Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 5


 ya yang cemar. Kristus tidak akan pernah meng-

akui sebagai milik-Nya orang-orang yang menyerahkan diri 

mereka menjadi hamba dosa. Namun walaupun Rasul 

Paulus di sini hanya menyebutkan penyaliban daging be-

serta kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginan-

nya, sebagai kewajiban dan watak orang Kristen sejati, 

namun, sudah pasti, tersirat bahwa, di sisi lain, kita harus 

memperlihatkan buah-buah Roh yang baru saja dia perinci 

sebelumnya. Ini adalah tugas kita juga, dan tidak kalah 

penting untuk membuktikan ketulusan kita dalam beraga-

ma. Tidaklah cukup jika kita hanya berhenti berbuat jahat, 

melainkan kita juga harus belajar berbuat baik. Kekristen-

an kita mengharuskan kita bukan hanya untuk mati bagi 

dosa, melainkan juga harus hidup untuk kebenaran. 

Bukan hanya melawan perbuatan daging, melainkan juga 

menghasilkan buah-buah Roh. Oleh sebab  itu jika kita 

mau memperlihatkan bahwa kita memang benar-benar 

milik Kristus, ini harus menjadi kepedulian dan usaha kita 

yang sungguh-sungguh di samping kewajiban-kewajiban 

yang lain. Bahwa tujuan Rasul Paulus adalah menggam-

barkan kedua hal ini sebagai tugas kita, dan perlu untuk 

mendukung watak kita sebagai orang Kristen, bisa disim-

pulkan dari pernyataan berikutnya (ay. 25), saat  dia 

menambahkan, Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup 

kita juga dipimpin oleh Roh. Artinya, “Jika kita mengaku 

telah menerima Roh Kristus, atau bahwa kita diperbarui 

dalam Roh Kristus, atau bahwa kita diperbarui dalam roh 

Surat Galatia 5:13-26 

 101 

pikiran kita, dan dilengkapi dengan asas hidup rohani, 

marilah kita menunjukkannya dengan buah-buah Roh 

yang layak dalam hidup kita.” Dia telah memberi tahu kita 

sebelumnya bahwa Roh Kristus adalah hak istimewa yang 

dilimpahkan kepada semua anak Allah (4:6). “Nah,” kata-

nya, “jika kita mengaku berasal dari bilangan ini, dan 

sebagai orang yang demikian telah memperoleh hak isti-

mewa ini, marilah kita menunjukkannya dengan perilaku 

dan kelakuan yang sesuai dengan hal itu. Marilah kita 

membuktikan asas-asas kita yang baik dengan perbuatan-

perbuatan baik.” Perilaku kita akan selalu sesuai dengan 

asas yang membimbing dan mengatur kita. Seperti halnya 

mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal 

yang dari daging, demikian pula mereka yang hidup menu-

rut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (Rm. 8:5). Oleh 

sebab  itu jika kita mau menunjukkan bahwa kita adalah 

milik Kristus, dan bahwa kita memiliki sifat-sifat Roh-Nya, 

maka itu haruslah dengan cara tidak hidup menurut da-

ging, namun  menurut Roh. Kita harus bertekad sepenuh hati 

untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging, dan berja-

lan dalam hidup baru. 

4. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan sebuah peringatan 

terhadap kesombongan dan kedengkian (ay. 26). Sebelumnya 

dia telah menasehati orang-orang Kristen ini supaya melayani 

seorang akan yang lain oleh kasih (ay. 13), dan mengingatkan 

mereka apa akibatnya jika, bukannya melakukan itu, mereka 

justru saling menggigit dan saling menelan (ay. 15). Sekarang, 

sebagai cara untuk mengajak mereka melakukan yang satu 

dan menjaga mereka dari yang lain dari hal-hal ini, di sini dia 

memperingatkan mereka supaya tidak menginginkan kemulia-

an sia-sia, atau mengharapkan penghargaan dan tepuk tangan 

yang tidak semestinya dari manusia. sebab , jika keinginan ini 

dituruti, pasti akan membuat mereka saling menggusarkan 

dan mendengki. Selama perilaku ini berkuasa di antara orang-

orang Kristen, mereka akan mudah meremehkan dan meren-

dahkan orang-orang yang mereka anggap lebih rendah dari-

pada mereka. Mereka akan menjadi kesal jika tidak mendapat-

kan penghormatan yang mereka pikir berhak mereka dapatkan 

dari orang-orang itu. Dan mereka juga akan cenderung dengki 


 102

kepada orang-orang yang dapat membuat ketenaran mereka 

berkurang. Dan demikianlah maka timbul pertengkaran-per-

tengkaran dan pertikaian-pertikaian yang, sebab  tidak sesuai 

dengan kasih yang harus dipelihara oleh orang-orang Kristen 

satu sama lain, maka sangat merugikan bagi kehormatan dan 

kepentingan agama itu sendiri. Oleh sebab  itu tentu saja 

Rasul Paulus ingin kita mewaspadai hal ini. Perhatikanlah, 

(1) Kemuliaan yang berasal dari manusia adalah kemuliaan 

yang sia-sia, yang, bukannya diingini, melainkan kita ha-

rus mati terhadapnya. 

(2) Penghargaan yang tidak semestinya terhadap pujian dan 

tepuk tangan manusia merupakan alasan kuat terjadinya 

perselisihan dan pertikaian menyedihkan yang timbul di 

antara orang-orang Kristen. 

PASAL  6  

asal ini terutama terdiri atas dua bagian. Pada bagian pertama, 

Rasul Paulus memberi kita sejumlah petunjuk yang jelas dan 

praktis, yang terlebih khusus ingin mengajar orang-orang Kristen 

dalam menjalankan kewajiban satu terhadap yang lain, dan mem-

bangun persekutuan orang kudus di dalam kasih (ay. 1-10). Pada 

bagian kedua, ia menghidupkan kembali tujuan utama dari surat ini, 

yaitu untuk membentengi jemaat-jemaat di Galatia dari kelicikan 

guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi, dan 

meneguhkan mereka dalam kebenaran dan kemerdekaan Injil. Untuk 

itu Rasul Paulus,  

I. Menggambarkan kepada jemaat Galatia tabiat yang sebenar-

nya dari guru-guru ini, dan menunjukkan kepada mereka 

dengan alasan dan tujuan apa guru-guru itu bertindak (ay. 

11-14).  

II. Pada sisi lain, ia memperkenalkan mereka dengan sikap dan 

perilakunya sendiri. Dari kedua hal ini jemaat Galatia bisa 

dengan mudah melihat betapa tidak beralasannya bagi mere-

ka untuk merendahkan dia, dan jatuh ke dalam cengkeram-

an guru-guru itu. Lalu ia menutup surat ini dengan berkat 

yang khidmat.  

Kelemahlembutan dalam Menegur; Mawas Diri;  

Sikap Pikiran yang Rohani dan Kebaikan Hati  

(6:1-10) 

1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelang-

garan, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang 

benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu 

juga jangan kena pencobaan. 2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! 


 104

Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. 3 Sebab kalau seorang 

menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu 

dirinya sendiri. 4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka 

ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan 

orang lain. 5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. 6 

Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala 

sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. 7 

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. sebab  apa 

yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 8 Sebab barangsiapa 

menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, namun  

barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh 

itu. 9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, sebab  jika sudah datang 

waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. 10 sebab  itu, 

selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada 

semua orang, namun  terutama kepada kawan-kawan kita seiman. 

Dalam pasal sebelumnya, Rasul Paulus menasihati orang-orang Kris-

ten untuk melayani seorang akan yang lain oleh kasih (ay. 13), dan 

juga memperingatkan kita (ay. 16) terhadap sikap yang, jika dibiar-

kan, akan menghalangi kita dalam menunjukkan kasih dan pelayan-

an satu sama lain yang sudah dianjurkannya. Dalam permulaan 

pasal ini, ia melanjutkan memberikan beberapa petunjuk lebih jauh, 

yang jika dipatuhi sebagaimana mestinya akan mendorong kita 

untuk melayani satu sama lain, dan mencegah sikap yang meng-

halanginya. Itu juga akan membuat perilaku kita lebih sesuai dengan 

iman Kristen yang kita akui, dan lebih berguna serta menghibur satu 

sama lain. Khususnya, 

I.  Di sini kita diajar untuk bersikap lembut terhadap mereka yang 

kedapatan melakukan suatu pelanggaran (ay. 1). Rasul Paulus 

menyodorkan contoh yang biasa terjadi: kalaupun seorang keda-

patan melakukan suatu pelanggaran, yaitu berbuat dosa sebab  

godaan yang datang secara mengejutkan. Kedapatan melakukan 

suatu pelanggaran dengan sengaja dan terencana, dan sebab  

tekad bulat untuk berbuat dosa, merupakan suatu hal, dan 

kedapatan terjerumus ke dalam pelanggaran itu sebab  bukan 

direncanakan merupakan suatu hal yang lain lagi. Terjerumus ke 

dalam pelanggaran inilah yang dibicarakan di sini, dan dalam hal 

ini Rasul Paulus menunjukkan bahwa yang harus ditunjukkan 

adalah sikap yang sangat lembut. Kamu yang rohani, yang dimak-

sudkan di sini bukan hanya hamba-hamba Tuhan (seolah-olah 

hanya mereka saja yang bisa disebut sebagai orang-orang rohani), 

melainkan juga orang-orang Kristen lain, terutama yang lebih 

dewasa dalam hidup Kekristenannya. Mereka ini harus memimpin 

Surat Galatia 6:1-10 

 105 

orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut. Di sini 

amatilah,  

1. Kewajiban yang dianjurkan kepada kita, yaitu memimpin 

orang-orang yang terjerumus seperti itu. Kita harus berusaha, 

dengan senantiasa memberikan teguran dan nasihat-nasihat 

yang tepat pada tempat dan waktunya, untuk membuat mere-

ka bertobat. Kata dalam bahasa aslinya, katartizete, berarti 

meluruskan tulang sendi, seperti pada tulang yang terkilir. 

Demikian pula halnya, kita harus berusaha meluruskan mere-

ka lagi, menyadarkan mereka, dengan menginsafkan mereka 

akan dosa dan kesalahan mereka, dan mengajak mereka kem-

bali pada kewajiban mereka. Dan bila mereka sudah bertobat, 

kita harus menghibur mereka dengan belas kasihan yang mau 

mengampuni, dan sesudah  mereka kembali, kita harus mene-

guhkan kasih kita kepada mereka.  

2.  Cara untuk melakukan ini: Dalam roh lemah lembut. Bukan 

dengan murka dan amarah, seperti orang yang bersuka atas 

kejatuhan saudaranya, melainkan dengan kelemahlembutan, 

seperti orang yang justru berduka untuknya. Banyak teguran 

yang diperlukan tidak membawa hasil sebab  disampaikan 

dengan amarah. namun  jika teguran-teguran itu disampai-

kan dengan tenang dan lembut, dan tampak keluar dari kasih 

sayang dan kepedulian yang tulus akan kebaikan orang-orang 

yang diberi nasihat, maka ada kemungkinan teguran itu 

berdampak sebagaimana semestinya.  

3. Alasan yang sangat baik mengapa teguran ini harus disampai-

kan dalam roh lemah lembut: Sambil menjaga dirimu sendiri, 

supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Kita harus berlaku 

sangat lembut terhadap orang-orang yang terjerumus ke 

dalam dosa, sebab  tak seorang pun dari kita yang tahu kalau 

suatu saat itu terjadi pada diri kita sendiri. Bisa jadi kita 

sendirilah yang akan dicoba, dan bahkan terjerumus ke dalam 

pencobaan. Oleh sebab  itu, jika kita menjaga diri kita sendiri 

dengan benar, maka ini akan mendorong kita untuk memper-

lakukan orang lain sebagaimana kita ingin orang lain memper-

lakukan kita dalam keadaan itu.  

II.  Di sini kita diperintahkan untuk bertolong-tolongan menanggung 

beban (ay. 2). Ini bisa merujuk pada apa yang dikatakan sebelum-


 106

nya, dan dengan demikian mengajar kita untuk melatih kesabar-

an dan belas kasihan satu terhadap yang lain, dalam segala kele-

mahan, kebodohan, dan kekhilafan yang begitu sering menghing-

gapi kita. Juga, bahwa walaupun kita tidak boleh sepenuhnya 

mengabaikan semua kesalahan itu, kita tidak boleh bersikap 

keras satu sama lain sebab nya. Atau ini bisa merujuk pada 

patokan yang lebih umum, dan dengan demikian mengajak kita 

untuk berbela rasa satu sama lain di bawah berbagai macam 

pencobaan dan permasalahan yang mungkin kita hadapi, dan 

untuk siap saling memberikan penghiburan dan nasihat, bantuan 

dan pertolongan, sebagaimana keadaan menuntutnya. Untuk 

menggugah kita melakukan ini, Rasul Paulus menambahkan, de-

ngan cara memberikan dorongan, bahwa dengan begitu kita 

memenuhi hukum Kristus. Ini berarti bertindak sesuai dengan 

hukum perintah-Nya, yaitu hukum kasih, dan ini mewajibkan 

kita untuk saling bersabar dan mengampuni, saling berbela rasa 

dan berbelas kasihan satu sama lain. Itu juga sesuai dengan 

teladan-Nya, yang berlaku sebagai hukum bagi kita. Ia menang-

gung kelemahan dan kebodohan kita, Ia turut merasakan kele-

mahan-kelemahan kita. Dan sebab  itu ada alasan baik mengapa 

kita harus menjaga sikap ini satu terhadap yang lain. Perhati-

kanlah, walaupun sebagai orang-orang Kristen kita dibebaskan 

dari hukum Musa, namun kita berada di bawah hukum Kristus. 

Dan sebab  itu, daripada menimpakan beban-beban yang tidak 

penting pada orang lain (seperti yang dilakukan oleh mereka yang 

mendesakkan pelaksanaan hukum Musa), jauh lebih patut bagi 

kita untuk memenuhi hukum Kristus dengan menanggung beban 

satu sama lain. sebab  Rasul Paulus sadar bagaimana kesom-

bongan akan menjadi halangan besar bagi kerendahan hati dan 

bela rasa satu sama lain seperti yang sudah dianjurkannya, dan 

bagaimana keangkuhan diri akan mencondongkan kita untuk 

mencela dan mengutuk saudara-saudara kita, bukan menang-

gung kelemahan-kelemahan mereka dan berusaha memulihkan 

mereka jika terjerumus dalam kesalahan, maka ia (ay. 3) 

ambil peduli untuk memperingatkan kita terhadap hal ini. Menu-

rutnya sangat mungkin (dan suatu hal yang baik kalau itu tidak 

terlalu sering dilakukan) bagi seseorang untuk menyangka dirinya 

berarti, yaitu senang menganggap dirinya sudah berkecukupan, 

memandang diri lebih bijak dan lebih baik dari orang lain, dan 

Surat Galatia 6:1-10 

 107 

pantas mengatur-ngatur dan memerintah mereka, namun pada-

hal sebenarnya ia bukan apa-apa, tidak ada arti atau keteguhan 

dalam dirinya, atau sesuatu yang bisa menjadi dasar bagi dia 

untuk merasa percaya diri dan unggul seperti yang disangkanya. 

Supaya kita tidak membuka diri pada sikap ini, Rasul Paulus 

memberi tahu kita bahwa orang seperti itu hanya menipu diri. 

Sementara ia memberi kesan bagus pada diri orang lain, dengan 

mengaku-ngaku mempunyai apa yang tidak dipunyainya, ia 

sebenarnya menipu diri sendiri, dan cepat atau lambat ia akan 

merasakan akibat-akibat yang menyedihkan darinya. Sikap ini 

tidak akan pernah membuat dia dihargai, entah oleh Allah atau 

manusia, yang sangat dinanti-nantikannya. Ia sama sekali tidak 

bebas dari kesalahan-kesalahan, dan tidak akan menjadi lebih 

aman dari godaan-godaan walaupun sangkanya ia mampu sendiri 

untuk menghadapinya. Sebaliknya, ia justru akan lebih mudah 

jatuh ke dalam godaan, dan termakan olehnya. Sebab, siapa yang 

menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan 

jatuh! Oleh sebab  itu, daripada memanjakan kecondongan hati 

yang sombong seperti itu, yang akan merusak kasih dan kebaikan 

yang harus kita berikan kepada sesama orang Kristen maupun 

menyakiti diri kita sendiri, akan jauh lebih baik bagi kita untuk 

menerima anjuran Rasul Paulus (Flp. 2:3), janganlah mencari 

kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hen-

daklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain 

lebih utama dari pada dirinya sendiri. Perhatikanlah, menyom-

bongkan diri hanyalah menipu diri. Selain tidak sesuai dengan 

kasih yang harus kita berikan kepada orang lain (sebab kasih 

tidak memegahkan diri dan tidak sombong, 1Kor. 13:4), menyom-

bongkan diri juga berarti menipu diri. Dan tidak ada tipuan yang 

lebih berbahaya di dunia ini daripada menipu diri sendiri. Sebagai 

jalan untuk mencegah kejahatan ini, 

II. Tiap-tiap dari kita dianjurkan untuk menguji pekerjaan kita sen-

diri (ay. 4). Yang terutama dimaksudkan dengan pekerjaan kita 

sendiri adalah perbuatan atau perilaku kita. Rasul Paulus memin-

ta kita untuk menguji hal ini, yaitu memeriksanya secara sung-

guh-sungguh dan adil sesuai patokan firman Allah, untuk melihat 

apakah semua itu sesuai dengan firman Allah, dan sebab  itu 

berkenan pada Allah dan hati nurani. Ini digambarkannya sebagai 


 108

kewajiban setiap orang. Daripada cepat-cepat menghakimi dan 

mencela orang lain, jauh lebih patut bagi kita untuk menyelidiki 

dan menguji jalan-jalan kita sendiri. Yang harus lebih kita per-

hatikan ada di rumah, bukan di luar, ada dalam diri kita sendiri, 

bukan diri orang lain, sebab siapakah kita, sehingga kita meng-

hakimi hamba orang lain? Dengan menghubungkan nasihat ini 

dengan apa yang dikatakan sebelumnya, tampak bahwa jika 

orang-orang Kristen melakukan pekerjaan ini dengan semestinya, 

mereka akan mudah menemukan kekurangan dan kegagalan 

dalam diri mereka sendiri, yang akan segera menginsafkan mere-

ka betapa sedikit alasan bagi mereka untuk menyombongkan diri 

atau bersikap keras dalam mencela orang lain. Dengan demikian, 

ini memberi kita kesempatan untuk mengamati bahwa jalan 

terbaik untuk mencegah supaya kita tidak menyombongkan diri 

adalah dengan menguji diri kita sendiri. Semakin kita mengenal 

hati dan jalan kita sendiri, semakin kita tidak mau merendahkan 

orang lain, dan semakin ingin berbelas kasihan dan membantu 

orang lain dalam segala kelemahan dan penderitaan mereka. 

Supaya kita mau menjalankan kewajiban yang penting dan 

bermanfaat ini, yaitu menguji pekerjaan kita sendiri, Rasul Paulus 

menegaskan dua pertimbangan yang sangat layak untuk itu: 

1.  Ini adalah jalan supaya kita dapat bermegah melihat keadaan 

kita sendiri. Jika kita sungguh berusaha untuk menguji pe-

kerjaan kita sendiri, dan, saat  diuji, kita bisa membuktikan 

diri kita berkenan kepada Allah, bahwa kita tulus dan lurus 

hati di hadapan-Nya, maka kita boleh berharap akan men-

dapat penghiburan dan kedamaian dalam jiwa kita sendiri, 

dan pada saat yang sama suara hati kita pun memberi kesak-

sian kepada kita (2Kor. 1:12). Ia menunjukkan, bahwa ini 

akan menjadi alasan yang jauh lebih baik bagi kita untuk ber-

sukacita dan merasa puas daripada bermegah melihat keada-

an orang lain, entah sebab  mereka berpikiran baik tentang 

kita atau sebab  kita berhasil membuat mereka menyetujui 

pendapat kita. Inilah yang cenderung dimegahkan oleh guru-

guru palsu itu (seperti yang kita lihat dalam ayat 13). Atau 

dengan membandingkan diri dengan orang lain, seperti yang 

tampak dilakukan sebagian orang, mereka langsung menyang-

ka diri mereka sendiri baik, sebab  mereka pikir diri mereka 

tidak seburuk orang lain. Terlalu banyak orang cenderung 

Surat Galatia 6:1-10 

 109 

menilai diri berdasar  hal-hal seperti itu. namun  sukacita 

yang dihasilkan dengan cara demikian tidak ada apa-apanya 

jika dibandingkan dengan sukacita yang timbul dari menguji 

diri kita sendiri secara adil sesuai patokan firman Allah, dan 

dengan begitu bisa membuktikan diri kita berkenan kepada-

Nya. Perhatikanlah,  

(1) Walaupun dalam diri kita tidak ada yang bisa kita megah-

kan, namun ada yang bisa membuat kita bersuka dalam 

diri kita sendiri. Perbuatan-perbuatan kita tidak memiliki 

jasa apa-apa di tangan Allah. Akan namun , jika suara hati 

kita bisa bersaksi kepada kita bahwa perbuatan kita ber-

kenan dan diterima oleh-Nya demi Kristus, maka ada alas-

an yang baik bagi kita untuk bersukacita di dalamnya.  

(2) Jalan yang benar untuk bermegah melihat keadaan kita 

sendiri adalah dengan banyak-banyak menguji pekerjaan 

kita sendiri, dengan menyelidiki diri kita menurut patokan 

firman Allah yang tak pernah keliru, bukan menurut ukur-

an-ukuran palsu yang mengukur seperti apa orang lain, 

atau apa yang orang lain pikirkan tentang kita.  

(3) Jauh lebih baik mempunyai alasan untuk bermegah meli-

hat keadaan kita sendiri daripada melihat keadaan orang 

lain. Jika suara hati kita bersaksi bahwa kita berkenan 

pada Allah, kita tidak perlu repot-repot memikirkan apa 

yang dipikirkan atau dikatakan orang lain tentang kita. 

Bila kita memiliki kesaksian suara hati ini, maka pendapat 

baik orang lain mengenai diri kita tidak banyak artinya bagi 

kita. 

2.  Alasan lain yang dipakai Rasul Paulus untuk menekankan 

kepada kita kewajiban menguji pekerjaan sendiri ini adalah 

bahwa tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri 

(ay. 5). Artinya, pada hari penghakiman agung, setiap orang 

akan diadili sesuai dengan perilakunya selama berada di dunia 

sini. Ia memandang adanya suatu hari yang akan datang 

saat  kita semua harus mempertanggungjawabkan diri kita 

kepada Allah. Dan ia menyatakan bahwa pada waktu itu peng-

hakiman akan berjalan, dan hukuman dijatuhkan, bukan me-

nurut apa yang dipikirkan dunia tentang kita, atau pendapat 

kita yang tidak berdasar tentang diri kita sendiri, atau apakah 


 110

perilaku kita lebih baik atau lebih buruk dari orang lain, 

melainkan menurut keadaan dan perilaku kita yang sesung-

guhnya di hadapan Allah. Dan, jika ada saat mengerikan yang 

akan datang, saat  Ia membalas setiap orang menurut per-

buatannya, maka pastilah ada alasan yang sangat kuat meng-

apa kita harus menguji pekerjaan kita sendiri sekarang. Jika 

sudah pasti kita akan dipanggil untuk bertanggung jawab di 

kehidupan nanti, maka pasti kita harus sering memanggil diri 

kita sendiri untuk bertanggung jawab di sini, untuk melihat 

apakah kita termasuk orang yang akan diakui dan berkenan 

pada Allah nanti. Dan, sebab  ini merupakan kewajiban kita, 

maka jika itu harus kita lakukan, maka yang lebih menjadi pe-

kerjaan kita adalah memikirkan apa yang lebih patut tentang 

diri kita sendiri maupun tentang sesama orang Kristen. Dan 

daripada berlaku keras satu terhadap yang lain, sebab  kesa-

lahan atau kegagalan apa saja yang kita lakukan, lebih baik 

kita menetapkan hati untuk senantiasa memenuhi hukum 

Kristus itu, yang dengannya kita akan dihakimi dalam me-

nanggung beban satu sama lain. 

IV. Orang-orang Kristen di sini dinasihati untuk bersikap murah hati 

dan royal dalam mengurusi hamba-hamba Tuhan (ay. 6): Dan 

baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi 

segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan 

pengajaran itu. Di sini, kita bisa amati,  

1.  Rasul Paulus membicarakannya sebagai suatu hal yang sudah 

diketahui dan diakui bahwa, sebagaimana ada sebagian orang 

yang diajar, demikian pula ada sebagian lain yang ditunjuk 

untuk mengajar. Tugas melayani adalah suatu ketetapan ilahi, 

yang tidak terbuka bagi semua orang, namun  terbatas hanya 

pada mereka yang oleh Allah dibuat memenuhi syarat dan di-

panggil untuk itu. Bahkan akal sendiri membimbing kita un-

tuk membedakan antara pengajar dan yang diajar (sebab, ka-

lau semuanya guru, siapa yang akan diajar?), dan Kitab Suci 

menyatakan dengan cukup bahwa sudah menjadi kehendak 

Allah kita harus membedakannya.  

2.  Firman Allahlah yang hamba-hamba Tuhan harus pergunakan 

untuk mengajar dan mendidik orang lain. Apa yang harus me-

reka beritakan adalah firman (2Tim. 4:2). Apa yang harus 

Surat Galatia 6:1-10 

 111 

mereka nyatakan adalah maksud Allah (Kis. 20:27). Mereka 

bukan tuan yang memerintahkan apa yang harus kita percayai, 

melainkan orang-orang yang turut bekerja untuk sukacita kita 

(2Kor. 1:24). Firman Allahlah satu-satunya patokan iman dan 

hidup. Inilah yang perlu mereka pelajari, mereka buka, dan 

mereka kembangkan untuk membangun orang lain. namun  

mereka hanya boleh didengarkan sejauh mereka berbicara 

sesuai dengan patokan ini.  

3.  Orang-orang yang diajar firman wajib menyokong hidup guru-

guru yang ditunjuk untuk mengajar mereka. Sebab mereka 

harus membagi segala sesuatu yang ada pada mereka dengan 

orang yang memberikan pengajaran itu, harus menyumbang-

kan dengan hati yang bebas dan riang, dari hal-hal baik yang 

dengannya Allah sudah memberkati mereka, yaitu apa yang 

diperlukan untuk kebutuhan hidup yang memadai guru-guru 

itu. Hamba-hamba Tuhan harus bertekun dalam membaca Ki-

tab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar (1Tim. 

4:13). Mereka tidak boleh memusingkan diri mereka dengan 

soal-soal penghidupan mereka (2Tim. 2:4), dan sebab  itu 

pantas dan wajar jika mereka yang telah menaburkan benih ro-

hani bagi orang lain, menuai hasil duniawi dari orang lain. Dan 

ini merupakan ketetapan Allah sendiri. Sebab sebagaimana di 

bawah hukum Taurat mereka yang melayani dalam tempat ku-

dus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu, demi-

kian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang mem-

beritakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu (1Kor. 

9:11, 13-14).  

V. Di sini ada peringatan untuk berjaga-jaga supaya kita tidak mem-

permainkan Allah, atau menipu diri kita sendiri, dengan memba-

yangkan bahwa Allah bisa ditipu hanya dengan berpura-pura 

atau mengaku-ngaku (ay. 7): Jangan sesat! Allah tidak membiar-

kan diri-Nya dipermainkan. Ini bisa dipandang sebagai merujuk 

pada nasihat sebelumnya, dan dengan demikian maksudnya ada-

lah untuk meyakinkan orang akan dosa dan kebodohan mereka 

jika mereka mencoba membuat-buat alasan untuk tidak menja-

lankan kewajiban menyokong kebutuhan hidup hamba-hamba 

Tuhan. Atau ini bisa dipahami secara lebih umum, menyangkut 

masalah menghormati agama secara keseluruhan, dan dengan 


 112

demikian dimaksudkan untuk mengajak orang supaya tidak me-

nyuburkan harapan yang sia-sia untuk menikmati imbalan-imbal-

an dari agama sementara mereka hidup dengan mengabaikan ke-

wajiban-kewajibannya. Rasul Paulus di sini berpikir bahwa ba-

nyak orang cenderung membuat-buat alasan untuk tidak menja-

lankan perintah agama, terutama bagian-bagian yang lebih me-

nuntut penyangkalan diri dan pengorbanan, meskipun pada saat 

yang sama mereka mungkin memperlihatkan diri beragama dan 

mengaku beragama. namun  ia meyakinkan mereka bahwa ini 

jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri (KJV: 

jalan ini adalah kebodohan mereka – pen.), sebab, walaupun 

dengan berbuat begitu mereka bisa saja mengelabui orang lain, 

namun mereka sebenarnya hanya menipu diri sendiri kalau mere-

ka berpikir bisa mengelabui Allah juga, yang dengan sempurna 

mengenal hati dan juga perbuatan mereka. Dan, sebagaimana 

Allah tidak bisa ditipu, demikian pula Ia tidak mau dipermainkan. 

Oleh sebab  itu, untuk mencegah hal ini, Rasul Paulus mengarah-

kan kita untuk menetapkan sebagai patokan kita sendiri, apa 

yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Atau sesuai 

kelakuan kita sekarang, demikianlah pertanggungjawaban kita 

nanti di hari yang agung. Saat sekarang adalah saat menabur 

benih. Di dunia lain akan ada panen besar. Dan, sebagaimana 

petani menuai pada waktu panen sesuai dengan benih yang dita-

burnya, demikian pula kita akan menuai nanti sesuai dengan apa 

yang kita tabur sekarang. Lebih jauh lagi Rasul Paulus memberi 

tahu kita (ay. 8) bahwa, sebagaimana ada dua macam benih, yaitu 

menabur dalam daging dan menabur dalam Roh, demikian pula 

dengan balasannya nanti di akhirat: Jika kita menabur dalam 

daging kita, kita akan menuai kebinasaan dari daging kita. Jika 

kita menabur angin, kita akan menuai badai. Orang-orang yang 

hidup dalam kedagingan, yang bukannya bertindak demi kehor-

matan Allah dan kebaikan orang lain, malah menghabiskan sege-

nap pikiran, perhatian, dan waktu mereka untuk memuaskan 

daging, harus bersiap-siap memetik buah dari jalan itu, yang 

tiada lain adalah kebinasaan. Kepuasan yang tidak berharga dan 

sebentar pada saat ini, akan menghasilkan kehancuran dan ke-

sengsaraan pada ujungnya. Akan namun , pada sisi lain, barangsia-

pa menabur dalam Roh, yang hidup kudus dan rohani di bawah 

bimbingan dan kuasa Roh, dengan mengabdi pada Allah dan 

Surat Galatia 6:1-10 

 113 

berguna serta melayani sesama, ia boleh yakin bahwa ia akan 

menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Mereka akan mendapatkan 

penghiburan yang sesungguhnya di jalan mereka saat ini, dan 

hidup serta kebahagiaan kekal pada ujungnya. Perhatikanlah, 

orang yang mempermainkan Allah hanyalah menipu diri sendiri. 

Kemunafikan dalam agama adalah kebodohan dan juga kefasikan 

terbesar, sebab  Allah yang harus kita hadapi itu dengan mudah 

melihat segala hal yang kita samarkan, dan pasti akan mengada-

kan perhitungan dengan kita nanti, bukan menurut apa yang kita 

akui, melainkan menurut apa yang kita lakukan. 

VI. Di sini ada peringatan lagi untuk kita, supaya jangan jemu-jemu 

berbuat baik (ay. 9). Sebagaimana kita tidak boleh mencari-cari 

alasan untuk tidak melakukan apa saja yang menjadi bagian dari 

kewajiban kita, demikian pula kita tidak boleh jemu-jemu dalam 

melakukannya. Dalam diri kita semua ada kecenderungan yang 

begitu besar untuk merasa jemu. Kita cenderung letih dan lesu 

dalam menjalankan kewajiban, bahkan kemudian meninggalkan-

nya sama sekali, khususnya bagian yang diperhatikan Rasul Pau-

lus secara khusus di sini, yaitu berbuat baik kepada orang lain. 

Oleh sebab itu, ia mau supaya kita betul-betul waspada dan 

berjaga-jaga terhadap hal ini. Dan ia memberikan alasan yang 

sangat baik untuk itu, yaitu sebab  jika sudah datang waktu-

nya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Di sini ia 

meyakinkan kita bahwa ada upah yang disediakan bagi semua 

orang yang dengan tulus menyediakan dirinya untuk berbuat 

baik. Bahwa upah ini pasti akan diberikan kepada kita pada wak-

tunya, yaitu jika bukan di dunia ini, tidak diragukan lagi di dunia 

nanti, asalkan kita tidak menjadi lemah dalam menjalankan 

kewajiban kita. Jika kita menjadi jemu berbuat baik, dan undur 

darinya, kita tidak hanya akan kehilangan upah ini, namun  juga 

penghiburan dan keuntungan dari apa yang sudah kita lakukan. 

Sebaliknya, jika kita tetap bersiteguh berbuat baik, walaupun 

ditunda, upah kita pasti akan tiba, dan upah itu akan begitu 

besar sehingga kita mendapat balasan yang berlimpah ruah atas 

segala ketabahan dan kesetiaan kita. Perhatikanlah, kita berhik-

mat dan memenuhi kepentingan serta kewajiban kita, jika kita 

bertekun dalam berbuat baik, sebab hanya untuk ketekunan ini-

lah upah dijanjikan. 


 114

VII. Di sini ada nasihat bagi semua orang Kristen untuk berbuat baik 

di tempat mereka masing-masing (ay. 10): Selama masih ada 

kesempatan bagi kita, dan seterusnya. Bersikap baik terhadap 

orang lain saja tidak cukup, kalau kita mau membuktikan diri 

sebagai orang Kristen sejati. Kewajiban yang dianjurkan kepada 

kita di sini sama dengan yang dibicarakan dalam ayat 1-10. Dan, 

sebagaimana sebelumnya Rasul Paulus menasihati kita untuk 

bersikap tulus dan bertekun dalam menjalankan kewajiban, 

demikian pula di sini ia memberi kita petunjuk terhadap siapa 

kita harus menjalankan kewajiban ini dan apa patokannya.  

1.  Secara lebih umum, kewajiban ini harus dilakukan terhadap 

semua orang. Kita tidak boleh membatasi kasih dan kebaikan 

hati kita terlalu sempit, seperti yang cenderung dilakukan 

orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen Yahudi. Sebalik-

nya, kita harus siap memperluas kewajiban tersebut kepada 

semua orang yang ikut ambil bagian dalam sifat yang sama 

dengan kita, sejauh kita mampu dan sejauh mereka membu-

tuhkan kita. Akan namun , dalam menjalankannya, kita harus 

terutama memperhatikan saudara-saudara seiman, atau 

mereka yang mengakui iman yang sama, dan sesama anggota 

tubuh Kristus. Meskipun orang lain tidak boleh dikesamping-

kan, namun mereka inilah yang harus lebih diutamakan. 

Kasih orang-orang Kristen haruslah luas. Akan namun , di 

dalamnya perhatian yang khusus harus diberikan kepada 

orang-orang baik. Allah berbuat baik kepada semua, namun  

dengan cara yang khusus Dia baik kepada hamba-hamba-Nya 

sendiri. Dan dalam berbuat baik, kita harus menjadi penurut-

penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih.  

2.  Patokan yang harus kita pakai dalam berbuat baik kepada 

orang lain adalah selama masih ada kesempatan, yang menyi-

ratkan,  

(1) Bahwa kita harus memastikan untuk melakukannya sela-

ma ada kesempatan, atau selama kita hidup, yang meru-

pakan satu-satunya kesempatan di mana kita bisa berbuat 

baik kepada orang lain. Oleh sebab itu, kalau kita mau 

berlaku benar dalam hal ini, kita tidak boleh, seperti yang 

dilakukan banyak orang, mengabaikannya saat  kita hi-

dup, dan menundanya sampai sebelum kita mati, dengan 

Surat Galatia 6:1-10 

 115 

dalih bahwa pekerjaan seperti ini sebaiknya dilakukan 

nanti saja. Sebab, sebagaimana kita tidak tahu pasti apa-

kah kita akan diberi kesempatan nanti, demikian pula, 

kalau diberi kesempatan, kita tidak punya alasan untuk 

berharap bahwa apa yang akan kita lakukan pada waktu 

itu berkenan pada Allah. Apalagi kita berharap bisa mene-

bus kelalaian-kelalaian kita di masa lalu dengan mening-

galkan sesuatu demi kebaikan orang lain, padahal kita 

tidak bisa lagi menjaganya untuk diri kita sendiri. Sebalik-

nya, kita harus berusaha berbuat baik selama kita hidup, 

bahkan menjadikannya sebagai pekerjaan dalam hidup 

kita. Dan, 

(2) Bahwa kita harus siap memanfaatkan setiap kesempatan 

untuk berbuat baik. Kita tidak boleh berpuas diri sebab  

sudah melakukan suatu kebaikan. Sebaliknya, jika ke-

sempatan-kesempatan baru datang, sejauh kita mampu, 

kita harus siap mengambilnya, sebab kita diminta untuk 

memberikan bahagian kepada tujuh, bahkan kepada dela-

pan orang (Pkh. 11:2). Perhatikanlah, 

[1] Sebagaimana Allah sudah menjadikan kewajiban bagi 

kita untuk berbuat baik kepada orang lain, demikian 

pula Ia ambil peduli dalam pemeliharaan-Nya untuk 

memperlengkapi kita dengan kesempatan-kesempatan 

untuk melakukannya. Orang-orang miskin selalu ada 

padamu (Mat. 26:11).  

[2]  jika Allah memberi kita kesempatan untuk berguna 

bagi orang lain, Ia berharap supaya kita memanfaatkan 

kesempatan itu, menurut kesanggupan dan kemampu-

an kita.  

[3]  Kita memerlukan hikmat dan kebijaksanaan ilahi untuk 

membimbing kita dalam menjalankan perbuatan kasih 

atau kebaikan, khususnya dalam memilih siapa yang 

pantas mendapatkannya. Sebab, walau tak seorang pun 

boleh diabaikan sepenuhnya jika ia membutuhkan kita, 

namun ada pembedaan antara sebagian orang dan 

sebagian yang lain.  


 116

Ciri-ciri Guru-guru yang Menggoda;  

Keberhasilan Salib Kristus; Berkat Kerasulan  

(6:11-18) 

11 Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan 

tanganku sendiri. 12 Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, 

merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan 

maksud, supaya mereka tidak dianiaya sebab  salib Kristus. 13 Sebab mereka 

yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. namun  

mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat 

bermegah atas keadaanmu yang lahiriah. 14 namun  aku sekali-kali tidak mau 

bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia 

telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. 15 Sebab bersunat atau tidak 

bersunat tidak ada artinya, namun  menjadi ciptaan baru, itulah yang ada 

artinya. 16 Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan 

ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas 

Israel milik Allah. 17 Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan 

aku, sebab  pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus. 18 Kasih karunia 

Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin.  

sesudah  panjang lebar menguraikan ajaran Injil, dan berusaha meya-

kinkan orang-orang Kristen ini untuk berperilaku sesuai ajaran itu, 

Rasul Paulus di sini tampak bermaksud mengakhiri surat ini. Ini ter-

utama saat  ia memberi tahu mereka bahwa, sebagai tanda khusus 

dari penghormatannya terhadap mereka, ia menulis surat panjang ini 

dengan tangannya sendiri, dan tidak memakai orang lain sebagai 

juru tulisnya, dengan hanya menuliskan namanya di surat itu, seper-

ti yang biasa dilakukannya dalam surat-surat lain. namun  demikian-

lah kasih sayangnya kepada mereka, demikianlah kepeduliannya un-

tuk memulihkan mereka dari kesan-kesan buruk yang ditinggalkan 

oleh guru-guru palsu pada mereka, sehingga ia tidak bisa pamit 

sebelum menggambarkan sekali lagi kepada mereka tabiat yang sebe-

narnya dari guru-guru itu, dan gambaran tentang sikap dan peri-

lakunya sendiri yang bertentangan. Dengan membandingkan itu ber-

sama-sama, mereka diharapkan bisa dengan mudah melihat betapa 

tidak beralasan bagi mereka untuk meninggalkan ajaran yang sudah 

diajarkannya kepada mereka dan mengikuti ajaran guru-guru palsu 

itu.  

I.  Ia menggambarkan kepada mereka tabiat yang sebenarnya dari 

guru-guru yang giat menggoda mereka itu, dengan memberikan 

sejumlah contoh khusus, seperti,  

1. Mereka adalah orang-orang yang secara lahiriah suka menon-

jolkan diri (ay. 12). Mereka sangat bersemangat melakukan

Surat Galatia 6:11-18 

 117 

 hal-hal lahiriah dari agama. Mereka menjadi yang terdepan 

dalam menjalankan, dan menyuruh orang lain untuk menja-

lankan, upacara-upacara agama, walaupun pada saat yang 

sama mereka hanya sedikit atau sama sekali tidak peduli 

dengan kesalehan yang sesungguhnya. Sebab, seperti yang 

dikatakan Rasul Paulus tentang mereka di ayat berikutnya, 

mereka sendiri tidak memelihara hukum Taurat. Tidak ada 

yang lebih diinginkan oleh hati yang sombong, angkuh, dan 

bersifat kedagingan selain memamerkan hal-hal lahiriah, dan 

mereka puas menjalankan perintah agama sejauh itu mem-

bantu mereka mempertahankan pamer itu. namun  sering kali 

orang-orang yang paling ingin memamerkan agama, paling 

sedikit memahami hakikatnya. 

2. Mereka adalah orang-orang yang takut menderita, sebab mere-

ka menyuruh orang-orang Kristen yang bukan keturunan Ya-

hudi untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka 

tidak dianiaya sebab  salib Kristus. Mereka melakukan itu 

bukan sebab  mereka memperhatikan hukum Taurat, melain-

kan demi kepentingan diri mereka sendiri. Mereka hanya ingin 

tidur aman dan menyelamatkan barang-barang duniawi mere-

ka, tak peduli bila hal itu akan membuat karam kapal iman 

dan hati nurani mereka. Apa yang terutama mereka inginkan 

adalah menyenangkan hati orang-orang Yahudi, dan menjaga 

nama baik mereka di antara orang-orang itu, dan dengan demi-

kian mencegah masalah seperti yang biasanya dialami Paulus 

dan orang lain yang setia mengakui ajaran Kristus. Dan,  

3.  Tabiat lainnya adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang 

hanya mementingkan golongan, dan tidak mempunyai sema-

ngat untuk menjalankan hukum Taurat lebih jauh daripada 

yang bisa memenuhi maksud-maksud mereka yang bersifat 

kedagingan dan mementingkan diri. Sebab mereka ingin su-

paya orang-orang Kristen ini disunat, agar mereka dapat 

bermegah atas keadaan lahiriah orang-orang itu (ay. 13), agar 

mereka bisa berkata bahwa mereka berhasil membuat orang-

orang itu berpihak pada mereka, dan membuat mereka pindah 

agama, yang tandanya ada pada tubuh mereka. Dengan demi-

kian, walaupun mengaku-ngaku memajukan agama, mereka 

sebenarnya adalah musuh-musuhnya yang terbesar. Sebab, 

tidak ada hal lain yang lebih merusak kepentingan agama se-


 118

lain semangat untuk memihak suatu kalangan atau mem-

bentuk suatu golongan. 

II.  Pada sisi lain, Rasul Paulus memberitahukan kepada kita sikap 

dan perilakunya sendiri. Dia juga menyatakan pengakuan iman, 

harapan, dan sukacitanya sendiri. Khususnya, 

1.  Bahwa ia terutama bermegah di dalam salib Kristus: Aku se-

kali-kali tidak mau bermegah, katanya, selain dalam salib 

Tuhan kita Yesus Kristus (ay. 14). Yang dimaksudkan dengan 

salib Kristus di sini adalah penderitaan dan kematian-Nya di 

kayu salib, atau ajaran keselamatan oleh Juruselamat yang 

disalibkan. Inilah yang menjadi batu sandungan bagi orang-

orang Yahudi dan dianggap bodoh oleh orang-orang Yunani. 

Guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi 

sendiri, walaupun sudah memeluk Kekristenan, begitu malu 

dengan salib Kristus, sampai-sampai untuk menuruti orang-

orang Yahudi, dan untuk menghindari penganiayaan dari 

orang-orang itu, mereka mencampuradukkan pelaksanaan 

hukum Musa dengan iman kepada Kristus sebagai hal yang 

penting untuk memperoleh keselamatan. namun  Paulus mem-

punyai pendapat yang sangat berbeda tentangnya. Ia sama 

sekali tidak tersandung oleh salib Kristus, atau malu dengan-

nya, atau takut mengakuinya, namun  justru bermegah di 

dalamnya. Bahkan, ia tidak mau bermegah dalam hal lain, dan 

dengan perasaan yang sangat jijik menolak menempatkan apa 

saja untuk bersaing melawan salib Kristus sebagai sesuatu 

yang dihargainya. Aku sekali-kali tidak mau, dst. Ini merupa-

kan dasar dari segala pengharapannya sebagai orang Kristen. 

Ini adalah ajaran yang, sebagai seorang rasul, bertekad untuk 

diberitakannya. Dan, apa pun ujian yang mungkin menimpa-

nya sebab  kesetiaannya yang teguh terhadap ajaran itu, ia 

tidak saja siap untuk berserah padanya, namun  juga untuk 

bersukacita di dalamnya. Perhatikanlah, salib Kristus adalah 

kemuliaan utama dari orang Kristen yang baik, dan ada alasan 

yang sangat kuat mengapa kita harus bermegah di dalamnya, 

sebab kepadanya kita berutang segala sukacita dan pengha-

rapan kita.  

2.  Bahwa ia mati terhadap dunia. Oleh Kristus, atau oleh salib 

Kristus, dunia telah disalibkan baginya dan ia bagi dunia. Ia 

Surat Galatia 6:11-18 

 119 

sudah mengalami kekuatan dan kuasa dari salib itu dalam 

menjauhkannya dari dunia, dan ini merupakan salah satu 

alasan kuat mengapa ia bermegah di dalamnya. Guru-guru 

palsu itu adalah orang-orang yang bersikap duniawi, yang 

terutama mereka pedulikan adalah kepentingan-kepentingan 

duniawi mereka, dan sebab  itu mereka menyesuaikan agama 

mereka dengan kepentingan-kepentingan itu. namun  Paulus 

adalah seorang yang berjiwa lain. Sebagaimana dunia tidak 

berbaik hati terhadap dia, demikian pula ia tidak terlalu peduli 

dengan dunia. Ia sudah mengatasi baik senyuman maupun 

kernyit dahi dunia, dan merasa tak acuh terhadapnya seperti 

orang yang sudah mati dan keluar dari dunia. Ini adalah sikap 

pikiran yang harus berusaha diperoleh semua orang Kristen. 

Dan cara terbaik untuk memperolehnya adalah dengan menge-

nal baik salib Kristus. Semakin tinggi penghormatan kita ter-

hadap-Nya, semakin rendah pendapat kita tentang dunia. Dan 

semakin sering kita merenungkan penderitaan-penderitaan 

yang dialami oleh Juruselamat kita yang terkasih dari dunia, 

semakin kecil kemungkinan kita untuk mencintai dunia.  

3.  Bahwa Rasul Paulus tidak menekankan agamanya pada satu 

atau lain sisi dari pihak-pihak yang berseteru, melainkan pada 

Kekristenan yang sehat (ay. 15). Pada waktu itu, ada perpecah-

an yang tidak menyenangkan di antara orang-orang Kristen. 

Bersunat atau tidak bersunat menjadi nama yang dengannya 

mereka saling membedakan diri. Sebab (2:9, 12) orang-orang 

Kristen keturunan Yahudi disebut orang-orang bersunat, dan 

saudara-saudara yang bersunat. Guru-guru palsu sangat gigih 

membela sunat. Bahkan, mereka sedemikian gigihnya sehing-

ga menggambarkan sunat sebagai hal yang penting untuk 

memperoleh keselamatan, dan sebab  itu mereka berbuat 

semampu mungkin untuk membuat orang-orang Kristen yang 

bukan keturunan Yahudi untuk tunduk pada ketentuan 

sunat. Dalam hal ini mereka memperlakukan masalah sunat 

lebih jauh daripada orang lain. Sebab, walaupun para rasul 

membolehkan sunat di kalangan keturunan Yahudi yang ber-

tobat, namun mereka sama sekali tidak mau memaksakannya 

kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. namun  apa persisnya 

yang begitu ditekankan oleh guru-guru itu, Paulus sangat 

sedikit menceritakannya. Memang sangatlah penting bagi ke-


 120

pentingan Kekristenan bahwa sunat tidak boleh dipaksakan 

kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi yang bertobat, dan kare-

na itu hal ini dilawannya habis-habisan. namun  kalau sekadar 

masalah bersunat atau tidak bersunat, entah orang-orang 

yang sudah memeluk agama Kristen itu keturunan Yahudi 

atau bukan, dan apakah mereka mendukung atau menentang 

penerusan kebiasaan sunat, supaya mereka tidak menempat-

kan agama hanya pada masalah sunat, ini masalah yang 

dianggap kurang penting oleh Paulus. Sebab ia tahu betul 

bahwa di dalam Yesus Kristus, yaitu dalam pandangan-Nya, 

atau di zaman anugerah, bersunat atau tidak bersunat tidak 

ada artinya dalam kaitannya dengan perkenanan Allah, namun  

menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Di sini ia meng-

ajar kita apa yang merupakan hakikat dari agama yang sejati 

dan apa yang bukan. Hakikat agama tidak terletak pada ber-

sunat atau tidak bersunat, menjadi anggota gereja ini atau itu. 

Hakikat agama terletak pada hal bahwa kita menjadi ciptaan 

baru. Bukan dengan memiliki nama baru, atau menampilkan 

wajah baru, melainkan pada bagaimana akal budi kita diper-

baharui dan Kristus terbentuk dalam diri kita. Inilah yang 

paling diperhitungkan oleh Allah, dan demikian juga oleh 

Rasul Paulus. Jika kita membandingkan pernyataan ini de-

ngan beberapa pernyataan lain, kita dapat melihat lebih penuh 

apa yang membuat kita berkenan pada Allah, dan sebab  itu 

apa yang terutama harus kita pedulikan. Di sini kita diberi 

tahu bahwa hal yang dimaksud itu adalah menjadi ciptaan 

baru, dan dalam pasal 5:6, bahwa itu adalah iman yang 

bekerja oleh kasih, dan dalam 1 Korintus 7:19, bahwa itu ada-

lah mentaati hukum-hukum Allah. Dari semuanya ini tampak 

bahwa dengan perubahan akal budi dan hatilah kita dicon-

dongkan dan dimampukan untuk percaya pada Tuhan Yesus 

dan hidup mengabdi kepada Allah. Dan bahwa jika agama 

yang batiniah, yang hidup, dan yang praktis ini tidak ada, 

maka pengakuan-pengakuan lahiriah atau nama-nama khu-

sus apa pun tidak akan bisa membela kita, atau cukup mem-

buat kita baik di mata-Nya. Seandainya orang-orang Kristen 

dengan semestinya berkeinginan untuk mengalami hal ini 

dalam diri mereka sendiri, dan mengusahakannya dalam diri 

orang lain, kalaupun itu tidak membuat mereka mengesam-

Surat Galatia 6:11-18 

 121 

pingkan nama-nama mereka yang istimewa, setidak-tidaknya 

itu akan membuat mereka tidak lagi begitu menekankannya 

sebagaimana yang begitu sering mereka lakukan. Perhatikan-

lah, orang-orang Kristen harus berusaha memperhatikan de-

ngan saksama apa yang telah Allah tekankan dalam agama 

mereka, yaitu pada hal-hal yang bisa membuat kita berkenan 

pada-Nya. Demikianlah yang kita lihat dilakukan oleh Rasul 

Paulus. Kita berhikmat dan memenuhi kepentingan kita sen-

diri jika kita mengikuti teladannya dalam hal ini. sesudah  Rasul 

Paulus menunjukkan apa yang terutama harus dipertimbang-

kan dalam agama, dan apa yang teramat ditekankannya, yaitu 

bukan nama atau pengakuan yang kosong, melainkan peru-

bahan yang utuh dan menyelamatkan, dalam ayat 16 ia meng-

ucapkan berkat atas semua orang yang hidup menurut 

patokan ini: Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin 

oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat 

atas mereka dan atas Israel milik Allah. Patokan yang 

dibicarakannya di sini adalah, secara lebih umum, bisa berarti 

firman Allah secara keseluruhan, yang merupakan patokan 

lengkap dan sempurna dari iman dan hidup. Atau ajaran Injil, 

atau jalan pembenaran dan keselamatan, yang sudah dipapar-

kannya dalam surat ini, yaitu oleh iman di dalam Kristus 

tanpa pelaksanaan hukum Taurat. Atau patokan itu juga bisa 

dipandang sebagai merujuk lebih langsung pada ciptaan baru, 

yang baru saja dia bicarakan sebelumnya. Berkat-berkat yang 

diinginkannya untuk mereka yang hidup sesuai patokan ini, 

atau supaya mereka memperoleh harapan dan pandangan 

baru (sebab berkat itu bisa dipandang sebagai doa atau janji), 

adalah damai sejahtera dan rahmat, yaitu damai sejahtera 

dengan Allah dan hati nurani, dan semua penghiburan dalam 

hidup ini sejauh yang mereka perlukan, dan rahmat, atau 

bagian dalam kasih dan perkenanan Allah yang cuma-cuma di 

dalam Kristus, yang merupakan sumber dari semua berkat 

lain. Ada suatu dasar yang diletakkan dalam diri mereka yang 

mengerjakan perubahan yang penuh rahmat ini. Dan selama 

mereka berperilaku seperti ciptaan baru, dan mengatur hidup 

serta harapan mereka sesuai patokan Injil, mereka boleh yakin 

sepenuhnya akan mendapatkan damai sejahtera dan rahmat 

itu. Semuanya ini, katanya, akan menjadi bagian dari seluruh 


 122

Israel milik Allah. Yang dimaksudkannya di sini adalah semua 

orang Kristen yang tulus, entah berasal dari keturunan Yahudi 

atau bukan, semua yang merupakan orang-orang Israel sejati, 

yang walaupun bukan keturunan asli, menjadi keturunan 

Abraham secara rohani. Mereka ini, sebagai ahli waris dari 

iman Abraham, juga menjadi ahli waris bersama-sama dengan 

dia dari janji yang sama, dan sebab nya berhak memperoleh 

damai sejahtera dan rahmat yang dibicarakan di sini. Orang-

orang Yahudi dan guru-guru yang masih berpegang pada 

ajaran agama Yahudi ingin membatasi berkat-berkat ini hanya 

pada orang-orang yang bersunat dan memelihara hukum 

Musa. Sebaliknya, Rasul Paulus menyatakan bahwa itu semua 

menjadi milik semua orang yang hidup sesuai dengan patokan 

Injil, atau mereka yang menjadi ciptaan baru, bahkan seluruh 

Israel milik Allah. Di sini tersirat bahwa yang merupakan umat 

Israel sejati milik Allah hanyalah mereka yang hidup menurut 

patokan ini, dan bukan menurut sunat, yang bersikukuh me-

reka tekankan. Dan sebab  itu, inilah jalan yang benar untuk 

memperoleh damai sejahtera dan rahmat. Perhatikanlah,  

(1)  Orang-orang Kristen yang sejati adalah mereka yang hidup me-

nurut patokan. Bukan patokan yang mereka buat sendiri, me-

lainkan yang sudah ditentukan Allah sendiri untuk mereka. 

(2) Bahkan mereka yang hidup menurut patokan ini pun ma-

sih memerlukan rahmat Allah. namun ,  

(3) Semua orang yang dengan tulus berusaha hidup menurut 

patokan ini boleh yakin bahwa damai sejahtera dan rahmat 

akan turun atas mereka. Inilah jalan terbaik untuk mem-

peroleh damai sejahtera dengan Allah, dengan diri kita sen-

diri, dan dengan orang lain. Dan dalam hal ini, sebagai-

mana kita boleh yakin akan mendapat perkenanan Allah di 

kehidupan ini, demikian pula kita boleh yakin akan men-

dapat rahmat-Nya di kehidupan nanti. 

4. Bahwa Rasul Paulus dengan riang hati sudah menderita peng-

aniayaan demi Kristus dan Kekristenan (ay. 17). sebab  salib 

Kristus, atau ajaran keselamatan oleh Juruselamat yang disa-

libkan, adalah apa yang terutama dimegahkannya, maka ia 

rela menghadapi segala bahaya daripada harus mengkhianati 

kebenaran ini, atau membiarkannya dirusakkan. Guru-guru 

Surat Galatia 6:11-18 

 123 

palsu takut akan penganiayaan, dan ini merupakan alasan 

kuat mengapa mereka bersemangat membela sunat, seperti 

yang kita lihat dalam ayat 12. namun  hal penganiayaan ini 

sama sekali tidak dipedulikan Paulus. Ia tidak goyah oleh pen-

deritaan apa saja yang menimpanya, tidak pula ia menghirau-

kan nyawanya sedikit pun, asal saja ia dapat mencapai garis 

akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh 

Tuhan Yesus kepadanya untuk memberi kesaksian tentang Injil 

kasih karunia Allah (Kis. 20:24). Ia sudah banyak menderita 

demi membela kepentingan Kristus, sebab pada tubuhnya ada 

tanda-tanda milik Yesus, yaitu bekas-bekas luka yang melekat 

padanya dari musuh-musuh yang menganiaya, sebab  kese-

tiaannya yang tak goyah terhadap Kristus, dan ajaran Injil 

yang sudah diterimanya dari Dia. Sebagaimana tampak dari 

sini bahwa ia yakin betul akan kebenaran dan pentingnya 

ajaran Kristus, dan bahwa ia sama sekali tidak membela 

sunat, seperti yang secara keliru dibicarakan orang-orang ten-

tang dia, demikian pula dalam hal ini, dengan kehangatan dan 

kegigihan yang pantas, sesuai dengan wewenangnya sebagai 

rasul dan apa yang sedang dipikirkannya secara mendalam, ia 

menegaskan supaya mulai sekarang jangan ada orang yang 

menyusahkannya. Yaitu, dengan menentang ajaran atau wewe-

nangnya, atau dengan segala macam fitnah dan celaan seperti 

yang sudah dialamatkan kepadanya. Sebagaimana, berdasar  

apa yang sudah dikatakan dan yang sudah dideritanya, semua 

fitnah dan celaan itu tampak betul-betul tidak adil dan menya-

kitkan, demikian pula sangat tidak berakallah mereka yang su-

dah menyebarkan atau mempercayainya. Perhatikanlah,  

(1) Wajar saja untuk beranggapan bahwa jika orang rela men-

derita demi membela suatu kebenaran, maka ia sepenuh-

nya yakin akan kebenaran itu.  

(2) Sangat tidak adil menuduh orang lain melakukan hal-hal 

yang bertentangan bukan hanya dengan apa yang mereka 

akui, melainkan juga dengan apa yang sudah mereka derita. 

III. sesudah  menyelesaikan apa yang berniat ditulisnya untuk meng-

insafkan dan memulihkan jemaat-jemaat di Galatia, Rasul Paulus 

menutup surat ini dengan berkat kerasulannya (ay. 18). Ia menye-

but mereka sebagai saudara-saudaranya. Dalam hal ini ia menun-


 124

jukkan kerendahan hatinya yang besar, dan kasih sayangnya ter-

hadap mereka, kendati dengan perlakuan buruk yang sudah 

diterimanya dari mereka. Dan ia berpamitan dari mereka dengan 

mengucapkan doa yang sangat sungguh-sungguh dan penuh 

perasaan ini, yaitu agar kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus 

menyertai roh mereka. Ini adalah salam perpisahan yang biasa 

diucapkan Rasul Paulus, seperti yang kita lihat dalam Roma 

16:20, 24 dan 1 Korintus 16:23. Dan dalam hal ini ia berdoa su-

paya mereka menikmati perkenanan Kristus, baik dalam dampak-

dampaknya secara khusus maupun dalam bukti-buktinya yang 

terlihat. Ia berdoa supaya mereka menerima dari Dia segala kasih 

karunia yang perlu untuk membimbing mereka di jalan mereka, 

untuk menguatkan mereka dalam pekerjaan mereka, untuk me-

mantapkan mereka dalam hidup Kristen mereka, dan untuk men-

dorong serta menghibur mereka di bawah segala cobaan hidup 

dan dalam menghadapi kematian itu sendiri. Tepatlah bila ini 

disebut sebagai kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, sebab 

Dialah satu-satunya yang menebus bagi kita kasih karunia itu 

dan yang ditunjuk untuk membagi-bagikannya. Dan walaupun 

jemaat-jemaat ini sudah berbuat cukup untuk membuat mereka 

kehilangan kasih karunia itu, dengan membiarkan diri tertawan 

oleh pendapat dan perbuatan yang sangat tidak menghormati 

Kristus, dan yang juga berbahaya bagi mereka, namun dari kepe-

duliannya yang besar terhadap mereka, dan sebab  tahu betapa 

pentingnya hal itu bagi mereka, ia menginginkan kasih karunia 

itu dengan sungguh-sungguh untuk mereka. Bahkan, ia ingin 

supaya kasih karunia itu menyertai roh mereka, supaya mereka 

bisa terus-menerus mengalami pengaruhnya di dalam jiwa mere-

ka, yang akan mencondongkan dan memampukan mereka untuk 

bertindak dengan tulus dan lurus di dalam beragama. Tak ada 

lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia selain kasih 

karunia Tuhan kita Yesus Kristus. Kasih karunia ini dimohonkan 

oleh Rasul Paulus untuk orang-orang Kristen ini, dan dalam hal 

ini ia menunjukkan kepada kita apa yang terutama harus menjadi 

kepedulian kita untuk kita peroleh. Dan, untuk mendorong 

jemaat Galatia itu, dan kita juga, agar mengharapkannya, ia me-

nambahkan kata Amin. 

 

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Surat  

Efesus 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

TAFSIRAN  

SURAT Efesus  


eberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada 

jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim ke-

pada beberapa jemaat, dan sebab  suatu hal salinan yang dikirimkan 

kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, 

dan sebab  itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan 

khusus. Pendapat ini dibuat berdasar  kesimpulan bahwa surat 

ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Pau-

lus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah 

yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat 

kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khusus-

nya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain 

dan kemudian bertobat