atas. Masalahnya terletak pada pertanyaan Shabbir itu sendiri.
Shabbir berusaha memberi dukungan atas argumennya dengan
menyebutkan bahwa Kejadian 7:8-9 telah membuktikan masuknya
binatang-binatang ini ke dalam bahtera secara sepasang-sepasang.
Namun perlu diperhatikan, bahwa ayat ini tidak berbicara mengenai
sepasang-sepasang binatang yang masuk ke dalam bahtera, melainkan
hanya menyebutkan bahwa pasangan binatang yang tidak haram dan yang
haram, atau burung-burung dan semua makhluk yang masuk ke dalam
bahtera, jantan dan betina.
Alasan memasukkan binatang yang tidak haram sebanyak tujuh pasang
mudah dipahami: yaitu sebab mereka digunakan sebagai persembahan
korban bakaran sesudah banjir surut (seperti yang diceritakan dalam
Kejadian 8:20). Seandainya binatang-binatang yang tidak haram ini tidak
lebih dari satu pasang, tentu mereka akan punah sesudah mereka
dipersembahkan di mezbah. Sedangkan untuk binatang-binatang dan
burung-burung yang haram, satu pasang saja sudah cukup sebab mereka
tidak diperlukan sebagai korban bakaran.
11. Apakah Daud menawan 1.700 (2 Samuel 8:4) atau 7.000 (1
Tawarikh 18:4) orang pasukan berkuda?
(Kategori: kekeliruan penulis ulang)
Ada dua kemungkinan untuk menyelesaikan perbedaan ini. jawaban
pertama yang paling meyakinkan adalah analisa menurut Keil dan Delitzh
(hal. 360). Baca 2 Samuel 8:4, dimana teks aslinya berbunyi: “Daud
menawan daripadanya seribu kereta perang, tujuh ribu pasukan berkuda…”
Mereka memperlihatkan bahwa kata yang digunakan untuk menyebut
kereta perang (rekeb, chariot) telah terhapus tanpa sengaja oleh para
penyalin ketika meng-copy ulang kitab 2 Samuel 8:4. Maka untuk bilangan
7.000 pasukan berkuda (untuk parasim, yaitu horsemen), mereka
melihatnya sebagai 700, dan bukan 7.000 untuk alasan yang sederhana,
yaitu tidak mungkin seorangpun yang akan menulis bilangan 7.000 sesudah
ia menuliskan bilangan 1.000 dalam kesatuan tulisan yang sama.
Lenyaplah kata rekeb ini mungkin telah dimulai sejak penyalin yang awal-
awal, sedangkan penyesuaian angka dari 7.000 ke 700 dilakukan oleh
penulis yang berikutnya. Kendati demikian semua kemungkinan yang ada
menunjukkan bahwa angka di dalam Tawarikh adalah benar, dan jumlah
yang disebut dalam kitab Samuel perlu disesuaikan dengan angka ini .
Penyelesaian yang kedua berangkat dari pemikiran bahwa pengurangan
jumlah menjadi 700 adalah atas pengertian bahwa setiap gugus pasukan
terdiri dari 10 orang pasukan berkuda, dengan demikian jumlah mereka
semua adalah 7.000 orang pasukan berkuda.
(Archer 1982:184: Keil & Delitzh 1946:360; Light of Life II 1992:182).
12. Apakah Salomo memiliki 40.000 kandang kuda (1 Raja-raja 4:26)
atau 4.000 kandang kuda? (2 Tawarikh 9:25)
(Kategori: kesalahan penulis ulang, atau salah memahami isi cerita)
Ada beberapa cara untuk menjawab pertanyaan di atas. Yang paling mudah
dipahami adalah dengan mengingat kembali penjelasan pada nomor 5 dan
6 di atas, dimana dalam naskahnya ada sejumlah tanda-tanda
perpuluhan dalam suatu bilangan telah buram dan berubah bentuk sebab
digunakan terlalu sering.
Sebagian lagi percaya, bahwa kandang kuda yang disebutkan dalam 2
Tawarikh adalah kandang gandengan yang lebih besar dan yang masing-
masing dapat menampung 10 ekor kuda (jadi setiap kandang gandengan
dengan 10 kandang). Dengan demikian 4.000 kandang kuda gandengan
sama saja dengan 40.000 kandang kuda yang kecil.
Komentator lain menyebutkan bahwa jumlah kandang kuda yang
disebutkan dalam 1 Raja-raja adalah jumlah kandang yang dimiliki oleh
Raja Salomo pada awal pemerintahannya, sedangkan jumlah yang ada
dalam 2 Tawarikh adalah jumlah kandang yang ia miliki pada masa akhir
kekuasaannya. Salomo memerintah selama 40 tahun, bukan tidak mungkin
ada banyak perubahan terjadi selama masa itu. Masuk akal bahwa Salomo
mengurangi jumlah perangkat militer jenis ini yang tadinya berasal dari
ayahnya, Daud.
13. Menurut penulis, apakah Raja Israel, Baesa meninggal pada tahun
ke 26 pemerintahan Raja Asa (1 Raja-raja 15:33) atau ia masih hidup
sampai tahun ke 36 pemerintahan Raja Asa? (2 Tawarikh 16:1)
(Kategori: salah memahami konteks sejarah, atau kesalahan penulis ulang)
Ada dua kemungkinan untuk menafsirkan permasalahan ini. yang pertama,
para peneliti telah menyimpulkan bahwa 36 tahun pemerintahan Raja Asa
harus dihitung mulai dari penarikan kesepuluh suku terhadap suku Yehuda
dan Benyamin yang menjadikan negerinya dalam dua bagian, yaitu negeri
Yehuda dan Israel. Bila kita melihatnya dari sudut ini, maka 36 tahun
masa-masa kerajaan yang terpecah dua itu akan menjadi 16 tahun masa
pemerintahan Raja Asa. Hal ini didukung oleh data-data yang tertulis dalam
Buku Raja-raja Yehuda dan Israel, maupun catatan-catatan kontemporer
yang mengikuti kebiasaan-kebiasaan ini. (catatan: untuk penjelasan hal ini,
Keil dan Delitzsch (hal 366-367) memperkirakan bahwa angka 36 (dalam 2
Tawarikh 16:1) dan angka 35 (dalam 15:19) merupakan kesalahan para
penulis ulang untuk angka asli 16 dan 15. Hal ini serupa dengan
pertanyaan pada nomor 5 dan 6 di atas. Tetapi, angka pada ayat ini ditulis
dalam huruf alfabet Ibrani (bukan dalam tipe huruf Mesir yang digunakan
dalam Elephantine Papyri, seperti pertanyaan no 5 dan 6). Oleh sebab itu
sangat mungkin bahwa angka 16 tertukar dengan angka 36. Alasannya,
kerena sampai dengan abad VII SM angka yod (10) amat serupa dengan
angka lamed (30) dengan beda dua goresan kecil yang terletak di sebelah
kiri dari garis goresan tegak. Ketika gulungan kertas ini menjadi
pudar, maka kedua huruf ini menjadi sulit untuk dibedakan dimana
yod tampak seperti lamed. Kesalahan sangat mungkin terjadi pada pasal
yang lebih awal dalam 2 Tawarikh 15:19 (yang salah menulis ulang angka
35 dari aslinya 15). Untuk menjaga konsistensinya dalam pasal 16:1,
penyalin yang sama (atau yang berikutnya) menyimpulkan bahwa angka
16 adalah angka yang salah. Seharusnya ia itu angka 36, dan itulah yang
ditulis ulang tanpa bermaksud untuk menjahili Alkitab dalam arti kata
negatif yang manapun!
(Archer 1982:226: Keil & Delitzch 1949:366-167: Light of Life II 1992:194)
14. Apakah Salomo menunjuk 3.600 orang mandor (2 Tawarikh 2:2)
untuk membangun rumah Tuhan, atau hanya 3.300 orang? (1 Raja-
raja 5:16)
(Kategori: salah memahami maksud penulis)
Hal ini bukanlah masalah besar. Seperti penyelesaian permasalahan
sebelumnya, penulis Kitab 2 Tawarikh ini memasukkan 300 orang yang
dipilih untuk menjadi mandor cadangan seandainya ada diantara para
mandor kepala yang sakit atau meninggal, sementara penulis kitab 1 Raja-
raja 5:16 hanya mencakupi jumlah mandor yang aktif bekerja (disebut
dalam Kitab Raja-raja sebagai mandor kepala). Dengan jumlah sebesar
3.300 orang, tentu saja dari waktu ke waktu akan ada mandor kepala
yang sakit atau meninggal, sehingga diperlukan mandor cadangan yang
siap menggantikan mereka.
15. Apakah Salomo membangun sebuah “laut” yang dapat menampung
(berisi) 2.000 bat air (1 Raja-raja 7:26) atau menampung (berisi)
3.000 bat? (2 Tawarikh 4:5)
(Kategori: salah memahami maksud penulis atau kesalahan penulis ulangi)
Dalam terjemahan bahasa Ibrani, dipakai kata kerja “berisi” dan “memuat”
yang berarti agak berbeda dengan terjemahan yang cenderung berarti
“menerima”. Artinya adalah bahwa dalam kondisi biasa “laut” ini
berisi 2.000 bat air. Tetapi secara maksimal “laut” ini dapat
menampung (memuat) sampai 3.000 bat air. Dengan kata lain, penulis
Kitab Tawarikh hendak memberitahukan bahwa kolam yang biasanya berisi
2.000 galon air, pada saat itu diisi sampai 3.000 galon air.
Penjelasan lainnya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, angka 2.000
dalam bahasa Ibrani memiliki kemiripan dengan angka 3.000, ketika ditulis
dalam huruf alfabetis seperti halnya kasus-kasus ini.
Shabbir (dalam debatnya dengan Jay Smith di Birmingham, UK tanggal 25
Februari 1998) pernah mengutip “pertentangan” ini dan menambahkan
bahwa jika kolam ini memiliki diameter 10 hasta maka ia tidak akan
mungkin memiliki keliling sepanjang 30 hasta seperti yang disebutkan
dalam ayat di atas ( sebab jika dihitung dengan rumus “pi”, maka keliling
kolam ini seharusnya adalah 31,416 hasta atau diameternya 9,579
hasta).
Shabbir berkelakar-ria dengan mengatakan, “Carikan saya kolam seperti itu
dan saya bersedia dibaptis di dalamnya!” Sayangnya, Shabbir tidak
membaca ayat di atas secara keseluruhan atau ia hanya sekedar membuat
humor kotor dan murahan. Mengapa? sebab ayat ini menyebutkan
bahwa kolam ini tebalnya 8 cm dan sekeliling tepinya berbentuk
bunga bakung. Oleh sebab itu ukuran ini tergantung dari mana
diukurnya. Diukur dari bagian atas atau bagian bawah, dari tepi dalam atau
dari tepi luar, semua itu akan memberi ukuran diameter dan keliling
yang berbeda.
Dengan kata lain, Shabbir pasti dapat dibaptis di dalamnya, jikalau ada
orang yang mau direpoti dirinya untuk membuat sebuah replikanya.
16. -21. Apakah jumlah orang Israel yang dibebaskan dari perbudakan
babel tepat seperti yang tertulis di dalam Kitab Ezra (Ezra
2:6,8,12,15,19,28), ataukah seperti yang tertulis di dalam Kitab
Nehemia? (Nehemia 7:11,13,17,20,22,32)
(Catatan: sebab nomor 16-21 berurusan dengan sensus yang sama, saya
menggabungkannya dalam satu jawaban)
(Kategori: kurang dipahami dalam konteks historis)
Dalam pasal 2 Kitab Ezra dan dalam pasal 7 Kitab Nehemia ada lebih
kurang tiga puluh tiga rumpun keluarga yang tercatat dalam kedua daftar
itu untuk orang-orang Israel yang kembali dari Babel ke Yudea. Dari ke-33
rumpun keluarga yang terdaftar dalam Ezra dan Nehemia, 19 diantaranya
adalah identik, sedangkan 14 sisanya menunjukkan perbedaan dalam
jumlah anggota dalam rumpun-rumpun keluarga ini (walaupun
Shabbir hanya menyebut 6 daripadanya). Ada dua rumpun keluarga yang
berbeda 1; satu yang berbeda 4; dua yang berbeda 6; ada dua yang
berbeda 9; ada satu yang berbeda 11; ada dua lagi yang berbeda 100;
satu lainnya berbeda 201; satu lain lagi berbeda 105; satu rumpun lain lagi
berbeda 300; dan perbedaan yang paling besar adalah jumlah bagi
keturunan Azgad, sehingga ada perbedaan jumlah 1.100 orang antara
catatan di Ezra 2 dan di Nehemia 7.
Lalu, bagaimana dapat kita mempertanggungjawabkan perbedaan hitungan
dalam ke-14 rumpun itu? Jawabannya sangat sederhana. Andaikata
Shabbir telah mempelajari sejarah kedua daftar catatan ini secara
seksama, pasti ia tidak akan membuang waktunya dalam mengemukakan
pertanyaannya ini. kenyataan bahwa ada kesamaan dan perbedaan
hitungan yang dicatat secara bersamaan seharusnya menuntunnya kepada
solusinya (sebagaimana penjelasan yang Anda sedang baca ini juga sedang
menuju kepada kesimpulan yang sama).
Ada dua faktor penting yang harus dipertimbangkan waktu menyelidiki
perbedaan dalam kedua daftar ini.
Yang pertama, adalah probabilitas bahwa walaupun anggota-anggota
rumpun-rumpun keluarga yang disebut telah pada mulanya mendaftarkan
namanya dengan niat berangkat; tetapi dengan berjalannya waktu dalam
persiapannya, kemungkinan ada beberapa yang meninggal dunia, ada pula
lainnya yang berhalangan sebab sakit, atau masalah-masalah yang lain
yang tak teratasi, sehingga angka jumlah terakhir yang berangkat tidak
sama seperti yang semula terdaftar untuk berangkat. Siapapun yang
mengurus perjalanan tur massal atau para pengungsi yang mau pulang ke
kampung halamannya akan mengerti bahwa ini adalah soal yang wajar
saja.
Faktor kedua yang lebih penting adalah keadaan yang berbeda ketika
kedua sensus itu diadakan (suatu faktor penting yang sama sekali tidak
diketahui oleh Shabbir). Dalam Ezra dicatat pada waktu mereka masih
berada di Babel (sekitar tahun 450‟an SM), sebelum terjadi pemulangan ke
Yerusalem (Ezra 2:1-2), sedangkan daftar Nehemia dicatat di Yudea
(sekitar 445 SM), sesudah tembok-tembok Yerusalem dibangun kembali
(Nehemia 7:4-6). Selisih sekian tahun di antara saat-saat pembuatan
kedua daftar ini (sekitar 5-10 tahun) tentu akan mempengaruhi
jumlah masing-masing rumpun keluarga melalui kematian atau sebab-
penyebab lainnya.
Kebanyakan ahli riset percaya bahwa Nehemia mencatat mereka-mereka
yang sesungguhnya telah tiba di Yerusalem di bawah pimpinan Zerubabel
dan Yeshua pada 537 atau 536 SM (Nehemia 7:7). Ezra, sebaliknya,
menggunakan daftar-daftar awal yang mencatat nama-nama mereka yang
semula menyatakan rencananya untuk bergabung dalam rombongan yang
mau berangkat dari Babel dan kembali pada tahun 450‟an SM itu.
Perbedaan di antara kedua daftar itu hanya menunjukkan bahwa ada
faktor-faktor baru yang menyebabkan sebagian untuk tidak jadi berangkat.
Mungkin ada beberapa yang berselisih, dan yang lain menunda
keberangkatan sebab urusan bisnis, lain lagi yang meninggal atau jatuh
sakit, dan dalam rumpun-rumpun lain ada yang pada akhirnya mengambil
keputusan untuk berangkat yang semua telah berencana untuk tinggal di
Babel. Hanya rumpun-rumpun keluarga atau kelompok-kelompok kota
yang mengalami jumlah yang berkurang. Sisanya justru menambah rekrut-
rekrut baru pada jumlahnya, ada yang hanya seorang sampai ada yang
1.100 orang.
Waktu memeriksa daftar nama kita temui ada beberapa nama yang dicatat
dalam bentuk alternatif. Di antara orang Yahudi pada zaman itu (yang juga
sama untuk suku-suku lain di Timur Tengah waktu itu), seorang memiliki
nama, title dan juga nama keluarga. Jadi, anak-anak Harif (Nehemia 7:47)
juga adalah anak-anak Siaha (Ezra 2:44).
Bila kita mempertimbangkan semua faktor ini, perbedaan jumlah yang ada
dalam daftar itu seharusnya tidak mengejutkan sedikitpun. Hal yang serupa
telah terjadi dalam setiap perencanaan dan perubahan jumlah dalam setiap
migrasi massal dalam sejarah manusia sehingga perubahan jumlah seperti
itu adalah wajar-wajar saja.
22. Baik Ezra 2:64 maupun Nehemia 7:66 setuju bahwa jumlah jemaah
adalah 42.360, namun waktu jumlahnya dihitung, Ezra hanya
mencapai 29.818 dan Nehemia hanya 31.089?
(Kategori: kesalahan penulis ulang)
Ada dua kemungkinan untuk menjawab dilema semu ini. yang pertama dan
yang paling mungkin adalah kesalahan pencatatan oleh penulis ulang.
Naskah-naskah asli tentu mempunyai jumlah total yang benar. Tetapi
disepanjang pekerjaan penyalinan ini, tampaknya ada jurutulis yang salah
mencatat atau menyalin angka dalam salah satu daftar, dan ketika
dijumlahkan angka-angka ini , terubahlah jumlah total jemaahnya.
Ada yang memberi tafsiran lain bahwa ada jurutulis belakangan – dengan
maksud yang baik – telah mencatat jumlah total keseluruhan jemaah yang
ada di Yerusalem pada masa si penulis itu hidup, yang sebab ini terjadi di
saat kemudian, jumlah yang tercatatpun menjadi lebih besar.
Kemungkinan yang lain dikemukakan oleh ahli Perjanjian Lama R.K
Harrison, yang menyatakan bahwa jumlah 42.000 mungkin saja hanya
ungkapan metafora, yaitu mengikuti “…pola Kitab Keluaran dan tradisi-
tradisi serupa, dimana jemaah dalam jumlah besar dipakai sebagai simbol-
simbol keagungan Tuhan, dan dalam contoh khusus ini menunjukkan
pembebasan-mulia yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya yang tertawan
itu” (Harrison 1970:1142-1143).
Yang kelihatan salah tidak mengubah kebenaran historis peristiwa itu,
sebab dalam kasus-kasus seperti ini ada bagian Alkitab lain yang
mengoreksinya (seperti jumlah total dalam contoh yang dibahas ini).
http://www.buktisaksi.com | Hal 29
sebagaimana pernah ditulis oleh komentator yang terkenal, Matius Henry,
“Sedikit sekali buku dicetak tanpa kesalahan kecil-kecil; namun para
penulisnya tidak akan menolak karyanya sebab ada kesalahan kecil dalam
cetakannya, bahkan kesalahan seperti itu tidak akan dipertanggungkan
kepada penulis ini . Pembaca yang teliti akan mengoreksinya menurut
konteks atau dengan membandingkannya dengan bagian tulisan lainnya”
23. Apakah jumlah penyanyi yang mengiringi para jemaah adalah 200
orang (Ezra 2:65) atau 245 orang (Nehemia 7:67)
(Kategori: kesalahan penulis ulang)
Seperti pada pertanyaan nomor 7, ini merupakan kesalahan dari penulis
ulang, dimana penulis menyalin angka-angka dalam naskah Ezra dengan
membulatkannya dari 245 menjadi 200 orang.
24. Siapakah nama ibu dari Raja Abia? Mikhaya, anak Uriel dari Gibea
(2 Tawarikh 13:2), atau Maakha, putri Absalom? (2Tawarikh 11:20 &
2 samuel 13:27)
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Kontradiksi di atas muncul sebagai akibat dari penggunaan kata Ibrani bat,
yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti anak perempuan dari.
Walaupun sering digunakan untuk menunjuk keturunan pertama dari anak
perempuan, ini juga dapat digunakan untuk menunjuk keturunan/kerabat
yang jauh. Misalnya saja dalam 2 samuel 1:24, yang berbunyi, “Hai anak-
nak perempuan Israel, menangislah sebab Saul…” Kata ini digunakan
sejak 900 tahun sesudah Israel hidup (yang dipanggil juga Yakub), yang
menunjuk kepada kaum wanita di Israel, keturunan serta kerabat
perempuannya.
Jika kita mengerti hal ini maka „pertentangan‟ di atas tidak akan ada. 2
Tawarikh 13:2 dengan jelas mengatakan bahwa Mikhaya adalah anak
perempuan Uriel. Dapat diperkirakan bahwa Uriel menikah dengan Tamar,
satu-satunya anak perempuan Absalom. Kemudian lahirlah Mikhaya yang
kemudian menikah dengan Raja Rehobeam dan menjadi ibu dari Abia.
Sedangkan dalam 2 Tawarikh 11:20 dan 1 Raja-raja 15:2, dikatakan bahwa
Maakha adalah putri Absalom, hal ini dilakukan sebab lebih mudah untuk
menyebut nama kakeknya yang lebih terkenal dibandingkan nama
ayahnya. Abishalom adalah nama lain dari Absalom dan Mikhaya adalah
nama lain dari Maakha. Untuk lebih jelasnya, perhatikan silsilah keluarga di
bawah ini:
Uriel Tamar
Absalom/Abishalom
25. Apakah Yosua dan orang-orang Israel menaklukkan Yerusalem
(Yosua 10:23, 40) atau tidak? (Yosua 15:63)
(Kategori: salah mengartikan ayat)
Kedua ayat di atas sesungguhnya memaparkan cerita yang saling
melengkapi dan serasi. Kebingungan justru timbul sebab kesalahan dalam
mengartikan ayat ini.
Dalam Yosua 10, disebutkan bahwa raja Yerusalem-lah yang dibunuh,
sedangkan kotanya tidak ditaklukan (ayat 16-18 dan 22-26). Kelima raja
Amorit dan tentaranya keluar dari kota-kotanya untuk menyerang Gibeon.
Yosua dan orang-orang Israel kemudian mengurung mereka dan kelima
raja ini melarikan diri ke gua Makeda, dimana tentara Yosua
menangkap mereka dan membawanya kepada Yosua, serta membunuh
mereka semua. Ayat 20 menerangkan keberadaan tentaranya, “beberapa
orang dari mereka dapat lolos dan masuk ke kota-kota (mereka) yang
diperkuat,” dengan demikian jelas bahwa kota-kota ini tidak
ditaklukkan. Jadi hanya rajanya saja yang ditawan sedangkan kotanya
tidak.
Yosua 10:28-42 yang mencatat kelanjutan dari kisah perang ini,
menyatakan bahwa sebagian kota diduduki dan dihancurkan, seperti:
Makeda, Libna, Lakhis, Eglon, Hebron dan Debir. Dan semua kota ini
terletak di sebelah barat daya Yerusalem. Raja Gezer dan tentaranya
dikalahkan di Lakhis (ayat 33) demikian pula kota Yerikho (ayat 30), tetapi
kedua kota ini tidak diduduki pada waktu itu. Dalam ayat 40 & 41
digambarkan batas-batas wilayah peperangan ini, serta apa yang terjadi di
daerah selatan dan barat kota Yerusalem. Dan Gibeon, yang menjadi batas
sebelah timur daerah ini, masih terletak jauh, yaitu kurang lebih 10 mil dari
barat laut Yerusalem. Maka dalam Yosua 10 tidak diceritakan bahwa kota
Yerusalem diduduki. Hal ini diperkuat dalam Yosua 15:63 yang menyatakan
bahwa Yosua tidak menghalau penduduk setempat dari Yerusalem.
26. Siapakah ayahnya Yusuf, suami Maria? Apakah Yakub? (Matius
1:16) atau Eli? (Lukas 3:23)
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Jawaban pertanyaan ini mudah tetapi membutuhkan sejumlah penjelasan.
Para ahli setuju bahwa Matius memberi silsilah keturunan dari garis
Yusuf, sedangkan Lukas menuliskannya dari garis Maria, dengan kata lain,
Yakub adalah ayah dari Yusuf dan Eli adalah ayah dari Maria.
Kedua cerita di atas mengisahkan tentang kelahiran-virgin Yesus (yang
berasal dari keperawanan Maria). Matius 1:18-25 memberi cerita dari
sisi Yusuf, sedangkan Lukas 1:26-56 menceritakan seluruh isi cerita dari
sisi Maria. Pertanyaannya sekarang, mengapa nama Yusuf disebutkan
dalam kedua garis keturunan di atas? Jawabannya mudah saja. Yaitu
sebab Lukas mengikuti tradisi yang berlaku di Ibrani, yang hanya
menyebutkan nama laki-laki untuk setiap garis keturunan. Oleh sebab itu,
nama Maria tidak disebut melainkan nama suaminya.
Alasan ini didukung oleh dua fakta keras.
Pertama, setiap nama dalam garis keturunan (seperti yang ditulis dalam
kitab Lukas berbahasa Yunani), kecuali nama Yusuf, selalu diberi kata
sandang (misalnya „the‟ Eli, „the‟ Matat dalam bahasa Inggris, atau dalam
bahasa Indonesia „sang/yang‟ Eli, „sang/yang‟ Matat). Dalam bahasa
Indonesia dan Inggris, hal ini tidak jelas ditampakkan, namun pengertian
dalam bahasa Yunani tambahan kata sandang ini akan merujuk kepada
garis keturunan dari istrinya Yusuf, bukan Yusuf, tetapi membahasakan
nama Yusuf untuk memenuhi tradisi Ibrani.
Kedua, bukti berikutnya dapat dilihat dari Talmud Yerusalem, sebuah
sumber yang berasal dari orang-orang Yahudi. Sumber ini memperlihatkan
garis keturunan dari Maria, yang menyatakan bahwa ia adalah anak
perempuan Eli (Hagigah 2:4)
(Fruchtenbaum 1993:10-13)
27. Apakah Yesus keturunan dari garis Salomo (Matius 1:6) atau Natan
(Lukas 3:31), walaupun keduanya adalah anak-anak Daud?
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Pertanyaan ini serupa dengan pertentangan semu pada nomor 26. Telah
dijelaskan bahwa Matius memberi garis keturunan dari Yusuf sedangkan
Lukas memberi garis keturunan Maria. Jadi jelas bahwa Yusuf adalah
keturunan Daud dari Salomo sedangkan Maria keturunan Daud melalui
Natan.
28. Apakah Yekhonya (Matius 1:12) atau Neri (Lukas 3:27) ayah dari
Sealtiel?
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Sekali lagi, masalah ini muncul sebab tidak memahami bahwa garis
keturunan yang diberikan dari Daud sampai kepada Yesus dicabangkan
dalam dua garis keturunan yaitu untuk Maria dan Yusuf (lihat nomor 26).
Perbedaan garis keturunan ini menghasilkan dua orang berbeda yang
memiliki nama sama yaitu Sealtiel, sebuah nama yang umum digunakan
oleh orang-orang Ibrani. Oleh sebab itu, tidak heran nama ayah mereka
pun berbeda!
29. Anak Zerubabel yang manakah yang menjadi nenek moyang Yesus
Kristus, Abihud (Matius 1:13) atau Resa (Lukas 3:27), lalu
bagaimana dengan Zerubabel di 1 Tawarikh 3:19-20?
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Sama seperti pada nomor 28, Sealtiel yang berbeda menghasilkan
Zerubabel yang berbeda pula. Jadi tidak ada masalah apapun jika nama
anak mereka berbeda.
Sama sekali tidak mengherankan jika ada nama Zerubabel anak Sealtiel
sebagai nenek moyang baik untuk Yusuf maupun Maria. Ingat bahwa
Matius mengatakan ayah Yusuf adalah Yakub, sedangkan dalam Kejadian
37-47 Alkitab mencatat ada juga Yusuf anak Yakub lainnya, yang menjadi
orang kedua yang berkuasa di Mesir. Kita tentu tidak menganggap bahwa
kedua orang di atas adalah orang yang sama, bukan? Jika demikian berarti
tidak ada masalah dengan dua nama Zerubabel anak Sealtiel.
Zerubabel lainnya yang disebutkan dalam 1 Tawarikh 3:19,20, wajar-wajar
saja merupakan nama Zerubabel yang ketiga. Tidak menjadi masalah.
Bukankah nama Maria pun menjadi nama sejumlah orang dalam kitab Injil?
Hal yang sama juga berlaku untuk nama Zerubabel. Zerubabel ini
kemungkinan adalah sepupu dari Zerubabel yang disebutkan dalam Matius
1:12, 13. Sebagai perbandingan dari Matius dan 1 Tawarikh, mari
perhatikan silsilah di bawah ini:
Yekamia Shenasar Pedaya Malkiram Sealtiel
Yoyakhin
30. Apakah Yoram (Matius 1:8) atau Amazia (2 Tawarikh 26:1) yang
merupakan ayah dari Uzia?
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Jawaban pertanyaan ini hampir sama dengan nomor 24. Sama seperti kata
bat dalam bahasa Ibrani dapat menunjukkan keturunan yang lebih jauh
untuk seorang anak perempuan, demikian pula halnya dengan ben untuk
anak laki-laki. Yesus dalam Matius 1:1 dinyatakan sebagai anak Daud, anak
Abraham. Kata “anak” disini digunakan untuk menunjukkan bahwa Yesus
merupakan keturunan dari kedua orang ini . Walaupun saat ini naskah
kitab Matius tidak tersedia dalam bahasa Ibrani, tetapi jelas bahwa
Matiuslah (orang Yahudi) yang menulis dari sudut pandang Ibrani dengan
menggunakan konsep Ibrani tentang “anak”.
Melihat hal ini, dapat dijelaskan bahwa Amazia adalah ayah dari Uzia
(disebut juga Azariah). Sedangkan Yoram/Yehoram adalah kakek buyut
dari Uzia. Garis keturunannya adalah sebagai berikut: Yoram/Yehoram –
Ahazia – Yoas – Amazia – Azzaria/Uzia (2 Tawarikh 21:4-26:1).
Tinjauan Matius terhadap silsilah Yusuf dapat diterima, sebab tujuannya
hanya menunjukkan jalur-jalur keturunan saja. Dia mengatakan dalam
1:17 bahwa ada tiga rangkaian dari empat belas keturunan. Silsilah ini
mengungkapkan jumlah keturunan serta kaitannya dengan Yesus sebagai
putra Daud. Dalam bahasa Ibrani, setiap abjad diberi nilai. Jumlah
keseluruhan nilai bagi nama Daud adalah empat belas, dan mungkin itulah
sebabnya Matius mengkaitkannya dengan empat belas keturunan dalam
setiap rangkaian keturunan, demi menggarisbawahi posisi Yesus sebagai
putra Daud.
31. Apakah Yosia (Matius 1:11) atau Yoyakhim (1 Tawarikh 3:16) ayah
dari Yekhonya?
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Pertanyaan ini pada dasarnya sama saja dengan nomor 30. Yoyakhim
adalah ayah dari Yekhonya dan Yosia adalah kakeknya. Hal ini dapat
diterima, dan berasal dari tinjauan yang jeli dari Matius terhadap sebuah
garis keturunan, dan bukan dari kesalahan.
32. Apakah ada empat belas (Matius 1:17) atau tiga belas (Matius 1:12-
16) keturunan dari pembuangan Babel sampai ke Kristus?
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Seperti yang disebutkan Matius dalam 1:17 sebenarnya ada empat belas
keturunan. Dalam rangkaian pertama ada empat belas nama, rangkaian
kedua ada lima belas, dan rangkaian ketiga ada empat belas. Tampaknya,
orang pertama dan terakhir pada masing-masing rangkaian pertama dan
ketiga, ikut dihitung dalam garis keturunan, namun tidak demikian dengan
rangkaian yang kedua. Matius telah menuliskan garis keturunan ini
dengan benar dan itikad baik. Tidak ada kesimpulan mutlak yang dapat
menyalahkannya. Tetapi jikalau ada sebuah nama atau lebih yang hilang
dari daftar aslinya sebab kesalahan penyalinan, kita tidak akan pernah
tahu. Dalam situasinya, yang nyata, penjelasan sederhana seperti di atas
selalu dapat dipahami.
33. Siapakah ayah dari Selah itu, Kain (Lukas 3:25-26) atau
Arpakhsad? (Kejadian 11:12)
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Meskipun sepertinya tidak ada jawaban mutlak untuk pertanyaan ini, tetapi
selalu ada penjelasan yang memadai di dalam Alkitab. Kemungkinan besar,
garis keturunan dalam naskah Masoretic yang ada pada kitab Kejadian
sama menerangkan apa yang ditulis oleh Matius dalam daftarnya. Ketika
kita melihat pada Septuaginta (LXX), kita peroleh nama Kain sebagai ayah
dari Selah, mempertegas apa yang dikatakan dalam Lukas. Lukas yang
telah menulis teksnya dalam bahasa Yunani, tampaknya memakai
Septuaginta sebagai sumber rujukannya.
Menunjuk pada hal ini pada Septuaginta, jika kita melihat pada
Kejadian 11:12, kita temukan bahwa Arpakshad telah berusia 135 tahun,
bukannya 35 tahun (yang akan memberi lebih banyak waktu dan
kemungkinan baginya untuk menjadi kakek dari Selah).
34. Apakah Yohanes Pembaptis adalah Elia yang akan datang (Matius
11:14; 17:10-13) atau bukan? (Yohanes 1:19-21)
(Kategori: salah memahami konteks historis)
Matius mencatat perkataan Yesus yang menyatakan bahwa Yohanes
Pembaptis adalah Elia yang akan datang, sedangkan Yohanes sendiri
menyangkalnya. Kontradiksi? Kesan ini timbul sebab kekurangan
pemahaman kontekstual dari para pembaca. Para imam dan orang Lewi
datang kepada Yohanes Pembaptis dan bertanya kepadanya apakah ia
adalah Elia. (Jika Anda tidak tahu Kitab Suci orang Yahudi, maka
pertanyaan semacam itu tentu ini terdengar lucu). Tuhan berfirman
melalui nabi Maleakhi bahwa Ia akan mengirimkan Elia kepada orang-orang
Israel pada suatu saat tertentu. Oleh sebab itu sebagai orang-orang yang
menantikan kedatangan Elia, maka wajar saja mereka bertanya kepada
Yohanes seperti itu.
Yohanes berusia sekitar 30 tahun ketika hal itu ditanyakan, dan kedua
orangtuanya sudah meninggal dan hanya ia satu-satunya anak Zakaria dari
suku Lewi. Jadi ketika ia ditanya apakah ia Elia yang naik ke surga 878
tahun sebelumnya, jawabannya tentu saja, “Bukan, aku bukan Elia”.
Sebenarnya, secara tidak langsung dalam Matius 11:11, Yesus pun
menyatakan bahwa Yohanes bukanlah Elia. Hal ini tampak ketika Yesus
mengatakan bahwa Yohanes lebih besar dari semua orang yang pernah
lahir, termasuk Musa dan tentu saja Elia. Bila Yohanes lebih besar daripada
Elia, tentulah ia bukan Elia. Jadi apa maksud Yesus dengan menyebut
Yohanes sebagai “Elia yang akan datang”? Malaikat Gabriel (Jibril dalam
bahasa Arab) berbicara kepada Zakaria mengenai anaknya, Yohanes yang
belum lahir. Katanya, “Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan
kuasa Elia untuk membuat hati bapak-bapak berbalik kepada anak-anaknya
dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan
dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya.”
(Lukas 1:17)
Disini Malaikat menunjuk kepada dua buah nubuatan, yaitu Yesaya 40:3-5
(perhatikan Lukas 3:4-6 untuk melihat bagaimana hal ini berlaku bagi
Yohanes Pembaptis) dan Maleakhi 4:5-6 yang menyebutkan,
“Sesungguhnya Aku akan mengutus Elia kepadamu menjelang datangnya
hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-
bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-
bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.”
Gabriel tidak salah dengan menyebutkan bahwa Yohanes adalah “Elia yang
akan datang” seperti yang difirman Tuhan melalui Nabi Maleakhi.
Jadi, apakah Yohanes adalah Elia? Bukan. Tetapi jika saja tadinya para
imam dan orang Lewi bertanya, “Apakah engkau yang dikatakan Nabi
Maleakhi sebagai Elia?” Yohanes tentu akan mengiyakan.
Yesus dalam Matius 17:11-13 mengatakan bahwa nubuat Maleakhi itu
benar, tetapi Elia telah datang sebelumnya. Ia mengatakan bahwa “Elia”
menderita, sama seperti diriNya, akan menderita, “Pada waktu itu
mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes
Pembaptis.” Oleh sebab itu, jika kita mengerti akan konteks ayat ini, maka
jelas bahwa Yohanes bukanlah Elia secara jasmani, tetapi ia adalah Elia
yang dinubuatkan oleh para nabi, yaitu salah seorang utusan yang
mempersiapkan jalan bagi Mesias, Yesus, “Anak Domba Tuhan, yang
menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29).
35. Apakah Yesus akan mewarisi tahta Daud (Lukas 1:32) atau tidak?
(Matius 1:11; 1 Tawarikh 3:16 & Yeremia 36:30)
(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)
Jawaban dari pertanyaan ini persis sama dengan nomor 26. sesudah jelas
bahwa silsilah yang dibuat oleh Matius adalah menurut garis Yusuf, kini
jelaslah berdasarkan Yeremia 36:30 bahwa tidak seorangpun dari
keturunan Yusuf (secara fisik) yang akan memenuhi syarat untuk duduk di
atas tahta Daud, sebab ia terhisap dalam keturunan Yekhonia. Tetapi
Matius menjelaskan, Yesus bukan keturunan Yusuf secara fisik. sesudah
membuat daftar keturunan Yusuf yang berasal dari keturunan Yekhonya.
TETAPI Matius menjelaskan bahwa kelahiran Kristus bukanlah melalui benih
laki-laki. Jadi, Matius menunjukkan bagaimana Yesus membebaskan
diriNya dari masalah Yekhonya, sehingga Ia dapat tetap duduk di atas
tahta Daud!
Sebaliknya, Lukas, menunjukkan bahwa Yesus merupakan keturunan Daud
bukan dari garis Yekhonya, dan oleh sebab itu Ia berhak mewarisi tahta
bapak leluhur-Nya, daud. Malaikat dalam Lukas 1:32 menyatakan, “Tuhan
akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud, bapak leluhurNya.” Ini adalah
penetapan ilahi dan bersama dengan garis keturunan badaniah,
menjadikan Yesus satu-satunya ahli waris yang benar untuk tahta Daud.
(Fruchtenbaum 1993:12)
36. Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai saja
(Markus 11:7; Lukas 19:35), ataukah dengan keledai betina dan
anaknya? (Matius 21:7)
(Kategori: salah mengartikan ayat dan salah
memahami konteks sejarah)
Pernyataan di atas sepertinya menunjukkan
bahwa Injil saling bertentangan mengenai
jumlah keledai yang ditunggangi oleh Yesus
ketika Ia masuk ke Yerusalem. Tuduhan ini
timbul sebab tidak membaca ayat ini dengan
selayaknya sambil mengabaikan kisah ini secara
penuh.
Pertama-tama, haruslah diperhatikan bahwa
penulis ke-empat Injil semuanya menunjuk pada
peristiwa yang sama ini. referensi yang agak
kurang hanyalah dari Yohanes 12:14-15. Markus, Lukas dan Yohanes sama
menerangkan bahwa Yesus memang duduk di atas seekor keledai. Tidak
mungkin ada pertentangan sebab Yesus tentu tidak dapat duduk di atas
dua binatang sekaligus! Jadi mengapa Matius menyebutkan ada dua ekor
binatang? Alasannya jelas.
Bahkan dengan hanya membaca kitab Matius saja secara tersendiri, kita
dapat mengetahui bahwa Yesus tidak menunggang dua ekor binatang,
tetapi hanya menunggang seekor keledai. Perhatikan dua ayat dalam
Matius 21:5 yang mengutip dua nubuatan dalam Perjanjian Lama secara
bersamaan (Yesaya 62:11 dan Zakharia 9:9). Matius mengatakan:
“Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah
lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."
(Matius 21:5). Dengan mengatakan “keledai” kemudian “seekor keledai
beban yang muda”, Zakharia menggunakan struktur dan puisi dalam
bahasa Ibrani klasik yang dikenal sebagai “pararelisme”, yang mengulang
sesuatu yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda, sebagai
sebuah pernyataan yang saling berjejer. Hal ini sangat umum dilakukan
dalam Alkitab misalnya saja Mazmur 119:105 menyebutkan, “Firman-Mu
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” pararelisme yang mengatakan
satu hal dalam 2 gaya yang dijejerkan. Jelas bahwa pernyataan pararel di
atas hanyalah menunjuk kepada satu keledai. Oleh sebab itu, Matius jelas
mengatakan bahwa Yesus hanya mengendarai seekor keledai, yang juga
disepakati oleh ketiga Injil lainnya.
Jadi mengapa Matius mengatakan bahwa Yesus mengendarai seekor
keledai muda dan induknya di ayat 7? Alasannya mudah saja, Matius, yang
menjadi saksi mata (sementara Markus dan Lukas kemungkinan besar
tidak) menekankan bahwa keledai yang dibawa masih sangat muda, dan
belum dapat dipisahkan dari induknya. Dan sebab keledai ini masih
sangat muda dan belum pernah dikendarai sebelumnya ia masih
bergantung kepada induknya. Jadi induk keledai itu ikut serta maka mereka
dapat masuk ke Yerusalem lebih mudah sebab sang keledai muda akan
mengikutinya walaupun ia belum pernah ditunggangi dan belum pernah
dilatih untuk berjalan menyusur jalan. Jadi jelas tidak ada kontradiksi pada
kedua kitab Injil di atas, melainkan ada tambahan hal-hal yang lebih
khusus pada kitab Matius, sebagai salah seorang yang menyaksikan
peristiwa ini .
Hal di atas hanya satu dari sekian banyak nubuatan mengenai Yesus yang
digenapi. Yesus menggenapi semua nubuatan yang tergolong dalam
kendali-Nya maupun yang di luar kendali-Nya untuk
memanipulasi/rekayasa, termasuk misalnya tempat dan waktu kelahiran-
Nya serta kebangkitan-Nya (Daniel 9:24-26, Mikha 5:1-2, Matius 2:1-6,
Mazmur 16:10, Kisah Para Rasul 2:24-32).
Sebagian umat Islam percaya bahwa kitab Taurat juga ber-nubuat
mengenai Muhammad. Seperti yang disebutkan dalam Surat 7:157 dan
61:6. Tetapi dapatkah umat Muslim memperagakannya satu kali saja dari
sumbernya, sementara Yesus dapat terus-menerus memperagakannya!
37. Dari manakah Simon Petrus tahu Yesus adalah Kristus? Dari
pewahyuan surga (Matius 16:17), ataukah dari saudaranya Andreas?
(Yohanes 1:41)
(Kategori: terlalu mengartikan ayat secara hurufiah)
Yang ditekankan dalam Matius 16:17 adalah bahwa Simon tidak
mendengar ucapan ini dari orang lain, melainkan Tuhan sendirilah yang
menjelaskan kepadanya. Kendati demikian, hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa ia pernah diberitahukan oleh orang lain. Yesus
menegaskan bahwa Petrus bukan meniru apa yang orang lain katakan.
Petrus telah tinggal dan bekerja bersama-sama Yesus, dan kini jelas-jelas
tahu bahwa Yesus tidak lain daripada Kristus (Mesias), Anak Tuhan yang
hidup.
Yesus tidak bermaksud bertanya, “Siapakah Aku menurut kata orang?” Ia
bertanya, “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Tetapi Yesus sengaja
mengkontraskan kedua pertanyaan ini yang berbeda seperti langit dan
bumi, ditujukan kepada para murid-Nya dan Petrus memberi jawaban pasti
dari diri-Nya!
38. Apakah Yesus bertemu pertama kalinya dengan Petrus dan Andreas
di danau Galilea (Matius 4:18-22) atau di tepi sungai Yordan?
(Yohanes 1:42-43)
(Kategori: salah mengartikan ayat)
Tuduhan di atas menyatakan bahwa salah satu kitab Injil mencatat bahwa
Yesus bertemu dengan Simon Petrus dan Andreas di danau Galilea,
sedangkan kitab Injil lainnya menyatakan bahwa Ia bertemu mereka di
sungai Yordan. Sayangnya, tuduhan di atas langsung gugur sebab penulis
yang berbeda menuliskan kejadian dan tempat pertemuan yang berbeda.
Kedua-duanya benar.
Yohanes 1:35 dan seterusnya menyebutkan bahwa Yesus bertemu dengan
mereka di tepi sungai Yordan, dan mereka menghabiskan waktu
bersamaNya di sana. Andreas (dan mungkin juga Petrus) adalah murid-
murid Yohanes Pembaptis. Mereka berangkat dari daerah ini dan pergi ke
Galilea, daerah sekitar Kana tempat dimana Yesus melakukan mujizatNya
yang pertama. “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama
dengan ibu-Nya, saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka
tinggal disitu hanya beberapa hari saja.” (Yohanes 2:12).
Petrus dan Andreas sendiri berasal dari kota Betsaida (Yohanes 2:44) tetapi
kemudian mereka tinggal di Kapernaum (Matius 8:14-15, Markus 1:30-31,
Lukas 4:38-39), beberapa mil dari Betsaida. Mereka berdua bekerja
sebagai nelayan, maka masuk akal mereka menangkap ikan di kediaman
mereka selama beberapa hari ini (pada saat-saat itu Yesus baru
mulai mengajar dan menyembuhkan orang banyak secara terbuka).
Dari sinilah Matius memulai kisahnya, yaitu ketika Petrus dan Andreas
sedang menangkap ikan di danau Galilea, Yesus memanggil mereka untuk
menjadi pengikut-Nya secara permanen dengan meninggalkan segala
pekerjaan. Sebelum ini Yesus tidak pernah meminta kepada mereka untuk
menjadi murid-Nya, tetapi mereka mengikuti-Nya sebab telah mendengar
kesaksian dari Yohanes Pembaptis tentang diri-Nya (Yohanes 1:35-39).
Dan sebab kesaksian ini diperkuat dengan mujizat yang dilakukan Yesus di
Kana serta ucapan-ucapan Yesus (Yohanes 1:47-51) termasuk saat
pertemuan mereka dengan Dia (yang ternyata paling bijaksana dan
sempurna yang pernah hidup di muka bumi), maka dapat dipahami
mengapa mereka mau meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia (akan
tidak masuk akal jikalau mereka pergi meninggalkan tempat tinggal
mereka hanya sebab mengikuti orang asing yang bertanya kepada
mereka, seperti anak-anak yang mengikuti seorang peniup seruling!)
Tetapi Yesus tidak membujuk/menggoda mereka atau siapapun. Mereka
mengikuti Yesus sebab tahu siapa adanya Dia – seperti yang dikatakan
oleh semua nabi, yaitu Mesias, Anak Tuhan.
39. Ketika Yesus bertemu dengan Yairus, apakah anak perempuannya
“baru saja meninggal” (Matius 9:18) atau “hampir mati”? (Markus
5:23)
(Kategori: terlalu mengartikan ayat secara hurufiah)
Ketika Yairus pergi dari rumahnya, anak perempuannya sakit keras dan
hampir mati, sebab kalau tidak demikian ia tentu tidak akan pergi mencari
Yesus. Ketika ia bertemu Yesus, ia tidak tahu apakah anaknya sudah mati
atau belum. Oleh sebab itu Yairus bisa melapor tentang posisi anaknya
yang berada dalam 2 keadaan buruk itu. Ia tidak salah dan Matius
mencatat tentang sakit parahnya. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah
bahwa hal itu bukanlah detail penting dari kisah ini atau bagi kita. Masalah
pokoknya adalah:
Anak perempuan Yairus sedang menderita sakit parah
Segalanya begitu genting, sehingga bisa saja terjadi: bahwa anak
perempuan ini sudah mati atau hampir-hampir mati
Yairus tahu bahwa Yesus dapat menyembuhkan anaknya, sekaligus
juga dapat membangkitkannya dari kematian. Dari kacamata Yairus,
kedua hal ini tidak ada perbedaan bagi diri-Nya
Dihadapkan dengan Yesus, Yairuspun tidak membedakan apakah anaknya
sudah mati atau hampir mati, sebab Yesus sanggup melakukan pemulihan
atas keduanya.
40. Yesus mengizinkan (Markus 6:8), atau tidak mengizinkan (Matius
10:9; Lukas 9:3) murid-murid-Nya untuk membawa tongkat dalam
perjalanannya?
(Kategori: salah faham pemakaian bahasa Yunani)
Ada yang menuduh bahwa para penulis Injil saling mengkontradiksi-diri
tentang apakah Yesus mengizinkan murid-murid-Nya membawa tongkat
atau tidak dalam perjalanannya. Masalah disini adalah masalah terjemahan
bahasa. Dalam Matius kita baca terjemahan bahasa Inggris dari bahasa
Yunani “ktesthe” yang ayatnya diterjemahkan dalam Alkitab King James
(Authorized) sebagai “Jangan sediakan emas, atau perak ataupun tongkat”.
Menurut kamus bahasa Yunani kata ini berarti “mengambil untuk diri
sendiri, mengambil, mendapatkan, mengadakan, dengan cara membeli
atau lainnya” (Robinson, Lexicon of the New Testament). Oleh sebab itu
Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus berkata, “Jangan mengadakan apa-
apa untuk menambah pada apa yang ada padamu. Pergilah dengan apa
yang ada padamu.”
Matius 10 dan Markus 6 setuju bahwa Yesus memesan kepada murid-
muridNya untuk tidak menambah peralatan apa-apa. Lukas 9:3 juga
sedikitnya menyetujui kalimat Markus 6:8, dengan menggunakan kata
bahasa Yunani, (“membawa”); tetapi, berkata pula seperti Matius, “jangan
(menambah) membawa tongkat, atau tas, atau roti, atau uang”. Tetapi
Matius 10:10 menambah penjelasan lanjutan: mereka tidak diizinkan untuk
mengadakan (dengan membeli) tongkat sebagai peralatan tambahan
khusus mereka dalam perjalanannya. Markus 6:8 kelihatannya
menunjukkan bahwa hal itu tidak berarti bahwa mereka harus membuang
tongkat dan kasutnya yang sudah mereka miliki dalam perjalanan mereka
sebelumnya dengan Yesus.
Namun demikian, ini bukan jawaban mutlak, hanya suatu kemungkinan.
Yang kelihatan seolah-olah perbedaan ini adalah begitu sepele sehingga
sama sekali tidak akan berdampak apa-apa terhadap pengajaran Injil dan
makna inti di dalam Injil. Kita tidak berpandangan terhadap Injil
sebagaimana halnya orang-orang Muslim berpandangan terhadap Quran
mereka (lihat keterangan di depan: definisi Wahyu). Jikalau benar tuduhan
kaum Muslim bahwa orang Kristen telah salah dan para penerjemah telah
mengubah kitab Injil yang asli, maka “kontradiksi” elementer dari para
penerjemah ini tidak akan ada, sebab akan mudah mereka hapuskan
(atau sesuaikan). Membiarkan “kontradiksi-semu” apa adanya itu, justru
menunjukkan tanda keaslian naskah ini sebagai hasil tulisan manusia
tentang apa yang telah terjadi. Dan ini jelas menandakan bahwa ia tidak
diselewengkan dengan rekayasa.
41. Apakah Herodes berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis
(Matius 14:2; Markus 6:16), atau bukan? (Lukas 9:9)
(Kategori: salah mengartikan ayat)
Sebenarnya, tidak ada pertentangan disini. Dalam Lukas 9:9 dikisahkan
bahwa Herodes mempertanyakan siapa orang yang luar biasa itu, padahal
Yohanes telah mati. Selanjutnya dalam Matius 14:2 dan Markus 6:16
Herodes menjawab pertanyaannya sendiri: sesudah mempertimbangkan
siapakah Yesus itu, ia menyimpulkan bahwa Yesus mungkin adalah
Yohanes Pembaptis yang telah bangkit dari kematian. Herodes belum
pernah bertemu dengan Yesus, dan ketika betul-betul bertemu dalam
pengadilannya, ia sadar bahwa Yesus bukanlah Yohanes (Lukas 23:8-11).
Herodes telah mendengar banyak tentang Yesus dan mengerti pernyataan
Yohanes bahwa ia mempersiapkan jalan untuk Dia yang akan datang
(Yohanes 1:15-34). Dan jika saja ia telah mendengar bahwa Yesus
dibaptiskan oleh Yohanes, ia pasti mengerti benar bahwa kedua orang ini
berbeda.
42. Apakah Yohanes Pembaptis mengenali Yesus (Matius 3:13-14) atau
tidak (Yohanes 1:32-33) sebelum Ia dibaptis?
(Kategori: salah memahami maksud penulis)
Pernyataan Yohanes dalam Yohanes 1:33 yang menyatakan bahwa ia tidak
mengenali Yesus tanpa melihat Roh Kudus turun dan tinggal di atas-Nya,
menunjukkan bahwa Yohanes tidak dapat memastikan Yesus sebagai
Mesias tanpa adanya tanda-tanda pasti yang menyertai-Nya. Yohanes
dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum ia terlahir (Lukas 1”15) dan ia telah
mengetahui siapa Yesus sejak ia berada dalam kandungan ibunya. Lukas
1:41-44 menegaskan hal ini, yaitu ketika Maria datang mengunjungi ibu
Yohanes; salam yang disampaikan oleh Maria membuat Yohanes (yang
dalam kandungan) melonjak kegirangan sebab mengetahui kehadiran
Maria, sebagai ibu dari Tuhannya.
Kejadian ini memperlihatkan bahwa ibu Yohanes pun mengetahui siapa itu
Yesus. Tentunya, sang ibu akan memberitahukan sesuatu tentang Yesus
kepada Yohanes dalam masa pertumbuhannya (walaupun diperkirakan
ibunya meninggal ketika Yohanes masih muda).
Melalui penjelasan yang ia peroleh dari ibunya, ditambah lagi kesaksian
Roh Kudus di dalam diri Yohanes, maka tanda yang diperlihatkan Roh
Kudus dalam bentuk burung merpati membuat ia memperoleh konfirmasi
dari Roh Kudus mengenai apa yang selama ini ia pikirkan. Tuhan
menghilangkan segala keragu-raguan sehingga Yohanes dapat dengan
pasti mengenali Yesus tanpa dikacaukan oleh imajinasinya atau oleh
kesalahan orang lain.
43. Apakah Yohanes Pembaptis mengenali Yesus (Yohanes 1:32-33)
atau tidak (Matius 11:2) sesudah Yesus dibaptis?
(Kategori: salah mengartikan ayat)
Yohanes 1:29-36 menjelaskan dengan terang benderang betapa Yohanes
mengenal Yesus. Kita tidak punya peluang untuk meragukan hal ini!
seangkan Matius 11:2 terjadi sesudah peristiwa di atas, dan sementara
waktu itu berlangsung banyak hal-hal baru. Pengetahuan Yohanes tentang
Yesus pada mulanya adalah terbatas, dan tampaknya ia tidak mengikuti
perkembangan selanjutnya yang agak membingungkan dirinya. Ia tidak
tahu bagaimana bentuk pelayanan Yesus. Matius 3:11,12 mencatat
beberapa hal saja yang Yohanes ketahui, “Ia akan membaptiskan kamu
dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia
akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-
Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api
yang tak terpadamkan.” Ini merupakan pernyataan Yohanes dalam
memberi gambaran tentang Mesias sebagai raja penakluk dan yang
akan melakukan penghakiman atas orang-orang yang menolak Dia, dan
yang membawa keadilan serta kedamaian bagi mereka yang mengikuti Dia.
Yohanes tahu persis tentang hal ini.
Akan tetapi, Mesias juga digambarkan dalam Alkitab sebagai seorang
hamba yang menderita akibat perbuatan anak-anak Tuhan. Hal ini dengan
jelas ditunjukkan dalam Yesaya 53 khususnya ayat 12, “Ia menanggung
dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.” Yohanes
juga mengerti hal ini, seperti yang diungkapkannya dalam Yohanes 1:29,
“Lihatlah, Anak Domba Tuhan, yang menghapus dosa dunia.”
Yang tidak cukup diketahui Yohanes rupa-rupanya adalah bagaimana
gambaran Mesias (yang Raja/Hakim) dan gambaran Mesias (yang hamba
yang menderita) itu saling berinteraksi. Banyak orang beranggapan bahwa
Mesias akan datang melakukan penghakimanNya pada waktu kedatangan-
Nya. Kenyataannya, hal ini baru akan terjadi pada saat
kedatanganNya yang kedua kali (lihat Kisah Para Rasul 1:11). Orang-orang
Israel bingung dengan sikap Yesus yang enggan bertindak sebagai
pemimpin militer dan membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa
Romawi pada saat itu.
Kebingungan ini diceritakan dalam Lukas 24:13-33, ketika Yesus bercakap-
cakap dengan dua orang pengikut-Nya dalam perjalanan menuju Emaus
sesudah kebangkitan-Nya. Pada awalnya mereka terhalang oleh sesuatu
sehingga mereka tidak dapat mengenali-nya (ayat 16). Mereka
mengatakan, “Kami mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel.” (ayat 21). Harapan mereka benar, tetapi
mereka salah memahami langkah pertama Tuhan dalam proses penebusan
dosa dan pembebasan. Yesus mengoreksi kesalahan mereka dalam ayat
25, 26 dan mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya
hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan
para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke
dalam kemuliaan-Nya?”
Kesalahpahaman yang serupa rupanya terjadi pada pertanyaan yang
diajukan oleh Yohanes dalam Matius 11:2. Sekalipun amat yakin pada
awalnya bahwa Yesus adalah Pembebas bangsa Israel, namun pada
perkembangan-perkembangan terakhir ia nyaris kehilangan keyakinannya.
Ia mengharapkan Yesus akan menaklukan tentara Roma dan menegakkan
kembali kerajaan Israel seperti pada masa pemerintahan Daud, tetapi yang
terjadi adalah sebaliknya, Yesus malah “mengajar dan berkhotbah di kota
Galilea” (Matius 11:1) tanpa sedikitpun berbicara mengenai strategi militer.
Yohanes memastikan ada sesuatu yang tidak beres. Apakah ia salah paham
tentang peran yang dilakukan oleh sang Mesias? Atau yang lebih parah
lagi, apakah ia telah salah berpikir bahwa Yesus itu Mesias? Tetapi,
jawaban Yesus dalam Matius 11:4-6 membuat jelas, “Pergilah dan
katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang
buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli
mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin dibe