Minggu, 29 Desember 2024

alkitab polemik 2

 


atas. Masalahnya terletak pada pertanyaan Shabbir itu sendiri. 

Shabbir berusaha memberi  dukungan atas argumennya dengan 

menyebutkan bahwa Kejadian 7:8-9 telah membuktikan masuknya 

binatang-binatang ini  ke dalam bahtera secara sepasang-sepasang. 

Namun perlu diperhatikan, bahwa ayat ini tidak berbicara mengenai 

sepasang-sepasang binatang yang masuk ke dalam bahtera, melainkan 

hanya menyebutkan bahwa pasangan binatang yang tidak haram dan yang 

haram, atau burung-burung dan semua makhluk yang masuk ke dalam 

bahtera, jantan dan betina. 

Alasan memasukkan binatang yang tidak haram sebanyak tujuh pasang 

mudah dipahami: yaitu  sebab  mereka digunakan sebagai persembahan 

korban bakaran sesudah  banjir surut (seperti yang diceritakan dalam 

Kejadian 8:20). Seandainya binatang-binatang yang tidak haram ini tidak 

lebih dari satu pasang, tentu mereka akan punah sesudah  mereka 

dipersembahkan di mezbah. Sedangkan untuk binatang-binatang dan 

burung-burung yang haram, satu pasang saja sudah cukup  sebab  mereka 

tidak diperlukan sebagai korban bakaran. 


11. Apakah Daud menawan 1.700 (2 Samuel 8:4) atau 7.000 (1 

Tawarikh 18:4) orang pasukan berkuda? 

(Kategori: kekeliruan penulis ulang) 


 

Ada dua kemungkinan untuk menyelesaikan perbedaan ini. jawaban 

pertama yang paling meyakinkan adalah analisa menurut Keil dan Delitzh 

(hal. 360). Baca 2 Samuel 8:4, dimana teks aslinya berbunyi: “Daud 

menawan daripadanya seribu kereta perang, tujuh ribu pasukan berkuda…” 

Mereka memperlihatkan bahwa kata yang digunakan untuk menyebut 

kereta perang (rekeb, chariot) telah terhapus tanpa sengaja oleh para 

penyalin ketika meng-copy ulang kitab 2 Samuel 8:4. Maka untuk bilangan 

7.000 pasukan berkuda (untuk parasim, yaitu horsemen), mereka 

melihatnya sebagai 700, dan bukan 7.000 untuk alasan yang sederhana, 

yaitu tidak mungkin seorangpun yang akan menulis bilangan 7.000 sesudah  

ia menuliskan bilangan 1.000 dalam kesatuan tulisan yang sama. 

Lenyaplah kata rekeb ini mungkin telah dimulai sejak penyalin yang awal-

awal, sedangkan penyesuaian angka dari 7.000 ke 700 dilakukan oleh 

penulis yang berikutnya. Kendati demikian semua kemungkinan yang ada 

menunjukkan bahwa angka di dalam Tawarikh adalah benar, dan jumlah 

yang disebut dalam kitab Samuel perlu disesuaikan dengan angka ini . 

Penyelesaian yang kedua berangkat dari pemikiran bahwa pengurangan 

jumlah menjadi 700 adalah atas pengertian bahwa setiap gugus pasukan 

terdiri dari 10 orang pasukan berkuda, dengan demikian jumlah mereka 

semua adalah 7.000 orang pasukan berkuda. 

(Archer 1982:184: Keil & Delitzh 1946:360; Light of Life II 1992:182). 

12. Apakah Salomo memiliki 40.000 kandang kuda (1 Raja-raja 4:26) 

atau 4.000 kandang kuda? (2 Tawarikh 9:25) 

(Kategori: kesalahan penulis ulang, atau salah memahami isi cerita) 

Ada beberapa cara untuk menjawab pertanyaan di atas. Yang paling mudah 

dipahami adalah dengan mengingat kembali penjelasan pada nomor 5 dan 

6 di atas, dimana dalam naskahnya ada  sejumlah tanda-tanda 

perpuluhan dalam suatu bilangan telah buram dan berubah bentuk  sebab  

digunakan terlalu sering. 

Sebagian lagi percaya, bahwa kandang kuda yang disebutkan dalam 2 

Tawarikh adalah kandang gandengan yang lebih besar dan yang masing-

masing dapat menampung 10 ekor kuda (jadi setiap kandang gandengan 

dengan 10 kandang). Dengan demikian 4.000 kandang kuda gandengan 

sama saja dengan 40.000 kandang kuda yang kecil. 

Komentator lain menyebutkan bahwa jumlah kandang kuda yang 

disebutkan dalam 1 Raja-raja adalah jumlah kandang yang dimiliki oleh 

Raja Salomo pada awal pemerintahannya, sedangkan jumlah yang ada  

dalam 2 Tawarikh adalah jumlah kandang yang ia miliki pada masa akhir 

kekuasaannya. Salomo memerintah selama 40 tahun, bukan tidak mungkin 

ada banyak perubahan terjadi selama masa itu. Masuk akal bahwa Salomo 


 

mengurangi jumlah perangkat militer jenis ini yang tadinya berasal dari 

ayahnya, Daud. 


13. Menurut penulis, apakah Raja Israel, Baesa meninggal pada tahun 

ke 26 pemerintahan Raja Asa (1 Raja-raja 15:33) atau ia masih hidup 

sampai tahun ke 36 pemerintahan Raja Asa? (2 Tawarikh 16:1) 

(Kategori: salah memahami konteks sejarah, atau kesalahan penulis ulang) 

Ada dua kemungkinan untuk menafsirkan permasalahan ini. yang pertama, 

para peneliti telah menyimpulkan bahwa 36 tahun pemerintahan Raja Asa 

harus dihitung mulai dari penarikan kesepuluh suku terhadap suku Yehuda 

dan Benyamin yang menjadikan negerinya dalam dua bagian, yaitu negeri 

Yehuda dan Israel. Bila kita melihatnya dari sudut ini, maka 36 tahun 

masa-masa kerajaan yang terpecah dua itu akan menjadi 16 tahun masa 

pemerintahan Raja Asa. Hal ini didukung oleh data-data yang tertulis dalam 

Buku Raja-raja Yehuda dan Israel, maupun catatan-catatan kontemporer 

yang mengikuti kebiasaan-kebiasaan ini. (catatan: untuk penjelasan hal ini, 

 

Keil dan Delitzsch (hal 366-367) memperkirakan bahwa angka 36 (dalam 2 

Tawarikh 16:1) dan angka 35 (dalam 15:19) merupakan kesalahan para 

penulis ulang untuk angka asli 16 dan 15. Hal ini serupa dengan 

pertanyaan pada nomor 5 dan 6 di atas. Tetapi, angka pada ayat ini ditulis 

dalam huruf alfabet Ibrani (bukan dalam tipe huruf Mesir yang digunakan 

dalam Elephantine Papyri, seperti pertanyaan no 5 dan 6). Oleh  sebab  itu 

sangat mungkin bahwa angka 16 tertukar dengan angka 36. Alasannya, 

kerena sampai dengan abad VII SM angka yod (10) amat serupa dengan 

angka lamed (30) dengan beda dua goresan kecil yang terletak di sebelah 

kiri dari garis goresan tegak. Ketika gulungan kertas ini  menjadi 

pudar, maka kedua huruf ini  menjadi sulit untuk dibedakan dimana 

yod tampak seperti lamed. Kesalahan sangat mungkin terjadi pada pasal 

yang lebih awal dalam 2 Tawarikh 15:19 (yang salah menulis ulang angka 

35 dari aslinya 15). Untuk menjaga konsistensinya dalam pasal 16:1, 

penyalin yang sama (atau yang berikutnya) menyimpulkan bahwa angka 

16 adalah angka yang salah. Seharusnya ia itu angka 36, dan itulah yang 

ditulis ulang tanpa bermaksud untuk menjahili Alkitab dalam arti kata 

negatif yang manapun! 

(Archer 1982:226: Keil & Delitzch 1949:366-167: Light of Life II 1992:194) 

14. Apakah Salomo menunjuk 3.600 orang mandor (2 Tawarikh 2:2) 

untuk membangun rumah Tuhan, atau hanya 3.300 orang? (1 Raja-

raja 5:16) 


 

(Kategori: salah memahami maksud penulis) 

Hal ini bukanlah masalah besar. Seperti penyelesaian permasalahan 

sebelumnya, penulis Kitab 2 Tawarikh ini memasukkan 300 orang yang 

dipilih untuk menjadi mandor cadangan seandainya ada diantara para 

mandor kepala yang sakit atau meninggal, sementara penulis kitab 1 Raja-

raja 5:16 hanya mencakupi jumlah mandor yang aktif bekerja (disebut 

dalam Kitab Raja-raja sebagai mandor kepala). Dengan jumlah sebesar 

3.300 orang, tentu saja dari waktu ke waktu akan ada  mandor kepala 

yang sakit atau meninggal, sehingga diperlukan mandor cadangan yang 

siap menggantikan mereka. 


 

15. Apakah Salomo membangun sebuah “laut” yang dapat menampung 

(berisi) 2.000 bat air (1 Raja-raja 7:26) atau menampung (berisi) 

3.000 bat? (2 Tawarikh 4:5) 

(Kategori: salah memahami maksud penulis atau kesalahan penulis ulangi) 

Dalam terjemahan bahasa Ibrani, dipakai kata kerja “berisi” dan “memuat” 

yang berarti agak berbeda dengan terjemahan yang cenderung berarti 

“menerima”. Artinya adalah bahwa dalam kondisi biasa “laut” ini  

berisi 2.000 bat air. Tetapi secara maksimal “laut” ini  dapat 

menampung (memuat) sampai 3.000 bat air. Dengan kata lain, penulis 

Kitab Tawarikh hendak memberitahukan bahwa kolam yang biasanya berisi 

2.000 galon air, pada saat itu diisi sampai 3.000 galon air. 

Penjelasan lainnya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, angka 2.000 

dalam bahasa Ibrani memiliki kemiripan dengan angka 3.000, ketika ditulis 

dalam huruf alfabetis seperti halnya kasus-kasus ini. 

Shabbir (dalam debatnya dengan Jay Smith di Birmingham, UK tanggal 25 

Februari 1998) pernah mengutip “pertentangan” ini dan menambahkan 

bahwa jika kolam ini  memiliki diameter 10 hasta maka ia tidak akan 

mungkin memiliki keliling sepanjang 30 hasta seperti yang disebutkan 

dalam ayat di atas ( sebab  jika dihitung dengan rumus “pi”, maka keliling 

kolam ini  seharusnya adalah 31,416 hasta atau diameternya 9,579 

hasta). 

Shabbir berkelakar-ria dengan mengatakan, “Carikan saya kolam seperti itu 

dan saya bersedia dibaptis di dalamnya!” Sayangnya, Shabbir tidak 


membaca ayat di atas secara keseluruhan atau ia hanya sekedar membuat 

humor kotor dan murahan. Mengapa?  sebab  ayat ini  menyebutkan 

bahwa kolam ini  tebalnya 8 cm dan sekeliling tepinya berbentuk 

bunga bakung. Oleh  sebab  itu ukuran ini  tergantung dari mana 

diukurnya. Diukur dari bagian atas atau bagian bawah, dari tepi dalam atau 

dari tepi luar, semua itu akan memberi  ukuran diameter dan keliling 

yang berbeda. 

Dengan kata lain, Shabbir pasti dapat dibaptis di dalamnya, jikalau ada 

orang yang mau direpoti dirinya untuk membuat sebuah replikanya. 



16. -21. Apakah jumlah orang Israel yang dibebaskan dari perbudakan 

babel tepat seperti yang tertulis di dalam Kitab Ezra (Ezra 

2:6,8,12,15,19,28), ataukah seperti yang tertulis di dalam Kitab 

Nehemia? (Nehemia 7:11,13,17,20,22,32) 

(Catatan:  sebab  nomor 16-21 berurusan dengan sensus yang sama, saya 

menggabungkannya dalam satu jawaban) 

(Kategori: kurang dipahami dalam konteks historis) 

Dalam pasal 2 Kitab Ezra dan dalam pasal 7 Kitab Nehemia ada lebih 

kurang tiga puluh tiga rumpun keluarga yang tercatat dalam kedua daftar 

itu untuk orang-orang Israel yang kembali dari Babel ke Yudea. Dari ke-33 

rumpun keluarga yang terdaftar dalam Ezra dan Nehemia, 19 diantaranya 

adalah identik, sedangkan 14 sisanya menunjukkan perbedaan dalam 

jumlah anggota dalam rumpun-rumpun keluarga ini  (walaupun 

Shabbir hanya menyebut 6 daripadanya). Ada dua rumpun keluarga yang 

berbeda 1; satu yang berbeda 4; dua yang berbeda 6; ada dua yang 

berbeda 9; ada satu yang berbeda 11; ada dua lagi yang berbeda 100; 

satu lainnya berbeda 201; satu lain lagi berbeda 105; satu rumpun lain lagi 

berbeda 300; dan perbedaan yang paling besar adalah jumlah bagi 

keturunan Azgad, sehingga ada perbedaan jumlah 1.100 orang antara 

catatan di Ezra 2 dan di Nehemia 7. 

Lalu, bagaimana dapat kita mempertanggungjawabkan perbedaan hitungan 

dalam ke-14 rumpun itu? Jawabannya sangat sederhana. Andaikata 

Shabbir telah mempelajari sejarah kedua daftar catatan ini  secara 


seksama, pasti ia tidak akan membuang waktunya dalam mengemukakan 

pertanyaannya ini. kenyataan bahwa ada kesamaan dan perbedaan 

hitungan yang dicatat secara bersamaan seharusnya menuntunnya kepada 

solusinya (sebagaimana penjelasan yang Anda sedang baca ini juga sedang 

menuju kepada kesimpulan yang sama). 

Ada dua faktor penting yang harus dipertimbangkan waktu menyelidiki 

perbedaan dalam kedua daftar ini. 

Yang pertama, adalah probabilitas bahwa walaupun anggota-anggota 

rumpun-rumpun keluarga yang disebut telah pada mulanya mendaftarkan 

namanya dengan niat berangkat; tetapi dengan berjalannya waktu dalam 

persiapannya, kemungkinan ada beberapa yang meninggal dunia, ada pula 

lainnya yang berhalangan  sebab  sakit, atau masalah-masalah yang lain 

yang tak teratasi, sehingga angka jumlah terakhir yang berangkat tidak 

sama seperti yang semula terdaftar untuk berangkat. Siapapun yang 

mengurus perjalanan tur massal atau para pengungsi yang mau pulang ke 

kampung halamannya akan mengerti bahwa ini adalah soal yang wajar 

saja. 

Faktor kedua yang lebih penting adalah keadaan yang berbeda ketika 

kedua sensus itu diadakan (suatu faktor penting yang sama sekali tidak 

diketahui oleh Shabbir). Dalam Ezra dicatat pada waktu mereka masih 

berada di Babel (sekitar tahun 450‟an SM), sebelum terjadi pemulangan ke 

Yerusalem (Ezra 2:1-2), sedangkan daftar Nehemia dicatat di Yudea 

(sekitar 445 SM), sesudah  tembok-tembok Yerusalem dibangun kembali 

(Nehemia 7:4-6). Selisih sekian tahun di antara saat-saat pembuatan 

kedua daftar ini  (sekitar 5-10 tahun) tentu akan mempengaruhi 

jumlah masing-masing rumpun keluarga melalui kematian atau sebab-

penyebab lainnya. 

Kebanyakan ahli riset percaya bahwa Nehemia mencatat mereka-mereka 

yang sesungguhnya telah tiba di Yerusalem di bawah pimpinan Zerubabel 

dan Yeshua pada  537 atau 536 SM (Nehemia 7:7). Ezra, sebaliknya, 

menggunakan daftar-daftar awal yang mencatat nama-nama mereka yang 

semula menyatakan rencananya untuk bergabung dalam rombongan yang 

mau berangkat dari Babel dan kembali pada tahun 450‟an SM itu. 

Perbedaan di antara kedua daftar itu hanya menunjukkan bahwa ada 

faktor-faktor baru yang menyebabkan sebagian untuk tidak jadi berangkat. 

Mungkin ada beberapa yang berselisih, dan yang lain menunda 

keberangkatan  sebab  urusan bisnis, lain lagi yang meninggal atau jatuh 

sakit, dan dalam rumpun-rumpun lain ada yang pada akhirnya mengambil 

keputusan untuk berangkat yang semua telah berencana untuk tinggal di 

Babel. Hanya rumpun-rumpun keluarga atau kelompok-kelompok kota 

yang mengalami jumlah yang berkurang. Sisanya justru menambah rekrut-

rekrut baru pada jumlahnya, ada yang hanya seorang sampai ada yang 

1.100 orang. 

Waktu memeriksa daftar nama kita temui ada beberapa nama yang dicatat 

dalam bentuk alternatif. Di antara orang Yahudi pada zaman itu (yang juga 

sama untuk suku-suku lain di Timur Tengah waktu itu), seorang memiliki 

nama, title dan juga nama keluarga. Jadi, anak-anak Harif (Nehemia 7:47) 

juga adalah anak-anak Siaha (Ezra 2:44). 

Bila kita mempertimbangkan semua faktor ini, perbedaan jumlah yang ada 

dalam daftar itu seharusnya tidak mengejutkan sedikitpun. Hal yang serupa 

telah terjadi dalam setiap perencanaan dan perubahan jumlah dalam setiap 

migrasi massal dalam sejarah manusia sehingga perubahan jumlah seperti 

itu adalah wajar-wajar saja. 


22. Baik Ezra 2:64 maupun Nehemia 7:66 setuju bahwa jumlah jemaah 

adalah 42.360, namun waktu jumlahnya dihitung, Ezra hanya 

mencapai 29.818 dan Nehemia hanya 31.089? 

(Kategori: kesalahan penulis ulang) 

Ada dua kemungkinan untuk menjawab dilema semu ini. yang pertama dan 

yang paling mungkin adalah kesalahan pencatatan oleh penulis ulang. 

Naskah-naskah asli tentu mempunyai jumlah total yang benar. Tetapi 

disepanjang pekerjaan penyalinan ini, tampaknya ada jurutulis yang salah 

mencatat atau menyalin angka dalam salah satu daftar, dan ketika 

dijumlahkan angka-angka ini , terubahlah jumlah total jemaahnya. 

Ada yang memberi tafsiran lain bahwa ada jurutulis belakangan – dengan 

maksud yang baik – telah mencatat jumlah total keseluruhan jemaah yang 

ada di Yerusalem pada masa si penulis itu hidup, yang  sebab  ini terjadi di 

saat kemudian, jumlah yang tercatatpun menjadi lebih besar. 

Kemungkinan yang lain dikemukakan oleh ahli Perjanjian Lama R.K 

Harrison, yang menyatakan bahwa jumlah 42.000 mungkin saja hanya 

ungkapan metafora, yaitu mengikuti “…pola Kitab Keluaran dan tradisi-

tradisi serupa, dimana jemaah dalam jumlah besar dipakai sebagai simbol-

simbol keagungan Tuhan, dan dalam contoh khusus ini menunjukkan 

pembebasan-mulia yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya yang tertawan 

itu” (Harrison 1970:1142-1143). 

Yang kelihatan salah tidak mengubah kebenaran historis peristiwa itu, 

 sebab  dalam kasus-kasus seperti ini ada bagian Alkitab lain yang 

mengoreksinya (seperti jumlah total dalam contoh yang dibahas ini). 

http://www.buktisaksi.com | Hal  29 

 

sebagaimana pernah ditulis oleh komentator yang terkenal, Matius Henry, 

“Sedikit sekali buku dicetak tanpa kesalahan kecil-kecil; namun para 

penulisnya tidak akan menolak karyanya  sebab  ada kesalahan kecil dalam 

cetakannya, bahkan kesalahan seperti itu tidak akan dipertanggungkan 

kepada penulis ini . Pembaca yang teliti akan mengoreksinya menurut 

konteks atau dengan membandingkannya dengan bagian tulisan lainnya” 


23. Apakah jumlah penyanyi yang mengiringi para jemaah adalah 200 

orang (Ezra 2:65) atau 245 orang (Nehemia 7:67) 

(Kategori: kesalahan penulis ulang) 

Seperti pada pertanyaan nomor 7, ini merupakan kesalahan dari penulis 

ulang, dimana penulis menyalin angka-angka dalam naskah Ezra dengan 

membulatkannya dari 245 menjadi 200 orang. 

 

24. Siapakah nama ibu dari Raja Abia? Mikhaya, anak Uriel dari Gibea 

(2 Tawarikh 13:2), atau Maakha, putri Absalom? (2Tawarikh 11:20 & 

2 samuel 13:27) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Kontradiksi di atas muncul sebagai akibat dari penggunaan kata Ibrani bat, 

yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti anak perempuan dari. 

Walaupun sering digunakan untuk menunjuk keturunan pertama dari anak 

perempuan, ini juga dapat digunakan untuk menunjuk keturunan/kerabat 

yang jauh. Misalnya saja dalam 2 samuel 1:24, yang berbunyi, “Hai anak-

nak perempuan Israel, menangislah  sebab  Saul…” Kata ini digunakan 

sejak 900 tahun sesudah  Israel hidup (yang dipanggil juga Yakub), yang 

menunjuk kepada kaum wanita di Israel, keturunan serta kerabat 

perempuannya. 

Jika kita mengerti hal ini maka „pertentangan‟ di atas tidak akan ada. 2 

Tawarikh 13:2 dengan jelas mengatakan bahwa Mikhaya adalah anak 

perempuan Uriel. Dapat diperkirakan bahwa Uriel menikah dengan Tamar, 

satu-satunya anak perempuan Absalom. Kemudian lahirlah Mikhaya yang 

kemudian menikah dengan Raja Rehobeam dan menjadi ibu dari Abia. 

Sedangkan dalam 2 Tawarikh 11:20 dan 1 Raja-raja 15:2, dikatakan bahwa 

Maakha adalah putri Absalom, hal ini dilakukan  sebab  lebih mudah untuk 

menyebut nama kakeknya yang lebih terkenal dibandingkan nama 

ayahnya. Abishalom adalah nama lain dari Absalom dan Mikhaya adalah 

nama lain dari Maakha. Untuk lebih jelasnya, perhatikan silsilah keluarga di 

bawah ini: 

Uriel Tamar 

Absalom/Abishalom

 

25. Apakah Yosua dan orang-orang Israel menaklukkan Yerusalem 

(Yosua 10:23, 40) atau tidak? (Yosua 15:63) 

(Kategori: salah mengartikan ayat) 

Kedua ayat di atas sesungguhnya memaparkan cerita yang saling 

melengkapi dan serasi. Kebingungan justru timbul  sebab  kesalahan dalam 

mengartikan ayat ini. 

Dalam Yosua 10, disebutkan bahwa raja Yerusalem-lah yang dibunuh, 

sedangkan kotanya tidak ditaklukan (ayat 16-18 dan 22-26). Kelima raja 

Amorit dan tentaranya keluar dari kota-kotanya untuk menyerang Gibeon. 

Yosua dan orang-orang Israel kemudian mengurung mereka dan kelima 

raja ini  melarikan diri ke gua Makeda, dimana tentara Yosua 

menangkap mereka dan membawanya kepada Yosua, serta membunuh 

mereka semua. Ayat 20 menerangkan keberadaan tentaranya, “beberapa 

orang dari mereka dapat lolos dan masuk ke kota-kota (mereka) yang 

diperkuat,” dengan demikian jelas bahwa kota-kota ini  tidak 

ditaklukkan. Jadi hanya rajanya saja yang ditawan sedangkan kotanya 

tidak. 

Yosua 10:28-42 yang mencatat kelanjutan dari kisah perang ini, 

menyatakan bahwa sebagian kota diduduki dan dihancurkan, seperti: 

Makeda, Libna, Lakhis, Eglon, Hebron dan Debir. Dan semua kota ini 

terletak di sebelah barat daya Yerusalem. Raja Gezer dan tentaranya 

dikalahkan di Lakhis (ayat 33) demikian pula kota Yerikho (ayat 30), tetapi 

kedua kota ini tidak diduduki pada waktu itu. Dalam ayat 40 & 41 

digambarkan batas-batas wilayah peperangan ini, serta apa yang terjadi di 

daerah selatan dan barat kota Yerusalem. Dan Gibeon, yang menjadi batas 

sebelah timur daerah ini, masih terletak jauh, yaitu kurang lebih 10 mil dari 

barat laut Yerusalem. Maka dalam Yosua 10 tidak diceritakan bahwa kota 

Yerusalem diduduki. Hal ini diperkuat dalam Yosua 15:63 yang menyatakan 

bahwa Yosua tidak menghalau penduduk setempat dari Yerusalem. 

26. Siapakah ayahnya Yusuf, suami Maria? Apakah Yakub? (Matius 

1:16) atau Eli? (Lukas 3:23) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Jawaban pertanyaan ini mudah tetapi membutuhkan sejumlah penjelasan. 

Para ahli setuju bahwa Matius memberi  silsilah keturunan dari garis 

Yusuf, sedangkan Lukas menuliskannya dari garis Maria, dengan kata lain, 

Yakub adalah ayah dari Yusuf dan Eli adalah ayah dari Maria. 

Kedua cerita di atas mengisahkan tentang kelahiran-virgin Yesus (yang 

berasal dari keperawanan Maria). Matius 1:18-25 memberi  cerita dari 

sisi Yusuf, sedangkan Lukas 1:26-56 menceritakan seluruh isi cerita dari 

sisi Maria. Pertanyaannya sekarang, mengapa nama Yusuf disebutkan 

dalam kedua garis keturunan di atas? Jawabannya mudah saja. Yaitu 

 sebab  Lukas mengikuti tradisi yang berlaku di Ibrani, yang hanya 

menyebutkan nama laki-laki untuk setiap garis keturunan. Oleh  sebab  itu, 

nama Maria tidak disebut melainkan nama suaminya. 

Alasan ini didukung oleh dua fakta keras. 

Pertama, setiap nama dalam garis keturunan (seperti yang ditulis dalam 

kitab Lukas berbahasa Yunani), kecuali nama Yusuf, selalu diberi kata 

sandang (misalnya „the‟ Eli, „the‟ Matat dalam bahasa Inggris, atau dalam 

bahasa Indonesia „sang/yang‟ Eli, „sang/yang‟ Matat). Dalam bahasa 

Indonesia dan Inggris, hal ini tidak jelas ditampakkan, namun pengertian 

dalam bahasa Yunani tambahan kata sandang ini akan merujuk kepada 

garis keturunan dari istrinya Yusuf, bukan Yusuf, tetapi membahasakan 

nama Yusuf untuk memenuhi tradisi Ibrani. 

Kedua, bukti berikutnya dapat dilihat dari Talmud Yerusalem, sebuah 

sumber yang berasal dari orang-orang Yahudi. Sumber ini memperlihatkan 

garis keturunan dari Maria, yang menyatakan bahwa ia adalah anak 

perempuan Eli (Hagigah 2:4) 

(Fruchtenbaum 1993:10-13) 

27. Apakah Yesus keturunan dari garis Salomo (Matius 1:6) atau Natan 

(Lukas 3:31), walaupun keduanya adalah anak-anak Daud? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Pertanyaan ini serupa dengan pertentangan semu pada nomor 26. Telah 

dijelaskan bahwa Matius memberi  garis keturunan dari Yusuf sedangkan 

Lukas memberi  garis keturunan Maria. Jadi jelas bahwa Yusuf adalah 

keturunan Daud dari Salomo sedangkan Maria keturunan Daud melalui 

Natan. 

28. Apakah Yekhonya (Matius 1:12) atau Neri (Lukas 3:27) ayah dari 

Sealtiel? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Sekali lagi, masalah ini muncul  sebab  tidak memahami bahwa garis 

keturunan yang diberikan dari Daud sampai kepada Yesus dicabangkan 

dalam dua garis keturunan yaitu untuk Maria dan Yusuf (lihat nomor 26). 

Perbedaan garis keturunan ini menghasilkan dua orang berbeda yang 

memiliki nama sama yaitu Sealtiel, sebuah nama yang umum digunakan 

oleh orang-orang Ibrani. Oleh  sebab  itu, tidak heran nama ayah mereka 

pun berbeda! 

 

29. Anak Zerubabel yang manakah yang menjadi nenek moyang Yesus 

Kristus, Abihud (Matius 1:13) atau Resa (Lukas 3:27), lalu 

bagaimana dengan Zerubabel di 1 Tawarikh 3:19-20? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Sama seperti pada nomor 28, Sealtiel yang berbeda menghasilkan 

Zerubabel yang berbeda pula. Jadi tidak ada masalah apapun jika nama 

anak mereka berbeda. 

Sama sekali tidak mengherankan jika ada nama Zerubabel anak Sealtiel 

sebagai nenek moyang baik untuk Yusuf maupun Maria. Ingat bahwa 

Matius mengatakan ayah Yusuf adalah Yakub, sedangkan dalam Kejadian 

37-47 Alkitab mencatat ada juga Yusuf anak Yakub lainnya, yang menjadi 

orang kedua yang berkuasa di Mesir. Kita tentu tidak menganggap bahwa 

kedua orang di atas adalah orang yang sama, bukan? Jika demikian berarti 

tidak ada masalah dengan dua nama Zerubabel anak Sealtiel. 

Zerubabel lainnya yang disebutkan dalam 1 Tawarikh 3:19,20, wajar-wajar 

saja merupakan nama Zerubabel yang ketiga. Tidak menjadi masalah. 

Bukankah nama Maria pun menjadi nama sejumlah orang dalam kitab Injil? 

Hal yang sama juga berlaku untuk nama Zerubabel. Zerubabel ini 

kemungkinan adalah sepupu dari Zerubabel yang disebutkan dalam Matius 

1:12, 13. Sebagai perbandingan dari Matius dan 1 Tawarikh, mari 

perhatikan silsilah di bawah ini: 

 

Yekamia Shenasar Pedaya Malkiram Sealtiel 

Yoyakhin 


 

30. Apakah Yoram (Matius 1:8) atau Amazia (2 Tawarikh 26:1) yang 

merupakan ayah dari Uzia? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Jawaban pertanyaan ini hampir sama dengan nomor 24. Sama seperti kata 

bat dalam bahasa Ibrani dapat menunjukkan keturunan yang lebih jauh 

untuk seorang anak perempuan, demikian pula halnya dengan ben untuk 

anak laki-laki. Yesus dalam Matius 1:1 dinyatakan sebagai anak Daud, anak 

Abraham. Kata “anak” disini digunakan untuk menunjukkan bahwa Yesus 

merupakan keturunan dari kedua orang ini . Walaupun saat ini naskah 

kitab Matius tidak tersedia dalam bahasa Ibrani, tetapi jelas bahwa 

Matiuslah (orang Yahudi) yang menulis dari sudut pandang Ibrani dengan 

menggunakan konsep Ibrani tentang “anak”. 

Melihat hal ini, dapat dijelaskan bahwa Amazia adalah ayah dari Uzia 

(disebut juga Azariah). Sedangkan Yoram/Yehoram adalah kakek buyut 

dari Uzia. Garis keturunannya adalah sebagai berikut: Yoram/Yehoram – 

Ahazia – Yoas – Amazia – Azzaria/Uzia (2 Tawarikh 21:4-26:1). 

Tinjauan Matius terhadap silsilah Yusuf dapat diterima,  sebab  tujuannya 

hanya menunjukkan jalur-jalur keturunan saja. Dia mengatakan dalam 

1:17 bahwa ada tiga rangkaian dari empat belas keturunan. Silsilah ini 

mengungkapkan jumlah keturunan serta kaitannya dengan Yesus sebagai 

putra Daud. Dalam bahasa Ibrani, setiap abjad diberi nilai. Jumlah 

keseluruhan nilai bagi nama Daud adalah empat belas, dan mungkin itulah 

sebabnya Matius mengkaitkannya dengan empat belas keturunan dalam 

setiap rangkaian keturunan, demi menggarisbawahi posisi Yesus sebagai 

putra Daud. 

31. Apakah Yosia (Matius 1:11) atau Yoyakhim (1 Tawarikh 3:16) ayah 

dari Yekhonya? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Pertanyaan ini pada dasarnya sama saja dengan nomor 30. Yoyakhim 

adalah ayah dari Yekhonya dan Yosia adalah kakeknya. Hal ini dapat 

diterima, dan berasal dari tinjauan yang jeli dari Matius terhadap sebuah 

garis keturunan, dan bukan dari kesalahan. 

32. Apakah ada empat belas (Matius 1:17) atau tiga belas (Matius 1:12-

16) keturunan dari pembuangan Babel sampai ke Kristus? 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Seperti yang disebutkan Matius dalam 1:17 sebenarnya ada empat belas 

keturunan. Dalam rangkaian pertama ada empat belas nama, rangkaian 

kedua ada lima belas, dan rangkaian ketiga ada empat belas. Tampaknya, 

orang pertama dan terakhir pada masing-masing rangkaian pertama dan 

ketiga, ikut dihitung dalam garis keturunan, namun tidak demikian dengan 

rangkaian yang kedua. Matius telah menuliskan garis keturunan ini  

dengan benar dan itikad baik. Tidak ada kesimpulan mutlak yang dapat 

menyalahkannya. Tetapi jikalau ada sebuah nama atau lebih yang hilang 

dari daftar aslinya  sebab  kesalahan penyalinan, kita tidak akan pernah 

tahu. Dalam situasinya, yang nyata, penjelasan sederhana seperti di atas 

selalu dapat dipahami. 

33. Siapakah ayah dari Selah itu, Kain (Lukas 3:25-26) atau 

Arpakhsad? (Kejadian 11:12) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Meskipun sepertinya tidak ada jawaban mutlak untuk pertanyaan ini, tetapi 

selalu ada penjelasan yang memadai di dalam Alkitab. Kemungkinan besar, 

garis keturunan dalam naskah Masoretic yang ada  pada kitab Kejadian 

sama menerangkan apa yang ditulis oleh Matius dalam daftarnya. Ketika 

kita melihat pada Septuaginta (LXX), kita peroleh nama Kain sebagai ayah 

dari Selah, mempertegas apa yang dikatakan dalam Lukas. Lukas yang 

telah menulis teksnya dalam bahasa Yunani, tampaknya memakai 

Septuaginta sebagai sumber rujukannya. 

Menunjuk pada hal ini  pada Septuaginta, jika kita melihat pada 

Kejadian 11:12, kita temukan bahwa Arpakshad telah berusia 135 tahun, 


bukannya 35 tahun (yang akan memberi  lebih banyak waktu dan 

kemungkinan baginya untuk menjadi kakek dari Selah). 

34. Apakah Yohanes Pembaptis adalah Elia yang akan datang (Matius 

11:14; 17:10-13) atau bukan? (Yohanes 1:19-21) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Matius mencatat perkataan Yesus yang menyatakan bahwa Yohanes 

Pembaptis adalah Elia yang akan datang, sedangkan Yohanes sendiri 

menyangkalnya. Kontradiksi? Kesan ini timbul  sebab  kekurangan 

pemahaman kontekstual dari para pembaca. Para imam dan orang Lewi 

datang kepada Yohanes Pembaptis dan bertanya kepadanya apakah ia 

adalah Elia. (Jika Anda tidak tahu Kitab Suci orang Yahudi, maka 

pertanyaan semacam itu tentu ini  terdengar lucu). Tuhan berfirman 

melalui nabi Maleakhi bahwa Ia akan mengirimkan Elia kepada orang-orang 

Israel pada suatu saat tertentu. Oleh  sebab  itu sebagai orang-orang yang 

menantikan kedatangan Elia, maka wajar saja mereka bertanya kepada 

Yohanes seperti itu. 

Yohanes berusia sekitar 30 tahun ketika hal itu ditanyakan, dan kedua 

orangtuanya sudah meninggal dan hanya ia satu-satunya anak Zakaria dari 

suku Lewi. Jadi ketika ia ditanya apakah ia Elia yang naik ke surga 878 

tahun sebelumnya, jawabannya tentu saja, “Bukan, aku bukan Elia”. 

Sebenarnya, secara tidak langsung dalam Matius 11:11, Yesus pun 

menyatakan bahwa Yohanes bukanlah Elia. Hal ini tampak ketika Yesus 

mengatakan bahwa Yohanes lebih besar dari semua orang yang pernah 

lahir, termasuk Musa dan tentu saja Elia. Bila Yohanes lebih besar daripada 

Elia, tentulah ia bukan Elia. Jadi apa maksud Yesus dengan menyebut 

Yohanes sebagai “Elia yang akan datang”? Malaikat Gabriel (Jibril dalam 

bahasa Arab) berbicara kepada Zakaria mengenai anaknya, Yohanes yang 

belum lahir. Katanya, “Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan 

kuasa Elia untuk membuat hati bapak-bapak berbalik kepada anak-anaknya 

dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan 

dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya.” 

(Lukas 1:17) 

Disini Malaikat menunjuk kepada dua buah nubuatan, yaitu Yesaya 40:3-5 

(perhatikan Lukas 3:4-6 untuk melihat bagaimana hal ini berlaku bagi 

Yohanes Pembaptis) dan Maleakhi 4:5-6 yang menyebutkan, 

“Sesungguhnya Aku akan mengutus Elia kepadamu menjelang datangnya 

hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-

bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-

bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” 

Gabriel tidak salah dengan menyebutkan bahwa Yohanes adalah “Elia yang 

akan datang” seperti yang difirman Tuhan melalui Nabi Maleakhi. 

Jadi, apakah Yohanes adalah Elia? Bukan. Tetapi jika saja tadinya para 

imam dan orang Lewi bertanya, “Apakah engkau yang dikatakan Nabi 

Maleakhi sebagai Elia?” Yohanes tentu akan mengiyakan. 

Yesus dalam Matius 17:11-13 mengatakan bahwa nubuat Maleakhi itu 

benar, tetapi Elia telah datang sebelumnya. Ia mengatakan bahwa “Elia” 

menderita, sama seperti diriNya, akan menderita, “Pada waktu itu 

mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes 

Pembaptis.” Oleh  sebab  itu, jika kita mengerti akan konteks ayat ini, maka 

jelas bahwa Yohanes bukanlah Elia secara jasmani, tetapi ia adalah Elia 

yang dinubuatkan oleh para nabi, yaitu salah seorang utusan yang 

mempersiapkan jalan bagi Mesias, Yesus, “Anak Domba Tuhan, yang 

menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29). 

35. Apakah Yesus akan mewarisi tahta Daud (Lukas 1:32) atau tidak? 

(Matius 1:11; 1 Tawarikh 3:16 & Yeremia 36:30) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani) 

Jawaban dari pertanyaan ini persis sama dengan nomor 26. sesudah  jelas 

bahwa silsilah yang dibuat oleh Matius adalah menurut garis Yusuf, kini 

jelaslah berdasarkan Yeremia 36:30 bahwa tidak seorangpun dari 

keturunan Yusuf (secara fisik) yang akan memenuhi syarat untuk duduk di 

atas tahta Daud,  sebab  ia terhisap dalam keturunan Yekhonia. Tetapi 

Matius menjelaskan, Yesus bukan keturunan Yusuf secara fisik. sesudah  

membuat daftar keturunan Yusuf yang berasal dari keturunan Yekhonya. 

TETAPI Matius menjelaskan bahwa kelahiran Kristus bukanlah melalui benih 

laki-laki. Jadi, Matius menunjukkan bagaimana Yesus membebaskan 

diriNya dari masalah Yekhonya, sehingga Ia dapat tetap duduk di atas 

tahta Daud! 

Sebaliknya, Lukas, menunjukkan bahwa Yesus merupakan keturunan Daud 

bukan dari garis Yekhonya, dan oleh  sebab  itu Ia berhak mewarisi tahta 

bapak leluhur-Nya, daud. Malaikat dalam Lukas 1:32 menyatakan, “Tuhan 

akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, bapak leluhurNya.” Ini adalah 

penetapan ilahi dan bersama dengan garis keturunan badaniah, 

menjadikan Yesus satu-satunya ahli waris yang benar untuk tahta Daud. 

(Fruchtenbaum 1993:12) 

36. Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai saja 

(Markus 11:7; Lukas 19:35), ataukah dengan keledai betina dan 

anaknya? (Matius 21:7) 


(Kategori: salah mengartikan ayat dan salah 

memahami konteks sejarah) 

 

Pernyataan di atas sepertinya menunjukkan 

bahwa Injil saling bertentangan mengenai 

jumlah keledai yang ditunggangi oleh Yesus 

ketika Ia masuk ke Yerusalem. Tuduhan ini  

timbul  sebab  tidak membaca ayat ini dengan 

selayaknya sambil mengabaikan kisah ini secara 

penuh. 

Pertama-tama, haruslah diperhatikan bahwa 

penulis ke-empat Injil semuanya menunjuk pada 

peristiwa yang sama ini. referensi yang agak 

kurang hanyalah dari Yohanes 12:14-15. Markus, Lukas dan Yohanes sama 

menerangkan bahwa Yesus memang duduk di atas seekor keledai. Tidak 

mungkin ada pertentangan  sebab  Yesus tentu tidak dapat duduk di atas 

dua binatang sekaligus! Jadi mengapa Matius menyebutkan ada dua ekor 

binatang? Alasannya jelas. 

Bahkan dengan hanya membaca kitab Matius saja secara tersendiri, kita 

dapat mengetahui bahwa Yesus tidak menunggang dua ekor binatang, 

tetapi hanya menunggang seekor keledai. Perhatikan dua ayat dalam 

Matius 21:5 yang mengutip dua nubuatan dalam Perjanjian Lama secara 

bersamaan (Yesaya 62:11 dan Zakharia 9:9). Matius mengatakan: 

“Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah 

lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."  

(Matius 21:5). Dengan mengatakan “keledai” kemudian “seekor keledai 

beban yang muda”, Zakharia menggunakan struktur dan puisi dalam 

bahasa Ibrani klasik yang dikenal sebagai “pararelisme”, yang mengulang 

sesuatu yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda, sebagai 

sebuah pernyataan yang saling berjejer. Hal ini sangat umum dilakukan 

dalam Alkitab misalnya saja Mazmur 119:105 menyebutkan, “Firman-Mu 

pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” pararelisme yang mengatakan 

satu hal dalam 2 gaya yang dijejerkan. Jelas bahwa pernyataan pararel di 

atas hanyalah menunjuk kepada satu keledai. Oleh  sebab  itu, Matius jelas 

mengatakan bahwa Yesus hanya mengendarai seekor keledai, yang juga 

disepakati oleh ketiga Injil lainnya. 

Jadi mengapa Matius mengatakan bahwa Yesus mengendarai seekor 

keledai muda dan induknya di ayat 7? Alasannya mudah saja, Matius, yang 

menjadi saksi mata (sementara Markus dan Lukas kemungkinan besar 

tidak) menekankan bahwa keledai yang dibawa masih sangat muda, dan 

belum dapat dipisahkan dari induknya. Dan  sebab  keledai ini  masih 

sangat muda dan belum pernah dikendarai sebelumnya ia masih 

bergantung kepada induknya. Jadi induk keledai itu ikut serta maka mereka 

dapat masuk ke Yerusalem lebih mudah  sebab  sang keledai muda akan 

mengikutinya walaupun ia belum pernah ditunggangi dan belum pernah 

dilatih untuk berjalan menyusur jalan. Jadi jelas tidak ada kontradiksi pada 

kedua kitab Injil di atas, melainkan ada tambahan hal-hal yang lebih 

khusus pada kitab Matius, sebagai salah seorang yang menyaksikan 

peristiwa ini . 

Hal di atas hanya satu dari sekian banyak nubuatan mengenai Yesus yang 

digenapi. Yesus menggenapi semua nubuatan yang tergolong dalam 

kendali-Nya maupun yang di luar kendali-Nya untuk 

memanipulasi/rekayasa, termasuk misalnya tempat dan waktu kelahiran-

Nya serta kebangkitan-Nya (Daniel 9:24-26, Mikha 5:1-2, Matius 2:1-6, 

Mazmur 16:10, Kisah Para Rasul 2:24-32). 

Sebagian umat Islam percaya bahwa kitab Taurat juga ber-nubuat 

mengenai Muhammad. Seperti yang disebutkan dalam Surat 7:157 dan 

61:6. Tetapi dapatkah umat Muslim memperagakannya satu kali saja dari 

sumbernya, sementara Yesus dapat terus-menerus memperagakannya! 

37. Dari manakah Simon Petrus tahu Yesus adalah Kristus? Dari 

pewahyuan surga (Matius 16:17), ataukah dari saudaranya Andreas? 

(Yohanes 1:41) 

(Kategori: terlalu mengartikan ayat secara hurufiah) 

Yang ditekankan dalam Matius 16:17 adalah bahwa Simon tidak 

mendengar ucapan ini dari orang lain, melainkan Tuhan sendirilah yang 

menjelaskan kepadanya. Kendati demikian, hal ini  tidak menutup 

kemungkinan bahwa ia pernah diberitahukan oleh orang lain. Yesus 

menegaskan bahwa Petrus bukan meniru apa yang orang lain katakan. 

Petrus telah tinggal dan bekerja bersama-sama Yesus, dan kini jelas-jelas 

tahu bahwa Yesus tidak lain daripada Kristus (Mesias), Anak Tuhan yang 

hidup. 

Yesus tidak bermaksud bertanya, “Siapakah Aku menurut kata orang?” Ia 

bertanya, “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Tetapi Yesus sengaja 

mengkontraskan kedua pertanyaan ini yang berbeda seperti langit dan 

bumi, ditujukan kepada para murid-Nya dan Petrus memberi jawaban pasti 

dari diri-Nya! 

38. Apakah Yesus bertemu pertama kalinya dengan Petrus dan Andreas 

di danau Galilea (Matius 4:18-22) atau di tepi sungai Yordan? 

(Yohanes 1:42-43) 

(Kategori: salah mengartikan ayat) 


Tuduhan di atas menyatakan bahwa salah satu kitab Injil mencatat bahwa 

Yesus bertemu dengan Simon Petrus dan Andreas di danau Galilea, 

sedangkan kitab Injil lainnya menyatakan bahwa Ia bertemu mereka di 

sungai Yordan. Sayangnya, tuduhan di atas langsung gugur  sebab  penulis 

yang berbeda menuliskan kejadian dan tempat pertemuan yang berbeda. 

Kedua-duanya benar. 

Yohanes 1:35 dan seterusnya menyebutkan bahwa Yesus bertemu dengan 

mereka di tepi sungai Yordan, dan mereka menghabiskan waktu 

bersamaNya di sana. Andreas (dan mungkin juga Petrus) adalah murid-

murid Yohanes Pembaptis. Mereka berangkat dari daerah ini dan pergi ke 

Galilea, daerah sekitar Kana tempat dimana Yesus melakukan mujizatNya 

yang pertama. “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama 

dengan ibu-Nya, saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka 

tinggal disitu hanya beberapa hari saja.” (Yohanes 2:12). 

Petrus dan Andreas sendiri berasal dari kota Betsaida (Yohanes 2:44) tetapi 

kemudian mereka tinggal di Kapernaum (Matius 8:14-15, Markus 1:30-31, 

Lukas 4:38-39), beberapa mil dari Betsaida. Mereka berdua bekerja 

sebagai nelayan, maka masuk akal mereka menangkap ikan di kediaman 

mereka selama beberapa hari ini  (pada saat-saat itu Yesus baru 

mulai mengajar dan menyembuhkan orang banyak secara terbuka). 

Dari sinilah Matius memulai kisahnya, yaitu ketika Petrus dan Andreas 

sedang menangkap ikan di danau Galilea, Yesus memanggil mereka untuk 

menjadi pengikut-Nya secara permanen dengan meninggalkan segala 

pekerjaan. Sebelum ini Yesus tidak pernah meminta kepada mereka untuk 

menjadi murid-Nya, tetapi mereka mengikuti-Nya  sebab  telah mendengar 

kesaksian dari Yohanes Pembaptis tentang diri-Nya (Yohanes 1:35-39). 

Dan  sebab  kesaksian ini diperkuat dengan mujizat yang dilakukan Yesus di 

Kana serta ucapan-ucapan Yesus (Yohanes 1:47-51) termasuk saat 

pertemuan mereka dengan Dia (yang ternyata paling bijaksana dan 

sempurna yang pernah hidup di muka bumi), maka dapat dipahami 

mengapa mereka mau meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia (akan 

tidak masuk akal jikalau mereka pergi meninggalkan tempat tinggal 

mereka hanya  sebab  mengikuti orang asing yang bertanya kepada 

mereka, seperti anak-anak yang mengikuti seorang peniup seruling!) 

Tetapi Yesus tidak membujuk/menggoda mereka atau siapapun. Mereka 

mengikuti Yesus  sebab  tahu siapa adanya Dia – seperti yang dikatakan 

oleh semua nabi, yaitu Mesias, Anak Tuhan. 

39. Ketika Yesus bertemu dengan Yairus, apakah anak perempuannya 

“baru saja meninggal” (Matius 9:18) atau “hampir mati”? (Markus 

5:23) 

(Kategori: terlalu mengartikan ayat secara hurufiah) 

Ketika Yairus pergi dari rumahnya, anak perempuannya sakit keras dan 

hampir mati,  sebab  kalau tidak demikian ia tentu tidak akan pergi mencari 

Yesus. Ketika ia bertemu Yesus, ia tidak tahu apakah anaknya sudah mati 

atau belum. Oleh  sebab  itu Yairus bisa melapor tentang posisi anaknya 

yang berada dalam 2 keadaan buruk itu. Ia tidak salah dan Matius 

mencatat tentang sakit parahnya. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah 

bahwa hal itu bukanlah detail penting dari kisah ini atau bagi kita. Masalah 

pokoknya adalah: 

   Anak perempuan Yairus sedang menderita sakit parah 

   Segalanya begitu genting, sehingga bisa saja terjadi: bahwa anak 

perempuan ini sudah mati atau hampir-hampir mati 

   Yairus tahu bahwa Yesus dapat menyembuhkan anaknya, sekaligus 

juga dapat membangkitkannya dari kematian. Dari kacamata Yairus, 

kedua hal ini  tidak ada perbedaan bagi diri-Nya 

Dihadapkan dengan Yesus, Yairuspun tidak membedakan apakah anaknya 

sudah mati atau hampir mati,  sebab  Yesus sanggup melakukan pemulihan 

atas keduanya. 

40. Yesus mengizinkan (Markus 6:8), atau tidak mengizinkan (Matius 

10:9; Lukas 9:3) murid-murid-Nya untuk membawa tongkat dalam 

perjalanannya? 

(Kategori: salah faham pemakaian bahasa Yunani) 

Ada yang menuduh bahwa para penulis Injil saling mengkontradiksi-diri 

tentang apakah Yesus mengizinkan murid-murid-Nya membawa tongkat 

atau tidak dalam perjalanannya. Masalah disini adalah masalah terjemahan 

bahasa. Dalam Matius kita baca terjemahan bahasa Inggris dari bahasa 

Yunani “ktesthe” yang ayatnya diterjemahkan dalam Alkitab King James 

(Authorized) sebagai “Jangan sediakan emas, atau perak ataupun tongkat”. 

Menurut kamus bahasa Yunani kata ini berarti “mengambil untuk diri 

sendiri, mengambil, mendapatkan, mengadakan, dengan cara membeli 

atau lainnya” (Robinson, Lexicon of the New Testament). Oleh sebab itu 

Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus berkata, “Jangan mengadakan apa-

apa untuk menambah pada apa yang ada padamu. Pergilah dengan apa 

yang ada padamu.” 

Matius 10 dan Markus 6 setuju bahwa Yesus memesan kepada murid-

muridNya untuk tidak menambah peralatan apa-apa. Lukas 9:3 juga 

sedikitnya menyetujui kalimat Markus 6:8, dengan menggunakan kata 

bahasa Yunani, (“membawa”); tetapi, berkata pula seperti Matius, “jangan 

(menambah) membawa tongkat, atau tas, atau roti, atau uang”. Tetapi 

Matius 10:10 menambah penjelasan lanjutan: mereka tidak diizinkan untuk 

mengadakan (dengan membeli) tongkat sebagai peralatan tambahan 

khusus mereka dalam perjalanannya. Markus 6:8 kelihatannya 

menunjukkan bahwa hal itu tidak berarti bahwa mereka harus membuang 

tongkat dan kasutnya yang sudah mereka miliki dalam perjalanan mereka 

sebelumnya dengan Yesus. 

Namun demikian, ini bukan jawaban mutlak, hanya suatu kemungkinan. 

Yang kelihatan seolah-olah perbedaan ini adalah begitu sepele sehingga 

sama sekali tidak akan berdampak apa-apa terhadap pengajaran Injil dan 

makna inti di dalam Injil. Kita tidak berpandangan terhadap Injil 

sebagaimana halnya orang-orang Muslim berpandangan terhadap Quran 

mereka (lihat keterangan di depan: definisi Wahyu). Jikalau benar tuduhan 

kaum Muslim bahwa orang Kristen telah salah dan para penerjemah telah 

mengubah kitab Injil yang asli, maka “kontradiksi” elementer dari para 

penerjemah ini tidak akan ada,  sebab  akan mudah mereka hapuskan 

(atau sesuaikan). Membiarkan “kontradiksi-semu” apa adanya itu, justru 

menunjukkan tanda keaslian naskah ini sebagai hasil tulisan manusia 

tentang apa yang telah terjadi. Dan ini jelas menandakan bahwa ia tidak 

diselewengkan dengan rekayasa. 

41. Apakah Herodes berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis 

(Matius 14:2; Markus 6:16), atau bukan? (Lukas 9:9) 

(Kategori: salah mengartikan ayat) 

Sebenarnya, tidak ada pertentangan disini. Dalam Lukas 9:9 dikisahkan 

bahwa Herodes mempertanyakan siapa orang yang luar biasa itu, padahal 

Yohanes telah mati. Selanjutnya dalam Matius 14:2 dan Markus 6:16 

Herodes menjawab pertanyaannya sendiri: sesudah  mempertimbangkan 

siapakah Yesus itu, ia menyimpulkan bahwa Yesus mungkin adalah 

Yohanes Pembaptis yang telah bangkit dari kematian. Herodes belum 

pernah bertemu dengan Yesus, dan ketika betul-betul bertemu dalam 

pengadilannya, ia sadar bahwa Yesus bukanlah Yohanes (Lukas 23:8-11). 

Herodes telah mendengar banyak tentang Yesus dan mengerti pernyataan 

Yohanes bahwa ia mempersiapkan jalan untuk Dia yang akan datang 

(Yohanes 1:15-34). Dan jika saja ia telah mendengar bahwa Yesus 

dibaptiskan oleh Yohanes, ia pasti mengerti benar bahwa kedua orang ini 

berbeda. 

42. Apakah Yohanes Pembaptis mengenali Yesus (Matius 3:13-14) atau 

tidak (Yohanes 1:32-33) sebelum Ia dibaptis? 

(Kategori: salah memahami maksud penulis) 

Pernyataan Yohanes dalam Yohanes 1:33 yang menyatakan bahwa ia tidak 

mengenali Yesus tanpa melihat Roh Kudus turun dan tinggal di atas-Nya, 

menunjukkan bahwa Yohanes tidak dapat memastikan Yesus sebagai 


Mesias tanpa adanya tanda-tanda pasti yang menyertai-Nya. Yohanes 

dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum ia terlahir (Lukas 1”15) dan ia telah 

mengetahui siapa Yesus sejak ia berada dalam kandungan ibunya. Lukas 

1:41-44 menegaskan hal ini, yaitu ketika Maria datang mengunjungi ibu 

Yohanes; salam yang disampaikan oleh Maria membuat Yohanes (yang 

dalam kandungan) melonjak kegirangan  sebab  mengetahui kehadiran 

Maria, sebagai ibu dari Tuhannya. 

Kejadian ini memperlihatkan bahwa ibu Yohanes pun mengetahui siapa itu 

Yesus. Tentunya, sang ibu akan memberitahukan sesuatu tentang Yesus 

kepada Yohanes dalam masa pertumbuhannya (walaupun diperkirakan 

ibunya meninggal ketika Yohanes masih muda). 

Melalui penjelasan yang ia peroleh dari ibunya, ditambah lagi kesaksian 

Roh Kudus di dalam diri Yohanes, maka tanda yang diperlihatkan Roh 

Kudus dalam bentuk burung merpati membuat ia memperoleh konfirmasi 

dari Roh Kudus mengenai apa yang selama ini ia pikirkan. Tuhan 

menghilangkan segala keragu-raguan sehingga Yohanes dapat dengan 

pasti mengenali Yesus tanpa dikacaukan oleh imajinasinya atau oleh 

kesalahan orang lain. 

43. Apakah Yohanes Pembaptis mengenali Yesus (Yohanes 1:32-33) 

atau tidak (Matius 11:2) sesudah  Yesus dibaptis? 

(Kategori: salah mengartikan ayat) 

Yohanes 1:29-36 menjelaskan dengan terang benderang betapa Yohanes 

mengenal Yesus. Kita tidak punya peluang untuk meragukan hal ini! 

seangkan Matius 11:2 terjadi sesudah  peristiwa di atas, dan sementara 

waktu itu berlangsung banyak hal-hal baru. Pengetahuan Yohanes tentang 

Yesus pada mulanya adalah terbatas, dan tampaknya ia tidak mengikuti 

perkembangan selanjutnya yang agak membingungkan dirinya. Ia tidak 

tahu bagaimana bentuk pelayanan Yesus. Matius 3:11,12 mencatat 

beberapa hal saja yang Yohanes ketahui, “Ia akan membaptiskan kamu 

dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia 

akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-

Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api 

yang tak terpadamkan.” Ini merupakan pernyataan Yohanes dalam 

memberi  gambaran tentang Mesias sebagai raja penakluk dan yang 

akan melakukan penghakiman atas orang-orang yang menolak Dia, dan 

yang membawa keadilan serta kedamaian bagi mereka yang mengikuti Dia. 

Yohanes tahu persis tentang hal ini. 

Akan tetapi, Mesias juga digambarkan dalam Alkitab sebagai seorang 

hamba yang menderita akibat perbuatan anak-anak Tuhan. Hal ini dengan 

jelas ditunjukkan dalam Yesaya 53 khususnya ayat 12, “Ia menanggung 

dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.” Yohanes 

juga mengerti hal ini, seperti yang diungkapkannya dalam Yohanes 1:29, 

“Lihatlah, Anak Domba Tuhan, yang menghapus dosa dunia.” 

Yang tidak cukup diketahui Yohanes rupa-rupanya adalah bagaimana 

gambaran Mesias (yang Raja/Hakim) dan gambaran Mesias (yang hamba 

yang menderita) itu saling berinteraksi. Banyak orang beranggapan bahwa 

Mesias akan datang melakukan penghakimanNya pada waktu kedatangan-

Nya. Kenyataannya, hal ini  baru akan terjadi pada saat 

kedatanganNya yang kedua kali (lihat Kisah Para Rasul 1:11). Orang-orang 

Israel bingung dengan sikap Yesus yang enggan bertindak sebagai 

pemimpin militer dan membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa 

Romawi pada saat itu. 

Kebingungan ini diceritakan dalam Lukas 24:13-33, ketika Yesus bercakap-

cakap dengan dua orang pengikut-Nya dalam perjalanan menuju Emaus 

sesudah  kebangkitan-Nya. Pada awalnya mereka terhalang oleh sesuatu 

sehingga mereka tidak dapat mengenali-nya (ayat 16). Mereka 

mengatakan, “Kami mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk 

membebaskan bangsa Israel.” (ayat 21). Harapan mereka benar, tetapi 

mereka salah memahami langkah pertama Tuhan dalam proses penebusan 

dosa dan pembebasan. Yesus mengoreksi kesalahan mereka dalam ayat 

25, 26 dan mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya 

hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan 

para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke 

dalam kemuliaan-Nya?” 

Kesalahpahaman yang serupa rupanya terjadi pada pertanyaan yang 

diajukan oleh Yohanes dalam Matius 11:2. Sekalipun amat yakin pada 

awalnya bahwa Yesus adalah Pembebas bangsa Israel, namun pada 

perkembangan-perkembangan terakhir ia nyaris kehilangan keyakinannya. 

Ia mengharapkan Yesus akan menaklukan tentara Roma dan menegakkan 

kembali kerajaan Israel seperti pada masa pemerintahan Daud, tetapi yang 

terjadi adalah sebaliknya, Yesus malah “mengajar dan berkhotbah di kota 

Galilea” (Matius 11:1) tanpa sedikitpun berbicara mengenai strategi militer. 

Yohanes memastikan ada sesuatu yang tidak beres. Apakah ia salah paham 

tentang peran yang dilakukan oleh sang Mesias? Atau yang lebih parah 

lagi, apakah ia telah salah berpikir bahwa Yesus itu Mesias? Tetapi, 

jawaban Yesus dalam Matius 11:4-6 membuat jelas, “Pergilah dan 

katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang 

buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli 

mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin dibe