Tidak dikatakan, Carilah orang lain untuk
dijadikan tanggungan bersama dia, sebab orang yang menjadikan
dirinya sebagai bukti utang bersama, akan mendapati sebagai
jaminannya orang-orang yang tak sanggup membayar seperti
dirinya sendiri. Oleh sebab itu, ambillah pakaiannya.
14 Siapa pagi-pagi sekali memberi selamat dengan suara nyaring, hal itu akan
dianggap sebagai kutuk baginya.
Perhatikanlah:
1. yaitu kebodohan besar jika kita berlebih-lebihan dalam memuji-
muji orang, sekalipun itu teman-teman terbaik dan orang-orang
yang sangat membantu kita. yaitu kewajiban kita untuk mem-
berikan kepada setiap orang pujian yang pantas mereka dapat-
kan, untuk memberikan penghargaan pada orang-orang yang
unggul dalam pengetahuan, kebajikan, dan kegunaan, dan untuk
mengakui kebaikan-kebaikan yang sudah kita terima dengan rasa
syukur. Akan namun , melakukannya pagi-pagi sekali dengan suara
nyaring, selalu memainkan nada yang sama, di hadapan semua
kumpulan orang, bahkan di depan muka teman kita, atau mela-
kukannya dengan sedemikian rupa untuk memastikan bahwa ia
mendengarnya, menyuarakannya dengan nyaring, seperti yang
kita lakukan untuk suatu hal yang membuat kita bangun pagi-
pagi, membesar-besarkan jasa teman kita melampaui batas kewa-
jaran dan dengan ungkapan-ungkapan yang berlebihan, semua-
nya itu sangat menjengkelkan, memuakkan, dan merupakan per-
tanda dari kemunafikan dan niat jahat. Memuji orang atas apa
yang sudah mereka lakukan berarti berniat untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih dari mereka. Dan semua orang tahu bahwa
penjilat berharap dibayar besar untuk pujian atau sanjungannya.
Kita tidak boleh memberikan kepada teman kita pujian yang
hanya patut diberikan kepada Allah saja, seperti yang menurut
sebagian orang tersirat dalam ungkapan bangun pagi-pagi untuk
melakukannya. Sebab di pagi hari Allah harus dipuji. Kita tidak
boleh terlalu tergesa-gesa dalam memuji orang (begitu sebagian
orang memahami ayat ini), tidak menyanjung orang terlalu dini
atas kemampuan-kemampuan dan pekerjaan-pekerjaan mereka.
Sebaliknya, hendaklah mereka diuji terlebih dahulu, supaya ja-
ngan mereka meninggi dengan kesombongan, dan terlena dalam
kemalasan.
2. Jauh lebih bodoh lagi bila kita sendiri gemar untuk dipuji-puji se-
cara berlebihan. Orang bijak lebih menganggap pujian itu sebagai
kutuk, dan penghinaan terhadap dirinya, yang bukan hanya di-
rancang untuk mengambil dompetnya, namun juga yang bisa
benar-benar berbalik merugikan dirinya. Puji-pujian yang wajar
(seperti yang diberikan oleh orang besar) mengundang orang-orang
besar lain yang hadir untuk menambahkan pujian, namun puji-
pujian yang tidak wajar dan berlebihan menggoda mereka untuk
mengurangi pujian itu, dan mencela orang yang mereka dengar
dipuji-puji secara berlebihan. Selain itu, memuji-muji orang secara
berlebihan membuat dia dicemburui banyak orang. Setiap orang
turut andil dalam meraih suatu nama baik, dan oleh sebab itu
seseorang akan merasa dirugikan jika orang lain menguasai peng-
hargaan, atau mendapatkan apa yang lebih dari bagiannya. Ba-
haya terbesar dari semuanya yaitu bahwa itu merupakan goda-
an untuk menyombongkan diri. Orang cenderung memandang diri
melebihi apa yang sepantasnya jika orang lain berbicara
tentang mereka melebihi apa yang sepantasnya. Lihatlah betapa
berhati-hatinya Rasul Paulus yang terberkati itu untuk tidak
dinilai secara berlebihan (2Kor. 12:6).
15 Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-
hentinya menitik pada waktu hujan. 16 Siapa menahannya menahan angin,
dan tangan kanannya menggenggam minyak.
Di sini, sama seperti sebelumnya, Salomo menyesalkan keadaan
orang yang istrinya suka jengkel dan marah-marah, terus-menerus
mencaci, dan membuat dirinya sendiri serta semua orang di sekitar-
nya menjadi gelisah.
1. Itu merupakan penderitaan yang tidak bisa dihindari, sebab ke-
adaannya serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik
pada waktu hujan. Tetangga yang suka bertengkar mungkin
serupa dengan hujan deras, yang menyusahkan untuk sementara
waktu, namun, saat berakhir, orang bisa mencari tempat berte-
duh. namun isteri yang suka bertengkar serupa dengan hujan yang
terus-menerus menitik dan membuat basah semuanya, yang tidak
bisa ditanggulangi kecuali dengan bersabar (19:13).
2. Itu merupakan penderitaan yang tidak bisa disembunyikan. Orang
bijak akan menyembunyikannya seandainya bisa, baik demi nama
baiknya sendiri maupun nama baik istrinya, namun ia tidak bisa
melakukannya, sama seperti ia tidak bisa menyembunyikan bunyi
angin saat bertiup atau aroma wangi-wangian yang menyengat.
Orang-orang yang suka menentang dan bertengkar akan mengu-
mandangkan aib mereka sendiri, sekalipun teman-teman mereka,
dengan maksud baik terhadap mereka, ingin menutupinya.
17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Ayat ini menunjukkan kesenangan maupun keuntungan dari perca-
kapan. Satu orang bukanlah siapa-siapa. Tidak pula menggeluti se-
buah buku di sudut ruangan akan membawa hasil apa-apa, diban-
dingkan hasilnya dengan membaca dan belajar dari sesama manusia.
Percakapan yang bijak dan bermanfaat menajamkan kecerdasan
orang. Dan orang yang memiliki begitu banyak pengetahuan bisa me-
nambah lebih banyak pengetahuannya dengan bercakap-cakap. Per-
cakapan menajamkan pembawaan orang, dan, dengan menggembira-
kan jiwa, membuat wajah tampak ceria dan hidup, dan memberinya
pesona yang begitu rupa, sebab dengan demikian ia menunjukkan
bahwa ia sendiri merasa senang dan menjadikan dirinya menyenang-
kan bagi orang-orang di sekitarnya. Kesantunan orang-orang baik
dipertajam melalui percakapan dengan mereka yang baik. Juga, hawa
nafsu serta amarah orang-orang jahat dipertajam melalui percakapan
dengan mereka yang jahat. Demikianlah seperti besi dipertajam de-
ngan benda yang serupa dengan besi, terutama dengan pengasah.
Orang diasah, diperhalus, dicerahkan, dan disegarkan untuk bekerja
(yang sebelumnya kasar, tumpul, dan malas), melalui percakapan.
Ayat ini dirancang,
1. Untuk menganjurkan kepada kita sarana untuk mempertajam diri
kita sendiri ini, namun dengan peringatan untuk berjaga-jaga ter-
hadap siapa yang kita pilih untuk diajak bercakap-cakap, sebab
pengaruhnya begitu besar kepada kita, entah baik atau buruk.
2. Untuk mengarahkan kepada kita apa yang harus kita tuju dalam
percakapan kita, yaitu untuk membangun orang lain dan diri kita
sendiri, bukan untuk membuang-buang waktu atau saling meng-
ejek, melainkan untuk saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik, sehingga membuat satu sama lain lebih bijak dan
lebih baik.
18 Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya, dan siapa menjaga
tuannya akan dihormati.
Ayat ini dirancang untuk mendorong ketekunan, kesetiaan, dan keta-
bahan dalam menjalani pekerjaan-pekerjaan kecil sekalipun. Meski-
pun suatu panggilan hidup begitu menyusahkan dan hina, namun
orang-orang yang setia menjalaninya akan mendapatkan hasilnya.
1. Janganlah tukang kebun yang miskin, yang memelihara pohon
ara, berkecil hati. Meskipun dibutuhkan perawatan dan perhatian
yang terus-menerus untuk menumbuhkan pohon ara, dan, apa-
bila pohon itu sudah bertumbuh besar, perlu usaha untuk me-
natanya dengan baik, dan mengumpulkan buah ara pada musim-
nya, namun jerih payahnya itu akan memberinya hasil: ia akan
memakan buahnya (1Kor. 9:7).
2. Bahkan, janganlah hamba yang miskin menganggap dirinya tidak
mampu berkembang dan naik jabatan. Sebab jika ia bertekun me-
layani tuannya, setia dan taat kepadanya, jika ia menjaga tuannya
(begitulah kata yang digunakan), jika ia berbuat semampunya
untuk melindungi pribadi dan nama baiknya, dan memastikan
agar harta miliknya tidak terbuang atau dirusak, hamba seperti
itu akan dihormati, tidak hanya akan dipuji dengan kata-kata
yang baik, namun juga akan diangkat dan diberi imbalan. Allah
yaitu Tuan yang telah berjanji untuk memberikan kehormatan
kepada orang-orang yang melayani-Nya dengan setia (Yoh. 12:26).
(27:19)
19 Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan
manusia itu.
Ini menunjukkan kepada kita bahwa ada cara,
1. Untuk mengenal diri kita sendiri. Seperti air yaitu kaca yang di
dalamnya kita bisa melihat wajah kita melalui pantulan, begitu
pula ada cermin yang dengannya hati manusia mengungkapkan
siapa manusia itu, yaitu, kepada dirinya sendiri. Biarlah orang
memeriksa hati nuraninya sendiri, pikiran-pikirannya, perasaan-
perasaannya, dan niat-niatnya sendiri. Biarlah ia mengamat-
amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin hukum ilahi
(Yak. 1:23), maka ia bisa melihat orang seperti apa dia dan bagai-
mana tabiatnya yang sebenarnya, yang akan sangat bermanfaat
untuk diketahui dengan benar oleh setiap orang.
2. Untuk mengetahui satu sama lain melalui diri kita sendiri. Sebab,
sama seperti ada kemiripan antara wajah seseorang dan pantul-
annya di dalam air, demikian pula ada kemiripan antara hati
seseorang dan hati orang lain, sebab Allah membentuk hati
manusia secara serupa. Dan dalam banyak hal kita bisa menilai
orang lain melalui diri kita sendiri, yang merupakan salah satu
fondasi yang di atasnya aturan itu dibangun, yaitu untuk berbuat
kepada orang lain sebagaimana kita kehendaki supaya orang
perbuat kepada kita (Kel. 23:9). Nihil est unum uni tam simile, tam
par, quam omnes inter nosmet ipsos sumus. Sui nemo ipse tam
similis quam omnes sunt omnium Tidak ada satu hal yang begitu
menyerupai hal lain seperti manusia menyerupai sesamanya. Ti-
dak ada orang yang begitu menyerupai dirinya sendiri seperti tiap-
tiap orang menyerupai semua orang lain. Cic. de Legib. lib. 1. Hati
yang rusak menyerupai hati yang lain, dan begitu pula dengan
hati yang dikuduskan, sebab hati yang rusak menampakkan citra
duniawi yang sama, dan hati yang dikuduskan menampakkan
citra sorgawi yang sama.
20 Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manu-
sia tak akan puas.
Ada dua hal yang di sini dikatakan tak pernah puas, dan kedua-dua-
nya bersaudara dekat maut dan dosa.
1. Maut tak pernah puas. Kematian pertama, kematian kedua, dua-
duanya tak pernah puas. Makam tidak menjadi tersumbat dengan
banyaknya mayat yang setiap hari dilemparkan ke dalamnya,
sebab kubur tetap ternganga, dan berteriak, berikan lagi, berikan
lagi. Neraka juga sudah melebarkan dirinya, dan masih mempu-
nyai ruangan untuk jiwa-jiwa yang terkutuk yang sudah diputus-
kan untuk masuk ke dalam penjara itu. Tempat pembakaran itu
dalam dan lapang (Yes. 30:33).
2. Dosa tak pernah puas: mata manusia tak akan puas, tidak pula
nafsu-nafsu pikiran duniawi akan puas dengan keuntungan atau
kesenangan. Mata tidak kenyang melihat, tidak pula orang yang
mencintai uang akan dipuaskan dengan uang. Orang bekerja un-
tuk apa yang mengenyangkan, namun tidak memuaskan. Bahkan,
bekerja seperti itu justru menghilangkan kepuasan, bukan men-
datangkannya. Sewajarnyalah manusia sudah dihukum ke dalam
kegelisahan yang tiada henti seperti itu semenjak orangtua per-
tama kita tidak puas dengan semua pohon di Taman Eden, dan
masih mendekati pohon terlarang juga. Siapa yang matanya se-
nantiasa tertuju pada Tuhan, di dalam Dia mereka puas, dan
akan selama-lamanya puas.
21 Kui untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, dan orang
dinilai menurut pujian yang diberikan kepadanya.
Ini memberikan kepada kita batu ujian yang dengannya kita bisa
menguji diri kita sendiri. Perak dan emas diuji dengan ditempatkan
ke dalam perapian dan kui. Demikian pula manusia diuji dengan di-
beri pujian. Biarlah ia ditinggikan dan diangkat, maka ia akan me-
nunjukkan siapa dirinya.
1. Jika orang, dengan sorakan yang diberikan kepadanya, menjadi
sombong, congkak, dan suka merendahkan, jika ia mengambil
bagi dirinya sendiri kemuliaan yang seharusnya diserahkannya
kepada Allah, seperti yang diperbuat Herodes, jika, semakin ia
dipuji, semakin ia gegabah dalam apa yang dikatakan dan diper-
buatnya, jika ia berbaring di tempat tidur sampai siang sebab
namanya berada di puncak, maka dengan itu akan tampak bahwa
ia yaitu orang congkak dan bodoh. Orang demikian, meskipun
dipuji, sebenarnya tidak mempunyai suatu apa pun dalam dirinya
yang benar-benar patut dipuji.
2. Jika, sebaliknya, dengan pujian yang diberikan lalu orang menjadi
lebih bersyukur kepada Allah, lebih hormat kepada teman-teman-
nya, lebih waspada terhadap segala sesuatu yang dapat menodai
nama baiknya, lebih tekun memperbaiki diri, dan berbuat baik
kepada orang lain, agar ia dapat memenuhi segala harapan te-
man-temannya, maka dengan demikian akan tampak bahwa ia
yaitu orang yang bijak dan baik. Sungguh baik watak orang
yang tahu bagaimana melewati umpatan dan pujian, dan tetap
menjadi pribadi yang sama (2Kor. 6:8).
22 Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam lesung, dengan alu ber-
sama-sama gandum, kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya.
Salomo sudah berkata sebelumnya (22:15), kebodohan yang melekat
pada hati orang muda dapat diusir dengan tongkat didikan, sebab
dengan demikian pikiran akan dibentuk, dan kebiasaan-kebiasaan
buruk tidak berakar. Namun di sini ia menunjukkan bahwa, jika itu
tidak dilakukan pada waktu orang itu masih muda, maka hampir
mustahil untuk melakukannya sesudah ia dewasa. Jika penyakitnya
sudah mendarah daging, maka ada bahaya bahwa penyakit itu tidak
bisa disembuhkan. Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya?
Amatilah:
1. Sebagian orang begitu buruk sehingga cara-cara yang kasar dan
keras harus digunakan kepada mereka, sesudah cara-cara yang
lembut dicoba dan tidak berhasil. Mereka harus ditumbuk dalam
lesung. Allah akan mengambil jalan ini terhadap mereka melalui
penghakiman-penghakiman-Nya. Hakim-hakim harus mengambil
jalan ini terhadap mereka melalui ketegasan hukum. Kekuatan
harus digunakan terhadap orang-orang yang tidak mau diatur
dengan akal budi, kasih, dan kepentingan mereka sendiri.
2. Sebagian orang sudah sedemikian buruk dan tidak bisa diperbaiki
lagi sehingga bahkan cara-cara yang kasar dan keras itu pun
tidak akan berhasil. Kebodohan mereka tidak akan lenyap dari
pada mereka, begitu hati mereka penuh niat untuk berbuat jahat.
Mereka sering kali dipukul dengan tongkat namun tidak menjadi
rendah hati sebab nya, dimasukkan ke dalam perapian namun
tidak dimurnikan, malah, seperti Ahas, makin berbuat jahat
(2Taw. 28:22). Jadi apa yang tinggal selain bahwa mereka harus
ditolak sebagai perak buangan?
Imbalan bagi Orang Bijak
23 Kenallah baik-baik keadaan kambing dombamu, perhatikanlah kawanan
hewanmu. 24 sebab harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap
turun-temurun? 25 Kalau rumput menghilang dan tunas muda nampak, dan
rumput gunung dikumpulkan, 26 maka engkau mempunyai domba-domba
muda untuk pakaianmu dan kambing-kambing jantan untuk pembeli ladang,
27 pula cukup susu kambing untuk makananmu dan makanan keluargamu,
dan untuk penghidupan pelayan-pelayanmu wanita .
Inilah:
I. Sebuah perintah diberikan kepada kita untuk bertekun dalam pang-
gilan-panggilan hidup kita. Perintah itu ditujukan kepada para
petani dan gembala, dan orang-orang yang memelihara ternak,
namun juga dimaksudkan untuk diperluas kepada semua panggilan
hidup yang halal. Apa pun usaha kita, di dalam atau di luar rumah,
kita harus mengerjakannya dengan penuh perhatian.
Perintah ini menunjukkan,
1. Bahwa kita harus mempunyai suatu usaha tertentu untuk
dikerjakan di dunia ini dan tidak hidup bermalas-malasan.
2. Kita harus memahami usaha kita dengan benar dan sepenuh-
nya, dan mengetahui apa yang harus kita lakukan, serta tidak
mencampuri apa yang tidak kita mengerti.
3. Kita sendiri harus mengarahkan pandangan kita padanya, dan
tidak mengalihkan seluruh perawatannya kepada orang lain.
Kita harus, dengan mata kepala kita sendiri, memeriksa kam-
bing domba kita, sebab mata tuannyalah yang membuat mere-
ka gemuk.
4. Kita harus berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam me-
ngelola usaha kita, mengenali baik-baik segala perkaranya, dan
memperhatikannya dengan benar, agar tidak ada suatu apa
pun yang terhilang, tidak ada satu kesempatan pun yang di-
biarkan berlalu begitu saja, namun segala sesuatunya dilaku-
kan secara tepat waktu dan teratur, sehingga membawa keun-
tungan yang terbaik.
5. Kita harus rajin dan bersusah payah. Jangan hanya duduk
dan membuat rencana, namun bangunlah dan bekerja: Arah-
kanlah hatimu pada kambing dombamu, seperti orang yang
peduli. Ulurkanlah tanganmu, dan bantinglah tulangmu, bagi
usahamu.
II. Alasan-alasan untuk menegaskan perintah ini.
Pertimbangkanlah:
1. Tidak pastinya kekayaan duniawi (ay. 24): harta benda tidak-
lah abadi.
(1) Harta benda lain tidak begitu bertahan lama seperti harta
benda ini: Perhatikanlah kambing dombamu dan kawanan
hewanmu, harta milikmu di desa dan hewan ternakmu di
sana, sebab semua ini yaitu bahan-bahan pokok, yang,
dengan silih berganti, akan ada untuk selama-lamanya, se-
dangkan harta dari berdagang dan barang tidak akan ber-
tahan seperti itu. Bahkan mahkota sendiri mungkin tidak
akan begitu menjamin keluargamu seperti halnya kambing
domba dan kawanan hewanmu.
(2) Bahkan harta benda ini pun akan membusuk jika tidak di-
pelihara dengan baik. Sekalipun orang mempunyai sebuah
bangunan (seperti yang kita katakan), namun jika ia malas
dan boros, maka bangunannya akan terbengkalai. Bahkan
mahkota kerajaan dan pajak-pajak yang didapat darinya,
jika tidak diperhatikan baik-baik, akan mengalami kerugi-
an, dan juga tidak akan tetap turun-temurun tanpa penge-
lolaan yang sangat baik. Walaupun Daud memiliki mahkota
yang akan diwariskan kepada keluarganya, ia memperhati-
kan kambing dombanya (1Taw. 27:29-31).
2. Kelimpahan dan kemurahan alam, atau lebih tepatnya yang
berasal dari Allah alam semesta, dan pemeliharaan-Nya (ay.
25): rumput muncul (KJV). Dalam merawat kambing domba dan
kawanan hewan,
(1) Tidak perlu kerja keras, tidak perlu membajak atau menabur.
Makanan bagi mereka yaitu hasil yang muncul dengan sen-
dirinya dari bumi. Tidak ada yang harus engkau lakukan
selain menggiring mereka kepadanya di musim panas, saat
tunas muda nampak, dan mengumpulkan rumput gunung bagi
mereka di musim dingin. Allah sudah melakukan bagian-Nya.
Maka engkau tidak tahu berterima kasih kepada-Nya dan de-
ngan tidak pantas telah menolak memanfaatkan pemelihara-
an-Nya, jika engkau tidak melakukan bagianmu.
(2) Ada kesempatan yang harus diambil dan dimanfaatkan,
saat rumput muncul. namun , jika engkau membiarkan saat
itu berlalu begitu saja, maka kambing dombamu dan kawan-
an hewanmu akan menderita sebab nya. Seperti halnya un-
tuk diri kita sendiri, demikian pula untuk hewan ternak kita,
haruslah kita, bersama-sama dengan semut, mencari makan
di musim panas.
3. Keuntungan dari pertanian yang baik bagi keluarga: Pelihara-
lah dombamu, maka dombamu akan membantu memelihara
engkau. Engkau akan mempunyai makanan bagi anak-anak-
mu dan pelayan-pelayanmu, akan mempunyai cukup susu
kambing (ay. 27). Dan makanan yang cukup itu sama baiknya
dengan makanan pesta. Engkau juga akan memiliki pakaian:
domba-domba muda untuk pakaianmu. Engkau akan mempu-
nyai uang untuk membayar sewamu. Kambing-kambing jantan
yang harus engkau jual akan menjadi harga ladangmu. Bahkan,
seperti sebagian orang memahaminya, Engkau akan menjadi
pembeli, dan membeli tanah untuk diwariskan kepada anak-
anakmu (ay. 26).
Perhatikanlah:
(1) Jika kita mempunyai makanan dan pakaian, dan dengan-
nya kita bisa memberikan kepada setiap orang bagian me-
reka masing-masing, maka kita sudah berkecukupan, dan
tidak saja harus puas, namun juga bersyukur.
(2) Kepala-kepala keluarga harus memberikan persediaan bu-
kan hanya bagi diri mereka sendiri, melainkan juga bagi
keluarga mereka, dan memastikan bahwa pelayan-pelayan
mereka terpelihara secara layak.
(3) Cuma makanan dan pakaian yang seadanyalah, yang layak
dan pantas, yang harus berusaha kita dapatkan. Pandang-
lah dirimu telah berhasil dalam pekerjaanmu jika engkau
mengenakan pakaian dari kain tenunan buatan sendiri dari
bulu domba-dombamu, dan diberi makan dengan susu kam-
bingmu. Biarlah cukup menjadi makananmu apa yang cukup
menjadi makanan keluargamu dan penghidupan pelayan-
pelayanmu wanita . Janganlah menginginkan makanan
yang mewah dan lezat, yang susah dicari dan mahal harga-
nya.
(4) Hal ini haruslah mendorong kita untuk berhati-hati dan ra-
jin mengurus usaha kita, agar usaha kita bisa menjadi peng-
hidupan yang cukup bagi keluarga kita. Kita akan memakan
hasil jerih payah tangan kita.
1 Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, namun orang benar
merasa aman seperti singa muda.
Lihatlah di sini:
1. Betapa orang yang terus-menerus berbuat fasik akan senantiasa
dilanda ketakutan. Rasa bersalah di dalam hati nurani membuat
manusia merasa ngeri sendiri, sehingga mereka siap lari walau-
pun tidak ada yang mengejarnya. Seperti orang yang bersembunyi
sebab takut ditagih utang, yang menyangka bahwa setiap orang
yang ditemuinya akan menyita hartanya. Meskipun mereka ber-
pura-pura tenang, ada ketakutan-ketakutan tersembunyi yang
menghantui mereka ke mana pun mereka pergi, sehingga mereka
takut sekalipun tidak ada bahaya yang menimpa atau meng-
ancam mereka (Mzm. 53:6). Orang-orang yang sudah menjadikan
Allah sebagai musuh mereka, dan mengetahuinya, tidak bisa
tidak pasti melihat seluruh ciptaan berperang melawan mereka,
dan oleh sebab itu tidak bisa merasakan penghiburan yang sejati
pada diri mereka sendiri, tidak mempunyai keyakinan, keberani-
an, namun hanya kematian yang mengerikan akan penghakiman.
Dosa membuat orang menjadi pengecut.
Degeneres animos timor arguit
Ketakutan melanda jiwa yang merosot. Virgil
Quos diri conscia facti mens habet attonitos
Kesadaran akan tindak-tindak kejahatan yang kejam
menyentakkan dan menggelisahkan. Juvenal
Jika mereka lari walaupun tidak ada yang mengejar, apa yang
akan mereka lakukan jika mereka melihat Allah sendiri me-
ngejar-ngejar mereka dengan bala tentara-Nya? (Ayb. 20:24; Ayb.
15:24; Ul. 28:25; Im. 26:36).
2. Alangkah tenteramnya orang-orang yang senantiasa berusaha un-
tuk hidup dengan hati nurani yang murni dan bebas dari pelang-
garan, dan dengan demikian menjaga diri mereka tetap ada di
dalam kasih Allah, mereka menikmati keamanan dan ketenangan
pikiran dengan rasa kudus: orang benar merasa aman seperti
singa, seperti singa muda. Dalam bahaya-bahaya besar mereka
memiliki Allah yang mahakuasa untuk diandalkan. Sebab itu kita
tidak akan takut, sekalipun bumi berubah. Kesulitan-kesulitan apa
pun yang mereka jumpai di dalam menjalankan tugas tidak akan
membuat mereka berkecil hati. Tidak satu pun dari kesulitan-ke-
sulitan itu akan menggoyahkan aku.
Hic murus aheneus esto, nil conscire sibi
Jadikanlah ini sebagai benteng tembaga pertahananmu,
yaitu tetap menjaga hati nuranimu tidak bersalah. Hon.
(28:2)
2 sebab pemberontakan negeri banyaklah penguasa-penguasanya, namun
sebab orang yang berpengertian dan berpengetahuan tetaplah hukum.
Perhatikanlah:
1. Dosa-dosa bangsa membawa kekacauan-kekacauan bagi seluruh
bangsa dan meresahkan warga nya: sebab pemberontakan
negeri, dan tindakan orang yang di mana-mana meninggalkan Allah
dan agama dan beralih melakukan penyembahan berhala, kece-
maran, atau imoralitas. Banyaklah (yang dilakukan oleh) penguasa-
penguasanya. Banyak orang pada saat yang sama ingin berkuasa
dan bersaing mendapatkan kekuasaan, sehingga sebab itu rak-
yat menjadi terpecah-pecah ke dalam berbagai pihak dan golong-
an, saling menggigit dan melahap, atau banyak orang secara silih
berganti, dalam waktu sebentar saja, membinasakan satu sama
lain, seperti dalam 1 Raja-raja 16:8, dst. Ada juga yang langsung
dibinasakan oleh tangan Tuhan atau tangan musuh asing, seperti
dalam 2 Raja-raja 24:5, dst. Seperti halnya rakyat menderita
sebab dosa-dosa penguasanya.
Delirant reges, plectuntur Achivi
Para raja bertingkah seperti orang gila, dan rakyat mereka
menderita sebab nya,
demikian pula kadang-kadang pemerintah menderita sebab dosa-
dosa rakyatnya.
2. Dengan hikmat, penderitaan-penderitaan ini akan terhindarkan
atau dibalas dengan imbalan: sebab orang, yaitu, sebab rakyat,
yang berpengertian, yang kembali sadar diri dan berpikir waras,
segala sesuatu menjadi tetap tertib, atau, jika diganggu, dibawa
kembali ke tatanan yang lama. Atau, sebab seorang penguasa
yang berpengertian dan berpengetahuan, seorang penasihat yang
bijak, atau menteri negara, yang mau menahan atau menekan
pemberontakan negeri, dan mengambil cara-cara yang benar un-
tuk menyembuhkan bangsa, kesejahteraan bangsa akan terus di-
jaga keberlangsungannya. Kita tidak bisa membayangkan betapa
besar pelayanan yang bisa dilakukan oleh seorang bijak bagi se-
buah bangsa pada masa yang genting.
3 Orang miskin yang menindas orang-orang yang lemah yaitu seperti hujan
deras, namun tidak memberi makanan.
Lihatlah di sini:
1. Betapa orang-orang miskin sering kali berkeras hati terhadap satu
sama lain, bukan hanya dengan tidak melakukan pekerjaan-pe-
kerjaan baik yang dapat mereka lakukan seorang terhadap yang
lain, namun juga dengan saling memperdaya dan saling berbuat
curang satu sama lain. Orang-orang yang lewat pengalaman sen-
diri tahu betapa menyengsarakannya kemiskinan itu sungguh
mengerti bahwa orang haruslah berbelas kasihan terhadap mere-
ka yang mengalami penderitaan serupa. sebab itu, jika ada yang
menyakiti orang-orang seperti itu, maka mereka sungguh biadab
dan tidak bisa dimaafkan.
2. Betapa sok berkuasa dan menyusahkan orang-orang yang, sebab
dulu melarat dan berkekurangan, sekarang mendapat kekuasaan.
Jika seorang raja mengangkat orang miskin, ia lupa bahwa orang
itu pernah miskin, dan tidak ada orang lain yang akan begitu me-
nindas kaum miskin seperti dia, atau yang akan memeras mereka
dengan begitu kejam. Lintah yang lapar dan spons yang kering
menyerap paling banyak. Coba beri seorang pengemis naik kuda,
maka ia akan mengendarainya tanpa belas kasihan. Ia seperti
hujan deras, yang menyapu bersih jagung di ladang, dan mem-
porak-porandakan apa yang sudah tumbuh, maka tidak ada lagi
yang tertinggal untuk makanan. Oleh sebab itu, para raja tidak
boleh memberikan posisi-posisi yang butuh kepercayaan kepada
mereka-mereka yang miskin, yang terlilit utang, dan yang terpu-
ruk, atau siapa pun yang tujuan utamanya yaitu memperkaya
diri sendiri.
4 Orang yang mengabaikan hukum memuji orang fasik, namun orang yang
berpegang pada hukum menentangnya.
Perhatikanlah:
1. Mereka yang memuji orang fasik memperlihatkan bahwa mereka
sendiri mengabaikan hukum, dan berjalan menentangnya, sebab
hukum mencela dan mengutuk orang fasik. Orang-orang fasik
akan berkata-kata baik tentang mereka satu sama lain, dan de-
ngan demikian menguatkan tangan satu sama lain di jalan-jalan
mereka yang fasik. Dengan berbuat demikian, mereka berharap
untuk membungkam jeritan-jeritan hati nurani mereka sendiri
dan untuk melayani kepentingan-kepentingan kerajaan Iblis, yang
tidak bisa dilakukan dengan begitu berhasil selain dengan me-
mandang baik perbuatan tercela itu sendiri.
2. Mereka yang benar-benar menjalankan hukum Allah sesuai kesa-
daran hati nurani sendiri, di tempat mereka masing-masing, akan
gigih menentang dosa, dan bersaksi melawannya, dan berbuat
apa yang bisa mereka perbuat untuk mempermalukan dan mene-
kannya. Mereka akan mencela pekerjaan-pekerjaan kegelapan,
dan membungkam dalih-dalih yang dibuat untuk pekerjaan-pe-
kerjaan itu, dan berbuat apa yang dapat mereka perbuat untuk
menghukum para pembuat kejahatan yang menjijikkan, supaya
orang lain bisa mendengar dan takut.
(28:5)
5 Orang yang jahat tidak mengerti keadilan, namun orang yang mencari
TUHAN mengerti segala sesuatu.
Perhatikanlah:
I. Sama seperti melandanya hawa nafsu manusia disebabkan oleh
gelapnya pengertian mereka, demikian pula gelapnya pengertian
mereka sangat besar disebabkan oleh berkuasanya hawa nafsu
mereka: orang tidak mengerti keadilan, tidak bisa membedakan
antara kebenaran dan kepalsuan, antara yang benar dan yang
salah. Mereka tidak mengerti hukum Allah sebagai aturan bagi
kewajiban mereka maupun bagi hukuman mereka. Dan,
1. Oleh sebab itulah mereka orang yang jahat. Kefasikan mereka
yaitu akibat dari ketidakacuhan dan kesesatan mereka (Ef.
4:18).
2. Oleh sebab itu mereka tidak mengerti keadilan, sebab mereka
yaitu orang yang jahat. Kebejatan-kebejatan mereka mem-
butakan mata mereka, dan memenuhi mereka dengan berba-
gai prasangka, dan sebab mereka berbuat kejahatan, mereka
membenci terang. Maka sudah sewajarnya Allah mendatang-
kan kesesatan atas mereka.
II. Seperti halnya orang yang mencari TUHAN merupakan pertanda
baik bahwa mereka benar-benar memahami banyak hal, demikian
pula hal itu merupakan sarana yang baik untuk membuat mereka
memahami lebih banyak lagi, bahkan untuk membuat mereka
memahami segala sesuatu yang perlu bagi mereka. Orang-orang
yang menempatkan kemuliaan Allah di depan mereka sebagai tu-
juan akhir mereka, perkenanan-Nya sebagai kebahagiaan mutlak
mereka, dan firman-Nya sebagai pedoman mereka, dan datang
kepada-Nya dalam segala kesempatan melalui doa, mereka men-
cari TUHAN, dan Ia akan memberi mereka roh hikmat. Jika orang
mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu ajaran-Nya (Yoh.
7:17). Akal budi yang baik, dan yang lebih baik lagi, akan dimiliki
oleh orang-orang yang melakukan perintah-perintah-Nya (Mzm.
111:10; 1Kor. 2:12-15).
(28:6)
6 Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang
berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya.
Di sini:
1. Ada anggapan bahwa orang bisa bersih kelakuannya namun mis-
kin di dunia ini. Kemiskinannya merupakan godaan untuk ber-
laku tidak jujur, namun ia bisa menolak godaan itu dan tetap ber-
sih kelakukannya. Sebaliknya, orang bisa berliku-liku jalannya,
menyakiti Allah dan manusia, namun kaya dan sejahtera di dunia,
untuk sementara waktu. Ia bisa kaya, dan dengan demikian terikat
kewajiban-kewajiban besar serta mempunyai kesempatan-kesem-
patan besar untuk berbuat baik, namun berliku-liku jalannya dan
berbuat banyak hal yang menyakitkan.
2. Pola pikir perbandingan sebagai berikut ini sudah dipelihara de-
ngan baik oleh dunia yang buta ini, yaitu bahwa orang yang jujur,
saleh, dan miskin yaitu lebih baik dibandingkan orang yang fasik,
yang tidak mengenal Allah, dan kaya. Ia memiliki tabiat yang lebih
baik, berada dalam keadaan yang lebih baik, mendapat lebih ba-
nyak penghiburan dalam dirinya, merupakan berkat yang lebih
besar bagi dunia, dan layak mendapatkan lebih banyak kehor-
matan dan penghargaan. Bukan saja sudah pasti bahwa keadaan-
nya akan lebih baik pada waktu mati, namun juga lebih baik dalam
kehidupan ini. saat Aristides (negarawan Yunani pada tahun
530-468 SM pen.) dicela oleh orang kaya sebab kemiskinannya,
ia menjawab, kekayaanmu lebih menyakitkan bagi dirimu dari-
pada kemiskinanku bagi diriku.
7 Orang yang memelihara hukum yaitu anak yang berpengertian, namun
orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya.
Perhatikanlah:
1. Agama yaitu hikmat yang benar, dan membuat orang berhikmat
dalam semua hubungan antarsesama. Orang yang dengan hati
nurani memelihara hukum yaitu bijak, ia secara khusus akan
menjadi anak yang berpengertian, yakni akan bertindak bijaksana
terhadap orangtuanya, sebab hukum Allah mengajarinya untuk
berbuat demikian.
2. Pergaulan yang buruk yaitu hambatan besar bagi agama. Orang
yang bergaul dengan pelahap, yang memilih orang-orang seperti
itu sebagai teman mereka dan senang bercakap-cakap dengan
mereka, pasti akan ditarik menjauh dari memelihara hukum Allah
dan tertarik untuk melanggarnya (Mzm. 119:115).
3. Kefasikan bukan hanya merupakan cela bagi orang berdosa sen-
diri, melainkan juga bagi semua orang yang bersaudara dengan-
nya. Siapa bergaul dengan orang yang tak tahu aturan, dan meng-
habiskan waktu serta uangnya bersama-sama dengan mereka,
tidak hanya mendukakan orangtuanya, namun juga mempermalu-
kan mereka. Perbuatan itu akan merusak nama baik mereka, se-
olah-olah mereka tidak melakukan kewajiban mereka terhadap
orangtua mereka itu. Mereka malu bahwa anak mereka sendiri
sampai berbuat sesuatu yang memalukan dan menyakiti tetang-
ga-tetangga mereka.
8 Orang yang memperbanyak hartanya dengan riba dan bunga uang, me-
ngumpulkan itu untuk orang-orang yang mempunyai belas kasihan kepada
orang-orang lemah.
Perhatikanlah:
1. Apa yang diperoleh dengan cara jahat, meskipun bisa bertambah
banyak, tidak akan bertahan lama. Orang bisa saja menambah
banyak harta, dalam waktu sebentar saja, dengan mengambil riba
dan memeras, menipu dan menindas kaum miskin, namun ia
tidak akan bisa terus melakukannya. Ia mengumpulkannya bagi
dirinya sendiri, namun akan terbukti bahwa ia mengumpulkannya
bagi orang lain yang justru tidak dikasihaninya. Hartanya akan
membusuk, dan harta orang lain akan bertambah dari reruntuh-
annya.
2. Kadang-kadang Allah dalam pemeliharaan-Nya mengaturnya se-
demikian rupa sehingga apa yang diperoleh secara tidak adil bisa
digunakan oleh orang lain dengan bebas. Apa yang diperoleh
dengan tidak adil itu secara ajaib sampai ke tangan orang yang
mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah dan yang
berbuat baik dengannya, dan dengan demikian memutuskan
kutuk warisan yang dibawa oleh orang yang mendapatkan harta
itu dengan tipuan dan kekerasan. Demikianlah, Sang Pemelihara
yang sama yang menghukum orang kejam dan melumpuhkan
mereka sehingga tidak bisa lagi menyakiti, memberikan imbalan
kepada orang yang berbelas kasihan dan memampukan mereka
untuk berbuat kebaikan yang jauh lebih banyak lagi. Kepada
orang yang mempunyai sepuluh mina berikanlah uang itu, uang
yang disembunyikan dalam sapu tangan oleh hamba yang jahat.
Sebab setiap orang yang mempunyai, dan memanfaatkannya de-
ngan baik, kepadanya akan diberi lebih (Luk. 19:24). Demikianlah
orang miskin diganjar, orang yang murah hati dibesarkan hatinya,
dan Allah dipermuliakan.
9 Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga
doanya yaitu kekejian.
Perhatikanlah:
1. Dengan firman dan doalah persekutuan kita dengan Allah tetap
terjaga. Allah berbicara kepada kita melalui hukum-Nya, dan Ia
mengharapkan agar kita mendengarkan Dia dan mencamkan apa
yang dikatakan-Nya. Kita berbicara dengan-Nya melalui doa, dan
kita menantikan jawaban damai atas doa itu. Betapa kita harus
bersikap hormat dan sungguh-sungguh bilamana kita sedang
mendengarkan dan berbicara dengan Tuhan yang mulia!
2. Jika firman Allah tidak kita anggap, maka doa-doa kita bukan saja
tidak akan diterima Allah, namun juga akan menjadi kekejian bagi-
Nya, bukan hanya korban-korban persembahan kita, yang meru-
pakan ketetapan upacara, melainkan juga bahkan doa-doa kita,
yang merupakan kewajiban moral. Padahal doa-doa itu bila di-
naikkan oleh orang yang lurus hati akan begitu menyenangkan
hati-Nya (Yes. 1:11-15). Orang berdosa yang doa-doanya sangat
dimurkai oleh Allah yaitu orang yang dengan sengaja dan keras
hati menolak menaati perintah-perintah Allah, yang bahkan tidak
sudi mendengarkannya, namun memalingkan telinganya untuk
tidak mendengarkan hukum, dan berpaling saat Allah memang-
gil. Oleh sebab itu, dengan adil pula Allah akan menolak dia ke-
tika dia memanggil (1:24-28).
(28:10)
10 Siapa menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat akan jatuh ke dalam
lobangnya sendiri, namun orang-orang yang tak bercela akan mewarisi keba-
hagiaan.
Inilah:
1. Hukuman bagi para penyesat, yang berusaha menarik orang baik-
baik, atau mereka yang mengaku sebagai orang baik-baik, ke da-
lam dosa dan kejahatan. Para penyesat ini merasa bangga dalam
menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat, dalam menjerat me-
reka ke dalam perangkap, supaya bisa menghina mereka. Namun,
mereka tidak akan berhasil. Mustahil menipu umat pilihan. Seba-
liknya, mereka akan jatuh ke dalam lobang mereka sendiri. Dan
oleh sebab mereka bukan saja sudah menjadi orang-orang ber-
dosa, melainkan juga para penggoda, bukan saja tidak benar,
melainkan juga musuh orang benar. Maka, hukuman mereka
akan jauh lebih berat (Mat. 23:14-15).
2. Kebahagiaan orang jujur. Mereka tidak saja akan dijaga dari jalan
yang jahat yang ke dalamnya orang fasik akan memancing mere-
ka, namun juga akan mewarisi kebahagiaan, kebahagiaan terbesar,
segala anugerah dan penghiburan dari Roh Allah, selain apa yang
bisa mereka peroleh kembali.
11 Orang kaya menganggap dirinya bijak, namun orang miskin yang berpeng-
ertian mengenal dia.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang kaya cenderung menganggap diri bijak, sebab ,
sekalipun hal-hal lain tidak mereka ketahui, mereka tahu bagai-
mana mendapatkan penghasilan dan menabung. Orang-orang
yang berdompet tebal berharap bahwa segala sesuatu yang mereka
katakan harus dianggap sebagai sabda dan hukum, dan bahwa
tak seorang pun boleh berani membantah mereka, namun setiap
berkas gandum harus sujud menyembah kepada berkas gandum
mereka. Angan-angan ini dituruti oleh para penjilat yang, sebab
(seperti nabi-nabi Izebel) mendapat makan di meja mereka, mau
saja menggembar-gemborkan hikmat orang-orang kaya itu.
2. Orang-orang yang miskin sering kali terbukti lebih bijak dibandingkan
orang-orang yang kaya: orang miskin, yang sudah bersusah payah
mendapatkan hikmat, sebab tidak mempunyai cara lain (seperti
yang dimiliki orang kaya) untuk mendapat nama baik, mengenal
dia, dan memperlihatkan bahwa ia bukanlah seorang cendekia-
wan, atau seorang negarawan, seperti yang disangka orang sela-
ma ini. Lihatlah betapa beragamnya Allah membagi-bagikan pem-
berian-Nya. Kepada sebagian orang Ia memberikan kekayaan, ke-
pada sebagian yang lain hikmat, dan mudah untuk mengatakan
mana pemberian yang lebih baik, yang harus berusaha kita per-
oleh dengan lebih sungguh-sungguh.
12 Jika orang benar menang, banyaklah pujian orang, namun jika orang fasik
mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri.
Perhatikanlah:
1. Penghiburan yang diterima umat Allah merupakan kehormatan
bagi sebuah bangsa yang di dalamnya mereka hidup. Banyaklah
pujian orang yang berdiam di negeri jika orang benar menang, jika
mereka mendapat kebebasan, bebas menghayati agama mereka,
dan tidak dianiaya, jika pemerintah menyokong mereka dan mem-
berikan penghiburan kepada mereka, jika mereka makmur dan
menjadi kaya, dan jauh terlebih lagi, jika mereka diangkat dan
dipekerjakan serta diserahi kekuasaan.
2. Naiknya orang fasik berarti pudarnya keindahan sebuah bangsa:
jika orang fasik mendapat kekuasaan dan memimpin, mereka
mulai menentang segala sesuatu yang suci, maka orang menyem-
bunyikan diri, orang baik terlempar dalam keterasingan, dan ha-
rus bersembunyi demi keamanannya sendiri. Kebobrokan-kebo-
brokan begitu merajalela sehingga, seperti pada masa Elia, tampak-
nya tidak seorang baik pun yang tinggal, sebab orang-orang fasik
berjalan ke mana-mana dalam gerombolan yang begitu besar.
(28:13)
13 Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, namun
siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.
Inilah:
1. Kebodohan dalam memanjakan dosa, dalam meremehkan dan
membiarkannya, menyangkal atau melunakkannya, mengecilkan-
nya, menyembunyikannya, atau mempersalahkan orang lain atas-
nya: siapa menyembunyikan pelanggarannya seperti itu tidak akan
beruntung. Janganlah pernah ia mengharapkan keuntungan. Ia
tidak akan berhasil dalam usahanya untuk menutup-nutupi do-
sanya, sebab dosanya itu akan ketahuan, cepat atau lambat.
Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan.
Burung di udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu. Pem-
bunuhan akan terungkap, dan demikian pula dengan dosa-dosa
lain. Ia tidak akan beruntung, yakni, tidak akan mendapat peng-
ampunan bagi dosanya, tidak pula hati nuraninya akan bisa
sungguh-sungguh tenang. Daud mengakui bahwa ia terus-mene-
rus gelisah saat ia menutupi dosa-dosanya (Mzm. 32:3-4). Apa-
bila seorang pasien menyembunyikan penyakitnya, ia tidak bisa
berharap akan mendapat kesembuhan.
2. Keuntungan dalam memisahkan diri dari dosa, baik melalui peng-
akuan dosa dengan hati yang bertobat maupun melalui perbuatan
pembaharuan menyeluruh: siapa mengakui kesalahannya di ha-
dapan Allah, dan berhati-hati untuk tidak kembali berdosa lagi,
akan disayangi Allah, dan akan mendapat penghiburan dari perto-
batannya itu dalam hati sanubarinya. Hati nuraninya akan dite-
nangkan dan kehancurannya dicegah (1Yoh. 1:9; Yer. 3:12-13).
jika kita menempatkan dosa di hadapan wajah kita (seperti
Daud, aku senantiasa bergumul dengan dosaku), maka Allah akan
melemparkannya jauh-jauh di belakang-Nya.
14 Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, namun orang
yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.
Inilah:
1. Keuntungan dari kehati-hatian yang kudus. Kedengarannya aneh,
namun sungguh benar: berbahagialah orang yang senantiasa takut.
Kebanyakan orang menganggap bahwa yang berbahagia yaitu
orang-orang yang tidak pernah takut. namun ada juga ketakutan
yang sama sekali tidak menyiksa namun justru mengandung ke-
puasan besar. Berbahagialah orang yang selalu menjaga di dalam
pikirannya rasa takut dan hormat yang kudus akan Allah, kemu-
liaan-Nya, kebaikan-Nya, dan pemerintahan-Nya. Berbahagialah
orang yang selalu takut melanggar perintah Allah dan takut mem-
bangkitkan amarah-Nya, yang menjaga kepekaan hati nuraninya
dan merasa ngeri dengan timbulnya kejahatan. berbahagialah
orang yang selalu mengawasi dirinya sendiri, yang tidak meng-
andalkan kemampuannya sendiri, dan hidup dengan kesadaran
bahwa permasalahan dan perubahan akan datang, sehingga, ka-
panpun itu datang, itu tidak akan mengejutkannya. Orang yang
menjaga rasa takut seperti ini akan hidup dalam iman dan kewas-
padaan, dan oleh sebab itu berbahagialah ia, diberkati dan kudus.
2. Bahaya dari kepongahan yang mengandung dosa: orang yang me-
ngeraskan hatinya, yang mengolok-olok rasa takut, yang menan-
tang Allah serta penghakiman-penghakiman-Nya, dan tidak me-
nerima pelajaran dari firman atau tongkat-Nya, akan jatuh ke
dalam malapetaka. Kepongahannya akan menjadi kehancurannya,
dan dosa apa saja (yang merupakan malapetaka terbesar) yang ke
dalamnya ia jatuh disebabkan oleh kekerasan hatinya sendiri.
15 Seperti singa yang meraung atau beruang yang menyerbu, demikianlah
orang fasik yang memerintah rakyat yang lemah.
Memang ada tertulis, janganlah engkau berkata jahat tentang seorang
pemimpin bangsamu. namun jika ia seorang pemimpin yang fasik,
yang menindas rakyat, terutama rakyat miskin, merampok dari mere-
ka harta mereka yang hanya sedikit saja dan memangsa mereka,
maka apa pun sebutan kita bagi pemimpin seperti itu, ayat ini me-
nyebutnya sebagai singa yang meraung dan beruang yang menyerbu.
1. Sehubungan dengan tabiatnya. Ia seperti binatang, biadab, dan
haus darah. Ia lebih pantas ditempatkan di antara binatang-bina-
tang pemangsa, yang paling buas dan ganas, dibandingkan dianggap
sebagai salah seorang makhluk terhormat yang kemuliaannya
yaitu akal budi dan kemanusiaan.
2. Sehubungan dengan kejahatan yang diperbuatnya terhadap rak-
yatnya. Ia mengerikan seperti singa yang mengaum, yang meng-
gentarkan hutan rimba. Ia melahap seperti seekor beruang yang
lapar, dan semakin lapar ia semakin besar kerusakan yang diper-
buatnya, dan semakin rakus ia mencari mangsa.
16 Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya,
namun orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya.
Dua hal di sini ditunjukkan sebagai penyebab dari diselewengkannya
pemerintahan oleh para penguasa:
1. Cinta uang, akar segala kejahatan itu. Sebab membenci laba yang
tidak halal di sini dipertentangkan dengan penindasan, sesuai
dengan tabiat hakim-hakim yang baik menurut Musa, orang-orang
yang takut akan Allah dan benci kepada pengejaran suap (Kel.
18:21). Orang-orang ini yaitu orang-orang yang bukan hanya
tidak tamak, namun juga membenci ketamakan, dan melepaskan
tangan untuk tidak menggenggam suap. Seorang penguasa yang
tamak tidak akan berlaku adil ataupun mencintai kesetiaan, ia
malah akan memperjualbelikan orang-orang bawahannya.
2. Tidak adanya pertimbangan: orang yang membenci laba yang
tidak halal memperpanjang pemerintahan dan ketenteramannya,
akan berbahagia sebab disenangi rakyatnya dan diberkati Allah-
nya. yaitu kepentingan sekaligus kewajiban para penguasa un-
tuk memerintah dalam kebenaran. Oleh sebab itu, para penindas
dan penguasa yang lalim yaitu orang-orang paling bodoh di
dunia. Mereka tidak mempunyai pengertian. Mereka tidak memi-
kirkan kehormatan, kenyamanan, dan keamanan mereka sendiri,
namun mengorbankan semuanya itu demi ambisi mereka untuk
memiliki kekuasaan yang mutlak dan sewenang-wenang. Padahal
mereka akan jauh lebih berbahagia jika disenangi rakyat dibandingkan
memiliki banyak harta dan kedudukan tinggi.
17 Orang yang menanggung darah orang lain akan lari sampai ke liang kubur.
Janganlah engkau menahannya!
Ini sesuai dengan hukum kuno, siapa yang menumpahkan darah ma-
nusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia (Kej. 9:6), dan menya-
takan,
1. Hukuman bagi penumpah darah. Siapa yang sudah melakukan
pembunuhan, meskipun ia lari untuk menyelamatkan diri, akan
senantiasa dihantui oleh bermacam-macam kengerian. Ia sendiri
akan lari sampai ke liang kubur, akan membuat jati dirinya ter-
ungkap, dan menyiksa dirinya sendiri, seperti Kain, yang, sesudah
membunuh adiknya, menjadi seorang pelarian dan pengembara,
dan terus hidup dalam kegentaran.
2. Kewajiban seorang penuntut tebusan darah, entah sang hakim
atau keluarga terdekat, atau siapa pun yang berkepentingan untuk
membalaskan penumpahan darah. Hendaklah mereka mengerja-
kannya dengan penuh perhatian dan semangat, dan hendaklah
pekerjaan itu tidak ditahan-tahan oleh suap. Orang-orang yang
membebaskan pembunuh, atau berbuat apa saja untuk mem-
bantunya, berarti berbagi kesalahan dalam penumpahan darah.
Dan tidak pula sebuah negeri bisa dibersihkan dari darah kecuali
dengan darah orang yang telah menumpahkannya (Bil. 35:33).
18 Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, namun siapa berliku-liku
jalannya akan jatuh ke dalam lobang.
Perhatikanlah:
1. Orang yang jujur selalu aman. Orang yang berbuat jujur, yang
berbicara seperti ia berpikir, yang matanya dalam segala hal
hanya tertuju semata kepada kemuliaan Allah dan kebaikan sau-
dara-saudaranya, yang tidak mau, demi apa pun di dunia, mela-
kukan suatu hal yang tidak adil jika ia mengetahuinya, yang
segala perilaku hidupnya tidak bercela, ia akan diselamatkan di
kehidupan nanti. Kita mendapati sekumpulan orang-orang mulia
dari orang-orang yang di dalam mulut mereka tidak ada dusta
(Why. 14:5). Mereka akan aman sekarang. Kejujuran dan kelurus-
an akan menjaga orang, akan memberi mereka rasa aman yang
kudus di masa-masa terburuk. Sebab rasa aman akan menjaga
penghiburan mereka, nama baik mereka, dan semua kepentingan
mereka. Mereka bisa saja terluka, namun tidak bisa disakiti.
2. Orang-orang yang palsu dan tidak jujur tidak pernah aman: siapa
berliku-liku jalannya, yang ingin mengamankan dirinya dengan
perbuatan-perbuatan curang, dengan menipu dan berkhianat,
atau dengan menumpuk harta benda yang diperoleh secara keji,
ia akan jatuh, bahkan, ia akan langsung jatuh ke dalam lobang,
bukan secara perlahan-lahan, dan dengan diberi peringatan sebe-
lumnya, melainkan secara tiba-tiba, tanpa diberi tahu sebelum-
nya, sebab keadaannya paling tidak aman saat ia merasa paling
terlindungi. Ia langsung jatuh, sehingga tidak mempunyai waktu
entah untuk berjaga-jaga melawan kehancurannya atau membuat
persediaan untuk menghadapinya. Dan, sebab datangnya me-
ngejutkan, maka itu akan menjadi kengerian yang luar biasa he-
bat baginya.
19 Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, namun siapa
mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang rajin menekuni panggilan hidup mereka berarti
mengambil jalan untuk hidup dengan nyaman: siapa mengerjakan
tanahnya, menjagai tokonya, dan mengurusi usahanya, apa pun
itu, ia akan kenyang dengan makanan, dengan apa yang dibutuh-
kan bagi dirinya sendiri dan keluarganya, dan dengannya ia bisa
bermurah hati kepada orang miskin. Ia akan memakan hasil jerih
payah tangannya .
2. Mereka yang malas, ceroboh, dan senang duduk kumpul-kumpul,
meskipun mereka memanjakan diri dalam kehidupan yang mu-
dah dan menyenangkan, mereka sebenarnya mengambil jalan un-
tuk hidup sengsara. Siapa mempunyai tanah dan menilai tinggi
dirinya dengan tanah itu, namun tidak mengerjakannya, namun
mengejar barang yang sia-sia (KJV: mengikuti orang-orang semba-
rangan pen.), minum-minum bersama mereka, bergabung ber-
sama mereka untuk berpelesir dan berhura-hura, dan mem-
buang-buang waktunya begitu saja, ia akan jatuh miskin, akan
kenyang atau dipenuhi dengan kemiskinan (begitulah kata yang
digunakan di sini). Ia mengambil jalan-jalan yang langsung mem-
bawanya kepada kemiskinan sehingga ia tampak menginginkan-
nya, dan ia akan dikenyangkan dengannya.
20 Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, namun orang yang
ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.
Di sini:
1. Kita diarahkan pada jalan yang benar untuk berbahagia, dan
jalan itu yaitu menjadi kudus dan jujur. Orang yang dapat diper-
caya oleh Allah dan manusia akan diberkati Tuhan, dan ia akan
mendapat banyak berkat dari sumber-sumber baik yang di atas
maupun yang di bawah. Manusia akan memujinya, dan berdoa
untuknya, dan siap melakukan