Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 4


 -kemah mereka. 

Siapakah yang dapat menghitung debu Yakub? Bangsa yang telah 

lama menjadi jemaah di padang gurun kini telah muncul dari padang 

gurun, bersandar pada kekasihnya, muncul laksana fajar merekah, 

indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dan 

dahsyat seperti balatentara dengan panji-panjinya. Betapa dahsyat-

nya ia di mata para seterunya, seperti disampaikan kepada kita di 

sini (ay. 1). Betapa indah dan bercahayanya ia dijadikan di mata 

sahabat-sahabatnya, dengan dihapuskannya cela Mesir dari dirinya, 

seperti disampaikan kepada kita di ayat-ayat berikutnya. 

I. Inilah kengerian yang melanda orang-orang Kanaan saat   men-

dengar perjalanan bangsa Israel yang ajaib menyeberangi sungai 

Yordan (ay. 1). Kabar tentang mujizat itu segera tersebar ke 

seluruh pelosok negeri, tidak hanya sebagai suatu pertanda ajaib 

melainkan juga sebagai pertanda bahaya bagi segenap raja dan 

kerajaan-kerajaan Kanaan. Pada saat ini, seperti pada waktu 

Babel ditaklukkan, pesuruh-pesuruh cepat berlari susul-menyusul, 

pembawa-pembawa kabar susul-menyusul, untuk mengabarkan 

kejadian menakjubkan ini ke seluruh penjuru negeri mereka (Yer. 

51:31). Di sini kepada kita disampaikan mengenai kesan yang 

ditorehkan oleh kabar tersebut atas semua raja di negeri ini, 

yakni, Tawarlah hati mereka (ay. 1, KJV: melelehlah hati mereka) 

seperti lilin di dekat api, dan hilanglah semangat mereka. Ini me-

nunjukkan bahwa, meskipun hati segenap orang Kanaan sudah 

gentar sebelumnya, seperti diakui Rahab, Yosua 2:9. Namun para 

Kitab Yosua 5:1-9 

 79

raja negeri itu sampai saat ini masih dapat menjaga semangat 

mereka dan berjanji kepada diri sendiri bahwa, sebagai bangsa 

yang mendiami tanah Kanaan, dengan jumlah penduduk yang 

sangat banyak, dengan kota-kota yang berkubu, mereka pasti 

akan mampu mengatasi para penyerang. Akan namun , saat   me-

reka tidak hanya mendengar bahwa bangsa Israel telah menye-

berangi sungai Yordan, dan dengan itu pertahanan Kanaan telah 

berhasil ditembus, namun  juga bahwa bangsa Israel telah berhasil 

menyeberangi sungai Yordan dengan mujizat, bahwa Allah semes-

ta alam sendiri turun tangan berperang bagi bangsa Israel, maka 

ketakutanlah mereka. Mereka menyerah, dan kini putus asa. Dan, 

1. Mereka punya cukup alasan untuk merasa takut. Israel sen-

diri yaitu  suatu bangsa yang tangguh, dan menjadi jauh le-

bih tangguh lagi saat   Allah, yakni Allah yang Mahakuasa, 

menjadi pemimpin mereka. Siapakah yang tahan melawan 

bangsa ini sedangkan sungai Yordan saja dihalau dari hadap-

an mereka? 

2. Allah menanamkan kengerian ini pada mereka dan mematah-

kan semangat mereka, seperti telah dijanjikan-Nya sebelum-

nya (Kel. 23:27), Kengerian terhadap Aku akan Kukirimkan 

mendahului engkau. Allah dapat membuat orang jahat merasa 

ketakutan padahal tidak ada yang mengejutkan (Mzm. 53:6), 

apalagi jika memang ada alasan untuk merasa takut, seperti 

jelas terlihat di sini. Dia yang telah menciptakan jiwa, menurut 

kehendak-Nya, dapat menghujamkan pedang-Nya ke dalam 

jiwa itu dan membinasakannya dengan kengerian-Nya. 

II. Kengerian yang melanda segenap penduduk Kanaan itu memberi 

kesempatan kepada bangsa Israel untuk menyunat orang-orang di 

antara mereka yang belum disunat. Pada waktu itu (ay. 2), saat   

segenap negeri di sekeliling mereka sedang dilanda kebingungan 

besar, Allah memerintahkan Yosua untuk menyunat anak-anak 

Israel, sebab  saat itu aman untuk dilakukan meskipun mereka 

sedang berada di negeri musuh. Hati segenap penduduk Kanaan 

meleleh dan tangan mereka terikat sehingga tidak dapat meng-

ambil keuntungan untuk melawan orang Israel, seperti yang 

diperbuat Simeon dan Lewi terhadap orang-orang Sikhem saat   

mereka sedang kesakitan. Yosua sendiri tidak dapat memastikan 

apakah aman untuk melakukan hal ini, dan sebab  itu jika  


 80

perintah penyunatan massal itu merupakan gagasannya sendiri, 

ia mungkin bisa dikecam sebab  telah berbuat sembrono, sebab  

seberapa pun luhurnya makna penyunatan tersebut, pelaksana-

annya pada waktu itu sangat tidak masuk akal dan berisiko men-

datangkan bahaya. Akan namun , oleh sebab  Allah telah memerin-

tahkan dia untuk berbuat demikian, ia tidak boleh meminta per-

timbangan kepada manusia. Allah, yang telah mengamanatkan 

mereka untuk berbuat demikian, pasti akan melindungi dan 

menjamin keselamatan mereka. Sekarang perhatikan, 

1. Alasan yang mendasari penyunatan massal ini. 

(1) Semua orang yang keluar dari Mesir telah bersunat (ay. 5). 

saat   orang Israel hidup dengan damai di Mesir, mereka 

sudah pasti menyunatkan anak-anak mereka saat   ber-

umur delapan hari sesuai dengan hukum Taurat. Akan 

namun , sesudah  orang Israel mulai ditindas, khususnya pada 

waktu keluar perintah untuk membinasakan semua anak 

laki-laki mereka yang baru lahir, pelaksanaan ketetapan 

sunat ini terputus. Maka dari itu, banyak dari antara orang 

Israel belum disunat, dan bagi mereka inilah penyunatan 

massal berlangsung, entah pada saat terjadi gelap gulita 

selama tiga hari, seperti kata Dr. Lightfoot, atau satu tahun 

sesudah nya, tepat sebelum mereka menyantap Paskah yang 

kedua di padang gurun Sinai, dan dalam rangka perayaan 

tersebut (Bil. 9:2), seperti dipahami oleh banyak penafsir. 

Mengacu kepada penyunatan massal di padang gurun 

Sinai itulah penyunatan massal kali ini disebut sebagai 

yang kedua kalinya (ay. 2). Akan namun , cendikiawan Ma-

sius berpendapat bahwa ayat itu mengacu kepada penyu-

natan massal keluarga Abraham saat   sunat pertama kali 

ditetapkan (Kej. 17:23). Penyunatan pertama kala itu mene-

gaskan janji akan tanah Kanaan, sementara penyunatan 

kedua kali ini merupakan perayaan syukur atas peng-

genapan janji itu. Akan namun , 

(2) Semua orang yang lahir di padang gurun, yakni sesudah  

orang Israel berjalan di padang gurun, oleh penghukuman 

dari Allah ditetapkan menjadi penghakiman bagi mereka 

atas pembangkangan mereka, seperti ditunjukkan oleh 

pengulangan kalimat itu di ayat sesudah nya (ay. 6). Semua 

Kitab Yosua 5:1-9 

 81

orang yang lahir sesudah  hari mematikan itu, saat   Allah 

bersumpah di dalam murka-Nya bahwa tidak akan ada dari 

angkatan orang Israel yang keluar dari Mesir akan masuk 

ke tempat perhentian-Nya, belum disunat. Namun, apa yang 

harus kita katakan mengenai perkara ini? Bukankah Allah 

telah memerintahkan kepada Abraham, di bawah ancaman 

hukuman yang sangat berat, bahwa setiap anak dari ketu-

runan Abraham turun-temurun harus disunat saat   mere-

ka berumur delapan hari? (Kej. 17:9-14). Bukankah sunat 

itu merupakan meterai kovenan yang kekal? Bukankah 

makna sunat itu sangat ditekankan pada waktu mereka 

sedang berjalan keluar dari tanah Mesir, bahwa saat   hu-

kum yang menetapkan agar Paskah selamanya dirayakan 

itu diperintahkan, yakni segera sesudah  Paskah pertama, 

salah satu ketentuannya yaitu  bahwa tidak ada seorang 

pun yang tidak bersunat boleh memakannya, namun  harus 

dianggap sebagai orang asing? Namun demikian, di bawah 

pemerintahan Musa, alasan yang mendasari mengapa 

semua orang Israel yang lahir dalam kurun waktu tiga 

puluh delapan tahun belum bersunat tidak dapat dijelas-

kan. Peniadaan sunat yang luar biasa seperti itu mustahil 

terjadi sebab  sesuatu yang biasa-biasa saja, melainkan 

pasti merupakan arahan ilahi. Kini, 

[1] Beberapa penafsir berpendapat bahwa sunat dihapuskan 

sebab  tidak diperlukan. Sunat dahulu ditetapkan seba-

gai tanda untuk membedakan orang Israel dengan bang-

sa-bangsa lain, sehingga saat   mereka berada di tengah 

padang gurun, di mana mereka dengan sempurna terpi-

sah dari segala bangsa lain dan sama sekali tidak ber-

baur dengan mereka, sunat tidaklah diperlukan. 

[2] Beberapa penafsir lainnya berpendapat bahwa mereka 

tidak memandang perintah sunat itu sebagai sesuatu 

yang wajib dipatuhi sampai akhirnya mereka mendu-

duki tanah Kanaan. Sebab, di dalam kovenan yang 

dibuat dengan mereka di gunung Sinai, tidak disebut-

kan sama sekali mengenai sunat, terlebih lagi bahwa 

hukum sunat itu sebenarnya tidak berasal dari Musa 

namun  dari nenek moyang mereka (Yoh. 7:22), dengan 


 82

mengacu secara khusus kepada pemberian tanah Ka-

naan (Kej. 17:8). 

[3] Penafsir lainnya lagi berpendapat bahwa Allah berkenan 

memberi perkecualian terhadap pelaksanaan perintah 

sunat ini dengan mempertimbangkan keadaan bangsa 

Israel yang belum menetap dan kerap berpindah tempat 

selama berada di padang gurun. Anak-anak yang baru 

disunat harus beristirahat selama beberapa waktu lama-

nya saat   sedang kesakitan, sehingga berpindah tempat 

dikhawatirkan akan membahayakan mereka. Oleh sebab 

itu, Allah berbelas kasih dan tidak mau membiarkan me-

reka menjadi korban. Alasan ini pada umumnya diterima 

tanpa bantahan, namun  menurut saya, alasan ini tidak 

cukup kuat, sebab  terkadang mereka menetap di satu 

tempat hingga satu tahun lamanya (Bil. 9:22), kalau 

tidak lebih lama lagi, dan di dalam perpindahan mereka 

itu, anak-anak yang masih kecil bisa dibungkus dengan 

hangat, meskipun kesakitan, dan dengan mudah digen-

dong agar tidak tercederai serta jelas lebih merasa 

nyaman daripada ibu mereka yang harus bersusah 

payah atau sewaktu mereka berbaring. Oleh sebab itu, 

[4] Bagi saya, keadaan orang Israel yang tidak bersunat itu 

lebih merupakan tanda amarah Allah yang berkelanjut-

an akibat ketidakpercayaan dan gerutu mereka. Sunat 

pada awalnya merupakan meterai dari janji tentang 

tanah Kanaan, seperti telah kita lihat sebelumnya. 

Dengan beralaskan pengharapan dan keyakinan akan 

adanya negeri yang baik itulah para bapa leluhur me-

nyunatkan anak-anak mereka. Akan namun , saat   Allah 

telah bersumpah dalam murka-Nya perihal para prajurit 

yang keluar dari Mesir bahwa mereka akan binasa di 

padang gurun di tengah jalan, dan tidak akan pernah 

masuk ke tanah Kanaan atau pun menyaksikannya. 

Demikianlah kalimat tersebut diulang kembali di sini, 

ayat 6, dengan mengacu kepada peristiwa itu, sebagai 

penegasan dari kalimat tersebut, dansupaya  menjadi 

peringatan abadi akan hal itu bagi mereka, semua 

orang yang jatuh di bawah hukuman itu, termasuk 

mereka yang akan jatuh di bawahnya, dilarang menyu-

Kitab Yosua 5:1-9 

 83

natkan anak-anak mereka. Melalui hukuman ini, ke-

pada mereka dengan tegas dikatakan bahwa apa pun 

yang orang lain katakan, mereka tidak akan pernah 

menikmati kebaikan dari janji yang dimeteraikan oleh 

sunat tersebut. Ini sungguh merupakan tanda amarah 

Allah yang sama dahsyatnya dengan dipecahkannya loh 

batu perjanjian pada waktu Israel melanggar kovenan 

dengan membuat patung anak lembu emas. Benar 

bahwa larangan sunat ini tidak dengan jelas tertulis 

terkait dengan hukuman tersebut, namun  hal itu tersirat 

di dalam Kitab Bilangan 14:33, yakni, Anak-anakmu 

akan menanggung akibat ketidaksetiaanmu. Kemung-

kinan anak-anak Kaleb dan Yosua tetap disunat, kare-

na mereka dikecualikan dari hukuman itu, dan khusus-

nya kepada Kaleb dikatakan bahwa kepadanya dan ke-

pada anak-anaknya akan kuberikan negeri yang diinjak-

nya itu (Ul. 1:36), yang tiada lain yaitu  janji yang 

dimeteraikan oleh sunat itu. Lebih lanjut, dikatakan di 

sini, bahwa Yosua diperintahkan untuk menyunat orang 

Israel, bukan keluarganya sendiri. Apa pun alasannya, 

tampaknya perintah besar ini dihilangkan dari tengah 

bangsa Israel selama empat puluh tahun. Ini menjadi 

tanda bahwa sunat bukanlah keharusan mutlak, atau 

pun menjadi kewajiban yang harus ditunaikan turun-

temurun, namun  akan dihapuskan bila tiba saatnya, se-

perti yang terjadi dengan bangsa Israel pada masa itu, 

saat   sekian lama pelaksanaannya dihentikan. 

2. Perintah yang diberikan kepada Yosua perihal penyunatan 

massal ini (ay. 2), yakni, Sunatlah lagi orang Israel itu, bukan 

orang-orang yang yang sama, melainkan kepada seluruh bang-

sa itu. Mengapa perintah ini harus dikerjakan sekarang? Ja-

wabannya yaitu , 

(1) sebab  janji yang dimeteraikan oleh sunat itu telah di-

genapi. Keturunan orang Israel telah dibawa dengan aman 

memasuki tanah Kanaan. “Biarlah mereka dengan ini 

mengakui kebenaran janji itu, yaitu janji yang tidak diper-

cayai penggenapannya oleh nenek moyang mereka dan 

yang tidak diyakni di dalam hati mereka sendiri.” 


 84

(2) sebab  hukuman, yang ditegaskan melalui penangguhan 

sunat selama tiga puluh delapan tahun, telah dilaksanakan 

penuh dengan habisnya masa empat puluh tahun. Bahwa 

perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah 

diampuni (Yes. 40:2), dan oleh sebab  itu, kini meterai 

perjanjian tersebut dihidupkan kembali. Namun, mengapa 

hal itu tidak dikerjakan lebih cepat? Mengapa tidak pada 

saat mereka sedang menetap selama beberapa bulan 

lamanya di dataran Moab? Mengapa tidak pada masa ber-

kabung meratapi Musa selama 30 hari? Mengapa tidak 

ditangguhkan lebih lama lagi sampai mereka benar-benar 

telah menaklukkan Kanaan dan telah menetap di sana, se-

tidaknya sesudah  mereka telah cukup mantap berdiam dan 

memperkuat pertahanan kemah-kemah mereka? Mengapa 

sunat itu harus dikerjakan tepat sehari sesudah  mereka me-

nyeberangi sungai Yordan? Jawabannya yaitu  sebab  hik-

mat Allah menetapkan saat itu sebagai saat yang terbaik, 

yakni tepat pada saat masa empat puluh tahun telah ber-

akhir, dan mereka telah memasuki Kanaan, sehingga alas-

an yang dikemukakan oleh hikmat manusia untuk mem-

bantahnya dapat dengan mudah dimentahkan.  

[1] Allah dengan ini hendak memperlihatkan bahwa perke-

mahan Israel tidak berada di bawah peraturan dan un-

dang-undang peperangan yang biasa, namun  oleh arahan 

langsung dari Allah, yang dengan memperhadapkan me-

reka dengan saat-saat yang paling berbahaya, memper-

lihatkan kebesaran kuasa-Nya dalam melindungi mereka 

bahkan di saat-saat seperti itu. Selain itu, rasa aman 

yang mereka alami ini, dengan berdiam diri saja saat se-

harusnya bertindak, memperlihatkan rasa percaya yang 

begitu besar dari umat Israel itu kepada perlindungan 

Allah, dan ini semakin memperbesar rasa takut di hati 

seteru-seteru mereka, lebih lagi saat   para pengintai 

negeri itu tidak hanya memberitahukan kepada pen-

duduk negeri itu bahwa sunat itu telah dilakukan, 

namun  juga bahwa sunat itu merupakan meterai atas 

pemberian negeri Kanaan kepada Israel. 

[2] Allah dengan ini menguatkan hati umat-Nya Israel un-

tuk mengatasi kesulitan yang kini akan mereka hadapi, 

Kitab Yosua 5:1-9 

 85

dengan menegaskan kovenan-Nya dengan mereka yang 

memberikan jaminan pasti akan kemenangan dan ke-

berhasilan serta kepemilikan penuh dari tanah perjan-

jian tersebut. 

[3] Allah dengan ini hendak mengajari mereka, begitu pula 

kita bersama mereka, agar di dalam segala usaha  kita 

harus mengawalinya bersama Allah, untuk mendapat-

kan perkenanan-Nya terlebih dahulu, dengan jalan 

mempersembahkan diri kita sendiri sebagai suatu per-

sembahan yang hidup sebab inilah yang diartikan oleh 

darah sunat itu. Bila kita melakukan ini, kita dapat 

berharap akan meraih keberhasilan di dalam segala apa 

yang akan kita lakukan itu. 

[4] Dihidupkannya kembali sunat, sesudah  sekian lama 

ditangguhkan, dirancang untuk menghidupkan kembali 

ketaatan terhadap ketetapan dan ketetapan lainnya 

yang telah dibiarkan terabaikan di tengah padang gu-

run. Perintah untuk menyunatkan orang Israel ini ber-

tujuan mengingatkan mereka kepada apa yang telah 

dikatakan Musa kepada mereka (Ul. 21:8), bahwa apa-

bila mereka telah menyeberangi sungai Yordan, mereka 

tidak diperbolehkan untuk kembali berbuat apa yang 

telah diperbuat sebelumnya di padang gurun, namun  ha-

rus menundukkan diri di bawah aturan yang lebih ke-

tat. Kepada orang Israel telah dikatakan bahwa mereka 

harus mematuhi segala hukum yang telah diberikan 

Allah kepada mereka di negeri ke mana mereka akan 

pergi (Ul. 6:1; 12:1). 

[5] Sunat untuk kedua kalinya ini, demikian sebutannya di 

sini, merupakan bayangan dari sunat rohani yang di-

lakukan kepada Israel kepunyaan Allah, saat   mereka 

memasuki peristirahatan menurut Injil. Cendikiawan 

Uskup Pierson berpendapat bahwa dengan dilaksana-

kannya sunat ini di bawah arahan Yosua, penerus 

Musa, peristiwa itu mengarah kepada Yesus sebagai 

penyunat sejati, yakni Kepala dari sunat lain yang bukan 

sunat yang dilakukan oleh manusia yang diperintahkan 

oleh Taurat itu, melainkan sunat di dalam hati (Rm. 

2:29), yang disebut sunat Kristus (Kol. 2:11). 


 86

3. Kepatuhan orang Israel terhadap perintah ini. Yosua menyunat 

orang Israel (ay. 3). Bukan ia sendiri yang menyunat mereka 

dengan tangannya, melainkan ia memerintahkan agar sunat 

itu dikerjakan dan memastikan sunat itu berlangsung baik. 

Perintah itu mampu dilaksanakan dengan segera sebab  sunat 

tidak harus dikerjakan oleh seorang imam atau orang Lewi, 

namun  siapa saja dapat diberi tugas untuk itu. Semua orang 

Israel yang berusia di bawah dua puluh tahun pada waktu 

mereka dihitung jumlahnya di gunung Sinai, serta semua 

orang yang tidak ikut dihitung bersama mereka, yang tidak 

binasa oleh hukuman mati Allah, disunat, dan oleh peran 

serta seluruh orang Israel, semua orang yang belum disunat 

itu dapat disunat dalam waktu singkat. Orang Israel telah ber-

janji untuk mendengarkan Yosua sama seperti mereka telah 

mendengarkan Musa (1:17), dan di sini mereka memperlihat-

kan kepatuhan mereka dengan tunduk terhadap perintah yang 

mendatangkan kesakitan ini. Mereka tidak memanggil Yosua 

sebagai seorang pemimpin sadis, seperti halnya Zipora yang, 

oleh sebab  sunat, memanggil Musa sebagai seorang suami 

sadis. 

4. Nama-nama yang diberikan kepada tempat di mana sunat itu 

dilakukan, untuk memelihara ingatan akan peristiwa tersebut. 

(1) Tempat itu disebut sebagai Bukit Kulit Khatan (ay. 3). Mung-

kin kulit khatan yang telah dipotong itu ditumpuk lalu ditim-

bun dengan tanah, sehingga tampak seperti bukit kecil. 

(2) Tempat itu disebut sebagai Gilgal, yang diambil dari sebuah 

kata yang berarti “untuk menghapuskan,” menurut firman 

Allah kepada Yosua (ay. 9), yakni, Hari ini telah Kuhapus-

kan cela Mesir itu dari padamu. Allah bergiat menjaga 

kemuliaan umat-Nya sebab  kemuliaan-Nya sendiri ada di 

situ. Apa pun cela yang menghinggapi mereka pada saat-

saat tertentu, cepat atau lambat itu akan dihapuskan, dan 

setiap orang yang bangkit melawan mereka akan dihukum-

nya. 

[1] Sunat mereka menghapuskan cela Mesir. Dengan ini, 

mereka diakui sebagai anak-anak Allah yang terlahir se-

bagai orang bebas sebab  memiliki meterai perjanjian 

pada diri mereka. Dan bersama itu cela perbudakan me-

Kitab Yosua 5:10-12 

 87

reka di Mesir pun terhapuskan. Mereka tercemar oleh 

penyembahan berhala orang Mesir, dan itulah yang men-

jadi cela mereka. namun  kini sesudah  disunat, mereka 

diharapkan akan sepenuhnya mengabdi kepada Allah 

sehingga cela akibat cinta mereka terhadap Mesir akan 

dihapuskan. 

[2] Kedatangan mereka dengan aman ke tanah Kanaan 

menghapuskan cela Mesir, sebab  itu membungkam 

cibir orang Mesir yang mengatakan bahwa Allah mem-

bawa mereka keluar dengan maksud menimpakan mala-

petaka kepada mereka, padang gurun telah mengurung 

mereka (Kel. 14:3). Pengembaraan mereka yang begitu 

lama di padang gurun meneguhkan cela itu, namun  kini 

saat   mereka telah memasuki Kanaan dengan keme-

nangan, cela itu pun terhapuskan. saat   Allah memu-

liakan diri-Nya sendiri dengan menyempurnakan karya 

keselamatan umat-Nya, Dia tidak hanya membungkam 

cela seteru-seteru umat-Nya, namun  juga mengembalikan 

cela itu ke atas semua seteru mereka itu. 

Berhentinya Manna 

(5:10-12)  

10 Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada 

hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho.  

11 Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti 

yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. 12 Lalu berhentilah 

manna itu, pada keesokan harinya sesudah  mereka makan hasil negeri itu. 

Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, namun  dalam tahun itu mereka 

makan yang dihasilkan tanah Kanaan. 

Kita dapat membayangkan bahwa orang Kanaan terheran-heran, dan 

bahwa saat   mereka mengamat-amati pergerakan musuh mereka, 

mereka tidak bisa tidak berpikir bahwa musuh mereka itu sungguh 

aneh. saat   prajurit pergi berperang, mereka condong berpikir bah-

wa mereka dibebaskan dari menjalankan ibadah keagamaan sebab  

mereka tidak memiliki  waktu serta pikiran untuk melaksanakan-

nya. Akan namun  Yosua mengawali rangkaian peperangannya dengan 

kegiatan ibadah demi ibadah. Apa yang lalu  dikatakan kepada 

Yosua yang lain dapat dikatakan pula kepada Yosua yang ini, yakni, 

Dengarkanlah hai Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di 


 88

hadapanmu – sungguh kamu merupakan suatu lambang (Za. 3:8), dan 

jelaslah bahwa apa yang diterapkan Yosua itu benar adanya. Segala 

sesuatu yang berawal dengan Allah akan berakhir dengan baik. Inilah, 

I. Paskah yang agung dirayakan menurut waktu yang ditetapkan 

oleh hukum Taurat, yakni pada hari yang keempat belas bulan 

pertama, dan di tempat yang sama di mana orang Israel disunat-

kan (ay. 10). Pada waktu mereka mengembara di padang gurun, 

mereka tidak dapat merasakan kebaikan dan penghiburan dari 

ketetapan sunat ini, sebagai tanda amarah Allah yang lebih lan-

jut. Akan namun  kini, sebagai jawaban atas doa Musa yang 

diucapkannya pada waktu hukuman tersebut dijatuhkan (Mzm. 

90:15), Allah menghibur mereka kembali, sesudah  selama beberapa 

saat Dia menindas mereka, dan oleh sebab  itu kini ketetapan 

yang membawa sukacita itu dihidupkan kembali. Saat ini, sesudah  

mereka sudah memasuki Kanaan, merupakan waktu yang sangat 

tepat untuk mengingat kembali mujizat-mujizat kuasa dan kemu-

rahan Allah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Peng-

genapan belas kasih harus membawa kita kepada ingatan akan 

awal mula belas kasih itu ditunjukkan. saat   hari sudah gelap, 

kita tidak boleh melupakan betapa baiknya cahaya fajar pagi 

menyambut kita sesudah  menanti-nantikannya sekian lama. Pas-

kah yang agung pun tiba segera sesudah  sunat yang agung. 

Demikianlah pada waktu orang-orang yang menerima perkataan 

Rasul Petrus dibaptis, segera kita membaca bahwa mereka meme-

cahkan roti (Kis. 1:41-42). Orang Israel merayakan Paskah ini di 

dataran Yerikho, seakan-akan perbuatan itu menjadi tanda per-

lawanan mereka terhadap orang-orang Kanaan yang ada di seke-

liling mereka dan yang dibuat murka oleh mereka, namun  tidak 

bisa mengganggu mereka sama sekali. Demikianlah Allah mem-

beri mereka bukti awal dari pelaksanaan janji-Nya itu, bahwa 

saat   mereka pergi melaksanakan semua perayaan, negeri mere-

ka secara khusus akan dilindungi oleh pemeliharaan Allah (Kel. 

34:24), bahwa tidak ada seorangpun yang akan mengingini negeri-

mu. Allah kini menyediakan hidangan bagi mereka di hadapan 

lawan mereka (Mzm. 23:5). 

II. Pemeliharaan yang tersedia bagi perkemahan orang Israel dalam 

rupa hasil negeri Kanaan serta berhentinya manna sesudah nya (ay. 

Kitab Yosua 5:10-12 

 89

11-12). Manna merupakan belas kasih Allah yang ajaib yang telah 

diberikan kepada mereka pada waktu mereka memerlukannya. 

Akan namun , manna menjadi tanda yang menunjukkan keadaan 

mereka di padang gurun. Manna juga merupakan makanan bagi 

anak-anak, sehingga meskipun manna merupakan makanan malai-

kat, dan orang Israel tak lagi mengeluhkannya sebagai suatu ma-

kanan yang hambar, namun lebih pantas bagi mereka untuk me-

nyantap hasil negeri itu, dan kini kepada mereka disediakanlah itu.  

1. Penduduk negeri Kanaan, yang telah pergi mencari aman di 

dalam kota Yerikho, telah meninggalkan lumbung dan ladang 

serta semua milik mereka, yang lalu  dipakai untuk me-

nunjang kebutuhan balatentara Israel yang besar ini. Persedia-

an makanan ini tiba pada waktu yang sungguh tepat, sebab , 

(1) sesudah  Paskah, mereka harus merayakan hari raya Roti 

Tidak Beragi, yang tentu saja tidak bisa dilaksanakan apa-

bila mereka tidak memiliki  apa-apa untuk hidup selain 

manna, dan inilah yang menjadi alasan mengapa perayaan 

hari raya itu terhenti di padang gurun. Akan namun , kini 

mereka menemukan cukup hasil bumi tersimpan di lum-

bung orang Kanaan sebagai persediaan yang berlimpah 

untuk merayakan hari raya itu. Demikianlah kekayaan 

orang berdosa disimpan bagi orang benar, dan orang yang 

menyimpannya tidaklah berpikir, kepada siapakah akan 

ditambahkan segala sesuatu yang telah mereka sediakan 

tersebut. 

(2) Pada hari sesudah Paskah, yakni Sabat itu, mereka harus 

mengunjukkan berkas hasil pertama dari penuaian di ha-

dapan Tuhan (Im. 23:10-11), dan ini secara khusus diperin-

tahkan kepada mereka untuk dikerjakan saat   mereka 

sampai ke negeri yang akan Allah berikan kepada mereka. 

Untuk tujuan itulah kepada mereka telah disediakan hasil 

tanah Kanaan tahun itu (ay. 12), yang pada waktu itu telah 

bertumbuh dan mulai masak. Demikianlah kepada mereka 

telah tersedia dengan baik hasil yang lama dan yang baru, 

agar mereka menjadi tuan rumah yang baik (Mat. 13:52). 

Dan segera sesudah  hasil negeri yang baik itu ada di tangan 

mereka, datang kesempatan bagi mereka untuk memulia-

kan Allah dengan semuanya itu dan untuk memperguna-


 90

kannya di dalam pelayanan bagi-Nya menurut ketetapan-

Nya. Maka dari itu, lihatlah, semuanya suci dan menghibur 

bagi mereka. Calvin berpendapat bahwa orang Israel telah 

memelihara Paskah setiap tahunnya pada waktunya se-

lama mengembara di tengah padang gurun, meskipun peri-

hal itu tidaklah disebutkan, dan bahwa Allah mengizinkan 

keadaan mereka yang tidak bersunat, sebab  Dia, dengan 

tidak memperhitungkan keadaan mereka itu, mengizinkan 

mereka untuk mempersembahkan korban persembahan 

yang lain. Akan namun , beberapa orang menyimpulkan dari 

Kitab Amos 5:25 bahwa sesudah  hukuman dari Allah dija-

tuhkan ke atas mereka, sama sekali tidak ada korban yang 

dipersembahkan sampai mereka tiba di tanah Kanaan, dan 

oleh sebab nya, mereka tidak merayakan Paskah. Lebih 

lanjut, dapat kita lihat bahwa sesudah  hukuman itu dijatuh-

kan (Bil. 14), hukum yang difirmankan sesudah nya (Bil. 15) 

mengenai korban persembahan diawali dengan kalimat 

berikut, “jika  kamu masuk ke negeri tempat kediaman-

mu,” engkau akan berbuat ini dan itu.  

2. Penjelasan khusus dicatat mengenai berhentinya manna se-

gera sesudah  mereka makan hasil negeri itu, 

(1) Untuk memperlihatkan bahwa manna tidak turun secara 

kebetulan atau merupakan tindakan penyelenggaraan Allah 

yang umum terjadi, seperti salju atau hujan es yang biasa 

turun, namun  oleh sebab  rancangan istimewa dari hikmat 

dan kemurahan Allah. Sebab, sama seperti ia turun tepat 

di saat mereka memerlukannya, demikian pula manna itu 

hanya tersedia selama mereka membutuhkannya, dan 

tidak lebih dari itu. 

(2) Untuk mengajari kita agar tidak mengharapkan datangnya 

persediaan dengan cara yang luar biasa saat   itu bisa 

didapat dengan cara yang lazim. jika  Allah mengganjar 

Israel setimpal dengan pembangkangan mereka, tentunya 

manna itu sudah berhenti pada waktu mereka menyebut-

nya sebagai roti hambar. Akan namun , sepanjang mereka 

masih memerlukan manna, Allah berkenan untuk terus 

menyediakannya meskipun itu dipandang hina oleh mere-

ka. Dan kini, saat   mereka tidak lagi memerlukannya,

Kitab Yosua 5:13-15 

 91

 Allah pun berhenti menyediakan manna tersebut, meski 

beberapa dari mereka mungkin masih menginginkannya. 

Dialah Bapa yang penuh hikmat yang mengerti kebutuhan 

anak-anak-Nya dan yang memberi berkat-Nya menurut 

kebutuhan, bukan keinginan, anak-anak-Nya itu. Firman 

dan ketetapan Allah merupakan manna rohani yang dipa-

kai-Nya untuk memberi makan umat-Nya di padang gurun 

dunia ini, dan meskipun manna rohani itu kerap dicam-

pakkan begitu saja, keduanya tetap tersedia selama kita 

masih hidup di dunia ini. Akan namun , saat   kita telah tiba 

di Kanaan sorgawi, manna ini akan berhenti sebab  kita 

tidak lagi memerlukannya. 

Panglima Bala Tentara Tuhan 

(5:13-15)  

13 saat   Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya se-

orang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. 

Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: “Kawankah engkau atau 

lawan?” 14 Jawabnya: “Bukan, namun  akulah Panglima Balatentara TUHAN. 

Sekarang aku datang.” Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, me-

nyembah dan berkata kepadanya: “Apakah yang akan dikatakan tuanku 

kepada hambanya ini?” 15 Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata ke-

pada Yosua: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau 

berdiri itu kudus.” Dan Yosua berbuat demikian. 

Sampai saat ini, kita mendapati bahwa Allah kerap berbicara kepada 

Yosua, namun  kita belum mendapati adanya penampakan keagungan 

Allah di hadapan Yosua sampai saat ini. Sekarang, di saat kesulitan-

nya bertambah pelik, dirinya pun semakin dikuatkan sebanding 

dengan kesulitannya itu. Perhatikan, 

I. Waktu saat   Yosua diperkenankan mendapat penglihatan ini. 

Segera sesudah  Yosua selesai melakukan sunat dan menyelenggara-

kan perayaan Paskah dengan khidmat, Allah berkenan menam-

pakkan diri di hadapannya. Ingatlah, kita boleh berharap akan 

bertemu dengan anugerah-anugerah Allah jika  kita ditemukan 

sedang mengerjakan tanggung jawab kita dan ditemukan rajin dan 

tulus di dalam melaksanakan segala ketetapan kudus. 


 92

II. Tempat di mana Yosua mendapat penglihatan ini, yakni di dekat 

Yerikho, atau juga dapat diartikan sebagai di dalam Yerikho. Arti-

nya, di Yerikho dalam iman dan pengharapan, meskipun ia belum 

memulai serangannya. Atau, di Yerikho dalam pikiran dan harap-

annya. Atau di dataran Yerikho, dekat dengan kotanya. Di sana-

lah, tampaknya, ia berada seorang diri, tanpa rasa takut terhadap 

bahaya, sebab  percaya kepada perlindungan ilahi. Di sanalah ia 

merenung dan berdoa menurut beberapa penafsir. Demikianlah, 

kepada mereka yang dipakai dan terlibat dalam pelayanan-Nya, 

Allah kerap bermurah hati menampakkan diri-Nya. Atau, mung-

kin pula Yosua berada di sana untuk melihat-lihat kota itu, untuk 

mengamat-amati pertahanannya dan memikirkan cara terbaik 

untuk menyerangnya. Mungkin saat itu ia menjadi kehabisan akal 

bagaimana harus mendekati kota itu. Saat itulah Allah datang 

dan memberi petunjuk kepadanya. Perhatikanlah, Allah akan 

menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Vigilantibus non 

dormientibus succurrit lex – hukum menolong mereka yang berjaga, 

bukan mereka yang tidur. Yosua sedang mengemban tugasnya 

sebagai seorang panglima saat   Allah datang dan menyatakan 

diri-Nya sebagai Panglima Besar.  

III. Penampakan itu sendiri. Yosua, dengan sepenuh pikiran dan per-

hatian, sedang termenung menatap ke bawah, matanya terpaku 

ke tanah, saat   tiba-tiba ia dikagetkan oleh penglihatan seorang 

laki-laki yang berdiri beberapa langkah di hadapannya. Ia terba-

ngun dari perenungannya dan mendongak (ay. 13). Allah menam-

pakkan diri di hadapan Yosua dalam rupa seorang laki-laki, namun  

seorang laki-laki yang gagah dan yang pantas diperhatikan. Kini, 

1. Kita memiliki  alasan untuk berpikir bahwa laki-laki ini ada-

lah Anak Allah sendiri, sang Firman Kekal, yang, sebelum Ia 

mengambil rupa sebagai manusia selamanya, kerap kali me-

nampakkan diri dalam rupa manusia. Demikianlah diungkap-

kan Uskup Patrick sesuai dengan tafsiran bapa-bapa gereja. 

Yosua memberi kepada-Nya hormat kudus, dan Ia pun mene-

rimanya, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh malaikat 

yang juga merupakan makhluk ciptaan. Dan nama-Nya yaitu  

TUHAN (6:2).  

2. Allah menampakkan diri di sini sebagai seorang prajurit, dengan 

pedang terhunus di tangannya. Kepada Abraham di dalam 

Kitab Yosua 5:13-15 

 93

tendanya, Allah menampakkan diri sebagai seorang musafir, 

sementara kepada Yosua di medan perang, Ia menampakkan 

diri sebagai seorang prajurit perang. Bagi umat-Nya, Kristus 

akan menjadi seperti apa yang diharapkan dan dirindukan oleh 

iman mereka. Kristus menghunuskan pedang-Nya, yang berarti, 

(1) Untuk membenarkan perang yang sedang dilaksanakan Yo-

sua, dan untuk menunjukkan kepadanya bahwa Allahlah 

yang memberinya perintah untuk membunuh dan mem-

binasakan. Bila seorang raja menghunuskan pedangnya, 

ini menandakan dimulainya perang dan memberi wewe-

nang kepada bawahannya untuk melaksanakannya. Sebi-

lah pedang terhunus dengan baik saat   Kristuslah yang 

menghunusnya dan memberikan panji-panji kepada mereka 

yang takut kepada-Nya, tanda untuk berlindung terhadap 

panah (Mzm. 60:6, KJV: memberikan panji-panji kepada 

mereka yang takut kepada-Nya, untuk ditinggikan oleh 

sebab kebenaran) 

(2) Untuk menguatkan Yosua agar berperang dengan gigih, 

sebab  pedang yang terhunus di tangan Kristus menanda-

kan bahwa Ia siap melindungi dan menyelamatkan umat-

Nya, yang melalui diri-Nya akan berjuang dengan gagah 

berani. Pedang-Nya menyambar-nyambar ke segala penjuru. 

IV. Pertanyaan yang berani dilontarkan Yosua orang itu. Yosua tidak 

mengutus abdinya, namun  maju sendiri, lalu bertanya, Kawankah 

engkau atau lawan? Ini menunjukkan kesiapannya untuk me-

nyambut-Nya jika  Ia kawan mereka, dan untuk melawan-Nya 

jika  Ia lawan mereka. Dari sini tampak, 

1. Keberanian dan keteguhan hatinya. Ia tidak dikagetkan oleh 

kemunculan orang tersebut secara tiba-tiba. Pula ia tidak 

menjadi gentar dengan keagungan dan kegagahan yang jelas 

tampak dari wajah orang yang dilihatnya itu. namun , dengan 

kejernihan pikiran seorang panglima yang hebat, Yosua melon-

tarkan pertanyaan yang tegas ini kepada orang itu. Allah telah 

memerintahkan Yosua untuk meneguhkan hatinya, dan de-

ngan perbuatannya ini, tampak bahwa ia memang demikian. 

Sebab, apa yang dikehendaki oleh Allah melalui firman-Nya 


 94

kepada umat-Nya untuk dilakukan, Ia sendiri yang mengerja-

kannya di dalam mereka melalui anugerah-Nya. 

2. Kepedulian Yosua yang besar terhadap bangsanya dan kepen-

tingan mereka. Dengan sungguh-sungguh ia berjuang demi 

kepentingan Israel, sehingga tidak akan ada orang yang dapat 

berdiri di hadapannya tanpa ia mengetahui apakah mereka 

seorang kawan atau lawan. Tampaknya, Yosua mencurigai 

orang itu sebagai seorang lawan, seorang Goliat yang datang 

untuk mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup, dan 

menantangnya. Seperti itulah kita kerap kali menyalahartikan 

sesuatu yang sesungguhnya membawa kebaikan bagi kita 

sebagai sesuatu yang hendak melawan kita. Pertanyaan itu 

dengan jelas menyiratkan bahwa peperangan antara orang 

Israel dan orang Kanaan, dan antara Kristus dan Beelzebul, 

tidak menyisakan tempat untuk adanya ketidakberpihakan. 

Siapa tidak bersama kita, ia melawan kita. 

V. Keterangan orang itu mengenai dirinya (ay. 14). “Bukan, engkau 

boleh yakin bahwa bukan sebagai lawanmu, namun  sebagai 

Panglima Balatentara Tuhan, sekarang Aku datang. Tidak hanya 

untuk engkau sebagai seorang kawan, namun  untuk memerintah 

engkau sebagai Panglima Besar.” Inilah dia, seperti pada zaman 

dahulu (Kej. 32:2), Mahanaim, dua balatentara, yakni balatentara 

Israel yang siap berperang melawan orang Kanaan dan bala-

tentara malaikat yang melindungi mereka di dalam peperangan, 

dan Ia, sebagai Panglima Balatentara keduanya, memimpin bala-

tentara Israel dan memerintahkan balatentara malaikat untuk 

membantu mereka. Mungkin mengacu kepada peristiwa inilah 

Kristus disebut sebagai Pemimpin keselamatan kita (Ibr. 2:10, KJV), 

serta seorang Raja dan Pemerintah bagi suku-suku bangsa (Yes. 

55:4). Orang yang memiliki  pemimpin seperti demikian sudah 

pasti akan menjadi pihak yang menang. Ia kini datang sebagai 

seorang Panglima untuk memeriksa para pasukan, untuk mengo-

barkan semangat mereka, dan memberikan perintah-perintah 

yang penting untuk mengepung Yerikho. 

VI. Penghormatan besar diberikan Yosua kepada-Nya sesudah  menge-

tahui siapa sosok itu sesungguhnya. Kemungkinan Yosua mera-

sakan, tidak hanya melalui apa yang dikatakan sosok itu namun  

Kitab Yosua 5:13-15 

 95

melalui tanda-tanda lain yang dapat ditangkapnya, bahwa sosok 

itu merupakan seorang yang ilahi dan bukanlah seorang manusia. 

1. Yosua memberi hormat kepada-Nya. Ia sujud dengan mukanya 

ke tanah dan menyembah. Yosua sendiri yaitu  seorang 

panglima pasukan Israel, namun  ia sama sekali tidak merasa iri 

hati terhadap orang asing ini, yang menyampaikan mandat se-

bagai Panglima Balatentara Tuhan yang lebih tinggi daripada-

nya. Ia tidak menantang-Nya untuk membuktikan pernyataan-

Nya, namun  dengan penuh sukacita tunduk di hadapan-Nya se-

bagai pemimpinnya. Orang-orang yang terhebat akan meng-

hadap Allah dengan penuh kerendahan hati dan takzim. 

2. Yosua memohon untuk menerima perintah dan arahan dari 

Panglima Balatentara Tuhan tersebut dengan berkata, “Apa-

kah yang akan dikatakan Tuanku kepada hambanya ini?” Per-

tanyaannya yang sebelumnya tidaklah lebih berani dan lebih 

tegas, layaknya disampaikan oleh seorang prajurit, daripada 

pertanyaannya kali ini yang disampaikannya dengan penuh 

iman dan layaknya oleh seorang yang kudus. Lebih lagi, ke-

agungan hatinya tidaklah terhina tatkala ia harus merendah-

kan diri sewaktu menghadap Allah. Bahkan para raja tidak 

bisa tidak akan menundukkan diri dengan rendahnya di ha-

dapan takhta Tuhan Yesus, yang yaitu  Raja segala raja 

(Mzm. 2:10-11; Mzm. 72:10-11; Why. 19:16). Perhatikanlah, 

(1) Hubungan yang terjalin antara dirinya dan Kristus, bahwa 

Kristus yaitu  Tuhannya dan ia sendiri menjadi hamba-

Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Bahwa Kristus ada-

lah Pemimpinnya dan ia sendiri menjadi seorang tentara 

bawahan-Nya yang akan melakukan apa saja yang diperin-

tahkan-Nya (Mat. 8:9). Ingatlah, dasar dari segala ketaatan 

yang berkenan bagi Allah terletak pada pengabdian yang 

tulus dari diri kita sebagai hamba bagi Yesus Kristus seba-

gai Tuhan kita (Mzm. 16:2). 

(2) Pertanyaan yang diajukan Yosua dalam hubungan ini, 

yakni, Apakah yang akan dikatakan Tuhanku? Ini memper-

lihatkan kerinduan yang sungguh tulus untuk mengenal 

kehendak Kristus, dan kesiapan serta keteguhan hati un-

tuk melaksanakan kehendak-Nya itu dengan penuh suka-

cita. Ia pertama-tama mengakui bahwa dirinya merupakan 


 96

perwira yang lebih rendah kedudukannya, dan siap sedia 

untuk menerima perintah. Pola pikir ini menjadikannya 

tepat untuk mengemban jabatan yang kini sedang dipe-

gangnya, sebab  orang yang mengerti cara untuk taat, tahu 

persis cara untuk memerintah. 

VII. Penghormatan lebih lanjut yang dimintakan oleh Panglima Bala-

tentara Tuhan ini kepada Yosua (ay. 15), yakni, Tanggalkanlah 

kasutmu dari kakimu, sebagai tanda penghormatan dan penghar-

gaan (yang menurut budaya di Inggris ditandai dengan melepas 

tutup kepala), dan sebagai tanda pengakuan atas kehadiran Allah, 

yang selama berdiam di tempat itu sungguh menjadikannya 

kudus dan mulia. Kita biasa berujar tentang orang yang sangat 

kita hormati bahwa kita sangat memuja tanah yang dipijaknya. 

Demikianlah Yosua harus menunjukkan penghormatannya atas 

pribadi ilahi ini, dengan tidak memijak tempat berdiri-Nya itu 

dengan kasutnya yang kotor (Pkh. 4:17). Ungkapan lahiriah seba-

gai tanda hormat batiniah, serta kekaguman saleh terhadap Allah, 

harus menjadi sikap dan laku kita kapan pun menghadap ke-

pada-Nya dalam ibadah yang kudus. Uskup Patrick dengan sak-

sama mengamati bahwa perintah yang tepat sama yang disampai-

kan Allah kepada Musa di semak duri, saat   Ia mengutusnya 

untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir (Kel. 3:5), disam-

paikan-Nya juga di sini kepada Yosua, untuk meneguhkan iman-

nya di dalam janji yang baru saja digenapi-Nya, bahwa seperti Ia 

telah menyertai Musa, Ia pun akan menyertainya (1:5). Bukankah 

Musa mengalami kehadiran Allah yang luar biasa bersamanya 

sehingga ia merasakan tempat itu dikuduskan? Demikian pula 

Yosua mengalaminya. 

Dan, akhirnya, dengan ini Allah mempersiapkan Yosua untuk 

menerima petunjuk yang akan disampaikan-Nya mengenai penge-

pungan Yerikho, melalui kedatangan sang Panglima Balatentara 

Tuhan ini. Dan sebentar lagi Israel akan menduduki tanah itu. 

 

 

 

 

 

PASAL  6  

osua mengawali gerakan penyerangan dengan mengepung Ye-

rikho, kota yang tidak dapat mengandalkan keberanian pendu-

duknya untuk menyerang, dan mengerahkan kekuatan pasukannya 

guna melawan kedatangan orang Israel yang berkemah di luar kota. 

Mereka sangat mengandalkan kekuatan tembok-tembok kota sebagai 

pertahanan, dan tidak akan menyerah ataupun menerima syarat-

syarat perdamaian. Di sini kita dapati kisah tentang penaklukan kota 

itu. 

I. Petunjuk dan jaminan yang diberikan oleh panglima tentara 

TUHAN berkaitan dengan penyerangan Israel (ay. 1-5). 

II. Ujian bagi ketaatan dan kesabaran bangsa Israel untuk 

berjalan mengelilingi kota selama enam hari (ay. 6-14). 

III. Penyerahan kota itu secara ajaib ke dalam tangan bangsa 

Israel pada hari ketujuh. Bangsa Israel diberi perintah khid-

mat untuk menggunakan isi kota itu sebagai persembahan 

kudus bagi TUHAN (ay. 15-21, 24). 

IV. Penyelamatan Rahab dan sanak keluarganya (ay. 22-23, 25). 

V. Sebuah kutuk diucapkan kepada siapa saja yang berani 

membangun kembali kota ini (ay. 26-27). Sebuah ringkasan 

kisah ini kita dapati juga di antara ayat-ayat tentang pahla-

wan-pahlawan iman (Ibr. 11:30). “sebab  iman maka runtuh-

lah tembok-tembok Yerikho, sesudah  kota itu dikelilingi tujuh 

hari lamanya.” 


 98

Pengepungan Yerikho 

(6:1-5) 

1 Dalam pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup 

kota itu sebab  orang Israel; tidak ada orang keluar atau masuk. 2 Berfirman-

lah TUHAN kepada Yosua: “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho 

ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa. 

3 Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari 

kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya,  

4 dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di 

depan tabut. namun  pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus menge-

lilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. 5 jika  sangkakala 

tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala 

itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, 

maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, 

masing-masing langsung ke depan.” 

Kita dapati di sini pertarungan antara Allah dengan orang-orang 

Yerikho, beserta ketetapan masing-masing yang berbeda. Perkataan 

putusan siapa yang akan menang, mudah saja ditebak. 

I. Yerikho bertekad bahwa Israel tidak akan menjadi tuan atas 

mereka (ay. 1). Telah tertutup kota itu sebab  orang Israel. Kota itu 

benar-benar tertutup, dan ditutup (demikianlah arti luasnya). Kota 

itu menutup diri, sebab  dibentengi baik oleh keahlian maupun 

alam, dan tertutup akibat sikap keras kepala dan tekad warganya. 

Mereka ini sepakat tidak akan menyerah ataupun bersepakat. 

Tidak seorang pun keluar sebagai pembelot atau membicarakan 

perdamaian. Orang luar pun tidak diizinkan masuk untuk mena-

warkan perdamaian. Demikianlah penduduk Yerikho menjadi 

lupa diri, dan hati mereka telah mengeras untuk dihancurkan. 

Seperti itulah jadinya kesudahan dan tabiat mengenaskan orang-

orang yang berani menantang Yang Mahakuasa (Ayb. 15:25). 

II. Allah berketetapan bahwa Israel akan menguasai kota itu. Pang-

lima Balatentara TUHAN yang di sini disebut Yehovah, yang sege-

ra melihat betapa Yerikho dibentengi begitu kuat dan dijaga ketat, 

serta mengenal jalan pikiran serta kekhawatiran Yosua bagai-

mana memusnahkannya, dan mungkin juga ketakutannya akan 

dipermalukan serta mengalami kegagalan, di sini memberikan 

jaminan akan keberhasilan yang didambakannya (ay. 2). Ketahui-

lah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini. Ia tidak berkata, “Aku 

akan menyerahkannya, namun  Aku telah menyerahkannya. Selu-

Kitab Yosua 6:1-5 

 99

ruh kota itu akan menjadi milikmu, sepasti engkau telah memi-

likinya.” Sebagai buah sulung Kanaan, kota ini dimaksudkan 

untuk dikhususkan bagi Allah. Baik Yosua maupun Israel tidak 

boleh memperkaya diri sedikit pun dari isi kota itu. Namun, di 

sini dikatakan bahwa kota itu akan diserahkan ke tangan mereka. 

Kita harus memandang milik kita sebagai kesempatan untuk 

menghormati Allah dan menggunakannya demi melayani Dia. 

Sekarang,  

1. Panglima Balatentara TUHAN memberikan petunjuk tentang 

cara mengepung kota itu. Mereka tidak perlu menggali parit, 

menyiapkan pasukan meriam atau alat pelantak guna men-

dobrak pintu gerbang dan mempersiapkan pasukan. Sebagai 

gantinya, tabut Allah harus dibawa para imam mengelilingi 

kota satu kali sehari selama enam hari berturut-turut. Kemu-

dian pada hari ketujuh mereka harus berkeliling tujuh kali, 

diikuti para prajurit dalam keheningan, sementara para imam 

meniup sangkakala yang terbuat dari tanduk domba (ay. 3-4). 

Hanya inilah yang harus mereka lakukan. 

2. Allah meyakinkan mereka bahwa pada hari ketujuh sebelum 

malam tiba, mereka pasti akan menjadi penguasa kota itu. 

Begitu tanda diberikan, mereka semua harus bersorak keras-

keras, dan tembok kota itu pun akan runtuh, dan membuat 

penduduknya lumpuh, tawar hati sampai tidak mampu meng-

adakan perlawanan (ay. 5). Allah menetapkan cara ini, 

(1) Untuk mengagungkan kuasa-Nya,supaya  Ia ditinggikan di 

dalam kuasa-Nya (Mzm. 21:14, KJV), dan bukan sebab  

kekuatan alat-alat apa pun. Dengan demikian Allah hendak 

memperlihatkan lengan-Nya yang mahakuasa guna mem-

besarkan hati orang Israel serta membuat ketakutan dan 

kebingungan orang Kanaan. 

(2) Untuk mendatangkan hormat ke atas tabut-Nya, yang telah 

ditetapkan sebagai tanda kehadiran-Nya, dan untuk mem-

berikan alasan mengapa umat Israel harus menaati hukum 

Taurat dengan memandang tabut itu dengan sikap memuja 

serta hormat mendalam. saat   lama sesudah ini tabut itu 

dibawa masuk ke dalam perkemahan tanpa perintah Allah, 

perbuatan mereka ini dipandang sebagai penghinaan ter-

hadap tabut itu, dan sebagai akibatnya umat Israel harus 


 100

membayar mahal untuk kekurang-ajaran mereka itu 

(1Sam. 4:3, dst.). namun  sekarang saat   tabut dibawa atas 

petunjuk ilahi, hal itu mendatangkan kehormatan terhadap 

tabut Allah, dan sangat membesarkan semangat iman 

umat Israel. 

(3) Juga untuk memberikan penghormatan kepada para imam, 

yang pada kesempatan ini ditunjuk untuk membawa tabut 

dan meniup sangkakala. Biasanya, para imam tidak diikut-

sertakan dalam peperangan. Namun,supaya  hak istimewa 

termasuk kehormatan serta kuasa lain yang diberikan 

hukum Taurat kepada mereka tidak akan mereka lakukan 

dengan enggan, di dalam tugas ini mereka memainkan pe-

ran utama. Dengan demikian umat menyadari betapa para 

imam ini menjadi berkat bagi orang banyak, dan betapa 

layak mereka menerima semua keuntungan yang dianuge-

rahkan kepada mereka. 

(4) Untuk menguji iman, ketaatan, dan kesabaran umat, serta 

untuk menguji apakah mereka bersedia menerima perintah 

yang menurut pendapat manusia tampak bodoh. Juga, un-

tuk menguji apakah mereka mau mempercayai janji yang 

menurut kemungkinan manusia terlihat mustahil terjadi. 

Diujikan juga kepada mereka apakah mereka mampu de-

ngan sabar menanggung celaan musuh dan menantikan 

keselamatan dari TUHAN dengan sabar. Demikianlah, oleh 

sebab  iman, dan bukan sebab  kekuatan, tembok Yerikho 

runtuh. 

(5) Untuk membangkitkan pengharapan Israel mengingat kesu-

litan-kesulitan serupa yang mereka hadapi dahulu. Dahulu 

mereka merasa putus asa sebab  laporan para pengintai 

jahat yang menyatakan bahwa Kanaan tidak akan pernah 

bisa ditaklukkan sebab  kota-kotanya dikelilingi kubu-kubu-

nya sampai ke langit (Ul. 1:28). Tembok-tembok terkuat dan 

tertinggi tidak akan mampu melawan Allah yang maha-

kuasa. Umat Israel tidak perlu bertempur, dan oleh sebab 

itu tidak perlu takut, sebab  Allah sendirilah yang ber-

perang bagi mereka. 

 

Kitab Yosua 6:6-16 

 101 

Pengepungan Yerikho  

(6:6-16)  

6 lalu  Yosua bin Nun memanggil para imam dan berkata kepada mere-

ka: “Angkatlah tabut perjanjian itu dan tujuh orang imam harus membawa 

tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut TUHAN.” 7 Dan kepada bang-

sa itu dikatakannya: “Majulah, kelilingilah kota itu, dan orang-orang bersen-

jata harus berjalan di depan tabut TUHAN.” 8 Segera sesudah Yosua berkata 

kepada bangsa itu, maka berjalanlah maju ketujuh orang imam, yang mem-

bawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di hadapan TUHAN, lalu mereka 

meniup sangkakala, sedang tabut perjanjian TUHAN mengikut mereka. 9 Dan 

orang-orang bersenjata berjalan di depan para imam yang meniup sangka-

kala dan barisan penutup mengikut tabut itu, sedang sangkakala terus-

menerus ditiup. 10 namun  Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu, 

demikian: “Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepa-

tah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengata-

kan kepadamu: Bersoraklah! – maka kamu harus bersorak.” 11 Demikianlah 

tabut TUHAN mengelilingi kota itu, mengedarinya sekali saja. lalu  

kembalilah mereka ke tempat perkemahan dan bermalam di tempat per-

kemahan itu. 12 Keesokan harinya Yosua bangun pagi-pagi, lalu para imam 

mengangkat tabut TUHAN. 13 Maka berjalanlah juga ketujuh orang imam, 

yang membawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di depan tabut 

TUHAN, sambil berjalan mereka meniup sangkakala, sedang orang-orang 

bersenjata berjalan di depan mereka dan barisan penutup mengikut tabut 

TUHAN, sementara sangkakala terus-menerus ditiup. 14 Demikianlah pada 

hari kedua mereka mengelilingi kota itu sekali saja, lalu pulang ke tempat 

perkemahan. Dan begitulah dilakukan mereka enam hari lamanya. 15 namun  

pada hari yang ketujuh mereka bangun pagi-pagi, saat   fajar menyingsing, 

dan mengelilingi kota tujuh kali dengan cara yang sama; hanya pada hari itu 

mereka mengelilingi kota itu tujuh kali. 16 Lalu pada ketujuh kalinya, saat   

para imam meniup sangkakala, berkatalah Yosua kepada bangsa itu: 

“Bersoraklah, sebab TUHAN telah menyerahkan kota ini kepadamu! 

Di sini diceritakan tentang iring-iringan orang Israel yang mengelilingi 

Yerikho, serta perintah-perintah yang diberikan Yosua mengenai hal 

itu sebagaimana yang diterimanya dari TUHAN, dan ketaatan penuh 

mereka kepada perintah-perintah ini. Kita tidak mendapati bahwa ia 

memberi mereka jaminan terperinci yang diberikan Allah kepadanya, 

yaitu bahwa Ia akan menyerahkan kota itu ke tangan mereka. Seba-

liknya, ia menguji apakah mereka akan menaati perintah dengan 

keyakinan bahwa semua akan berakhir dengan gemilang. Dan me-

mang kita mendapati, bahwa mereka ternyata sangat taat, baik 

kepada Allah maupun kepada Yosua. 

I.   Ke mana pun tabut itu dibawa, umat Israel mengikutinya (ay. 9). 

Orang-orang bersenjata berjalan di depannya untuk membuka 

jalan, tanpa menghiraukan apakah tindakan ini akan membuat 

mereka diolok-olok. Meskipun merupakan para pejuang tangguh, 


 102

mereka tidak malu berjalan beriringan seperti itu, untuk merintis 

jalan bagi tabut Allah. Jika menemui hambatan dalam melintasi 

jalan-jalan menuju kota, yang harus mereka lakukan saat   me-

ngelilinginya, maka mereka akan menyingkirkannya. Jika musuh 

menentang, mereka akan menghadapinya,supaya  barisan para 

imam yang membawa tabut berjalan lancar dan aman. Sungguh 

merupakan kehormatan bagi orang-orang besar untuk melak-

sanakan suatu pelayanan yang baik bagi tabut Allah, dan untuk 

melayani kepentingan ibadah di negeri mereka.  Barisan penutup, 

yang berupa pasukan bersenjata atau pasukan bani Dan, berbaris 

paling belakang melintasi padang gurun. Mungkin juga barisan 

penutup ini, seperti tafsiran beberapa orang, hanya terdiri dari 

orang banyak (sebanyak yang bersedia), yang tidak bersenjata 

atau terlatih untuk berperang. Barisan penutup ini berjalan 

mengikuti tabut untuk menyatakan rasa hormat kepadanya, 

untuk mengiringinya dengan segala kekhidmatan, dan untuk 

menjadi saksi atas apa yang terjadi. Setiap orang Israel yang taat 

dan bersemangat pasti akan bersedia menanggung keletihan dan 

bahaya yang sama bersama para imam yang membawa tabut. 

II. Tujuh imam berjalan tepat di depan tabut sambil memegang sang-

kakala yang terus-menerus mereka tiup (ay. 4-5, 9, 13). Para 

imam ini yaitu  pelayan Allah, sehingga di dalam nama-Nya, 

1. Mereka mengumandangkan perang terhadap orang Kanaan, 

dan menimbulkan kegentaran atas mereka. Sebab, dengan 

menggentarkan jiwa itulah mereka akan ditaklukkan dan di-

tundukkan. Demikian jugalah, dengan menyampaikan pernya-

taan khidmat perihal murka-Nya terhadap semua kedurhaka-

an dan ketidakbenaran manusia, para hamba Allah harus 

meniup sangkakala di Sion, dan membunyikan tanda bahaya 

di gunung suci,supaya  orang-orang berdosa di Sion menjadi 

takut. Mereka yaitu  para bentara Allah yang menguman-

dangkan perang terhadap semua orang yang terus saja mela-

kukan pelanggaran namun  berkata, “Kita akan menemukan 

damai, meskipun terus melanjutkan perbuatan kita.” 

2. Mereka mengumumkan kehadiran Allah yang penuh rahmat 

bersama umat Israel, sehingga dengan demikian menyema-

ngati dan membesarkan hati mereka. Allah sudah menetap-

kan, bahwa saat   maju bertempur, para imam harus mem-

Kitab Yosua 6:6-16 

 103 

besarkan hati mereka dengan jaminan kehadiran Allah ber-

sama mereka (Ul. 20:2-4). Meniup sangkakala terutama meru-

pakan tanda bagi umat itu bahwa mereka akan diingat di 

hadapan Allah TUHAN mereka pada hari pertempuran itu (Bil. 

10:9). Tiupan sangkakala juga membesarkan hati Abia (2Taw. 

13:12). Demikian jugalah para hamba Allah, dengan membu-

nyikan sangkakala tanduk domba Injil kekal yang meng-

umumkan kemerdekaan dan kemenangan, harus membesar-

kan hati para prajurit Yesus Kristus dalam peperangan rohani 

mereka. 

III. Sangkakala yang mereka gunakan bukanlah sangkakala perak 

yang dibuat untuk ibadah biasa, melainkan yang terbuat dari 

tanduk domba jantan, yang menurut pendapat beberapa penafsir, 

dilubangi bagian dalamnya untuk tujuan ini. Sangkakala ini 

terbuat dari bahan paling bersahaja, sama sekali tidak menge-

luarkan bunyi yang nyaring, dan tampak sangat biasa-biasa saja, 

susaha  keunggulan kuasanya jelas berasal dari Allah. Demikian-

lah melalui penyampaian firman yang dianggap bodoh, bagaikan 

bunyi tanduk domba jantan ini, kerajaan Iblis diruntuhkan. 

Seperti itulah senjata kita dalam perjuangan, walaupun tidak 

bersifat duniawi atau menurut pandangan mata jasmani tidak 

akan berhasil apa-apa, namun merupakan senjata yang diperleng-

kapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan ben-

teng-benteng (2Kor. 10:4-5). Istilah yang digunakan di sini yaitu  

sangkakala Yobel (KJV). Artinya, sangkakala yang biasa mereka 

gunakan pada tahun Yobel. Demikianlah yang dipahami begitu 

banyak penafsir, untuk menandakan kemerdekaan penuh yang 

sekarang akan diperoleh Israel, serta penyerahan tanah Kanaan 

ke tangan pemiliknya yang sah. 

IV. Seluruh rakyat diperintahkan untuk diam, tidak boleh mengucap-

kan sepatah kata atau bersuara sedikit pun (ay. 10),supaya  

mereka bisa lebih memperhatikan bunyi sangkakala yang penuh 

khidmat itu. Bunyi itu harus mereka dengarkan baik-baik, sebab  

itulah suara Allah yang ada di tengah-tengah mereka sekarang. 

Sungguh tidak pantas kita berbicara sementara Allah sedang 

berbicara. Hal ini juga menyiratkan pengharapan takzim mereka 

terhadap apa yang sedang terjadi saat itu.