Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 7


 kan menjadi bagianmu, melainkan salah satu 

dari hal-hal yang dinyatakan. Kamu tidak perlu naik ke sorga, 

atau turun ke jurang maut, sebab  firman itu dekat kepadamu (Rm. 

10:6-8), satu tingkatan denganmu.” 

Injil Yohanes 14:4-11 

 991 

2.  “Kamu benar-benar mengetahuinya. Kamu tahu mana rumahnya 

dan mana jalannya, walaupun mungkin tidak seperti rumah dan 

jalan. Kamu sudah diberi tahu mengenai semuanya itu, dan tidak 

bisa tidak pasti sudah tahu, kalau saja kamu mau mengingat dan 

merenungkannya.” Perhatikanlah, Yesus Kristus bersedia meng-

gunakan sebaik-baiknya pengetahuan yang telah dimiliki sese-

orang, meskipun orang ini  lemah dan kurang sempurna da-

lam pengetahuannya itu. Ia tahu yang baik yang ada dalam diri 

mereka, lebih tahu daripada mereka sendiri. Ia yakin mereka 

memiliki pengetahuan itu, juga iman dan kasih yang tidak mereka 

sadari atau yakini. 

Perkataan Kristus ini memberi  kesempatan kepada dua murid-

Nya untuk berbicara kepada-Nya, dan Ia menjawab keduanya. 

I.   Tomas menanyakan perihal jalan itu (ay. 5), tanpa meminta maaf 

sebab  sudah menentang Gurunya. 

1.  Katanya, “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, ke 

tempat atau daerah mana, jadi bagaimana kami tahu jalan 

mana untuk mengikuti-Mu? Kami tidak mampu menebaknya 

atau mencari jawabannya, dan kami masih belum mengerti.” 

Pernyataan Kristus perihal pengetahuan mereka, membuat 

mereka lebih menyadari ketidaktahuan mereka dan semakin 

ingin tahu sesudah  mendapat penerangan lebih lanjut. Di sini 

Tomas menunjukkan sikap lebih rendah hati dibandingkan 

dengan Petrus yang menyangka ia mampu mengikut Kristus 

sekarang juga. Petrus lebih ingin tahu ke mana Kristus pergi. 

Sedangkan di sini, Tomas yang meskipun mengeluh bahwa ia 

tidak tahu apa pun mengenai hal ini, sepertinya lebih ingin 

tahu tentang jalannya.   

Sekarang:  

(1) Pengakuannya akan ketidaktahuannya itu cukup terpuji. 

Bilamana orang baik berada dalam kegelapan dan hanya 

tahu sebagian saja, mereka bersedia mengakui kekurangan 

mereka sendiri. Namun, 

(2) Alasan ketidaktahuannya itu patut dicela. Mereka tidak 

tahu ke mana Kristus akan pergi sebab  mereka memimpi-

kan kerajaan duniawi dalam kemegahan dan kuasa lahi-

riahnya. Mereka sangat mendambakannya, meskipun su-

dah berkali-kali Ia mengatakan sebaliknya. Itulah sebabnya 

saat  Kristus berbicara tentang kepergian-Nya dan bahwa 

mereka harus mengikut Dia, mereka membayangkan bah-

wa Ia akan pergi ke kota yang terkenal seperti misalnya, 

Betlehem, Nazaret, Kapernaum, atau kota-kota orang bu-

kan-Yahudi. Mereka berpikir Ia seperti Daud yang pergi ke 

Hebron untuk diurapi sebagai raja, dan untuk memulihkan 

kerajaan bagi Israel. Mereka juga membayangkan di mana 

kerajaan itu akan didirikan, di mana istana-istananya akan 

dibangun. Mereka tidak dapat mengatakan apakah letak-

nya di sebelah timur, barat, utara, atau selatan, dan itulah 

sebabnya mereka tidak mengetahui jalannya. Kita pun ma-

sih sering berpikir bahwa kita tidak mengetahui apa pun, 

lebih daripada seharusnya, perihal keadaan gereja di masa 

mendatang, sebab kita mengharapkan kemakmuran dunia-

winya, padahal janji itu merujuk pada pencapaian rohani. 

Seandainya saja Tomas mengerti sebagaimana seharusnya, 

bahwa Kristus hendak pergi ke dunia yang tidak kasat-

mata, dunia roh yang hanya merujuk pada hal-hal rohani 

semata, ia tidak akan berkata, Tuhan, kami tidak tahu jalan 

ke situ. 

2. Atas keluhan sebab  ketidaktahuan ini, yang mengandung ke-

inginan untuk diajar, Kristus memberi  jawaban yang leng-

kap (ay. 6-7). Tomas telah menanyakan ke mana Ia hendak 

pergi, dan juga jalan menuju ke sana. Kristus menjawab kedua 

pertanyaan ini dan memanfaatkan apa yang telah dikatakan-

Nya pada waktu-waktu sebelumnya, bahwa mereka seha-

rusnya tidak memerlukan jawaban seandainya saja mereka 

mengerti dengan benar apa yang telah dikatakan-Nya selama 

ini, sebab mereka telah mengenal Dia, yang yaitu  jalan. Me-

reka mengenal Bapa, yang yaitu  ujung atau tujuan akhir dari 

jalan itu. Oleh sebab itu, ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan 

ke situ. Percayalah kepada Allah sebagai ujung jalan itu, dan 

kepada-Ku sebagai jalannya (ay. 1). Dengan cara inilah kamu 

benar-benar telah melakukan apa yang harus kamu perbuat.  

(1) Ia berbicara tentang diri sendiri sebagai jalan (ay. 6). Tidak 

tahukah kamu jalan ke situ? Akulah jalan, dan hanya Aku 

sendiri, sebab  tidak ada seorang pun yang datang kepada 

Bapa, kalau tidak melalui Aku. Di sini Kristus menyampai-

kan hal-hal besar mengenai diri-Nya, yang menunjukkan 

kepada kita:  

[1] Hakikat perantaraan-Nya: Dia yaitu  jalan dan kebe-

naran dan hidup. 

Pertama, marilah kita terlebih dahulu memikirkan 

hal-hal ini secara terpisah.  

1.  Kristus yaitu  jalan, yakni jalan raya yang disebut-

sebut oleh Yesaya (Yes. 35:8). Kristus yaitu  jalan 

itu sendiri, sebab  Ia telah masuk ke dalam tempat 

yang kudus dengan darah-Nya sendiri (Ibr. 9:12). Dia 

yaitu  jalan kita, sebab  kita masuk melalui Dia. 

Melalui pengajaran dan teladan-Nya, Ia mengajar 

kita perihal kewajiban-kewajiban kita. Melalui ke-

baikan dan perantaraan-Nya, Ia menghasilkan keba-

hagiaan kita. Dengan demikian, Dia yaitu  jalan. Di 

dalam Dia, Allah dan manusia bertemu dan diper-

satukan. Kita tidak mampu mencapai pohon kehi-

dupan melalui keadaan tanpa dosa, namun  Kristus 

merupakan jalan menuju ke situ. Melalui Kristus 

sebagai jalan, hubungan pun terjalin dan terpelihara 

di antara sorga dan bumi. Malaikat-malaikat Allah 

naik dan turun. Doa-doa kita sampai kepada Allah, 

dan berkat-berkat-Nya datang kepada kita melalui 

Kristus. Inilah jalan lama yang membawa kepada 

perhentian. Murid-murid mengikut Dia, dan Kristus 

mengatakan bahwa dengan demikian mereka telah 

mengikuti jalan itu, dan selama mereka tetap meng-

ikut Dia, mereka tidak akan pernah tersesat dari 

jalan itu.  

2.  Dia yaitu  kebenaran.  

(1) Sebagai kebenaran yang bertolak belakang de-

ngan gambaran dan bayang-bayang. Kristus ada-

lah hakikat dari semua gambaran dalam Perjan-

jian Lama. Oleh sebab itu gambaran-gambaran 

dalam Perjanjian Lama itu disebut gambaran 

saja dari yang sebenarnya (Ibr. 9:24). Kristus 


yaitu  roti yang benar (6:32), kemah sejati (Ibr. 

8:2).  

(2) Sebagai kebenaran yang bertolak belakang de-

ngan kepalsuan dan kekeliruan. Ajaran Kristus 

merupakan ajaran yang sejati. Bila kita mencari 

kebenaran, kita hanya perlu belajar tentang ke-

benaran seperti yang ada di dalam Yesus.  

(3) Sebagai kebenaran yang bertolak belakang de-

ngan pikiran yang keliru dan kebohongan. Dia 

bersikap tulus pada semua orang yang percaya 

kepada-Nya, setulus kebenaran itu sendiri (2Kor. 

1:20).   

3. Dia yaitu  hidup, sebab  kita dikatakan hidup bagi 

Allah bila kita hidup hanya di dalam dan melalui 

Yesus Kristus (Rm. 6:11). Kristus ada di dalam diri 

kita untuk jiwa kita, seperti halnya jiwa bagi tubuh 

kita. Kristus yaitu  kebangkitan dan hidup. 

Kedua, marilah kita memikirkan ketiga hal ini ber-

sama-sama dan mengaitkannya satu sama lain. Kristus 

yaitu  jalan dan kebenaran dan hidup.  

Artinya:  

1.  Dia yaitu  awal, pertengahan, dan akhir. Di dalam 

Dia kita harus berangkat, melanjutkan perjalanan, 

dan menyelesaikannya. Sebagai kebenaran, Dia ada-

lah penuntun jalan kita. Sebagai hidup, Dia yaitu  

akhir atau ujung jalan itu.  

2. Dia yaitu  jalan yang baru dan yang hidup (Ibr. 

10:20). Di dalam jalan itu ada  kebenaran dan 

hidup, begitu pula di akhir jalan itu.  

3.  Dia yaitu  jalan yang benar menuju kehidupan, 

satu-satunya jalan yang benar. Jalan-jalan yang lain 

mungkin saja tampak benar, namun  ujungnya yaitu  

jalan kematian. 

[2] Perlunya Kristus sebagai Pengantara: Tidak ada seorang 

pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 

Manusia yang telah jatuh harus datang kepada Allah 

sebagai Hakim, namun  tidak dapat datang kepada-Nya 

sebagai Bapa, kecuali melalui Kristus sebagai Pengan-

tara. Kita tidak dapat memenuhi kewajiban datang ke-

pada Allah melalui pertobatan dan tindakan ibadah tan-

pa Roh dan anugerah Kristus. Kita juga tidak dapat 

memperoleh kebahagiaan datang kepada Allah sebagai 

Bapa kita tanpa kebaikan dan kebenaran-Nya. Dia ada-

lah Imam Besar yang kita akui, Pembela kita. 

(2) Ia berbicara mengenai Bapa-Nya sebagai ujung dari jalan 

itu (ay. 7): “Sekiranya kamu mengenal Aku dengan benar, 

pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini, melalui 

kemuliaan yang telah kamu lihat di dalam diri-Ku dan 

pengajaran yang telah kamu dengar dari Aku, kamu menge-

nal Dia dan kamu telah melihat Dia.”  

Di sini ada :  

[1] Teguran tersembunyi terhadap kebebalan dan kecero-

bohan mereka sebab  tidak mau mengenal karib Yesus 

Kristus, meskipun mereka senantiasa mengikuti dan 

menyertai-Nya: Sekiranya kamu mengenal Aku. Mereka 

memang kenal Dia, namun  tidak mengenal-Nya dengan 

sungguh seperti seharusnya. Mereka tahu bahwa Dia 

yaitu  Kristus, namun  tidak melanjutkan untuk menge-

nal Allah di dalam Dia. Kristus telah mengatakan kepa-

da orang-orang Yahudi (8:19), “Jikalau sekiranya kamu 

mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku,” dan di 

sini Ia juga mengatakan hal yang sama kepada murid-

murid-Nya. Sulit memang untuk mengatakan mana 

yang lebih aneh, kebodohan degil orang-orang yang me-

musuhi terang, atau kekurangan dan kesalahan anak-

anak terang yang mempunyai kesempatan yang begitu 

besar untuk mengenal. Seandainya mereka telah me-

ngenal Kristus dengan benar, mereka tentunya akan 

tahu bahwa kerajaan-Nya bersifat rohani dan bukan 

dari dunia ini, bahwa Dia telah turun dari sorga, dan 

oleh sebab itu harus kembali ke sorga. Bila ini yang di-

lakukan, mereka tentunya akan mengenal Bapa-Nya 

juga, serta tahu ke mana Ia hendak pergi saat berkata, 

Aku pergi kepada Bapa, kepada kemuliaan di dunia 

lain, bukan di dunia ini. Jika kita mengenal Kekristenan 

dengan lebih baik, kita tentunya akan mengenal agama 

alamiah dengan lebih baik pula.  

[2] Berita menyenangkan bahwa Ia merasa puas dengan 

kesungguhan hati mereka, meskipun mereka lemah da-

lam pengertian. “Selanjutnya, sesudah  Aku memberi  

petunjuk ini kepadamu, yang akan menjadi kunci bagi 

semua pengajaran yang telah Kuberikan kepadamu 

sampai saat ini, Aku hendak memberitahukan kepada-

mu, kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia, ka-

rena kamu telah mengenal Aku dan melihat Aku.” Da-

lam wajah Kristus kita dapat melihat kemuliaan Allah, 

seperti kita melihat bapa di dalam diri anaknya yang 

mirip dengannya. Kristus mengatakan kepada murid-

murid-Nya bahwa sebenarnya mereka tidak bodoh se-

perti kelihatannya. sebab , meskipun mereka anak ke-

cil, mereka telah mengenal Bapa (1Yoh. 2:13). Perhati-

kanlah, banyak dari antara murid-murid Kristus memi-

liki pengetahuan dan anugerah lebih daripada yang me-

reka perkirakan, dan Kristus memperhatikan hal ini 

serta merasa senang dengan kebaikan yang ada di da-

lam diri mereka meskipun mereka sendiri tidak menya-

darinya. sebab  orang-orang yang mengenal Allah tidak 

langsung saat itu juga menyadari bahwa mereka menge-

nal Dia (1Yoh. 2:3). 

II. Filipus bertanya perihal Bapa (ay. 8), dan Kristus menjawabnya 

(ay. 9-11).  

Di sini kita bisa amati: 

1.  Permintaan Filipus untuk mengenal Bapa secara lebih jelas. 

Biasanya ia tidak begitu berani berbicara seperti beberapa mu-

rid lainnya. Namun, sebab  begitu rindu mendapat penerang-

an lebih lanjut, ia berseru, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. 

Filipus mendengarkan apa yang dikatakan Kristus kepada 

Tomas dan berpegang pada kata-kata terakhir yang diucap-

kan-Nya, kamu telah melihat Dia. “Tidak,” sahut Filipus, “jus-

tru itulah yang kami inginkan, justru kami ingin agar kami 

sudah melihat Dia: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu 

sudah cukup bagi kami.”  

(1) Hal ini menyiratkan adanya kerinduan mendalam untuk 

mengenal Allah sebagai seorang Bapa. Permohonannya 

yaitu , “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, buatlah kami 

mengenal Dia dalam hubungan semacam itu.” Ia memo-

honkan hal ini bukan bagi dirinya sendiri, namun  juga bagi 

murid-murid yang lain. Permohonannya yaitu , itu sudah 

cukup bagi kami. Ia bukan saja mengakuinya sendiri, namun  

juga untuk mewakili rekan-rekannya. Biarkanlah kami me-

lihat Bapa satu kali saja, dan itu sudah cukup bagi kami. 

Jansenius [seorang theolog Belanda – pen.] berkata, “Wa-

laupun Filipus tidak bermaksud begitu, di sini Roh Kudus, 

melalui bibirnya, bermaksud mengajar kita bahwa kepuas-

an dan kebahagiaan jiwa diperolah sebab  memandang dan 

menikmati hadirat Allah (Mzm. 16:11; 17:15). Di dalam pe-

ngenalan akan Allah sajalah pengertian itu bisa tenang dan 

memperoleh kepuasannya. Di dalam pengenalan akan 

Allah sebagai Bapa kita, jiwa dapat dipuaskan. Melihat 

Bapa yaitu  bagaikan sorga di bumi yang memenuhi kita 

dengan sukacita yang tidak terkatakan.  

(2) Seperti yang dikatakan Filipus di sini, kata-katanya menyi-

ratkan bahwa ia belum cukup puas mengenal Bapa melalui 

penjelasan yang dianggap cukup oleh Kristus. Ia ingin hal 

ini dijelaskan, dan mendesak-Nya untuk menyatakan lebih 

lanjut melalui hal-hal yang tidak kalah dari penampakan 

kemuliaan Allah seperti yang ditunjukkan kepada Musa 

(Kel. 33:22) dan kepada para tua-tua Israel (Kel. 24:9-11). 

“Biarkan kami melihat Bapa dengan mata kepala kami, 

seperti kami melihat Engkau, itu sudah cukup bagi kami. 

Kami tidak akan mengganggu-Mu lagi dengan pertanyaan, 

ke mana Engkau pergi.” Hal ini bukan saja menunjukkan 

kelemahan imannya, namun  juga ketidaktahuannya menge-

nai cara Injil menyatakan Bapa, yaitu dengan cara rohani, 

bukan dengan merasa atau melihat secara jasmani. Ia me-

nyangka bahwa melihat Allah seperti itu akan cukup bagi 

mereka. Padahal, orang yang benar-benar melihat Dia bu-

kannya merasa cukup, namun  mencari diri mereka dan ber-

laku busuk dengan membuat patung. Ketetapan-ketetapan 

Kristus memiliki segalanya yang lebih baik untuk mene-

guhkan iman kita daripada yang bisa dilakukan berbagai 

cara hasil penemuan kita sendiri. 

2.  Jawaban Kristus mengarahkannya kepada hal-hal yang sudah 

diketahui perihal Bapa (ay. 9-11). 

(1)  Kristus mengarahkannya kepada apa yang telah dilihatnya 

(ay. 9). Ia mencela Filipus sebab  kebodohan dan kecero-

bohannya itu: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, 

Filipus, sekarang ini sudah lebih dari tiga tahun Aku ber-

gaul akrab denganmu, namun engkau tidak mengenal Aku? 

Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagai-

mana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami? 

Masakan engkau hendak meminta sesuatu yang sudah 

engkau miliki?”  

Di sini: 

[1] Kristus menegurnya sebab  dua hal: pertama, sebab  

tidak memanfaatkan dengan baik pengenalannya akan 

Kristus itu, seperti yang seharusnya dilakukan olehnya, 

untuk mengenal-Nya secara khusus dan jelas: “Engkau 

tidak mengenal Aku, yang sudah sekian lama kau ikuti, 

dan bercakap-cakap begitu sering denganmu?” saat  

pertama kali berjumpa dengan-Nya, Filipus menyatakan 

bahwa ia tahu Kristus yaitu  Sang Mesias (1:45). Na-

mun, sampai saat ini ia tidak mengenal Bapa di dalam 

Dia. Banyak orang yang tahu banyak tentang firman 

Tuhan dan perkara-perkara ilahi, justru tidak berhasil 

banyak seperti yang diharapkan dari mereka. Ini terjadi 

sebab  mereka tidak mencerna semua gagasan yang te-

lah mereka miliki dan menyempurnakannya. Banyak 

yang mengenal Kristus, namun tidak mengetahui apa 

yang seharusnya bisa mereka ketahui tentang diri-Nya, 

atau tidak melihat apa yang seharusnya mereka lihat di 

dalam diri-Nya. Hal yang memperburuk kebodohan Fili-

pus yaitu  sebab  ia sudah memperoleh kesempatan 

begitu banyak untuk meningkatkan diri: Telah sekian 

lama Aku bersama-sama kamu. Perhatikanlah, semakin 

lama kita menikmati sarana pengetahuan dan anuge-

rah, akan semakin tidak termaafkan jika   kita dida-

pati kurang dalam pengetahuan dan anugerah itu. Kris-

tus mengharapkan agar kecakapan kita harus setara 

ukurannya dengan kedudukan kita, agar kita tidak te-

tap seperti bayi. sebab  itu biarlah kita bertanya kepa-

da diri sendiri: “Sudah begitu lamakah aku menjadi 

pendengar berbagai khotbah, mempelajari Kitab Suci, 

menjadi murid Kristus, namun tetap begitu lemah di 

dalam pengenalan akan Kristus Yesus, dan begitu tidak 

memahami ajaran tentang kebenaran?” Kedua, Kristus 

menegurnya sebab  kelemahannya dalam hal mendoa-

kan apa yang dimintanya, Tunjukkanlah Bapa itu kepa-

da kami. Perhatikanlah, di sini tampak sekali kelemah-

an murid-murid Kristus sebab  mereka tidak tahu ba-

gaimana seharusnya berdoa (Rm. 8:26), dan bahkan 

sering kali salah berdoa (Yak. 4:3), sebab  meminta hal 

yang tidak dijanjikan atau meminta sesuatu yang sebe-

narnya sudah diberikan, dalam arti yang sudah dijanji-

kan, seperti dalam masalah ini. 

[2] Kristus mengajarnya, dan memberinya asas yang bukan 

sekadar memuliakan Kristus secara umum dan menun-

tun kita kepada pengenalan tentang Allah di dalam Dia, 

namun  juga meneguhkan apa yang telah dikatakan Kris-

tus (ay. 7): Kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat 

Dia. Dan ini menjawab permintaan Filipus, Tunjukkan-

lah Bapa itu kepada kami. Kristus pun berkata bahwa 

masalah itu akan segera terpecahkan, sebab  barang-

siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa. Pertama, 

semua orang yang telah melihat Kristus sebagai manu-

sia telah melihat Bapa di dalam Dia, jika Iblis tidak 

membutakan pikiran mereka, dan menghalangi mereka 

memandang Kristus sebagai gambaran Allah (2Kor. 4:4). 

Kedua, semua orang yang melihat Kristus dengan iman 

telah melihat Bapa di dalam Dia, meskipun mereka 

tidak langsung menyadarinya. Di dalam terang peng-

ajaran Kristus, mereka melihat Allah sebagai Bapa se-

gala terang. Di dalam mujizat-mujizat, mereka melihat 

Allah Yang Mahakuasa, tangan Allah. Kekudusan Allah 

bersinar dalam kesucian hidup Kristus yang tanpa cela. 

Anugerah Allah tampak dalam semua perbuatan anuge-

rah yang dilakukan Kristus. 

(2) Kristus mengarahkannya kepada apa yang sudah sepantas-

nya dipercayai olehnya (ay. 10-11): “Tidak percayakah eng-

kau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, se-

hingga dengan melihat Aku engkau telah melihat Bapa? 

Apakah engkau belum mempercayai ini? Bila belum, per-

cayalah kata-kata-Ku, dan percayalah sekarang.” 

[1] Lihatlah di sini apa yang harus kita percayai: Bahwa 

Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. Artinya, 

seperti yang telah dikatakan-Nya (10:30), Aku dan Bapa 

yaitu  satu. Kristus berbicara tentang Bapa dan diri-

Nya sendiri sebagai dua pribadi, namun sungguh-sung-

guh satu adanya, bukan dua, dan tidak terceraikan. 

Dengan mengenal Kristus sebagai Allah segala allah, 

Terang segala terang, Allah yang mengatasi segala allah, 

yang diperanakkan, bukan diciptakan, dan satu hakikat 

dengan Bapa, dan yang oleh-Nya segala sesuatu dijadi-

kan, kita juga mengenal Bapa. Dengan melihat Dia, kita 

telah melihat Bapa. Di dalam Kristus kita melihat lebih 

banyak kemuliaan Allah daripada yang dilihat oleh 

Musa di Gunung Horeb. 

[2] Lihatlah di sini dua sebab mengapa kita harus memper-

cayai hal ini: Kita harus mempercayainya. Pertama, ber-

dasarkan perkataan-Nya sendiri: Apa yang Aku katakan 

kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri. Lihat 

ps. 7:16, Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri. 

Bagi mereka, apa yang dikatakan-Nya sekadar merupa-

kan perkataan manusia, yang mengungkapkan penda-

pat sendiri sesuka hati. Namun, sebenarnya hikmat 

Allah sendirilah yang menyatakannya kepada-Nya dan 

kehendak Allah sajalah yang menyokongnya. Hal itu 

dikatakan-Nya bukan dari diri-Nya sendiri, namun  dari 

pikiran Allah sesuai dengan kebijaksanaan yang kekal. 

Kedua, berdasarkan pekerjaan-Nya: Bapa, yang diam di 

dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya, dan 

oleh sebab itu percayalah kepada-Ku sebab  pekerjaan-

pekerjaan itu sendiri.  

Perhatikanlah:  

1.  Telah dikatakan bahwa Bapa diam di dalam Dia, ho 

en emoi menōn – Dia tinggal di dalam Aku, melalui 

penyatuan hakikat (natur) ilahi dan manusiawi yang 

tidak terpisahkan: belum pernah Allah mempunyai 

bait suci untuk menjadi tempat kediaman-Nya di 

bumi seperti tubuh Tuhan Yesus (2:21). Di sinilah 

Syekina sejati, yang di dalam Kemah Suci hanyalah 

merupakan gambaran semata. Sebab dalam Dialah 

berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-

Allahan (Kol. 2:9). Bapa diam di dalam Kristus supa-

ya di dalam-Nya, Ia dapat ditemui sebagai manusia 

di mana Ia berdiam. Carilah TUHAN, carilah Dia di 

dalam Kristus, dan Ia berkenan ditemui, sebab di da-

lam Kristus-lah Ia berdiam.  

2. Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Kristus me-

nyampaikan banyak perkataan penuh kuasa dan 

melakukan banyak pekerjaan penuh belas kasihan, 

dan Bapalah yang mengerjakan semuanya di dalam 

diri-Nya. Juga, karya penebusan secara umum me-

rupakan pekerjaan Allah sendiri.  

3.  Kita harus mempercayai hal ini, sebab  pekerjaan-

pekerjaan itu sendiri. Sama seperti kita harus mem-

percayai keberadaan dan kesempurnaan Allah ber-

dasarkan pekerjaan penciptaan yang menyatakan 

kemuliaan-Nya, begitu pula kita harus mempercayai 

pewahyuan Allah kepada manusia di dalam Yesus 

Kristus berdasarkan pekerjaan Sang Penebus. De-

ngan tampaknya pekerjaan-pekerjaan yang ajaib itu 

(Mat. 14:2), tampak pula diri-Nya dan Allah di dalam 

Dia. Perhatikanlah, mujizat-mujizat Kristus merupa-

kan bukti akan pengutusan ilahi-Nya, bukan saja 

untuk menyadarkan orang-orang yang tidak per-

caya, namun  juga untuk meneguhkan iman murid-

murid-Nya sendiri (2:11; 5:36; 10:37). 


Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:12-14) 

12 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, 

ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan 

pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada 

Bapa; 13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melaku-

kannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. 14 Jika kamu meminta 

sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” 

Murid-murid yang sangat sedih sebab  memikirkan perpisahan de-

ngan Guru mereka, juga sangat khawatir tentang apa yang akan ter-

jadi dengan diri mereka bila Ia sudah pergi nanti. Sementara masih 

berada bersama mereka, Ia menjadi penopang bagi mereka, menjaga 

perilaku mereka, dan senantiasa memperhatikan mereka. Namun, 

bila Ia meninggalkan mereka, mereka akan seperti domba yang tidak 

bergembala, mangsa yang empuk bagi orang-orang yang hendak me-

ngejar dan menangkap mereka. Sekarang, untuk menghapus keta-

kutan mereka, di sini Kristus meyakinkan mereka supaya mengena-

kan kuasa yang mampu untuk membantu mereka bertahan. Sama 

seperti Kristus memiliki segala kuasa, mereka pun, dalam nama-Nya, 

akan memperoleh kuasa di sorga dan di bumi. 

 

I.   Kuasa yang besar di bumi (ay. 12): Barangsiapa percaya kepada-

Ku (Aku tahu engkau percaya), ia akan melakukan juga pekerjaan-

pekerjaan yang Aku lakukan. Dengan menyatakan bahwa orang 

lain juga akan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar seperti yang 

dilakukan-Nya, hal ini tidak melemahkan bukti yang diajukan 

Kristus mengenai pekerjaan-pekerjaan-Nya sendiri bahwa Dia 

satu dengan Bapa. Sebaliknya, hal ini justru menguatkan bukti-

Nya itu, sebab  mujizat-mujizat yang dilakukan para rasul dilaku-

kan di dalam nama-Nya, dan melalui iman di dalam Dia. Hal ini 

semakin memberi kebesaran bagi kuasa-Nya dibandingkan apa 

pun juga, sebab  ini berarti bahwa Ia bukan saja mengadakan 

mujizat sendiri, melainkan juga memberi  kuasa kepada orang 

lain untuk melakukannya. 

1.  Dia meyakinkan mereka akan dua hal: 

(1) Bahwa mereka akan dimampukan untuk melakukan peker-

jaan-pekerjaan seperti yang telah dilakukan-Nya, dan bah-

wa mereka akan memiliki kuasa yang lebih besar guna me-

lakukan semua itu, dibandingkan saat  Ia pertama kali-

nya mengutus mereka (Mat. 10:8). Apakah Kristus me-

nyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan 

mentahirkan orang kusta? Demikian pulalah yang harus 

mereka lakukan. Apakah Ia meyakinkan orang berdosa 

hingga bertobat, dan menarik banyak orang kepada-Nya? 

Demikian pulalah yang harus mereka lakukan. Meskipun 

Ia akan pergi, pekerjaan itu tidak boleh berhenti ataupun 

sirna, melainkan harus dilanjutkan dengan penuh sema-

ngat dan keberhasilan seperti dulu. Dan pekerjaan itu pun 

masih terus berlangsung sampai sekarang ini. 

(2)  Bahwa mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang 

lebih besar daripada itu.  

[1] Di dalam kerajaan duniawi ini, mereka harus mengada-

kan mujizat-mujizat yang lebih besar. Memang tidak 

ada mujizat yang kecil, namun  menurut pengertian kita, 

beberapa tampak lebih besar daripada yang lain. Kris-

tus pernah menyembuhkan melalui jumbai jubah-Nya, 

namun  Petrus mengadakan hal ini dengan bayangannya 

(Kis. 5:15), sedangkan Paulus melalui saputangan yang 

pernah dipakainya (Kis. 19:12). Kristus mengadakan 

mujizat selama dua atau tiga tahun di satu negeri, te-

tapi para pengikut-Nya mengadakan mujizat dalam 

nama-Nya selama berabad-abad di berbagai negeri. 

Engkau akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih 

besar, jika memang diperlukan, demi kemuliaan Allah. 

Doa yang lahir dari iman, jika diperlukan, dapat memin-

dahkan gunung.  

[2] Di dalam kerajaan anugerah. Mereka akan meraih ke-

menangan yang lebih gemilang melalui Injil, dibanding-

kan saat  Kristus masih hidup di bumi. Sebenarnya, 

dimenangkannya sebagian besar penduduk dunia ini 

bagi Kristus, di bawah berbagai tekanan lahiriah, sudah 

merupakan mujizat terbesar dari semuanya. Saya ber-

pendapat bahwa hal ini terutama merujuk pada karunia 

bahasa. Hal ini merupakan akibat langsung yang terjadi 

saat pencurahan Roh, yang merupakan mujizat yang 

bersifat tetap terhadap akal budi, sebab  dengan akal 

budi itu kata-kata dibentuk dan dipakai untuk tujuan 

yang begitu mulia itu, yakni pemberitaan Injil ke semua 

bangsa dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini merupa-

kan tanda yang lebih besar untuk orang yang tidak 

beriman (1Kor. 14:22), dan lebih penuh kuasa untuk 

mempertobatkan mereka, dibandingkan dengan mujizat 

apa pun. 

2.  Alasan yang diberikan Kristus untuk hal ini yaitu , Sebab Aku 

pergi kepada Bapa:  

(1)  “Sebab Aku pergi, sudah seharusnya engkau memiliki kua-

sa seperti itu, supaya pekerjaan itu tidak terlantar sebab  

ketidakhadiran-Ku.”  

(2) “Sebab Aku pergi kepada Bapa, Aku akan punya hak untuk 

melengkapimu dengan kuasa itu, Sebab Aku pergi kepada 

Bapa untuk mengutus Penghibur itu, dari siapa kamu akan 

menerima kuasa,” (Kis. 1:8). Pekerjaan-pekerjaan besar 

yang mereka lakukan dalam nama Kristus merupakan ba-

gian dari kemuliaan yang Ia dapatkan saat  Ia ditinggikan, 

tatkala Ia naik ke tempat tinggi (Ef. 4:8).  

II. Kuasa besar di sorga: “Apa juga yang kamu minta, Aku akan mela-

kukannya (ay. 13-14), sama seperti Israel, yang merupakan pe-

nguasa bersama Allah. Oleh sebab itu kamu akan melakukan pe-

kerjaan-pekerjaan besar, sebab  kamu sangat berkepentingan di 

dalam Aku, seperti juga Aku di dalam Bapa-Ku.”  

Perhatikanlah:  

1.  Dengan cara bagaimana mereka harus memelihara hubungan 

dengan-Nya, dan menerima kuasa dari-Nya, saat  Ia telah 

pergi kepada Bapa – melalui doa. saat  sahabat-sahabat karib 

akan pindah dan saling terpisah, mereka akan menyiapkan sa-

rana untuk saling berkirim kabar. Demikianlah pula, saat  

Kristus hendak pergi kepada Bapa-Nya, Ia mengatakan kepada 

murid-murid-Nya bagaimana mereka dapat menulis surat 

kepada-Nya setiap saat, dan mengirimkan surat-surat mereka 

dengan cara yang aman, tanpa perlu merasa khawatir kalau-

kalau surat itu tidak sampai atau tercecer di jalan: “Biarlah 

Aku mendengar kabar darimu lewat doa, doa yang lahir dari 

iman, dan engkau akan mendengar dari-Ku lewat Roh itu.” Be-

ginilah cara lama untuk berhubungan dengan Sorga, sejak 

orang mulai memanggil nama TUHAN. Namun, melalui kemati-

an-Nya, Kristus telah membuka jalan itu dengan lebih lebar, 

dan sampai sekarang pun jalan itu masih terbuka bagi kita. Di 

sini ada :  

(1)  Kerendahan hati diajarkan: kamu minta. Walaupun mereka 

telah meninggalkan segalanya bagi Kristus, mereka tidak 

dapat menuntut apa pun dari-Nya sebagai utang. Mereka 

harus menjadi pemohon yang rendah hati, mintalah atau 

akan mati kelaparan, mintalah atau akan binasa.  

(2) Kebebasan diizinkan: “Mintalah apa saja, apa saja yang 

baik dan pantas bagimu. Apa saja, asalkan engkau tahu 

apa yang engkau minta, boleh engkau minta. Engkau boleh 

meminta bantuan dalam pekerjaanmu, mulut yang bijak-

sana, pemeliharaan dari tangan musuh-musuhmu, kuasa 

untuk mengadakan mujizat bilamana memang dibutuhkan, 

dan bagi keberhasilan pelayanan demi pertobatan jiwa-

jiwa. Mintalah agar supaya mendapatkan penjelasan, bim-

bingan, dan pembelaan.” Kebutuhan memang berbeda-

beda, namun  mereka akan disambut di takhta anugerah bagi 

setiap kebutuhan. 

2.  Di dalam nama siapa mereka harus mengajukan permohonan 

mereka: Mintalah dalam nama-Ku. Meminta dalam nama Kris-

tus yaitu :  

(1) Memohon jasa baik dan perantaraan-Nya, dan bergantung 

pada permohonan dalam nama-Nya itu. Orang-orang ku-

dus di zaman Perjanjian Lama memperhatikan hal ini saat 

mereka berdoa demi Tuhan sendiri (Dan. 9:17), dan demi 

yang diurapi (Mzm. 84:10). Namun, perantaraan Kristus 

dibuat menjadi lebih jelas oleh Injil, sehingga sebab  itulah 

kita dimampukan untuk meminta dalam nama-Nya dengan 

lebih nyata. Waktu Kristus mengajarkan Doa Bapa Kami, 

hal ini tidak disisipkan, sebab saat  itu mereka tidak be-

gitu memahami hal ini seperti di kemudian hari, saat  Roh 

dicurahkan. Bila kita meminta dalam nama kita sendiri, 

kita tidak dapat berharap untuk berhasil, sebab  sebagai 

orang asing, kita tidak mempunyai nama di sorga. Sebagai 

orang berdosa, kita mempunyai nama buruk di sana. 

Namun, nama Kristus yaitu  nama yang baik dan terkenal 

di sorga, nama-Nya sangat mulia.  

(2) Bertujuan untuk kemuliaan-Nya dan menjadikan hal ini 

sebagai tujuan akhir dari semua doa kita. 

3.  Keberhasilan apa yang dapat mereka raih melalui doa-doa me-

reka: “Apa pun yang kamu minta, Aku akan melakukannya,” 

(ay. 13). Dan lagi (ay. 14), “Aku akan melakukannya. Engkau 

boleh merasa yakin bahwa Aku akan melakukannya. Bukan 

saja akan dilakukan, namun  Aku akan memastikan bahwa itu 

sudah dilakukan, atau memberi perintah supaya dilaksana-

kan. Aku akan melakukannya.” sebab  Ia bukan saja memiliki 

kepentingan untuk menjadi perantara, namun  juga kuasa se-

orang raja yang berdaulat, yang duduk di sebelah kanan Allah, 

yang bertindak dan melaksanakan segala sesuatu di dalam ke-

rajaan Allah. Melalui iman dalam nama-Nya, kita bisa menda-

patkan apa yang kita mintakan. 

4.  sebab  alasan apa doa-doa mereka akan terkabul: Supaya 

Bapa dipermuliakan di dalam Anak.  

Artinya: 

(1) Hal ini harus menjadi tujuan dan pandangan mata mereka 

saat  meminta. Hal ini harus menjadi pusat pertemuan 

dari seluruh keinginan dan doa kita. Kepada hal inilah se-

mua ini harus diarahkan, supaya Allah di dalam Kristus 

boleh dihormati melalui pelayanan kita dan di dalam kese-

lamatan kita. Dikuduskanlah nama-Mu yaitu  doa yang di-

jawab dan didahulukan, sebab jikalau hati tulus dalam hal 

ini, maka hal ini akan menguduskan semua permohonan 

lainnya.  

(2)  Inilah yang menjadi tujuan Kristus dalam mengabulkan 

doa itu, dan demi hal ini Ia akan melakukan apa yang 

mereka minta, supaya dengan demikian kemuliaan Bapa di 

dalam Anak diwujudkan. Hikmat, kuasa, dan kebaikan 

Allah semakin dimuliakan di dalam Penebus oleh kuasa 

yang diturunkan dari Dia dan dihasilkan dalam nama-Nya 

serta untuk pelayanan-Nya, rasul-rasul dan pelayan-pela-

yan-Nya dimampukan melakukan hal-hal sebesar itu, baik 

dalam bukti-bukti pengajaran mereka maupun dalam se-

mua keberhasilannya. 


Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:15-17) 

15 “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. 16 

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberi  kepadamu seorang 

Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, 17 yaitu Roh 

Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia 

dan tidak mengenal Dia. namun  kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai 

kamu dan akan diam di dalam kamu.” 

Kristus bukan saja mengemukakan hal-hal di atas sebagai penghi-

buran bagi mereka, namun  di sini Ia juga berjanji untuk mengirimkan 

Roh yang bertugas sebagai Penolong mereka, untuk menanamkan 

hal-hal ini  pada diri mereka. 

I.   Kristus memberi syarat ini sebagai kewajiban (ay. 15): Jikalau 

kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Di 

sini, menuruti perintah-perintah Kristus dipandang sebagai iba-

dah kesalehan secara umum, dan sebagai tugas mereka sebagai 

rasul yang harus dilakukan dengan setia dan tekun.  

Sekarang perhatikanlah: 

1.  saat  Kristus sedang menghibur mereka, Ia menyuruh me-

reka menuruti segala perintah-Nya, sebab  kita tidak boleh 

mengharapkan penghiburan kecuali kita sedang dalam melak-

sanakan tugas. Istilah yang sama (parakaleō) berarti menasi-

hati dan juga menghibur. 

2. saat  mereka sedang mengkhawatirkan apa yang harus me-

reka lakukan sebab  Guru mereka akan meninggalkan mere-

ka, dan bagaimana nasib mereka sekarang, Ia menyuruh 

mereka menuruti segala perintah-Nya, supaya tidak ada yang 

salah dengan mereka nantinya. Di masa-masa sulit, kekha-

watiran kita mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi 

haruslah digantikan dengan perhatian atas tugas-tugas yang 

akan dilaksanakan. 

3.  saat  mereka menunjukkan kasih mereka kepada Kristus de-

ngan sikap sedih sebab  memikirkan kepergian-Nya, dan juga 

dukacita yang memenuhi hati sebab  membayangkan hal itu, 

Kristus menyuruh mereka untuk tidak menyatakan kasih 

mereka kepada-Nya melalui sikap lemah dan cengeng seperti 

ini, melainkan melalui kesungguhan dalam menjalankan sikap 

percaya mereka, dan juga melalui ketaatan menyeluruh terha-

dap perintah-perintah-Nya. Ini lebih baik daripada korban, 

lebih baik daripada air mata. Apakah engkau mengasihi Aku? 

Gembalakanlah domba-domba-Ku.  

4. saat  Kristus memberi  janji-janji yang mulia, yaitu jawab-

an atas doa dan kedatangan Sang Penghibur itu, Ia menyam-

paikan hal berikut sebagai persyaratan guna memperoleh jan-

ji-janji itu, “Asalkan engkau menuruti perintah-perintah-Ku, 

sebagai pernyataan kasih terhadap-Ku.” Kristus tidak bersedia 

menjadi pembela bagi siapa pun selain bagi orang-orang yang 

bersedia diatur dan dinasihati oleh Dia sebagai penasihat me-

reka. Ikutilah pimpinan Roh, dan engkau akan mendapatkan 

penghiburan Roh. 

II.  Ia menjanjikan berkat besar dan tidak terkatakan bagi mereka 

(ay. 16-17). 

1.  Dijanjikan bahwa mereka akan menerima Penolong yang lain. 

Ini yaitu  janji Perjanjian Baru yang agung (Kis. 1:4), sama se-

perti janji yang ada dalam Perjanjian Lama mengenai Sang Me-

sias: sebuah janji yang disesuaikan dengan kegundahan seka-

rang ini yang dialami para murid, yang sedang bersedih dan 

membutuhkan seorang penghibur.  

Perhatikanlah di sini: 

(1) Berkat yang dijanjikan: allon paraklēton. Perkataan ini ha-

nya digunakan dalam percakapan-percakapan Kristus di 

sini, dan di dalam 1 Yohanes 2:1, yang diterjemahkan de-

ngan pengantara. Dr. Hammond, tetap mempertahankan 

istilah Yunani, yakni Paraclete. Kita membaca di dalam Ki-

sah Para Rasul 9:31 mengenai paraklēsis tou hagiou pneu-

matos, penghiburan Roh Kudus, termasuk juga seluruh 

tugas-Nya sebagai Penghibur. 

[1]  Engkau akan menerima seorang pengantara lain. Tugas 

Roh yaitu  menjadi pengantara Kristus dengan mereka 

dan juga orang lain, untuk mengadakan pembelaan 

bagi-Nya dan mengurus perkara-perkara-Nya di bumi. 

Untuk menjadi vicarius Christi – wakil Kristus, demi-

kianlah salah seorang penulis dari zaman dahulu me-

nyebut-Nya, dan untuk menjadi pengantara mereka da-

lam menghadapi para penentang mereka. Waktu Kristus 

berada bersama mereka, Ia berbicara untuk mereka bila 

diperlukan, namun  sekarang, saat Ia hendak meninggal-

kan mereka, mereka tidak akan dibiarkan begitu saja, 

sebab Roh Bapa akan berkata-kata di dalam mereka 

(Mat. 10:19-20). Dan perkara yang dibela oleh pengan-

tara semacam itu pasti tidak akan gagal. 

[2] Engkau akan menerima seorang guru, pengajar, atau 

penasihat lain. Sementara Kristus berada bersama me-

reka, Ia mendorong dan menasihati mereka untuk mela-

kukan tugas mereka. Namun, sekarang, saat  Dia ha-

rus pergi, Dia meninggalkan Seseorang bagi mereka, 

yang akan mengerjakan hal ini dengan sama baiknya, 

walaupun tanpa suara. Jansenius berpendapat bahwa 

istilah yang paling tepat untuk menerjemahkannya ada-

lah patron, seseorang yang memberi petunjuk sekaligus 

melindungi. 

[3]  Seorang penghibur lain. Kristus telah dinantikan seba-

gai penghiburan bagi umat Israel. Salah satu nama Me-

sias yang dikenal di antara orang-orang Yahudi yaitu  

Menahem – Sang Penghibur. Kitab Targum [terjemahan 

sebagian Perjanjian Lama dalam bahasa Aramaik – pen.] 

menyebut masa Sang Mesias itu sebagai tahun-tahun 

penghiburan. Kristus menghibur murid-murid-Nya keti-

ka Ia masih berada bersama mereka, dan sekarang, ke-

tika Ia hendak meninggalkan mereka, Ia menjanjikan 

penghibur lain saat mereka paling membutuhkan peng-

hiburan. 

(2) Yang memberi  berkat ini: Bapa akan memberi  Peno-

long itu, Bapa-Ku dan Bapa-mu. Berkat itu mencakup ke-

duanya. Dia yang memberi  Anak-Nya untuk menjadi 

Juruselamat kita, juga akan memberi  Roh-Nya untuk 

menjadi penghibur kita, dengan tujuan yang sama. Anak 

itu dikatakan akan mengutus Sang Penghibur (15:26), te-

tapi Bapa-lah pelaku utamanya. 

(3) Bagaimana berkat ini dihasilkan – melalui perantaraan 

Tuhan Yesus: Aku akan minta kepada Bapa. Ia berkata (ay. 

14) Aku akan melakukannya. Di sini Ia berkata, Aku akan 

minta, untuk menunjukkan bahwa bukan saja Dia itu Allah 

sekaligus manusia, namun  juga raja dan imam. Sebagai 

imam, Ia ditetapkan untuk menjadi pengantara bagi manu-

sia. Sebagai raja, ia diberi wewenang oleh Bapa untuk men-

jalankan penghakiman. saat  Kristus berkata, Aku akan 

minta kepada Bapa, ini bukan berarti bahwa Bapa merasa 

enggan atau harus didesak untuk melakukannya, namun  

untuk menyatakan bahwa karunia Roh merupakan hasil 

dari pengantaraan Kristus, yang didapatkan melalui hasil 

tindakan-Nya, dan diambil melalui pengantaraan-Nya. 

(4) Kelanjutan berkat ini: Supaya Ia menyertai kamu selama-

lamanya. 

Artinya: 

[1] “Menyertai kamu, sepanjang umur hidupmu. Kamu 

tidak akan pernah tanpa seorang penghibur atau terus 

meratapi kepergian-Nya, seperti kamu sekarang mera-

tapi kepergian-Ku.” Perhatikanlah, bila kita kehilangan 

penghiburan yang dirancangkan untuk sementara wak-

tu bagi kita, maka ini sungguh menguatkan bagi kita 

bahwa masih ada penghiburan kekal yang tersedia bagi 

kita. Tidak akan ada gunanya bila Kristus menyertai 

mereka selamanya, sebab  mereka yang sudah ditentu-

kan untuk melayani umum, tidak boleh senantiasa hi-

dup bersama-sama terus dalam kelompoknya. Mereka 

harus menyebar, dan itulah sebabnya dibutuhkan 

penghibur yang dapat berada bersama mereka semua di 

semua tempat sekaligus, di mana pun mereka tersebar 

dan dalam keadaan sesulit apa pun, sebagai penghibur 

yang pantas menyertai mereka selamanya. 

[2]  “Menyertai para penggantimu sesudah  kamu sudah tia-

da, bahkan sampai akhir zaman. Menyertai para peng-

gantimu dalam kekristenan, dalam pelayanan.” 

[3] Jika kita mengartikan istilah selama-lamanya dengan 

seluas-luasnya, janji itu akan digenapi dalam seluruh 

penghiburan Allah yang akan menjadi sukacita kekal 

semua orang kudus, nikmat senantiasa. 

2.  Sang Penolong atau Penghibur ini yaitu  Roh Kebenaran, dan 

kamu mengenal Dia (ay. 17). Mereka mungkin berpikir bahwa 

sungguh mustahil mendapatkan penghibur yang setara de-

ngan Dia yang yaitu  Anak Allah: “Ya,” kata Kristus, “kamu 

akan menerima Roh Allah, yang setara dengan Anak dalam hal 

kuasa dan kemuliaan.” 

(1) Penolong yang dijanjikan itu yaitu  Roh, pribadi yang ha-

rus melaksanakan pekerjaan-Nya dengan cara rohani, di 

dalam batin dan tidak terlihat, dengan bekerja di dalam roh 

manusia. 

(2) “Dia yaitu  Roh Kebenaran.” Dia akan berlaku benar kepa-

damu, dan dalam pekerjaan-Nya untukmu, yang akan di-

kerjakannya dengan sepenuhnya. Ia akan mengajarkan 

kebenaran itu kepadamu. Ia akan menerangi pikiranmu de-

ngan pengetahuan itu, menguatkan dan meneguhkan per-

cayamu dalam kebenaran itu, serta meningkatkan kasihmu 

terhadap kebenaran itu. Orang-orang bukan Yahudi mela-

kukan kesalahan besar melalui penyembahan berhala me-

reka, sedangkan orang-orang Yahudi melalui tradisi mere-

ka. Namun, Roh kebenaran itu bukan saja akan memimpin 

kamu ke dalam seluruh kebenaran, namun  juga memimpin 

orang-orang lain melalui pelayananmu. Kristus yaitu  ke-

benaran, dan Dia yaitu  Roh Kristus, Roh yang mengurapi 

Kristus. 

(3)  Dunia tidak dapat menerima Dia, namun  kamu mengenal Dia, 

sebab Ia akan diam di dalam kamu.  

[1] Di sini murid-murid Kristus dibedakan dari dunia, kare-

na mereka telah dipilih dan dipanggil keluar dari dunia 

yang penuh kejahatan. Mereka yaitu  anak-anak dan 

pewaris dunia lain, bukan dunia ini. 

[2] Sungguh merupakan kesengsaraan bagi orang-orang 

yang teramat mengagungkan dunia, sebab mereka tidak 

dapat menerima Roh kebenaran itu. Roh dunia dan Roh 

dari Allah dikatakan saling bertolak belakang (1Kor. 

2:12), sebab di mana roh dunia diagungkan, di situlah 

Roh Allah dikucilkan. Bahkan penguasa-penguasa du-

nia ini pun tidak cukup beruntung untuk mengetahui 

hal ini. Walaupun sebagai penguasa dunia mereka ba-

nyak memiliki pengetahuan, namun mereka terkung-

kung dalam prasangka mereka yang berurat akar itu, 

sehingga mereka tidak mengenal apa yang berasal dari 

Roh Allah (1Kor. 2:8). 

[3]  Itulah sebabnya manusia tidak dapat menerima Roh ke-

benaran, sebab  mereka tidak melihat Dia dan tidak 

mengenal Dia. Penghiburan Roh yaitu  kebodohan bagi 

mereka, seperti halnya salib Kristus. Demikian juga, 

perkara-perkara agung dari Injil, seperti perkara-per-

kara hukum Taurat, dianggap mereka sebagai sesuatu 

yang aneh. Perkara-perkara ini berada jauh di atas 

pertimbangan mereka. Cobalah berbicara mengenai kar-

ya-karya Roh kepada anak-anak dunia ini, dan engkau 

akan dianggap orang biadab oleh mereka. 

[4] Pengetahuan terbaik mengenai Roh kebenaran yaitu  

yang diperoleh melalui pengalaman: Kamu mengenal 

Dia, sebab Ia menyertai kamu. Kristus tinggal bersama 

mereka, dan melalui pergaulan mereka dengan-Nya itu-

lah mereka mengenal Roh kebenaran. Dalam batas-ba-

tas tertentu, mereka sendiri telah diperlengkapi dengan 

Roh itu. Apa yang memampukan mereka untuk mening-

galkan segalanya dan mengikut Kristus, serta tetap me-

nyertai-Nya di tengah semua pencobaan yang dialami-

Nya? Apa yang memampukan mereka untuk mengabar-

kan Injil, mengerjakan mujizat, kalau bukan Roh yang 

berdiam dalam diri mereka? Pengalaman orang-orang 

kudus merupakan penjelasan bagi janji-janji itu. Per-

nyataan-pernyataan yang dianggap bertentangan oleh 

orang lain justru diterima para kudus itu sebagai kai-

dah-kaidah kebenaran. 

[5] Orang-orang yang bergaul secara pribadi dengan Roh 

memiliki keyakinan mengenai penyertaan-Nya yang ber-

kesinambungan: Ia menyertai kamu dan akan diam di 

dalam kamu, sebab Roh yang mulia itu tidak akan ber-

pindah-pindah tempat kediaman. Orang-orang yang me-

ngenal Dia tahu bagaimana menghargai-Nya, meng-

undang-Nya, dan menyambut-Nya. Oleh sebab  itu, Ia 

akan diam di dalam mereka, seperti terang di langit, se-

perti sari tumbuhan di dalam pohon, seperti jiwa di da-

lam tubuh. Persekutuan mereka dengan-Nya akan sa-

ngat akrab dan penyatuan mereka dengan Dia tidak 

terpisahkan.

[6] Karunia Roh Kudus merupakan karunia istimewa yang 

dicurahkan kepada murid-murid Kristus dengan cara 

yang istimewa pula – hanya kepada mereka, dan tidak 

kepada dunia. Bagi mereka, ini yaitu  manna tersem-

bunyi dan batu putih. Tidak ada penghiburan yang 

dapat dibandingkan dengan penghiburan yang tidak 

tampak dan tidak terdengar. Inilah anugerah yang di-

limpahkan Allah kepada orang-orang pilihan-Nya. Ia me-

menuhi permintaan orang-orang yang takut akan nama-

Nya. 

Kata-kata Penghiburan Kristus 

(14:18-24) 

18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kem-

bali kepadamu. 19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, 

namun  kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup. 20 

Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu 

di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. 21 Barangsiapa memegang perintah-

Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa 

mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi 

dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” 22 Yudas, yang bukan Iskariot, 

berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak 

menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” 23 Jawab 

Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-

Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-

sama dengan dia. 24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti 

firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, 

melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. 

Jika sahabat-sahabat hendak berpisah, sudah menjadi hal yang lum-

rah bila mereka meminta sesuatu satu sama lain, “Berilah kabar 

kepada kami sesering mungkin.” Kristus berpesan mengenai hal ini 

kepada murid-murid-Nya, bahwa meskipun jauh di mata, janganlah 

mereka sampai jauh di hati. 

I.   Ia berjanji untuk senantiasa memelihara mereka (ay. 18): “Aku 

tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu, atau tanpa 

ayah. Sebab meskipun Aku meninggalkanmu, Aku memberimu 

penghiburan ini, yaitu bahwa Aku datang kembali kepadamu.” Ke-

pergian-Nya itulah yang menyedihkan hati mereka. Namun, ter-

nyata hal itu tidak separah yang mereka duga, sebab  perpisahan 

itu tidaklah sepenuhnya dan berakhir sampai di situ saja. 

1.  Tidak sepenuhnya. “Meskipun Aku akan meninggalkanmu se-

cara lahiriah, Aku tidak meninggalkanmu tanpa penghiburan.” 

Meskipun sebagai anak-anak dan ditinggalkan saat  masih 

kecil, namun mereka telah diangkat sebagai anak, dan sebab  

itu Bapa-Nya akan menjadi Bapa mereka juga, dan dari-Nya-

lah orang-orang yang menjadi yatim piatu akan mendapatkan 

belas kasihan. Perhatikanlah, keadaan orang-orang percaya 

sejati, meskipun adakalanya menyedihkan, tidak pernah tanpa 

penghiburan, sebab mereka tidak pernah menjadi anak yatim 

piatu: sebab  Allah yaitu  Bapa mereka, Bapa yang Kekal.  

2.  Tidak berakhir sampai di situ: Aku datang kembali kepadamu, 

erchomai – Aku benar-benar datang.  

Artinya: 

(1) “Aku akan segera datang kepadamu pada hari kebangkit-

an-Ku. Aku tidak akan pergi lama, namun  akan segera ber-

ada bersamamu lagi.” Ia sudah sering berkata, Sesudah 

tiga hari Aku akan bangkit. 

(2) “Aku akan datang setiap hari kepadamu dalam Roh-Ku,” 

sebagai tanda kasih-Nya dan kunjungan anugerah-Nya, Ia 

masih datang. 

(3) “Aku pasti akan datang pada akhir zaman. Aku pasti akan 

segera datang untuk membawamu ke dalam sukacita Tu-

han-mu.” Perhatikanlah, mengingat-ingat kedatangan Kris-

tus kepada kita akan mencegah kita merasa tanpa penghi-

buran selama masa keterpisahan-Nya dari kita, sebab 

kalaupun Ia dipisahkan sejenak, ini yaitu  supaya kita da-

pat menerima-Nya untuk selama-lamanya. Biarlah hal ini 

meringankan kesedihan kita, Tuhan sudah dekat. 

II.  Ia berjanji bahwa mereka akan senantiasa berhubungan dengan-

Nya dan tetap memiliki kepentingan di dalam Dia (ay. 19-20): 

Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, artinya, 

Sekarang Aku tidak berada di dalam dunia lagi. sesudah  kematian-

Nya, dunia tidak melihat Dia lagi, sebab  meskipun Dia telah 

bangkit kembali, Ia tidak pernah menampakkan diri kepada selu-

ruh bangsa (Kis. 10:41). Dunia yang jahat ini berpendapat bahwa 

mereka sudah tidak mau melihat-Nya lagi, dan mereka pun ber-

teriak, Enyahkan Dia! Salibkan Dia! Dan memang seperti itulah 

malapetaka yang akan menimpa mereka, mereka tidak akan 

melihat-Nya lagi. Hanya mereka yang memandang Kristus dengan 

imanlah yang akan melihat-Nya sampai selamanya. Dunia tidak 

akan melihat-Nya lagi sampai kedatangan-Nya yang kedua, namun  

selama kepergian-Nya, murid-murid-Nya akan tetap bersekutu 

dengan-Nya. 

1. Kamu melihat Aku, dan akan terus melihat Aku, saat  dunia 

tidak melihat Aku lagi. Sesudah kebangkitan-Nya, mereka meli-

hat-Nya dengan mata jasmaniah mereka, sebab Ia menampak-

kan diri kepada mereka dengan banyak tanda untuk membuk-

tikan, bahwa Ia hidup (Kis. 1:3). Murid-murid itu bersukacita 

saat  mereka melihat Tuhan. Mereka kemudian melihat Dia 

dengan mata iman sesudah  kenaikan-Nya ke sorga, duduk di 

sebelah kanan Allah, sebagai Tuhan atas semua orang. Mereka 

melihat di dalam diri-Nya hal yang tidak terlihat oleh dunia.  

2. Sebab Aku hidup, kamu pun akan hidup. Hal yang membuat 

mereka sedih yaitu  sebab  Guru mereka akan mati, dan 

mereka hanya dapat berpikir bahwa mereka pasti juga akan 

mati bersama-Nya. “Tidak,” kata Kristus: 

(1)  “Aku hidup.” Di dalam hal inilah Allah yang perkasa itu ber-

megah. “Aku hidup,” kata Tuhan, dan Kristus mengatakan 

hal yang sama. Bukan sekadar Aku akan hidup, seperti 

yang dikatakan-Nya tentang mereka, melainkan, Aku be-

nar-benar hidup. Sebab Ia mempunyai hidup dalam diri-Nya 

sendiri, dan hidup sampai selama-lamanya. Kita bukannya 

tanpa penghiburan, selama kita tahu bahwa Penebus kita 

hidup. 

(2)  Oleh sebab itu kamu pun akan hidup. Perhatikanlah, Kehi-

dupan orang Kristen berhubungan erat dengan kehidupan 

Kristus. Selama Ia hidup, orang-orang yang dipersatukan 

dengan-Nya melalui iman akan hidup juga. Mereka akan 

hidup secara rohani, sebuah kehidupan ilahi dalam perse-

kutuan dengan Allah. Kehidupan ini tersembunyi bersama 

Kristus. Bila bagian kepala dan akar hidup, maka anggota 

tubuh lain dan ranting-rantingnya akan hidup juga. Mere-

ka akan hidup selama-lamanya. Tubuh mereka akan di-

bangkitkan melalui kuasa kebangkitan Kristus, dan mereka 

akan hidup sejahtera di dunia yang akan datang. Semua 

orang kepunyaan-Nya tidak bisa tidak pasti akan sejahtera 

(Yes. 26:19).  

3.  Kamu akan menerima kepastian mengenai hal ini (ay. 20): 

Pada waktu itulah, saat  Aku dipermuliakan, saat  Roh itu 

sudah dicurahkan, kamu akan tahu dengan lebih jelas dan 

pasti daripada sekarang, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan 

kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  

(1)  Rahasia-rahasia yang mulia ini akan diketahui sepenuhnya 

di sorga. Pada waktu itulah, saat Aku menyambutmu sen-

diri, kamu akan mengetahui dengan sempurna hal yang se-

karang ini kamu lihat dalam cermin sebagai gambaran yang 

samar-samar. Sekarang ini belumlah tampak nyata seperti 

apa keadaan kita kelak, namun  pada waktu itu akan tampak 

seperti apa keadaan kita dulu. 

(2) sesudah  pencurahan Roh Kudus ke atas rasul-rasul, raha-

sia-rahasia itu semakin dikenal dengan baik. Pada hari itu, 

cahaya ilahi itu akan bersinar, dan mata mereka akan 

mampu melihat dengan lebih jelas, pengetahuan mereka 

lebih maju dan bertambah, semakin luas, dan semakin 

jelas, serupa dengan orang buta yang disentuh kedua kali-

nya oleh tangan Kristus, yang awalnya hanya melihat mere-

ka berjalan-jalan, namun  tampaknya seperti pohon-pohon.  

(3) Rahasia-rahasia itu diketahui oleh semua orang yang me-

nerima Roh kebenaran itu, dengan sangat berlimpah-lim-

pah, sebab berdasarkan pengetahuan akan semua inilah 

dibangunlah persekutuan mereka dengan Bapa dan dengan 

Anak-Nya, Yesus Kristus.  

Mereka tahu: 

[1] Bahwa Kristus di dalam Bapa, satu dengan Bapa, me-

lalui pengalaman mereka tentang apa yang telah dilaku-

kan-Nya bagi mereka dan di dalam mereka. Mereka 

mendapati bahwa ada  kesesuaian dan keselarasan 

yang mengagumkan di antara Kekristenan dan agama 

alamiah, bahwa hal yang telah dilakukan-Nya itu ter-

tanam di dalam kesatuan ini, sehingga mereka tahu 

bahwa Kristus di dalam Bapa. 

[2] Bahwa Kristus di dalam mereka. Orang-orang Kristen 

yang sudah berpengalaman tahu melalui Roh bahwa 

Kristus diam di dalam mereka (1Yoh. 3:24). 

[3] Bahwa mereka di dalam Kristus, sebab hubungan ini 

berjalan timbal balik, dan sama-sama dekat dengan ke-

dua belah pihak. Kristus di dalam mereka dan mereka 

di dalam Kristus, yang berbicara tentang penyatuan 

yang erat dan tidak terpisahkan. Ini terjadi sebab Dia 

hidup, mereka pun akan hidup.  

Perhatikanlah:  

Pertama, kesatuan dengan Kristus yaitu  kehidupan 

orang percaya, sedangkan hubungan mereka dengan-

Nya dan juga dengan Allah melalui Dia, yaitu  kebaha-

giaan mereka.  

Kedua, pengetahuan akan kesatuan ini memberi su-

kacita dan kepuasan tidak terkatakan bagi mereka. Ke-

tika itu murid-murid sudah ada di dalam Kristus, dan 

Dia di dalam mereka, namun  Ia berbicara mengenai kesa-

tuan itu sebagai tindakan lanjutan dari anugerah-Nya 

yang akan terjadi kemudian supaya mereka mengeta-

huinya dan terhibur oleh sebab nya. Perhatian kita ter-

hadap Kristus dan pengetahuan kita tentang perhatian 

kita itu sering kali dipisahkan. 

III. Ia berjanji akan mengasihi mereka dan menyatakan diri kepada 

mereka (ay. 21-24).  

Perhatikanlah di sini: 

1.  Siapa saja yang akan dipandang dan diterima Kristus sebagai 

orang-orang yang dikasihi-Nya. Mereka itu yaitu  yang meme-

gang perintah-Nya dan melakukannya. Dengan ini Kristus 

menunjukkan bahwa semua hal yang dikatakan-Nya di sini 

kepada para murid tidak hanya dimaksudkan bagi orang-

orang yang sekarang menjadi pengikut-Nya, namun  juga bagi 

semua orang yang percaya kepada-Nya oleh pemberitaan me-

reka.  

Di sini ada :  

(1) Kewajiban orang-orang yang mengaku sebagai murid. Sete-

lah menerima perintah-perintah Kristus, kita harus mela-

kukannya. Sebagai orang yang dipanggil dan mengaku 

Kristen, kita telah menerima perintah-perintah Kristus, 

yang kita dengar dan baca. Kita memiliki pengetahuan ten-

tang perintah-perintah-Nya itu. Namun, ini belumlah cu-

kup. Jika kita memang ingin membuktikan diri sebagai 

orang Kristen, kita harus menuruti perintah-perintah-Nya. 

sesudah  menyimpannya dalam kepala, kita harus menyim-

pannya juga di dalam hati dan hidup kita. 

(2) Martabat orang-orang yang melakukan kewajiban seorang 

murid. Kristus memandang mereka sebagai orang yang 

mengasihi-Nya. Bukan orang yang sangat cerdas dan fasih 

berbicara bagi Dia, melainkan orang yang menuruti perin-

tah-perintah-Nya. Perhatikanlah, bukti paling pasti menge-

nai kasih kita kepada Kristus yaitu  ketaatan kepada pe-

rintah-perintah Kristus. Seperti itulah kasih seorang ba-

wahan kepada atasannya, kasih yang patuh, penuh hormat 

dan taat, sejalan dengan kehendak-Nya, serta merasa puas 

dalam hikmat-Nya. 

2.  Balasan apa yang akan diberikan-Nya kepada mereka atas ka-

sih mereka itu. Balasan-Nya berlimpah. Kasih kepada Kritus 

tidak pernah sia-sia. 

(1)  Mereka akan menerima kasih Bapa: Jika seorang mengasihi 

Aku, Bapa-Ku akan mengasihi dia. Kita tidak mampu me-

ngasihi Allah jika   Ia, sebab  kehendak baik-Nya kepada 

kita, tidak memberi kita anugerah untuk mengasihi-Nya. 

Namun, ada balasan kasih yang mendatangkan kepuasan 

penuh yang dijanjikan kepada orang-