Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 24


 kesetiaan ini merujuk pada janji yang diucapkan kepada 

jemaat untuk tidak menikah, maka kesetiaan itu tidak bisa dise-

but sebagai kesetiaan mereka yang semula.” Lagipula, mereka 

membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-

malas saja, namun  juga meleter, dst. (ay. 13). Perhatikanlah, jarang 

orang yang bermalas-malas hanya akan bermalas-malas saja. 

Mereka juga akan membiasakan diri untuk meleter dan men-

campuri soal orang lain, merusak hubungan sesama dengan 

sesama, dan menebar perselisihan di tengah-tengah saudara. Me-

Surat 1 Timotius 5:3-16 

 621 

reka yang belum mencapai kesungguhan berpikir seperti yang 

dituntut dari seorang diaken (atau dari para janda yang diurus 

oleh jemaat bersama orang-orang miskin lainnya), hendaklah 

mereka kawin lagi, beroleh anak, dst. (ay. 14). Amatilah, jika 

pengurus rumah tangga tidak mengurusi urusan mereka sendiri, 

namun  meleter, maka mereka akan memberikan kesempatan kepa-

da musuh-musuh Kekristenan untuk mencela agama Kristen, 

yang tampaknya ada beberapa contoh untuk itu (ay. 15). Dari sini 

kita bisa belajar,  

1.  Dalam jemaat mula-mula, ada perhatian yang diberikan ke-

pada janda-janda miskin, dan ada persediaan untuk kebutuh-

an mereka sehari-hari. Dan jemaat-jemaat Kristus di zaman 

sekarang ini harus mengikuti teladan yang begitu baik ini, 

sejauh mereka mampu.  

2.  Dalam pembagian amal atau sedekah jemaat, harus betul-be-

tul diperhatikan bahwa orang yang akan menikmati kebaikan 

bersama ini adalah mereka yang paling membutuhkannya dan 

paling layak mendapatkannya. Seorang janda tidak boleh 

dibawa ke dalam jemaat mula-mula jika ia masih mem-

punyai sanak saudara untuk mengurusnya, atau jika ia tidak 

terbukti sudah melakukan pekerjaan baik, namun  hidup mewah 

dan berlebih-lebihan: Tolaklah pendaftaran janda-janda yang 

lebih muda. sebab  jika mereka sekali digairahkan oleh 

keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu 

ingin kawin.  

3.  Pujian bagi agama, dan nama baik jemaat-jemaat Kristen, 

banyak menyangkut masalah tabiat dan perilaku orang-orang 

yang dipekerjakan di dalam jemaat, meskipun mereka hanya 

mengerjakan pekerjaan yang lebih rendah (seperti yang diker-

jakan para diaken), dan juga menyangkut tabiat dan perilaku 

orang-orang yang menerima amal dari jemaat. Jika mereka 

tidak berperilaku baik, namun  meleter dan mencampuri urusan 

orang, mereka akan memberikan kesempatan kepada para 

musuh untuk mencela.  

4. Kekristenan mewajibkan para penganutnya untuk meringan-

kan beban sahabat-sahabat mereka yang fakir, terutama jan-

da-janda miskin, supaya jemaat tidak dibebani lagi oleh mere-

ka, dan bisa membantu orang yang benar-benar janda. Orang 

kaya seharusnya malu membebani jemaat dengan sanak sau-


 622

dara mereka yang miskin, sementara jemaat sendiri sudah ke-

sulitan untuk membantu janda-janda yang benar-benar tidak 

mempunyai anak cucu yang bisa meringankan beban mereka. 

Petunjuk mengenai Para Penatua  

dan Disiplin Jemaat  

(5:17-25)  

17 Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, 

terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. 18 

Bukankah Kitab Suci berkata: “Janganlah engkau memberangus mulut lem-

bu yang sedang mengirik,” dan lagi “seorang pekerja patut mendapat upah-

nya.” 19 Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali 

kalau didukung dua atau tiga orang saksi. 20 Mereka yang berbuat dosa hen-

daklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itu pun takut. 21 Di ha-

dapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesan-

kan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka 

dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak. 22 Janganlah engkau 

terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-

bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. 23 Janganlah lagi 

minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencer-

naanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah. 24 Dosa beberapa orang men-

colok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, namun  dosa beberapa 

orang lagi baru menjadi nyata kemudian. 25 Demikian pun perbuatan baik itu 

segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersem-

bunyi. 

Di sini ada petunjuk-petunjuk, 

I.  Tentang menyokong hamba-hamba Tuhan. Harus dipastikan bah-

wa hamba-hamba Tuhan ditopang kebutuhan hidupnya dengan 

rasa hormat (ay. 17): Penatua-penatua yang baik pimpinannya 

patut dihormati dua kali lipat (yaitu diurus dua kali lipat, dua kali 

lipat dari yang sudah mereka dapatkan, atau dari apa yang dida-

pat orang lain), terutama mereka yang dengan jerih payah berkhot-

bah dan mengajar, mereka yang bekerja lebih keras daripada 

orang lain. Cermatilah, yang memimpin adalah dewan penatua, 

dan orang yang sama yang memimpin ini adalah orang yang juga 

berkhotbah dan mengajar. Dalam jemaat waktu itu, tidak ada satu 

orang yang berkhotbah dan orang lain memimpin. Sebaliknya, pe-

kerjaan itu dilakukan oleh satu orang yang sama. Ada sementara 

orang yang berpendapat bahwa yang dimaksud Rasul Paulus 

dengan penatua-penatua yang baik pimpinannya itu adalah para 

penatua awam, yang bekerja untuk memimpin namun  tidak meng-

ajar, yang mengurus pengaturan jemaat, namun  tidak mencampuri

Surat 1 Timotius 5:17-25 

 623 

 urusan menyampaikan firman dan sakramen. Dan saya mengakui 

bahwa ini adalah teks Kitab Suci yang paling jelas yang bisa dite-

mui untuk mendukung pendapat seperti itu. Namun, tampak se-

dikit aneh bahwa penatua-penatua yang hanya memimpin harus 

dianggap layak dihormati dua kali lipat, padahal Rasul Paulus 

lebih mengutamakan berkhotbah daripada membaptis, dan jauh 

terlebih lagi ia akan mengutamakan berkhotbah daripada memim-

pin jemaat. Dan lebih aneh lagi bahwa Rasul Paulus tidak menye-

butkan mereka saat  berbicara tentang pekerja-pekerja jemaat. 

namun , seperti yang tersirat sebelumnya, dalam jemaat mula-

mula, tidak ada satu orang yang berkhotbah dan orang lain me-

mimpin. Sebaliknya, memimpin dan mengajar dilakukan oleh 

orang yang sama, hanya saja sebagian orang mungkin lebih 

banyak berkhotbah dan mengajar dibandingkan dengan yang lain. 

Di sini kita mendapati,  

1.  Pekerjaan hamba-hamba Tuhan. Pekerjaan itu pada hakikat-

nya terdiri atas dua hal: memimpin dengan baik dan berkhot-

bah serta mengajar. Inilah yang menjadi pekerjaan utama para 

penatua di zaman para rasul.  

2.  Penghormatan yang layak diberikan kepada mereka yang tidak 

bermalas-malasan, namun  yang berjerih payah dalam pekerjaan 

ini. Mereka layak mendapat penghormatan, penghargaan, dan 

topangan pemeliharaan dua kali lipat. Rasul Paulus mengutip 

sebuah ayat untuk menegaskan perintah mengenai pemeliha-

raan hamba-hamba Tuhan yang mungkin kita anggap tidak 

ada di dalam Kitab Suci. Dan hal ini menunjukkan betapa 

pentingnya banyak ketetapan di dalam hukum Musa, dan 

khususnya dalam hal ini, janganlah engkau memberangus mu-

lut lembu yang sedang mengirik (Ul. 25:4). Binatang yang dipe-

kerjakan untuk mengirik gandum itu (sebab dengan mengirik, 

mulut binatang itu mengambil biji gandum dan bukan 

membuangnya) diperbolehkan diberi makan sewaktu sedang 

bekerja, sehingga semakin banyak pekerjaannya, semakin 

banyak pula makanannya. Oleh sebab  itu, biarlah para pena-

tua yang berjerih dalam berkhotbah dan mengajar mendapat 

persediaan yang baik, sebab seorang pekerja patut mendapat 

upahnya (Mat. 10:10). Dan ada segudang alasan mengapa ia 

harus mendapatkannya. Dari sini kita dapat belajar bahwa, 


 624

(1) Allah, baik di bawah hukum Taurat maupun sekarang di 

bawah Injil, memberi perhatian supaya hamba-hamba-Nya 

mendapat persediaan yang baik. Kalau Allah mengurusi 

lembu, masakan Ia tidak mau mengurusi hamba-hamba-

Nya sendiri? Lembu hanya mengirik gandum, yang darinya 

hamba-hamba-Nya membuat roti yang akan binasa. namun  

hamba-hamba Tuhan memecahkan roti kehidupan yang 

akan bertahan untuk selama-lamanya.  

(2) Menyediakan kebutuhan hidup bagi hamba-hamba Tuhan 

adalah sesuai dengan ketetapan Allah, bahwa mereka yang 

memberitakan Injil harus hidup dari Injil (1Kor. 9:14), dan 

demikian pula itu merupakan apa yang sepantasnya mere-

ka dapatkan, sama seperti upah bagi pekerja. Dan orang 

yang membiarkan hamba-hamba Tuhan kelaparan, atau 

tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka, pasti akan di-

mintai pertanggungjawaban oleh Allah suatu hari. 

II. Mengenai tuduhan terhadap hamba-hamba Tuhan (ay. 19): Ja-

nganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali 

kalau didukung dua atau tiga orang saksi. Inilah cara Kitab Suci 

menangani tuduhan terhadap seorang penatua, saat  dituduh 

melakukan suatu kejahatan. Amatilah,  

1.  Harus ada tuduhan. Yang harus diajukan bukan sekadar 

kabar burung yang tidak jelas, namun  harus berupa tuduhan, 

yang berisi dakwaan tertentu. Lebih jauh lagi, penatua tidak 

boleh dituntut dengan cara ditanyai. Cara inilah yang dipakai 

dalam tindakan penyidikan masa kini, dengan menyebutkan 

kejahatan-kejahatan tertentu kepada seseorang, lalu melihat 

apakah dia bisa membersihkan diri dari kejahatan-kejahatan 

yang dituduhkan itu, atau dia sendiri yang menuduh diri sen-

diri dengan tuduhan-tuduhan itu. Sebaliknya, menurut nasi-

hat Paulus, harus ada tuduhan yang diajukan terhadap se-

orang penatua.  

2. Tuduhan ini tidak boleh diterima kecuali didukung oleh dua 

atau tiga orang saksi yang bisa dipercaya. Dan tuduhan itu 

harus diterima di hadapan mereka, yaitu tertuduh dan penu-

duh harus berhadapan muka dengan muka, sebab  nama baik 

seorang hamba Tuhan adalah hal yang peka. Dan sebab  itu, 

sebelum melakukan apa pun yang dapat mencemarkan nama 

Surat 1 Timotius 5:17-25 

 625 

baiknya, harus betul-betul diperhatikan bahwa hal yang ditu-

duhkan kepadanya itu bisa dibuktikan dengan baik, supaya ia 

tidak dicela dengan sebuah dugaan yang tidak jelas. “Akan 

namun  (ay. 20) mereka yang berbuat dosa hendaklah ditegur di 

depan semua orang. Maksudnya, engkau tidak perlu berlaku 

lembut kepada orang lain, namun  tegurlah mereka di depan 

semua orang.” Atau “mereka yang berdosa di depan semua 

orang harus ditegur di depan semua orang, supaya perban 

bisa selebar lukanya, dan supaya orang lain yang ada dalam 

bahaya akan berbuat dosa bisa berhati-hati saat  melihat 

contoh kejatuhan mereka yang ditegur di depan umum itu, 

agar yang lain itu pun takut.” Perhatikanlah,  

(1) Orang-orang yang melakukan dosa memalukan di depan 

umum harus ditegur di depan semua orang. Sama seperti 

dosa mereka sudah menjadi umum, dan dilakukan di 

depan banyak orang, atau setidak-tidaknya terdengar oleh 

semua orang, demikian pula teguran kepada mereka harus 

diberikan secara umum, dan di depan semua orang.  

(2) Teguran di hadapan umum dimaksudkan demi kebaikan 

orang lain, supaya mereka takut, juga demi kebaikan pihak 

yang ditegur. Oleh sebab  itu, telah diperintahkan di dalam 

hukum Taurat bahwa para pelanggar di depan umum 

harus menerima hukuman di depan umum, supaya seluruh 

orang Israel mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka 

tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat. 

III. Mengenai penahbisan hamba-hamba Tuhan (ay. 22): Janganlah 

engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang. Tam-

paknya yang dimaksudkan adalah menahbiskan orang sebagai 

hamba Tuhan, yang tidak boleh dilakukan dengan gegabah dan 

tanpa pertimbangan, dan sebelum diadakan pengujian yang 

semestinya mengenai segala karunia dan anugerah yang mereka 

miliki, dan kemampuan serta syarat-syarat yang mereka penuhi 

untuk itu. Sebagian orang memahaminya sebagai absolusi (peng-

ampunan dosa): “Janganlah terlalu terburu-buru menumpangkan 

tangan atas seseorang. Jangan cabut kecaman jemaat pada siapa 

saja, sebelum memberi waktu untuk melihat bukti ketulusan 

pertobatan mereka. Dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa 

orang lain, yang menyiratkan bahwa mereka yang terlalu mudah 


 626

mencabut kecaman-kecaman jemaat berarti mendorong orang lain 

untuk melakukan dosa-dosa yang mudah dimaafkan itu, dan 

dengan demikian membuat diri mereka sendiri bersalah atas hal 

itu.” Amatilah, kita sangat perlu berjaga-jaga setiap saat, supaya 

tidak membuat diri kita terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. 

“Jagalah kemurnian dirimu, bukan saja dengan tidak melakukan 

dosa seperti itu, namun  juga dengan tidak membiarkannya, atau 

dengan cara apa saja menyalurkan bantuan bagi orang lain untuk 

melakukannya.” Di sini kita mendapati,  

1.  Sebuah peringatan supaya tidak terburu-buru menahbiskan 

orang sebagai hamba Tuhan, atau mengampuni orang yang 

sedang dikecam jemaat: Janganlah engkau terburu-buru me-

numpangkan tangan atas seseorang. 

2. Siapa yang terburu-buru, entah dalam menahbiskan orang 

sebagai hamba Tuhan atau mengampuni orang yang sedang 

dikecam jemaat, akan membuat diri mereka terbawa-bawa ke 

dalam dosa orang lain.  

3.  Kita harus menjaga kemurunian diri kita, jika kita ingin murni. 

Anugerah Allahlah yang membuat dan menjaga kemurnian diri 

kita, namun  kita juga harus berusaha menjaganya sendiri. 

IV. Mengenai pengampunan dosa, yang tampak dirujuk dalam ayat 

24-25: Dosa beberapa orang mencolok, seakan-akan mendahului 

mereka ke pengadilan, namun  dosa beberapa orang lagi baru men-

jadi nyata kemudian, dst. Perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan 

memerlukan hikmat yang amat dalam, untuk mengetahui cara 

menyesuaikan diri dengan berbagai pelanggaran dan pelanggar 

yang harus mereka tangani. Dosa beberapa orang begitu jelas dan 

kentara, dan tidak perlu lagi diselidiki secara diam-diam, sehingga 

tidak bisa dibantah lagi bahwa mereka memang harus dikecam 

jemaat. Mereka mendahului pengadilan, atau sudah diketahui 

sebelum diadili, dan sesudah  itu baru mendapat kecaman dari 

jemaat. Dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian, 

yaitu kefasikan mereka tidak tampak sekarang, sebelum dilaku-

kan penyelidikan yang semestinya untuk itu. Atau, seperti yang 

dipahami sebagian orang, beberapa orang terus berdosa sesudah  

dikecam. Mereka tidak diperbaharui oleh kecaman itu, dan de-

ngan demikian tidak boleh mendapat pengampunan. Demikian 

pula halnya dengan bukti-bukti pertobatan: Perbuatan baik itu 

Surat 1 Timotius 5:17-25 

 627 

segera nyata dan kalau tidak demikian, yaitu kalau perbuatan 

baik tidak tampak, maka kefasikan tidak dapat terus tinggal ter-

sembunyi. Dengan begitu, akan mudah membedakan siapa yang 

harus diampuni dan siapa yang tidak. Amatilah,  

1. Ada dosa rahasia atau tersembunyi, dan ada dosa yang terbuka. 

Dosa beberapa orang sempat ketahuan, dan diadili, sementara 

dosa beberapa orang lain baru menjadi nyata kemudian. 

2.  Orang-orang berdosa harus ditangani secara berbeda-beda 

oleh jemaat.  

3. Dampak dari kecaman jemaat itu sangat berbeda-beda. Seba-

gian orang menjadi rendah hati dan bertobat sebab nya, se-

hingga perbuatan baik mereka segera tampak, sementara yang 

lain justru sebaliknya.  

4.  Yang tidak dapat diperbaharui tidak bisa disembunyikan, sebab 

Allah akan membawa ke dalam terang hal-hal yang tersembunyi 

di dalam gelap, dan membukakan rahasia semua hati. 

V.  Mengenai Timotius sendiri.  

1. Berikut adalah pesan kepada Timotius untuk menjaga pekerja-

annya dengan hati-hati, dan pesan itu diberikan dengan 

sungguh-sungguh: Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan 

malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesankan dengan sungguh 

kepadamu: bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak 

(ay. 21). Perhatikanlah, tidak sepatutnya hamba-hamba Tuhan 

memihak, memandang bulu, dan mengutamakan yang satu 

daripada yang lain sebab  alasan duniawi. Rasul Paulus ber-

pesan kepadanya, demi segala yang mulia, di hadapan Allah 

dan Tuhan Yesus Kristus, dan malaikat-malaikat pilihan-Nya, 

untuk berjaga-jaga agar ia tidak memihak. Hamba-hamba 

Tuhan harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah 

dan Tuhan Yesus Kristus, apakah dan bagaimana mereka 

menjalankan segala hal yang dipercayakan kepada mereka. 

Dan celakalah mereka jika mereka memihak dalam menjalan-

kan pelayanan mereka demi kepentingan duniawi. 

2. Rasul Paulus berpesan kepada Timotius supaya ia menjaga 

kesehatannya: Janganlah lagi minum air saja, dst. Tampaknya 

Timotius adalah orang yang sudah mati terhadap kesenangan 

indrawi. Ia hanya minum air, dan ia bukanlah orang yang ber-


 628

perawakan kuat. Oleh sebab  itu, Rasul Paulus menasihati dia 

memakai anggur untuk membantu pencernaannya dan mem-

perkuat tubuhnya. Perhatikanlah, anggur yang boleh diminum 

itu hanya sedikit, sebab hamba-hamba Tuhan tidak boleh 

minum anggur banyak-banyak. Mereka boleh minum anggur 

sebanyak yang diperlukan untuk kesehatan tubuh, dan bukan 

untuk merusaknya, sebab  Allah membuat anggur untuk me-

nyukakan hati manusia. Perhatikanlah,  

(1) Sudah menjadi kehendak Allah supaya orang merawat tu-

buhnya sebagaimana mestinya. Sama seperti kita tidak 

boleh menjadikan tubuh sebagai tuan atas diri kita, demi-

kian pula kita tidak boleh menjadikannya budak kita. Se-

baliknya, kita harus menggunakannya dengan begitu rupa 

supaya kita sehat dan berguna dalam melayani Allah.  

(2) Anggur paling cocok diberikan kepada orang sakit atau 

lemah, yang pencernaannya sering terganggu dan yang be-

kerja dengan tubuh yang lemah. Berikanlah minuman keras 

itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada 

yang susah hati (Ams. 31:6).  

(3) Anggur harus digunakan sebagai penolong, dan bukan peng-

hambat, bagi pekerjaan dan kebergunaan kita bagi sesama. 

 

 

PASAL  6  

 

I. Paulus membicarakan mengenai kewajiban para hamba (ay. 

1-2).  

II. Mengenai guru-guru palsu (ay. 3-5). 

III. Mengenai ibadah dan keserakahan (ay. 6-10). 

IV. Apa yang harus dijauhi Timotius, dan apa yang harus dike-

jarnya (ay. 11-12). 

V. Sebuah perintah yang sungguh-sungguh (ay. 13-16).  

VI. Perintah bagi orang-orang yang kaya (ay. 17-19). Dan ter-

akhir, perintah bagi Timotius (ay. 20-21).  

Kewajiban Para Hamba 

(6:1-5)  

1 Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap 

tuan mereka layak mendapat segala penghormatan, agar nama Allah dan 

ajaran kita jangan dihujat orang. 2 Jika tuan mereka seorang percaya, ja-

nganlah ia kurang disegani sebab  bersaudara dalam Kristus, melainkan 

hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, sebab  tuan yang 

menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang 

kekasih. Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. 3 Jika seorang meng-

ajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat – yakni perkataan 

Tuhan kita Yesus Kristus – dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan 

ibadah kita, 4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-

apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebab-

kan dengki, cidera, fitnah, curiga, 5 percekcokan antara orang-orang yang 

tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira 

ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. 

I. Inilah kewajiban para hamba. Rasul Paulus sebelumnya sudah 

membicarakan mengenai berbagai hubungan dalam jemaat, dan 

kini dia berbicara mengenai hubungan-hubungan dalam keluarga. 

Di sini dikatakan bahwa para hamba menanggung beban perbu-


 630

dakan, yang menunjukkan sikap tunduk maupun kerja keras. 

Mereka dibebani dengan pekerjaan dan tidak boleh berleha-leha. 

Jika Kekristenan mendapati para hamba menanggung beban, 

maka ia menghendaki mereka perlu terus menanggung beban itu, 

sebab Injil tidaklah membatalkan kewajiban yang diemban siapa 

pun, baik sebab  hukum alam maupun sebab  kesepakatan dua 

pihak tertentu. Mereka harus menghormati tuan mereka, meng-

anggap mereka layak mendapat segala penghormatan (sebab me-

reka adalah tuan), layak akan segala hormat, ketaatan, sikap pe-

nurut, dan kepatuhan, yang pantas diharapkan dari para hamba 

terhadap tuan mereka. Bukan berarti tuan-tuan mereka itu keku-

rangan dalam hal-hal ini, namun  sebab  mereka itu tuan, maka 

para hamba harus menganggap tuan mereka layak mendapat se-

gala penghormatan yang memang patut mereka terima, agar 

nama Allah jangan dihujat orang. Jika para hamba yang memeluk 

agama Kristen menjadi kurang ajar dan membangkang terhadap 

tuan mereka, maka ajaran Kristus akan dihina gara-gara mereka, 

seolah-olah ajaran itu sudah membuat mereka menjadi orang 

yang lebih buruk daripada sebelum mereka menerima Injil. Per-

hatikanlah, jika pemeluk agama Kristen berperilaku tidak benar, 

nama Allah dan ajaran-Nya terancam dihujat orang-orang yang 

mencari kesempatan untuk menghujat nama yang mulia itu, yang 

melaluinya kita telah dipanggil. Inilah alasan tepat mengapa kita 

semua harus berlaku baik, supaya kita mencegah terbukanya 

kesempatan yang dicari-cari banyak orang yang selalu siap untuk 

menjelek-jelekkan agama kita. Atau misalnya sang tuan adalah 

seorang Kristen yang percaya, dan hambanya juga orang percaya, 

apakah ini berarti hamba itu dibebaskan, sebab dalam Kristus 

tidak ada hamba atau orang merdeka? Tidak, sama sekali tidak 

begitu, sebab Yesus Kristus tidak datang untuk menghapuskan 

ikatan hubungan dalam masyarakat, namun  justru untuk menge-

ratkannya: Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang 

disegani sebab  bersaudara dalam Kristus. Sebab, persaudaraan 

demikian hanya terkait dengan hak-hak istimewa rohani, bukan-

nya dengan martabat atau keuntungan lahiriah apa pun (bila 

orang memakai agama Kristen sebagai alasan untuk menolak 

tugas-tugas yang harus mereka jalankan dalam hubungan mere-

ka dengan orang lain, maka orang tersebut sudah salah mema-

hami dan sudah menyalahgunakan agama mereka). Malah seba-

Surat 1 Timotius 6:1-5 

 

 631 

liknya, hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, sebab 

mereka saudara yang percaya dan yang kekasih. Justru para 

hamba itu harus menganggap diri mereka sendiri lebih terikat 

untuk melayani tuan mereka oleh sebab  iman dan kasih yang 

mewajibkan orang-orang Kristen untuk berbuat baik. Dan me-

mang itulah inti dari pelayanan mereka. Perhatikanlah, jika kita 

memiliki alasan untuk menganggap mereka sebagai saudara yang 

percaya dan yang kekasih, dan juga yang menerima berkat pela-

yanan kita, yaitu berkat Kekristenan, maka hal itu merupakan 

dorongan yang besar bagi kita untuk melaksanakan tugas kita 

terhadap orang lain yang ada hubungan dengan kita. Sekali lagi, 

tuan dan hamba yang sama-sama percaya adalah saudara, sebab 

di dalam Kristus Yesus tidak ada hamba atau orang merdeka, 

sebab  kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 

3:28). Timotius ditunjuk untuk mengajarkan dan menasihatkan 

semuanya ini. Para hamba Tuhan bukan saja harus mengabarkan 

kewajiban-kewajiban umum semua orang, namun  juga kewajiban-

kewajiban dalam hubungan-hubungan khusus. 

II. Di sini Paulus memperingatkan Timotius supaya menarik diri dari 

orang-orang yang mencemari ajaran Kristus dan menjadikannya 

sumber perpecahan, pertengkaran, dan perdebatan: Jika seorang 

mengajarkan ajaran lain (ay. 3-5), tidak berkhotbah sesuai dengan 

apa yang seharusnya, tidak mengajar dan menasihatkan hal-hal 

yang menggalakkan ibadah yang sungguh-sungguh, yaitu jika dia 

tidak menuruti perkataan sehat, perkataan yang memiliki 

kecenderungan langsung untuk memulihkan jiwa, dan juga, jika 

dia tidak menuruti perkataan Tuhan kita Yesus Kristus. Perhati-

kanlah, kita tidak diwajibkan untuk menuruti perkataan apa pun 

sebagai pekataan yang sehat kecuali perkataan Tuhan kita Yesus 

Kristus. Kepada perkataan Kristus itulah kita harus menurut dan 

taat dengan sungguh-sungguh, dan juga kepada ajaran yang 

sesuai dengan ibadah kita. Perhatikan, pengajaran Tuhan kita 

Yesus adalah pengajaran yang sesuai dengan ibadah. Pengajaran 

itu memiliki kecenderungan langsung untuk membuat orang 

menjadi saleh. namun  orang yang tidak menurut pada perkataan 

Kristus ialah seorang yang berlagak tahu (ay. 4) dan suka berteng-

kar, dungu, serta melakukan banyak kekacauan terhadap jemaat, 

tanpa tahu apa-apa. Perhatikan, biasanya orang yang paling cong-


 632

kak itu justru yang paling sedikit tahu, sebab dengan segala pe-

ngetahuan mereka, mereka justru tidak mengenali diri mereka 

sendiri. Penyakitnya ialah mencari-cari soal. Orang-orang yang 

melenceng dari pengajaran Kekristenan yang jelas dan sederhana 

akan terjebak dalam percekcokan yang menggerogoti kehidupan 

dan kuasa agama. Mereka sibuk mencari-cari soal dan bersilat 

kata, yang menyebabkan banyak kekacauan dalam jemaat dan 

membuka peluang untuk mendatangkan dengki, cidera, fitnah, 

curiga. Saat manusia tidak puas dengan perkataan Tuhan Yesus 

Kristus dan pengajaran yang sesuai dengan ibadah, ia akan 

merangkai pemikiran-pemikirannya sendiri dan memaksakannya 

pada orang lain. Ia memakai perkataan sendiri yang diajarkan 

oleh hikmat manusia, dan bukannya perkataan yang diajarkan 

Roh Kudus (1Kor. 2:13-14). Dengan cara demikian, mereka mene-

bar benih-benih kejahatan dalam jemaat. Itulah sumber percek-

cokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat (ay. 5), 

percekcokan yang pelik dan tidak ada gunanya. Perhatikanlah, 

orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat adalah mereka yang 

sudah kehilangan kebenaran. Alasan mengapa pikiran manusia 

tidak lagi sehat adalah sebab  mereka tidak berpegang teguh pada 

yang ada di dalam Yesus dan mereka mengira ibadah itu adalah 

suatu sumber keuntungan, memperalat agama demi kepentingan 

duniawi mereka. Dari orang-orang seperti itulah Timotius diperi-

ngatkan untuk menarik diri. Bisa kita perhatikan, 

1. Perkataan Tuhan kita Yesus Kristus adalah perkataan yang 

sehat, yang paling manjur untuk mencegah atau menyembuh-

kan luka-luka jemaat, serta memulihkan hati nurani yang 

terluka. Sebab, Kristus memiliki lidah seorang cerdik pandai, 

untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu 

(Yes. 50:4). Perkataan Kristus adalah yang terbaik untuk men-

cegah perpecahan dalam jemaat. Sebab, tidak seorang pun 

yang mengakui iman di dalam Dia akan melawan kelayakan 

atau wewenang perkataan Tuhan dan Guru mereka. Selain itu, 

semenjak manusia menyatakan perkataan mereka setara de-

ngan perkataan-Nya, bahkan terkadang mengaku lebih tinggi, 

jemaat tidak pernah lagi berlaku benar.  

2.  Siapa pun yang mengajar sebaliknya dan tidak menurut pada 

perkataan yang sehat ini, maka dia adalah seorang yang ber- 

Surat 1 Timotius 6:6-12 

 633 

 lagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa. Sebab biasanya ke-

congkakan dan kedunguan berjalan beriringan.  

3. Paulus mengecam orang-orang yang tidak menurut pada 

perkataan Tuhan kita Yesus Kristus dan ajaran yang sesuai 

dengan ibadah. Mereka berlagak tahu padahal tidak tahu apa-

apa: tidak tahu perkataan lain yang lebih sehat.  

4.  Kita belajar mengenai dampak menyedihkan sebab  mencari-

cari soal dan bersilat kata. Sikap mencari-cari soal itu menye-

babkan dengki, cidera, fitnah, curiga, dan percekcokan. Saat 

manusia meninggalkan perkataan sehat Tuhan kita Yesus 

Kristus, mereka tidak akan pernah lagi sepakat dalam perkata-

an lain, baik itu perkataan mereka sendiri maupun yang di-

reka-reka oleh orang lain, melainkan akan terus-menerus ber-

tengkar dan berselisih mengenainya. Hal ini akan menyebab-

kan dengki, saat  mereka melihat bahwa perkataan orang lain 

lebih disukai daripada perkataan yang sudah mereka agung-

agungkan sendiri. Ini juga akan mengakibatkan kecemburuan 

atau prasangka satu dengan yang lainnya, yang di sini disebut 

curiga, yang kemudian akan berlanjut menjadi percekcokan.  

5. Orang-orang yang terlibat dalam percekcokan itu menampak-

kan diri sebagai orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat 

dan yang kehilangan kebenaran, terutama yang bersikap 

demikian hanya untuk memperoleh keuntungan, yang mereka 

jadikan sebagai ibadah sebab  mereka mendewa-dewakan 

keuntungan itu. Ini terbalik dengan pendapat Rasul Paulus 

yang menganggap ibadah sebagai keuntungan besar.  

6.  Para hamba Tuhan dan orang-orang Kristen yang baik akan 

menarik diri dari orang-orang seperti tadi. “Menjauhlah dari 

mereka, umat-Ku, dan pisahkan diri kalian,” sabda Tuhan: 

Menjauhlah dari orang-orang seperti itu. 

Nikmatnya Mencukupkan Diri  

dan Jahatnya Keserakahan 

(6:6-12)  

6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. 

7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak 

dapat membawa apa-apa ke luar. 8 Asal ada makanan dan pakaian, cukup-

lah. 9 namun  mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam 

jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelaka-


 634

kan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. 

10 sebab  akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uang-

lah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya de-

ngan berbagai-bagai duka. 11 namun  engkau hai manusia Allah, jauhilah se-

muanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan ke-

lembutan. 12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebut-

lah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau 

ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. 

Dengan menyebutkan penyalahgunaan agama Kristen oleh sebagian 

orang yang memperalatnya untuk mencapai kepentingan duniawi 

mereka, Rasul Paulus, 

I. Mengambil kesempatan untuk menunjukkan nikmatnya mencu-

kupkan diri dan jahatnya keserakahan.  

1. Nikmatnya mencukupkan diri (ay. 6-8). Sebagian orang meng-

anggap Kekristenan sebagai agama yang menguntungkan bagi 

dunia ini. Pengertian mereka itu tidaklah benar. Akan namun , 

benar sekali bahwa, meski Kekristenan tampaknya merupakan 

tukar-menukar yang paling merugikan, namun ia merupakan 

panggilan yang terbaik di dunia. Orang-orang yang mengguna-

kannya sebagai suatu usaha mencari untung, demi untuk 

mencapai tujuan mereka di dunia ini, akan kecewa dan men-

dapatinya sebagai suatu usaha yang merugikan. Akan namun  

orang-orang yang mencamkannya sebagai panggilan mereka 

dan bertekun di dalamnya, akan mendapatinya sebagai pang-

gilan yang menguntungkan, sebab di dalamnya terdapat janji 

kehidupan pada saat sekarang ini dan juga kehidupan yang 

akan datang nanti.  

(1) Kebenaran yang dipaparkannya ialah bahwa ibadah itu 

kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Be-

berapa mengartikannya sebagai ibadah dengan milik yang 

secukupnya. Artinya, jika seseorang hanya punya sedikit 

harta di dunia ini namun  itu cukup untuk menyokong hi-

dupnya, maka dia tidak perlu menginginkan lebih banyak 

lagi. Ibadahnya dengan hartanya yang sedikit itu akan men-

jadi keuntungan besarnya. Lebih baik yang sedikit pada 

orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang 

fasik (Mzm. 37:16). Kita membacanya sebagai ibadah disertai 

rasa cukup. Ibadah itu sendiri merupakan keuntungan be-

sar, bermanfaat dalam segala hal. Di mana ada ibadah yang 

benar, di sana ada rasa berkecukupan. Orang-orang yang 

Surat 1 Timotius 6:6-12 

 635 

sudah mencapai puncak tertinggi rasa berkecukupan de-

ngan ibadah mereka tentunya merupakan orang-orang 

paling berbahagia di dunia ini. Ibadah disertai rasa cukup, 

yakni rasa cukup kristiani (rasa ini harus berasal dari prin-

sip ibadah) merupakan keuntungan besar. Itulah seluruh 

kekayaan dunia ini. Orang yang saleh pastinya akan baha-

gia juga di dunia lain nanti. Dan jika apa yang dia kerjakan 

dengan rasa puas dapat membuat dia menyesuaikan diri 

dengan keadaannya di dunia ini, maka ia pun merasa 

cukup. Di sini kita mendapati,  

[1]  Keuntungan sebagai orang Kristen, yaitu ibadah disertai 

rasa cukup. Ini merupakan jalan yang benar untuk 

mendapatkan keuntungan. Ya, ibadah merupakan ke-

untungan itu sendiri. 

[2] Keuntungan sebagai orang Kristen itu besar: tidak seperti 

sedikit keuntungan para pecinta dunia ini, yang begitu 

gemar akan keuntungan duniawi yang hanya sedikit.  

[3] Ibadah selalu diiringi rasa cukup dalam berbagai tingkat. 

Semua orang saleh sudah belajar bersama-sama dengan 

Paulus untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan 

(Flp. 4:11). Mereka mencukupkan diri dengan apa pun 

yang Allah berikan kepada mereka, yakin bahwa itulah 

yang terbaik bagi mereka. Marilah kita semua berusaha 

untuk mengejar ibadah yang disertai rasa cukup. 

(2) Alasan yang diberikan Paulus di sini ialah, sebab kita tidak 

membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak 

dapat membawa apa-apa ke luar (ay. 7). Inilah alasan 

mengapa kita harus mencukupkan diri dengan sedikit yang 

kita punya. 

[1]  Sebab kita tidak dapat menuntut apa pun sebagai 

utang yang harus dibayarkan kepada kita, sebab  kita 

datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Apa pun 

yang kita miliki sesudah  kita ada di dalam dunia ini, itu 

sebab  pemeliharaan Allah saja. namun  Dia yang mem-

beri dapat mengambil lagi apa pun dan kapan pun se-

suai kehendak-Nya. Kita memiliki keberadaan kita, tu-

buh kita, hidup kita (yang lebih dari makanan, dan 

lebih dari pakaian), saat  kita datang ke dunia ini, 


 636

meski kita datang tanpa sehelai pakaian pun dan tanpa 

membawa apa-apa bersama-sama dengan kita. sebab  

itu, layakkah kita tidak merasa cukup saat diri dan hi-

dup kita terus dipelihara, sekalipun kita tidak memiliki 

apa yang kita inginkan? Kita datang ke dunia ini tanpa 

membawa apa pun juga, akan namun  Allah memelihara 

kita, merawat kita, dan kita sudah dikenyangkan di 

sepanjang hidup kita sampai sekarang. Oleh sebab  itu, 

saat kita menghadapi kesesakan, kita tidaklah lebih 

miskin daripada saat  kita datang ke dunia ini, dan 

kita selalu dipelihara. Oleh sebab  itu, marilah kita per-

caya kepada Allah di sepanjang sisa waktu perjalanan 

hidup kita.  

[2] Kita tidak akan membawa apa-apa waktu kita mening-

galkan dunia ini. Kain kafan, peti mati, dan kuburan, 

hanya itu sajalah yang dapat dimiliki orang terkaya di 

dunia ini dari seluruh kekayaannya yang melimpah. 

Oleh sebab  itu, mengapa kita harus bersikap serakah? 

Mengapa kita tidak bisa mencukupkan diri dengan 

sedikit harta saja, sebab, seberapa banyak pun yang 

kita miliki, akan kita tinggalkan juga di belakang nanti? 

(Pkh. 5:14-15). 

(3) berdasar  penjelasan itu, Paulus menyimpulkan, asal 

ada makanan dan pakaian, cukuplah (ay. 8). Makanan dan 

pelindung, termasuk tempat tinggal dan pakaian. Perhati-

kanlah, jika Allah memberi kita tunjangan keperluan hidup 

kita, kita harus mencukupkan diri dengannya, meskipun 

kita tidak memiliki keindahan dan kemewahan. Jika sifat 

alami kita harus berpuas diri dengan sedikit hal, maka ka-

sih karunia harus berpuas diri dengan lebih sedikit lagi 

hal. Meski kita tidak memiliki makanan yang mewah-me-

wah dan pakaian yang mahal-mahal, jika kita memiliki ma-

kanan dan pakaian yang menjadi bagian kita, maka kita 

harus mencukupkan diri dengannya. Inilah doa Agur: Ja-

ngan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan; Biar-

kanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku 

(Ams. 30:8). Di sini kita melihat, 

Surat 1 Timotius 6:6-12 

 637 

[1]  Bodohnya menggantungkan kebahagiaan kita pada hal-

hal tadi, padahal kita tidak membawa apa pun ke dunia 

ini bersama-sama dengan diri kita, dan kita tidak akan 

membawa apa pun bila kita pergi nanti. Apa yang bisa 

dilakukan pecinta dunia ini saat kematian melucuti me-

reka dari kebahagiaan dan bagian mereka, dan mereka 

harus meninggalkan seluruh benda-benda yang sangat 

mereka gemari itu untuk selama-lamanya? Mereka bisa 

berkata bersama-sama dengan Mikha yang miskin, 

Allahku kamu ambil, apakah lagi yang masih tinggal 

padaku? (Hak. 18:24) 

[2]  Kebutuhan hidup merupakan inti dari keinginan orang 

Kristen yang sejati, dan dengan hal-hal inilah dia ber-

usaha mencukupkan diri. Keinginannya bukanlah ke-

inginan yang tidak terpuaskan. Tidak, hanya sedikit, 

sedikit kenyamanan dalam hidup ini pun cukup buat-

nya, dan ini saja yang berharap dinikmatinya: Asal ada 

makanan dan pakaian. 

2. Jahatnya keserakahan. Mereka yang ingin kaya (yang mencon-

dongkan hati mereka pada kekayaan dunia ini, dan bertekad 

untuk memilikinya tak peduli dengan cara benar ataupun 

salah), terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat (ay. 9). Di 

sini tidak disebutkan orang-orang kaya, melainkan orang-

orang yang ingin kaya. Artinya, yang menempatkan kebahagia-

an mereka dalam kekayaan dunia, yang serakah secara berle-

bihan, yang begitu bernafsu dan menggunakan kekerasan un-

tuk memilikinya. Orang-orang seperti itu tak ayal lagi terjatuh 

ke dalam pencobaan, ke dalam jerat. Sebab, saat  si Iblis meli-

hat ke mana nafsu membawa mereka, dia akan segera meng-

ulurkan umpannya sesuai dengan nafsu mereka itu. Dia tahu 

betapa Akhan akan menyukai batangan emas, dan sebab  itu-

lah ia meletakkan benda itu di hadapannya. Mereka jatuh ke 

dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelaka-

kan. Perhatikanlah, 

(1) Rasul Paulus percaya bahwa,  

[1] Sebagian orang ingin menjadi kaya. Artinya, mereka be-

nar-benar bernafsu dan tidak bisa dipuaskan selain 

dengan kelimpahan besar.  


 638

[2] Orang-orang seperti itu tidak akan aman atau bukan 

tanpa salah, sebab mereka menempatkan diri mereka 

dalam bahaya menghancurkan diri mereka sendiri sela-

ma-lamanya. Mereka terjatuh ke dalam pencobaan, jerat, 

dst. 

[3] Nafsu duniawi itu hampa dan mencelakakan, sebab ke-

duanya menenggelamkan manusia ke dalam keruntuh-

an dan kebinasaan. 

[4] Baiklah jika kita menimbang-nimbang jahatnya nafsu 

daging duniawi. Nafsu itu hampa, sehingga kita seha-

rusnya merasa malu sebab nya, dan mencelakakan 

sehingga kita seharusnya takut terhadapnya, terutama 

dengan memikirkan seberapa jauh hal itu dapat men-

celakakan, sebab nafsu itu menenggelamkan manusia 

ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. 

(2)  Rasul Paulus menegaskan bahwa akar segala kejahatan 

ialah cinta uang (ay. 10). Dosa apakah yang tidak akan me-

nyedot manusia oleh sebab  cinta uang? Ini terutama men-

jadi dasar kemurtadan banyak orang dari iman Kristus. 

Selagi mereka memburu uang, mereka telah menyimpang 

dari iman, meninggalkan Kekristenan, dan menyiksa diri-

nya dengan berbagai-bagai duka. Perhatikanlah,  

[1] Apa yang menjadi akar dari segala kejahatan: cinta 

uang. Orang mungkin memiliki uang namun  tanpa men-

cintainya, namun  jika mereka mencintainya dengan ber-

lebihan, maka itu akan mendorong mereka kepada 

segala kejahatan.  

[2] Orang-orang yang tamak akan meninggalkan iman me-

reka, jika itu menjadi cara untuk mendapatkan uang: 

Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah 

menyimpang dari iman. Demas telah mencintai dunia ini 

dan meninggalkan aku (2Tim. 4:10). Sebab dunia ini 

lebih berharga baginya daripada Kekristenan. Perhati-

kanlah, orang-orang yang menyimpang dari iman ber-

arti menyiksa diri mereka sendiri dengan berbagai-bagai 

duka. Orang-orang yang meninggalkan Allah hanya 

menimbun kedukaan bagi diri mereka sendiri.  

Surat 1 Timotius 6:6-12 

 639 

II. Oleh sebab itu Paulus mengambil kesempatan ini untuk memper-

ingatkan Timotius dan menasihatkannya supaya tetap setia di 

jalan Allah dan dalam tugasnya, dan terutama untuk memenuhi 

kepercayaan yang diembannya sebagai hamba Tuhan. Dia me-

manggil Timotius sebagai manusia Allah. Para hamba Tuhan me-

mang adalah manusia Allah, dan sebab  itu harus berlaku sepan-

tasnya dalam segala hal. Mereka adalah orang-orang yang dipe-

kerjakan bagi Allah, berbakti pada kehormatan-Nya dengan lebih 

giat lagi. Para nabi di bawah Perjanjian Lama pun dipanggil seba-

gai manusia Allah.  

1.  Dia memerintahkan Timotius untuk berhati-hati terhadap si-

kap cinta akan uang yang telah merusak banyak orang: Jauhi-

lah semuanya itu. Melekatkan hati pada hal-hal duniawi tidak 

baik dilakukan oleh siapa pun, namun  terutama manusia-ma-

nusia Allah yang seharusnya lebih menggemari hal-hal menge-

nai Allah.  

2.  Untuk mempersenjatai dirinya melawan rasa cinta pada dunia 

ini, Paulus menasihati Timotius untuk mengejar hal-hal yang 

baik. Kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran 

dan kelembutan: keadilan dalam pergaulannya dengan manu-

sia lain, ibadah terhadap Allah, kesetiaan dan kasih sebagai 

prinsip hidup untuk menyokong dan membawanya berjalan 

terus dalam menjalani keadilan dan ibadah. Orang-orang yang 

mengejar keadilan dan ibadah, berdasar  kesetiaan dan 

kasih, perlu memiliki kesabaran dan kelembutan, yaitu kesa-

baran untuk menanggung teguran dari Sang Pemelihara dan 

cacian manusia, dan kelembutan untuk mendidik para penen-

tang dan menghadapi penghinaan serta malapetaka yang di-

lakukan terhadap kita. Perhatikan, tidaklah cukup bagi manu-

sia-manusia Allah untuk menjauhi hal-hal buruk di atas, te-

tapi mereka juga harus mengejar hal-hal yang secara langsung 

bertentangan dengan hal-hal tadi. Alangkah hebatnya manu-

sia-manusia Allah yang mengejar keadilan itu! Mereka berjaya 

di bumi ini, dan sebab  mereka diterima oleh Allah, mereka 

pun akan diterima oleh manusia.  

3.  Dia mendorong Timotius untuk melakukan bagiannya sebagai 

seorang pejuang: Bertandinglah dalam pertandingan iman yang 

benar. Perhatikanlah, orang-orang yang ingin masuk sorga 

harus memperjuangkan jalan mereka menuju ke sana. Pasti 


 640

ada pertentangan dengan berbagai kejahatan dan godaan, dan 

perlawanan dari kuasa-kuasa kegelapan. Perhatikan, perta-

rungan itu baik dan demi kepentingan yang baik, serta akan 

membawa hasil yang baik pula. Pertarungan itu adalah pertan-

dingan iman. Kita tidak berjuang secara duniawi, sebab sen-

jata kita dalam perjuangan ini bukanlah senjata duniawi 

(2Kor. 10:3-4). Paulus mendorongnya untuk merebut hidup 

yang kekal. Perhatikanlah,  

(1) Hidup kekal adalah mahkota yang ditawarkan kepada kita 

sebagai penyemangat juang dan untuk bertanding dalam per-

tandingan iman yang benar, yaitu perjuangan yang benar. 

(2) Itulah yang harus kita rebut sebagai orang-orang yang ta-

kut gagal mendapatkannya dan kehilangannya. Rebutlah 

dan jagalah jangan sampai kehilangan.Peganglah apa yang 

ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkota-

mu (Why. 3:11).  

(3) Kita dipanggil untuk berjuang dan merebut hidup yang kekal.  

(4) Ikrar yang diikrarkan oleh Timotius dan semua hamba 

Allah yang setia di depan banyak saksi adalah ikrar yang 

baik. Sebab mereka berikrar dan terlibat untuk bertanding 

dalam pertandingan iman yang benar dan untuk merebut 

hidup yang kekal. Panggilan dan ikrar mereka mengharus-

kan mereka untuk melakukan pertandingan itu. 

Perintah Tegas Rasul Paulus;  

Peringatan mengenai Kekayaan 

(6:13-21)  

13 Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di 

hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di 

muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: 14 Turutilah perintah ini, 

dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus 

Kristus menyatakan diri-Nya, 15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh 

Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala 

raja dan Tuan di atas segala tuan. 16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk 

kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun 

tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-

Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin. 17 Peringatkanlah kepada orang-

orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap 

pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang 

dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinik-

Surat 1 Timotius 6:13-21 

 641 

mati. 18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam 

kebajikan, suka memberi dan membagi 19 dan dengan demikian mengumpul-

kan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan 

datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. 20 Hai Timotius, peliharalah 

apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong 

dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa 

yang disebut pengetahuan, 21 sebab  ada beberapa orang yang mengajarkan-

nya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia me-

nyertai kamu! 

Di sini Rasul Paulus memerintahkan Timotius untuk menuruti perin-

tah ini (yaitu seluruh pekerjaan pelayanannya, segala kepercayaan 

yang sudah diberikan kepadanya, semua pelayanan yang diharapkan 

darinya) dengan tidak bercacat dan tidak bercela. Demikianlah dia 

harus bersikap dalam pelayanannya itu supaya dia tidak menempat-

kan dirinya untuk dipersalahkan atau dicemari. Apa saja alasan yang 

menggerakkannya supaya berlaku demikian? 

I. Paulus memberinya sebuah perintah tegas: Kuserukan padamu di 

hadapan Allah supaya melakukan ini. Dia menyerukannya kepada 

Timotius sebab dia harus mempertanggungjawabkannya di hari 

agung itu di hadapan Allah yang mata-Nya mengawasi kita se-

mua, yang melihat siapa kita dan apa yang kita lakukan: Allah, 

yang memberikan hidup kepada segala sesuatu, yang memiliki 

hidup dalam diri-Nya sendiri dan merupakan sumber kehidupan. 

Ini selayaknya menggiatkan kita untuk melayani Allah yang mem-

beri hidup kepada segala sesuatu. Paulus menyerukannya kepada 

Timotius di hadapan Kristus Yesus, yang memiliki kaitan istimewa 

dengan dirinya sendiri sebagai hamba dari Injil-Nya: yang telah 

mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus. 

Perhatikanlah, Kristus mati bukan hanya sebagai korban, melain-

kan juga sebagai martir, dan Dia mengucapkan ikrar yang benar 

saat  didakwa di hadapan Pilatus, dengan berkata (Yoh. 18:36-

37), Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini: Aku datang ke dalam dunia 

ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Ikrar-Nya 

yang benar di hadapan Pilatus, Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini, 

seharusnya sudah cukup bagi seluruh pengikut-Nya, baik para 

hamba-Nya dan juga orang-orang lain, untuk menarik mereka 

dari cinta akan dunia ini. 

II. Paulus mengingatkannya mengenai ikrar yang sudah dibuat 

Timotius sendiri: Telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan 


 642

banyak saksi (ay. 12), yaitu saat dia dilantik dengan penumpang-

an tangan oleh penatua. Kewajiban tersebut masih harus dilaku-

kannya, dan dia harus menjalaninya serta digerakkan olehnya, 

yaitu kewajiban untuk mengerjakan tugas pelayanannya.  

III. Paulus mengingatkannya mengenai kedatangan Kristus yang ke-

dua kali: “Turutilah perintah ini, hingga pada saat Tuhan kita Ye-

sus Kristus menyatakan diri-Nya. Turutilah sepanjang hidupmu, 

sampai Kristus datang pada hari kematianmu untuk melepaskan-

mu dari tugas itu. Turutilah perintah itu dengan hati-hati sampai 

kedatangan-Nya yang kedua kali, saat kita semua harus memper-

tanggungjawabkan talenta yang sudah dikaruniakan kepada kita” 

(Luk. 16:2). Perhatikanlah, Tuhan Yesus Kristus akan menyata-

kan diri-Nya, dan penampakan-Nya itu akan penuh dengan ke-

muliaan, tidak seperti kedatangan-Nya yang pertama kali saat  

Dia datang dalam kesederhanaan. Para hamba Tuhan harus 

mengarahkan pandangan kepada penyataan diri Tuhan Yesus 

Kristus ini dalam segala pelayanan mereka, dan sampai hari itu 

tiba, mereka harus menuruti perintah ini dengan tidak bercacat 

dan tidak bercela. Dengan menyebut-nyebut tentang penampakan 

Kristus, sebagai orang yang menyukainya, Paulus pun gemar 

membicarakannya, dan suka membicarakan Dia yang akan me-

nyatakan diri-Nya nanti. Penampakan Kristus itu pasti (Dia akan 

menunjukkannya), namun  kita tidak berhak mengetahui waktu dan 

musimnya, yang disimpan rapat-rapat oleh Bapa dalam kuasa-

Nya sendiri. Biarlah kita mencukupkan diri dengan ini, yaitu 

bahwa Dia akan memperlihatkannya pada saatnya, pada waktu 

yang dianggap-Nya tepat untuk itu. Perhatikanlah, 

1.  Di sini Rasul Paulus membicarakan hal-hal yang agung me-

ngenai Kristus dan Allah Bapa.  

(1) Bahwa Allah adalah Penguasa yang satu-satunya. Kuasa 

para penguasa dunia ini semuanya berasal dari Dia, dan 

tergantung pada-Nya. Pemerintah-pemerintah yang ada, di-

tetapkan oleh Allah (Rm. 13:1). Dia adalah satu-satunya 

penguasa yang mutlak dan berdaulat, dan benar-benar 

merdeka.  

Surat 1 Timotius 6:13-21 

 643 

(2) Dia adalah Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh 

bahagia, benar-benar bersukacita, dan tidak ada satu hal 

pun yang dapat mencemari kebahagiaan-Nya. 

(3) Dia adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala 

tuan. Semua raja di dunia ini mendapatkan kuasa mereka 

dari-Nya. Dia memberikan mahkota-mahkota kepada mere-

ka, dan mereka memegang mahkota itu di bawah-Nya, dan 

Dia memiliki kedaulatan penuh atas mereka. Itulah gelar 

Kristus (Why. 19:16), tertulis pada jubah-Nya dan paha-Nya, 

sebab nama-Nya lebih tinggi dari raja mana pun di dunia ini. 

(4) Dialah satu-satunya yang tidak dapat mati. Hanya Dia saja 

yang kekal, dan memiliki kekekalan sebab  Dia adalah 

sumbernya, sebab kekekalan para malaikat dan roh berasal 

dari-Nya. 

(5) Dia bersemayam dalam terang yang tidak dapat didekati, 

terang yang tak terhampiri: tidak seorang pun dapat masuk 

ke sorga selain dari orang-orang yang berkenan dibawa-Nya 

ke sana dan diakui-Nya masuk ke dalam kerajaan-Nya.  

(6) Dia tidak terlihat: Seorangpun tak pernah melihat Dia dan 

memang manusia tidak dapat melihat Dia. Mustahil mata 

yang fana dapat tahan memandang kemilau kemuliaan 

sorgawi. Tidak ada manusia yang dapat melihat Allah dan 

hidup.  

2.  sesudah  menyebutkan sifat-sifat yang penuh kemuliaan tadi, 

dia menutupnya dengan sebuah doksologi: Bagi-Nyalah hormat 

dan kuasa yang kekal! Amin. sebab  Allah memiliki seluruh 

kuasa dan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri, maka sudah meru-

pakan kewajiban kita untuk melayangkan seluruh kuasa dan 

penghormatan kepada-Nya.  

(1) Betapa jahatnya dosa itu, saat  dilakukan melawan Allah 

yang sedemikian hebatnya, Sang Penguasa yang satu-satu-

nya dan yang penuh bahagia! Kejahatan dosa meninggi 

mencapai kemuliaan-Nya dan melawannya, sebab  dosa itu 

dilakukan menentang Dia.  

(2) Betapa agungnya Dia merendahkan diri-Nya, demi mem-

perhatikan mahluk yang hina dina seperti kita ini. Siapa-

kah kita ini, sampai-sampai Allah yang penuh bahagia itu, 


 644

Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan, men-

cari-cari kita? 

(3) Berbahagialah orang-orang yang diizinkan untuk bersema-

yam bersama dengan sang Penguasa yang agung dan pe-

nuh bahagia ini. Berbahagialah para isterimu (kata ratu 

Syeba terhadap Raja Salomo), berbahagialah para pegawai-

mu ini yang selalu melayani engkau (1Raj. 10:8). Akan te-

tapi, jauh lebih berbahagia lagi orang-orang yang diperbo-

lehkan untuk berdiri di hadapan Raja segala raja.  

(4) Marilah kita mengasihi, memuja, dan memuji Allah yang 

agung. Sebab siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan 

yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang 

kudus (Why. 15:4).  

IV. Rasul Paulus menambahkan, melalui catatan tambahan, pelajar-

an bagi orang-orang kaya (ay. 17-19).  

1. Timotius harus memperingatkan orang-orang kaya supaya 

waspada terhadap berbagai godaan, dan supaya memperguna-

kan kesempatan yang ada pada mereka itu, yaitu kehidupan 

yang makmur.  

(1) Dia harus memperingatkan mereka terhadap kesombong-

an. Ini adalah dosa yang mudah memerangkap orang-orang 

kaya, yang selalu mendapat senyuman dari dunia. Peri-

ngatkan mereka agar jangan tinggi hati atau menganggap 

diri mereka lebih unggul, atau menjadi angkuh sebab  

kekayaan mereka.  

(2) Dia harus memperingatkan mereka supaya tidak mengan-

dalkan diri pada kekayaan mereka, yang hanya sia-sia saja. 

Peringatkan mereka supaya jangan berharap pada sesuatu 

yang tak tentu seperti kekayaan. Tidak ada satu pun yang 

lebih tidak menentu daripada kekayaan dunia ini. Banyak 

orang memilikinya secara berlimpah pada suatu hari dan 

lalu kehilangan semuanya itu di hari berikutnya. Kekayaan 

tiba-tiba bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali, 

dst. (Ams. 23:5).  

(3)  Dia harus menasihati mereka supaya berharap pada Allah, 

Allah yang hidup, menjadikan-Nya pengharapan mereka, 

yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala 

sesuatu untuk dinikmati. Orang-orang kaya harus menya-

Surat 1 Timotius 6:13-21 

 645 

dari bahwa Allah-lah yang mengaruniai mereka dengan ke-

kayaan dan membiarkan mereka menikmatinya dengan 

berlimpah. Sebab, banyak orang yang kaya namun  tidak me-

nikmatinya, sebab  mereka tidak tergerak untuk memper-

gunakannya. 

(4) Dia harus memperingatkan mereka untuk berbuat baik de-

ngan apa yang mereka punya (sebab apa gunanya kekaya-

an, selain memberikan manusia kesempatan untuk ber-

buat banyak kebaikan?): agar mereka menjadi kaya dalam 

kebajikan. Orang yang benar-benar kaya adalah yang kaya 

dalam kebajikan. Agar mereka suka memberi dan membagi: 

bukan hanya melakukannya, namun  melakukannya dengan 

senang hati, sebab Allah mengasihi orang yang memberi 

dengan sukacita. 

(5) Dia harus memperingatkan mereka untuk memikirkan du-

nia yang lain dan bersiap untuk menghadapi masa depan 

dengan berbuat baik: dan dengan demikian mengumpulkan 

suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu 

yang akan datang, supaya mereka memperoleh hidup yang 

kekal. 

2. Demikianlah kita dapat mengamati,  

(1)  Para hamba Tuhan tidak boleh segan terhadap orang-orang 

kaya. Sekalipun mereka amat kaya, para hamba Tuhan 

harus tetap berbicara kepada mereka dan memperingatkan 

mereka. 

(2)  Para hamba Tuhan harus memperingatkan mereka supaya 

waspada terhadap kesombongan dan sifat mengandalkan 

kekayaan mereka: agar mereka jangan tinggi hati dan ja-

ngan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekaya-

an. Gugahlah mereka supaya bergiat melakukan kesalehan 

dan kebajikan: Agar mereka itu berbuat baik, dst.  

(3) Begitulah cara bagi orang-orang kaya untuk mengumpulkan 

suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu 

yang akan datang, supaya mereka dapat memperoleh hidup 

yang kekal. Dalam berbuat baik, kita harus mencari kemu-

liaan, kehormatan, dan ketidakbinasaan, maka hidup kekal 

akan menjadi akhir dari segalanya (Rm. 2:7). 


 646

(4) Inilah pelajaran bagi para hamba Tuhan lewat tugas yang 

diberikan kepada Timotius: peliharalah apa yang telah diper-

cayakan kepadamu. Setiap hamba Tuhan adalah pengemban 

kepercayaan, dan apa yang dipercayakan kepadanya adalah 

sebuah harta yang harus ia pelihara. Kebenaran Allah, 

semua ketetapan Allah, peliharalah semuanya ini, menghin-

dari omongan yang kosong dan yang tidak suci, tidak meng-

gemari kefasihan lidah manusia, yang disebut Rasul Paulus 

sebagai omongan kosong, atau pembelajaran manusia, yang 

kerap menentang kebenaran Allah. Sebaliknya, berpegang 

teguhlah pada firman tertulis, sebab itulah yang dipercaya-

kan kepada kita. Beberapa orang yang sangat membangga-

kan pembelajaran mereka, ilmu mereka, yang disebut pe-

ngetahuan, sudah dicemari olehnya dalam pegangan-pe-

gangan iman mereka dan dijauhkan dari iman Kristus, 

yang merupakan alasan kuat mengapa kita harus memeli-

hara firman Injil yang sudah jelas itu, dan bertekad hidup 

dan mati di dalamnya. Perhatikanlah, 

[1] Para hamba Tuhan sudah selayaknya dinasihati dengan 

sungguh-sungguh untuk memelihara apa yang diper-

cayakan kepada mereka, sebab ini merupakan keper-

cayaan yang besar: Hai Timotius, peliharalah apa yang 

telah dipercayakan kepadamu! Seolah-olah dia berkata, 

“Aku tidak bisa mengakhiri nasihatku tanpa menying-

gung-nyinggung ini lagi. Apa pun yang kaulakukan, 

pastikan engkau memelihara kepercayaan ini, sebab 

kepercayaan ini terlalu be