Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 13

 


n diri kepada-Nya seperti 

yang sudah dilakukan-Nya sebelumnya, dengan memanggil nama-

nya, Abraham, nama yang sudah diberikan kepadanya untuk me-

ngesahkan janji itu. Abraham, seperti seorang hamba yang baik, 

segera menjawab,  Ya Tuhan. Apa yang hendak Tuhanku sampai-

kan kepada hamba?” Mungkin ia mengharapkan suatu pemba-

ruan janji seperti pada janji-janji sebelumnya (15:1) dan (17:1). 

namun , yang sangat mengejutkannya, apa yang ingin disampaikan 

Tuhan  kepadanya, singkatnya yaitu , Abraham, bunuhlah anakmu. 

Kitab Kejadian 22:1-2 

 471 

Dan perintah ini diberikan kepadanya dalam bahasa yang begitu 

memancing emosi sehingga membuat cobaan itu teramat sangat 

menyedihkan. saat  Tuhan  berfirman, Abraham, tidak diragukan 

lagi, memperhatikan setiap kata yang diucapkan, dan mendengar-

kannya dengan penuh perhatian. Dan setiap kata yang terucap di 

sini yaitu  pedang yang menusuk tulangnya: ujian itu diperparah 

dengan ucapan-ucapan yang menguji. Senangkah Yang Maha-

kuasa membuat umat-Nya menderita? Tidak. namun , saat  iman 

Abraham hendak diuji, Tuhan  tampak senang memperberat ujian 

itu (ay. 2). Amatilah,    

1. Orang yang harus dikorbankan.  

(1)  Ambillah anakmu, bukan lembu-lembu dan domba-dom-

bamu.” Betapa relanya Abraham menyerahkan beribu-ribu 

lembu dan dombanya untuk menggantikan Ishak!  Tidak, 

tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu (Mzm. 

50:9). Aku harus mengambil anakmu. Bukan hambamu, 

bahkan bukan pula pengurus rumahmu. Semuanya itu 

tidak akan memenuhi syarat. Aku harus mengambil anak-

mu.” Yefta, untuk memenuhi nazarnya, mengorbankan 

anak perempuannya. namun  Abraham harus mengorbankan 

anak laki-lakinya, yang di dalam dia keluarganya akan di-

bangun.  Tuhan, biarlah yang harus dikorbankan itu anak 

angkat.”  Tidak,  

(2) Anakmu yang tunggal itu. Anakmu yang tunggal dari Sara.” 

Ismael baru saja diusir, yang membuat Abraham bersedih. 

Sekarang hanya Ishak yang tinggal, dan apakah dia harus 

pergi juga? Ya,  

(3)  Ambillah Ishak, dia, yang namanya berarti tertawamu, 

anakmu yang sesungguhnya itu” (17:19). Yang diperintah-

kan bukan  Bawa kembali Ismael, dan korbankan dia,” me-

lainkan harus Ishak.  namun , Tuhan, aku mengasihi Ishak, 

bagiku dia seperti belahan jiwaku. Ismael sudah tidak ada, 

dan apakah Engkau akan mengambil Ishak juga? Semua 

ini melawan aku:” Ya,  

(4) Anak yang engkau kasihi itu. Ini merupakan ujian bagi ka-

sih Abraham terhadap Tuhan , dan oleh sebab itu, yang ha-

rus dikorbankan yaitu  anak yang dikasihi. Ungkapan itu 

pastilah teramat sangat menyentuh hati. Dalam bahasa 


 472

Ibrani ucapan itu diungkapkan dengan lebih tegas, dan, 

menurut saya, bisa dibaca seperti ini: Ambillah sekarang 

anak kepunyaanmu itu, anak tunggalmu itu, yang engkau 

kasihi, si Ishak itu. Perintah Tuhan  harus mengesampingkan 

segala pertimbangan ini.     

2.  Tempat dipersembahkannya korban: Di tanah Moria, yang mem-

butuhkan tiga hari perjalanan. Dengan begitu, Abraham masih 

mempunyai waktu untuk mempertimbangkannya. Jika ia sung-

guh mengorbankan Ishak, ia harus melakukannya dengan sa-

dar, agar itu menjadi pelayanan yang lebih bisa dipertanggung-

jawabkan dan lebih terhormat. 

3. Cara persembahan korban: Persembahkanlah dia sebagai kor-

ban bakaran. Ia tidak hanya harus membunuh anaknya, namun  

juga membunuhnya sebagai korban, membunuhnya untuk 

ibadah, membunuhnya atas dasar perintah, membunuhnya de-

ngan segala semarak dan upacara, dengan segala ketenangan 

dan kejernihan pikiran, yang biasa dilakukannya saat mem-

persembahkan korban-korban bakarannya.  

Ketaatan Abraham  

(22:3-10) 

3 Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana ke-

ledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia 

membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan 

pergi ke tempat yang dikatakan Tuhan  kepadanya. 4 saat  pada hari ketiga 

Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari 

jauh. 5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu:  TinggTuhan  kamu di sini 

dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sem-

bahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” 6 Lalu Abraham mengambil 

kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, 

anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah kedua-

nya berjalan bersama-sama. 7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayah-

nya:  Bapa.” Sahut Abraham:  Ya, anakku.” Bertanyalah ia:  Di sini sudah 

ada api dan kayu, namun  di manakah anak domba untuk korban bakaran 

itu?” 8 Sahut Abraham:  Tuhan  yang akan menyediakan anak domba untuk 

korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan ber-

sama-sama. 9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Tuhan  kepadanya. 

Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya 

Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. 10 Se-

sudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk 

menyembelih anaknya.  

Kitab Kejadian 22:3-10 

 473 

Di sini kita mendapati ketaatan Abraham terhadap perintah yang 

keras ini. Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak (Ibr. 

11:17). Amatilah,  

I.   Kesulitan-kesulitan yang dilaluinya dalam tindakan yang taat ini. 

Banyak sekali keberatan yang bisa diajukan terhadap perintah 

ini, sebab ,  

1.  Perintah itu tampak langsung bertentangan dengan hukum 

Tuhan  sebelumnya, yang melarang pembunuhan, dengan an-

caman hukuman yang keras (9:5-6). Sekarang, dapatkah Tuhan  

yang tidak berubah itu menentang diri-Nya sendiri? Dia yang 

membenci hasil rampasan dan kecurangan untuk korban ba-

karan (Yes. 61:8) pasti tidak akan senang dengan hasil pembu-

nuhan untuk korban itu.  

2.  Bagaimana hal itu diselaraskan dengan perasaan kasih sayang 

alami seorang bapak kepada anaknya sendiri? Itu bukan ha-

nya pembunuhan, melainkan juga yang paling jahat dari se-

mua pembunuhan. Tidak bisakah Abraham taat tanpa menen-

tang hukum alam? Jika Tuhan  bersikeras ingin mengorbankan 

manusia, tidak adakah orang lain selain Ishak yang harus di-

korbankan, dan tidak adakah orang lain selain Abraham yang 

harus mengorbankannya? Haruskah bapa orang beriman men-

jadi monster dari semua bapa?  

3.  Tuhan  tidak memberinya alasan untuk mengorbankan Ishak. 

saat  Ismael hendak diusir, alasan yang baik diberikan untuk 

itu, yang membuat Abraham puas. namun  di sini Ishak harus 

mati, dan Abraham harus membunuhnya, dan baik Ishak 

maupun Abraham tidak boleh tahu mengapa atau untuk apa. 

Seandainya Ishak harus mati syahid demi kebenaran, atau 

hidupnya dijadikan tebusan bagi nyawa orang lain yang lebih 

berharga, itu lain perkara. Atau seandainya ia mati sebagai 

penjahat, pemberontak melawan Tuhan  atau orangtuanya, se-

perti yang terjadi pada seorang penyembah berhala (Ul. 13:8, 

9), atau seorang anak laki-laki yang degil (Ul. 21:18-19), mung-

kin itu bisa dipandang sebagai pengorbanan demi keadilan. 

namun  persoalannya tidak demikian: ia seorang anak yang pe-

nurut, patuh, dan menjanjikan banyak harapan.  Tuhan, apa 

keuntungan yang bisa diperoleh dari darahnya?”  


 474

4. Bagaimana ini dapat diselaraskan dengan janji Tuhan ? Bukan-

kah dikatakan bahwa yang akan disebut keturunanmu ialah 

yang berasal dari Ishak? namun  apa jadinya dengan keturunan 

itu, jika  pucuk yang tengah mekar ini diremukkan begitu 

cepat?  

5.  Bagaimana ia bisa menatap wajah Sara lagi? Dengan muka se-

perti apa ia bisa kembali kepada Sara dan keluarganya dengan 

darah Ishak yang terpercik pada bajunya dan menodai semua 

pakaiannya?  Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku” 

begitulah Sara akan berkata (seperti dalam Keluaran 4:25-26), 

dan ada kemungkinan hal itu akan menjauhkan kasih sayang-

nya untuk selama-lamanya baik dari dia maupun dari Tuhan nya.  

6.  Apa yang akan dikatakan orang-orang Mesir, dan orang-orang 

Kanaan serta orang-orang Feris yang berdiam di negeri itu 

pada waktu itu? Hal ini akan menjadi cela untuk selama-lama-

nya bagi Abraham, dan bagi mezbah-mezbahnya.  Sambutlah 

alam, jika  ini yang dinamakan anugerah.” Keberatan-kebe-

ratan ini dan masih banyak keberatan yang serupa bisa saja 

diajukan. namun  ia yakin dengan tidak keliru bahwa itu benar-

benar perintah Tuhan  dan bukan khayalannya belaka, dan ini 

sudah cukup untuk menjawab semua keberatan itu. Perhati-

kanlah, perintah-perintah Tuhan  tidak boleh diperbantahkan, 

namun  harus dituruti. Kita tidak boleh minta pertimbangan 

kepada manusia tentang itu (Gal. 1:15-16), namun  dengan ke-

kerasan hati yang penuh rahmat harus tetap patuh terhadap 

perintah-perintah itu. 

II. Beberapa langkah yang taat, yang kesemuanya membantu me-

nguatkan ketaatan itu, dan menunjukkan bahwa ia dituntun oleh 

kebijaksanaan, dan dipimpin oleh iman, dalam seluruh urusan itu.  

1.  Ia bangun pagi-pagi (ay. 3). Mungkin perintah itu diberikan 

dalam penglihatan-penglihatan di malam hari, dan keesokan 

harinya pagi-pagi benar ia sudah bersiap-siap melaksanakan-

nya. Ia tidak menunda-nunda, tidak merasa enggan, tidak 

mengambil waktu untuk menimbang-nimbang. Sebab, perintah 

itu tidak bisa ditawar-tawar, dan tidak bisa dibantah. Perhati-

kanlah, orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan  dengan 

sepenuh hati pasti akan melakukannya dengan segera. jika  

kita menunda-nunda, waktu akan terhilang dan hati mengeras.  

Kitab Kejadian 22:3-10 

 475 

2. Ia menyiapkan segala sesuatu untuk mempersembahkan kor-

ban, dan, seolah-olah seperti seorang Gibeon sendiri, dengan 

tangannya sendiri ia membelah kayu untuk korban bakaran, 

supaya ia tidak repot-repot lagi mencarinya saat  korban itu 

harus dipersembahkan. Korban-korban rohani pun harus di-

persiapkan seperti itu.  

3. Besar kemungkinan bahwa ia tidak mengatakan apa-apa ten-

tang hal ini kepada Sara. Ini yaitu  perjalanan yang tidak bo-

leh diketahui Sara, supaya jangan ia mencegahnya. Sudah ada 

begitu banyak hal dalam hati kita yang dapat menghalangi 

pertumbuhan kita dalam menjalankan kewajiban, sehingga 

kita perlu, sedapat mungkin, menjauhkan diri dari hambatan-

hambatan yang lain.  

4. Dengan hati-hati ia melihat-lihat ke sekelilingnya, untuk me-

nemukan tempat yang sudah ditentukan bagi korban ini, yang 

sudah dijanjikan Tuhan  akan ditunjukkan-Nya dengan suatu 

tanda. Mungkin petunjuk itu diberikan melalui sebuah penam-

pakan kemuliaan ilahi di tempat itu, semacam tiang api yang 

menjangkau dari langit ke bumi, tampak di kejauhan, yang di-

tunjukkan-Nya saat  berkata (ay. 5),  Kita akan pergi ke sana, 

di mana engkau melihat terang itu, dan beribadah di sana.”  

5.  Ia meninggalkan hamba-hambanya di kejauhan (ay. 5), supaya 

jangan mereka menengahi, dan mengganggu persembahan 

korbannya yang mengherankan itu. Sebab Ishak, tidak diragu-

kan lagi, yaitu  anak kesayangan seluruh keluarga. Demi-

kianlah, saat  Kristus mulai merasakan ketakutan yang luar 

biasa di taman Getsemani, Ia hanya mengajak tiga murid-Nya 

bersama-sama dengan Dia, dan meninggalkan yang lain di 

pintu taman. Perhatikanlah, yaitu  hikmat dan kewajiban 

kita, jika  kita hendak beribadah kepada Tuhan , untuk me-

ngesampingkan segala macam pikiran dan kekhawatiran yang 

dapat mengalihkan kita dari ibadah kita. Kita harus mening-

galkan semuanya itu di bawah bukit, agar kita dapat melayani 

Tuhan tanpa gangguan. 

6.  Ia menyuruh Ishak untuk membawa kayu itu (baik untuk 

menguji ketaatannya dalam perkara kecil terlebih dahulu, 

maupun dengan tujuan supaya ia bisa menjadi pelambang 

Kristus, yang memikul salib-Nya sendiri, Yoh. 19:17), semen-

tara ia sendiri, meskipun tahu apa yang diperbuatnya, dengan 


 476

tekad bulat dan mantap membawa pisau dan api yang me-

matikan itu (ay. 6). Perhatikanlah, orang-orang yang dengan 

anugerah bertekad menjalani pelayanan dan penderitaan apa 

saja bagi Tuhan , haruslah mengabaikan perkara-perkara kecil 

yang justru akan lebih mempersulit darah dan daging. 

7. Tanpa kegaduhan atau kekacauan, ia membicarakannya de-

ngan Ishak, seolah-olah hanya korban biasa yang hendak di-

persembahkannya (ay. 7-8). 

(1)  Sangatlah menyentuh hati pertanyaan yang diajukan Ishak 

kepadanya, selagi mereka berjalan bersama-sama: Bapa, 

kata Ishak. Kata itu meluluhkan perasaan, dan, bisa diba-

yangkan, akan menembus dada Abraham lebih dalam dari-

pada yang bisa dilakukan pisaunya untuk menembus dada 

Ishak. Abraham bisa saja berkata, atau berpikir, setidak-

tidaknya,  Jangan panggil aku bapamu, yang sekarang akan 

menjadi pembunuhmu. Dapatkah seorang bapa berlaku be-

gitu biadab, begitu benar-benar hilang segala kelembutan-

nya sebagai seorang bapa?” Namun, ia tetap menjaga pera-

saannya, dan menjaga raut wajahnya secara mengagumkan. 

Dengan tenang ia menunggu pertanyaan anaknya, dan ini-

lah pertanyaan itu: Di sini sudah ada api dan kayu, namun  

di manakah anak dombanya? Lihatlah betapa Ishak ahli 

dalam masalah hukum dan tata cara mempersembahkan 

korban. Ini harus diajarkan dengan baik: pertanyaan ini 

yaitu ,  

[1] Pertanyaan yang menguji Abraham. Bagaimana ia bisa 

tahan untuk berpikir bahwa Ishak sendirilah anak dom-

banya? Itulah yang sebenarnya, namun  Abraham, sampai 

saat ini, tidak berani memberitahukan itu kepadanya. 

sebab  Tuhan  tahu bahwa iman yaitu  senjata bagi buk-

ti, Ia akan menertawakan ujian pada orang yang tidak 

bersalah (Ayb. 19:23, KJV; TB: keputusasaan orang yang 

tidak bersalah – pen.).  

[2] Itu yaitu  pertanyaan yang mengajar kita semua, bah-

wa, jika  kita hendak beribadah kepada Tuhan , kita 

harus sungguh-sungguh mempertimbangkan apakah 

kita sudah menyiapkan segala sesuatunya, terutama 

anak domba untuk korban bakaran. Lihatlah, api sudah 

Kitab Kejadian 22:3-10 

 477 

siap, yaitu pertolongan Roh dan perkenanan Tuhan . 

Kayu sudah siap, yaitu ketetapan-ketetapan upacara 

untuk menyalakan perasaan kita (yang memang, tanpa 

Roh, hanyalah seperti kayu tanpa api, namun  Roh be-

kerja melaluinya). Segala sesuatu sudah siap, namun  di 

manakah anak dombanya? Di manakah hatinya? Siap-

kah hati dipersembahkan kepada Tuhan , untuk naik ke-

pada-Nya sebagai korban bakaran? 

(2) Sangatlah bijak jawaban yang diberikan Abraham kepada-

nya: Tuhan  yang akan menyediakan anak domba bagi-Nya, 

anakku. Ini merupakan bahasa yang menggambarkan,  

[1] Ketaatannya.  Kita harus mempersembahkan anak dom-

ba yang sekarang sudah ditentukan Tuhan  untuk diper-

sembahkan,” dan dengan demikian ia memberi Ishak 

pedoman umum untuk berserah kepada kehendak ilahi, 

untuk mempersiapkan dia agar menerapkannya lang-

sung kepada dirinya sendiri. Atau,  

[2] Imannya. Entah ia bermaksud seperti itu atau tidak, 

itulah arti yang sebenarnya. Sebuah korban disediakan 

sebagai ganti Ishak. Dengan demikian, pertama, Kris-

tus, korban penebusan yang agung, disediakan oleh 

Tuhan . saat  tidak seorang pun di sorga atau di bumi 

bisa mendapatkan anak domba untuk korban bakaran 

itu, Tuhan  sendiri mendapatkan tebusannya (Mzm. 89:21). 

Kedua, semua korban pengakuan kita disediakan oleh 

Tuhan  juga. Dialah yang mempersiapkan hati (Mzm. 

10:17, KJV; TB: menguatkan hati – pen.). Hati yang patah 

dan remuk yaitu  korban kepada Tuhan  (Mzm. 51:19), 

yang disediakan-Nya sendiri. 

8.  Dengan keteguhan dan ketenangan pikiran yang sama, sesudah  

banyak berpikir-pikir di dalam hati, ia segera bekerja untuk 

menyelesaikan korban ini (ay. 9-10). Ia terus maju dengan 

tekad yang kudus, sesudah  menempuh banyak langkah yang 

melelahkan, dan dengan berberat hati sampai juga akhirnya ia 

di tempat yang mematikan itu. Lalu ia membangun mezbah 

(mezbah dari tanah liat, bisa kita duga, mezbah yang paling 

menyedihkan dari yang pernah didirikannya, dan ia sudah men-

dirikan banyak mezbah), menaruh kayu sebagai bantal untuk 


 478

kubur Ishak, lalu memberi tahu dia kabar yang menyentakkan 

ini:  Ishak, engkaulah anak domba yang sudah disediakan 

Tuhan .” Ishak, sepanjang yang bisa disaksikan, sama relanya 

dengan Abraham. Kita tidak mendapati bahwa dia mengajukan 

keberatan. Ia tidak memohon untuk tidak dibunuh. Ia tidak 

berusaha melarikan diri, apalagi sampai bergulat dengan ba-

paknya yang sudah tua, atau mengadakan penolakan. Abra-

ham melakukannya, Tuhan  ingin agar itu dilakukan, dan Ishak 

sudah belajar untuk berserah baik kepada Tuhan  maupun ke-

pada Abraham. Abraham, tidak diragukan lagi, mengibur dia 

dengan harapan-harapan yang sama yang dengannya ia sen-

diri dengan iman dihiburkan. namun  korban itu harus diikat. 

Korban agung, yang dalam kegenapan waktu akan dipersem-

bahkan, harus diikat, dan oleh sebab itu Ishak pun harus di-

ikat. namun  sampai hatikah Abraham yang lembut mengikat 

tangan yang tidak bersalah itu, yang mungkin sudah sering 

kali terangkat untuk menerima berkatnya, dan terentang un-

tuk memeluknya, namun sekarang harus diikat lebih erat de-

ngan tali kasih dan kewajiban! Namun, bagaimanapun juga, itu 

harus dilakukan. sesudah  mengikat Ishak, ia membaringkannya 

di atas mezbah, lalu tangannya diletakkan di kepala korbannya. 

Dan sekarang, bisa kita duga, dengan banjir air mata, ia mem-

berikan, dan menerima, salam terakhir serta ciuman perpisah-

an: mungkin ia menerima satu salam dan ciuman lagi untuk 

Sara dari anaknya yang akan mati. sebab  ini harus dilakukan, 

dengan tekad bulat ia melupakan kerahiman seorang bapak, 

dan menampakkan kegarangan yang menakutkan dari seorang 

penyembelih korban. Dengan hati yang mantap, dan mata 

yang terangkat ke sorga, ia mengambil pisau, dan merentang-

kan tangannya untuk memberi  potongan yang mematikan 

itu pada tenggorokan Ishak. Terkejutlah hai langit akan hal 

ini!. Dan takjublah, hai bumi! Inilah sebuah tindakan iman 

dan ketaatan, yang pantas ditonton oleh Tuhan , para malaikat, 

dan manusia. Anak kesayangan Abraham, gelak tawa Sara, 

harapan jemaat, ahli waris perjanjian, tergeletak siap berdarah 

dan mati di tangan bapaknya sendiri, yang tidak pernah berniat 

untuk mundur melakukannya. Nah, ketaatan Abraham dalam 

mempersembahkan Ishak ini merupakan gambaran yang hidup,

Kitab Kejadian 22:11-14 

 479 

(1) Akan kasih Tuhan  terhadap kita, dalam menyerahkan Anak-

Nya yang tunggal untuk menderita dan mati bagi kita, se-

bagai korban. TUHAN sendiri berkehendak meremukkan 

dia. Lihat Yesaya 53:10; Zakharia 13:7. Abraham, baik da-

lam kewajiban maupun rasa syukur, harus berpisah de-

ngan Ishak, dan berpisah dengan dia sebagai teman. namun  

Tuhan  tidak mempunyai kewajiban apa-apa terhadap kita, 

sebab kita yaitu  musuh.  

(2) Akan kewajiban kita kepada Tuhan , sebagai balasan terha-

dap kasih itu. Kita harus menapaki jejak-jejak langkah 

iman Abraham ini. Tuhan , melalui firman-Nya, memanggil 

kita untuk berpisah dengan segalanya demi Kristus, semua 

dosa kita, meskipun sudah menjadi seperti tangan kanan, 

atau mata kanan, atau seorang Ishak. Semua hal yang ber-

saing dan memusuhi Kristus untuk merebutkan kedaulat-

an atas hati kita (Luk. 14:26). Dan kita harus dengan riang 

hati melepaskan mereka semua. Tuhan , melalui pemelihara-

an-Nya, yang benar-benar merupakan suara-Nya, adakala-

nya memanggil kita untuk berpisah dengan seorang Ishak, 

dan kita harus melakukannya dengan berserah diri dan 

tunduk pada kehendak-Nya yang kudus, yang harus kita 

lakukan dengan riang hati (1Sam. 3:18).     

Ishak Diselamatkan 

(22:11-14) 

11 namun  berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya:  Abraham, Abra-

ham.” Sahutnya:  Ya, Tuhan.” 12 Lalu Ia berfirman:  Jangan bunuh anak itu 

dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa 

engkau takut akan Tuhan , dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan 

anakmu yang tunggal kepada-Ku.” 13 Lalu Abraham menoleh dan melihat se-

ekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belu-

kar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban 

bakaran pengganti anaknya. 14 Dan Abraham menamai tempat itu:  TUHAN 

menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang:  Di atas gunung 

TUHAN, akan disediakan.” 

Sampai di sini cerita ini sangat menyedihkan, dan tampak bergegas 

menuju akhir yang teramat tragis. namun  di sini langit tiba-tiba cerah, 

matahari memancarkan sinarnya, dan terbukalah pemandangan 

yang cerah serta menyenangkan. Tangan yang sama yang sudah me-

lukai dan menekan di sini menyembuhkan dan mengangkat. Sebab, 


 480

meskipun menyebabkan penderitaan, Tuhan  akan berbelas kasihan. 

Malaikat TUHAN, yaitu Tuhan  sendiri, Sang Firman yang kekal, Malai-

kat perjanjian, yang akan menjadi Sang Penebus dan Penghibur yang 

agung, menengahi dan membawa ujian ini pada akhir yang mem-

bahagiakan.  

I. Ishak diselamatkan (ay. 11-12). Perintah untuk mempersembah-

kan dia sebagai korban bakaran hanya dimaksudkan sebagai 

ujian, dan sesudah  diuji, tampak bahwa Abraham benar-benar le-

bih mengasihi Tuhan  dibandingkan mengasihi Ishak, dan tujuan dari 

perintah itu pun terpenuhi sudah. Oleh sebab itu, perintahnya di-

batalkan, tanpa sama sekali mengurangi ketidakberubahan kepu-

tusan-keputusan ilahi: Jangan bunuh anak itu. Perhatikanlah,  

1.  Penghiburan-penghiburan kita yang berasal dari makhluk fana 

akan terus diberikan kepada kita jika  kita sungguh-sung-

guh rela menyerahkan semuanya itu kepada kehendak Tuhan .  

2.  Waktu Tuhan  untuk menolong dan melegakan umat-Nya yaitu  

saat  mereka terjepit dalam keadaan yang paling sukar. Se-

makin dekat bahaya yang mengancam, dan semakin dekat ba-

haya itu menimpa kita, semakin ajaib dan semakin disambut-

lah kelepasan. 

II. Abraham tidak hanya dibenarkan, namun  juga dipuji. Ia memper-

oleh kesaksian yang terhormat sebagai orang benar: Kuketahui 

sekarang, bahwa engkau takut akan Tuhan . Tuhan  sudah mengeta-

hui itu sebelumnya, namun  sekarang Abraham memberi  bukti 

yang akan selalu dikenang. Ia tidak perlu berbuat apa-apa lagi. 

Apa yang sudah dilakukannya sudah cukup untuk membuktikan 

betapa ia sangat beribadah kepada Tuhan  dan tunduk pada wewe-

nang-Nya. Perhatikanlah,  

1. jika  Tuhan , dengan pemeliharaan-Nya, menghalang-halangi 

pelaksanaan dari niat-niat kita yang tulus untuk melayani Dia, 

maka Ia dengan penuh rahmat menerima niat sebagai per-

buatan, dan menerima usaha yang tulus itu, meskipun itu 

tidak terlaksana.  

2.  Bukti terbaik bahwa kita takut akan Tuhan  yaitu  kerelaan 

hati kita untuk melayani dan menghormati Dia dengan apa 

Kitab Kejadian 22:11-14 

 481 

yang paling kita kasihi, dan berpisah atau menyerahkan se-

muanya kepada Dia dan demi Dia.   

III. Korban yang lain disediakan sebagai ganti Ishak (ay. 13). sebab  

sekarang mezbah sudah didirikan, dan kayu sudah ditumpuk ra-

pih, maka sesuatu perlu dikorbankan. Sebab,  

1. Tuhan  harus diakui dengan rasa syukur atas kelepasan Ishak. 

Dan lebih cepat lebih baik, saat  ada mezbah yang sudah siap 

di sini.  

2.  Perkataan Abraham akan menghasilkan sesuatu yang baik: 

Tuhan  yang akan menyediakan anak domba bagi-Nya. Tuhan  ti-

dak akan mengecewakan harapan-harapan umat-Nya yang di-

bangkitkan-Nya sendiri. namun  jadilah kepada mereka menurut 

iman mereka. jika  Engkau memutuskan berbuat sesuatu, 

maka akan tercapai maksud-Mu. 

3.  Di sini pasti terdapat rujukan kepada Mesias yang dijanjikan, 

keturunan yang terberkati itu.  

(1) Kristus disalibkan sebagai ganti kita, seperti domba jantan 

ini sebagai ganti Ishak, dan kematian-Nya merupakan ke-

lepasan kita.  Ya, Tuhan (ujarnya), biarkanlah mereka ini 

pergi.”  

(2) Meskipun keturunan yang terberkati itu baru belakangan 

dijanjikan, dan sekarang diperlambangkan oleh Ishak, na-

mun dipersembahkannya keturunan itu harus ditunda 

sampai di paruh terkemudian dari zaman akhir: dan untuk 

sementara waktu, korban binatang harus diterima, seperti 

domba jantan ini, sebagai pertanda dari penebusan yang 

pada suatu hari akan dipersembahkan oleh korban agung 

itu. Dan dapat dicermati bahwa bait Tuhan , tempat korban 

itu, sesudahnya dibangun di atas gunung Moria ini (2Taw. 

3:1). Dan gunung Kalvari, di mana Kristus disalibkan, ter-

letak tidak jauh dari situ. 

IV. Nama yang baru diberikan kepada tempat itu, bagi kehormatan 

Tuhan , dan untuk mendorong semua orang percaya, sampai akhir 

zaman, agar dengan riang hati percaya kepada Tuhan  di jalan ke-

taatan: Yehova-Jireh, TUHAN menyediakan (ay. 14), mungkin de-

ngan merujuk pada apa yang sudah dikatakannya (ay. 8), Tuhan  


 482

yang akan menyediakan anak domba bagi-Nya. Itu terjadi bukan 

sebab  rancangan apa pun dari Abraham, atau sebagai jawaban 

atas doanya, meskipun ia seorang pendoa syafaat yang ulung, me-

lainkan murni sebab  perbuatan Tuhan . Biarlah dicamkan bagi 

angkatan-angkatan yang akan datang, 

1.  Bahwa Tuhan akan melihat. Ia akan selalu mengarahkan mata-

Nya kepada umat-Nya dalam kesesakan-kesesakan dan kesu-

sahan-kesusahan mereka, agar Ia bisa datang dengan perto-

longan tepat pada waktunya di masa yang gawat.  

2. Bahwa Ia akan dilihat, dilihat di gunung, saat  umat-Nya se-

dang dalam kebingungan yang amat besar. Ia tidak saja akan 

menyatakan, namun  juga memperbesar hikmat, kuasa, dan ke-

baikan-Nya dalam membebaskan mereka. Di mana Tuhan  meli-

hat dan menyediakan, di situ Dia akan dilihat dan dipuji. Dan, 

mungkin, itu merujuk pada Tuhan  yang menyatakan diri-Nya 

dalam rupa manusia. 

Berkat kepada Abraham Diteguhkan 

(22:15-19) 

15 Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abra-

ham, 16 kata-Nya:  Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman 

TUHAN – : sebab  engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-

segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, 17 maka Aku 

akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sa-

ngat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan ke-

turunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. 18 Oleh keturunanmulah 

semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, sebab  engkau mendengarkan 

firman-Ku.” 19 Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan 

mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Ber-

syeba.  

Ketaatan Abraham diterima dengan gembiranya. namun  ini belum se-

berapa: di sini kita mendapati ketaatannya dibalas, dibalas dengan 

berlimpah, sebelum ia beranjak dari tempat itu. Mungkin sewaktu 

domba jantan yang dikorbankannya masih terbakar, Tuhan  menyam-

paikan pesan yang penuh rahmat ini, dengan memperbarui dan 

mengesahkan kovenan-Nya dengan dia. Semua kovenan dibuat de-

ngan korban, demikian pula dengan kovenan ini, yang dibuat dengan 

korban Ishak dan domba jantan sebagai pelambang. Ungkapan-ung-

kapan yang amat tinggi tentang kebaikan Tuhan  kepada Abraham 

disampaikan dalam meneguhkan kovenan ini dengannya. Ungkapan-

ungkapan itu amat jauh melampaui ungkapan mana pun yang

Kitab Kejadian 22:15-19 

 483 

dengannya ia sudah diberkati. Perhatikanlah, pelayanan-pelayanan 

yang luar biasa akan dimahkotai dengan kehormatan-kehormatan 

dan penghiburan-penghiburan yang luar biasa. Dan kebaikan-ke-

baikan di dalam janji, meskipun belum dilaksanakan, harus dipan-

dang sebagai balasan-balasan yang nyata dan berharga. Amatilah,  

1.  Tuhan  berkenan menyebutkan ketaatan Abraham sebagai hal yang 

harus dipertimbangkan untuk membuat kovenan itu. Dan Ia me-

ngatakannya dengan kata-kata pujian: sebab  engkau telah ber-

buat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan 

anakmu yang tunggal kepada-Ku (ay. 16). Ia memberi  tekanan 

yang kuat pada hal ini, dan (ay. 18) memujinya sebagai tindakan 

yang taat: dengan ketaatan itu, engkau telah mendengarkan firman-

Ku, dan mendengarkan lebih baik dibandingkan korban sembelihan. 

Bukan berarti bahwa ini merupakan pertimbangan yang sepadan, 

namun  bahwa Tuhan  dengan penuh rahmat memberi  kehor-

matan ini kepada apa yang sudah digunakan Abraham untuk 

menghormati-Nya.  

2.  Tuhan  sekarang meneguhkan janji itu dengan sumpah. Janji itu 

sudah diucapkan dan dimeteraikan sebelumnya. namun  sekarang 

janji itu diperkuat dengan sumpah: Aku bersumpah demi diri-Ku 

sendiri. sebab  tidak ada orang yang lebih tinggi yang demi dia Ia 

bisa bersumpah (Ibr. 6:13). Demikianlah Ia mengikatkan diri-Nya 

sendiri dengan sumpah, sebagaimana sang rasul mengungkap-

kannya (Ibr. 6:17). Ia bahkan (dengan segala hormat) menggadai-

kan nyawa-Nya sendiri dan bersumpah demi nyawa-Nya (demi 

Aku yang hidup), bahwa demi segala sesuatu yang tak berubah 

itu, yang di dalamnya mustahil Tuhan  berdusta, Abraham dan 

sanak saudaranya akan mendapat penghiburan yang besar. Per-

hatikanlah, jika kita menjalankan iman kita, Tuhan  akan men-

dorongnya. Kembangkanlah janji-janjinya, maka Tuhan  akan me-

ngesahkannya.  

3.  Janji khusus yang diperbaharui di sini yaitu  janji tentang ke-

turunan yang melimpah: Aku akan membuat keturunanmu sangat 

banyak (ay. 17). Perhatikanlah, orang-orang yang rela berpisah 

dengan apa saja demi Tuhan  akan mendapat gantinya dengan ke-

untungan yang tak terkira. Abraham hanya mempunyai seorang 

anak, dan rela berpisah dengan satu anaknya itu, dalam ketaat-

annya kepada Tuhan .  Baiklah,” firman Tuhan ,  engkau akan di-


 484

balas dengan beribu-ribu dan berjuta-juta keturunan.” Betapa be-

sar peranan keturunan Abraham dalam sejarah! Betapa banyak, 

betapa unggul keturunan-keturunannya yang terkenal, yang, 

sampai pada hari ini, bermegah di dalam hal ini, bahwa mereka 

mempunyai Abraham sebagai bapa mereka! Demikianlah ia mene-

rima seribu kali lipat dalam kehidupan ini (Mat. 19:29). 

4. Janji itu, tidak diragukan lagi, menunjuk pada Mesias, dan anu-

gerah Injil. Ini yaitu  sumpah yang diucapkan kepada Abraham, 

bapa leluhur kita, yang dirujuk oleh Zakharia (Luk. 1:73, dst.). 

Dan dengan demikian ini yaitu  janji,  

(1) Tentang berkat yang besar dari Roh: Aku akan memberkati 

engkau berlimpah-limpah, maksudnya, dengan berkat-berkat 

terbaik, yaitu karunia Roh Kudus. Janji dari Roh itu yaitu  

bahwa berkat Abraham akan sampai kepada bangsa-bangsa 

lain di dalam Yesus Kristus (Gal. 3:14).  

(2) Tentang pertumbuhan jemaat, bahwa orang-orang percaya, ke-

turunannya secara rohani, akan menjadi sangat banyak seper-

ti bintang-bintang di langit. 

(3) Tentang kemenangan-kemenangan rohani: Keturunanmu itu 

akan menduduki kota-kota musuhnya. Orang-orang percaya, 

dengan iman mereka, mengalahkan dunia, dan menang atas 

segala kuasa kegelapan, dan menjadi lebih dibandingkan peme-

nang. Mungkin Zakharia merujuk pada sumpah bagian ini 

(Luk. 1:74), supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat 

beribadah kepada-Nya tanpa takut. namun  yang memahkotai 

semuanya itu yaitu  janji yang terakhir.  

(4) Tentang penjelmaan Kristus: Oleh keturunanmulah, satu orang 

khusus yang akan diturunkan daripadamu (sebab Ia tidak ber-

bicara tentang banyak orang, namun  hanya satu orang, sebagai-

mana yang diamati oleh Rasul Paulus, Gal. 3:16), semua bang-

sa di bumi akan mendapat berkat, atau akan memberkati diri 

mereka sendiri, sesuai dengan kalimat yang tertulis (Yes. 

65:16, KJV; TB: akan memohon berkat – pen.). Di dalam Dia, se-

mua orang bisa berbahagia kalau mereka mau, dan semua 

yang menjadi milik-Nya akan berbahagia, dan akan berpikiran 

demikian tentang diri mereka sendiri. Kristus yaitu  berkat 

besar bagi dunia. Abraham siap menyerahkan anaknya se-

bagai korban demi kehormatan Tuhan , dan, sesudah  itu, Tuhan 

Kitab Kejadian 22:20-24 

 485 

 berjanji untuk menyerahkan Anak-Nya sebagai korban bagi 

keselamatan manusia. 

Kabar Saudara Abraham 

(22:20-24) 

20 Sesudah itu Abraham mendapat kabar:  Juga Milka telah melahirkan 

anak-anak lelaki bagi Nahor, saudaramu: 21 Us, anak sulung, dan Bus, adik-

nya, dan Kemuel, ayah Aram, 22 juga Kesed, Hazo, Pildash, Yidlaf dan Betuel.” 

23 Dan Betuel memperanakkan Ribka. Kedelapan orang inilah dilahirkan 

Milka bagi Nahor, saudara Abraham itu. 24 Dan gundik Nahor, yang namanya 

Reuma, melahirkan anak juga, yakni Tebah, Gaham, Tahash dan Maakha. 

Hal ini dicatat di sini,  

1. Untuk menunjukkan bahwa meskipun Abraham melihat derajat 

keluarganya sendiri ditinggikan dengan hak-hak istimewa, diikut-

sertakan ke dalam kovenan, dan diberkati dengan warisan janji 

itu, namun ia tidak menghina dan merendahkan saudara-sau-

daranya, namun  justru senang mendengar pertumbuhan dan ke-

makmuran keluarga mereka.  

2. Untuk membuka jalan bagi cerita selanjutnya tentang pernikahan 

Ishak dan Ribka, seorang anak perempuan dari keluarga ini. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  23   

Inilah,  

I.   Abraham berkabung atas kematian Sara (ay. 1-2).  

II.  Abraham membeli kuburan untuk Sara.  

1.  Pembelian itu diusulkan dengan rendah hati oleh Abra-

ham (ay. 3-4).  

2. Pembelian itu ditanggapi dengan baik, dan disetujui, de-

ngan amat sopan dan hormat (ay. 5-16).  

3.  Uang untuk membeli kuburan dibayarkan (ay. 16).  

4.  Tanah dan ladang diberikan dan dijamin bagi Abraham (ay. 

17-18, 20).  

5.  Pemakaman Sara (ay. 19). 

Kematian Sara 

(23:1-2) 

1 Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara. 2 

Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu 

Abraham datang meratapi dan menangisinya. 

Di sini kita mendapati,  

1.  Umur Sara (ay. 1). Hampir empat puluh tahun sebelumnya, ia me-

nyebut dirinya tua (18:12). Hanya sebab  sudah tua, orang tidak 

akan mati lebih cepat, namun  mereka bisa mati lebih baik, dengan 

menganggap diri mereka tua.  

2.  Kematiannya (ay. 2). Yang paling lama hidup akhirnya harus mati 

juga. Abraham dan Sara sudah hidup bersama-sama dengan nya-

man selama bertahun-tahun. namun  kematian memisahkan apa 

yang tidak dapat dipisahkan oleh apa pun. Sahabat-sahabat isti-

mewa dan orang-orang kesayangan Sorga pun tidak luput dari 


 488

hantaman maut. Ia meninggal di tanah Kanaan, di mana ia sudah 

tinggal sebagai pendatang selama lebih dari enam puluh tahun. 

3. Abraham berkabung untuknya, dan ia sungguh-sungguh berka-

bung. Ia tidak hanya menjalankan upacara-upacara berkabung 

sesuai dengan adat kebiasaan pada waktu itu, seperti orang-orang 

yang berkabung dengan pergi berkeliling ke jalan-jalan, namun  ia 

dengan tulus meratapi rasa kehilangannya yang besar akan se-

orang istri yang baik. Ia membuktikan kesetiaan kasih sayangnya 

terhadap dia sampai pada akhirnya. Dua kata digunakan: ia da-

tang untuk meratap maupun menangis. Dukacitanya tidak palsu, 

namun  nyata. Abraham mendatangi kemah Sara, dan duduk di 

samping jasadnya, untuk memberi  penghormatan di sana de-

ngan air matanya, agar matanya dapat menyentuh hatinya, dan 

agar ia bisa memberi  penghormatan yang besar dalam menge-

nang Sara yang sudah tiada. Perhatikanlah, kita tidak hanya 

diperbolehkan, namun  juga diwajibkan meratapi kematian saudara-

saudara dekat kita. Kita melakukan hal ini untuk menuruti tin-

dakan pemeliharaan Tuhan , yang memanggil kita untuk menangis 

dan meratap seperti itu, maupun untuk menghormati mereka 

yang layak mendapatkannya. Air mata merupakan suatu penghor-

matan yang layak diberikan kepada sahabat-sahabat kita yang 

meninggal. jika  kita menabur tubuh, maka tubuh itu harus 

kita sirami. namun  kita tidak boleh berdukacita seperti orang-

orang yang tidak punya harapan. Sebab kita mempunyai peng-

harapan yang baik melalui anugerah, baik dalam kaitannya de-

ngan mereka maupun dengan diri kita sendiri.   

Gua Makhpela  

(23:3-15) 

3 Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu, 

lalu berkata kepada bani Het: 4  Aku ini orang asing dan pendatang di antara 

kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, su-

paya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati 

itu.” 5 Bani Het menjawab Abraham: 6  Dengarlah kepada kami, tuanku. 

Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah 

isterimu yang mati itu dalam kuburan kami yang terpilih, tidak akan ada 

seorang pun dari kami yang menolak menyediakan kuburannya bagimu un-

tuk menguburkan isterimu yang mati itu.” 7 Kemudian bangunlah Abraham 

lalu sujud kepada bani Het, penduduk negeri itu, 8 serta berkata kepada 

mereka:  Jika kamu setuju, bahwa aku mengantarkan dan menguburkan 

isteriku yang mati itu, maka dengarkanlah aku dan tolonglah mintakan 

dengan sangat kepada Efron bin Zohar, 9 supaya ia memberi  kepadaku 

Kitab Kejadian 23:3-15 

 489 

gua Makhpela miliknya itu, yang terletak di ujung ladangnya; baiklah itu di-

berikannya kepadaku dengan harga penuh untuk menjadi kuburan milikku 

di tengah-tengah kamu.” 10 Pada waktu itu Efron hadir di tengah-tengah bani 

Het. Maka jawab Efron, orang Het itu, kepada Abraham dengan didengar oleh 

bani Het, oleh semua orang yang datang di pintu gerbang kota: 11  Tidak, 

tuanku, dengarkanlah aku; ladang itu kuberikan kepadamu dan gua yang di 

sana pun kuberikan kepadamu; di depan mata orang-orang sebangsaku ku-

berikan itu kepadamu; kuburkanlah isterimu yang mati itu.” 12 Lalu sujudlah 

Abraham di depan penduduk negeri itu 13 serta berkata kepada Efron dengan 

didengar oleh mereka:  Sesungguhnya, jika engkau suka, dengarkanlah aku: 

aku membayar harga ladang itu; terimalah itu dari padaku, supaya aku 

dapat menguburkan isteriku yang mati itu di sana.” 14 Jawab Efron kepada 

Abraham: 15  Tuanku, dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga 

empat ratus syikal perak, apa artinya itu bagi kita? Kuburkan sajalah isteri-

mu yang mati itu.” 

Inilah,  

I.   Permintaan yang diajukan Abraham dengan rendah hati kepada 

tetangga-tetangganya, bani Het, agar ia diberi sebuah kuburan di 

tengah-tengah mereka (ay. 3-4). Aneh bahwa ia harus melakukan 

ini sekarang, namun  kita harus lebih memandangnya sebagai tin-

dakan pemeliharaan Tuhan  dan bukannya ketiadaan pemelihara-

an-Nya untuk masa depan Abraham, seperti yang bisa kita sim-

pulkan dalam Kisah Para Rasul 6:5, di mana dikatakan bahwa, 

Tuhan  tidak memberinya milik pusaka di tanah Kanaan. Sungguh 

baik jika semua orang yang memberi perhatian untuk menyedia-

kan kuburan bagi tubuh mereka sesudah  mati, juga memberi 

perhatian untuk menyediakan tempat peristirahatan bagi jiwa me-

reka. Amatilah di sini,  

1. Bahwa urusan ini untuk sementara waktu mengalihkan per-

hatian Abraham dengan nyaman dari dukanya: Ia bangkit dan 

meninggalkan isterinya yang mati itu. Orang-orang yang men-

dapati diri mereka cenderung melampiaskan duka yang terlalu 

berlebih-lebihan bagi saudara-saudara mereka yang mening-

gal, dan yang tengah masuk ke dalam pencobaan itu, harus 

berjaga-jaga untuk tidak mencurahkan rasa kehilangan mere-

ka dengan duduk sendirian dan bersedih hati. Harus ada wak-

tu untuk bangkit dan meninggalkan jasad saudara mereka, 

dan berhenti berduka. Sebab, syukur kepada Tuhan , kebaha-

giaan kita tidak terikat pada hidup makhluk mana pun. Meng-

urus pemakaman bisa, seperti di sini, dimanfaatkan untuk 

mengalihkan dukacita atas kematian saudara kita untuk se-

mentara waktu, saat  dukacita kita mengancam akan mem-


 490

babi buta. Menangis jangan sampai menghambat kita untuk 

menabur.  

2. Alasan yang dikemukakannya kepada bani Het, yaitu sebagai 

berikut:  Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu, 

oleh sebab itu, aku tidak mempunyai persediaan, dan harus 

memohon dengan rendah hati kepada kalian untuk meminta 

sebuah kuburan.” Ini merupakan satu kesempatan yang di-

ambil Abraham untuk mengakui bahwa ia seorang asing dan 

peziarah di bumi. Ia tidak malu mengakuinya di depan umum 

seperti itu (Ibr. 11:13). Perhatikanlah, kematian saudara-sau-

dara kita haruslah mengingatkan kita bahwa dunia ini bukan-

lah rumah kita. jika  mereka pergi, katakanlah,  Kita juga 

akan pergi.”  

3.  Kegelisahannya sebelum perkara ini selesai, yang ditunjukkan 

dalam perkataan ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan 

dan menguburkan isteriku yang mati itu. Perhatikanlah, ke-

matian akan membuat yang selama hidup menjadi keinginan 

mata kita berubah menjadi tidak sedap dipandang mata. Wa-

jah yang dulu segar dan berseri menjadi pucat dan mengeri-

kan, dan pantas ditempatkan di dalam negeri kegelapan. Se-

lama Sara masih tampak dalam pandangannya, kesedihannya, 

yang ingin ia singkirkan, akan terus datang.  

II.  Tawaran yang murah hati yang diberikan bani Het kepadanya (ay. 

5-6). Mereka memujinya,  

1.  Dengan gelar kehormatan: Tuanku ini seorang raja agung di te-

ngah-tengah kami, begitulah kata yang digunakan. Tidak ha-

nya besar, namun  juga baik. Abraham menyebut dirinya sebagai 

orang asing dan pendatang. Mereka menyebutnya sebagai raja 

agung. Sebab, orang-orang yang merendahkan diri akan di-

tinggikan. Tuhan  sudah berjanji akan membuat nama Abraham 

besar.  

2. Dengan menawarkan sebuah kuburan terbaik yang mereka 

miliki. Perhatikanlah, bahkan terang alam sekalipun mengajar 

kita untuk berlaku sopan dan hormat kepada semua orang, 

walaupun mereka orang asing dan pendatang. Kemurahan hati 

yang mulia dari orang-orang Kanaan ini mempermalukan dan 

mengutuk ketertutupan, keegoisan, dan ketidakramahan ba-

nyak orang yang menyebut diri mereka sebagai orang-orang 

Kitab Kejadian 23:3-15 

 491 

Israel. Amatilah, orang-orang Kanaan ini akan senang men-

campur debu mereka dengan debu Abraham, dan mengakhiri 

hidup mereka seperti hidup Abraham.  

III. Usulan khusus yang diajukan Abraham kepada mereka (ay. 7-9). 

Ia membalas mereka dengan rasa terima kasihnya atas tawaran 

mereka yang baik itu dengan teramat sopan dan hormat. Meski-

pun seorang yang hebat, seorang tua, dan sekarang sedang ber-

kabung, ia mau saja bangkit berdiri dan sujud dengan rendah 

hati di hadapan mereka (ay. 7). Perhatikanlah, agama mengajar-

kan sikap perilaku baik. sebab  itu, orang-orang yang dengan da-

lih agama bersikap kasar serta kurang ajar berarti menyalahguna-

kan agama. Ia kemudian memilih kuburan di tempat yang menu-

rutnya paling nyaman, yaitu di gua Makhpela, yang mungkin ter-

letak di dekatnya, dan belum digunakan sebagai kuburan. Pemi-

liknya yang sekarang yaitu  Efron. Abraham tidak bisa mengakui 

bahwa ia mengenal baik orang itu, jadi ia ingin agar mereka yang 

mempunyai hubungan dengan Efron untuk berbicara dengan dia 

supaya kiranya Abraham bisa membeli gua itu dari Efron, beserta 

ladang di mana kuburan itu berada. Perhatikanlah, keinginan 

untuk mendapatkan apa yang nyaman bagi kita, janganlah sampai 

berlebihan, supaya jangan sampai dengan cara-cara yang tidak 

baik dan jujur, kita mengingini harta milik sesama kita seperti yang 

dilarang dalam perintah Tuhan  yang kesepuluh.  

IV. Hadiah ladang yang diberikan Efron kepada Abraham: Ladang itu 

kuberikan kepadamu (ay. 10-11). Abraham menyangka bahwa ia 

harus memohon kepada Efron agar Efron mau menjual ladang itu. 

namun , baru pertama masalah ladang disebutkan, tanpa harus 

dimohon, Efron memberi nya dengan cuma-cuma. Ada orang 

yang sangat murah hati lebih dibandingkan yang disangkakan orang. 

Abraham, tidak diragukan lagi, sebelumnya sudah memanfaatkan 

segala kesempatan untuk membantu tetangga-tetangganya, dan 

melayani mereka sesuai dengan kemampuannya. Dan sekarang 

mereka membalas kebaikannya: sebab siapa memberi minum, ia 

sendiri akan diberi minum. Perhatikanlah, jika orang-orang yang 

mengaku beragama menghiasi pengakuan mereka itu dengan ke-

sopanan dan kesiapsediaan yang sungguh-sungguh untuk meno-

long semua orang, maka mereka akan mendapati bahwa hal itu 


 492

akan berbalik bagi penghiburan dan keuntungan mereka sendiri, 

dan juga bagi kemuliaan Tuhan .    

V.  Penolakan Abraham yang bersahaja dan tulus terhadap tawaran 

Efron yang baik (ay. 12-13). Berlimpah rasa terima kasih diucap-

kannya kepada Efron untuk itu (ay. 12). Ia juga memberi  

penghormatannya kepada Efron di hadapan orang-orang di negeri 

itu, agar mereka semakin menghormati Efron dengan lebih lagi 

oleh sebab  penghormatan yang mereka lihat diberikan Abraham 

kepadanya (1Sam. 15:30). namun  ia tetap ingin membeli ladang itu 

dengan uang, bahkan dengan harga penuh. Bukan sebab  som-

bong Abraham menolak pemberian itu, atau sebab  ia tidak sudi 

berutang budi kepada Efron. Melainkan,  

1.  sebab  keadilan. Abraham kaya akan perak dan emas (13:2) 

dan mampu membeli ladang itu, dan oleh sebab itu, ia tidak 

ingin mengambil keuntungan dari kemurahan hati Efron. Per-

hatikanlah, kejujuran, seperti juga kehormatan, melarang kita 

untuk mengisap tetangga-tetangga kita dan memperdaya orang-

orang yang bermurah hati. Ayub mengingatnya dengan tenang, 

saat  ia miskin, bahwa ia tidak memakan habis hasilnya 

dengan tidak membayar (Ayb. 31:39).  

2.  sebab  kebijaksanaan. Ia ingin membayarnya supaya jangan 

Efron, saat  hatinya sudah tidak senang lagi, mencela dia de-

ngan hal itu, dan berkata, aku telah membuat Abram menjadi 

kaya (14:23), atau supaya jangan ahli waris Efron yang berikut-

nya mempertanyakan hak Abraham (sebab hadiah itu diberikan 

tanpa pertimbangan), dan menuntut kembali ladang itu. Demi-

kian pulalah Daud sesudah  itu menolak tawaran Arauna (2Sam. 

24:24). Kita tidak tahu pertentangan-pertentangan apa yang 

mungkin akan kita hadapi dari mereka yang sekarang berlaku 

teramat baik dan murah hati. 

VI. Harga ladang itu ditetapkan oleh Efron, namun  tidak dituntutnya: 

Sebidang tanah dengan harga empat ratus syikal perak (sekitar 

lima puluh poundsterling [pada zaman penulis – pen.], apa artinya 

itu bagi kita? (ay. 14-15). Ia lebih ingin membantu temannya dari-

pada harus mengantongi uang sebanyak itu. Dalam hal ini Efron 

mengungkapkan, 

Kitab Kejadian 23:16-20 

 493 

1.  Penghinaan besar terhadap kekayaan duniawi.  Apa artinya itu 

bagiku dan engkau? Itu perkara kecil, tidak layak dibicara-

kan.” Banyak orang akan berkata,  Itu uang yang sangat ba-

nyak, tidak muat di kantong.” namun  Efron berkata,  Apa arti-

nya itu?” Perhatikanlah, yaitu  hal yang patut dipuji jika  

orang memandang dengan rendah dan hina semua kekayaan di 

dunia ini. Kekayaan yaitu  barang yang akan lenyap, dan hidup 

manusia tidak bergantung dari kekayaannya (Luk. 12:15).  

2.  Kesopanan yang terpuji, dan sikap mau membantu teman dan 

tetangganya. Efron tidak dengki kepada Abraham sebagai pen-

datang asing, atau iri hati terhadapnya sebagai orang yang 

mungkin akan maju dan menjadi kaya. Ia tidak mempunyai 

maksud jahat kepadanya oleh sebab  ketaatan beribadahnya.  

Ia berlaku baik kepada Abraham jauh melebihi yang dilakukan 

kebanyakan orang sekarang ini terhadap saudara-saudara me-

reka sendiri: Apa artinya itu bagi kita? Perhatikanlah, hal-hal 

yang kecil janganlah sampai menimbulkan berat hati dan per-

tentangan di antara sahabat-sahabat sejati. jika  kita ter-

goda untuk menjadi panas hati dalam keinginan kita untuk 

membalaskan penghinaan, terlalu menuntut-nuntut hak-hak 

kita, atau bersikap keras dalam menolak kebaikan, maka kita 

harus menanggapi godaan itu dengan pertanyaan ini:  Apa 

artinya itu bagi kita dan teman kita?”   

Pemakaman Sara  

(23:16-20) 

16 Lalu Abraham menerima usul Efron, maka ditimbangnyalah perak untuk 

Efron, sebanyak yang dimintanya dengan didengar oleh bani Het itu, empat 

ratus syikal perak, seperti yang berlaku di antara para saudagar. 17 Demi-

kianlah ladang Efron, yang letaknya di Makhpela di sebelah timur Mamre, la-

dang dan gua yang di sana, serta segala pohon di ladang itu, bahkan di selu-

ruh tanah itu sampai ke tepi-tepinya, 18 diserahkan kepada Abraham menjadi 

tanah belian, di depan mata bani Het itu, di depan semua orang yang datang 

di pintu gerbang kota. 19 Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, 

di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di 

tanah Kanaan. 20 Demikianlah dari pihak bani Het ladang dengan gua yang 

ada di sana diserahkan kepada Abraham menjadi kuburan miliknya. 

Di sini kita mendapati akhir dari persepakatan antara Abraham dan 

Efron tentang kuburan itu. Tawaran itu dinyatakan secara umum di 

hadapan semua tetangga, dengan dilihat dan didengar oleh bani Het 

(ay. 16-17). Perhatikanlah, kebijaksanaan, seperti halnya keadilan, 


 494

menuntun kita untuk bersikap adil, terbuka, dan terang-terangan 

dalam menangani urusan-urusan kita. Kontrak-kontrak yang dibuat 

dengan curang akan membenci terang, dan memilih sembunyi-sem-

bunyi. namun  orang-orang yang jujur dalam tawar-menawar tidak pe-

duli siapa yang menyaksikan mereka. Hukum kita memperbolehkan 

penjualan dilakukan di pasar terbuka, dan pembelian dicatat dengan 

nota. Amatilah,  

1.  Abraham, tanpa menipu, berbuat curang, atau menunda-nunda 

waktu lebih lama lagi, membayarkan harga itu (ay. 16). Ia segera 

membayarnya, tanpa ragu-ragu. Ia membayarnya dengan harga 

penuh, tanpa dikurang-kurangi. Ia membayarnya dengan menim-

bang berat perak itu, uang yang berlaku di antara para pedagang 

pada waktu itu, tanpa menipu. Lihatlah betapa uang sejak dari 

dulu digunakan untuk melancarkan perdagangan. Dan lihatlah 

bagaimana seharusnya uang dibayarkan secara jujur sesuai yang 

seharusnya. Amatilah, walaupun seluruh tanah Kanaan yaitu  

milik Abraham menurut perjanjian, namun, waktu bagi dia untuk 

memilikinya belum tiba, jadi apa yang bisa dimilikinya sekarang, 

ia beli dan bayar. Perhatikanlah, kekuasaan tidak didasarkan 

pada anugerah. Hak orang-orang kudus atas warisan yang kekal 

tidak membuat mereka berhak memiliki dunia ini, atau mem-

benarkan mereka dalam berbuat salah.  

2.  Efron dengan jujur dan adil memberinya hak yang baik atas tanah 

itu (ay. 17-18, 20). Ladang itu, beserta segala isinya, diberikan 

kepada Abraham dan ahli-ahli warisnya untuk selama-lamanya, 

di depan pengadilan terbuka, bukan dengan tulisan (tampaknya 

tulisan belum digunakan pada waktu itu), melainkan dengan per-

nyataan yang begitu khidmat dan umum di depan para saksi yang 

cukup untuk mengesahkannya. Perhatikanlah, sama seperti apa 

yang dibeli harus dibayar dengan jujur, begitu pula apa yang di-

jual harus diberikan dengan jujur dan dijamin.  

3.  Abraham, sesudah  itu, mengambil ladang itu sebagai miliknya, dan 

menguburkan Sara di gua atau kubah (tidaklah pasti apakah ter-

bentuk secara alami atau dibuat sendiri) yang terdapat di ladang 

yang dibeli. Ada kemungkinan bahwa Abraham sudah mengubur-

kan hamba-hamba yang dulu bekerja untuk keluarganya sejak ia 

tiba di Kanaan, namun  kuburan rakyat jelata (2Raj. 23:6) mungkin 

sudah cukup untuk mereka. namun  sebab  sekarang Sara yang 

Kitab Kejadian 23:16-20 

 495 

meninggal, maka harus disediakan tempat khusus untuk jasad-

nya. Patut diperhatikan,  

(1) Bahwa kuburan yaitu  jengkal tanah yang pertama-tama di-

miliki Abraham di Kanaan. Perhatikanlah, saat  kita masuk 

ke dalam dunia, baik bagi kita untuk berpikir tentang kepergi-

an kita darinya. Sebab, begitu kita lahir, kita mulai mati.  

(2) Bahwa itu yaitu  satu-satunya bidang tanah yang pernah ia 

miliki, meskipun seluruh negeri itu sudah menjadi hak milik-

nya di masa depan. Orang-orang yang mempunyai harta paling 

sedikit di bumi akan mendapatkan sebuah kuburan di dalam-

nya. Abraham tidak menyediakan kota-kota, seperti Kain dan 

Nimrod, namun  sebuah makam,  

[1] Untuk selalu  mengingatkan dia dan keturunannya 

akan kematian, supaya dia dan mereka dapat belajar un-

tuk mati setiap hari. Makam ini dikatakan terletak di ujung 

ladang (ay. 9). Sebab, apa pun yang kita miliki, selalu ada 

makam di ujungnya.  

[2] Untuk menjadi tanda dari kepercayaan dan pengharapan-

nya akan kebangkitan. Sebab mengapa jasad harus diper-

lakukan dengan hati-hati seperti itu jika toh nantinya akan 

dibuang untuk selama-lamanya, dan tidak akan bangkit 

lagi? Abraham, dalam hal ini, berkata dengan jelas bahwa 

ia menantikan sebuah negeri yang lebih baik, yaitu, sebuah 

negeri sorgawi. Abraham puas dengan keadaannya yang 

masih harus berpindah-pindah, selama ia hidup, namun  ia 

juga menyediakan tempat di mana, jika  ia mati, jasad-

nya dapat beristirahat dalam pengharapan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  24  

ernikahan dan pemakaman yaitu  perubahan-perubahan di da-

lam keluarga, dan merupakan berita yang biasa terdengar di te-

ngah-tengah masyarakat. Dalam pasal sebelumnya, kita mendapati 

Abraham menguburkan istrinya, di sini kita mendapati dia menikah-

kan puteranya. Cerita-cerita tentang keluarganya ini, beserta rincian 

dari peristiwa-peristiwa kecil yang melingkupinya, disampaikan se-

cara panjang lebar, sementara sejarah tentang kerajaan-kerajaan du-

nia yang ada pada waktu itu, beserta segala pergolakannya, terkubur 

dalam kebisuan. Sebab, Tuhan mengenal orang-orang kepunyaan-

Nya. Pernikahan Ishak yang terjadi mengikuti pemakaman Sara (de-

ngan satu rujukan khusus padanya, ay. 67) menunjukkan kepada 

kita bahwa seiring  keturunan yang satu pergi, keturunan yang lain 

datang.” Dengan demikian kelangsungan baik dari kodrat manusia 

maupun kovenan ilahi tetap dijaga. Inilah,  

I.  Perhatian Abraham terhadap perkawinan anaknya, dan pe-

rintah yang diberikannya kepada hamba-hambanya berkena-

an dengan itu (ay. 1-9).  

II.  Perjalanan hambanya ke negeri asal Abraham, untuk men-

cari seorang istri bagi tuan mudanya dari antara sanak sau-

daranya sendiri (ay. 10-14).  

III. Pemeliharaan ilahi yang baik yang membawa hamba itu ber-

kenalan dengan Ribka, yang ayahnya yaitu  sepupu jauh 

Ishak (ay. 15-28).  

IV. Perjanjian pernikahan dengan saudara-saudaranya dibuat 

(ay. 29-49).  

V.  Persetujuan dari mereka diperoleh (ay. 50-60).  

VI. Pertemuan dan pernikahan yang membahagiakan antara Ishak 

dan Ribka (ay. 61, dst.). 


 498

Perintah-perintah Abraham kepada Hambanya  

(24:1-9) 

1 Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN 

dalam segala hal. 2 Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua 

dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: 

 Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, 3 supaya aku meng-

ambil sumpahmu demi TUHAN, Tuhan  yang empunya langit dan yang empu-

nya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri 

dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam. 4 namun  engkau 

harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil se-

orang isteri bagi Ishak, anakku.” 5 Lalu berkatalah hambanya itu kepadanya: 

 Mungkin perempuan itu tidak suka mengikuti aku ke negeri ini; haruskah 

aku membawa anakmu itu kembali ke negeri dari mana tuanku keluar?” 6 

namun  Abraham berkata kepadanya:  Awas, jangan kaubawa anakku itu 

kembali ke sana. 7 TUHAN, Tuhan  yang empunya langit, yang telah memanggil 

aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah 

berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, demikian: kepada ke-

turunanmulah akan Kuberikan negeri ini – Dialah juga akan mengutus ma-

laikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang 

isteri dari sana untuk anakku. 8 namun  jika perempuan itu tidak mau meng-

ikuti engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini; hanya 

saja, janganlah anakku itu kaubawa kembali ke sana.” 9 Lalu hamba itu me-

letakkan tangannya di bawah pangkal paha Abraham, tuannya, dan bersum-

pah kepadanya tentang hal itu. 

Tiga hal dapat kita amati di sini berkenaan dengan Abraham: 

I. Kepeduliannya terhadap seorang anak yang baik, untuk menikah-

kan dia, menikah dengan baik-baik. Sudah mendesak waktunya 

untuk memikirkan itu sekarang, sebab Ishak berumur sekitar em-

pat puluh tahun, dan sudah menjadi kebiasaan para bapa lelu-

hurnya untuk menikah pada usia tiga puluh, atau sebelumnya 

(11:14, 18, 22, 24). Abraham percaya akan janji bahwa keluarga-

nya akan dibangun, dan oleh sebab itu ia tidak bertindak secara 

terburu-buru. Tidak terburu-buru, namun  terlebih secara cepat-

cepat sebagaimana mestinya. Dua pertimbangan menggerakkan 

Abraham untuk memikirkan hal itu sekarang (ay. 1):  

1.  Bahwa ia sendiri kemungkinan akan meninggal dunia dengan 

segera, sebab ia telah tua dan lanjut umurnya, dan ia akan 

merasa puas bila melihat anaknya sudah hidup mapan se-

belum ia mati, dan,  

2.  Bahwa ia mempunyai harta yang banyak untuk ditinggalkan, 

sebab ia diberkati TUHAN dalam segala hal, dan berkat Tuhan 

menjadikan ia kaya. Lihatlah betapa agama dan kesalehan 

Kitab Kejadian 24:1-9 

 499 

berteman dengan kemakmuran lahiriah. Nah, kepedulian Abra-

ham yang saleh berkenaan dengan anaknya ini yaitu ,  

(1) Bahwa ia tidak boleh menikahi perempuan Kanaan, me-

lainkan harus salah seorang kerabatnya. Ia melihat bahwa 

orang-orang Kanaan merosot ke dalam kefasikan yang be-

sar, dan ia tahu melalui wahyu Tuhan  bahwa mereka diten-

tukan untuk hancur, dan oleh sebab itu ia tidak ingin meni-

kahkan anaknya dengan salah seorang dari mereka, supaya 

jangan mereka menjadi jerat bagi jiwanya, atau setidak-

tidaknya membawa noda pada namanya.  

(2) Bahwa untuk sekarang anaknya tidak boleh meninggalkan 

negeri Kanaan, untuk pergi sendiri ke tempat sanak sau-

daranya, sekalipun dengan tujuan untuk memilih seorang 

istri, supaya jangan ia tergoda untuk tinggal menetap di 

sana. Peringatan ini diberikan (ay. 6), dan diulangi (ay. 8). 

 Jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana, apa pun 

yang terjadi. Lebih baik dia tidak punya istri dibandingkan men-

jerumuskan dirinya sendiri ke dalam godaan itu.” Perhati-

kanlah, orangtua, dalam mengatur anak-anak mereka, ha-

ruslah dengan hati-hati mengutamakan kesejahteraan jiwa 

mereka, dan kemajuan mereka di jalan menuju sorga. 

Orang-orang yang melalui anugerah sudah terluput dari 

rusaknya dunia ini oleh hawa nafsu, dan sudah mendidik 

anak-anak mereka sebagaimana mestinya, harus berjaga-

jaga untuk tidak melakukan apa saja yang dengannya 

mereka bisa terlibat lagi, dan ditaklukkan di dalamnya 

(2Ptr. 2:20). Berhati-hatilah untuk tidak membawa mereka 

ke sana lagi (Ibr. 11:15). 

II. Perintah yang diberikannya kepada seorang hamba yang baik, 

mungkin Eliezer orang Damsyik itu, salah seorang yang perilaku, 

kesalehan, dan perhatiannya kepada Abraham dan keluarganya 

sudah lama dikenal Abraham. Abraham mempercayakan kepada 

dia urusan besar ini, dan bukan kepada Ishak sendiri, sebab  ia 

tidak mau Ishak pergi sama sekali ke negeri itu, namun  harus me-

nikah dari jauh melalui perantaraan wali. Dan tidak ada wali yang 

begitu pantas seperti pengurus rumahnya ini. Persoalan ini dise-

lesaikan antara tuan dan hambanya dengan sangat hati-hati dan 

sungguh-sungguh.  


 500

1. Hamba itu harus diikat dengan sumpah untuk berbuat se-

mampunya dalam mendapatkan seorang istri bagi Ishak dari 

antara sanak saudaranya (ay. 24). Abraham membuatnya ber-

sumpah untuk itu, baik sebagai jaminan bagi dirinya sendiri 

maupun untuk mengikat hambanya agar mengurus perkara 

ini dengan sehati-hati dan setekun mungkin. Demikianlah 

Tuhan  membuat hamba-hamba-Nya bersumpah untuk pekerja-

an mereka, supaya, sesudah  bersumpah, mereka dapat menja-

lankannya. Di sini ada kehormatan yang diberikan kepada 

Tuhan  yang kekal, sebab demi Dialah orang bersumpah, dan 

hanya kepada Dialah seruan-seruan harus dinyatakan. Dan 

sebagian orang berpikir bahwa ada juga kehormatan yang di-

berikan kepada kovenan sunat melalui upacara yang diguna-

kan di sini saat  hamba itu meletakkan tangannya di bawah 

pangkal paha Abraham. Perhatikanlah, sebab  sumpah meru-

pakan sebuah ketetapan upacara yang bukan hanya milik 

jemaat saja, namun  sudah merupakan hal yang biasa bagi umat 

manusia, maka sumpah itu harus diucapkan dengan tanda-

tanda yang sudah ditetapkan dan sudah biasa digunakan di 

negeri kita, untuk mengikat orang yang disumpah.  

2.  Ia harus dilepaskan dari sumpah ini jika, sesudah  ia berbuat 

semampunya, ia tidak berhasil. Ketentuan ini diajukan dengan 

bijak oleh si hamba (ay. 5), dalam kasus jika  perempuan 

itu tidak mau mengikutinya. Dan Abraham menerima perke-

cualian itu (ay. 8). Perhatikanlah, sumpah harus diucapkan 

dengan sangat hati-hati, dan perkara yang dijadikan sumpah 

harus dipahami dan dibatasi dengan benar, sebab merupakan 

suatu jerat bagi manusia kalau ia tanpa berpikir mengatakan 

 Kudus,” dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar, se-

mentara seharusnya itu dilakukan sebelumnya. 

III. Keyakinannya kepada Tuhan  yang baik, yang tidak diragukannya, 

akan memberi  keberhasilan kepada hambanya dalam pekerja-

an ini (ay. 7). Ia ingat bahwa Tuhan  secara menakjubkan telah 

membawa mereka keluar dari negeri asalnya, dengan panggilan 

anugerah-Nya yang berhasil guna. Dan oleh sebab itu, tidak dira-

gukan lagi bahwa Tuhan  akan membuatnya berhasil dalam usaha-

nya untuk tidak membawa anaknya ke sana lagi. Ia juga ingat 

akan janji yang sudah dibuat Tuhan  dan diteguhkan-Nya kepada 

Kitab Kejadian 24:10-28 

 501 

 dia bahwa Tuhan  akan memberi  tanah Kanaan kepada ketu-

runannya, dan dari situ ia menyimpulkan bahwa Tuhan  akan me-

restui usaha-usahanya untuk menjodohkan anaknya, bukan 

dengan salah seorang dari bangsa-bangsa yang tidak setia itu, 

melainkan dengan bangsa yang pantas untuk menjadi ibu dari ke-

turunannya itu.  Oleh sebab itu, janganlah takut. Ia akan meng-

utus malaikat-Nya berjalan di depanmu untuk membuat jalanmu 

berhasil.” Perhatikanlah,  

1.  Mereka yang dengan hati-hati tetap berjalan di jalan kewajib-

an, dan menguasai diri mereka sendiri dengan asas-asas aga-

ma dalam segala rancangan dan pekerjaan mereka, mempu-

nyai alasan yang baik untuk mengharapkan kelancaran dan 

keberhasilan dalam segala rancangan dan pekerjaan mereka 

itu. Tuhan  akan membuat usaha kita berakhir bagi penghibur-

an kita, jika di dalam usaha itu kita dengan tulus bertujuan 

untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya.  

2.  Janji-janji Tuhan , dan pengalaman-pengalaman kita sendiri, cu-

kup untuk mendorong kita agar bergantung kepada Tuhan , dan 

berharap kepada-Nya, dalam semua perkara hidup ini.  

3.  Malaikat-malaikat Tuhan  yaitu  roh-roh yang melayani, yang 

diutus, bukan hanya untuk melindungi, melainkan juga untuk 

membimbing ahli-ahli waris perjanjian (Ibr. 1:14).  Dia akan 

mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga tujuan-

mu akan tercapai.”  

Perjalanan Hamba Abraham  

(24:10-28) 

10 Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan pergi 

dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya; de-

mikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke kota Nahor. 11 Di sana 

disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu sumur, pada waktu 

petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar untuk menimba air. 12 

Lalu berkatalah ia:  TUHAN, Tuhan  tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai 

tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abra-

ham. 13 Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan pen-

duduk kota ini datang keluar untuk menimba air. 14 Kiranya terjadilah be-

gini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, 

supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga 

akan kuberi minum – dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, 

Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjuk-

kan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.” 15 Sebelum ia selesai berkata, maka 

datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor, 

saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya. 16 Anak gadis itu 


 502

sangat cantik parasnya, seorang perawan, belum pernah bersetubuh dengan 

laki-laki; ia turun ke mata air itu dan mengisi buyungnya, lalu kembali naik. 

17 Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata:  Tolong 

beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu.” 18 Jawabnya:  Minumlah, 

tuan,” maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta di-

berinya dia minum. 19 sesudah  ia selesai memberi hamba itu minum, berkata-

lah ia:  Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya 

puas minum.” 20 Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu 

ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air 

dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. 21 Dan orang itu mengamat-

amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah TUHAN membuat 

perjalanannya berhasil atau tidak. 22 sesudah  unta-unta itu puas minum, 

maka orang itu mengambil anting-anting emas yang setengah syikal berat-

nya, dan sepasang gelang tangan yang sepuluh syikal emas beratnya, 23 serta 

berkata:  Anak siapakah engkau? Baiklah katakan kepadaku! Adakah di 

rumah ayahmu tempat bermalam bagi kami?” 24 Lalu jawabnya kepadanya: 

 Ayahku Betuel, anak Milka, yang melahirkannya bagi Nahor.” 25 Lagi kata 

gadis itu:  Baik jerami, baik makanan unta banyak pada kami, tempat ber-

malam pun ada.” 26 Lalu berlututlah orang itu dan sujud menyembah 

TUHAN, 27 serta berkata:  Terpujilah TUHAN, Tuhan  tuanku Abraham, yang 

tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari tuanku itu; dan TUHAN 

telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara tuanku ini!” 28 Ber-

larilah gadis itu pergi menceritakan kejadian itu ke rumah ibunya. 

Hamba Abraham sekarang mulai berperan dalam cerita ini. Meskipun 

namanya tidak disebutkan, banyak hal dicatat di sini bagi kehormat-

annya, dan bagi teladan untuk semua hamba, yang akan mendapat 

kehormatan jika dengan melayani Tuhan  dan tuan mereka secara 

setia, mereka memperindah ajaran Kristus (bdk. Ams. 27:18 dan Tit. 

2:10). Sebab Tuhan tidak memandang orang (Kol. 3:24-25). Seorang 

hamba yang baik yang menjalankan kewajibannya dengan kesadaran 

hati nurani, dan melakukannya dalam rasa takut akan Tuhan , walau-

pun ia tidak mendapat peran penting di dalam dunia atau pujian dari 

manusia, akan diakui dan diterima Tuhan , dan mendapat pujian dari-

Nya. Amatilah di sini,   

I.   Bagaimana hamba Abraham membuktikan dirinya setia terhadap 

tuannya. sesudah  menerima perintah, ia bergegas pergi memulai 

perjalanannya, dengan membawa perlengkapan yang sesuai de-

ngan orang yang akan diajaknya berunding (ay. 10). Dan ia pergi 

dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuan-

nya, yakni, sebuah daftar atau rincian tentangnya, untuk ditun-

jukkan kepada orang-orang yang akan diajaknya berunding. Se-

bab, dari semula hingga akhir, ia mengutamakan kehormatan 

tuannya. sebab  Ishak merupakan pelambang Kristus, sebagian 

orang memandang penjemputan istri bagi Ishak ini melambang-

Kitab Kejadian 24:10-28 

 503 

kan pelamaran jemaat melalui perantaraan pelayan-pelayan 

Tuhan sebagai hamba-hamba-Nya. Jemaat yaitu  pengantin pe-

rempuan, mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kristus yaitu  

mempelai laki-laki, dan hamba-hamba Tuhan yaitu  sahabat 

mempelai laki-laki (Yoh. 3:29), yang bertugas untuk membujuk 

jiwa agar menerima Dia (2Kor. 11:2). Mempelai Kristus tidak boleh 

diambil dari orang-orang Kanaan, namun  dari antara sanak sauda-

ra-Nya sendiri, yang sudah lahir kembali dari atas. Hamba-hamba 

Tuhan, seperti hamba-hamba Abraham, harus mempersiapkan 

diri dengan hikmat dan kepedulian yang sebesar mungkin untuk 

melayani kepentingan Tuan mereka dalam hal ini. 

II.  Bagaimana hamba Abraham itu dengan saleh mengakui Tuhan  

dalam perkara ini, seperti salah seorang dari keluarga yang baha-

gia itu, yang diperintahkan Abraham supaya tetap hidup menurut 

jalan yang ditunjukkan TUHAN, dst. (18:19). Hamba itu tiba di 

awal sore hari (sesudah  menempuh perjalanan berhari-hari) di tem-

pat tujuannya, dan beristirahat di dekat sumur, untuk memikir-

kan bagaimana caranya ia mengatur urusannya sehingga menda-

pat hasil yang terbaik. Dan,  

1.  Ia mengakui Tuhan  dengan sebuah doa khusus (ay. 12-14), yang 

di dalamnya,  

(1) Ia memohonkan kelancaran dan keberhasilan dalam per-

kara ini: Buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini. 

Perhatikanlah, kita diperbolehkan menyampaikan perkara-

perkara kita secara terperinci, dan menyerahkannya pada 

pimpinan dan perhatian Tuhan  Sang Pemelihara. Orang yang 

ingin cepat mencapai tujuannya harus berdoa untuk itu. 

Hari ini, dalam perkara ini. Demikianlah kita, dalam segala 

laku kita, harus mengakui Tuhan  (Ams. 3:6). Dan, jika kita 

memandang kepada Tuhan  seperti itu dalam setiap pekerjaan 

yang kita urus, maka kita akan mendapat penghiburan kare-

na sudah menjalankan kewajiban kita, apa pun hasilnya.  

(2) Ia menyerukan kovenan Tuhan  dengan tuannya Abraham: 

TUHAN, Tuhan  tuanku Abraham, tunjukkanlah kasih setia-Mu 

kepada tuanku Abraham. Perhatikanlah, seperti halnya 

anak-anak dari orangtua yang baik, demikian pula hamba-

hamba dari tuan yang baik mendapat dorongan khusus 


 504

untuk meminta kelancaran dan keberhasilan dalam doa-

doa yang mereka persembahkan kepada Tuhan .  

(3) Ia mengusulkan sebuah tanda (ay. 14), bukan untuk mem-

batasi Tuhan  dengannya, atau dengan maksud tidak mau 

melanjutkan pekerjaannya jika ia tidak dituruti dalam hal 

ini. Melainkan, ini sebuah doa, 

[1] Agar Tuhan  menyediakan seorang istri yang baik bagi 

tuan mudanya, dan ini merupakan doa yang baik. Ia 

tahu bahwa isteri yang berakal budi yaitu  karunia 

TUHAN (Ams. 19:14), dan oleh sebab itu, untuk hal ini 

Tuhan  akan bersedia dimintai permohonan. Ia rindu agar 

istri tuan mudanya yaitu  seorang perempuan yang 

rendah hati dan rajin, terdidik untuk mengurus dan be-

kerja, dan bersedia mengulurkan tangannya untuk me-

lakukan pekerjaan apa saja yang harus dilakukan. Dan 

ia ingin agar calon istri itu mempunyai pribadi yang 

santun, dan ramah kepada orang asing. saat  ia pergi 

mencari seorang istri bagi tuan mudanya, ia tidak pergi 

ke tempat hiburan atau ke taman, dan berdoa agar ia 

menemui orang yang dimaksud di sana, melainkan ke 

sumur, dengan berharap akan menemukan seseorang di 

sana yang sedang sibuk bekerja.  

[2] Agar Tuhan  berkenan membuat jalan-Nya, dalam perkara 

ini, jelas dan terang di hadapannya, dengan membuat 

peristiwa-peristiwa kecil terjadi untuk kebaikannya. 

Perhatikanlah, pertama, yaitu  suatu penghiburan bagi 

orang baik, seperti juga kepercayaannya, bahwa pemeli-

haraan Tuhan  menjangkau sampai ke peristiwa-peristiwa 

yang kecil, dan secara menakjubkan memenuhi tujuan-

tujuannya sendiri melalui peristiwa-peristiwa itu. Waktu 

kita berada di tangan Tuhan . Bukan hanya peristiwa-

peristiwa itu sendiri, melainkan juga waktu terjadinya. 

Kedua, kita berhikmat, dalam segala urusan kita, apa-

bila kita mengikuti pemeliharaan Tuhan , dan kita ber-

buat bodoh, jika  kita memaksanya. Ketiga, yaitu  

suatu hal yang sangat diinginkan, dan sesuatu yang bo-

leh kita doakan, jika  kita selalu  menempatkan 

kehendak Tuhan  di hadapan kita sebagai pedoman hidup 

kita, agar Ia, melalui isyarat-isyarat pemeliharaan-Nya, 

Kitab Kejadian 24:10-28 

 505 

mengarahkan kita di jalan kewajiban kita, dan memberi 

kita petunjuk tentang apa yang dipikirkan-Nya. Demi-

kianlah Ia membimbing umat-Nya dengan mata-Nya 

(Mzm. 32:8), dan menuntun mereka di jalan yang rata 

(Mzm. 27:11). 

2.  Tuhan  mengakui dia dengan pemeliharaan-Nya secara khusus. 

Tuhan  menyatakan setuju dengan hal yang dimintanya, dan ter-

jadilah itu bagi dia (Ayb. 22:28). Terjadilah padanya menurut 

imannya. Jawaban untuk doa ini,  

(1) Diberikan dengan cepat – sebelum ia selesai berkata (ay. 

15), seperti juga yang tertulis dalam Yesaya 65:24, sebelum 

mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya. Walaupun 

kita berada di barisan paling belakang dalam berdoa, Tuhan  

berada di barisan paling depan dalam mendengarkan doa.  

(2) Memuaskan hatinya: orang pertama yang datang untuk 

menimba air itu, dalam segala hal, benar-benar sesuai de-

ngan keinginan hatinya.  

[1]  Ia begitu memenuhi syarat sehingga dalam segala hal ia 

sesuai dengan segala tabiat yang diinginkannya dalam 

diri seorang perempuan yang akan dijadikan istri tuan 

mudanya, cantik dan sehat, rendah hati dan rajin, sa-

ngat sopan dan ramah kepada orang asing, dan memi-

liki semua ciri kepribadian yang baik. saat  perem-

puan itu tiba di sumur (ay. 16), ia turun ke mata air dan 

mengisi buyungnya, lalu kembali naik dan pulang dengan 

buyungnya itu. Ia tidak berdiri memandangi orang asing 

itu dan unta-untanya, namun  mengurusi urusannya 

sendiri, dan ia tidak akan mengalihkan perhatiannya dari 

urusannya itu kecuali ada kesempatan untuk berbuat 

baik. Ia tidak mengajak orang itu bercakap-cakap kare-

na rasa penasaran atau sebab  rasa percaya diri, namun  

dengan bersahaja ia menjawab dia, dengan teramat san-

tun sebagaimana layaknya seorang perempuan. Betapa 

sudah merosotnya zaman kita sekarang ini, yang di da-

lamnya tampak semua contoh nyata dari kesombongan, 

kemewahan, dan kemalasan, kebalikan dari sifat Ribka, 

sifat yang hanya dimiliki sedikit anak perempuan seka-


 506

rang! Contoh-contoh kebaikan yang dihormati pada saat 

itu sekarang diejek.  

[2] Tuhan  Sang Pemelihara mengaturnya sedemikian rupa 

sehingga perempuan itu melakukan persis sesuai pe-

tunjuk yang diminta hamba Abraham, dan secara me-

nakjubkan mengikuti apa yang dimintanya. Perempuan 

itu tidak hanya memberinya minum, namun , lebih dari-

pada yang bisa diharapkan, ia menawarkan bantuannya 

untuk memberi minum unta-untanya, yang persis me-

rupakan tanda yang dimintanya. Perhatikanlah, pertama, 

Tuhan , dalam pemeliharaan-Nya kadang-kadang secara 

menakjubkan mendengar doa iman, dan memuaskan ke-

inginan-keinginan yang polos dari umat-Nya yang berdoa, 

bahkan dalam hal-hal kecil, agar Ia bisa menunjukkan 

betapa luasnya perhatian-Nya, dan bisa mendorong me-

reka untuk mencari Dia dan percaya kepada-Nya di 

sepanjang waktu. Namun, kita harus berjaga-jaga agar 

tidak terlalu lancang mengatur-atur Tuhan , supaya 

jangan peristiwa yang terjadi memperlemah iman kita, 

dan bukan menguatkannya. Kedua, sungguh baik jika 

kita memanfaatkan semua kesempatan untuk menun-

jukkan kepribadian yang rendah hati, sopan, dan mu-

rah hati, sebab , pada satu atau lain waktu, hal itu bisa 

saja berbalik menjadi kehormatan dan keuntungan 

yang lebih besar dibandingkan yang kita pikirkan. Sebagian 

orang dengan berbuat demikian telah menjamu malai-

kat-malaikat, dan Ribka dengan berbuat begitu, mele-

bihi apa yang diharapkannya pada waktu itu, dibawa ke 

dalam garis keturunan Kristus dan garis kovenan. 

Ketiga, mungkin saja ada kebaikan besar yang tak ter-

duga dalam apa yang hanya menuntut bayaran paling 

sedikit dari kita: Juruselamat kita menjanjikan imbalan 

untuk secangkir air sejuk (Mat. 10:42). Keempat, ber-

sesuaiannya pemeliharaan-pemeliharaan ilahi dengan 

peristiwa-peristiwa kecil yang melingkupinya, untuk se-

makin melancarkan urusan kita dalam hal apa saja, 

harus dicermati secara khusus, dengan rasa takjub dan 

syukur, bagi kemuliaan Tuhan : Orang itu mengamat-amati-

nya (ay. 21). Kita masih berkekurangan, baik dalam 

Kitab Kejadian 24:10-28 

 507 

melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapat 

penghiburan, jika  kita lalai mencermati pemelihara-

an ilahi.  

[3] sesudah  bertanya, ia mendapati, dengan rasa yang sa-

ngat puas, bahwa perempuan itu bersaudara dekat de-

ngan tuannya, dan bahwa ia berasal dari keluarga be-

sar, dan dapat menjamunya (ay. 23-25). Perhatikanlah, 

Tuhan  Sang Pemelihara kadang-kadang secara menak-

jubkan memimpin orang-orang yang dengan iman dan 

doa mencari bimbingan dari sorga dalam memilih pa-

sangan yang sesuai: pernikahan yang mungkin akan 

berbahagia yaitu  pernikahan yang dibuat dalam rasa 

takut akan Tuhan . Dan pernikahan ini, kita yakin, dibuat 

di sorga.   

3.  Ia mengakui Tuhan  dengan ucapan syukur secara khusus. Per-

tama-tama ia memberi  penghormatan kepada Ribka, dalam 

rasa terima kasihnya atas kesopanannya (ay. 22), dengan 

memberi dia perhiasan-perhiasan dan ikat pinggang yang se-

demikian rupa, yang tidak bisa dilupakan oleh seorang dara, 

terutama oleh seorang mempelai perempuan (Yer. 2:32). Na-

mun, bisa kita lihat, semuanya itu tidak pantas dikenakan 

bersama dengan kendi air. namun  anting-anting dan gelang ta-

ngan yang kadang-kadang dipakai Ribka tidak membuatnya 

berpikiran bahwa ia tidak layak mengerjakan pekerjaan-peker-

jaan seorang istri yang cakap (Ams. 31:13), yang senang 

bekerja dengan tangannya. Atau mengerjakan pelayanan-pela-

yanan seorang anak, yang sebelum akil balig, sedikit pun tidak 

berbeda dengan seorang hamba (Gal. 4:1). sesudah  berbuat 

demikian, hamba Abraham itu berubah dari rasa takjub (ay. 

21) menjadi menyembah: Terpujilah TUHAN, Tuhan  tuanku Abra-

ham (ay. 26-27). Amatilah di sini, 

(1) Ia sudah berdoa agar tujuannya tercapai (ay. 12), dan ka-

rena sekarang tujuannya sudah tercapai, ia mengucap syu-

kur. Perhatikanlah, apa yang kita menangkan dengan doa 

harus kita kenakan dengan pujian. Sebab segala rahmat 

yang dikabulkan sebagai jawaban bagi doa kita menempat-

kan kita di bawah kewajiban-kewajiban tertentu.  


 508

(2) Sampai saat ini ia cuma merasa terhibur dengan harapan 

akan datangnya rahmat, namun  tidak pasti dengan apa yang 

akan terjadi. Walaupun begitu, ia tetap mengucap syukur. 

Perhatikanlah, jika  kebaikan-kebaikan Tuhan  mendatangi 

kita, kita harus menyambutnya dengan puji-pujian kita.  

(3) Ia memuji Tuhan  atas keberhasilannya saat  ia mengadakan 

perundingan untuk tuannya. Perhatikanlah, kita harus ber-

syukur untuk rahmat yang diberikan kepada teman kita, sama 

seperti untuk rahmat yang diberikan kepada kita sendiri.  

(4) Ia bersyukur bahwa, saat  berada di tengah jalan, dan 

tidak tahu harus melangkah ke arah mana, Tuhan menun-

tunnya. Perhatikanlah, dalam kasus-kasus yang meragu-

kan, sangatlah menghibur jika kita melihat Tuhan  menun-

tun kita, seperti Ia menuntun umat Israel di padang gurun 

dengan tiang awan dan api.  

(5)  Ia merasa sangat berbahagia, dan mengakui Tuhan  di dalam 

kebahagiaannya itu, bahwa ia dituntun ke rumah saudara-

saudara tuannya, mereka yang sudah meninggalkan Ur-

Kasdim, meskipun belum sampai ke Kanaan, namun  tetap 

tinggal di Haran. Mereka bukanlah penyembah berhala, 

melainkan penyembah Tuhan  yang benar, dan berpihak 

pada agama yang dipeluk keluarga Abraham. Perhatikan-

lah, Tuhan  harus diakui dalam menyediakan pasangan yang 

sesuai, terutama pasangan yang seagama.  

(6) Ia mengakui bahwa Tuhan , dalam hal ini, tidak membiarkan 

tuannya kehilangan rahmat dan kebenaran-Nya. Tuhan  telah 

berjanji untuk membangun keluarga Abraham, namun ke-

luarga itu tampak kehilangan keuntungan dari janji itu. 

Namun, sekarang Tuhan  Sang Pemelihara sedang bekerja 

menuju penggenapannya. Perhatikanlah,  

[1] Hamba-hamba Tuhan  yang setia, betapapun mereka 

mungkin kehilangan penghiburan-penghiburan dunia-

wi, tidak akan pernah dibiarkan kehilangan rahmat dan 

kebenaran Tuhan . Sebab rahmat Tuhan  yaitu  mata air 

yang tak akan pernah habis, dan kebenaran-Nya yaitu  

benteng yang tak bisa diserang. 

[2] Berkat apa saja akan semakin membawa penghiburan 

jika kita melihat ada rahmat dan kebenaran Tuhan  terus 

mengalir dalam berkat itu. 

Kitab Kejadian 24:29-53 

 509 

Hamba Abraham Dijamu oleh Laban;  

Maksud dan Keperluan Hamba Abraham 

(24:29-53) 

29 Ribka mempunyai saudara laki-laki, namanya Laban. Laban berlari ke luar 

mendapatkan orang itu, ke mata air tadi, 30 sesudah dilihatnya anting-anting 

itu dan gelang pada tangan saudaranya, dan sesudah didengarnya perkataan 

Ribka, saudaranya, yang bunyinya:  Begitulah dikatakan orang itu kepada-

ku.” Ia mendapatkan orang itu, yang masih berdiri di samping unta-untanya 

di dekat mata air itu, 31 dan berkata:  Marilah engkau yang diberkati TUHAN, 

mengapa engkau berdiri di luar, padahal telah kusediakan rumah bagimu, 

dan juga tempat untuk unta-untamu.” 32 Masuklah orang itu ke dalam ru-

mah. Ditanggalkanlah pelana unta-unta, diberikan jerami dan makanan ke-

pada unta-unta itu, lalu dibawa air pembasuh kaki untuk orang itu dan 

orang-orang yang bersama-sama dengan dia. 33 namun  saat  dihidangkan 

makanan di depannya, berkatalah orang itu:  Aku tidak akan makan sebelum 

kusampaikan pesan yang kubawa ini.” Jawab Laban:  Silakan!” 34 Lalu ber-

katalah ia:  Aku ini hamba Abraham. 35 TUHAN sangat memberkati tuanku 

itu, sehingga ia telah menjadi kaya; TUHAN telah memberi  kepadanya 

kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak laki-laki dan perem-

puan, unta dan keledai. 36 Dan Sara, isteri tuanku itu, sesudah tua, telah 

melahirkan anak laki-laki bagi tuanku itu; kepada anaknya itu telah diberi-

kan tuanku segala harta miliknya. 37 Tuanku itu telah mengambil sumpahku: 

Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara pe-

rempuan Kanaan, yang negerinya kudiami ini, 38 namun  engkau harus pergi ke 

rumah ayahku dan kepada kaumku untuk mengambil seorang isteri bagi 

anakku. 39 Jawabku kepada tuanku itu: Mungkin perempuan itu tidak mau 

mengikut aku. 40 namun  katanya kepadaku: TUHAN, yang di hadapan-Nya