Minggu, 29 Desember 2024

amsal 25


  kebaikan apa saja baginya. Ia 

akan banyak melakukan kebaikan, dan ia sendiri akan menjadi 

berkat bagi tempat di mana ia tinggal. Kegunaan akan menjadi 

imbalan bagi kesetiaan, dan sungguh itu imbalan yang baik.  

2. Kita diperingatkan akan jalan menuju kebahagiaan yang palsu 

dan menipu, dan jalan itu yaitu , entah benar atau salah, me-

nambah kekayaan dengan sesaat . Janganlah berkata, “Inilah 

jalan untuk mendapat banyak berkat,” sebab orang yang ingin 

cepat menjadi kaya, yang suka buru-buru dibandingkan  menggunakan 

kecepatan yang baik, tidak akan luput dari hukuman. Dan, jika 

tidak luput dari hukuman, ia tidak akan diberkati oleh Allah, 

namun  lebih membawa kutuk pada apa yang dimilikinya. Dan juga, 

jika ia tidak luput dari hukuman, ia tidak bisa hidup tenang 

untuk waktu yang lama. Ia tidak akan dipandang bersih dari 

kesalahan oleh para tetangganya, namun  malah menerima niat dan 

kata-kata yang jahat dari mereka. Tidak dikatakan bahwa ia tidak 

mungkin luput dari hukuman, namun  bahwa dari segala kemung-

kinan yang ada, ia tidak akan luput dari hukuman: orang yang 

tergesa-gesa akan salah langkah, tersandung, dan jatuh. Sed quæ 

reverentia legum, quis metus, aut pudor, est unquam properantis 

avari? – Mana mungkin orang gila harta yang ingin buru-buru jadi 

kaya memperlihatkan rasa hormat kepada hukum, rasa takut dan 

rasa malu? 

21 Memandang bulu tidaklah baik, namun  untuk sekerat roti orang membuat 

pelanggaran. 

Perhatikanlah:  

1. yaitu  kesalahan yang mendasar dalam pelaksanaan keadilan, 

dan yang tidak bisa tidak mengantar orang pada banyak pelang-

garan, jika sesorang lebih mempertimbangkan pihak-pihak yang 

berkepentingan dibandingkan  kelayakan-kelayakan perkaranya. Aki-

batnya, ia lebih pilih kasih terhadap pihak yang satu   sebab  orang 

itu orang terhormat, seorang cendekiawan, kawan sebangsa, atau 

kenalan lama; bisa juga   sebab  orang tersebut sudah berbuat baik 

kepadanya sebelumnya, atau dapat melakukan kebaikan untuk-

nya, atau berasal dari pihak dan keyakinannya. Konsekuensi lain, 

seseorang berlaku keras terhadap pihak lain   sebab  ia orang 

asing, orang miskin; bisa juga   sebab  orang itu pernah membalas 

dengan kejahatan, sedang atau pernah menjadi saingan, tidak se-

paham, atau pernah memberikan suaranya untuk menentang. Ke-

adilan akan disesatkan jika  pertimbangan semacam ini dibiar-

kan masuk ke dalam neracanya, yaitu hal-hal di luar kebenaran.  

2.  Orang-orang yang berat sebelah akan dianggap remeh. jika  

orang sudah menghancurkan ikatan keadilan, meskipun pada 

awalnya pastilah banyak suap atau suatu hadiah mahal yang mem-

buat mereka berat sebelah, namun, saat  mereka sudah merusak-

kan hati nurani mereka sendiri, pada akhirnya mereka akan begitu 

kotor sehingga untuk sekerat roti pun mereka akan memberikan 

penghakiman melawan hati nurani mereka sendiri. Mereka lebih 

memilih memainkan permainan kecil dibandingkan  menahan diri. 

22 Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bah-

wa ia akan mengalami kekurangan. 

Di sini Salomo kembali menunjukkan dosa dan kebodohan orang-

orang yang mau menjadi kaya. Mereka bertekad untuk menjadi kaya, 

per fas, per nefas – benar atau salah. Mereka ingin menjadi kaya sece-

pat mungkin. Mereka tergesa-gesa mengejar harta.  

1. Mereka tidak mendapat penghiburan di dalamnya: mereka me-

mandang dengan jahat (KJV), yakni, mereka selalu bersedih bila 

melihat orang-orang mempunyai lebih banyak harta dibandingkan  

mereka, dan mereka selalu kesal bila harus mengeluarkan biaya-

biaya untuk kebutuhan hidup mereka sendiri. Sebab menurut 

mereka, orang yang mempunyai lebih banyak harta membuat 

mereka tidak bisa tampak kaya, dan biaya yang harus mereka ke-

luarkan untuk kebutuhan hidup mereka sendiri mencegah mereka 

untuk menjadi kaya.   sebab  itu, mereka senantiasa dihantui kege-

lisahan dengan kedua hal ini.  

2. Mereka tidak memiliki jaminan akan keberlangsungan harta me-

reka, namun  sekalipun begitu mereka tidak mau berpikir untuk 

membuat persediaan kalau-kalau hartanya lenyap: mereka akan 

mengalami kekurangan, dan kekayaan yang untuknya mereka 

sudah mengembangkan sayap, supaya mereka bisa terbang men-

dapatkannya, akan mengembangkan sayapnya sendiri untuk ter-

bang menjauh dari mereka. Sekalipun demikian, mereka masih 

merasa aman-aman dan hidup boros, sebab mereka tidak menge-

tahuinya, sehingga selagi mereka tergesa-gesa mengejar harta, 

mereka sebenarnya sedang tergesa-gesa menjadi miskin, sebab 

kalau tidak, mereka tidak akan berharap pada sesuatu yang tak 

tentu seperti kekayaan. 

23 Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada orang yang 

menjilat. 

Perhatikanlah:  

1. Para penjilat bisa saja menyenangkan orang-orang yang, bila me-

reka merenungkan kembali, pada suatu saat nanti akan memben-

ci dan merendahkan mereka. Jika orang-orang yang disanjung itu 

kemudian diinsafkan mengenai kejahatan dari jalan-jalan dosa 

yang disanjung-sanjung itu, dan menjadi malu dengan kebangga-

an dan keangkuhan yang mereka rasakan melalui sanjungan-

sanjungan itu, maka mereka akan membenci para penjilat yang 

menyanjung-nyanjung itu sebagai orang-orang yang bermaksud 

jahat terhadap mereka. Mereka juga akan membenci segala san-

jungan yang berlebih-lebihan itu sebagai sesuatu yang sudah mem-

bawa dampak buruk pada mereka. Mereka akan menjadi muak.  

2. Orang yang menegur mungkin tidak membuat senang orang-

orang yang ditegur pada awalnya, namun sesudah  itu, saat  ama-

rah sudah lenyap dan jiwa yang pahit sudah mulai tenang, orang-

orang itu akan mengasihi dan menghormati mereka. Orang yang 

berlaku setia terhadap temannya, dengan memberi tahu dia akan 

kesalahan-kesalahannya, mungkin untuk saat itu akan membuat 

temannya itu panas hati, dan malahan ia akan dihujani dengan 

kata-kata pedas, bukannya ucapan terima kasih untuk jerih pa-

yahnya itu. Namun sesudahnya, ia tidak hanya akan mendapat 

penghiburan dalam hati sanubarinya sendiri   sebab  sudah melak-

sanakan kewajibannya, namun  juga teman yang ditegurnya itu 

akan mengakui bahwa tegurannya itu baik. Teman itu akan me-

mandang tinggi hikmat dan kesetiaannya, dan melihatnya pantas 

untuk dijadikan sebagai sahabat. Orang yang berteriak-teriak ke-

sakitan pada dokter bedah yang sedang mengorek-ngorek luka-

nya, tetap akan membayar dokter itu dengan baik, dan juga ber-

terima kasih kepadanya, saat  ia sudah menyembuhkannya. 


24 Siapa merampasi ayah dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu

pelanggaran, ia sendiri yaitu  kawan si perusak. 

Sama halnya dengan Kristus yang menunjukkan keganjilan dan kefa-

sikan anak-anak yang menganggap bahwa bukan kewajiban mereka, 

dalam beberapa kasus, untuk merawat orangtua mereka (Mat. 15:5), 

demikian pula dengan Salomo di sini yang menunjukkan keganjilan 

dan kefasikan orang-orang yang menganggap bahwa bukan dosa 

untuk merampasi orangtua mereka. Ini bisa dengan cara paksa atau 

secara diam-diam, dengan memperdaya atau mengancam mereka, 

atau dengan membuang-buang apa yang mereka miliki, dan (yang 

tidak lebih baik dari merampasi mereka) membuat diri terlilit utang 

dan menyerahkan kepada mereka untuk membayarnya. Nah,  

1. Hal ini biasanya dianggap remeh oleh anak-anak yang tidak mau 

diatur. Mereka berkata: “Itu bukan suatu pelanggaran, sebab se-

bentar lagi juga harta itu akan menjadi milik kita sendiri, orang-

tua kita bisa hidup dengan cukup baik tanpanya, kita membutuh-

kannya, kita tidak bisa hidup seperti orang terhormat dengan 

uang jajan yang diberikan orangtua kita kepada kita, itu terlalu 

pas-pasan buat kita.” Dengan alasan-alasan seperti ini mereka 

berusaha mengalihkan rasa bersalah. namun ,  

2. Betapapun anak muda yang bandel menganggapnya remeh, hal 

itu tetap merupakan suatu dosa yang sangat besar. Orang yang 

melakukannya yaitu  kawan si perusak, tidak lebih baik dari-

pada perampok di tengah jalan. Kefasikan apa yang enggan diper-

buatnya nanti jika ia sudah tega merampasi orangtuanya sendiri? 

25 Orang yang loba, menimbulkan pertengkaran, namun  siapa percaya kepada 

TUHAN, diberi kelimpahan. 

Perhatikanlah:  

1. Orang menjadikan dirinya berkekurangan, dan terus-menerus ge-

lisah, bila mereka loba dan suka bertengkar, sebab mereka diha-

dapkan dengan orang-orang yang akan diberi kelimpahan. Orang 

yang loba, yang merasa diri besar dan memandang rendah semua 

orang di sekelilingnya, yang tidak bisa tahan entah dengan per-

saingan atau perlawanan, menimbulkan pertengkaran, membuat 

kejahatan, dan menciptakan gangguan pada dirinya sendiri dan 

semua orang lain.  

2. Orang membuat dirinya berkelimpahan, dan selalu tenang, apa-

bila ia hidup dengan senantiasa bergantung pada Allah dan anu-

gerah-Nya: siapa percaya kepada TUHAN, yang tidak berjuang 

demi dirinya sendiri, namun  menyerahkan perkaranya kepada 

Allah, akan diberi kelimpahan. Ia menabung uang yang oleh orang 

lain akan dihabiskan demi kesombongan dan pertengkaran me-

reka. Ia menikmati dirinya sendiri, dan mendapatkan kepuasan 

berlimpah di dalam Allahnya. Dengan demikian jiwanya berdiam 

dengan tenang, dan sangat mungkin baginya untuk memiliki 

dengan berkelimpahan hal-hal baik yang bersifat lahiriah. Tidak 

ada orang yang hidup dengan begitu mudah, begitu menyenang-

kan, seperti orang yang hidup oleh iman. 

26 Siapa percaya kepada hatinya sendiri yaitu  orang bebal, namun  siapa 

berlaku dengan bijak akan selamat. 

Inilah:  

1. Tabiat orang bodoh: ia percaya kepada hatinya sendiri, kepada 

hikmat dan nasihat-nasihatnya sendiri, kekuatan dan kemam-

puannya sendiri, jasa dan kebenarannya sendiri, dan penilaian-

nya yang baik akan dirinya sendiri. Orang yang berbuat demikian 

yaitu  orang bebal, sebab ia percaya pada apa yang bukan hanya 

lebih licik dari pada segala sesuatu (Yer. 17:9), namun  juga yang 

sudah sering kali menipunya. Di sini tersirat bahwa tabiat orang 

bijak (seperti sebelumnya dalam ayat 25) yaitu  percaya kepada 

TUHAN, dan kepada kuasa serta janji-Nya, dan mengikuti bim-

bingan-Nya (Ams. 3:5-6).  

2. Penghiburan bagi orang bijak: siapa berlaku dengan bijak, yang 

tidak percaya kepada hatinya sendiri, namun  rendah hati dan me-

nahan diri, dan melangkah maju di dalam kekuatan Tuhan Allah, 

ia akan selamat. Sementara orang bebal, yang percaya kepada 

hatinya sendiri, akan dibinasakan. 

27 Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, namun  orang 

yang menutup matanya akan sangat dikutuki. 


Inilah: 

1. Sebuah janji kepada orang yang murah hati: siapa memberi ke-

pada orang miskin, ia sendiri tidak akan pernah menjadi lebih 

miskin dengan berbuat demikian. Ia tidak akan kekurangan. Jika 

ia hanya mempunyai sedikit, sehingga terancam berkekurangan, 

biarlah ia memberi dari sedikit yang dimilikinya itu, maka itu 

akan mencegahnya untuk tidak punya apa-apa. Seperti kemu-

rahan hati seorang janda di Sarfat kepada Elia (yang untuknya 

janda itu pertama-tama membuat sedikit roti) menyelamatkan apa 

yang dimilikinya, yang sebelumnya cuma tinggal segenggam 

tepung. Jika orang mempunyai banyak, hendaklah ia memberi 

banyak dari yang dimilikinya itu, maka itu akan mencegahnya 

untuk berkurang. Ia dan kepunyaannya tidak akan kehilangan 

sesuatu yang diberikan dengan kemurahan hati dan kesalehan. 

Apa yang telah kita berikan kita memilikinya.  

2. Sebuah ancaman bagi orang kikir: orang yang menutup matanya, 

supaya ia tidak dapat melihat kesengsaraan-kesengsaraan orang 

miskin atau membaca permohonan-permohanan mereka, supaya 

jangan matanya memengaruhi hatinya dan menggugah jiwanya 

untuk meringankan beban mereka, ia akan sangat dikutuki, baik 

oleh Allah maupun manusia. Kutuk itu bukannya tanpa sebab, 

dan oleh   sebab  itu pasti akan menimpanya. Terkutuklah keadaan 

orang jika firman Allah dan doa-doa orang miskin menentang dia. 

28 Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri, namun  

jika mereka binasa, bertambahlah jumlah orang benar. 

Ayat ini bertujuan sama dengan apa yang sudah kita dapati sebelum-

nya dalam ayat 12.  

1. jika  orang jahat diangkat, maka yang baik ditutupi dan 

dijatuhkan. jika  kekuasaan diserahkan ke dalam tangan orang 

fasik, orang menyembunyikan diri. Orang-orang bijak mundur da-

lam kesendirian dan menolak ikut campur dalam urusan umum, 

tidak sudi dipekerjakan di bawah orang fasik. Orang-orang kaya 

menyingkir,   sebab  takut harta benda mereka diperas. Dan, yang 

terburuk dari semuanya, orang-orang baik bersembunyi, putus 

asa untuk berbuat baik dan takut akan dianiaya serta diperlaku-

kan dengan kejam.  

2. jika  orang jahat dihina, direndahkan, dan kekuasaan mereka 

dirampas, maka apa yang baik hidup kembali, dan pada saat itu 

bertambahlah jumlah orang benar. Sebab, jika mereka binasa, 

orang-orang baik akan ditempatkan menggantikan mereka, dan 

mereka akan, melalui teladan dan kepentingan mereka, menyo-

kong agama dan kebenaran. Tenteramlah negeri jika jumlah orang 

baik bertambah di dalamnya. Dan oleh sebab itu, semua raja, 

negara, dan penguasa, harus mengambil kebijakan untuk mem-

besarkan hati orang-orang benar, dan untuk secara khusus mem-

perhatikan pendidikan yang baik bagi kaum muda.   


1 Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan seko-

nyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.  

Di sini:  

1. Kekerasan hati banyak orang fasik di jalan yang fasik haruslah 

diratapi dengan sangat. Mereka telah sering kali mendapat teguran 

dari orang tua dan teman-teman, dari hakim-hakim dan hamba-

hamba Tuhan, oleh pemeliharaan Allah dan hati nurani mereka 

sendiri. Mereka telah diperhadapkan pada dosa-dosa mereka dan 

diberi peringatan yang sepatutnya akan akibat-akibatnya, namun  

semua itu sia-sia. Mereka bersitegang leher. Mungkin mereka me-

nolak mentah-mentah dan sama sekali tidak sudi mendengar 

teguran itu. Atau, kalaupun mereka mendengarnya, mereka terus 

melakukan dosa-dosa yang untuknya mereka ditegur itu. Mereka 

tidak mau menundukkan leher pada kuk itu, namun  menjadi anak-

anak Belial. Mereka mengabaikan teguran (10:17), menolaknya 

(5:12), dan membencinya (12:1).  

2.  Akibat dari kekerasan hati ini haruslah amat ditakuti: orang-

orang yang terus berdosa, sekalipun sudah diperingatkan, akan 

diremukkan. Orang-orang yang tidak mau diperbarui harus sadar 

bahwa mereka pasti akan dihancurkan. Jika tongkat tidak berha-

sil, kapaklah yang akan dipakai. Mereka akan sekonyong-konyong 

diremukkan, di tengah-tengah keadaan aman mereka, tanpa dapat 

dipulihkan lagi. Mereka telah berdosa melawan obat yang bisa 

mencegah penyakit, dan oleh sebab itu janganlah mereka berha-

rap akan mendapat obat yang bisa menyembuhkan penyakit. Ne-


raka yaitu  kehancuran yang tidak dapat dipulihkan. Mereka 

akan dihancurkan, tanpa dapat disembuhkan, begitulah kata yang 

digunakan. Jika Allah melukai, siapakah yang dapat menyembuh-

kan? 


2 Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, namun  jika orang fasik 

memerintah, berkeluhkesahlah rakyat. 

Ini sudah dikatakan sebelumnya (28:12-28).  

1. Rakyat akan mempunyai alasan untuk bersukacita atau berkeluh 

kesah tergantung apakah pemerintah mereka benar atau fasik. 

Sebab, jika orang benar memerintah, dosa akan dihukum dan di-

kendalikan, agama dan kebajikan akan disokong dan dijaga nama 

baiknya. namun , jika orang fasik mendapat kekuasaan di tangan 

mereka, kefasikan akan merajalela, agama dan orang-orang ber-

agama akan dianiaya, dan dengan demikian tujuan-tujuan peme-

rintahan akan diselewengkan.  

2. Rakyat akan benar-benar bersukacita atau berkeluh kesah tergan-

tung apakah pemerintah mereka benar atau fasik. Bahkan rakyat 

biasa pun sangat yakin bila melihat kebajikan dan agama men-

dapat tempat utama, sehingga mereka akan bersukacita saat  

melihat keduanya ditinggikan dan disokong dalam pemerintahan. 

Sebaliknya, sekalipun orang memiliki kehormatan atau kekuasaan 

yang begitu besar, namun jika mereka fasik dan keji, dan meng-

gunakan kehormatan atau kekuasaan itu dengan jahat, maka 

mereka membuat diri mereka sendiri hina dan rendah bagi seluruh 

umat (seperti imam-imam dalam Maleakhi 2:9 itu), dan rakyat 

akan merasa sengsara di bawah pemerintahan seperti itu. 

(29:3) 

3 Orang yang mencintai hikmat menggembirakan ayahnya, namun  siapa yang 

bergaul dengan pelacur memboroskan harta. 

Kedua bagian dari ayat ini mengulangi apa yang sudah sering kali di-

katakan, namun  dengan membandingkan keduanya bersama-sama, 

pengertiannya diperluas oleh satu sama lain.  

1. Hendaklah diperhatikan, demi kehormatan orang muda yang ba-

jik, supaya ia mencintai hikmat, ia menjadi seorang filsuf (sebab 

kata itu berarti pencinta hikmat), sebab agama yaitu  filsafat yang 

terbaik. Ia menghindari pergaulan yang buruk, dan terutama per-

gaulan dengan wanita -wanita  cabul. Dengan ini ia meng-

gembirakan orangtuanya, dan merasa puas bahwa ia menjadi peng-

hiburan bagi mereka. Ia menambah harta bendanya, dan akan bisa 

hidup dengan nyaman.  

2. Hendaklah diperhatikan, bagi cela orang muda yang jahat, bila ia 

membenci hikmat. Ia bergaul dengan wanita -wanita  yang 

melakukan hal-hal yang memalukan, yang akan menghancurkan 

baik jiwa maupun raganya. Ia mendukakan orangtuanya, dan, se-

perti anak hilang, menghabiskan harta benda mereka dengan pela-

cur. Tidak ada hal lain yang lebih cepat membuat orang menjadi 

pengemis selain hawa nafsu kecemaran. Dan pelindung terbaik 

dari hawa-hawa nafsu yang menghancurkan itu yaitu  hikmat. 

4 Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya, namun  orang yang me-

mungut banyak pajak meruntuhkannya. 

Inilah: 

1. Kebahagiaan rakyat di bawah pemerintahan yang baik. Yang ha-

rus diperhatikan dan diurusi oleh seorang raja yaitu  menegak-

kan negerinya, menetapkan dasar-dasar hukumnya, menenang-

kan pikiran rakyatnya dan membuat mereka nyaman, melindungi 

kebebasan dan harta milik mereka dari tangan-tangan musuh 

serta menjaminnya untuk anak cucu, dan menertibkan apa yang 

kacau. Ini harus dilakukannya dengan keadilan, dengan nasihat-

nasihat yang bijak, dan dengan pelaksanaan keadilan yang tetap, 

tanpa memandang orang, yang akan mendapat dampak-dampak 

baik ini.  

2.  Kesengsaraan rakyat di bawah pemerintahan yang buruk: Orang 

yang membawa persembahan (begitu arti tersiratnya) meruntuhkan 

negeri. Orang yang semacam ini yaitu  orang yang tidak meng-

indahkan agama atau percaya pada takhayul, atau yang merebut 

pekerjaan imam, seperti Saul dan Uzia, atau orang yang hanya 

ingin mendapat uang, dan bila diberi suap besar, akan membiarkan 

yang paling bersalah, dan dengan harapan mendapat suap besar, 

akan menganiaya yang tidak bersalah. Pemerintah-pemerintah se-

perti ini akan menghancurkan negeri. 

5 Orang yang menjilat sesamanya membentangkan jerat di depan kakinya. 

Yang bisa dikatakan menjilat sesamanya yaitu  mereka yang memuji 

dan menyanjung apa yang baik pada orang lain (kebaikan yang mere-

ka lakukan atau miliki) yang sebenarnya bukanlah kebaikan atau se-

baik seperti yang mereka gambarkan. Mereka mengaku-ngaku bahwa 

mereka menghargai serta menyayangi orang lain, padahal sebenarnya 

tidak. Mereka ini membentangkan jerat di depan kaki mereka. 

1. Di depan kaki sesama mereka, yang mereka jilat. Mereka bermak-

sud jahat dalam berbuat demikian. Mereka tidak akan memuji 

orang lain kecuali ada keuntungan yang mereka harapkan dari 

orang itu. Oleh   sebab  itu, berhikmatlah kita jika mencurigai 

orang-orang yang menjilat kita, bahwa mereka secara diam-diam 

membentangkan jerat di depan kaki kita, supaya dengan demi-

kian kita berjaga-jaga sebagaimana mestinya. Atau, yang mereka 

perbuat itu berdampak buruk bagi orang-orang yang mereka jilat. 

Perbuatan mereka itu membuat orang lain besar kepala, angkuh, 

dan mengandalkan diri sendiri, dan dengan demikian terbukti 

sebagai jerat yang memerangkap mereka dalam dosa.  

2. Di depan kaki mereka sendiri. Begitu sebagian orang memahaminya. 

Siapa menjilat orang lain, dengan berharap bahwa orang lain akan 

membalas pujian-pujiannya dan menyanjung dia, hanya membuat 

dirinya menggelikan dan menjijikkan bahkan bagi orang-orang yang 

dijilatnya. 


6 Orang yang jahat terjerat oleh pelanggarannya, namun  orang benar akan ber-

sorak dan bersukacita. 

Inilah: 

1. Bahaya dari jalan dosa. Bukan saja ada hukuman yang menanti 

di ujung jalan itu, melainkan juga ada jerat yang terpasang di 

dalamnya. Satu dosa merupakan godaan untuk melakukan dosa 

lain, dan ada masalah-masalah yang, sebagai jerat, datang secara 

tiba-tiba kepada orang jahat di tengah-tengah pelanggaran mere-

ka. Bahkan, pelanggaran mereka sendiri sering kali menyeret me-

reka ke dalam berbagai kesusahan. Dosa mereka menjadi hukum-

an bagi mereka, dan mereka terjerat dalam tali dosa mereka sen-

diri (5:22).  

2. Menyenangkannya jalan kekudusan. Jerat yang terpasang dalam 

pelanggaran orang yang jahat merusakkan semua kegembiraan 

mereka, namun  orang benar dijauhkan dari jerat-jerat itu, atau dile-

paskan darinya. Mereka berjalan bebas, berjalan aman, dan oleh 

sebab itu mereka bersorak dan bersukacita. Orang-orang yang 

menjadikan Allah sebagai sukacita utama mereka berarti memiliki-

Nya sebagai sukacita mereka yang melimpah, dan salah mereka 

sendiri jika mereka tidak bersukacita senantiasa. Jika sukacita 

sejati itu ada di seberang sorga di sini, maka tidak diragukan lagi 

orang-orang yang memilikinya yaitu  mereka yang menunjukkan 

perilaku sorgawi. 


7 Orang benar mengetahui hak orang lemah, namun  orang fasik tidak mengertinya. 

Memang disayangkan bahwa hal ini bisa terjadi, namun  siapa saja 

yang mengajukan tuntutan sub formâ pauperis – sebagai orang papa, 

harus mempunyai perkara yang jujur (dari antara semua orang, me-

reka terutama tidak bisa dimaafkan jika perkara mereka tidak jujur), 

sebab Kitab Suci sudah menetapkan agar tuntutan itu didengar se-

cara adil, dan bahwa sang hakim sendiri harus bijak dalam memberi-

kan keputusan, baik kepada si terdakwa maupun kepada si papa. 

1. Di sini digambarkan bahwa tabiat hakim yang benar yaitu  jika ia 

mengetahui hak orang lemah. yaitu  kewajiban setiap orang un-

tuk memperhatikan orang lemah (Mzm. 41:2), namun  penghakiman 

untuk orang lemah harus diperhatikan oleh mereka yang duduk 

di kursi pengadilan. Mereka harus bersusah payah mencari kebe-

naran dalam perkara orang miskin seperti halnya dengan perkara 

orang kaya. Kesadaran akan keadilan haruslah membuat baik 

sang hakim maupun pengacara memberikan perhatian dan kete-

kunan yang sebesar mungkin dalam memeriksa perkara orang 

miskin seolah-olah mereka berharap akan mendapat keuntungan 

terbesar darinya.  

2. Digambarkan sebagai tabiat orang fasik bahwa   sebab  perkara itu 

perkara orang miskin, yang darinya ia tidak akan mendapat apa-

apa, orang fasik tidak mengertinya, tidak mengerti keadaannya 

yang sebenarnya, sebab ia tidak peduli ke mana perkara itu akan 

menuju, entah benar atau salah (Ayb. 29:16). 

8 Pencemooh mengacaukan kota, namun  orang bijak meredakan amarah. 

Lihatlah di sini: 

1. Siapa itu orang-orang yang membahayakan warga : yaitu 

para pencemooh. jika  orang-orang seperti itu dipekerjakan un-

tuk mengurusi negara, maka mereka akan melakukan segala 

sesuatu dengan gegabah, sebab mereka enggan berunding, dan 

tidak mau mengambil waktu untuk menimbang-nimbang serta 

meminta nasihat. Mereka melakukan segala sesuatu secara tidak 

sah dan tidak bisa dibenarkan,   sebab  mereka enggan dihambat 

oleh segala hukum dan ketetapan. Mereka melanggar sumpah me-

reka,   sebab  mereka enggan terikat oleh perkataan mereka. Mere-

ka membangkitkan amarah rakyat,   sebab  mereka enggan menye-

nangkan mereka. Dengan demikian, mereka mengacaukan kota 

dengan perilaku mereka yang jahat, atau (sebagaimana menurut 

arti tersiratnya) mereka membakar kota. Mereka menebarkan per-

pecahan di antara para warga dan membuat mereka resah. Pen-

cemooh yaitu  orang-orang yang menghina agama, tuntutan-tun-

tutan hati nurani, rasa takut terhadap dunia lain, dan segala 

sesuatu yang sakral dan sungguh-sungguh. Orang-orang seperti 

itu yaitu  wabah bagi angkatan mereka. Mereka mendatangkan 

penghakiman-penghakiman Allah ke atas negeri, mengadu domba 

banyak orang, dan dengan demikian meresahkan semuanya.  

2.  Siapa itu orang-orang yang menjadi berkat bagi negeri, yaitu orang-

orang bijak yang, dengan memajukan agama, yang merupakan 

hikmat sejati, meredakan amarah Allah, dan yang, dengan nasihat-

nasihat bijak, mendamaikan pihak-pihak yang bertikai dan mence-

gah dampak-dampak buruk dari perpecahan. Orang yang congkak 

dan bodoh menyalakan api yang harus dipadamkan oleh orang 

baik dan bijak. 

9 Jika orang bijak beperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini meng-

amuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan. 

Orang bijak di sini disarankan untuk tidak menyejajarkan kecerdas-

annya dengan kecerdasan orang bodoh, untuk tidak berselisih de-

ngannya, atau menganggap bahwa dengan bertikai dengannya ia 

akan meyakinkan orang bodoh dengan akal budi, atau akan memper-

oleh kebenaran darinya: Jika orang bijak beperkara dengan orang 

bijak, ia bisa berharap untuk dipahami, dan, sejauh akal budi dan 

keadilan berpihak padanya, untuk mencapai tujuannya, setidak-

tidaknya untuk memperkarakan suatu masalah dan mengakhirinya 

dengan damai. namun , jika ia beperkara dengan orang bodoh, tak ada 

ketenangan. Ia tidak akan melihat akhirnya, tidak pula ia akan 

mendapat kepuasan apa pun di dalamnya, namun  harus sadar bahwa 

ia akan selalu merasa gelisah.  

1. Entah orang bodoh yang dengannya ia beperkara mengamuk atau 

tertawa, entah ia menjawab dengan marah atau mencemooh apa 

yang dikatakan kepadanya, entah ia mencercanya atau mengolok-

oloknya, salah satunya pasti akan ia lakukan, sehingga tak akan 

ada ketenangan. Dengan cara apa pun sesuatu diberikan, itu 

tidak akan diterima dengan baik, dan orang terbijak sekalipun 

hanya bisa menunggu untuk dicerca atau dicemooh jika beper-

kara dengan orang bodoh. Orang yang berperang dengan kotoran 

hewan, entah menang atau kalah, pasti akan tercemar.  

2.  Entah orang bijak sendiri mengamuk atau tertawa, entah ia ber-

sungguh-sungguh atau bermain-main dalam berurusan dengan 

orang bodoh, entah ia berlaku keras atau menyenangkan terha-

dapnya, entah ia datang dengan cambuk atau dengan hati yang 

lemah lembut (1Kor. 4:21), semuanya sama saja, tidak akan ada 

kebaikan yang dihasilkan. Kami meniup seruling bagimu, namun  

kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, namun  kamu 

tidak berkabung.  

10 Orang yang haus akan darah membenci orang saleh, namun  orang yang 

jujur mencari keselamatannya. 

Perhatikanlah: 

1. Orang-orang jahat membenci sahabat-sahabat terbaik mereka: 

Orang yang haus akan darah, semua keturunan si ular tua itu, 

yang yaitu  pembunuh manusia sejak semula, semua orang yang 

mewarisi permusuhannya melawan keturunan wanita , mem-

benci orang saleh. Mereka mengusahakan kehancuran orang baik 

sebab orang baik itu mengutuk dunia yang fasik ini dan bersaksi 

melawannya. Kristus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa 

mereka akan dibenci semua orang. Para penumpah darah memang 

terutama membenci hakim-hakim yang jujur, yang akan mengen-

dalikan dan memperbarui mereka, dan menjalankan hukum-hu-

kum melawan mereka, dan dengan demikian sesungguhnya ber-

buat baik kepada mereka.  

2. Orang-orang baik mengasihi musuh-musuh mereka yang terjahat 

sekalipun: orang yang jujur, yang dibenci oleh para penumpah 

darah, mencari keselamatan mereka (yakni para penumpah darah 

itu), berdoa bagi pertobatan mereka, dan dengan senang hati akan 

melakukan apa saja demi keselamatan mereka. Hal ini diajarkan 

Kristus kepada kita. Bapa, ampunilah mereka. Orang yang jujur 

mencari keselamatannya (KJV: jiwanya – pen.), maksudnya, jiwa 

orang lurus, yang dibenci oleh para penumpah darah (begitu ayat 

ini biasanya dipahami), berusaha untuk melindunginya dari keke-

rasan, dan menyelamatkannya dari, atau membalaskannya pada, 

tangan orang yang haus akan darah.

11 Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, namun  orang bijak akhir-

nya meredakannya. 

Perhatikanlah, 

1. yaitu  suatu bentuk kelemahan bila kita bersikap sangat ter-

buka: beballah orang yang melampiaskan seluruh amarahnya (KJV: 

mengungkapkan seluruh isi pikirannya – pen.), – yang memberi-

tahukan segala sesuatu yang diketahuinya, mengatakan begitu 

saja dengan mulutnya apa saja yang ada dalam pikirannya, dan 

tidak bisa menjaga rahasia. Beballah ia, jika  apa saja mulai 

dibicarakan, ia langsung menimpalinya. Beballah ia, jika  di-

pancing amarahnya, akan mengatakan apa saja yang langsung 

terbersit dalam pikirannya, tanpa peduli siapa yang akan terhina 

olehnya. Beballah ia, jika  saat berbicara tentang perkara apa 

saja, akan mengatakan semua yang dipikirkannya namun  tetap 

merasa belum cukup apa yang dikatakannya, tak peduli diterima 

atau ditolak, entah benar entah salah, ada hubungannya atau 

melantur, semuanya dikeluarkan.  

2. yaitu  sepenggal hikmat bila kita berdiam diri: Orang bijak tidak 

akan mengungkapkan seluruh isi pikirannya sekaligus, namun  akan 

mengambil waktu untuk berpikir kembali, atau menyimpan pemi-

kiran sekarang untuk waktu yang lebih tepat, saat  keadaannya 

lebih bersangkut paut dan besar kemungkinan akan memenuhi 

maksudnya. Ia tidak akan mengungkapkan dirinya dengan berbi-

cara terus-menerus, atau secara berapi-api, namun  dengan jeda 

sekali-kali, agar ia dapat mendengarkan apa yang akan disang-

gah, lalu menjawabnya. Non minus interdum oratorium est tacere 

quam dicere – Berpidato secara benar memerlukan jeda sekali-kali. 

Plin. Ep. 7.6. 

(29:12) 

12 Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya men-

jadi fasik. 

Perhatikanlah: 

1. yaitu  dosa besar pada siapa saja, terutama pada para penguasa, 

untuk memperhatikan kebohongan. Sebab dengan demikian mere-

ka sendiri tidak hanya memberikan keputusan yang salah tentang 

orang dan kejadian, sesuai dengan kebohongan-kebohongan yang 

mereka percayai, namun  juga mendorong orang lain untuk mem-

berikan informasi-informasi yang salah. Kebohongan akan diucap-

kan kepada orang-orang yang mau mendengarkannya. Dan si 

pendengar, dalam hal ini, sama buruknya dengan si pencuri.  

2. Orang-orang yang berbuat demikian akan mendapati semua pega-

wai mereka menjadi fasik. Semua pegawai mereka akan bertindak 

fasik, sebab mereka ingin pegawai-pegawai mereka memberitahu-

kan kebohongan-kebohongan kepada mereka. Dan mereka sendiri 

akan menjadi fasik, sebab mereka mau memberitahukan kebo-

hongan-kebohongan kepada para pegawai mereka. Semua orang 

yang mendengarkan mereka akan memenuhi telinga mereka de-

ngan berbagai fitnah dan cerita bohong. Dan dengan demikian 

jika para raja, serta rakyat, mau ditipu, mereka akan tertipu. Se-

lain itu, bukannya mempersalahkan penghakiman-penghakiman 

mereka yang keliru kepada para pegawai yang telah memberi me-

reka informasi yang salah, mereka harus ikut menanggung kesa-

lahan para pegawai mereka. Dan ke atas merekalah banyak kesa-

lahan akan ditimpakan, sebab mereka sudah mendorong infor-

masi-informasi yang keliru seperti itu, dan menyokong serta men-

dengarkannya. 

13 Si miskin dan si penindas bertemu, dan TUHAN membuat mata kedua orang 

itu bersinar. 

Ini menunjukkan betapa Allah yang besar dengan bijak memenuhi 

rancangan-rancangan pemeliharaan-Nya melalui orang-orang yang sa-

ngat berbeda watak, kemampuan, dan kedudukan di dunia, bahkan, 

1. Melalui orang-orang yang berbeda satu sama lain. Sebagian orang 

miskin dan terpaksa harus meminjam. Sebagian yang lain kaya, 

dan mempunyai banyak sekali Mamon yang tidak jujur (yang 

disebut kekayaan yang menyesatkan), dan mereka ini yaitu  para 

pemberi pinjaman, atau tukang riba, sebagaimana arti tersiratnya. 

Ada yang miskin, jujur, dan bekerja keras. Yang lain kaya, malas, 

dan pendusta. Mereka saling bertemu di dalam urusan di dunia 

ini, dan berurusan satu sama lain, dan TUHAN membuat mata 

kedua orang itu bersinar. Ia membuat matahari-Nya bersinar atas 

kedua-duanya dan memberi mereka berdua penghiburan-penghi-

buran dari kehidupan ini. Kepada sebagian dari kedua jenis orang 

itu Ia memberikan anugerah-Nya. Ia membuat mata orang miskin 

bersinar dengan menjadikan mereka bersabar, dan mata penindas 

dengan menjadikan mereka bertobat, seperti Zakheus.  

2. Melalui orang-orang yang menurut anggapan kita sebaiknya tidak 

menerima Pemeliharaan ilahi. Si miskin dan si penindas dengan 

serta merta kita lihat sebagai noda dari Pemeliharaan Ilahi, namun  

Allah bahkan membuat mereka memperlihatkan keindahan dari 

Pemeliharaan Ilahi itu. Ia mempunyai tujuan-tujuan yang bijak 

bukan saja dalam membiarkan orang miskin selalu bersama kita, 

namun  juga dalam membiarkan orang yang tersesat maupun orang 

yang menyesatkan, sebab kedua-duanya yaitu  kepunyaan-Nya 

(Ayb. 12:16), dan akan berbalik mendatangkan pujian bagi-Nya. 

(29:14) 

14 Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, takhtanya tetap kokoh 

untuk selama-lamanya. 


Inilah: 

1. Kewajiban para hakim, dan itu yaitu  menghakimi dengan benar 

antara orang yang satu dan yang lain, dan memutuskan segala 

perkara yang dibawa ke hadapan mereka, sesuai dengan kebenar-

an dan keadilan. Kewajiban mereka ini terutama yaitu  meme-

dulikan orang miskin, bukan memihak mereka dalam perkara 

yang tidak adil hanya   sebab  kemiskinan mereka (Kel. 23:3), 

namun  memastikan bahwa kemiskinan mereka tidak mendatang-

kan kerugian bagi mereka jika mereka mempunyai perkara yang 

benar. Orang kaya akan memihak diri mereka sendiri, namun  

orang yang miskin dan berkekurangan harus dibela oleh sang 

penguasa (Mzm. 82:3) dan diberikan haknya (Ams. 31:9). 

2. Kebahagiaan para hakim yang menjalankan kewajiban mereka. 

Takhta kehormatan mereka, kursi pengadilan mereka, tetap kokoh 

untuk selama-lamanya. Ini akan menjamin kebaikan Allah terha-

dap mereka dan memperkuat kepentingan mereka di dalam hati 

rakyat, yang kedua-duanya akan mengokohkan kekuasaan mere-

ka, dan membantu meneruskannya kepada anak cucu serta me-

langgengkannya di dalam keluarga. 

15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, namun  anak yang dibiarkan mem-

permalukan ibunya. 

Orangtua, dalam mendidik anak-anak mereka, harus mempertim-

bangkan, 

1. Keuntungan dari teguran yang sepatutnya diberikan. Mereka bu-

kan saja harus memberitahukan kepada anak-anak mereka apa 

yang baik dan yang buruk, namun  juga harus menegur mereka, 

dan mengoreksi mereka juga, jika perlu, jika  mereka entah 

melalaikan yang baik atau melakukan yang jahat. Jika teguran 

saja sudah berhasil tanpa tongkat, itu baik, namun  tongkat tidak 

pernah boleh digunakan tanpa teguran yang masuk akal dan 

sungguh-sungguh. Maka, walaupun mungkin teguran itu meng-

akibatkan sang ayah maupun si anak merasa tidak nyaman, 

teguran itu akan mendatangkan hikmat. Vexatio dat intellectum – 

Kekesalan menajamkan akal budi. Si anak akan memperhatikan 

peringatan itu, dan dengan demikian akan mendapat hikmat.  

2. Kejahatan dari perbuatan memanjakan anak dengan tidak sepa-

tutnya: Anak yang tidak dikendalikan atau ditegur, namun  dibiar-

kan sendiri, seperti halnya Adonia, untuk mengikuti kecenderung-

an-kecenderungan hatinya sendiri, mungkin akan hidup baik jika 

ia mau, namun  jika ia mengambil jalan-jalan yang salah, tidak 

akan ada orang yang bisa mencegahnya. Hanya satu dari seribu 

orang seperti itu yang akan baik, sementara yang lain akan men-

datangkan aib bagi keluarganya, dan mempermalukan ibunya, 

yang sudah memanjakan dan menghibur dia dalam kecemaran-

nya, yang dibuat jatuh miskin dan hina, dan mungkin mendapat 

perlakuan kasar dan kata-kata jahat darinya. 

(29:16) 

16 Jika orang fasik bertambah, bertambahlah pula pelanggaran, namun  orang 

benar akan melihat keruntuhan mereka. 

Perhatikanlah:  

1. Semakin banyak orang berdosa, semakin banyak pula dosa: Jika 

orang fasik, yang disokong oleh pihak yang berwenang, bertambah 

banyak, dan berjalan di mana-mana, tidak heran jika pelanggaran 

bertambah pula, sebagaimana wabah pada suatu negeri dikatakan 

bertambah jika  ada semakin banyak orang yang tertular. Pe-

langgaran akan semakin kurang ajar dan berani, semakin pongah 

dan mengancam, jika  ada banyak orang yang terus menyo-

kongnya. Di dunia yang lama, saat  manusia mulai bertambah 

banyak jumlahnya, mereka mulai merosot dan merusak diri sen-

diri juga merusak satu sama lain.  

2. Semakin banyak dosa semakin dekat kehancuran yang meng-

ancam. Janganlah iman dan pengharapan orang benar dikejutkan 

oleh bertambahnya dosa dan orang-orang berdosa. Janganlah me-

reka berkata bahwa sia-sia sama sekali mereka membasuh tangan 

mereka, atau bahwa Allah sudah meninggalkan tanah ini, namun  

tunggulah dengan sabar. Para pembuat kejahatan akan jatuh, pe-

langgaran mereka akan mencapai kepenuhannya, dan kemudian 

mereka akan jatuh dari martabat dan kekuasaan mereka, jatuh 

ke dalam kehinaan dan kehancuran. Dan orang benar akan men-

dapat kepuasan melihat keruntuhan mereka (Mzm. 37:34), mung-

kin di dunia ini, dan sudah pasti pada hari penghakiman agung 

itu, saat  kejatuhan musuh-musuh Allah yang tidak mau ber-

tobat akan menjadi sukacita dan kemenangan orang-orang kudus 

yang dimuliakan (Yes. 66:24; Kej. 19:28). 

(29:17) 

17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, 

dan mendatangkan sukacita kepadamu. 

Perhatikanlah:  

1. Sungguh membahagiakan jika  anak-anak menjadi penghibur-

an bagi orangtua mereka. Seperti itulah anak-anak yang baik. 

Mereka memberikan ketenteraman kepada orangtua mereka, mem-

buat orangtua mereka tenang dan bebas dari banyak kekhawatir-

an tentang anak-anak mereka. Ya, mereka mendatangkan suka-

cita kepada orangtua mereka. Sungguh menyenangkan bagi 

orangtua, yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali oleh orang-

orang yang diberkati dengan cara yang sama, untuk melihat buah 

yang membahagiakan dari pendidikan baik yang telah mereka 

berikan kepada anak-anak mereka. Sungguh menyenangkan bagi 

mereka bila mereka melihat bahwa anak-anak mereka bisa hidup 

sejahtera di dunia ini maupun di dunia nanti. Hal ini mendatang-

kan sukacita yang setimpal dengan banyaknya kecemasan hati 

yang selama ini mereka rasakan terhadap anak-anak mereka.  

2. Untuk mencapai hal ini, anak-anak harus dididik dengan disiplin 

yang ketat, dan tidak diperbolehkan melakukan semau-mau me-

reka, dan membiarkan mereka begitu saja tanpa ditegur jika  

melakukan kesalahan. Kebodohan yang terikat di dalam hati me-

reka haruslah diusir keluar dengan teguran selagi mereka masih 

muda. Kalau tidak, maka kebodohan itu akan pecah saat  me-

reka sudah dewasa dan mendatangkan aib bagi mereka sendiri 

dan orangtua mereka. 

18 Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang 

berpegang pada hukum. 

Lihatlah di sini: 

I. Kesengsaraan rakyat yang tidak mempunyai pelayanan firman 

yang tetap: Bila tidak ada wahyu, tidak ada nabi untuk menjelas-

kan hukum, tidak ada imam atau orang Lewi untuk mengajarkan 

pengetahuan yang baik tentang Tuhan, tidak ada sarana anuge-

rah, firman Tuhan langka, dan tidak ada penglihatan (1Sam. 3:1), 

bila demikian keadaannya maka menjadi liarlah rakyat. Kata yang 

digunakan di sini mempunyai banyak arti, arti yang mana pun 

dapat diterapkan di sini. 

1.  Rakyat dibuat telanjang, dilucuti dari perhiasan-perhiasan me-

reka dan dengan demikian dibiarkan mendapat malu, dilucuti 

dari baju pelindung mereka dan dengan demikian rentan ter-

hadap bahaya. Betapa sebuah tempat akan terlihat hampa 

tanpa Alkitab dan hamba-hamba Tuhan, dan betapa tempat 

itu akan menjadi mangsa yang empuk bagi musuh jiwa-jiwa!  

2. Rakyat memberontak, bukan hanya melawan Allah, namun  juga 

melawan raja mereka. Pemberitaan firman yang baik akan men-

jadikan rakyat sebagai warga yang baik. Akan namun , jika itu tidak 

ada, mereka akan bergejolak dan terpecah-pecah, dan menghina 

kekuasaan,   sebab  mereka tidak tahu hal yang lebih baik.  

3. Rakyat menganggur, atau mereka bermain-main, seperti yang 

cenderung dilakukan murid-murid jika  guru tidak ada. 

Mereka tidak melakukan apa pun demi tujuan yang baik, 

namun  bermalas-malasan sepanjang hari, dan bermain-main di 

pasar,   sebab  tidak adanya pengajaran tentang apa yang ha-

rus dilakukan dan bagaimana melakukannya.  

4. Mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala,   sebab  

tidak adanya kepala jemaat yang memanggil mereka dan men-

jaga mereka agar tetap bersama-sama (Mrk. 6:34). Mereka ter-

cerai-berai dari Allah dan dari kewajiban mereka oleh   sebab  

kemurtadan, dan antar-mereka sendiri terpisah oleh   sebab  

perpecahan. Allah menjadi murka dan menyebarkan mereka 

dengan penghakiman-penghakiman-Nya (2Taw. 15:3-5).  

5. Mereka binasa. Mereka hancur   sebab  tidak mengenal Allah 

(Hos. 4:6). Lihatlah betapa kita mempunyai alasan untuk ber-

syukur kepada Allah atas berlimpahnya penglihatan yang kita 

nikmati.  

II. Kebahagiaan rakyat yang mempunyai pelayanan firman yang bu-

kan hanya tetap namun  juga berhasil di tengah-tengah mereka, rak-

yat yang mendengar dan berpegang pada hukum, yang di tengah-

tengah mereka agama merupakan hal yang terpenting. Berbaha-

gialah orang-orang seperti itu dan setiap orang yang berada di 

tengah-tengah mereka. Bukan memiliki hukum, namun  mematuhi-

nya, dan hidup sesuai dengannya, yang akan membuat kita pasti 

mendapat berkat. 

19 Dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari, sebab walaupun 

ia mengerti, namun ia tidak mengindahkannya. 

Inilah gambaran seorang hamba yang tidak berguna, malas, dan 

fasik, hamba yang melayani bukan berdasarkan hati nurani, atau 

kasih, namun  murni berdasarkan rasa takut. Biarlah mereka yang me-

miliki hamba-hamba seperti itu bersabar untuk menanggung keke-

salan, dan tidak membuat diri mereka sendiri gelisah   sebab nya. 

Lihatlah tabiat mereka.  

1. Tidak ada kata-kata yang masuk akal yang akan berhasil bila di-

gunakan terhadap mereka. Mereka tidak dapat diajari dan diper-

barui, tidak pula dapat dibuat bekerja, atau disembuhkan dari 

kelambanan dan kemalasan mereka, dengan cara-cara yang baik, 

bahkan, dengan kata-kata kasar sekalipun. Bahkan tuan yang 

paling lemah lembut pun akan terpaksa menggunakan kekerasan 

terhadap mereka. Akal budi tidak akan mengubah mereka, sebab 

mereka tidak berakal.  

2. Tidak ada kata-kata yang masuk akal yang akan didapat dari me-

reka. Mereka keras hati dan suka cemberut. Dan, walaupun ia 

mengerti pertanyaan-pertanyaan yang engkau ajukan kepada me-

reka, mereka tidak akan mengindahkannya. Walaupun engkau 

membuatnya sedemikian jelas bagi mereka akan apa yang engkau 

harapkan dari mereka, mereka tidak akan berjanji kepadamu un-

tuk memperbaiki apa yang salah atau mengurusi pekerjaan mere-

ka. Lihatlah kebodohan hamba-hamba yang mulutnya, dengan 

berdiam diri, meminta dipukul. Mereka bisa saja diajari dengan 

kata-kata dan terhindar dari pukulan, namun  mereka tidak mau. 

20 Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak 

bagi orang bebal dari pada bagi orang itu. 

Salomo di sini menunjukkan bahwa kecil sekali harapan untuk mem-

buat berhikmat orang yang selalu tergesa-gesa, yang: 

1. Bertindak gegabah dan tidak mempunyai pertimbangan: Kaulihat 

orang yang cepat dengan kata-katanya, yang akalnya dangkal dan 

tidak keruan, yang tampak menerima sesuatu dengan cepat namun  

mengambilnya setengah-setengah, yang cepat-cepat mempelajari 

suatu buku atau ilmu pengetahuan, namun  tidak mengambil wak-

tu untuk mencernanya, tidak mengambil waktu untuk berhenti 

sejenak atau merenungkan suatu urusan? Ada harapan lebih ba-

nyak untuk menjadikan cendekiawan dan orang bijak walaupun 

tumpul otak, berat pikiran, dan lamban dalam belajar, dibandingkan  

orang yang mempunyai otak genius yang begitu encer namun  tidak 

dapat menetapkan pikirannya.  

2. Bertindak sombong dan angkuh diri: Coba kaulihat orang yang 

bersemangat berbicara begitu suatu persoalan dimulai, yang hati-

nya langsung tergerak untuk berbicara sebelum orang lain mulai, 

untuk membuka percakapan dan mengakhirinya, untuk memberi-

kan penilaiannya, seolah-olah ia mengetahui segala sesuatu? Ha-

rapan lebih banyak bagi orang bebal yang bersahaja, yang sadar 

akan kebodohannya, dibandingkan  bagi orang yang congkak seperti 

itu. 


21 Siapa memanjakan hambanya sejak muda, akhirnya menjadikan dia keras 

kepala. 

Perhatikanlah:  

1. Tidak bijaklah tuan yang terlalu memanjakan hambanya, menaik-

kan kedudukannya terlalu cepat, dan membiarkannya bersikap 

terlalu akrab dengannya. Juga, tidak bijak untuk mengizinkannya 

bermewah-mewah dan pilih-pilih dalam hal makanan, pakaian, 

dan tempat tinggal, dan dengan demikian memanjakannya, dengan 

alasan bahwa ia pegawai kesayangan dan hamba yang menyenang-

kan. Ingatlah, ia yaitu  seorang hamba, dan bila dimanja seperti 

itu, ia akan bersikap manja dalam hal apa pun. Hamba haruslah 

kuat menanggung kesusahan.  

2. Sungguh tidak tahu berterima kasih bila seorang hamba bersikap 

kurang ajar   sebab  ia sudah diperlakukan dengan manja. namun , 

ini sangat sering kali terjadi. Anak hilang yang rendah hati meng-

anggap dirinya tidak layak disebutkan anak, dan puas menjadi 

hamba. Budak yang dimanja biasanya menganggap dirinya tidak 

layak disebut hamba, sehingga pada akhirnya ia mau menjadi se-

orang anak, lalu bersantai-santai dan bebas, menjadi setara de-

ngan tuannya, dan mungkin mengaku-ngaku diri sebagai ahli 

waris. Hendaklah para majikan memberi hamba-hamba mereka apa 

yang sepadan dan pantas bagi mereka, tidak lebih tidak kurang. Ini 

sangat bisa diterapkan pada tubuh, yang merupakan hamba bagi 

jiwa. Orang-orang yang memanjakan tubuh, yang menyenangkan-

nya, dan terlalu lembut memperlakukannya, akan mendapati bah-

wa pada akhirnya tubuh itu lupa akan tempatnya, dan menjadi 

anak, menjadi tuan, dan menjadi penguasa yang selalim-lalimnya. 

22 Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, ba-

nyak pelanggarannya. 

Lihatlah di sini kejahatan yang mengalir dari kecenderungan hati 

yang suka marah-marah, panas, dan geram.  

1. Kecenderungan hati itu membangkitkan amarah satu sama lain: 

Si pemarah menimbulkan pertengkaran, menyusahkan dan suka 

bertengkar di dalam keluarga dan lingkungan tetangga, meniup-

kan bara, dan bahkan memaksa orang-orang untuk bersengketa 

dengannya, padahal mereka ingin hidup tenteram dan damai di 

sampingnya.  

2. Kecenderungan hati itu membuat manusia membangkitkan mur-

ka Allah: Orang yang lekas gusar, yang selalu mengikuti hawa 

nafsu dan amarahnya, tidak bisa tidak pasti banyak pelanggaran-

nya. Amarah yang tidak sepatutnya yaitu  dosa yang merupakan 

penyebab dari banyak dosa lain. Amarah itu tidak hanya meng-

halang-halangi manusia untuk berseru akan nama Allah, namun  

juga memberi mereka kesempatan untuk bersumpah, memaki, 

dan mencemarkan nama Allah. 

23 Keangkuhan merendahkan orang, namun  orang yang rendah hati, menerima 

pujian. 

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Kristus lebih dari satu kali,  

1. Bahwa barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. Mereka 

yang menyangka akan dihormati dengan meninggikan diri sendiri 

melebihi kedudukan mereka, dengan memandang secara angkuh, 

bermulut besar, tampil menawan, dan menyanjung diri sendiri, se-

baliknya akan membuat diri mereka mudah dihina, kehilangan 

nama baik, dan membangkitkan murka Allah melalui pemelihara-

an-pemeliharaan ilahi yang merendahkan, yang bertujuan untuk 

menurunkan dan menjatuhkan mereka. 

2. Bahwa barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan, dan 

akan dikokohkan martabatnya: Orang yang rendah hati, menerima 

pujian. Kerendahan hati mereka yaitu  kehormatan mereka, dan 

itu akan menjadikan mereka sungguh-sungguh hebat dalam arti 

yang sebenarnya dan dihargai oleh semua orang bijak dan baik. 

(29:24) 

24 Siapa menerima bagian dari pencuri, membenci dirinya. Didengarnya ku-

tuk, namun  tidak diberitahukannya. 

Lihatlah di sini dosa dan kehancuran apa yang menimpa orang-orang 

yang terpikat bujukan para pendosa.  

1. Mereka mendatangkan banyak sekali kesalahan: Begitulah yang 

diperbuat oleh orang yang menerima bagian bersama perampok 

dan penipu, dan membuang undinya ke tengah-tengah mereka 

(1:11, dst.). Si penadah sama buruknya dengan si pencuri. Dan, 

  sebab  terpikat untuk bergabung bersamanya dalam berbuat 

dosa, ia tidak dapat terhindar dari bergabung bersamanya dalam 

menyembunyikan dosa itu, meskipun itu dilakukan dengan sum-

pah-sumpah palsu dan kutukan-kutukan yang sungguh mengeri-

kan. Mereka mendengar kutuk saat  mereka disumpah untuk 

mengatakan seluruh kebenaran, namun  mereka tidak mau meng-

aku.  

2.  Mereka segera mengalami kehancuran hebat: Mereka bahkan 

membenci jiwa mereka sendiri, sebab mereka dengan sengaja mela-

kukan apa yang akan menghancurkan mereka tanpa bisa dicegah 

lagi. Lihatlah betapa tidak masuk akalnya rasa bersalah yang ha-

rus ditanggung para pendosa. Mereka mencintai maut, dan tidak 

ada yang lebih menakutkan dibandingkan  ini. Mereka membenci jiwa 

mereka sendiri, padahal tidak ada yang lebih berharga dibandingkan  

jiwa itu. 


25 Takut kepada orang mendatangkan jerat, namun  siapa percaya kepada 

TUHAN, dilindungi. 

Di sini:  

1. Kita diperingatkan untuk tidak takut pada kuasa manusia, entah 

itu kuasa seorang raja atau kekuasaan orang banyak. Keduanya 

memang cukup menakutkan, namun  rasa takut sampai membuat 

kita diperbudak olehnya mendatangkan jerat, yakni, membuat 

orang rentan untuk mengalami banyak hinaan (sebagian orang 

berbangga diri dalam menakut-nakuti orang penakut), atau lebih 

tepatnya membuat orang rentan terhadap banyak godaan. Abra-

ham,   sebab  takut kepada orang, menyangkal istrinya, dan Petrus 

menyangkal Gurunya, dan banyak lagi menyangkal Allah dan 

agamanya. Kita tidak boleh mundur dari kewajiban, atau berbuat 

dosa, untuk menghindari murka manusia, atau, meskipun kita 

melihat murka itu mendatangi kita, dicemaskan oleh ketakutan 

(Dan. 3:16; Mzm. 118:6). Manusia sendiri akan mati (Yes. 51:12) 

dan hanya bisa membunuh tubuh kita (Luk. 12:5). 

2.  Kita didorong untuk bergantung pada kuasa Allah, yang akan men-

jaga kita dari segala rasa takut kepada orang, yang entah akan 

menyiksa atau menggoda kita. Siapa per