Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 17

 


ereka, dengan maksud yang sama seperti dalam ran-

cangan sebelumnya. namun  ia tidak akan membiarkan kambing 

domba miliknya, yang hanya mempunyai satu warna, berbuat 

seperti itu (ay. 40). Kesan-kesan yang kuat, tampaknya, dibuat 

oleh mata, yang oleh sebab  itu dengan matalah kita perlu mem-

buat perjanjian.  

3.  saat  ia mendapati bahwa rancangannya berhasil, melalui berkat 

khusus dari Tuhan  atasnya, ia berusaha memakai nya hanya 

pada kambing domba yang lebih kuat, untuk mengambil bagi 

dirinya sendiri hewan-hewan yang paling bernilai, dan meninggal-

Kitab Kejadian 30:37-43 

 619 

kan yang lebih lemah kepada Laban (ay. 41-42). Dengan demi-

kian, sangatlah bertambah-tambah harta Yakub (ay. 43), dan ia 

menjadi sangat kaya dalam waktu sebentar saja. Keberhasilan 

dari caranya ini memang tidaklah cukup untuk membenarkan 

cara itu, seandainya ada hal-hal yang curang atau tidak adil di 

dalamnya. namun  kita yakin tidak ada, sebab ia melakukannya 

atas petunjuk ilahi (31:12). Juga, tidak ada hal-hal lain dalam 

tindakan itu selain tindakan yang memanfaatkan dengan jujur 

suatu tawaran yang adil, yang dibuat berhasil secara menak-

jubkan oleh pemeliharaan ilahi. Kesuksesan ini terjadi untuk 

memberi keadilan kepada Yakub yang telah diperlakukan dengan 

jahat dan kasar oleh Laban, dan juga untuk menggenapi janji-

janji khusus yang dibuat kepadanya tentang pertanda-pertanda 

dari kebaikan ilahi. Perhatikanlah, orang-orang yang, sekalipun 

memulai dengan kecil, bersikap rendah hati dan jujur, puas dan 

tekun, mempunyai kemungkinan untuk melihat hasil akhir mere-

ka sangat bertambah-tambah. Siapa yang setia pada perkara kecil 

akan dipercaya dengan perkara yang lebih besar. Siapa yang setia 

dalam apa yang menjadi milik orang lain, akan dipercaya dalam 

apa yang menjadi miliknya sendiri. Yakub, yang sudah bekerja 

sebagai hamba yang adil, menjadi tuan yang kaya raya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 3 1   

akub yaitu  seorang yang sangat jujur dan baik, seorang yang 

penuh pengabdian dan kelurusan hati. Namun, ia mendapat 

lebih banyak masalah dan kesusahan dibandingkan bapa-bapa leluhur 

yang lain. Ia meninggalkan rumah ayahnya dalam ketakutan, pergi 

ke rumah pamannya dalam kesusahan, perlakuan yang keras dite-

muinya di sana, dan sekarang ia akan kembali pulang dengan dikeli-

lingi oleh ketakutan. Inilah,  

I.   Tekadnya untuk kembali pulang (ay. 1-16).  

II.  Keberangkatannya secara diam-diam (ay. 17-21). 

III. Tindakan Laban yang mengejar-ngejar dia dalam kemarahan 

(ay. 22-25).  

IV. Kata-kata panas yang terlontar di antara mereka (ay. 26-42).  

V. Persetujuan yang membahagiakan di antara mereka pada 

akhirnya (ay. 43, dst.). 

Tekad Yakub untuk Pulang 

(31:1-16) 

1 Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian:  Yakub 

telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia 

membangun segala kekayaannya.” 2 Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka 

Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya. 3 Lalu 

berfirmanlah TUHAN kepada Yakub:  Pulanglah ke negeri nenek moyangmu 

dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.” 4 Sesudah itu Yakub

menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat 

kambing dombanya, 5 lalu ia berkata kepada mereka:  Telah kulihat dari 

muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, 

namun  Tuhan  ayahku menyertai aku. 6 Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku 

telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. 7 namun  ayahmu telah berlaku 

curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, namun  Tuhan  

tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. 8 jika  ia berkata: yang

berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu 

beroleh anak yang berbintik-bintik; dan jika  ia berkata: yang bercoreng-


 622

corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh 

anak yang bercoreng-coreng. 9 Demikianlah Tuhan  mengambil ternak ayahmu 

dan memberi nya kepadaku. 10 Pada suatu kali pada masa kambing 

domba itu suka berkelamin, maka aku bermimpi dan melihat, bahwa jantan-

jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-

bintik dan berbelang-belang. 11 Dan Malaikat Tuhan  berfirman kepadaku 

dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan! 12 Lalu Ia berfirman: Angkatlah 

mukamu dan lihatlah, bahwa segala jantan yang menjantani kambing domba 

itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah 

Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu. 13 Akulah Tuhan  

yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau 

bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri 

ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu.” 14 Lalu Rahel dan Lea men-

jawab Yakub, katanya:  Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami 

dalam rumah ayah kami? 15 Bukankah kami ini dianggapnya sebagai orang 

asing, sebab  ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah dihabiskannya 

sama sekali. 16 namun  segala kekayaan, yang telah diambil Tuhan  dari ayah 

kami, yaitu  milik kami dan anak-anak kami; maka sekarang, perbuatlah 

segala yang difirmankan Tuhan  kepadamu.  

Yakub di sini bertekad untuk segera berhenti melayani pamannya, 

untuk mengambil apa yang dimilikinya dan kembali pulang ke Ka-

naan. Tekad ini diambilnya sebab  ada hal yang wajar saja membuat-

nya marah, sebab  bimbingan ilahi, dan berdasarkan nasihat serta 

persetujuan dari istri-istrinya.   

I.   Hal yang wajar membuatnya marah. Sebab Laban dan anak-anak-

nya sudah menjadi sangat jahat dan kejam terhadap dia, sehingga 

ia tidak bisa tinggal bersama mereka dengan aman atau tenang. 

1.  Anak-anak Laban menunjukkan niat jahat mereka dalam apa 

yang mereka katakan (ay. 1). Tampaknya mereka mengatakan 

itu untuk didengar Yakub, dengan niat untuk membuatnya 

kesal. Pasal terakhir dimulai dengan Rahel yang cemburu pada 

Lea. Pasal ini dimulai dengan anak-anak Laban yang cemburu 

pada Yakub. Amatilah,  

(1) Betapa sangat berlebihannya mereka membesar-besarkan 

kemakmuran Yakub: Ia membangun segala kekayaannya 

(KJV: Ia memperoleh segala kemuliaan ini – pen.). Dan apa 

kemuliaan yang begitu mereka ribut-ributkan ini? Kemulia-

an itu hanyalah sekawanan domba hitam dan kambing 

yang berbintik-bintik (dan mungkin warna-warna yang 

indah itu membuat mereka tampak lebih mulia), dan bebe-

rapa ekor unta dan keledai, serta hewan-hewan angkutan 

sejenisnya. Inilah segala kemuliaannya itu. Perhatikanlah, 

kekayaan yaitu  sesuatu yang mulia di mata orang yang 

Kitab Kejadian 31:1-16 

 623 

bersifat kedagingan, sementara bagi semua orang yang me-

ngenal baik perkara-perkara sorgawi, mereka tidak mem-

punyai kemuliaan yang sebanding dengan kemuliaan yang 

mengatasi segala sesuatu. Perbuatan manusia yang terlalu 

menghargai kekayaan duniawi merupakan kesalahan men-

dasar yang menjadi akar dari ketamakan, iri hati, dan se-

gala kejahatan.  

(2) Betapa dengan rendah mereka menghina kesalehan Yakub, 

seolah-olah apa yang dimilikinya itu tidak dia peroleh de-

ngan jujur: Yakub telah mengambil segala harta milik ayah 

kita. Tidak semua, tentunya. Bagaimana dengan ternak-

ternak yang diserahkan ke dalam pengawasan anak-anak 

Laban itu, dan yang dilepas ke tempat yang berjarak tiga 

hari perjalanan jauhnya (30:35-36). Yang mereka maksud-

kan yaitu  segala sesuatu yang diserahkan kepada Yakub. 

namun , sebab  berbicara dengan nada iri, mereka meng-

ungkapkannya dengan memukul rata seperti itu. Perhati-

kanlah,  

[1] Orang yang selalu  begitu berhati-hati menjaga hati 

nurani yang baik tidak bisa selalu yakin akan mendapat 

nama baik.  

[2] Ini merupakan salah satu kesia-siaan dan kesusahan 

yang menyertai kemakmuran lahiriah, bahwa kemak-

muran lahiriah itu membuat orang dicemburui oleh te-

tangga-tetangganya (Pkh. 4:4), dan siapa dapat tahan ter-

hadap cemburu? (Ams. 27:4). Siapa yang diberkati Sorga 

dikutuk oleh neraka dan oleh semua anaknya di bumi. 

2.  Laban sendiri hanya sedikit berbicara, namun  mukanya tidak 

melihat Yakub seperti biasanya. Dan Yakub tidak bisa tidak 

pasti memperhatikan itu (ay. 2, 5). Sebaik-baiknya Laban, dia 

hanyalah seorang petani udik, namun  sekarang ia bersikap 

lebih kasar dibandingkan sebelum-sebelumnya. Perhatikanlah, iri 

hati yaitu  dosa yang sering kali tampak pada wajah. Dari 

sinilah kita membaca tentang mata yang jahat (Ams. 23:6, KJV; 

TB: orang yang kikir – pen.). Wajah yang masam besar penga-

ruhnya dalam membawa kehancuran terhadap kedamaian dan 

kasih dalam sebuah keluarga, dan dalam menggelisahkan 

orang-orang yang seharusnya kita perlakukan dengan lembut. 


 624

Wajah Laban yang marah membuat dia kehilangan berkat ter-

besar yang pernah dimiliki oleh keluarganya, dan itu pantas 

baginya.   

II.  Melalui bimbingan ilahi dan dengan kawalan sebuah janji: Lalu 

berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: Pulanglah, dan Aku akan 

menyertai engkau (ay. 3). Meskipun Yakub sudah mendapat per-

lakuan yang amat keras di sini, ia tidak mau meninggalkan 

tempatnya sebelum Tuhan  menyuruhnya. Ia datang ke sana sebab  

diberi perintah dari Sorga, dan di sanalah ia akan tinggal sampai 

ia diperintah untuk kembali. Perhatikanlah, yaitu  kewajiban kita 

untuk menetapkan diri kita, dan akan menjadi penghiburan bagi 

kita untuk melihat diri kita, di bawah bimbingan Tuhan , baik pada 

saat kita keluar maupun pada saat kita masuk. Perintah yang 

didapatkannya dari Sorga diceritakan lebih lengkap dalam cerita 

yang disampaikannya kepada istri-istrinya (ay. 10-13). Ia mem-

beritahukan mereka tentang sebuah mimpi yang dialaminya 

tentang hewan-hewan ternak itu, dan pertambahan yang menak-

jubkan dari hewan-hewan ternak yang mempunyai warna seperti 

yang sudah ditentukannya. Diceritakannya juga bagaimana ma-

laikat Tuhan, dalam mimpi itu (sebab saya menduga bahwa mim-

pi yang dibicarakan dalam ayat 10 dan ayat 11 yaitu  mimpi yang 

sama), memperhatikan apa yang diimpi-impikannya dalam tidur-

nya, dan memberinya perintah. sebab  itu, bukan sebab  kebetul-

an atau sebab  kecerdikannya sendiri, ia memperoleh keuntungan 

yang besar itu. Melainkan,  

1. sebab  pemeliharaan Tuhan , yang sudah memperhatikan kesu-

sahan-kesusahan yang diperbuat Laban terhadap dia, dan 

yang mengambil jalan ini untuk memberinya imbalan:  Sebab 

telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu, 

dan dalam melakukan hal ini, mata-Ku tertuju pada masalah 

itu.” Perhatikanlah, ada lebih banyak keadilan dalam pembagi-

an-pembagian pemeliharaan ilahi dibandingkan yang kita sadari, 

dan melalui pembagian-pembagian itu, pihak yang dirugikan 

benar-benar mendapat gantinya, meskipun mungkin tanpa 

disadari. Juga bukan hanya sebab  keadilan pemeliharaan 

ilahi sehingga Yakub dibuat menjadi kaya seperti itu, melain-

kan,  

Kitab Kejadian 31:1-16 

 625 

2.  Dalam menggenapi janji yang sudah ditunjukkan dalam apa 

yang sudah dikatakan (ay. 13), Akulah Tuhan  yang di Betel itu. 

Ini yaitu  tempat di mana kovenan itu diperbaharui dengan 

dia. Perhatikanlah, kemakmuran dan keberhasilan duniawi 

menjadi dua kali lipat lebih manis dan menghibur jika  kita 

melihatnya mengalir bukan dari pemeliharaan umum, melain-

kan dari kovenan-kasih, untuk menggenapi rahmat yang dijan-

jikan – jika  kita mendapatkannya dari Tuhan  sebagai Tuhan  

yang di Betel, dan mendapatkannya dari janji-janji kehidupan 

saat ini, yang menjadi milik orang-orang saleh. Yakub, sekali-

pun mempunyai harapan yang cerah ini untuk bertambah 

kaya dengan Laban, harus berpikir untuk kembali pulang. Ke-

tika dunia mulai tersenyum kepada kita, kita harus ingat bah-

wa dunia bukanlah rumah kita. Sekarang, bersiaplah engkau 

(ay. 13) dan pulanglah,  

(1) Kepada ibadah-ibadahmu di Kanaan, yang upacara-upa-

caranya mungkin sudah banyak terhenti selama ia tinggal 

dengan Laban. Masa-masa pelayanan ini diabaikan Tuhan  

sebelumnya. namun  sekarang,  Pulanglah ke tempat di mana 

engkau sudah mengurapi tugu dan membuat nazar. sebab  

sekarang engkau mulai bertambah kaya, sudah waktunya 

untuk memikirkan mezbah dan korban-korban lagi.”  

(2) Kepada penghiburan-penghiburanmu di Kanaan: Pulanglah 

ke negeri sanak saudaramu. Di sini ia berada di antara 

saudara-saudara dekatnya. namun  hanya mereka yang di 

Kanaanlah yang harus dipandangnya sebagai sanak sau-

daranya dalam arti yang sebaik-baiknya, sanak saudara 

yang dengan mereka ia harus hidup dan mati, yang turut 

ambil bagian dalam kovenan. Perhatikanlah, ahli-ahli waris 

Kanaan tidak boleh menganggap diri sudah berada di 

rumah sebelum mereka tiba di Kanaan, betapapun mereka 

tampak sudah betah di sini.   

III. Dengan sepengetahuan dan persetujuan istri-istrinya. Amatilah,  

1.  Yakub menyuruh Rahel dan Leah untuk datang menemuinya 

di padang (ay. 4), supaya ia bisa bercakap-cakap dengan mere-

ka secara lebih pribadi, atau sebab  yang satu tidak mau da-

tang ke kamar yang lain, sementara ia ingin berbicara dengan 


 626

mereka bersama-sama, atau sebab  ada pekerjaan yang harus 

dilakukannya di padang, yang tidak mau ditinggalkannya. Per-

hatikanlah, suami yang mengasihi istrinya akan menyampai-

kan segala maksud dan tujuannya kepada istrinya. Di mana 

ada rasa saling mengasihi, di situ akan ada rasa saling per-

caya. Dan kebijaksanaan seorang istri haruslah menggugah 

hati suaminya untuk percaya kepadanya (Ams. 31:11). Yakub 

memberi tahu istri-istrinya,  

(1) Betapa dengan setia ia sudah melayani ayah mereka (ay. 6). 

Perhatikanlah, walaupun orang lain tidak melakukan ke-

wajiban mereka terhadap kita, kita akan mendapat peng-

hiburan jika  sudah melakukan kewajiban kita terhadap 

mereka.  

(2) Betapa dengan tidak setia ayah mereka sudah memper-

lakukan dia (ay. 7). Ayah mereka tidak pernah memegang 

perjanjian apa pun yang sudah ia buat dengannya, namun , 

sesudah  tahun pertama, sebab  ayah mereka tetap melihat 

Tuhan  Sang Pemelihara berkenan pada Yakub tentang 

warna yang sudah disepakati, maka setiap setengah tahun 

dari lima tahun yang tersisa, ia mengubahnya dengan 

suatu warna lain, jadi ia mengubah-ubah warna itu seba-

nyak sepuluh kali. Seolah-olah ia bermaksud bukan hanya 

untuk menipu Yakub, melainkan juga Tuhan  Sang Pemeli-

hara, yang jelas-jelas tersenyum pada Yakub. Perhatikan-

lah, orang-orang yang berlaku jujur tidak selalu mendapat 

perlakuan yang jujur.  

(3) Bagaimanapun Tuhan  sudah menyertainya. Tuhan  sudah 

melindungi dia dari niat jahat Laban: Tuhan  tidak membiar-

kan dia berbuat jahat kepadaku. Perhatikanlah, orang-

orang yang tetap dekat dengan Tuhan  akan tetap dijaga de-

ngan aman oleh-Nya. Ia juga sudah menyimpan persediaan 

yang berlimpah untuknya, sekalipun dengan rencana Laban 

untuk menghancurkannya: Tuhan  mengambil ternak ayahmu 

dan memberi nya kepadaku (ay. 9). Demikianlah Tuhan  

yang benar memberi  imbalan kepada Yakub dari harta 

Laban atas pelayanannya yang keras. Seperti sesudahnya 

Ia memberi  imbalan kepada keturunan Yakub sebab  

sudah melayani orang-orang Mesir, dengan jarahan dari 

harta benda mereka. Perhatikanlah, Tuhan  bukan tidak adil 

Kitab Kejadian 31:1-16 

 627 

sehingga Ia lupa akan pekerjaan dan kasih umat-Nya, 

sekalipun manusia lupa (Ibr. 6:10). Tuhan  Sang Pemelihara 

mempunyai cara-cara untuk membuat orang menjadi jujur 

dalam perbuatan, walaupun tidak dalam rancangan. Per-

hatikanlah, terlebih jauh, kekayaan orang berdosa disim-

pan bagi orang benar (Ams. 13:22).  

(4) Ia memberi tahu mereka tentang perintah yang diberikan 

Tuhan  kepadanya, dalam sebuah mimpi, untuk kembali pu-

lang ke negerinya (ay. 13), agar mereka tidak curiga bahwa 

tekadnya untuk pulang timbul sebab  ia tidak teguh pen-

dirian, atau sebab  ia tidak suka dengan bangsa atau 

keluarga mereka. Sebaliknya, supaya mereka dapat meli-

hatnya sebagai sesuatu yang timbul dari asas ketaatan ter-

hadap Tuhan nya, dan kebergantungan kepada-Nya.  

2.  Istri-istrinya dengan gembira menyetujui tekadnya. Mereka 

juga mengungkapkan penderitaan-penderitaan mereka, de-

ngan mengeluh bahwa ayah mereka bukan saja sudah berlaku 

tidak baik, namun  juga tidak adil, terhadap mereka (ay. 14-16), 

bahwa ia memandang mereka sebagai orang asing, dan tidak 

mengasihi mereka sebagaimana layaknya seorang ayah. Dan, 

sementara Yakub melihat kekayaan yang sudah dipindahkan 

Tuhan  dari Laban kepada dia sebagai upahnya, mereka melihat-

nya sebagai bagian mereka. Dengan demikian, dilihat dari 

kedua sisi, Tuhan  memaksa Laban untuk membayar utang-

utangnya baik kepada hambanya maupun kepada anak-anak 

perempuannya. Jadi, tampak bahwa,  

(1) Mereka lelah dengan bangsa mereka sendiri dan dengan 

keluarga ayah mereka, dan bisa dengan mudah melupakan 

mereka. Perhatikanlah, kita juga harus memanfaatkan de-

ngan baik perlakuan buruk yang kita terima dari dunia. 

Kita harus merasa bebas dengan dunia itu, rela meninggal-

kannya, dan rindu berada di rumah.  

(2) Mereka bersedia pergi menyertai suami mereka, dan me-

nempatkan diri mereka bersamanya di bawah bimbingan 

ilahi: Perbuatlah segala yang difirmankan Tuhan  kepadamu. 

Perhatikanlah, istri-istri yang menjadi penolong suami me-

reka tidak akan pernah menjadi penghalang bagi mereka 


 628

dalam melakukan apa yang menjadi panggilan Tuhan  untuk 

mereka.  

Keberangkatan Yakub Diam-diam 

(31:17-24) 

17 Lalu bersiaplah Yakub, dinaikkannya anak-anaknya dan isteri-isterinya ke 

atas unta, 18 digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah 

diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-

Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan. 19 

Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. saat  itulah 

Rahel mencuri terafim ayahnya. 20 Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram 

itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari. 21 Demi-

kianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi 

sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead. 22 saat  pada hari 

ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, 23 dibawanyalah 

sanak saudaranya bersama-sama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan 

jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead. 24 Pada waktu 

malam datanglah Tuhan  dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, 

serta berfirman kepadanya:  Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan 

mengatai Yakub dengan sepatah kata pun.” 

Di sini kita mendapati,  

I.  Yakub melarikan diri dari Laban. Kita dapat menduga bahwa ia 

sudah lama mempertimbangkannya, dan berpikir-pikir untuk me-

lakukannya. Dan saat  sekarang, pada akhirnya, Tuhan  memberi 

dia perintah-perintah yang pasti untuk pergi, ia pun tidak menun-

da-nunda waktu, dan patuh terhadap penglihatan sorgawi itu. Ke-

sempatan pertama yang datang langsung diambilnya, saat  

Laban menggunting bulu domba-dombanya (ay. 19), yaitu bagian 

dari kawanan dombanya yang diserahkan ke tangan anak-anak-

nya untuk dibawa ke tempat yang berjarak sejauh tiga hari per-

jalanan. Nah,  

1. Sudah pasti bahwa Yakub diperbolehkan meninggalkan pela-

yanannya secara tiba-tiba, tanpa memberitahukan hal itu 

jauh-jauh hari sebelumnya. Ini tidak hanya dibenarkan oleh 

perintah-perintah khusus yang diberikan Tuhan  kepadanya, 

namun  juga dijamin oleh hukum dasar untuk mempertahankan 

diri, yang menyuruh kita, saat  terancam bahaya, untuk ber-

lari demi keamanan kita, sejauh kita bisa melakukannya tanpa 

mendustai hati nurani kita.  

2. yaitu  kebijaksanaannya untuk mengambil ternak secara 

diam-diam tanpa sepengetahuan Laban, sebab kalau tidak, 

Kitab Kejadian 31:17-24 

 629 

seandainya Laban tahu, ia pasti sudah menghalang-halangi 

atau menjarahnya.  

3.  Perbuatan itu dilakukan secara jujur dengan tidak mengambil 

lebih dibandingkan apa yang menjadi miliknya, ternak kepunyaan-

nya (ay. 18). Ia mengambil apa yang diberikan Tuhan  Sang 

Pemelihara kepadanya, dan puas dengan itu, dan tidak mau 

membalaskan kerugiannya dengan tangannya sendiri. Namun 

Rahel tidak begitu jujur seperti suaminya. Ia mencuri terafim 

ayahnya (ay. 19) dan membawanya bersama-sama dengan dia. 

Bahasa Ibrani menyebutnya terafim. Sebagian orang berpikir 

bahwa itu hanyalah benda-benda yang menggambarkan nenek 

moyang keluarga dalam bentuk patung atau lukisan, yang 

secara istimewa digemari Rahel, dan ingin dibawanya ber-

sama-sama dengan dia, sebab  sekarang ia akan pergi ke 

negeri lain. namun  tampaknya benda-benda itu lebih tepatnya 

yaitu  gambar-gambar yang digunakan untuk keperluan iba-

dah, penates, dewa-dewa pelindung keluarga, yang entah 

disembah atau dimintai petunjuk. Dan kita berharap (bersama 

Uskup Patrick) bahwa Rahel mengambilnya dengan diam-diam 

bukan sebab  ia menginginkan logam berharga yang darinya 

patung-patung itu terbuat, apalagi untuk digunakannya sen-

diri. Atau sebab  ketakutan yang berdasar pada takhayul agar 

jangan Laban, dengan meminta petunjuk dari terafimnya, bisa 

tahu ke mana mereka pergi (Yakub, tidak diragukan lagi, ting-

gal bersama istri-istrinya sebagai orang yang berpengetahuan, 

dan mereka sudah diajar dengan baik sehingga tidak akan 

berpikiran demikian). Sebaliknya, kita berharap agar dengan 

berbuat begitu ia bermaksud untuk meyakinkan ayahnya be-

tapa bodohnya ia menganggap mereka sebagai dewa-dewa, 

sedangkan mereka tidak bisa melindungi diri mereka sendiri 

(Yes. 46:1-2).       

II. Laban mengejar Yakub. Kepadanya dibawa kabar, pada hari 

ketiga, bahwa Yakub sudah melarikan diri. Ia segera mengumpul-

kan seluruh kaumnya, mengundang sanak saudaranya, yakni, 

kerabat-kerabat dari keluarganya, yang semuanya mempunyai 

kepentingan di dalam dia, dan mengejar Yakub (seperti Firaun 

dan orang-orang Mesirnya di kemudian hari mengejar keturunan 

Yakub), untuk membawanya kembali ke dalam perbudakan, atau 


 630

dengan maksud untuk merampas apa yang ada padanya. Tujuh 

hari perjalanan ditempuhnya untuk mengejar-ngejar dia (ay. 23). 

Ia pasti tidak akan mau menguras setengah dari tenaga yang 

dihabiskannya sekarang untuk mengunjungi sahabat-sahabat 

terbaiknya itu. namun  pada kenyataannya, orang-orang jahat akan 

berbuat lebih banyak untuk memuaskan hawa nafsu mereka yang 

penuh dosa dibandingkan orang-orang baik untuk memuaskan ke-

inginan hati mereka yang benar. Mereka lebih bersemangat dalam 

amarah mereka dibandingkan dalam kasih mereka. Nah, pada akhir-

nya, Laban berhasil menyusul dia, dan tepat pada malam sebelum 

ia berhadapan dengan Yakub, Tuhan  menengahi pertengkaran itu, 

menegur Laban dan melindungi Yakub, dengan menyuruh Laban 

untuk tidak mengatai Yakub dengan sepatah kata pun (ay. 24, 

KJV: tidak mengatakan yang baik atau buruk – pen.). Maksudnya, 

untuk tidak mengatakan apa-apa melawan kepergiannya, sebab 

itu datang dari Tuhan. Ungkapan Ibrani yang sama kita dapati 

juga dalam pasal 24:50. Laban, selama tujuh hari perjalanannya, 

sudah dipenuhi dengan kegeraman melawan Yakub, dan sekarang 

ia dipenuhi dengan harapan agar nafsu amarahnya terlampiaskan 

kepada Yakub (Kel. 15:9). namun  Tuhan  datang kepadanya, dan 

dengan satu kata mengikat tangannya, meskipun tidak mengubah 

hatinya. Perhatikanlah,  

1.  Dalam mimpi, dan bila orang berbaring di atas tempat tidur, 

Tuhan  mempunyai cara-cara untuk membuka telinga manusia 

dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran (Ayb. 33:15-

16). Demikianlah Ia memperingatkan manusia dengan hati 

nurani mereka, dalam bisikan-bisikan halus, yang akan dide-

ngar dan dicamkan oleh manusia bijak.  

2. Keamanan orang baik amat bergantung pada Tuhan  yang me-

ngendalikan hati nurani orang jahat dan yang berkuasa untuk 

memasukinya.  

3. Adakalanya Tuhan  tampil dengan menakjubkan untuk membe-

baskan umat-Nya saat  mereka tepat berada di tepi jurang 

kehancuran. Orang-orang Yahudi diselamatkan dari rancang-

an jahat Haman saat  titah raja akan segera dilaksanakan 

(Est. 9:1). 

Kitab Kejadian 31:25-35 

 631 

Laban Mengejar-ngejar Yakub  

(31:25-35) 

25 saat  Laban sampai kepada Yakub, – Yakub telah memasang kemahnya 

di pegunungan, juga Laban dengan sanak saudaranya telah memasang 

kemahnya di pegunungan Gilead – 26 berkatalah Laban kepada Yakub:  Apa-

kah yang kauperbuat ini, maka engkau mengakali aku dan mengangkut 

anak-anakku perempuan sebagai orang tawanan? 27 Mengapa engkau lari

diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepada-

ku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian 

dengan rebana dan kecapi? 28 Lagipula engkau tidak memberi  aku kesem-

patan untuk mencium cucu-cucuku laki-laki dan anak-anakku perempuan. 

Memang bodoh perbuatanmu itu. 29 Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat 

kepadamu, namun  Tuhan  ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: 

Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah kata pun. 

30 Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata sebab  

sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?” 31 

Lalu Yakub menjawab Laban:  Aku takut, sebab  pikirku, jangan-jangan eng-

kau merampas anak-anakmu itu dari padaku. 32 namun  pada siapa engkau 

menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan 

saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barang-

mu.” Sebab Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu. 33 Lalu 

masuklah Laban ke dalam kemah Yakub dan ke dalam kemah Lea dan ke 

dalam kemah kedua budak perempuan itu, namun  terafim itu tidak ditemui-

nya. sesudah  keluar dari kemah Lea, ia masuk ke dalam kemah Rahel. 34 

namun  Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam 

pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah 

itu, namun  terafim itu tidak ditemuinya. 35 Lalu kata Rahel kepada ayahnya: 

 Janganlah bapa marah, sebab  aku tidak dapat bangun berdiri di depanmu, 

sebab aku sedang haid.” Dan Laban mencari dengan teliti, namun  ia tidak 

menemui terafim itu.  

Di sini kita mendapati perdebatan, kalau bukan pertengkaran, yang 

terjadi antara Laban dan Yakub pada saat mereka bertemu, di 

sebuah gunung yang sesudah  itu disebut Gilead (ay. 25). Inilah,  

I.  Dakwaan berat yang ditujukan Laban terhadap Yakub. Laban 

menuduhnya, 

1.  Sebagai seorang pengkhianat yang dengan tidak adil sudah 

meninggalkan tugasnya. Untuk menggambarkan Yakub seba-

gai seorang penjahat, ia ingin agar orang berpikir bahwa ia 

bermaksud berbuat baik kepada anak-anak perempuannya 

(ay. 27-28). Bahwa ia akan melepas mereka dengan segala 

tanda kasih dan penghormatan yang bisa diberikan, bahwa ia 

akan melakukannya dengan upacara khidmat, akan mencium 

cucu-cucunya yang kecil (dan cuma itu yang akan diberikan-

nya kepada mereka), dan, sesuai dengan kebiasaan yang bo-

doh di negeri itu, akan menghantarkan mereka dengan suka-


 632

cita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi. Tidak seperti 

Ribka yang dihantar oleh keluarga yang sama, lebih dari 

seratus dua puluh tahun sebelumnya, dengan doa dan berkat 

(24:60), melainkan ia akan menghantar mereka dengan hibur-

an dan kegembiraan, yang merupakan pertanda bahwa agama 

sudah sangat merosot dalam keluarga itu, dan bahwa mereka 

sudah kehilangan kesungguhan hati mereka. Bagaimanapun 

juga, ia berpura-pura bahwa mereka akan diperlakukan de-

ngan hormat saat  pergi. Perhatikanlah, sudah biasa bagi 

orang jahat, jika  dibuat kecewa dalam rancangan-rancang-

an mereka yang keji, untuk berpura-pura bahwa mereka tidak 

bermaksud apa-apa selain apa yang baik dan adil. jika  me-

reka tidak dapat melakukan kejahatan yang mereka niatkan, 

mereka benci kalau ada orang yang berpikir bahwa mereka 

memang benar-benar pernah meniatkannya. jika  mereka 

belum melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, me-

reka akan berdalih seperti ini, bahwa mereka pasti akan mela-

kukannya seandainya tidak ada ini dan itu. Manusia mungkin 

bisa ditipu seperti itu, namun  Tuhan  tidak. Laban dengan cara 

yang serupa menyatakan bahwa Yakub mempunyai suatu 

maksud jahat dengan mengambil ternak secara diam-diam 

seperti itu (ay. 26), bahwa ia membawa istri-istrinya sebagai 

tawanan. Perhatikanlah, orang-orang yang berniat jahat cen-

derung memikirkan yang terburuk tentang apa yang dilakukan 

orang lain dengan lurus hati. Orang yang ahli dalam meran-

cangkan kejahatan pasti akan menyusupkan dan memperberat 

kesalahan-kesalahan, dan harus dipandang sebagai orang yang 

berniat jahat (dan selalu ada alasan untuk itu) jika  kepada 

mereka kejahatan diniatkan. Atas seluruh permasalahan itu,  

(1) Laban memegahkan kekuatannya sendiri (ay. 29): Aku ini 

berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu. Ia menyangka 

bahwa ia mempunyai hak (perbuatan baik, seperti yang kita 

katakan, melawan Yakub) maupun kekuatan pada pihak-

nya, entah untuk membalaskan kejahatan atau memulih-

kan kebaikan. Perhatikanlah, orang jahat biasanya lebih 

menilai tinggi diri mereka sendiri berdasarkan kekuatan 

mereka untuk menyakiti, padahal kekuatan untuk berbuat 

baik jauh lebih berharga. Orang-orang yang tidak mau me-

Kitab Kejadian 31:25-35 

 633 

lakukan apa-apa untuk membuat diri mereka disenangi 

orang suka dianggap sebagai orang yang berbahaya. Namun,  

(2) Ia mengakui dirinya sedang berada di bawah teguran dan 

kekangan kuasa Tuhan . Dan, meskipun hal itu banyak 

membawa pujian dan penghiburan bagi Yakub, ia tidak 

bisa mengelak untuk memberi tahu Yakub tentang peri-

ngatan yang sudah diberikan Tuhan  pada malam sebelum-

nya dalam sebuah mimpi, jangan engkau mengatai Yakub 

dengan sepatah kata pun. Perhatikanlah, sama seperti 

Tuhan  bisa mengekang semua orang yang menjadi alat ke-

fasikan, demikian pula jika  Ia berkehendak Ia bisa 

membuat mereka merasakan kekangan itu, dan memaksa 

mereka untuk mengakuinya, demi pujian bagi-Nya, sebagai 

Pelindung orang baik, seperti yang terjadi pada Bileam. 

Atau, kita bisa melihat hal ini sebagai contoh dari semacam 

kepedulian hati nurani yang dirasakan Laban terhadap 

larangan-larangan Tuhan  yang jelas. Sekalipun jahat, ia 

tidak berani melukai orang yang dilihatnya ada di bawah 

pemeliharaan khusus Sorga. Perhatikanlah, kejahatan yang 

sangat banyak akan bisa dicegah seandainya saja manusia 

memperhatikan peringatan-peringatan yang diberikan oleh 

hati nurani mereka sendiri saat  mereka berbaring di 

tempat tidur, dan mengindahkan suara Tuhan  di dalamnya.    

2.  Sebagai seorang pencuri (ay. 30). Bukannya mengakui bahwa 

ia sudah melakukan tindakan-tindakan yang membuat marah 

Yakub sehingga mau pergi, ia malah dengan sengaja mengang-

gap hal itu terjadi sebab  Yakub dengan bodoh suka tinggal di 

rumah ayahnya, yang membuatnya merasa perlu untuk pergi. 

sebab  alasan itu engkau mau pergi, katanya, mengapa eng-

kau mencuri dewa-dewaku? Orang bodoh! Ia menyebut ba-

rang-barang yang bisa dicuri sebagai dewa-dewanya! Dapatkah 

ia mengharapkan perlindungan dari dewa-dewa yang tidak 

dapat melawan ataupun mengetahui siapa yang menyerbu 

mereka? Berbahagialah orang yang mempunyai Tuhan sebagai 

Tuhan  mereka, sebab mereka memiliki Tuhan  yang tidak bisa 

dirampas dari mereka. Musuh-musuh bisa saja mencuri ba-

rang-barang kita, namun  tidak bisa mencuri Tuhan  kita. Di sini 

Laban menuduh Yakub dengan hal-hal yang tidak diketahui 


 634

Yakub sendiri. Ini suatu kesusahan yang biasa ditanggung 

oleh orang-orang tidak bersalah yang tertindas.  

II. Pembelaan Yakub terhadap dirinya sendiri. Orang-orang yang me-

nyerahkan perkara mereka kepada Tuhan  tidak dilarang untuk 

membelanya sendiri dengan lemah lembut dan rasa takut.  

1.  Terhadap tuduhan membawa istri-istrinya secara diam-diam, 

ia membersihkan dirinya dengan memberi  alasan yang 

sebenarnya mengapa ia pergi tanpa sepengetahuan Laban (ay. 

31). Ia takut kalau-kalau Laban secara paksa mengambil 

anak-anak perempuannya, dan dengan demikian mewajibkan 

dia, sebab  terikat kasih sayang terhadap istri-istrinya, untuk 

terus bekerja di sana. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak 

adil dalam perkara-perkara kecil, bisa dicurigai, akan tidak 

adil juga dalam perkara-perkara besar (Luk. 16:10). Jika La-

ban menipu Yakub dalam upahnya, ada kemungkinan ia tidak 

akan segan-segan merampas istri-istrinya dari dia, dan memi-

sahkan apa yang sudah dipersatukan Tuhan . Apa yang tidak 

boleh ditakutkan dari seseorang yang tidak memegang asas 

kejujuran?  

2.  Terhadap tuduhan mencuri dewa-dewa Laban, ia menyatakan 

dirinya tidak bersalah (ay. 32). Ia bukan saja tidak mencuri 

dewa-dewa itu sendiri (ia tidak begitu suka dengan mereka), 

namun  juga ia tidak tahu bahwa dewa-dewa itu diambil. Namun 

mungkin ia berbicara dengan tergesa-gesa dan tanpa pertim-

bangan saat  ia berkata,  Siapa pun yang sudah mengambil-

nya, janganlah ia hidup lagi.” Tentang hal ini, ia bisa mere-

nungkan dengan rasa pahit saat , tidak lama sesudah  itu, 

Rahel yang sudah mengambil dewa-dewa itu mati secara tiba-

tiba dalam kesakitan. Betapapun kita menganggap diri kita 

adil, yang paling baik kita lakukan yaitu  menahan diri untuk 

tidak mengutuk, supaya jangan kutuk itu jatuh ke atas kita 

dengan lebih berat dibandingkan yang kita bayangkan.  

III. Pencarian Laban yang gigih akan dewa-dewanya (ay. 33-35), seba-

gian sebab  kebencian terhadap Yakub, yang dengan senang akan 

diajaknya bertengkar sebab  alasan ini, dan sebagian lagi sebab  

cintanya kepada berhala-berhalanya, yang darinya ia enggan ber-

pisah. Kita tidak mendapati dia menggeladah kawanan domba

Kitab Kejadian 31:36-42 

 635 

 Yakub untuk mencari ternak yang dicuri. Sebaliknya, ia meng-

geladah perlengkapannya untuk mencari dewa-dewa yang dicuri. 

Ia sehati dan sepikiran dengan Mikha, Tuhan ku yang kubuat kamu 

ambil, lalu kamu pergi, dan apakah lagi yang masih tinggal pada-

ku? (Hak. 18:24). Bukankah para penyembah ilah-ilah palsu 

begitu melekat pada berhala-berhala mereka? Bukankah mereka 

berjalan dalam nama dewa-dewa mereka seperti itu? Dan tidak-

kah kita ingin serajin itu dalam mencari-cari Tuhan  yang benar? 

jika  Ia dengan adil sudah meninggalkan kita, betapa kita 

dengan penuh perhatian harus bertanya, di mana Tuhan , yang 

membuat aku? Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia (Ayb. 23:3). 

Laban, sesudah  semua pencariannya, tidak mendapatkan dewa-

dewa yang dicarinya, dan pencariannya digagalkan oleh penipuan. 

namun  Tuhan  kita bukan saja akan didapati oleh orang-orang yang 

mencari-Nya, namun  juga mereka akan mendapati-Nya sebagai 

Pemberi upah yang sangat bermurah hati.  

Pertengkaran Yakub dan Laban 

(31:36-42) 

36 Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada 

Laban:  Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku 

sehebat itu? 37 Engkau telah menggeledah segala barangku, sekarang apakah 

yang kautemui dari segala barang rumahmu? Letakkanlah di sini di depan 

saudara-saudaraku dan saudara-saudaramu, supaya mereka mengadili 

antara kita berdua. 38 Selama dua puluh tahun ini aku bersama-sama de-

ngan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan 

jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. 39 Yang diterkam oleh

binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang mengganti-

nya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau 

tuntut dari padaku. 40 Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan 

waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur. 41 Selama dua puluh 

tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun 

lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat 

ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku. 42 Seandainya 

Tuhan  ayahku, Tuhan  Abraham dan Yang Disegani oleh Ishak tidak menyertai 

aku, tentulah engkau sekarang membiarkan aku pergi dengan tangan 

hampa; namun  kesengsaraanku dan jerih payahku telah diperhatikan Tuhan  

dan Ia telah menjatuhkan putusan tadi malam.” 

Lihatlah dalam ayat-ayat ini, 

I.   Kekuatan dari tindakan memancing-mancing amarah. Pembawa-

an Yakub yang alami yaitu  lembut dan tenang, dan anugerah 

telah membuatnya lebih baik. Ia seorang yang halus, dan polos. 


 636

Namun, sikap Laban yang tidak masuk akal terhadap dia mem-

buatnya hatinya panas, sehingga ia menjadi geram dalam amarah 

(ay. 36-37). Caci-makinya terhadap Laban, meskipun mungkin 

agak bisa dimaafkan, tidak bisa dibenarkan, dan tidak pula itu 

ditulis untuk kita tiru. Kata-kata yang menyakitkan pasti meman-

cing amarah, dan biasanya hanya membuat yang buruk bertam-

bah menjadi lebih buruk. yaitu  suatu penghinaan yang amat 

besar bagi seseorang yang berpikiran jujur bila ia dituduh berbuat 

tidak jujur, namun  sekalipun demikian kita harus belajar menang-

gungnya dengan sabar, dengan menyerahkan perkara kita kepada 

Tuhan .      

II. Penghiburan dari hati nurani yang baik. Inilah yang membuat Ya-

kub bersukacita, bahwa saat  Laban menuduhnya, hati nurani-

nya sendiri membenarkan dia, dan bersaksi bagi dia bahwa dalam 

segala hal ia sudah menginginkan dan berhati-hati untuk hidup 

jujur (Ibr. 13:18). Perhatikanlah, orang-orang yang dalam pekerja-

an apa saja sudah berlaku dengan setia, jika mereka tidak bisa 

mendapat pujian untuk itu dari manusia, akan mendapat peng-

hiburan di dalam hati mereka sendiri. 

III. Sifat seorang hamba yang baik, dan khususnya seorang gembala 

yang setia. Yakub sudah membuktikan dirinya sebagai orang se-

perti itu (ay. 38-40).  

1. Ia sangat berhati-hati, sehingga, entah sebab  lalai atau tele-

dor, domba-dombanya tidak pernah keguguran. Kesalehannya 

juga mengundang berkat bagi segala milik tuannya yang dise-

rahkan ke dalam tangannya. Perhatikanlah, hamba-hamba 

tidak boleh lalai dalam memperhatikan apa yang dipercayakan 

kepada mereka untuk tuan mereka. Mereka harus meng-

utamakan ini lebih dari jika mereka diberi hak atasnya sebagai 

milik mereka sendiri.  

2.  Ia sangat jujur, dan tidak mengambil satu pun dari kambing 

domba yang bukan menjadi miliknya untuk dia makan sendiri. 

Ia sudah puas dengan upah yang sedikit, dan tidak ingin 

berpesta dengan memakan yang jantan dari kambing domba 

itu. Perhatikanlah, hamba-hamba tidak boleh makan hidangan 

yang mewah-mewah, atau menginginkan apa yang dilarang 

bagi mereka, sebaliknya, dalam hal makanan, seperti juga da-

Kitab Kejadian 31:36-42 

 637 

lam hal-hal lain, mereka harus menunjukkan kesetiaan sepe-

nuhnya. 

3. Ia sangat rajin bekerja (ay. 40). Ia tetap mengerjakan pekerja-

annya dalam segala keadaan. Dan menanggung baik itu panas 

maupun dingin dengan kesabaran yang tak tergoyahkan. Per-

hatikanlah, para pekerja, yang berniat menghasilkan sesuatu 

dari pekerjaan mereka, harus bertekad untuk bertahan meng-

hadapi kesusahan. Yakub di sini merupakan teladan bagi 

hamba-hamba Tuhan. Mereka juga yaitu  para gembala, yang 

dari mereka dituntut untuk setia pada kepercayaan yang su-

dah diberikan kepada mereka dan untuk rela bersusah payah. 

IV. Sifat seorang tuan yang keras. Laban sudah menjadi orang seperti 

itu bagi Yakub. Jahatlah tuan-tuan,  

1.  Yang memeras dari hamba-hamba mereka sesuatu yang tidak 

adil, dengan mewajibkan mereka untuk memperbaiki apa yang 

tidak rusak sebab  kesalahan mereka sendiri. Hal ini diper-

buat Laban (ay. 39). Bahkan, seandainya ada kelalaian, tidak-

lah adil memberi  hukuman melebihi apa yang sepadan 

untuk kesalahan itu. Apa yang mungkin membawa kerusakan 

kecil bagi tuan, hampir menghancurkan seorang hamba yang 

malang.  

2. Juga jahatlah tuan-tuan yang tidak memberi  kepada ham-

ba-hamba mereka apa yang adil dan sepadan. Hal ini diperbuat 

Laban (ay. 41). Tidak masuk akal bagi dia untuk membuat Ya-

kub melayaninya demi mendapatkan anak-anak perempuannya, 

padahal Yakub sudah diberi hak atas harta yang begitu ba-

nyak dengan janji Tuhan  sendiri. Seperti halnya tidak masuk 

akal bagi dia untuk memberi  anak-anak perempuannya 

kepada Yakub tanpa bagian mereka masing-masing, padahal 

ia punya kuasa untuk berbuat baik kepada mereka. Demikian-

lah ia merampas orang miskin sebab  orang itu miskin, seperti 

juga yang dilakukan Laban dengan mengubah upah Yakub.   

V.  Perhatian dari pemeliharaan ilahi untuk melindungi orang tidak 

bersalah yang disakiti (ay. 42). Tuhan  memperhatikan kejahatan 

yang diperbuat terhadap Yakub, dan memberinya imbalan, yang 

seandainya tidak demikian pasti ia sudah disuruh Laban untuk 

pergi dengan tangan hampa. Tuhan  juga menegur Laban, yang se-


 638

andainya tidak demikian pasti sudah menelan Yakub bulat-bulat. 

Perhatikanlah, Tuhan  yaitu  Pelindung bagi orang yang tertindas. 

Dan orang-orang yang diperlakukan secara tidak adil namun  tidak 

hancur, sedih namun  tidak binasa, harus mengakui Tuhan  yang 

telah memelihara mereka itu, dan memberi Dia kemuliaan untuk 

itu. Amatilah,  

1. Yakub berbicara tentang Tuhan  sebagai Tuhan  ayahnya, yang 

menunjukkan bahwa ia menganggap dirinya tidak layak untuk 

mendapat perhatian seperti itu, namun  bahwa ia dikasihi kare-

na ayahnya.  

2.  Ia menyebut-Nya sebagai Tuhan  Abraham, dan Yang Ditakuti 

oleh Ishak. Sebab Abraham sudah mati, dan sudah pergi ke 

dunia di mana kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. 

namun  Ishak masih hidup, dan menguduskan Tuhan di dalam 

hatinya, sebagai Dia yang ditakuti dan diseganinya.    

Perjanjian Yakub dengan Laban  

(31:43-55) 

43 Lalu Laban menjawab Yakub:  Perempuan-perempuan ini anakku dan 

anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang 

kaulihat di sini yaitu  milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang 

kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? 44 

Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya 

itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau.” 45 Kemudian Yakub meng-

ambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. 46 Selanjutnya berkatalah 

Yakub kepada sanak saudaranya:  Kumpulkanlah batu.” Maka mereka 

mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di 

dekat timbunan itu. 47 Laban menamai timbunan batu itu Yegar-Sahaduta, 

namun  Yakub menamainya Galed. 48 Lalu kata Laban:  Timbunan batu inilah 

pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau.” Itulah sebabnya 

timbunan itu dinamainya Galed, 49 dan juga Mizpa, sebab katanya:  TUHAN 

kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, jika  kita berjauhan. 50 Jika 

engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di 

samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, 

Tuhan  juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau.” 51 Selanjutnya kata 

Laban kepada Yakub:  Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan 

antara aku dan engkau – 52 timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksi-

an, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, 

dan bahwa engkau pun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini 

mendapatkan aku, dengan berniat jahat. 53 Tuhan  Abraham dan Tuhan  Nahor, 

Tuhan  ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita.” Lalu Yakub bersum-

pah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. 54 Dan Yakub mempersembah-

kan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak sau-

daranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu. 55 Keesokan hari-

nya pagi-pagi Laban mencium cucu-cucunya dan anak-anaknya serta mem-

berkati mereka, kemudian pulanglah Laban kembali ke tempat tinggalnya.

Kitab Kejadian 31:43-55 

 639 

Di sini kita mendapati jalan tengah untuk menyelesaikan permasa-

lahan di antara Laban dan Yakub. Tidak ada yang bisa dikatakan 

Laban untuk menanggapi bantahan Yakub: ia tidak dapat membe-

narkan dirinya sendiri atau mengutuk Yakub. Sebaliknya, ia merasa 

bersalah dalam hati nuraninya sendiri atas kejahatan yang sudah 

diperbuatnya terhadap Yakub. Oleh sebab itu, ia tidak ingin men-

dengar apa-apa lagi tentang persoalan itu. Ia tidak rela mengakui 

dirinya bersalah, atau meminta maaf kepada Yakub, dan menebus 

kesalahannya terhadap dia, seperti yang seharusnya diperbuatnya. 

Sebaliknya,    

I.   Ia mengabaikannya dengan mengaku menginginkan yang baik 

bagi istri-istri dan anak-anak Yakub (ay. 43): perempuan-perem-

puan ini anakku. saat  ia tidak bisa berdalih atas apa yang su-

dah diperbuatnya, ia sebetulnya mengakui apa yang seharusnya 

diperbuatnya. Ia seharusnya memperlakukan mereka sebagai 

keluarganya sendiri, namun  ia sudah memandang mereka sebagai 

orang asing (ay. 15). Perhatikanlah, sudah biasa bagi orang-orang 

yang tidak berperikemanusiaan untuk banyak berpura-pura 

mempunyai sikap perikemanusiaan jika  itu menguntungkan 

mereka. Atau mungkin Laban mengatakan ini untuk bermegah, 

seperti orang yang suka berbesar mulut, dan memakai  kata-

kata yang muluk-muluk dalam keangkuhan hatinya:  Segala yang 

kaulihat di sini yaitu  milikku.” Tidak demikian, semua itu milik 

Yakub, dan ia sudah membayar mahal untuk itu. Namun, Yakub 

membiarkannya mengatakan itu, dengan berpikir bahwa Laban 

sudah lebih enak diajak bicara. Perhatikanlah, harta milik ada di 

dekat hati orang-orang duniawi. Mereka suka memegahkannya, 

 Ini milikku, dan itu milikku,” seperti Nabal (1Sam. 25:11), rotiku 

dan air minumku.   

II.  Ia mengusulkan perjanjian persahabatan di antara mereka, yang 

segera disetujui Yakub, tanpa bersikeras agar Laban menyerah 

kepadanya, apalagi memberinya ganti rugi. Perhatikanlah, jika  

pertengkaran-pertengkaran terjadi, kita harus bersedia untuk ber-

teman kembali dengan syarat apa saja: kedamaian dan kasih 

yaitu  perhiasan yang begitu berharga, sehingga tidak ada harga 

yang terlalu mahal bagi kita untuk membelinya. Lebih baik duduk 


 640

mengalah dibandingkan terus melanjutkan pertengkaran. Sekarang, 

amatilah di sini,    

1. Inti dari perjanjian ini. Yakub sepenuhnya menyerahkan ke-

pada Laban untuk mengurus permasalahan ini. Inti dari per-

janjian itu yaitu ,  

(1) Bahwa Yakub harus menjadi suami yang baik bagi istri-istri-

nya, bahwa ia tidak boleh menyakiti mereka, atau menikahi 

orang lain selain mereka (ay. 50). Yakub tidak pernah mem-

beri Laban alasan apa pun untuk curiga bahwa ia akan 

menjadi orang yang macam-macam selain seorang suami 

yang baik. Sekalipun begitu, seandainya ia pernah mem-

berinya alasan untuk itu, ia rela terikat dalam kewajiban 

ini. Meskipun dengan sendirinya sudah menyakiti mereka, 

Laban ingin mengikat Yakub untuk tidak menyakiti mere-

ka. Perhatikanlah, orang yang dengan sendirinya suka me-

nyakiti biasanya paling cemburu terhadap orang lain, dan 

orang yang tidak melakukan kewajibannya sendiri biasanya 

paling sok berkuasa dalam menuntut kewajiban dari orang 

lain.  

(2) Bahwa ia tidak boleh satu kali pun menjadi tetangga yang 

jahat bagi Laban (ay. 52). Sudah disetujui bahwa tidak 

boleh lagi ada permusuhan di antara mereka, bahwa Yakub 

harus memaafkan dan melupakan segala kejahatan yang 

sudah diterimanya, dan tidak mengingatnya melawan La-

ban atau keluarganya di masa-masa yang akan datang. 

Perhatikanlah, kita memang bisa saja merasa marah de-

ngan luka yang tidak boleh kita balaskan.   

2.  Upacara perjanjian ini. Perjanjian ini dibuat dan disahkan de-

ngan resmi sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan pada waktu itu.  

(1) Sebuah tugu didirikan (ay. 45), dan timbunan batu ditegak-

kan (ay. 46), untuk melanggengkan kenangan akan peristiwa 

itu atau benda itu sendiri, sebab pada waktu itu kebiasaan 

mencatat persetujuan dengan tulisan belum dikenal atau 

belum digunakan.  

(2) Sebuah korban dipersembahkan (ay. 54), korban penda-

maian. Perhatikanlah, pendamaian kita dengan Tuhan  ada-

lah apa yang memberi  penghiburan sejati bagi penda-

maian kita dengan teman-teman kita. Jika dua pihak ber-

Kitab Kejadian 31:43-55 

 641 

selisih, pendamaian keduanya dengan Tuhan  akan mem-

buka pintu bagi pendamaian mereka satu sama lain.  

(3) Mereka makan bersama-sama (ay. 46), sama-sama ikut me-

nikmati daging korban persembahan itu (ay. 54). Ini sebagai 

pertanda pendamaian yang sepenuh hati. Perjanjian per-

sahabatan pada zaman dulu disahkan dengan acara makan-

makan dan minum-minum bersama di antara kedua belah 

pihak. Dan ini cocok dengan hakikat pesta kasih.  

(4) Mereka dengan khidmat berseru kepada Tuhan  tentang ke-

tulusan mereka dalam mengadakan perjanjian itu,  

[1] Sebagai Saksi (ay. 49): TUHAN kiranya berjaga-jaga an-

tara aku dan engkau, yaitu,  Tuhan mengawasi segala 

sesuatu yang akan dilakukan oleh pihak mana saja 

yang melanggar ikatan ini. jika  kita jauh dari pan-

dangan satu sama lain, biarlah pandangan-Nya menge-

kang kita, sehingga di mana pun kita berada, kita tetap 

berada di dalam pandangan Tuhan .” Seruan ini bisa 

diubah menjadi doa. Teman-teman yang saling berjauh-

an bisa mengambil penghiburan dari hal ini, bahwa 

saat  mereka tidak bisa mengetahui atau menolong 

satu sama lain, Tuhan  berjaga-jaga di antara mereka, 

dan mata-Nya tertuju pada mereka berdua.  

[2] Sebagai Hakim (ay. 53). Tuhan  Abraham (yang darinya 

Yakub diturunkan), dan Tuhan  Nahor (yang darinya Laban 

diturunkan), Tuhan  ayah mereka (nenek moyang bersama, 

yang darinya mereka berdua diturunkan), kiranya men-

jadi hakim antara kita. Hubungan Tuhan  dengan mereka 

diungkapkan seperti itu untuk menunjukkan bahwa me-

reka menyembah Tuhan  yang satu dan sama, yang atas 

pertimbangan itu tidak boleh ada permusuhan di antara 

mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang mempunyai 

satu Tuhan  harus mempunyai satu hati: orang-orang yang 

setuju dalam agama harus berusaha setuju dalam sega-

la hal lain. Tuhan  yaitu  Hakim di antara pihak-pihak 

yang berselisih, dan Ia akan mengadili dengan benar. 

Siapa pun yang berbuat salah, dia sendirilah yang akan 

menanggung akibatnya.  


 642

(5) Mereka memberi  sebuah nama yang baru pada tempat 

itu (ay. 47-48). Laban menyebutnya dalam bahasa Aram, 

dan Yakub dalam bahasa Ibrani, timbunan kesaksian. Dan 

(ay. 49) tempat itu juga dinamakan Mizpa, menara penjaga. 

sebab  anak cucu termasuk dalam ikatan itu, ada perhati-

an yang diberikan agar kenangan akan tempat itu dijaga 

seperti itu. Nama-nama ini bisa diterapkan pada meterai-

meterai kovenan Injil, yang akan bersaksi bagi kita jika kita 

setia, namun  akan bersaksi melawan kita jika kita ingkar. 

Nama yang diberikan Yakub pada timbunan itu (Galed) 

yaitu  nama yang kemudian terus dipakai, bukan nama 

yang diberikan Laban. Dalam seluruh kesempatan ini, 

Laban ribut dan banyak bicara saja, mau menguasai se-

muanya. Sedangkan Yakub diam, dan sedikit berkata-kata. 

saat  Laban berseru kepada Tuhan  dengan memakai  

banyak gelar, Yakub hanya bersumpah demi Yang Disegani 

oleh Ishak, ayahnya, maksudnya, Tuhan  yang ditakuti oleh 

Ishak, ayahnya, yang tidak pernah melayani ilah-ilah lain, 

seperti yang sudah diperbuat Abraham dan Nahor. Dua 

perkataan Yakub lebih akan dikenang dibandingkan semua pem-

bicaraan Laban dan pengulangannya yang sia-sia: sebab 

perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, 

lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara 

orang bodoh (Pkh. 9:17). 

Yang terakhir, sesudah  semua pembahasan yang disertai dengan 

amarah ini, mereka berpisah sebagai teman (ay. 55). Dengan penuh 

sayang Laban mencium cucu-cucunya dan anak-anaknya serta mem-

berkati mereka, dan kemudian kembali pulang dalam damai. Perhati-

kanlah, Tuhan  sering kali berlaku lebih baik kepada kita dibandingkan 

yang kita takutkan, dan dengan menakjubkan menaklukkan jiwa-

jiwa bagi keuntungan kita, melampaui apa yang bisa kita harapkan. 

Sebab, tidak sia-sia berharap kepada-Nya. 

PASAL 32   

i sini kita mendapati Yakub masih sedang dalam perjalanannya 

menuju Kanaan. Tidak pernah terjadi ada begitu banyak ke-

nangan yang terjadi dalam suatu perjalanan seperti dalam perjalanan 

keluarga Yakub yang kecil ini. Di tengah jalan ia menemui,  

I.  Kabar-kabar baik dari Tuhan nya (ay. 1-2).  

II. Kabar-kabar buruk dari kakak laki-lakinya, yang sudah dia 

kirimkan berita tentang kepulangannya (ay. 3-6). Dalam ke-

susahannya,  

1.  Ia membagi-bagi rombongan perjalanannya (ay. 7-8).  

2.  Ia menaikkan doanya kepada Tuhan  (ay. 9-12).  

3.  Ia mengirimkan persembahan kepada kakaknya (ay. 13-23).  

4.  Ia bergumul dengan malaikat (ay. 24-32). 

Yakub Melanjutkan Perjalanannya 

(32:1-2) 

1 Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Tuhan  

dengan dia. 2 saat  Yakub melihat mereka, berkatalah ia:  Ini bala tentara 

Tuhan .” Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim.  

Yakub, sesudah  membereskan urusannya dengan Laban, melanjutkan 

perjalanannya untuk pulang ke Kanaan. Begitulah, jika  Tuhan  

sudah menolong kita melewati berbagai kesulitan, kita harus melan-

jutkan perjalanan kita menuju sorga dengan hati yang lebih gembira 

dan tekad yang lebih bulat. Sekarang,  

1. Inilah pengawal-pengawal Yakub dalam perjalanannya (ay. 1): Ber-

temulah malaikat-malaikat Tuhan  dengan dia, dalam sebuah pe-

nampakan yang langsung terlihat, entah itu dalam penglihatan di 

siang hari atau dalam mimpi di malam hari, seperti saat  ia 


 644

melihat mereka di tangga (28:12), tidaklah pasti. Perhatikanlah, 

orang-orang yang tetap berjalan di jalan yang baik selalu mempu-

nyai pengawal yang baik. Malaikat-malaikat itu sendiri yaitu  

roh-roh yang melayani untuk keselamatan orang-orang benar itu 

(Ibr. 1:14). Di mana Yakub berkemah, di situ pun mereka berke-

mah di sekeliling dia (Mzm. 34:8). Mereka menjumpainya, untuk 

menyambutnya kembali di Kanaan. Ini yaitu  sambutan yang 

lebih terhormat dibandingkan sambutan-sambutan yang pernah dida-

pat oleh raja mana saja, yang disambut oleh para pembesar kota 

dalam segala kemegahan upacara. Mereka menjumpainya untuk 

memberi selamat kepada dia atas kedatangannya, dan juga atas 

lolosnya ia dari Laban. Sebab, mereka senang dengan keberhasil-

an hamba-hamba Tuhan . Secara tak terlihat mereka sudah me-

nyertainya selama ini, namun  sekarang mereka menampakkan diri 

kepadanya, sebab  ada bahaya-bahaya yang lebih besar yang 

menghadangnya dibandingkan bahaya-bahaya yang selama ini dijum-

painya. Perhatikanlah, jika  Tuhan  merancangkan umat-Nya 

untuk menghadapi ujian-ujian yang luar biasa, Ia mempersiapkan 

mereka dengan penghiburan-penghiburan yang luar biasa pula. 

Kita akan menyangka bahwa kemunculan malaikat-malaikat itu 

akan lebih tepat waktu bila mereka menampakkan diri kepadanya 

di tengah-tengah kebingungan dan kekesalan yang pertama-tama 

ditimbulkan oleh Laban, dan sesudah  itu oleh Esau, dibandingkan 

dalam waktu santai yang tenang dan tenteram ini, saat  ia tidak 

melihat dirinya terancam oleh bahaya apa pun. namun  , Tuhan  

ingin agar kita, saat  sedang tenang, mempersiapkan diri untuk 

menghadapi masalah, dan, saat  masalah datang, untuk hidup 

dengan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sebab 

kita hidup sebab  percaya, bukan sebab  melihat. Umat Tuhan , 

pada saat kematian, kembali ke Kanaan, ke rumah Bapa mereka. 

Dan pada saat itu malaikat-malaikat Tuhan  akan menjumpai mere-

ka, untuk memberi selamat kepada mereka atas akhir yang mem-

bahagiakan dari pelayanan mereka, dan untuk membawa mereka 

ke tempat peristirahatan mereka.  

2.  Hal yang menghibur yang diamatinya dalam kumpulan pengawal 

ini (ay. 2). Ini bala tentara Tuhan , dan oleh sebab itu,  

(1) Ini bala tentara yang kuat. Amat agunglah orang yang dikawal 

seperti itu, dan sangat amanlah dia yang dijaga seperti itu.  

Kitab Kejadian 32:3-8 

 645 

(2) Tuhan  harus mendapat pujian atas perlindungan ini:  Aku bo-

leh bersyukur kepada Tuhan  untuk hal ini, sebab ini yaitu  

bala tentara-Nya.” Orang baik bisa melihat dengan mata iman 

hal yang sama seperti yang dilihat Yakub dengan mata jas-

maninya, dengan mempercayai janji itu (Mzm. 91:11), bahwa 

malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu. Un-

tuk apa lagi kita berbantah apakah setiap orang kudus mempu-

nyai malaikat pelindung atau tidak, jika  kita yakin bahwa ia 

dikawal oleh sekawanan malaikat di sekelilingnya? Untuk meng-

abadikan kenangan akan kebaikan ini, Yakub menamai tempat 

itu berdasarkan peristiwa ini, Mahanaim, dua bala tentara, atau, 

dua kemah. Maksudnya yaitu, menurut sebagian rabi Yahudi, 

satu bala tentara dari malaikat-malaikat pelindung di Mesopo-

tamia, yang memimpin Yakub dari sana, mengantarnya de-

ngan selamat kepada bala tentara lain dari malaikat-malaikat 

di Kanaan, yang menjumpainya di perbatasan tempat dia 

berada sekarang. namun  , yang dimaksudkan di sini, lebih 

tepatnya, yaitu  bahwa mereka menampakkan diri kepada dia 

dalam dua bala tentara, masing-masing di sebelah kanan dan 

kirinya, atau yang satu di depan dan yang lain di belakang, 

untuk melindunginya dari Laban di belakangnya dan dari 

Esau di depannya, supaya lengkaplah mereka sebagai pelin-

dung. Demikianlah ia dikelilingi dengan kebaikan Tuhan . Mung-

kin dengan merujuk pada peristiwa inilah jemaat disebut 

Mahanaim, dua pasukan (Kid. 6:13, KJV). Di sini ada keluarga 

Yakub, yang membentuk satu pasukan, mewakili jemaat yang 

sedang berjuang dan berkelana di bumi sini. Dan malaikat-

malaikat, pasukan yang lain, mewakili jemaat yang menang 

dan tenang di sorga sana.  

Yakub Membagi Rombongannya 

(32:3-8) 

3 Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu mendapat-

kan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom. 4 Ia memerintahkan ke-

pada mereka:  Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau: 

Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang 

asing dan diam di situ selama ini. 5 Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai 

dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh 

memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu.” 6 

Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata:  Kami telah 

sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan ia pun sedang di jalan menemui 


 646

engkau, diiringi oleh empat ratus orang.” 7 Lalu sangat takutlah Yakub dan 

merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama 

dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua 

pasukan. 8 Sebab pikirnya:  Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, 

sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput.” 

sebab  sekarang Yakub sedang memasuki kembali tanah Kanaan, 

maka Tuhan , melalui penampakan malaikat-malaikat, mengingatkan 

dia akan teman-teman yang dimilikinya saat  ia meninggalkan ne-

geri itu, dan dari situ Yakub mengingat-ingatkan dirinya sendiri akan 

musuh-musuh yang dimilikinya, khususnya Esau. Ada kemungkinan 

bahwa Ribka sudah mengirim pesan yang memberitahukan tempat 

kediaman Esau di tanah Seir, dan permusuhannya yang terus ber-

lanjut dengan dia. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh si Yakub 

yang malang ini? Ia rindu melihat ayahnya, namun ia ngeri melihat 

kakaknya. Ia bersukacita melihat Kanaan lagi, namun  tidak bisa tidak, 

ia bersukacita dengan gemetar sebab  Esau.   

I.  Ia mengirimkan pesan yang sangat baik hati dan rendah hati ke-

pada Esau. Tidak tampak di sini bahwa jalan yang ditujunya itu 

harus melewati negeri Esau, atau bahwa ia perlu meminta izin dari-

nya untuk lewat. namun  jalan yang ditujunya itu terletak di dekat 

tempat Esau, dan ia tidak mau pergi melewatinya tanpa memberi 

dia penghormatan yang selayaknya diterima oleh seorang kakak 

laki-laki, saudara kembar, saudara satu-satunya, seorang kakak 

yang lebih tua, seorang kakak yang tersinggung. Perhatikanlah,  

1.  Meskipun saudara-saudara kita gagal menjalankan kewajiban 

mereka terhadap kita, kita dengan kesadaran hati nurani ha-

rus melakukan kewajiban kita terhadap mereka. 

2. Sudah menjadi bagian dari persahabatan dan kasih persauda-

raan jika  kita memberitahukan keadaan kita kepada te-

man-teman kita, dan menanyakan tentang keadaan mereka. 

Tindakan yang santun bisa membantu menghancurkan per-

musuhan. Pesan Yakub kepada Esau sangat menyenangkan 

hati (ay. 4-5).  

(1)  Ia menyebut Esau sebagai tuannya, dan dia sendiri sebagai 

hambanya, untuk menunjukkan bahwa ia tidak bersikeras 

untuk memiliki hak-hak istimewa dari hak kesulungan dan 

berkat yang sudah diperolehnya bagi dirinya sendiri, namun  

menyerahkannya kepada Tuhan  untuk memenuhi tujuan-

Kitab Kejadian 32:3-8 

 647 

Nya sendiri di dalam keturunannya. Perhatikanlah, kesa-

baran mencegah kesalahan-kesalahan besar (Pkh. 10:4). 

Kita tidak boleh menolak untuk berbicara dengan hormat 

dan tunduk kepada orang-orang yang dengan begitu tidak 

adil marah-marah terhadap kita.  

(2) Ia memberi  kepada Esau gambaran singkat tentang 

dirinya, bahwa ia bukanlah seorang buronan dan pengem-

bara, melainkan, meskipun lama tidak kelihatan, sudah 

mempunyai sebuah tempat tinggal, dengan sanak saudara-

nya sendiri: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang 

asing dan diam di situ selama ini. Juga, ia menggambarkan 

bahwa ia bukanlah seorang pengemis. Tidak pula ia pu-

lang, seperti si anak hilang, dalam keadaan yang serba 

kekurangan dan hanya akan menjadi beban bagi saudara-

saudaranya. Tidak, aku telah mempunyai lembu sapi dan 

keledai. Hal ini (jika memang ada gunanya) diketahuinya 

akan membuat Esau berpikiran baik tentang dia. Dan,  

(3) Ia memohon perkenanan hati Esau: aku menyuruh mem-

beritahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat 

kasihmu. Perhatikanlah, bila seseorang benar dalam suatu 

perkara, maka bukanlah suatu penghinaan bagi dia untuk 

memohon supaya bisa akur dan berseru bagi perdamaian 

dan hak.  

II. Ia menerima kabar yang sangat mengerikan tentang Esau yang 

sepertinya hendak bersiap-siap berperang melawan dia (ay. 6). 

Kabar ini bukan sebuah kata, melainkan sebuah hantaman, sua-

tu balasan yang sangat kasar terhadap pesannya yang baik. Ini 

sambutan yang menyedihkan terhadap seorang saudara yang 

malang yang baru saja kembali pulang: Ia pun sedang di jalan 

menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang. Sekarang Esau 

sudah lelah menanti-nantikan hari berkabung untuk ayah yang 

baik ini, jadi bahkan sebelum hari itu tiba, ia bertekad untuk 

membunuh adiknya.  

1. Ia teringat akan pertengkaran yang dulu, dan sekarang ingin 

membalaskan dendamnya kepada Yakub atas hak kesulungan 

dan berkat yang hilang. Dan, kalau mungkin, menghancurkan 

harapan-harapan Yakub akan hak kesulungan dan berkat itu. 

Perhatikanlah, kebencian yang dipendam akan bertahan lama, 


 648

dan akan mendapat kesempatan untuk meledak dalam keke-

rasan, lama sesudah pancingan-pancingan diberikan. Orang 

yang marah mempunyai ingatan yang baik.  

2.  Ia iri kepada Yakub atas sedikit harta yang dimilikinya, dan, 

walaupun ia sendiri sekarang mempunyai apa yang jauh lebih 

baik, namun tidak ada yang bisa memuaskannya selain meli-

hat kehancuran Yakub dengan mata kepalanya sendiri, dan 

memenuhi ladangnya dengan barang-barang jarahan milik 

Yakub. Mungkin kabar yang dikirimkan Yakub tentang keka-

yaannya hanya membuatnya lebih panas lagi.  

3.  Ia menyimpulkan bahwa mudah untuk menghancurkan Ya-

kub, sebab  sekarang Yakub sedang ada di jalan, seorang pe-

lancong yang malang dan kelelahan, tidak punya tempat ting-

gal yang tetap, dan (sangkanya) tanpa pengawal. Orang-orang 

yang mempunyai racun ular biasanya mempunyai kecerdikan 

ular, mereka mengambil kesempatan pertama dan terbaik 

yang datang untuk membalas dendam.  

4.  Ia bertekad untuk melakukannya dengan segera, sebelum Ya-

kub sampai kepada ayahnya, supaya ayahnya tidak ikut cam-

pur dan menengahi mereka berdua. Esau yaitu  salah se-

orang yang membenci perdamaian. jika  Yakub berbicara, 

berbicara dengan damai, maka ia menghendaki perang (Mzm. 

120:6-7). Lalu majulah dia, terdorong oleh kegeraman, dan 

berniat menumpahkan darah dan melakukan pembunuhan. 

Empat ratus orang ada bersama-sama dengan dia, mungkin 

orang-orang yang biasa berburu bersamanya, yang bersenjata, 

tidak diragukan lagi, kasar dan kejam seperti pemimpin mere-

ka, siap menjalankan perintahnya meskipun itu begitu biadab. 

Dan, sekarang nafas yang mereka embuskan semata-mata 

yaitu  ancaman dan pembantaian. Sepersepuluh dari pa-

sukan itu sudah cukup untuk menggorok Yakub yang malang 

dan keluarganya yang tidak bersalah dan tanpa daya. Cukup 

untuk mencabut ranting dan akarnya. Oleh sebab itu, tidak 

heran bila selanjutnya kita membaca (ay. 7), lalu sangat takut-

lah Yakub dan merasa sesak hati, mungkin lebih-lebih lagi ka-

rena ia belum begitu pulih dari ketakutan yang ditimbulkan 

oleh Laban. Perhatikanlah, banyak masalah yang menimpa 

orang benar di dunia ini, dan kadang-kadang selesainya satu 

masalah hanyalah merupakan awal dari masalah baru. Awan-

Kitab Kejadian 32:9-12 

 649 

awan datang kembali sesudah  hujan. Yakub, meskipun seorang 

yang mempunyai iman sangat besar, sekarang sangat takut. 

Perhatikanlah, kecemasan yang begitu hidup terhadap bahaya, 

dan ketakutan yang cepat timbul darinya, bisa saja beriringan 

dengan keyakinan yang dipenuhi oleh kerendahan hati akan 

kuasa dan janji Tuhan . Kristus sendiri, dalam penderitaan-Nya, 

merasa sangat ketakutan.   

III. Ia menyiapkan diri dengan pertahanan yang terbaik sesuai keada-

annya saat itu. sebab  melawan yaitu  hal yang tidak masuk 

akal, maka yang dirancangkannya hanyalah melarikan diri (ay. 7-

8). Ia menganggap bahwa ia bertindak bijak jika tidak memper-

taruhkan segala-galanya dalam satu keranjang, dan oleh sebab 

itu ia membagi rombongannya menjadi dua rombongan, sehingga, 

jika yang satu terpukul kalah, yang lain bisa melarikan diri. 

Seperti seorang kepala rumah tangga yang penuh perhatian, ia le-

bih mengkhawatirkan keselamatan mereka dibandingkan keselamatan-

nya sendiri. Ia membagi-bagi rombongannya, tidak seperti Abraham 

(14:15) untuk melawan musuh, melainkan untuk melarikan diri.   

Doa Yakub  

(32:9-12) 

9 Kemudian berkatalah Yakub:  Ya Tuhan  nenekku Abraham dan Tuhan  ayahku 

Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu 

serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu – 10 

sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang

Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tong-

katku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, namun  sekarang telah 

menjadi dua pasukan. 11 Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari 

tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membu-

nuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya. 12 Bukankah Engkau telah ber-

firman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunan-

mu sebagai pasir di laut, yang sebab  banyaknya tidak dapat dihitung.” 

Yang menjadi pedoman kita yaitu  berseru kepada Tuhan  pada masa 

kesusahan. Di sini kita mendapati contoh dari pedoman ini, dan ke-

berhasilannya mendorong kita untuk mengikuti contoh ini. Sekarang 

yaitu  waktu kesusahan bagi Yakub, namun  ia akan diselamatkan 

darinya. Dan di sini kita mendapati dia berdoa memohon keselamat-

an itu (Yer. 30:7). Dalam kesesakannya ia mencari Tuhan, dan Tuhan 

mendengarnya. Perhatikanlah, waktu yang menakutkan haruslah 

menjadi waktu untuk berdoa. Apa pun yang membuat kita takut ha-


 650

ruslah mendorong kita untuk berlutut kepada Tuhan  kita. Yakub baru 

saja melihat malaikat-malaikat yang mengawalnya, namun , dalam 

kesusahan ini, ia datang kepada Tuhan , bukan kepada mereka. Ia 

tahu mereka yaitu  hamba-hamba serekan dengan dia (Why. 22:9). 

Tidak pula ia meminta petunjuk kepada terafim kepunyaan Laban. 

Cukup baginya bahwa ia mempunyai Tuhan  untuk didatangi. Kepada-

Nya ia menghadap dengan segala kesungguhan hati. Dengan begitu 

ia berlari mencari perlindungan ke dalam nama Tuhan, seperti me-

nara yang kuat (Ams. 18:10). Doa ini lebih menakjubkan lagi sebab  

membuatnya mendapatkan kehormatan menjadi seorang Israel, raja 

bersama Tuhan , dan bapak dari umat tersisa yang berdoa, yang mulai 

dari saat itu disebut sebagai keturunan Yakub, yang kepada mereka 

Tuhan  tidak pernah berkata, carilah Aku dengan sia-sia. Sekarang, 

sudah sepantasnya kita mempertanyakan apa yang luar biasa dalam 

doa ini, sampai membuat si pendoanya mendapatkan semua kehor-

matan ini. 

I.  Permintaannya sendiri ada satu, dan sangat jelas: Lepaskanlah 

kiranya aku dari tangan kakakku (ay. 11). Meskipun secara manu-

siawi itu tampak tidak mungkin dipenuhi, namun ia percaya 

bahwa kuasa Tuhan  dapat menyelamatkan dia seperti domba dise-

lamatkan dari rahang singa yang haus darah. Perhatikanlah,  

1. Kita boleh terperinci dalam menyampaikan permohonan-per-

mohonan kita kepada Tuhan , dalam menyebutkan kesusahan-

kesusahan dan kesulitan-kesulitan tertentu yang tengah men-

jerat kita. Sebab Tuhan  yang dengan-Nya kita harus berurusan 

yaitu  Tuhan  yang dengan-Nya kita bisa bebas: kita mempunyai 

kebebasan berbicara (parresia) di hadapan takhta anugerah.  

2.  jika  saudara-saudara kita berusaha untuk menghancurkan 

kita, sungguh menjadi penghiburan bagi kita bahwa kita mem-

punyai Bapa yang bisa kita datangi sebagai Pembebas kita.  

II. Permohonan-permohonannya banyak, dan penuh kuasa. Tidak 

pernah suatu perkara disampaikan secara lebih tertata seperti itu 

(Ayb. 23:4). Ia menawarkan permohonannya dengan iman dan 

semangat yang besar, dan dengan sangat rendah hati. Betapa 

bersungguh-sungguhnya ia memohon! Lepaskanlah kiranya aku 

(ay. 11). Ketakutannya membuat dia gigih. Betapa dengan akal 

sehat yang kudus ia mengajukan alasan bagi perkaranya! Betapa 

Kitab Kejadian 32:9-12 

 651 

dengan kefasihan ilahi ia berseru! Inilah contoh mulia yang bisa 

kita tiru.    

1.  Ia datang menghadap Tuhan  sebagai Tuhan  bapa leluhurnya (ay. 

9). Seperti itulah penyangkalan diri yang rendah hati yang 

dimilikinya tentang ketidaklayakannya sendiri, sehingga ia 

tidak menyebut Tuhan  sebagai Tuhan nya sendiri, melainkan 

Tuhan  yang mengikat kovenan dengan nenek moyangnya:  Ya 

Tuhan  nenekku Abraham dan Tuhan  ayahku Ishak. Dan ini bisa 

diserukannya dengan lebih baik sebab  kovenan itu, yang me-

lalui ketetapan ilahi diteruskan kepadanya. Perhatikanlah, 

kovenan Tuhan  dengan bapa leluhur kita bisa menjadi peng-

hiburan bagi kita jika  kita sedang dalam kesusahan. Su-

dah sering kali demikian bagi umat Tuhan (Mzm. 22:5-6). Ka-

rena dilahirkan di rumah Tuhan , kita berada di dalam perlin-

dungan-Nya secara khusus. 

2. Ia menunjukkan jaminannya: Engkau telah berfirman kepadaku: 

Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu. Ia me-

ninggalkan pekerjaannya dengan Laban tidak dengan tergesa-

gesa, atau melakukan perjalanan ini sebab  kesenangan sesaat, 

atau sebab  kesukaan yang bodoh pada negeri asalnya, melain-

kan dalam kepatuhan terhadap perintah Tuhan . Perhatikanlah,  

(1) Bisa saja kita sedang berada di jalan kewajiban, namun 

kita menjumpai masalah dan kesusahan di jalan itu. Se-

perti halnya keberhasilan tidak akan membuktikan bahwa 

kita benar, demikian pula peristiwa-peristiwa yang menyu-

sahkan tidak akan membuktikan bahwa kita salah. Bisa 

saja kita pergi ke tempat Tuhan  memanggil kita, namun kita 

merasa jalan kita dikelilingi oleh duri.  

(2) Kita bisa dengan nyaman mempercayakan keamanan kita 

kepada Tuhan , sementara kita juga dengan berhati-hati 

tetap menjalankan kewajiban kita. jika  Tuhan  menjadi 

Pembimbing kita, Ia akan menjadi Pengawal kita.  

3.  Ia dengan rendah hati mengakui ketidaklayakannya sendiri 

untuk menerima kebaikan apa saja dari Tuhan  (ay. 10): Aku 

tidak layak. Ini suatu permohonan yang tidak biasa. Sebagian 

orang berpikir bahwa seharusnya ia menyerukan miliknya sen-

diri yang sekarang terancam bahaya, melawan seluruh dunia, 

dan bahwa ia sudah membayar cukup mahal untuk menda-


 652

patkannya. Tidak, ia berseru, Tuhan, aku tidak layak menda-

patkannya. Perhatikanlah, penyangkalan dan perendahan diri 

sudah sepatutnya mengiringi kita saat  meminta segala 

sesuatu di hadapan takhta anugerah. Tidak pernah Kristus 

memuji-muji orang lain yang memohon kepada-Nya dengan 

begitu besar seperti Ia memuji-muji lelaki yang berkata, Tuan, 

aku tidak layak (Mat. 8:8), dan perempuan yang berkata, benar 

Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari 

meja tuannya (Mat. 15:27). Sekarang, amatilah di sini, 

(1)  Betapa dengan agung dan rasa hormat ia berbicara tentang 

segala kasih Tuhan  kepada dia. Di sini kita mendapati kasih 

dalam bentuk jamak, sumber air yang tak pernah kering, 

dan anak-anak sungai yang tak terhitung banyaknya. Sega-

la kasih dan kesetiaan, yaitu, segala kasih yang dulu yang 

sudah diberikan sesuai janji, dan segala kasih yang akan 

datang yang dijamin dengan janji. Perhatikanlah, apa yang 

tersimpan dalam kebenaran Tuhan , seperti juga apa yang 

ditunjukkan dalam kasih-Nya, yaitu  pokok penghiburan 

dan juga pujian bagi orang-orang percaya yang sungguh-

sungguh menghidupi kepercayaan mereka itu. Bahkan, 

amatilah, ini yaitu  segala kasih, dan segala kesetiaan. 

Cara pengungkapannya berulang-ulang, yang menunjuk-

kan bahwa hatinya penuh dengan kebaikan Tuhan .  

(2) Betapa dengan hina dan rendah hati ia berbicara tentang 

dirinya sendiri, dengan menyangkal semua pemikiran ten-

tang jasanya sendiri:  Sekali-kali aku tidak layak untuk 

menerima segala kasih-Mu, terlebih lagi aku tidak layak 

mendapatkan kebaikan yang begitu besar seperti yang se-

dang berusaha aku gapai ini.” Yakub yaitu  orang penting, 

dan, dalam banyak hal, sangat layak, dan, dalam berurus-

an dengan Laban, sudah dengan adil menegaskan jasa-

jasanya. Namun, itu tidak dilakukannya di hadapan Tuhan . 

Aku bahkan tidak layak mendapatkan yang kurang dari 

segala kasih-Mu. Begitulah kata yang digunakan. Perhati-

kanlah, orang-orang yang terbaik dan terhebat benar-benar 

tidak layak mendapatkan kebaikan yang terkecil sekalipun 

dari Tuhan , dan mereka harus siap mengakuinya dalam se-

gala kesempatan. Semboyan hidup yang luar biasa dari 

Tuan Herbert yaitu , kurang dibandingkan yang terkecil dari 

Kitab Kejadian 32:9-12 

 653 

segala kasih Tuhan . Orang-orang yang paling siap menda-

patkan kasih terbesar yaitu  mereka yang melihat diri 

sendiri tidak layak mendapatkan kasih yang terkecil.    

4.  Dengan penuh rasa syukur ia mengakui kebaikan Tuhan  ke-

pada dia dalam pembuangannya, dan betapa kebaikan-Nya itu 

melampaui harapan-harapannya:  Aku membawa hanya tong-

katku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, miskin dan 

sengsara, seperti peziarah yang tercampakkan dan terhina.” Ia 

tidak mempunyai pembimbing, kawan, atau pengawal, tidak 

mempunyai perlengkapan yang nyaman untuk bepergian, me-

lainkan hanya tongkatnya saja. Tidak ada yang lain yang bisa 

diandalkannya.  namun  sekarang aku telah menjadi dua pa-

sukan, sekarang aku dikelilingi oleh rombongan anak dan 

hamba yang begitu banyak dan menghibur.” Meskipun kesu-

sahannyalah yang sekarang mengharuskan dia membagi-bagi 

keluarganya ke dalam dua pasukan, namun ia memanfaatkan 

itu untuk semakin membesarkan kasih Tuhan  yang membuat-

nya bertambah banyak. Perhatikanlah,  

(1) Bertambahnya keluarga kita akan benar-benar menghibur 

bagi kita jika  kita melihat kasih Tuhan  dan kesetiaan-

Nya di dalamnya.  

(2) Orang-orang yang pada akhirnya mempunyai harta milik 

yang bertambah-tambah haruslah, dengan kerendahan hati 

dan rasa syukur, mengingat betapa kecil mereka dulu se-

waktu baru memulai. Yakub berseru,  Tuhan, Engkau be-

nar-benar menjagaku saat  aku pergi hanya dengan tong-

katku, dan hanya mempunyai satu nyawa untuk dikorban-

kan. Tidakkah Engkau akan menjagaku sekarang saat me-

lihat begitu banyak yang berangkat bersama-sama dengan 

aku?” 

5.  Ia menegaskan bahaya besar yang tengah mengancamnya: 

Lepaskanlah kiranya aku dari tangan Esau, sebab aku takut 

kepadanya (ay. 11). Umat Tuhan  tidak pernah malu memberi-

tahukan kepada Tuhan  ketakutan-ketakutan mereka. Sebab 

mereka tahu Ia memperhatikan mereka, dan mempertimbang-

kan mereka. Ketakutan yang menggugah doa dengan sendiri-

nya dapat diserukan. Bukan perampok, melainkan pembu-

nuhlah yang ditakutinya. Juga bukan hanya nyawanya sendiri 


 654

yang sedang dipertaruhkan, melainkan juga nyawa ibu-ibu 

dan anak-anak, yang telah meninggalkan tanah kelahiran me-

reka untuk pergi bersama-sama dengan dia. Perhatikanlah, 

kasih sayang alami dapat menghiasi kita dengan seruan-

seruan yang diperbolehkan dan diterima di dalam doa.  

6. Ia terutama menegaskan janji yang sudah dibuat Tuhan  kepada-

nya (ay. 9): Engkau telah berfirman, Aku akan berbuat baik ke-

padamu, dan lagi, dalam bagian penutup (ay. 12): Bukankah Eng-

kau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu. Per-

hatikanlah,  

(1) Hal terbaik yang bisa kita katakan kepada Tuhan  di dalam 

doa yaitu  apa yang sudah dikatakan-Nya kepada kita. 

Seperti halnya janji-janji Tuhan  merupakan penuntun yang 

pasti bagi keinginan-keinginan kita di dalam doa, dan 

melengkapi kita dengan permohonan-permohonan terbaik, 

demikian pula janji-janji-Nya merupakan pijakan terkokoh 

bagi harapan-harapan kita, dan melengkapi kita dengan 

seruan-seruan terbaik.  Tuhan, Engkau telah berfirman be-

gini dan begitu. Jadi, tidakkah Engkau akan berbuat baik 

seperti firman-Mu itu, firman yang telah membuat aku ber-

harap?” (Mzm. 119:49).  

(2) Janji-janji yang paling umum sekalipun dapat diterapkan 

kepada masalah-masalah khusus.  Engkau berkata, Aku 

akan berbuat baik kepadamu. Tuhan, berbuat baiklah ke-

padaku dalam perkara ini.” Ia juga menyerukan sebuah 

janji khusus, janji untuk menjadikan keturunannya sangat 

banyak.  Tuhan, apa jadinya dengan janji itu, jika mereka 

semua dibinasakan?” Perhatikanlah,  

[1] Ada janji-janji bagi keluarga orang baik yang dapat di-

kembangkan di dalam doa untuk memohonkan belas ka-

sihan bagi keluarga, baik belas kasihan yang biasa mau-

pun yang luar biasa (17:7; Mzm. 112:2; 102:29).  

[2] Ancaman-ancaman dunia haruslah mendorong kita me-

nagih janji-janji Tuhan . 

Kitab Kejadian 32:13-23 

 655 

Persembahan Yakub kepada Esau 

(32:13-23) 

13 Lalu bermalamlah ia di sana pada malam itu. Kemudian diambilnyalah 

dari apa yang ada padanya suatu persembahan untuk Esau, kakaknya, 14 

yaitu dua ratus kambing betina dan dua puluh kambing jantan, dua ratus 

domba betina dan dua puluh domba jantan, 15 tiga puluh unta yang sedang 

menyusui beserta anak-anaknya, empat puluh lembu betina dan sepuluh 

lembu jantan, dua puluh keledai betina dan sepuluh keledai jantan. 16 

Diserahkannyalah semuanya itu kepada budak-budaknya untuk dijaga, tiap-

tiap kumpulan tersendiri, dan ia berkata kepada mereka:  Berjalanlah kamu 

lebih dahulu dan jagalah supaya ada jarak antara kumpulan yang satu 

dengan kumpulan yang lain.” 17 Diperintahkannyalah kepada yang paling di 

muka:  jika  Esau, kakakku, bertemu dengan engkau dan bertanya ke-

padamu: Siapakah tuanmu? dan ke manakah engkau pergi? dan milik 

siapakah ternak yang di depanmu itu? – 18 jawablah: milik hambamu Yakub; 

inilah persembahan yang dikirim kepada tuanku Esau, dan Yakub sendiri 

pun ada di belakang kami.” 19 Begitulah diperintahkannya baik kepada yang 

kedua maupun kepada yang ketiga dan kepada sekalian orang yang berjalan 

menggiring kumpulan hewan itu, katanya:  Seperti perkataanku tadilah 

kamu katakan kepada Esau, jika  kamu berjumpa dengan dia; 20 dan 

kamu harus mengatakan juga: Hambamu Yakub sendiri ada di belakang 

kami.” Sebab pikir Yakub:  Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan 

persembahan yang diantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan 

melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku dengan baik.” 21 Jadi per-

sembahan itu diantarkan lebih dahulu, namun  ia sendiri bermalam pada 

malam itu di tempat perkemahannya. 22 Pada malam itu Yakub bangun dan 

ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas 

anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. 23 Sesu-

dah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. 

Yakub, sesudah  dengan saleh menjadikan Tuhan  sebagai Temannya 

melalui doa, di sini dengan bijaksana berusaha menjadikan Esau se-

bagai temannya melalui persembahan. Ia sudah berdoa kepada Tuhan  

untuk melepaskan dia dari tangan Esau, sebab ia takut kepadanya. 

namun  ketakutannya tidak tenggelam ke dalam keputusasaan yang

sedemikian rupa sehingga memupuskan harapannya untuk meng-

gunakan sarana apa saja, dan tidak juga doanya membuat dia lan-

cang menuntut belas kasihan Tuhan , tanpa memakai  sarana apa 

pun. Perhatikanlah, jika  kita sudah berdoa kepada Tuhan  untuk 

meminta belas kasihan apa saja, kita harus menyertai doa-doa kita 

dengan usaha-usaha kita. Sebab kalau tidak, bukannya percaya 

kepada Tuhan , kita malah mencobai Dia. Kita harus bergantung pada 

pemeliharaan Tuhan  dengan sedemikian rupa sehingga membuat kita 

memakai  kebijaksanaan kita sendiri.  Tolonglah dirimu sendiri, 

maka Tuhan  akan