Rabu, 29 Januari 2025

samuel 2


 iapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan 

dirinya sebab  makanan, namun  orang yang lapar dahulu, sekarang boleh 

beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, namun  orang 

yang banyak anaknya, menjadi layu. 6 TUHAN mematikan dan menghidup-

kan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.  

7 TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan mening

gikan juga. 8 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengang-

kat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama 

dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. 

Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.  

9 Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, namun  orang-

orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh sebab  

kekuatannya sendiri seseorang berkuasa. 10 Orang yang berbantah dengan 

TUHAN akan dihancurkan; atas mereka Ia mengguntur di langit. TUHAN 

mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya; Ia memberi kekuatan kepada raja 

yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapi-

Nya.“ 

Kita di sini mendapati nyanyian syukur Hana, yang diungkapkan 

tidak hanya oleh roh doa, namun  juga oleh roh nubuatan. Permohonan 

belas kasihan yang dirindukannya telah kita dengar sebelumnya 

(1:11), dan di sini kita mendengar puji-pujiannya atas terkabulnya 

permohonan itu. Permohonan dan puji-pujian yang diucapkan mulut-

nya itu dengan melimpah meluap dari hati yang terdalam. Permohon-

annya penuh dengan kerinduannya, sedangkan puji-pujiannya me-

limpah dengan kebaikan Allah. Secara umum amatilah,  

1. saat  menerima belas kasih dari Allah, Hana mengakuinya dan 

membalasnya dengan puji-pujian kepada-Nya. Tidak seperti sem-

bilan orang kusta (Luk. 17:17). Puji-pujian yaitu  uang sewa kita, 

persembahan kita. Kita tidak adil bila tidak membayarnya.  

2. Belas kasih yang telah diterimanya yaitu  sebuah jawaban bagi 

doa, dan sebab nya dia merasa diri secara khusus wajib untuk 

bersyukur atasnya. Apa yang kita peroleh melalui doa, kita harus 

mensyukurinya dengan kepuasan dan dengan pujian.  

3. Ucapan syukurnya di sini disebut suatu doa: Lalu berdoalah 

Hana. Sebab ucapan syukur yaitu  suatu bagian yang penting 

dari doa. Dalam setiap sapaan kepada Allah kita harus mengung-

kapkan suatu pujian syukur kepada-Nya sebagai pemelihara kita. 

Bahkan ucapan syukur atas belas kasih yang telah diterima harus 

dipandang sebagai suatu permohonan untuk belas kasih berikut-

nya.  

4. berdasar  belas kasih khusus yang telah diterimanya dari Allah 

ini dia mengambil kesempatan, dengan hati yang lega dan lapang, 

untuk mengucapkan hal-hal yang mulia tentang Allah dan peme-

rintahan-Nya atas dunia bagi kebaikan umat-Nya. Apa pun di 

segala waktu yang mendatangkan rasa syukur, nyatakanlah itu.  

5. Doa permohonannya disampaikan di dalam hati. Suaranya tidak 

kedengaran. namun  dalam pengucapan syukurnya dia berbicara, 

sehingga semua orang bisa mendengarkannya. Ia menyampaikan 

permohonannya dengan keluhan-keluhan yang tidak terucap-

kan, namun  sekarang bibirnya terbuka untuk memperdengarkan 

pujian kepada TUHAN.  

6. Ucapan syukurnya ini ditinggalkan tercatat di sini guna mendo-

rong kaum yang lemah untuk berani datang menghampiri takhta 

kasih anugerah. Allah akan memedulikan doa-doa dan pujian 

mereka. Nyanyian pujian Maria memiliki hubungan dengan nya-

nyian pujian Hana di sini (Luk. 1:46). Ada tiga hal yang kita temu-

kan dalam puji-pujian Hana ini: 

I. Sorak kemenangan Hana di dalam TUHAN, dalam kesempurnaan-

Nya yang mulia, dan hal-hal besar yang telah diperbuat-Nya bagi 

dia (ay. 1-3). Perhatikanlah,   

1. Hal-hal besar yang dikatakannya tentang Allah. Ia tidak mem-

perhatikan belas kasih  khusus yang membuatnya bersukacita 

sekarang, tidak memuji Samuel untuk ketampanannya, untuk 

masa pertumbuhannya, seperti yang sangat disukai dan sering 

dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Tidak, dia mengesam-

pingkan dahulu pemberian, dan lebih memuji sang Pemberi, 

sementara kebanyakan orang melupakan sang Pemberi dan 

hanya tertuju pada pemberiannya. Setiap aliran sungai pasti 

memimpin kita kepada sumber mata air. sebab  itu, segala 

perkenan yang kita terima dari Allah seharusnya membangkit-

kan kekaguman kita akan kesempurnaan tanpa batas yang 

ada di dalam Allah. Mungkin ada Samuel-Samuel lain, namun  

tidak ada Yehova yang lain. Tidak ada yang lain kecuali 

Engkau. Perhatikanlah, Allah harus dipuji sebagai Pribadi yang 

tak tertandingi dan yang empunya kesempurnaan yang tak 

dapat disejajarkan. Kemuliaan ini yaitu  sebab  nama-Nya, 

tidak hanya bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia, namun  juga 

tidak ada yang lain di samping Dia (ay. 2, KJV). Semua yang 

lain hanyalah kepura-puraan belaka (Mzm. 18:31). Empat sifat 

Allah yang mulia dirayakan oleh Hana di sini:  

(1) Kesucian-Nya yang tak tercela. Ini yaitu  sifat yang paling 

dipuji di dunia atas, oleh orang-orang saleh yang selalu me-

mandang wajah-Nya (Yes. 6:3; Why. 4:8). Pada waktu bang-

sa Israel merayakan kemenangan atas bangsa Mesir, Allah 

dipuji sebagai mulia sebab  kekudusan-Mu (Kel. 15:11). De-

mikian pula di sini, dalam kemenangan Hana, tidak ada 

yang kudus seperti TUHAN. Ini yaitu  kelurusan sifatnya, 

kesesuaian-Nya yang tak terbatas dengan diri-Nya sendiri, 

dan keadilan pemerintahan dan penghukuman-Nya dalam 

semua pelaksanaannya. Dengan mengingat hal inilah kita 

harus bersyukur.  

(2) Kemahakuasaan-Nya: tidak ada gunung batu, atau kekuat-

an apapun, sebab inilah istilah yang kadang-kadang di-

gunakan, seperti Allah kita. Hana telah mengalami suatu 

dukungan yang besar dengan bersandar kepada-Nya, maka 

dia berbicara tentang apa yang dia temukan dan sepertinya 

merujuk kepada apa yang juga dialami oleh Musa (Ul. 

32:31).  

(3) Hikmat-Nya yang tak terselami: TUHAN itu, hakim dari se-

mua, Allah yang mahatahu. Ia dengan jelas dan sempurna 

melihat ke dalam karakter setiap orang dan manfaat dari 

setiap penyebab serta memberi pengetahuan dan pengerti-

an kepada orang-orang yang mencarinya dari Dia.  

(4) Keadilan-Nya yang tanpa salah: Oleh Dia perbuatan-per-

buatan diuji. Demikian pula dengan segala perbuatan-Nya, 

semuanya dalam pertimbangan-Nya yang kekal. Juga sega-

la perbuatan manusia, ditimbang oleh penghukuman-Nya, 

sehingga Ia akan membalas setiap orang menurut perbuat-

annya, dan tidak pernah salah dalam menilai orang dan 

perbuatannya.  

2. Bagaimana dia menghibur diri sendiri di dalam semua hal ini. 

Jika kita memberi Allah kemuliaan, maka kita akan mendapat 

penghiburan darinya. Inilah yang dilakukan oleh Hana,  

(1) Dalam sukacita kudus: Hatiku bersukaria sebab  TUHAN. 

Tidak begitu besar sebab  anaknya, melainkan sebab  

TUHAN-nya. Allah harus menjadi kegembiraan dari suka-

cita kita (Mzm. 43:4), dan sukacita kita dalam hal apa saja 

tidak boleh lebih besar daripada dalam Dia: “Aku bersuka-

cita sebab  pertolongan-Mu. Tidak hanya dalam perkenan-

an-Mu yang khusus bagiku, namun  juga dalam keselamatan 

umat-Mu Israel, keselamatan yang secara khusus akan di-

bawa melalui anak ini, dan di atas segalanya, oleh Kristus, 

yang digambarkan oleh semua keselamatan ini .” 

(2) Dalam sukaria kudus: “Tanduk kekuatanku ditinggikan. Ti-

dak hanya nama baikku diselamatkan dengan memiliki se-

orang anak laki-laki, namun  juga sangat ditinggikan sebab  

memiliki anak yang demikian.” Kita membaca tentang be-

berapa penyanyi yang ditunjuk oleh Daud untuk meng-

angkat tanduk, sebuah alat musik, dalam memuji TUHAN 

(1Taw. 25:5), sehingga Tanduk kekuatanku ditinggikan  ber-

arti ini, “Puji-pujianku sangat ditinggikan kepada suatu 

tingkatan yang tidak biasa.” Ditinggikan di dalam TUHAN 

(KJV) berarti Allah harus memperoleh kehormatan dari se-

mua pujian kita, dan dalam Dia kita harus bersuka ria. Mu-

lutku mencemoohkan musuhku (KJV: dibuka lebar) yaitu, 

“Sekarang dengan ini aku harus menjawab orang-orang 

yang mencemoohku.” Ia yang membuat tabungnya penuh 

dengan anak panah, rumahnya penuh dengan anak-anak, 

tidak akan malu untuk berbicara dengan musuh-musuh di 

pintu gerbang (Mzm. 127:5). 

3. Bagaimana Hana di sini membungkam orang-orang yang me-

negakkan diri sebagai pesaing Allah dan memberontak mela-

wan Dia (ay. 3): Janganlah kamu selalu berkata sombong. Ja-

nganlah Penina dan anak-anaknya mencelanya lagi sebab  

keyakinannya kepada Allah dan doanya kepada-Nya: pada 

akhirnya segala usahanya tidak sia-sia. Lihat Mikha 7:10, Mu-

suhku akan melihatnya dan dengan malu ia akan menutupi 

mukanya, dia yang berkata kepadaku: “Di mana TUHAN, Allah-

mu?” Atau mungkin ia tidak mau merendahkan diri dengan 

terlalu memperhatikan Penina dan kejahatannya di dalam 

nyanyian ini. Nyanyiannya lebih dimaksudkan sebagai teguran 

atas keangkuhan orang-orang Filistin dan musuh-musuh lain 

dari Allah dan Israel, sebab  Mereka membuka mulut melawan 

langit (Mzm. 73:9). “Kiranya hal ini membungkam dan mem-

permalukan mereka. Ia yang telah menghukum musuhku 

akan menghukum para musuh umat-Nya juga.” 

II. Perhatian Hana terhadap hikmat dan kedaulatan penyelenggaraan 

ilahi dalam menyelesaikan segala urusan anak-anak manusia. 

Keadaan mereka cepat berubah menjadi buruk. Perubahannya 

aneh dan tiba-tiba, sering kali hanya ada langkah yang sangat 

pendek antara puncak kemakmuran dan kedalaman kesulit-

an. Ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti 

juga hari mujur (Pkh. 7:14). Kedua hari ini sangat dekat, dan tidak 

ada jurang pemisah di antaranya, sehingga kita dapat menangis 

seolah-olah tidak menangis; dan bergembira seolah-olah tidak 

bergembira.  

1. Yang kuat segera dilemahkan dan yang lemah segera dikuat-

kan, sesuai dengan perkenan Allah (ay. 4). Di pihak lain, bila-

mana Ia berfirman, busur pada pahlawan telah patah. Mereka 

dilucuti, tidak mampu berbuat seperti sebelumnya, seperti me-

reka rancangkan. Mereka yang tadinya tampak memiliki keun-

tungan di pihak mereka, dan berpikir akan menang, ditakluk-

kan dalam pertempuran (lih. Mzm. 46:10; 37:15, 17). Ada 

sementara orang segera menjadi lemah sebab  penyakit dan 

umur, dan mereka mendapati busurnya tidak lagi memiliki 

kekuatan. Banyak orang perkasa yang mengagumi kekuatan-

nya mendapati diri tertipu olehnya bagaikan busur yang pa-

tah, yang mengecewakan mereka saat  mengandalkannya. Di 

pihak lain, jika  TUHAN berbicara, orang-orang yang tersan-

dung sebab  lemah, yang sedemikian lesu sampai tidak sang-

gup berdiri tegak dan lurus, dikenakan kekuatan, dalam tubuh 

dan pikiran, sehingga sanggup melakukan hal-hal yang besar. 

Orang-orang menjadi lemah sebab  penyakit kembali menjadi 

kuat dan segar (Ayb. 33:25), dan mereka yang terbungkuk-

bungkuk oleh dukacita akan memperoleh kembali kegembira-

annya, yang menguatkan kembali tangan yang lemah lesu dan 

lutut yang goyah (Yes. 35:3). Kemenangan beralih kepada 

pihak yang telah ditinggalkan, bahkan orang-orang lumpuh 

akan menjarah jarahan (Yes. 33:23).  

2. Yang kaya segera dijadikan miskin dan yang miskin secara 

ajaib dijadikan kaya dengan segera (ay. 5). Penyelenggaraan 

Allah kadang-kadang menghancurkan harta benda manusia 

sedemikian rupa dan menggagalkan usaha mereka, dan tanpa 

api yang berkobar membakar hasil lumbung mereka, sehingga 

mereka yang kenyang, lumbung mereka penuh, bejana mereka 

penuh, rumah penuh dengan segala yang baik (Ayb. 22:18), 

dan perut dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan 

(Mzm. 17:14), telah dijadikan berkekurangan sedemikian mis-

kin dan papanya sehingga mereka tidak mempunyai segala se-

suatu yang diperlukan untuk menyambung hidup mereka. 

Mereka bahkan menyewakan dirinya sebab  makanan, dan 

harus mencangkul, sebab mereka malu untuk mengemis. Keka-

yaan lenyap (Ams. 23:5), dan meninggalkan mereka menderita 

sengsara yang, pada waktu mereka mempunyainya, menaruh 

kebahagiaan mereka di dalamnya. Sungguh dua kali lebih 

menyedihkan mereka yang tadinya kaya namun  jatuh miskin. 

Namun di pihak lain, Penyelenggaraan Ilahi kadang-kadang 

mengatur sedemikian rupa sehingga orang-orang yang lapar 

berhenti, yaitu berhenti untuk menyewakan diri demi menda-

patkan makanan. Orang-orang yang, oleh berkat Allah dalam 

usaha mereka, menjadi kaya di dunia dan hidup cukup de-

ngan nyaman, mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga 

lagi. Hal ini tidaklah berkaitan dengan peruntungan atau se-

mata-mata sebab  hikmat atau kebodohan manusia. Kekaya-

an bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang 

cerdik cendekia (Pkh. 9:11), bukan juga selalu sebab  kesalah-

an manusia maka mereka menjadi miskin, melainkan sebab  

TUHAN membuat miskin dan membuat kaya (ay. 7). Yang se-

orang dibuat miskin sedangkan yang lainnya dijadikan kaya, 

dan ini yaitu  oleh perbuatan TUHAN. Kepada sebagian orang 

Ia memberi kuasa untuk memperoleh kekayaan, dan dari yang 

lain Ia mengambil kuasa untuk menyimpan kekayaan yang 

mereka miliki. Apakah kita miskin? TUHANlah yang menye-

babkan kita miskin, supaya kita belajar berpuas diri dengan 

keadaan kita dan menerimanya apa adanya. Apakah kita kaya? 

TUHANlah yang memicu  kita kaya, supaya kita dengan 

begitu kita bersyukur dan melayani Dia dengan sukacita dalam 

kelimpahan segala sesuatu yang baik yang Ia berikan. Namun, 

seseorang juga dapat mengalami kemiskinan dan kekayaan. 

Orang yang dahulu kaya dijadikan Allah miskin, dan beberapa 

waktu kemudian dijadikan kaya kembali, seperti Ayub. Ia yang 

memberi, Ia pula yang mengambil dan kemudian memberi lagi. 

sebab  itu, janganlah orang kaya menjadi sombong dan me-

rasa aman-aman saja, sebab Allah dapat menjadikan mereka 

miskin dengan sesaat . Janganlah orang miskin menjadi 

sedih dan putus asa, sebab Allah dapat menjadikan mereka 

kaya kembali pada waktunya.  

3. Keluarga tanpa anak diperlengkapi dengan anak dan keluarga 

yang besar dikurangi dan dijadikan kecil. Inilah contoh yang 

mendatangkan puji-pujian syukur: orang yang mandul mela-

hirkan tujuh anak. Kendati sekarang Hana hanya mempunyai 

seorang anak laki-laki, dan malah menjadi seorang nazir yang 

diabdikan kepada Allah dan digunakan dalam pelayanan-Nya, 

anak tunggalnya itu sama berharga baginya seperti tujuh anak 

laki-laki. Atau itu yaitu  bahasa imannya. Kini dia hanya 

memiliki satu anak namun  berharap akan mendapat banyak 

anak lagi, dan ia tidak dikecewakan dengan pengharapannya. 

Ia memiliki lima orang anak lagi (ay. 21), sehingga seandainya 

kita menghitung Samuel sebagai dua, seperti yang kita harap-

kan, maka dia memiliki jumlah yang dijanjikannya sen-

diri: orang yang mandul melahirkan tujuh anak, sementara itu, 

di pihak lain, orang yang banyak anaknya, menjadi layu, dan 

dibiarkan demikian. Ia tidak dapat berkata-kata lain. Penina 

kini menjadi malu dan hancur hatinya. Tradisi orang Yahudi 

berkata bahwa saat  Hana melahirkan satu anak, maka 

Penina menguburkan dua anak. Ada banyak contoh tentang 

pertambahan anggota keluarga yang tak terhitung banyaknya 

dan memudarnya keluarga yang tadinya ternama (Ayb. 22:23; 

Mzm. 107:38, dll.). 

4. Allah yaitu  TUHAN yang berdaulat atas hidup dan mati (ay. 

6): TUHAN mematikan dan menghidupkan. Ayat ini berbicara,  

(1) Tentang kekuasaan Allah yang berdaulat dan penyeleng-

garaan-Nya dalam hidup dan matinya anak-anak manusia. 

Ia menetapkan kelahiran dan penguburan. Kapan pun ada 

yang mati, Allah-lah yang mengarahkan anak panah kema-

tian. TUHAN mematikan. Kematian yaitu  utusan-Nya, 

menghantam siapa pun dan kapan pun Dia inginkan. Tidak 

ada satu pun yang dibawa kepada debu, kecuali Dia mem-

bawa mereka turun ke situ, sebab tangan-Nya yang meme-

gang segala kunci maut dan kerajaan maut (Why. 1:18). 

Kapan pun ada yang lahir, Dialah yang menjadikan mereka 

hidup. Tidak ada orang yang tahu bagaimanakah pergerak-

an Roh, namun  ini yang kita ketahui, bahwa hal itu berasal 

dari Bapa segala roh. Kapan pun ada yang sembuh dari 

sakit dan dilepaskan dari bahaya yang datang menerpa, 

Allah-lah yang mengangkat dia. Sebab ALLAH, Tuhanku, 

memberi keluputan dari maut.  

(2) Tentang pembedaan yang diadakan-Nya antara sebagian 

dan yang lain: Ia mematikan sebagian orang, dan menjadi-

kan, yaitu, menjaga, yang lain tetap hidup, sekalipun mere-

ka sama-sama berada di dalam bahaya, misalnya dalam 

peperangan atau wabah penyakit. Dua orang berbaring di 

tempat tidur yang sama, yang satu diambil oleh kematian 

dan yang lain dibiarkan hidup. Demikian pula Bapa, sebab 

hal itu yaitu  baik di mata-Nya. Sebagian yang besar 

kemungkinannya hidup diturunkan ke dalam kubur, dan 

yang lain yang sepertinya akan mati diangkat oleh Dia. 

Sebab hidup dan mati tidaklah bergantung pada kemung-

kinan atau sepertinya. Penyelenggaraan Allah pada sebagi-

an orang yaitu  mematikan, menghancurkan kenyamanan 

mereka, dan pada orang lain di waktu yang sama yaitu  

menghidupkan.  

(3) Tentang perubahan yang dibuat terhadap satu orang yang 

sama: Ia mematikan dan menurunkan ke dalam dunia orang 

mati, yaitu, Ia bahkan membawanya ke pintu gerbang ke-

matian, dan kemudian menghidupkannya kembali dan 

mengangkatnya, saat  bahkan hidup sudah tidak ada 

harapan lagi dan hukuman mati sudah diterimanya (2Kor. 

1:8-9). Ia mengubahnya menjadi kehancuran, dan kemudian 

berkata, Kembalilah (Mzm. 90:3). Tidak ada sesuatu yang 

terlalu sukar bagi Allah untuk dilakukan, apakah itu untuk 

mempercepat orang mati ataukah untuk menaruh hidup 

pada tulang-tulang yang kering. 

5. Kemajuan dan kehinaan keduanya yaitu  dari Dia. Ia mem-

bawa sebagian orang ke tempat yang rendah dan mengangkat 

yang lain (ay. 7), merendahkan yang sombong dan memberi 

kasih karunia serta kehormatan kepada yang rendah. Ia mem-

baringkan dalam debu tanah orang-orang yang ingin bersaing 

dengan Dia dan menginjak-injak semua orang di sekeliling 

(Ayb. 40:7-8), namun  mengangkat dan menyelamatkan mereka 

yang merendahkan diri di hadapan-Nya (Yak. 4:10). Hal ini 

juga berlaku pada orang yang sama: mereka yang telah Ia ren-

dahkan, dan sebagai akibatnya dengan rendah hati bertobat, 

Ia angkat kembali. Hal ini disebutkan dalam ay. 8, Ia menegak-

kan orang yang hina dari dalam debu, suatu keadaan yang 

rendah dan hina, bahkan dari dalam tumpukan sampah kotor-

an, suatu keadaan yang rendah, jijik, memualkan, dan diben-

ci, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bang-

sawan. Lihat Mazmur 113:7-8. Kenaikan kedudukan tidak 

berasal dari kebetulan, namun  dari putusan hikmat Allah, yang 

sering lebih berpihak kepada orang-orang yang sangat tidak 

mungkin diharapkan dan dipandang orang tidak layak. Yusuf 

dan Daniel, Musa dan Daud, diangkat kedudukannya secara 

ajaib, dari sebuah penjara menuju sebuah istana, dari pengait 

domba kepada tongkat kerajaan. Para bangsawan yang ada di 

sekelilingnya mungkin tergoda untuk meremehkan mereka, 

namun  Allah dapat menegakkan kehormatan yang Ia berikan 

secara mengejutkan, dan bahkan menjadikan mereka pemilik 

kursi kehormatan (KJV: pewaris takhta kemuliaan). Janganlah 

menghina dengan debu dan sampah kotoran orang-orang yang 

oleh Sang Penyelenggara telah diangkat keluar dari sana, 

sebab semakin rendah permulaan mereka, semakin tinggilah 

mereka diangkat, dan Allah dipermuliakan dalam kemajuan 

mereka itu, jika hal itu diperoleh dengan cara-cara yang sah 

dan terhormat. 

6. Alasan mengapa tindakan pemeliharaan Allah berlaku seperti 

ini, dan mengharuskan kita untuk menyetujuinya, betapa pun 

mengejutkan: Sebab TUHAN mempunyai alas bumi (KJV: Sebab 

semua tiang penopang bumi yaitu  kepunyaan TUHAN ALLAH)  

(1) Secara harfiah, ini menyatakan kuasa kebesaran atau ke-

mahakuasaan Allah, yang tidak dapat dikendalikan siapa 

pun. Ia menopang seluruh ciptaan, menaruh dasar atau 

alas bumi, dan terus menyokongnya dengan firman-Nya 

yang berkuasa. Jadi, Ia yang menggantungkan bumi pada 

kehampaan (Ayb. 26:7), apa pula yang tidak dapat Ia laku-

kan jauh melampaui pikiran dan harapan kita berkenaan 

dengan segala urusan keluarga dan kerajaan?  Akan namun ,  

(2) jika  kita memahaminya secara kiasan, hal ini menyata-

kan kedaulatan-Nya yang tak tertandingi, yang tak terban-

tahkan. Para bangsawan dan tokoh-tokoh di dunia, yang 

pemimpin negara dan pemerintahan, yaitu  tiang-tiang 

penopang bumi (Mzm. 75:4, KJV). Pada tiang-tiang penopang 

inilah segala urusan dunia berubah ke sana kemari, namun  

tiang-tiang itu kepunyaan Tuhan Allah (Mzm. 47:10). Dari 

Dialah mereka memperoleh kuasa, dan sebab  itu Ia dapat 

memajukan mereka yang diperkenan-Nya. Dan siapakah 

yang dapat berkata kepada-Nya, Apa yang dapat Engkau 

perbuat terhadap aku?  

III. Sebuah nubuatan tentang pemeliharaan dan peninggian semua 

sahabat setia Allah, dan tentang kebinasaan semua musuh Allah 

dan musuh sahabat-sahabat-Nya. sesudah  menyaksikan keme-

nangannya yang gemilang atas apa yang telah dilakukan Allah, 

dan yang sedang dilakukan-Nya, Hana menutup sorak kemenang-

annya itu dengan pengharapan sukacita akan apa yang akan 

dilakukan Allah (ay. 9-10). Pengungkapan-pengungkapan perasaan 

saleh (kata Uskup Patrick) selama masa-masa itu sering kali me-

muncak menjadi pengungkapan nubuatan, yang melaluinya Allah 

terus menghidupkan di dalam bangsa itu ibadah sejati kepada-

Nya, di tengah-tengah perbuatan mereka yang selalu tertuju pada 

penyembahan berhala. Nubuatan Hana ini dapat merujuk,  

1. Lebih langsung kepada pemerintahan Israel oleh Samuel, dan 

oleh Daud yang diurapi olehnya. Bangsa Israel, orang-orang 

kudus-Nya, harus dilindungi dan dibebaskan. Bangsa Filistin, 

musuh mereka, harus dikalahkan dan ditaklukkan, secara 

khusus oleh guntur (7:10). Kekuasaan mereka harus diperluas, 

Raja Daud diperkuat dan sangat ditinggikan, dan Israel, yang 

dalam masa hakim-hakim tidak ada apa-apanya dan banyak 

mengalami kesulitan untuk bertahan hidup, akan segera men-

jadi besar dan hebat, dan mengajarkan hukum kepada semua 

tetangganya. Sungguh merupakan suatu perubahan yang luar 

biasa. Dan kelahiran Samuel, tampaknya, seperti fajar dari 

hari perubahan yang besar itu. Namun,  

2. Kita memiliki alasan untuk berpikir bahwa nubuatan ini me-

mandang lebih jauh lagi, yaitu kepada kerajaan Kristus dan 

penyelenggaraan dari kerajaan anugerah itu. Hana berbicara 

mengenai hal ini , sesudah  mengungkapkan dengan pan-

jang lebar tentang kerajaan penyelenggaraan-Nya. Dan di sini-

lah pertama kalinya kita menjumpai nama Mesias, atau yang 

Diurapi. Para penafsir kuno, baik Yahudi dan Kristen, melihat 

kata ini tidak hanya dipakai untuk Daud, namun  Putra Daud. 

Hal-hal mulia dibicarakan di sini tentang Kerajaan Sang Peng-

antara, baik sebelum dan sejak penjelmaan-Nya menjadi ma-

nusia. Sebab cara pelaksanaannya, baik melalui firman kekal 

maupun firman yang telah menjadi daging, persis sama. Ten-

tang kerajaan ini  kita di sini diyakinkan,  

(1) Bahwa semua warganya yang setia akan dilindungi dengan 

hati-hati dan penuh kuasa (ay. 9): Langkah kaki orang-

orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya. Ada suatu umat di 

dalam dunia yang merupakan orang-orang kudus Allah, 

orang-orang pilihan-Nya dan yang dikuduskan-Nya. Dan ia 

akan melindungi langkah kaki mereka, yaitu, semua yang 

menjadi kepunyaannya akan berada di bawah perlindung-

an-Nya, termasuk ujung kaki mereka sekalipun. Jika kaki 

mereka saja Ia lindungi, apalagi kepala dan hati mereka. Ia 

akan mengamankan kaki mereka, yaitu tanah tempat 

mereka berpijak, dan memperlancar perjalanan mereka. Ia 

akan menjaga  perasaan dan tindakan mereka dengan anu-

gerah-Nya, sehingga kaki mereka tidak mengembara keluar 

dari jalannya, atau tersandung di tengah perjalanan. saat  

kaki mereka hampir terpeleset (Mzm. 73:2) maka kasih setia-

Mu, ya TUHAN, menyokong aku (Mzm. 94:18) dan menjaga 

mereka supaya jangan sampai tersandung (Yud. 1:24). saat  

kita memelihara jalan Allah, maka Ia akan memelihara lang-

kah kaki kita (lih. Mzm. 37:23-24).  

(2) Bahwa segala kuasa yang bersatu untuk melawan keraja-

an-Nya itu tidak akan sanggup meruntuhkannya. Dengan 

kekuatan tidak ada manusia yang menang. Kekuatan Allah 

bekerja bagi jemaat-Nya. Dan, jika kekuatan Allah bekerja, 

maka kekuatan manusia tidak akan dapat bertahan untuk 

melawan jemaat-Nya. Jemaat tampaknya tidak mempunyai 

kekuatan, teman-temannya sedikit dan mudah goyah, 

namun  ketahanan bukanlah oleh kekuatan manusia (Mzm. 

33:16). Allah tidak butuh kekuatan manusia bagi diri-Nya 

(Mzm. 147:10) atau takut terhadapnya.  

(3) Bahwa semua musuh jemaat-Nya pasti akan dihancurkan 

dan ditaklukkan: orang-orang fasik akan mati binasa dalam 

kegelapan (ay. 9). Mereka akan dihantam hingga menjadi 

buta dan tuli, tidak sanggup melihat jalan mereka atau 

berkata bagi diri sendiri. Orang-orang berdosa yang terku-

tuk dihukum ke dalam tempat kegelapan, dan di sana me-

reka akan terdiam bisu untuk selamanya (Mat. 22:12-13). 

Orang-orang fasik disebut orang-orang yang berbantah de-

ngan TUHAN, dan dinubuatkan (ay. 10), bahwa mereka akan 

dihancurkan. Rancangan mereka melawan Kerajaan-Nya di 

antara manusia akan dihempaskan sepenuhnya, dan mere-

ka sendiri dibinasakan. Bagaimana mungkin orang-orang 

yang mengangkat senjata melawan Yang Mahakuasa dapat 

berhasil? (lih. Luk. 19:27). Allah punya banyak cara untuk 

membinasakan mereka, atas mereka Ia mengguntur di 

langit, sehingga tidak hanya membuat mereka kebingungan 

dan ketakutan, namun  juga membawa mereka kepada ke-

hancuran. Siapakah yang dapat bertahan terhadap guntur 

Allah?  

(4) Bahwa penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan ini akan 

meluas sampai ke daerah-daerah yang jauh: TUHAN meng-

adili bumi sampai ke ujung-ujungnya. Kemenangan Daud dan 

daerah kekuasaan-Nya menjangkau sampai jauh, teta-

pi ujung bumi dijanjikan kepada Sang Mesias untuk men-

jadi kepunyaan-Nya (Mzm. 2:8), entah berada di bawah kua-

sa tongkat kerajaan-Nya atau dihancurkan oleh gada besi-

Nya. Allah yaitu  hakim atas semua, dan Ia akan meng-

hukum bagi umat-Nya orang-orang yang melawan-Nya dan 

melawan umat-Nya itu (Mzm. 110:5-6).  

(5) Bahwa kuasa dan kemuliaan Mesias Sang Pangeran akan 

bertumbuh dan bertambah-tambah lebih dan lebih lagi: Ia 

memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya, untuk 

menyelesaikan pekerjaan-Nya yang agung (Mzm. 89:22, dan 

lihat Luk. 22:43), untuk menguatkan Dia melalui segala 

kesukaran dalam kemanusiaan-Nya, dan dalam peninggian-

Nya Ia akan mengangkat kepala (Mzm. 110:7), meninggikan 

tanduk, kuasa dan kehormatan, dari Yang Diurapi-Nya 

itu, dan menjadikan Dia yang mahatinggi di antara raja-

raja bumi (Mzm. 89:28). Mahkota kemenangan ini yaitu  

lebih dari apa pun, dan merupakan puncak peninggian-

Nya. Tanduk kekuatan Hana ditinggikan (ay. 1), sebab Hana 

melihat ke depan kepada tanduk Sang Mesias yang akan 

ditinggikan mulai. Hal inilah yang menjamin pengharapan. 

Para warga kerajaan Kristus akan aman, dan para musuh-

nya akan dihancurkan, sebab Yang Diurapi, Kristus Tuhan, 

dilengkapi dengan kekuatan, sehingga sanggup untuk me-

nyelamatkan dan menghancur-binasakan. 

Samuel di Rumah TUHAN;  

Kejahatan Anak-anak Eli (2:11-26) 

11 Lalu pulanglah Elkana ke Rama namun  anak itu menjadi pelayan TUHAN di 

bawah pengawasan imam Eli. 12 Adapun anak-anak lelaki Eli yaitu  orang-

orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, 13 ataupun batas hak 

para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan 

korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam 

membawa garpu bergigi tiga di tangannya 14 dan dicucukkannya ke dalam 

bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. 

Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya 

sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang 

datang ke sana, ke Silo. 15 Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam 

itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: 

“Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau 

menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.“  

16 jika  orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar 

dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu,“ maka berkatalah 

ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan 

mengambilnya dengan kekerasan.“ 17 Dengan demikian sangat besarlah dosa 

kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah 

korban untuk TUHAN. 18 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan 

TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain 

lenan. 19 Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa 

jubah itu kepadanya, jika  ia bersama-sama suaminya pergi mempersem-

bahkan korban sembelihan tahunan. 20 Lalu Eli memberkati Elkana dan 

isterinya, katanya: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari 

wanita   ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN.“ Sesudah 

itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya. 21 Dan TUHAN mengindahkan 

Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua 

anak wanita   lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu 

di hadapan TUHAN. 22 Eli telah sangat tua. jika  didengarnya segala 

sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bah-

wa mereka itu tidur dengan wanita  -wanita   yang melayani di depan 

pintu Kemah Pertemuan, 23 berkatalah ia kepada mereka: “Mengapa kamu 

melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini 

tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? 24 Janganlah begitu, anak-

anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu memicu  

umat TUHAN melakukan pelanggaran. 25 Jika seseorang berdosa terhadap 

seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; namun  jika seseorang 

berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?“ namun  

tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak 

mematikan mereka. 26 namun  Samuel yang muda itu, semakin besar dan 

semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia 

Dalam ayat-ayat ini kita menemukan sifat dan sikap yang baik dari 

keluarga Elkana juga sifat dan sikap yang buruk dari keluarga Eli. 

Kisah keduanya ini tampak jelas terjalin berselang-seling di sepan-

jang perikop ini, seakan-akan sang ahli sejarah penulis kitab ini 

bermaksud untuk mempertentangkan yang satu terhadap yang lain, 

supaya keduanya saling beradu. Kesalehan dan tatanan yang baik 

dari keluarga Elkana semakin memperparah kejahatan keluarga Eli, 

sementara kejahatan anak-anak Eli membuat kesalehan Samuel kecil 

tampak lebih cerah dan cemerlang. 

I. Mari kita melihat bagaimana hal-hal yang baik berlangsung di da-

lam keluarga Elkana, dan bertambah baik dibandingkan sebelum-

nya.  

1. Imam Eli menyuruh mereka pulang dengan berkat, sesudah  

mereka menyerahkan putra kecilnya di rumah Tuhan (ay. 20). 

Ia memberkati mereka sebagai orang yang memiliki kuasa 

untuk itu: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu 

dari wanita   ini, pengganti yang telah diserahkannya ke-

pada TUHAN. Jika Hana saat itu memiliki banyak anak, 

perpisahan dengan salah seorang dari antara anak-anak itu 

untuk diserahkan melayani di rumah TUHAN tidaklah begitu 

menyusahkan hati. namun , saat  dia hanya memiliki satu 

orang anak, satu-satunya yang dikasihinya, Ishaknya, untuk 

dipersembahkan kepada TUHAN, hal ini sungguh merupakan 

suatu tindakan kesalehan yang penuh kepahlawanan, yang 

tidak akan kehilangan pahalanya. Seperti saat  Abraham 

mempersembahkan Ishak, dia menerima janji akan mendapat 

banyak keturunan (Kej. 22:16-17), demikian pula Hana, saat  

dia mempersembahkan Samuel kepada TUHAN sebagai suatu 

korban yang hidup. Perhatikanlah, apa yang dipinjamkan 

kepada TUHAN pasti akan dibayar berikut bunganya, bagi 

keuntungan kita yang tak terkatakan, dan sering kali berupa 

apa yang telah dipersembahkan itu. Hana menyerahkan satu 

anak kepada Allah dan dia diganjar dengan lima anak. Berkat 

Eli telah digenapi (ay. 21): Dia melahirkan tiga anak laki-laki 

dan dua anak wanita   lagi. Tidak akan ada yang hilang 

atau kehilangan sebab  Dia. Kita akan dibalas seratus kali 

lipat (Mat. 19:29).  

2. Elkana dan keluarganya kembali ke tempat tinggal mereka. 

Hal ini disebut sebanyak dua kali (ay. 11, dan lagi di dalam ay. 

20). Sungguh menyenangkan berada di rumah TUHAN, untuk 

memuja Dia dan diberkati oleh-Nya. namun  mereka punya 

keluarga di rumah yang harus dirawat, dan sebab  itu mereka 

kembali, dengan gembira meninggalkan si kecil yang terkasih, 

yakin ia ada di tempat yang baik. Dan tampaknya si anak 

tidak menangis mencari mereka, melainkan dengan senang 

hati tinggal sementara orangtua meninggalkannya. Begitu 

segera dia meninggalkan sifat kanak-kanak dan berperilaku 

seperti orang dewasa.  

3. Elkana dan keluarga selalu setia hadir di rumah TUHAN de-

ngan korban sembelihan tahunan mereka (ay. 19). Mereka 

tidak berpikir bahwa pelayanan anak mereka di sana cukup 

menjadi alasan untuk membebaskan mereka untuk tidak ha-

dir di sana, atau bahwa korban persembahan berupa anak ter-

sebut berlaku sebagai pengganti korban-korban persembahan 

yang lain. Sebaliknya, sesudah  menemukan berkat dari men-

dekat kepada Allah, mereka tidak mau kehilangan kesempatan 

yang ada untuk datang mendekat kepada-Nya. Dan kini mere-

ka masih punya satu batu beban lagi di Silo yang menarik 

mereka untuk terus pergi ke sana. Kita dapat menduga bahwa 

mereka pergi ke sana untuk melihat anak mereka lebih sering 

daripada hanya sekali setahun saja, sebab jaraknya tidak 

sampai 16 kilometer dari Rama. Namun kunjungan tahunan 

mereka dicatat, sebab  pada waktu seperti itulah mereka 

membawa korban tahunan mereka dan beberapa orang men-

duganya lebih sering daripada hanya sekali setahun saja. 

Hana membuatkan putranya dengan sebuah jubah baru, se-

buah jubah kecil (ay. 19) dengan segala pernak-perniknya. Ia 

berusaha agar putranya itu punya cukup pakaian selama 

melayani di rumah TUHAN, dan memastikan bahwa anaknya 

itu tidak kekurangan. Dengan begitu anak itu dapat tampil 

lebih pantas dalam pelayanannya, dan mendapat dukungan 

yang baik dalam masa-masa permulaannya. Orangtua harus 

memperhatikan agar anak-anak mereka tidak kekurangan apa 

yang mereka butuhkan, baik saat  ada bersama mereka atau 

tidak. Terlebih lagi, anak-anak yang berharap melayani dan 

yang sedang melayani Tuhan, mereka layak mendapat perhati-

an dan kebaikan dua kali lipat.  

4. Samuel kecil melayani dengan baik. Empat kali, di tempat 

yang terpisah, dia disebut dalam perikop ini, dan kita dicerita-

kan tentang dua hal:  

(1) Pelayanan yang dilakukannya bagi TUHAN. Ia sungguh me-

layani dengan baik, sebab ia menjadi pelayan di hadapan 

TUHAN (ay. 11, 18) sesuai dengan kemampuannya pada 

waktu itu. Ia mempelajari katekisasi dan senantiasa ber-

ibadah, segera belajar untuk membaca, dan meluangkan 

waktu untuk membaca kitab hukum, sehingga dia menjadi 

pelayan di hadapan TUHAN. Ia melayani di hadapan imam 

Eli, yaitu di bawah pengawasannya dan sesuai perintah-

nya, jadi tidak di bawah pengawasan anak-anak Eli. Semua 

pihak sepakat bahwa anak-anak Eli tidaklah cocok untuk 

menjadi pembimbingnya. Mungkin dia melayani langsung 

imam Eli secara pribadi, mengerjakan ini itu sesuai perintah, 

dan itulah yang disebut melayani di hadapan TUHAN. Mung-

kin ia ditugaskan mengerjakan beberapa pekerjaan kecil di 

mezbah, kendati masih jauh di bawah umur yang ditetap-

kan oleh hukum Taurat bagi pelayanan orang Lewi. Ia bisa 

menyalakan lilin atau memegang nampan, atau mengerja-

kan apa yang disuruhkan, atau menutup pintu. Dan kare-

na semua ini dilakukannya dengan sikap hati yang tulus, 

maka hal itu disebut melayani di hadapan TUHAN, dan 

perhatian yang besar dicatat tentangnya. Sesudah bebe-

rapa waktu melakukan tugasnya begitu baik, imam Eli me-

netapkan bahwa dia harus melayani dengan menggunakan 

baju efod seperti yang digunakan oleh para imam kendati 

dia bukan seorang imam, sebab imam Eli melihat bahwa 

TUHAN menyertainya. Perhatikanlah, anak-anak kecil ha-

rus belajar sedini mungkin untuk melayani TUHAN. Orang-

tua harus melatih mereka untuk itu, dan Allah akan mene-

rima mereka. Secara khusus bantu mereka belajar untuk 

memberi hormat kepada guru-guru mereka, seperti Samuel 

kepada imam Eli. Tidak ada kata terlalu dini untuk belajar 

saleh (lih. Mzm. 8:3 dan Mat. 21:15-16).  

(2) Berkat yang diterimanya dari TUHAN: Ia bertumbuh di 

hadapan TUHAN (KJV), seperti sebuah tunas yang halus (ay. 

21), yang terus bertumbuh (ay. 26) dalam kekuatan dan pera-

wakan, dan terutama dalam hikmat dan pengertian serta 

kelayakan bagi pelayanan. Perhatikanlah, orang-orang muda 

yang melayani Tuhan semampu mereka, mereka akan mem-

peroleh anugerah untuk berkembang sehingga dapat mela-

yani-Nya dengan lebih baik. Orang-orang yang ditanam di 

dalam rumah TUHAN akan tumbuh subur (Mzm. 92:13). Ia 

semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di ha-

dapan manusia. Perhatikanlah, merupakan suatu dorongan 

yang besar bagi anak-anak untuk menjadi penurut dan 

berbudi luhur serta baik sejak dini, sehingga mereka akan 

disukai oleh Allah dan manusia. Anak-anak yang demikian 

yaitu  yang dikasihi oleh langit dan bumi. Apa yang 

dikatakan di sini tentang Samuel dikatakan juga tentang 

Juruselamat kita yang terberkati, Sang Teladan Agung itu 

(Luk. 2:52). 

II. Mari sekarang  kita lihat betapa buruknya segala sesuatu berlang-

sung di dalam keluarga Eli, kendati mereka duduk yang terdepan 

di rumah TUHAN. Jemaat makin dekat malah makin jauh dari 

Allah. 

1. Kejahatan yang sangat buruk dari anak-anak imam Eli (ay. 12, 

KJV): Anak-anak Eli yaitu  anak-anak Belia.  Hal ini  se-

cara empati diungkapkan. Tidak ada yang tampaknya berten-

tangan, Eli sendiri yaitu  seorang yang sangat baik, dan tidak 

diragukan telah mendidik putra-putranya dengan baik, mem-

beri mereka petunjuk yang baik, menunjukkan teladan yang 

baik, dan menaikkan banyak doa yang baik buat mereka. 

Akan namun , saat  mereka bertumbuh besar, mereka menjadi 

anak-anak dari Belial, orang-orang dursila, dan para bandit 

yang keterlaluan: Mereka tidak mengindahkan TUHAN. Mereka 

hanya sekadar memiliki pengetahuan dalam benak mereka 

tentang Allah dan hukum-hukum-Nya, hanya pengetahuan 

semata (Rm. 2:20), namun , sebab  dalam kenyataannya mereka 

tidak hidup sesuai dengannya, maka mereka dikatakan seba-

gai tidak mengindahkan Allah sama sekali. Mereka hidup 

seakan-akan tidak tahu apa-apa sama sekali tentang Allah. 

Perhatikanlah, orangtua tidak dapat memberikan anugerah 

kepada anak-anak mereka, dan anugerah itu pun tidak 

mengalir turun melalui darah. Banyak orangtua yang hidup 

mereka sungguh-sungguh saleh namun  melihat anak-anak 

mereka terkenal jahat dan duniawi. Kemenangan perlombaan 

bukan untuk yang cepat. Eli yaitu  imam besar dan hakim di 

Israel. Putra-putranya yaitu  juga imam berdasar  ketu-

runan. Karakter mereka dulunya suci dan dihormati, dan me-

wajibkan mereka, demi nama baik mereka, untuk memperhati-

kan kepantasan. Mereka menduduki pucuk pimpinan dari 

jabatan dan pelayanan, namun  mereka ternyata yaitu  anak-

anak dari Belial.  Kehormatan, kekuasaan, dan pengetahuan 

mereka justru membuat mereka menjadi sedemikian buruk. 

Mereka tidak perlu pergi untuk menyembah allah lain, seperti 

yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal jauh dari mez-

bah, sebab dari rumah Allah mereka telah mendapat kekayaan 

dan martabat. Namun, yang lebih buruk lagi, mereka meng-

atur pekerjaan pelayanan kepada Allah seakan-akan Allah 

yaitu  salah satu dari dewa yang menjijikan dari orang-orang 

kafir. Sukar untuk mengatakan mana yang lebih tidak meng-

hormati Allah, penyembahan berhala atau pencemaran, ter-

utama pencemaran oleh imam. Mari kita melihat kejahatan 

anak-anak Eli, dan hal ini sungguh suatu pemandangan yang 

menyedihkan.  

(1) Mereka menajiskan persembahan untuk TUHAN dan me-

manfaatkannya untuk diri mereka sendiri, atau lebih tepat-

nya memakainya untuk memuaskan kehidupan mewah 

mereka sendiri. Padahal Allah sudah menyediakan secara 

cukup bagi mereka dari sebagian korban-korban ini . 

Persembahan korban api-apian yaitu  suatu bagian yang 

besar bagi mereka, namun  sepertinya tidak cukup menye-

nangkan hati mereka. Orang-orang demikian tidak mela-

yani Kristus, Tuhan kita, namun  melayani perut mereka sen-

diri (Rm. 16:18). Mereka menjadi anjing-anjing pelahap, 

yang tidak tahu kenyang, seperti yang disebutkan oleh sang 

nabi (Yes. 56:11).  

[1] Mereka merampok orang-orang yang datang membawa 

persembahan dan menjarah sebagian hasil persembah-

an korban pendamaian bagi diri mereka. Padahal para 

imam telah mempunyai bagian mereka sendiri, ya-

itu dada persembahan unjukan dan paha persembahan 

khusus (Im. 7:34), namun  ini pun tidaklah memuaskan 

mereka. saat  dagingnya sedang dimasak untuk perja-

muan sebagai tindakan ibadah bagi si pemberi persem-

bahan bersama teman-temannya, anak-anak Eli meng-

utus seorang bujang dengan sebuah garpu bergigi tiga, 

sebuah trisula, yang ditusukkan ke dalam kuali, dan 

apa pun yang terambil menjadi milik imam (ay. 13-14), 

dan umat, sebab  rasa hormat mereka yang besar, 

mendapati hal ini berkembang menjadi suatu kebiasa-

an, sehingga sesudah  beberapa waktu mereka berseru 

atas perbuatan salah ini.  

[2] Anak-anak Eli itu melangkah masuk di hadapan Allah 

dan bahkan melanggar hak-Nya pula. Belum cukupkah 

kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan 

Allahku juga? (Yes. 7:13). Hendaklah diamati, untuk 

kehormatan Israel, bahwa kendati umat itu menyerah 

pada tuntutan anak-anak Eli yang tidak beralasan, 

namun mereka sangat serius bahwa Allah tidak seha-

rusnya dirampok: Bukankah lemak itu harus dibakar 

dahulu? (ay. 16). Kiranya mezbah memperoleh haknya, 

sebab  itulah hal yang utama. Asalkan Allah mendapat 

lemaknya, mereka boleh berpesta dengan dagingnya. 

Sungguh memalukan bahwa para imam harus ditegur 

oleh umat tentang tugas mereka. Namun mereka meng-

abaikan teguran ini . Para imam harus dilayani 

lebih dahulu dan boleh mengambil apa yang dianggap-

nya pas berikut lemaknya juga. Imam-imam itu merasa 

jenuh dengan daging rebusan, maka mereka mengha-

ruskan daging panggang, dan untuk itu, umat harus 

memberikan kepada mereka daging mentah. Dan apa-

bila si pemberi menolaknya, kendati bukan untuk 

kebaikannya sendiri (hendaknya sang imam mengambil 

apa yang menjadi bagiannya) melainkan hak mezbah 

(hendaknya mereka membakar lemaknya lebih dahulu), 

bahkan bujang imam pun menjadi sangat angkuh se-

hingga dia harus mendapatkannya sekarang atau meng-

ambilnya dengan kekerasan. Tidak ada lagi yang se-

demikian menghina Allah dan melecehkan umat seperti 

ini. Akibatnya yaitu , pertama,  Allah sungguh murka: 

sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan 

TUHAN (ay. 17). Tidak ada hal yang lebih memanaskan 

hati Allah daripada perbuatan menajiskan hal-hal yang 

kudus, dan manusia yang melayani hawa nafsu mereka 

dengan persembahan TUHAN. Kedua, bahwa agama di-

rugikan olehnya: Mereka memandang rendah korban 

untuk TUHAN. Semua orang baik mencercah perlakuan 

anak-anak Eli itu terhadap persembahan, dan banyak 

yang tanpa sadar jatuh dalam perbuatan yang meng-

hina persembahan mereka demi kepentingan diri sen-

diri. Merupakan dosa umat untuk berpikir hal buruk 

tentang lembaga-lembaga Allah, namun  lebih besar lagi 

dosa para imam yang menimbulkan kesempatan bagi 

umat untuk berbuat demikian. Tidak ada yang mem-

bawa cela terhadap agama lebih besar daripada yang 

diperbuat oleh hamba-hamba Tuhan dengan ketamak-

an, hawa nafsu dan keangkuhan mereka. Di tengah-

tengah kisah yang menyedihkan ini kesungguhan iba-

dah Samuel disebutkan berulang kali. Adapun Samuel 

menjadi pelayan di hadapan TUHAN, sebagai suatu tin-

dakan kuasa anugerah Allah dalam menjaganya untuk 

tetap murni dan saleh di tengah-tengah kawanan yang 

jahat ini. Dan hal ini menolong untuk mengangkat 

nama tempat kudus yang sedang tenggelam di dalam 

pikiran umat. Mereka tengah membicarakan perbuatan 

anak-anak Eli yang jahat, namun  tidak dapat menyimpan 

kekaguman terhadap kesungguhan hati Samuel dan 

menghargai kebaikan agama sebab  Samuel. 

(2) Anak-anak Eli melacurkan para wanita yang datang untuk 

beribadah di pintu masuk rumah TUHAN (ay. 22). Mereka 

telah memiliki istri sendiri, namun  mereka seperti kuda-kuda 

jantan yang gemuk dan gasang (Yer. 5:8). Pergi ke rumah-

rumah pelacuran saja, para pelacur biasa, sudah merupa-

kan suatu kejahatan yang jijik, apalagi menyalahgunakan 

kepentingan sebagai imam terhadap para wanita, yang 

baik-baik dan saleh, dengan mengajak mereka melakukan 

kejahatan. Ini suatu ketidaksusilaan yang mengerikan, 

yang tidak terpikirkan bisa diperbuat oleh orang-orang 

yang menyebut diri imam. Tiang-tiang langit bergoyang-

goyang, tercengang-cengang oleh hardik-Nya. Tidak ada 

kata-kata yang dapat memadai untuk mengungkapkan 

kejahatan perbuatan seperti ini. 

2. Teguran imam Eli terhadap anak-anaknya atas kejahatan me-

reka: Eli telah sangat tua (ay. 22) dan tidak dapat mengatur 

sendiri pelayanan rumah TUHAN seperti sebelumnya, melain-

kan mempercayakan semuanya kepada putra-putranya. Ka-

rena kelemahan umur ayah mereka, anak-anak itu tidak me-

mandang ayah mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai. 

Meskipun demikian, Eli diberi tahu orang tentang kejahatan 

anak-anaknya itu, dan dapat kita bayangkan, betapa kabar 

ini  menghancurkan hatinya, dan betapa berat beban 

yang ditambahkan kepadanya di usia renta itu. Namun hal 

ini  tampaknya tidak membuatnya segera memarahi me-

reka sampai didengarnya tentang perbuatan mereka yang 

melacurkan wanita, barulah dia merasa perlu untuk menegur 

mereka. Seandainya sedari dulu ia menghardik mereka atas 

ketamakan dan pesta pora mereka, hal ini mungkin dapat 

dicegah. Orang-orang muda seharusnya diberi tahu tentang 

kesalahan mereka segera sesudah  dilihat bahwa mereka mulai 

kelewat batas, supaya jangan sampai hati mereka mengeras. 

Sekarang mengenai teguran Eli terhadap anak-anaknya, amati-

lah,  

(1) Bahwa tindakannya adil dan masuk akal. Apa yang dikata-

kannya sangat pantas.  

[1] Imam Eli memberi tahu mereka bahwa perbuatan mere-

ka sangat jelas tidak dapat disangkal, dan sudah terbu-

ka sehingga tidak dapat disembunyikan: “Kudengar dari 

segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu 

yang jahat itu (ay. 23). Ini bukan dugaan dari satu atau 

dua orang saja, melainkan kesaksian yang diakui oleh 

banyak orang. Semua orang di sekelilingmu mencemooh-

kan kalian dan membawa keluhan mereka kepadaku, 

berharap agar aku memperhatikan keluhan mereka.” 

[2] Imam Eli menunjukkan kepada mereka akibat-akibat 

buruk dari perbuatan mereka, bahwa mereka tidak ha-

nya telah berdosa, namun  juga membuat orang Israel 

berdosa pula, dan seluruh bangsa itu harus bertang-

gung jawab atas dosa mereka juga, selain dosa anak-

anak itu. “Kalian yang seharusnya membuat banyak 

orang berbalik dari kesalahan (Mal. 2:6), malah kalian 

memicu  umat TUHAN melakukan pelanggaran, 

dan merusakkan bangsa ketimbang membaruinya. Ka-

lian mencobai umat untuk pergi dan menyembah allah-

allah lain saat  mereka melihat Allah Israel dilayani 

dengan sedemikian buruknya.” 

[3] Imam Eli memperingatkan mereka tentang bahaya yang 

mereka bawa sendiri oleh perbuatan dosa ini  (ay. 

25). Ia menyatakan kepada mereka apa yang kemudian 

disampaikan oleh Allah kepadanya, bahwa dosa takkan 

dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan kor-

ban sajian (3:14). Jika seseorang berdosa terhadap se-

orang yang lain, hakim yaitu imam, yang ditunjuk untuk 

menjadi hakim dalam banyak perkara, (Ul. 17:9) akan 

mengadilinya, akan memeriksa kasusnya, mendamaikan 

perkara, dan membuat penebusan bagi si pelanggar. Te-

tapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN yaitu, jika 

seorang imam menajiskan hal-hal yang kudus dari 

TUHAN, jika seseorang melayani Allah demi menyelamat-

kan orang lain namun  dia sendiri menghina-Nya, maka 

siapakah yang menjadi pengantara baginya? Eli sendiri 

yaitu  seorang hakim, dan sering menjadi perantara 

untuk para pembuat kejahatan, namun , katanya, “Kalian 

yang berdosa terhadap TUHAN,” yaitu, “melanggar hu-

kum dan kehormatan Allah, yaitu hal-hal yang secara 

langsung menyinggung Dia, hal-hal yang olehnya pen-

damaian dibuat, bagaimana mungkin aku dapat memo-

hon ampun untuk kalian?” Keadaan mereka sungguh 

menyedihkan, sebab  ayah mereka sendiri tidak dapat 

mengatakan suatu hal yang baik tentang mereka, atau 

tampil sebagai pembela mereka. Dosa-dosa yang mela-

wan obat penawar, yaitu penebusan itu sendiri, sangat 

berbahaya, yang menginjak-injak Anak Allah, yang meng-

anggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, 

maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa 

itu (Ibr. 10:26). 

(2) Teguran Eli terlalu lunak dan lembut. Ia seharusnya meng-

hardik mereka dengan keras. Kejahatan mereka pantas 

mendapat teguran yang sangat keras. Watak mereka mem-

butuhkannya. Kelembutan dalam menghadapi mereka ha-

nya akan lebih mengeraskan hati mereka. Tegurannya 

terlalu lunak saat  dia berkata, tidak ada laporan yang 

baik. Ia seharusnya berkata, “Sungguh memalukan per-

buatan kalian itu, mau disembunyikan di mana mukaku 

ini!” Entah sebab  dia mengasihi anak-anaknya atau kare-

na dia takut kepada mereka sehingga ia memperlakukan 

mereka sedemikan lunak. namun  tampak jelas tidak ada 

kesungguhan hatinya untuk membela kehormatan Allah 

dan tempat kudus-Nya. Ia telah memperhadapkan mereka 

kepada hukuman Allah, dan seharusnya ia juga memper-

hatikan kejahatan mereka, sebagai imam besar dan hakim, 

dengan mengekang perbuatan mereka serta menghukum 

mereka. Apa yang dikatakannya memang benar, namun  itu 

belumlah cukup. Perhatikanlah, kadang-kadang diperlukan 

untuk memberikan ketajaman pada teguran yang kita beri-

kan. Ada orang-orang yang harus diselamatkan melalui 

ketakutan (Yud. 1:23).  

3. Kebandelan mereka terhadap teguran ini. Kelembekan Eli 

tidak berpengaruh apa-apa terhadap mereka: namun  tidaklah 

didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, kendati dia juga 

yaitu  seorang hakim. Mereka tidak menghargai baik kekua-

saannya maupun kasih sayangnya, yang bagi mereka ada-

lah suatu tanda kebinasaan. Ini terjadi sebab TUHAN hendak 

mematikan mereka. Mereka sudah lama mengeraskan hati, 

dan sekarang Allah, dengan suatu penghakiman yang benar, 

mengeraskan hati mereka, dan memudarkan hati nurani 

mereka, serta menarik kembali dari diri mereka anugerah yang 

telah mereka tentang dan tolak. Perhatikanlah, orang-orang 

yang tuli terhadap teguran hikmat sangat jelas sedang menuju 

kehancuran. Allah telah menentukan akan membinasakan 

mereka (2Taw. 25:16 dan Ams. 29:1). Segera sesudah  penjelasan 

ini, sifat penurut Samuel sekali lagi disebutkan (ay. 26), untuk 

memalukan kebandelan mereka: namun  Samuel yang muda itu, 

semakin besar. Anugerah Allah yaitu  hak-Nya. Ia menariknya 

dari putra-putra imam besar dan memberikannya kepada anak 

kecil dari seorang Lewi dusun yang tidak terkenal. 

Teguran Keras dari Allah 

(2:27-36) 

27 Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: “Beginilah 

firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada 

nenek moyangmu, saat  mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturun-

an Firaun? 28 Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi 

imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, 

membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu 

telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. 29 Mengapa engkau 

memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-

Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-

anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan 

bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? 30 Sebab itu – 

demikianlah firman TUHAN, Allah Israel – sesungguhnya Aku telah berjanji: 

Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, namun  

sekarang – demikianlah firman TUHAN –: Jauhlah hal itu dari pada-Ku! 

Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, namun  siapa yang 

menghina Aku, akan dipandang rendah. 31 Sesungguhnya akan datang wak-

tunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan ke-

kuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. 32 

Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala 

kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan 

ada seorang kakek untuk selamanya. 33 namun  seorang dari padamu yang 

tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat matamu 

rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh 

pedang lawan. 34 Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang 

akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang 

sama keduanya akan mati. 35 Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang 

imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan 

Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia 

selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi. 36 Kemudian siapa yang masih 

tinggal hidup dari keturunanmu akan datang sujud menyembah kepadanya 

meminta sekeping uang perak atau sepotong roti, dan akan berkata: Tempat-

kanlah kiranya aku dalam salah satu golongan imam itu, supaya aku dapat 

makan sekerat roti.” 

Eli menegur anak-anaknya terlalu lunak dan tidak mengancam mere-

ka sebagaimana seharusnya. sebab  itu, Allah mengutus seorang 

nabi kepadanya untuk menegurnya dengan keras, dan untuk meng-

ancam dia, sebab , oleh sikap lunaknya terhadap mereka, dia telah 

memperkuat tangan mereka dalam kejahatan mereka. jika  orang-

orang baik lalai dalam tugas mereka, dan sebab  kecerobohan serta 

kelambanan mereka turut berperan dalam perbuatan dosa para 

pendosa, maka mereka tinggal menunggu akibatnya. Keluarga Eli 

kini lebih dekat kepada Allah daripada segala kaum di muka bumi, 

sebab itu Ia akan menghukum mereka (Am. 3:2). Pesan disampaikan 

langsung kepada Eli, sebab  Allah ingin membawanya kepada per-

tobatan dan menyelamatkannya. Tidak kepada anak-anaknya, yang 

telah ditetapkan-Nya untuk dibinasakan. Dan hal itu mungkin 

menjadi suatu alat untuk menggerakkan dia melakukan tugasnya, 

sehingga dapat mencegah hukuman, namun  kita tidak mendapati hal 

ini  berdampak besar kepadanya. Pesan dari Allah yang disam-

paikan oleh nabi ini sangat pribadi. 

I. Sang nabi mengingatkannya akan hal-hal besar yang telah Allah 

lakukan bagi keluarga leluhurnya dan bagi keluarganya. Allah 

menampakkan diri kepada Harun di Mesir (Kel. 4:27), di rumah 

perbudakan, sebagai suatu tanda perkenanan-Nya yang diran-

cang baginya (ay. 27). Allah mengangkatnya menjadi imam, me-

wariskannya kepada keluarganya, sehingga dengan demikian 

memuliakan keluarganya di atas semua keluarga di Israel. Allah 

mempercayakan kepadanya dengan suatu pekerjaan yang terhor-

mat, yaitu untuk mempersembahkan korban di atas mezbah 

TUHAN, membakar ukupan, dan memakai baju efod yang di 

dadanya melekat lempengan penghakiman. Allah menyediakan 

dia suatu pemeliharaan yang terhormat, suatu bagian dari segala 

korban api-apian (ay. 28). Jadi apalagi yang dapat diperbuat Allah 

bagi mereka, untuk mengikat mereka supaya tetap setia kepada-

Nya? Perhatikanlah, perkenan tertinggi yang telah kita terima dari 

Allah, terutama pelayanan sebagai imam rohani, memperberat 

dosa, dan akan diingat pada hari penghakiman untuk meng-

hukum kita, jika kita menajiskan mahkota kita dan mengkhianati 

kepercayaan kita (Ul. 32:6; 2Sam. 12:7-8). 

II. Sang nabi menunjukkan suatu dakwaan yang hebat terhadap 

imam Eli dan keluarganya. Anak-anaknya berbuat jahat dan dia 

membiarkannya, oleh sebab nya melibatkan diri dalam kesalahan 

mereka. Dakwaan itu sebab nya tertuju kepada mereka semua 

(ay. 29).  

1. Putra-putranya secara jahat telah menajiskan hal-hal yang 

kudus dari Allah: “Mengapa engkau memandang dengan loba 

kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang 

telah Kuperintahkan? Tidak hanya menginjak-injak jabatan 

imamat sebagai hal yang rendah, namun  juga menolaknya 

sebagai hal yang engkau benci dan tidak mau terikat olehnya.” 

Mereka menghina persembahan kepada TUHAN secara luar 

biasa tak terbayangkan, saat  mereka melakukan semua yang 

membuat orang-orang marah dan mengeluh tentang mereka, 

dan dengan kekerasan menjarah kuali-kuali, yang kudus bagi 

TUHAN  (Zak. 14:20), serta mengambil bagian lemaknya bagi 

diri mereka sendiri, padahal Allah telah perintahkan untuk 

dibakar di atas mezbah-Nya.  

2. Eli ikut serta mendukung anak-anaknya dalam kejahatan me-

reka, dengan tidak menghukum kekurangajaran dan kebejatan 

mereka: “Engkau dalam posisimu menghormati anak-anakmu 

lebih dari pada-Ku,” yaitu, “engkau lebih senang melihat 

persembahan-Ku dihina oleh perlakuan mereka yang menajis-

kan daripada melihat putra-putramu itu dihinakan oleh 

kecaman hukum terhadap mereka sebab  perbuatan mereka, 

yang sudah seharusnya dikenakan. Bahkan seharusnya mere-

ka dipecat dan dicabut ab officio et beneficio – jabatan mereka 

dan segala upahnya.” Orang-orang yang membiarkan dan 

mendukung anak-anak mereka di dalam tindak kejahatan apa 

saja, dan tidak menggunakan kekuasaan mereka untuk mem-

batasi dan menghukum mereka, pada dasarnya menghormati 

mereka lebih daripada Allah. Mereka berlaku lunak demi nama 

baik anak-anak daripada kemuliaan-Nya dan lebih senang 

untuk menghibur mereka daripada untuk menghormati-Nya.  

3. Mereka semua berbagi di dalam hasil penyelewengan. Hal yang 

ditakutkan yaitu  bahwa Eli, kendati tidak senang dan mene-

gur penyelewengan yang mereka lakukan, namun tidak me-

ngelak untuk turut makan daging panggang yang telah mereka 

dapatkan secara haram (ay. 15). Eli itu gemuk orangnya (4:18), 

dan sebab nya hal ini  dituduhkan kepada seluruh keluar-

ga, kendati Hofni dan Pinehas yang terutama bersalah, bahwa 

engkau menggemukkan dirimu dengan bagian yang ter-

baik. Allah telah memberi mereka kecukupan untuk kebutuhan 

mereka, namun  itu sepertinya tidak cukup. Mereka membuat diri 

sendiri gemuk dan melayani hawa nafsu mereka dengan apa 

yang semestinya diberikan kepada Allah (lih. Hos. 4:8). 

III. Allah memutus pewarisan jabatan imam besar dari keluarga Eli 

(ay. 30): “TUHAN, Allah Israel, yang cemburu terhadap kehormat-

an-Nya sendiri dan kehormatan Israel, berkata, dan hendaknya 

engkau menyadarinya, bahwa jabatanmu telah dicabut dan di-

gantikan.” Sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan 

kaummu Itamar sebab dari putra bungsu Harun ini Eli dilahir-

kan, akan hidup di hadapan-Ku selamanya. Kapan jabatan imam 

besar diteruskan dari keluarga Eleazar kepada keluarga Itamar 

tidaklah jelas. Namun hal ini  sepertinya telah terjadi dan Eli 

mempunyai hak untuk meneruskan jabatan ini  kepada 

keturunannya. Akan namun  amatilah, janji pewarisan ini  

membawa ketentuannya sendiri bersamanya: Mereka akan hidup 

di hadapan-Ku selamanya, yaitu, “mereka akan memiliki kehor-

matan ini , asalkan mereka setia melakukan pelayanan 

imamat.” Hidup di hadapan Allah yaitu  syarat utama dari per-

janjian Allah itu (Kej. 17:1). Tegakkan Aku di hadapanmu, Aku 

akan menegakkan engkau di hadapan-Ku (Mzm. 41:13). namun  

sekarang TUHAN berkata kepada Eli, Jauhlah hal itu dari pada-

Ku! “sebab  sekarang engkau telah menolak Aku, maka Aku pun 

menolak engkau. Engkau tidak mau hidup di hadapan-Ku seba-

gaimana mestinya, dan sebab  itu engkau tidak hidup demikian.” 

Para hamba Allah yang jahat dan menyeleweng akan dibuang, dan 

dikeluarkan dari pelayanan-Nya. Beberapa penafsir berpikir peng-

hentian jabatan imamat ini mempunyai dampak jangkauan lebih 

jauh lagi. Penghentian jabatan ini tidak hanya segera terpenuhi 

dalam keturunan Eli, saat  Zadok, yang berasal dari keluarga 

Eleazar, ditempatkan untuk menggantikan Abyatar, namun  juga 

terpenuhi seutuhnya saat  jabatan imamat kaum Lewi dihapus-

kan seluruhnya oleh jabatan imamat Kristus.  

IV. Sang nabi memberikan sebuah alasan yang baik bagi pencabutan 

jabatan ini, yang diambil dari aturan pemerintahan Allah yang 

mapan dan adil, yang harus mendasari segala urusan (seperti 

yang olehnya Kain diadili dalam Kejadian 4:7): Sebab siapa yang 

menghormati Aku, akan Kuhormati, namun  siapa yang menghina 

Aku, akan dipandang rendah. 

1. Amatilah secara umum,  

(1) Bahwa Allah yaitu  sumber kehormatan dan kehinaan. Ia 

dapat meninggikan yang paling rendah dan menjadikan 

hina yang paling mulia.  

(2) Kalau kita sampai beperkara dengan Allah, Ia akan beper-

kara dengan kita, namun Ia mau bermurah hati kepada 

kita lebih daripada yang pantas untuk kita terima. Lihat 

Mazmur 18:26-27. 

2. Secara khusus,  

(1) Biar semua orang tahu, demi nama baik agama atau kesa-

lehan untuk selamanya, bahwa kesalehan memberi hormat 

kepada Allah dan menempatkan kehormatan pada manu-

sia. Untuk itu kita mengupayakan dan melayani kemuliaan 

Allah, dan Ia tidak akan meninggalkan siapa pun yang ber-

buat demikian, melainkan di dunia sini dan di sana nanti 

akan menjamin kemuliaan mereka. Cara untuk menjadi 

sungguh-sungguh besar yaitu  dengan menjadi sungguh-

sungguh baik. Jika kita merendahkan diri dan menyangkal 

diri dalam hal apa saja untuk memuliakan Allah, hanya 

memandang kepada-Nya saja, maka kita dapat mengandal-

kan janji ini, bahwa Ia akan memberikan kehormatan yang 

agung ke atas kita (lih. Yoh. 12:26).  

(2) Biarlah semua mendengar, demi teguran atas penyeleweng-

an atau kenajisan untuk selamanya, bahwa hal ini  

sungguh-sungguh menghina Allah (membenci Sang Ada 

yang teragung dan terbaik, yang dipuja oleh para malaikat) 

dan tidak akan membawa kehormatan kepada umat manu-

sia, sebab mereka yang berbuat najis sama sekali tidak 

akan dihargai. Tidak hanya Allah akan merendahkan mere-

ka, seluruh dunia juga akan menghina mereka. Orang-

orang seperti ini sendiri mungkin tidak memerlukan kehor-

matan, seperti mereka yang menghormati Allah sungguh 

menilai tinggi penghormatan dari-Nya, dan sebab  itu Allah 

berkata kepada mereka yang menghormatinya ini, Aku 

akan menghormatinya. Kehormatan tertinggi yang dibang-

ga-banggakan orang-orang yang berbuat najis ini akan 

dicampakkan ke dalam debu. Mereka akan melihat diri 

sendiri dibenci oleh semua orang, nama mereka menjadi 

suatu cemoohan. Pada waktu mereka tiada, ingatan akan 

mereka juga memudar, dan pada waktu mereka bangkit 

kembali, mereka akan menjadi aib dan kehinaan untuk 

selamanya. Penghinaan yang mereka perbuat kepada Allah 

yang Maha Adil dan keadilan-Nya akan berbalik menimpa 

kepala mereka sendiri (Mzm. 79:12). 

V. Sang nabi menubuatkan hukuman khusus yang akan datang 

menimpa keluarga imam Eli, yang menjadi aibnya yang kekal. 

Suatu kutukan akan diteruskan kepada keturunannya dan meru-

pakan suatu kutuk yang mengerikan. Ini menunjukkan betapa 

cemburunya Allah di dalam perkara menyangkut penyembahan 

kepada-Nya, dan betapa Ia tersinggung saat  mereka yang terikat 

oleh karakter dan pelayanan untuk menjaga dan memajukan 

kepentingan kemuliaan-Nya ternyata menyalahgunakan keper-

cayaan mereka dan mengkhianati tugasnya itu. jika  para 

hamba Allah menjadi jahat dan najis, betapa lebih beratnya hu-

kuman yang harus dijatuhkan atas dia, di dunia sini dan untuk 

selamanya, dibandingkan orang-orang berdosa lainnya! Kiranya 

para hamba Allah yang membaca kiamat di sini terjadi atas 

keluarga Eli, menjadi gemetar. Keluarga Eli diancam, 

1. Bahwa kekuasaan mereka akan dipatahkan (ay. 31): Aku akan 

mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaum-

mu. Mereka akan ditelanjangi dari kekuasaan mereka, harus 

diturunkan dari kuasa, dan dicabut pengaruh mereka atas 

umat. Allah akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh 

umat ini (lih. Mal. 2:8-9). Putra-putra Eli telah menyalahguna-

kan kekuasaan mereka untuk menekan umat dan melanggar 

batas hak-hak mereka, sementara sang bapak tidak meng-

gunakan kekuasaannya, sebagaimana yang harus dilakukan-

nya, untuk mengekang dan menghukum mereka. sebab  itu, 

secara adil diancamkan, bahwa tangannya harus dipotong 

sebab  tidak diulurkan sebagaimana mestinya.  

2. Bahwa hidup mereka akan diperpendek. Eli sendiri sudah tua. 

namun  bukannya menggunakan hikmat, pengalaman, dan ke-

kuasaan sebab  usianya, bagi pelayanan Allah dan kemajuan 

agama, ia malah membiarkan kelemahan usia tuanya mem-

buatnya lebih dingin dan lengah dalam tugasnya. sebab  itu,  

diancamkan, bahwa tak satupun dari keturunannya akan 

hidup sampai tua (ay. 31-32). Hal ini  dua kali disebut-

kan: “takkan ada seorang kakek untuk selamanya,” dan lagi 

(ay. 33, KJV), “segala tambahan keluargamu, dari generasi ke 

generasi, akan mati di usia mekar mereka, saat  mereka ber-

ada di tengah-tengah tahun pelayanan mereka,” sehingga ken-

dati keluarga tidak punah, keturunannya tidak akan pernah 

hebat, atau tidak akan ada satu pun dari keturunannya yang 

akan tampil menonjol dalam masanya. Menurut Uskup Patrick, 

berdasar  beberapa penulis Yahudi, bahwa lama sesudahnya, 

terdapat sebuah keluarga di Yerusalem yang tak satu pun 

anggota keluarganya dapat bertahan hidup di atas 18 tahun, 

dan dari hasil penyelidikan ternyata mereka merupakan ketu-

runan keluarga Eli, yang dijatuhi hukuman ini. 

3. Bahwa segala penghiburan mereka dijadikan kepahitan.  

(1) Kenyamanan yang mereka dapatkan sebelumnya di tempat 

kudus, dalam kelimpahan dan kemakmurannya: engkau 

akan memandang dengan mata bermusuhan. Hal ini di-

genapi melalui serangan-serangan dan berbagai kejahatan 

yang terus dilancarkan orang-orang Filistin kepada Israel, 

yang mengakibatkan negeri Israel menjadi miskin (13:19), 

sehingga tidak diragukan penghasilan para imam juga ikut 

terganggu. Perampasan tabut perjanjian merupakan suatu 

tindakan perlawanan terhadap rumah Allah yang sungguh 

menghancurkan hati Eli. Seperti suatu berkat bagi sebuah 

keluarga untuk melihat damai sejahtera atas Israel (Mzm. 

128:5-6), demikian pula sebaliknya merupakan suatu 

hukuman yang pahit ke atas sebuah keluarga, terutama 

sebuah keluarga imam.  

(2) Kenyamanan anak-anak mereka: “ Seorang dari keluargamu 

yang tidak Kulenyapkan oleh kematian sebelum waktunya 

(KJV) akan hidup menjadi suatu aib dan beban bagi ke-

luarga, sebuah cela dan gangguan bagi sanak keluarganya. 

Ia akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana, oleh 

sebab  kebodohannya atau penyakitnya, kejahatannya 

atau kemelaratannya.” Kesedihan sebab  kematian seorang 

anak sungguhlah hebat, namun  sering kali lebih hebat lagi 

kesedihan sebab  seorang anak yang jahat. 

4. Sumber nafkah mereka akan habis dan mereka akan diren-

dahkan sampai sangat melarat (ay. 36): “Siapa yang masih 

tinggal hidup dari keturunanmu tidak akan bersuka dalam 

hidupnya, sebab  kekurangan mata pencaharian. Ia akan da-

tang dan meminta-minta makan kepada keluarga imam yang 

menggantikan keluarga Eli.”  

(1) Ia akan mengemis untuk derma yang paling kecil, untuk 

sekeping uang perak, kata ini menunjukkan sebuah po-

tongan yang paling kecil, dan sepotong roti. Lihatlah betapa 

hal ini mengganjar dosa. Anak-anak imam Eli dulunya 

mendapat bagian yang terbaik dari daging korban persem-

bahan, namun  keturunan mereka akan cukup senang de-

ngan sepotong roti. Perhatikanlah, kekurangan yaitu  hu-

kuman yang adil bagi pemborosan. Orang-orang yang tidak 

dapat merasa puas tanpa makanan yang lezat dan beraneka 

ragam, mereka atau keturunan mereka akan menderita 

kekurangan, dan Tuhan yaitu  adil dalam menghukum 

mereka.  

(2) Ia akan mengemis meminta kedudukan yang paling rendah 

sekalipun: Tempatkanlah kiranya aku dalam salah satu 

golongan imam itu, seperti tertulis dalam bahasa aslinya. 

Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, tem-

pat yang paling cocok bagi seorang anak yang terhilang. 

Kelimpahan dan kekuasaan akan diambil kembali saat  

disalahgunakan. Keturunan Eli tidak dapat lagi berharap 

akan suatu kedudukan atau jabatan yang tinggi, tidak pula 

untuk tempat mana pun di mezbah, namun  sebaliknya 

harus memohon untuk pekerjaan yang hina, rela bekerja 

sedemikian berat dan menerima upah sedemikian kecil, 

hanya supaya mereka mendapatkan sepotong roti. Hal ini 

kemungkinan sepenuhnya tergenapi saat  Abyatar, yang 

merupakan keturunan Eli, dipecat oleh Salomo sebab  ber-

khianat, dan dia serta keluarganya diusir dari Bait Suci 

(1Raj. 2:26-27), dan mudah dibayangkan keturunannya 

jatuh miskin seperti yang diancamkan. 

5. Bahwa Allah akan segera mulai melaksanakan hukuman ke-

pada keluarga Eli dengan kematian Hofni dan Pinehas, kabar 

buruk yang harus didengar imam Eli semasa hidupnya: Inilah 

yang akan menjadi tanda bagimu (ay. 34). Pada waktu engkau 

mendengar perkataan ini, katakanlah, “Kini firman Allah mulai 

bekerja. Satu ancaman sudah tergenapi, maka saya menyim-

pulkan bahwa ancaman-ancaman lain pun akan digenapi 

sesuai dengan urutannya.” Hofni dan Pinehas sering kali ber-

buat dosa bersama-sama, dan di sini dinubuatkan bahwa me-

reka akan mati bersama-sama dalam satu hari. Ikatlah ilalang 

ini dalam satu berkas untuk dibakar. Dan hal ini pun ter-

genapi (4:11). 

VI. Di tengah-tengah semua ancaman yang menimpa keluarga imam 

Eli ini, ada belas kasih yang dijanjikan kepada Israel (ay. 35): Aku 

akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan.  

1. Hal ini digenapi dalam diri imam Zadok, dari keluarga Eleazar, 

yang menggantikan tempat Abyatar pada permulaan pemerin-

tahan Salomo, dan yang setia pada kepercayaan yang diberi-

kan kepadanya. Dan semua imam besar sesudah dia berasal 

dari keturunannya selama jabatan imamat Lewi berlangsung. 

Perhatikanlah, kejahatan para pelayan Tuhan, kendati keja-

hatan itu membinasakan mereka, namun tidak akan meng-

hancurkan pelayanan. Betapa pun buruknya para pejabat, 

jabatan akan selalu terus berlanjut hingga akhir dunia. Apa-

bila sebagian orang mengkhianati kepercayaan mereka, orang 

lain akan dibangkitkan, yang bersungguh-sungguh di dalam-

nya. Pekerjaan Allah tidak akan pernah jatuh ke tanah sebab  

kekurangan tangan untuk meneruskannya. Imam besar di sini 

dikatakan yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, 

yaitu Daud dan keturunannya, sebab  ia mengenakan tutup 

dada pernyataan keputusan, tempat dia mencari nasihat, 

bukan dalam perkara-perkara yang umum, melainkan perkara 

khusus untuk raja di dalam urusan negara. Perhatikanlah, 

terlepas dari hilangnya suatu angkatan keluarga dan ratapan 

kesedihan di dalam banyak keluarga, Allah akan menjamin 

bagi diri-Nya angkatan pengganti. jika  sebagian berlaku 

lebih buruk daripada para pendahulunya, sebagian lain, untuk 

menyeimbanginya, akan bertumbuh lebih baik.  

2. Janji Allah kepada Israel ini memperoleh penggenapannya di 

dalam jabatan imamat Kristus. Ia yaitu  Sang Imam Besar 

yang rahmani dan setia yang dibangkitkan oleh Allah saat  

imamat Lewi terhempas. Dalam segala sesuatu Ia melakukan 

kehendak Sang Bapa, dan bagi Dialah Allah akan membangun 

sebuah rumah yang pasti, membangunnya di atas batu ka-

rang, sehingga pintu-pintu gerbang maut tidak dapat mengua-

sainya. 

 

 

 

PASAL  3  

alam pasal sebelumnya kita menemukan Samuel sebagai se-

orang imam muda, kendati berdasar  kelahiran hanya orang 

dari suku Lewi saja, sebab dia melayani di hadapan TUHAN dengan 

mengenakan baju efod dari kain linen. Dalam pasal ini kita menemu-

kan Samuel sebagai seorang nabi muda, yang lebih hebat lagi, sebab  

Allah dengan cara yang luar biasa menyatakan diri kepadanya, dan di 

dalam dirinya menghidupkan kembali, jika tidak memulai kembali, 

nubuatan di Israel. Dalam pasal ini kita menemukan,  

I. Penyataan diri Allah pertama kali dengan cara yang luar 

biasa kepada Samuel (ay. 1-10).  

II. Pesan Allah kepada Eli yang disampaikan-Nya melalui Sa-

muel (ay. 11-14).  

III. Penyampaian pesan Allah itu terus-menerus kepada Eli dan 

penyerahan dirinya kepada kebenaran Allah dengan adanya 

pesan itu (ay. 15-18).  

IV. Penetapan Samuel sebagai seorang nabi di Israel (ay. 19-21). 

Panggilan Samuel 

(3:1-10) 

1 Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. 

Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak 

sering. 2 Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat 

melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. 3 Lampu rumah 

Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tem-

pat tabut Allah. 4 Lalu TUHAN memanggil: “Samuel! Samuel!”, dan ia men-

jawab: “Ya, bapa.” 5 Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: “Ya, bapa, 

bukankah bapa memanggil aku?” namun  Eli berkata: “Aku tidak memanggil; 

tidurlah kembali.” Lalu pergilah ia tidur. 6 Dan TUHAN memanggil Samuel 

sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: 

“Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” namun  Eli berkata: “Aku tidak 

memanggil, anakku; tidurlah kembali.” 7 Samuel belum mengenal TUHAN; fir-

man TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. 8 Dan TUHAN memanggil 

Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi men-

dapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Lalu 

mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu. 9 Sebab itu ber-

katalah Eli kepada Samuel: “Pergilah tidur dan jika  Ia memanggil engkau, 

katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Maka 

pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. 10 Lalu datanglah TUHAN, 

berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” 

Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.” 

Untuk membuka jalan bagi kisah penyataan diri Allah untuk pertama 

kalinya kepada Samuel, kita di sini diberi tahu,  

1. Betapa giatnya Samuel dalam melayani TUHAN, sesuai dengan 

kedudukan dan kemampuannya (ay. 1): Samuel yang muda itu,  

kendati masih seorang anak kecil, menjadi pelayan TUHAN di 

bawah pengawasan Eli. Kejahatan putra-putra Eli semakin besar 

mengingat Samuel muda mempermalukan mereka. Mereka mem-

berontak kepada Allah, namun  Samuel melayani-Nya. Mereka me-

remehkan semua teguran peringatan bapak mereka, namun  Sa-

muel sangat memperhatikannya. Ia menjadi pelayan di hadapan 

Eli, di bawah pengawasan dan arahannya. Samuel patut dipuji 

sebab  selama ini tidak terpengaruh oleh keteladanan mereka 

yang buruk sehingga tidak ikut terjerumus, melainkan terus ber-

tumbuh dan maju. Semua ini menjadi persiapan bagi kehormatan 

yang telah disediakan oleh Allah baginya. Ia yang setia di dalam 

perkara kecil, segera kemudian dipercaya dengan banyak perkara 

yang lebih besar. Kiranya orang-orang yang muda rendah hati dan 

rajin, supaya mereka menemukan cara yang sangat pasti menuju 

kedudukan yang lebih tinggi. Orang-orang yang pantas untuk 

memerintah yaitu  mereka yang telah belajar untuk taat.  

2. Betapa jarangnya nubuatan pada waktu itu, sehingga menjadikan 

panggilan Samuel suatu kejutan yang besar baginya dan rahmat 

yang besar bagi Israel: Pada masa itu firman TUHAN jarang. Di 

sana sini pada suatu waktu, seorang abdi Allah dipakai sebagai 

seorang utusan-Nya pada suatu kesempatan yang luar biasa 

(2:27), namun  selama itu tidak ada jabatan nabi yang tetap, yang 

dapat ditemui umat untuk mencari nasihat, atau yang diharap-

kan untuk mencari tahu kehendak ilahi. sebab  itu, jarangnya 

nubuatan menjadikannya sungguh berharga di mata orang-orang 

yan