 

Jika kedua ayat di atas dikaji dalam bahasa Ibrani, maka jelas bahwa kisah 

dalam 1 Tawarikh-lah yang benar dan tepat. Ini bukan  sebab  semata kita 

tahu bahwa memang Daud yang membunuh Goliat, tetapi juga  sebab  

faktor bahasa Ibrani. 

Ketika para penulis menyalin ulang naskah yang mula-mula, dapat 

dipastikan bahwa naskah itu telah buram dan rusak pada bagian kitab 2 

Samuel. Akibatnya timbullah dua atau tiga kesalahan (perhatikan Gleason 

L. Archer, Encyclopedia of Bible Difficulties, hal 179(, yaitu: 

Tanda untuk obyek langsung dalam kalimat 1 Tawarikh adalah „-t yang 

muncul di depan kata „Lahmi‟. Dalam keburaman naskah, penulis ulang 

telah salah membacanya dengan mengartikannya dengan b-t atau b-y-t 

(„beth‟), akibatnya muncullah kata BJt hal-Lahmi (orang Bethlehem) dalam 

ayat ini . 

Penulis ulang dalam kitab 2 Samuel salah membaca kata „saudara‟ („-h, 

huruf h dengan sebuah titik di bawahnya), yaitu tanda untuk obyek 

langsung („-t) sebelum g-l-y-t („Goliat‟). Oleh  sebab  itu si penyalin menulis 

“Goliat” sebagai orang yang ditewaskan, dan bukan „saudaranya‟ Goliat, 

seperti yang tertulis dalam kitab 1 Tawarikh. 


 

Penulis ulang salah menempatkan kata „tukang tenun‟ („-r-g-ym), dan 

meletakkannya sesudah  kata Elhanan sebagai nama keluarga (ben y-„r-y‟-r-

g-ym, „ben yaerey „ore-gim,-gim, yang artinya „anak dari hutan tukang 

tenun‟, yang tentu saja mustahil sebagai nama ayah seseorang). Dalam 

Kitab Tawarikh, ore-gim (tukang tenun) diletakkan tepat sesudah  m e n v 

(gagang) – sehingga memberi  pengertian yang tepat. 

Kesimpulan: kesalahan dalam 2 Samuel adalah kesalahan yang bisa dilacak 

dari jurutulis dalam menyalin ulang kata aslinya, dan yang dapat dikoreksi 

melalui teks internal kitab 1 Tawarikh 20:5. Jadi, Daud-lah yang 

membunuh Goliat. 

Penjelasan di atas sekaligus menunjukkan kejujuran dan keterbukaan dari 

para penulis ulang dan penerjemah (baik orang Yahudi maupun orang 

Kristen). Walaupun mereka mudah untuk merubah kesalahan yang terlacak 

ini, tetapi hal ini  tidak mereka lakukan, demi menjunjung kebenaran 

dan otentiknya naskah-naskah yang diturunkan. 

Pasal di atas memang dapat memberi kesan pertentangan seperti yang 

dikritik oleh Shabbir, tetapi kami tidak khawatir untuk menjelaskannya. 

Ayat ini merupakan contoh tepat untuk menunjukkan bahwa manusia dapat 

saja salah dalam menyalin ulang naskah papyrus yang telah buram dan 

rusak, namun Tuhan tetap menjaga kebenaran ajaran-Nya. 

95. Apakah Saul sendiri yang menghunus pedangnya untuk membunuh 

dirinya (1 Samuel 31:4-6) atau orang Amalek yang melakukannya? 

(2 Samuel 1:1-16) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Perlu diperhatikan bahwa penulis kitab 1 dan 2 Samuel tidak memusatkan 

ceritanya kepada orang Amalek. Jadi dalam kenyataannya Saul sendirilah 

yang membunuh diri, walau kemudian orang Amalek mencari