-kemah mereka.
Siapakah yang dapat menghitung debu Yakub? Bangsa yang telah
lama menjadi jemaah di padang gurun kini telah muncul dari padang
gurun, bersandar pada kekasihnya, muncul laksana fajar merekah,
indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dan
dahsyat seperti balatentara dengan panji-panjinya. Betapa dahsyat-
nya ia di mata para seterunya, seperti disampaikan kepada kita di
sini (ay. 1). Betapa indah dan bercahayanya ia dijadikan di mata
sahabat-sahabatnya, dengan dihapuskannya cela Mesir dari dirinya,
seperti disampaikan kepada kita di ayat-ayat berikutnya.
I. Inilah kengerian yang melanda orang-orang Kanaan saat men-
dengar perjalanan bangsa Israel yang ajaib menyeberangi sungai
Yordan (ay. 1). Kabar tentang mujizat itu segera tersebar ke
seluruh pelosok negeri, tidak hanya sebagai suatu pertanda ajaib
melainkan juga sebagai pertanda bahaya bagi segenap raja dan
kerajaan-kerajaan Kanaan. Pada saat ini, seperti pada waktu
Babel ditaklukkan, pesuruh-pesuruh cepat berlari susul-menyusul,
pembawa-pembawa kabar susul-menyusul, untuk mengabarkan
kejadian menakjubkan ini ke seluruh penjuru negeri mereka (Yer.
51:31). Di sini kepada kita disampaikan mengenai kesan yang
ditorehkan oleh kabar tersebut atas semua raja di negeri ini,
yakni, Tawarlah hati mereka (ay. 1, KJV: melelehlah hati mereka)
seperti lilin di dekat api, dan hilanglah semangat mereka. Ini me-
nunjukkan bahwa, meskipun hati segenap orang Kanaan sudah
gentar sebelumnya, seperti diakui Rahab, Yosua 2:9. Namun para
Kitab Yosua 5:1-9
79
raja negeri itu sampai saat ini masih dapat menjaga semangat
mereka dan berjanji kepada diri sendiri bahwa, sebagai bangsa
yang mendiami tanah Kanaan, dengan jumlah penduduk yang
sangat banyak, dengan kota-kota yang berkubu, mereka pasti
akan mampu mengatasi para penyerang. Akan namun , saat me-
reka tidak hanya mendengar bahwa bangsa Israel telah menye-
berangi sungai Yordan, dan dengan itu pertahanan Kanaan telah
berhasil ditembus, namun juga bahwa bangsa Israel telah berhasil
menyeberangi sungai Yordan dengan mujizat, bahwa Allah semes-
ta alam sendiri turun tangan berperang bagi bangsa Israel, maka
ketakutanlah mereka. Mereka menyerah, dan kini putus asa. Dan,
1. Mereka punya cukup alasan untuk merasa takut. Israel sen-
diri yaitu suatu bangsa yang tangguh, dan menjadi jauh le-
bih tangguh lagi saat Allah, yakni Allah yang Mahakuasa,
menjadi pemimpin mereka. Siapakah yang tahan melawan
bangsa ini sedangkan sungai Yordan saja dihalau dari hadap-
an mereka?
2. Allah menanamkan kengerian ini pada mereka dan mematah-
kan semangat mereka, seperti telah dijanjikan-Nya sebelum-
nya (Kel. 23:27), Kengerian terhadap Aku akan Kukirimkan
mendahului engkau. Allah dapat membuat orang jahat merasa
ketakutan padahal tidak ada yang mengejutkan (Mzm. 53:6),
apalagi jika memang ada alasan untuk merasa takut, seperti
jelas terlihat di sini. Dia yang telah menciptakan jiwa, menurut
kehendak-Nya, dapat menghujamkan pedang-Nya ke dalam
jiwa itu dan membinasakannya dengan kengerian-Nya.
II. Kengerian yang melanda segenap penduduk Kanaan itu memberi
kesempatan kepada bangsa Israel untuk menyunat orang-orang di
antara mereka yang belum disunat. Pada waktu itu (ay. 2), saat
segenap negeri di sekeliling mereka sedang dilanda kebingungan
besar, Allah memerintahkan Yosua untuk menyunat anak-anak
Israel, sebab saat itu aman untuk dilakukan meskipun mereka
sedang berada di negeri musuh. Hati segenap penduduk Kanaan
meleleh dan tangan mereka terikat sehingga tidak dapat meng-
ambil keuntungan untuk melawan orang Israel, seperti yang
diperbuat Simeon dan Lewi terhadap orang-orang Sikhem saat
mereka sedang kesakitan. Yosua sendiri tidak dapat memastikan
apakah aman untuk melakukan hal ini, dan sebab itu jika
80
perintah penyunatan massal itu merupakan gagasannya sendiri,
ia mungkin bisa dikecam sebab telah berbuat sembrono, sebab
seberapa pun luhurnya makna penyunatan tersebut, pelaksana-
annya pada waktu itu sangat tidak masuk akal dan berisiko men-
datangkan bahaya. Akan namun , oleh sebab Allah telah memerin-
tahkan dia untuk berbuat demikian, ia tidak boleh meminta per-
timbangan kepada manusia. Allah, yang telah mengamanatkan
mereka untuk berbuat demikian, pasti akan melindungi dan
menjamin keselamatan mereka. Sekarang perhatikan,
1. Alasan yang mendasari penyunatan massal ini.
(1) Semua orang yang keluar dari Mesir telah bersunat (ay. 5).
saat orang Israel hidup dengan damai di Mesir, mereka
sudah pasti menyunatkan anak-anak mereka saat ber-
umur delapan hari sesuai dengan hukum Taurat. Akan
namun , sesudah orang Israel mulai ditindas, khususnya pada
waktu keluar perintah untuk membinasakan semua anak
laki-laki mereka yang baru lahir, pelaksanaan ketetapan
sunat ini terputus. Maka dari itu, banyak dari antara orang
Israel belum disunat, dan bagi mereka inilah penyunatan
massal berlangsung, entah pada saat terjadi gelap gulita
selama tiga hari, seperti kata Dr. Lightfoot, atau satu tahun
sesudah nya, tepat sebelum mereka menyantap Paskah yang
kedua di padang gurun Sinai, dan dalam rangka perayaan
tersebut (Bil. 9:2), seperti dipahami oleh banyak penafsir.
Mengacu kepada penyunatan massal di padang gurun
Sinai itulah penyunatan massal kali ini disebut sebagai
yang kedua kalinya (ay. 2). Akan namun , cendikiawan Ma-
sius berpendapat bahwa ayat itu mengacu kepada penyu-
natan massal keluarga Abraham saat sunat pertama kali
ditetapkan (Kej. 17:23). Penyunatan pertama kala itu mene-
gaskan janji akan tanah Kanaan, sementara penyunatan
kedua kali ini merupakan perayaan syukur atas peng-
genapan janji itu. Akan namun ,
(2) Semua orang yang lahir di padang gurun, yakni sesudah
orang Israel berjalan di padang gurun, oleh penghukuman
dari Allah ditetapkan menjadi penghakiman bagi mereka
atas pembangkangan mereka, seperti ditunjukkan oleh
pengulangan kalimat itu di ayat sesudah nya (ay. 6). Semua
Kitab Yosua 5:1-9
81
orang yang lahir sesudah hari mematikan itu, saat Allah
bersumpah di dalam murka-Nya bahwa tidak akan ada dari
angkatan orang Israel yang keluar dari Mesir akan masuk
ke tempat perhentian-Nya, belum disunat. Namun, apa yang
harus kita katakan mengenai perkara ini? Bukankah Allah
telah memerintahkan kepada Abraham, di bawah ancaman
hukuman yang sangat berat, bahwa setiap anak dari ketu-
runan Abraham turun-temurun harus disunat saat mere-
ka berumur delapan hari? (Kej. 17:9-14). Bukankah sunat
itu merupakan meterai kovenan yang kekal? Bukankah
makna sunat itu sangat ditekankan pada waktu mereka
sedang berjalan keluar dari tanah Mesir, bahwa saat hu-
kum yang menetapkan agar Paskah selamanya dirayakan
itu diperintahkan, yakni segera sesudah Paskah pertama,
salah satu ketentuannya yaitu bahwa tidak ada seorang
pun yang tidak bersunat boleh memakannya, namun harus
dianggap sebagai orang asing? Namun demikian, di bawah
pemerintahan Musa, alasan yang mendasari mengapa
semua orang Israel yang lahir dalam kurun waktu tiga
puluh delapan tahun belum bersunat tidak dapat dijelas-
kan. Peniadaan sunat yang luar biasa seperti itu mustahil
terjadi sebab sesuatu yang biasa-biasa saja, melainkan
pasti merupakan arahan ilahi. Kini,
[1] Beberapa penafsir berpendapat bahwa sunat dihapuskan
sebab tidak diperlukan. Sunat dahulu ditetapkan seba-
gai tanda untuk membedakan orang Israel dengan bang-
sa-bangsa lain, sehingga saat mereka berada di tengah
padang gurun, di mana mereka dengan sempurna terpi-
sah dari segala bangsa lain dan sama sekali tidak ber-
baur dengan mereka, sunat tidaklah diperlukan.
[2] Beberapa penafsir lainnya berpendapat bahwa mereka
tidak memandang perintah sunat itu sebagai sesuatu
yang wajib dipatuhi sampai akhirnya mereka mendu-
duki tanah Kanaan. Sebab, di dalam kovenan yang
dibuat dengan mereka di gunung Sinai, tidak disebut-
kan sama sekali mengenai sunat, terlebih lagi bahwa
hukum sunat itu sebenarnya tidak berasal dari Musa
namun dari nenek moyang mereka (Yoh. 7:22), dengan
82
mengacu secara khusus kepada pemberian tanah Ka-
naan (Kej. 17:8).
[3] Penafsir lainnya lagi berpendapat bahwa Allah berkenan
memberi perkecualian terhadap pelaksanaan perintah
sunat ini dengan mempertimbangkan keadaan bangsa
Israel yang belum menetap dan kerap berpindah tempat
selama berada di padang gurun. Anak-anak yang baru
disunat harus beristirahat selama beberapa waktu lama-
nya saat sedang kesakitan, sehingga berpindah tempat
dikhawatirkan akan membahayakan mereka. Oleh sebab
itu, Allah berbelas kasih dan tidak mau membiarkan me-
reka menjadi korban. Alasan ini pada umumnya diterima
tanpa bantahan, namun menurut saya, alasan ini tidak
cukup kuat, sebab terkadang mereka menetap di satu
tempat hingga satu tahun lamanya (Bil. 9:22), kalau
tidak lebih lama lagi, dan di dalam perpindahan mereka
itu, anak-anak yang masih kecil bisa dibungkus dengan
hangat, meskipun kesakitan, dan dengan mudah digen-
dong agar tidak tercederai serta jelas lebih merasa
nyaman daripada ibu mereka yang harus bersusah
payah atau sewaktu mereka berbaring. Oleh sebab itu,
[4] Bagi saya, keadaan orang Israel yang tidak bersunat itu
lebih merupakan tanda amarah Allah yang berkelanjut-
an akibat ketidakpercayaan dan gerutu mereka. Sunat
pada awalnya merupakan meterai dari janji tentang
tanah Kanaan, seperti telah kita lihat sebelumnya.
Dengan beralaskan pengharapan dan keyakinan akan
adanya negeri yang baik itulah para bapa leluhur me-
nyunatkan anak-anak mereka. Akan namun , saat Allah
telah bersumpah dalam murka-Nya perihal para prajurit
yang keluar dari Mesir bahwa mereka akan binasa di
padang gurun di tengah jalan, dan tidak akan pernah
masuk ke tanah Kanaan atau pun menyaksikannya.
Demikianlah kalimat tersebut diulang kembali di sini,
ayat 6, dengan mengacu kepada peristiwa itu, sebagai
penegasan dari kalimat tersebut, dansupaya menjadi
peringatan abadi akan hal itu bagi mereka, semua
orang yang jatuh di bawah hukuman itu, termasuk
mereka yang akan jatuh di bawahnya, dilarang menyu-
Kitab Yosua 5:1-9
83
natkan anak-anak mereka. Melalui hukuman ini, ke-
pada mereka dengan tegas dikatakan bahwa apa pun
yang orang lain katakan, mereka tidak akan pernah
menikmati kebaikan dari janji yang dimeteraikan oleh
sunat tersebut. Ini sungguh merupakan tanda amarah
Allah yang sama dahsyatnya dengan dipecahkannya loh
batu perjanjian pada waktu Israel melanggar kovenan
dengan membuat patung anak lembu emas. Benar
bahwa larangan sunat ini tidak dengan jelas tertulis
terkait dengan hukuman tersebut, namun hal itu tersirat
di dalam Kitab Bilangan 14:33, yakni, Anak-anakmu
akan menanggung akibat ketidaksetiaanmu. Kemung-
kinan anak-anak Kaleb dan Yosua tetap disunat, kare-
na mereka dikecualikan dari hukuman itu, dan khusus-
nya kepada Kaleb dikatakan bahwa kepadanya dan ke-
pada anak-anaknya akan kuberikan negeri yang diinjak-
nya itu (Ul. 1:36), yang tiada lain yaitu janji yang
dimeteraikan oleh sunat itu. Lebih lanjut, dikatakan di
sini, bahwa Yosua diperintahkan untuk menyunat orang
Israel, bukan keluarganya sendiri. Apa pun alasannya,
tampaknya perintah besar ini dihilangkan dari tengah
bangsa Israel selama empat puluh tahun. Ini menjadi
tanda bahwa sunat bukanlah keharusan mutlak, atau
pun menjadi kewajiban yang harus ditunaikan turun-
temurun, namun akan dihapuskan bila tiba saatnya, se-
perti yang terjadi dengan bangsa Israel pada masa itu,
saat sekian lama pelaksanaannya dihentikan.
2. Perintah yang diberikan kepada Yosua perihal penyunatan
massal ini (ay. 2), yakni, Sunatlah lagi orang Israel itu, bukan
orang-orang yang yang sama, melainkan kepada seluruh bang-
sa itu. Mengapa perintah ini harus dikerjakan sekarang? Ja-
wabannya yaitu ,
(1) sebab janji yang dimeteraikan oleh sunat itu telah di-
genapi. Keturunan orang Israel telah dibawa dengan aman
memasuki tanah Kanaan. “Biarlah mereka dengan ini
mengakui kebenaran janji itu, yaitu janji yang tidak diper-
cayai penggenapannya oleh nenek moyang mereka dan
yang tidak diyakni di dalam hati mereka sendiri.”
84
(2) sebab hukuman, yang ditegaskan melalui penangguhan
sunat selama tiga puluh delapan tahun, telah dilaksanakan
penuh dengan habisnya masa empat puluh tahun. Bahwa
perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah
diampuni (Yes. 40:2), dan oleh sebab itu, kini meterai
perjanjian tersebut dihidupkan kembali. Namun, mengapa
hal itu tidak dikerjakan lebih cepat? Mengapa tidak pada
saat mereka sedang menetap selama beberapa bulan
lamanya di dataran Moab? Mengapa tidak pada masa ber-
kabung meratapi Musa selama 30 hari? Mengapa tidak
ditangguhkan lebih lama lagi sampai mereka benar-benar
telah menaklukkan Kanaan dan telah menetap di sana, se-
tidaknya sesudah mereka telah cukup mantap berdiam dan
memperkuat pertahanan kemah-kemah mereka? Mengapa
sunat itu harus dikerjakan tepat sehari sesudah mereka me-
nyeberangi sungai Yordan? Jawabannya yaitu sebab hik-
mat Allah menetapkan saat itu sebagai saat yang terbaik,
yakni tepat pada saat masa empat puluh tahun telah ber-
akhir, dan mereka telah memasuki Kanaan, sehingga alas-
an yang dikemukakan oleh hikmat manusia untuk mem-
bantahnya dapat dengan mudah dimentahkan.
[1] Allah dengan ini hendak memperlihatkan bahwa perke-
mahan Israel tidak berada di bawah peraturan dan un-
dang-undang peperangan yang biasa, namun oleh arahan
langsung dari Allah, yang dengan memperhadapkan me-
reka dengan saat-saat yang paling berbahaya, memper-
lihatkan kebesaran kuasa-Nya dalam melindungi mereka
bahkan di saat-saat seperti itu. Selain itu, rasa aman
yang mereka alami ini, dengan berdiam diri saja saat se-
harusnya bertindak, memperlihatkan rasa percaya yang
begitu besar dari umat Israel itu kepada perlindungan
Allah, dan ini semakin memperbesar rasa takut di hati
seteru-seteru mereka, lebih lagi saat para pengintai
negeri itu tidak hanya memberitahukan kepada pen-
duduk negeri itu bahwa sunat itu telah dilakukan,
namun juga bahwa sunat itu merupakan meterai atas
pemberian negeri Kanaan kepada Israel.
[2] Allah dengan ini menguatkan hati umat-Nya Israel un-
tuk mengatasi kesulitan yang kini akan mereka hadapi,
Kitab Yosua 5:1-9
85
dengan menegaskan kovenan-Nya dengan mereka yang
memberikan jaminan pasti akan kemenangan dan ke-
berhasilan serta kepemilikan penuh dari tanah perjan-
jian tersebut.
[3] Allah dengan ini hendak mengajari mereka, begitu pula
kita bersama mereka, agar di dalam segala usaha kita
harus mengawalinya bersama Allah, untuk mendapat-
kan perkenanan-Nya terlebih dahulu, dengan jalan
mempersembahkan diri kita sendiri sebagai suatu per-
sembahan yang hidup sebab inilah yang diartikan oleh
darah sunat itu. Bila kita melakukan ini, kita dapat
berharap akan meraih keberhasilan di dalam segala apa
yang akan kita lakukan itu.
[4] Dihidupkannya kembali sunat, sesudah sekian lama
ditangguhkan, dirancang untuk menghidupkan kembali
ketaatan terhadap ketetapan dan ketetapan lainnya
yang telah dibiarkan terabaikan di tengah padang gu-
run. Perintah untuk menyunatkan orang Israel ini ber-
tujuan mengingatkan mereka kepada apa yang telah
dikatakan Musa kepada mereka (Ul. 21:8), bahwa apa-
bila mereka telah menyeberangi sungai Yordan, mereka
tidak diperbolehkan untuk kembali berbuat apa yang
telah diperbuat sebelumnya di padang gurun, namun ha-
rus menundukkan diri di bawah aturan yang lebih ke-
tat. Kepada orang Israel telah dikatakan bahwa mereka
harus mematuhi segala hukum yang telah diberikan
Allah kepada mereka di negeri ke mana mereka akan
pergi (Ul. 6:1; 12:1).
[5] Sunat untuk kedua kalinya ini, demikian sebutannya di
sini, merupakan bayangan dari sunat rohani yang di-
lakukan kepada Israel kepunyaan Allah, saat mereka
memasuki peristirahatan menurut Injil. Cendikiawan
Uskup Pierson berpendapat bahwa dengan dilaksana-
kannya sunat ini di bawah arahan Yosua, penerus
Musa, peristiwa itu mengarah kepada Yesus sebagai
penyunat sejati, yakni Kepala dari sunat lain yang bukan
sunat yang dilakukan oleh manusia yang diperintahkan
oleh Taurat itu, melainkan sunat di dalam hati (Rm.
2:29), yang disebut sunat Kristus (Kol. 2:11).
86
3. Kepatuhan orang Israel terhadap perintah ini. Yosua menyunat
orang Israel (ay. 3). Bukan ia sendiri yang menyunat mereka
dengan tangannya, melainkan ia memerintahkan agar sunat
itu dikerjakan dan memastikan sunat itu berlangsung baik.
Perintah itu mampu dilaksanakan dengan segera sebab sunat
tidak harus dikerjakan oleh seorang imam atau orang Lewi,
namun siapa saja dapat diberi tugas untuk itu. Semua orang
Israel yang berusia di bawah dua puluh tahun pada waktu
mereka dihitung jumlahnya di gunung Sinai, serta semua
orang yang tidak ikut dihitung bersama mereka, yang tidak
binasa oleh hukuman mati Allah, disunat, dan oleh peran
serta seluruh orang Israel, semua orang yang belum disunat
itu dapat disunat dalam waktu singkat. Orang Israel telah ber-
janji untuk mendengarkan Yosua sama seperti mereka telah
mendengarkan Musa (1:17), dan di sini mereka memperlihat-
kan kepatuhan mereka dengan tunduk terhadap perintah yang
mendatangkan kesakitan ini. Mereka tidak memanggil Yosua
sebagai seorang pemimpin sadis, seperti halnya Zipora yang,
oleh sebab sunat, memanggil Musa sebagai seorang suami
sadis.
4. Nama-nama yang diberikan kepada tempat di mana sunat itu
dilakukan, untuk memelihara ingatan akan peristiwa tersebut.
(1) Tempat itu disebut sebagai Bukit Kulit Khatan (ay. 3). Mung-
kin kulit khatan yang telah dipotong itu ditumpuk lalu ditim-
bun dengan tanah, sehingga tampak seperti bukit kecil.
(2) Tempat itu disebut sebagai Gilgal, yang diambil dari sebuah
kata yang berarti “untuk menghapuskan,” menurut firman
Allah kepada Yosua (ay. 9), yakni, Hari ini telah Kuhapus-
kan cela Mesir itu dari padamu. Allah bergiat menjaga
kemuliaan umat-Nya sebab kemuliaan-Nya sendiri ada di
situ. Apa pun cela yang menghinggapi mereka pada saat-
saat tertentu, cepat atau lambat itu akan dihapuskan, dan
setiap orang yang bangkit melawan mereka akan dihukum-
nya.
[1] Sunat mereka menghapuskan cela Mesir. Dengan ini,
mereka diakui sebagai anak-anak Allah yang terlahir se-
bagai orang bebas sebab memiliki meterai perjanjian
pada diri mereka. Dan bersama itu cela perbudakan me-
Kitab Yosua 5:10-12
87
reka di Mesir pun terhapuskan. Mereka tercemar oleh
penyembahan berhala orang Mesir, dan itulah yang men-
jadi cela mereka. namun kini sesudah disunat, mereka
diharapkan akan sepenuhnya mengabdi kepada Allah
sehingga cela akibat cinta mereka terhadap Mesir akan
dihapuskan.
[2] Kedatangan mereka dengan aman ke tanah Kanaan
menghapuskan cela Mesir, sebab itu membungkam
cibir orang Mesir yang mengatakan bahwa Allah mem-
bawa mereka keluar dengan maksud menimpakan mala-
petaka kepada mereka, padang gurun telah mengurung
mereka (Kel. 14:3). Pengembaraan mereka yang begitu
lama di padang gurun meneguhkan cela itu, namun kini
saat mereka telah memasuki Kanaan dengan keme-
nangan, cela itu pun terhapuskan. saat Allah memu-
liakan diri-Nya sendiri dengan menyempurnakan karya
keselamatan umat-Nya, Dia tidak hanya membungkam
cela seteru-seteru umat-Nya, namun juga mengembalikan
cela itu ke atas semua seteru mereka itu.
Berhentinya Manna
(5:10-12)
10 Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada
hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho.
11 Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti
yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. 12 Lalu berhentilah
manna itu, pada keesokan harinya sesudah mereka makan hasil negeri itu.
Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, namun dalam tahun itu mereka
makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Kita dapat membayangkan bahwa orang Kanaan terheran-heran, dan
bahwa saat mereka mengamat-amati pergerakan musuh mereka,
mereka tidak bisa tidak berpikir bahwa musuh mereka itu sungguh
aneh. saat prajurit pergi berperang, mereka condong berpikir bah-
wa mereka dibebaskan dari menjalankan ibadah keagamaan sebab
mereka tidak memiliki waktu serta pikiran untuk melaksanakan-
nya. Akan namun Yosua mengawali rangkaian peperangannya dengan
kegiatan ibadah demi ibadah. Apa yang lalu dikatakan kepada
Yosua yang lain dapat dikatakan pula kepada Yosua yang ini, yakni,
Dengarkanlah hai Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di
88
hadapanmu – sungguh kamu merupakan suatu lambang (Za. 3:8), dan
jelaslah bahwa apa yang diterapkan Yosua itu benar adanya. Segala
sesuatu yang berawal dengan Allah akan berakhir dengan baik. Inilah,
I. Paskah yang agung dirayakan menurut waktu yang ditetapkan
oleh hukum Taurat, yakni pada hari yang keempat belas bulan
pertama, dan di tempat yang sama di mana orang Israel disunat-
kan (ay. 10). Pada waktu mereka mengembara di padang gurun,
mereka tidak dapat merasakan kebaikan dan penghiburan dari
ketetapan sunat ini, sebagai tanda amarah Allah yang lebih lan-
jut. Akan namun kini, sebagai jawaban atas doa Musa yang
diucapkannya pada waktu hukuman tersebut dijatuhkan (Mzm.
90:15), Allah menghibur mereka kembali, sesudah selama beberapa
saat Dia menindas mereka, dan oleh sebab itu kini ketetapan
yang membawa sukacita itu dihidupkan kembali. Saat ini, sesudah
mereka sudah memasuki Kanaan, merupakan waktu yang sangat
tepat untuk mengingat kembali mujizat-mujizat kuasa dan kemu-
rahan Allah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Peng-
genapan belas kasih harus membawa kita kepada ingatan akan
awal mula belas kasih itu ditunjukkan. saat hari sudah gelap,
kita tidak boleh melupakan betapa baiknya cahaya fajar pagi
menyambut kita sesudah menanti-nantikannya sekian lama. Pas-
kah yang agung pun tiba segera sesudah sunat yang agung.
Demikianlah pada waktu orang-orang yang menerima perkataan
Rasul Petrus dibaptis, segera kita membaca bahwa mereka meme-
cahkan roti (Kis. 1:41-42). Orang Israel merayakan Paskah ini di
dataran Yerikho, seakan-akan perbuatan itu menjadi tanda per-
lawanan mereka terhadap orang-orang Kanaan yang ada di seke-
liling mereka dan yang dibuat murka oleh mereka, namun tidak
bisa mengganggu mereka sama sekali. Demikianlah Allah mem-
beri mereka bukti awal dari pelaksanaan janji-Nya itu, bahwa
saat mereka pergi melaksanakan semua perayaan, negeri mere-
ka secara khusus akan dilindungi oleh pemeliharaan Allah (Kel.
34:24), bahwa tidak ada seorangpun yang akan mengingini negeri-
mu. Allah kini menyediakan hidangan bagi mereka di hadapan
lawan mereka (Mzm. 23:5).
II. Pemeliharaan yang tersedia bagi perkemahan orang Israel dalam
rupa hasil negeri Kanaan serta berhentinya manna sesudah nya (ay.
Kitab Yosua 5:10-12
89
11-12). Manna merupakan belas kasih Allah yang ajaib yang telah
diberikan kepada mereka pada waktu mereka memerlukannya.
Akan namun , manna menjadi tanda yang menunjukkan keadaan
mereka di padang gurun. Manna juga merupakan makanan bagi
anak-anak, sehingga meskipun manna merupakan makanan malai-
kat, dan orang Israel tak lagi mengeluhkannya sebagai suatu ma-
kanan yang hambar, namun lebih pantas bagi mereka untuk me-
nyantap hasil negeri itu, dan kini kepada mereka disediakanlah itu.
1. Penduduk negeri Kanaan, yang telah pergi mencari aman di
dalam kota Yerikho, telah meninggalkan lumbung dan ladang
serta semua milik mereka, yang lalu dipakai untuk me-
nunjang kebutuhan balatentara Israel yang besar ini. Persedia-
an makanan ini tiba pada waktu yang sungguh tepat, sebab ,
(1) sesudah Paskah, mereka harus merayakan hari raya Roti
Tidak Beragi, yang tentu saja tidak bisa dilaksanakan apa-
bila mereka tidak memiliki apa-apa untuk hidup selain
manna, dan inilah yang menjadi alasan mengapa perayaan
hari raya itu terhenti di padang gurun. Akan namun , kini
mereka menemukan cukup hasil bumi tersimpan di lum-
bung orang Kanaan sebagai persediaan yang berlimpah
untuk merayakan hari raya itu. Demikianlah kekayaan
orang berdosa disimpan bagi orang benar, dan orang yang
menyimpannya tidaklah berpikir, kepada siapakah akan
ditambahkan segala sesuatu yang telah mereka sediakan
tersebut.
(2) Pada hari sesudah Paskah, yakni Sabat itu, mereka harus
mengunjukkan berkas hasil pertama dari penuaian di ha-
dapan Tuhan (Im. 23:10-11), dan ini secara khusus diperin-
tahkan kepada mereka untuk dikerjakan saat mereka
sampai ke negeri yang akan Allah berikan kepada mereka.
Untuk tujuan itulah kepada mereka telah disediakan hasil
tanah Kanaan tahun itu (ay. 12), yang pada waktu itu telah
bertumbuh dan mulai masak. Demikianlah kepada mereka
telah tersedia dengan baik hasil yang lama dan yang baru,
agar mereka menjadi tuan rumah yang baik (Mat. 13:52).
Dan segera sesudah hasil negeri yang baik itu ada di tangan
mereka, datang kesempatan bagi mereka untuk memulia-
kan Allah dengan semuanya itu dan untuk memperguna-
90
kannya di dalam pelayanan bagi-Nya menurut ketetapan-
Nya. Maka dari itu, lihatlah, semuanya suci dan menghibur
bagi mereka. Calvin berpendapat bahwa orang Israel telah
memelihara Paskah setiap tahunnya pada waktunya se-
lama mengembara di tengah padang gurun, meskipun peri-
hal itu tidaklah disebutkan, dan bahwa Allah mengizinkan
keadaan mereka yang tidak bersunat, sebab Dia, dengan
tidak memperhitungkan keadaan mereka itu, mengizinkan
mereka untuk mempersembahkan korban persembahan
yang lain. Akan namun , beberapa orang menyimpulkan dari
Kitab Amos 5:25 bahwa sesudah hukuman dari Allah dija-
tuhkan ke atas mereka, sama sekali tidak ada korban yang
dipersembahkan sampai mereka tiba di tanah Kanaan, dan
oleh sebab nya, mereka tidak merayakan Paskah. Lebih
lanjut, dapat kita lihat bahwa sesudah hukuman itu dijatuh-
kan (Bil. 14), hukum yang difirmankan sesudah nya (Bil. 15)
mengenai korban persembahan diawali dengan kalimat
berikut, “jika kamu masuk ke negeri tempat kediaman-
mu,” engkau akan berbuat ini dan itu.
2. Penjelasan khusus dicatat mengenai berhentinya manna se-
gera sesudah mereka makan hasil negeri itu,
(1) Untuk memperlihatkan bahwa manna tidak turun secara
kebetulan atau merupakan tindakan penyelenggaraan Allah
yang umum terjadi, seperti salju atau hujan es yang biasa
turun, namun oleh sebab rancangan istimewa dari hikmat
dan kemurahan Allah. Sebab, sama seperti ia turun tepat
di saat mereka memerlukannya, demikian pula manna itu
hanya tersedia selama mereka membutuhkannya, dan
tidak lebih dari itu.
(2) Untuk mengajari kita agar tidak mengharapkan datangnya
persediaan dengan cara yang luar biasa saat itu bisa
didapat dengan cara yang lazim. jika Allah mengganjar
Israel setimpal dengan pembangkangan mereka, tentunya
manna itu sudah berhenti pada waktu mereka menyebut-
nya sebagai roti hambar. Akan namun , sepanjang mereka
masih memerlukan manna, Allah berkenan untuk terus
menyediakannya meskipun itu dipandang hina oleh mere-
ka. Dan kini, saat mereka tidak lagi memerlukannya,
Kitab Yosua 5:13-15
91
Allah pun berhenti menyediakan manna tersebut, meski
beberapa dari mereka mungkin masih menginginkannya.
Dialah Bapa yang penuh hikmat yang mengerti kebutuhan
anak-anak-Nya dan yang memberi berkat-Nya menurut
kebutuhan, bukan keinginan, anak-anak-Nya itu. Firman
dan ketetapan Allah merupakan manna rohani yang dipa-
kai-Nya untuk memberi makan umat-Nya di padang gurun
dunia ini, dan meskipun manna rohani itu kerap dicam-
pakkan begitu saja, keduanya tetap tersedia selama kita
masih hidup di dunia ini. Akan namun , saat kita telah tiba
di Kanaan sorgawi, manna ini akan berhenti sebab kita
tidak lagi memerlukannya.
Panglima Bala Tentara Tuhan
(5:13-15)
13 saat Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya se-
orang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya.
Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: “Kawankah engkau atau
lawan?” 14 Jawabnya: “Bukan, namun akulah Panglima Balatentara TUHAN.
Sekarang aku datang.” Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, me-
nyembah dan berkata kepadanya: “Apakah yang akan dikatakan tuanku
kepada hambanya ini?” 15 Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata ke-
pada Yosua: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau
berdiri itu kudus.” Dan Yosua berbuat demikian.
Sampai saat ini, kita mendapati bahwa Allah kerap berbicara kepada
Yosua, namun kita belum mendapati adanya penampakan keagungan
Allah di hadapan Yosua sampai saat ini. Sekarang, di saat kesulitan-
nya bertambah pelik, dirinya pun semakin dikuatkan sebanding
dengan kesulitannya itu. Perhatikan,
I. Waktu saat Yosua diperkenankan mendapat penglihatan ini.
Segera sesudah Yosua selesai melakukan sunat dan menyelenggara-
kan perayaan Paskah dengan khidmat, Allah berkenan menam-
pakkan diri di hadapannya. Ingatlah, kita boleh berharap akan
bertemu dengan anugerah-anugerah Allah jika kita ditemukan
sedang mengerjakan tanggung jawab kita dan ditemukan rajin dan
tulus di dalam melaksanakan segala ketetapan kudus.
92
II. Tempat di mana Yosua mendapat penglihatan ini, yakni di dekat
Yerikho, atau juga dapat diartikan sebagai di dalam Yerikho. Arti-
nya, di Yerikho dalam iman dan pengharapan, meskipun ia belum
memulai serangannya. Atau, di Yerikho dalam pikiran dan harap-
annya. Atau di dataran Yerikho, dekat dengan kotanya. Di sana-
lah, tampaknya, ia berada seorang diri, tanpa rasa takut terhadap
bahaya, sebab percaya kepada perlindungan ilahi. Di sanalah ia
merenung dan berdoa menurut beberapa penafsir. Demikianlah,
kepada mereka yang dipakai dan terlibat dalam pelayanan-Nya,
Allah kerap bermurah hati menampakkan diri-Nya. Atau, mung-
kin pula Yosua berada di sana untuk melihat-lihat kota itu, untuk
mengamat-amati pertahanannya dan memikirkan cara terbaik
untuk menyerangnya. Mungkin saat itu ia menjadi kehabisan akal
bagaimana harus mendekati kota itu. Saat itulah Allah datang
dan memberi petunjuk kepadanya. Perhatikanlah, Allah akan
menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Vigilantibus non
dormientibus succurrit lex – hukum menolong mereka yang berjaga,
bukan mereka yang tidur. Yosua sedang mengemban tugasnya
sebagai seorang panglima saat Allah datang dan menyatakan
diri-Nya sebagai Panglima Besar.
III. Penampakan itu sendiri. Yosua, dengan sepenuh pikiran dan per-
hatian, sedang termenung menatap ke bawah, matanya terpaku
ke tanah, saat tiba-tiba ia dikagetkan oleh penglihatan seorang
laki-laki yang berdiri beberapa langkah di hadapannya. Ia terba-
ngun dari perenungannya dan mendongak (ay. 13). Allah menam-
pakkan diri di hadapan Yosua dalam rupa seorang laki-laki, namun
seorang laki-laki yang gagah dan yang pantas diperhatikan. Kini,
1. Kita memiliki alasan untuk berpikir bahwa laki-laki ini ada-
lah Anak Allah sendiri, sang Firman Kekal, yang, sebelum Ia
mengambil rupa sebagai manusia selamanya, kerap kali me-
nampakkan diri dalam rupa manusia. Demikianlah diungkap-
kan Uskup Patrick sesuai dengan tafsiran bapa-bapa gereja.
Yosua memberi kepada-Nya hormat kudus, dan Ia pun mene-
rimanya, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh malaikat
yang juga merupakan makhluk ciptaan. Dan nama-Nya yaitu
TUHAN (6:2).
2. Allah menampakkan diri di sini sebagai seorang prajurit, dengan
pedang terhunus di tangannya. Kepada Abraham di dalam
Kitab Yosua 5:13-15
93
tendanya, Allah menampakkan diri sebagai seorang musafir,
sementara kepada Yosua di medan perang, Ia menampakkan
diri sebagai seorang prajurit perang. Bagi umat-Nya, Kristus
akan menjadi seperti apa yang diharapkan dan dirindukan oleh
iman mereka. Kristus menghunuskan pedang-Nya, yang berarti,
(1) Untuk membenarkan perang yang sedang dilaksanakan Yo-
sua, dan untuk menunjukkan kepadanya bahwa Allahlah
yang memberinya perintah untuk membunuh dan mem-
binasakan. Bila seorang raja menghunuskan pedangnya,
ini menandakan dimulainya perang dan memberi wewe-
nang kepada bawahannya untuk melaksanakannya. Sebi-
lah pedang terhunus dengan baik saat Kristuslah yang
menghunusnya dan memberikan panji-panji kepada mereka
yang takut kepada-Nya, tanda untuk berlindung terhadap
panah (Mzm. 60:6, KJV: memberikan panji-panji kepada
mereka yang takut kepada-Nya, untuk ditinggikan oleh
sebab kebenaran)
(2) Untuk menguatkan Yosua agar berperang dengan gigih,
sebab pedang yang terhunus di tangan Kristus menanda-
kan bahwa Ia siap melindungi dan menyelamatkan umat-
Nya, yang melalui diri-Nya akan berjuang dengan gagah
berani. Pedang-Nya menyambar-nyambar ke segala penjuru.
IV. Pertanyaan yang berani dilontarkan Yosua orang itu. Yosua tidak
mengutus abdinya, namun maju sendiri, lalu bertanya, Kawankah
engkau atau lawan? Ini menunjukkan kesiapannya untuk me-
nyambut-Nya jika Ia kawan mereka, dan untuk melawan-Nya
jika Ia lawan mereka. Dari sini tampak,
1. Keberanian dan keteguhan hatinya. Ia tidak dikagetkan oleh
kemunculan orang tersebut secara tiba-tiba. Pula ia tidak
menjadi gentar dengan keagungan dan kegagahan yang jelas
tampak dari wajah orang yang dilihatnya itu. namun , dengan
kejernihan pikiran seorang panglima yang hebat, Yosua melon-
tarkan pertanyaan yang tegas ini kepada orang itu. Allah telah
memerintahkan Yosua untuk meneguhkan hatinya, dan de-
ngan perbuatannya ini, tampak bahwa ia memang demikian.
Sebab, apa yang dikehendaki oleh Allah melalui firman-Nya
94
kepada umat-Nya untuk dilakukan, Ia sendiri yang mengerja-
kannya di dalam mereka melalui anugerah-Nya.
2. Kepedulian Yosua yang besar terhadap bangsanya dan kepen-
tingan mereka. Dengan sungguh-sungguh ia berjuang demi
kepentingan Israel, sehingga tidak akan ada orang yang dapat
berdiri di hadapannya tanpa ia mengetahui apakah mereka
seorang kawan atau lawan. Tampaknya, Yosua mencurigai
orang itu sebagai seorang lawan, seorang Goliat yang datang
untuk mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup, dan
menantangnya. Seperti itulah kita kerap kali menyalahartikan
sesuatu yang sesungguhnya membawa kebaikan bagi kita
sebagai sesuatu yang hendak melawan kita. Pertanyaan itu
dengan jelas menyiratkan bahwa peperangan antara orang
Israel dan orang Kanaan, dan antara Kristus dan Beelzebul,
tidak menyisakan tempat untuk adanya ketidakberpihakan.
Siapa tidak bersama kita, ia melawan kita.
V. Keterangan orang itu mengenai dirinya (ay. 14). “Bukan, engkau
boleh yakin bahwa bukan sebagai lawanmu, namun sebagai
Panglima Balatentara Tuhan, sekarang Aku datang. Tidak hanya
untuk engkau sebagai seorang kawan, namun untuk memerintah
engkau sebagai Panglima Besar.” Inilah dia, seperti pada zaman
dahulu (Kej. 32:2), Mahanaim, dua balatentara, yakni balatentara
Israel yang siap berperang melawan orang Kanaan dan bala-
tentara malaikat yang melindungi mereka di dalam peperangan,
dan Ia, sebagai Panglima Balatentara keduanya, memimpin bala-
tentara Israel dan memerintahkan balatentara malaikat untuk
membantu mereka. Mungkin mengacu kepada peristiwa inilah
Kristus disebut sebagai Pemimpin keselamatan kita (Ibr. 2:10, KJV),
serta seorang Raja dan Pemerintah bagi suku-suku bangsa (Yes.
55:4). Orang yang memiliki pemimpin seperti demikian sudah
pasti akan menjadi pihak yang menang. Ia kini datang sebagai
seorang Panglima untuk memeriksa para pasukan, untuk mengo-
barkan semangat mereka, dan memberikan perintah-perintah
yang penting untuk mengepung Yerikho.
VI. Penghormatan besar diberikan Yosua kepada-Nya sesudah menge-
tahui siapa sosok itu sesungguhnya. Kemungkinan Yosua mera-
sakan, tidak hanya melalui apa yang dikatakan sosok itu namun
Kitab Yosua 5:13-15
95
melalui tanda-tanda lain yang dapat ditangkapnya, bahwa sosok
itu merupakan seorang yang ilahi dan bukanlah seorang manusia.
1. Yosua memberi hormat kepada-Nya. Ia sujud dengan mukanya
ke tanah dan menyembah. Yosua sendiri yaitu seorang
panglima pasukan Israel, namun ia sama sekali tidak merasa iri
hati terhadap orang asing ini, yang menyampaikan mandat se-
bagai Panglima Balatentara Tuhan yang lebih tinggi daripada-
nya. Ia tidak menantang-Nya untuk membuktikan pernyataan-
Nya, namun dengan penuh sukacita tunduk di hadapan-Nya se-
bagai pemimpinnya. Orang-orang yang terhebat akan meng-
hadap Allah dengan penuh kerendahan hati dan takzim.
2. Yosua memohon untuk menerima perintah dan arahan dari
Panglima Balatentara Tuhan tersebut dengan berkata, “Apa-
kah yang akan dikatakan Tuanku kepada hambanya ini?” Per-
tanyaannya yang sebelumnya tidaklah lebih berani dan lebih
tegas, layaknya disampaikan oleh seorang prajurit, daripada
pertanyaannya kali ini yang disampaikannya dengan penuh
iman dan layaknya oleh seorang yang kudus. Lebih lagi, ke-
agungan hatinya tidaklah terhina tatkala ia harus merendah-
kan diri sewaktu menghadap Allah. Bahkan para raja tidak
bisa tidak akan menundukkan diri dengan rendahnya di ha-
dapan takhta Tuhan Yesus, yang yaitu Raja segala raja
(Mzm. 2:10-11; Mzm. 72:10-11; Why. 19:16). Perhatikanlah,
(1) Hubungan yang terjalin antara dirinya dan Kristus, bahwa
Kristus yaitu Tuhannya dan ia sendiri menjadi hamba-
Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Bahwa Kristus ada-
lah Pemimpinnya dan ia sendiri menjadi seorang tentara
bawahan-Nya yang akan melakukan apa saja yang diperin-
tahkan-Nya (Mat. 8:9). Ingatlah, dasar dari segala ketaatan
yang berkenan bagi Allah terletak pada pengabdian yang
tulus dari diri kita sebagai hamba bagi Yesus Kristus seba-
gai Tuhan kita (Mzm. 16:2).
(2) Pertanyaan yang diajukan Yosua dalam hubungan ini,
yakni, Apakah yang akan dikatakan Tuhanku? Ini memper-
lihatkan kerinduan yang sungguh tulus untuk mengenal
kehendak Kristus, dan kesiapan serta keteguhan hati un-
tuk melaksanakan kehendak-Nya itu dengan penuh suka-
cita. Ia pertama-tama mengakui bahwa dirinya merupakan
96
perwira yang lebih rendah kedudukannya, dan siap sedia
untuk menerima perintah. Pola pikir ini menjadikannya
tepat untuk mengemban jabatan yang kini sedang dipe-
gangnya, sebab orang yang mengerti cara untuk taat, tahu
persis cara untuk memerintah.
VII. Penghormatan lebih lanjut yang dimintakan oleh Panglima Bala-
tentara Tuhan ini kepada Yosua (ay. 15), yakni, Tanggalkanlah
kasutmu dari kakimu, sebagai tanda penghormatan dan penghar-
gaan (yang menurut budaya di Inggris ditandai dengan melepas
tutup kepala), dan sebagai tanda pengakuan atas kehadiran Allah,
yang selama berdiam di tempat itu sungguh menjadikannya
kudus dan mulia. Kita biasa berujar tentang orang yang sangat
kita hormati bahwa kita sangat memuja tanah yang dipijaknya.
Demikianlah Yosua harus menunjukkan penghormatannya atas
pribadi ilahi ini, dengan tidak memijak tempat berdiri-Nya itu
dengan kasutnya yang kotor (Pkh. 4:17). Ungkapan lahiriah seba-
gai tanda hormat batiniah, serta kekaguman saleh terhadap Allah,
harus menjadi sikap dan laku kita kapan pun menghadap ke-
pada-Nya dalam ibadah yang kudus. Uskup Patrick dengan sak-
sama mengamati bahwa perintah yang tepat sama yang disampai-
kan Allah kepada Musa di semak duri, saat Ia mengutusnya
untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir (Kel. 3:5), disam-
paikan-Nya juga di sini kepada Yosua, untuk meneguhkan iman-
nya di dalam janji yang baru saja digenapi-Nya, bahwa seperti Ia
telah menyertai Musa, Ia pun akan menyertainya (1:5). Bukankah
Musa mengalami kehadiran Allah yang luar biasa bersamanya
sehingga ia merasakan tempat itu dikuduskan? Demikian pula
Yosua mengalaminya.
Dan, akhirnya, dengan ini Allah mempersiapkan Yosua untuk
menerima petunjuk yang akan disampaikan-Nya mengenai penge-
pungan Yerikho, melalui kedatangan sang Panglima Balatentara
Tuhan ini. Dan sebentar lagi Israel akan menduduki tanah itu.
PASAL 6
osua mengawali gerakan penyerangan dengan mengepung Ye-
rikho, kota yang tidak dapat mengandalkan keberanian pendu-
duknya untuk menyerang, dan mengerahkan kekuatan pasukannya
guna melawan kedatangan orang Israel yang berkemah di luar kota.
Mereka sangat mengandalkan kekuatan tembok-tembok kota sebagai
pertahanan, dan tidak akan menyerah ataupun menerima syarat-
syarat perdamaian. Di sini kita dapati kisah tentang penaklukan kota
itu.
I. Petunjuk dan jaminan yang diberikan oleh panglima tentara
TUHAN berkaitan dengan penyerangan Israel (ay. 1-5).
II. Ujian bagi ketaatan dan kesabaran bangsa Israel untuk
berjalan mengelilingi kota selama enam hari (ay. 6-14).
III. Penyerahan kota itu secara ajaib ke dalam tangan bangsa
Israel pada hari ketujuh. Bangsa Israel diberi perintah khid-
mat untuk menggunakan isi kota itu sebagai persembahan
kudus bagi TUHAN (ay. 15-21, 24).
IV. Penyelamatan Rahab dan sanak keluarganya (ay. 22-23, 25).
V. Sebuah kutuk diucapkan kepada siapa saja yang berani
membangun kembali kota ini (ay. 26-27). Sebuah ringkasan
kisah ini kita dapati juga di antara ayat-ayat tentang pahla-
wan-pahlawan iman (Ibr. 11:30). “sebab iman maka runtuh-
lah tembok-tembok Yerikho, sesudah kota itu dikelilingi tujuh
hari lamanya.”
Y
98
Pengepungan Yerikho
(6:1-5)
1 Dalam pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup
kota itu sebab orang Israel; tidak ada orang keluar atau masuk. 2 Berfirman-
lah TUHAN kepada Yosua: “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho
ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa.
3 Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari
kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya,
4 dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di
depan tabut. namun pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus menge-
lilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. 5 jika sangkakala
tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala
itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring,
maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya,
masing-masing langsung ke depan.”
Kita dapati di sini pertarungan antara Allah dengan orang-orang
Yerikho, beserta ketetapan masing-masing yang berbeda. Perkataan
putusan siapa yang akan menang, mudah saja ditebak.
I. Yerikho bertekad bahwa Israel tidak akan menjadi tuan atas
mereka (ay. 1). Telah tertutup kota itu sebab orang Israel. Kota itu
benar-benar tertutup, dan ditutup (demikianlah arti luasnya). Kota
itu menutup diri, sebab dibentengi baik oleh keahlian maupun
alam, dan tertutup akibat sikap keras kepala dan tekad warganya.
Mereka ini sepakat tidak akan menyerah ataupun bersepakat.
Tidak seorang pun keluar sebagai pembelot atau membicarakan
perdamaian. Orang luar pun tidak diizinkan masuk untuk mena-
warkan perdamaian. Demikianlah penduduk Yerikho menjadi
lupa diri, dan hati mereka telah mengeras untuk dihancurkan.
Seperti itulah jadinya kesudahan dan tabiat mengenaskan orang-
orang yang berani menantang Yang Mahakuasa (Ayb. 15:25).
II. Allah berketetapan bahwa Israel akan menguasai kota itu. Pang-
lima Balatentara TUHAN yang di sini disebut Yehovah, yang sege-
ra melihat betapa Yerikho dibentengi begitu kuat dan dijaga ketat,
serta mengenal jalan pikiran serta kekhawatiran Yosua bagai-
mana memusnahkannya, dan mungkin juga ketakutannya akan
dipermalukan serta mengalami kegagalan, di sini memberikan
jaminan akan keberhasilan yang didambakannya (ay. 2). Ketahui-
lah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini. Ia tidak berkata, “Aku
akan menyerahkannya, namun Aku telah menyerahkannya. Selu-
Kitab Yosua 6:1-5
99
ruh kota itu akan menjadi milikmu, sepasti engkau telah memi-
likinya.” Sebagai buah sulung Kanaan, kota ini dimaksudkan
untuk dikhususkan bagi Allah. Baik Yosua maupun Israel tidak
boleh memperkaya diri sedikit pun dari isi kota itu. Namun, di
sini dikatakan bahwa kota itu akan diserahkan ke tangan mereka.
Kita harus memandang milik kita sebagai kesempatan untuk
menghormati Allah dan menggunakannya demi melayani Dia.
Sekarang,
1. Panglima Balatentara TUHAN memberikan petunjuk tentang
cara mengepung kota itu. Mereka tidak perlu menggali parit,
menyiapkan pasukan meriam atau alat pelantak guna men-
dobrak pintu gerbang dan mempersiapkan pasukan. Sebagai
gantinya, tabut Allah harus dibawa para imam mengelilingi
kota satu kali sehari selama enam hari berturut-turut. Kemu-
dian pada hari ketujuh mereka harus berkeliling tujuh kali,
diikuti para prajurit dalam keheningan, sementara para imam
meniup sangkakala yang terbuat dari tanduk domba (ay. 3-4).
Hanya inilah yang harus mereka lakukan.
2. Allah meyakinkan mereka bahwa pada hari ketujuh sebelum
malam tiba, mereka pasti akan menjadi penguasa kota itu.
Begitu tanda diberikan, mereka semua harus bersorak keras-
keras, dan tembok kota itu pun akan runtuh, dan membuat
penduduknya lumpuh, tawar hati sampai tidak mampu meng-
adakan perlawanan (ay. 5). Allah menetapkan cara ini,
(1) Untuk mengagungkan kuasa-Nya,supaya Ia ditinggikan di
dalam kuasa-Nya (Mzm. 21:14, KJV), dan bukan sebab
kekuatan alat-alat apa pun. Dengan demikian Allah hendak
memperlihatkan lengan-Nya yang mahakuasa guna mem-
besarkan hati orang Israel serta membuat ketakutan dan
kebingungan orang Kanaan.
(2) Untuk mendatangkan hormat ke atas tabut-Nya, yang telah
ditetapkan sebagai tanda kehadiran-Nya, dan untuk mem-
berikan alasan mengapa umat Israel harus menaati hukum
Taurat dengan memandang tabut itu dengan sikap memuja
serta hormat mendalam. saat lama sesudah ini tabut itu
dibawa masuk ke dalam perkemahan tanpa perintah Allah,
perbuatan mereka ini dipandang sebagai penghinaan ter-
hadap tabut itu, dan sebagai akibatnya umat Israel harus
100
membayar mahal untuk kekurang-ajaran mereka itu
(1Sam. 4:3, dst.). namun sekarang saat tabut dibawa atas
petunjuk ilahi, hal itu mendatangkan kehormatan terhadap
tabut Allah, dan sangat membesarkan semangat iman
umat Israel.
(3) Juga untuk memberikan penghormatan kepada para imam,
yang pada kesempatan ini ditunjuk untuk membawa tabut
dan meniup sangkakala. Biasanya, para imam tidak diikut-
sertakan dalam peperangan. Namun,supaya hak istimewa
termasuk kehormatan serta kuasa lain yang diberikan
hukum Taurat kepada mereka tidak akan mereka lakukan
dengan enggan, di dalam tugas ini mereka memainkan pe-
ran utama. Dengan demikian umat menyadari betapa para
imam ini menjadi berkat bagi orang banyak, dan betapa
layak mereka menerima semua keuntungan yang dianuge-
rahkan kepada mereka.
(4) Untuk menguji iman, ketaatan, dan kesabaran umat, serta
untuk menguji apakah mereka bersedia menerima perintah
yang menurut pendapat manusia tampak bodoh. Juga, un-
tuk menguji apakah mereka mau mempercayai janji yang
menurut kemungkinan manusia terlihat mustahil terjadi.
Diujikan juga kepada mereka apakah mereka mampu de-
ngan sabar menanggung celaan musuh dan menantikan
keselamatan dari TUHAN dengan sabar. Demikianlah, oleh
sebab iman, dan bukan sebab kekuatan, tembok Yerikho
runtuh.
(5) Untuk membangkitkan pengharapan Israel mengingat kesu-
litan-kesulitan serupa yang mereka hadapi dahulu. Dahulu
mereka merasa putus asa sebab laporan para pengintai
jahat yang menyatakan bahwa Kanaan tidak akan pernah
bisa ditaklukkan sebab kota-kotanya dikelilingi kubu-kubu-
nya sampai ke langit (Ul. 1:28). Tembok-tembok terkuat dan
tertinggi tidak akan mampu melawan Allah yang maha-
kuasa. Umat Israel tidak perlu bertempur, dan oleh sebab
itu tidak perlu takut, sebab Allah sendirilah yang ber-
perang bagi mereka.
Kitab Yosua 6:6-16
101
Pengepungan Yerikho
(6:6-16)
6 lalu Yosua bin Nun memanggil para imam dan berkata kepada mere-
ka: “Angkatlah tabut perjanjian itu dan tujuh orang imam harus membawa
tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut TUHAN.” 7 Dan kepada bang-
sa itu dikatakannya: “Majulah, kelilingilah kota itu, dan orang-orang bersen-
jata harus berjalan di depan tabut TUHAN.” 8 Segera sesudah Yosua berkata
kepada bangsa itu, maka berjalanlah maju ketujuh orang imam, yang mem-
bawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di hadapan TUHAN, lalu mereka
meniup sangkakala, sedang tabut perjanjian TUHAN mengikut mereka. 9 Dan
orang-orang bersenjata berjalan di depan para imam yang meniup sangka-
kala dan barisan penutup mengikut tabut itu, sedang sangkakala terus-
menerus ditiup. 10 namun Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu,
demikian: “Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepa-
tah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengata-
kan kepadamu: Bersoraklah! – maka kamu harus bersorak.” 11 Demikianlah
tabut TUHAN mengelilingi kota itu, mengedarinya sekali saja. lalu
kembalilah mereka ke tempat perkemahan dan bermalam di tempat per-
kemahan itu. 12 Keesokan harinya Yosua bangun pagi-pagi, lalu para imam
mengangkat tabut TUHAN. 13 Maka berjalanlah juga ketujuh orang imam,
yang membawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di depan tabut
TUHAN, sambil berjalan mereka meniup sangkakala, sedang orang-orang
bersenjata berjalan di depan mereka dan barisan penutup mengikut tabut
TUHAN, sementara sangkakala terus-menerus ditiup. 14 Demikianlah pada
hari kedua mereka mengelilingi kota itu sekali saja, lalu pulang ke tempat
perkemahan. Dan begitulah dilakukan mereka enam hari lamanya. 15 namun
pada hari yang ketujuh mereka bangun pagi-pagi, saat fajar menyingsing,
dan mengelilingi kota tujuh kali dengan cara yang sama; hanya pada hari itu
mereka mengelilingi kota itu tujuh kali. 16 Lalu pada ketujuh kalinya, saat
para imam meniup sangkakala, berkatalah Yosua kepada bangsa itu:
“Bersoraklah, sebab TUHAN telah menyerahkan kota ini kepadamu!
Di sini diceritakan tentang iring-iringan orang Israel yang mengelilingi
Yerikho, serta perintah-perintah yang diberikan Yosua mengenai hal
itu sebagaimana yang diterimanya dari TUHAN, dan ketaatan penuh
mereka kepada perintah-perintah ini. Kita tidak mendapati bahwa ia
memberi mereka jaminan terperinci yang diberikan Allah kepadanya,
yaitu bahwa Ia akan menyerahkan kota itu ke tangan mereka. Seba-
liknya, ia menguji apakah mereka akan menaati perintah dengan
keyakinan bahwa semua akan berakhir dengan gemilang. Dan me-
mang kita mendapati, bahwa mereka ternyata sangat taat, baik
kepada Allah maupun kepada Yosua.
I. Ke mana pun tabut itu dibawa, umat Israel mengikutinya (ay. 9).
Orang-orang bersenjata berjalan di depannya untuk membuka
jalan, tanpa menghiraukan apakah tindakan ini akan membuat
mereka diolok-olok. Meskipun merupakan para pejuang tangguh,
102
mereka tidak malu berjalan beriringan seperti itu, untuk merintis
jalan bagi tabut Allah. Jika menemui hambatan dalam melintasi
jalan-jalan menuju kota, yang harus mereka lakukan saat me-
ngelilinginya, maka mereka akan menyingkirkannya. Jika musuh
menentang, mereka akan menghadapinya,supaya barisan para
imam yang membawa tabut berjalan lancar dan aman. Sungguh
merupakan kehormatan bagi orang-orang besar untuk melak-
sanakan suatu pelayanan yang baik bagi tabut Allah, dan untuk
melayani kepentingan ibadah di negeri mereka. Barisan penutup,
yang berupa pasukan bersenjata atau pasukan bani Dan, berbaris
paling belakang melintasi padang gurun. Mungkin juga barisan
penutup ini, seperti tafsiran beberapa orang, hanya terdiri dari
orang banyak (sebanyak yang bersedia), yang tidak bersenjata
atau terlatih untuk berperang. Barisan penutup ini berjalan
mengikuti tabut untuk menyatakan rasa hormat kepadanya,
untuk mengiringinya dengan segala kekhidmatan, dan untuk
menjadi saksi atas apa yang terjadi. Setiap orang Israel yang taat
dan bersemangat pasti akan bersedia menanggung keletihan dan
bahaya yang sama bersama para imam yang membawa tabut.
II. Tujuh imam berjalan tepat di depan tabut sambil memegang sang-
kakala yang terus-menerus mereka tiup (ay. 4-5, 9, 13). Para
imam ini yaitu pelayan Allah, sehingga di dalam nama-Nya,
1. Mereka mengumandangkan perang terhadap orang Kanaan,
dan menimbulkan kegentaran atas mereka. Sebab, dengan
menggentarkan jiwa itulah mereka akan ditaklukkan dan di-
tundukkan. Demikian jugalah, dengan menyampaikan pernya-
taan khidmat perihal murka-Nya terhadap semua kedurhaka-
an dan ketidakbenaran manusia, para hamba Allah harus
meniup sangkakala di Sion, dan membunyikan tanda bahaya
di gunung suci,supaya orang-orang berdosa di Sion menjadi
takut. Mereka yaitu para bentara Allah yang menguman-
dangkan perang terhadap semua orang yang terus saja mela-
kukan pelanggaran namun berkata, “Kita akan menemukan
damai, meskipun terus melanjutkan perbuatan kita.”
2. Mereka mengumumkan kehadiran Allah yang penuh rahmat
bersama umat Israel, sehingga dengan demikian menyema-
ngati dan membesarkan hati mereka. Allah sudah menetap-
kan, bahwa saat maju bertempur, para imam harus mem-
Kitab Yosua 6:6-16
103
besarkan hati mereka dengan jaminan kehadiran Allah ber-
sama mereka (Ul. 20:2-4). Meniup sangkakala terutama meru-
pakan tanda bagi umat itu bahwa mereka akan diingat di
hadapan Allah TUHAN mereka pada hari pertempuran itu (Bil.
10:9). Tiupan sangkakala juga membesarkan hati Abia (2Taw.
13:12). Demikian jugalah para hamba Allah, dengan membu-
nyikan sangkakala tanduk domba Injil kekal yang meng-
umumkan kemerdekaan dan kemenangan, harus membesar-
kan hati para prajurit Yesus Kristus dalam peperangan rohani
mereka.
III. Sangkakala yang mereka gunakan bukanlah sangkakala perak
yang dibuat untuk ibadah biasa, melainkan yang terbuat dari
tanduk domba jantan, yang menurut pendapat beberapa penafsir,
dilubangi bagian dalamnya untuk tujuan ini. Sangkakala ini
terbuat dari bahan paling bersahaja, sama sekali tidak menge-
luarkan bunyi yang nyaring, dan tampak sangat biasa-biasa saja,
susaha keunggulan kuasanya jelas berasal dari Allah. Demikian-
lah melalui penyampaian firman yang dianggap bodoh, bagaikan
bunyi tanduk domba jantan ini, kerajaan Iblis diruntuhkan.
Seperti itulah senjata kita dalam perjuangan, walaupun tidak
bersifat duniawi atau menurut pandangan mata jasmani tidak
akan berhasil apa-apa, namun merupakan senjata yang diperleng-
kapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan ben-
teng-benteng (2Kor. 10:4-5). Istilah yang digunakan di sini yaitu
sangkakala Yobel (KJV). Artinya, sangkakala yang biasa mereka
gunakan pada tahun Yobel. Demikianlah yang dipahami begitu
banyak penafsir, untuk menandakan kemerdekaan penuh yang
sekarang akan diperoleh Israel, serta penyerahan tanah Kanaan
ke tangan pemiliknya yang sah.
IV. Seluruh rakyat diperintahkan untuk diam, tidak boleh mengucap-
kan sepatah kata atau bersuara sedikit pun (ay. 10),supaya
mereka bisa lebih memperhatikan bunyi sangkakala yang penuh
khidmat itu. Bunyi itu harus mereka dengarkan baik-baik, sebab
itulah suara Allah yang ada di tengah-tengah mereka sekarang.
Sungguh tidak pantas kita berbicara sementara Allah sedang
berbicara. Hal ini juga menyiratkan pengharapan takzim mereka
terhadap apa yang sedang terjadi saat itu.