Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 9

 


cepatnya pohon ara yang dikutuk oleh 

Kristus itu menjadi kering! 

[3]  Ranting-ranting itu dikumpulkan orang. Antek-antek dan 

utusan Iblis memungut mereka dan menjadikan mereka 

sebagai sasaran empuk. Orang-orang yang menjauh 

dari Kristus akan segera jatuh bersama-sama para pen-

dosa, dan domba yang tersesat dari kawanan Kristus 

siap diincar oleh Iblis untuk dimangsanya. Saat Roh 

Tuhan pergi dari Saul, roh jahat pun datang merasuki-

nya. 

[4] Mereka dicampakkan ke dalam api. Artinya, mereka di-

buang ke dalam api. Orang-orang yang telah menggoda 

dan menjerumuskan mereka ke dalam dosa benar-

benar telah mencampakkan mereka ke dalam api, sebab 

orang-orang itu membuat mereka menjadi anak-anak 

neraka. Api yaitu  tempat yang paling tepat untuk 

membuang ranting-ranting kering, sebab mereka tidak 

dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain lagi (Yeh. 15:2-

4). 

[5] Ranting-ranting itu lalu dibakar. Tentu saja hal ini pasti 

akan terjadi, namun  di sini lebih ditekankan lagi dengan 

sangat tegas dan membuat ancaman ini  terdengar 

sangat mengerikan. Mereka tidak akan dilalap api da-

lam sekejap, seperti duri terbakar di bawah kuali (Pkh. 

7:6), melainkan kaietai, mereka akan terbakar selama-

lamanya di dalam api yang tidak hanya akan pernah 

padam, namun  juga tidak akan pernah habis-habisnya. 

Inilah akibatnya jika meninggalkan Kristus. Beginilah 

akhir dari pohon-pohon yang mandul. Orang-orang 

yang murtad dua kali mati (Yud. 1:12 TL; TB: mati sama 

sekali), dan saat  dikatakan bahwa mereka dicampak-

kan ke dalam api lalu dibakar, hal ini seolah-olah me-

nyatakan bahwa mereka dihukum dua kali. Sebagian 

orang mengaitkan pengumpulan orang-orang itu dengan 

pekerjaan para malaikat pada hari besar itu, yaitu saat 

mereka akan mengumpulkan dan mengeluarkan semua 

hal yang tidak berkenan di dalam kerajaan Kristus dan 

akan mengikat lalang untuk dibakar.   

(4) Hak istimewa yang penuh berkat yang akan diperoleh 

orang-orang yang tinggal di dalam Kristus (ay. 7): Jikalau 

kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam 

kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dari Bapa-

Ku di dalam nama-Ku dan kamu akan menerimanya. 

Lihatlah di sini: 

[1]  Bagaimana kesatuan kita bersama Kristus dipelihara –  

melalui firman: Jika kamu tinggal di dalam Aku, seperti 

yang telah dikatakan-Nya sebelumnya, dan Aku di da-

lam kamu. namun  di sini Dia menerangkan sendiri, dan 

firman-Ku tinggal di dalam kamu. Sebab, di dalam fir-

manlah Kristus diperhadapkan kepada kita dan dita-

warkan kepada kita (Rm. 10:6-8). Melalui firmanlah kita 

menerima dan memeluk-Nya. Oleh sebab  itulah, di 

mana perkataan Kristus diam dengan segala kekayaan-

nya, di sana pulalah Kristus diam. Bila firman itu men-

jadi pembimbing dan pengawas tetap kita, bila firman 

ini  tinggal di dalam kita sebagai rumahnya, maka 

itu berarti kita tinggal di dalam Kristus, dan Dia di 

dalam kita.  

[2] Bagaimana persekutuan kita dengan Kristus dipelihara 

– melalui doa: mintalah apa saja yang kamu kehendaki, 

dan kamu akan menerimanya. Jadi, apa lagi yang lebih 

kita inginkan selain mendapatkan apa yang kita minta? 

Perhatikanlah, orang-orang yang tinggal di dalam 

Kristus sebagai kesukaan hati mereka akan memper-

oleh hasrat hati mereka melalui Kristus. Jika kita me-

miliki Kristus, kita tidak akan kekurangan suatu apa 

pun yang baik bagi kita. Ada dua hal yang tersirat 

dalam janji itu: –  

Pertama, bahwa jika kita tinggal di dalam Kristus 

dan firman-Nya tinggal di dalam kita, kita tidak akan 

meminta apa pun selain yang pantas kita dapatkan. 

Janji-janji Allah yang diam di dalam diri kita siap untuk 

berubah menjadi doa, dan doa-doa yang dipanjatkan 

demikian pastilah dikabulkan.  

Kedua, bahwa jika kita tinggal di dalam Kristus dan 

firman-Nya, kita akan mendapat perkenan kebaikan 

Allah dan pengantaraan Kristus, sehingga semua doa 

kita akan mendapatkan jawaban damai sejahtera.  

Kasih Kristus terhadap Murid-murid-Nya 

(15:9-17) 

9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi 

kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10 Jikalau kamu menuruti perintah-

Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah 

Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11 Semuanya itu Kukatakan kepa-

damu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi pe-

nuh. 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku 

telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih 

seorang yang memberi  nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu 

yaitu  sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepa-

damu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, 

apa yang diperbuat oleh tuannya, namun  Aku menyebut kamu sahabat, 

sebab  Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah 

Kudengar dari Bapa-Ku. 16 Bukan kamu yang memilih Aku, namun  Akulah 

yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi 

dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta 

kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-

Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” 

      

Kristus, yang yaitu  kasih itu sendiri, di sini berbicara mengenai ka-

sih, kasih dengan empat sisi, yaitu:  

I.  Mengenai kasih Allah kepada-Nya, dan tentang hal ini Dia mem-

beri tahu kita: 

1.  Bahwa Bapa benar-benar mengasihi Dia (ay. 9): Seperti Bapa 

telah mengasihi Aku. Bapa mengasihi-Nya sebagai Sang Peng-

antara: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Kristus yaitu  Anak-

Nya yang terkasih. Bapa mengasihi-Nya dan menyerahkan 

segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Meskipun demikian, 

sebab  Allah begitu mengasihi dunia ini, Ia sampai rela menye-

rahkan Anak-Nya bagi kita semua. Saat Kristus memasuki 

penderitaan-Nya, Ia pun menghibur diri-Nya sendiri dengan 

kenyataan ini, yaitu bahwa Bapa-Nya mengasihi Dia. Orang-

orang yang dikasihi Allah sebagai Bapa mampu mengabaikan 

permusuhan seisi dunia. 

2.  Bahwa Dia tinggal di dalam kasih Bapa-Nya (ay. 10). Kristus 

terus setia mengasihi Bapa-Nya, dan Dia juga dikasihi oleh 

Bapa. Dia tetap tinggal dalam kasih Bapa-Nya, bahkan saat 

Dia dijadikan dosa dan kutuk demi kita dan TUHAN berkehen-

dak meremukkan dia dengan kesakitan (Mzm. 89:33). sebab  

Dia begitu setia mengasihi Bapa-Nya, Ia pun dengan senang 

hati melalui penderitaan-Nya, dan sebab  itulah Bapa-Nya 

terus mengasihi Dia. 

3.  Bahwa Dia tinggal di dalam kasih Bapa-Nya sebab Ia taat ke-

pada hukum Bapa-Nya: Aku menuruti perintah Bapa-Ku, seba-

gai Pengantara, dan dengan demikian, tinggal di dalam kasih-

Nya. Dia menunjukkan bahwa Dia setia mengasihi Bapa-Nya 

dengan cara terus melangkah maju dan menjalankan tugas-

Nya, dan sebab  itulah Bapa terus mengasihi Dia. Kepada-Nya 

Bapa berkenan, sebab  Dia tidak menjadi pudar dan tidak pa-

tah terkulai (Yes. 42:1-4). Kita telah melanggar hukum pencip-

taan dan sebab  itu telah menjauhkan diri kita sendiri dari 

kasih Allah, namun  Kristus telah menjadi penyelamat kita de-

ngan mematuhi hukum penebusan, dan dengan demikian Ia 

tinggal di dalam kasih Bapa dan mengembalikan kita ke da-

lamnya.  

II. Mengenai kasih Kristus sendiri terhadap murid-murid-Nya. Meski-

pun Ia meninggalkan mereka, Ia tetap mengasihi mereka.  

Perhatikanlah di sini:  

1. Pola kasih ini : Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demi-

kianlah juga Aku telah mengasihi kamu. Sebuah ungkapan 

yang tidak lazim mengenai kasih karunia Kristus yang rendah 

hati itu! Seperti Bapa telah mengasihi Dia yang paling layak 

untuk itu, demikianlah Kristus mengasihi murid-murid, yang 

paling tidak layak untuk itu. Bapa mengasihi-Nya sebagai 

Anak-Nya, dan Kristus mengasihi para murid sebagai anak-

anak-Nya juga. Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam 

tangan Kristus, demikian pula Kristus memberi kita segala 

sesuatu secara cuma-cuma, dengan diri-Nya sendiri. Bapa 

mengasihi-Nya sebagai Sang Pengantara, sebagai kepala gereja 

dan yang dipercaya untuk menerima kasih karunia dan ke-

baikan ilahi yang tidak diterima-Nya demi diri-Nya sendiri saja, 

namun  juga demi semua orang yang dipercayakan kepada-Nya. 

Kata-Nya, “Aku telah menjadi seorang hamba yang setia. Seba-

gaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada-Ku, de-

mikianlah Aku hendak menyalurkannya lagi kepadamu.” Kare-

na itulah Bapa berkenan kepada-Nya, yaitu supaya Dia pun 

berkenan kepada kita di dalam Kristus. Bapa juga mengasihi-

Nya, supaya melalui Dia, yang terkasih itu, Kristus dapat mem-

buat kita diterima oleh Bapa (Ef. 1:6).  

2.  Empat bukti dan buah dari kasih-Nya itu: 

(1)  Kristus mengasihi murid-murid-Nya, sehingga Dia rela me-

nyerahkan nyawa-Nya bagi mereka (ay. 13): Tidak ada buk-

ti kasih yang lebih besar yang dapat ditunjukkan selain 

daripada kasih seorang yang memberi  nyawanya untuk 

sahabat-sahabatnya. Dan dengan kasih seperti inilah Kris

tus telah mengasihi kita. Dia yaitu  antipsychos kita – ja-

minan pembebasan kita, tubuh ganti tubuh, nyawa ganti 

nyawa, meskipun Dia tahu bahwa kita tidak akan pernah 

bisa membalas-Nya dan sudah mengetahui betapa besar 

pengorbanan yang harus Ia lakukan.  

Perhatikanlah di sini: 

[1] Jangkauan kasih anak-anak manusia satu terhadap 

yang lain. Kasih yang paling besar yang bisa dibuktikan 

yaitu  dengan menyerahkan nyawa bagi seorang saha-

bat, untuk menyelamatkannya. Selama ini mungkin su-

dah ada perbuatan-perbuatan kasih yang penuh kepah-

lawanan seperti ini, dan ini lebih besar daripada men-

cungkil mata sendiri (Gal. 4:15). Jika seluruh kepunyaan 

seseorang rela ia berikan demi keselamatan nyawanya 

sendiri, maka orang yang memberi  nyawanya sendiri 

bagi sahabatnya berarti telah memberi  seluruh yang 

dia punya dan tidak ada lagi yang tersisa yang dapat ia 

berikan. Kewajiban seperti itu kadang-kadang menjadi 

tanggung jawab kita (1Yoh. 3:16). Paulus begitu ingin 

mendapatkan kehormatan untuk melakukan hal terse-

but (Flp. 2:17), dan untuk orang yang baik ada orang 

yang berani mati (Rm. 5:7). Kasih seperti itu yaitu  ka-

sih yang paling tinggi derajatnya, yang kuat seperti 

maut. 

[2]  Kehebatan kasih Kristus mengungguli segala kasih yang 

lain. Dia tidak hanya menandingi, namun  juga melam-

paui kekasih-kekasih yang terhebat sekalipun. Orang 

lain telah menyerahkan nyawa mereka dan merasa se-

nang nyawa mereka diambil dari mereka, namun  Kristus 

memberi  sendiri nyawa-Nya, tidak hanya bersikap 

pasif, melainkan melakukannya atas dasar kehendak 

dan perbuatan-Nya sendiri. Nyawa yang diserahkan 

orang lain setara nilainya dengan kehidupan yang mere-

ka dapatkan dengan menyerahkan nyawa mereka itu, 

atau bahkan lebih kecil lagi nilainya, namun  nyawa Kris-

tus tak terbatas nilanya, melebihi sepuluh ribu nyawa 

kita. Orang lain menyerahkan nyawa mereka bagi saha-

bat-sahabat mereka, namun  Kristus menyerahkan nya-

wa-Nya bagi kita saat kita masih seteru (Rm. 5:10). 

Plusquam ferrea aut lapidea corda esse oportet, quæ non 

emolliet tam incomparabilis divini amoris suavitas – Hati 

yang tidak melunak oleh kasih ilahi yang manis tiada 

taranya itu pastilah lebih keras dari besi atau batu. – 

Calvin. 

(2) Kristus mengasihi murid-murid-Nya sehingga Dia mem-

bawa mereka ke dalam kovenan persahabatan dengan diri-

Nya (ay. 14-15). “Jika kamu menunjukkan bahwa kamu 

yaitu  murid-murid-Ku melalui ketaatanmu, kamu yaitu  

sahabat-Ku, dan akan diperlakukan sebagai seorang saha-

bat.” Perhatikan, para pengikut Kristus yaitu  sahabat-

sahabat Kristus, dan Dia berkenan untuk memanggil dan 

memperhitungkan mereka demikian. Mereka yang melaku-

kan tugas sebagai hamba-Nya akan diakui dan diangkat 

martabatnya untuk menjadi sahabat-Nya. Daud memiliki 

satu saja hamba di istananya, dan Salomo juga demikian, 

yaitu seseorang yang secara istimewa dipandang sebagai 

sahabat raja (2Sam. 15:37; 1Raj. 4:5). Akan namun , kehor-

matan untuk menjadi sahabat raja seperti itu dimiliki oleh 

semua hamba Kristus. Terhadap seorang asing, bisa saja 

dalam suatu kesempatan kita berbuat baik, namun, terha-

dap seorang sahabat karib kita akan melakukan segala hal 

demi kepentingannya, kita berusaha sedapat-dapatnya un-

tuk memedulikan dia. Seperti inilah yang Kristus lakukan 

terhadap semua orang percaya dengan mengangkat mereka 

menjadi sahabat-sahabat-Nya. Dia mengunjungi mereka 

dan berbincang-bincang dengan mereka, menanggung be-

ban mereka dan menggunakan kelebihan mereka yang ter-

baik, turut merasakan kesukaran mereka dan ikut senang 

melihat kesejahteraan mereka. Dia membela mereka di sor-

ga dan mengurus segala kepentingan mereka di sana. Bu-

kankah ada banyak sahabat namun  satu jiwa? Siapa yang 

mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan 

Dia (1Kor. 6:17). Meskipun mereka sering bersikap tidak 

bersahabat, Kristus selalu menjadi seorang sahabat yang 

menaruh kasih setiap waktu. Perhatikanlah bagaimana hal 

itu diungkapkan dengan sangat mesra di sini. 

[1] Dia tidak akan memanggil mereka dengan sebutan ham-

ba, meskipun mereka memanggil-Nya dengan sebutan 

Guru dan Tuhan. Orang-orang yang ingin menjadi ren-

dah hati seperti Kristus tidak boleh bermegah dengan 

cara memaksakan wewenang dan kekuasaan mereka di 

setiap kesempatan, melainkan harus ingat bahwa ba-

wahan mereka itu yaitu  juga rekan mereka. namun ,  

[2] Dia akan menyebut mereka sahabat-Nya. Dia tidak saja 

akan mengasihi mereka, namun  juga memberitahukan 

mereka mengenai kasih-Nya ini, sebab pengajaran yang 

lemah lembut ada di lidahnya. sesudah  kebangkitan-Nya, 

Kristus tampaknya berbicara mengenai dan kepada me-

reka dengan kelemahlembutan yang lebih besar dari-

pada sebelumnya. Pergilah kepada saudara-saudara-Ku  

(20:17). Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-

pauk? (21:5). namun  perhatikanlah, meskipun Kristus 

memanggil mereka sebagai sahabat-Nya, mereka me-

nyebut diri mereka sendiri sebagai hamba-Nya: Petrus, 

rasul Kristus (1Ptr. 1:1), begitu pula Yakobus: hamba 

(Yak. 1:1). Semakin besar kehormatan yang diberikan 

Kristus kepada kita, semakin besar pula kehormatan 

yang harus kita berikan bagi-Nya; Semakin tinggi di ha-

dapan-Nya, kita justru harus semakin merendahkan 

diri kita.    

(3)  Kristus mengasihi para murid-Nya, dan hal itu terlihat dari 

cara-Nya yang begitu karib dalam berkomunikasi dengan 

mereka (ay. 15): “Mulai sekarang kamu tidak akan lagi 

dibiarkan dalam kegelapan seperti dulu, sebagaimana para 

hamba yang hanya diberitahukan mengenai pekerjaan me-

reka saat itu. namun , saat Roh dicurahkan, kamu akan me-

ngetahui rancangan-rancangan Gurumu untuk memperla-

kukan kamu sebagai para sahabat-Nya. Aku telah memberi-

tahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar 

dari Bapa-Ku.” Berkaitan dengan kehendak Allah yang 

masih tersembunyi, ada banyak hal yang kita harus me-

rasa puas saja walaupun kita tidak tahu. namun , mengenai 

kehendak Allah yang perlu diungkapkan, dengan setia 

Yesus Kristus telah menyatakan semuanya yang Ia terima 

dari Bapa (1:18; Mat. 11:27). Kristus telah menyatakan hal-

hal besar mengenai penebusan manusia kepada para mu-

rid-Nya supaya mereka bisa menyatakannya lagi kepada 

orang lain. Ia menjadi penasihat bagi mereka (Mat. 13:11).  

(4) Kristus mengasihi murid-murid-Nya, sebab Dia memilih 

dan menetapkan mereka menjadi alat utama bagi kemulia-

an dan kehormatan-Nya di dunia ini (ay. 16): Akulah yang 

memilih kamu dan Aku telah menetapkan kamu. Kasih-Nya 

kepada mereka terlihat:    

[1] Dalam pemilihan mereka, yaitu pemilihan mereka seba-

gai rasul (6:70): Aku sendiri yang telah memilih kamu 

yang dua belas ini. Hal itu tidak diawali dari pihak me-

reka: Bukan kamu yang memilih Aku, namun  Akulah 

yang memilih kamu terlebih dahulu. Mengapa mereka 

diperbolehkan memasuki keakraban yang begitu dalam 

dengan Dia, dipekerjakan untuk perbuatan mulia bagi 

Dia, dan dianugerahi kuasa yang begitu besar dari atas? 

Itu semua bukan sebab  hikmat atau kebaikan mereka 

dalam memilih-Nya sebagai Guru, melainkan sebab  

kasih karunia dan kebaikan-Nya yang memilih mereka 

sebagai rasul-rasul-Nya. Memang pantas bahwa Kris-

tus-lah yang memilih hamba-hamba-Nya sendiri. Dia 

pun masih melakukannya hingga kini, melalui pemeli-

haraan dan Roh-Nya. Meskipun para hamba Allah men-

jadikan panggilan kudus itu sebagai pilihan mereka, 

pilihan Kristus mendahului, mengarahkan, dan mene-

tapkan pilihan mereka ini . Tentang semua orang 

yang dipilih untuk mendapatkan kasih karunia dan ke-

muliaan itu dapat dikatakan, bukan mereka yang me-

milih Kristus, namun  Dialah yang memilih mereka (Ul. 

7:7-8). 

[2] Dalam penetapan mereka: Aku telah menetapkan kamu, 

hethēka hymas – “Aku telah mempercayakan pelayanan 

ini kepadamu (1Tim. 1:12), melibatkanmu dalam ama-

nat ini.” Melalui pernyataan tadi terlihat bahwa Kristus 

memandang mereka sebagai sahabat-sahabat-Nya saat 

Dia memahkotai kepala mereka dengan kehormatan 

besar ini  dan memenuhi tangan mereka dengan 

kepercayaan besar itu. Dia menaruh kepercayaan yang 

luar biasa besarnya kepada mereka, saat Dia menjadi-

kan mereka sebagai utusan-utusan-Nya untuk meng-

urusi kepentingan kerajaan-Nya di dunia bawah ini, 

sebagai para pelayan atau abdi utama-Nya dalam men-

jalankan kerajaan-Nya itu. Kekayaan Injil dipercayakan 

kepada mereka,  

Pertama, supaya Injil disebarkan: supaya kamu per-

gi, hina hymeis hypagēte – “supaya kamu pergi seolah-

olah kamu ada di bawah kuk atau beban, sebab pela-

yanan yaitu  suatu pekerjaan, dan kamu yang menger-

jakannya haruslah bertekad untuk bersungguh-sung-

guh di dalamnya, supaya kamu dapat pergi dari satu 

tempat ke tempat lainnya di seluruh penjuru dunia, dan 

menghasilkan buah.” Mereka telah ditetapkan bukan 

untuk berpangku tangan saja, namun  untuk berkeliling, 

bergiat dalam pekerjaan mereka, dan tidak jemu-jemu-

nya berbuat baik. Mereka telah ditetapkan bukan untuk 

berleha-leha, melainkan untuk menjadi alat dalam 

tangan Allah untuk membawa bangsa-bangsa ke dalam 

kepatuhan terhadap Kristus (Rm. 1:13). Perhatikan, 

orang-orang yang telah ditetapkan Kristus harus dan 

pasti akan berbuah. Mereka harus bekerja, dan pekerja-

an mereka tidak akan menjadi sia-sia.  

Kedua, supaya Injil dapat terus berlangsung, supaya 

buahnya tetap, supaya hasil baik dari pekerjaan mereka 

akan terus ada di dunia ini dari satu generasi ke 

generasi berikutnya, sampai akhir zaman nanti. Gereja 

Kristus tidak dimaksudkan untuk berlangsung sesaat 

saja, sebagaimana banyak aliran filsuf yang gaungnya 

hanya dapat bertahan dalam hitungan hari semata. 

Gereja Kristus itu tidak muncul dalam semalam, dan 

tidak akan hancur dalam semalam pula, melainkan 

akan tetap ada selama sorga ada. Khotbah-khotbah dan 

tulisan-tulisan dari para rasul disampaikan kepada 

kita, dan kini kita dibangun di atas dasar itu, sejak 

gereja Kristen pertama kali didirikan melalui pelayanan 

para rasul dan ketujuh puluh murid. Sewaktu satu 

generasi pelayan dan orang-orang Kristen telah tiada, 

generasi yang baru pun muncul. Berkat adanya amanat 

yang tertulis itu (Mat. 28:19), Kristus memiliki gereja di 

dunia ini, yang dengan meminjam istilah ahli hukum 

mengenai suatu asosiasi atau perhimpunan, tidaklah 

mati, melainkan terus hidup. Oleh sebab  itulah, buah 

mereka tetap ada sampai saat ini, dan akan terus begitu 

selama bumi ini masih ada.  

[3] Kasih Kristus terhadap murid-murid-Nya nyata melalui 

keuntungan yang mereka peroleh di takhta kasih karu-

nia: Apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-

Ku, diberikan-Nya kepadamu. Mungkin saja hal ini ter-

utama menunjuk pada kuasa untuk mengerjakan muji-

zat yang dikaruniakan kepada para rasul, yang harus 

dikerahkan mereka melalui doa. “Apa pun karunia yang 

diperlukan dalam meneruskan pekerjaanmu, apa pun 

dan kapan pun bantuan yang kamu butuhkan dari sor-

ga, minta saja, dan kamu akan memperolehnya.” Ada 

tiga hal yang tersirat di sini untuk menyemangati kita 

dalam berdoa, dan ketiga hal itu memang sangat me-

nguatkan.  

Pertama, bahwa kita memiliki seorang Allah sebagai 

Bapa yang bisa kita datangi. Di sini Kristus memanggil-

Nya Bapa, Bapa-Ku dan Bapamu. Roh dalam firman 

dan dalam hati kita mengajari kita untuk berseru, 

Abba, Bapa.  

Kedua, bahwa kita mengusung nama yang sangat 

mulia saat kita datang menghadap Bapa. Apa pun yang 

menjadi tujuan kita datang ke hadapan takhta kasih 

karunia berdasarkan kehendak Allah, kita dapat menye-

butkan nama Kristus dalam keberanian dan kerendah-

an hati, dan menyatakan hubungan kita dengan-Nya 

dan bahwa Dia memedulikan kita.  

Ketiga, bahwa kita dijanjikan untuk mendapatkan 

jawaban damai sejahtera. Apa pun yang kamu minta 

dalam doa itu akan diberikan kepadamu. Janji agung 

yang diberikan untuk mendukung tugas pewartaan Injil 

yang mulia itu memperkuat hubungan yang membawa 

berkat dan penuh penghiburan antara sorga dan bumi.   

III. Mengenai kasih para murid terhadap Kristus, yang harus mereka 

tunjukkan oleh sebab  kasih besar yang telah terlebih dahulu Ia 

berikan kepada mereka. Ada tiga hal yang Kristus serukan untuk 

mereka perbuat: 

1. Supaya tinggal di dalam kasih-Nya (ay. 9). “Tinggallah di dalam 

kasihmu untuk-Ku dan di dalam kasih-Ku untukmu.” Kedua-

nya dapat dimasukkan dalam penafsiran ayat itu. Kebahagia-

an kita bergantung pada keberlangsungan kasih Kristus kepa-

da kita. sebab  itu harus berusaha terus untuk menunjukkan 

kasih kita kepada Kristus, supaya tidak satu hal pun dapat 

menjauhkan kita dari-Nya, atau menyebabkan Dia mengun-

durkan diri dari kita. Perhatikanlah, semua orang yang me-

ngasihi Kristus harus terus tinggal di dalam kasih mereka ke-

pada-Nya. Artinya, selalu mengasihi Dia dan mempergunakan 

setiap kesempatan untuk menunjukkannya, dan mengasihi 

Dia sampai pada kesudahannya. Para murid harus pergi ke-

luar untuk melayani Kristus, dan sebab  itu mereka mungkin 

akan menghadapi banyak kesukaran. Akan namun , kata Kris-

tus, “Tinggallah di dalam kasih-Ku. Pertahankanlah kasihmu 

kepada-Ku, dan segala kesukaran yang kamu hadapi itu akan 

menjadi mudah.” Oleh sebab  kasihlah, tujuh tahun kerja 

keras terasa mudah bagi Yakub. Biarlah segala kesukaran 

yang harus kamu alami oleh sebab  Kristus tidak sampai me-

madamkan kasihmu untuk-Nya, melainkan sebaliknya, mem-

buat kasihmu itu semakin bertambah-tambah.  

2. Supaya membiarkan sukacita-Nya ada di dalam mereka dan 

memenuhi mereka (ay. 11). Hal ini Ia rancangkan dalam kewa-

jiban dan janji yang telah Ia berikan kepada mereka.  

(1)  Supaya sukacita-Nya ada di dalam mereka. Dalam teks 

asli, kata-kata di atas dirangkai sedemikian rupa supaya 

bisa diartikan: 

[1] Supaya sukacita-Ku tinggal tetap di dalam kamu. Jika 

mereka menghasilkan banyak buah dan tinggal di da-

lam kasih-Nya, Dia akan terus bersukacita di dalam me-

reka seperti yang telah Ia lakukan sebelumnya. Perhati-

kanlah, murid-murid yang berbuah dan setia menjadi 

kesukaan Tuhan Yesus. Ia membaharui engkau dalam 

kasih-Nya (Zef. 3:17). Sebagaimana ada luapan sukacita 

di sorga saat para pendosa bertobat, begitu pula ada 

sukacita yang tetap tinggal oleh sebab  ketekunan para 

orang kudus. Atau, 

[2] Supaya sukacita-Ku, yaitu, sukacitamu di dalam-Ku, te-

tap tinggal. Kristus berkehendak supaya murid-murid-

Nya tetap dan tak putus-putusnya selalu bersukacita di 

dalam Dia (Flp. 4:4). Sukacita orang munafik hanya ber-

langsung sesaat saja, namun  sukacita orang yang tinggal 

di dalam kasih Kristus bagaikan pesta yang tiada berke-

sudahan. Firman Tuhan berlangsung selamanya, begitu 

pula sukacita yang mengalir dan bersumber darinya.  

(2) Supaya sukacitamu penuh. Bukan hanya supaya kamu di-

penuhi oleh sukacita, namun  juga supaya sukacitamu di da-

lam-Ku dan di dalam kasih-Ku akan terus bertambah-tam-

bah, sampai mencapai titik kesempurnaan, saat kamu me-

masuki sukacita Tuhanmu.  

Perhatikanlah: 

[1] Hanya orang-orang yang memiliki sukacita Kristus di 

dalam diri mereka sajalah yang memiliki sukacita pe-

nuh. Sukacita duniawi hampa adanya, cepat meletup-

letup namun  tidak akan pernah memuaskan. Hanya 

sukacita hikmat sajalah yang dapat mengisi jiwa (Mzm. 

36:8). 

[2]  Tujuan Kristus di dunia ini yaitu  untuk memenuhkan 

sukacita umat-Nya (1Yoh. 1:4). Itulah yang telah dikata-

kan-Nya, supaya sukacita kita semakin penuh, dan 

akhirnya menjadi sempurna.  

3.  Untuk membuktikan kasih mereka kepada-Nya dengan mema-

tuhi perintah-Nya: “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu 

akan tinggal di dalam kasih-Ku (ay. 10). Mematuhi perintah-Ku 

akan menjadi bukti kesetiaan dan keteguhan kasihmu kepada-

Ku, dan sesudah  itu barulah kamu bisa merasa yakin mengenai 

keberlangsungan kasih-Ku kepadamu.”  

Perhatikanlah di sini: 

(1)  Janji bahwa “Kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku seperti 

di sebuah tempat kediaman. Kamu akan merasa betah di 

dalam kasih Kristus seperti berada di rumah sendiri. Mera-

sa nyaman di dalam kasih Kristus seperti ada di suatu 


tempat peristirahatan. Aman di dalamnya seperti dalam se-

buah benteng. Kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, kamu 

akan memiliki kasih karunia dan ketekunan untuk terus 

setia mengasihi Aku.” Jika tangan yang sama yang per-

tama-tama mencurahkan kasih Kristus di dalam hati kita 

tidak menjaga kita untuk tetap di dalam kasih itu, maka 

kita tidak akan lama tinggal di dalamnya. Malah, kasih kita 

kepada Kristus akan memudar, tergantikan oleh kasih 

kepada dunia ini. 

(2) Syarat dari janji itu: Jikalau kamu menuruti perintah-Ku. 

Murid-murid Kristus wajib menuruti perintah Kristus, bu-

kan saja dengan mematuhi perintah ini , melainkan 

juga dengan menyebarkan perintah ini  kepada orang 

lain dengan setia. Mereka harus memelihara perintah Kris-

tus sebagaimana yang semestinya dilakukan orang-orang 

kepercayaan, yang ke dalam tangannya dipercayakan depo-

situm atau simpanan berharga, sebab mereka harus meng-

ajarkan segala sesuatu yang telah Kristus perintahkan (Mat. 

28:20). Perintah ini harus mereka turuti dengan tidak ber-

cacat (1Tim. 6:14), sehingga sebab  itulah mereka harus 

berusaha untuk tinggal tetap di dalam kasih-Nya.   

Untuk menyemangati mereka supaya menuruti perin-

tah-Nya, Dia menegaskan mengenai:  

[1] Teladan-Nya sendiri: Seperti Aku menuruti perintah 

Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Kristus tun-

duk kepada hukum pengantaraan, dan dengan begitu 

Dia mempertahankan kehormatan dan penghiburan 

yang diperoleh-Nya dari ketaatan-Nya itu. Dengan cara 

ini Dia mengajari kita supaya tunduk kepada hukum-

hukum Sang Pengantara itu sendiri, sebab jika tidak 

begitu, kita tidak dapat mempertahankan kehormatan 

dan penghiburan yang kita peroleh melalui hubungan 

kita dengan-Nya.  

[2] Perlunya kepatuhan itu demi berkat yang akan mereka 

dapat di dalam diri-Nya (ay. 14): “Kamu yaitu  sahabat-

Ku jikalau kamu menuruti segala perintah-Ku, dan bu-

kannya sebaliknya.”  


Perhatikanlah:  

Pertama, hanya yang membuktikan diri sebagai pela-

yan Kristus yang taat saja yang akan dianggap-Nya 

sebagai sahabat setia-Nya. Siapa yang tidak bersedia 

diperintah oleh Dia akan diperlakukan sebagai musuh-

musuh-Nya. Idem velle et idem nolle ea demum vera est 

amicitia – Persahabatan melibatkan persekutuan yang 

penuh tenggang rasa dan kelekatan – Sallust.  

Kedua, satu-satunya ketaatan yang diterima yaitu  

ketaatan menyeluruh kepada Kristus, yaitu mematuhi-

Nya dalam segala hal yang Ia perintahkan kepada kita, 

tanpa kecuali, apalagi menentang suatu perintah 

tertentu.  

IV. Mengenai kasih para murid satu sama lain, yang harus mereka 

tunjukkan sebagai bukti kasih mereka terhadap Kristus dan rasa 

syukur mereka atas kasih-Nya terhadap mereka. Kita harus me-

nuruti perintah-Nya, dan inilah perintah-Nya, yaitu supaya kita 

saling mengasihi (ay. 12), dan diulangi sekali lagi dalam ay. 17. 

Tidak ada lagi kewajiban agama yang lebih sering diajarkan terus-

menerus dan lebih tegas ditekankan kepada kita oleh Tuhan 

Yesus kita selain kewajiban untuk saling mengasihi. Dan hal ter-

sebut memiliki alasan yang kuat, sebab :  

1.  Di sini, kewajiban itu dianjurkan melalui teladan Kristus (ay. 

12): seperti Aku telah mengasihi kamu. Kasih Kristus kepada 

kita harus mengarahkan dan membuat kita saling mengasihi. 

Dengan cara dan alasan inilah kita harus saling mengasihi, 

yaitu seperti Kristus dan juga sebab  Kristus telah mengasihi 

kita. Di sini Dia mencontohkan beberapa ungkapan kasih-Nya 

kepada mereka. Dia memanggil mereka sahabat, menyampai-

kan pikiran-Nya kepada mereka, dan siap mengabulkan apa 

pun yang mereka minta. Pergilah dan berbuatlah sama seperti 

itu. 

2. Kewajiban itu merupakan perintah-Nya. Dia memakai wewe-

nang-Nya dan menjadikan kewajiban itu sebagai salah satu 

peraturan hukum dalam kerajaan-Nya. Perhatikanlah betapa 

berbedanya hal itu diungkapkan dalam dua ayat berikut, dan 

keduanya begitu tegas.  

(1)  Inilah perintah-Ku (ay. 12), seakan-akan perintah itu yang 

terpenting dari semua perintah-perintah-Nya yang lain. Se-

perti halnya dalam hukum Taurat, larangan untuk melaku-

kan penyembahan berhala lebih ditekankan daripada la-

rangan-larangan lainnya sebab  umat tampak jelas sangat 

terikat kepada dosa ini , begitu pula Kristus, sebab  

menyadari gereja Kristen sangat terikat pada dosa permu-

suhan, sangat menegaskan perintah untuk saling menga-

sihi itu.  

(2)  Inilah perintah-Ku kepadamu (ay. 17). Dia berbicara seolah-

olah Ia hendak memberi mereka banyak tugas, namun  nya-

tanya Ia hanya menyebutkan satu ini saja, yaitu supaya 

kamu saling mengasihi. Tidak hanya sebab  perintah itu 

mengandung banyak kewajiban di dalamnya, namun  juga 

sebab  perintah itu akan memberi pengaruh baik terhadap 

semua kewajiban lainnya.  

Pemberitahuan mengenai Kebencian dan Penganiayaan 

(15:18-25) 

18 “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu 

membenci Aku dari pada kamu. 19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah du-

nia mengasihi kamu sebagai miliknya. namun  sebab  kamu bukan dari dunia, 

melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci 

kamu. 20 Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba 

tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya 

Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti 

firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. 21 namun  semuanya itu 

akan mereka lakukan terhadap kamu sebab  nama-Ku, sebab mereka tidak 

mengenal Dia, yang telah mengutus Aku. 22 Sekiranya Aku tidak datang dan 

tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. namun  seka-

rang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka! 23 Barangsiapa mem-

benci Aku, ia membenci juga Bapa-Ku. 24 Sekiranya Aku tidak melakukan 

pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan 

orang lain, mereka tentu tidak berdosa. namun  sekarang walaupun mereka 

telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun 

Bapa-Ku. 25 namun  firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus 

digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan.” 

Di sini Kristus berbicara tentang kebencian, yang merupakan ciri dan 

sifat khas kerajaan Iblis, seperti juga kasih merupakan ciri dan sifat 

khas kerajaan Kristus.  

Perhatikanlah di sini:  

I.  Siapa saja yang memiliki kebencian itu di dalam dirinya – dunia, 

anak-anak dunia ini, yang berbeda dari anak-anak Allah. Mereka 

ini yaitu  orang-orang yang mementingkan ilah dunia ini. Mereka 

mengenakan citra atau gambarannya serta tunduk kepada kuasa-

nya. Mereka ini yaitu  semua orang, tidak peduli Yahudi ataupun 

bukan Yahudi, yang tidak mau datang ke dalam gereja Kristus 

yang dengan jelas telah memanggil dan memisahkan mereka dari 

dunia yang jahat ini. Sebutan dunia bagi mereka ini mengartikan 

mengenai: 

1.  Jumlah mereka. Ada sebuah dunia manusia yang menentang 

Kristus dan Kekristenan. Tuhan, betapa bertambahnya jumlah 

orang yang melawan Anak Daud! Saya khawatir, jika kita ha-

rus melakukan pemungutan suara bagi Kristus dan Iblis, Iblis 

akan mengalahkan kita dengan telak.  

2. Persekongkolan dan persatuan mereka. Orang banyak ini ber-

gabung menjadi satu hati (Mzm. 83:6). Orang Yahudi dan bu-

kan Yahudi yang biasanya berselisih paham dalam segala hal, 

justru bersepakat untuk menganiaya hamba Kristus. 

3.  Sifat dan tabiat mereka. Mereka yaitu  orang-orang dunia ini 

(Mzm. 17:13-14), yang mengabdi sepenuhnya kepada dunia ini 

dan segala isinya, dan tidak pernah memikirkan dunia lain. 

Umat Allah harus mengasihi dan berbuat baik kepada semua 

orang, sebab , meskipun diajarkan untuk membenci dosa-

dosa para pendosa, mereka tidak boleh membenci orang yang 

berbuat dosa itu. Roh yang dengki, jahat dan bejat bukanlah 

Roh Kristus, melainkan roh dunia ini.  

II.  Siapa yang menjadi sasaran kebencian mereka, yaitu murid-mu-

rid Kristus, Kristus sendiri, dan Bapa.  

1.  Dunia membenci murid-murid Kristus: Dunia membenci kamu 

(ay. 19). Kristus berbicara mengenai hal ini seolah-olah murid-

murid itu harus mengharapkan hal itu terjadi dan bersiap se-

dia untuk menghadapinya (ay. 18, juga 1Yoh. 3:13).  

(1)  Perhatikanlah bagaimana sampai hal itu dikatakan di sini. 

[1] Sebelumnya Kristus mengungkapkan kebaikan besar 

yang Ia sediakan bagi mereka sebagai sahabat-sahabat-

Nya. Akan namun , supaya mereka tidak meninggikan diri 

sebab  itu, mereka pun diberi suatu duri dalam daging, 

seperti yang terjadi dengan Paulus, yaitu, sebagaimana 

dijelaskan di sini, berupa penganiayaan dan kesesakan 

oleh sebab  Kristus (2Kor. 12:7, 10). 

[2] Dia telah menetapkan tugas mereka, namun  memberita-

hukan juga kesukaran apa yang harus dihadapi mere-

ka, supaya hal itu tidak akan mengejutkan mereka dan 

supaya mereka bisa mempersiapkan diri menghadapi-

nya. 

[3]  Dia telah menyuruh mereka untuk saling mengasihi dan 

memang perlu bagi mereka untuk saling mengasihi, se-

bab dunia akan membenci mereka. Mereka harus baik 

satu terhadap yang lain, sebab mereka akan diperlaku-

kan dengan jahat dan semena-mena oleh orang luar. 

“Berdamailah kamu satu dengan yang lainnya, dan hal 

itu akan membentengi kamu dari permusuhan dunia 

ini.” Orang-orang yang dikepung oleh musuh memang 

harus bersatu padu.  

(2)  Perhatikanlah apa yang dipaparkan di sini.  

[1] Permusuhan dunia melawan para pengikut Kristus: du-

nia membenci mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang 

diberkati Kristus justru dikutuk dunia. Kesayangan dan 

pewaris sorga tidak pernah dikasihi oleh dunia ini, se-

menjak terjadinya permusuhan turun termurun antara 

keturunan si wanita dengan si ular. Apa yang membuat 

Kain membenci Habel, selain sebab  pekerjaannya yang 

benar? Esau membenci Yakub sebab  masalah berkat. 

Saudara-saudara Yusuf membencinya sebab  ayahnya 

mengasihi dia. Saul membenci Daud sebab  Tuhan me-

nyertainya. Ahab membenci Mikha sebab  nubuatan-

nubuatannya. Begitulah penyebab-penyebab yang tidak 

masuk akal dari kebencian dunia ini.  

[2]  Akibat dari permusuhan itu. Dua di antaranya dapat 

kita jumpai di sini (ay. 20).  

Pertama, mereka akan menganiaya kamu sebab  

mereka membenci kamu, sebab kebencian yaitu  has-

rat yang menggelora. Memang setiap orang yang mau 

hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita 

aniaya (2Tim. 3:12). Kristus sudah mengetahui perlaku-

an kejam yang akan diterima utusan-utusan-Nya di 

dunia ini, namun  Ia tetap saja mengutus mereka seperti 

domba ke tengah kawanan serigala, demi segelintir 

orang yang telah dipanggil keluar dari dunia ini melalui 

pelayanan mereka.  

Kedua, hasil lain dari permusuhan itu tersirat di 

sini, yaitu bahwa dunia akan menolak ajaran-ajaran 

mereka. Saat Kristus berkata, Jika mereka telah menu-

ruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perintahmu, 

yang Ia maksudkan yaitu , mereka akan memperhati-

kan dan melakukan perintahmu sama halnya dengan 

bagaimana mereka telah memperhatikan dan melaku-

kan firman-Ku. Perhatikan, bagi para pengabar Injil, 

penghinaan terhadap pesan yang mereka sampaikan 

benar-benar sungguh menyakitkan hati, seperti batu 

sandungan yang dialami Yeremia saat ada yang berkata, 

jangan memperhatikan setiap perkataannya (Yer. 18:18). 

[3]  Penyebab permusuhan ini . Dunia akan membenci 

mereka,  

Pertama, sebab  mereka bukan milik dunia (ay. 19): 

“Sekiranya kamu dari dunia, dari rohnya dan dari ke-

pentingannya, jika kamu bersifat daging dan duniawi, 

tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Akan 

namun , sebab  kamu dipanggil keluar dari sana, dunia 

pun membenci kamu dan akan terus membenci kamu 

selamanya.”  

Perhatikanlah: 

1. Kita tidak usah heran jika orang-orang yang meng-

abdi kepada dunia akan disayang oleh dunia sebagai 

sahabat-sahabatnya. Kebanyakan orang memuji 

orang-orang kikir (Mzm. 10:3, TL; 49:19). 

2.  Kita juga tidak usah heran jika orang-orang yang te-

lah diselamatkan dari dunia kemudian dikecam oleh 

dunia sebagai musuh-musuh-Nya. Sewaktu bangsa 

Israel diselamatkan dari Mesir, orang-orang Mesir itu 

mengejar mereka. Perhatikanlah, alasan mengapa 

para murid Kristus bukan dari dunia ini yaitu  bu-

kan sebab  mereka telah memisahkan diri dari du-

nia melalui kebaikan dan hikmat mereka sendiri, 

namun  sebab  Kristus telah memilih mereka untuk 

keluar dari sana, memisahkan mereka untuk diri-

Nya sendiri. Dan itulah alasan mengapa dunia mem-

benci mereka, sebab:  

(1) Kemuliaan yang akan diperoleh mereka sebab  

dipilih oleh Kristus itu menempatkan mereka di 

atas dunia ini. Sebab itulah dunia pun mendeng-

ki mereka. Orang-orang kudus akan menghakimi 

dunia ini, dan orang-orang benar akan berkuasa. 

sebab  itulah mereka dibenci. 

(2) Kasih karunia yang mereka peroleh sebab  dipilih 

oleh Kristus itu menempatkan mereka di kubu 

yang berlawanan dengan dunia. Mereka berenang 

melawan arus dunia ini dan tidak bersesuaian 

dengannya. Mereka bersaksi melawannya dan 

tidak menurutinya. Inilah yang membuat mereka 

tetap bertahan di bawah semua bencana yang 

ditimpakan dunia terhadap mereka, yaitu bahwa 

mereka dibenci oleh sebab  mereka yaitu  umat 

pilihan dan dipilih oleh Tuhan Yesus, dan bukan 

dari dunia ini.  

Nah: 

[1] Alasan dunia membenci mereka itu tidaklah 

adil. Jika kita melakukan sesuatu yang mem-

buat kita sendiri dibenci, maka pantaslah itu 

bagi kita. Akan namun , jika orang membenci 

kita oleh sebab  suatu hal yang seharusnya 

membuat mereka mencintai dan menghargai 

kita, maka kita punya alasan untuk merasa 

kasihan kepada mereka, namun  kita tidak per-

lu merisaukan diri sendiri sebab  itu. Malah-

an, 

[2] Hal itu layak membuat kita bersukacita. 

Orang yang dibenci sebab  dia kaya dan mak-

mur tidak akan peduli dengan siapa yang me-

rasa terganggu sebab  keadaannya itu, sela-

ma dia merasa senang-senang saja dengan 

keadaannya itu.  

– Populus me sibilat, at mihi plaudo Ipse domi –  

– Biar saja mereka merutuk, serunya, aku toh 

merasa diberkati saja.  

(Shakespeare)    

Dan masih banyak lagi alasan untuk berta-

han bagi orang yang dibenci dunia namun  di-

kasihi Kristus.  

Kedua, “alasan lain mengapa dunia membenci kamu 

ialah sebab  kamu yaitu  milik Kristus (ay. 21): sebab  

nama-Ku.” Inilah inti dari perselisihan itu. Alasan apa 

pun yang dibuat-buat, inilah sumber dari perselisihan 

itu, dunia membenci murid-murid Kristus sebab  me-

reka membawa nama-Nya, dan menjunjung nama-Nya di 

dunia ini.  

Perhatikanlah: 

1.  Membela nama Kristus yaitu  ciri khas murid-

murid Kristus. Nama yang dipakai untuk membaptis 

mereka itu ialah nama yang dengannya mereka hi-

dup dan mati.  

2. Sudah menjadi bagian yang biasa diterima oleh 

orang-orang yang muncul demi nama Kristus untuk 

menderita sebab nya, untuk menderita banyak hal 

dan kesukaran, semua hal-hal ini. Menderita demi 

nama Kristus merupakan penghiburan bagi orang-

orang yang paling menderita. Berbahagialah kamu, 

jika kamu dinista sebab  nama Kristus (1Ptr. 4:14), 

benar-benar membahagiakan, bukan saja sebab  ke-

hormatan yang ada  di dalam penderitaan-pen-

deritaan itu (Kis. 5:41), namun  juga penghiburan yang 

menyertainya, dan terutama mahkota kemuliaan 

yang akan diperoleh melalui penderitaan itu. Jika 

kita menderita bersama Kristus dan demi Kristus, 

kita akan memerintah bersama-sama dengan Dia.  

Ketiga, ketidaktahuan dunialah yang sebenarnya 

menjadi pemicu utama permusuhan mereka terhadap 

murid-murid Kristus (ay. 21): Sebab mereka tidak me-

ngenal Dia, yang telah mengutus Aku.  

1.  Mereka tidak mengenal Allah. Jika saja manusia me-

ngenal prinsip-prinsip utama dari agama atau keper-

cayaan alamiah dan mengenal Allah, mereka tidak 

akan membenci dan menganiaya orang Kristen, mes-

kipun mereka tidak memeluk keyakinan Kristen. 

Orang yang tidak memiliki pengetahuanlah yang me-

makan habis umat Allah (Mzm. 14:4). 

2. Mereka tidak mengenal Allah sebagai pihak yang 

mengutus Tuhan Yesus kita dan yang memberi  

wewenang kepada-Nya untuk menjadi Sang Pengan-

tara damai yang agung. Kita tidak mengenal Allah 

secara benar jika kita tidak mengenal-Nya dalam 

Kristus, dan orang-orang yang menganiaya utusan-

Nya jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka tidak 

mengetahui bahwa Kristus diutus oleh Allah (1Kor. 

2:8). 

2.  Dunia membenci Kristus sendiri. Hal ini dibicarakan di sini de-

ngan dua maksud: 

(1) Untuk memperlunak kesukaran yang ditanggung para 

pengikut-Nya, yang ditimbulkan oleh kebencian dunia ini, 

dan supaya hal itu tidak terlalu mengherankan dan menye-

dihkan mereka (ay. 18): Ingatlah bahwa dia telah lebih da-

hulu membenci Aku dari pada kamu, prōton hymōn. Kita 

memahaminya sebagai kejadian yang telah terjadi lebih 

dahulu. Dia mulai meminum cawan pahit penderitaan, dan 

kemudian membiarkan kita untuk turut mengecapnya 

juga. Akan namun , hal itu juga bisa diartikan sebagai peng-

ungkapan kedudukan-Nya di atas mereka: “Ingatlah bahwa 

dia membenci Aku, kepala dan kaptenmu, pemimpin dan 

komandanmu.” 

[1] Jika Kristus saja dibenci, padahal Ia unggul dalam me-

lakukan kebaikan, tidak bercela dan begitu murah hati 

terhadap semua orang, layakkah kita berharap untuk 

terhindar dari kedengkian sebab  kita sudah melaku-

kan kebaikan? 

[2]  Jika Guru kita, pendiri agama kita itu, telah menemui 

banyak perlawanan sewaktu menanamkan agama-Nya 

itu, maka para hamba dan pengikut-Nya pasti akan 

menghadapi hal yang sama saat menyebarluaskan dan 

menjalankan agama mereka itu. sebab  itulah Dia 

mengingatkan mereka (ay. 20) kepada perkataan-Nya 

sendiri sewaktu mereka mulai menjadi murid-Nya: 

Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu. Sangat-

lah membantu untuk memahami perkataan-perkataan 

Kristus bila kita membandingkan apa yang dikatakan-

Nya kemudian dengan yang dikatakan-Nya sebelumnya. 

Selain itu, kita juga akan lebih mendapat manfaat dari 

firman-Nya bila kita terus mengingat perkataan-perka-

taan-Nya, sebab  dengan mengingat kita melihat peme-

liharaan-Nya. Nah, dalam ayat yang kita bahas ini 

ada , Pertama, kebenaran yang begitu jelas: Seorang 

hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Hal ini 

telah dikatakan-Nya sebelumnya (Mat.10:24). Kristus 

yaitu  Tuhan kita, dan sebab  itulah kita harus tekun 

memperhatikan perilaku-Nya dan selalu sabar menuruti 

kehendak-Nya, sebab seorang hamba lebih rendah dari-

pada tuannya. Kebenaran yang paling jelas terkadang 

merupakan alasan paling kuat mengapa kewajiban-ke-

wajiban yang paling sulit harus dilaksanakan. Elihu 

menyanggah keluhan Ayub yang bertubi-tubi dengan 

kebenaran yang terbukti dengan sendirinya ini, yaitu 

bahwa Allah itu lebih dari pada manusia (Ayb. 33:12). 

Lalu, hal yang kedua yaitu  kesimpulan yang dapat di-

tarik darinya: “Jikalau mereka telah menganiaya banyak 

orang, seperti yang telah kamu lihat dan yang akan 

kamu saksikan lebih banyak lagi nanti, mereka juga 

akan menganiaya kamu. sebab  itu, kamu harus me-

nantikan itu terjadi dan bersiap menghadapinya, sebab: 

1.  “Kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang 

Kulakukan, yaitu membangkitkan kemarahan mere-

ka. Kamu akan menegur mereka sebab  dosa-dosa 

mereka dan menyuruh mereka bertobat, serta mene-

tapkan peraturan-peraturan ketat untuk hidup ku-

dus, dan mereka tidak akan tahan dengan semua-

nya ini.”  

2.  “Kamu tidak akan sanggup berbuat lebih daripada 

yang telah Aku lakukan untuk membuat mereka 

taat. sesudah  melihat begitu banyak contoh, jangan-

lah ada seorang pun yang heran bila mereka mende-

rita oleh sebab  telah berbuat kebaikan.” Dia me-

nambahkan, “Jikalau mereka telah menuruti firman-

Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Seba-

gaimana ada segelintir orang, hanya sedikit orang 

saja, yang hatinya diubahkan oleh pengajaran-Ku, 

begitu pula hanya ada segelintir, sedikit saja, yang 

hatinya akan diubahkan oleh pengajaranmu.” Bebe-

rapa orang menafsirkannya dengan arti lain, dengan 

mengartikan etērēsan sebagai parētērēsan. “Jika me-

reka telah menanti-nantikan perkataan-Ku dengan 

maksud untuk menjebak Aku, mereka juga akan 

mencari-cari kesempatan untuk menjebakmu mela-

lui perkataanmu sendiri.”   

(2) Untuk menekankan besarnya kejahatan dunia yang tidak 

mau percaya ini, dan untuk membongkar dosa-dosanya 

yang begitu berat. Membenci dan menganiaya para rasul 

sudah merupakan tindakan yang begitu jahat, apalagi 

membenci dan menganiaya Kristus melalui mereka. Pada 

umumnya dunia ini memiliki nama buruk di dalam Kitab 

Suci, dan tidak ada yang lebih buruk lagi selain menyebut-

nya sebagai pihak yang membenci Yesus Kristus. Ada 

sejumlah besar orang yang yaitu  pembenci Kristus. Ada 

dua hal yang Ia tekankan untuk memperlihatkan bahwa 

kejahatan orang-orang yang membenci-Nya itu sungguh 

teramat besar, yaitu: 

[1] Bahwa ada alasan yang sangat masuk akal bagi mereka 

untuk mengasihi-Nya. Perkataan dan perbuatan baik 

seseorang biasanya mendatangkan nama baik bagi 

orang ini .  

Nah, mengenai Kristus:  

Pertama, firman-Nya yaitu  perkataan yang layak 

membuat mereka mengasihi Dia (ay. 22): “Sekiranya 

Aku tidak berkata-kata kepada mereka, untuk menarik 

kasih mereka, mereka tentu tidak berdosa, sebab penen-

tangan mereka itu tidak akan dianggap sebagai kebenci-

an terhadap-Ku, dan dosa mereka bisa dikatakan tidak 

ada. namun  sebab  kini Aku telah banyak berkata-kata 

kepada mereka untuk membuat mereka menyayangi 

Aku, maka mereka tidak bisa berpura-pura lagi, tidak 

bisa berdalih lagi untuk dosa mereka.” Perhatikanlah di 

sini:  

1. Keuntungan yang dimiliki oleh orang-orang yang 

menikmati Injil. Di dalam Injil itulah Kristus datang 

dan berbicara kepada mereka. Secara pribadi Dia 

berbicara langsung kepada orang-orang dari angkat-

an ini , dan masih terus berbicara kepada kita 

melalui Alkitab dan para hamba-Nya, sebagai pribadi 

yang tidak perlu diragukan lagi memiliki wewenang 

atas kita dan mengasihi kita. Setiap perkataan-Nya 

murni dan mengandung keagungan yang memerin-

tahkan orang untuk berbuat, namun juga lembut 

dan rendah hati, sehingga pastilah orang yang paling 

keras hati sekalipun akan terpesona dibuatnya. 

2. Dalih yang dipunyai orang-orang yang tidak menik-

mati Injil: “Sekiranya Aku tidak berkata-kata kepada 

mereka, jika mereka tidak pernah mendengar ten-

tang Kristus dan keselamatan melalui diri-Nya, me-

reka tentu tidak berdosa.” 

(1) Bukan dosa yang semacam ini. Mereka tidak 

akan dituduh telah menghina Kristus jika saja Ia 

tidak datang dan menawarkan kasih karunia-Nya 

yang lembut kepada mereka. Sebagaimana dosa 

itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum 

Taurat, begitu pula ketidakpercayaan tidak diper-

hitungkan kalau tidak ada Injil. Dan, sejauh 

satu-satunya yang diperhitungkan hanyalah dosa 

terkutuk, yaitu dosa yang melawan penawar dosa 

itu sendiri, dosa yang lain tidak akan mencelaka-

kan jika kesalahannya tidak terkait dengan dosa 

yang terkutuk tadi. 

(2) Bukan dosa dalam tingkatan seperti ini. Sekira-

nya mereka tidak memiliki Injil di antara mereka, 

dosa-dosa mereka yang lain tidaklah terlalu pa-

rah, sebab Allah tidak memandang lagi zaman ke-

bodohan (Luk. 12:47-48).  

3.  Jadi, kesalahan besar itu harus ditanggung oleh 

orang-orang yang kepada mereka Kristus telah da-

tang dan berbicara dengan sia-sia. Orang-orang ini 

telah Ia panggil dan undang dengan sia-sia saja. Ia 

mengemukakan berbagai alasan dan berseru kepada 

mereka, namun  sia-sia. Mereka tidak mempunyai da-

lih bagi dosa mereka. Mereka sama sekali tidak da-

pat dimaafkan, dan pada waktu penghakiman nanti 

mereka hanya bisa diam seribu bahasa, tanpa ada 

sepatah kata pun untuk membela diri. Perhatikan-

lah, semakin jelas dan penuh pewahyuan mengenai 

anugerah dan kebenaran Kristus diungkapkan ke-

pada kita, semakin banyak hal yang meyakinkan 

dan mengagumkan dikatakan kepada kita, semakin 

besar pula dosa kita jika kita tidak mengasihi dan 

percaya kepada-Nya. Firman Kristus melucuti dosa 

dari jubahnya, supaya tampak jelas bahwa itu dosa.  

Kedua, sama seperti perkataan-Nya, pekerjaan-Nya 

juga layak membuat Dia dikasihi (ay. 24): “Sekiranya 

Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mere-

ka, di negeri mereka, dan di depan mata kepala mereka 

sendiri, pekerjaan seperti yang tidak pernah dilakukan 

orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Jika saja begitu, 

mereka masih memiliki dalih bagi ketidakpercayaan dan 

permusuhan mereka, dan mereka mungkin bisa menu-

tup-nutupinya dengan mengatakan bahwa perkataan-

Ku tidak layak dipercaya, jika saja semua perkataan-Ku 

itu tidak dapat dibuktikan;” namun  Dia menunjukkan 

bukti-bukti yang kuat mengenai tugas ilahi-Nya, yaitu 

melalui pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dilaku-

kan orang lain.  

Perhatikan: 

1. Sebagaimana Sang Pencipta mempertunjukkan kua-

sa dan ke-Allah-an-Nya melalui karya-Nya (Rm. 

1:20), begitu pun Sang Penebus. Mujizat-mujizat-

Nya, perbuatan belas kasih-Nya, pekerjaan ajaib-Nya 

dan pekerjaan anugerah-Nya membuktikan bahwa 

Dia diutus oleh Allah, dan diutus untuk melakukan 

pekerjaan baik. 

2. Pekerjaan-pekerjaan Kristus tidak seperti yang per-

nah dilakukan orang lain. Orang biasa yang tidak 

memiliki amanat dari sorga dan tidak disertai Allah, 

tidak akan dapat membuat mujizat-mujizat (3:2). 

Selain itu, tidak ada seorang nabi pun yang pernah 

mengadakan mujizat-mujizat yang seperti itu, begitu 

banyak dan begitu hebat. Musa dan Elia mengada-

kan mujizat-mujizat sebagai hamba, melalui kuasa 

yang diturunkan kepada mereka. Akan namun , Kris-

tus melakukannya sebagai seorang Anak, melalui 

kuasa-Nya sendiri. Inilah yang membuat orang tak-

jub, bahwa dengan penuh kuasa Ia memerintah se-

gala penyakit dan roh-roh jahat (Mrk. 1:27). Mereka 

mengakui bahwa mereka tidak pernah melihat yang 

seperti itu (Mrk. 2:12). Semua pekerjaan Kristus 

yaitu  pekerjaan baik, pekerjaan yang penuh belas 

kasihan. Inilah yang terutama dimaksudkan di sini, 

sebab sebab  hal inilah Ia mencela mereka, yaitu 

bahwa mereka membenci Dia. Seorang yang begitu 

berguna bagi  siapa saja, lebih daripada manusia 

lain yang pernah ada, sehingga orang pasti berpikir 

bahwa semua orang akan mengasihi-Nya. Namun 

kenyataannya, Dia malah dibenci. 

3. Pekerjaan-pekerjaan Kristus menambah kesalahan 

ketidakpercayaan dan permusuhan para pendosa 

terhadap Dia sampai ke tingkat kejahatan tertinggi 

yang tidak terbayangkan lagi. Andai saja mereka ha-

nya mendengar perkataan-Nya namun  tidak melihat 

pekerjaan-Nya, – jika saja kita hanya memiliki catat-

an khotbah-Nya, ketidakpercayaan kita masih dapat 

dianggap sebagai akibat dari kurangnya bukti. Akan 

namun , sekarang tidak ada alasan yang demikian. 

Bahkan, penolakan Kristus, baik oleh mereka atau-

pun oleh kita, bukan hanya mengandung dosa keti-

dakpercayaan yang degil, namun  juga sikap yang 

tidak tahu berterima kasih sama sekali. Mereka me-

lihat Kristus sangat baik dan senang berbuat keba-

jikan bagi mereka, namun  mereka malah membenci-

Nya dan berusaha untuk mencelakai-Nya. Di dalam 

firman-Nya kita juga dapat melihat kasih besar yang 

ditujukan-Nya bagi kita, namun  masih juga kita tidak 

tergugah oleh kasih-Nya itu. 

[2]  Bahwa tidak ada alasan sama sekali mengapa mereka 

harus membenci-Nya. Orang lain pada satu saat menga-

takan dan melakukan hal-hal terpuji, namun  di saat lain 

mengatakan dan melakukan hal-hal lain yang menjeng-

kelkan dan tidak disenangi, namun  Tuhan Yesus kita 

hanya melakukan hal-hal yang patut membuat manusia 

menghargai dan memuji-Nya, dan tidak pernah melaku-

kan hal-hal yang patut membuat mereka berang. Dan 

hal ini dinyatakan-Nya secara tegas dengan mengutip 

sebuah ayat Kitab Suci (ay. 25): “namun  firman yang ada 

tertulis dalam Kitab Taurat mereka (yaitu yang ada 

dalam Perjanjian Lama, yang yaitu  sebuah hukum, 

dan yang diterima mereka sebagai suatu hukum) harus 

digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan,  kebenci-

an yang tidak berdasar terhadap Aku dan terhadap mu-

rid-murid-Ku sebab  Aku. Daud juga mengatakan hal 

yang serupa mengenai dirinya sebagai perlambang Kris-

tus (Mzm. 35:19; 69:5).  

Perhatikanlah: 

Pertama, orang-orang yang membenci Kristus mem-

benci-Nya tanpa alasan yang jelas. Permusuhan terha-

dap Kristus merupakan permusuhan yang tidak berda-

sar. Kita tentu berpikir bahwa orang-orang yang tinggi 

hati dan rewel saja yang selayaknya dibenci, namun  

Kristus itu rendah hati dan lemah lembut, penuh belas 

kasihan dan baik hati. Bagi kita, yang sepatutnya di-

benci itu pastilah orang-orang yang suka menjilat, yang 

jahat, pendengki, dan suka membalas dendam, namun  

Kristus itu malah membaktikan diri-Nya untuk mela-

yani mereka yang justru memanfaatkan-Nya, bahkan 

yang melecehkan Dia. Dia bersusah payah demi meri-

ngankan beban orang lain, dan rela menjadi miskin su-

paya kita menjadi kaya. Bagi kita, yang layak dibenci 

yaitu  orang-orang yang mendatangkan kerugian bagi 

penguasa dan negeri,  dan yang mengganggu keamanan 

masyarakat. Namun, Kristus itu sebaliknya, Dia yaitu  

berkat terbesar yang tidak terbayangkan bagi negeri-

Nya, namun  Ia tetap saja dibenci. Memang benar bahwa 

Dia pernah membuktikan bahwa perbuatan-perbuatan 

mereka jahat, tapi itu dengan maksud untuk membuat 

mereka menjadi baik. Akan namun , membenci-Nya kare-

na tindakan-Nya ini sama saja dengan membenci-Nya 

tanpa alasan.  

Kedua, dengan demikian digenapilah Kitab Suci, dan 

apa yang diperlambangkan itu menjawab sudah apa 

yang melambangkannya sebelumnya. Saul dan antek-

anteknya membenci Daud tanpa alasan, padahal Daud 

justru telah melayani dia dengan harpa dan pedangnya. 

Absalom dan kawanannya membencinya, padahal Daud 

yaitu  seorang ayah yang pengasih dan telah banyak 

berbuat baik bagi mereka. Begitu jugalah Anak Daud 

dibenci dan dikejar-kejar secara tidak adil. Orang-orang 

yang membenci Kristus tentu saja tidak berencana un-

tuk menggenapi Kitab Suci, namun  Allah-lah yang men-

jaga agar semua itu terjadi dengan membiarkan mereka 

berlaku seperti itu. Dan penggenapan Kitab Suci terse-

but sungguh meneguhkan iman kita terhadap Kristus 

sebagai Sang Mesias, bahkan hal mengenai peristiwa 

ini  yang berkenaaan dengan Dia sudah diberi-

tahukan terlebih dahulu, dan nubuat ini  pun 

digenapi di dalam Dia. Jadi kita pun tidak usah heran 

atau tidak habis pikir jika nubuat itu memiliki pengge-

napan lebih lanjut di dalam diri kita. Kita cenderung 

mengeluhkan bahwa kejahatan yang dilakukan terha-

dap diri kita itu t