Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 12


 r dihancurkan dengan api yang 

tidak wajar (Yud. 1:7). Mereka menganiaya malaikat-malaikat de-

ngan perusuh-perusuh mereka, dan membuat Lot ketakutan, dan 

sekarang Tuhan  menganiaya mereka dengan badai-Nya, dan mem-

buat mereka ketakutan dengan puting-beliung-Nya (Mzm. 83:16). 

5. Itu dimaksudkan untuk penyataan tetap tentang murka Tuhan  ter-

hadap dosa dan orang-orang berdosa di segala zaman. sebab  itu, 

hukuman ini sering dirujuk dalam Alkitab, dan dijadikan pola 

untuk kehancuran Israel (Ul. 29:23), Babel (Yes. 13:19), Edom 

(Yer. 49:17-18), Moab dan Amon (Zef. 2:9). Bahkan, itu merupa-

kan lambang siksaan api kekal (Yud. 1:7), dan kehancuran semua 

yang hidup fasik (2Ptr. 2:6), terutama yang memandang rendah 

Injil (Mat. 10:15). Dengan merujuk pada kehancuran ini, tempat 

orang-orang yang dikutuk sering digambarkan dengan sebuah 

danau yang terbakar dengan api dan belerang, seperti Sodom. 

Dari situ marilah kita belajar tentang, 


 430

(1) Jahatnya dosa, dan sifatnya yang merugikan. Kejahatan meng-

arah kepada kehancuran. 

(2) Kengerian-kengerian dari Tuhan. Lihatlah betapa menakut-

kannya jika jatuh ke dalam tangan Tuhan  yang hidup! 

Kematian Istri Lot 

(19:26) 

26 namun  isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu 

menjadi tiang garam. 

Ini juga ditulis untuk memperingatkan kita. Juruselamat kita meru-

juk kepada bagian ini (Luk. 17:32), Ingatlah akan isteri Lot! Seperti 

dengan contoh Sodom orang jahat diperingatkan supaya berbalik dari 

kejahatan mereka, demikian pula dengan contoh istri Lot orang benar 

diperingatkan untuk tidak berbalik dari kebenaran mereka. Lihatlah 

Yehezkiel 3:18-20. Di sini kita temukan, 

I. Dosa istri Lot: namun  isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, meno-

leh ke belakang. Tampaknya ini merupakan suatu hal yang sepele 

saja, namun dengan melihat hukumannya kita yakin, bahwa itu 

yaitu  dosa yang besar, sangatlah besar. 

1. Dia tidak mematuhi perintah yang jelas, dan dengan demikian 

melakukan dosa yang sama dengan pelanggaran Adam, yang 

menghancurkan kita semua. 

2. Ketidakpercayaanlah yang mendasari perbuatannya itu. Dia 

meragukan bahwa Sodom akan dihancurkan, dan berpikir dia 

mungkin saja tetap selamat di dalamnya. 

3. Dia menoleh ke belakang kepada tetangga-tetangganya yang dia 

tinggalkan, dengan kekhawatiran yang lebih dari yang sepantas-

nya, sesudah  masa anugerah mereka berlalu, dan keadilan ilahi 

dimuliakan dalam kehancuran mereka. Lihatlah Yesaya 66:24. 

4. Mungkin dia sangat merindukan rumah dan barang-barang-

nya di Sodom, dan tidak rela meninggalkan semua itu. Kristus 

menyiratkan ini sebagai dosanya (Luk. 17:31-32), bahwa dia 

terlalu memperhatikan barang-barangnya. 

5. Sikapnya yang menoleh ke belakang itu menunjukkan dengan 

jelas kecenderungan hatinya untuk kembali. Oleh sebab  itu 

Kristus memakai nya sebagai peringatan terhadap kemur-

tadan dari pengakuan iman Kristen kita. Kita semua telah

Kitab Kejadian 19:27-29 

 431 

meninggalkan dunia dan keinginan daging, dan mengarahkan 

pandangan kita ke arah sorga. Kita sedang di lembah, dalam 

masa percobaan kita, dan berbahaya bagi kita jika kembali 

kepada kepentingan-kepentingan yang kita akui sudah kita 

tinggalkan. Mundur kembali berarti menuju hukuman kekal, 

dan menoleh ke belakang berarti mengarah ke sana. Sebab itu, 

baiklah kita waspada (Ibr. 4:1). 

II. Hukuman untuk istri Lot atas dosa ini. Dia mati sesaat  di tem-

pat, namun tubuhnya tidak terjatuh, melainkan berdiri kaku dan 

tegak seperti sebuah tiang, atau tugu peringatan. Tidak dapat 

rusak atau membusuk seperti tubuh manusia jika terkena udara, 

melainkan berubah menjadi suatu zat seperti logam yang akan 

tetap ada untuk selamanya. Mari, perhatikanlah kemurahan Tuhan  

dan juga kekerasan-Nya (Rm. 11:22). Terhadap Lot, yang terus 

maju ke depan, Tuhan  memberinya kemurahan. Terhadap istrinya, 

yang menoleh ke belakang, Tuhan  berlaku dengan keras. Walaupun 

dia berhubungan erat dengan seorang laki-laki yang benar, wa-

laupun dia lebih baik dibandingkan tetangga-tetangganya, dan walau-

pun penyelamatannya keluar Sodom merupakan sebuah monumen 

belas kasihan yang istimewa, namun Tuhan  tidak menutup mata 

terhadap ketidaktaatannya, sebab  hak-hak istimewa yang hebat 

tidak akan melindungi kita dari kemurkaan Tuhan  jika kita tidak 

memanfaatkannya dengan hati-hati dan setia. Tiang garam ini 

seharusnya menggarami kita. sebab  menoleh ke belakang itu sa-

ngat berbahaya, marilah kita selalu mendesak maju (Flp. 3:13-14). 

Abraham Mengamati Sodom dan Gomora 

(19:27-29) 

27 saat  Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, 

28 dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lem-

bah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai 

asap dari dapur peleburan. 29 Demikianlah pada waktu Tuhan  memusnahkan 

kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman 

Lot, maka Tuhan  ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari 

tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu. 

Persekutuan kita dengan Tuhan  terdapat dalam perhatian kita yang 

penuh syukur kepada-Nya dan perhatian-Nya yang penuh kemurah-

an hati kepada kita. Di sini kita menemukan persekutuan seperti itu 

antara Tuhan  dan Abraham, dalam peristiwa yang menyangkut So-


 432

dom, seperti sebelumnya saat  membicarakan tentang kota itu, 

sebab  persekutuan dengan Tuhan  harus dipertahankan dalam peme-

liharaan seperti juga dalam ketetapan. 

I. Di sini Abraham memberi  perhatian yang saleh kepada Tuhan  

pada peristiwa ini, dalam dua hal: 

1. Harapan yang penuh kepedulian pada peristiwa tersebut (ay. 

27). Abraham pagi-pagi pergi untuk melihat ke arah Sodom. Ini 

menyiratkan bahwa maksudnya di sini yaitu  untuk melihat 

hasil doanya. Dia pergi ke tempat yang sama dengan sewaktu 

dia berdiri di hadapan TUHAN, dan berdiri di sana seperti di 

atas menara pengawas (Hab. 2:1). Perhatikanlah, saat  kita 

telah berdoa, kita harus memperhatikan doa-doa kita, dan mem-

perhatikan keberhasilan doa-doa tersebut. Kita harus meng-

arahkan doa kita seperti sepucuk surat, dan lalu mencari jawab-

annya. Mengarahkan doa kita seperti sepucuk anak panah, lalu 

melihat untuk mengetahui apakah anak panah itu mengenai 

sasaran (Mzm. 5:4). Pertanyaan kita tentang berita harus diser-

tai harapan adanya jawaban bagi doa-doa kita. 

2. Sebuah pengamatan yang hebat tentang hal itu: Dia meman-

dang ke arah Sodom (ay. 28), tidak seperti pandangan istri Lot 

yang mencela penghukuman ilahi, melainkan dengan rendah 

hati mengagumi dan menyetujuinya. Demikianlah orang-orang 

kudus, saat  mereka melihat asap penyiksaan terhadap Babel 

naik sampai selama-lamanya (seperti asap dari Sodom), akan 

berkata berkali-kali, Haleluya! (Why. 19:3). Orang-orang yang 

pada masa anugerah telah sungguh-sungguh memohonkan 

pengampunan bagi orang-orang berdosa, pada hari penghakim-

an akan merasa puas melihat mereka binasa, dan akan memu-

liakan Tuhan  saat  mereka dihancurkan. 

II. Di sini Tuhan  memberi  perhatian yang istimewa kepada Abra-

ham (ay. 29). Seperti sebelumnya, saat  Abraham mendoakan 

Ismael, Tuhan  mendengarkan dia berkenaan dengan Ishak, demi-

kian pula saat itu, saat  dia mendoakan Sodom, Tuhan  mende-

ngarkan dia berkenaan dengan Lot. Tuhan  ingat kepada Abraham, 

lalu, demi dia, dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat 

yang ditunggangbalikkan itu. Perhatikanlah, 

Kitab Kejadian 19:30-38 

 433 

1. Tuhan  pasti akan memberi  jawaban damai sejahtera untuk 

doa yang disertai iman, dengan cara dan pada waktu-Nya sen-

diri. Walaupun, untuk sementara waktu, sepertinya doa itu di-

lupakan, namun cepat atau lambat akan nyata bahwa Tuhan  

ingat. 

2. Sanak-saudara dan teman-teman orang-orang saleh meng-

alami hal yang lebih baik sebab  kepedulian orang-orang saleh 

itu terhadap Tuhan  dan campur tangan mereka dengan Dia. Ka-

rena menghargai Abrahamlah maka Lot diselamatkan. Mung-

kin firman inilah yang mendorong Musa, lama sesudah  itu, un-

tuk berdoa (Kel. 32:13), Ingatlah kepada Abraham. Lihat juga 

Yesaya 63:11. 

Aib Lot 

(19:30-38)  

30 Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anak-

nya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka 

diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. 31 Kata kakaknya ke-

pada adiknya:  Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang 

dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. 32 Marilah kita beri 

ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyam-

bung keturunan dari ayah kita.” 33 Pada malam itu mereka memberi ayah 

mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan 

ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui saat  anaknya itu tidur dan 

saat  ia bangun. 34 Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: 

 Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri 

dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita 

menyambung keturunan dari ayah kita.” 35 Demikianlah juga pada malam itu

mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih 

muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui saat  

anaknya itu tidur dan saat  ia bangun. 36 Lalu mengandunglah kedua anak 

Lot itu dari ayah mereka. 37 Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-

laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. 38 Yang 

lebih muda pun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-

Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang. 

Di sini terdapat, 

I. Kesulitan dan kesusahan besar yang dialami Lot sesudah  penye-

lamatannya (ay. 30). 

1. Dengan ketakutan dia pergi keluar Zoar, tidak berani tinggal di 

sana. Mungkin sebab  dia sadar bahwa itu yaitu  tempat 

pengungsian yang dia pilih sendiri, dan dalam hal ini dia telah 

dengan bodohnya memerintah Tuhan , sehingga tidak yakin 


 434

dengan keselamatannya di situ. Atau sebab  dia menemukan 

bahwa kota itu sama jahatnya dengan Sodom, sehingga me-

nyimpulkan bahwa kota itu tidak akan bisa bertahan hidup di 

situ. Atau mungkin dia memperhatikan bahwa air naik dan 

bertambah, mungkin dari sungai Yordan, yang sesudah  keba-

karan besar mulai membanjiri lembah, bercampur dengan pu-

ing-puing, dan sampai tahap tertentu membentuk Laut Mati. 

Dengan air tersebut dia menyimpulkan Zoar pasti akan binasa 

(walaupun lolos dari api), sebab  berada di dataran yang sama. 

Perhatikanlah, pemukiman-pemukiman dan tempat-tempat 

perlindungan yang kita pilih sendiri, dan yang tidak mengikuti 

kehendak Tuhan , biasanya terbukti menyulitkan kita. 

2. Dia terpaksa pergi ke pegunungan, dan mencukupkan diri 

dengan sebuah gua sebagai tempat tinggalnya di sana. Menu-

rut saya aneh, bahwa dia tidak kembali kepada Abraham, dan 

menempatkan diri di bawah perlindungannya, yang pernah 

lebih dari sekali memberi keselamatan kepadanya. Namun ke-

benarannya yaitu , ada sebagian orang baik yang tidak cukup 

bijaksana untuk mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka 

sendiri. Perhatikanlah, 

(1) Sekarang dia dengan senang hati pergi ke pegunungan, 

tempat yang sudah Tuhan  tetapkan sebagai tempat perlin-

dungannya. Perhatikanlah, suatu hal yang baik jika keke-

cewaan sebab  jalan yang kita ambil akhirnya mendorong 

kita ke jalan Tuhan . 

(2) Beberapa waktu sebelumnya dia tidak dapat menemukan 

tempat yang cukup untuk dirinya dan ternaknya di seluruh 

daratan, namun harus berdesak-desakan dengan Abraham, 

lalu pergi sejauh mungkin darinya. Sekarang dia terjebak 

dalam sebuah lubang di pegunungan, hampir tidak punya 

ruang untuk memutar tubuhnya, dan di situ dia terpencil 

dan gemetaran. Perhatikanlah, suatu hal yang adil jika Tuhan  

menurunkan orang-orang yang menyalahgunakan kebebas-

an dan kelimpahan mereka, menjadi miskin dan terkekang. 

Lihatlah juga dalam diri Lot, apa yang ditimpakan orang ke-

pada dirinya sendiri, jika meninggalkan persekutuan orang-

orang kudus demi keuntungan-keuntungan duniawi. Mereka 

akan dipukul dengan tongkat mereka sendiri. 

Kitab Kejadian 19:30-38 

 435 

II. Dosa besar yang menjadi kesalahan Lot dan anak-anak perem-

puannya, saat  mereka berada di tempat yang terpencil ini. Ini 

yaitu  kisah yang menyedihkan. 

1. Anak-anak perempuannya membuat rencana yang sangat ja-

hat untuk melibatkan dia ke dalam dosa, dan dosa mereka ti-

dak diragukan lagi merupakan kesalahan yang lebih besar. 

Dengan berpura-pura menghibur semangat ayah mereka da-

lam keadaannya saat itu, mereka berusaha membuat dia ma-

buk, dan lalu tidur dengan dia (ay. 31-32). 

(1) Beberapa orang berpikir kepura-puraan mereka masuk 

akal. Ayah mereka tidak mempunyai anak laki-laki, mereka 

tidak memiliki suami, juga tidak tahu di mana mereka bisa 

mendapatkan keturunan yang kudus. Atau, jika mereka 

memiliki anak dari orang lain, nama ayah mereka tidak 

akan terpelihara melalui anak-anak mereka itu. Beberapa 

orang beranggapan mereka memikirkan Mesias, yang mere-

ka harapkan lahir dari keturunan ayah mereka. sebab , 

dia yaitu  keturunan anak Terah yang lebih tua, yang ter-

pisah dari keturunan Sem lainnya seperti Abraham, dan 

saat itu diselamatkan keluar dari Sodom secara luar biasa. 

Ibu mereka, dan anggota keluarga lainnya, sudah tidak ada 

lagi. Mereka tidak boleh menikah dengan orang-orang Ka-

naan yang terkutuk. Oleh sebab  itu mereka mengira bah-

wa tujuan yang mereka ingin capai dan situasi mendesak 

yang mereka alami akan membenarkan ketidakberesan itu. 

Demikianlah cendekiawan Monsieur Allix. Perhatikanlah, 

Maksud baik seringkali disalahgunakan untuk melindungi 

tindakan-tindakan buruk. Namun, 

(2) Apa pun kepura-puraan mereka, sudah pasti rancangan 

mereka sangat jahat dan keji, dan merupakan penghinaan 

yang lancang terhadap terang dan hukum alam yang se-

sungguhnya. Perhatikanlah, 

[1] Penglihatan tentang penghakiman Tuhan  yang paling 

dahsyat terhadap orang-orang berdosa itu sendiri, tan-

pa anugerah Tuhan , tidak akan menahan hati yang jahat 

melakukan perbuatan-perbuatan jahat. Memang meng-

herankan bagaimana api hawa nafsu dapat membakar 


 436

orang-orang yang baru saja menyaksikan sendiri api 

Sodom. 

[2] Kesendirian memiliki godaannya sendiri seperti juga ke-

bersamaan, khususnya untuk melakukan hal-hal yang 

tidak kudus. saat  Yusuf sendirian dengan nyonya 

tuannya, dia berada dalam bahaya (39:11). Sanak sau-

dara yang tinggal bersama, terutama jika terpencil, 

perlu hati-hati dan waspada terhadap pikiran jahat se-

perti ini sekecil apa pun, sebab  kalau tidak maka Iblis 

akan mengambil kesempatan. 

2. Lot sendiri, sebab  kebodohan dan ketidakwaspadaannya sen-

diri, dikalahkan dengan sangat menyedihkan, dan membiar-

kan dirinya diperdaya begitu jauh oleh anak-anaknya sendiri, 

dua malam bersama, mabuk, dan melakukan hubungan ba-

dan dengan anak-anaknya (ay. 33, dst.). Ya TUHAN, apakah 

manusia itu! Apalah manusia yang terbaik itu, jika Tuhan  me-

ninggalkan mereka sendiri! Lihatlah di sini, 

(1) Bahaya rasa aman. Lot bukan hanya menjaga dirinya tidak 

mabuk-mabukan dan tidak melakukan dosa seksual di 

Sodom, namun  terus meratapi kejahatan di tempat itu, dan 

bersaksi melawan tempat itu. namun  di pegunungan, saat  

sendirian, dan mengira sudah benar-benar keluar dari pen-

cobaan, dia dikalahkan dengan cara yang memalukan. Oleh 

sebab  itu barangsiapa menyangka, bahwa dia berdiri, tinggi 

dan teguh, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! Tidak ada gu-

nung, meskipun hampir setinggi gunung yang kudus, yang 

dapat membuat kita keluar dari jangkauan anak panah Iblis. 

(2) Bahaya kemabukan. Bukan saja kemabukan itu sendiri 

merupakan dosa besar, namun juga merupakan jalan ma-

suk bagi banyak dosa. Kemabukan terbukti merupakan ja-

lan masuk bagi dosa yang paling buruk dan paling tidak 

wajar, yang dapat menjadi luka dan aib yang kekal. Sangat 

baik cara Tuan Herbert menggambarkannya,  

Orang yang mabuk dapat membunuh ibunya 

Kurang ajar terhadap saudara perempuannya – 

Seorang laki-laki dapat melakukan itu tanpa ragu-ragu 

saat  sedang mabuk, dan saat  sadar tidak dapat mem-

bayangkannya tanpa merasa ngeri. 

Kitab Kejadian 19:30-38 

 437 

(3) Bahaya godaan dari sanak saudara dan teman-teman kita 

yang paling akrab, yang kita cintai, percayai, dan kita ha-

rapkan kebaikannya. Lot, yang penguasaan diri dan ke-

kudusan hidupnya tidak terkalahkan melawan pukulan-

pukulan kekuatan asing, tanpa terduga dijebak ke dalam 

dosa dan aib oleh pengkhianatan tercela anak-anak perem-

puannya sendiri. Kita harus takut terhadap jebakan di 

mana pun kita berada, dan selalu berjaga-jaga. 

3. Sebagai penutup kita mendapati laporan tentang kelahiran 

dua anak laki-laki, atau cucu (terserah Anda mau menyebut 

mereka apa), kepunyaan Lot, yaitu Moab dan Amon, bapa-ba-

pa dua bangsa, tetangga-tetangga Israel, dan yang sering kita 

baca di dalam Perjanjian Lama. Keduanya bersama-sama dise-

but sebagai bani Lot (Mzm. 83:9). Perhatikanlah, Walaupun ke-

lahiran-kelahiran yang menguntungkan dapat diperoleh akibat 

hubungan badan sesama saudara sekandung, namun itu tidak 

membenarkan perbuatan tersebut. Kelahiran demikian justru 

mengabadikan penghinaan dan mewariskan nama buruk ke-

pada keturunan. Sekalipun begitu, suku Yehuda, suku asal 

Tuhan kita, yaitu  keturunan dari kelahiran yang seperti itu, 

dan Rut, seorang Moab, disebut namanya dalam silsilah-Nya 

(Mat. 1:3, 5). 

Akhirnya, perhatikanlah bahwa sesudah  ini kita tidak pernah 

lagi membaca tentang Lot, atau apa yang terjadi dengan dirinya. 

Pastilah dia bertobat dari dosanya, dan diampuni. Namun dari 

kebisuan Alkitab tentang dia sejak itu, kita dapat belajar bahwa 

kemabukan, selain membuat orang menjadi pelupa, juga mem-

buat mereka dilupakan. Dan banyak nama yang seharusnya da-

pat dikenang dengan rasa hormat, sebab  kemabukan terkubur 

dalam penghinaan dan dilupakan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  20  

i sini kita kembali kepada kisah Abraham. Namun, bagian yang 

dicatat di sini bukanlah untuk kehormatannya. Batu-batu pua-

lam yang terindah ada cacatnya, dan selama ada noda-noda pada 

matahari, kita tidak bisa mengharapkan apa saja yang ada di bawah-

nya tak bernoda. Kitab Suci, harus ditegaskan, tidak berat sebelah 

dalam menceritakan noda-noda dari tokoh-tokohnya yang paling ter-

nama sekalipun. Di sini kita mendapati,  

I. Dosa Abraham dalam menyangkal istrinya, dan dosa Abime-

lekh pada kesempatan itu dalam mengambilnya menjadi istri-

nya (ay. 1-2). 

II. Percakapan Tuhan  dengan Abimelekh dalam mimpi, saat keja-

dian ini, yang di dalamnya Ia menunjukkan kepada Abime-

lekh kesalahannya (ay. 3), mendengar pembelaannya (ay. 4-6), 

dan menuntun dia untuk memulihkan keadaan seperti semu-

la (ay. 7).  

III. Percakapan Abimelekh dengan Abraham, yang di dalamnya 

Abimelekh menegur Abraham atas penipuan yang telah dila-

kukannya terhadap dia (ay. 8-10), dan Abraham berdalih un-

tuk itu sebisa mungkin (ay. 11-13).  

IV. Akhir yang baik dari cerita itu, yang di dalamnya Abimelekh me-

ngembalikan istri Abraham kepadanya (ay. 14-16), dan Abra-

ham, dengan doa, berhasil membujuk Tuhan  untuk menghapus-

kan penghakiman yang tengah menimpa Abimelekh (ay. 17-18). 

Abraham Menyangkal Istrinya  

(20:1-2) 

1 Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara 

Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. 2 Oleh sebab  Abra-


 440

ham telah mengatakan tentang Sara, isterinya:  Dia saudaraku,” maka Abi-

melekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara.  

Inilah,  

1.  Kepindahan Abraham dari Mamre, di mana ia sudah hidup se-

lama hampir dua puluh tahun, ke negeri orang-orang Filistin: Ia 

tinggal di Gerar (ay. 1). Kita tidak diberi tahu sebab  alasan apa ia 

pindah, entah sebab  ketakutan oleh hancurnya Sodom, atau ka-

rena sekarang negeri-negeri di sekitarnya ikut terkena dampak-

nya. Atau juga, seperti menurut sebagian penulis Yahudi, sebab  

ia sedih atas perbuatan Lot yang berhubungan badan dengan 

anak-anak perempuannya, dan atas cela yang ditimpakan orang-

orang Kanaan kepada dia dan agamanya, oleh sebab  kelakuan 

saudaranya itu. Tidak diragukan lagi, ada suatu alasan yang baik 

bagi kepindahannya ini. Perhatikanlah, di dunia di mana kita ada-

lah orang-orang asing dan peziarah, kita tidak bisa berharap akan 

selalu tinggal di tempat yang sama. Lagi pula, di mana pun kita 

tinggal, kita harus memandang diri kita hanya sebagai pendatang.  

2. Dosa Abraham dalam menyangkal istrinya, seperti sebelumnya 

(12:13), yang dengan sendirinya tidak saja merupakan perbuatan 

berdalih yang tidak ada bedanya dengan berbohong, dan yang, 

jika diperbolehkan, akan menghancurkan pergaulan antarsesama 

manusia dan menjadi pintu masuk bagi semua dusta, namun  juga 

yang membahayakan kemurnian dan kehormatan istrinya, yang 

seharusnya ia lindungi. namun , di samping itu, kesalahan itu di-

perberat secara berlipat ganda:  

(1) Ia sudah bersalah atas dosa yang sama ini sebelumnya, dan 

sudah ditegur sebab nya, serta diyakinkan akan kebodohan 

dari saran yang mendorongnya untuk berbuat demikian. Na-

mun, ia kembali melakukannya. Perhatikanlah, yaitu  suatu 

kemungkinan bahwa orang baik tidak saja bisa jatuh ke dalam 

dosa, melainkan juga kembali melakukan dosa yang sama, 

melalui godaan kuat yang datang secara mengejutkan dan 

melalui kelemahan daging. Jadi, hendaklah orang-orang yang 

murtad kembali bertobat, dan tidak berputus asa (Yer. 3:22).  

(2) Sara, tampaknya, sekarang sedang mengandung anak yang di-

janjikan itu, atau setidak-tidaknya, sedang berharap cepat-cepat 

mengandung, sesuai dengan firman Tuhan . Oleh sebab itu, ia ha-

rus menjaga dirinya dengan hati-hati sekarang (Hak. 13:4). 

Kitab Kejadian 20:3-7 

 441 

3.  Bahaya yang menimpa Sara oleh sebab  kebohongan ini: Raja 

Gerar, menyuruh mengambil Sara, dan membawanya ke dalam ru-

mahnya, untuk dikawininya. Perhatikanlah, dosa seseorang sering 

kali membuka jalan bagi dosa orang lain. Siapa yang merobohkan 

pagar perintah-perintah Tuhan  berarti membuka celah yang tidak 

ia ketahui berapa banyaknya. Permulaan dosa yaitu  seperti air 

yang terlepas dari sumbatnya.  

Tuhan  Berfirman kepada Abimelekh dalam Mimpi 

(20:3-7) 

3 namun  pada waktu malam Tuhan  datang kepada Abimelekh dalam suatu 

mimpi serta berfirman kepadanya:  Engkau harus mati oleh sebab  perem-

puan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami.” 4 Adapun Abime-

lekh belum menghampiri Sara. Berkatalah ia:  Tuhan! Apakah Engkau mem-

bunuh bangsa yang tak bersalah? 5 Bukankah orang itu sendiri mengatakan 

kepadaku: Dia saudaraku? Dan perempuan itu sendiri telah mengatakan: Ia 

saudaraku. Jadi hal ini kulakukan dengan hati yang tulus dan dengan ta-

ngan yang suci.” 6 Lalu berfirmanlah Tuhan  kepadanya dalam mimpi:  Aku 

tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, 

maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; 

sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia. 7 Jadi sekarang, 

kembalikanlah isteri orang itu, sebab dia seorang nabi; ia akan berdoa untuk 

engkau, maka engkau tetap hidup; namun  jika engkau tidak mengembalikan 

dia, ketahuilah, engkau pasti mati, engkau dan semua orang yang bersama-

sama dengan engkau. 

Tampak dari sini bahwa Tuhan  menyatakan diri-Nya melalui mimpi 

(yang membuktikan bahwa mimpi itu sendiri bersifat ilahi dan adi-

kodrati), bukan saja kepada hamba-hamba-Nya para nabi, melainkan 

juga bahkan kepada orang-orang yang berada di luar lingkup jemaat 

dan kovenan. Namun, biasanya, itu terjadi dalam kaitannya dengan 

umat Tuhan  sendiri, seperti dalam mimpi Firaun, dalam kaitannya 

dengan Yusuf, dalam mimpi Nebukadnezar, dengan Daniel, dan di 

sini, dalam mimpi Abimelekh, dengan Abraham dan Sara, sebab Ia 

menegur raja ini oleh sebab  mereka (Mzm. 105:14-15). 

I. Tuhan  memberitahukan Abimelekh tentang bahaya yang meng-

ancamnya (ay. 3), bahayanya untuk jatuh ke dalam dosa, dengan 

memberi tahu dia bahwa perempuan itu yaitu  istri orang, se-

hingga jika ia mengambilnya, ia akan berbuat salah kepada sua-

minya. Bahaya kematian yang mengancamnya sebab  dosa ini: 

Engkau harus mati. Dan jika  Tuhan  berkata demikian tentang 

seseorang, maka demikianlah jadinya orang itu. Perhatikanlah, 


 442

setiap orang yang berdosa dengan sengaja harus diberi tahu bah-

wa ia akan mati, sebagaimana penjahat yang dihukum mati, dan 

pasien yang penyakitnya mematikan, dikatakan demikian. Jika 

engkau jahat, pasti engkau akan mati.    

II. Ia menyerukan ketidaktahuannya bahwa Abraham dan Sara su-

dah sepakat untuk menipunya, dan tidak memberi tahu dia bah-

wa mereka lebih dari sepasang saudara (ay. 6). Lihatlah betapa 

orang bisa yakin berhadapan dengan Tuhan  jika  hatinya tidak 

menuduh dia (1Yoh. 3:21). Jika hati nurani kita bersaksi membela 

kelurusan hidup kita, dan bahwa, sekalipun mungkin kita terjerat 

oleh tipuan, kita tidak berdosa melawan Tuhan  secara sadar dan 

sengaja, maka itu akan menjadi sukacita kita pada hari kemalang-

an. Ia berseru kepada Tuhan  seperti yang sudah diperbuat Abraham 

(18:23). Apakah Engkau membunuh bangsa yang tak bersalah (ay. 

4). Ini bukan bangsa seperti Sodom, yang sudah sewajarnya dihan-

curkan, melainkan bangsa yang, dalam perkara ini, tidak bersalah.  

III. Tuhan  memberi  jawaban penuh terhadap apa yang sudah di-

katakan Abimelekh. 

1.  Ia mendengarkan seruannya, dan mengakui bahwa apa yang 

diperbuatnya itu ia perbuat dalam kelurusan hatinya: Aku 

tahu juga (ay. 6). Perhatikanlah, yaitu  suatu penghiburan 

bagi orang-orang jujur bahwa Tuhan  mengetahui kejujuran me-

reka, dan akan mengakuinya, meskipun orang-orang yang ber-

prasangka buruk terhadap mereka mungkin tidak dapat di-

yakinkan akan kejujuran mereka atau tidak mau mengakui 

bahwa mereka jujur.  

2.  Tuhan  memberi tahu dia bahwa ia dicegah untuk terus berbuat 

dosa hanya sebab  tangan Tuhan  yang baik yang menuntun-

nya: Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa ter-

hadap Aku. Dengan ini Abimelekh dicegah berbuat salah, 

Abraham dicegah menderita sebab  kesalahan, dan Sara di-

cegah dari kedua-duanya. Perhatikanlah,  

(1) Ada begitu banyak dosa yang sudah dirancangkan dan di-

rencanakan, namun  tidak pernah terlaksana. Seburuk apa 

pun keadaan di dunia ini, itu tidaklah seburuk sebagai-

mana yang ingin dijadikan oleh Iblis dan orang-orang fasik.  

Kitab Kejadian 20:3-7 

 443 

(2) Tuhan -lah yang menahan orang agar tidak berbuat kejahat-

an yang ingin mereka perbuat. Bukan sebab  Dia dosa ada, 

melainkan sebab  Dia dosa tidak menjadi lebih banyak, 

entah dengan kuasa-Nya atas pikiran manusia, yang mene-

gur kecondongan hati mereka pada dosa, atau dengan pe-

meliharaan-Nya, yang menghilangkan kesempatan untuk 

berbuat dosa.  

(3) yaitu  suatu rahmat yang besar bila kita dicegah berbuat 

dosa. Untuk ini Tuhan -lah yang harus mendapat kemuliaan, 

siapa pun yang menjadi alat pencegahnya (1Sam. 25:32-33). 

3.  Ia menyuruhnya untuk memulihkan keadaan seperti semula: 

Jadi sekarang, sebab  engkau sudah tahu lebih baik, kembali-

kanlah isteri orang itu (ay. 7). Perhatikanlah, ketidaktahuan 

tidak bisa lagi dijadikan alasan sesudah  orang yang bersangkut-

an tahu. jika  kita sudah masuk ke jalan yang salah sebab  

tidak tahu, maka ini tidak bisa dijadikan alasan untuk terus 

berjalan di dalamnya sesudah  kita tahu (Im. 5:3-5). Alasan-

alasan mengapa ia harus berlaku adil dan baik kepada Abra-

ham yaitu ,  

(1) sebab  dia seorang nabi, yang dekat dengan Tuhan  dan dika-

sihi-Nya, yang untuk dia Tuhan  secara khusus melibatkan 

diri-Nya. Tuhan  amat membenci kejahatan-kejahatan yang di-

lakukan terhadap para nabi-Nya, dan menganggapnya seba-

gai kejahatan yang diperbuat terhadap diri-Nya sendiri.  

(2) sebab  seorang nabi, ia akan berdoa untuk engkau. Ini 

yaitu  hadiah dari seorang nabi, dan itu hadiah yang baik. 

Di sini ditunjukkan bahwa doa seorang nabi besar kuasa-

nya, dan bahwa orang baik harus siap menolong dengan 

doa-doa mereka siapa saja yang membutuhkannya, dan, 

setidak-tidaknya harus memberi  balasan ini atas ke-

baikan yang telah diperbuat terhadap mereka. Abraham 

yaitu  pembuka jalan bagi masalah Abimelekh, dan oleh 

sebab itu demi keadilan ia wajib berdoa untuk Abimelekh.  

(3) Engkau sendiri yang akan terancam bahaya jika engkau 

tidak mengembalikannya: Ketahuilah, engkau pasti mati. 

Perhatikanlah, barangsiapa berbuat kesalahan, siapa pun 

dia, entah pangeran atau petani, pasti akan menanggung 

kesalahannya itu, kecuali ia bertobat dan memberi  gan-


 444

ti rugi (Kol. 3:25). Tak satu pun ketidakadilan yang dibiar-

kan lewat begitu saja oleh Tuhan , sekalipun gambar Kaisar 

dicapkan padanya.  

Perlakuan Abimelekh terhadap Abraham 

(20:8-13) 

8 Keesokan harinya pagi-pagi Abimelekh memanggil semua hambanya dan 

memberitahukan seluruh peristiwa itu kepada mereka, lalu sangat takutlah 

orang-orang itu. 9 Kemudian Abimelekh memanggil Abraham dan berkata ke-

padanya:  Perbuatan apakah yang kaulakukan ini terhadap kami, dan ke-

salahan apakah yang kulakukan terhadap engkau, sehingga engkau men-

datangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku? Engkau telah berbuat 

hal-hal yang tidak patut kepadaku.” 10 Lagi kata Abimelekh kepada Abraham: 

 Apakah maksudmu, maka engkau melakukan hal ini?” 11 Lalu Abraham ber-

kata:  Aku berpikir: Takut akan Tuhan  tidak ada di tempat ini; tentulah aku 

akan dibunuh sebab  isteriku. 12 Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak 

ayahku, hanya bukan anak ibuku, namun  kemudian ia menjadi isteriku. 13 Ke-

tika Tuhan  menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah 

aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah 

tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.  

Abimelekh, sebab  sudah diperingatkan Tuhan  seperti itu di dalam 

mimpi, menuruti peringatan itu, dan, sebagai orang yang benar-

benar takut pada dosa dan akibat-akibatnya, ia bangun pagi-pagi 

untuk mengikuti perintah-perintah yang sudah diberikan kepadanya. 

I.  Ia memperingatkan hamba-hambanya (ay. 8). Abraham sendiri 

tidak bisa lebih berhati-hati seperti Abimelekh dalam memberi  

perintah kepada seisi rumahnya dalam masalah ini. Perhatikan-

lah, orang-orang yang sudah diinsafkan Tuhan  akan suatu dosa 

dan bahaya harus memberi tahu orang lain apa yang telah diper-

buat Tuhan  bagi jiwa mereka, agar orang lain juga dapat tergugah 

dan mempunyai rasa takut yang kudus yang serupa.  

II. Ia menegur Abraham. Amatilah,  

1. Teguran sungguh-sungguh yang diberikan Abimelekh kepada 

Abraham (ay. 9-10). Bantahannya terhadap Abraham dalam hal 

ini sangat kuat, namun sangat lembut. Tidak ada yang bisa di-

katakan dengan lebih baik lagi. Ia tidak mencelanya, atau meng-

hinanya. Ia tidak berkata,  Inikah pekerjaanmu? Oh, aku 

mengerti, bersumpah engkau tidak mau, namun  berdusta eng-

kau mau. Jika ini yang dinamakan nabi, aku akan memohon 

untuk dijauhkan sejauh-jauhnya dari mereka.” Sebaliknya, ia

Kitab Kejadian 20:8-13 

 445 

 dengan adil menjelaskan kejahatan yang diperbuat Abraham 

kepadanya, dan dengan tenang menunjukkan kebenciannya 

akan hal itu.  

(1) Ia menyebutkan dosa apa yang didapatinya tengah meng-

ancam dia untuk berbuat dosa besar. Perhatikanlah, terang 

alami sekalipun mengajar orang bahwa dosa perzinahan 

yaitu  dosa yang sangat besar. Camkanlah ini. Sangat me-

malukan bagi banyak orang yang menyebut diri orang Kris-

ten, namun menganggap remeh dosa ini.  

(2) Ia memandang bahwa baik dirinya sendiri maupun kera-

jaannya akan terancam murka Tuhan  seandainya ia ber-

salah atas dosa ini, meskipun itu dilakukan sebab  ia tidak 

tahu. Perhatikanlah, dosa para raja sering kali mendatang-

kan tulah pada kerajaan mereka. Oleh sebab itu, para pe-

nguasa, demi rakyat mereka, harus ngeri terhadap dosa.  

(3) Ia menegur Abraham atas perbuatan yang tidak dibenar-

kan, dalam menyangkal pernikahannya. Hal ini dikatakan-

nya dengan adil, namun lembut. Ia tidak menyebutnya 

sebagai pembohong dan penipu, namun  memberi tahu dia 

bahwa ia telah berbuat hal-hal yang tidak patut. Perhatikan-

lah, berdalih dan menyembunyikan sesuatu, bagaimanapun 

itu dianggap ringan, yaitu  perbuatan yang amat buruk, 

dan sama sekali tidak diperbolehkan dalam hal apa saja. 

(4) Ia melihat bahaya besar bisa menimpa dirinya sendiri dan 

keluarganya, bahwa Abraham sampai menghadapkan me-

reka dengan dosa seperti itu:  Kesalahan apakah yang ku-

lakukan terhadap engkau? Jika aku ini musuh besarmu, 

janganlah membalas aku sedemikian jahatnya.” Perhati-

kanlah, kita harus menganggap mereka yang dengan cara 

apa pun menggoda atau menuntun kita pada dosa sebagai 

orang-orang yang melakukan kejahatan besar terhadap 

kita di dunia, sekalipun mereka berpura-pura sebagai te-

man, atau menawarkan apa yang cukup menyenangkan 

yang akan merusak sifat manusiawi kita.  

(5) Ia menantang Abraham untuk memberi alasan mengapa 

sampai Abraham mencurigai dia dan orang-orangnya se-

bagai orang yang berbahaya, sehingga orang jujur pun tidak 

boleh tinggal di antara mereka:  Apakah maksudmu, maka 

engkau melakukan hal ini? (ay. 10). Apa alasanmu untuk 


 446

berpikir bahwa seandainya kami mengetahui dia sebagai 

istrimu, maka engkau akan terancam bahaya sebab nya?” 

Perhatikanlah, kecurigaan orang lain terhadap kebaikan kita 

sudah sewajarnya dianggap sebagai penghinaan yang lebih 

besar dibandingkan penghinaan mereka terhadap kebesaran kita. 

2.  Alasan Abraham yang mengada-ada untuk berdalih bagi diri-

nya sendiri. 

(1)  Ia membela diri dengan berkata bahwa ia berpikiran buruk 

tentang tempat itu (ay. 11). Ia berpikir dalam hatinya sendiri 

(meskipun ia tidak bisa memberi  alasan yang baik untuk 

berpikiran seperti itu), bahwa  Takut akan Tuhan  tidak ada di 

tempat ini, dan sebab  itu mereka akan membunuhku.”  

[1] Hanya sedikit kebaikan yang bisa diharapkan jika  

tidak ada takut akan Tuhan . Lihat Mazmur 36:2.  

[2] Ada banyak tempat dan orang yang lebih punya rasa ta-

kut akan Tuhan  dibandingkan yang kita sangka. Mungkin me-

reka tidak disebut dengan nama kelompok kita, mereka 

tidak memakai lencana kita, mereka tidak memeluk 

pandangan kita. Dan oleh sebab itu, kita menyimpulkan 

bahwa mereka tidak mempunyai rasa takut akan Tuhan  

dalam hati mereka, yang sangat menyakiti Kristus mau-

pun orang-orang Kristen, dan membuat kita layak men-

dapat penghakiman Tuhan  (Mat. 7:1). 

[3] Sikap yang tak mengenal belas kasihan dan suka men-

cela orang lain yaitu  dosa yang menjadi penyebab dari 

banyak dosa lain. jika  orang sudah yakin bahwa si 

ini dan si itu tidak mempunyai rasa takut akan Tuhan , 

maka mereka berpikir bahwa mereka akan dibenarkan 

dalam berbuat hal-hal yang paling tidak adil dan paling 

tidak Kristiani terhadap mereka. Orang tidak akan ber-

buat jahat jika mereka tidak terlebih dahulu berpikiran 

jahat. 

(2) Abraham berdalih bahwa apa yang diperbuatnya itu tidak-

lah bohong seluruhnya, sebab  dalam arti tertentu, Sara 

memang saudaranya (ay. 12). Sebagian orang berpendapat 

bahwa Sara yaitu  saudari kandung Lot, seperti disebut-

kan dalam pasal 14:16 (KJV), Lot, saudaranya itu, meskipun 

Lot yaitu  sepupu Abraham. Dengan demikian Sara di-

Kitab Kejadian 20:14-18 

 447 

sebut saudaranya. namun  orang-orang yang diberi tahu 

bahwa ia saudaraku, memahami Sara sebagai saudari kan-

dungnya sehingga ia tidak bisa menjadi istri Abraham. 

Jadi, itu merupakan kebohongan yang disengaja, dengan 

niat untuk menipu. 

(3) Ia membersihkan dirinya dari tuduhan merancangkan peng-

hinaan kepada Abimelekh dalam berbuat demikian dengan 

menyatakan bahwa itu sudah dia lakukan lama sebelumnya, 

sesuai dengan persepakatan antara dia dan istrinya, saat  

mereka pertama kali tinggal sebagai pendatang (ay. 13): 

 saat  Tuhan  menyuruh aku mengembara keluar dari rumah 

ayahku, pada saat itulah kami menetapkan perkara ini.” 

Perhatikanlah,  

[1] Tuhan  harus diakui dalam pengembaraan kita ke segala 

tempat.  

[2] Orang-orang yang bepergian jauh, dan banyak bergaul 

dengan orang-orang asing, mereka perlu cerdik seperti 

ular, namun  harus selalu  diimbangi dengan ketulus-

an seekor merpati. Mungkin, dari semua yang saya ke-

tahui, saya bisa mengusulkan pendapat bahwa Tuhan  

tidak memberi Abraham dan Sara berkat anak sedemi-

kian lama untuk menghukum mereka atas persepakatan 

yang berdosa ini. Jika mereka tidak mau mengakui 

perkawinan mereka, mengapa Tuhan  harus mengakuinya? 

namun  kita bisa menduga bahwa, sesudah  teguran yang 

diberikan Abimelekh kepada mereka ini, mereka sepakat 

untuk tidak akan melakukannya lagi, dan kemudian kita 

pun membaca (21:1-2) bahwa Sara mengandung.  

Kebaikan Abimelekh kepada Abraham 

(20:14-18) 

14 Kemudian Abimelekh mengambil kambing domba dan lembu sapi, hamba 

laki-laki dan perempuan, lalu memberi  semuanya itu kepada Abraham; 

Sara, isteri Abraham, juga dikembalikannya kepadanya. 15 Dan Abimelekh 

berkata:  Negeriku ini terbuka untuk engkau; menetaplah, di mana engkau 

suka.” 16 Lalu katanya kepada Sara:  Telah kuberikan kepada saudaramu se-

ribu syikal perak, itulah bukti kesucianmu bagi semua orang yang bersama-

sama dengan engkau. Maka dalam segala hal engkau dibenarkan.” 17 Lalu 

Abraham berdoa kepada Tuhan , dan Tuhan  menyembuhkan Abimelekh dan 

isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan 


 448

anak. 18 Sebab tadinya TUHAN telah menutup kandungan setiap perempuan 

di istana Abimelekh sebab  Sara, isteri Abraham itu. 

Inilah,  

I. Kebaikan seorang raja yang ditunjukkan Abimelekh kepada Abra-

ham. Lihatlah betapa tidak adilnya kecemburuan-kecemburuan 

Abraham. Ia membayangkan bahwa seandainya mereka tahu 

kalau Sara yaitu  istrinya, maka mereka akan membunuhnya. 

namun , saat  mereka benar-benar mengetahuinya, bukannya 

membunuh dia, mereka malah bersikap baik kepadanya. Setidak-

tidaknya mereka berbuat demikian sebab  ketakutan oleh tegur-

an-teguran ilahi yang menimpa mereka.  

1. Ia memberi  izinnya sebagai raja kepada Abraham untuk 

menetap di mana pun ia suka di negerinya, dan membujuknya 

untuk tinggal sebab ia memberi Abraham banyak pemberian 

kerajaannya, yaitu (ay. 14) kambing domba dan lembu sapi, 

dan (ay. 16) seribu syikal perak. Semua ini diberikannya saat  

ia mengembalikan Sara, entah,  

[1] Untuk membayar kejahatan yang telah dilakukannya, da-

lam membawa Sara ke dalam rumahnya. saat  orang-

orang Filistin mengembalikan tabut perjanjian, sesudah  ter-

kena tulah sebab  menahannya, mereka mengirimkan 

sebuah pemberian bersamanya. Hukum Taurat menentu-

kan bahwa jika  orang membayar ganti rugi, maka harus 

ada tambahannya (Im. 6:5). Atau,  

[2] Untuk mendorong Abraham agar berdoa baginya. Bukan 

berarti bahwa seolah-olah doa bisa diperjual-belikan, namun  

bahwa kita harus berusaha bersikap baik kepada mereka 

yang kebaikan-kebaikan rohaninya kita tuai (1Kor. 9:11). 

Perhatikanlah, kita berhikmat jika  kita berusaha menda-

patkan dan menjaga kepentingan dengan orang-orang yang 

mempunyai kepentingan di sorga. Juga, untuk menjadikan 

sebagai sahabat kita orang-orang yang menjadi sahabat-

sahabat Tuhan .  

[3] Ia memberi  kepada Sara ajaran yang baik, memberi 

tahu dia bahwa suaminya (di sini ia menyebutnya sau-

daranya, untuk menegur Sara sebab  memanggil Abraham 

seperti itu) harus menjadi bagi dia sebuah bukti kesucian-

Kitab Kejadian 20:14-18 

 449 

nya (KJV: tudung mata – pen.), maksudnya, dia tidak boleh 

melirik orang lain, atau ingin dilirik siapa pun. Perhati-

kanlah, pasangan hidup harus menjadi tudung mata bagi 

satu sama lain. Perjanjian nikah yaitu  perjanjian dengan 

mata, seperti pernikahan Ayub (Ayb. 31:1, KJV; TB: syarat 

bagi mata – pen.). 

II. Kebaikan seorang nabi yang ditunjukkan Abraham kepada Abime-

lekh: Abraham berdoa untuk dia (ay. 17-18). Kehormatan ini ingin 

diberikan Tuhan  kepada Abraham bahwa, walaupun Abimelekh 

sudah mengembalikan Sara, namun penghakiman yang menimpa 

Abimelekh hanya bisa dihapus oleh doa Abraham, dan tidak sebe-

lum itu. Demikian pulalah Tuhan  menyembuhkan Miryam, saat  

Musa, yang paling ditentangnya, berdoa bagi dia (Bil. 12:13). Dan 

demikian pulalah teman-teman Ayub dikembalikan lagi kepada-

nya saat  dia, yang sudah mereka buat bersedih, berdoa bagi 

mereka (Ayb. 42:8-10), dan dengan demikian, seolah-olah, ter-

serah Ayub apakah ia ingin berdamai dengan mereka. Perhatikan-

lah, doa orang baik bisa menjadi suatu kebaikan bagi orang besar, 

dan harus dihargai. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  2 1   

Dalam pasal ini kita temui,  

I. Ishak, anak perjanjian yang dilahirkan ke dalam keluarga 

Abraham (ay. 1-8).  

II. Ismael, anak si hamba perempuan, yang diusir dari keluarga 

itu (ay. 9-21).  

III. Ikatan perjanjian antara Abraham dan tetangganya, Abime-

lekh (ay. 22-32).  

IV. Ibadah Abraham kepada Tuhan nya (ay. 33).  

Kelahiran Ishak 

 (21:1-8)

1 TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN 

melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. 2 Maka mengandunglah 

Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa 

tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Tuhan  ke-

padanya. 3 Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang di-

lahirkan Sara baginya. 4 Kemudian Abraham menyunat Ishak, anaknya itu, 

saat  berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Tuhan  kepadanya. 5 

Adapun Abraham berumur seratus tahun, saat  Ishak, anaknya, lahir bagi-

nya. 6 Berkatalah Sara:  Tuhan  telah membuat aku tertawa; setiap orang yang 

mendengarnya akan tertawa sebab  aku.” 7 Lagi katanya:  Siapakah tadinya 

yang dapat mengatakan kepada Abraham: Sara menyusui anak? Namun aku 

telah melahirkan seorang anak laki-laki baginya pada masa tuanya.” 8 Ber-

tambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan per-

jamuan besar pada hari Ishak disapih itu. 

Yang lama ditunggu akhirnya datang juga. Penglihatan tentang ke-

turunan yang dijanjikan itu yaitu  untuk suatu waktu yang ditetap-

kan, dan sekarang, pada akhirnya, penglihatan itu berbicara, dengan 

tidak berdusta. Hanya sedikit orang dalam Perjanjian Lama yang 

lahir ke dalam dunia dengan begitu diharap-harapkan seperti Ishak, 

bukan sebab  di masa depan ia akan menjadi orang besar, melainkan 


 452

sebab  ia akan menjadi, persis dalam kelahiran ini, pelambang Kris-

tus, keturunan yang sudah begitu lama dijanjikan oleh Tuhan  yang 

kudus itu dan yang sudah begitu lama diharap-harapkan oleh orang-

orang kudus. Dalam cerita tentang hari-hari pertama Ishak ini kita 

dapat mengamati,  

I.   Penggenapan janji Tuhan  dalam dikandung dan dilahirkannya Ishak 

(ay. 1-2). Perhatikanlah, pemeliharaan-pemeliharaan Tuhan  akan 

terlihat amat baik dan amat cemerlang bila kita membandingkan-

nya dengan firman-Nya, dan bila kita mengamati bagaimana Tuhan , 

dalam semua pemeliharaan itu, bertindak seperti yang sudah dika-

takan-Nya, seperti yang sudah diucapkan-Nya.  

1.  Ishak dilahirkan sesuai dengan janji itu. Tuhan melawat Sara 

dalam belas kasihan, seperti yang sudah dikatakan-Nya. Per-

hatikanlah, tidak satu pun dari firman Tuhan  akan jatuh ke 

tanah dengan sia-sia. Sebab Dia yang telah berjanji yaitu  

setia, dan kesetiaan Tuhan  merupakan penopang dan penyo-

kong iman umat-Nya. Ia lahir pada waktu yang telah ditetap-

kan, sesuai dengan firman Tuhan  (ay. 2). Perhatikanlah, Tuhan  

selalu tepat waktu. Walaupun belas kasihan yang dijanjikan-

Nya tidak datang pada waktu yang kita tetapkan, belas ka-

sihan itu pasti akan datang pada waktu yang Dia tetapkan, 

dan itulah waktu yang terbaik.  

2.  Ia lahir atas kekuatan janji: sebab  iman Sara beroleh kekuat-

an untuk menurunkan anak cucu (Ibr. 11:11). Oleh sebab itu, 

sebab  janji, Tuhan  memberi  kekuatan itu. Bukan sebab  

kekuatan pemeliharaan ilahi secara umum, melainkan sebab  

kekuatan janji secara khusus Ishak dilahirkan. Hukuman 

mati, seolah-olah, dijatuhkan atas penyebab-penyebab alami: 

Abraham sudah tua, dan Sara pun demikian, dan keduanya 

pada dasarnya seperti tinggal menuju ajal. namun  kemudian 

firman Tuhan  mengambil alih. Perhatikanlah, orang yang sung-

guh-sungguh percaya, berdasarkan kekuatan janji-janji Tuhan , 

dimampukan untuk melakukan apa yang melampaui kekuat-

an kodrat manusia, sebab olehnya mereka mengambil bagian 

dalam kodrat ilahi (2Ptr. 1:4). 

Kitab Kejadian 21:1-8 

 453 

II. Ketaatan Abraham terhadap perintah Tuhan  berkenaan dengan Ishak.  

1.  Ia memberinya nama, sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan  

kepadanya (ay. 3). Tuhan  mengarahkannya pada sebuah nama 

untuk dikenang, Ishak, tertawa. Dan Abraham, yang bertugas 

untuk memberi nama, memberinya nama itu, meskipun ia 

mungkin sudah berniat memberi  sebuah nama lain dengan 

arti yang lebih megah. Perhatikanlah, sudah sepatutnya ke-

mewahan temuan manusia selalu tunduk pada kedaulatan 

dan kesederhanaan ketetapan ilahi. Namun, ada alasan yang 

baik untuk nama itu, sebab,  

(1) saat  Abraham menerima janji berkenaan dengan anak 

itu, ia tertawa sebab  gembira (17:17). Perhatikanlah, apa-

bila surya penghiburan terbit atas jiwa, maka sungguh baik 

jika kita mengingat betapa kita menantikan fajar yang me-

rekah, dan betapa dengan kegembiraan yang meluap kita 

menggenggam janji itu erat-erat.  

(2) saat  Sara menerima janji itu, ia tertawa sebab  tidak per-

caya dan malu-malu. Perhatikanlah, jika  Tuhan  memberi 

kita rahmat yang untuknya kita sudah mulai kehilangan 

harapan, maka kita harus mengingat dengan rasa sedih 

dan malu akan ketidakpercayaan kita yang berdosa ter-

hadap kuasa dan janji Tuhan , saat  kita sedang mengejar-

ngejar rahmat itu.  

(3) Ishak sendiri, sesudah  itu, ditertawakan oleh Ismael (ay. 9), 

dan mungkin namanya memberi tahu dia untuk bersiap-

siap menghadapinya. Perhatikanlah, orang-orang kesayang-

an Tuhan  sering kali menjadi bahan tertawaan dunia.  

(4) Janji yang tidak hanya akan dimilikinya sebagai seorang 

anak, melainkan juga sebagai seorang ahli waris, akan 

menjadi sukacita bagi semua orang kudus di sepanjang 

zaman, dan akan memenuhi mulut mereka dengan tertawa.  

2.  Abraham menyunat Ishak (ay. 4). sebab  kovenan sudah di-

tetapkan dengan Ishak, maka meterai kovenan dicapkan pada-

nya. Dan walaupun itu yaitu  ketetapan yang berdarah, dan 

dia yaitu  anak kesayangan, namun ketetapan itu tidak boleh 

dihapuskan, atau bahkan ditunda melebihi delapan hari. Tuhan  

sudah menghitung waktu dalam menggenapi janji itu, dan oleh 


 454

sebab itu, Abraham harus menghitung waktu dalam mematuhi 

perintah-Nya.   

III. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh rahmat ini kepada Sara. 

1.  Rahmat itu memenuhinya dengan sukacita (ay. 6):  Tuhan  telah 

membuat aku tertawa. Ia telah memberiku alasan maupun hati 

untuk bergembira.” Seperti itu jugalah ibu Tuhan kita bergem-

bira (Luk. 1:46-47). Perhatikanlah,  

(1) Tuhan  mengaruniakan rahmat kepada umat-Nya untuk mem-

besarkan sukacita mereka dalam bekerja dan melayani Dia. 

Dan, apa pun yang membuat kita bersukacita, Tuhan  harus-

lah diakui sebagai Pembawa sukacita, kecuali kalau itu ter-

tawa orang bodoh.  

(2) jika  rahmat sudah lama ditunda, semakin disambutlah 

ia bila datang. 

(3) Rahmat apa saja akan semakin bertambah menghibur apa-

bila teman-teman kita bergembira bersama kita di dalam-

nya: Setiap orang yang mendengarnya akan tertawa sebab  

aku (KJV: akan tertawa bersama-sama denganku – pen.). 

Sebab tertawa cepat menular. Lihat Lukas 1:58. Orang lain 

akan bergembira melihat contoh dari kuasa dan kebaikan 

Tuhan  ini, dan didorong untuk percaya kepada-Nya. Lihat 

Mazmur 119:74. 

2.  Rahmat itu memenuhinya dengan rasa takjub (ay. 7). Amatilah 

di sini,  

(1) Apa yang dianggapnya begitu menakjubkan: Bahwa Sara 

menyusui anak, bahwa ia tidak hanya akan mengandung, 

namun  juga menjadi begitu kuat dan sehat di masa tuanya 

sehingga bisa menyusui anak. Perhatikanlah, ibu-ibu, jika 

mereka mampu, harus menyusui anak-anak mereka sen-

diri. Sara yaitu  seorang yang terpandang, dan sudah tua. 

Menyusui bisa membahayakan dirinya sendiri, atau anak-

nya, atau kedua-duanya. Ia, tidak diragukan lagi, bisa me-

milih inang-inang pengasuh di dalam keluarganya sendiri: 

namun, ia mau menjalankan kewajibannya dalam perkara 

ini. Dan anak-anak perempuannya akan menjadi istri-istri 

yang baik jika  mereka pun berbuat baik seperti itu 

(1Ptr. 3:5-6). Lihat Ratapan 4:3.  

Kitab Kejadian 21:1-8 

 455 

(2) Bagaimana ia mengungkapkan rasa takjubnya:  Siapakah 

tadinya yang dapat mengatakan itu? Ini sangat tidak mung-

kin, hampir mustahil, sehingga jika yang mengatakannya 

orang lain selain Tuhan , kami tidak dapat mempercayainya.” 

Perhatikanlah, kebaikan-kebaikan Tuhan  terhadap umat ko-

venan-Nya yaitu  sedemikian rupa sehingga melampaui 

pemikiran-pemikiran dan pengharapan-pengharapan baik 

dari diri mereka sendiri maupun orang lain. Siapa yang 

dapat membayangkan bahwa Tuhan  sampai mau berbuat 

begitu banyak bagi orang-orang yang patut mendapatkan 

begitu sedikit, bahkan bagi mereka yang begitu tidak patut 

mendapatkan apa-apa? Lihat Efesus 3:20; 2 Samuel 7:18-

19. Siapakah tadinya yang dapat mengatakan bahwa Tuhan  

akan mengutus Anak-Nya untuk mati bagi kita, Roh-Nya 

untuk menguduskan kita, dan malaikat-malaikat-Nya un-

tuk melayani kita? Siapakah tadinya yang dapat mengata-

kan bahwa dosa-dosa yang sedemikian besar akan diam-

puni, pelayanan-pelayanan yang begitu hina akan diterima, 

dan cacing-cacing yang sedemikian tidak berharga akan di-

bawa ke dalam kovenan dan persekutuan dengan Tuhan  

yang besar dan kudus? 

IV. Cerita singkat tentang masa kanak-kanak Ishak: Bertambah besar-

lah anak itu (ay. 8). Hal ini diperhatikan secara khusus, meskipun 

itu pasti akan berjalan sebagaimana mestinya, untuk menunjuk-

kan bahwa anak-anak kovenan yaitu  anak-anak yang bertum-

buh. Lihat Lukas 1:80 dan 2:40. Orang-orang yang lahir dari Tuhan  

akan menerima pertumbuhan ilahi (Kol. 2:19). Ia bertambah besar 

sehingga tidak perlu susu lagi, namun  bisa memakan makanan 

keras, dan kemudian ia disapih. Lihat Ibrani 5:13-14. Dan pada 

saat itulah Abraham mengadakan pesta besar untuk sahabat-

sahabat dan tetangga-tetangganya, sebagai rasa syukur kepada 

Tuhan  atas belas kasihan-Nya kepada dia. Ia mengadakan pesta 

ini, bukan pada hari saat  Ishak dilahirkan, sebab nanti akan 

terlalu merepotkan Sara. Juga bukan pada hari saat  ia disunat, 

sebab nanti akan terlalu mengalihkan perhatian orang dari kete-

tapan upacara itu. Melainkan pada hari saat  ia disapih, sebab 

berkat Tuhan  pada anak-anak yang menyusui, dan penjagaan ter-

hadap mereka dari segala ancaman bahaya di masa kanak-kanak, 


 456

merupakan pertanda dari perhatian dan kelembutan pemelihara-

an ilahi, yang harus diakui, bagi pujian kepada-Nya. Lihat Maz-

mur 22:10-11; Hosea 11:1.      

Hagar dan Ismael Diusir 

(21:9-13) 

9 Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perem-

puan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. 10 

Berkatalah Sara kepada Abraham:  Usirlah hamba perempuan itu beserta 

anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama 

dengan anakku Ishak.” 11 Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh sebab  

anaknya itu. 12 namun  Tuhan  berfirman kepada Abraham:  Janganlah sebal 

hatimu sebab  hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara 

kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut 

keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. 13 namun  keturunan dari hamba-

mu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, sebab  ia pun anakmu. 

Pengusiran terhadap Ismael di sini dipertimbangkan dan diputuskan. 

I.  Ismael sendiri turut menyebabkan pengusiran itu sebab  ia meng-

ejek Ishak adiknya. Menurut sebagian orang, Ismael melakukan 

hal itu pada hari saat  Abraham mengadakan pesta sukacita 

sebab  Ishak sudah disapih dengan selamat, yang menurut orang 

Yahudi tidak dilakukan sebelum ia berumur tiga tahun, dan me-

nurut sebagian yang lain lima tahun. Sara sendiri menjadi saksi 

mata atas penghinaan itu: ia melihat anak perempuan Mesir itu 

mengejek (ay. 9, KJV), mengejek Ishak, tidak diragukan lagi, sebab 

dikatakan, dengan merujuk pada kisah ini (Gal. 4:29), bahwa dia, 

yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanak-

kan menurut Roh. Ismael di sini disebut sebagai anak dari perem-

puan Mesir, sebab, seperti menurut sebagian orang, empat ratus 

tahun penderitaan keturunan Abraham di bawah orang-orang 

Mesir dimulai dari sekarang, dan akan dihitung sejak saat ini 

(15:13). Sara melihatnya sedang main dengan Ishak, begitu menu-

rut Septuaginta, dan saat  bermain, mengejek dia. Ismael ber-

umur empat belas tahun lebih tua dibandingkan Ishak. Dan, bila 

anak-anak sedang bermain bersama-sama, yang lebih tua harus-

lah berhati-hati dan lembut terhadap yang lebih muda. namun  

tampak ada sifat yang sangat rendah dan gelap dalam diri Ismael 

sampai ia melecehkan anak yang sama sekali bukan tandingan-

nya. Perhatikanlah, 

Kitab Kejadian 21:9-13 

 457 

1.  Tuhan  memperhatikan apa yang dikatakan dan dilakukan anak-

anak saat  mereka bermain, dan akan mengadakan perhitung-

an dengan mereka jika mereka berkata-kata atau berbuat salah, 

meskipun orangtua mereka tidak memperhitungkannya.  

2. Mengejek yaitu  dosa besar, dan sangat membangkitkan mur-

ka Tuhan .  

3.  Masih ada sisa dari permusuhan yang sudah berakar itu dalam 

keturunan ular melawan keturunan perempuan. Anak-anak per-

janjian harus bersiap-siap untuk diejek. Ini merupakan peng-

aniayaan, yang harus siap dihadapi oleh orang-orang yang ingin 

hidup saleh.  

4. Tidak ada orang yang ditolak dan diusir dari Tuhan  kecuali me-

reka yang terlebih dahulu pantas ditolak dan diusir. Ismael 

terus dibiarkan tinggal dengan keluarga Abraham sampai ia 

menimbulkan gangguan, kesedihan, dan aib bagi keluarga itu. 

II. Sara mengajukan permohonan itu: Usirlah hamba perempuan itu 

(ay. 10). Perkataan ini tampaknya diucapkan dengan nada geram, 

namun dikutip (Gal. 4:30) seolah-olah diucapkan dengan roh nu-

buatan. Dan ini merupakan hukuman yang dijatuhkan atas se-

mua orang munafik dan semua orang yang menuruti nafsu ke-

dagingan, meskipun mereka mendapat tempat dan nama di dalam 

jemaat yang kasat mata. Semua orang yang dilahirkan menurut 

daging dan belum lahir baru, yang bersandar pada hukum dan 

menolak janji Injil, pasti akan diusir. Perkataan ini diucapkan 

untuk menunjuk secara khusus pada penolakan orang-orang Ya-

hudi yang tidak percaya, yang, meskipun mereka keturunan Abra-

ham, namun, sebab  mereka tidak tunduk pada perjanjian Injil, 

dikeluarkan dari jemaat dan dicabut hak-hak istimewanya. Dan 

suatu hal yang melebihi apa pun dan membangkitkan murka 

Tuhan  untuk mengusir mereka yaitu  sebab  mereka mengejek 

dan menganiaya jemaat Injil, Ishak kepunyaan Tuhan , dalam masa 

kanak-kanaknya (1Tes. 2:16). Perhatikanlah, ada banyak orang 

yang mengenal akrab anak-anak Tuhan  di dunia ini, namun tidak 

akan ikut ambil bagian bersama mereka dalam mendapat warisan 

sebagai anak-anak. Ismael bisa saja menjadi teman bermain dan 

teman belajar Ishak, namun ia bukanlah teman ahli waris. 


 458

III. Abraham menentangnya: Hal ini sangat menyebalkan Abraham 

(ay. 11, KJV: Hal ini sangat menyedihkan Abraham – pen.).  

1.  Ia menjadi sedih sebab  Ismael memancing-mancing amarah 

seperti itu. Perhatikanlah, anak-anak harus berpikir bahwa se-

makin orangtua mereka mengasihi mereka, semakin orangtua 

mereka itu bersedih atas perilaku buruk mereka, dan khusus-

nya atas pertengkaran mereka satu sama lain.  

2.  Ia menjadi sedih sebab  Sara bersikeras ingin memberi  hu-

kuman seperti itu.  Tidakkah cukup menegurnya saja? Apakah 

masih kurang kecuali kita mengusirnya?” Perhatikanlah, per-

lakuan-perlakuan keras yang harus diterapkan bahkan kepada 

anak-anak yang nakal dan susah diatur sekalipun sangat men-

dukakan orangtua yang lembut, yang tidak akan tega meng-

hukum anak mereka seperti itu.   

IV. Tuhan  menetapkannya (ay. 12-13). Bisa kita duga bahwa Abraham 

sangat kesal dengan perkara ini. Ia tidak mau mengecewakan Sara, 

namun tidak mau mengusir Ismael. Dalam kesulitan ini Tuhan  mem-

beri tahu dia apa yang dikehendaki-Nya, lalu ia pun puas. Perhati-

kanlah, orang baik tidak menginginkan hal lain dalam perkara 

yang meragukan selain mengetahui apa kewajibannya, dan apa 

yang diinginkan Tuhan  untuk ia perbuat. Dan, jika  ia memper-

oleh kejelasan dalam hal ini, ia akan merasa, atau seharusnya 

merasa tenang. Untuk membuat Abraham tenang, Tuhan  memper-

lihatkan di hadapannya bagaimana duduk perkara ini yang 

sesungguhnya, dan menunjukkan kepada dia,  

1.  Bahwa diusirnya Ismael itu penting bagi ditetapkannya Ishak 

untuk memperoleh hak-hak istimewa dari kovenan itu: Yang 

akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. Baik 

Kristus maupun jemaat harus diturunkan dari Abraham me-

lalui garis keturunan Ishak. Janji ini harus diteruskan kepada 

Ishak, dan hal ini dikutip oleh Rasul Paulus (Rm. 9:7) untuk 

menunjukkan bahwa tidak semua orang yang diturunkan dari 

Abraham akan menjadi ahli waris dari kovenan dengan Abra-

ham. Ishak, anak yang dijanjikan itu, harus menjadi bapak 

dari keturunan yang dijanjikan. Oleh sebab itu,  Jauhkanlah 

Ismael, usirlah dia jauh-jauh, supaya jangan ia merusak peri-

laku Ishak atau berusaha merampas hak-haknya.” Ia akan

Kitab Kejadian 21:14-21 

 459 

 aman bila musuhnya dilenyapkan. Keturunan Abraham yang 

dimasukkan ke dalam kovenan haruslah menjadi umat ke-

punyaan Tuhan  sendiri, suatu umat tersendiri, mulai dari awal, 

yang terpisah dan tidak bercampur baur dengan orang-orang 

yang berada di luar kovenan. Untuk alasan inilah Ismael harus 

dipisahkan. Abraham dipanggil seorang diri, demikian pula se-

harusnya Ishak. Lihat Yesaya 51:2. Ada kemungkinan bahwa 

Sara sedikit memikirkan hal ini (Yoh. 11:51), namun  Tuhan  me-

nanggapi sungguh-sungguh apa yang dikatakannya, dan meng-

ubahnya menjadi sabda, seperti yang terjadi sesudahnya (27:10).  

2.  Bahwa diusirnya Ismael tidak akan menjadi kehancurannya 

(ay. 13). Ia akan menjadi suatu bangsa, sebab  ia pun anakmu. 

Kita tidak yakin bahwa diusirnya Ismael itu merupakan ke-

hancurannya yang kekal. Sungguh lancang jika  kita me-

ngatakan itu tentang semua orang yang tidak mengalami 

rahmat-rahmat Tuhan  secara lahiriah: orang-orang yang tidak 

mendapatkan kehormatan itu bisa juga diselamatkan. namun , 

kita juga yakin bahwa itu bukanlah kehancuran hidupnya di 

dunia ini. Meskipun ia diusir dari jemaat, ia tidak dienyahkan 

dari dunia. Aku akan membuat dia menjadi suatu bangsa. 

Perhatikanlah,  

(1) Bangsa-bangsa dijadikan oleh Tuhan : Ia mendirikan mereka, 

membentuk mereka, menegakkan mereka. 

(2) Banyak orang dipenuhi berkat pemeliharaan Tuhan , namun  me-

reka menjadi orang asing bagi berkat-berkat kovenan-Nya.  

(3) Anak-anak dunia ini sering kali bernasib lebih baik, dalam 

kaitannya dengan hal-hal lahiriah, disebabkan oleh hu-

bungan mereka dengan anak-anak Tuhan .  

Belas Kasihan Tuhan  terhadap Hagar dan Ismael 

(21:14-21) 

14 Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan 

memberi nya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas 

bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah 

Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. 15 saat  air yang dikir-

bat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, 16 dan ia du-

duk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya:  Tidak tahan 

aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan 

suara nyaring. 17 Tuhan  mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Tuhan  ber-

seru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya:  Apakah yang engkau 

susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Tuhan  telah mendengar suara anak 


 460

itu dari tempat ia terbaring. 18 Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbing-

lah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.” 19 Lalu 

Tuhan  membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi 

mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum. 20 Tuhan  

menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang 

gurun dan menjadi seorang pemanah. 21 Maka tinggTuhan  ia di padang gurun 

Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir. 

Inilah,  

I.  Diusirnya si hamba perempuan dan anaknya dari keluarga Abra-

ham (ay. 14). Ketaatan Abraham kepada perintah ilahi dalam per-

kara ini dilaksanakan dengan segera – keesokan harinya pagi-

pagi, bisa kita duga bahwa itu terjadi langsung sesudah  ia, dalam 

penglihatan pada malam harinya, menerima perintah untuk mela-

kukan ini. Ketaatannya disertai penundukkan diri sepenuhnya. 

Perintah itu bertentangan dengan penilaiannya, atau setidak-

tidaknya dengan kecondongan hatinya untuk melakukannya. 

Namun, segera sesudah  ia sadar bahwa itu yaitu  pikiran Tuhan , ia 

tidak berkeberatan, namun  dengan diam melakukan sebagaimana 

yang diperintahkan kepadanya, sebagai orang yang sudah terlatih 

untuk taat dengan sepenuh hati. Dalam menyuruh mereka pergi 

tanpa pengawal, dengan berjalan kaki, dan diberi persediaan yang 

tipis, ada kemungkinan bahwa Abraham mengikuti petunjuk-pe-

tunjuk yang diberikan kepadanya. Seandainya Hagar dan Ismael 

sudah berperilaku baik dalam keluarga Abraham, mereka mung-

kin saja bisa terus tinggal di sana. namun  mereka mengusir diri 

mereka sendiri dengan kesombongan dan kekurangajaran mere-

ka, jadi wajar jika mereka diusir seperti itu. Perhatikanlah, apa-

bila kita menyalahgunakan hak-hak istimewa kita, itu berarti kita 

menghilangkannya sendiri. Orang-orang yang tidak tahu bahwa 

mereka hidup makmur, tinggal di tempat yang begitu didambakan 

seperti keluarga Abraham, pantas diusir, dan diberi pelajaran 

betapa berharganya rahmat yang mereka terima dengan meng-

ambil rahmat itu dari mereka. 

II.  Pengembaraan mereka di padang gurun, sebab  kehilangan jejak 

untuk menuju tempat yang dimaksudkan Abraham untuk mereka 

tinggali. 

1.  Mereka menjadi amat kesusahan di sana. Semua bekal mereka 

habis, dan Ismael jatuh sakit. Dia yang dulu makan kenyang 

Kitab Kejadian 21:14-21 

 461 

di rumah Abraham, di mana ia bertumbuh gemuk dan sehat, 

sekarang lemah dan lunglai, saat  mengalami kekurangan. 

Hagar menangis, dan sudah tidak berdaya. Sekarang ia meng-

harapkan remah-remah yang dulu dibuang dan dipandangnya 

dengan rendah di meja tuannya. Seperti halnya orang yang 

berada di bawah kuasa roh perbudakan, ia putus asa meng-

harapkan pertolongan, tidak ada yang bisa diandalkan selain 

kematian anak itu (ay. 15-16). Padahal Tuhan  sudah memberi 

tahu dia, sebelum anak itu dilahirkan, bahwa anak itu akan 

hidup dan tumbuh sebagai orang, orang besar. Kita cepat me-

lupakan janji-janji terdahulu, jika  pemeliharaan-pemeliha-

raan ilahi sekarang tampak bertentangan dengannya. Sebab 

kita hidup menuruti apa yang kelihatan. 

2. Dalam kesusahan ini, Tuhan  dengan penuh rahmat tampil un-

tuk memberi mereka kelegaan: Ia mendengar suara anak itu 

(ay. 17). Kita tidak membaca sepatah kata pun yang diucapkan 

anak itu. namun  keluhannya, rintihannya, dan keadaannya 

yang kacau, berteriak nyaring di telinga yang penuh belas ka-

sihan. Seorang malaikat diutus untuk menghibur Hagar, dan 

itu bukan kali pertama Hagar menjumpai penghiburan-penghi-

buran Tuhan  di padang gurun. Dengan penuh syukur Ia meng-

akui lawatan yang penuh kebaikan hati dari Tuhan  sebelumnya 

dalam keadaan serupa (16:13), dan oleh sebab itu, Tuhan  se-

karang melawatnya lagi dengan pertolongan-pertolongan yang 

datang pada waktunya.  

(1) Malaikat itu meyakinkan dia bahwa Tuhan  memperhatikan 

anak itu dalam kesusahannya: Tuhan  mendengar suara 

anak itu, sekalipun ia berada di padang gurun (sebab, di 

mana pun kita berada, selalu ada jalan terbuka menuju 

sorga). Oleh sebab itu, bangunlah, angkatlah anak itu (ay. 

18). Perhatikanlah, kesiapan Tuhan  untuk menolong kita ke-

tika kita dalam masalah tidak boleh mengendorkan, namun  

justru menggiatkan, usaha-usaha kita untuk menolong diri 

kita sendiri.  

(2) Malaikat itu mengulangi janji berkenaan dengan anaknya, 

bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar, untuk memberi 

alasan kepada Hagar mengapa ia harus terdorong untuk 

menolong anaknya itu. Perhatikanlah, kita harus tergugah 

untuk memberi  perhatian dan susah payah kita kepada 


 462

anak-anak dan orang muda dengan menimbang bahwa kita 

tidak tahu apa yang sudah dirancangkan Tuhan  bagi mere-

ka, atau manfaat besar apa yang mungkin sudah dipersiap-

kan Tuhan  Sang Pemelihara bagi mereka. 

(3) Malaikat itu mengarahkan mereka pada perbekalan yang 

tersedia saat itu (ay. 19): Tuhan  membuka mata Hagar (yang 

bengkak dan hampir buta sebab  menangis), dan kemu-

dian ia melihat sebuah sumur. Perhatikanlah, banyak orang 

yang mempunyai cukup alasan untuk merasa terhibur, 

namun  mereka terus berduka dari hari ke hari, sebab  tidak 

melihat alasan untuk bersuka hati. Ada sumur di dekat 

mereka dalam kovenan anugerah, namun  mereka tidak me-

nyadarinya. Mereka tidak mendapat keuntungan darinya, 

sampai Tuhan  yang sama yang membuka mata mereka 

untuk melihat luka mereka, membuka mata mereka pula 

untuk melihat obat penawar bagi mereka (Yoh. 16:6-7). 

Nah, Rasul Paulus memberi tahu kita bahwa hal-hal yang 

berkenaan dengan Hagar dan Ismael merupakan allegorou-

mena (Gal. 4:24), harus dilihat secara kiasan. Jadi, ini akan 

membantu menggambarkan kebodohan,  

[1] Mereka yang, seperti orang-orang Yahudi yang tidak 

percaya, mencari kebenaran melalui hukum Taurat dan 

ketetapan-ketetapannya yang berhubungan dengan da-

ging, dan bukan melalui janji yang dibuat di dalam Kris-

tus. Dengan berbuat demikian mereka menjebloskan 

diri mereka sendiri ke dalam padang gurun kemelaratan 

dan keputusasaan. Penghiburan-penghiburan mereka 

segera habis, dan jika Tuhan  tidak menyelamatkan mere-

ka dengan hak istimewa-Nya, dan tidak membuka mata 

mereka dan menyadarkan mereka dengan mujizat belas 

kasihan, maka mereka akan binasa.  

[2] Mereka yang mencari kepuasan dan kebahagiaan di du-

nia ini dan perkara-perkara yang ada di dalamnya. Orang 

yang meninggalkan penghiburan-penghiburan dari kove-

nan dan persekutuan dengan Tuhan , dan memilih bagian 

mereka di bumi ini, berarti membawa sekirbat air, perbe-

kalan yang sedikit dan tipis, dan yang akan cepat habis. 

Mereka mengembara tanpa henti dalam mengejar ke-

Kitab Kejadian 21:22-32 

 463 

puasan, dan, pada akhirnya, akan duduk tanpa menda-

patkan kepuasan itu.   

III. Berdiamnya Ismael, pada akhirnya, di padang gurun Paran (ay. 

20-21), tempat yang liar, cocok untuk orang liar. Dan memang se-

perti itulah dia (16:12). Orang-orang yang lahir menurut daging 

merasa puas dengan padang gurun dunia ini, sementara anak-

anak perjanjian berjalan menuju Kanaan sorgawi, dan tidak bisa 

beristirahat sampai mereka tiba di sana. Amatilah,  

1. Ia menerima sejumlah pertanda dari hadirat Tuhan : Tuhan  me-

nyertai anak itu. Kemakmurannya secara lahiriah terjadi ber-

kat hadirat Tuhan  ini.  

2. Pekerjaannya yaitu  seorang pemanah, yang menunjukkan 

bahwa keterampilan yaitu  keunggulannya dan berburu ada-

lah pekerjaannya. Esau yang ditolak juga merupakan seorang 

pemburu yang cakap.  

3. Ia berpasangan dengan salah seorang saudari ibunya. Ibunya 

mengambil seorang perempuan dari Mesir sebagai istrinya. 

Sekalipun ia seorang pemanah yang ulung, ia tidak berpikir 

bahwa ia bisa membidik sasaran dengan baik dalam masalah 

pernikahan, jika ia terus melangkah tanpa nasihat dan per-

setujuan ibunya. 

Perjanjian Abimelekh dengan Abraham 

(21:22-32) 

22 Pada waktu itu Abimelekh, beserta Pikhol, panglima tentaranya, berkata 

kepada Abraham:  Tuhan  menyertai engkau dalam segala sesuatu yang eng-

kau lakukan. 23 Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku di sini demi Tuhan , 

bahwa engkau tidak akan berlaku curang kepadaku, atau kepada anak-

anakku, atau kepada cucu cicitku; sesuai dengan persahabatan yang kulaku-

kan kepadamu, demikianlah harus engkau berlaku kepadaku dan kepada 

negeri yang kautinggali sebagai orang asing.” 24 Lalu kata Abraham:  Aku ber-

sumpah!” 25 namun  Abraham menyesali Abimelekh tentang sebuah sumur 

yang telah dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh. 26 Jawab Abimelekh: 

 Aku tidak tahu, siapa yang melakukan hal itu; lagi tidak kauberitahukan ke-

padaku, dan sampai hari ini belum pula kudengar.” 27 Lalu Abraham meng-

ambil domba dan lembu dan memberi  semuanya itu kepada Abimelekh, 

kemudian kedua orang itu mengadakan perjanjian. 28 namun  Abraham memi-

sahkan tujuh anak domba betina dari domba-domba itu. 29 Lalu kata Abi-

melekh kepada Abraham:  Untuk apakah ketujuh anak domba yang kau-

pisahkan ini?” 30 Jawabnya:  Ketujuh anak domba ini harus kauterima dari 

tanganku untuk menjadi tanda bukti bagiku, bahwa akulah yang menggali 

sumur ini.” 31 Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Bersyeba, sebab  

kedua orang itu telah bersumpah di sana. 32 sesudah  mereka mengadakan 


 464

perjanjian di Bersyeba, pulanglah Abimelekh beserta Pikhol, panglima ten-

taranya, ke negeri orang Filistin.  

Di sini kita mendapati cerita tentang persepakatan antara Abimelekh 

dan Abraham, yang di dalamnya tampaklah penggenapan dari janji 

itu (12:2), bahwa Tuhan  akan membuat namanya masyhur. Persaha-

batannya dihargai, dan dicari, meskipun ia seorang asing, meskipun 

ia seorang pendatang yang tunduk pada orang-orang Kanaan dan 

Feris. 

I.  Persepakatan itu diusulkan oleh Abimelekh, dan oleh Pikhol, per-

dana menteri dan panglima tentaranya. 

1.  Yang mendorongnya untuk melakukan itu yaitu  kebaikan 

Tuhan  kepada Abraham (ay. 22):  Tuhan  menyertai engkau dalam 

segala sesuatu yang engkau lakukan, dan kami tidak bisa 

tidak memperhatikannya.” Perhatikanlah,  

(1) Tuhan  dalam pemeliharaan-Nya kadang-kadang menunjuk-

kan kepada umat-Nya tanda-tanda kebaikan-Nya bagi me-

reka, sehingga tetangga-tetangga mereka tidak bisa tidak 

memperhatikannya (Mzm. 86:17). Usaha-usaha mereka tam-

pak benar-benar berkembang pesat, dan apa yang mereka 

kerjakan berhasil secara luar biasa, sehingga semua orang di 

sekeliling mereka mengakui bahwa hadirat Tuhan  menyertai 

mereka.  

(2) Sungguh baik jika kita mendapat perkenanan orang-orang 

yang mendapat perkenanan Tuhan , dan mempunyai kepen-

tingan di dalam orang-orang yang mempunyai kepentingan di 

sorga (Za. 8:23). Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah 

kami dengar, bahwa Tuhan  menyertai kamu! Kita melakukan 

yang baik bagi diri kita sendiri jika kita bersekutu dengan 

orang-orang yang bersekutu dengan Tuhan  (1Yoh. 1:3). 

2.  Maksud dari perjanjian itu yaitu , secara umum, bahwa harus 

ada persahabatan yang kokoh dan berkelanjutan di antara 

kedua keluarga itu, yang tidak boleh dirusak sebab  alasan apa 

pun. Ikatan persahabatan ini harus dikuatkan dengan ikatan 

sumpah, yang di dalamnya Tuhan  yang benar dipanggil, baik 

sebagai saksi atas ketulusan mereka maupun sebagai penuntut 

balas kalau-kalau salah satu dari kedua belah pihak ber-

khianat (ay. 23). Amatilah,  

Kitab Kejadian 21:22-32 

 465 

(1) Abimelekh menginginkan diteruskannya perjanjian ini ke-

pada keturunannya, dan juga kepada rakyatnya. Ia ingin 

agar anaknya, dan cucu cicitnya, dan juga negerinya men-

dapat keuntungan dari perjanjian ini. Orang baik harus be-

kerja sama dan bersekutu dengan orang-orang kesayangan 

Sorga, bukan demi diri mereka sendiri saja, melainkan juga 

demi anak cucu dan segala harta milik mereka.  

(2)  Ia mengingatkan Abraham akan perlakuan baik yang sudah 

diterimanya di tengah-tengah mereka: Sesuai dengan per-

sahabatan yang kulakukan kepadamu. Sama seperti orang-

orang yang sudah menerima kebaikan harus membalas ke-

baikan itu, demikian pula orang-orang yang sudah menun-

jukkan kebaikan dapat mengharapkan kebaikan itu. 

II. Perjanjian itu disetujui oleh Abraham, dengan menyelipkan per-

nyataan tentang sebuah sumur. saat  giliran Abraham menang-

gapi perjanjian ini, amatilah, 

1.  Ia siap mengikat perjanjian ini dengan Abimelekh, sebab  su-

dah mendapatinya sebagai orang yang terhormat dan menjaga 

hati nurani, dan takut akan Tuhan  tampak pada matanya: Aku 

bersumpah (ay. 24). Perhatikanlah, 

(1) Agama tidak menjadikan orang muram dan susah diajak 

bicara. Saya yakin agama tidak seharusnya begitu. Kita 

tidak boleh, dengan berdalih membenci pergaulan yang bu-

ruk, memasang muka masam terhadap semua kenalan, 

dan iri hati terhadap semua orang. 

(2) Orang yang berpikiran jujur tidak akan bimbang dalam me-

yakinkan orang lain: jika Abraham berkata bahwa ia akan 

setia kepada Abimelekh, ia tidak takut untuk bersumpah 

setia. Sumpah bertujuan untuk meneguhkan. 

2. Abraham dengan bijak menyelesaikan masalah mengenai su-

mur, yang menjadi bahan perselisihan antara hamba-hamba 

Abimelekh dengannya. Sumur, tampaknya, merupakan barang 

berharga di negeri itu, namun  syukur kepada Tuhan  bahwa su-

mur tidak sedemikian langka di negeri kita.  

(1) Abraham dengan lembut memberitahukan hal itu kepada 

Abimelekh (ay. 25). Perhatikanlah, bila saudara kita ber-

salah kepada kita, kita harus, dengan kelembutan hikmat, 


 466

memberitahukan kepada dia kesalahannya, agar perkara 

itu diselesaikan sebagaimana mestinya dan diakhiri baik-

baik (Mat. 18:15).  

(2) Ia menerima pembenaran Abimelekh atas dirinya sendiri da-

lam perkara ini: Aku tidak tahu, siapa yang melakukan hal 

itu (ay. 26). Banyak orang dicurigai berbuat tidak adil dan 

tidak baik padahal mereka benar-benar tidak bersalah, dan 

kita harus senang jika mereka membersihkan diri mereka 

sendiri. Kesalahan hamba-hamba tidak boleh dilemparkan 

kepada tuan mereka, kecuali tuan mereka mengetahui dan 

turut mendukung kesalahan itu. Dan tidak ada hal lain yang 

bisa diharapkan dari orang jujur selain bahwa ia siap 

berbuat benar begitu ia tahu bahwa ia sudah berbuat salah.  

(3) Ia memastikan agar haknya atas sumur itu diperjelas dan 

diperkuat, untuk mencegah pertengkaran atau persengke-

taan lain di masa depan (ay. 30). yaitu  sesuai dengan 

keadilan, dan juga hikmat, jika kita berbuat demikian, in 

perpetuam rei memoriam – agar peristiwa itu diingat untuk se-

lama-lamanya.   

3.  Ia memberi  hadiah yang sangat besar kepada Abimelekh 

(ay. 27). Hadiah yang dipersembahkan Abraham kepadanya itu 

bukanlah hadiah yang menarik atau indah, melainkan apa 

yang berharga dan bermanfaat, yaitu domba dan lembu, seba-

gai ucapan terima kasih atas kebaikan hati Abimelekh kepada-

nya, dan sebagai pertanda dari persahabatan sepenuh hati 

yang terjalin di antara mereka. Saling bertukar kewajiban yang 

baik yaitu  sarana untuk meningkatkan kasih: apa yang 

menjadi milikku yaitu  milik temanku.  

4. Ia mengesahkan perjanjian itu dengan sumpah, dan menerap-

kannya dengan memberi  nama baru kepada tempat itu (ay. 

31), Bersyeba, sumur sumpah, untuk mengingat perjanjian yang 

mereka ikat dengan sumpah, agar mereka selalu  ingat 

akan sumpah itu. Atau sumur tujuh, untuk mengingat ketujuh 

domba yang diberikan kepada Abimelekh, untuk mengenang 

perbuatan Abimelekh dalam meneguhkan hak Abraham atas 

sumur itu. Perhatikanlah, tawaran-tawaran yang dibuat harus 

diingat, agar kita bisa terus memanfaatkannya dengan baik, 

dan tidak melanggar perkataan kita sebab  khilaf. 

 

Kitab Kejadian 21:33-34 

 467 

Abraham Tinggal di Negeri Orang Filistin 

(21:33-34) 

33 Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan me-

manggil di sana nama TUHAN, Tuhan  yang kekal. 34 Dan masih lama Abraham 

tinggal sebagai orang asing di negeri orang Filistin. 

Amatilah,  

1.  Abraham, sesudah  tiba di lingkungan yang baik, sadar bahwa ia 

kaya, dan terus tinggal di sana untuk waktu yang lama. Di sana ia 

menanam pohon tamariska untuk meneduhkan kemahnya, atau 

mungkin membuat kebun yang ditanami pohon-pohon berbuah. 

Dan di sana, meskipun kita tidak bisa berkata bahwa ia menetap, 

sebab Tuhan  ingin agar dia selama hidup tinggal sebagai orang 

asing dan peziarah, namun ia berdiam di sana berhari-hari 

lamanya, sesuai dengan tabiatnya, sebab Abraham dalam bahasa 

Ibrani berarti orang yang menumpang.  

2.  Di sana ia tidak hanya terus menjalankan agamanya, namun  juga 

mengakuinya secara terang-terangan: Ia memanggil di sana nama 

TUHAN, Tuhan  yang kekal, mungkin di pohon tamariska yang di-

tanamnya, yang menjadi kapel atau rumah doanya. Kristus ber-

doa di taman, di sebuah gunung.  

(1) Abraham terus menjalankan ibadah di tengah orang banyak, 

dan ada kemungkinan tetangga-tetangganya turut serta dalam 

ibadah itu, untuk bisa bergabung bersamanya. Perhatikanlah, 

orang baik tidak hanya harus mempertahankan kebaikan hati 

mereka ke mana pun mereka pergi, namun  juga harus berbuat 

semampu mungkin untuk menyebarluaskannya, dan mem-

buat orang lain menjadi baik.  

(2) Dalam memanggil nama TUHAN, kita harus memandang Dia 

sebagai Tuhan  yang kekal, Tuhan  atas dunia, begitu menurut 

sebagian orang. Walaupun Tuhan  sudah menyatakan diri-Nya 

kepada Abraham sebagai Tuhan nya secara khusus, dan meng-

ikat kovenan dengannya, namun Abraham tidak lupa mem-

berikan kepada-Nya kemuliaan sebagai Tuhan atas segalanya: 

Tuhan  yang kekal, yang sudah ada, sebelum segala dunia di-

jadikan, dan akan ada, sesudah  waktu dan hari-hari tidak ada 

lagi. Lihat Yesaya 40:28. 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  22   

i sini kita mendapati cerita yang terkenal tentang Abraham yang 

mempersembahkan anaknya Ishak, yakni, persembahan Abra-

ham untuk mempersembahkan Ishak, yang sudah sewajarnya dipan-

dang sebagai salah satu keajaiban jemaat. Inilah,  

I.  Perintah yang mengherankan yang diberikan Tuhan  kepada 

Abraham berkenaan dengan persembahan itu (ay. 1-2).  

II.  Ketaatan Abraham yang mengherankan terhadap perintah ini 

(ay. 3-10).  

III. Akhir yang mengherankan dari ujian ini.  

1.  Pengorbanan Ishak digantikan (ay. 11-12).  

2.  Korban lain disediakan (ay. 13-14).  

3. Perjanjian dengan Abraham diperbaharui dalam kesem-

patan ini (ay. 15-19). Dan yang terakhir, gambaran ten-

tang saudara-saudara Abraham (ay. 20, dst.). 

Abraham Diperintahkan untuk Mengorbankan Ishak  

(22:1-2) 

1 sesudah  semuanya itu Tuhan  mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: 

 Abraham,” lalu sahutnya:  Ya, Tuhan.” 2 Firman-Nya:  Ambillah anakmu 

yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria 

dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu 

gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” 

Inilah ujian bagi iman Abraham, apakah imannya tetap begitu kuat, 

begitu gigih, begitu gemilang, sesudah  lama berdiam dalam persekutu-

an dengan Tuhan , seperti pada awal-awalnya, saat  dengan iman itu 

ia meninggalkan negerinya: pada waktu itu tampak bahwa ia lebih 

mengasihi Tuhan  dibandingkan mengasihi bapaknya. Sekarang tampak 


 470

bahwa ia lebih mengasihi Dia dibandingkan mengasihi anaknya. Amatilah 

di sini,  

I.   Waktu saat  Abraham diuji seperti itu (ay. 1): sesudah  semuanya 

itu, sesudah  semua ujian lain yang sudah dilaluinya, semua ke-

susahan dan kesulitan yang sudah dilewatinya. Sekarang, mung-

kin, ia mulai merenungkan semua badai yang telah mengempas-

kannya. namun , sesudah  semuanya itu, pencobaan ini datang, lebih 

dahsyat dibandingkan sebelum-sebelumnya. Perhatikanlah, ujian-uji-

an yang sudah banyak datang sebelumnya tidak akan mengganti-

kan atau mengamankan kita dari ujian-ujian yang akan datang 

selanjutnya. Kita belum menanggalkan baju perang kita (1Raj. 

20:11). Lihat Mazmur 30:7-8. 

II.  Yang mendatangkan ujian itu: Tuhan  mencoba dia, bukan untuk 

menariknya kepada dosa, seperti yang dilakukan Iblis dalam men-

cobai (seandainya Abraham benar-benar mengorbankan Ishak, ia 

tidak akan berbuat dosa, sebab perintah-perintah dari Tuhan  akan 

membenarkan dia, dan membelanya), namun  untuk mengungkap-

kan kemurnian imannya, seberapa kuat imannya, agar ia memper-

oleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan (1Ptr. 1:7). Seperti 

itu jugalah Tuhan  mencoba Ayub, agar ia bisa tampil bukan hanya 

sebagai orang baik, melainkan juga orang besar. Tuhan  benar-benar 

mencoba Abraham. Ia benar-benar mengangkat Abraham, begitu 

sebagian orang membacanya. Seperti diangkatnya seorang cende-

kiawan yang maju pesat, saat  ia ditempatkan dalam kedudukan 

yang lebih tinggi. Perhatikanlah, iman yang kuat sering kali diuji 

dengan cobaan-cobaan yang keras dan ditempatkan untuk men-

jalankan pelayanan-pelayanan yang sulit. 

III. Ujian itu sendiri. Tuhan  menampakka