n diri kepada-Nya seperti
yang sudah dilakukan-Nya sebelumnya, dengan memanggil nama-
nya, Abraham, nama yang sudah diberikan kepadanya untuk me-
ngesahkan janji itu. Abraham, seperti seorang hamba yang baik,
segera menjawab, Ya Tuhan. Apa yang hendak Tuhanku sampai-
kan kepada hamba? Mungkin ia mengharapkan suatu pemba-
ruan janji seperti pada janji-janji sebelumnya (15:1) dan (17:1).
namun , yang sangat mengejutkannya, apa yang ingin disampaikan
Tuhan kepadanya, singkatnya yaitu , Abraham, bunuhlah anakmu.
Kitab Kejadian 22:1-2
471
Dan perintah ini diberikan kepadanya dalam bahasa yang begitu
memancing emosi sehingga membuat cobaan itu teramat sangat
menyedihkan. saat Tuhan berfirman, Abraham, tidak diragukan
lagi, memperhatikan setiap kata yang diucapkan, dan mendengar-
kannya dengan penuh perhatian. Dan setiap kata yang terucap di
sini yaitu pedang yang menusuk tulangnya: ujian itu diperparah
dengan ucapan-ucapan yang menguji. Senangkah Yang Maha-
kuasa membuat umat-Nya menderita? Tidak. namun , saat iman
Abraham hendak diuji, Tuhan tampak senang memperberat ujian
itu (ay. 2). Amatilah,
1. Orang yang harus dikorbankan.
(1) Ambillah anakmu, bukan lembu-lembu dan domba-dom-
bamu. Betapa relanya Abraham menyerahkan beribu-ribu
lembu dan dombanya untuk menggantikan Ishak! Tidak,
tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu (Mzm.
50:9). Aku harus mengambil anakmu. Bukan hambamu,
bahkan bukan pula pengurus rumahmu. Semuanya itu
tidak akan memenuhi syarat. Aku harus mengambil anak-
mu. Yefta, untuk memenuhi nazarnya, mengorbankan
anak perempuannya. namun Abraham harus mengorbankan
anak laki-lakinya, yang di dalam dia keluarganya akan di-
bangun. Tuhan, biarlah yang harus dikorbankan itu anak
angkat. Tidak,
(2) Anakmu yang tunggal itu. Anakmu yang tunggal dari Sara.
Ismael baru saja diusir, yang membuat Abraham bersedih.
Sekarang hanya Ishak yang tinggal, dan apakah dia harus
pergi juga? Ya,
(3) Ambillah Ishak, dia, yang namanya berarti tertawamu,
anakmu yang sesungguhnya itu (17:19). Yang diperintah-
kan bukan Bawa kembali Ismael, dan korbankan dia, me-
lainkan harus Ishak. namun , Tuhan, aku mengasihi Ishak,
bagiku dia seperti belahan jiwaku. Ismael sudah tidak ada,
dan apakah Engkau akan mengambil Ishak juga? Semua
ini melawan aku: Ya,
(4) Anak yang engkau kasihi itu. Ini merupakan ujian bagi ka-
sih Abraham terhadap Tuhan , dan oleh sebab itu, yang ha-
rus dikorbankan yaitu anak yang dikasihi. Ungkapan itu
pastilah teramat sangat menyentuh hati. Dalam bahasa
472
Ibrani ucapan itu diungkapkan dengan lebih tegas, dan,
menurut saya, bisa dibaca seperti ini: Ambillah sekarang
anak kepunyaanmu itu, anak tunggalmu itu, yang engkau
kasihi, si Ishak itu. Perintah Tuhan harus mengesampingkan
segala pertimbangan ini.
2. Tempat dipersembahkannya korban: Di tanah Moria, yang mem-
butuhkan tiga hari perjalanan. Dengan begitu, Abraham masih
mempunyai waktu untuk mempertimbangkannya. Jika ia sung-
guh mengorbankan Ishak, ia harus melakukannya dengan sa-
dar, agar itu menjadi pelayanan yang lebih bisa dipertanggung-
jawabkan dan lebih terhormat.
3. Cara persembahan korban: Persembahkanlah dia sebagai kor-
ban bakaran. Ia tidak hanya harus membunuh anaknya, namun
juga membunuhnya sebagai korban, membunuhnya untuk
ibadah, membunuhnya atas dasar perintah, membunuhnya de-
ngan segala semarak dan upacara, dengan segala ketenangan
dan kejernihan pikiran, yang biasa dilakukannya saat mem-
persembahkan korban-korban bakarannya.
Ketaatan Abraham
(22:3-10)
3 Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana ke-
ledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia
membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan
pergi ke tempat yang dikatakan Tuhan kepadanya. 4 saat pada hari ketiga
Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari
jauh. 5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: TinggTuhan kamu di sini
dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sem-
bahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu. 6 Lalu Abraham mengambil
kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak,
anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah kedua-
nya berjalan bersama-sama. 7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayah-
nya: Bapa. Sahut Abraham: Ya, anakku. Bertanyalah ia: Di sini sudah
ada api dan kayu, namun di manakah anak domba untuk korban bakaran
itu? 8 Sahut Abraham: Tuhan yang akan menyediakan anak domba untuk
korban bakaran bagi-Nya, anakku. Demikianlah keduanya berjalan ber-
sama-sama. 9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Tuhan kepadanya.
Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya
Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. 10 Se-
sudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk
menyembelih anaknya.
Kitab Kejadian 22:3-10
473
Di sini kita mendapati ketaatan Abraham terhadap perintah yang
keras ini. Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak (Ibr.
11:17). Amatilah,
I. Kesulitan-kesulitan yang dilaluinya dalam tindakan yang taat ini.
Banyak sekali keberatan yang bisa diajukan terhadap perintah
ini, sebab ,
1. Perintah itu tampak langsung bertentangan dengan hukum
Tuhan sebelumnya, yang melarang pembunuhan, dengan an-
caman hukuman yang keras (9:5-6). Sekarang, dapatkah Tuhan
yang tidak berubah itu menentang diri-Nya sendiri? Dia yang
membenci hasil rampasan dan kecurangan untuk korban ba-
karan (Yes. 61:8) pasti tidak akan senang dengan hasil pembu-
nuhan untuk korban itu.
2. Bagaimana hal itu diselaraskan dengan perasaan kasih sayang
alami seorang bapak kepada anaknya sendiri? Itu bukan ha-
nya pembunuhan, melainkan juga yang paling jahat dari se-
mua pembunuhan. Tidak bisakah Abraham taat tanpa menen-
tang hukum alam? Jika Tuhan bersikeras ingin mengorbankan
manusia, tidak adakah orang lain selain Ishak yang harus di-
korbankan, dan tidak adakah orang lain selain Abraham yang
harus mengorbankannya? Haruskah bapa orang beriman men-
jadi monster dari semua bapa?
3. Tuhan tidak memberinya alasan untuk mengorbankan Ishak.
saat Ismael hendak diusir, alasan yang baik diberikan untuk
itu, yang membuat Abraham puas. namun di sini Ishak harus
mati, dan Abraham harus membunuhnya, dan baik Ishak
maupun Abraham tidak boleh tahu mengapa atau untuk apa.
Seandainya Ishak harus mati syahid demi kebenaran, atau
hidupnya dijadikan tebusan bagi nyawa orang lain yang lebih
berharga, itu lain perkara. Atau seandainya ia mati sebagai
penjahat, pemberontak melawan Tuhan atau orangtuanya, se-
perti yang terjadi pada seorang penyembah berhala (Ul. 13:8,
9), atau seorang anak laki-laki yang degil (Ul. 21:18-19), mung-
kin itu bisa dipandang sebagai pengorbanan demi keadilan.
namun persoalannya tidak demikian: ia seorang anak yang pe-
nurut, patuh, dan menjanjikan banyak harapan. Tuhan, apa
keuntungan yang bisa diperoleh dari darahnya?
474
4. Bagaimana ini dapat diselaraskan dengan janji Tuhan ? Bukan-
kah dikatakan bahwa yang akan disebut keturunanmu ialah
yang berasal dari Ishak? namun apa jadinya dengan keturunan
itu, jika pucuk yang tengah mekar ini diremukkan begitu
cepat?
5. Bagaimana ia bisa menatap wajah Sara lagi? Dengan muka se-
perti apa ia bisa kembali kepada Sara dan keluarganya dengan
darah Ishak yang terpercik pada bajunya dan menodai semua
pakaiannya? Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku
begitulah Sara akan berkata (seperti dalam Keluaran 4:25-26),
dan ada kemungkinan hal itu akan menjauhkan kasih sayang-
nya untuk selama-lamanya baik dari dia maupun dari Tuhan nya.
6. Apa yang akan dikatakan orang-orang Mesir, dan orang-orang
Kanaan serta orang-orang Feris yang berdiam di negeri itu
pada waktu itu? Hal ini akan menjadi cela untuk selama-lama-
nya bagi Abraham, dan bagi mezbah-mezbahnya. Sambutlah
alam, jika ini yang dinamakan anugerah. Keberatan-kebe-
ratan ini dan masih banyak keberatan yang serupa bisa saja
diajukan. namun ia yakin dengan tidak keliru bahwa itu benar-
benar perintah Tuhan dan bukan khayalannya belaka, dan ini
sudah cukup untuk menjawab semua keberatan itu. Perhati-
kanlah, perintah-perintah Tuhan tidak boleh diperbantahkan,
namun harus dituruti. Kita tidak boleh minta pertimbangan
kepada manusia tentang itu (Gal. 1:15-16), namun dengan ke-
kerasan hati yang penuh rahmat harus tetap patuh terhadap
perintah-perintah itu.
II. Beberapa langkah yang taat, yang kesemuanya membantu me-
nguatkan ketaatan itu, dan menunjukkan bahwa ia dituntun oleh
kebijaksanaan, dan dipimpin oleh iman, dalam seluruh urusan itu.
1. Ia bangun pagi-pagi (ay. 3). Mungkin perintah itu diberikan
dalam penglihatan-penglihatan di malam hari, dan keesokan
harinya pagi-pagi benar ia sudah bersiap-siap melaksanakan-
nya. Ia tidak menunda-nunda, tidak merasa enggan, tidak
mengambil waktu untuk menimbang-nimbang. Sebab, perintah
itu tidak bisa ditawar-tawar, dan tidak bisa dibantah. Perhati-
kanlah, orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan dengan
sepenuh hati pasti akan melakukannya dengan segera. jika
kita menunda-nunda, waktu akan terhilang dan hati mengeras.
Kitab Kejadian 22:3-10
475
2. Ia menyiapkan segala sesuatu untuk mempersembahkan kor-
ban, dan, seolah-olah seperti seorang Gibeon sendiri, dengan
tangannya sendiri ia membelah kayu untuk korban bakaran,
supaya ia tidak repot-repot lagi mencarinya saat korban itu
harus dipersembahkan. Korban-korban rohani pun harus di-
persiapkan seperti itu.
3. Besar kemungkinan bahwa ia tidak mengatakan apa-apa ten-
tang hal ini kepada Sara. Ini yaitu perjalanan yang tidak bo-
leh diketahui Sara, supaya jangan ia mencegahnya. Sudah ada
begitu banyak hal dalam hati kita yang dapat menghalangi
pertumbuhan kita dalam menjalankan kewajiban, sehingga
kita perlu, sedapat mungkin, menjauhkan diri dari hambatan-
hambatan yang lain.
4. Dengan hati-hati ia melihat-lihat ke sekelilingnya, untuk me-
nemukan tempat yang sudah ditentukan bagi korban ini, yang
sudah dijanjikan Tuhan akan ditunjukkan-Nya dengan suatu
tanda. Mungkin petunjuk itu diberikan melalui sebuah penam-
pakan kemuliaan ilahi di tempat itu, semacam tiang api yang
menjangkau dari langit ke bumi, tampak di kejauhan, yang di-
tunjukkan-Nya saat berkata (ay. 5), Kita akan pergi ke sana,
di mana engkau melihat terang itu, dan beribadah di sana.
5. Ia meninggalkan hamba-hambanya di kejauhan (ay. 5), supaya
jangan mereka menengahi, dan mengganggu persembahan
korbannya yang mengherankan itu. Sebab Ishak, tidak diragu-
kan lagi, yaitu anak kesayangan seluruh keluarga. Demi-
kianlah, saat Kristus mulai merasakan ketakutan yang luar
biasa di taman Getsemani, Ia hanya mengajak tiga murid-Nya
bersama-sama dengan Dia, dan meninggalkan yang lain di
pintu taman. Perhatikanlah, yaitu hikmat dan kewajiban
kita, jika kita hendak beribadah kepada Tuhan , untuk me-
ngesampingkan segala macam pikiran dan kekhawatiran yang
dapat mengalihkan kita dari ibadah kita. Kita harus mening-
galkan semuanya itu di bawah bukit, agar kita dapat melayani
Tuhan tanpa gangguan.
6. Ia menyuruh Ishak untuk membawa kayu itu (baik untuk
menguji ketaatannya dalam perkara kecil terlebih dahulu,
maupun dengan tujuan supaya ia bisa menjadi pelambang
Kristus, yang memikul salib-Nya sendiri, Yoh. 19:17), semen-
tara ia sendiri, meskipun tahu apa yang diperbuatnya, dengan
476
tekad bulat dan mantap membawa pisau dan api yang me-
matikan itu (ay. 6). Perhatikanlah, orang-orang yang dengan
anugerah bertekad menjalani pelayanan dan penderitaan apa
saja bagi Tuhan , haruslah mengabaikan perkara-perkara kecil
yang justru akan lebih mempersulit darah dan daging.
7. Tanpa kegaduhan atau kekacauan, ia membicarakannya de-
ngan Ishak, seolah-olah hanya korban biasa yang hendak di-
persembahkannya (ay. 7-8).
(1) Sangatlah menyentuh hati pertanyaan yang diajukan Ishak
kepadanya, selagi mereka berjalan bersama-sama: Bapa,
kata Ishak. Kata itu meluluhkan perasaan, dan, bisa diba-
yangkan, akan menembus dada Abraham lebih dalam dari-
pada yang bisa dilakukan pisaunya untuk menembus dada
Ishak. Abraham bisa saja berkata, atau berpikir, setidak-
tidaknya, Jangan panggil aku bapamu, yang sekarang akan
menjadi pembunuhmu. Dapatkah seorang bapa berlaku be-
gitu biadab, begitu benar-benar hilang segala kelembutan-
nya sebagai seorang bapa? Namun, ia tetap menjaga pera-
saannya, dan menjaga raut wajahnya secara mengagumkan.
Dengan tenang ia menunggu pertanyaan anaknya, dan ini-
lah pertanyaan itu: Di sini sudah ada api dan kayu, namun
di manakah anak dombanya? Lihatlah betapa Ishak ahli
dalam masalah hukum dan tata cara mempersembahkan
korban. Ini harus diajarkan dengan baik: pertanyaan ini
yaitu ,
[1] Pertanyaan yang menguji Abraham. Bagaimana ia bisa
tahan untuk berpikir bahwa Ishak sendirilah anak dom-
banya? Itulah yang sebenarnya, namun Abraham, sampai
saat ini, tidak berani memberitahukan itu kepadanya.
sebab Tuhan tahu bahwa iman yaitu senjata bagi buk-
ti, Ia akan menertawakan ujian pada orang yang tidak
bersalah (Ayb. 19:23, KJV; TB: keputusasaan orang yang
tidak bersalah pen.).
[2] Itu yaitu pertanyaan yang mengajar kita semua, bah-
wa, jika kita hendak beribadah kepada Tuhan , kita
harus sungguh-sungguh mempertimbangkan apakah
kita sudah menyiapkan segala sesuatunya, terutama
anak domba untuk korban bakaran. Lihatlah, api sudah
Kitab Kejadian 22:3-10
477
siap, yaitu pertolongan Roh dan perkenanan Tuhan .
Kayu sudah siap, yaitu ketetapan-ketetapan upacara
untuk menyalakan perasaan kita (yang memang, tanpa
Roh, hanyalah seperti kayu tanpa api, namun Roh be-
kerja melaluinya). Segala sesuatu sudah siap, namun di
manakah anak dombanya? Di manakah hatinya? Siap-
kah hati dipersembahkan kepada Tuhan , untuk naik ke-
pada-Nya sebagai korban bakaran?
(2) Sangatlah bijak jawaban yang diberikan Abraham kepada-
nya: Tuhan yang akan menyediakan anak domba bagi-Nya,
anakku. Ini merupakan bahasa yang menggambarkan,
[1] Ketaatannya. Kita harus mempersembahkan anak dom-
ba yang sekarang sudah ditentukan Tuhan untuk diper-
sembahkan, dan dengan demikian ia memberi Ishak
pedoman umum untuk berserah kepada kehendak ilahi,
untuk mempersiapkan dia agar menerapkannya lang-
sung kepada dirinya sendiri. Atau,
[2] Imannya. Entah ia bermaksud seperti itu atau tidak,
itulah arti yang sebenarnya. Sebuah korban disediakan
sebagai ganti Ishak. Dengan demikian, pertama, Kris-
tus, korban penebusan yang agung, disediakan oleh
Tuhan . saat tidak seorang pun di sorga atau di bumi
bisa mendapatkan anak domba untuk korban bakaran
itu, Tuhan sendiri mendapatkan tebusannya (Mzm. 89:21).
Kedua, semua korban pengakuan kita disediakan oleh
Tuhan juga. Dialah yang mempersiapkan hati (Mzm.
10:17, KJV; TB: menguatkan hati pen.). Hati yang patah
dan remuk yaitu korban kepada Tuhan (Mzm. 51:19),
yang disediakan-Nya sendiri.
8. Dengan keteguhan dan ketenangan pikiran yang sama, sesudah
banyak berpikir-pikir di dalam hati, ia segera bekerja untuk
menyelesaikan korban ini (ay. 9-10). Ia terus maju dengan
tekad yang kudus, sesudah menempuh banyak langkah yang
melelahkan, dan dengan berberat hati sampai juga akhirnya ia
di tempat yang mematikan itu. Lalu ia membangun mezbah
(mezbah dari tanah liat, bisa kita duga, mezbah yang paling
menyedihkan dari yang pernah didirikannya, dan ia sudah men-
dirikan banyak mezbah), menaruh kayu sebagai bantal untuk
478
kubur Ishak, lalu memberi tahu dia kabar yang menyentakkan
ini: Ishak, engkaulah anak domba yang sudah disediakan
Tuhan . Ishak, sepanjang yang bisa disaksikan, sama relanya
dengan Abraham. Kita tidak mendapati bahwa dia mengajukan
keberatan. Ia tidak memohon untuk tidak dibunuh. Ia tidak
berusaha melarikan diri, apalagi sampai bergulat dengan ba-
paknya yang sudah tua, atau mengadakan penolakan. Abra-
ham melakukannya, Tuhan ingin agar itu dilakukan, dan Ishak
sudah belajar untuk berserah baik kepada Tuhan maupun ke-
pada Abraham. Abraham, tidak diragukan lagi, mengibur dia
dengan harapan-harapan yang sama yang dengannya ia sen-
diri dengan iman dihiburkan. namun korban itu harus diikat.
Korban agung, yang dalam kegenapan waktu akan dipersem-
bahkan, harus diikat, dan oleh sebab itu Ishak pun harus di-
ikat. namun sampai hatikah Abraham yang lembut mengikat
tangan yang tidak bersalah itu, yang mungkin sudah sering
kali terangkat untuk menerima berkatnya, dan terentang un-
tuk memeluknya, namun sekarang harus diikat lebih erat de-
ngan tali kasih dan kewajiban! Namun, bagaimanapun juga, itu
harus dilakukan. sesudah mengikat Ishak, ia membaringkannya
di atas mezbah, lalu tangannya diletakkan di kepala korbannya.
Dan sekarang, bisa kita duga, dengan banjir air mata, ia mem-
berikan, dan menerima, salam terakhir serta ciuman perpisah-
an: mungkin ia menerima satu salam dan ciuman lagi untuk
Sara dari anaknya yang akan mati. sebab ini harus dilakukan,
dengan tekad bulat ia melupakan kerahiman seorang bapak,
dan menampakkan kegarangan yang menakutkan dari seorang
penyembelih korban. Dengan hati yang mantap, dan mata
yang terangkat ke sorga, ia mengambil pisau, dan merentang-
kan tangannya untuk memberi potongan yang mematikan
itu pada tenggorokan Ishak. Terkejutlah hai langit akan hal
ini!. Dan takjublah, hai bumi! Inilah sebuah tindakan iman
dan ketaatan, yang pantas ditonton oleh Tuhan , para malaikat,
dan manusia. Anak kesayangan Abraham, gelak tawa Sara,
harapan jemaat, ahli waris perjanjian, tergeletak siap berdarah
dan mati di tangan bapaknya sendiri, yang tidak pernah berniat
untuk mundur melakukannya. Nah, ketaatan Abraham dalam
mempersembahkan Ishak ini merupakan gambaran yang hidup,
Kitab Kejadian 22:11-14
479
(1) Akan kasih Tuhan terhadap kita, dalam menyerahkan Anak-
Nya yang tunggal untuk menderita dan mati bagi kita, se-
bagai korban. TUHAN sendiri berkehendak meremukkan
dia. Lihat Yesaya 53:10; Zakharia 13:7. Abraham, baik da-
lam kewajiban maupun rasa syukur, harus berpisah de-
ngan Ishak, dan berpisah dengan dia sebagai teman. namun
Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa terhadap kita,
sebab kita yaitu musuh.
(2) Akan kewajiban kita kepada Tuhan , sebagai balasan terha-
dap kasih itu. Kita harus menapaki jejak-jejak langkah
iman Abraham ini. Tuhan , melalui firman-Nya, memanggil
kita untuk berpisah dengan segalanya demi Kristus, semua
dosa kita, meskipun sudah menjadi seperti tangan kanan,
atau mata kanan, atau seorang Ishak. Semua hal yang ber-
saing dan memusuhi Kristus untuk merebutkan kedaulat-
an atas hati kita (Luk. 14:26). Dan kita harus dengan riang
hati melepaskan mereka semua. Tuhan , melalui pemelihara-
an-Nya, yang benar-benar merupakan suara-Nya, adakala-
nya memanggil kita untuk berpisah dengan seorang Ishak,
dan kita harus melakukannya dengan berserah diri dan
tunduk pada kehendak-Nya yang kudus, yang harus kita
lakukan dengan riang hati (1Sam. 3:18).
Ishak Diselamatkan
(22:11-14)
11 namun berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: Abraham, Abra-
ham. Sahutnya: Ya, Tuhan. 12 Lalu Ia berfirman: Jangan bunuh anak itu
dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa
engkau takut akan Tuhan , dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan
anakmu yang tunggal kepada-Ku. 13 Lalu Abraham menoleh dan melihat se-
ekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belu-
kar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban
bakaran pengganti anaknya. 14 Dan Abraham menamai tempat itu: TUHAN
menyediakan; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: Di atas gunung
TUHAN, akan disediakan.
Sampai di sini cerita ini sangat menyedihkan, dan tampak bergegas
menuju akhir yang teramat tragis. namun di sini langit tiba-tiba cerah,
matahari memancarkan sinarnya, dan terbukalah pemandangan
yang cerah serta menyenangkan. Tangan yang sama yang sudah me-
lukai dan menekan di sini menyembuhkan dan mengangkat. Sebab,
480
meskipun menyebabkan penderitaan, Tuhan akan berbelas kasihan.
Malaikat TUHAN, yaitu Tuhan sendiri, Sang Firman yang kekal, Malai-
kat perjanjian, yang akan menjadi Sang Penebus dan Penghibur yang
agung, menengahi dan membawa ujian ini pada akhir yang mem-
bahagiakan.
I. Ishak diselamatkan (ay. 11-12). Perintah untuk mempersembah-
kan dia sebagai korban bakaran hanya dimaksudkan sebagai
ujian, dan sesudah diuji, tampak bahwa Abraham benar-benar le-
bih mengasihi Tuhan dibandingkan mengasihi Ishak, dan tujuan dari
perintah itu pun terpenuhi sudah. Oleh sebab itu, perintahnya di-
batalkan, tanpa sama sekali mengurangi ketidakberubahan kepu-
tusan-keputusan ilahi: Jangan bunuh anak itu. Perhatikanlah,
1. Penghiburan-penghiburan kita yang berasal dari makhluk fana
akan terus diberikan kepada kita jika kita sungguh-sung-
guh rela menyerahkan semuanya itu kepada kehendak Tuhan .
2. Waktu Tuhan untuk menolong dan melegakan umat-Nya yaitu
saat mereka terjepit dalam keadaan yang paling sukar. Se-
makin dekat bahaya yang mengancam, dan semakin dekat ba-
haya itu menimpa kita, semakin ajaib dan semakin disambut-
lah kelepasan.
II. Abraham tidak hanya dibenarkan, namun juga dipuji. Ia memper-
oleh kesaksian yang terhormat sebagai orang benar: Kuketahui
sekarang, bahwa engkau takut akan Tuhan . Tuhan sudah mengeta-
hui itu sebelumnya, namun sekarang Abraham memberi bukti
yang akan selalu dikenang. Ia tidak perlu berbuat apa-apa lagi.
Apa yang sudah dilakukannya sudah cukup untuk membuktikan
betapa ia sangat beribadah kepada Tuhan dan tunduk pada wewe-
nang-Nya. Perhatikanlah,
1. jika Tuhan , dengan pemeliharaan-Nya, menghalang-halangi
pelaksanaan dari niat-niat kita yang tulus untuk melayani Dia,
maka Ia dengan penuh rahmat menerima niat sebagai per-
buatan, dan menerima usaha yang tulus itu, meskipun itu
tidak terlaksana.
2. Bukti terbaik bahwa kita takut akan Tuhan yaitu kerelaan
hati kita untuk melayani dan menghormati Dia dengan apa
Kitab Kejadian 22:11-14
481
yang paling kita kasihi, dan berpisah atau menyerahkan se-
muanya kepada Dia dan demi Dia.
III. Korban yang lain disediakan sebagai ganti Ishak (ay. 13). sebab
sekarang mezbah sudah didirikan, dan kayu sudah ditumpuk ra-
pih, maka sesuatu perlu dikorbankan. Sebab,
1. Tuhan harus diakui dengan rasa syukur atas kelepasan Ishak.
Dan lebih cepat lebih baik, saat ada mezbah yang sudah siap
di sini.
2. Perkataan Abraham akan menghasilkan sesuatu yang baik:
Tuhan yang akan menyediakan anak domba bagi-Nya. Tuhan ti-
dak akan mengecewakan harapan-harapan umat-Nya yang di-
bangkitkan-Nya sendiri. namun jadilah kepada mereka menurut
iman mereka. jika Engkau memutuskan berbuat sesuatu,
maka akan tercapai maksud-Mu.
3. Di sini pasti terdapat rujukan kepada Mesias yang dijanjikan,
keturunan yang terberkati itu.
(1) Kristus disalibkan sebagai ganti kita, seperti domba jantan
ini sebagai ganti Ishak, dan kematian-Nya merupakan ke-
lepasan kita. Ya, Tuhan (ujarnya), biarkanlah mereka ini
pergi.
(2) Meskipun keturunan yang terberkati itu baru belakangan
dijanjikan, dan sekarang diperlambangkan oleh Ishak, na-
mun dipersembahkannya keturunan itu harus ditunda
sampai di paruh terkemudian dari zaman akhir: dan untuk
sementara waktu, korban binatang harus diterima, seperti
domba jantan ini, sebagai pertanda dari penebusan yang
pada suatu hari akan dipersembahkan oleh korban agung
itu. Dan dapat dicermati bahwa bait Tuhan , tempat korban
itu, sesudahnya dibangun di atas gunung Moria ini (2Taw.
3:1). Dan gunung Kalvari, di mana Kristus disalibkan, ter-
letak tidak jauh dari situ.
IV. Nama yang baru diberikan kepada tempat itu, bagi kehormatan
Tuhan , dan untuk mendorong semua orang percaya, sampai akhir
zaman, agar dengan riang hati percaya kepada Tuhan di jalan ke-
taatan: Yehova-Jireh, TUHAN menyediakan (ay. 14), mungkin de-
ngan merujuk pada apa yang sudah dikatakannya (ay. 8), Tuhan
482
yang akan menyediakan anak domba bagi-Nya. Itu terjadi bukan
sebab rancangan apa pun dari Abraham, atau sebagai jawaban
atas doanya, meskipun ia seorang pendoa syafaat yang ulung, me-
lainkan murni sebab perbuatan Tuhan . Biarlah dicamkan bagi
angkatan-angkatan yang akan datang,
1. Bahwa Tuhan akan melihat. Ia akan selalu mengarahkan mata-
Nya kepada umat-Nya dalam kesesakan-kesesakan dan kesu-
sahan-kesusahan mereka, agar Ia bisa datang dengan perto-
longan tepat pada waktunya di masa yang gawat.
2. Bahwa Ia akan dilihat, dilihat di gunung, saat umat-Nya se-
dang dalam kebingungan yang amat besar. Ia tidak saja akan
menyatakan, namun juga memperbesar hikmat, kuasa, dan ke-
baikan-Nya dalam membebaskan mereka. Di mana Tuhan meli-
hat dan menyediakan, di situ Dia akan dilihat dan dipuji. Dan,
mungkin, itu merujuk pada Tuhan yang menyatakan diri-Nya
dalam rupa manusia.
Berkat kepada Abraham Diteguhkan
(22:15-19)
15 Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abra-
ham, 16 kata-Nya: Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri demikianlah firman
TUHAN : sebab engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-
segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, 17 maka Aku
akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sa-
ngat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan ke-
turunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. 18 Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, sebab engkau mendengarkan
firman-Ku. 19 Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan
mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Ber-
syeba.
Ketaatan Abraham diterima dengan gembiranya. namun ini belum se-
berapa: di sini kita mendapati ketaatannya dibalas, dibalas dengan
berlimpah, sebelum ia beranjak dari tempat itu. Mungkin sewaktu
domba jantan yang dikorbankannya masih terbakar, Tuhan menyam-
paikan pesan yang penuh rahmat ini, dengan memperbarui dan
mengesahkan kovenan-Nya dengan dia. Semua kovenan dibuat de-
ngan korban, demikian pula dengan kovenan ini, yang dibuat dengan
korban Ishak dan domba jantan sebagai pelambang. Ungkapan-ung-
kapan yang amat tinggi tentang kebaikan Tuhan kepada Abraham
disampaikan dalam meneguhkan kovenan ini dengannya. Ungkapan-
ungkapan itu amat jauh melampaui ungkapan mana pun yang
Kitab Kejadian 22:15-19
483
dengannya ia sudah diberkati. Perhatikanlah, pelayanan-pelayanan
yang luar biasa akan dimahkotai dengan kehormatan-kehormatan
dan penghiburan-penghiburan yang luar biasa. Dan kebaikan-ke-
baikan di dalam janji, meskipun belum dilaksanakan, harus dipan-
dang sebagai balasan-balasan yang nyata dan berharga. Amatilah,
1. Tuhan berkenan menyebutkan ketaatan Abraham sebagai hal yang
harus dipertimbangkan untuk membuat kovenan itu. Dan Ia me-
ngatakannya dengan kata-kata pujian: sebab engkau telah ber-
buat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan
anakmu yang tunggal kepada-Ku (ay. 16). Ia memberi tekanan
yang kuat pada hal ini, dan (ay. 18) memujinya sebagai tindakan
yang taat: dengan ketaatan itu, engkau telah mendengarkan firman-
Ku, dan mendengarkan lebih baik dibandingkan korban sembelihan.
Bukan berarti bahwa ini merupakan pertimbangan yang sepadan,
namun bahwa Tuhan dengan penuh rahmat memberi kehor-
matan ini kepada apa yang sudah digunakan Abraham untuk
menghormati-Nya.
2. Tuhan sekarang meneguhkan janji itu dengan sumpah. Janji itu
sudah diucapkan dan dimeteraikan sebelumnya. namun sekarang
janji itu diperkuat dengan sumpah: Aku bersumpah demi diri-Ku
sendiri. sebab tidak ada orang yang lebih tinggi yang demi dia Ia
bisa bersumpah (Ibr. 6:13). Demikianlah Ia mengikatkan diri-Nya
sendiri dengan sumpah, sebagaimana sang rasul mengungkap-
kannya (Ibr. 6:17). Ia bahkan (dengan segala hormat) menggadai-
kan nyawa-Nya sendiri dan bersumpah demi nyawa-Nya (demi
Aku yang hidup), bahwa demi segala sesuatu yang tak berubah
itu, yang di dalamnya mustahil Tuhan berdusta, Abraham dan
sanak saudaranya akan mendapat penghiburan yang besar. Per-
hatikanlah, jika kita menjalankan iman kita, Tuhan akan men-
dorongnya. Kembangkanlah janji-janjinya, maka Tuhan akan me-
ngesahkannya.
3. Janji khusus yang diperbaharui di sini yaitu janji tentang ke-
turunan yang melimpah: Aku akan membuat keturunanmu sangat
banyak (ay. 17). Perhatikanlah, orang-orang yang rela berpisah
dengan apa saja demi Tuhan akan mendapat gantinya dengan ke-
untungan yang tak terkira. Abraham hanya mempunyai seorang
anak, dan rela berpisah dengan satu anaknya itu, dalam ketaat-
annya kepada Tuhan . Baiklah, firman Tuhan , engkau akan di-
484
balas dengan beribu-ribu dan berjuta-juta keturunan. Betapa be-
sar peranan keturunan Abraham dalam sejarah! Betapa banyak,
betapa unggul keturunan-keturunannya yang terkenal, yang,
sampai pada hari ini, bermegah di dalam hal ini, bahwa mereka
mempunyai Abraham sebagai bapa mereka! Demikianlah ia mene-
rima seribu kali lipat dalam kehidupan ini (Mat. 19:29).
4. Janji itu, tidak diragukan lagi, menunjuk pada Mesias, dan anu-
gerah Injil. Ini yaitu sumpah yang diucapkan kepada Abraham,
bapa leluhur kita, yang dirujuk oleh Zakharia (Luk. 1:73, dst.).
Dan dengan demikian ini yaitu janji,
(1) Tentang berkat yang besar dari Roh: Aku akan memberkati
engkau berlimpah-limpah, maksudnya, dengan berkat-berkat
terbaik, yaitu karunia Roh Kudus. Janji dari Roh itu yaitu
bahwa berkat Abraham akan sampai kepada bangsa-bangsa
lain di dalam Yesus Kristus (Gal. 3:14).
(2) Tentang pertumbuhan jemaat, bahwa orang-orang percaya, ke-
turunannya secara rohani, akan menjadi sangat banyak seper-
ti bintang-bintang di langit.
(3) Tentang kemenangan-kemenangan rohani: Keturunanmu itu
akan menduduki kota-kota musuhnya. Orang-orang percaya,
dengan iman mereka, mengalahkan dunia, dan menang atas
segala kuasa kegelapan, dan menjadi lebih dibandingkan peme-
nang. Mungkin Zakharia merujuk pada sumpah bagian ini
(Luk. 1:74), supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat
beribadah kepada-Nya tanpa takut. namun yang memahkotai
semuanya itu yaitu janji yang terakhir.
(4) Tentang penjelmaan Kristus: Oleh keturunanmulah, satu orang
khusus yang akan diturunkan daripadamu (sebab Ia tidak ber-
bicara tentang banyak orang, namun hanya satu orang, sebagai-
mana yang diamati oleh Rasul Paulus, Gal. 3:16), semua bang-
sa di bumi akan mendapat berkat, atau akan memberkati diri
mereka sendiri, sesuai dengan kalimat yang tertulis (Yes.
65:16, KJV; TB: akan memohon berkat pen.). Di dalam Dia, se-
mua orang bisa berbahagia kalau mereka mau, dan semua
yang menjadi milik-Nya akan berbahagia, dan akan berpikiran
demikian tentang diri mereka sendiri. Kristus yaitu berkat
besar bagi dunia. Abraham siap menyerahkan anaknya se-
bagai korban demi kehormatan Tuhan , dan, sesudah itu, Tuhan
Kitab Kejadian 22:20-24
485
berjanji untuk menyerahkan Anak-Nya sebagai korban bagi
keselamatan manusia.
Kabar Saudara Abraham
(22:20-24)
20 Sesudah itu Abraham mendapat kabar: Juga Milka telah melahirkan
anak-anak lelaki bagi Nahor, saudaramu: 21 Us, anak sulung, dan Bus, adik-
nya, dan Kemuel, ayah Aram, 22 juga Kesed, Hazo, Pildash, Yidlaf dan Betuel.
23 Dan Betuel memperanakkan Ribka. Kedelapan orang inilah dilahirkan
Milka bagi Nahor, saudara Abraham itu. 24 Dan gundik Nahor, yang namanya
Reuma, melahirkan anak juga, yakni Tebah, Gaham, Tahash dan Maakha.
Hal ini dicatat di sini,
1. Untuk menunjukkan bahwa meskipun Abraham melihat derajat
keluarganya sendiri ditinggikan dengan hak-hak istimewa, diikut-
sertakan ke dalam kovenan, dan diberkati dengan warisan janji
itu, namun ia tidak menghina dan merendahkan saudara-sau-
daranya, namun justru senang mendengar pertumbuhan dan ke-
makmuran keluarga mereka.
2. Untuk membuka jalan bagi cerita selanjutnya tentang pernikahan
Ishak dan Ribka, seorang anak perempuan dari keluarga ini.
PASAL 23
Inilah,
I. Abraham berkabung atas kematian Sara (ay. 1-2).
II. Abraham membeli kuburan untuk Sara.
1. Pembelian itu diusulkan dengan rendah hati oleh Abra-
ham (ay. 3-4).
2. Pembelian itu ditanggapi dengan baik, dan disetujui, de-
ngan amat sopan dan hormat (ay. 5-16).
3. Uang untuk membeli kuburan dibayarkan (ay. 16).
4. Tanah dan ladang diberikan dan dijamin bagi Abraham (ay.
17-18, 20).
5. Pemakaman Sara (ay. 19).
Kematian Sara
(23:1-2)
1 Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara. 2
Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu
Abraham datang meratapi dan menangisinya.
Di sini kita mendapati,
1. Umur Sara (ay. 1). Hampir empat puluh tahun sebelumnya, ia me-
nyebut dirinya tua (18:12). Hanya sebab sudah tua, orang tidak
akan mati lebih cepat, namun mereka bisa mati lebih baik, dengan
menganggap diri mereka tua.
2. Kematiannya (ay. 2). Yang paling lama hidup akhirnya harus mati
juga. Abraham dan Sara sudah hidup bersama-sama dengan nya-
man selama bertahun-tahun. namun kematian memisahkan apa
yang tidak dapat dipisahkan oleh apa pun. Sahabat-sahabat isti-
mewa dan orang-orang kesayangan Sorga pun tidak luput dari
488
hantaman maut. Ia meninggal di tanah Kanaan, di mana ia sudah
tinggal sebagai pendatang selama lebih dari enam puluh tahun.
3. Abraham berkabung untuknya, dan ia sungguh-sungguh berka-
bung. Ia tidak hanya menjalankan upacara-upacara berkabung
sesuai dengan adat kebiasaan pada waktu itu, seperti orang-orang
yang berkabung dengan pergi berkeliling ke jalan-jalan, namun ia
dengan tulus meratapi rasa kehilangannya yang besar akan se-
orang istri yang baik. Ia membuktikan kesetiaan kasih sayangnya
terhadap dia sampai pada akhirnya. Dua kata digunakan: ia da-
tang untuk meratap maupun menangis. Dukacitanya tidak palsu,
namun nyata. Abraham mendatangi kemah Sara, dan duduk di
samping jasadnya, untuk memberi penghormatan di sana de-
ngan air matanya, agar matanya dapat menyentuh hatinya, dan
agar ia bisa memberi penghormatan yang besar dalam menge-
nang Sara yang sudah tiada. Perhatikanlah, kita tidak hanya
diperbolehkan, namun juga diwajibkan meratapi kematian saudara-
saudara dekat kita. Kita melakukan hal ini untuk menuruti tin-
dakan pemeliharaan Tuhan , yang memanggil kita untuk menangis
dan meratap seperti itu, maupun untuk menghormati mereka
yang layak mendapatkannya. Air mata merupakan suatu penghor-
matan yang layak diberikan kepada sahabat-sahabat kita yang
meninggal. jika kita menabur tubuh, maka tubuh itu harus
kita sirami. namun kita tidak boleh berdukacita seperti orang-
orang yang tidak punya harapan. Sebab kita mempunyai peng-
harapan yang baik melalui anugerah, baik dalam kaitannya de-
ngan mereka maupun dengan diri kita sendiri.
Gua Makhpela
(23:3-15)
3 Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu,
lalu berkata kepada bani Het: 4 Aku ini orang asing dan pendatang di antara
kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, su-
paya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati
itu. 5 Bani Het menjawab Abraham: 6 Dengarlah kepada kami, tuanku.
Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah
isterimu yang mati itu dalam kuburan kami yang terpilih, tidak akan ada
seorang pun dari kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu un-
tuk menguburkan isterimu yang mati itu. 7 Kemudian bangunlah Abraham
lalu sujud kepada bani Het, penduduk negeri itu, 8 serta berkata kepada
mereka: Jika kamu setuju, bahwa aku mengantarkan dan menguburkan
isteriku yang mati itu, maka dengarkanlah aku dan tolonglah mintakan
dengan sangat kepada Efron bin Zohar, 9 supaya ia memberi kepadaku
Kitab Kejadian 23:3-15
489
gua Makhpela miliknya itu, yang terletak di ujung ladangnya; baiklah itu di-
berikannya kepadaku dengan harga penuh untuk menjadi kuburan milikku
di tengah-tengah kamu. 10 Pada waktu itu Efron hadir di tengah-tengah bani
Het. Maka jawab Efron, orang Het itu, kepada Abraham dengan didengar oleh
bani Het, oleh semua orang yang datang di pintu gerbang kota: 11 Tidak,
tuanku, dengarkanlah aku; ladang itu kuberikan kepadamu dan gua yang di
sana pun kuberikan kepadamu; di depan mata orang-orang sebangsaku ku-
berikan itu kepadamu; kuburkanlah isterimu yang mati itu. 12 Lalu sujudlah
Abraham di depan penduduk negeri itu 13 serta berkata kepada Efron dengan
didengar oleh mereka: Sesungguhnya, jika engkau suka, dengarkanlah aku:
aku membayar harga ladang itu; terimalah itu dari padaku, supaya aku
dapat menguburkan isteriku yang mati itu di sana. 14 Jawab Efron kepada
Abraham: 15 Tuanku, dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga
empat ratus syikal perak, apa artinya itu bagi kita? Kuburkan sajalah isteri-
mu yang mati itu.
Inilah,
I. Permintaan yang diajukan Abraham dengan rendah hati kepada
tetangga-tetangganya, bani Het, agar ia diberi sebuah kuburan di
tengah-tengah mereka (ay. 3-4). Aneh bahwa ia harus melakukan
ini sekarang, namun kita harus lebih memandangnya sebagai tin-
dakan pemeliharaan Tuhan dan bukannya ketiadaan pemelihara-
an-Nya untuk masa depan Abraham, seperti yang bisa kita sim-
pulkan dalam Kisah Para Rasul 6:5, di mana dikatakan bahwa,
Tuhan tidak memberinya milik pusaka di tanah Kanaan. Sungguh
baik jika semua orang yang memberi perhatian untuk menyedia-
kan kuburan bagi tubuh mereka sesudah mati, juga memberi
perhatian untuk menyediakan tempat peristirahatan bagi jiwa me-
reka. Amatilah di sini,
1. Bahwa urusan ini untuk sementara waktu mengalihkan per-
hatian Abraham dengan nyaman dari dukanya: Ia bangkit dan
meninggalkan isterinya yang mati itu. Orang-orang yang men-
dapati diri mereka cenderung melampiaskan duka yang terlalu
berlebih-lebihan bagi saudara-saudara mereka yang mening-
gal, dan yang tengah masuk ke dalam pencobaan itu, harus
berjaga-jaga untuk tidak mencurahkan rasa kehilangan mere-
ka dengan duduk sendirian dan bersedih hati. Harus ada wak-
tu untuk bangkit dan meninggalkan jasad saudara mereka,
dan berhenti berduka. Sebab, syukur kepada Tuhan , kebaha-
giaan kita tidak terikat pada hidup makhluk mana pun. Meng-
urus pemakaman bisa, seperti di sini, dimanfaatkan untuk
mengalihkan dukacita atas kematian saudara kita untuk se-
mentara waktu, saat dukacita kita mengancam akan mem-
490
babi buta. Menangis jangan sampai menghambat kita untuk
menabur.
2. Alasan yang dikemukakannya kepada bani Het, yaitu sebagai
berikut: Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu,
oleh sebab itu, aku tidak mempunyai persediaan, dan harus
memohon dengan rendah hati kepada kalian untuk meminta
sebuah kuburan. Ini merupakan satu kesempatan yang di-
ambil Abraham untuk mengakui bahwa ia seorang asing dan
peziarah di bumi. Ia tidak malu mengakuinya di depan umum
seperti itu (Ibr. 11:13). Perhatikanlah, kematian saudara-sau-
dara kita haruslah mengingatkan kita bahwa dunia ini bukan-
lah rumah kita. jika mereka pergi, katakanlah, Kita juga
akan pergi.
3. Kegelisahannya sebelum perkara ini selesai, yang ditunjukkan
dalam perkataan ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan
dan menguburkan isteriku yang mati itu. Perhatikanlah, ke-
matian akan membuat yang selama hidup menjadi keinginan
mata kita berubah menjadi tidak sedap dipandang mata. Wa-
jah yang dulu segar dan berseri menjadi pucat dan mengeri-
kan, dan pantas ditempatkan di dalam negeri kegelapan. Se-
lama Sara masih tampak dalam pandangannya, kesedihannya,
yang ingin ia singkirkan, akan terus datang.
II. Tawaran yang murah hati yang diberikan bani Het kepadanya (ay.
5-6). Mereka memujinya,
1. Dengan gelar kehormatan: Tuanku ini seorang raja agung di te-
ngah-tengah kami, begitulah kata yang digunakan. Tidak ha-
nya besar, namun juga baik. Abraham menyebut dirinya sebagai
orang asing dan pendatang. Mereka menyebutnya sebagai raja
agung. Sebab, orang-orang yang merendahkan diri akan di-
tinggikan. Tuhan sudah berjanji akan membuat nama Abraham
besar.
2. Dengan menawarkan sebuah kuburan terbaik yang mereka
miliki. Perhatikanlah, bahkan terang alam sekalipun mengajar
kita untuk berlaku sopan dan hormat kepada semua orang,
walaupun mereka orang asing dan pendatang. Kemurahan hati
yang mulia dari orang-orang Kanaan ini mempermalukan dan
mengutuk ketertutupan, keegoisan, dan ketidakramahan ba-
nyak orang yang menyebut diri mereka sebagai orang-orang
Kitab Kejadian 23:3-15
491
Israel. Amatilah, orang-orang Kanaan ini akan senang men-
campur debu mereka dengan debu Abraham, dan mengakhiri
hidup mereka seperti hidup Abraham.
III. Usulan khusus yang diajukan Abraham kepada mereka (ay. 7-9).
Ia membalas mereka dengan rasa terima kasihnya atas tawaran
mereka yang baik itu dengan teramat sopan dan hormat. Meski-
pun seorang yang hebat, seorang tua, dan sekarang sedang ber-
kabung, ia mau saja bangkit berdiri dan sujud dengan rendah
hati di hadapan mereka (ay. 7). Perhatikanlah, agama mengajar-
kan sikap perilaku baik. sebab itu, orang-orang yang dengan da-
lih agama bersikap kasar serta kurang ajar berarti menyalahguna-
kan agama. Ia kemudian memilih kuburan di tempat yang menu-
rutnya paling nyaman, yaitu di gua Makhpela, yang mungkin ter-
letak di dekatnya, dan belum digunakan sebagai kuburan. Pemi-
liknya yang sekarang yaitu Efron. Abraham tidak bisa mengakui
bahwa ia mengenal baik orang itu, jadi ia ingin agar mereka yang
mempunyai hubungan dengan Efron untuk berbicara dengan dia
supaya kiranya Abraham bisa membeli gua itu dari Efron, beserta
ladang di mana kuburan itu berada. Perhatikanlah, keinginan
untuk mendapatkan apa yang nyaman bagi kita, janganlah sampai
berlebihan, supaya jangan sampai dengan cara-cara yang tidak
baik dan jujur, kita mengingini harta milik sesama kita seperti yang
dilarang dalam perintah Tuhan yang kesepuluh.
IV. Hadiah ladang yang diberikan Efron kepada Abraham: Ladang itu
kuberikan kepadamu (ay. 10-11). Abraham menyangka bahwa ia
harus memohon kepada Efron agar Efron mau menjual ladang itu.
namun , baru pertama masalah ladang disebutkan, tanpa harus
dimohon, Efron memberi nya dengan cuma-cuma. Ada orang
yang sangat murah hati lebih dibandingkan yang disangkakan orang.
Abraham, tidak diragukan lagi, sebelumnya sudah memanfaatkan
segala kesempatan untuk membantu tetangga-tetangganya, dan
melayani mereka sesuai dengan kemampuannya. Dan sekarang
mereka membalas kebaikannya: sebab siapa memberi minum, ia
sendiri akan diberi minum. Perhatikanlah, jika orang-orang yang
mengaku beragama menghiasi pengakuan mereka itu dengan ke-
sopanan dan kesiapsediaan yang sungguh-sungguh untuk meno-
long semua orang, maka mereka akan mendapati bahwa hal itu
492
akan berbalik bagi penghiburan dan keuntungan mereka sendiri,
dan juga bagi kemuliaan Tuhan .
V. Penolakan Abraham yang bersahaja dan tulus terhadap tawaran
Efron yang baik (ay. 12-13). Berlimpah rasa terima kasih diucap-
kannya kepada Efron untuk itu (ay. 12). Ia juga memberi
penghormatannya kepada Efron di hadapan orang-orang di negeri
itu, agar mereka semakin menghormati Efron dengan lebih lagi
oleh sebab penghormatan yang mereka lihat diberikan Abraham
kepadanya (1Sam. 15:30). namun ia tetap ingin membeli ladang itu
dengan uang, bahkan dengan harga penuh. Bukan sebab som-
bong Abraham menolak pemberian itu, atau sebab ia tidak sudi
berutang budi kepada Efron. Melainkan,
1. sebab keadilan. Abraham kaya akan perak dan emas (13:2)
dan mampu membeli ladang itu, dan oleh sebab itu, ia tidak
ingin mengambil keuntungan dari kemurahan hati Efron. Per-
hatikanlah, kejujuran, seperti juga kehormatan, melarang kita
untuk mengisap tetangga-tetangga kita dan memperdaya orang-
orang yang bermurah hati. Ayub mengingatnya dengan tenang,
saat ia miskin, bahwa ia tidak memakan habis hasilnya
dengan tidak membayar (Ayb. 31:39).
2. sebab kebijaksanaan. Ia ingin membayarnya supaya jangan
Efron, saat hatinya sudah tidak senang lagi, mencela dia de-
ngan hal itu, dan berkata, aku telah membuat Abram menjadi
kaya (14:23), atau supaya jangan ahli waris Efron yang berikut-
nya mempertanyakan hak Abraham (sebab hadiah itu diberikan
tanpa pertimbangan), dan menuntut kembali ladang itu. Demi-
kian pulalah Daud sesudah itu menolak tawaran Arauna (2Sam.
24:24). Kita tidak tahu pertentangan-pertentangan apa yang
mungkin akan kita hadapi dari mereka yang sekarang berlaku
teramat baik dan murah hati.
VI. Harga ladang itu ditetapkan oleh Efron, namun tidak dituntutnya:
Sebidang tanah dengan harga empat ratus syikal perak (sekitar
lima puluh poundsterling [pada zaman penulis pen.], apa artinya
itu bagi kita? (ay. 14-15). Ia lebih ingin membantu temannya dari-
pada harus mengantongi uang sebanyak itu. Dalam hal ini Efron
mengungkapkan,
Kitab Kejadian 23:16-20
493
1. Penghinaan besar terhadap kekayaan duniawi. Apa artinya itu
bagiku dan engkau? Itu perkara kecil, tidak layak dibicara-
kan. Banyak orang akan berkata, Itu uang yang sangat ba-
nyak, tidak muat di kantong. namun Efron berkata, Apa arti-
nya itu? Perhatikanlah, yaitu hal yang patut dipuji jika
orang memandang dengan rendah dan hina semua kekayaan di
dunia ini. Kekayaan yaitu barang yang akan lenyap, dan hidup
manusia tidak bergantung dari kekayaannya (Luk. 12:15).
2. Kesopanan yang terpuji, dan sikap mau membantu teman dan
tetangganya. Efron tidak dengki kepada Abraham sebagai pen-
datang asing, atau iri hati terhadapnya sebagai orang yang
mungkin akan maju dan menjadi kaya. Ia tidak mempunyai
maksud jahat kepadanya oleh sebab ketaatan beribadahnya.
Ia berlaku baik kepada Abraham jauh melebihi yang dilakukan
kebanyakan orang sekarang ini terhadap saudara-saudara me-
reka sendiri: Apa artinya itu bagi kita? Perhatikanlah, hal-hal
yang kecil janganlah sampai menimbulkan berat hati dan per-
tentangan di antara sahabat-sahabat sejati. jika kita ter-
goda untuk menjadi panas hati dalam keinginan kita untuk
membalaskan penghinaan, terlalu menuntut-nuntut hak-hak
kita, atau bersikap keras dalam menolak kebaikan, maka kita
harus menanggapi godaan itu dengan pertanyaan ini: Apa
artinya itu bagi kita dan teman kita?
Pemakaman Sara
(23:16-20)
16 Lalu Abraham menerima usul Efron, maka ditimbangnyalah perak untuk
Efron, sebanyak yang dimintanya dengan didengar oleh bani Het itu, empat
ratus syikal perak, seperti yang berlaku di antara para saudagar. 17 Demi-
kianlah ladang Efron, yang letaknya di Makhpela di sebelah timur Mamre, la-
dang dan gua yang di sana, serta segala pohon di ladang itu, bahkan di selu-
ruh tanah itu sampai ke tepi-tepinya, 18 diserahkan kepada Abraham menjadi
tanah belian, di depan mata bani Het itu, di depan semua orang yang datang
di pintu gerbang kota. 19 Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya,
di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di
tanah Kanaan. 20 Demikianlah dari pihak bani Het ladang dengan gua yang
ada di sana diserahkan kepada Abraham menjadi kuburan miliknya.
Di sini kita mendapati akhir dari persepakatan antara Abraham dan
Efron tentang kuburan itu. Tawaran itu dinyatakan secara umum di
hadapan semua tetangga, dengan dilihat dan didengar oleh bani Het
(ay. 16-17). Perhatikanlah, kebijaksanaan, seperti halnya keadilan,
494
menuntun kita untuk bersikap adil, terbuka, dan terang-terangan
dalam menangani urusan-urusan kita. Kontrak-kontrak yang dibuat
dengan curang akan membenci terang, dan memilih sembunyi-sem-
bunyi. namun orang-orang yang jujur dalam tawar-menawar tidak pe-
duli siapa yang menyaksikan mereka. Hukum kita memperbolehkan
penjualan dilakukan di pasar terbuka, dan pembelian dicatat dengan
nota. Amatilah,
1. Abraham, tanpa menipu, berbuat curang, atau menunda-nunda
waktu lebih lama lagi, membayarkan harga itu (ay. 16). Ia segera
membayarnya, tanpa ragu-ragu. Ia membayarnya dengan harga
penuh, tanpa dikurang-kurangi. Ia membayarnya dengan menim-
bang berat perak itu, uang yang berlaku di antara para pedagang
pada waktu itu, tanpa menipu. Lihatlah betapa uang sejak dari
dulu digunakan untuk melancarkan perdagangan. Dan lihatlah
bagaimana seharusnya uang dibayarkan secara jujur sesuai yang
seharusnya. Amatilah, walaupun seluruh tanah Kanaan yaitu
milik Abraham menurut perjanjian, namun, waktu bagi dia untuk
memilikinya belum tiba, jadi apa yang bisa dimilikinya sekarang,
ia beli dan bayar. Perhatikanlah, kekuasaan tidak didasarkan
pada anugerah. Hak orang-orang kudus atas warisan yang kekal
tidak membuat mereka berhak memiliki dunia ini, atau mem-
benarkan mereka dalam berbuat salah.
2. Efron dengan jujur dan adil memberinya hak yang baik atas tanah
itu (ay. 17-18, 20). Ladang itu, beserta segala isinya, diberikan
kepada Abraham dan ahli-ahli warisnya untuk selama-lamanya,
di depan pengadilan terbuka, bukan dengan tulisan (tampaknya
tulisan belum digunakan pada waktu itu), melainkan dengan per-
nyataan yang begitu khidmat dan umum di depan para saksi yang
cukup untuk mengesahkannya. Perhatikanlah, sama seperti apa
yang dibeli harus dibayar dengan jujur, begitu pula apa yang di-
jual harus diberikan dengan jujur dan dijamin.
3. Abraham, sesudah itu, mengambil ladang itu sebagai miliknya, dan
menguburkan Sara di gua atau kubah (tidaklah pasti apakah ter-
bentuk secara alami atau dibuat sendiri) yang terdapat di ladang
yang dibeli. Ada kemungkinan bahwa Abraham sudah mengubur-
kan hamba-hamba yang dulu bekerja untuk keluarganya sejak ia
tiba di Kanaan, namun kuburan rakyat jelata (2Raj. 23:6) mungkin
sudah cukup untuk mereka. namun sebab sekarang Sara yang
Kitab Kejadian 23:16-20
495
meninggal, maka harus disediakan tempat khusus untuk jasad-
nya. Patut diperhatikan,
(1) Bahwa kuburan yaitu jengkal tanah yang pertama-tama di-
miliki Abraham di Kanaan. Perhatikanlah, saat kita masuk
ke dalam dunia, baik bagi kita untuk berpikir tentang kepergi-
an kita darinya. Sebab, begitu kita lahir, kita mulai mati.
(2) Bahwa itu yaitu satu-satunya bidang tanah yang pernah ia
miliki, meskipun seluruh negeri itu sudah menjadi hak milik-
nya di masa depan. Orang-orang yang mempunyai harta paling
sedikit di bumi akan mendapatkan sebuah kuburan di dalam-
nya. Abraham tidak menyediakan kota-kota, seperti Kain dan
Nimrod, namun sebuah makam,
[1] Untuk selalu mengingatkan dia dan keturunannya
akan kematian, supaya dia dan mereka dapat belajar un-
tuk mati setiap hari. Makam ini dikatakan terletak di ujung
ladang (ay. 9). Sebab, apa pun yang kita miliki, selalu ada
makam di ujungnya.
[2] Untuk menjadi tanda dari kepercayaan dan pengharapan-
nya akan kebangkitan. Sebab mengapa jasad harus diper-
lakukan dengan hati-hati seperti itu jika toh nantinya akan
dibuang untuk selama-lamanya, dan tidak akan bangkit
lagi? Abraham, dalam hal ini, berkata dengan jelas bahwa
ia menantikan sebuah negeri yang lebih baik, yaitu, sebuah
negeri sorgawi. Abraham puas dengan keadaannya yang
masih harus berpindah-pindah, selama ia hidup, namun ia
juga menyediakan tempat di mana, jika ia mati, jasad-
nya dapat beristirahat dalam pengharapan.
PASAL 24
ernikahan dan pemakaman yaitu perubahan-perubahan di da-
lam keluarga, dan merupakan berita yang biasa terdengar di te-
ngah-tengah masyarakat. Dalam pasal sebelumnya, kita mendapati
Abraham menguburkan istrinya, di sini kita mendapati dia menikah-
kan puteranya. Cerita-cerita tentang keluarganya ini, beserta rincian
dari peristiwa-peristiwa kecil yang melingkupinya, disampaikan se-
cara panjang lebar, sementara sejarah tentang kerajaan-kerajaan du-
nia yang ada pada waktu itu, beserta segala pergolakannya, terkubur
dalam kebisuan. Sebab, Tuhan mengenal orang-orang kepunyaan-
Nya. Pernikahan Ishak yang terjadi mengikuti pemakaman Sara (de-
ngan satu rujukan khusus padanya, ay. 67) menunjukkan kepada
kita bahwa seiring keturunan yang satu pergi, keturunan yang lain
datang. Dengan demikian kelangsungan baik dari kodrat manusia
maupun kovenan ilahi tetap dijaga. Inilah,
I. Perhatian Abraham terhadap perkawinan anaknya, dan pe-
rintah yang diberikannya kepada hamba-hambanya berkena-
an dengan itu (ay. 1-9).
II. Perjalanan hambanya ke negeri asal Abraham, untuk men-
cari seorang istri bagi tuan mudanya dari antara sanak sau-
daranya sendiri (ay. 10-14).
III. Pemeliharaan ilahi yang baik yang membawa hamba itu ber-
kenalan dengan Ribka, yang ayahnya yaitu sepupu jauh
Ishak (ay. 15-28).
IV. Perjanjian pernikahan dengan saudara-saudaranya dibuat
(ay. 29-49).
V. Persetujuan dari mereka diperoleh (ay. 50-60).
VI. Pertemuan dan pernikahan yang membahagiakan antara Ishak
dan Ribka (ay. 61, dst.).
P
498
Perintah-perintah Abraham kepada Hambanya
(24:1-9)
1 Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN
dalam segala hal. 2 Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua
dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya:
Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, 3 supaya aku meng-
ambil sumpahmu demi TUHAN, Tuhan yang empunya langit dan yang empu-
nya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri
dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam. 4 namun engkau
harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil se-
orang isteri bagi Ishak, anakku. 5 Lalu berkatalah hambanya itu kepadanya:
Mungkin perempuan itu tidak suka mengikuti aku ke negeri ini; haruskah
aku membawa anakmu itu kembali ke negeri dari mana tuanku keluar? 6
namun Abraham berkata kepadanya: Awas, jangan kaubawa anakku itu
kembali ke sana. 7 TUHAN, Tuhan yang empunya langit, yang telah memanggil
aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah
berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, demikian: kepada ke-
turunanmulah akan Kuberikan negeri ini Dialah juga akan mengutus ma-
laikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang
isteri dari sana untuk anakku. 8 namun jika perempuan itu tidak mau meng-
ikuti engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini; hanya
saja, janganlah anakku itu kaubawa kembali ke sana. 9 Lalu hamba itu me-
letakkan tangannya di bawah pangkal paha Abraham, tuannya, dan bersum-
pah kepadanya tentang hal itu.
Tiga hal dapat kita amati di sini berkenaan dengan Abraham:
I. Kepeduliannya terhadap seorang anak yang baik, untuk menikah-
kan dia, menikah dengan baik-baik. Sudah mendesak waktunya
untuk memikirkan itu sekarang, sebab Ishak berumur sekitar em-
pat puluh tahun, dan sudah menjadi kebiasaan para bapa lelu-
hurnya untuk menikah pada usia tiga puluh, atau sebelumnya
(11:14, 18, 22, 24). Abraham percaya akan janji bahwa keluarga-
nya akan dibangun, dan oleh sebab itu ia tidak bertindak secara
terburu-buru. Tidak terburu-buru, namun terlebih secara cepat-
cepat sebagaimana mestinya. Dua pertimbangan menggerakkan
Abraham untuk memikirkan hal itu sekarang (ay. 1):
1. Bahwa ia sendiri kemungkinan akan meninggal dunia dengan
segera, sebab ia telah tua dan lanjut umurnya, dan ia akan
merasa puas bila melihat anaknya sudah hidup mapan se-
belum ia mati, dan,
2. Bahwa ia mempunyai harta yang banyak untuk ditinggalkan,
sebab ia diberkati TUHAN dalam segala hal, dan berkat Tuhan
menjadikan ia kaya. Lihatlah betapa agama dan kesalehan
Kitab Kejadian 24:1-9
499
berteman dengan kemakmuran lahiriah. Nah, kepedulian Abra-
ham yang saleh berkenaan dengan anaknya ini yaitu ,
(1) Bahwa ia tidak boleh menikahi perempuan Kanaan, me-
lainkan harus salah seorang kerabatnya. Ia melihat bahwa
orang-orang Kanaan merosot ke dalam kefasikan yang be-
sar, dan ia tahu melalui wahyu Tuhan bahwa mereka diten-
tukan untuk hancur, dan oleh sebab itu ia tidak ingin meni-
kahkan anaknya dengan salah seorang dari mereka, supaya
jangan mereka menjadi jerat bagi jiwanya, atau setidak-
tidaknya membawa noda pada namanya.
(2) Bahwa untuk sekarang anaknya tidak boleh meninggalkan
negeri Kanaan, untuk pergi sendiri ke tempat sanak sau-
daranya, sekalipun dengan tujuan untuk memilih seorang
istri, supaya jangan ia tergoda untuk tinggal menetap di
sana. Peringatan ini diberikan (ay. 6), dan diulangi (ay. 8).
Jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana, apa pun
yang terjadi. Lebih baik dia tidak punya istri dibandingkan men-
jerumuskan dirinya sendiri ke dalam godaan itu. Perhati-
kanlah, orangtua, dalam mengatur anak-anak mereka, ha-
ruslah dengan hati-hati mengutamakan kesejahteraan jiwa
mereka, dan kemajuan mereka di jalan menuju sorga.
Orang-orang yang melalui anugerah sudah terluput dari
rusaknya dunia ini oleh hawa nafsu, dan sudah mendidik
anak-anak mereka sebagaimana mestinya, harus berjaga-
jaga untuk tidak melakukan apa saja yang dengannya
mereka bisa terlibat lagi, dan ditaklukkan di dalamnya
(2Ptr. 2:20). Berhati-hatilah untuk tidak membawa mereka
ke sana lagi (Ibr. 11:15).
II. Perintah yang diberikannya kepada seorang hamba yang baik,
mungkin Eliezer orang Damsyik itu, salah seorang yang perilaku,
kesalehan, dan perhatiannya kepada Abraham dan keluarganya
sudah lama dikenal Abraham. Abraham mempercayakan kepada
dia urusan besar ini, dan bukan kepada Ishak sendiri, sebab ia
tidak mau Ishak pergi sama sekali ke negeri itu, namun harus me-
nikah dari jauh melalui perantaraan wali. Dan tidak ada wali yang
begitu pantas seperti pengurus rumahnya ini. Persoalan ini dise-
lesaikan antara tuan dan hambanya dengan sangat hati-hati dan
sungguh-sungguh.
500
1. Hamba itu harus diikat dengan sumpah untuk berbuat se-
mampunya dalam mendapatkan seorang istri bagi Ishak dari
antara sanak saudaranya (ay. 24). Abraham membuatnya ber-
sumpah untuk itu, baik sebagai jaminan bagi dirinya sendiri
maupun untuk mengikat hambanya agar mengurus perkara
ini dengan sehati-hati dan setekun mungkin. Demikianlah
Tuhan membuat hamba-hamba-Nya bersumpah untuk pekerja-
an mereka, supaya, sesudah bersumpah, mereka dapat menja-
lankannya. Di sini ada kehormatan yang diberikan kepada
Tuhan yang kekal, sebab demi Dialah orang bersumpah, dan
hanya kepada Dialah seruan-seruan harus dinyatakan. Dan
sebagian orang berpikir bahwa ada juga kehormatan yang di-
berikan kepada kovenan sunat melalui upacara yang diguna-
kan di sini saat hamba itu meletakkan tangannya di bawah
pangkal paha Abraham. Perhatikanlah, sebab sumpah meru-
pakan sebuah ketetapan upacara yang bukan hanya milik
jemaat saja, namun sudah merupakan hal yang biasa bagi umat
manusia, maka sumpah itu harus diucapkan dengan tanda-
tanda yang sudah ditetapkan dan sudah biasa digunakan di
negeri kita, untuk mengikat orang yang disumpah.
2. Ia harus dilepaskan dari sumpah ini jika, sesudah ia berbuat
semampunya, ia tidak berhasil. Ketentuan ini diajukan dengan
bijak oleh si hamba (ay. 5), dalam kasus jika perempuan
itu tidak mau mengikutinya. Dan Abraham menerima perke-
cualian itu (ay. 8). Perhatikanlah, sumpah harus diucapkan
dengan sangat hati-hati, dan perkara yang dijadikan sumpah
harus dipahami dan dibatasi dengan benar, sebab merupakan
suatu jerat bagi manusia kalau ia tanpa berpikir mengatakan
Kudus, dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar, se-
mentara seharusnya itu dilakukan sebelumnya.
III. Keyakinannya kepada Tuhan yang baik, yang tidak diragukannya,
akan memberi keberhasilan kepada hambanya dalam pekerja-
an ini (ay. 7). Ia ingat bahwa Tuhan secara menakjubkan telah
membawa mereka keluar dari negeri asalnya, dengan panggilan
anugerah-Nya yang berhasil guna. Dan oleh sebab itu, tidak dira-
gukan lagi bahwa Tuhan akan membuatnya berhasil dalam usaha-
nya untuk tidak membawa anaknya ke sana lagi. Ia juga ingat
akan janji yang sudah dibuat Tuhan dan diteguhkan-Nya kepada
Kitab Kejadian 24:10-28
501
dia bahwa Tuhan akan memberi tanah Kanaan kepada ketu-
runannya, dan dari situ ia menyimpulkan bahwa Tuhan akan me-
restui usaha-usahanya untuk menjodohkan anaknya, bukan
dengan salah seorang dari bangsa-bangsa yang tidak setia itu,
melainkan dengan bangsa yang pantas untuk menjadi ibu dari ke-
turunannya itu. Oleh sebab itu, janganlah takut. Ia akan meng-
utus malaikat-Nya berjalan di depanmu untuk membuat jalanmu
berhasil. Perhatikanlah,
1. Mereka yang dengan hati-hati tetap berjalan di jalan kewajib-
an, dan menguasai diri mereka sendiri dengan asas-asas aga-
ma dalam segala rancangan dan pekerjaan mereka, mempu-
nyai alasan yang baik untuk mengharapkan kelancaran dan
keberhasilan dalam segala rancangan dan pekerjaan mereka
itu. Tuhan akan membuat usaha kita berakhir bagi penghibur-
an kita, jika di dalam usaha itu kita dengan tulus bertujuan
untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya.
2. Janji-janji Tuhan , dan pengalaman-pengalaman kita sendiri, cu-
kup untuk mendorong kita agar bergantung kepada Tuhan , dan
berharap kepada-Nya, dalam semua perkara hidup ini.
3. Malaikat-malaikat Tuhan yaitu roh-roh yang melayani, yang
diutus, bukan hanya untuk melindungi, melainkan juga untuk
membimbing ahli-ahli waris perjanjian (Ibr. 1:14). Dia akan
mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga tujuan-
mu akan tercapai.
Perjalanan Hamba Abraham
(24:10-28)
10 Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan pergi
dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya; de-
mikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke kota Nahor. 11 Di sana
disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu sumur, pada waktu
petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar untuk menimba air. 12
Lalu berkatalah ia: TUHAN, Tuhan tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai
tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abra-
ham. 13 Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan pen-
duduk kota ini datang keluar untuk menimba air. 14 Kiranya terjadilah be-
gini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu,
supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga
akan kuberi minum dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu,
Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjuk-
kan kasih setia-Mu kepada tuanku itu. 15 Sebelum ia selesai berkata, maka
datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor,
saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya. 16 Anak gadis itu
502
sangat cantik parasnya, seorang perawan, belum pernah bersetubuh dengan
laki-laki; ia turun ke mata air itu dan mengisi buyungnya, lalu kembali naik.
17 Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: Tolong
beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu. 18 Jawabnya: Minumlah,
tuan, maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta di-
berinya dia minum. 19 sesudah ia selesai memberi hamba itu minum, berkata-
lah ia: Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya
puas minum. 20 Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu
ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air
dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. 21 Dan orang itu mengamat-
amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah TUHAN membuat
perjalanannya berhasil atau tidak. 22 sesudah unta-unta itu puas minum,
maka orang itu mengambil anting-anting emas yang setengah syikal berat-
nya, dan sepasang gelang tangan yang sepuluh syikal emas beratnya, 23 serta
berkata: Anak siapakah engkau? Baiklah katakan kepadaku! Adakah di
rumah ayahmu tempat bermalam bagi kami? 24 Lalu jawabnya kepadanya:
Ayahku Betuel, anak Milka, yang melahirkannya bagi Nahor. 25 Lagi kata
gadis itu: Baik jerami, baik makanan unta banyak pada kami, tempat ber-
malam pun ada. 26 Lalu berlututlah orang itu dan sujud menyembah
TUHAN, 27 serta berkata: Terpujilah TUHAN, Tuhan tuanku Abraham, yang
tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari tuanku itu; dan TUHAN
telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara tuanku ini! 28 Ber-
larilah gadis itu pergi menceritakan kejadian itu ke rumah ibunya.
Hamba Abraham sekarang mulai berperan dalam cerita ini. Meskipun
namanya tidak disebutkan, banyak hal dicatat di sini bagi kehormat-
annya, dan bagi teladan untuk semua hamba, yang akan mendapat
kehormatan jika dengan melayani Tuhan dan tuan mereka secara
setia, mereka memperindah ajaran Kristus (bdk. Ams. 27:18 dan Tit.
2:10). Sebab Tuhan tidak memandang orang (Kol. 3:24-25). Seorang
hamba yang baik yang menjalankan kewajibannya dengan kesadaran
hati nurani, dan melakukannya dalam rasa takut akan Tuhan , walau-
pun ia tidak mendapat peran penting di dalam dunia atau pujian dari
manusia, akan diakui dan diterima Tuhan , dan mendapat pujian dari-
Nya. Amatilah di sini,
I. Bagaimana hamba Abraham membuktikan dirinya setia terhadap
tuannya. sesudah menerima perintah, ia bergegas pergi memulai
perjalanannya, dengan membawa perlengkapan yang sesuai de-
ngan orang yang akan diajaknya berunding (ay. 10). Dan ia pergi
dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuan-
nya, yakni, sebuah daftar atau rincian tentangnya, untuk ditun-
jukkan kepada orang-orang yang akan diajaknya berunding. Se-
bab, dari semula hingga akhir, ia mengutamakan kehormatan
tuannya. sebab Ishak merupakan pelambang Kristus, sebagian
orang memandang penjemputan istri bagi Ishak ini melambang-
Kitab Kejadian 24:10-28
503
kan pelamaran jemaat melalui perantaraan pelayan-pelayan
Tuhan sebagai hamba-hamba-Nya. Jemaat yaitu pengantin pe-
rempuan, mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kristus yaitu
mempelai laki-laki, dan hamba-hamba Tuhan yaitu sahabat
mempelai laki-laki (Yoh. 3:29), yang bertugas untuk membujuk
jiwa agar menerima Dia (2Kor. 11:2). Mempelai Kristus tidak boleh
diambil dari orang-orang Kanaan, namun dari antara sanak sauda-
ra-Nya sendiri, yang sudah lahir kembali dari atas. Hamba-hamba
Tuhan, seperti hamba-hamba Abraham, harus mempersiapkan
diri dengan hikmat dan kepedulian yang sebesar mungkin untuk
melayani kepentingan Tuan mereka dalam hal ini.
II. Bagaimana hamba Abraham itu dengan saleh mengakui Tuhan
dalam perkara ini, seperti salah seorang dari keluarga yang baha-
gia itu, yang diperintahkan Abraham supaya tetap hidup menurut
jalan yang ditunjukkan TUHAN, dst. (18:19). Hamba itu tiba di
awal sore hari (sesudah menempuh perjalanan berhari-hari) di tem-
pat tujuannya, dan beristirahat di dekat sumur, untuk memikir-
kan bagaimana caranya ia mengatur urusannya sehingga menda-
pat hasil yang terbaik. Dan,
1. Ia mengakui Tuhan dengan sebuah doa khusus (ay. 12-14), yang
di dalamnya,
(1) Ia memohonkan kelancaran dan keberhasilan dalam per-
kara ini: Buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini.
Perhatikanlah, kita diperbolehkan menyampaikan perkara-
perkara kita secara terperinci, dan menyerahkannya pada
pimpinan dan perhatian Tuhan Sang Pemelihara. Orang yang
ingin cepat mencapai tujuannya harus berdoa untuk itu.
Hari ini, dalam perkara ini. Demikianlah kita, dalam segala
laku kita, harus mengakui Tuhan (Ams. 3:6). Dan, jika kita
memandang kepada Tuhan seperti itu dalam setiap pekerjaan
yang kita urus, maka kita akan mendapat penghiburan kare-
na sudah menjalankan kewajiban kita, apa pun hasilnya.
(2) Ia menyerukan kovenan Tuhan dengan tuannya Abraham:
TUHAN, Tuhan tuanku Abraham, tunjukkanlah kasih setia-Mu
kepada tuanku Abraham. Perhatikanlah, seperti halnya
anak-anak dari orangtua yang baik, demikian pula hamba-
hamba dari tuan yang baik mendapat dorongan khusus
504
untuk meminta kelancaran dan keberhasilan dalam doa-
doa yang mereka persembahkan kepada Tuhan .
(3) Ia mengusulkan sebuah tanda (ay. 14), bukan untuk mem-
batasi Tuhan dengannya, atau dengan maksud tidak mau
melanjutkan pekerjaannya jika ia tidak dituruti dalam hal
ini. Melainkan, ini sebuah doa,
[1] Agar Tuhan menyediakan seorang istri yang baik bagi
tuan mudanya, dan ini merupakan doa yang baik. Ia
tahu bahwa isteri yang berakal budi yaitu karunia
TUHAN (Ams. 19:14), dan oleh sebab itu, untuk hal ini
Tuhan akan bersedia dimintai permohonan. Ia rindu agar
istri tuan mudanya yaitu seorang perempuan yang
rendah hati dan rajin, terdidik untuk mengurus dan be-
kerja, dan bersedia mengulurkan tangannya untuk me-
lakukan pekerjaan apa saja yang harus dilakukan. Dan
ia ingin agar calon istri itu mempunyai pribadi yang
santun, dan ramah kepada orang asing. saat ia pergi
mencari seorang istri bagi tuan mudanya, ia tidak pergi
ke tempat hiburan atau ke taman, dan berdoa agar ia
menemui orang yang dimaksud di sana, melainkan ke
sumur, dengan berharap akan menemukan seseorang di
sana yang sedang sibuk bekerja.
[2] Agar Tuhan berkenan membuat jalan-Nya, dalam perkara
ini, jelas dan terang di hadapannya, dengan membuat
peristiwa-peristiwa kecil terjadi untuk kebaikannya.
Perhatikanlah, pertama, yaitu suatu penghiburan bagi
orang baik, seperti juga kepercayaannya, bahwa pemeli-
haraan Tuhan menjangkau sampai ke peristiwa-peristiwa
yang kecil, dan secara menakjubkan memenuhi tujuan-
tujuannya sendiri melalui peristiwa-peristiwa itu. Waktu
kita berada di tangan Tuhan . Bukan hanya peristiwa-
peristiwa itu sendiri, melainkan juga waktu terjadinya.
Kedua, kita berhikmat, dalam segala urusan kita, apa-
bila kita mengikuti pemeliharaan Tuhan , dan kita ber-
buat bodoh, jika kita memaksanya. Ketiga, yaitu
suatu hal yang sangat diinginkan, dan sesuatu yang bo-
leh kita doakan, jika kita selalu menempatkan
kehendak Tuhan di hadapan kita sebagai pedoman hidup
kita, agar Ia, melalui isyarat-isyarat pemeliharaan-Nya,
Kitab Kejadian 24:10-28
505
mengarahkan kita di jalan kewajiban kita, dan memberi
kita petunjuk tentang apa yang dipikirkan-Nya. Demi-
kianlah Ia membimbing umat-Nya dengan mata-Nya
(Mzm. 32:8), dan menuntun mereka di jalan yang rata
(Mzm. 27:11).
2. Tuhan mengakui dia dengan pemeliharaan-Nya secara khusus.
Tuhan menyatakan setuju dengan hal yang dimintanya, dan ter-
jadilah itu bagi dia (Ayb. 22:28). Terjadilah padanya menurut
imannya. Jawaban untuk doa ini,
(1) Diberikan dengan cepat sebelum ia selesai berkata (ay.
15), seperti juga yang tertulis dalam Yesaya 65:24, sebelum
mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya. Walaupun
kita berada di barisan paling belakang dalam berdoa, Tuhan
berada di barisan paling depan dalam mendengarkan doa.
(2) Memuaskan hatinya: orang pertama yang datang untuk
menimba air itu, dalam segala hal, benar-benar sesuai de-
ngan keinginan hatinya.
[1] Ia begitu memenuhi syarat sehingga dalam segala hal ia
sesuai dengan segala tabiat yang diinginkannya dalam
diri seorang perempuan yang akan dijadikan istri tuan
mudanya, cantik dan sehat, rendah hati dan rajin, sa-
ngat sopan dan ramah kepada orang asing, dan memi-
liki semua ciri kepribadian yang baik. saat perem-
puan itu tiba di sumur (ay. 16), ia turun ke mata air dan
mengisi buyungnya, lalu kembali naik dan pulang dengan
buyungnya itu. Ia tidak berdiri memandangi orang asing
itu dan unta-untanya, namun mengurusi urusannya
sendiri, dan ia tidak akan mengalihkan perhatiannya dari
urusannya itu kecuali ada kesempatan untuk berbuat
baik. Ia tidak mengajak orang itu bercakap-cakap kare-
na rasa penasaran atau sebab rasa percaya diri, namun
dengan bersahaja ia menjawab dia, dengan teramat san-
tun sebagaimana layaknya seorang perempuan. Betapa
sudah merosotnya zaman kita sekarang ini, yang di da-
lamnya tampak semua contoh nyata dari kesombongan,
kemewahan, dan kemalasan, kebalikan dari sifat Ribka,
sifat yang hanya dimiliki sedikit anak perempuan seka-
506
rang! Contoh-contoh kebaikan yang dihormati pada saat
itu sekarang diejek.
[2] Tuhan Sang Pemelihara mengaturnya sedemikian rupa
sehingga perempuan itu melakukan persis sesuai pe-
tunjuk yang diminta hamba Abraham, dan secara me-
nakjubkan mengikuti apa yang dimintanya. Perempuan
itu tidak hanya memberinya minum, namun , lebih dari-
pada yang bisa diharapkan, ia menawarkan bantuannya
untuk memberi minum unta-untanya, yang persis me-
rupakan tanda yang dimintanya. Perhatikanlah, pertama,
Tuhan , dalam pemeliharaan-Nya kadang-kadang secara
menakjubkan mendengar doa iman, dan memuaskan ke-
inginan-keinginan yang polos dari umat-Nya yang berdoa,
bahkan dalam hal-hal kecil, agar Ia bisa menunjukkan
betapa luasnya perhatian-Nya, dan bisa mendorong me-
reka untuk mencari Dia dan percaya kepada-Nya di
sepanjang waktu. Namun, kita harus berjaga-jaga agar
tidak terlalu lancang mengatur-atur Tuhan , supaya
jangan peristiwa yang terjadi memperlemah iman kita,
dan bukan menguatkannya. Kedua, sungguh baik jika
kita memanfaatkan semua kesempatan untuk menun-
jukkan kepribadian yang rendah hati, sopan, dan mu-
rah hati, sebab , pada satu atau lain waktu, hal itu bisa
saja berbalik menjadi kehormatan dan keuntungan
yang lebih besar dibandingkan yang kita pikirkan. Sebagian
orang dengan berbuat demikian telah menjamu malai-
kat-malaikat, dan Ribka dengan berbuat begitu, mele-
bihi apa yang diharapkannya pada waktu itu, dibawa ke
dalam garis keturunan Kristus dan garis kovenan.
Ketiga, mungkin saja ada kebaikan besar yang tak ter-
duga dalam apa yang hanya menuntut bayaran paling
sedikit dari kita: Juruselamat kita menjanjikan imbalan
untuk secangkir air sejuk (Mat. 10:42). Keempat, ber-
sesuaiannya pemeliharaan-pemeliharaan ilahi dengan
peristiwa-peristiwa kecil yang melingkupinya, untuk se-
makin melancarkan urusan kita dalam hal apa saja,
harus dicermati secara khusus, dengan rasa takjub dan
syukur, bagi kemuliaan Tuhan : Orang itu mengamat-amati-
nya (ay. 21). Kita masih berkekurangan, baik dalam
Kitab Kejadian 24:10-28
507
melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapat
penghiburan, jika kita lalai mencermati pemelihara-
an ilahi.
[3] sesudah bertanya, ia mendapati, dengan rasa yang sa-
ngat puas, bahwa perempuan itu bersaudara dekat de-
ngan tuannya, dan bahwa ia berasal dari keluarga be-
sar, dan dapat menjamunya (ay. 23-25). Perhatikanlah,
Tuhan Sang Pemelihara kadang-kadang secara menak-
jubkan memimpin orang-orang yang dengan iman dan
doa mencari bimbingan dari sorga dalam memilih pa-
sangan yang sesuai: pernikahan yang mungkin akan
berbahagia yaitu pernikahan yang dibuat dalam rasa
takut akan Tuhan . Dan pernikahan ini, kita yakin, dibuat
di sorga.
3. Ia mengakui Tuhan dengan ucapan syukur secara khusus. Per-
tama-tama ia memberi penghormatan kepada Ribka, dalam
rasa terima kasihnya atas kesopanannya (ay. 22), dengan
memberi dia perhiasan-perhiasan dan ikat pinggang yang se-
demikian rupa, yang tidak bisa dilupakan oleh seorang dara,
terutama oleh seorang mempelai perempuan (Yer. 2:32). Na-
mun, bisa kita lihat, semuanya itu tidak pantas dikenakan
bersama dengan kendi air. namun anting-anting dan gelang ta-
ngan yang kadang-kadang dipakai Ribka tidak membuatnya
berpikiran bahwa ia tidak layak mengerjakan pekerjaan-peker-
jaan seorang istri yang cakap (Ams. 31:13), yang senang
bekerja dengan tangannya. Atau mengerjakan pelayanan-pela-
yanan seorang anak, yang sebelum akil balig, sedikit pun tidak
berbeda dengan seorang hamba (Gal. 4:1). sesudah berbuat
demikian, hamba Abraham itu berubah dari rasa takjub (ay.
21) menjadi menyembah: Terpujilah TUHAN, Tuhan tuanku Abra-
ham (ay. 26-27). Amatilah di sini,
(1) Ia sudah berdoa agar tujuannya tercapai (ay. 12), dan ka-
rena sekarang tujuannya sudah tercapai, ia mengucap syu-
kur. Perhatikanlah, apa yang kita menangkan dengan doa
harus kita kenakan dengan pujian. Sebab segala rahmat
yang dikabulkan sebagai jawaban bagi doa kita menempat-
kan kita di bawah kewajiban-kewajiban tertentu.
508
(2) Sampai saat ini ia cuma merasa terhibur dengan harapan
akan datangnya rahmat, namun tidak pasti dengan apa yang
akan terjadi. Walaupun begitu, ia tetap mengucap syukur.
Perhatikanlah, jika kebaikan-kebaikan Tuhan mendatangi
kita, kita harus menyambutnya dengan puji-pujian kita.
(3) Ia memuji Tuhan atas keberhasilannya saat ia mengadakan
perundingan untuk tuannya. Perhatikanlah, kita harus ber-
syukur untuk rahmat yang diberikan kepada teman kita, sama
seperti untuk rahmat yang diberikan kepada kita sendiri.
(4) Ia bersyukur bahwa, saat berada di tengah jalan, dan
tidak tahu harus melangkah ke arah mana, Tuhan menun-
tunnya. Perhatikanlah, dalam kasus-kasus yang meragu-
kan, sangatlah menghibur jika kita melihat Tuhan menun-
tun kita, seperti Ia menuntun umat Israel di padang gurun
dengan tiang awan dan api.
(5) Ia merasa sangat berbahagia, dan mengakui Tuhan di dalam
kebahagiaannya itu, bahwa ia dituntun ke rumah saudara-
saudara tuannya, mereka yang sudah meninggalkan Ur-
Kasdim, meskipun belum sampai ke Kanaan, namun tetap
tinggal di Haran. Mereka bukanlah penyembah berhala,
melainkan penyembah Tuhan yang benar, dan berpihak
pada agama yang dipeluk keluarga Abraham. Perhatikan-
lah, Tuhan harus diakui dalam menyediakan pasangan yang
sesuai, terutama pasangan yang seagama.
(6) Ia mengakui bahwa Tuhan , dalam hal ini, tidak membiarkan
tuannya kehilangan rahmat dan kebenaran-Nya. Tuhan telah
berjanji untuk membangun keluarga Abraham, namun ke-
luarga itu tampak kehilangan keuntungan dari janji itu.
Namun, sekarang Tuhan Sang Pemelihara sedang bekerja
menuju penggenapannya. Perhatikanlah,
[1] Hamba-hamba Tuhan yang setia, betapapun mereka
mungkin kehilangan penghiburan-penghiburan dunia-
wi, tidak akan pernah dibiarkan kehilangan rahmat dan
kebenaran Tuhan . Sebab rahmat Tuhan yaitu mata air
yang tak akan pernah habis, dan kebenaran-Nya yaitu
benteng yang tak bisa diserang.
[2] Berkat apa saja akan semakin membawa penghiburan
jika kita melihat ada rahmat dan kebenaran Tuhan terus
mengalir dalam berkat itu.
Kitab Kejadian 24:29-53
509
Hamba Abraham Dijamu oleh Laban;
Maksud dan Keperluan Hamba Abraham
(24:29-53)
29 Ribka mempunyai saudara laki-laki, namanya Laban. Laban berlari ke luar
mendapatkan orang itu, ke mata air tadi, 30 sesudah dilihatnya anting-anting
itu dan gelang pada tangan saudaranya, dan sesudah didengarnya perkataan
Ribka, saudaranya, yang bunyinya: Begitulah dikatakan orang itu kepada-
ku. Ia mendapatkan orang itu, yang masih berdiri di samping unta-untanya
di dekat mata air itu, 31 dan berkata: Marilah engkau yang diberkati TUHAN,
mengapa engkau berdiri di luar, padahal telah kusediakan rumah bagimu,
dan juga tempat untuk unta-untamu. 32 Masuklah orang itu ke dalam ru-
mah. Ditanggalkanlah pelana unta-unta, diberikan jerami dan makanan ke-
pada unta-unta itu, lalu dibawa air pembasuh kaki untuk orang itu dan
orang-orang yang bersama-sama dengan dia. 33 namun saat dihidangkan
makanan di depannya, berkatalah orang itu: Aku tidak akan makan sebelum
kusampaikan pesan yang kubawa ini. Jawab Laban: Silakan! 34 Lalu ber-
katalah ia: Aku ini hamba Abraham. 35 TUHAN sangat memberkati tuanku
itu, sehingga ia telah menjadi kaya; TUHAN telah memberi kepadanya
kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak laki-laki dan perem-
puan, unta dan keledai. 36 Dan Sara, isteri tuanku itu, sesudah tua, telah
melahirkan anak laki-laki bagi tuanku itu; kepada anaknya itu telah diberi-
kan tuanku segala harta miliknya. 37 Tuanku itu telah mengambil sumpahku:
Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara pe-
rempuan Kanaan, yang negerinya kudiami ini, 38 namun engkau harus pergi ke
rumah ayahku dan kepada kaumku untuk mengambil seorang isteri bagi
anakku. 39 Jawabku kepada tuanku itu: Mungkin perempuan itu tidak mau
mengikut aku. 40 namun katanya kepadaku: TUHAN, yang di hadapan-Nya