iapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan
dirinya sebab makanan, namun orang yang lapar dahulu, sekarang boleh
beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, namun orang
yang banyak anaknya, menjadi layu. 6 TUHAN mematikan dan menghidup-
kan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.
7 TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan mening
gikan juga. 8 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengang-
kat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama
dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan.
Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.
9 Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, namun orang-
orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh sebab
kekuatannya sendiri seseorang berkuasa. 10 Orang yang berbantah dengan
TUHAN akan dihancurkan; atas mereka Ia mengguntur di langit. TUHAN
mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya; Ia memberi kekuatan kepada raja
yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapi-
Nya.“
Kita di sini mendapati nyanyian syukur Hana, yang diungkapkan
tidak hanya oleh roh doa, namun juga oleh roh nubuatan. Permohonan
belas kasihan yang dirindukannya telah kita dengar sebelumnya
(1:11), dan di sini kita mendengar puji-pujiannya atas terkabulnya
permohonan itu. Permohonan dan puji-pujian yang diucapkan mulut-
nya itu dengan melimpah meluap dari hati yang terdalam. Permohon-
annya penuh dengan kerinduannya, sedangkan puji-pujiannya me-
limpah dengan kebaikan Allah. Secara umum amatilah,
1. saat menerima belas kasih dari Allah, Hana mengakuinya dan
membalasnya dengan puji-pujian kepada-Nya. Tidak seperti sem-
bilan orang kusta (Luk. 17:17). Puji-pujian yaitu uang sewa kita,
persembahan kita. Kita tidak adil bila tidak membayarnya.
2. Belas kasih yang telah diterimanya yaitu sebuah jawaban bagi
doa, dan sebab nya dia merasa diri secara khusus wajib untuk
bersyukur atasnya. Apa yang kita peroleh melalui doa, kita harus
mensyukurinya dengan kepuasan dan dengan pujian.
3. Ucapan syukurnya di sini disebut suatu doa: Lalu berdoalah
Hana. Sebab ucapan syukur yaitu suatu bagian yang penting
dari doa. Dalam setiap sapaan kepada Allah kita harus mengung-
kapkan suatu pujian syukur kepada-Nya sebagai pemelihara kita.
Bahkan ucapan syukur atas belas kasih yang telah diterima harus
dipandang sebagai suatu permohonan untuk belas kasih berikut-
nya.
4. berdasar belas kasih khusus yang telah diterimanya dari Allah
ini dia mengambil kesempatan, dengan hati yang lega dan lapang,
untuk mengucapkan hal-hal yang mulia tentang Allah dan peme-
rintahan-Nya atas dunia bagi kebaikan umat-Nya. Apa pun di
segala waktu yang mendatangkan rasa syukur, nyatakanlah itu.
5. Doa permohonannya disampaikan di dalam hati. Suaranya tidak
kedengaran. namun dalam pengucapan syukurnya dia berbicara,
sehingga semua orang bisa mendengarkannya. Ia menyampaikan
permohonannya dengan keluhan-keluhan yang tidak terucap-
kan, namun sekarang bibirnya terbuka untuk memperdengarkan
pujian kepada TUHAN.
6. Ucapan syukurnya ini ditinggalkan tercatat di sini guna mendo-
rong kaum yang lemah untuk berani datang menghampiri takhta
kasih anugerah. Allah akan memedulikan doa-doa dan pujian
mereka. Nyanyian pujian Maria memiliki hubungan dengan nya-
nyian pujian Hana di sini (Luk. 1:46). Ada tiga hal yang kita temu-
kan dalam puji-pujian Hana ini:
I. Sorak kemenangan Hana di dalam TUHAN, dalam kesempurnaan-
Nya yang mulia, dan hal-hal besar yang telah diperbuat-Nya bagi
dia (ay. 1-3). Perhatikanlah,
1. Hal-hal besar yang dikatakannya tentang Allah. Ia tidak mem-
perhatikan belas kasih khusus yang membuatnya bersukacita
sekarang, tidak memuji Samuel untuk ketampanannya, untuk
masa pertumbuhannya, seperti yang sangat disukai dan sering
dilakukan oleh kebanyakan orangtua. Tidak, dia mengesam-
pingkan dahulu pemberian, dan lebih memuji sang Pemberi,
sementara kebanyakan orang melupakan sang Pemberi dan
hanya tertuju pada pemberiannya. Setiap aliran sungai pasti
memimpin kita kepada sumber mata air. sebab itu, segala
perkenan yang kita terima dari Allah seharusnya membangkit-
kan kekaguman kita akan kesempurnaan tanpa batas yang
ada di dalam Allah. Mungkin ada Samuel-Samuel lain, namun
tidak ada Yehova yang lain. Tidak ada yang lain kecuali
Engkau. Perhatikanlah, Allah harus dipuji sebagai Pribadi yang
tak tertandingi dan yang empunya kesempurnaan yang tak
dapat disejajarkan. Kemuliaan ini yaitu sebab nama-Nya,
tidak hanya bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia, namun juga
tidak ada yang lain di samping Dia (ay. 2, KJV). Semua yang
lain hanyalah kepura-puraan belaka (Mzm. 18:31). Empat sifat
Allah yang mulia dirayakan oleh Hana di sini:
(1) Kesucian-Nya yang tak tercela. Ini yaitu sifat yang paling
dipuji di dunia atas, oleh orang-orang saleh yang selalu me-
mandang wajah-Nya (Yes. 6:3; Why. 4:8). Pada waktu bang-
sa Israel merayakan kemenangan atas bangsa Mesir, Allah
dipuji sebagai mulia sebab kekudusan-Mu (Kel. 15:11). De-
mikian pula di sini, dalam kemenangan Hana, tidak ada
yang kudus seperti TUHAN. Ini yaitu kelurusan sifatnya,
kesesuaian-Nya yang tak terbatas dengan diri-Nya sendiri,
dan keadilan pemerintahan dan penghukuman-Nya dalam
semua pelaksanaannya. Dengan mengingat hal inilah kita
harus bersyukur.
(2) Kemahakuasaan-Nya: tidak ada gunung batu, atau kekuat-
an apapun, sebab inilah istilah yang kadang-kadang di-
gunakan, seperti Allah kita. Hana telah mengalami suatu
dukungan yang besar dengan bersandar kepada-Nya, maka
dia berbicara tentang apa yang dia temukan dan sepertinya
merujuk kepada apa yang juga dialami oleh Musa (Ul.
32:31).
(3) Hikmat-Nya yang tak terselami: TUHAN itu, hakim dari se-
mua, Allah yang mahatahu. Ia dengan jelas dan sempurna
melihat ke dalam karakter setiap orang dan manfaat dari
setiap penyebab serta memberi pengetahuan dan pengerti-
an kepada orang-orang yang mencarinya dari Dia.
(4) Keadilan-Nya yang tanpa salah: Oleh Dia perbuatan-per-
buatan diuji. Demikian pula dengan segala perbuatan-Nya,
semuanya dalam pertimbangan-Nya yang kekal. Juga sega-
la perbuatan manusia, ditimbang oleh penghukuman-Nya,
sehingga Ia akan membalas setiap orang menurut perbuat-
annya, dan tidak pernah salah dalam menilai orang dan
perbuatannya.
2. Bagaimana dia menghibur diri sendiri di dalam semua hal ini.
Jika kita memberi Allah kemuliaan, maka kita akan mendapat
penghiburan darinya. Inilah yang dilakukan oleh Hana,
(1) Dalam sukacita kudus: Hatiku bersukaria sebab TUHAN.
Tidak begitu besar sebab anaknya, melainkan sebab
TUHAN-nya. Allah harus menjadi kegembiraan dari suka-
cita kita (Mzm. 43:4), dan sukacita kita dalam hal apa saja
tidak boleh lebih besar daripada dalam Dia: “Aku bersuka-
cita sebab pertolongan-Mu. Tidak hanya dalam perkenan-
an-Mu yang khusus bagiku, namun juga dalam keselamatan
umat-Mu Israel, keselamatan yang secara khusus akan di-
bawa melalui anak ini, dan di atas segalanya, oleh Kristus,
yang digambarkan oleh semua keselamatan ini .”
(2) Dalam sukaria kudus: “Tanduk kekuatanku ditinggikan. Ti-
dak hanya nama baikku diselamatkan dengan memiliki se-
orang anak laki-laki, namun juga sangat ditinggikan sebab
memiliki anak yang demikian.” Kita membaca tentang be-
berapa penyanyi yang ditunjuk oleh Daud untuk meng-
angkat tanduk, sebuah alat musik, dalam memuji TUHAN
(1Taw. 25:5), sehingga Tanduk kekuatanku ditinggikan ber-
arti ini, “Puji-pujianku sangat ditinggikan kepada suatu
tingkatan yang tidak biasa.” Ditinggikan di dalam TUHAN
(KJV) berarti Allah harus memperoleh kehormatan dari se-
mua pujian kita, dan dalam Dia kita harus bersuka ria. Mu-
lutku mencemoohkan musuhku (KJV: dibuka lebar) yaitu,
“Sekarang dengan ini aku harus menjawab orang-orang
yang mencemoohku.” Ia yang membuat tabungnya penuh
dengan anak panah, rumahnya penuh dengan anak-anak,
tidak akan malu untuk berbicara dengan musuh-musuh di
pintu gerbang (Mzm. 127:5).
3. Bagaimana Hana di sini membungkam orang-orang yang me-
negakkan diri sebagai pesaing Allah dan memberontak mela-
wan Dia (ay. 3): Janganlah kamu selalu berkata sombong. Ja-
nganlah Penina dan anak-anaknya mencelanya lagi sebab
keyakinannya kepada Allah dan doanya kepada-Nya: pada
akhirnya segala usahanya tidak sia-sia. Lihat Mikha 7:10, Mu-
suhku akan melihatnya dan dengan malu ia akan menutupi
mukanya, dia yang berkata kepadaku: “Di mana TUHAN, Allah-
mu?” Atau mungkin ia tidak mau merendahkan diri dengan
terlalu memperhatikan Penina dan kejahatannya di dalam
nyanyian ini. Nyanyiannya lebih dimaksudkan sebagai teguran
atas keangkuhan orang-orang Filistin dan musuh-musuh lain
dari Allah dan Israel, sebab Mereka membuka mulut melawan
langit (Mzm. 73:9). “Kiranya hal ini membungkam dan mem-
permalukan mereka. Ia yang telah menghukum musuhku
akan menghukum para musuh umat-Nya juga.”
II. Perhatian Hana terhadap hikmat dan kedaulatan penyelenggaraan
ilahi dalam menyelesaikan segala urusan anak-anak manusia.
Keadaan mereka cepat berubah menjadi buruk. Perubahannya
aneh dan tiba-tiba, sering kali hanya ada langkah yang sangat
pendek antara puncak kemakmuran dan kedalaman kesulit-
an. Ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti
juga hari mujur (Pkh. 7:14). Kedua hari ini sangat dekat, dan tidak
ada jurang pemisah di antaranya, sehingga kita dapat menangis
seolah-olah tidak menangis; dan bergembira seolah-olah tidak
bergembira.
1. Yang kuat segera dilemahkan dan yang lemah segera dikuat-
kan, sesuai dengan perkenan Allah (ay. 4). Di pihak lain, bila-
mana Ia berfirman, busur pada pahlawan telah patah. Mereka
dilucuti, tidak mampu berbuat seperti sebelumnya, seperti me-
reka rancangkan. Mereka yang tadinya tampak memiliki keun-
tungan di pihak mereka, dan berpikir akan menang, ditakluk-
kan dalam pertempuran (lih. Mzm. 46:10; 37:15, 17). Ada
sementara orang segera menjadi lemah sebab penyakit dan
umur, dan mereka mendapati busurnya tidak lagi memiliki
kekuatan. Banyak orang perkasa yang mengagumi kekuatan-
nya mendapati diri tertipu olehnya bagaikan busur yang pa-
tah, yang mengecewakan mereka saat mengandalkannya. Di
pihak lain, jika TUHAN berbicara, orang-orang yang tersan-
dung sebab lemah, yang sedemikian lesu sampai tidak sang-
gup berdiri tegak dan lurus, dikenakan kekuatan, dalam tubuh
dan pikiran, sehingga sanggup melakukan hal-hal yang besar.
Orang-orang menjadi lemah sebab penyakit kembali menjadi
kuat dan segar (Ayb. 33:25), dan mereka yang terbungkuk-
bungkuk oleh dukacita akan memperoleh kembali kegembira-
annya, yang menguatkan kembali tangan yang lemah lesu dan
lutut yang goyah (Yes. 35:3). Kemenangan beralih kepada
pihak yang telah ditinggalkan, bahkan orang-orang lumpuh
akan menjarah jarahan (Yes. 33:23).
2. Yang kaya segera dijadikan miskin dan yang miskin secara
ajaib dijadikan kaya dengan segera (ay. 5). Penyelenggaraan
Allah kadang-kadang menghancurkan harta benda manusia
sedemikian rupa dan menggagalkan usaha mereka, dan tanpa
api yang berkobar membakar hasil lumbung mereka, sehingga
mereka yang kenyang, lumbung mereka penuh, bejana mereka
penuh, rumah penuh dengan segala yang baik (Ayb. 22:18),
dan perut dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan
(Mzm. 17:14), telah dijadikan berkekurangan sedemikian mis-
kin dan papanya sehingga mereka tidak mempunyai segala se-
suatu yang diperlukan untuk menyambung hidup mereka.
Mereka bahkan menyewakan dirinya sebab makanan, dan
harus mencangkul, sebab mereka malu untuk mengemis. Keka-
yaan lenyap (Ams. 23:5), dan meninggalkan mereka menderita
sengsara yang, pada waktu mereka mempunyainya, menaruh
kebahagiaan mereka di dalamnya. Sungguh dua kali lebih
menyedihkan mereka yang tadinya kaya namun jatuh miskin.
Namun di pihak lain, Penyelenggaraan Ilahi kadang-kadang
mengatur sedemikian rupa sehingga orang-orang yang lapar
berhenti, yaitu berhenti untuk menyewakan diri demi menda-
patkan makanan. Orang-orang yang, oleh berkat Allah dalam
usaha mereka, menjadi kaya di dunia dan hidup cukup de-
ngan nyaman, mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga
lagi. Hal ini tidaklah berkaitan dengan peruntungan atau se-
mata-mata sebab hikmat atau kebodohan manusia. Kekaya-
an bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang
cerdik cendekia (Pkh. 9:11), bukan juga selalu sebab kesalah-
an manusia maka mereka menjadi miskin, melainkan sebab
TUHAN membuat miskin dan membuat kaya (ay. 7). Yang se-
orang dibuat miskin sedangkan yang lainnya dijadikan kaya,
dan ini yaitu oleh perbuatan TUHAN. Kepada sebagian orang
Ia memberi kuasa untuk memperoleh kekayaan, dan dari yang
lain Ia mengambil kuasa untuk menyimpan kekayaan yang
mereka miliki. Apakah kita miskin? TUHANlah yang menye-
babkan kita miskin, supaya kita belajar berpuas diri dengan
keadaan kita dan menerimanya apa adanya. Apakah kita kaya?
TUHANlah yang memicu kita kaya, supaya kita dengan
begitu kita bersyukur dan melayani Dia dengan sukacita dalam
kelimpahan segala sesuatu yang baik yang Ia berikan. Namun,
seseorang juga dapat mengalami kemiskinan dan kekayaan.
Orang yang dahulu kaya dijadikan Allah miskin, dan beberapa
waktu kemudian dijadikan kaya kembali, seperti Ayub. Ia yang
memberi, Ia pula yang mengambil dan kemudian memberi lagi.
sebab itu, janganlah orang kaya menjadi sombong dan me-
rasa aman-aman saja, sebab Allah dapat menjadikan mereka
miskin dengan sesaat . Janganlah orang miskin menjadi
sedih dan putus asa, sebab Allah dapat menjadikan mereka
kaya kembali pada waktunya.
3. Keluarga tanpa anak diperlengkapi dengan anak dan keluarga
yang besar dikurangi dan dijadikan kecil. Inilah contoh yang
mendatangkan puji-pujian syukur: orang yang mandul mela-
hirkan tujuh anak. Kendati sekarang Hana hanya mempunyai
seorang anak laki-laki, dan malah menjadi seorang nazir yang
diabdikan kepada Allah dan digunakan dalam pelayanan-Nya,
anak tunggalnya itu sama berharga baginya seperti tujuh anak
laki-laki. Atau itu yaitu bahasa imannya. Kini dia hanya
memiliki satu anak namun berharap akan mendapat banyak
anak lagi, dan ia tidak dikecewakan dengan pengharapannya.
Ia memiliki lima orang anak lagi (ay. 21), sehingga seandainya
kita menghitung Samuel sebagai dua, seperti yang kita harap-
kan, maka dia memiliki jumlah yang dijanjikannya sen-
diri: orang yang mandul melahirkan tujuh anak, sementara itu,
di pihak lain, orang yang banyak anaknya, menjadi layu, dan
dibiarkan demikian. Ia tidak dapat berkata-kata lain. Penina
kini menjadi malu dan hancur hatinya. Tradisi orang Yahudi
berkata bahwa saat Hana melahirkan satu anak, maka
Penina menguburkan dua anak. Ada banyak contoh tentang
pertambahan anggota keluarga yang tak terhitung banyaknya
dan memudarnya keluarga yang tadinya ternama (Ayb. 22:23;
Mzm. 107:38, dll.).
4. Allah yaitu TUHAN yang berdaulat atas hidup dan mati (ay.
6): TUHAN mematikan dan menghidupkan. Ayat ini berbicara,
(1) Tentang kekuasaan Allah yang berdaulat dan penyeleng-
garaan-Nya dalam hidup dan matinya anak-anak manusia.
Ia menetapkan kelahiran dan penguburan. Kapan pun ada
yang mati, Allah-lah yang mengarahkan anak panah kema-
tian. TUHAN mematikan. Kematian yaitu utusan-Nya,
menghantam siapa pun dan kapan pun Dia inginkan. Tidak
ada satu pun yang dibawa kepada debu, kecuali Dia mem-
bawa mereka turun ke situ, sebab tangan-Nya yang meme-
gang segala kunci maut dan kerajaan maut (Why. 1:18).
Kapan pun ada yang lahir, Dialah yang menjadikan mereka
hidup. Tidak ada orang yang tahu bagaimanakah pergerak-
an Roh, namun ini yang kita ketahui, bahwa hal itu berasal
dari Bapa segala roh. Kapan pun ada yang sembuh dari
sakit dan dilepaskan dari bahaya yang datang menerpa,
Allah-lah yang mengangkat dia. Sebab ALLAH, Tuhanku,
memberi keluputan dari maut.
(2) Tentang pembedaan yang diadakan-Nya antara sebagian
dan yang lain: Ia mematikan sebagian orang, dan menjadi-
kan, yaitu, menjaga, yang lain tetap hidup, sekalipun mere-
ka sama-sama berada di dalam bahaya, misalnya dalam
peperangan atau wabah penyakit. Dua orang berbaring di
tempat tidur yang sama, yang satu diambil oleh kematian
dan yang lain dibiarkan hidup. Demikian pula Bapa, sebab
hal itu yaitu baik di mata-Nya. Sebagian yang besar
kemungkinannya hidup diturunkan ke dalam kubur, dan
yang lain yang sepertinya akan mati diangkat oleh Dia.
Sebab hidup dan mati tidaklah bergantung pada kemung-
kinan atau sepertinya. Penyelenggaraan Allah pada sebagi-
an orang yaitu mematikan, menghancurkan kenyamanan
mereka, dan pada orang lain di waktu yang sama yaitu
menghidupkan.
(3) Tentang perubahan yang dibuat terhadap satu orang yang
sama: Ia mematikan dan menurunkan ke dalam dunia orang
mati, yaitu, Ia bahkan membawanya ke pintu gerbang ke-
matian, dan kemudian menghidupkannya kembali dan
mengangkatnya, saat bahkan hidup sudah tidak ada
harapan lagi dan hukuman mati sudah diterimanya (2Kor.
1:8-9). Ia mengubahnya menjadi kehancuran, dan kemudian
berkata, Kembalilah (Mzm. 90:3). Tidak ada sesuatu yang
terlalu sukar bagi Allah untuk dilakukan, apakah itu untuk
mempercepat orang mati ataukah untuk menaruh hidup
pada tulang-tulang yang kering.
5. Kemajuan dan kehinaan keduanya yaitu dari Dia. Ia mem-
bawa sebagian orang ke tempat yang rendah dan mengangkat
yang lain (ay. 7), merendahkan yang sombong dan memberi
kasih karunia serta kehormatan kepada yang rendah. Ia mem-
baringkan dalam debu tanah orang-orang yang ingin bersaing
dengan Dia dan menginjak-injak semua orang di sekeliling
(Ayb. 40:7-8), namun mengangkat dan menyelamatkan mereka
yang merendahkan diri di hadapan-Nya (Yak. 4:10). Hal ini
juga berlaku pada orang yang sama: mereka yang telah Ia ren-
dahkan, dan sebagai akibatnya dengan rendah hati bertobat,
Ia angkat kembali. Hal ini disebutkan dalam ay. 8, Ia menegak-
kan orang yang hina dari dalam debu, suatu keadaan yang
rendah dan hina, bahkan dari dalam tumpukan sampah kotor-
an, suatu keadaan yang rendah, jijik, memualkan, dan diben-
ci, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bang-
sawan. Lihat Mazmur 113:7-8. Kenaikan kedudukan tidak
berasal dari kebetulan, namun dari putusan hikmat Allah, yang
sering lebih berpihak kepada orang-orang yang sangat tidak
mungkin diharapkan dan dipandang orang tidak layak. Yusuf
dan Daniel, Musa dan Daud, diangkat kedudukannya secara
ajaib, dari sebuah penjara menuju sebuah istana, dari pengait
domba kepada tongkat kerajaan. Para bangsawan yang ada di
sekelilingnya mungkin tergoda untuk meremehkan mereka,
namun Allah dapat menegakkan kehormatan yang Ia berikan
secara mengejutkan, dan bahkan menjadikan mereka pemilik
kursi kehormatan (KJV: pewaris takhta kemuliaan). Janganlah
menghina dengan debu dan sampah kotoran orang-orang yang
oleh Sang Penyelenggara telah diangkat keluar dari sana,
sebab semakin rendah permulaan mereka, semakin tinggilah
mereka diangkat, dan Allah dipermuliakan dalam kemajuan
mereka itu, jika hal itu diperoleh dengan cara-cara yang sah
dan terhormat.
6. Alasan mengapa tindakan pemeliharaan Allah berlaku seperti
ini, dan mengharuskan kita untuk menyetujuinya, betapa pun
mengejutkan: Sebab TUHAN mempunyai alas bumi (KJV: Sebab
semua tiang penopang bumi yaitu kepunyaan TUHAN ALLAH)
(1) Secara harfiah, ini menyatakan kuasa kebesaran atau ke-
mahakuasaan Allah, yang tidak dapat dikendalikan siapa
pun. Ia menopang seluruh ciptaan, menaruh dasar atau
alas bumi, dan terus menyokongnya dengan firman-Nya
yang berkuasa. Jadi, Ia yang menggantungkan bumi pada
kehampaan (Ayb. 26:7), apa pula yang tidak dapat Ia laku-
kan jauh melampaui pikiran dan harapan kita berkenaan
dengan segala urusan keluarga dan kerajaan? Akan namun ,
(2) jika kita memahaminya secara kiasan, hal ini menyata-
kan kedaulatan-Nya yang tak tertandingi, yang tak terban-
tahkan. Para bangsawan dan tokoh-tokoh di dunia, yang
pemimpin negara dan pemerintahan, yaitu tiang-tiang
penopang bumi (Mzm. 75:4, KJV). Pada tiang-tiang penopang
inilah segala urusan dunia berubah ke sana kemari, namun
tiang-tiang itu kepunyaan Tuhan Allah (Mzm. 47:10). Dari
Dialah mereka memperoleh kuasa, dan sebab itu Ia dapat
memajukan mereka yang diperkenan-Nya. Dan siapakah
yang dapat berkata kepada-Nya, Apa yang dapat Engkau
perbuat terhadap aku?
III. Sebuah nubuatan tentang pemeliharaan dan peninggian semua
sahabat setia Allah, dan tentang kebinasaan semua musuh Allah
dan musuh sahabat-sahabat-Nya. sesudah menyaksikan keme-
nangannya yang gemilang atas apa yang telah dilakukan Allah,
dan yang sedang dilakukan-Nya, Hana menutup sorak kemenang-
annya itu dengan pengharapan sukacita akan apa yang akan
dilakukan Allah (ay. 9-10). Pengungkapan-pengungkapan perasaan
saleh (kata Uskup Patrick) selama masa-masa itu sering kali me-
muncak menjadi pengungkapan nubuatan, yang melaluinya Allah
terus menghidupkan di dalam bangsa itu ibadah sejati kepada-
Nya, di tengah-tengah perbuatan mereka yang selalu tertuju pada
penyembahan berhala. Nubuatan Hana ini dapat merujuk,
1. Lebih langsung kepada pemerintahan Israel oleh Samuel, dan
oleh Daud yang diurapi olehnya. Bangsa Israel, orang-orang
kudus-Nya, harus dilindungi dan dibebaskan. Bangsa Filistin,
musuh mereka, harus dikalahkan dan ditaklukkan, secara
khusus oleh guntur (7:10). Kekuasaan mereka harus diperluas,
Raja Daud diperkuat dan sangat ditinggikan, dan Israel, yang
dalam masa hakim-hakim tidak ada apa-apanya dan banyak
mengalami kesulitan untuk bertahan hidup, akan segera men-
jadi besar dan hebat, dan mengajarkan hukum kepada semua
tetangganya. Sungguh merupakan suatu perubahan yang luar
biasa. Dan kelahiran Samuel, tampaknya, seperti fajar dari
hari perubahan yang besar itu. Namun,
2. Kita memiliki alasan untuk berpikir bahwa nubuatan ini me-
mandang lebih jauh lagi, yaitu kepada kerajaan Kristus dan
penyelenggaraan dari kerajaan anugerah itu. Hana berbicara
mengenai hal ini , sesudah mengungkapkan dengan pan-
jang lebar tentang kerajaan penyelenggaraan-Nya. Dan di sini-
lah pertama kalinya kita menjumpai nama Mesias, atau yang
Diurapi. Para penafsir kuno, baik Yahudi dan Kristen, melihat
kata ini tidak hanya dipakai untuk Daud, namun Putra Daud.
Hal-hal mulia dibicarakan di sini tentang Kerajaan Sang Peng-
antara, baik sebelum dan sejak penjelmaan-Nya menjadi ma-
nusia. Sebab cara pelaksanaannya, baik melalui firman kekal
maupun firman yang telah menjadi daging, persis sama. Ten-
tang kerajaan ini kita di sini diyakinkan,
(1) Bahwa semua warganya yang setia akan dilindungi dengan
hati-hati dan penuh kuasa (ay. 9): Langkah kaki orang-
orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya. Ada suatu umat di
dalam dunia yang merupakan orang-orang kudus Allah,
orang-orang pilihan-Nya dan yang dikuduskan-Nya. Dan ia
akan melindungi langkah kaki mereka, yaitu, semua yang
menjadi kepunyaannya akan berada di bawah perlindung-
an-Nya, termasuk ujung kaki mereka sekalipun. Jika kaki
mereka saja Ia lindungi, apalagi kepala dan hati mereka. Ia
akan mengamankan kaki mereka, yaitu tanah tempat
mereka berpijak, dan memperlancar perjalanan mereka. Ia
akan menjaga perasaan dan tindakan mereka dengan anu-
gerah-Nya, sehingga kaki mereka tidak mengembara keluar
dari jalannya, atau tersandung di tengah perjalanan. saat
kaki mereka hampir terpeleset (Mzm. 73:2) maka kasih setia-
Mu, ya TUHAN, menyokong aku (Mzm. 94:18) dan menjaga
mereka supaya jangan sampai tersandung (Yud. 1:24). saat
kita memelihara jalan Allah, maka Ia akan memelihara lang-
kah kaki kita (lih. Mzm. 37:23-24).
(2) Bahwa segala kuasa yang bersatu untuk melawan keraja-
an-Nya itu tidak akan sanggup meruntuhkannya. Dengan
kekuatan tidak ada manusia yang menang. Kekuatan Allah
bekerja bagi jemaat-Nya. Dan, jika kekuatan Allah bekerja,
maka kekuatan manusia tidak akan dapat bertahan untuk
melawan jemaat-Nya. Jemaat tampaknya tidak mempunyai
kekuatan, teman-temannya sedikit dan mudah goyah,
namun ketahanan bukanlah oleh kekuatan manusia (Mzm.
33:16). Allah tidak butuh kekuatan manusia bagi diri-Nya
(Mzm. 147:10) atau takut terhadapnya.
(3) Bahwa semua musuh jemaat-Nya pasti akan dihancurkan
dan ditaklukkan: orang-orang fasik akan mati binasa dalam
kegelapan (ay. 9). Mereka akan dihantam hingga menjadi
buta dan tuli, tidak sanggup melihat jalan mereka atau
berkata bagi diri sendiri. Orang-orang berdosa yang terku-
tuk dihukum ke dalam tempat kegelapan, dan di sana me-
reka akan terdiam bisu untuk selamanya (Mat. 22:12-13).
Orang-orang fasik disebut orang-orang yang berbantah de-
ngan TUHAN, dan dinubuatkan (ay. 10), bahwa mereka akan
dihancurkan. Rancangan mereka melawan Kerajaan-Nya di
antara manusia akan dihempaskan sepenuhnya, dan mere-
ka sendiri dibinasakan. Bagaimana mungkin orang-orang
yang mengangkat senjata melawan Yang Mahakuasa dapat
berhasil? (lih. Luk. 19:27). Allah punya banyak cara untuk
membinasakan mereka, atas mereka Ia mengguntur di
langit, sehingga tidak hanya membuat mereka kebingungan
dan ketakutan, namun juga membawa mereka kepada ke-
hancuran. Siapakah yang dapat bertahan terhadap guntur
Allah?
(4) Bahwa penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan ini akan
meluas sampai ke daerah-daerah yang jauh: TUHAN meng-
adili bumi sampai ke ujung-ujungnya. Kemenangan Daud dan
daerah kekuasaan-Nya menjangkau sampai jauh, teta-
pi ujung bumi dijanjikan kepada Sang Mesias untuk men-
jadi kepunyaan-Nya (Mzm. 2:8), entah berada di bawah kua-
sa tongkat kerajaan-Nya atau dihancurkan oleh gada besi-
Nya. Allah yaitu hakim atas semua, dan Ia akan meng-
hukum bagi umat-Nya orang-orang yang melawan-Nya dan
melawan umat-Nya itu (Mzm. 110:5-6).
(5) Bahwa kuasa dan kemuliaan Mesias Sang Pangeran akan
bertumbuh dan bertambah-tambah lebih dan lebih lagi: Ia
memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya, untuk
menyelesaikan pekerjaan-Nya yang agung (Mzm. 89:22, dan
lihat Luk. 22:43), untuk menguatkan Dia melalui segala
kesukaran dalam kemanusiaan-Nya, dan dalam peninggian-
Nya Ia akan mengangkat kepala (Mzm. 110:7), meninggikan
tanduk, kuasa dan kehormatan, dari Yang Diurapi-Nya
itu, dan menjadikan Dia yang mahatinggi di antara raja-
raja bumi (Mzm. 89:28). Mahkota kemenangan ini yaitu
lebih dari apa pun, dan merupakan puncak peninggian-
Nya. Tanduk kekuatan Hana ditinggikan (ay. 1), sebab Hana
melihat ke depan kepada tanduk Sang Mesias yang akan
ditinggikan mulai. Hal inilah yang menjamin pengharapan.
Para warga kerajaan Kristus akan aman, dan para musuh-
nya akan dihancurkan, sebab Yang Diurapi, Kristus Tuhan,
dilengkapi dengan kekuatan, sehingga sanggup untuk me-
nyelamatkan dan menghancur-binasakan.
Samuel di Rumah TUHAN;
Kejahatan Anak-anak Eli (2:11-26)
11 Lalu pulanglah Elkana ke Rama namun anak itu menjadi pelayan TUHAN di
bawah pengawasan imam Eli. 12 Adapun anak-anak lelaki Eli yaitu orang-
orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, 13 ataupun batas hak
para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan
korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam
membawa garpu bergigi tiga di tangannya 14 dan dicucukkannya ke dalam
bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk.
Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya
sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang
datang ke sana, ke Silo. 15 Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam
itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu:
“Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau
menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.“
16 jika orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar
dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu,“ maka berkatalah
ia kepada orang itu: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan
mengambilnya dengan kekerasan.“ 17 Dengan demikian sangat besarlah dosa
kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah
korban untuk TUHAN. 18 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan
TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain
lenan. 19 Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa
jubah itu kepadanya, jika ia bersama-sama suaminya pergi mempersem-
bahkan korban sembelihan tahunan. 20 Lalu Eli memberkati Elkana dan
isterinya, katanya: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari
wanita ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN.“ Sesudah
itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya. 21 Dan TUHAN mengindahkan
Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua
anak wanita lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu
di hadapan TUHAN. 22 Eli telah sangat tua. jika didengarnya segala
sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bah-
wa mereka itu tidur dengan wanita -wanita yang melayani di depan
pintu Kemah Pertemuan, 23 berkatalah ia kepada mereka: “Mengapa kamu
melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini
tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? 24 Janganlah begitu, anak-
anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu memicu
umat TUHAN melakukan pelanggaran. 25 Jika seseorang berdosa terhadap
seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; namun jika seseorang
berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?“ namun
tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak
mematikan mereka. 26 namun Samuel yang muda itu, semakin besar dan
semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia
Dalam ayat-ayat ini kita menemukan sifat dan sikap yang baik dari
keluarga Elkana juga sifat dan sikap yang buruk dari keluarga Eli.
Kisah keduanya ini tampak jelas terjalin berselang-seling di sepan-
jang perikop ini, seakan-akan sang ahli sejarah penulis kitab ini
bermaksud untuk mempertentangkan yang satu terhadap yang lain,
supaya keduanya saling beradu. Kesalehan dan tatanan yang baik
dari keluarga Elkana semakin memperparah kejahatan keluarga Eli,
sementara kejahatan anak-anak Eli membuat kesalehan Samuel kecil
tampak lebih cerah dan cemerlang.
I. Mari kita melihat bagaimana hal-hal yang baik berlangsung di da-
lam keluarga Elkana, dan bertambah baik dibandingkan sebelum-
nya.
1. Imam Eli menyuruh mereka pulang dengan berkat, sesudah
mereka menyerahkan putra kecilnya di rumah Tuhan (ay. 20).
Ia memberkati mereka sebagai orang yang memiliki kuasa
untuk itu: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu
dari wanita ini, pengganti yang telah diserahkannya ke-
pada TUHAN. Jika Hana saat itu memiliki banyak anak,
perpisahan dengan salah seorang dari antara anak-anak itu
untuk diserahkan melayani di rumah TUHAN tidaklah begitu
menyusahkan hati. namun , saat dia hanya memiliki satu
orang anak, satu-satunya yang dikasihinya, Ishaknya, untuk
dipersembahkan kepada TUHAN, hal ini sungguh merupakan
suatu tindakan kesalehan yang penuh kepahlawanan, yang
tidak akan kehilangan pahalanya. Seperti saat Abraham
mempersembahkan Ishak, dia menerima janji akan mendapat
banyak keturunan (Kej. 22:16-17), demikian pula Hana, saat
dia mempersembahkan Samuel kepada TUHAN sebagai suatu
korban yang hidup. Perhatikanlah, apa yang dipinjamkan
kepada TUHAN pasti akan dibayar berikut bunganya, bagi
keuntungan kita yang tak terkatakan, dan sering kali berupa
apa yang telah dipersembahkan itu. Hana menyerahkan satu
anak kepada Allah dan dia diganjar dengan lima anak. Berkat
Eli telah digenapi (ay. 21): Dia melahirkan tiga anak laki-laki
dan dua anak wanita lagi. Tidak akan ada yang hilang
atau kehilangan sebab Dia. Kita akan dibalas seratus kali
lipat (Mat. 19:29).
2. Elkana dan keluarganya kembali ke tempat tinggal mereka.
Hal ini disebut sebanyak dua kali (ay. 11, dan lagi di dalam ay.
20). Sungguh menyenangkan berada di rumah TUHAN, untuk
memuja Dia dan diberkati oleh-Nya. namun mereka punya
keluarga di rumah yang harus dirawat, dan sebab itu mereka
kembali, dengan gembira meninggalkan si kecil yang terkasih,
yakin ia ada di tempat yang baik. Dan tampaknya si anak
tidak menangis mencari mereka, melainkan dengan senang
hati tinggal sementara orangtua meninggalkannya. Begitu
segera dia meninggalkan sifat kanak-kanak dan berperilaku
seperti orang dewasa.
3. Elkana dan keluarga selalu setia hadir di rumah TUHAN de-
ngan korban sembelihan tahunan mereka (ay. 19). Mereka
tidak berpikir bahwa pelayanan anak mereka di sana cukup
menjadi alasan untuk membebaskan mereka untuk tidak ha-
dir di sana, atau bahwa korban persembahan berupa anak ter-
sebut berlaku sebagai pengganti korban-korban persembahan
yang lain. Sebaliknya, sesudah menemukan berkat dari men-
dekat kepada Allah, mereka tidak mau kehilangan kesempatan
yang ada untuk datang mendekat kepada-Nya. Dan kini mere-
ka masih punya satu batu beban lagi di Silo yang menarik
mereka untuk terus pergi ke sana. Kita dapat menduga bahwa
mereka pergi ke sana untuk melihat anak mereka lebih sering
daripada hanya sekali setahun saja, sebab jaraknya tidak
sampai 16 kilometer dari Rama. Namun kunjungan tahunan
mereka dicatat, sebab pada waktu seperti itulah mereka
membawa korban tahunan mereka dan beberapa orang men-
duganya lebih sering daripada hanya sekali setahun saja.
Hana membuatkan putranya dengan sebuah jubah baru, se-
buah jubah kecil (ay. 19) dengan segala pernak-perniknya. Ia
berusaha agar putranya itu punya cukup pakaian selama
melayani di rumah TUHAN, dan memastikan bahwa anaknya
itu tidak kekurangan. Dengan begitu anak itu dapat tampil
lebih pantas dalam pelayanannya, dan mendapat dukungan
yang baik dalam masa-masa permulaannya. Orangtua harus
memperhatikan agar anak-anak mereka tidak kekurangan apa
yang mereka butuhkan, baik saat ada bersama mereka atau
tidak. Terlebih lagi, anak-anak yang berharap melayani dan
yang sedang melayani Tuhan, mereka layak mendapat perhati-
an dan kebaikan dua kali lipat.
4. Samuel kecil melayani dengan baik. Empat kali, di tempat
yang terpisah, dia disebut dalam perikop ini, dan kita dicerita-
kan tentang dua hal:
(1) Pelayanan yang dilakukannya bagi TUHAN. Ia sungguh me-
layani dengan baik, sebab ia menjadi pelayan di hadapan
TUHAN (ay. 11, 18) sesuai dengan kemampuannya pada
waktu itu. Ia mempelajari katekisasi dan senantiasa ber-
ibadah, segera belajar untuk membaca, dan meluangkan
waktu untuk membaca kitab hukum, sehingga dia menjadi
pelayan di hadapan TUHAN. Ia melayani di hadapan imam
Eli, yaitu di bawah pengawasannya dan sesuai perintah-
nya, jadi tidak di bawah pengawasan anak-anak Eli. Semua
pihak sepakat bahwa anak-anak Eli tidaklah cocok untuk
menjadi pembimbingnya. Mungkin dia melayani langsung
imam Eli secara pribadi, mengerjakan ini itu sesuai perintah,
dan itulah yang disebut melayani di hadapan TUHAN. Mung-
kin ia ditugaskan mengerjakan beberapa pekerjaan kecil di
mezbah, kendati masih jauh di bawah umur yang ditetap-
kan oleh hukum Taurat bagi pelayanan orang Lewi. Ia bisa
menyalakan lilin atau memegang nampan, atau mengerja-
kan apa yang disuruhkan, atau menutup pintu. Dan kare-
na semua ini dilakukannya dengan sikap hati yang tulus,
maka hal itu disebut melayani di hadapan TUHAN, dan
perhatian yang besar dicatat tentangnya. Sesudah bebe-
rapa waktu melakukan tugasnya begitu baik, imam Eli me-
netapkan bahwa dia harus melayani dengan menggunakan
baju efod seperti yang digunakan oleh para imam kendati
dia bukan seorang imam, sebab imam Eli melihat bahwa
TUHAN menyertainya. Perhatikanlah, anak-anak kecil ha-
rus belajar sedini mungkin untuk melayani TUHAN. Orang-
tua harus melatih mereka untuk itu, dan Allah akan mene-
rima mereka. Secara khusus bantu mereka belajar untuk
memberi hormat kepada guru-guru mereka, seperti Samuel
kepada imam Eli. Tidak ada kata terlalu dini untuk belajar
saleh (lih. Mzm. 8:3 dan Mat. 21:15-16).
(2) Berkat yang diterimanya dari TUHAN: Ia bertumbuh di
hadapan TUHAN (KJV), seperti sebuah tunas yang halus (ay.
21), yang terus bertumbuh (ay. 26) dalam kekuatan dan pera-
wakan, dan terutama dalam hikmat dan pengertian serta
kelayakan bagi pelayanan. Perhatikanlah, orang-orang muda
yang melayani Tuhan semampu mereka, mereka akan mem-
peroleh anugerah untuk berkembang sehingga dapat mela-
yani-Nya dengan lebih baik. Orang-orang yang ditanam di
dalam rumah TUHAN akan tumbuh subur (Mzm. 92:13). Ia
semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di ha-
dapan manusia. Perhatikanlah, merupakan suatu dorongan
yang besar bagi anak-anak untuk menjadi penurut dan
berbudi luhur serta baik sejak dini, sehingga mereka akan
disukai oleh Allah dan manusia. Anak-anak yang demikian
yaitu yang dikasihi oleh langit dan bumi. Apa yang
dikatakan di sini tentang Samuel dikatakan juga tentang
Juruselamat kita yang terberkati, Sang Teladan Agung itu
(Luk. 2:52).
II. Mari sekarang kita lihat betapa buruknya segala sesuatu berlang-
sung di dalam keluarga Eli, kendati mereka duduk yang terdepan
di rumah TUHAN. Jemaat makin dekat malah makin jauh dari
Allah.
1. Kejahatan yang sangat buruk dari anak-anak imam Eli (ay. 12,
KJV): Anak-anak Eli yaitu anak-anak Belia. Hal ini se-
cara empati diungkapkan. Tidak ada yang tampaknya berten-
tangan, Eli sendiri yaitu seorang yang sangat baik, dan tidak
diragukan telah mendidik putra-putranya dengan baik, mem-
beri mereka petunjuk yang baik, menunjukkan teladan yang
baik, dan menaikkan banyak doa yang baik buat mereka.
Akan namun , saat mereka bertumbuh besar, mereka menjadi
anak-anak dari Belial, orang-orang dursila, dan para bandit
yang keterlaluan: Mereka tidak mengindahkan TUHAN. Mereka
hanya sekadar memiliki pengetahuan dalam benak mereka
tentang Allah dan hukum-hukum-Nya, hanya pengetahuan
semata (Rm. 2:20), namun , sebab dalam kenyataannya mereka
tidak hidup sesuai dengannya, maka mereka dikatakan seba-
gai tidak mengindahkan Allah sama sekali. Mereka hidup
seakan-akan tidak tahu apa-apa sama sekali tentang Allah.
Perhatikanlah, orangtua tidak dapat memberikan anugerah
kepada anak-anak mereka, dan anugerah itu pun tidak
mengalir turun melalui darah. Banyak orangtua yang hidup
mereka sungguh-sungguh saleh namun melihat anak-anak
mereka terkenal jahat dan duniawi. Kemenangan perlombaan
bukan untuk yang cepat. Eli yaitu imam besar dan hakim di
Israel. Putra-putranya yaitu juga imam berdasar ketu-
runan. Karakter mereka dulunya suci dan dihormati, dan me-
wajibkan mereka, demi nama baik mereka, untuk memperhati-
kan kepantasan. Mereka menduduki pucuk pimpinan dari
jabatan dan pelayanan, namun mereka ternyata yaitu anak-
anak dari Belial. Kehormatan, kekuasaan, dan pengetahuan
mereka justru membuat mereka menjadi sedemikian buruk.
Mereka tidak perlu pergi untuk menyembah allah lain, seperti
yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal jauh dari mez-
bah, sebab dari rumah Allah mereka telah mendapat kekayaan
dan martabat. Namun, yang lebih buruk lagi, mereka meng-
atur pekerjaan pelayanan kepada Allah seakan-akan Allah
yaitu salah satu dari dewa yang menjijikan dari orang-orang
kafir. Sukar untuk mengatakan mana yang lebih tidak meng-
hormati Allah, penyembahan berhala atau pencemaran, ter-
utama pencemaran oleh imam. Mari kita melihat kejahatan
anak-anak Eli, dan hal ini sungguh suatu pemandangan yang
menyedihkan.
(1) Mereka menajiskan persembahan untuk TUHAN dan me-
manfaatkannya untuk diri mereka sendiri, atau lebih tepat-
nya memakainya untuk memuaskan kehidupan mewah
mereka sendiri. Padahal Allah sudah menyediakan secara
cukup bagi mereka dari sebagian korban-korban ini .
Persembahan korban api-apian yaitu suatu bagian yang
besar bagi mereka, namun sepertinya tidak cukup menye-
nangkan hati mereka. Orang-orang demikian tidak mela-
yani Kristus, Tuhan kita, namun melayani perut mereka sen-
diri (Rm. 16:18). Mereka menjadi anjing-anjing pelahap,
yang tidak tahu kenyang, seperti yang disebutkan oleh sang
nabi (Yes. 56:11).
[1] Mereka merampok orang-orang yang datang membawa
persembahan dan menjarah sebagian hasil persembah-
an korban pendamaian bagi diri mereka. Padahal para
imam telah mempunyai bagian mereka sendiri, ya-
itu dada persembahan unjukan dan paha persembahan
khusus (Im. 7:34), namun ini pun tidaklah memuaskan
mereka. saat dagingnya sedang dimasak untuk perja-
muan sebagai tindakan ibadah bagi si pemberi persem-
bahan bersama teman-temannya, anak-anak Eli meng-
utus seorang bujang dengan sebuah garpu bergigi tiga,
sebuah trisula, yang ditusukkan ke dalam kuali, dan
apa pun yang terambil menjadi milik imam (ay. 13-14),
dan umat, sebab rasa hormat mereka yang besar,
mendapati hal ini berkembang menjadi suatu kebiasa-
an, sehingga sesudah beberapa waktu mereka berseru
atas perbuatan salah ini.
[2] Anak-anak Eli itu melangkah masuk di hadapan Allah
dan bahkan melanggar hak-Nya pula. Belum cukupkah
kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan
Allahku juga? (Yes. 7:13). Hendaklah diamati, untuk
kehormatan Israel, bahwa kendati umat itu menyerah
pada tuntutan anak-anak Eli yang tidak beralasan,
namun mereka sangat serius bahwa Allah tidak seha-
rusnya dirampok: Bukankah lemak itu harus dibakar
dahulu? (ay. 16). Kiranya mezbah memperoleh haknya,
sebab itulah hal yang utama. Asalkan Allah mendapat
lemaknya, mereka boleh berpesta dengan dagingnya.
Sungguh memalukan bahwa para imam harus ditegur
oleh umat tentang tugas mereka. Namun mereka meng-
abaikan teguran ini . Para imam harus dilayani
lebih dahulu dan boleh mengambil apa yang dianggap-
nya pas berikut lemaknya juga. Imam-imam itu merasa
jenuh dengan daging rebusan, maka mereka mengha-
ruskan daging panggang, dan untuk itu, umat harus
memberikan kepada mereka daging mentah. Dan apa-
bila si pemberi menolaknya, kendati bukan untuk
kebaikannya sendiri (hendaknya sang imam mengambil
apa yang menjadi bagiannya) melainkan hak mezbah
(hendaknya mereka membakar lemaknya lebih dahulu),
bahkan bujang imam pun menjadi sangat angkuh se-
hingga dia harus mendapatkannya sekarang atau meng-
ambilnya dengan kekerasan. Tidak ada lagi yang se-
demikian menghina Allah dan melecehkan umat seperti
ini. Akibatnya yaitu , pertama, Allah sungguh murka:
sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan
TUHAN (ay. 17). Tidak ada hal yang lebih memanaskan
hati Allah daripada perbuatan menajiskan hal-hal yang
kudus, dan manusia yang melayani hawa nafsu mereka
dengan persembahan TUHAN. Kedua, bahwa agama di-
rugikan olehnya: Mereka memandang rendah korban
untuk TUHAN. Semua orang baik mencercah perlakuan
anak-anak Eli itu terhadap persembahan, dan banyak
yang tanpa sadar jatuh dalam perbuatan yang meng-
hina persembahan mereka demi kepentingan diri sen-
diri. Merupakan dosa umat untuk berpikir hal buruk
tentang lembaga-lembaga Allah, namun lebih besar lagi
dosa para imam yang menimbulkan kesempatan bagi
umat untuk berbuat demikian. Tidak ada yang mem-
bawa cela terhadap agama lebih besar daripada yang
diperbuat oleh hamba-hamba Tuhan dengan ketamak-
an, hawa nafsu dan keangkuhan mereka. Di tengah-
tengah kisah yang menyedihkan ini kesungguhan iba-
dah Samuel disebutkan berulang kali. Adapun Samuel
menjadi pelayan di hadapan TUHAN, sebagai suatu tin-
dakan kuasa anugerah Allah dalam menjaganya untuk
tetap murni dan saleh di tengah-tengah kawanan yang
jahat ini. Dan hal ini menolong untuk mengangkat
nama tempat kudus yang sedang tenggelam di dalam
pikiran umat. Mereka tengah membicarakan perbuatan
anak-anak Eli yang jahat, namun tidak dapat menyimpan
kekaguman terhadap kesungguhan hati Samuel dan
menghargai kebaikan agama sebab Samuel.
(2) Anak-anak Eli melacurkan para wanita yang datang untuk
beribadah di pintu masuk rumah TUHAN (ay. 22). Mereka
telah memiliki istri sendiri, namun mereka seperti kuda-kuda
jantan yang gemuk dan gasang (Yer. 5:8). Pergi ke rumah-
rumah pelacuran saja, para pelacur biasa, sudah merupa-
kan suatu kejahatan yang jijik, apalagi menyalahgunakan
kepentingan sebagai imam terhadap para wanita, yang
baik-baik dan saleh, dengan mengajak mereka melakukan
kejahatan. Ini suatu ketidaksusilaan yang mengerikan,
yang tidak terpikirkan bisa diperbuat oleh orang-orang
yang menyebut diri imam. Tiang-tiang langit bergoyang-
goyang, tercengang-cengang oleh hardik-Nya. Tidak ada
kata-kata yang dapat memadai untuk mengungkapkan
kejahatan perbuatan seperti ini.
2. Teguran imam Eli terhadap anak-anaknya atas kejahatan me-
reka: Eli telah sangat tua (ay. 22) dan tidak dapat mengatur
sendiri pelayanan rumah TUHAN seperti sebelumnya, melain-
kan mempercayakan semuanya kepada putra-putranya. Ka-
rena kelemahan umur ayah mereka, anak-anak itu tidak me-
mandang ayah mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai.
Meskipun demikian, Eli diberi tahu orang tentang kejahatan
anak-anaknya itu, dan dapat kita bayangkan, betapa kabar
ini menghancurkan hatinya, dan betapa berat beban
yang ditambahkan kepadanya di usia renta itu. Namun hal
ini tampaknya tidak membuatnya segera memarahi me-
reka sampai didengarnya tentang perbuatan mereka yang
melacurkan wanita, barulah dia merasa perlu untuk menegur
mereka. Seandainya sedari dulu ia menghardik mereka atas
ketamakan dan pesta pora mereka, hal ini mungkin dapat
dicegah. Orang-orang muda seharusnya diberi tahu tentang
kesalahan mereka segera sesudah dilihat bahwa mereka mulai
kelewat batas, supaya jangan sampai hati mereka mengeras.
Sekarang mengenai teguran Eli terhadap anak-anaknya, amati-
lah,
(1) Bahwa tindakannya adil dan masuk akal. Apa yang dikata-
kannya sangat pantas.
[1] Imam Eli memberi tahu mereka bahwa perbuatan mere-
ka sangat jelas tidak dapat disangkal, dan sudah terbu-
ka sehingga tidak dapat disembunyikan: “Kudengar dari
segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu
yang jahat itu (ay. 23). Ini bukan dugaan dari satu atau
dua orang saja, melainkan kesaksian yang diakui oleh
banyak orang. Semua orang di sekelilingmu mencemooh-
kan kalian dan membawa keluhan mereka kepadaku,
berharap agar aku memperhatikan keluhan mereka.”
[2] Imam Eli menunjukkan kepada mereka akibat-akibat
buruk dari perbuatan mereka, bahwa mereka tidak ha-
nya telah berdosa, namun juga membuat orang Israel
berdosa pula, dan seluruh bangsa itu harus bertang-
gung jawab atas dosa mereka juga, selain dosa anak-
anak itu. “Kalian yang seharusnya membuat banyak
orang berbalik dari kesalahan (Mal. 2:6), malah kalian
memicu umat TUHAN melakukan pelanggaran,
dan merusakkan bangsa ketimbang membaruinya. Ka-
lian mencobai umat untuk pergi dan menyembah allah-
allah lain saat mereka melihat Allah Israel dilayani
dengan sedemikian buruknya.”
[3] Imam Eli memperingatkan mereka tentang bahaya yang
mereka bawa sendiri oleh perbuatan dosa ini (ay.
25). Ia menyatakan kepada mereka apa yang kemudian
disampaikan oleh Allah kepadanya, bahwa dosa takkan
dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan kor-
ban sajian (3:14). Jika seseorang berdosa terhadap se-
orang yang lain, hakim yaitu imam, yang ditunjuk untuk
menjadi hakim dalam banyak perkara, (Ul. 17:9) akan
mengadilinya, akan memeriksa kasusnya, mendamaikan
perkara, dan membuat penebusan bagi si pelanggar. Te-
tapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN yaitu, jika
seorang imam menajiskan hal-hal yang kudus dari
TUHAN, jika seseorang melayani Allah demi menyelamat-
kan orang lain namun dia sendiri menghina-Nya, maka
siapakah yang menjadi pengantara baginya? Eli sendiri
yaitu seorang hakim, dan sering menjadi perantara
untuk para pembuat kejahatan, namun , katanya, “Kalian
yang berdosa terhadap TUHAN,” yaitu, “melanggar hu-
kum dan kehormatan Allah, yaitu hal-hal yang secara
langsung menyinggung Dia, hal-hal yang olehnya pen-
damaian dibuat, bagaimana mungkin aku dapat memo-
hon ampun untuk kalian?” Keadaan mereka sungguh
menyedihkan, sebab ayah mereka sendiri tidak dapat
mengatakan suatu hal yang baik tentang mereka, atau
tampil sebagai pembela mereka. Dosa-dosa yang mela-
wan obat penawar, yaitu penebusan itu sendiri, sangat
berbahaya, yang menginjak-injak Anak Allah, yang meng-
anggap najis darah perjanjian yang menguduskannya,
maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa
itu (Ibr. 10:26).
(2) Teguran Eli terlalu lunak dan lembut. Ia seharusnya meng-
hardik mereka dengan keras. Kejahatan mereka pantas
mendapat teguran yang sangat keras. Watak mereka mem-
butuhkannya. Kelembutan dalam menghadapi mereka ha-
nya akan lebih mengeraskan hati mereka. Tegurannya
terlalu lunak saat dia berkata, tidak ada laporan yang
baik. Ia seharusnya berkata, “Sungguh memalukan per-
buatan kalian itu, mau disembunyikan di mana mukaku
ini!” Entah sebab dia mengasihi anak-anaknya atau kare-
na dia takut kepada mereka sehingga ia memperlakukan
mereka sedemikan lunak. namun tampak jelas tidak ada
kesungguhan hatinya untuk membela kehormatan Allah
dan tempat kudus-Nya. Ia telah memperhadapkan mereka
kepada hukuman Allah, dan seharusnya ia juga memper-
hatikan kejahatan mereka, sebagai imam besar dan hakim,
dengan mengekang perbuatan mereka serta menghukum
mereka. Apa yang dikatakannya memang benar, namun itu
belumlah cukup. Perhatikanlah, kadang-kadang diperlukan
untuk memberikan ketajaman pada teguran yang kita beri-
kan. Ada orang-orang yang harus diselamatkan melalui
ketakutan (Yud. 1:23).
3. Kebandelan mereka terhadap teguran ini. Kelembekan Eli
tidak berpengaruh apa-apa terhadap mereka: namun tidaklah
didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, kendati dia juga
yaitu seorang hakim. Mereka tidak menghargai baik kekua-
saannya maupun kasih sayangnya, yang bagi mereka ada-
lah suatu tanda kebinasaan. Ini terjadi sebab TUHAN hendak
mematikan mereka. Mereka sudah lama mengeraskan hati,
dan sekarang Allah, dengan suatu penghakiman yang benar,
mengeraskan hati mereka, dan memudarkan hati nurani
mereka, serta menarik kembali dari diri mereka anugerah yang
telah mereka tentang dan tolak. Perhatikanlah, orang-orang
yang tuli terhadap teguran hikmat sangat jelas sedang menuju
kehancuran. Allah telah menentukan akan membinasakan
mereka (2Taw. 25:16 dan Ams. 29:1). Segera sesudah penjelasan
ini, sifat penurut Samuel sekali lagi disebutkan (ay. 26), untuk
memalukan kebandelan mereka: namun Samuel yang muda itu,
semakin besar. Anugerah Allah yaitu hak-Nya. Ia menariknya
dari putra-putra imam besar dan memberikannya kepada anak
kecil dari seorang Lewi dusun yang tidak terkenal.
Teguran Keras dari Allah
(2:27-36)
27 Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: “Beginilah
firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada
nenek moyangmu, saat mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturun-
an Firaun? 28 Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi
imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku,
membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu
telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. 29 Mengapa engkau
memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-
Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-
anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan
bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? 30 Sebab itu –
demikianlah firman TUHAN, Allah Israel – sesungguhnya Aku telah berjanji:
Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, namun
sekarang – demikianlah firman TUHAN –: Jauhlah hal itu dari pada-Ku!
Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, namun siapa yang
menghina Aku, akan dipandang rendah. 31 Sesungguhnya akan datang wak-
tunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan ke-
kuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. 32
Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala
kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan
ada seorang kakek untuk selamanya. 33 namun seorang dari padamu yang
tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat matamu
rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh
pedang lawan. 34 Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang
akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang
sama keduanya akan mati. 35 Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang
imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan
Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia
selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi. 36 Kemudian siapa yang masih
tinggal hidup dari keturunanmu akan datang sujud menyembah kepadanya
meminta sekeping uang perak atau sepotong roti, dan akan berkata: Tempat-
kanlah kiranya aku dalam salah satu golongan imam itu, supaya aku dapat
makan sekerat roti.”
Eli menegur anak-anaknya terlalu lunak dan tidak mengancam mere-
ka sebagaimana seharusnya. sebab itu, Allah mengutus seorang
nabi kepadanya untuk menegurnya dengan keras, dan untuk meng-
ancam dia, sebab , oleh sikap lunaknya terhadap mereka, dia telah
memperkuat tangan mereka dalam kejahatan mereka. jika orang-
orang baik lalai dalam tugas mereka, dan sebab kecerobohan serta
kelambanan mereka turut berperan dalam perbuatan dosa para
pendosa, maka mereka tinggal menunggu akibatnya. Keluarga Eli
kini lebih dekat kepada Allah daripada segala kaum di muka bumi,
sebab itu Ia akan menghukum mereka (Am. 3:2). Pesan disampaikan
langsung kepada Eli, sebab Allah ingin membawanya kepada per-
tobatan dan menyelamatkannya. Tidak kepada anak-anaknya, yang
telah ditetapkan-Nya untuk dibinasakan. Dan hal itu mungkin
menjadi suatu alat untuk menggerakkan dia melakukan tugasnya,
sehingga dapat mencegah hukuman, namun kita tidak mendapati hal
ini berdampak besar kepadanya. Pesan dari Allah yang disam-
paikan oleh nabi ini sangat pribadi.
I. Sang nabi mengingatkannya akan hal-hal besar yang telah Allah
lakukan bagi keluarga leluhurnya dan bagi keluarganya. Allah
menampakkan diri kepada Harun di Mesir (Kel. 4:27), di rumah
perbudakan, sebagai suatu tanda perkenanan-Nya yang diran-
cang baginya (ay. 27). Allah mengangkatnya menjadi imam, me-
wariskannya kepada keluarganya, sehingga dengan demikian
memuliakan keluarganya di atas semua keluarga di Israel. Allah
mempercayakan kepadanya dengan suatu pekerjaan yang terhor-
mat, yaitu untuk mempersembahkan korban di atas mezbah
TUHAN, membakar ukupan, dan memakai baju efod yang di
dadanya melekat lempengan penghakiman. Allah menyediakan
dia suatu pemeliharaan yang terhormat, suatu bagian dari segala
korban api-apian (ay. 28). Jadi apalagi yang dapat diperbuat Allah
bagi mereka, untuk mengikat mereka supaya tetap setia kepada-
Nya? Perhatikanlah, perkenan tertinggi yang telah kita terima dari
Allah, terutama pelayanan sebagai imam rohani, memperberat
dosa, dan akan diingat pada hari penghakiman untuk meng-
hukum kita, jika kita menajiskan mahkota kita dan mengkhianati
kepercayaan kita (Ul. 32:6; 2Sam. 12:7-8).
II. Sang nabi menunjukkan suatu dakwaan yang hebat terhadap
imam Eli dan keluarganya. Anak-anaknya berbuat jahat dan dia
membiarkannya, oleh sebab nya melibatkan diri dalam kesalahan
mereka. Dakwaan itu sebab nya tertuju kepada mereka semua
(ay. 29).
1. Putra-putranya secara jahat telah menajiskan hal-hal yang
kudus dari Allah: “Mengapa engkau memandang dengan loba
kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang
telah Kuperintahkan? Tidak hanya menginjak-injak jabatan
imamat sebagai hal yang rendah, namun juga menolaknya
sebagai hal yang engkau benci dan tidak mau terikat olehnya.”
Mereka menghina persembahan kepada TUHAN secara luar
biasa tak terbayangkan, saat mereka melakukan semua yang
membuat orang-orang marah dan mengeluh tentang mereka,
dan dengan kekerasan menjarah kuali-kuali, yang kudus bagi
TUHAN (Zak. 14:20), serta mengambil bagian lemaknya bagi
diri mereka sendiri, padahal Allah telah perintahkan untuk
dibakar di atas mezbah-Nya.
2. Eli ikut serta mendukung anak-anaknya dalam kejahatan me-
reka, dengan tidak menghukum kekurangajaran dan kebejatan
mereka: “Engkau dalam posisimu menghormati anak-anakmu
lebih dari pada-Ku,” yaitu, “engkau lebih senang melihat
persembahan-Ku dihina oleh perlakuan mereka yang menajis-
kan daripada melihat putra-putramu itu dihinakan oleh
kecaman hukum terhadap mereka sebab perbuatan mereka,
yang sudah seharusnya dikenakan. Bahkan seharusnya mere-
ka dipecat dan dicabut ab officio et beneficio – jabatan mereka
dan segala upahnya.” Orang-orang yang membiarkan dan
mendukung anak-anak mereka di dalam tindak kejahatan apa
saja, dan tidak menggunakan kekuasaan mereka untuk mem-
batasi dan menghukum mereka, pada dasarnya menghormati
mereka lebih daripada Allah. Mereka berlaku lunak demi nama
baik anak-anak daripada kemuliaan-Nya dan lebih senang
untuk menghibur mereka daripada untuk menghormati-Nya.
3. Mereka semua berbagi di dalam hasil penyelewengan. Hal yang
ditakutkan yaitu bahwa Eli, kendati tidak senang dan mene-
gur penyelewengan yang mereka lakukan, namun tidak me-
ngelak untuk turut makan daging panggang yang telah mereka
dapatkan secara haram (ay. 15). Eli itu gemuk orangnya (4:18),
dan sebab nya hal ini dituduhkan kepada seluruh keluar-
ga, kendati Hofni dan Pinehas yang terutama bersalah, bahwa
engkau menggemukkan dirimu dengan bagian yang ter-
baik. Allah telah memberi mereka kecukupan untuk kebutuhan
mereka, namun itu sepertinya tidak cukup. Mereka membuat diri
sendiri gemuk dan melayani hawa nafsu mereka dengan apa
yang semestinya diberikan kepada Allah (lih. Hos. 4:8).
III. Allah memutus pewarisan jabatan imam besar dari keluarga Eli
(ay. 30): “TUHAN, Allah Israel, yang cemburu terhadap kehormat-
an-Nya sendiri dan kehormatan Israel, berkata, dan hendaknya
engkau menyadarinya, bahwa jabatanmu telah dicabut dan di-
gantikan.” Sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan
kaummu Itamar sebab dari putra bungsu Harun ini Eli dilahir-
kan, akan hidup di hadapan-Ku selamanya. Kapan jabatan imam
besar diteruskan dari keluarga Eleazar kepada keluarga Itamar
tidaklah jelas. Namun hal ini sepertinya telah terjadi dan Eli
mempunyai hak untuk meneruskan jabatan ini kepada
keturunannya. Akan namun amatilah, janji pewarisan ini
membawa ketentuannya sendiri bersamanya: Mereka akan hidup
di hadapan-Ku selamanya, yaitu, “mereka akan memiliki kehor-
matan ini , asalkan mereka setia melakukan pelayanan
imamat.” Hidup di hadapan Allah yaitu syarat utama dari per-
janjian Allah itu (Kej. 17:1). Tegakkan Aku di hadapanmu, Aku
akan menegakkan engkau di hadapan-Ku (Mzm. 41:13). namun
sekarang TUHAN berkata kepada Eli, Jauhlah hal itu dari pada-
Ku! “sebab sekarang engkau telah menolak Aku, maka Aku pun
menolak engkau. Engkau tidak mau hidup di hadapan-Ku seba-
gaimana mestinya, dan sebab itu engkau tidak hidup demikian.”
Para hamba Allah yang jahat dan menyeleweng akan dibuang, dan
dikeluarkan dari pelayanan-Nya. Beberapa penafsir berpikir peng-
hentian jabatan imamat ini mempunyai dampak jangkauan lebih
jauh lagi. Penghentian jabatan ini tidak hanya segera terpenuhi
dalam keturunan Eli, saat Zadok, yang berasal dari keluarga
Eleazar, ditempatkan untuk menggantikan Abyatar, namun juga
terpenuhi seutuhnya saat jabatan imamat kaum Lewi dihapus-
kan seluruhnya oleh jabatan imamat Kristus.
IV. Sang nabi memberikan sebuah alasan yang baik bagi pencabutan
jabatan ini, yang diambil dari aturan pemerintahan Allah yang
mapan dan adil, yang harus mendasari segala urusan (seperti
yang olehnya Kain diadili dalam Kejadian 4:7): Sebab siapa yang
menghormati Aku, akan Kuhormati, namun siapa yang menghina
Aku, akan dipandang rendah.
1. Amatilah secara umum,
(1) Bahwa Allah yaitu sumber kehormatan dan kehinaan. Ia
dapat meninggikan yang paling rendah dan menjadikan
hina yang paling mulia.
(2) Kalau kita sampai beperkara dengan Allah, Ia akan beper-
kara dengan kita, namun Ia mau bermurah hati kepada
kita lebih daripada yang pantas untuk kita terima. Lihat
Mazmur 18:26-27.
2. Secara khusus,
(1) Biar semua orang tahu, demi nama baik agama atau kesa-
lehan untuk selamanya, bahwa kesalehan memberi hormat
kepada Allah dan menempatkan kehormatan pada manu-
sia. Untuk itu kita mengupayakan dan melayani kemuliaan
Allah, dan Ia tidak akan meninggalkan siapa pun yang ber-
buat demikian, melainkan di dunia sini dan di sana nanti
akan menjamin kemuliaan mereka. Cara untuk menjadi
sungguh-sungguh besar yaitu dengan menjadi sungguh-
sungguh baik. Jika kita merendahkan diri dan menyangkal
diri dalam hal apa saja untuk memuliakan Allah, hanya
memandang kepada-Nya saja, maka kita dapat mengandal-
kan janji ini, bahwa Ia akan memberikan kehormatan yang
agung ke atas kita (lih. Yoh. 12:26).
(2) Biarlah semua mendengar, demi teguran atas penyeleweng-
an atau kenajisan untuk selamanya, bahwa hal ini
sungguh-sungguh menghina Allah (membenci Sang Ada
yang teragung dan terbaik, yang dipuja oleh para malaikat)
dan tidak akan membawa kehormatan kepada umat manu-
sia, sebab mereka yang berbuat najis sama sekali tidak
akan dihargai. Tidak hanya Allah akan merendahkan mere-
ka, seluruh dunia juga akan menghina mereka. Orang-
orang seperti ini sendiri mungkin tidak memerlukan kehor-
matan, seperti mereka yang menghormati Allah sungguh
menilai tinggi penghormatan dari-Nya, dan sebab itu Allah
berkata kepada mereka yang menghormatinya ini, Aku
akan menghormatinya. Kehormatan tertinggi yang dibang-
ga-banggakan orang-orang yang berbuat najis ini akan
dicampakkan ke dalam debu. Mereka akan melihat diri
sendiri dibenci oleh semua orang, nama mereka menjadi
suatu cemoohan. Pada waktu mereka tiada, ingatan akan
mereka juga memudar, dan pada waktu mereka bangkit
kembali, mereka akan menjadi aib dan kehinaan untuk
selamanya. Penghinaan yang mereka perbuat kepada Allah
yang Maha Adil dan keadilan-Nya akan berbalik menimpa
kepala mereka sendiri (Mzm. 79:12).
V. Sang nabi menubuatkan hukuman khusus yang akan datang
menimpa keluarga imam Eli, yang menjadi aibnya yang kekal.
Suatu kutukan akan diteruskan kepada keturunannya dan meru-
pakan suatu kutuk yang mengerikan. Ini menunjukkan betapa
cemburunya Allah di dalam perkara menyangkut penyembahan
kepada-Nya, dan betapa Ia tersinggung saat mereka yang terikat
oleh karakter dan pelayanan untuk menjaga dan memajukan
kepentingan kemuliaan-Nya ternyata menyalahgunakan keper-
cayaan mereka dan mengkhianati tugasnya itu. jika para
hamba Allah menjadi jahat dan najis, betapa lebih beratnya hu-
kuman yang harus dijatuhkan atas dia, di dunia sini dan untuk
selamanya, dibandingkan orang-orang berdosa lainnya! Kiranya
para hamba Allah yang membaca kiamat di sini terjadi atas
keluarga Eli, menjadi gemetar. Keluarga Eli diancam,
1. Bahwa kekuasaan mereka akan dipatahkan (ay. 31): Aku akan
mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaum-
mu. Mereka akan ditelanjangi dari kekuasaan mereka, harus
diturunkan dari kuasa, dan dicabut pengaruh mereka atas
umat. Allah akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh
umat ini (lih. Mal. 2:8-9). Putra-putra Eli telah menyalahguna-
kan kekuasaan mereka untuk menekan umat dan melanggar
batas hak-hak mereka, sementara sang bapak tidak meng-
gunakan kekuasaannya, sebagaimana yang harus dilakukan-
nya, untuk mengekang dan menghukum mereka. sebab itu,
secara adil diancamkan, bahwa tangannya harus dipotong
sebab tidak diulurkan sebagaimana mestinya.
2. Bahwa hidup mereka akan diperpendek. Eli sendiri sudah tua.
namun bukannya menggunakan hikmat, pengalaman, dan ke-
kuasaan sebab usianya, bagi pelayanan Allah dan kemajuan
agama, ia malah membiarkan kelemahan usia tuanya mem-
buatnya lebih dingin dan lengah dalam tugasnya. sebab itu,
diancamkan, bahwa tak satupun dari keturunannya akan
hidup sampai tua (ay. 31-32). Hal ini dua kali disebut-
kan: “takkan ada seorang kakek untuk selamanya,” dan lagi
(ay. 33, KJV), “segala tambahan keluargamu, dari generasi ke
generasi, akan mati di usia mekar mereka, saat mereka ber-
ada di tengah-tengah tahun pelayanan mereka,” sehingga ken-
dati keluarga tidak punah, keturunannya tidak akan pernah
hebat, atau tidak akan ada satu pun dari keturunannya yang
akan tampil menonjol dalam masanya. Menurut Uskup Patrick,
berdasar beberapa penulis Yahudi, bahwa lama sesudahnya,
terdapat sebuah keluarga di Yerusalem yang tak satu pun
anggota keluarganya dapat bertahan hidup di atas 18 tahun,
dan dari hasil penyelidikan ternyata mereka merupakan ketu-
runan keluarga Eli, yang dijatuhi hukuman ini.
3. Bahwa segala penghiburan mereka dijadikan kepahitan.
(1) Kenyamanan yang mereka dapatkan sebelumnya di tempat
kudus, dalam kelimpahan dan kemakmurannya: engkau
akan memandang dengan mata bermusuhan. Hal ini di-
genapi melalui serangan-serangan dan berbagai kejahatan
yang terus dilancarkan orang-orang Filistin kepada Israel,
yang mengakibatkan negeri Israel menjadi miskin (13:19),
sehingga tidak diragukan penghasilan para imam juga ikut
terganggu. Perampasan tabut perjanjian merupakan suatu
tindakan perlawanan terhadap rumah Allah yang sungguh
menghancurkan hati Eli. Seperti suatu berkat bagi sebuah
keluarga untuk melihat damai sejahtera atas Israel (Mzm.
128:5-6), demikian pula sebaliknya merupakan suatu
hukuman yang pahit ke atas sebuah keluarga, terutama
sebuah keluarga imam.
(2) Kenyamanan anak-anak mereka: “ Seorang dari keluargamu
yang tidak Kulenyapkan oleh kematian sebelum waktunya
(KJV) akan hidup menjadi suatu aib dan beban bagi ke-
luarga, sebuah cela dan gangguan bagi sanak keluarganya.
Ia akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana, oleh
sebab kebodohannya atau penyakitnya, kejahatannya
atau kemelaratannya.” Kesedihan sebab kematian seorang
anak sungguhlah hebat, namun sering kali lebih hebat lagi
kesedihan sebab seorang anak yang jahat.
4. Sumber nafkah mereka akan habis dan mereka akan diren-
dahkan sampai sangat melarat (ay. 36): “Siapa yang masih
tinggal hidup dari keturunanmu tidak akan bersuka dalam
hidupnya, sebab kekurangan mata pencaharian. Ia akan da-
tang dan meminta-minta makan kepada keluarga imam yang
menggantikan keluarga Eli.”
(1) Ia akan mengemis untuk derma yang paling kecil, untuk
sekeping uang perak, kata ini menunjukkan sebuah po-
tongan yang paling kecil, dan sepotong roti. Lihatlah betapa
hal ini mengganjar dosa. Anak-anak imam Eli dulunya
mendapat bagian yang terbaik dari daging korban persem-
bahan, namun keturunan mereka akan cukup senang de-
ngan sepotong roti. Perhatikanlah, kekurangan yaitu hu-
kuman yang adil bagi pemborosan. Orang-orang yang tidak
dapat merasa puas tanpa makanan yang lezat dan beraneka
ragam, mereka atau keturunan mereka akan menderita
kekurangan, dan Tuhan yaitu adil dalam menghukum
mereka.
(2) Ia akan mengemis meminta kedudukan yang paling rendah
sekalipun: Tempatkanlah kiranya aku dalam salah satu
golongan imam itu, seperti tertulis dalam bahasa aslinya.
Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, tem-
pat yang paling cocok bagi seorang anak yang terhilang.
Kelimpahan dan kekuasaan akan diambil kembali saat
disalahgunakan. Keturunan Eli tidak dapat lagi berharap
akan suatu kedudukan atau jabatan yang tinggi, tidak pula
untuk tempat mana pun di mezbah, namun sebaliknya
harus memohon untuk pekerjaan yang hina, rela bekerja
sedemikian berat dan menerima upah sedemikian kecil,
hanya supaya mereka mendapatkan sepotong roti. Hal ini
kemungkinan sepenuhnya tergenapi saat Abyatar, yang
merupakan keturunan Eli, dipecat oleh Salomo sebab ber-
khianat, dan dia serta keluarganya diusir dari Bait Suci
(1Raj. 2:26-27), dan mudah dibayangkan keturunannya
jatuh miskin seperti yang diancamkan.
5. Bahwa Allah akan segera mulai melaksanakan hukuman ke-
pada keluarga Eli dengan kematian Hofni dan Pinehas, kabar
buruk yang harus didengar imam Eli semasa hidupnya: Inilah
yang akan menjadi tanda bagimu (ay. 34). Pada waktu engkau
mendengar perkataan ini, katakanlah, “Kini firman Allah mulai
bekerja. Satu ancaman sudah tergenapi, maka saya menyim-
pulkan bahwa ancaman-ancaman lain pun akan digenapi
sesuai dengan urutannya.” Hofni dan Pinehas sering kali ber-
buat dosa bersama-sama, dan di sini dinubuatkan bahwa me-
reka akan mati bersama-sama dalam satu hari. Ikatlah ilalang
ini dalam satu berkas untuk dibakar. Dan hal ini pun ter-
genapi (4:11).
VI. Di tengah-tengah semua ancaman yang menimpa keluarga imam
Eli ini, ada belas kasih yang dijanjikan kepada Israel (ay. 35): Aku
akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan.
1. Hal ini digenapi dalam diri imam Zadok, dari keluarga Eleazar,
yang menggantikan tempat Abyatar pada permulaan pemerin-
tahan Salomo, dan yang setia pada kepercayaan yang diberi-
kan kepadanya. Dan semua imam besar sesudah dia berasal
dari keturunannya selama jabatan imamat Lewi berlangsung.
Perhatikanlah, kejahatan para pelayan Tuhan, kendati keja-
hatan itu membinasakan mereka, namun tidak akan meng-
hancurkan pelayanan. Betapa pun buruknya para pejabat,
jabatan akan selalu terus berlanjut hingga akhir dunia. Apa-
bila sebagian orang mengkhianati kepercayaan mereka, orang
lain akan dibangkitkan, yang bersungguh-sungguh di dalam-
nya. Pekerjaan Allah tidak akan pernah jatuh ke tanah sebab
kekurangan tangan untuk meneruskannya. Imam besar di sini
dikatakan yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku,
yaitu Daud dan keturunannya, sebab ia mengenakan tutup
dada pernyataan keputusan, tempat dia mencari nasihat,
bukan dalam perkara-perkara yang umum, melainkan perkara
khusus untuk raja di dalam urusan negara. Perhatikanlah,
terlepas dari hilangnya suatu angkatan keluarga dan ratapan
kesedihan di dalam banyak keluarga, Allah akan menjamin
bagi diri-Nya angkatan pengganti. jika sebagian berlaku
lebih buruk daripada para pendahulunya, sebagian lain, untuk
menyeimbanginya, akan bertumbuh lebih baik.
2. Janji Allah kepada Israel ini memperoleh penggenapannya di
dalam jabatan imamat Kristus. Ia yaitu Sang Imam Besar
yang rahmani dan setia yang dibangkitkan oleh Allah saat
imamat Lewi terhempas. Dalam segala sesuatu Ia melakukan
kehendak Sang Bapa, dan bagi Dialah Allah akan membangun
sebuah rumah yang pasti, membangunnya di atas batu ka-
rang, sehingga pintu-pintu gerbang maut tidak dapat mengua-
sainya.
PASAL 3
alam pasal sebelumnya kita menemukan Samuel sebagai se-
orang imam muda, kendati berdasar kelahiran hanya orang
dari suku Lewi saja, sebab dia melayani di hadapan TUHAN dengan
mengenakan baju efod dari kain linen. Dalam pasal ini kita menemu-
kan Samuel sebagai seorang nabi muda, yang lebih hebat lagi, sebab
Allah dengan cara yang luar biasa menyatakan diri kepadanya, dan di
dalam dirinya menghidupkan kembali, jika tidak memulai kembali,
nubuatan di Israel. Dalam pasal ini kita menemukan,
I. Penyataan diri Allah pertama kali dengan cara yang luar
biasa kepada Samuel (ay. 1-10).
II. Pesan Allah kepada Eli yang disampaikan-Nya melalui Sa-
muel (ay. 11-14).
III. Penyampaian pesan Allah itu terus-menerus kepada Eli dan
penyerahan dirinya kepada kebenaran Allah dengan adanya
pesan itu (ay. 15-18).
IV. Penetapan Samuel sebagai seorang nabi di Israel (ay. 19-21).
Panggilan Samuel
(3:1-10)
1 Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli.
Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak
sering. 2 Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat
melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. 3 Lampu rumah
Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tem-
pat tabut Allah. 4 Lalu TUHAN memanggil: “Samuel! Samuel!”, dan ia men-
jawab: “Ya, bapa.” 5 Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: “Ya, bapa,
bukankah bapa memanggil aku?” namun Eli berkata: “Aku tidak memanggil;
tidurlah kembali.” Lalu pergilah ia tidur. 6 Dan TUHAN memanggil Samuel
sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata:
“Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” namun Eli berkata: “Aku tidak
memanggil, anakku; tidurlah kembali.” 7 Samuel belum mengenal TUHAN; fir-
man TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. 8 Dan TUHAN memanggil
Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi men-
dapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Lalu
mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu. 9 Sebab itu ber-
katalah Eli kepada Samuel: “Pergilah tidur dan jika Ia memanggil engkau,
katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Maka
pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. 10 Lalu datanglah TUHAN,
berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!”
Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Untuk membuka jalan bagi kisah penyataan diri Allah untuk pertama
kalinya kepada Samuel, kita di sini diberi tahu,
1. Betapa giatnya Samuel dalam melayani TUHAN, sesuai dengan
kedudukan dan kemampuannya (ay. 1): Samuel yang muda itu,
kendati masih seorang anak kecil, menjadi pelayan TUHAN di
bawah pengawasan Eli. Kejahatan putra-putra Eli semakin besar
mengingat Samuel muda mempermalukan mereka. Mereka mem-
berontak kepada Allah, namun Samuel melayani-Nya. Mereka me-
remehkan semua teguran peringatan bapak mereka, namun Sa-
muel sangat memperhatikannya. Ia menjadi pelayan di hadapan
Eli, di bawah pengawasan dan arahannya. Samuel patut dipuji
sebab selama ini tidak terpengaruh oleh keteladanan mereka
yang buruk sehingga tidak ikut terjerumus, melainkan terus ber-
tumbuh dan maju. Semua ini menjadi persiapan bagi kehormatan
yang telah disediakan oleh Allah baginya. Ia yang setia di dalam
perkara kecil, segera kemudian dipercaya dengan banyak perkara
yang lebih besar. Kiranya orang-orang yang muda rendah hati dan
rajin, supaya mereka menemukan cara yang sangat pasti menuju
kedudukan yang lebih tinggi. Orang-orang yang pantas untuk
memerintah yaitu mereka yang telah belajar untuk taat.
2. Betapa jarangnya nubuatan pada waktu itu, sehingga menjadikan
panggilan Samuel suatu kejutan yang besar baginya dan rahmat
yang besar bagi Israel: Pada masa itu firman TUHAN jarang. Di
sana sini pada suatu waktu, seorang abdi Allah dipakai sebagai
seorang utusan-Nya pada suatu kesempatan yang luar biasa
(2:27), namun selama itu tidak ada jabatan nabi yang tetap, yang
dapat ditemui umat untuk mencari nasihat, atau yang diharap-
kan untuk mencari tahu kehendak ilahi. sebab itu, jarangnya
nubuatan menjadikannya sungguh berharga di mata orang-orang
yan