kan menjadi bagianmu, melainkan salah satu
dari hal-hal yang dinyatakan. Kamu tidak perlu naik ke sorga,
atau turun ke jurang maut, sebab firman itu dekat kepadamu (Rm.
10:6-8), satu tingkatan denganmu.”
Injil Yohanes 14:4-11
991
2. “Kamu benar-benar mengetahuinya. Kamu tahu mana rumahnya
dan mana jalannya, walaupun mungkin tidak seperti rumah dan
jalan. Kamu sudah diberi tahu mengenai semuanya itu, dan tidak
bisa tidak pasti sudah tahu, kalau saja kamu mau mengingat dan
merenungkannya.” Perhatikanlah, Yesus Kristus bersedia meng-
gunakan sebaik-baiknya pengetahuan yang telah dimiliki sese-
orang, meskipun orang ini lemah dan kurang sempurna da-
lam pengetahuannya itu. Ia tahu yang baik yang ada dalam diri
mereka, lebih tahu daripada mereka sendiri. Ia yakin mereka
memiliki pengetahuan itu, juga iman dan kasih yang tidak mereka
sadari atau yakini.
Perkataan Kristus ini memberi kesempatan kepada dua murid-
Nya untuk berbicara kepada-Nya, dan Ia menjawab keduanya.
I. Tomas menanyakan perihal jalan itu (ay. 5), tanpa meminta maaf
sebab sudah menentang Gurunya.
1. Katanya, “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, ke
tempat atau daerah mana, jadi bagaimana kami tahu jalan
mana untuk mengikuti-Mu? Kami tidak mampu menebaknya
atau mencari jawabannya, dan kami masih belum mengerti.”
Pernyataan Kristus perihal pengetahuan mereka, membuat
mereka lebih menyadari ketidaktahuan mereka dan semakin
ingin tahu sesudah mendapat penerangan lebih lanjut. Di sini
Tomas menunjukkan sikap lebih rendah hati dibandingkan
dengan Petrus yang menyangka ia mampu mengikut Kristus
sekarang juga. Petrus lebih ingin tahu ke mana Kristus pergi.
Sedangkan di sini, Tomas yang meskipun mengeluh bahwa ia
tidak tahu apa pun mengenai hal ini, sepertinya lebih ingin
tahu tentang jalannya.
Sekarang:
(1) Pengakuannya akan ketidaktahuannya itu cukup terpuji.
Bilamana orang baik berada dalam kegelapan dan hanya
tahu sebagian saja, mereka bersedia mengakui kekurangan
mereka sendiri. Namun,
(2) Alasan ketidaktahuannya itu patut dicela. Mereka tidak
tahu ke mana Kristus akan pergi sebab mereka memimpi-
kan kerajaan duniawi dalam kemegahan dan kuasa lahi-
riahnya. Mereka sangat mendambakannya, meskipun su-
dah berkali-kali Ia mengatakan sebaliknya. Itulah sebabnya
saat Kristus berbicara tentang kepergian-Nya dan bahwa
mereka harus mengikut Dia, mereka membayangkan bah-
wa Ia akan pergi ke kota yang terkenal seperti misalnya,
Betlehem, Nazaret, Kapernaum, atau kota-kota orang bu-
kan-Yahudi. Mereka berpikir Ia seperti Daud yang pergi ke
Hebron untuk diurapi sebagai raja, dan untuk memulihkan
kerajaan bagi Israel. Mereka juga membayangkan di mana
kerajaan itu akan didirikan, di mana istana-istananya akan
dibangun. Mereka tidak dapat mengatakan apakah letak-
nya di sebelah timur, barat, utara, atau selatan, dan itulah
sebabnya mereka tidak mengetahui jalannya. Kita pun ma-
sih sering berpikir bahwa kita tidak mengetahui apa pun,
lebih daripada seharusnya, perihal keadaan gereja di masa
mendatang, sebab kita mengharapkan kemakmuran dunia-
winya, padahal janji itu merujuk pada pencapaian rohani.
Seandainya saja Tomas mengerti sebagaimana seharusnya,
bahwa Kristus hendak pergi ke dunia yang tidak kasat-
mata, dunia roh yang hanya merujuk pada hal-hal rohani
semata, ia tidak akan berkata, Tuhan, kami tidak tahu jalan
ke situ.
2. Atas keluhan sebab ketidaktahuan ini, yang mengandung ke-
inginan untuk diajar, Kristus memberi jawaban yang leng-
kap (ay. 6-7). Tomas telah menanyakan ke mana Ia hendak
pergi, dan juga jalan menuju ke sana. Kristus menjawab kedua
pertanyaan ini dan memanfaatkan apa yang telah dikatakan-
Nya pada waktu-waktu sebelumnya, bahwa mereka seha-
rusnya tidak memerlukan jawaban seandainya saja mereka
mengerti dengan benar apa yang telah dikatakan-Nya selama
ini, sebab mereka telah mengenal Dia, yang yaitu jalan. Me-
reka mengenal Bapa, yang yaitu ujung atau tujuan akhir dari
jalan itu. Oleh sebab itu, ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan
ke situ. Percayalah kepada Allah sebagai ujung jalan itu, dan
kepada-Ku sebagai jalannya (ay. 1). Dengan cara inilah kamu
benar-benar telah melakukan apa yang harus kamu perbuat.
(1) Ia berbicara tentang diri sendiri sebagai jalan (ay. 6). Tidak
tahukah kamu jalan ke situ? Akulah jalan, dan hanya Aku
sendiri, sebab tidak ada seorang pun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku. Di sini Kristus menyampai-
kan hal-hal besar mengenai diri-Nya, yang menunjukkan
kepada kita:
[1] Hakikat perantaraan-Nya: Dia yaitu jalan dan kebe-
naran dan hidup.
Pertama, marilah kita terlebih dahulu memikirkan
hal-hal ini secara terpisah.
1. Kristus yaitu jalan, yakni jalan raya yang disebut-
sebut oleh Yesaya (Yes. 35:8). Kristus yaitu jalan
itu sendiri, sebab Ia telah masuk ke dalam tempat
yang kudus dengan darah-Nya sendiri (Ibr. 9:12). Dia
yaitu jalan kita, sebab kita masuk melalui Dia.
Melalui pengajaran dan teladan-Nya, Ia mengajar
kita perihal kewajiban-kewajiban kita. Melalui ke-
baikan dan perantaraan-Nya, Ia menghasilkan keba-
hagiaan kita. Dengan demikian, Dia yaitu jalan. Di
dalam Dia, Allah dan manusia bertemu dan diper-
satukan. Kita tidak mampu mencapai pohon kehi-
dupan melalui keadaan tanpa dosa, namun Kristus
merupakan jalan menuju ke situ. Melalui Kristus
sebagai jalan, hubungan pun terjalin dan terpelihara
di antara sorga dan bumi. Malaikat-malaikat Allah
naik dan turun. Doa-doa kita sampai kepada Allah,
dan berkat-berkat-Nya datang kepada kita melalui
Kristus. Inilah jalan lama yang membawa kepada
perhentian. Murid-murid mengikut Dia, dan Kristus
mengatakan bahwa dengan demikian mereka telah
mengikuti jalan itu, dan selama mereka tetap meng-
ikut Dia, mereka tidak akan pernah tersesat dari
jalan itu.
2. Dia yaitu kebenaran.
(1) Sebagai kebenaran yang bertolak belakang de-
ngan gambaran dan bayang-bayang. Kristus ada-
lah hakikat dari semua gambaran dalam Perjan-
jian Lama. Oleh sebab itu gambaran-gambaran
dalam Perjanjian Lama itu disebut gambaran
saja dari yang sebenarnya (Ibr. 9:24). Kristus
yaitu roti yang benar (6:32), kemah sejati (Ibr.
8:2).
(2) Sebagai kebenaran yang bertolak belakang de-
ngan kepalsuan dan kekeliruan. Ajaran Kristus
merupakan ajaran yang sejati. Bila kita mencari
kebenaran, kita hanya perlu belajar tentang ke-
benaran seperti yang ada di dalam Yesus.
(3) Sebagai kebenaran yang bertolak belakang de-
ngan pikiran yang keliru dan kebohongan. Dia
bersikap tulus pada semua orang yang percaya
kepada-Nya, setulus kebenaran itu sendiri (2Kor.
1:20).
3. Dia yaitu hidup, sebab kita dikatakan hidup bagi
Allah bila kita hidup hanya di dalam dan melalui
Yesus Kristus (Rm. 6:11). Kristus ada di dalam diri
kita untuk jiwa kita, seperti halnya jiwa bagi tubuh
kita. Kristus yaitu kebangkitan dan hidup.
Kedua, marilah kita memikirkan ketiga hal ini ber-
sama-sama dan mengaitkannya satu sama lain. Kristus
yaitu jalan dan kebenaran dan hidup.
Artinya:
1. Dia yaitu awal, pertengahan, dan akhir. Di dalam
Dia kita harus berangkat, melanjutkan perjalanan,
dan menyelesaikannya. Sebagai kebenaran, Dia ada-
lah penuntun jalan kita. Sebagai hidup, Dia yaitu
akhir atau ujung jalan itu.
2. Dia yaitu jalan yang baru dan yang hidup (Ibr.
10:20). Di dalam jalan itu ada kebenaran dan
hidup, begitu pula di akhir jalan itu.
3. Dia yaitu jalan yang benar menuju kehidupan,
satu-satunya jalan yang benar. Jalan-jalan yang lain
mungkin saja tampak benar, namun ujungnya yaitu
jalan kematian.
[2] Perlunya Kristus sebagai Pengantara: Tidak ada seorang
pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Manusia yang telah jatuh harus datang kepada Allah
sebagai Hakim, namun tidak dapat datang kepada-Nya
sebagai Bapa, kecuali melalui Kristus sebagai Pengan-
tara. Kita tidak dapat memenuhi kewajiban datang ke-
pada Allah melalui pertobatan dan tindakan ibadah tan-
pa Roh dan anugerah Kristus. Kita juga tidak dapat
memperoleh kebahagiaan datang kepada Allah sebagai
Bapa kita tanpa kebaikan dan kebenaran-Nya. Dia ada-
lah Imam Besar yang kita akui, Pembela kita.
(2) Ia berbicara mengenai Bapa-Nya sebagai ujung dari jalan
itu (ay. 7): “Sekiranya kamu mengenal Aku dengan benar,
pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini, melalui
kemuliaan yang telah kamu lihat di dalam diri-Ku dan
pengajaran yang telah kamu dengar dari Aku, kamu menge-
nal Dia dan kamu telah melihat Dia.”
Di sini ada :
[1] Teguran tersembunyi terhadap kebebalan dan kecero-
bohan mereka sebab tidak mau mengenal karib Yesus
Kristus, meskipun mereka senantiasa mengikuti dan
menyertai-Nya: Sekiranya kamu mengenal Aku. Mereka
memang kenal Dia, namun tidak mengenal-Nya dengan
sungguh seperti seharusnya. Mereka tahu bahwa Dia
yaitu Kristus, namun tidak melanjutkan untuk menge-
nal Allah di dalam Dia. Kristus telah mengatakan kepa-
da orang-orang Yahudi (8:19), “Jikalau sekiranya kamu
mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku,” dan di
sini Ia juga mengatakan hal yang sama kepada murid-
murid-Nya. Sulit memang untuk mengatakan mana
yang lebih aneh, kebodohan degil orang-orang yang me-
musuhi terang, atau kekurangan dan kesalahan anak-
anak terang yang mempunyai kesempatan yang begitu
besar untuk mengenal. Seandainya mereka telah me-
ngenal Kristus dengan benar, mereka tentunya akan
tahu bahwa kerajaan-Nya bersifat rohani dan bukan
dari dunia ini, bahwa Dia telah turun dari sorga, dan
oleh sebab itu harus kembali ke sorga. Bila ini yang di-
lakukan, mereka tentunya akan mengenal Bapa-Nya
juga, serta tahu ke mana Ia hendak pergi saat berkata,
Aku pergi kepada Bapa, kepada kemuliaan di dunia
lain, bukan di dunia ini. Jika kita mengenal Kekristenan
dengan lebih baik, kita tentunya akan mengenal agama
alamiah dengan lebih baik pula.
[2] Berita menyenangkan bahwa Ia merasa puas dengan
kesungguhan hati mereka, meskipun mereka lemah da-
lam pengertian. “Selanjutnya, sesudah Aku memberi
petunjuk ini kepadamu, yang akan menjadi kunci bagi
semua pengajaran yang telah Kuberikan kepadamu
sampai saat ini, Aku hendak memberitahukan kepada-
mu, kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia, ka-
rena kamu telah mengenal Aku dan melihat Aku.” Da-
lam wajah Kristus kita dapat melihat kemuliaan Allah,
seperti kita melihat bapa di dalam diri anaknya yang
mirip dengannya. Kristus mengatakan kepada murid-
murid-Nya bahwa sebenarnya mereka tidak bodoh se-
perti kelihatannya. sebab , meskipun mereka anak ke-
cil, mereka telah mengenal Bapa (1Yoh. 2:13). Perhati-
kanlah, banyak dari antara murid-murid Kristus memi-
liki pengetahuan dan anugerah lebih daripada yang me-
reka perkirakan, dan Kristus memperhatikan hal ini
serta merasa senang dengan kebaikan yang ada di da-
lam diri mereka meskipun mereka sendiri tidak menya-
darinya. sebab orang-orang yang mengenal Allah tidak
langsung saat itu juga menyadari bahwa mereka menge-
nal Dia (1Yoh. 2:3).
II. Filipus bertanya perihal Bapa (ay. 8), dan Kristus menjawabnya
(ay. 9-11).
Di sini kita bisa amati:
1. Permintaan Filipus untuk mengenal Bapa secara lebih jelas.
Biasanya ia tidak begitu berani berbicara seperti beberapa mu-
rid lainnya. Namun, sebab begitu rindu mendapat penerang-
an lebih lanjut, ia berseru, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
Filipus mendengarkan apa yang dikatakan Kristus kepada
Tomas dan berpegang pada kata-kata terakhir yang diucap-
kan-Nya, kamu telah melihat Dia. “Tidak,” sahut Filipus, “jus-
tru itulah yang kami inginkan, justru kami ingin agar kami
sudah melihat Dia: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu
sudah cukup bagi kami.”
(1) Hal ini menyiratkan adanya kerinduan mendalam untuk
mengenal Allah sebagai seorang Bapa. Permohonannya
yaitu , “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, buatlah kami
mengenal Dia dalam hubungan semacam itu.” Ia memo-
honkan hal ini bukan bagi dirinya sendiri, namun juga bagi
murid-murid yang lain. Permohonannya yaitu , itu sudah
cukup bagi kami. Ia bukan saja mengakuinya sendiri, namun
juga untuk mewakili rekan-rekannya. Biarkanlah kami me-
lihat Bapa satu kali saja, dan itu sudah cukup bagi kami.
Jansenius [seorang theolog Belanda – pen.] berkata, “Wa-
laupun Filipus tidak bermaksud begitu, di sini Roh Kudus,
melalui bibirnya, bermaksud mengajar kita bahwa kepuas-
an dan kebahagiaan jiwa diperolah sebab memandang dan
menikmati hadirat Allah (Mzm. 16:11; 17:15). Di dalam pe-
ngenalan akan Allah sajalah pengertian itu bisa tenang dan
memperoleh kepuasannya. Di dalam pengenalan akan
Allah sebagai Bapa kita, jiwa dapat dipuaskan. Melihat
Bapa yaitu bagaikan sorga di bumi yang memenuhi kita
dengan sukacita yang tidak terkatakan.
(2) Seperti yang dikatakan Filipus di sini, kata-katanya menyi-
ratkan bahwa ia belum cukup puas mengenal Bapa melalui
penjelasan yang dianggap cukup oleh Kristus. Ia ingin hal
ini dijelaskan, dan mendesak-Nya untuk menyatakan lebih
lanjut melalui hal-hal yang tidak kalah dari penampakan
kemuliaan Allah seperti yang ditunjukkan kepada Musa
(Kel. 33:22) dan kepada para tua-tua Israel (Kel. 24:9-11).
“Biarkan kami melihat Bapa dengan mata kepala kami,
seperti kami melihat Engkau, itu sudah cukup bagi kami.
Kami tidak akan mengganggu-Mu lagi dengan pertanyaan,
ke mana Engkau pergi.” Hal ini bukan saja menunjukkan
kelemahan imannya, namun juga ketidaktahuannya menge-
nai cara Injil menyatakan Bapa, yaitu dengan cara rohani,
bukan dengan merasa atau melihat secara jasmani. Ia me-
nyangka bahwa melihat Allah seperti itu akan cukup bagi
mereka. Padahal, orang yang benar-benar melihat Dia bu-
kannya merasa cukup, namun mencari diri mereka dan ber-
laku busuk dengan membuat patung. Ketetapan-ketetapan
Kristus memiliki segalanya yang lebih baik untuk mene-
guhkan iman kita daripada yang bisa dilakukan berbagai
cara hasil penemuan kita sendiri.
2. Jawaban Kristus mengarahkannya kepada hal-hal yang sudah
diketahui perihal Bapa (ay. 9-11).
(1) Kristus mengarahkannya kepada apa yang telah dilihatnya
(ay. 9). Ia mencela Filipus sebab kebodohan dan kecero-
bohannya itu: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,
Filipus, sekarang ini sudah lebih dari tiga tahun Aku ber-
gaul akrab denganmu, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagai-
mana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami?
Masakan engkau hendak meminta sesuatu yang sudah
engkau miliki?”
Di sini:
[1] Kristus menegurnya sebab dua hal: pertama, sebab
tidak memanfaatkan dengan baik pengenalannya akan
Kristus itu, seperti yang seharusnya dilakukan olehnya,
untuk mengenal-Nya secara khusus dan jelas: “Engkau
tidak mengenal Aku, yang sudah sekian lama kau ikuti,
dan bercakap-cakap begitu sering denganmu?” saat
pertama kali berjumpa dengan-Nya, Filipus menyatakan
bahwa ia tahu Kristus yaitu Sang Mesias (1:45). Na-
mun, sampai saat ini ia tidak mengenal Bapa di dalam
Dia. Banyak orang yang tahu banyak tentang firman
Tuhan dan perkara-perkara ilahi, justru tidak berhasil
banyak seperti yang diharapkan dari mereka. Ini terjadi
sebab mereka tidak mencerna semua gagasan yang te-
lah mereka miliki dan menyempurnakannya. Banyak
yang mengenal Kristus, namun tidak mengetahui apa
yang seharusnya bisa mereka ketahui tentang diri-Nya,
atau tidak melihat apa yang seharusnya mereka lihat di
dalam diri-Nya. Hal yang memperburuk kebodohan Fili-
pus yaitu sebab ia sudah memperoleh kesempatan
begitu banyak untuk meningkatkan diri: Telah sekian
lama Aku bersama-sama kamu. Perhatikanlah, semakin
lama kita menikmati sarana pengetahuan dan anuge-
rah, akan semakin tidak termaafkan jika kita dida-
pati kurang dalam pengetahuan dan anugerah itu. Kris-
tus mengharapkan agar kecakapan kita harus setara
ukurannya dengan kedudukan kita, agar kita tidak te-
tap seperti bayi. sebab itu biarlah kita bertanya kepa-
da diri sendiri: “Sudah begitu lamakah aku menjadi
pendengar berbagai khotbah, mempelajari Kitab Suci,
menjadi murid Kristus, namun tetap begitu lemah di
dalam pengenalan akan Kristus Yesus, dan begitu tidak
memahami ajaran tentang kebenaran?” Kedua, Kristus
menegurnya sebab kelemahannya dalam hal mendoa-
kan apa yang dimintanya, Tunjukkanlah Bapa itu kepa-
da kami. Perhatikanlah, di sini tampak sekali kelemah-
an murid-murid Kristus sebab mereka tidak tahu ba-
gaimana seharusnya berdoa (Rm. 8:26), dan bahkan
sering kali salah berdoa (Yak. 4:3), sebab meminta hal
yang tidak dijanjikan atau meminta sesuatu yang sebe-
narnya sudah diberikan, dalam arti yang sudah dijanji-
kan, seperti dalam masalah ini.
[2] Kristus mengajarnya, dan memberinya asas yang bukan
sekadar memuliakan Kristus secara umum dan menun-
tun kita kepada pengenalan tentang Allah di dalam Dia,
namun juga meneguhkan apa yang telah dikatakan Kris-
tus (ay. 7): Kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat
Dia. Dan ini menjawab permintaan Filipus, Tunjukkan-
lah Bapa itu kepada kami. Kristus pun berkata bahwa
masalah itu akan segera terpecahkan, sebab barang-
siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa. Pertama,
semua orang yang telah melihat Kristus sebagai manu-
sia telah melihat Bapa di dalam Dia, jika Iblis tidak
membutakan pikiran mereka, dan menghalangi mereka
memandang Kristus sebagai gambaran Allah (2Kor. 4:4).
Kedua, semua orang yang melihat Kristus dengan iman
telah melihat Bapa di dalam Dia, meskipun mereka
tidak langsung menyadarinya. Di dalam terang peng-
ajaran Kristus, mereka melihat Allah sebagai Bapa se-
gala terang. Di dalam mujizat-mujizat, mereka melihat
Allah Yang Mahakuasa, tangan Allah. Kekudusan Allah
bersinar dalam kesucian hidup Kristus yang tanpa cela.
Anugerah Allah tampak dalam semua perbuatan anuge-
rah yang dilakukan Kristus.
(2) Kristus mengarahkannya kepada apa yang sudah sepantas-
nya dipercayai olehnya (ay. 10-11): “Tidak percayakah eng-
kau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, se-
hingga dengan melihat Aku engkau telah melihat Bapa?
Apakah engkau belum mempercayai ini? Bila belum, per-
cayalah kata-kata-Ku, dan percayalah sekarang.”
[1] Lihatlah di sini apa yang harus kita percayai: Bahwa
Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. Artinya,
seperti yang telah dikatakan-Nya (10:30), Aku dan Bapa
yaitu satu. Kristus berbicara tentang Bapa dan diri-
Nya sendiri sebagai dua pribadi, namun sungguh-sung-
guh satu adanya, bukan dua, dan tidak terceraikan.
Dengan mengenal Kristus sebagai Allah segala allah,
Terang segala terang, Allah yang mengatasi segala allah,
yang diperanakkan, bukan diciptakan, dan satu hakikat
dengan Bapa, dan yang oleh-Nya segala sesuatu dijadi-
kan, kita juga mengenal Bapa. Dengan melihat Dia, kita
telah melihat Bapa. Di dalam Kristus kita melihat lebih
banyak kemuliaan Allah daripada yang dilihat oleh
Musa di Gunung Horeb.
[2] Lihatlah di sini dua sebab mengapa kita harus memper-
cayai hal ini: Kita harus mempercayainya. Pertama, ber-
dasarkan perkataan-Nya sendiri: Apa yang Aku katakan
kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri. Lihat
ps. 7:16, Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri.
Bagi mereka, apa yang dikatakan-Nya sekadar merupa-
kan perkataan manusia, yang mengungkapkan penda-
pat sendiri sesuka hati. Namun, sebenarnya hikmat
Allah sendirilah yang menyatakannya kepada-Nya dan
kehendak Allah sajalah yang menyokongnya. Hal itu
dikatakan-Nya bukan dari diri-Nya sendiri, namun dari
pikiran Allah sesuai dengan kebijaksanaan yang kekal.
Kedua, berdasarkan pekerjaan-Nya: Bapa, yang diam di
dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya, dan
oleh sebab itu percayalah kepada-Ku sebab pekerjaan-
pekerjaan itu sendiri.
Perhatikanlah:
1. Telah dikatakan bahwa Bapa diam di dalam Dia, ho
en emoi menōn – Dia tinggal di dalam Aku, melalui
penyatuan hakikat (natur) ilahi dan manusiawi yang
tidak terpisahkan: belum pernah Allah mempunyai
bait suci untuk menjadi tempat kediaman-Nya di
bumi seperti tubuh Tuhan Yesus (2:21). Di sinilah
Syekina sejati, yang di dalam Kemah Suci hanyalah
merupakan gambaran semata. Sebab dalam Dialah
berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-
Allahan (Kol. 2:9). Bapa diam di dalam Kristus supa-
ya di dalam-Nya, Ia dapat ditemui sebagai manusia
di mana Ia berdiam. Carilah TUHAN, carilah Dia di
dalam Kristus, dan Ia berkenan ditemui, sebab di da-
lam Kristus-lah Ia berdiam.
2. Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Kristus me-
nyampaikan banyak perkataan penuh kuasa dan
melakukan banyak pekerjaan penuh belas kasihan,
dan Bapalah yang mengerjakan semuanya di dalam
diri-Nya. Juga, karya penebusan secara umum me-
rupakan pekerjaan Allah sendiri.
3. Kita harus mempercayai hal ini, sebab pekerjaan-
pekerjaan itu sendiri. Sama seperti kita harus mem-
percayai keberadaan dan kesempurnaan Allah ber-
dasarkan pekerjaan penciptaan yang menyatakan
kemuliaan-Nya, begitu pula kita harus mempercayai
pewahyuan Allah kepada manusia di dalam Yesus
Kristus berdasarkan pekerjaan Sang Penebus. De-
ngan tampaknya pekerjaan-pekerjaan yang ajaib itu
(Mat. 14:2), tampak pula diri-Nya dan Allah di dalam
Dia. Perhatikanlah, mujizat-mujizat Kristus merupa-
kan bukti akan pengutusan ilahi-Nya, bukan saja
untuk menyadarkan orang-orang yang tidak per-
caya, namun juga untuk meneguhkan iman murid-
murid-Nya sendiri (2:11; 5:36; 10:37).
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:12-14)
12 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada
Bapa; 13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melaku-
kannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. 14 Jika kamu meminta
sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”
Murid-murid yang sangat sedih sebab memikirkan perpisahan de-
ngan Guru mereka, juga sangat khawatir tentang apa yang akan ter-
jadi dengan diri mereka bila Ia sudah pergi nanti. Sementara masih
berada bersama mereka, Ia menjadi penopang bagi mereka, menjaga
perilaku mereka, dan senantiasa memperhatikan mereka. Namun,
bila Ia meninggalkan mereka, mereka akan seperti domba yang tidak
bergembala, mangsa yang empuk bagi orang-orang yang hendak me-
ngejar dan menangkap mereka. Sekarang, untuk menghapus keta-
kutan mereka, di sini Kristus meyakinkan mereka supaya mengena-
kan kuasa yang mampu untuk membantu mereka bertahan. Sama
seperti Kristus memiliki segala kuasa, mereka pun, dalam nama-Nya,
akan memperoleh kuasa di sorga dan di bumi.
I. Kuasa yang besar di bumi (ay. 12): Barangsiapa percaya kepada-
Ku (Aku tahu engkau percaya), ia akan melakukan juga pekerjaan-
pekerjaan yang Aku lakukan. Dengan menyatakan bahwa orang
lain juga akan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar seperti yang
dilakukan-Nya, hal ini tidak melemahkan bukti yang diajukan
Kristus mengenai pekerjaan-pekerjaan-Nya sendiri bahwa Dia
satu dengan Bapa. Sebaliknya, hal ini justru menguatkan bukti-
Nya itu, sebab mujizat-mujizat yang dilakukan para rasul dilaku-
kan di dalam nama-Nya, dan melalui iman di dalam Dia. Hal ini
semakin memberi kebesaran bagi kuasa-Nya dibandingkan apa
pun juga, sebab ini berarti bahwa Ia bukan saja mengadakan
mujizat sendiri, melainkan juga memberi kuasa kepada orang
lain untuk melakukannya.
1. Dia meyakinkan mereka akan dua hal:
(1) Bahwa mereka akan dimampukan untuk melakukan peker-
jaan-pekerjaan seperti yang telah dilakukan-Nya, dan bah-
wa mereka akan memiliki kuasa yang lebih besar guna me-
lakukan semua itu, dibandingkan saat Ia pertama kali-
nya mengutus mereka (Mat. 10:8). Apakah Kristus me-
nyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan
mentahirkan orang kusta? Demikian pulalah yang harus
mereka lakukan. Apakah Ia meyakinkan orang berdosa
hingga bertobat, dan menarik banyak orang kepada-Nya?
Demikian pulalah yang harus mereka lakukan. Meskipun
Ia akan pergi, pekerjaan itu tidak boleh berhenti ataupun
sirna, melainkan harus dilanjutkan dengan penuh sema-
ngat dan keberhasilan seperti dulu. Dan pekerjaan itu pun
masih terus berlangsung sampai sekarang ini.
(2) Bahwa mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
lebih besar daripada itu.
[1] Di dalam kerajaan duniawi ini, mereka harus mengada-
kan mujizat-mujizat yang lebih besar. Memang tidak
ada mujizat yang kecil, namun menurut pengertian kita,
beberapa tampak lebih besar daripada yang lain. Kris-
tus pernah menyembuhkan melalui jumbai jubah-Nya,
namun Petrus mengadakan hal ini dengan bayangannya
(Kis. 5:15), sedangkan Paulus melalui saputangan yang
pernah dipakainya (Kis. 19:12). Kristus mengadakan
mujizat selama dua atau tiga tahun di satu negeri, te-
tapi para pengikut-Nya mengadakan mujizat dalam
nama-Nya selama berabad-abad di berbagai negeri.
Engkau akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar, jika memang diperlukan, demi kemuliaan Allah.
Doa yang lahir dari iman, jika diperlukan, dapat memin-
dahkan gunung.
[2] Di dalam kerajaan anugerah. Mereka akan meraih ke-
menangan yang lebih gemilang melalui Injil, dibanding-
kan saat Kristus masih hidup di bumi. Sebenarnya,
dimenangkannya sebagian besar penduduk dunia ini
bagi Kristus, di bawah berbagai tekanan lahiriah, sudah
merupakan mujizat terbesar dari semuanya. Saya ber-
pendapat bahwa hal ini terutama merujuk pada karunia
bahasa. Hal ini merupakan akibat langsung yang terjadi
saat pencurahan Roh, yang merupakan mujizat yang
bersifat tetap terhadap akal budi, sebab dengan akal
budi itu kata-kata dibentuk dan dipakai untuk tujuan
yang begitu mulia itu, yakni pemberitaan Injil ke semua
bangsa dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini merupa-
kan tanda yang lebih besar untuk orang yang tidak
beriman (1Kor. 14:22), dan lebih penuh kuasa untuk
mempertobatkan mereka, dibandingkan dengan mujizat
apa pun.
2. Alasan yang diberikan Kristus untuk hal ini yaitu , Sebab Aku
pergi kepada Bapa:
(1) “Sebab Aku pergi, sudah seharusnya engkau memiliki kua-
sa seperti itu, supaya pekerjaan itu tidak terlantar sebab
ketidakhadiran-Ku.”
(2) “Sebab Aku pergi kepada Bapa, Aku akan punya hak untuk
melengkapimu dengan kuasa itu, Sebab Aku pergi kepada
Bapa untuk mengutus Penghibur itu, dari siapa kamu akan
menerima kuasa,” (Kis. 1:8). Pekerjaan-pekerjaan besar
yang mereka lakukan dalam nama Kristus merupakan ba-
gian dari kemuliaan yang Ia dapatkan saat Ia ditinggikan,
tatkala Ia naik ke tempat tinggi (Ef. 4:8).
II. Kuasa besar di sorga: “Apa juga yang kamu minta, Aku akan mela-
kukannya (ay. 13-14), sama seperti Israel, yang merupakan pe-
nguasa bersama Allah. Oleh sebab itu kamu akan melakukan pe-
kerjaan-pekerjaan besar, sebab kamu sangat berkepentingan di
dalam Aku, seperti juga Aku di dalam Bapa-Ku.”
Perhatikanlah:
1. Dengan cara bagaimana mereka harus memelihara hubungan
dengan-Nya, dan menerima kuasa dari-Nya, saat Ia telah
pergi kepada Bapa – melalui doa. saat sahabat-sahabat karib
akan pindah dan saling terpisah, mereka akan menyiapkan sa-
rana untuk saling berkirim kabar. Demikianlah pula, saat
Kristus hendak pergi kepada Bapa-Nya, Ia mengatakan kepada
murid-murid-Nya bagaimana mereka dapat menulis surat
kepada-Nya setiap saat, dan mengirimkan surat-surat mereka
dengan cara yang aman, tanpa perlu merasa khawatir kalau-
kalau surat itu tidak sampai atau tercecer di jalan: “Biarlah
Aku mendengar kabar darimu lewat doa, doa yang lahir dari
iman, dan engkau akan mendengar dari-Ku lewat Roh itu.” Be-
ginilah cara lama untuk berhubungan dengan Sorga, sejak
orang mulai memanggil nama TUHAN. Namun, melalui kemati-
an-Nya, Kristus telah membuka jalan itu dengan lebih lebar,
dan sampai sekarang pun jalan itu masih terbuka bagi kita. Di
sini ada :
(1) Kerendahan hati diajarkan: kamu minta. Walaupun mereka
telah meninggalkan segalanya bagi Kristus, mereka tidak
dapat menuntut apa pun dari-Nya sebagai utang. Mereka
harus menjadi pemohon yang rendah hati, mintalah atau
akan mati kelaparan, mintalah atau akan binasa.
(2) Kebebasan diizinkan: “Mintalah apa saja, apa saja yang
baik dan pantas bagimu. Apa saja, asalkan engkau tahu
apa yang engkau minta, boleh engkau minta. Engkau boleh
meminta bantuan dalam pekerjaanmu, mulut yang bijak-
sana, pemeliharaan dari tangan musuh-musuhmu, kuasa
untuk mengadakan mujizat bilamana memang dibutuhkan,
dan bagi keberhasilan pelayanan demi pertobatan jiwa-
jiwa. Mintalah agar supaya mendapatkan penjelasan, bim-
bingan, dan pembelaan.” Kebutuhan memang berbeda-
beda, namun mereka akan disambut di takhta anugerah bagi
setiap kebutuhan.
2. Di dalam nama siapa mereka harus mengajukan permohonan
mereka: Mintalah dalam nama-Ku. Meminta dalam nama Kris-
tus yaitu :
(1) Memohon jasa baik dan perantaraan-Nya, dan bergantung
pada permohonan dalam nama-Nya itu. Orang-orang ku-
dus di zaman Perjanjian Lama memperhatikan hal ini saat
mereka berdoa demi Tuhan sendiri (Dan. 9:17), dan demi
yang diurapi (Mzm. 84:10). Namun, perantaraan Kristus
dibuat menjadi lebih jelas oleh Injil, sehingga sebab itulah
kita dimampukan untuk meminta dalam nama-Nya dengan
lebih nyata. Waktu Kristus mengajarkan Doa Bapa Kami,
hal ini tidak disisipkan, sebab saat itu mereka tidak be-
gitu memahami hal ini seperti di kemudian hari, saat Roh
dicurahkan. Bila kita meminta dalam nama kita sendiri,
kita tidak dapat berharap untuk berhasil, sebab sebagai
orang asing, kita tidak mempunyai nama di sorga. Sebagai
orang berdosa, kita mempunyai nama buruk di sana.
Namun, nama Kristus yaitu nama yang baik dan terkenal
di sorga, nama-Nya sangat mulia.
(2) Bertujuan untuk kemuliaan-Nya dan menjadikan hal ini
sebagai tujuan akhir dari semua doa kita.
3. Keberhasilan apa yang dapat mereka raih melalui doa-doa me-
reka: “Apa pun yang kamu minta, Aku akan melakukannya,”
(ay. 13). Dan lagi (ay. 14), “Aku akan melakukannya. Engkau
boleh merasa yakin bahwa Aku akan melakukannya. Bukan
saja akan dilakukan, namun Aku akan memastikan bahwa itu
sudah dilakukan, atau memberi perintah supaya dilaksana-
kan. Aku akan melakukannya.” sebab Ia bukan saja memiliki
kepentingan untuk menjadi perantara, namun juga kuasa se-
orang raja yang berdaulat, yang duduk di sebelah kanan Allah,
yang bertindak dan melaksanakan segala sesuatu di dalam ke-
rajaan Allah. Melalui iman dalam nama-Nya, kita bisa menda-
patkan apa yang kita mintakan.
4. sebab alasan apa doa-doa mereka akan terkabul: Supaya
Bapa dipermuliakan di dalam Anak.
Artinya:
(1) Hal ini harus menjadi tujuan dan pandangan mata mereka
saat meminta. Hal ini harus menjadi pusat pertemuan
dari seluruh keinginan dan doa kita. Kepada hal inilah se-
mua ini harus diarahkan, supaya Allah di dalam Kristus
boleh dihormati melalui pelayanan kita dan di dalam kese-
lamatan kita. Dikuduskanlah nama-Mu yaitu doa yang di-
jawab dan didahulukan, sebab jikalau hati tulus dalam hal
ini, maka hal ini akan menguduskan semua permohonan
lainnya.
(2) Inilah yang menjadi tujuan Kristus dalam mengabulkan
doa itu, dan demi hal ini Ia akan melakukan apa yang
mereka minta, supaya dengan demikian kemuliaan Bapa di
dalam Anak diwujudkan. Hikmat, kuasa, dan kebaikan
Allah semakin dimuliakan di dalam Penebus oleh kuasa
yang diturunkan dari Dia dan dihasilkan dalam nama-Nya
serta untuk pelayanan-Nya, rasul-rasul dan pelayan-pela-
yan-Nya dimampukan melakukan hal-hal sebesar itu, baik
dalam bukti-bukti pengajaran mereka maupun dalam se-
mua keberhasilannya.
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:15-17)
15 “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. 16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberi kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, 17 yaitu Roh
Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia
dan tidak mengenal Dia. namun kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai
kamu dan akan diam di dalam kamu.”
Kristus bukan saja mengemukakan hal-hal di atas sebagai penghi-
buran bagi mereka, namun di sini Ia juga berjanji untuk mengirimkan
Roh yang bertugas sebagai Penolong mereka, untuk menanamkan
hal-hal ini pada diri mereka.
I. Kristus memberi syarat ini sebagai kewajiban (ay. 15): Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Di
sini, menuruti perintah-perintah Kristus dipandang sebagai iba-
dah kesalehan secara umum, dan sebagai tugas mereka sebagai
rasul yang harus dilakukan dengan setia dan tekun.
Sekarang perhatikanlah:
1. saat Kristus sedang menghibur mereka, Ia menyuruh me-
reka menuruti segala perintah-Nya, sebab kita tidak boleh
mengharapkan penghiburan kecuali kita sedang dalam melak-
sanakan tugas. Istilah yang sama (parakaleō) berarti menasi-
hati dan juga menghibur.
2. saat mereka sedang mengkhawatirkan apa yang harus me-
reka lakukan sebab Guru mereka akan meninggalkan mere-
ka, dan bagaimana nasib mereka sekarang, Ia menyuruh
mereka menuruti segala perintah-Nya, supaya tidak ada yang
salah dengan mereka nantinya. Di masa-masa sulit, kekha-
watiran kita mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi
haruslah digantikan dengan perhatian atas tugas-tugas yang
akan dilaksanakan.
3. saat mereka menunjukkan kasih mereka kepada Kristus de-
ngan sikap sedih sebab memikirkan kepergian-Nya, dan juga
dukacita yang memenuhi hati sebab membayangkan hal itu,
Kristus menyuruh mereka untuk tidak menyatakan kasih
mereka kepada-Nya melalui sikap lemah dan cengeng seperti
ini, melainkan melalui kesungguhan dalam menjalankan sikap
percaya mereka, dan juga melalui ketaatan menyeluruh terha-
dap perintah-perintah-Nya. Ini lebih baik daripada korban,
lebih baik daripada air mata. Apakah engkau mengasihi Aku?
Gembalakanlah domba-domba-Ku.
4. saat Kristus memberi janji-janji yang mulia, yaitu jawab-
an atas doa dan kedatangan Sang Penghibur itu, Ia menyam-
paikan hal berikut sebagai persyaratan guna memperoleh jan-
ji-janji itu, “Asalkan engkau menuruti perintah-perintah-Ku,
sebagai pernyataan kasih terhadap-Ku.” Kristus tidak bersedia
menjadi pembela bagi siapa pun selain bagi orang-orang yang
bersedia diatur dan dinasihati oleh Dia sebagai penasihat me-
reka. Ikutilah pimpinan Roh, dan engkau akan mendapatkan
penghiburan Roh.
II. Ia menjanjikan berkat besar dan tidak terkatakan bagi mereka
(ay. 16-17).
1. Dijanjikan bahwa mereka akan menerima Penolong yang lain.
Ini yaitu janji Perjanjian Baru yang agung (Kis. 1:4), sama se-
perti janji yang ada dalam Perjanjian Lama mengenai Sang Me-
sias: sebuah janji yang disesuaikan dengan kegundahan seka-
rang ini yang dialami para murid, yang sedang bersedih dan
membutuhkan seorang penghibur.
Perhatikanlah di sini:
(1) Berkat yang dijanjikan: allon paraklēton. Perkataan ini ha-
nya digunakan dalam percakapan-percakapan Kristus di
sini, dan di dalam 1 Yohanes 2:1, yang diterjemahkan de-
ngan pengantara. Dr. Hammond, tetap mempertahankan
istilah Yunani, yakni Paraclete. Kita membaca di dalam Ki-
sah Para Rasul 9:31 mengenai paraklēsis tou hagiou pneu-
matos, penghiburan Roh Kudus, termasuk juga seluruh
tugas-Nya sebagai Penghibur.
[1] Engkau akan menerima seorang pengantara lain. Tugas
Roh yaitu menjadi pengantara Kristus dengan mereka
dan juga orang lain, untuk mengadakan pembelaan
bagi-Nya dan mengurus perkara-perkara-Nya di bumi.
Untuk menjadi vicarius Christi – wakil Kristus, demi-
kianlah salah seorang penulis dari zaman dahulu me-
nyebut-Nya, dan untuk menjadi pengantara mereka da-
lam menghadapi para penentang mereka. Waktu Kristus
berada bersama mereka, Ia berbicara untuk mereka bila
diperlukan, namun sekarang, saat Ia hendak meninggal-
kan mereka, mereka tidak akan dibiarkan begitu saja,
sebab Roh Bapa akan berkata-kata di dalam mereka
(Mat. 10:19-20). Dan perkara yang dibela oleh pengan-
tara semacam itu pasti tidak akan gagal.
[2] Engkau akan menerima seorang guru, pengajar, atau
penasihat lain. Sementara Kristus berada bersama me-
reka, Ia mendorong dan menasihati mereka untuk mela-
kukan tugas mereka. Namun, sekarang, saat Dia ha-
rus pergi, Dia meninggalkan Seseorang bagi mereka,
yang akan mengerjakan hal ini dengan sama baiknya,
walaupun tanpa suara. Jansenius berpendapat bahwa
istilah yang paling tepat untuk menerjemahkannya ada-
lah patron, seseorang yang memberi petunjuk sekaligus
melindungi.
[3] Seorang penghibur lain. Kristus telah dinantikan seba-
gai penghiburan bagi umat Israel. Salah satu nama Me-
sias yang dikenal di antara orang-orang Yahudi yaitu
Menahem – Sang Penghibur. Kitab Targum [terjemahan
sebagian Perjanjian Lama dalam bahasa Aramaik – pen.]
menyebut masa Sang Mesias itu sebagai tahun-tahun
penghiburan. Kristus menghibur murid-murid-Nya keti-
ka Ia masih berada bersama mereka, dan sekarang, ke-
tika Ia hendak meninggalkan mereka, Ia menjanjikan
penghibur lain saat mereka paling membutuhkan peng-
hiburan.
(2) Yang memberi berkat ini: Bapa akan memberi Peno-
long itu, Bapa-Ku dan Bapa-mu. Berkat itu mencakup ke-
duanya. Dia yang memberi Anak-Nya untuk menjadi
Juruselamat kita, juga akan memberi Roh-Nya untuk
menjadi penghibur kita, dengan tujuan yang sama. Anak
itu dikatakan akan mengutus Sang Penghibur (15:26), te-
tapi Bapa-lah pelaku utamanya.
(3) Bagaimana berkat ini dihasilkan – melalui perantaraan
Tuhan Yesus: Aku akan minta kepada Bapa. Ia berkata (ay.
14) Aku akan melakukannya. Di sini Ia berkata, Aku akan
minta, untuk menunjukkan bahwa bukan saja Dia itu Allah
sekaligus manusia, namun juga raja dan imam. Sebagai
imam, Ia ditetapkan untuk menjadi pengantara bagi manu-
sia. Sebagai raja, ia diberi wewenang oleh Bapa untuk men-
jalankan penghakiman. saat Kristus berkata, Aku akan
minta kepada Bapa, ini bukan berarti bahwa Bapa merasa
enggan atau harus didesak untuk melakukannya, namun
untuk menyatakan bahwa karunia Roh merupakan hasil
dari pengantaraan Kristus, yang didapatkan melalui hasil
tindakan-Nya, dan diambil melalui pengantaraan-Nya.
(4) Kelanjutan berkat ini: Supaya Ia menyertai kamu selama-
lamanya.
Artinya:
[1] “Menyertai kamu, sepanjang umur hidupmu. Kamu
tidak akan pernah tanpa seorang penghibur atau terus
meratapi kepergian-Nya, seperti kamu sekarang mera-
tapi kepergian-Ku.” Perhatikanlah, bila kita kehilangan
penghiburan yang dirancangkan untuk sementara wak-
tu bagi kita, maka ini sungguh menguatkan bagi kita
bahwa masih ada penghiburan kekal yang tersedia bagi
kita. Tidak akan ada gunanya bila Kristus menyertai
mereka selamanya, sebab mereka yang sudah ditentu-
kan untuk melayani umum, tidak boleh senantiasa hi-
dup bersama-sama terus dalam kelompoknya. Mereka
harus menyebar, dan itulah sebabnya dibutuhkan
penghibur yang dapat berada bersama mereka semua di
semua tempat sekaligus, di mana pun mereka tersebar
dan dalam keadaan sesulit apa pun, sebagai penghibur
yang pantas menyertai mereka selamanya.
[2] “Menyertai para penggantimu sesudah kamu sudah tia-
da, bahkan sampai akhir zaman. Menyertai para peng-
gantimu dalam kekristenan, dalam pelayanan.”
[3] Jika kita mengartikan istilah selama-lamanya dengan
seluas-luasnya, janji itu akan digenapi dalam seluruh
penghiburan Allah yang akan menjadi sukacita kekal
semua orang kudus, nikmat senantiasa.
2. Sang Penolong atau Penghibur ini yaitu Roh Kebenaran, dan
kamu mengenal Dia (ay. 17). Mereka mungkin berpikir bahwa
sungguh mustahil mendapatkan penghibur yang setara de-
ngan Dia yang yaitu Anak Allah: “Ya,” kata Kristus, “kamu
akan menerima Roh Allah, yang setara dengan Anak dalam hal
kuasa dan kemuliaan.”
(1) Penolong yang dijanjikan itu yaitu Roh, pribadi yang ha-
rus melaksanakan pekerjaan-Nya dengan cara rohani, di
dalam batin dan tidak terlihat, dengan bekerja di dalam roh
manusia.
(2) “Dia yaitu Roh Kebenaran.” Dia akan berlaku benar kepa-
damu, dan dalam pekerjaan-Nya untukmu, yang akan di-
kerjakannya dengan sepenuhnya. Ia akan mengajarkan
kebenaran itu kepadamu. Ia akan menerangi pikiranmu de-
ngan pengetahuan itu, menguatkan dan meneguhkan per-
cayamu dalam kebenaran itu, serta meningkatkan kasihmu
terhadap kebenaran itu. Orang-orang bukan Yahudi mela-
kukan kesalahan besar melalui penyembahan berhala me-
reka, sedangkan orang-orang Yahudi melalui tradisi mere-
ka. Namun, Roh kebenaran itu bukan saja akan memimpin
kamu ke dalam seluruh kebenaran, namun juga memimpin
orang-orang lain melalui pelayananmu. Kristus yaitu ke-
benaran, dan Dia yaitu Roh Kristus, Roh yang mengurapi
Kristus.
(3) Dunia tidak dapat menerima Dia, namun kamu mengenal Dia,
sebab Ia akan diam di dalam kamu.
[1] Di sini murid-murid Kristus dibedakan dari dunia, kare-
na mereka telah dipilih dan dipanggil keluar dari dunia
yang penuh kejahatan. Mereka yaitu anak-anak dan
pewaris dunia lain, bukan dunia ini.
[2] Sungguh merupakan kesengsaraan bagi orang-orang
yang teramat mengagungkan dunia, sebab mereka tidak
dapat menerima Roh kebenaran itu. Roh dunia dan Roh
dari Allah dikatakan saling bertolak belakang (1Kor.
2:12), sebab di mana roh dunia diagungkan, di situlah
Roh Allah dikucilkan. Bahkan penguasa-penguasa du-
nia ini pun tidak cukup beruntung untuk mengetahui
hal ini. Walaupun sebagai penguasa dunia mereka ba-
nyak memiliki pengetahuan, namun mereka terkung-
kung dalam prasangka mereka yang berurat akar itu,
sehingga mereka tidak mengenal apa yang berasal dari
Roh Allah (1Kor. 2:8).
[3] Itulah sebabnya manusia tidak dapat menerima Roh ke-
benaran, sebab mereka tidak melihat Dia dan tidak
mengenal Dia. Penghiburan Roh yaitu kebodohan bagi
mereka, seperti halnya salib Kristus. Demikian juga,
perkara-perkara agung dari Injil, seperti perkara-per-
kara hukum Taurat, dianggap mereka sebagai sesuatu
yang aneh. Perkara-perkara ini berada jauh di atas
pertimbangan mereka. Cobalah berbicara mengenai kar-
ya-karya Roh kepada anak-anak dunia ini, dan engkau
akan dianggap orang biadab oleh mereka.
[4] Pengetahuan terbaik mengenai Roh kebenaran yaitu
yang diperoleh melalui pengalaman: Kamu mengenal
Dia, sebab Ia menyertai kamu. Kristus tinggal bersama
mereka, dan melalui pergaulan mereka dengan-Nya itu-
lah mereka mengenal Roh kebenaran. Dalam batas-ba-
tas tertentu, mereka sendiri telah diperlengkapi dengan
Roh itu. Apa yang memampukan mereka untuk mening-
galkan segalanya dan mengikut Kristus, serta tetap me-
nyertai-Nya di tengah semua pencobaan yang dialami-
Nya? Apa yang memampukan mereka untuk mengabar-
kan Injil, mengerjakan mujizat, kalau bukan Roh yang
berdiam dalam diri mereka? Pengalaman orang-orang
kudus merupakan penjelasan bagi janji-janji itu. Per-
nyataan-pernyataan yang dianggap bertentangan oleh
orang lain justru diterima para kudus itu sebagai kai-
dah-kaidah kebenaran.
[5] Orang-orang yang bergaul secara pribadi dengan Roh
memiliki keyakinan mengenai penyertaan-Nya yang ber-
kesinambungan: Ia menyertai kamu dan akan diam di
dalam kamu, sebab Roh yang mulia itu tidak akan ber-
pindah-pindah tempat kediaman. Orang-orang yang me-
ngenal Dia tahu bagaimana menghargai-Nya, meng-
undang-Nya, dan menyambut-Nya. Oleh sebab itu, Ia
akan diam di dalam mereka, seperti terang di langit, se-
perti sari tumbuhan di dalam pohon, seperti jiwa di da-
lam tubuh. Persekutuan mereka dengan-Nya akan sa-
ngat akrab dan penyatuan mereka dengan Dia tidak
terpisahkan.
[6] Karunia Roh Kudus merupakan karunia istimewa yang
dicurahkan kepada murid-murid Kristus dengan cara
yang istimewa pula – hanya kepada mereka, dan tidak
kepada dunia. Bagi mereka, ini yaitu manna tersem-
bunyi dan batu putih. Tidak ada penghiburan yang
dapat dibandingkan dengan penghiburan yang tidak
tampak dan tidak terdengar. Inilah anugerah yang di-
limpahkan Allah kepada orang-orang pilihan-Nya. Ia me-
menuhi permintaan orang-orang yang takut akan nama-
Nya.
Kata-kata Penghiburan Kristus
(14:18-24)
18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kem-
bali kepadamu. 19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi,
namun kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup. 20
Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. 21 Barangsiapa memegang perintah-
Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa
mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi
dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” 22 Yudas, yang bukan Iskariot,
berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak
menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” 23 Jawab
Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-
Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-
sama dengan dia. 24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti
firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku,
melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Jika sahabat-sahabat hendak berpisah, sudah menjadi hal yang lum-
rah bila mereka meminta sesuatu satu sama lain, “Berilah kabar
kepada kami sesering mungkin.” Kristus berpesan mengenai hal ini
kepada murid-murid-Nya, bahwa meskipun jauh di mata, janganlah
mereka sampai jauh di hati.
I. Ia berjanji untuk senantiasa memelihara mereka (ay. 18): “Aku
tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu, atau tanpa
ayah. Sebab meskipun Aku meninggalkanmu, Aku memberimu
penghiburan ini, yaitu bahwa Aku datang kembali kepadamu.” Ke-
pergian-Nya itulah yang menyedihkan hati mereka. Namun, ter-
nyata hal itu tidak separah yang mereka duga, sebab perpisahan
itu tidaklah sepenuhnya dan berakhir sampai di situ saja.
1. Tidak sepenuhnya. “Meskipun Aku akan meninggalkanmu se-
cara lahiriah, Aku tidak meninggalkanmu tanpa penghiburan.”
Meskipun sebagai anak-anak dan ditinggalkan saat masih
kecil, namun mereka telah diangkat sebagai anak, dan sebab
itu Bapa-Nya akan menjadi Bapa mereka juga, dan dari-Nya-
lah orang-orang yang menjadi yatim piatu akan mendapatkan
belas kasihan. Perhatikanlah, keadaan orang-orang percaya
sejati, meskipun adakalanya menyedihkan, tidak pernah tanpa
penghiburan, sebab mereka tidak pernah menjadi anak yatim
piatu: sebab Allah yaitu Bapa mereka, Bapa yang Kekal.
2. Tidak berakhir sampai di situ: Aku datang kembali kepadamu,
erchomai – Aku benar-benar datang.
Artinya:
(1) “Aku akan segera datang kepadamu pada hari kebangkit-
an-Ku. Aku tidak akan pergi lama, namun akan segera ber-
ada bersamamu lagi.” Ia sudah sering berkata, Sesudah
tiga hari Aku akan bangkit.
(2) “Aku akan datang setiap hari kepadamu dalam Roh-Ku,”
sebagai tanda kasih-Nya dan kunjungan anugerah-Nya, Ia
masih datang.
(3) “Aku pasti akan datang pada akhir zaman. Aku pasti akan
segera datang untuk membawamu ke dalam sukacita Tu-
han-mu.” Perhatikanlah, mengingat-ingat kedatangan Kris-
tus kepada kita akan mencegah kita merasa tanpa penghi-
buran selama masa keterpisahan-Nya dari kita, sebab
kalaupun Ia dipisahkan sejenak, ini yaitu supaya kita da-
pat menerima-Nya untuk selama-lamanya. Biarlah hal ini
meringankan kesedihan kita, Tuhan sudah dekat.
II. Ia berjanji bahwa mereka akan senantiasa berhubungan dengan-
Nya dan tetap memiliki kepentingan di dalam Dia (ay. 19-20):
Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, artinya,
Sekarang Aku tidak berada di dalam dunia lagi. sesudah kematian-
Nya, dunia tidak melihat Dia lagi, sebab meskipun Dia telah
bangkit kembali, Ia tidak pernah menampakkan diri kepada selu-
ruh bangsa (Kis. 10:41). Dunia yang jahat ini berpendapat bahwa
mereka sudah tidak mau melihat-Nya lagi, dan mereka pun ber-
teriak, Enyahkan Dia! Salibkan Dia! Dan memang seperti itulah
malapetaka yang akan menimpa mereka, mereka tidak akan
melihat-Nya lagi. Hanya mereka yang memandang Kristus dengan
imanlah yang akan melihat-Nya sampai selamanya. Dunia tidak
akan melihat-Nya lagi sampai kedatangan-Nya yang kedua, namun
selama kepergian-Nya, murid-murid-Nya akan tetap bersekutu
dengan-Nya.
1. Kamu melihat Aku, dan akan terus melihat Aku, saat dunia
tidak melihat Aku lagi. Sesudah kebangkitan-Nya, mereka meli-
hat-Nya dengan mata jasmaniah mereka, sebab Ia menampak-
kan diri kepada mereka dengan banyak tanda untuk membuk-
tikan, bahwa Ia hidup (Kis. 1:3). Murid-murid itu bersukacita
saat mereka melihat Tuhan. Mereka kemudian melihat Dia
dengan mata iman sesudah kenaikan-Nya ke sorga, duduk di
sebelah kanan Allah, sebagai Tuhan atas semua orang. Mereka
melihat di dalam diri-Nya hal yang tidak terlihat oleh dunia.
2. Sebab Aku hidup, kamu pun akan hidup. Hal yang membuat
mereka sedih yaitu sebab Guru mereka akan mati, dan
mereka hanya dapat berpikir bahwa mereka pasti juga akan
mati bersama-Nya. “Tidak,” kata Kristus:
(1) “Aku hidup.” Di dalam hal inilah Allah yang perkasa itu ber-
megah. “Aku hidup,” kata Tuhan, dan Kristus mengatakan
hal yang sama. Bukan sekadar Aku akan hidup, seperti
yang dikatakan-Nya tentang mereka, melainkan, Aku be-
nar-benar hidup. Sebab Ia mempunyai hidup dalam diri-Nya
sendiri, dan hidup sampai selama-lamanya. Kita bukannya
tanpa penghiburan, selama kita tahu bahwa Penebus kita
hidup.
(2) Oleh sebab itu kamu pun akan hidup. Perhatikanlah, Kehi-
dupan orang Kristen berhubungan erat dengan kehidupan
Kristus. Selama Ia hidup, orang-orang yang dipersatukan
dengan-Nya melalui iman akan hidup juga. Mereka akan
hidup secara rohani, sebuah kehidupan ilahi dalam perse-
kutuan dengan Allah. Kehidupan ini tersembunyi bersama
Kristus. Bila bagian kepala dan akar hidup, maka anggota
tubuh lain dan ranting-rantingnya akan hidup juga. Mere-
ka akan hidup selama-lamanya. Tubuh mereka akan di-
bangkitkan melalui kuasa kebangkitan Kristus, dan mereka
akan hidup sejahtera di dunia yang akan datang. Semua
orang kepunyaan-Nya tidak bisa tidak pasti akan sejahtera
(Yes. 26:19).
3. Kamu akan menerima kepastian mengenai hal ini (ay. 20):
Pada waktu itulah, saat Aku dipermuliakan, saat Roh itu
sudah dicurahkan, kamu akan tahu dengan lebih jelas dan
pasti daripada sekarang, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan
kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
(1) Rahasia-rahasia yang mulia ini akan diketahui sepenuhnya
di sorga. Pada waktu itulah, saat Aku menyambutmu sen-
diri, kamu akan mengetahui dengan sempurna hal yang se-
karang ini kamu lihat dalam cermin sebagai gambaran yang
samar-samar. Sekarang ini belumlah tampak nyata seperti
apa keadaan kita kelak, namun pada waktu itu akan tampak
seperti apa keadaan kita dulu.
(2) sesudah pencurahan Roh Kudus ke atas rasul-rasul, raha-
sia-rahasia itu semakin dikenal dengan baik. Pada hari itu,
cahaya ilahi itu akan bersinar, dan mata mereka akan
mampu melihat dengan lebih jelas, pengetahuan mereka
lebih maju dan bertambah, semakin luas, dan semakin
jelas, serupa dengan orang buta yang disentuh kedua kali-
nya oleh tangan Kristus, yang awalnya hanya melihat mere-
ka berjalan-jalan, namun tampaknya seperti pohon-pohon.
(3) Rahasia-rahasia itu diketahui oleh semua orang yang me-
nerima Roh kebenaran itu, dengan sangat berlimpah-lim-
pah, sebab berdasarkan pengetahuan akan semua inilah
dibangunlah persekutuan mereka dengan Bapa dan dengan
Anak-Nya, Yesus Kristus.
Mereka tahu:
[1] Bahwa Kristus di dalam Bapa, satu dengan Bapa, me-
lalui pengalaman mereka tentang apa yang telah dilaku-
kan-Nya bagi mereka dan di dalam mereka. Mereka
mendapati bahwa ada kesesuaian dan keselarasan
yang mengagumkan di antara Kekristenan dan agama
alamiah, bahwa hal yang telah dilakukan-Nya itu ter-
tanam di dalam kesatuan ini, sehingga mereka tahu
bahwa Kristus di dalam Bapa.
[2] Bahwa Kristus di dalam mereka. Orang-orang Kristen
yang sudah berpengalaman tahu melalui Roh bahwa
Kristus diam di dalam mereka (1Yoh. 3:24).
[3] Bahwa mereka di dalam Kristus, sebab hubungan ini
berjalan timbal balik, dan sama-sama dekat dengan ke-
dua belah pihak. Kristus di dalam mereka dan mereka
di dalam Kristus, yang berbicara tentang penyatuan
yang erat dan tidak terpisahkan. Ini terjadi sebab Dia
hidup, mereka pun akan hidup.
Perhatikanlah:
Pertama, kesatuan dengan Kristus yaitu kehidupan
orang percaya, sedangkan hubungan mereka dengan-
Nya dan juga dengan Allah melalui Dia, yaitu kebaha-
giaan mereka.
Kedua, pengetahuan akan kesatuan ini memberi su-
kacita dan kepuasan tidak terkatakan bagi mereka. Ke-
tika itu murid-murid sudah ada di dalam Kristus, dan
Dia di dalam mereka, namun Ia berbicara mengenai kesa-
tuan itu sebagai tindakan lanjutan dari anugerah-Nya
yang akan terjadi kemudian supaya mereka mengeta-
huinya dan terhibur oleh sebab nya. Perhatian kita ter-
hadap Kristus dan pengetahuan kita tentang perhatian
kita itu sering kali dipisahkan.
III. Ia berjanji akan mengasihi mereka dan menyatakan diri kepada
mereka (ay. 21-24).
Perhatikanlah di sini:
1. Siapa saja yang akan dipandang dan diterima Kristus sebagai
orang-orang yang dikasihi-Nya. Mereka itu yaitu yang meme-
gang perintah-Nya dan melakukannya. Dengan ini Kristus
menunjukkan bahwa semua hal yang dikatakan-Nya di sini
kepada para murid tidak hanya dimaksudkan bagi orang-
orang yang sekarang menjadi pengikut-Nya, namun juga bagi
semua orang yang percaya kepada-Nya oleh pemberitaan me-
reka.
Di sini ada :
(1) Kewajiban orang-orang yang mengaku sebagai murid. Sete-
lah menerima perintah-perintah Kristus, kita harus mela-
kukannya. Sebagai orang yang dipanggil dan mengaku
Kristen, kita telah menerima perintah-perintah Kristus,
yang kita dengar dan baca. Kita memiliki pengetahuan ten-
tang perintah-perintah-Nya itu. Namun, ini belumlah cu-
kup. Jika kita memang ingin membuktikan diri sebagai
orang Kristen, kita harus menuruti perintah-perintah-Nya.
sesudah menyimpannya dalam kepala, kita harus menyim-
pannya juga di dalam hati dan hidup kita.
(2) Martabat orang-orang yang melakukan kewajiban seorang
murid. Kristus memandang mereka sebagai orang yang
mengasihi-Nya. Bukan orang yang sangat cerdas dan fasih
berbicara bagi Dia, melainkan orang yang menuruti perin-
tah-perintah-Nya. Perhatikanlah, bukti paling pasti menge-
nai kasih kita kepada Kristus yaitu ketaatan kepada pe-
rintah-perintah Kristus. Seperti itulah kasih seorang ba-
wahan kepada atasannya, kasih yang patuh, penuh hormat
dan taat, sejalan dengan kehendak-Nya, serta merasa puas
dalam hikmat-Nya.
2. Balasan apa yang akan diberikan-Nya kepada mereka atas ka-
sih mereka itu. Balasan-Nya berlimpah. Kasih kepada Kritus
tidak pernah sia-sia.
(1) Mereka akan menerima kasih Bapa: Jika seorang mengasihi
Aku, Bapa-Ku akan mengasihi dia. Kita tidak mampu me-
ngasihi Allah jika Ia, sebab kehendak baik-Nya kepada
kita, tidak memberi kita anugerah untuk mengasihi-Nya.
Namun, ada balasan kasih yang mendatangkan kepuasan
penuh yang dijanjikan kepada orang-