cepatnya pohon ara yang dikutuk oleh
Kristus itu menjadi kering!
[3] Ranting-ranting itu dikumpulkan orang. Antek-antek dan
utusan Iblis memungut mereka dan menjadikan mereka
sebagai sasaran empuk. Orang-orang yang menjauh
dari Kristus akan segera jatuh bersama-sama para pen-
dosa, dan domba yang tersesat dari kawanan Kristus
siap diincar oleh Iblis untuk dimangsanya. Saat Roh
Tuhan pergi dari Saul, roh jahat pun datang merasuki-
nya.
[4] Mereka dicampakkan ke dalam api. Artinya, mereka di-
buang ke dalam api. Orang-orang yang telah menggoda
dan menjerumuskan mereka ke dalam dosa benar-
benar telah mencampakkan mereka ke dalam api, sebab
orang-orang itu membuat mereka menjadi anak-anak
neraka. Api yaitu tempat yang paling tepat untuk
membuang ranting-ranting kering, sebab mereka tidak
dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain lagi (Yeh. 15:2-
4).
[5] Ranting-ranting itu lalu dibakar. Tentu saja hal ini pasti
akan terjadi, namun di sini lebih ditekankan lagi dengan
sangat tegas dan membuat ancaman ini terdengar
sangat mengerikan. Mereka tidak akan dilalap api da-
lam sekejap, seperti duri terbakar di bawah kuali (Pkh.
7:6), melainkan kaietai, mereka akan terbakar selama-
lamanya di dalam api yang tidak hanya akan pernah
padam, namun juga tidak akan pernah habis-habisnya.
Inilah akibatnya jika meninggalkan Kristus. Beginilah
akhir dari pohon-pohon yang mandul. Orang-orang
yang murtad dua kali mati (Yud. 1:12 TL; TB: mati sama
sekali), dan saat dikatakan bahwa mereka dicampak-
kan ke dalam api lalu dibakar, hal ini seolah-olah me-
nyatakan bahwa mereka dihukum dua kali. Sebagian
orang mengaitkan pengumpulan orang-orang itu dengan
pekerjaan para malaikat pada hari besar itu, yaitu saat
mereka akan mengumpulkan dan mengeluarkan semua
hal yang tidak berkenan di dalam kerajaan Kristus dan
akan mengikat lalang untuk dibakar.
(4) Hak istimewa yang penuh berkat yang akan diperoleh
orang-orang yang tinggal di dalam Kristus (ay. 7): Jikalau
kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam
kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dari Bapa-
Ku di dalam nama-Ku dan kamu akan menerimanya.
Lihatlah di sini:
[1] Bagaimana kesatuan kita bersama Kristus dipelihara –
melalui firman: Jika kamu tinggal di dalam Aku, seperti
yang telah dikatakan-Nya sebelumnya, dan Aku di da-
lam kamu. namun di sini Dia menerangkan sendiri, dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu. Sebab, di dalam fir-
manlah Kristus diperhadapkan kepada kita dan dita-
warkan kepada kita (Rm. 10:6-8). Melalui firmanlah kita
menerima dan memeluk-Nya. Oleh sebab itulah, di
mana perkataan Kristus diam dengan segala kekayaan-
nya, di sana pulalah Kristus diam. Bila firman itu men-
jadi pembimbing dan pengawas tetap kita, bila firman
ini tinggal di dalam kita sebagai rumahnya, maka
itu berarti kita tinggal di dalam Kristus, dan Dia di
dalam kita.
[2] Bagaimana persekutuan kita dengan Kristus dipelihara
– melalui doa: mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya. Jadi, apa lagi yang lebih
kita inginkan selain mendapatkan apa yang kita minta?
Perhatikanlah, orang-orang yang tinggal di dalam
Kristus sebagai kesukaan hati mereka akan memper-
oleh hasrat hati mereka melalui Kristus. Jika kita me-
miliki Kristus, kita tidak akan kekurangan suatu apa
pun yang baik bagi kita. Ada dua hal yang tersirat
dalam janji itu: –
Pertama, bahwa jika kita tinggal di dalam Kristus
dan firman-Nya tinggal di dalam kita, kita tidak akan
meminta apa pun selain yang pantas kita dapatkan.
Janji-janji Allah yang diam di dalam diri kita siap untuk
berubah menjadi doa, dan doa-doa yang dipanjatkan
demikian pastilah dikabulkan.
Kedua, bahwa jika kita tinggal di dalam Kristus dan
firman-Nya, kita akan mendapat perkenan kebaikan
Allah dan pengantaraan Kristus, sehingga semua doa
kita akan mendapatkan jawaban damai sejahtera.
Kasih Kristus terhadap Murid-murid-Nya
(15:9-17)
9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi
kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10 Jikalau kamu menuruti perintah-
Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah
Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11 Semuanya itu Kukatakan kepa-
damu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi pe-
nuh. 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku
telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih
seorang yang memberi nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu
yaitu sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepa-
damu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu,
apa yang diperbuat oleh tuannya, namun Aku menyebut kamu sahabat,
sebab Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah
Kudengar dari Bapa-Ku. 16 Bukan kamu yang memilih Aku, namun Akulah
yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi
dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-
Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”
Kristus, yang yaitu kasih itu sendiri, di sini berbicara mengenai ka-
sih, kasih dengan empat sisi, yaitu:
I. Mengenai kasih Allah kepada-Nya, dan tentang hal ini Dia mem-
beri tahu kita:
1. Bahwa Bapa benar-benar mengasihi Dia (ay. 9): Seperti Bapa
telah mengasihi Aku. Bapa mengasihi-Nya sebagai Sang Peng-
antara: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Kristus yaitu Anak-
Nya yang terkasih. Bapa mengasihi-Nya dan menyerahkan
segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Meskipun demikian,
sebab Allah begitu mengasihi dunia ini, Ia sampai rela menye-
rahkan Anak-Nya bagi kita semua. Saat Kristus memasuki
penderitaan-Nya, Ia pun menghibur diri-Nya sendiri dengan
kenyataan ini, yaitu bahwa Bapa-Nya mengasihi Dia. Orang-
orang yang dikasihi Allah sebagai Bapa mampu mengabaikan
permusuhan seisi dunia.
2. Bahwa Dia tinggal di dalam kasih Bapa-Nya (ay. 10). Kristus
terus setia mengasihi Bapa-Nya, dan Dia juga dikasihi oleh
Bapa. Dia tetap tinggal dalam kasih Bapa-Nya, bahkan saat
Dia dijadikan dosa dan kutuk demi kita dan TUHAN berkehen-
dak meremukkan dia dengan kesakitan (Mzm. 89:33). sebab
Dia begitu setia mengasihi Bapa-Nya, Ia pun dengan senang
hati melalui penderitaan-Nya, dan sebab itulah Bapa-Nya
terus mengasihi Dia.
3. Bahwa Dia tinggal di dalam kasih Bapa-Nya sebab Ia taat ke-
pada hukum Bapa-Nya: Aku menuruti perintah Bapa-Ku, seba-
gai Pengantara, dan dengan demikian, tinggal di dalam kasih-
Nya. Dia menunjukkan bahwa Dia setia mengasihi Bapa-Nya
dengan cara terus melangkah maju dan menjalankan tugas-
Nya, dan sebab itulah Bapa terus mengasihi Dia. Kepada-Nya
Bapa berkenan, sebab Dia tidak menjadi pudar dan tidak pa-
tah terkulai (Yes. 42:1-4). Kita telah melanggar hukum pencip-
taan dan sebab itu telah menjauhkan diri kita sendiri dari
kasih Allah, namun Kristus telah menjadi penyelamat kita de-
ngan mematuhi hukum penebusan, dan dengan demikian Ia
tinggal di dalam kasih Bapa dan mengembalikan kita ke da-
lamnya.
II. Mengenai kasih Kristus sendiri terhadap murid-murid-Nya. Meski-
pun Ia meninggalkan mereka, Ia tetap mengasihi mereka.
Perhatikanlah di sini:
1. Pola kasih ini : Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demi-
kianlah juga Aku telah mengasihi kamu. Sebuah ungkapan
yang tidak lazim mengenai kasih karunia Kristus yang rendah
hati itu! Seperti Bapa telah mengasihi Dia yang paling layak
untuk itu, demikianlah Kristus mengasihi murid-murid, yang
paling tidak layak untuk itu. Bapa mengasihi-Nya sebagai
Anak-Nya, dan Kristus mengasihi para murid sebagai anak-
anak-Nya juga. Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam
tangan Kristus, demikian pula Kristus memberi kita segala
sesuatu secara cuma-cuma, dengan diri-Nya sendiri. Bapa
mengasihi-Nya sebagai Sang Pengantara, sebagai kepala gereja
dan yang dipercaya untuk menerima kasih karunia dan ke-
baikan ilahi yang tidak diterima-Nya demi diri-Nya sendiri saja,
namun juga demi semua orang yang dipercayakan kepada-Nya.
Kata-Nya, “Aku telah menjadi seorang hamba yang setia. Seba-
gaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada-Ku, de-
mikianlah Aku hendak menyalurkannya lagi kepadamu.” Kare-
na itulah Bapa berkenan kepada-Nya, yaitu supaya Dia pun
berkenan kepada kita di dalam Kristus. Bapa juga mengasihi-
Nya, supaya melalui Dia, yang terkasih itu, Kristus dapat mem-
buat kita diterima oleh Bapa (Ef. 1:6).
2. Empat bukti dan buah dari kasih-Nya itu:
(1) Kristus mengasihi murid-murid-Nya, sehingga Dia rela me-
nyerahkan nyawa-Nya bagi mereka (ay. 13): Tidak ada buk-
ti kasih yang lebih besar yang dapat ditunjukkan selain
daripada kasih seorang yang memberi nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya. Dan dengan kasih seperti inilah Kris
tus telah mengasihi kita. Dia yaitu antipsychos kita – ja-
minan pembebasan kita, tubuh ganti tubuh, nyawa ganti
nyawa, meskipun Dia tahu bahwa kita tidak akan pernah
bisa membalas-Nya dan sudah mengetahui betapa besar
pengorbanan yang harus Ia lakukan.
Perhatikanlah di sini:
[1] Jangkauan kasih anak-anak manusia satu terhadap
yang lain. Kasih yang paling besar yang bisa dibuktikan
yaitu dengan menyerahkan nyawa bagi seorang saha-
bat, untuk menyelamatkannya. Selama ini mungkin su-
dah ada perbuatan-perbuatan kasih yang penuh kepah-
lawanan seperti ini, dan ini lebih besar daripada men-
cungkil mata sendiri (Gal. 4:15). Jika seluruh kepunyaan
seseorang rela ia berikan demi keselamatan nyawanya
sendiri, maka orang yang memberi nyawanya sendiri
bagi sahabatnya berarti telah memberi seluruh yang
dia punya dan tidak ada lagi yang tersisa yang dapat ia
berikan. Kewajiban seperti itu kadang-kadang menjadi
tanggung jawab kita (1Yoh. 3:16). Paulus begitu ingin
mendapatkan kehormatan untuk melakukan hal terse-
but (Flp. 2:17), dan untuk orang yang baik ada orang
yang berani mati (Rm. 5:7). Kasih seperti itu yaitu ka-
sih yang paling tinggi derajatnya, yang kuat seperti
maut.
[2] Kehebatan kasih Kristus mengungguli segala kasih yang
lain. Dia tidak hanya menandingi, namun juga melam-
paui kekasih-kekasih yang terhebat sekalipun. Orang
lain telah menyerahkan nyawa mereka dan merasa se-
nang nyawa mereka diambil dari mereka, namun Kristus
memberi sendiri nyawa-Nya, tidak hanya bersikap
pasif, melainkan melakukannya atas dasar kehendak
dan perbuatan-Nya sendiri. Nyawa yang diserahkan
orang lain setara nilainya dengan kehidupan yang mere-
ka dapatkan dengan menyerahkan nyawa mereka itu,
atau bahkan lebih kecil lagi nilainya, namun nyawa Kris-
tus tak terbatas nilanya, melebihi sepuluh ribu nyawa
kita. Orang lain menyerahkan nyawa mereka bagi saha-
bat-sahabat mereka, namun Kristus menyerahkan nya-
wa-Nya bagi kita saat kita masih seteru (Rm. 5:10).
Plusquam ferrea aut lapidea corda esse oportet, quæ non
emolliet tam incomparabilis divini amoris suavitas – Hati
yang tidak melunak oleh kasih ilahi yang manis tiada
taranya itu pastilah lebih keras dari besi atau batu. –
Calvin.
(2) Kristus mengasihi murid-murid-Nya sehingga Dia mem-
bawa mereka ke dalam kovenan persahabatan dengan diri-
Nya (ay. 14-15). “Jika kamu menunjukkan bahwa kamu
yaitu murid-murid-Ku melalui ketaatanmu, kamu yaitu
sahabat-Ku, dan akan diperlakukan sebagai seorang saha-
bat.” Perhatikan, para pengikut Kristus yaitu sahabat-
sahabat Kristus, dan Dia berkenan untuk memanggil dan
memperhitungkan mereka demikian. Mereka yang melaku-
kan tugas sebagai hamba-Nya akan diakui dan diangkat
martabatnya untuk menjadi sahabat-Nya. Daud memiliki
satu saja hamba di istananya, dan Salomo juga demikian,
yaitu seseorang yang secara istimewa dipandang sebagai
sahabat raja (2Sam. 15:37; 1Raj. 4:5). Akan namun , kehor-
matan untuk menjadi sahabat raja seperti itu dimiliki oleh
semua hamba Kristus. Terhadap seorang asing, bisa saja
dalam suatu kesempatan kita berbuat baik, namun, terha-
dap seorang sahabat karib kita akan melakukan segala hal
demi kepentingannya, kita berusaha sedapat-dapatnya un-
tuk memedulikan dia. Seperti inilah yang Kristus lakukan
terhadap semua orang percaya dengan mengangkat mereka
menjadi sahabat-sahabat-Nya. Dia mengunjungi mereka
dan berbincang-bincang dengan mereka, menanggung be-
ban mereka dan menggunakan kelebihan mereka yang ter-
baik, turut merasakan kesukaran mereka dan ikut senang
melihat kesejahteraan mereka. Dia membela mereka di sor-
ga dan mengurus segala kepentingan mereka di sana. Bu-
kankah ada banyak sahabat namun satu jiwa? Siapa yang
mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan
Dia (1Kor. 6:17). Meskipun mereka sering bersikap tidak
bersahabat, Kristus selalu menjadi seorang sahabat yang
menaruh kasih setiap waktu. Perhatikanlah bagaimana hal
itu diungkapkan dengan sangat mesra di sini.
[1] Dia tidak akan memanggil mereka dengan sebutan ham-
ba, meskipun mereka memanggil-Nya dengan sebutan
Guru dan Tuhan. Orang-orang yang ingin menjadi ren-
dah hati seperti Kristus tidak boleh bermegah dengan
cara memaksakan wewenang dan kekuasaan mereka di
setiap kesempatan, melainkan harus ingat bahwa ba-
wahan mereka itu yaitu juga rekan mereka. namun ,
[2] Dia akan menyebut mereka sahabat-Nya. Dia tidak saja
akan mengasihi mereka, namun juga memberitahukan
mereka mengenai kasih-Nya ini, sebab pengajaran yang
lemah lembut ada di lidahnya. sesudah kebangkitan-Nya,
Kristus tampaknya berbicara mengenai dan kepada me-
reka dengan kelemahlembutan yang lebih besar dari-
pada sebelumnya. Pergilah kepada saudara-saudara-Ku
(20:17). Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-
pauk? (21:5). namun perhatikanlah, meskipun Kristus
memanggil mereka sebagai sahabat-Nya, mereka me-
nyebut diri mereka sendiri sebagai hamba-Nya: Petrus,
rasul Kristus (1Ptr. 1:1), begitu pula Yakobus: hamba
(Yak. 1:1). Semakin besar kehormatan yang diberikan
Kristus kepada kita, semakin besar pula kehormatan
yang harus kita berikan bagi-Nya; Semakin tinggi di ha-
dapan-Nya, kita justru harus semakin merendahkan
diri kita.
(3) Kristus mengasihi para murid-Nya, dan hal itu terlihat dari
cara-Nya yang begitu karib dalam berkomunikasi dengan
mereka (ay. 15): “Mulai sekarang kamu tidak akan lagi
dibiarkan dalam kegelapan seperti dulu, sebagaimana para
hamba yang hanya diberitahukan mengenai pekerjaan me-
reka saat itu. namun , saat Roh dicurahkan, kamu akan me-
ngetahui rancangan-rancangan Gurumu untuk memperla-
kukan kamu sebagai para sahabat-Nya. Aku telah memberi-
tahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar
dari Bapa-Ku.” Berkaitan dengan kehendak Allah yang
masih tersembunyi, ada banyak hal yang kita harus me-
rasa puas saja walaupun kita tidak tahu. namun , mengenai
kehendak Allah yang perlu diungkapkan, dengan setia
Yesus Kristus telah menyatakan semuanya yang Ia terima
dari Bapa (1:18; Mat. 11:27). Kristus telah menyatakan hal-
hal besar mengenai penebusan manusia kepada para mu-
rid-Nya supaya mereka bisa menyatakannya lagi kepada
orang lain. Ia menjadi penasihat bagi mereka (Mat. 13:11).
(4) Kristus mengasihi murid-murid-Nya, sebab Dia memilih
dan menetapkan mereka menjadi alat utama bagi kemulia-
an dan kehormatan-Nya di dunia ini (ay. 16): Akulah yang
memilih kamu dan Aku telah menetapkan kamu. Kasih-Nya
kepada mereka terlihat:
[1] Dalam pemilihan mereka, yaitu pemilihan mereka seba-
gai rasul (6:70): Aku sendiri yang telah memilih kamu
yang dua belas ini. Hal itu tidak diawali dari pihak me-
reka: Bukan kamu yang memilih Aku, namun Akulah
yang memilih kamu terlebih dahulu. Mengapa mereka
diperbolehkan memasuki keakraban yang begitu dalam
dengan Dia, dipekerjakan untuk perbuatan mulia bagi
Dia, dan dianugerahi kuasa yang begitu besar dari atas?
Itu semua bukan sebab hikmat atau kebaikan mereka
dalam memilih-Nya sebagai Guru, melainkan sebab
kasih karunia dan kebaikan-Nya yang memilih mereka
sebagai rasul-rasul-Nya. Memang pantas bahwa Kris-
tus-lah yang memilih hamba-hamba-Nya sendiri. Dia
pun masih melakukannya hingga kini, melalui pemeli-
haraan dan Roh-Nya. Meskipun para hamba Allah men-
jadikan panggilan kudus itu sebagai pilihan mereka,
pilihan Kristus mendahului, mengarahkan, dan mene-
tapkan pilihan mereka ini . Tentang semua orang
yang dipilih untuk mendapatkan kasih karunia dan ke-
muliaan itu dapat dikatakan, bukan mereka yang me-
milih Kristus, namun Dialah yang memilih mereka (Ul.
7:7-8).
[2] Dalam penetapan mereka: Aku telah menetapkan kamu,
hethēka hymas – “Aku telah mempercayakan pelayanan
ini kepadamu (1Tim. 1:12), melibatkanmu dalam ama-
nat ini.” Melalui pernyataan tadi terlihat bahwa Kristus
memandang mereka sebagai sahabat-sahabat-Nya saat
Dia memahkotai kepala mereka dengan kehormatan
besar ini dan memenuhi tangan mereka dengan
kepercayaan besar itu. Dia menaruh kepercayaan yang
luar biasa besarnya kepada mereka, saat Dia menjadi-
kan mereka sebagai utusan-utusan-Nya untuk meng-
urusi kepentingan kerajaan-Nya di dunia bawah ini,
sebagai para pelayan atau abdi utama-Nya dalam men-
jalankan kerajaan-Nya itu. Kekayaan Injil dipercayakan
kepada mereka,
Pertama, supaya Injil disebarkan: supaya kamu per-
gi, hina hymeis hypagēte – “supaya kamu pergi seolah-
olah kamu ada di bawah kuk atau beban, sebab pela-
yanan yaitu suatu pekerjaan, dan kamu yang menger-
jakannya haruslah bertekad untuk bersungguh-sung-
guh di dalamnya, supaya kamu dapat pergi dari satu
tempat ke tempat lainnya di seluruh penjuru dunia, dan
menghasilkan buah.” Mereka telah ditetapkan bukan
untuk berpangku tangan saja, namun untuk berkeliling,
bergiat dalam pekerjaan mereka, dan tidak jemu-jemu-
nya berbuat baik. Mereka telah ditetapkan bukan untuk
berleha-leha, melainkan untuk menjadi alat dalam
tangan Allah untuk membawa bangsa-bangsa ke dalam
kepatuhan terhadap Kristus (Rm. 1:13). Perhatikan,
orang-orang yang telah ditetapkan Kristus harus dan
pasti akan berbuah. Mereka harus bekerja, dan pekerja-
an mereka tidak akan menjadi sia-sia.
Kedua, supaya Injil dapat terus berlangsung, supaya
buahnya tetap, supaya hasil baik dari pekerjaan mereka
akan terus ada di dunia ini dari satu generasi ke
generasi berikutnya, sampai akhir zaman nanti. Gereja
Kristus tidak dimaksudkan untuk berlangsung sesaat
saja, sebagaimana banyak aliran filsuf yang gaungnya
hanya dapat bertahan dalam hitungan hari semata.
Gereja Kristus itu tidak muncul dalam semalam, dan
tidak akan hancur dalam semalam pula, melainkan
akan tetap ada selama sorga ada. Khotbah-khotbah dan
tulisan-tulisan dari para rasul disampaikan kepada
kita, dan kini kita dibangun di atas dasar itu, sejak
gereja Kristen pertama kali didirikan melalui pelayanan
para rasul dan ketujuh puluh murid. Sewaktu satu
generasi pelayan dan orang-orang Kristen telah tiada,
generasi yang baru pun muncul. Berkat adanya amanat
yang tertulis itu (Mat. 28:19), Kristus memiliki gereja di
dunia ini, yang dengan meminjam istilah ahli hukum
mengenai suatu asosiasi atau perhimpunan, tidaklah
mati, melainkan terus hidup. Oleh sebab itulah, buah
mereka tetap ada sampai saat ini, dan akan terus begitu
selama bumi ini masih ada.
[3] Kasih Kristus terhadap murid-murid-Nya nyata melalui
keuntungan yang mereka peroleh di takhta kasih karu-
nia: Apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-
Ku, diberikan-Nya kepadamu. Mungkin saja hal ini ter-
utama menunjuk pada kuasa untuk mengerjakan muji-
zat yang dikaruniakan kepada para rasul, yang harus
dikerahkan mereka melalui doa. “Apa pun karunia yang
diperlukan dalam meneruskan pekerjaanmu, apa pun
dan kapan pun bantuan yang kamu butuhkan dari sor-
ga, minta saja, dan kamu akan memperolehnya.” Ada
tiga hal yang tersirat di sini untuk menyemangati kita
dalam berdoa, dan ketiga hal itu memang sangat me-
nguatkan.
Pertama, bahwa kita memiliki seorang Allah sebagai
Bapa yang bisa kita datangi. Di sini Kristus memanggil-
Nya Bapa, Bapa-Ku dan Bapamu. Roh dalam firman
dan dalam hati kita mengajari kita untuk berseru,
Abba, Bapa.
Kedua, bahwa kita mengusung nama yang sangat
mulia saat kita datang menghadap Bapa. Apa pun yang
menjadi tujuan kita datang ke hadapan takhta kasih
karunia berdasarkan kehendak Allah, kita dapat menye-
butkan nama Kristus dalam keberanian dan kerendah-
an hati, dan menyatakan hubungan kita dengan-Nya
dan bahwa Dia memedulikan kita.
Ketiga, bahwa kita dijanjikan untuk mendapatkan
jawaban damai sejahtera. Apa pun yang kamu minta
dalam doa itu akan diberikan kepadamu. Janji agung
yang diberikan untuk mendukung tugas pewartaan Injil
yang mulia itu memperkuat hubungan yang membawa
berkat dan penuh penghiburan antara sorga dan bumi.
III. Mengenai kasih para murid terhadap Kristus, yang harus mereka
tunjukkan oleh sebab kasih besar yang telah terlebih dahulu Ia
berikan kepada mereka. Ada tiga hal yang Kristus serukan untuk
mereka perbuat:
1. Supaya tinggal di dalam kasih-Nya (ay. 9). “Tinggallah di dalam
kasihmu untuk-Ku dan di dalam kasih-Ku untukmu.” Kedua-
nya dapat dimasukkan dalam penafsiran ayat itu. Kebahagia-
an kita bergantung pada keberlangsungan kasih Kristus kepa-
da kita. sebab itu harus berusaha terus untuk menunjukkan
kasih kita kepada Kristus, supaya tidak satu hal pun dapat
menjauhkan kita dari-Nya, atau menyebabkan Dia mengun-
durkan diri dari kita. Perhatikanlah, semua orang yang me-
ngasihi Kristus harus terus tinggal di dalam kasih mereka ke-
pada-Nya. Artinya, selalu mengasihi Dia dan mempergunakan
setiap kesempatan untuk menunjukkannya, dan mengasihi
Dia sampai pada kesudahannya. Para murid harus pergi ke-
luar untuk melayani Kristus, dan sebab itu mereka mungkin
akan menghadapi banyak kesukaran. Akan namun , kata Kris-
tus, “Tinggallah di dalam kasih-Ku. Pertahankanlah kasihmu
kepada-Ku, dan segala kesukaran yang kamu hadapi itu akan
menjadi mudah.” Oleh sebab kasihlah, tujuh tahun kerja
keras terasa mudah bagi Yakub. Biarlah segala kesukaran
yang harus kamu alami oleh sebab Kristus tidak sampai me-
madamkan kasihmu untuk-Nya, melainkan sebaliknya, mem-
buat kasihmu itu semakin bertambah-tambah.
2. Supaya membiarkan sukacita-Nya ada di dalam mereka dan
memenuhi mereka (ay. 11). Hal ini Ia rancangkan dalam kewa-
jiban dan janji yang telah Ia berikan kepada mereka.
(1) Supaya sukacita-Nya ada di dalam mereka. Dalam teks
asli, kata-kata di atas dirangkai sedemikian rupa supaya
bisa diartikan:
[1] Supaya sukacita-Ku tinggal tetap di dalam kamu. Jika
mereka menghasilkan banyak buah dan tinggal di da-
lam kasih-Nya, Dia akan terus bersukacita di dalam me-
reka seperti yang telah Ia lakukan sebelumnya. Perhati-
kanlah, murid-murid yang berbuah dan setia menjadi
kesukaan Tuhan Yesus. Ia membaharui engkau dalam
kasih-Nya (Zef. 3:17). Sebagaimana ada luapan sukacita
di sorga saat para pendosa bertobat, begitu pula ada
sukacita yang tetap tinggal oleh sebab ketekunan para
orang kudus. Atau,
[2] Supaya sukacita-Ku, yaitu, sukacitamu di dalam-Ku, te-
tap tinggal. Kristus berkehendak supaya murid-murid-
Nya tetap dan tak putus-putusnya selalu bersukacita di
dalam Dia (Flp. 4:4). Sukacita orang munafik hanya ber-
langsung sesaat saja, namun sukacita orang yang tinggal
di dalam kasih Kristus bagaikan pesta yang tiada berke-
sudahan. Firman Tuhan berlangsung selamanya, begitu
pula sukacita yang mengalir dan bersumber darinya.
(2) Supaya sukacitamu penuh. Bukan hanya supaya kamu di-
penuhi oleh sukacita, namun juga supaya sukacitamu di da-
lam-Ku dan di dalam kasih-Ku akan terus bertambah-tam-
bah, sampai mencapai titik kesempurnaan, saat kamu me-
masuki sukacita Tuhanmu.
Perhatikanlah:
[1] Hanya orang-orang yang memiliki sukacita Kristus di
dalam diri mereka sajalah yang memiliki sukacita pe-
nuh. Sukacita duniawi hampa adanya, cepat meletup-
letup namun tidak akan pernah memuaskan. Hanya
sukacita hikmat sajalah yang dapat mengisi jiwa (Mzm.
36:8).
[2] Tujuan Kristus di dunia ini yaitu untuk memenuhkan
sukacita umat-Nya (1Yoh. 1:4). Itulah yang telah dikata-
kan-Nya, supaya sukacita kita semakin penuh, dan
akhirnya menjadi sempurna.
3. Untuk membuktikan kasih mereka kepada-Nya dengan mema-
tuhi perintah-Nya: “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu
akan tinggal di dalam kasih-Ku (ay. 10). Mematuhi perintah-Ku
akan menjadi bukti kesetiaan dan keteguhan kasihmu kepada-
Ku, dan sesudah itu barulah kamu bisa merasa yakin mengenai
keberlangsungan kasih-Ku kepadamu.”
Perhatikanlah di sini:
(1) Janji bahwa “Kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku seperti
di sebuah tempat kediaman. Kamu akan merasa betah di
dalam kasih Kristus seperti berada di rumah sendiri. Mera-
sa nyaman di dalam kasih Kristus seperti ada di suatu
tempat peristirahatan. Aman di dalamnya seperti dalam se-
buah benteng. Kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, kamu
akan memiliki kasih karunia dan ketekunan untuk terus
setia mengasihi Aku.” Jika tangan yang sama yang per-
tama-tama mencurahkan kasih Kristus di dalam hati kita
tidak menjaga kita untuk tetap di dalam kasih itu, maka
kita tidak akan lama tinggal di dalamnya. Malah, kasih kita
kepada Kristus akan memudar, tergantikan oleh kasih
kepada dunia ini.
(2) Syarat dari janji itu: Jikalau kamu menuruti perintah-Ku.
Murid-murid Kristus wajib menuruti perintah Kristus, bu-
kan saja dengan mematuhi perintah ini , melainkan
juga dengan menyebarkan perintah ini kepada orang
lain dengan setia. Mereka harus memelihara perintah Kris-
tus sebagaimana yang semestinya dilakukan orang-orang
kepercayaan, yang ke dalam tangannya dipercayakan depo-
situm atau simpanan berharga, sebab mereka harus meng-
ajarkan segala sesuatu yang telah Kristus perintahkan (Mat.
28:20). Perintah ini harus mereka turuti dengan tidak ber-
cacat (1Tim. 6:14), sehingga sebab itulah mereka harus
berusaha untuk tinggal tetap di dalam kasih-Nya.
Untuk menyemangati mereka supaya menuruti perin-
tah-Nya, Dia menegaskan mengenai:
[1] Teladan-Nya sendiri: Seperti Aku menuruti perintah
Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Kristus tun-
duk kepada hukum pengantaraan, dan dengan begitu
Dia mempertahankan kehormatan dan penghiburan
yang diperoleh-Nya dari ketaatan-Nya itu. Dengan cara
ini Dia mengajari kita supaya tunduk kepada hukum-
hukum Sang Pengantara itu sendiri, sebab jika tidak
begitu, kita tidak dapat mempertahankan kehormatan
dan penghiburan yang kita peroleh melalui hubungan
kita dengan-Nya.
[2] Perlunya kepatuhan itu demi berkat yang akan mereka
dapat di dalam diri-Nya (ay. 14): “Kamu yaitu sahabat-
Ku jikalau kamu menuruti segala perintah-Ku, dan bu-
kannya sebaliknya.”
Perhatikanlah:
Pertama, hanya yang membuktikan diri sebagai pela-
yan Kristus yang taat saja yang akan dianggap-Nya
sebagai sahabat setia-Nya. Siapa yang tidak bersedia
diperintah oleh Dia akan diperlakukan sebagai musuh-
musuh-Nya. Idem velle et idem nolle ea demum vera est
amicitia – Persahabatan melibatkan persekutuan yang
penuh tenggang rasa dan kelekatan – Sallust.
Kedua, satu-satunya ketaatan yang diterima yaitu
ketaatan menyeluruh kepada Kristus, yaitu mematuhi-
Nya dalam segala hal yang Ia perintahkan kepada kita,
tanpa kecuali, apalagi menentang suatu perintah
tertentu.
IV. Mengenai kasih para murid satu sama lain, yang harus mereka
tunjukkan sebagai bukti kasih mereka terhadap Kristus dan rasa
syukur mereka atas kasih-Nya terhadap mereka. Kita harus me-
nuruti perintah-Nya, dan inilah perintah-Nya, yaitu supaya kita
saling mengasihi (ay. 12), dan diulangi sekali lagi dalam ay. 17.
Tidak ada lagi kewajiban agama yang lebih sering diajarkan terus-
menerus dan lebih tegas ditekankan kepada kita oleh Tuhan
Yesus kita selain kewajiban untuk saling mengasihi. Dan hal ter-
sebut memiliki alasan yang kuat, sebab :
1. Di sini, kewajiban itu dianjurkan melalui teladan Kristus (ay.
12): seperti Aku telah mengasihi kamu. Kasih Kristus kepada
kita harus mengarahkan dan membuat kita saling mengasihi.
Dengan cara dan alasan inilah kita harus saling mengasihi,
yaitu seperti Kristus dan juga sebab Kristus telah mengasihi
kita. Di sini Dia mencontohkan beberapa ungkapan kasih-Nya
kepada mereka. Dia memanggil mereka sahabat, menyampai-
kan pikiran-Nya kepada mereka, dan siap mengabulkan apa
pun yang mereka minta. Pergilah dan berbuatlah sama seperti
itu.
2. Kewajiban itu merupakan perintah-Nya. Dia memakai wewe-
nang-Nya dan menjadikan kewajiban itu sebagai salah satu
peraturan hukum dalam kerajaan-Nya. Perhatikanlah betapa
berbedanya hal itu diungkapkan dalam dua ayat berikut, dan
keduanya begitu tegas.
(1) Inilah perintah-Ku (ay. 12), seakan-akan perintah itu yang
terpenting dari semua perintah-perintah-Nya yang lain. Se-
perti halnya dalam hukum Taurat, larangan untuk melaku-
kan penyembahan berhala lebih ditekankan daripada la-
rangan-larangan lainnya sebab umat tampak jelas sangat
terikat kepada dosa ini , begitu pula Kristus, sebab
menyadari gereja Kristen sangat terikat pada dosa permu-
suhan, sangat menegaskan perintah untuk saling menga-
sihi itu.
(2) Inilah perintah-Ku kepadamu (ay. 17). Dia berbicara seolah-
olah Ia hendak memberi mereka banyak tugas, namun nya-
tanya Ia hanya menyebutkan satu ini saja, yaitu supaya
kamu saling mengasihi. Tidak hanya sebab perintah itu
mengandung banyak kewajiban di dalamnya, namun juga
sebab perintah itu akan memberi pengaruh baik terhadap
semua kewajiban lainnya.
Pemberitahuan mengenai Kebencian dan Penganiayaan
(15:18-25)
18 “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu. 19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah du-
nia mengasihi kamu sebagai miliknya. namun sebab kamu bukan dari dunia,
melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci
kamu. 20 Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba
tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya
Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti
firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. 21 namun semuanya itu
akan mereka lakukan terhadap kamu sebab nama-Ku, sebab mereka tidak
mengenal Dia, yang telah mengutus Aku. 22 Sekiranya Aku tidak datang dan
tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. namun seka-
rang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka! 23 Barangsiapa mem-
benci Aku, ia membenci juga Bapa-Ku. 24 Sekiranya Aku tidak melakukan
pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan
orang lain, mereka tentu tidak berdosa. namun sekarang walaupun mereka
telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun
Bapa-Ku. 25 namun firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus
digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan.”
Di sini Kristus berbicara tentang kebencian, yang merupakan ciri dan
sifat khas kerajaan Iblis, seperti juga kasih merupakan ciri dan sifat
khas kerajaan Kristus.
Perhatikanlah di sini:
I. Siapa saja yang memiliki kebencian itu di dalam dirinya – dunia,
anak-anak dunia ini, yang berbeda dari anak-anak Allah. Mereka
ini yaitu orang-orang yang mementingkan ilah dunia ini. Mereka
mengenakan citra atau gambarannya serta tunduk kepada kuasa-
nya. Mereka ini yaitu semua orang, tidak peduli Yahudi ataupun
bukan Yahudi, yang tidak mau datang ke dalam gereja Kristus
yang dengan jelas telah memanggil dan memisahkan mereka dari
dunia yang jahat ini. Sebutan dunia bagi mereka ini mengartikan
mengenai:
1. Jumlah mereka. Ada sebuah dunia manusia yang menentang
Kristus dan Kekristenan. Tuhan, betapa bertambahnya jumlah
orang yang melawan Anak Daud! Saya khawatir, jika kita ha-
rus melakukan pemungutan suara bagi Kristus dan Iblis, Iblis
akan mengalahkan kita dengan telak.
2. Persekongkolan dan persatuan mereka. Orang banyak ini ber-
gabung menjadi satu hati (Mzm. 83:6). Orang Yahudi dan bu-
kan Yahudi yang biasanya berselisih paham dalam segala hal,
justru bersepakat untuk menganiaya hamba Kristus.
3. Sifat dan tabiat mereka. Mereka yaitu orang-orang dunia ini
(Mzm. 17:13-14), yang mengabdi sepenuhnya kepada dunia ini
dan segala isinya, dan tidak pernah memikirkan dunia lain.
Umat Allah harus mengasihi dan berbuat baik kepada semua
orang, sebab , meskipun diajarkan untuk membenci dosa-
dosa para pendosa, mereka tidak boleh membenci orang yang
berbuat dosa itu. Roh yang dengki, jahat dan bejat bukanlah
Roh Kristus, melainkan roh dunia ini.
II. Siapa yang menjadi sasaran kebencian mereka, yaitu murid-mu-
rid Kristus, Kristus sendiri, dan Bapa.
1. Dunia membenci murid-murid Kristus: Dunia membenci kamu
(ay. 19). Kristus berbicara mengenai hal ini seolah-olah murid-
murid itu harus mengharapkan hal itu terjadi dan bersiap se-
dia untuk menghadapinya (ay. 18, juga 1Yoh. 3:13).
(1) Perhatikanlah bagaimana sampai hal itu dikatakan di sini.
[1] Sebelumnya Kristus mengungkapkan kebaikan besar
yang Ia sediakan bagi mereka sebagai sahabat-sahabat-
Nya. Akan namun , supaya mereka tidak meninggikan diri
sebab itu, mereka pun diberi suatu duri dalam daging,
seperti yang terjadi dengan Paulus, yaitu, sebagaimana
dijelaskan di sini, berupa penganiayaan dan kesesakan
oleh sebab Kristus (2Kor. 12:7, 10).
[2] Dia telah menetapkan tugas mereka, namun memberita-
hukan juga kesukaran apa yang harus dihadapi mere-
ka, supaya hal itu tidak akan mengejutkan mereka dan
supaya mereka bisa mempersiapkan diri menghadapi-
nya.
[3] Dia telah menyuruh mereka untuk saling mengasihi dan
memang perlu bagi mereka untuk saling mengasihi, se-
bab dunia akan membenci mereka. Mereka harus baik
satu terhadap yang lain, sebab mereka akan diperlaku-
kan dengan jahat dan semena-mena oleh orang luar.
“Berdamailah kamu satu dengan yang lainnya, dan hal
itu akan membentengi kamu dari permusuhan dunia
ini.” Orang-orang yang dikepung oleh musuh memang
harus bersatu padu.
(2) Perhatikanlah apa yang dipaparkan di sini.
[1] Permusuhan dunia melawan para pengikut Kristus: du-
nia membenci mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang
diberkati Kristus justru dikutuk dunia. Kesayangan dan
pewaris sorga tidak pernah dikasihi oleh dunia ini, se-
menjak terjadinya permusuhan turun termurun antara
keturunan si wanita dengan si ular. Apa yang membuat
Kain membenci Habel, selain sebab pekerjaannya yang
benar? Esau membenci Yakub sebab masalah berkat.
Saudara-saudara Yusuf membencinya sebab ayahnya
mengasihi dia. Saul membenci Daud sebab Tuhan me-
nyertainya. Ahab membenci Mikha sebab nubuatan-
nubuatannya. Begitulah penyebab-penyebab yang tidak
masuk akal dari kebencian dunia ini.
[2] Akibat dari permusuhan itu. Dua di antaranya dapat
kita jumpai di sini (ay. 20).
Pertama, mereka akan menganiaya kamu sebab
mereka membenci kamu, sebab kebencian yaitu has-
rat yang menggelora. Memang setiap orang yang mau
hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita
aniaya (2Tim. 3:12). Kristus sudah mengetahui perlaku-
an kejam yang akan diterima utusan-utusan-Nya di
dunia ini, namun Ia tetap saja mengutus mereka seperti
domba ke tengah kawanan serigala, demi segelintir
orang yang telah dipanggil keluar dari dunia ini melalui
pelayanan mereka.
Kedua, hasil lain dari permusuhan itu tersirat di
sini, yaitu bahwa dunia akan menolak ajaran-ajaran
mereka. Saat Kristus berkata, Jika mereka telah menu-
ruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perintahmu,
yang Ia maksudkan yaitu , mereka akan memperhati-
kan dan melakukan perintahmu sama halnya dengan
bagaimana mereka telah memperhatikan dan melaku-
kan firman-Ku. Perhatikan, bagi para pengabar Injil,
penghinaan terhadap pesan yang mereka sampaikan
benar-benar sungguh menyakitkan hati, seperti batu
sandungan yang dialami Yeremia saat ada yang berkata,
jangan memperhatikan setiap perkataannya (Yer. 18:18).
[3] Penyebab permusuhan ini . Dunia akan membenci
mereka,
Pertama, sebab mereka bukan milik dunia (ay. 19):
“Sekiranya kamu dari dunia, dari rohnya dan dari ke-
pentingannya, jika kamu bersifat daging dan duniawi,
tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Akan
namun , sebab kamu dipanggil keluar dari sana, dunia
pun membenci kamu dan akan terus membenci kamu
selamanya.”
Perhatikanlah:
1. Kita tidak usah heran jika orang-orang yang meng-
abdi kepada dunia akan disayang oleh dunia sebagai
sahabat-sahabatnya. Kebanyakan orang memuji
orang-orang kikir (Mzm. 10:3, TL; 49:19).
2. Kita juga tidak usah heran jika orang-orang yang te-
lah diselamatkan dari dunia kemudian dikecam oleh
dunia sebagai musuh-musuh-Nya. Sewaktu bangsa
Israel diselamatkan dari Mesir, orang-orang Mesir itu
mengejar mereka. Perhatikanlah, alasan mengapa
para murid Kristus bukan dari dunia ini yaitu bu-
kan sebab mereka telah memisahkan diri dari du-
nia melalui kebaikan dan hikmat mereka sendiri,
namun sebab Kristus telah memilih mereka untuk
keluar dari sana, memisahkan mereka untuk diri-
Nya sendiri. Dan itulah alasan mengapa dunia mem-
benci mereka, sebab:
(1) Kemuliaan yang akan diperoleh mereka sebab
dipilih oleh Kristus itu menempatkan mereka di
atas dunia ini. Sebab itulah dunia pun mendeng-
ki mereka. Orang-orang kudus akan menghakimi
dunia ini, dan orang-orang benar akan berkuasa.
sebab itulah mereka dibenci.
(2) Kasih karunia yang mereka peroleh sebab dipilih
oleh Kristus itu menempatkan mereka di kubu
yang berlawanan dengan dunia. Mereka berenang
melawan arus dunia ini dan tidak bersesuaian
dengannya. Mereka bersaksi melawannya dan
tidak menurutinya. Inilah yang membuat mereka
tetap bertahan di bawah semua bencana yang
ditimpakan dunia terhadap mereka, yaitu bahwa
mereka dibenci oleh sebab mereka yaitu umat
pilihan dan dipilih oleh Tuhan Yesus, dan bukan
dari dunia ini.
Nah:
[1] Alasan dunia membenci mereka itu tidaklah
adil. Jika kita melakukan sesuatu yang mem-
buat kita sendiri dibenci, maka pantaslah itu
bagi kita. Akan namun , jika orang membenci
kita oleh sebab suatu hal yang seharusnya
membuat mereka mencintai dan menghargai
kita, maka kita punya alasan untuk merasa
kasihan kepada mereka, namun kita tidak per-
lu merisaukan diri sendiri sebab itu. Malah-
an,
[2] Hal itu layak membuat kita bersukacita.
Orang yang dibenci sebab dia kaya dan mak-
mur tidak akan peduli dengan siapa yang me-
rasa terganggu sebab keadaannya itu, sela-
ma dia merasa senang-senang saja dengan
keadaannya itu.
– Populus me sibilat, at mihi plaudo Ipse domi –
– Biar saja mereka merutuk, serunya, aku toh
merasa diberkati saja.
(Shakespeare)
Dan masih banyak lagi alasan untuk berta-
han bagi orang yang dibenci dunia namun di-
kasihi Kristus.
Kedua, “alasan lain mengapa dunia membenci kamu
ialah sebab kamu yaitu milik Kristus (ay. 21): sebab
nama-Ku.” Inilah inti dari perselisihan itu. Alasan apa
pun yang dibuat-buat, inilah sumber dari perselisihan
itu, dunia membenci murid-murid Kristus sebab me-
reka membawa nama-Nya, dan menjunjung nama-Nya di
dunia ini.
Perhatikanlah:
1. Membela nama Kristus yaitu ciri khas murid-
murid Kristus. Nama yang dipakai untuk membaptis
mereka itu ialah nama yang dengannya mereka hi-
dup dan mati.
2. Sudah menjadi bagian yang biasa diterima oleh
orang-orang yang muncul demi nama Kristus untuk
menderita sebab nya, untuk menderita banyak hal
dan kesukaran, semua hal-hal ini. Menderita demi
nama Kristus merupakan penghiburan bagi orang-
orang yang paling menderita. Berbahagialah kamu,
jika kamu dinista sebab nama Kristus (1Ptr. 4:14),
benar-benar membahagiakan, bukan saja sebab ke-
hormatan yang ada di dalam penderitaan-pen-
deritaan itu (Kis. 5:41), namun juga penghiburan yang
menyertainya, dan terutama mahkota kemuliaan
yang akan diperoleh melalui penderitaan itu. Jika
kita menderita bersama Kristus dan demi Kristus,
kita akan memerintah bersama-sama dengan Dia.
Ketiga, ketidaktahuan dunialah yang sebenarnya
menjadi pemicu utama permusuhan mereka terhadap
murid-murid Kristus (ay. 21): Sebab mereka tidak me-
ngenal Dia, yang telah mengutus Aku.
1. Mereka tidak mengenal Allah. Jika saja manusia me-
ngenal prinsip-prinsip utama dari agama atau keper-
cayaan alamiah dan mengenal Allah, mereka tidak
akan membenci dan menganiaya orang Kristen, mes-
kipun mereka tidak memeluk keyakinan Kristen.
Orang yang tidak memiliki pengetahuanlah yang me-
makan habis umat Allah (Mzm. 14:4).
2. Mereka tidak mengenal Allah sebagai pihak yang
mengutus Tuhan Yesus kita dan yang memberi
wewenang kepada-Nya untuk menjadi Sang Pengan-
tara damai yang agung. Kita tidak mengenal Allah
secara benar jika kita tidak mengenal-Nya dalam
Kristus, dan orang-orang yang menganiaya utusan-
Nya jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka tidak
mengetahui bahwa Kristus diutus oleh Allah (1Kor.
2:8).
2. Dunia membenci Kristus sendiri. Hal ini dibicarakan di sini de-
ngan dua maksud:
(1) Untuk memperlunak kesukaran yang ditanggung para
pengikut-Nya, yang ditimbulkan oleh kebencian dunia ini,
dan supaya hal itu tidak terlalu mengherankan dan menye-
dihkan mereka (ay. 18): Ingatlah bahwa dia telah lebih da-
hulu membenci Aku dari pada kamu, prōton hymōn. Kita
memahaminya sebagai kejadian yang telah terjadi lebih
dahulu. Dia mulai meminum cawan pahit penderitaan, dan
kemudian membiarkan kita untuk turut mengecapnya
juga. Akan namun , hal itu juga bisa diartikan sebagai peng-
ungkapan kedudukan-Nya di atas mereka: “Ingatlah bahwa
dia membenci Aku, kepala dan kaptenmu, pemimpin dan
komandanmu.”
[1] Jika Kristus saja dibenci, padahal Ia unggul dalam me-
lakukan kebaikan, tidak bercela dan begitu murah hati
terhadap semua orang, layakkah kita berharap untuk
terhindar dari kedengkian sebab kita sudah melaku-
kan kebaikan?
[2] Jika Guru kita, pendiri agama kita itu, telah menemui
banyak perlawanan sewaktu menanamkan agama-Nya
itu, maka para hamba dan pengikut-Nya pasti akan
menghadapi hal yang sama saat menyebarluaskan dan
menjalankan agama mereka itu. sebab itulah Dia
mengingatkan mereka (ay. 20) kepada perkataan-Nya
sendiri sewaktu mereka mulai menjadi murid-Nya:
Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu. Sangat-
lah membantu untuk memahami perkataan-perkataan
Kristus bila kita membandingkan apa yang dikatakan-
Nya kemudian dengan yang dikatakan-Nya sebelumnya.
Selain itu, kita juga akan lebih mendapat manfaat dari
firman-Nya bila kita terus mengingat perkataan-perka-
taan-Nya, sebab dengan mengingat kita melihat peme-
liharaan-Nya. Nah, dalam ayat yang kita bahas ini
ada , Pertama, kebenaran yang begitu jelas: Seorang
hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Hal ini
telah dikatakan-Nya sebelumnya (Mat.10:24). Kristus
yaitu Tuhan kita, dan sebab itulah kita harus tekun
memperhatikan perilaku-Nya dan selalu sabar menuruti
kehendak-Nya, sebab seorang hamba lebih rendah dari-
pada tuannya. Kebenaran yang paling jelas terkadang
merupakan alasan paling kuat mengapa kewajiban-ke-
wajiban yang paling sulit harus dilaksanakan. Elihu
menyanggah keluhan Ayub yang bertubi-tubi dengan
kebenaran yang terbukti dengan sendirinya ini, yaitu
bahwa Allah itu lebih dari pada manusia (Ayb. 33:12).
Lalu, hal yang kedua yaitu kesimpulan yang dapat di-
tarik darinya: “Jikalau mereka telah menganiaya banyak
orang, seperti yang telah kamu lihat dan yang akan
kamu saksikan lebih banyak lagi nanti, mereka juga
akan menganiaya kamu. sebab itu, kamu harus me-
nantikan itu terjadi dan bersiap menghadapinya, sebab:
1. “Kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang
Kulakukan, yaitu membangkitkan kemarahan mere-
ka. Kamu akan menegur mereka sebab dosa-dosa
mereka dan menyuruh mereka bertobat, serta mene-
tapkan peraturan-peraturan ketat untuk hidup ku-
dus, dan mereka tidak akan tahan dengan semua-
nya ini.”
2. “Kamu tidak akan sanggup berbuat lebih daripada
yang telah Aku lakukan untuk membuat mereka
taat. sesudah melihat begitu banyak contoh, jangan-
lah ada seorang pun yang heran bila mereka mende-
rita oleh sebab telah berbuat kebaikan.” Dia me-
nambahkan, “Jikalau mereka telah menuruti firman-
Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Seba-
gaimana ada segelintir orang, hanya sedikit orang
saja, yang hatinya diubahkan oleh pengajaran-Ku,
begitu pula hanya ada segelintir, sedikit saja, yang
hatinya akan diubahkan oleh pengajaranmu.” Bebe-
rapa orang menafsirkannya dengan arti lain, dengan
mengartikan etērēsan sebagai parētērēsan. “Jika me-
reka telah menanti-nantikan perkataan-Ku dengan
maksud untuk menjebak Aku, mereka juga akan
mencari-cari kesempatan untuk menjebakmu mela-
lui perkataanmu sendiri.”
(2) Untuk menekankan besarnya kejahatan dunia yang tidak
mau percaya ini, dan untuk membongkar dosa-dosanya
yang begitu berat. Membenci dan menganiaya para rasul
sudah merupakan tindakan yang begitu jahat, apalagi
membenci dan menganiaya Kristus melalui mereka. Pada
umumnya dunia ini memiliki nama buruk di dalam Kitab
Suci, dan tidak ada yang lebih buruk lagi selain menyebut-
nya sebagai pihak yang membenci Yesus Kristus. Ada
sejumlah besar orang yang yaitu pembenci Kristus. Ada
dua hal yang Ia tekankan untuk memperlihatkan bahwa
kejahatan orang-orang yang membenci-Nya itu sungguh
teramat besar, yaitu:
[1] Bahwa ada alasan yang sangat masuk akal bagi mereka
untuk mengasihi-Nya. Perkataan dan perbuatan baik
seseorang biasanya mendatangkan nama baik bagi
orang ini .
Nah, mengenai Kristus:
Pertama, firman-Nya yaitu perkataan yang layak
membuat mereka mengasihi Dia (ay. 22): “Sekiranya
Aku tidak berkata-kata kepada mereka, untuk menarik
kasih mereka, mereka tentu tidak berdosa, sebab penen-
tangan mereka itu tidak akan dianggap sebagai kebenci-
an terhadap-Ku, dan dosa mereka bisa dikatakan tidak
ada. namun sebab kini Aku telah banyak berkata-kata
kepada mereka untuk membuat mereka menyayangi
Aku, maka mereka tidak bisa berpura-pura lagi, tidak
bisa berdalih lagi untuk dosa mereka.” Perhatikanlah di
sini:
1. Keuntungan yang dimiliki oleh orang-orang yang
menikmati Injil. Di dalam Injil itulah Kristus datang
dan berbicara kepada mereka. Secara pribadi Dia
berbicara langsung kepada orang-orang dari angkat-
an ini , dan masih terus berbicara kepada kita
melalui Alkitab dan para hamba-Nya, sebagai pribadi
yang tidak perlu diragukan lagi memiliki wewenang
atas kita dan mengasihi kita. Setiap perkataan-Nya
murni dan mengandung keagungan yang memerin-
tahkan orang untuk berbuat, namun juga lembut
dan rendah hati, sehingga pastilah orang yang paling
keras hati sekalipun akan terpesona dibuatnya.
2. Dalih yang dipunyai orang-orang yang tidak menik-
mati Injil: “Sekiranya Aku tidak berkata-kata kepada
mereka, jika mereka tidak pernah mendengar ten-
tang Kristus dan keselamatan melalui diri-Nya, me-
reka tentu tidak berdosa.”
(1) Bukan dosa yang semacam ini. Mereka tidak
akan dituduh telah menghina Kristus jika saja Ia
tidak datang dan menawarkan kasih karunia-Nya
yang lembut kepada mereka. Sebagaimana dosa
itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum
Taurat, begitu pula ketidakpercayaan tidak diper-
hitungkan kalau tidak ada Injil. Dan, sejauh
satu-satunya yang diperhitungkan hanyalah dosa
terkutuk, yaitu dosa yang melawan penawar dosa
itu sendiri, dosa yang lain tidak akan mencelaka-
kan jika kesalahannya tidak terkait dengan dosa
yang terkutuk tadi.
(2) Bukan dosa dalam tingkatan seperti ini. Sekira-
nya mereka tidak memiliki Injil di antara mereka,
dosa-dosa mereka yang lain tidaklah terlalu pa-
rah, sebab Allah tidak memandang lagi zaman ke-
bodohan (Luk. 12:47-48).
3. Jadi, kesalahan besar itu harus ditanggung oleh
orang-orang yang kepada mereka Kristus telah da-
tang dan berbicara dengan sia-sia. Orang-orang ini
telah Ia panggil dan undang dengan sia-sia saja. Ia
mengemukakan berbagai alasan dan berseru kepada
mereka, namun sia-sia. Mereka tidak mempunyai da-
lih bagi dosa mereka. Mereka sama sekali tidak da-
pat dimaafkan, dan pada waktu penghakiman nanti
mereka hanya bisa diam seribu bahasa, tanpa ada
sepatah kata pun untuk membela diri. Perhatikan-
lah, semakin jelas dan penuh pewahyuan mengenai
anugerah dan kebenaran Kristus diungkapkan ke-
pada kita, semakin banyak hal yang meyakinkan
dan mengagumkan dikatakan kepada kita, semakin
besar pula dosa kita jika kita tidak mengasihi dan
percaya kepada-Nya. Firman Kristus melucuti dosa
dari jubahnya, supaya tampak jelas bahwa itu dosa.
Kedua, sama seperti perkataan-Nya, pekerjaan-Nya
juga layak membuat Dia dikasihi (ay. 24): “Sekiranya
Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mere-
ka, di negeri mereka, dan di depan mata kepala mereka
sendiri, pekerjaan seperti yang tidak pernah dilakukan
orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Jika saja begitu,
mereka masih memiliki dalih bagi ketidakpercayaan dan
permusuhan mereka, dan mereka mungkin bisa menu-
tup-nutupinya dengan mengatakan bahwa perkataan-
Ku tidak layak dipercaya, jika saja semua perkataan-Ku
itu tidak dapat dibuktikan;” namun Dia menunjukkan
bukti-bukti yang kuat mengenai tugas ilahi-Nya, yaitu
melalui pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dilaku-
kan orang lain.
Perhatikan:
1. Sebagaimana Sang Pencipta mempertunjukkan kua-
sa dan ke-Allah-an-Nya melalui karya-Nya (Rm.
1:20), begitu pun Sang Penebus. Mujizat-mujizat-
Nya, perbuatan belas kasih-Nya, pekerjaan ajaib-Nya
dan pekerjaan anugerah-Nya membuktikan bahwa
Dia diutus oleh Allah, dan diutus untuk melakukan
pekerjaan baik.
2. Pekerjaan-pekerjaan Kristus tidak seperti yang per-
nah dilakukan orang lain. Orang biasa yang tidak
memiliki amanat dari sorga dan tidak disertai Allah,
tidak akan dapat membuat mujizat-mujizat (3:2).
Selain itu, tidak ada seorang nabi pun yang pernah
mengadakan mujizat-mujizat yang seperti itu, begitu
banyak dan begitu hebat. Musa dan Elia mengada-
kan mujizat-mujizat sebagai hamba, melalui kuasa
yang diturunkan kepada mereka. Akan namun , Kris-
tus melakukannya sebagai seorang Anak, melalui
kuasa-Nya sendiri. Inilah yang membuat orang tak-
jub, bahwa dengan penuh kuasa Ia memerintah se-
gala penyakit dan roh-roh jahat (Mrk. 1:27). Mereka
mengakui bahwa mereka tidak pernah melihat yang
seperti itu (Mrk. 2:12). Semua pekerjaan Kristus
yaitu pekerjaan baik, pekerjaan yang penuh belas
kasihan. Inilah yang terutama dimaksudkan di sini,
sebab sebab hal inilah Ia mencela mereka, yaitu
bahwa mereka membenci Dia. Seorang yang begitu
berguna bagi siapa saja, lebih daripada manusia
lain yang pernah ada, sehingga orang pasti berpikir
bahwa semua orang akan mengasihi-Nya. Namun
kenyataannya, Dia malah dibenci.
3. Pekerjaan-pekerjaan Kristus menambah kesalahan
ketidakpercayaan dan permusuhan para pendosa
terhadap Dia sampai ke tingkat kejahatan tertinggi
yang tidak terbayangkan lagi. Andai saja mereka ha-
nya mendengar perkataan-Nya namun tidak melihat
pekerjaan-Nya, – jika saja kita hanya memiliki catat-
an khotbah-Nya, ketidakpercayaan kita masih dapat
dianggap sebagai akibat dari kurangnya bukti. Akan
namun , sekarang tidak ada alasan yang demikian.
Bahkan, penolakan Kristus, baik oleh mereka atau-
pun oleh kita, bukan hanya mengandung dosa keti-
dakpercayaan yang degil, namun juga sikap yang
tidak tahu berterima kasih sama sekali. Mereka me-
lihat Kristus sangat baik dan senang berbuat keba-
jikan bagi mereka, namun mereka malah membenci-
Nya dan berusaha untuk mencelakai-Nya. Di dalam
firman-Nya kita juga dapat melihat kasih besar yang
ditujukan-Nya bagi kita, namun masih juga kita tidak
tergugah oleh kasih-Nya itu.
[2] Bahwa tidak ada alasan sama sekali mengapa mereka
harus membenci-Nya. Orang lain pada satu saat menga-
takan dan melakukan hal-hal terpuji, namun di saat lain
mengatakan dan melakukan hal-hal lain yang menjeng-
kelkan dan tidak disenangi, namun Tuhan Yesus kita
hanya melakukan hal-hal yang patut membuat manusia
menghargai dan memuji-Nya, dan tidak pernah melaku-
kan hal-hal yang patut membuat mereka berang. Dan
hal ini dinyatakan-Nya secara tegas dengan mengutip
sebuah ayat Kitab Suci (ay. 25): “namun firman yang ada
tertulis dalam Kitab Taurat mereka (yaitu yang ada
dalam Perjanjian Lama, yang yaitu sebuah hukum,
dan yang diterima mereka sebagai suatu hukum) harus
digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan, kebenci-
an yang tidak berdasar terhadap Aku dan terhadap mu-
rid-murid-Ku sebab Aku. Daud juga mengatakan hal
yang serupa mengenai dirinya sebagai perlambang Kris-
tus (Mzm. 35:19; 69:5).
Perhatikanlah:
Pertama, orang-orang yang membenci Kristus mem-
benci-Nya tanpa alasan yang jelas. Permusuhan terha-
dap Kristus merupakan permusuhan yang tidak berda-
sar. Kita tentu berpikir bahwa orang-orang yang tinggi
hati dan rewel saja yang selayaknya dibenci, namun
Kristus itu rendah hati dan lemah lembut, penuh belas
kasihan dan baik hati. Bagi kita, yang sepatutnya di-
benci itu pastilah orang-orang yang suka menjilat, yang
jahat, pendengki, dan suka membalas dendam, namun
Kristus itu malah membaktikan diri-Nya untuk mela-
yani mereka yang justru memanfaatkan-Nya, bahkan
yang melecehkan Dia. Dia bersusah payah demi meri-
ngankan beban orang lain, dan rela menjadi miskin su-
paya kita menjadi kaya. Bagi kita, yang layak dibenci
yaitu orang-orang yang mendatangkan kerugian bagi
penguasa dan negeri, dan yang mengganggu keamanan
masyarakat. Namun, Kristus itu sebaliknya, Dia yaitu
berkat terbesar yang tidak terbayangkan bagi negeri-
Nya, namun Ia tetap saja dibenci. Memang benar bahwa
Dia pernah membuktikan bahwa perbuatan-perbuatan
mereka jahat, tapi itu dengan maksud untuk membuat
mereka menjadi baik. Akan namun , membenci-Nya kare-
na tindakan-Nya ini sama saja dengan membenci-Nya
tanpa alasan.
Kedua, dengan demikian digenapilah Kitab Suci, dan
apa yang diperlambangkan itu menjawab sudah apa
yang melambangkannya sebelumnya. Saul dan antek-
anteknya membenci Daud tanpa alasan, padahal Daud
justru telah melayani dia dengan harpa dan pedangnya.
Absalom dan kawanannya membencinya, padahal Daud
yaitu seorang ayah yang pengasih dan telah banyak
berbuat baik bagi mereka. Begitu jugalah Anak Daud
dibenci dan dikejar-kejar secara tidak adil. Orang-orang
yang membenci Kristus tentu saja tidak berencana un-
tuk menggenapi Kitab Suci, namun Allah-lah yang men-
jaga agar semua itu terjadi dengan membiarkan mereka
berlaku seperti itu. Dan penggenapan Kitab Suci terse-
but sungguh meneguhkan iman kita terhadap Kristus
sebagai Sang Mesias, bahkan hal mengenai peristiwa
ini yang berkenaaan dengan Dia sudah diberi-
tahukan terlebih dahulu, dan nubuat ini pun
digenapi di dalam Dia. Jadi kita pun tidak usah heran
atau tidak habis pikir jika nubuat itu memiliki pengge-
napan lebih lanjut di dalam diri kita. Kita cenderung
mengeluhkan bahwa kejahatan yang dilakukan terha-
dap diri kita itu t