kesetiaan ini merujuk pada janji yang diucapkan kepada
jemaat untuk tidak menikah, maka kesetiaan itu tidak bisa dise-
but sebagai kesetiaan mereka yang semula. Lagipula, mereka
membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-
malas saja, namun juga meleter, dst. (ay. 13). Perhatikanlah, jarang
orang yang bermalas-malas hanya akan bermalas-malas saja.
Mereka juga akan membiasakan diri untuk meleter dan men-
campuri soal orang lain, merusak hubungan sesama dengan
sesama, dan menebar perselisihan di tengah-tengah saudara. Me-
Surat 1 Timotius 5:3-16
621
reka yang belum mencapai kesungguhan berpikir seperti yang
dituntut dari seorang diaken (atau dari para janda yang diurus
oleh jemaat bersama orang-orang miskin lainnya), hendaklah
mereka kawin lagi, beroleh anak, dst. (ay. 14). Amatilah, jika
pengurus rumah tangga tidak mengurusi urusan mereka sendiri,
namun meleter, maka mereka akan memberikan kesempatan kepa-
da musuh-musuh Kekristenan untuk mencela agama Kristen,
yang tampaknya ada beberapa contoh untuk itu (ay. 15). Dari sini
kita bisa belajar,
1. Dalam jemaat mula-mula, ada perhatian yang diberikan ke-
pada janda-janda miskin, dan ada persediaan untuk kebutuh-
an mereka sehari-hari. Dan jemaat-jemaat Kristus di zaman
sekarang ini harus mengikuti teladan yang begitu baik ini,
sejauh mereka mampu.
2. Dalam pembagian amal atau sedekah jemaat, harus betul-be-
tul diperhatikan bahwa orang yang akan menikmati kebaikan
bersama ini adalah mereka yang paling membutuhkannya dan
paling layak mendapatkannya. Seorang janda tidak boleh
dibawa ke dalam jemaat mula-mula jika ia masih mem-
punyai sanak saudara untuk mengurusnya, atau jika ia tidak
terbukti sudah melakukan pekerjaan baik, namun hidup mewah
dan berlebih-lebihan: Tolaklah pendaftaran janda-janda yang
lebih muda. sebab jika mereka sekali digairahkan oleh
keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu
ingin kawin.
3. Pujian bagi agama, dan nama baik jemaat-jemaat Kristen,
banyak menyangkut masalah tabiat dan perilaku orang-orang
yang dipekerjakan di dalam jemaat, meskipun mereka hanya
mengerjakan pekerjaan yang lebih rendah (seperti yang diker-
jakan para diaken), dan juga menyangkut tabiat dan perilaku
orang-orang yang menerima amal dari jemaat. Jika mereka
tidak berperilaku baik, namun meleter dan mencampuri urusan
orang, mereka akan memberikan kesempatan kepada para
musuh untuk mencela.
4. Kekristenan mewajibkan para penganutnya untuk meringan-
kan beban sahabat-sahabat mereka yang fakir, terutama jan-
da-janda miskin, supaya jemaat tidak dibebani lagi oleh mere-
ka, dan bisa membantu orang yang benar-benar janda. Orang
kaya seharusnya malu membebani jemaat dengan sanak sau-
622
dara mereka yang miskin, sementara jemaat sendiri sudah ke-
sulitan untuk membantu janda-janda yang benar-benar tidak
mempunyai anak cucu yang bisa meringankan beban mereka.
Petunjuk mengenai Para Penatua
dan Disiplin Jemaat
(5:17-25)
17 Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat,
terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. 18
Bukankah Kitab Suci berkata: Janganlah engkau memberangus mulut lem-
bu yang sedang mengirik, dan lagi seorang pekerja patut mendapat upah-
nya. 19 Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali
kalau didukung dua atau tiga orang saksi. 20 Mereka yang berbuat dosa hen-
daklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itu pun takut. 21 Di ha-
dapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesan-
kan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka
dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak. 22 Janganlah engkau
terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-
bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. 23 Janganlah lagi
minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencer-
naanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah. 24 Dosa beberapa orang men-
colok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, namun dosa beberapa
orang lagi baru menjadi nyata kemudian. 25 Demikian pun perbuatan baik itu
segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersem-
bunyi.
Di sini ada petunjuk-petunjuk,
I. Tentang menyokong hamba-hamba Tuhan. Harus dipastikan bah-
wa hamba-hamba Tuhan ditopang kebutuhan hidupnya dengan
rasa hormat (ay. 17): Penatua-penatua yang baik pimpinannya
patut dihormati dua kali lipat (yaitu diurus dua kali lipat, dua kali
lipat dari yang sudah mereka dapatkan, atau dari apa yang dida-
pat orang lain), terutama mereka yang dengan jerih payah berkhot-
bah dan mengajar, mereka yang bekerja lebih keras daripada
orang lain. Cermatilah, yang memimpin adalah dewan penatua,
dan orang yang sama yang memimpin ini adalah orang yang juga
berkhotbah dan mengajar. Dalam jemaat waktu itu, tidak ada satu
orang yang berkhotbah dan orang lain memimpin. Sebaliknya, pe-
kerjaan itu dilakukan oleh satu orang yang sama. Ada sementara
orang yang berpendapat bahwa yang dimaksud Rasul Paulus
dengan penatua-penatua yang baik pimpinannya itu adalah para
penatua awam, yang bekerja untuk memimpin namun tidak meng-
ajar, yang mengurus pengaturan jemaat, namun tidak mencampuri
Surat 1 Timotius 5:17-25
623
urusan menyampaikan firman dan sakramen. Dan saya mengakui
bahwa ini adalah teks Kitab Suci yang paling jelas yang bisa dite-
mui untuk mendukung pendapat seperti itu. Namun, tampak se-
dikit aneh bahwa penatua-penatua yang hanya memimpin harus
dianggap layak dihormati dua kali lipat, padahal Rasul Paulus
lebih mengutamakan berkhotbah daripada membaptis, dan jauh
terlebih lagi ia akan mengutamakan berkhotbah daripada memim-
pin jemaat. Dan lebih aneh lagi bahwa Rasul Paulus tidak menye-
butkan mereka saat berbicara tentang pekerja-pekerja jemaat.
namun , seperti yang tersirat sebelumnya, dalam jemaat mula-
mula, tidak ada satu orang yang berkhotbah dan orang lain me-
mimpin. Sebaliknya, memimpin dan mengajar dilakukan oleh
orang yang sama, hanya saja sebagian orang mungkin lebih
banyak berkhotbah dan mengajar dibandingkan dengan yang lain.
Di sini kita mendapati,
1. Pekerjaan hamba-hamba Tuhan. Pekerjaan itu pada hakikat-
nya terdiri atas dua hal: memimpin dengan baik dan berkhot-
bah serta mengajar. Inilah yang menjadi pekerjaan utama para
penatua di zaman para rasul.
2. Penghormatan yang layak diberikan kepada mereka yang tidak
bermalas-malasan, namun yang berjerih payah dalam pekerjaan
ini. Mereka layak mendapat penghormatan, penghargaan, dan
topangan pemeliharaan dua kali lipat. Rasul Paulus mengutip
sebuah ayat untuk menegaskan perintah mengenai pemeliha-
raan hamba-hamba Tuhan yang mungkin kita anggap tidak
ada di dalam Kitab Suci. Dan hal ini menunjukkan betapa
pentingnya banyak ketetapan di dalam hukum Musa, dan
khususnya dalam hal ini, janganlah engkau memberangus mu-
lut lembu yang sedang mengirik (Ul. 25:4). Binatang yang dipe-
kerjakan untuk mengirik gandum itu (sebab dengan mengirik,
mulut binatang itu mengambil biji gandum dan bukan
membuangnya) diperbolehkan diberi makan sewaktu sedang
bekerja, sehingga semakin banyak pekerjaannya, semakin
banyak pula makanannya. Oleh sebab itu, biarlah para pena-
tua yang berjerih dalam berkhotbah dan mengajar mendapat
persediaan yang baik, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya (Mat. 10:10). Dan ada segudang alasan mengapa ia
harus mendapatkannya. Dari sini kita dapat belajar bahwa,
624
(1) Allah, baik di bawah hukum Taurat maupun sekarang di
bawah Injil, memberi perhatian supaya hamba-hamba-Nya
mendapat persediaan yang baik. Kalau Allah mengurusi
lembu, masakan Ia tidak mau mengurusi hamba-hamba-
Nya sendiri? Lembu hanya mengirik gandum, yang darinya
hamba-hamba-Nya membuat roti yang akan binasa. namun
hamba-hamba Tuhan memecahkan roti kehidupan yang
akan bertahan untuk selama-lamanya.
(2) Menyediakan kebutuhan hidup bagi hamba-hamba Tuhan
adalah sesuai dengan ketetapan Allah, bahwa mereka yang
memberitakan Injil harus hidup dari Injil (1Kor. 9:14), dan
demikian pula itu merupakan apa yang sepantasnya mere-
ka dapatkan, sama seperti upah bagi pekerja. Dan orang
yang membiarkan hamba-hamba Tuhan kelaparan, atau
tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka, pasti akan di-
mintai pertanggungjawaban oleh Allah suatu hari.
II. Mengenai tuduhan terhadap hamba-hamba Tuhan (ay. 19): Ja-
nganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali
kalau didukung dua atau tiga orang saksi. Inilah cara Kitab Suci
menangani tuduhan terhadap seorang penatua, saat dituduh
melakukan suatu kejahatan. Amatilah,
1. Harus ada tuduhan. Yang harus diajukan bukan sekadar
kabar burung yang tidak jelas, namun harus berupa tuduhan,
yang berisi dakwaan tertentu. Lebih jauh lagi, penatua tidak
boleh dituntut dengan cara ditanyai. Cara inilah yang dipakai
dalam tindakan penyidikan masa kini, dengan menyebutkan
kejahatan-kejahatan tertentu kepada seseorang, lalu melihat
apakah dia bisa membersihkan diri dari kejahatan-kejahatan
yang dituduhkan itu, atau dia sendiri yang menuduh diri sen-
diri dengan tuduhan-tuduhan itu. Sebaliknya, menurut nasi-
hat Paulus, harus ada tuduhan yang diajukan terhadap se-
orang penatua.
2. Tuduhan ini tidak boleh diterima kecuali didukung oleh dua
atau tiga orang saksi yang bisa dipercaya. Dan tuduhan itu
harus diterima di hadapan mereka, yaitu tertuduh dan penu-
duh harus berhadapan muka dengan muka, sebab nama baik
seorang hamba Tuhan adalah hal yang peka. Dan sebab itu,
sebelum melakukan apa pun yang dapat mencemarkan nama
Surat 1 Timotius 5:17-25
625
baiknya, harus betul-betul diperhatikan bahwa hal yang ditu-
duhkan kepadanya itu bisa dibuktikan dengan baik, supaya ia
tidak dicela dengan sebuah dugaan yang tidak jelas. Akan
namun (ay. 20) mereka yang berbuat dosa hendaklah ditegur di
depan semua orang. Maksudnya, engkau tidak perlu berlaku
lembut kepada orang lain, namun tegurlah mereka di depan
semua orang. Atau mereka yang berdosa di depan semua
orang harus ditegur di depan semua orang, supaya perban
bisa selebar lukanya, dan supaya orang lain yang ada dalam
bahaya akan berbuat dosa bisa berhati-hati saat melihat
contoh kejatuhan mereka yang ditegur di depan umum itu,
agar yang lain itu pun takut. Perhatikanlah,
(1) Orang-orang yang melakukan dosa memalukan di depan
umum harus ditegur di depan semua orang. Sama seperti
dosa mereka sudah menjadi umum, dan dilakukan di
depan banyak orang, atau setidak-tidaknya terdengar oleh
semua orang, demikian pula teguran kepada mereka harus
diberikan secara umum, dan di depan semua orang.
(2) Teguran di hadapan umum dimaksudkan demi kebaikan
orang lain, supaya mereka takut, juga demi kebaikan pihak
yang ditegur. Oleh sebab itu, telah diperintahkan di dalam
hukum Taurat bahwa para pelanggar di depan umum
harus menerima hukuman di depan umum, supaya seluruh
orang Israel mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka
tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat.
III. Mengenai penahbisan hamba-hamba Tuhan (ay. 22): Janganlah
engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang. Tam-
paknya yang dimaksudkan adalah menahbiskan orang sebagai
hamba Tuhan, yang tidak boleh dilakukan dengan gegabah dan
tanpa pertimbangan, dan sebelum diadakan pengujian yang
semestinya mengenai segala karunia dan anugerah yang mereka
miliki, dan kemampuan serta syarat-syarat yang mereka penuhi
untuk itu. Sebagian orang memahaminya sebagai absolusi (peng-
ampunan dosa): Janganlah terlalu terburu-buru menumpangkan
tangan atas seseorang. Jangan cabut kecaman jemaat pada siapa
saja, sebelum memberi waktu untuk melihat bukti ketulusan
pertobatan mereka. Dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa
orang lain, yang menyiratkan bahwa mereka yang terlalu mudah
626
mencabut kecaman-kecaman jemaat berarti mendorong orang lain
untuk melakukan dosa-dosa yang mudah dimaafkan itu, dan
dengan demikian membuat diri mereka sendiri bersalah atas hal
itu. Amatilah, kita sangat perlu berjaga-jaga setiap saat, supaya
tidak membuat diri kita terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain.
Jagalah kemurnian dirimu, bukan saja dengan tidak melakukan
dosa seperti itu, namun juga dengan tidak membiarkannya, atau
dengan cara apa saja menyalurkan bantuan bagi orang lain untuk
melakukannya. Di sini kita mendapati,
1. Sebuah peringatan supaya tidak terburu-buru menahbiskan
orang sebagai hamba Tuhan, atau mengampuni orang yang
sedang dikecam jemaat: Janganlah engkau terburu-buru me-
numpangkan tangan atas seseorang.
2. Siapa yang terburu-buru, entah dalam menahbiskan orang
sebagai hamba Tuhan atau mengampuni orang yang sedang
dikecam jemaat, akan membuat diri mereka terbawa-bawa ke
dalam dosa orang lain.
3. Kita harus menjaga kemurunian diri kita, jika kita ingin murni.
Anugerah Allahlah yang membuat dan menjaga kemurnian diri
kita, namun kita juga harus berusaha menjaganya sendiri.
IV. Mengenai pengampunan dosa, yang tampak dirujuk dalam ayat
24-25: Dosa beberapa orang mencolok, seakan-akan mendahului
mereka ke pengadilan, namun dosa beberapa orang lagi baru men-
jadi nyata kemudian, dst. Perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan
memerlukan hikmat yang amat dalam, untuk mengetahui cara
menyesuaikan diri dengan berbagai pelanggaran dan pelanggar
yang harus mereka tangani. Dosa beberapa orang begitu jelas dan
kentara, dan tidak perlu lagi diselidiki secara diam-diam, sehingga
tidak bisa dibantah lagi bahwa mereka memang harus dikecam
jemaat. Mereka mendahului pengadilan, atau sudah diketahui
sebelum diadili, dan sesudah itu baru mendapat kecaman dari
jemaat. Dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian,
yaitu kefasikan mereka tidak tampak sekarang, sebelum dilaku-
kan penyelidikan yang semestinya untuk itu. Atau, seperti yang
dipahami sebagian orang, beberapa orang terus berdosa sesudah
dikecam. Mereka tidak diperbaharui oleh kecaman itu, dan de-
ngan demikian tidak boleh mendapat pengampunan. Demikian
pula halnya dengan bukti-bukti pertobatan: Perbuatan baik itu
Surat 1 Timotius 5:17-25
627
segera nyata dan kalau tidak demikian, yaitu kalau perbuatan
baik tidak tampak, maka kefasikan tidak dapat terus tinggal ter-
sembunyi. Dengan begitu, akan mudah membedakan siapa yang
harus diampuni dan siapa yang tidak. Amatilah,
1. Ada dosa rahasia atau tersembunyi, dan ada dosa yang terbuka.
Dosa beberapa orang sempat ketahuan, dan diadili, sementara
dosa beberapa orang lain baru menjadi nyata kemudian.
2. Orang-orang berdosa harus ditangani secara berbeda-beda
oleh jemaat.
3. Dampak dari kecaman jemaat itu sangat berbeda-beda. Seba-
gian orang menjadi rendah hati dan bertobat sebab nya, se-
hingga perbuatan baik mereka segera tampak, sementara yang
lain justru sebaliknya.
4. Yang tidak dapat diperbaharui tidak bisa disembunyikan, sebab
Allah akan membawa ke dalam terang hal-hal yang tersembunyi
di dalam gelap, dan membukakan rahasia semua hati.
V. Mengenai Timotius sendiri.
1. Berikut adalah pesan kepada Timotius untuk menjaga pekerja-
annya dengan hati-hati, dan pesan itu diberikan dengan
sungguh-sungguh: Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan
malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesankan dengan sungguh
kepadamu: bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak
(ay. 21). Perhatikanlah, tidak sepatutnya hamba-hamba Tuhan
memihak, memandang bulu, dan mengutamakan yang satu
daripada yang lain sebab alasan duniawi. Rasul Paulus ber-
pesan kepadanya, demi segala yang mulia, di hadapan Allah
dan Tuhan Yesus Kristus, dan malaikat-malaikat pilihan-Nya,
untuk berjaga-jaga agar ia tidak memihak. Hamba-hamba
Tuhan harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah
dan Tuhan Yesus Kristus, apakah dan bagaimana mereka
menjalankan segala hal yang dipercayakan kepada mereka.
Dan celakalah mereka jika mereka memihak dalam menjalan-
kan pelayanan mereka demi kepentingan duniawi.
2. Rasul Paulus berpesan kepada Timotius supaya ia menjaga
kesehatannya: Janganlah lagi minum air saja, dst. Tampaknya
Timotius adalah orang yang sudah mati terhadap kesenangan
indrawi. Ia hanya minum air, dan ia bukanlah orang yang ber-
628
perawakan kuat. Oleh sebab itu, Rasul Paulus menasihati dia
memakai anggur untuk membantu pencernaannya dan mem-
perkuat tubuhnya. Perhatikanlah, anggur yang boleh diminum
itu hanya sedikit, sebab hamba-hamba Tuhan tidak boleh
minum anggur banyak-banyak. Mereka boleh minum anggur
sebanyak yang diperlukan untuk kesehatan tubuh, dan bukan
untuk merusaknya, sebab Allah membuat anggur untuk me-
nyukakan hati manusia. Perhatikanlah,
(1) Sudah menjadi kehendak Allah supaya orang merawat tu-
buhnya sebagaimana mestinya. Sama seperti kita tidak
boleh menjadikan tubuh sebagai tuan atas diri kita, demi-
kian pula kita tidak boleh menjadikannya budak kita. Se-
baliknya, kita harus menggunakannya dengan begitu rupa
supaya kita sehat dan berguna dalam melayani Allah.
(2) Anggur paling cocok diberikan kepada orang sakit atau
lemah, yang pencernaannya sering terganggu dan yang be-
kerja dengan tubuh yang lemah. Berikanlah minuman keras
itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada
yang susah hati (Ams. 31:6).
(3) Anggur harus digunakan sebagai penolong, dan bukan peng-
hambat, bagi pekerjaan dan kebergunaan kita bagi sesama.
PASAL 6
I. Paulus membicarakan mengenai kewajiban para hamba (ay.
1-2).
II. Mengenai guru-guru palsu (ay. 3-5).
III. Mengenai ibadah dan keserakahan (ay. 6-10).
IV. Apa yang harus dijauhi Timotius, dan apa yang harus dike-
jarnya (ay. 11-12).
V. Sebuah perintah yang sungguh-sungguh (ay. 13-16).
VI. Perintah bagi orang-orang yang kaya (ay. 17-19). Dan ter-
akhir, perintah bagi Timotius (ay. 20-21).
Kewajiban Para Hamba
(6:1-5)
1 Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap
tuan mereka layak mendapat segala penghormatan, agar nama Allah dan
ajaran kita jangan dihujat orang. 2 Jika tuan mereka seorang percaya, ja-
nganlah ia kurang disegani sebab bersaudara dalam Kristus, melainkan
hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, sebab tuan yang
menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang
kekasih. Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. 3 Jika seorang meng-
ajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat yakni perkataan
Tuhan kita Yesus Kristus dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan
ibadah kita, 4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-
apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebab-
kan dengki, cidera, fitnah, curiga, 5 percekcokan antara orang-orang yang
tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira
ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
I. Inilah kewajiban para hamba. Rasul Paulus sebelumnya sudah
membicarakan mengenai berbagai hubungan dalam jemaat, dan
kini dia berbicara mengenai hubungan-hubungan dalam keluarga.
Di sini dikatakan bahwa para hamba menanggung beban perbu-
630
dakan, yang menunjukkan sikap tunduk maupun kerja keras.
Mereka dibebani dengan pekerjaan dan tidak boleh berleha-leha.
Jika Kekristenan mendapati para hamba menanggung beban,
maka ia menghendaki mereka perlu terus menanggung beban itu,
sebab Injil tidaklah membatalkan kewajiban yang diemban siapa
pun, baik sebab hukum alam maupun sebab kesepakatan dua
pihak tertentu. Mereka harus menghormati tuan mereka, meng-
anggap mereka layak mendapat segala penghormatan (sebab me-
reka adalah tuan), layak akan segala hormat, ketaatan, sikap pe-
nurut, dan kepatuhan, yang pantas diharapkan dari para hamba
terhadap tuan mereka. Bukan berarti tuan-tuan mereka itu keku-
rangan dalam hal-hal ini, namun sebab mereka itu tuan, maka
para hamba harus menganggap tuan mereka layak mendapat se-
gala penghormatan yang memang patut mereka terima, agar
nama Allah jangan dihujat orang. Jika para hamba yang memeluk
agama Kristen menjadi kurang ajar dan membangkang terhadap
tuan mereka, maka ajaran Kristus akan dihina gara-gara mereka,
seolah-olah ajaran itu sudah membuat mereka menjadi orang
yang lebih buruk daripada sebelum mereka menerima Injil. Per-
hatikanlah, jika pemeluk agama Kristen berperilaku tidak benar,
nama Allah dan ajaran-Nya terancam dihujat orang-orang yang
mencari kesempatan untuk menghujat nama yang mulia itu, yang
melaluinya kita telah dipanggil. Inilah alasan tepat mengapa kita
semua harus berlaku baik, supaya kita mencegah terbukanya
kesempatan yang dicari-cari banyak orang yang selalu siap untuk
menjelek-jelekkan agama kita. Atau misalnya sang tuan adalah
seorang Kristen yang percaya, dan hambanya juga orang percaya,
apakah ini berarti hamba itu dibebaskan, sebab dalam Kristus
tidak ada hamba atau orang merdeka? Tidak, sama sekali tidak
begitu, sebab Yesus Kristus tidak datang untuk menghapuskan
ikatan hubungan dalam masyarakat, namun justru untuk menge-
ratkannya: Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang
disegani sebab bersaudara dalam Kristus. Sebab, persaudaraan
demikian hanya terkait dengan hak-hak istimewa rohani, bukan-
nya dengan martabat atau keuntungan lahiriah apa pun (bila
orang memakai agama Kristen sebagai alasan untuk menolak
tugas-tugas yang harus mereka jalankan dalam hubungan mere-
ka dengan orang lain, maka orang tersebut sudah salah mema-
hami dan sudah menyalahgunakan agama mereka). Malah seba-
Surat 1 Timotius 6:1-5
631
liknya, hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, sebab
mereka saudara yang percaya dan yang kekasih. Justru para
hamba itu harus menganggap diri mereka sendiri lebih terikat
untuk melayani tuan mereka oleh sebab iman dan kasih yang
mewajibkan orang-orang Kristen untuk berbuat baik. Dan me-
mang itulah inti dari pelayanan mereka. Perhatikanlah, jika kita
memiliki alasan untuk menganggap mereka sebagai saudara yang
percaya dan yang kekasih, dan juga yang menerima berkat pela-
yanan kita, yaitu berkat Kekristenan, maka hal itu merupakan
dorongan yang besar bagi kita untuk melaksanakan tugas kita
terhadap orang lain yang ada hubungan dengan kita. Sekali lagi,
tuan dan hamba yang sama-sama percaya adalah saudara, sebab
di dalam Kristus Yesus tidak ada hamba atau orang merdeka,
sebab kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal.
3:28). Timotius ditunjuk untuk mengajarkan dan menasihatkan
semuanya ini. Para hamba Tuhan bukan saja harus mengabarkan
kewajiban-kewajiban umum semua orang, namun juga kewajiban-
kewajiban dalam hubungan-hubungan khusus.
II. Di sini Paulus memperingatkan Timotius supaya menarik diri dari
orang-orang yang mencemari ajaran Kristus dan menjadikannya
sumber perpecahan, pertengkaran, dan perdebatan: Jika seorang
mengajarkan ajaran lain (ay. 3-5), tidak berkhotbah sesuai dengan
apa yang seharusnya, tidak mengajar dan menasihatkan hal-hal
yang menggalakkan ibadah yang sungguh-sungguh, yaitu jika dia
tidak menuruti perkataan sehat, perkataan yang memiliki
kecenderungan langsung untuk memulihkan jiwa, dan juga, jika
dia tidak menuruti perkataan Tuhan kita Yesus Kristus. Perhati-
kanlah, kita tidak diwajibkan untuk menuruti perkataan apa pun
sebagai pekataan yang sehat kecuali perkataan Tuhan kita Yesus
Kristus. Kepada perkataan Kristus itulah kita harus menurut dan
taat dengan sungguh-sungguh, dan juga kepada ajaran yang
sesuai dengan ibadah kita. Perhatikan, pengajaran Tuhan kita
Yesus adalah pengajaran yang sesuai dengan ibadah. Pengajaran
itu memiliki kecenderungan langsung untuk membuat orang
menjadi saleh. namun orang yang tidak menurut pada perkataan
Kristus ialah seorang yang berlagak tahu (ay. 4) dan suka berteng-
kar, dungu, serta melakukan banyak kekacauan terhadap jemaat,
tanpa tahu apa-apa. Perhatikan, biasanya orang yang paling cong-
632
kak itu justru yang paling sedikit tahu, sebab dengan segala pe-
ngetahuan mereka, mereka justru tidak mengenali diri mereka
sendiri. Penyakitnya ialah mencari-cari soal. Orang-orang yang
melenceng dari pengajaran Kekristenan yang jelas dan sederhana
akan terjebak dalam percekcokan yang menggerogoti kehidupan
dan kuasa agama. Mereka sibuk mencari-cari soal dan bersilat
kata, yang menyebabkan banyak kekacauan dalam jemaat dan
membuka peluang untuk mendatangkan dengki, cidera, fitnah,
curiga. Saat manusia tidak puas dengan perkataan Tuhan Yesus
Kristus dan pengajaran yang sesuai dengan ibadah, ia akan
merangkai pemikiran-pemikirannya sendiri dan memaksakannya
pada orang lain. Ia memakai perkataan sendiri yang diajarkan
oleh hikmat manusia, dan bukannya perkataan yang diajarkan
Roh Kudus (1Kor. 2:13-14). Dengan cara demikian, mereka mene-
bar benih-benih kejahatan dalam jemaat. Itulah sumber percek-
cokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat (ay. 5),
percekcokan yang pelik dan tidak ada gunanya. Perhatikanlah,
orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat adalah mereka yang
sudah kehilangan kebenaran. Alasan mengapa pikiran manusia
tidak lagi sehat adalah sebab mereka tidak berpegang teguh pada
yang ada di dalam Yesus dan mereka mengira ibadah itu adalah
suatu sumber keuntungan, memperalat agama demi kepentingan
duniawi mereka. Dari orang-orang seperti itulah Timotius diperi-
ngatkan untuk menarik diri. Bisa kita perhatikan,
1. Perkataan Tuhan kita Yesus Kristus adalah perkataan yang
sehat, yang paling manjur untuk mencegah atau menyembuh-
kan luka-luka jemaat, serta memulihkan hati nurani yang
terluka. Sebab, Kristus memiliki lidah seorang cerdik pandai,
untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu
(Yes. 50:4). Perkataan Kristus adalah yang terbaik untuk men-
cegah perpecahan dalam jemaat. Sebab, tidak seorang pun
yang mengakui iman di dalam Dia akan melawan kelayakan
atau wewenang perkataan Tuhan dan Guru mereka. Selain itu,
semenjak manusia menyatakan perkataan mereka setara de-
ngan perkataan-Nya, bahkan terkadang mengaku lebih tinggi,
jemaat tidak pernah lagi berlaku benar.
2. Siapa pun yang mengajar sebaliknya dan tidak menurut pada
perkataan yang sehat ini, maka dia adalah seorang yang ber-
Surat 1 Timotius 6:6-12
633
lagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa. Sebab biasanya ke-
congkakan dan kedunguan berjalan beriringan.
3. Paulus mengecam orang-orang yang tidak menurut pada
perkataan Tuhan kita Yesus Kristus dan ajaran yang sesuai
dengan ibadah. Mereka berlagak tahu padahal tidak tahu apa-
apa: tidak tahu perkataan lain yang lebih sehat.
4. Kita belajar mengenai dampak menyedihkan sebab mencari-
cari soal dan bersilat kata. Sikap mencari-cari soal itu menye-
babkan dengki, cidera, fitnah, curiga, dan percekcokan. Saat
manusia meninggalkan perkataan sehat Tuhan kita Yesus
Kristus, mereka tidak akan pernah lagi sepakat dalam perkata-
an lain, baik itu perkataan mereka sendiri maupun yang di-
reka-reka oleh orang lain, melainkan akan terus-menerus ber-
tengkar dan berselisih mengenainya. Hal ini akan menyebab-
kan dengki, saat mereka melihat bahwa perkataan orang lain
lebih disukai daripada perkataan yang sudah mereka agung-
agungkan sendiri. Ini juga akan mengakibatkan kecemburuan
atau prasangka satu dengan yang lainnya, yang di sini disebut
curiga, yang kemudian akan berlanjut menjadi percekcokan.
5. Orang-orang yang terlibat dalam percekcokan itu menampak-
kan diri sebagai orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat
dan yang kehilangan kebenaran, terutama yang bersikap
demikian hanya untuk memperoleh keuntungan, yang mereka
jadikan sebagai ibadah sebab mereka mendewa-dewakan
keuntungan itu. Ini terbalik dengan pendapat Rasul Paulus
yang menganggap ibadah sebagai keuntungan besar.
6. Para hamba Tuhan dan orang-orang Kristen yang baik akan
menarik diri dari orang-orang seperti tadi. Menjauhlah dari
mereka, umat-Ku, dan pisahkan diri kalian, sabda Tuhan:
Menjauhlah dari orang-orang seperti itu.
Nikmatnya Mencukupkan Diri
dan Jahatnya Keserakahan
(6:6-12)
6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak
dapat membawa apa-apa ke luar. 8 Asal ada makanan dan pakaian, cukup-
lah. 9 namun mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam
jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelaka-
634
kan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
10 sebab akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uang-
lah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya de-
ngan berbagai-bagai duka. 11 namun engkau hai manusia Allah, jauhilah se-
muanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan ke-
lembutan. 12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebut-
lah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau
ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
Dengan menyebutkan penyalahgunaan agama Kristen oleh sebagian
orang yang memperalatnya untuk mencapai kepentingan duniawi
mereka, Rasul Paulus,
I. Mengambil kesempatan untuk menunjukkan nikmatnya mencu-
kupkan diri dan jahatnya keserakahan.
1. Nikmatnya mencukupkan diri (ay. 6-8). Sebagian orang meng-
anggap Kekristenan sebagai agama yang menguntungkan bagi
dunia ini. Pengertian mereka itu tidaklah benar. Akan namun ,
benar sekali bahwa, meski Kekristenan tampaknya merupakan
tukar-menukar yang paling merugikan, namun ia merupakan
panggilan yang terbaik di dunia. Orang-orang yang mengguna-
kannya sebagai suatu usaha mencari untung, demi untuk
mencapai tujuan mereka di dunia ini, akan kecewa dan men-
dapatinya sebagai suatu usaha yang merugikan. Akan namun
orang-orang yang mencamkannya sebagai panggilan mereka
dan bertekun di dalamnya, akan mendapatinya sebagai pang-
gilan yang menguntungkan, sebab di dalamnya terdapat janji
kehidupan pada saat sekarang ini dan juga kehidupan yang
akan datang nanti.
(1) Kebenaran yang dipaparkannya ialah bahwa ibadah itu
kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Be-
berapa mengartikannya sebagai ibadah dengan milik yang
secukupnya. Artinya, jika seseorang hanya punya sedikit
harta di dunia ini namun itu cukup untuk menyokong hi-
dupnya, maka dia tidak perlu menginginkan lebih banyak
lagi. Ibadahnya dengan hartanya yang sedikit itu akan men-
jadi keuntungan besarnya. Lebih baik yang sedikit pada
orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang
fasik (Mzm. 37:16). Kita membacanya sebagai ibadah disertai
rasa cukup. Ibadah itu sendiri merupakan keuntungan be-
sar, bermanfaat dalam segala hal. Di mana ada ibadah yang
benar, di sana ada rasa berkecukupan. Orang-orang yang
Surat 1 Timotius 6:6-12
635
sudah mencapai puncak tertinggi rasa berkecukupan de-
ngan ibadah mereka tentunya merupakan orang-orang
paling berbahagia di dunia ini. Ibadah disertai rasa cukup,
yakni rasa cukup kristiani (rasa ini harus berasal dari prin-
sip ibadah) merupakan keuntungan besar. Itulah seluruh
kekayaan dunia ini. Orang yang saleh pastinya akan baha-
gia juga di dunia lain nanti. Dan jika apa yang dia kerjakan
dengan rasa puas dapat membuat dia menyesuaikan diri
dengan keadaannya di dunia ini, maka ia pun merasa
cukup. Di sini kita mendapati,
[1] Keuntungan sebagai orang Kristen, yaitu ibadah disertai
rasa cukup. Ini merupakan jalan yang benar untuk
mendapatkan keuntungan. Ya, ibadah merupakan ke-
untungan itu sendiri.
[2] Keuntungan sebagai orang Kristen itu besar: tidak seperti
sedikit keuntungan para pecinta dunia ini, yang begitu
gemar akan keuntungan duniawi yang hanya sedikit.
[3] Ibadah selalu diiringi rasa cukup dalam berbagai tingkat.
Semua orang saleh sudah belajar bersama-sama dengan
Paulus untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan
(Flp. 4:11). Mereka mencukupkan diri dengan apa pun
yang Allah berikan kepada mereka, yakin bahwa itulah
yang terbaik bagi mereka. Marilah kita semua berusaha
untuk mengejar ibadah yang disertai rasa cukup.
(2) Alasan yang diberikan Paulus di sini ialah, sebab kita tidak
membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak
dapat membawa apa-apa ke luar (ay. 7). Inilah alasan
mengapa kita harus mencukupkan diri dengan sedikit yang
kita punya.
[1] Sebab kita tidak dapat menuntut apa pun sebagai
utang yang harus dibayarkan kepada kita, sebab kita
datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Apa pun
yang kita miliki sesudah kita ada di dalam dunia ini, itu
sebab pemeliharaan Allah saja. namun Dia yang mem-
beri dapat mengambil lagi apa pun dan kapan pun se-
suai kehendak-Nya. Kita memiliki keberadaan kita, tu-
buh kita, hidup kita (yang lebih dari makanan, dan
lebih dari pakaian), saat kita datang ke dunia ini,
636
meski kita datang tanpa sehelai pakaian pun dan tanpa
membawa apa-apa bersama-sama dengan kita. sebab
itu, layakkah kita tidak merasa cukup saat diri dan hi-
dup kita terus dipelihara, sekalipun kita tidak memiliki
apa yang kita inginkan? Kita datang ke dunia ini tanpa
membawa apa pun juga, akan namun Allah memelihara
kita, merawat kita, dan kita sudah dikenyangkan di
sepanjang hidup kita sampai sekarang. Oleh sebab itu,
saat kita menghadapi kesesakan, kita tidaklah lebih
miskin daripada saat kita datang ke dunia ini, dan
kita selalu dipelihara. Oleh sebab itu, marilah kita per-
caya kepada Allah di sepanjang sisa waktu perjalanan
hidup kita.
[2] Kita tidak akan membawa apa-apa waktu kita mening-
galkan dunia ini. Kain kafan, peti mati, dan kuburan,
hanya itu sajalah yang dapat dimiliki orang terkaya di
dunia ini dari seluruh kekayaannya yang melimpah.
Oleh sebab itu, mengapa kita harus bersikap serakah?
Mengapa kita tidak bisa mencukupkan diri dengan
sedikit harta saja, sebab, seberapa banyak pun yang
kita miliki, akan kita tinggalkan juga di belakang nanti?
(Pkh. 5:14-15).
(3) berdasar penjelasan itu, Paulus menyimpulkan, asal
ada makanan dan pakaian, cukuplah (ay. 8). Makanan dan
pelindung, termasuk tempat tinggal dan pakaian. Perhati-
kanlah, jika Allah memberi kita tunjangan keperluan hidup
kita, kita harus mencukupkan diri dengannya, meskipun
kita tidak memiliki keindahan dan kemewahan. Jika sifat
alami kita harus berpuas diri dengan sedikit hal, maka ka-
sih karunia harus berpuas diri dengan lebih sedikit lagi
hal. Meski kita tidak memiliki makanan yang mewah-me-
wah dan pakaian yang mahal-mahal, jika kita memiliki ma-
kanan dan pakaian yang menjadi bagian kita, maka kita
harus mencukupkan diri dengannya. Inilah doa Agur: Ja-
ngan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan; Biar-
kanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku
(Ams. 30:8). Di sini kita melihat,
Surat 1 Timotius 6:6-12
637
[1] Bodohnya menggantungkan kebahagiaan kita pada hal-
hal tadi, padahal kita tidak membawa apa pun ke dunia
ini bersama-sama dengan diri kita, dan kita tidak akan
membawa apa pun bila kita pergi nanti. Apa yang bisa
dilakukan pecinta dunia ini saat kematian melucuti me-
reka dari kebahagiaan dan bagian mereka, dan mereka
harus meninggalkan seluruh benda-benda yang sangat
mereka gemari itu untuk selama-lamanya? Mereka bisa
berkata bersama-sama dengan Mikha yang miskin,
Allahku kamu ambil, apakah lagi yang masih tinggal
padaku? (Hak. 18:24)
[2] Kebutuhan hidup merupakan inti dari keinginan orang
Kristen yang sejati, dan dengan hal-hal inilah dia ber-
usaha mencukupkan diri. Keinginannya bukanlah ke-
inginan yang tidak terpuaskan. Tidak, hanya sedikit,
sedikit kenyamanan dalam hidup ini pun cukup buat-
nya, dan ini saja yang berharap dinikmatinya: Asal ada
makanan dan pakaian.
2. Jahatnya keserakahan. Mereka yang ingin kaya (yang mencon-
dongkan hati mereka pada kekayaan dunia ini, dan bertekad
untuk memilikinya tak peduli dengan cara benar ataupun
salah), terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat (ay. 9). Di
sini tidak disebutkan orang-orang kaya, melainkan orang-
orang yang ingin kaya. Artinya, yang menempatkan kebahagia-
an mereka dalam kekayaan dunia, yang serakah secara berle-
bihan, yang begitu bernafsu dan menggunakan kekerasan un-
tuk memilikinya. Orang-orang seperti itu tak ayal lagi terjatuh
ke dalam pencobaan, ke dalam jerat. Sebab, saat si Iblis meli-
hat ke mana nafsu membawa mereka, dia akan segera meng-
ulurkan umpannya sesuai dengan nafsu mereka itu. Dia tahu
betapa Akhan akan menyukai batangan emas, dan sebab itu-
lah ia meletakkan benda itu di hadapannya. Mereka jatuh ke
dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelaka-
kan. Perhatikanlah,
(1) Rasul Paulus percaya bahwa,
[1] Sebagian orang ingin menjadi kaya. Artinya, mereka be-
nar-benar bernafsu dan tidak bisa dipuaskan selain
dengan kelimpahan besar.
638
[2] Orang-orang seperti itu tidak akan aman atau bukan
tanpa salah, sebab mereka menempatkan diri mereka
dalam bahaya menghancurkan diri mereka sendiri sela-
ma-lamanya. Mereka terjatuh ke dalam pencobaan, jerat,
dst.
[3] Nafsu duniawi itu hampa dan mencelakakan, sebab ke-
duanya menenggelamkan manusia ke dalam keruntuh-
an dan kebinasaan.
[4] Baiklah jika kita menimbang-nimbang jahatnya nafsu
daging duniawi. Nafsu itu hampa, sehingga kita seha-
rusnya merasa malu sebab nya, dan mencelakakan
sehingga kita seharusnya takut terhadapnya, terutama
dengan memikirkan seberapa jauh hal itu dapat men-
celakakan, sebab nafsu itu menenggelamkan manusia
ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
(2) Rasul Paulus menegaskan bahwa akar segala kejahatan
ialah cinta uang (ay. 10). Dosa apakah yang tidak akan me-
nyedot manusia oleh sebab cinta uang? Ini terutama men-
jadi dasar kemurtadan banyak orang dari iman Kristus.
Selagi mereka memburu uang, mereka telah menyimpang
dari iman, meninggalkan Kekristenan, dan menyiksa diri-
nya dengan berbagai-bagai duka. Perhatikanlah,
[1] Apa yang menjadi akar dari segala kejahatan: cinta
uang. Orang mungkin memiliki uang namun tanpa men-
cintainya, namun jika mereka mencintainya dengan ber-
lebihan, maka itu akan mendorong mereka kepada
segala kejahatan.
[2] Orang-orang yang tamak akan meninggalkan iman me-
reka, jika itu menjadi cara untuk mendapatkan uang:
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman. Demas telah mencintai dunia ini
dan meninggalkan aku (2Tim. 4:10). Sebab dunia ini
lebih berharga baginya daripada Kekristenan. Perhati-
kanlah, orang-orang yang menyimpang dari iman ber-
arti menyiksa diri mereka sendiri dengan berbagai-bagai
duka. Orang-orang yang meninggalkan Allah hanya
menimbun kedukaan bagi diri mereka sendiri.
Surat 1 Timotius 6:6-12
639
II. Oleh sebab itu Paulus mengambil kesempatan ini untuk memper-
ingatkan Timotius dan menasihatkannya supaya tetap setia di
jalan Allah dan dalam tugasnya, dan terutama untuk memenuhi
kepercayaan yang diembannya sebagai hamba Tuhan. Dia me-
manggil Timotius sebagai manusia Allah. Para hamba Tuhan me-
mang adalah manusia Allah, dan sebab itu harus berlaku sepan-
tasnya dalam segala hal. Mereka adalah orang-orang yang dipe-
kerjakan bagi Allah, berbakti pada kehormatan-Nya dengan lebih
giat lagi. Para nabi di bawah Perjanjian Lama pun dipanggil seba-
gai manusia Allah.
1. Dia memerintahkan Timotius untuk berhati-hati terhadap si-
kap cinta akan uang yang telah merusak banyak orang: Jauhi-
lah semuanya itu. Melekatkan hati pada hal-hal duniawi tidak
baik dilakukan oleh siapa pun, namun terutama manusia-ma-
nusia Allah yang seharusnya lebih menggemari hal-hal menge-
nai Allah.
2. Untuk mempersenjatai dirinya melawan rasa cinta pada dunia
ini, Paulus menasihati Timotius untuk mengejar hal-hal yang
baik. Kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran
dan kelembutan: keadilan dalam pergaulannya dengan manu-
sia lain, ibadah terhadap Allah, kesetiaan dan kasih sebagai
prinsip hidup untuk menyokong dan membawanya berjalan
terus dalam menjalani keadilan dan ibadah. Orang-orang yang
mengejar keadilan dan ibadah, berdasar kesetiaan dan
kasih, perlu memiliki kesabaran dan kelembutan, yaitu kesa-
baran untuk menanggung teguran dari Sang Pemelihara dan
cacian manusia, dan kelembutan untuk mendidik para penen-
tang dan menghadapi penghinaan serta malapetaka yang di-
lakukan terhadap kita. Perhatikan, tidaklah cukup bagi manu-
sia-manusia Allah untuk menjauhi hal-hal buruk di atas, te-
tapi mereka juga harus mengejar hal-hal yang secara langsung
bertentangan dengan hal-hal tadi. Alangkah hebatnya manu-
sia-manusia Allah yang mengejar keadilan itu! Mereka berjaya
di bumi ini, dan sebab mereka diterima oleh Allah, mereka
pun akan diterima oleh manusia.
3. Dia mendorong Timotius untuk melakukan bagiannya sebagai
seorang pejuang: Bertandinglah dalam pertandingan iman yang
benar. Perhatikanlah, orang-orang yang ingin masuk sorga
harus memperjuangkan jalan mereka menuju ke sana. Pasti
640
ada pertentangan dengan berbagai kejahatan dan godaan, dan
perlawanan dari kuasa-kuasa kegelapan. Perhatikan, perta-
rungan itu baik dan demi kepentingan yang baik, serta akan
membawa hasil yang baik pula. Pertarungan itu adalah pertan-
dingan iman. Kita tidak berjuang secara duniawi, sebab sen-
jata kita dalam perjuangan ini bukanlah senjata duniawi
(2Kor. 10:3-4). Paulus mendorongnya untuk merebut hidup
yang kekal. Perhatikanlah,
(1) Hidup kekal adalah mahkota yang ditawarkan kepada kita
sebagai penyemangat juang dan untuk bertanding dalam per-
tandingan iman yang benar, yaitu perjuangan yang benar.
(2) Itulah yang harus kita rebut sebagai orang-orang yang ta-
kut gagal mendapatkannya dan kehilangannya. Rebutlah
dan jagalah jangan sampai kehilangan.Peganglah apa yang
ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkota-
mu (Why. 3:11).
(3) Kita dipanggil untuk berjuang dan merebut hidup yang kekal.
(4) Ikrar yang diikrarkan oleh Timotius dan semua hamba
Allah yang setia di depan banyak saksi adalah ikrar yang
baik. Sebab mereka berikrar dan terlibat untuk bertanding
dalam pertandingan iman yang benar dan untuk merebut
hidup yang kekal. Panggilan dan ikrar mereka mengharus-
kan mereka untuk melakukan pertandingan itu.
Perintah Tegas Rasul Paulus;
Peringatan mengenai Kekayaan
(6:13-21)
13 Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di
hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di
muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: 14 Turutilah perintah ini,
dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus
Kristus menyatakan diri-Nya, 15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh
Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala
raja dan Tuan di atas segala tuan. 16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk
kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun
tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-
Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin. 17 Peringatkanlah kepada orang-
orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap
pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang
dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinik-
Surat 1 Timotius 6:13-21
641
mati. 18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam
kebajikan, suka memberi dan membagi 19 dan dengan demikian mengumpul-
kan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan
datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. 20 Hai Timotius, peliharalah
apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong
dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa
yang disebut pengetahuan, 21 sebab ada beberapa orang yang mengajarkan-
nya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia me-
nyertai kamu!
Di sini Rasul Paulus memerintahkan Timotius untuk menuruti perin-
tah ini (yaitu seluruh pekerjaan pelayanannya, segala kepercayaan
yang sudah diberikan kepadanya, semua pelayanan yang diharapkan
darinya) dengan tidak bercacat dan tidak bercela. Demikianlah dia
harus bersikap dalam pelayanannya itu supaya dia tidak menempat-
kan dirinya untuk dipersalahkan atau dicemari. Apa saja alasan yang
menggerakkannya supaya berlaku demikian?
I. Paulus memberinya sebuah perintah tegas: Kuserukan padamu di
hadapan Allah supaya melakukan ini. Dia menyerukannya kepada
Timotius sebab dia harus mempertanggungjawabkannya di hari
agung itu di hadapan Allah yang mata-Nya mengawasi kita se-
mua, yang melihat siapa kita dan apa yang kita lakukan: Allah,
yang memberikan hidup kepada segala sesuatu, yang memiliki
hidup dalam diri-Nya sendiri dan merupakan sumber kehidupan.
Ini selayaknya menggiatkan kita untuk melayani Allah yang mem-
beri hidup kepada segala sesuatu. Paulus menyerukannya kepada
Timotius di hadapan Kristus Yesus, yang memiliki kaitan istimewa
dengan dirinya sendiri sebagai hamba dari Injil-Nya: yang telah
mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus.
Perhatikanlah, Kristus mati bukan hanya sebagai korban, melain-
kan juga sebagai martir, dan Dia mengucapkan ikrar yang benar
saat didakwa di hadapan Pilatus, dengan berkata (Yoh. 18:36-
37), Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini: Aku datang ke dalam dunia
ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Ikrar-Nya
yang benar di hadapan Pilatus, Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini,
seharusnya sudah cukup bagi seluruh pengikut-Nya, baik para
hamba-Nya dan juga orang-orang lain, untuk menarik mereka
dari cinta akan dunia ini.
II. Paulus mengingatkannya mengenai ikrar yang sudah dibuat
Timotius sendiri: Telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan
642
banyak saksi (ay. 12), yaitu saat dia dilantik dengan penumpang-
an tangan oleh penatua. Kewajiban tersebut masih harus dilaku-
kannya, dan dia harus menjalaninya serta digerakkan olehnya,
yaitu kewajiban untuk mengerjakan tugas pelayanannya.
III. Paulus mengingatkannya mengenai kedatangan Kristus yang ke-
dua kali: Turutilah perintah ini, hingga pada saat Tuhan kita Ye-
sus Kristus menyatakan diri-Nya. Turutilah sepanjang hidupmu,
sampai Kristus datang pada hari kematianmu untuk melepaskan-
mu dari tugas itu. Turutilah perintah itu dengan hati-hati sampai
kedatangan-Nya yang kedua kali, saat kita semua harus memper-
tanggungjawabkan talenta yang sudah dikaruniakan kepada kita
(Luk. 16:2). Perhatikanlah, Tuhan Yesus Kristus akan menyata-
kan diri-Nya, dan penampakan-Nya itu akan penuh dengan ke-
muliaan, tidak seperti kedatangan-Nya yang pertama kali saat
Dia datang dalam kesederhanaan. Para hamba Tuhan harus
mengarahkan pandangan kepada penyataan diri Tuhan Yesus
Kristus ini dalam segala pelayanan mereka, dan sampai hari itu
tiba, mereka harus menuruti perintah ini dengan tidak bercacat
dan tidak bercela. Dengan menyebut-nyebut tentang penampakan
Kristus, sebagai orang yang menyukainya, Paulus pun gemar
membicarakannya, dan suka membicarakan Dia yang akan me-
nyatakan diri-Nya nanti. Penampakan Kristus itu pasti (Dia akan
menunjukkannya), namun kita tidak berhak mengetahui waktu dan
musimnya, yang disimpan rapat-rapat oleh Bapa dalam kuasa-
Nya sendiri. Biarlah kita mencukupkan diri dengan ini, yaitu
bahwa Dia akan memperlihatkannya pada saatnya, pada waktu
yang dianggap-Nya tepat untuk itu. Perhatikanlah,
1. Di sini Rasul Paulus membicarakan hal-hal yang agung me-
ngenai Kristus dan Allah Bapa.
(1) Bahwa Allah adalah Penguasa yang satu-satunya. Kuasa
para penguasa dunia ini semuanya berasal dari Dia, dan
tergantung pada-Nya. Pemerintah-pemerintah yang ada, di-
tetapkan oleh Allah (Rm. 13:1). Dia adalah satu-satunya
penguasa yang mutlak dan berdaulat, dan benar-benar
merdeka.
Surat 1 Timotius 6:13-21
643
(2) Dia adalah Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh
bahagia, benar-benar bersukacita, dan tidak ada satu hal
pun yang dapat mencemari kebahagiaan-Nya.
(3) Dia adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala
tuan. Semua raja di dunia ini mendapatkan kuasa mereka
dari-Nya. Dia memberikan mahkota-mahkota kepada mere-
ka, dan mereka memegang mahkota itu di bawah-Nya, dan
Dia memiliki kedaulatan penuh atas mereka. Itulah gelar
Kristus (Why. 19:16), tertulis pada jubah-Nya dan paha-Nya,
sebab nama-Nya lebih tinggi dari raja mana pun di dunia ini.
(4) Dialah satu-satunya yang tidak dapat mati. Hanya Dia saja
yang kekal, dan memiliki kekekalan sebab Dia adalah
sumbernya, sebab kekekalan para malaikat dan roh berasal
dari-Nya.
(5) Dia bersemayam dalam terang yang tidak dapat didekati,
terang yang tak terhampiri: tidak seorang pun dapat masuk
ke sorga selain dari orang-orang yang berkenan dibawa-Nya
ke sana dan diakui-Nya masuk ke dalam kerajaan-Nya.
(6) Dia tidak terlihat: Seorangpun tak pernah melihat Dia dan
memang manusia tidak dapat melihat Dia. Mustahil mata
yang fana dapat tahan memandang kemilau kemuliaan
sorgawi. Tidak ada manusia yang dapat melihat Allah dan
hidup.
2. sesudah menyebutkan sifat-sifat yang penuh kemuliaan tadi,
dia menutupnya dengan sebuah doksologi: Bagi-Nyalah hormat
dan kuasa yang kekal! Amin. sebab Allah memiliki seluruh
kuasa dan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri, maka sudah meru-
pakan kewajiban kita untuk melayangkan seluruh kuasa dan
penghormatan kepada-Nya.
(1) Betapa jahatnya dosa itu, saat dilakukan melawan Allah
yang sedemikian hebatnya, Sang Penguasa yang satu-satu-
nya dan yang penuh bahagia! Kejahatan dosa meninggi
mencapai kemuliaan-Nya dan melawannya, sebab dosa itu
dilakukan menentang Dia.
(2) Betapa agungnya Dia merendahkan diri-Nya, demi mem-
perhatikan mahluk yang hina dina seperti kita ini. Siapa-
kah kita ini, sampai-sampai Allah yang penuh bahagia itu,
644
Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan, men-
cari-cari kita?
(3) Berbahagialah orang-orang yang diizinkan untuk bersema-
yam bersama dengan sang Penguasa yang agung dan pe-
nuh bahagia ini. Berbahagialah para isterimu (kata ratu
Syeba terhadap Raja Salomo), berbahagialah para pegawai-
mu ini yang selalu melayani engkau (1Raj. 10:8). Akan te-
tapi, jauh lebih berbahagia lagi orang-orang yang diperbo-
lehkan untuk berdiri di hadapan Raja segala raja.
(4) Marilah kita mengasihi, memuja, dan memuji Allah yang
agung. Sebab siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan
yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang
kudus (Why. 15:4).
IV. Rasul Paulus menambahkan, melalui catatan tambahan, pelajar-
an bagi orang-orang kaya (ay. 17-19).
1. Timotius harus memperingatkan orang-orang kaya supaya
waspada terhadap berbagai godaan, dan supaya memperguna-
kan kesempatan yang ada pada mereka itu, yaitu kehidupan
yang makmur.
(1) Dia harus memperingatkan mereka terhadap kesombong-
an. Ini adalah dosa yang mudah memerangkap orang-orang
kaya, yang selalu mendapat senyuman dari dunia. Peri-
ngatkan mereka agar jangan tinggi hati atau menganggap
diri mereka lebih unggul, atau menjadi angkuh sebab
kekayaan mereka.
(2) Dia harus memperingatkan mereka supaya tidak mengan-
dalkan diri pada kekayaan mereka, yang hanya sia-sia saja.
Peringatkan mereka supaya jangan berharap pada sesuatu
yang tak tentu seperti kekayaan. Tidak ada satu pun yang
lebih tidak menentu daripada kekayaan dunia ini. Banyak
orang memilikinya secara berlimpah pada suatu hari dan
lalu kehilangan semuanya itu di hari berikutnya. Kekayaan
tiba-tiba bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali,
dst. (Ams. 23:5).
(3) Dia harus menasihati mereka supaya berharap pada Allah,
Allah yang hidup, menjadikan-Nya pengharapan mereka,
yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala
sesuatu untuk dinikmati. Orang-orang kaya harus menya-
Surat 1 Timotius 6:13-21
645
dari bahwa Allah-lah yang mengaruniai mereka dengan ke-
kayaan dan membiarkan mereka menikmatinya dengan
berlimpah. Sebab, banyak orang yang kaya namun tidak me-
nikmatinya, sebab mereka tidak tergerak untuk memper-
gunakannya.
(4) Dia harus memperingatkan mereka untuk berbuat baik de-
ngan apa yang mereka punya (sebab apa gunanya kekaya-
an, selain memberikan manusia kesempatan untuk ber-
buat banyak kebaikan?): agar mereka menjadi kaya dalam
kebajikan. Orang yang benar-benar kaya adalah yang kaya
dalam kebajikan. Agar mereka suka memberi dan membagi:
bukan hanya melakukannya, namun melakukannya dengan
senang hati, sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita.
(5) Dia harus memperingatkan mereka untuk memikirkan du-
nia yang lain dan bersiap untuk menghadapi masa depan
dengan berbuat baik: dan dengan demikian mengumpulkan
suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu
yang akan datang, supaya mereka memperoleh hidup yang
kekal.
2. Demikianlah kita dapat mengamati,
(1) Para hamba Tuhan tidak boleh segan terhadap orang-orang
kaya. Sekalipun mereka amat kaya, para hamba Tuhan
harus tetap berbicara kepada mereka dan memperingatkan
mereka.
(2) Para hamba Tuhan harus memperingatkan mereka supaya
waspada terhadap kesombongan dan sifat mengandalkan
kekayaan mereka: agar mereka jangan tinggi hati dan ja-
ngan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekaya-
an. Gugahlah mereka supaya bergiat melakukan kesalehan
dan kebajikan: Agar mereka itu berbuat baik, dst.
(3) Begitulah cara bagi orang-orang kaya untuk mengumpulkan
suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu
yang akan datang, supaya mereka dapat memperoleh hidup
yang kekal. Dalam berbuat baik, kita harus mencari kemu-
liaan, kehormatan, dan ketidakbinasaan, maka hidup kekal
akan menjadi akhir dari segalanya (Rm. 2:7).
646
(4) Inilah pelajaran bagi para hamba Tuhan lewat tugas yang
diberikan kepada Timotius: peliharalah apa yang telah diper-
cayakan kepadamu. Setiap hamba Tuhan adalah pengemban
kepercayaan, dan apa yang dipercayakan kepadanya adalah
sebuah harta yang harus ia pelihara. Kebenaran Allah,
semua ketetapan Allah, peliharalah semuanya ini, menghin-
dari omongan yang kosong dan yang tidak suci, tidak meng-
gemari kefasihan lidah manusia, yang disebut Rasul Paulus
sebagai omongan kosong, atau pembelajaran manusia, yang
kerap menentang kebenaran Allah. Sebaliknya, berpegang
teguhlah pada firman tertulis, sebab itulah yang dipercaya-
kan kepada kita. Beberapa orang yang sangat membangga-
kan pembelajaran mereka, ilmu mereka, yang disebut pe-
ngetahuan, sudah dicemari olehnya dalam pegangan-pe-
gangan iman mereka dan dijauhkan dari iman Kristus,
yang merupakan alasan kuat mengapa kita harus memeli-
hara firman Injil yang sudah jelas itu, dan bertekad hidup
dan mati di dalamnya. Perhatikanlah,
[1] Para hamba Tuhan sudah selayaknya dinasihati dengan
sungguh-sungguh untuk memelihara apa yang diper-
cayakan kepada mereka, sebab ini merupakan keper-
cayaan yang besar: Hai Timotius, peliharalah apa yang
telah dipercayakan kepadamu! Seolah-olah dia berkata,
Aku tidak bisa mengakhiri nasihatku tanpa menying-
gung-nyinggung ini lagi. Apa pun yang kaulakukan,
pastikan engkau memelihara kepercayaan ini, sebab
kepercayaan ini terlalu be