Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada
ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW ketika diutus oleh Allah SWT
sebagai Rasul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana paganisme tumbuh menjadi sebuah
identitas yang melekat pada masyarakat Arab masa itu. Kemudian Islam datang menawarkan cahaya
penerang, yang mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan
beradab. Salah satu pencerahan yang dibawa oleh Islam bagi kemanusiaan adalah pemikiran secara
ilmiah, masyarakat Arab dan Timur tengah pra Islam tidak memperdulikan persoalan-persoalan
mengenai alam semesta, bagaimana alam tercipta dan bagaimana alam bekerja, maka dari sinilah
mereka belajar merenungi pertanyaan-pertanyaan ini dan untuk mencari jawabannya tentang itu
semua, mereka merujuk kepada Alquran dan Hadits. Di dalam Alquran (QS Ali-Imran: 190-191),
Allah memerintahkan memikirkan bagaimana langit dan bumi tercipta, cara fikir ini menggerakkan
bangkitnya ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan
yang istimewa dalam sejarah dunia, terutama tentang alam semesta.
Menurut Al-Indunisi (2008), Baghdad menjadi ibukota ilmu pengetahuan dalam imperium
Islam, selain menjadi ibu kota, Baghdad menjadi pusat kumpulnya para peneliti, illmuan dan filosof.
Yang terkenal di sana pada saat itu adalah terungkapnya rahasia alam semesta yang Allah ciptakan.
Kesadaran para ilmuan muslim yang bersumber dari Alquran dan Hadits memicu pencapaian terbesar
dalam ilmu pengetahuan, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, sifat lain yang diajarkan oleh
Al- Qur’an dan Hadits kepada kaum muslim adalah keterbukaan fikiran, yang memungkinkan mereka
mendapatkan ilmu pengetahuan dari peradaban lain tanpa prasangka.
Karya-karya kaum muslim sangat mengagumkan dan mempunyai andil yang sangat besar
dalam penelitian, pengamatan, percobaan dan perhitungan. Sebagai contoh, sistem desimal yang
sekarang digunakan diseluruh dunia dikembangkan oleh ahli matematika muslim. Menurut Gordon
(2008), aljabar dan trigonometri adalah temuan pakar matematika muslim. Sejumlah prestasi kaum
muslimin yang paling memukau adalah dibidang kedokteran, dimasa ketika orang Eropa menganggap
penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Pengamatan dokter-dokter muslim terhadap anatomi manusia sangatlah tepat sehingga
hasilnya dijadikan buku-buku rujukan di sekolah-sekolah kedokteran Eropa selama lebih dari enam
abad silam. Dokter-dokter Islam juga mengukur denyut nadi pasien ketika sedang memeriksa mereka,
dan ini dilakukan berabad-abad sebelum orang Eropa. Ilmuan muslim menemukan sejumlah
penemuan-penemuan yang sangat penting dalam bidang optik dan cahaya. Orang yang pertama yang
meggambarkan anatomi mata dengan sangat terperinci adalah ahli optik muslim yaitu Ibnu Al
Haitsam, penelitiannya yang diakui dalam bidang lensa membuka jalan bagi penemuan kamera.
Dokter-dokter muslim juga menemukan penyebab kerusakan penglihatan dan melakukan operasi
katarak yang berhasil beberapa abad sebelum Eropa. Warisan ilmu pengetahuan Islam menjadi sumber
pencerahan Eropa (Abqary, 2010).
Pada dasarnya hakikat ilmu pengetahuan adalah untuk mencari kebenaran secara ilmiah,
namun dalam Alquran dan Hadits hakikat ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk mencari
kebenaran yang bersifat ilmiah, melainkan untuk mencari-tanda-tanda, kebajikan-kebajikan dan
rahmah untuk itu apakah hakikat ilmu pengetahuan sebenarnya?
Alquran bukan merupakan penghambat perkembangan ilmu pengetahuan, tidak sedikit ayatayat Alquran dan Hadits yang mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, oleh
karena itu bagaimana peran Alquran dan Hadits dalam perkembangan ilmu pengetahuan?Bagaimanapun ilmu pengetahuan harus digunakan, dalam penggunaan ini disatu sisi ilmu
pengetahuan bebas dari nilai (value free), disisi lain Alquran dan Hadits menekankan bahwa segala
bentuk kegiatan manusia harus dikaitkan dengan nilai ibadah; bagaimana pandangan Alquran dan
Hadits terhadap penggunaan ilmu pengetahuan?
Tujuan penelitian ini adalah: (1) sebagai salah satu upaya membumikan Alquran dan Hadits
dengan mengkaji secara tematik khusunya tentang ilmu pengetahuan; (2) menambah khazanah
intelektualitas bagi ummat Islam yang selalu ingin menemukan kejayaannya kembali dengan mengkaji
ulang konsep ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) di tengah era globalisasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang begitu cepatnya yang membawa perubahan sosial dan pergeseran nilai. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai filter dalam mengantisifasi pengaruh negatif dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
PEMBAHASAN
Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an
Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Alquran.
Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Alquran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia
disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002). yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan
waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam menentukan waktu yang tepat
diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai
waktu-waktu tertentu (Turner, 2004). Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait
erat dengan sains dan teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu membutuhkan
kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu
pengetahuan dalam Alquran, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang
sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 di bawah ini.
: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah
kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di
angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang dimaksud
di sini sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini
telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu
menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan
teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-pelanet
lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang
ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari
tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau
dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Yatim (1997) dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam: “Kemajuan
Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol” (p. 2).
Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan
muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, semua itu bukti
kebenaran informasi yang terkandung di dalam Alquran, karena jauh sebelum peristiwa penemuanpenemuan itu terjadi, Alquran telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini termasuk bagian
dari kemukjizatan Alquran, dimana kebenaran yang terkandung di dalamnya selalu terbuka untuk
dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiah oleh siapa pun.
Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,
basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Alquran adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana
tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan (Kartanegara, 2006), semuanya telah diatur di
dalamnya, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum
minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum
dan sebagainya (dalam QS Al An’am: 38).
Lebih lanjut Baiquni (1997) mengatakan bahwa sebenarnya segala ilmu yang diperlukan
manusia itu tersedia di dalam Alquran (p. 17). Salah satu kemukjizatan (keistimewaan) Alquran yang
paling utama adalah hubungannya dengan ilmu pengetahuan, begitu pentingnya ilmu pengetahuan
dalam Alquran sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali QS. Al-‘Alaq: 1-5, yaitu:
: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Pentingnya Belajar Menurut Al Qur’an dalam Surat Al-Alaq Ayat 1-5
Surat Al-Alaq (Iqra’) termasuk ayat Al Qur’an pertama yang diturunkan, termasuk ayat
makiyyah, terdiri dari 19 ayat, 93 kalimat dan 280 huruf. Dalam Surat Al Alaq dapatlah di lihat suatu
gambaran yang hidup mengenai suatu peristiwa terbesar yang pernah terjadi pada sejarah manusia,
yaitu pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril untuk pertama kali di Gua Hiro’ dan
penerimaan wahyu yang pertama setelah Nabi berusia 40 tahun.
Bagian pertama Surat Al-Alaq ini mengarahkan Nabi Muhammad SAW kepada Allah agar
beliau berkomunikasi dengan Allah dan beliau dengan nama Allah membaca ayat-ayat Alquran yang
diterima melalui wahyu/Jibril (bukan membaca tulisan di atas kertas, sebab ia adalah ummi/tidak
pandai baca tulis). Sebab dari Allah-lah asal mula segala makhluk dan kepadanya pulalah semua akan
kembali.
Wahyu pertama itu juga mengingatkan, bahwa Allah telah memuliakan/menjunjung tinggi
martabat manusia melalui baca. Artinya dengan proses belajar mengajar itu manusia dapat menguasai
ilmu-ilmu pengetahuan dan dengan ilmu-ilmu pengetahuan ini manusia dapat mengetahui rahasia alam
semesta yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya. Padahal manusia itu dijadikan oleh
Allah dari segumpal darah yang melekat dirahim ibu. Surat Al-Alaq ayat 1-5 diturunkan sewaktu
Rasulullah SAW berkhalwat di Gua Hiro, ketika itu beliau berusia 40 tahun. Ayat-ayat pertama yang
diturunkan sekaligus merupakan tanda pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung pengertian bahwa untuk memahami segala macam ilmu
pengetahuan, seseorang harus pandai dalam membaca. Dalam membaca itu harus didahului dengan
menyebut nama Tuhan; yakni dengan membaca “BasmAllah” terlebih dulu dan ingat akan kekuasaan
yang dimiliki-Nya, sehingga ilmu yang diperoleh dari membaca itu, akan menambah dekatnya
hubungan manusia dengan khaliq-nya.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia-lah yang menciptakan manusia dari segumpal darah dan
kemudian menjadikan makhluk yang paling mulia. Ini menunjukkan betapa Maha Kuasanya Allah
SWT. Pada ayat berikutnya Allah SWT Mengulang untuk memerintahkan membaca, dalam rangka
untuk mengetahui kemuliaan Allah Yang Maha Pemurah. Dengan limpahan karunia-Nya, Dia juga
mengajarkan kepada manusia kemampuan membaca dan kemampuan menggunakan pena
(kemampuan baca tulis), yang menyebabkan manusia dapat mempelajari berbagai persoalan, sehingga
manusia dapat menguasai berbagai ilmu yang diperlukan dalam hidupnya.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara
teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya, berfikir dengan menkorelasikan
antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu
pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada
SAW dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu
pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. Tentu ilmu pengetahuan diperoleh di awali
dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca ayat
qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengetahui apa-apa, pengetahuan manusia
itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra
pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat (Sarwar,
1994).
Menurut DEPAG (2000), dalam Alquran terdapat kurang lebih 750 ayat rujukan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang
menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Ini membuktikan
bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran (Islam). Alquran selalu
memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan, pendengaran,
semaksimal mungkin (Hasan, 2005).
Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik dalam
mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Alquran itu sendiri merupakan sumber ilmu dan
sumber inspirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Betapa tidak, Alquran sendiri
mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap
orang-orang yang berilmu.
Dalam QS. Al-Mujaadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam Tasmara (2004), kita dapat melihat dengan jelas bahwa Islam merupakan agama yang
sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan, jadi Islam bukanlah sebatas ibadah dan shalat saja tetapi
Islam adalah kaffah (menyeluruh). Menurut Ali Syariati (dalam Tasmara, 2004), Alquran merupakan
firman Allah yang sangat komprehensif, yang menjadi sumber inspirasi bagi manusia dalam semua
lini kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi Alquran yang dibuat olehnya.
Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah
SWT. Dia-lah Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Konsep kekuasaan-Nya juga
meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep yang mengatakan bahwa Allah SWT
lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam Al-Quran.
QS Al Baqarah ayat 31:
∩⊂⊇∪ t⎦⎫Ï%ω≈|¹ öΝçFΖä. βÎ) Ï™Iωàσ¯≈yδ Ï™!$yϑó™r'Î/ ’ÎΤθä↔Î6
/
Ρr& tΑ$s)sù Ïπs3Íׯ≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎztä §ΝèO $yγ¯=ä. u™!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u™ zΝ¯=tæuρ
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"
QS Al Baqarah ayat 239:
∩⊄⊂®∪ šχθãΚn=÷ès? (#θçΡθä3s? öΝs9 $¨Β Νà6yϑ¯=tæ $yϑx. ©
!$# (#ρãà2øŒ$$sù ÷Λä⎢ΨÏΒr& !#sŒÎ*sù ( $ZΡ$t7ø.â‘ ÷ρr& »ω$y_Ìsù óΟçFøÅz ÷βÎ*sù
Artinya: “Jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka Shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman, Maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana
Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
QS Ar-Rahman ayat 2:
∩⊄∪ tβ#u™öà)ø9$# zΝ¯=tæ
Artinya: “Yang telah mengajarkan Alquran.”
QS. Al-A’laq ayat 4-5:
∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z⎯≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ¯=tæ “Ï%©!$#
Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
Sumber-sumber pengetahuan lain selain yang diwahyukan langsung misalnya fenomena alam,
psikologi manusia, dan sejarah. Alquran menggunakan istilah ayat (tanda) untuk menggambarkan
sumber ilmu berupa fenomena alam dan psikologi, dalam ayat-ayat berikut.
QS Al Baqarah ayat 164:
!$Βt uρ }¨$¨Ζ9$# ßìxΖtƒ $yϑÎ/ Ìóst7ø9$# ’Îû “ÌøgrB
©ÉL©9$# Å7ù=àø9$#uρ Í‘$yγ¨Ψ9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏG÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû ¨βÎ)
Ëx≈tƒÌh9$# É#ƒÎóÇs?uρ 7π−/!#yŠ Èe≅à2 ⎯ÏΒ $pκÏù £]t/uρ $pκÌEöθtΒ y‰÷èt/ uÚö‘F{$# ÏμÎ/ $uŠômr'sù &™!$¨Β ⎯ÏΒ Ï™!$yϑ¡¡9$# z⎯ÏΒ ª
!$# tΑt“Ρr&
∩⊇∉⊆∪ tβθè=É)÷ètƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ ÇÚö‘F{$#uρ Ï™!$yϑ¡¡9$# t⎦÷⎫t/ ̤‚|¡ßϑ9ø$# É>$ys¡¡9$#uρ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
QS Asy Syuura ayat 53:
∩∈⊂∪ â‘θãΒW{$# çÅÁs? «!$# ’n<Î) Iωr& 3 ÇÚö‘F{$# ’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $tΒ …çμs9 “Ï%©!$# «!$# ÅÞ≡uÅÀ
Artinya: “(yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.”
Untuk sumber ilmu berupa fenomena sejarah, Alquran menggunakan istilah ‘ibrah (pelajaran,
petunjuk) yang darinya bisa diambil pelajaran moral dalam ayat berikut.
QS Yusuf ayat 111:
Ïμ÷ƒy‰tƒ t⎦÷⎫t/ “Ï%©!$# t,ƒÏ‰óÁs? ⎯Å6≈s9uρ 2”utIøム$ZVƒÏ‰tn tβ%x. $tΒ 3 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ×οuö9Ïã öΝÎηÅÁ|Ás% ’Îû šχ%x. ô‰s)s9
∩⊇⊇⊇∪ tβθãΖÏΒ÷σム5Θöθs)Ïj9 ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ &™ó©x« Èe≅à2 Ÿ≅‹ÅÁøs?uρ
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitabkitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman.”
Sebagai akibat wajar dari otoritas ketuhanan-Nya, Alquran, di samping menunjukkan sumbersumber pengetahuan eksternal, Alquran juga merupakan sumber utama pengetahuan (Hafidhuddin,
1998). Dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin,
tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab.
Kedudukan ini berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan
hanya imajinasi kosong.
Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, al-ma’rifah dan alsyu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan
salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang
berarti tanda, simbol, atau lambang, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi ’alamah juga
berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala. Karenanya ma’lam (jamak ma’alim)
berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan.
Hal yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa
tujuan Alquran menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam.
Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan ’alama) di dalam Alquran tersebut yang menyebabkan Nabi
Muhammad SAW mengutuk orang-orang yang membaca Surat Ali Imran ayat 190-195 yang secara
jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di
muka bumi tanpa mau merenungkan maknanya.
QS Ali Imran ayat 190-195:
1 ©
!$# tβρãä.õ‹tƒ t⎦⎪Ï%©!$# ∩⊇®⊃∪ É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû χÎ)
y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû tβρã¤6xtGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ%
$oΨ¯ΡÎ) !$oΨ−/§‘ ∩⊇®⊄∪ 9‘$|ÁΡr& ô⎯ÏΒ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à=Ï9 $tΒuρ ( …çμtF÷ƒt“÷zr& ô‰s)sù u‘$¨Ζ9$# È≅Åzô‰è? ⎯tΒ y7¨ΡÎ) !$oΨ−/u‘ ∩⊇®⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù
yìtΒ $oΨ©ùuθs?uρ $oΨÏ?$t↔Íh‹y™ $¨Ψtã öÏeŸ2uρ $oΨt/θçΡèŒ $uΖs9 öÏøî$$sù $oΨ−/u‘ 4 $¨ΨtΒ$t↔sù öΝä3În/tÎ/ (#θãΨÏΒ#u™ ÷βr& Ç⎯≈yϑƒM∼Ï9 “ÏŠ$oΨム$ZƒÏŠ$oΨãΒ $oΨ÷èÏϑy™
z>$yftFó™$$sù ∩⊇®⊆∪ yŠ$yèŠÎRùQ$# ß#Î=øƒéB Ÿω y7¨ΡÎ) 3 Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# tΠöθtƒ $tΡÌ“øƒéB Ÿωuρ y7Î=ߙ①4’n?tã $oΨ¨?‰tãuρ $tΒ $oΨÏ?#u™uρ $oΨ−/u‘ ∩⊇®⊂∪ Í‘#tö/F{$#
⎯ÏΒ (#θã_Ì÷zé&uρ (#ρãy_$yδ t⎦⎪Ï%©!$$sù ( <Ù÷èt/
.
⎯ÏiΒ Νä3àÒ÷èt/ ( 4©s\Ρé& ÷ρr& @x.sŒ ⎯ÏiΒ Νä3ΨÏiΒ 9≅Ïϑ≈tã Ÿ≅uΗxå ßì‹ÅÊé& Iω ’ÎoΤr& öΝßγ
š
/u‘ öΝßγs9
$\/#uθrO ã≈yγ÷ΡF{$# $pκÉJøtrB ⎯ÏΒ “ÌøgrB ;M≈¨Ζy_ öΝßγ¨Ψn=Ï{÷Š
_{uρ öΝÍκÌE$t↔Íh‹y™ öΝåκ÷]tã ¨βtÏex._{ (#θè=ÏFè%uρ (#θè=tG≈s%uρ ’Í?‹Î6y™ ’Îû (#ρèŒρé&uρ öΝÏδÌ≈tƒÏŠ
∩⊇®∈∪ É>#uθ¨W9$# ß⎯ó¡ãm …çνy‰ΨÏã
ª
!$#uρ 3 «!$# ωΨÏã ô⎯ÏiΒ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya
Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan
tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami
mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka
Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami
kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya
Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasulrasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji.". Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lakilaki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orangorang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah
aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di
sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam Alquran adalah holistik dan utuh (berbeda
dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai bukti worldview tauhid dan
monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini berarti persoalan-persoalan epistemologis
harus selalu dikaitkan dengan etika dan spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan
epistemologis meluas, baik dari wilayah (yang disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah
(yang disebut sekuler), karena worldview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar antara
wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi penolokan hikmah dan
petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT
sebagai sumber semua pengetahuan, secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber
dan tujuan epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang
menunjuk pada ayat-ayat Alquran dan semua wujud di alam semesta.
Konsep integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir Alquran,
di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat Alquran yang menguraikan tentang bintang dan kesehatan,
misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masing-masing dengan pengetahuan astronomi dan kesehatan.
Ibnu Rusyd dalam fasl al-maqal, juga memberikan penjelasan keterkaitan antara penafsiran
keagamaan dan kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat Alquran yang mendorong manusia
meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi, dalam ayat-ayat berikut.
QS Al A’raaf ayat 185:
( öΝßγè=y_r& z>utIø%$# ωs% tβθä3tƒ βr& #©|¤tã ÷β&ruρ &™ó©x« ⎯ÏΒ ª
!$# t,n=y{ $tΒuρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÏNθä3n=tΒ ’Îû (#ρãÝàΖtƒ óΟs9uρr&
∩⊇∇∈∪ tβθãΖÏΒ÷σム…çνy‰÷èt/
¤
]ƒÏ‰tn Äd“r'Î7sù
Artinya :”dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang
diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah
lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?”
QS Ali Imran ayat 191:
Artinya :”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami
dari siksa neraka”.
QS Al Ghaasiyyah ayat 17-18:
∩⊇∇∪ ôMyèÏùâ‘ y#ø‹Ÿ2 Ï™!$uΚ¡¡9$# ’n<Î)uρ ∩⊇∠∪ ôMs)Î=äz y#ø‹Ÿ2 È≅Î/M}$# ’n<Î) tβρãÝàΨtƒ Ÿξsùr&
Artinya :”Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit,
bagaimana ia ditinggikan?”
Dengan hal yang sama, Alquran juga mendorong manusia melakukan perjalanan di bumi
untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian sejarah, arkeologi,
perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya secara utuh.
Dalam QS Fushshilat ayat 53, secara kategoris, Alquran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah
SWT di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang berkaitan dengan
kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Namun, keutuhan
dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin itu sama, atau tidak
ada prioritas diantara mereka.
QS Fushshilat ayat 53:
∩∈⊂∪ î
‰‹Íκy− &™ó©x« Èe≅ä. 4’n?tã …çμ¯Ρr& y7În/tÎ/ É#õ3tƒ öΝs9uρr& 3 ‘
,ptø:$# çμ¯Ρr& öΝßγs9 t⎦¨⎫t7oKtƒ 4©®Lym öΝÍκŦàΡr& þ’Îûuρ É−$sùFψ$# ’Îû $uΖÏF≈tƒ#u™ ΟÎγƒÎã∴y™
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam adalah lebih utama, unik karena berasal langsung
dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang mendasar bagi alam semesta. Semua pengetahuan lain
yang benar harus membantu kita memahami dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di
dalam Alquran untuk kemajuan individu dan masyarakat.
Ilmu Pengetahuan dalam Hadits
Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan
mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu (Alavi, 2003). Sebagaimana Sabda Rasulullah
SAW:
طلب العلم فريضة على آل مسلم
Artinya: “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits di atas memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar
mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu
perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih
lanjut Rasulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di
batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai
liang lahat” dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”.
Dalam Media Islamika (2007), dorongan dari Alquran dan perintah dari Rasulullah tersebut
telah dipraktikkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti
dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan
teknologi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi,
Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkanpun berbagai macam disiplin ilmu,
bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Fisika,
Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan
sebagainya.
Pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berada di bawah kendali umat
Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknologi. Rasululullah SAW pernah
bersabda: “Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang
memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam
kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
PENUTUP
Dengan demikian, Alquran dan Hadits merupakan sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat
Islam dalam spektrum yang seluas-luasnya. Lebih lagi, kedua sumber pokok Islam ini memainkan
peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu. Peran itu adalah: Pertama, prinsipprinsip semua ilmu dipandang kaum Muslimin terdapat dalam Al Qur’an. Dan sejauh pemahaman
terhadap Alquran, terdapat pula penafsiran yang bersifat esoteris terhadap kitab suci ini, yang
memungkinkan tidak hanya pengungkapan misteri-misteri yang dikandungnya tetapi juga pencarian
makna secara lebih mendalam, yang berguna untuk pembangunan paradigma ilmu. Kedua, Alquran
dan Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan
dan keutamaan menuntut ilmu, pencarian ilmu dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada
penegasan Tauhid. Karena itu, seluruh metafisika dan kosmologi yang lahir dari kandungan Alquran
dan Hadits merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. Singkatnya, Alquran dan
Hadits menciptakan atmosfir khas yang mendorong aktivitas intelektual dalam konformitas (Azra,
2001). Wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW berasal dari Allah SWT, merupakan sumber
pengetahuan yang paling pasti. Namun, Alquran juga menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain
disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya
sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun,
karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah SWT kepada
manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka
ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan
yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri
sendiri dan terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan
atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan
epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.