Selasa, 26 November 2024

sain Alquran 3


 Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada 

ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW ketika diutus oleh Allah SWT 

sebagai Rasul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana paganisme tumbuh menjadi sebuah 

identitas yang melekat pada masyarakat Arab masa itu. Kemudian Islam datang menawarkan cahaya 

penerang, yang mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan 

beradab. Salah satu pencerahan yang dibawa oleh Islam bagi kemanusiaan adalah pemikiran secara 

ilmiah, masyarakat Arab dan Timur tengah pra Islam tidak memperdulikan persoalan-persoalan 

mengenai alam semesta, bagaimana alam tercipta dan bagaimana alam bekerja, maka dari sinilah 

mereka belajar merenungi pertanyaan-pertanyaan ini dan untuk mencari jawabannya tentang itu 

semua, mereka merujuk kepada Alquran dan Hadits. Di dalam Alquran (QS Ali-Imran: 190-191), 

Allah memerintahkan memikirkan bagaimana langit dan bumi tercipta, cara fikir ini menggerakkan 

bangkitnya ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan 

yang istimewa dalam sejarah dunia, terutama tentang alam semesta. 

Menurut Al-Indunisi (2008), Baghdad menjadi ibukota ilmu pengetahuan dalam imperium 

Islam, selain menjadi ibu kota, Baghdad menjadi pusat kumpulnya para peneliti, illmuan dan filosof. 

Yang terkenal di sana pada saat itu adalah terungkapnya rahasia alam semesta yang Allah ciptakan. 

Kesadaran para ilmuan muslim yang bersumber dari Alquran dan Hadits memicu pencapaian terbesar 

dalam ilmu pengetahuan, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, sifat lain yang diajarkan oleh 

Al- Qur’an dan Hadits kepada kaum muslim adalah keterbukaan fikiran, yang memungkinkan mereka 

mendapatkan ilmu pengetahuan dari peradaban lain tanpa prasangka. 

Karya-karya kaum muslim sangat mengagumkan dan mempunyai andil yang sangat besar 

dalam penelitian, pengamatan, percobaan dan perhitungan. Sebagai contoh, sistem desimal yang 

sekarang digunakan diseluruh dunia dikembangkan oleh ahli matematika muslim. Menurut Gordon 

(2008), aljabar dan trigonometri adalah temuan pakar matematika muslim. Sejumlah prestasi kaum 

muslimin yang paling memukau adalah dibidang kedokteran, dimasa ketika orang Eropa menganggap 

penyakit disebabkan oleh roh jahat. 

Pengamatan dokter-dokter muslim terhadap anatomi manusia sangatlah tepat sehingga 

hasilnya dijadikan buku-buku rujukan di sekolah-sekolah kedokteran Eropa selama lebih dari enam 

abad silam. Dokter-dokter Islam juga mengukur denyut nadi pasien ketika sedang memeriksa mereka, 

dan ini dilakukan berabad-abad sebelum orang Eropa. Ilmuan muslim menemukan sejumlah 

penemuan-penemuan yang sangat penting dalam bidang optik dan cahaya. Orang yang pertama yang 

meggambarkan anatomi mata dengan sangat terperinci adalah ahli optik muslim yaitu Ibnu Al 

Haitsam, penelitiannya yang diakui dalam bidang lensa membuka jalan bagi penemuan kamera. 

Dokter-dokter muslim juga menemukan penyebab kerusakan penglihatan dan melakukan operasi 

katarak yang berhasil beberapa abad sebelum Eropa. Warisan ilmu pengetahuan Islam menjadi sumber 

pencerahan Eropa (Abqary, 2010). 

Pada dasarnya hakikat ilmu pengetahuan adalah untuk mencari kebenaran secara ilmiah, 

namun dalam Alquran dan Hadits hakikat ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk mencari 

kebenaran yang bersifat ilmiah, melainkan untuk mencari-tanda-tanda, kebajikan-kebajikan dan 

rahmah untuk itu apakah hakikat ilmu pengetahuan sebenarnya? 

 Alquran bukan merupakan penghambat perkembangan ilmu pengetahuan, tidak sedikit ayat￾ayat Alquran dan Hadits yang mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, oleh 

karena itu bagaimana peran Alquran dan Hadits dalam perkembangan ilmu pengetahuan?Bagaimanapun ilmu pengetahuan harus digunakan, dalam penggunaan ini disatu sisi ilmu 

pengetahuan bebas dari nilai (value free), disisi lain Alquran dan Hadits menekankan bahwa segala 

bentuk kegiatan manusia harus dikaitkan dengan nilai ibadah; bagaimana pandangan Alquran dan 

Hadits terhadap penggunaan ilmu pengetahuan? 

Tujuan penelitian ini adalah: (1) sebagai salah satu upaya membumikan Alquran dan Hadits 

dengan mengkaji secara tematik khusunya tentang ilmu pengetahuan; (2) menambah khazanah 

intelektualitas bagi ummat Islam yang selalu ingin menemukan kejayaannya kembali dengan mengkaji 

ulang konsep ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) di tengah era globalisasi, ilmu pengetahuan dan 

teknologi berkembang begitu cepatnya yang membawa perubahan sosial dan pergeseran nilai. Hasil 

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai filter dalam mengantisifasi pengaruh negatif dari 

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

PEMBAHASAN 

Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an 

Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Alquran. 

Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Alquran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia 

disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002). yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama 

Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan 

waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, 

pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam menentukan waktu yang tepat 

diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai 

waktu-waktu tertentu (Turner, 2004). Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait 

erat dengan sains dan teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu membutuhkan 

kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu 

pengetahuan dalam Alquran, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang 

sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 di bawah ini. 


: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan 

bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” 

Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah 

kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di 

angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang dimaksud 

di sini sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini 

telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu 

menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan 

teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-pelanet 

lainnya. 

Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang 

ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari 

tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau 

dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini 

sebagaimana diungkapkan oleh Yatim (1997) dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam: “Kemajuan 

Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol” (p. 2). 

Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan 

muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, semua itu bukti 

kebenaran informasi yang terkandung di dalam Alquran, karena jauh sebelum peristiwa penemuan￾penemuan itu terjadi, Alquran telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini termasuk bagian 

dari kemukjizatan Alquran, dimana kebenaran yang terkandung di dalamnya selalu terbuka untuk 

dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiah oleh siapa pun. 

Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, 

basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Alquran adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana 

tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan (Kartanegara, 2006), semuanya telah diatur di 

dalamnya, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum 

minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum 

dan sebagainya (dalam QS Al An’am: 38). 

Lebih lanjut Baiquni (1997) mengatakan bahwa sebenarnya segala ilmu yang diperlukan 

manusia itu tersedia di dalam Alquran (p. 17). Salah satu kemukjizatan (keistimewaan) Alquran yang 

paling utama adalah hubungannya dengan ilmu pengetahuan, begitu pentingnya ilmu pengetahuan 

dalam Alquran sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali QS. Al-‘Alaq: 1-5, yaitu: 

 

: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan 

manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar 

(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” 

Pentingnya Belajar Menurut Al Qur’an dalam Surat Al-Alaq Ayat 1-5 

Surat Al-Alaq (Iqra’) termasuk ayat Al Qur’an pertama yang diturunkan, termasuk ayat 

makiyyah, terdiri dari 19 ayat, 93 kalimat dan 280 huruf. Dalam Surat Al Alaq dapatlah di lihat suatu 

gambaran yang hidup mengenai suatu peristiwa terbesar yang pernah terjadi pada sejarah manusia, 

yaitu pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril untuk pertama kali di Gua Hiro’ dan 

penerimaan wahyu yang pertama setelah Nabi berusia 40 tahun. 

Bagian pertama Surat Al-Alaq ini mengarahkan Nabi Muhammad SAW kepada Allah agar 

beliau berkomunikasi dengan Allah dan beliau dengan nama Allah membaca ayat-ayat Alquran yang 

diterima melalui wahyu/Jibril (bukan membaca tulisan di atas kertas, sebab ia adalah ummi/tidak 

pandai baca tulis). Sebab dari Allah-lah asal mula segala makhluk dan kepadanya pulalah semua akan 

kembali. 

Wahyu pertama itu juga mengingatkan, bahwa Allah telah memuliakan/menjunjung tinggi 

martabat manusia melalui baca. Artinya dengan proses belajar mengajar itu manusia dapat menguasai 

ilmu-ilmu pengetahuan dan dengan ilmu-ilmu pengetahuan ini manusia dapat mengetahui rahasia alam 

semesta yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya. Padahal manusia itu dijadikan oleh 

Allah dari segumpal darah yang melekat dirahim ibu. Surat Al-Alaq ayat 1-5 diturunkan sewaktu

Rasulullah SAW berkhalwat di Gua Hiro, ketika itu beliau berusia 40 tahun. Ayat-ayat pertama yang 

diturunkan sekaligus merupakan tanda pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah. 

Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung pengertian bahwa untuk memahami segala macam ilmu 

pengetahuan, seseorang harus pandai dalam membaca. Dalam membaca itu harus didahului dengan 

menyebut nama Tuhan; yakni dengan membaca “BasmAllah” terlebih dulu dan ingat akan kekuasaan 

yang dimiliki-Nya, sehingga ilmu yang diperoleh dari membaca itu, akan menambah dekatnya 

hubungan manusia dengan khaliq-nya. 

Allah SWT menjelaskan bahwa Dia-lah yang menciptakan manusia dari segumpal darah dan 

kemudian menjadikan makhluk yang paling mulia. Ini menunjukkan betapa Maha Kuasanya Allah 

SWT. Pada ayat berikutnya Allah SWT Mengulang untuk memerintahkan membaca, dalam rangka 

untuk mengetahui kemuliaan Allah Yang Maha Pemurah. Dengan limpahan karunia-Nya, Dia juga 

mengajarkan kepada manusia kemampuan membaca dan kemampuan menggunakan pena 

(kemampuan baca tulis), yang menyebabkan manusia dapat mempelajari berbagai persoalan, sehingga 

manusia dapat menguasai berbagai ilmu yang diperlukan dalam hidupnya. 

Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara 

teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya, berfikir dengan menkorelasikan 

antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu 

pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada 

SAW dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu 

pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. Tentu ilmu pengetahuan diperoleh di awali 

dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca ayat 

qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengetahui apa-apa, pengetahuan manusia 

itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra 

pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat (Sarwar, 

1994). 

Menurut DEPAG (2000), dalam Alquran terdapat kurang lebih 750 ayat rujukan yang 

berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang 

menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Ini membuktikan 

bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran (Islam). Alquran selalu 

memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan, pendengaran, 

semaksimal mungkin (Hasan, 2005). 

 

Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik dalam 

mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Alquran itu sendiri merupakan sumber ilmu dan 

sumber inspirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Betapa tidak, Alquran sendiri 

mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap 

orang-orang yang berilmu. 

Dalam QS. Al-Mujaadilah ayat 11, Allah SWT berfirman: 


Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam 

majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di 

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha 

mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam Tasmara (2004), kita dapat melihat dengan jelas bahwa Islam merupakan agama yang 

sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan, jadi Islam bukanlah sebatas ibadah dan shalat saja tetapi 

Islam adalah kaffah (menyeluruh). Menurut Ali Syariati (dalam Tasmara, 2004), Alquran merupakan 

firman Allah yang sangat komprehensif, yang menjadi sumber inspirasi bagi manusia dalam semua 

lini kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi Alquran yang dibuat olehnya.

Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah 

SWT. Dia-lah Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Konsep kekuasaan-Nya juga 

meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep yang mengatakan bahwa Allah SWT 

lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam Al-Quran. 

QS Al Baqarah ayat 31: 

 ∩⊂⊇∪ t⎦⎫Ï%ω≈|¹ öΝçFΖä. βÎ) Ï™Iωàσ¯≈yδ Ï™!$yϑó™r'Î/ ’ÎΤθä↔Î6

/

Ρr& tΑ$s)sù Ïπs3Íׯ≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎztä §ΝèO $yγ¯=ä. u™!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u™ zΝ¯=tæuρ

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian 

mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda 

itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" 

QS Al Baqarah ayat 239: 

 ∩⊄⊂®∪ šχθãΚn=÷ès? (#θçΡθä3s? öΝs9 $¨Β Νà6yϑ¯=tæ $yϑx. ©

!$# (#ρãà2øŒ$$sù ÷Λä⎢ΨÏΒr& !#sŒÎ*sù ( $ZΡ$t7ø.â‘ ÷ρr& »ω$y_Ìsù óΟçFøÅz ÷βÎ*sù

Artinya: “Jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka Shalatlah sambil berjalan atau 

berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman, Maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana 

Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”

QS Ar-Rahman ayat 2: 

 ∩⊄∪ tβ#u™öà)ø9$# zΝ¯=tæ

Artinya: “Yang telah mengajarkan Alquran.”

QS. Al-A’laq ayat 4-5: 

 ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z⎯≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ¯=tæ “Ï%©!$#

Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa 

yang tidak diketahuinya.” 

 Sumber-sumber pengetahuan lain selain yang diwahyukan langsung misalnya fenomena alam, 

psikologi manusia, dan sejarah. Alquran menggunakan istilah ayat (tanda) untuk menggambarkan 

sumber ilmu berupa fenomena alam dan psikologi, dalam ayat-ayat berikut. 

QS Al Baqarah ayat 164: 

!$Βt uρ }¨$¨Ζ9$# ßìxΖtƒ $yϑÎ/ Ìóst7ø9$# ’Îû “ÌøgrB

©ÉL©9$# Å7ù=àø9$#uρ Í‘$yγ¨Ψ9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏG÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû ¨βÎ)

Ëx≈tƒÌh9$# É#ƒÎóÇs?uρ 7π−/!#yŠ Èe≅à2 ⎯ÏΒ $pκÏù £]t/uρ $pκÌEöθtΒ y‰÷èt/ uÚö‘F{$# ÏμÎ/ $uŠômr'sù &™!$¨Β ⎯ÏΒ Ï™!$yϑ¡¡9$# z⎯ÏΒ ª

!$# tΑt“Ρr&

 ∩⊇∉⊆∪ tβθè=É)÷ètƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ ÇÚö‘F{$#uρ Ï™!$yϑ¡¡9$# t⎦÷⎫t/ Ì¤‚|¡ßϑ9ø$# É>$ys¡¡9$#uρ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, 

bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan 

dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia 

sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara 

langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang 

memikirkan.” 

QS Asy Syuura ayat 53: 

∩∈⊂∪ â‘θãΒW{$# çÅÁs? «!$# ’n<Î) Iωr& 3 ÇÚö‘F{$# ’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $tΒ …çμs9 “Ï%©!$# «!$# ÅÞ≡uÅÀ

Artinya: “(yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di 

bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” 

 Untuk sumber ilmu berupa fenomena sejarah, Alquran menggunakan istilah ‘ibrah (pelajaran, 

petunjuk) yang darinya bisa diambil pelajaran moral dalam ayat berikut. 

QS Yusuf ayat 111: 

Ïμ÷ƒy‰tƒ t⎦÷⎫t/ “Ï%©!$# t,ƒÏ‰óÁs? ⎯Å6≈s9uρ 2”utIøム$ZVƒÏ‰tn tβ%x. $tΒ 3 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ×οuö9Ïã öΝÎηÅÁ|Ás% ’Îû šχ%x. ô‰s)s9

 ∩⊇⊇⊇∪ tβθãΖÏΒ÷σム5Θöθs)Ïj9 ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ &™ó©x« Èe≅à2 Ÿ≅‹ÅÁøs?uρ

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang 

mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab￾kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum 

yang beriman.”

 

 Sebagai akibat wajar dari otoritas ketuhanan-Nya, Alquran, di samping menunjukkan sumber￾sumber pengetahuan eksternal, Alquran juga merupakan sumber utama pengetahuan (Hafidhuddin, 

1998). Dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, 

tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab. 

Kedudukan ini berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan 

hanya imajinasi kosong. 

 Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, al-ma’rifah dan al￾syu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan 

salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang 

berarti tanda, simbol, atau lambang, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi ’alamah juga 

berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala. Karenanya ma’lam (jamak ma’alim) 

berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. 

Hal yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa 

tujuan Alquran menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam. 

Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan ’alama) di dalam Alquran tersebut yang menyebabkan Nabi 

Muhammad SAW mengutuk orang-orang yang membaca Surat Ali Imran ayat 190-195 yang secara 

jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di 

muka bumi tanpa mau merenungkan maknanya. 

QS Ali Imran ayat 190-195: 

1 ©

!$# tβρãä.õ‹tƒ t⎦⎪Ï%©!$# ∩⊇®⊃∪ É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû χÎ)

y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû tβρã¤6xtGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ%

$oΨ¯ΡÎ) !$oΨ−/§‘ ∩⊇®⊄∪ 9‘$|ÁΡr& ô⎯ÏΒ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à=Ï9 $tΒuρ ( …çμtF÷ƒt“÷zr& ô‰s)sù u‘$¨Ζ9$# È≅Åzô‰è? ⎯tΒ y7¨ΡÎ) !$oΨ−/u‘ ∩⊇®⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù

yìtΒ $oΨ©ùuθs?uρ $oΨÏ?$t↔Íh‹y™ $¨Ψtã öÏeŸ2uρ $oΨt/θçΡèŒ $uΖs9 öÏøî$$sù $oΨ−/u‘ 4 $¨ΨtΒ$t↔sù öΝä3În/tÎ/ (#θãΨÏΒ#u™ ÷βr& Ç⎯≈yϑƒM∼Ï9 “ÏŠ$oΨム$ZƒÏŠ$oΨãΒ $oΨ÷èÏϑy™

z>$yftFó™$$sù ∩⊇®⊆∪ yŠ$yèŠÎRùQ$# ß#Î=øƒéB Ÿω y7¨ΡÎ) 3 Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# tΠöθtƒ $tΡÌ“øƒéB Ÿωuρ y7Î=ߙ①4’n?tã $oΨ¨?‰tãuρ $tΒ $oΨÏ?#u™uρ $oΨ−/u‘ ∩⊇®⊂∪ Í‘#tö/F{$#

⎯ÏΒ (#θã_Ì÷zé&uρ (#ρãy_$yδ t⎦⎪Ï%©!$$sù ( <Ù÷èt/

.

⎯ÏiΒ Νä3àÒ÷èt/ ( 4©s\Ρé& ÷ρr& @x.sŒ ⎯ÏiΒ Νä3ΨÏiΒ 9≅Ïϑ≈tã Ÿ≅uΗxå ßì‹ÅÊé& Iω ’ÎoΤr& öΝßγ

š

/u‘ öΝßγs9

$\/#uθrO ã≈yγ÷ΡF{$# $pκÉJøtrB ⎯ÏΒ “ÌøgrB ;M≈¨Ζy_ öΝßγ¨Ψn=Ï{÷Š

_{uρ öΝÍκÌE$t↔Íh‹y™ öΝåκ÷]tã ¨βtÏex._{ (#θè=ÏFè%uρ (#θè=tG≈s%uρ ’Í?‹Î6y™ ’Îû (#ρèŒρé&uρ öΝÏδÌ≈tƒÏŠ

 ∩⊇®∈∪ É>#uθ¨W9$# ß⎯ó¡ãm …çνy‰ΨÏã

ª

!$#uρ 3 «!$# ωΨÏã ô⎯ÏiΒ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang 

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah 

sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan 

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, 

Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya 

Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan

tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami 

mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka 

Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami 

kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya 

Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul￾rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak 

menyalahi janji.". Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): 

"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki￾laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang￾orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang 

berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah 

aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di 

sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."

 Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam Alquran adalah holistik dan utuh (berbeda 

dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai bukti worldview tauhid dan 

monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini berarti persoalan-persoalan epistemologis 

harus selalu dikaitkan dengan etika dan spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan 

epistemologis meluas, baik dari wilayah (yang disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah 

(yang disebut sekuler), karena worldview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar antara 

wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi penolokan hikmah dan 

petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT 

sebagai sumber semua pengetahuan, secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber 

dan tujuan epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang 

menunjuk pada ayat-ayat Alquran dan semua wujud di alam semesta. 

 Konsep integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir Alquran, 

di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat Alquran yang menguraikan tentang bintang dan kesehatan, 

misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masing-masing dengan pengetahuan astronomi dan kesehatan. 

Ibnu Rusyd dalam fasl al-maqal, juga memberikan penjelasan keterkaitan antara penafsiran 

keagamaan dan kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat Alquran yang mendorong manusia 

meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi, dalam ayat-ayat berikut. 

QS Al A’raaf ayat 185: 

( öΝßγè=y_r& z>utIø%$# ωs% tβθä3tƒ βr& #©|¤tã ÷β&ruρ &™ó©x« ⎯ÏΒ ª

!$# t,n=y{ $tΒuρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÏNθä3n=tΒ ’Îû (#ρãÝàΖtƒ óΟs9uρr&

 ∩⊇∇∈∪ tβθãΖÏΒ÷σム…çνy‰÷èt/

¤

]ƒÏ‰tn Äd“r'Î7sù

Artinya :”dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang 

diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah 

lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?” 

QS Ali Imran ayat 191:

Artinya :”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan 

berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan 

Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami 

dari siksa neraka”. 

QS Al Ghaasiyyah ayat 17-18: 

 ∩⊇∇∪ ôMyèÏùâ‘ y#ø‹Ÿ2 Ï™!$uΚ¡¡9$# ’n<Î)uρ ∩⊇∠∪ ôMs)Î=äz y#ø‹Ÿ2 È≅Î/M}$# ’n<Î) tβρãÝàΨtƒ Ÿξsùr&

Artinya :”Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit, 

bagaimana ia ditinggikan?” 

Dengan hal yang sama, Alquran juga mendorong manusia melakukan perjalanan di bumi 

untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian sejarah, arkeologi, 

perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya secara utuh. 

Dalam QS Fushshilat ayat 53, secara kategoris, Alquran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah 

SWT di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang berkaitan dengan 

kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Namun, keutuhan 

dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin itu sama, atau tidak 

ada prioritas diantara mereka. 

QS Fushshilat ayat 53: 

 ∩∈⊂∪ î

‰‹Íκy− &™ó©x« Èe≅ä. 4’n?tã …çμ¯Ρr& y7În/tÎ/ É#õ3tƒ öΝs9uρr& 3 ‘

,ptø:$# çμ¯Ρr& öΝßγs9 t⎦¨⎫t7oKtƒ 4©®Lym öΝÍκŦàΡr& þ’Îûuρ É−$sùFψ$# ’Îû $uΖÏF≈tƒ#u™ ΟÎγƒÎã∴y™

Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah 

bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. 

Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? 

Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam adalah lebih utama, unik karena berasal langsung 

dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang mendasar bagi alam semesta. Semua pengetahuan lain 

yang benar harus membantu kita memahami dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di 

dalam Alquran untuk kemajuan individu dan masyarakat. 

Ilmu Pengetahuan dalam Hadits 

Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan 

mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu (Alavi, 2003). Sebagaimana Sabda Rasulullah 

SAW: 

 طلب العلم فريضة على آل مسلم

Artinya: “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah) 

Hadits di atas memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar 

mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu 

perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih

lanjut Rasulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di 

batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai 

liang lahat” dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. 

Dalam Media Islamika (2007), dorongan dari Alquran dan perintah dari Rasulullah tersebut 

telah dipraktikkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti 

dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan 

teknologi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, 

Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, 

Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkanpun berbagai macam disiplin ilmu, 

bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Fisika, 

Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan 

sebagainya. 

Pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berada di bawah kendali umat 

Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknologi. Rasululullah SAW pernah 

bersabda: “Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang 

memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam 

kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya. 

PENUTUP 

Dengan demikian, Alquran dan Hadits merupakan sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat 

Islam dalam spektrum yang seluas-luasnya. Lebih lagi, kedua sumber pokok Islam ini memainkan 

peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu. Peran itu adalah: Pertama, prinsip￾prinsip semua ilmu dipandang kaum Muslimin terdapat dalam Al Qur’an. Dan sejauh pemahaman 

terhadap Alquran, terdapat pula penafsiran yang bersifat esoteris terhadap kitab suci ini, yang 

memungkinkan tidak hanya pengungkapan misteri-misteri yang dikandungnya tetapi juga pencarian 

makna secara lebih mendalam, yang berguna untuk pembangunan paradigma ilmu. Kedua, Alquran 

dan Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan 

dan keutamaan menuntut ilmu, pencarian ilmu dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada 

penegasan Tauhid. Karena itu, seluruh metafisika dan kosmologi yang lahir dari kandungan Alquran 

dan Hadits merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. Singkatnya, Alquran dan 

Hadits menciptakan atmosfir khas yang mendorong aktivitas intelektual dalam konformitas (Azra, 

2001). Wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW berasal dari Allah SWT, merupakan sumber 

pengetahuan yang paling pasti. Namun, Alquran juga menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain 

disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya 

sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun, 

karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah SWT kepada 

manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka 

ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan 

yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri 

sendiri dan terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan 

atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan 

epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.


sain Alquran 2


 Pendidikan merupakan kebutuhan bagi 

setiap manusia. Pendidikan dapat dikatakan 

sebagai suatu media bagi seseorang untuk 

dapat memperoleh serta mengembangkan 

pengetahuannya, yang menyebabkan 

seseorang menjadi tahu apa yang sebelumnya 

tidak diketahui, menjadi mengerti apa yang 

sebelumnya tidak dimengerti dan menjadi 

memahami apa yang sebelumnya tidak 

dipahami. Pendidikan juga dapat dijadikan 

sebagai tolok ukur majunya suatu bangsa, 

yaitu dilihat dari mutu pendidikannya. Bangsa 

yang maju adalah bangsa yang memiliki mutu 

pendidikan yang tinggi, dimana bangsa tersebut dapat menghasilkan sumber daya 

manusia yang berkualitas. Pendidikan di sini 

tentu yang berkaitan dengan pendidikan yang 

bersifat formal, yang meliputi proses 

pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa 

di dalamnya. Mutu pendidikan yang baik tentu 

akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang 

baik pula. Kenyataan saat ini, mutu pendidikan 

di Indonesia belum mencapai hasil yang 

diharapkan, sehingga mutu pendidikan masih 

harus terus ditingkatkan. Peningkatan mutu 

pendidikan penting untuk dilakukan, karena 

pendidikan dianggap sebagai investasi yang 

paling berharga dalam bentuk peningkatan 

kualitas sumber daya insani untuk 

pembangunan suatu bangsa (Nur Raina, 2011).

Islam adalah agama yang mengajarkan 

umatnya untuk selalu belajar. Islam 

mengajarkan umatnya untuk selalu 

menggunakan akal pikiran yang sudah 

dikaruniakan Allah kepada manusia. Allah 

menciptakan manusia dari tidak tahu apa-apa 

(QS : An Nahl : 78). Islam juga agama yang 

memposisikan ilmu dalam posisi mulia Ahmad 

Satori (2003 :48). Sebagai tanda keutamaan 

ilmu dalam Islam adalah sifat ilmu yang 

menjadi salah satu sifat wajib Allah SWT (QS 

: Al An’am : 3). Dalam QS. al-Baqarah ayat 

30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu 

untuk manusia, bahkan manusia pertama yang 

Allah ciptakan, langsung mendapatkan 

pelajaran tentang apa-apa yang ada di surga 

oleh Allah. Ayat tersebut juga menjelaskan 

kepada kita, bahwa Islam adalah agama ilmu 

pengetahuan, di mana kita semua mempunyai 

potensi untuk mengembangkan apa yang 

sudah kita miliki bersama, yaitu akal pikiran 

kita yang merupakan anugerah Allah yang luar 

biasa. Ilmu yang ada membuat manusia lebih 

baik. Dengan ilmu manusia dapat 

mengarahkan perilakunya, dengan 

perasaannya manusia mendapatkan 

kesenangan. Kombinasi keduanya membuat 

hidup manusia lebih terarah, masuk akal dan 

bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu 

sangat berperan dalam kehidupan manusia, 

maka bekali diri kita dengan ilmu yang 

bermanfaat sebanyak-banyaknya.

Kata ilmu secara etimologi berarti 

tahu atau pengetahuan. Kata ilmu berasal dari 

bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari 

bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. 

Sinonim yang paling akurat dalam bahasa 

Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara 

terminology ilmu atau science adalah 

semacam pengetahuan yang mempunyai ciri￾ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat tertentu. 

Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah 

“Ilmu pengetahuan yaitu suatu sistem dari 

pelbagai pengetahuan yang masing-masing 

mengenai suatu lapangan pengetahuan 

tertentu, yang disusun sedemikian rupa 

menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi 

kesatuan suatu sistem dari pelbagai 

pengetahuan yang masing-masing didapatkan 

sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan 

secara teliti dengan memakai metode tertentu 

(induksi, deduksi)”. (Uyoh Sodullah , 2001).

Sedangkan istilah Sains berasal dari 

bahasa latin yaitu “Scientia”, yang artinya 

pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat 

diperoleh dengan metode saintifik yaitu (1) 

mengidentifikasi masalah; (2) mengolah data; 

(3) membuat hipotesis; (4) melakukan 

percobaan; dan (5) membuat kesimpulan 

(Martin, Ralph et.al, 2005). (Patta Bundu, 

2006) mendefinisikan sains secara harfiah 

yang berasal dari kata natural science. Natural 

artinya alamiah dan berhubungan dengan 

alam, sedangkan science artinya ilmu 

pengetahuan, sehingga natural science 

memiliki arti ilmu pengetahuan tentang alam 

atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa 

yang terjadi di alam.

Dalam pandangan Sumantri (1982) 

menjelaskan bahwa tujuan sains adalah 

menjelaskan gejala-gejala alam dan 

memanipulasi faktor-faktor terkait dalam 

gejala tersebut untuk mengontrol dan 

mengarahkan proses yang terjadi. Intinya sains 

diciptakan untuk memenuhi kebutuhan 

manusia. Dari perspektif sains Islam, menurut 

Ghulsyani, sains islam dijadikan sebagai alat

untuk mendapatkan pengetahuan tentang 

Allah, keridaan dan kedekatan dengan Allah. 

Ilmu harus dapat mengarahkan seorang 

Muslim dengan berbagai cara dan upaya untuk 

dapat dekat kepada Allah SWT. Secara 

spesifik, ilmu harus mampu meningkatkan 

pengetahuan tentang Allah SWT, membantu 

mengembangkan masyarakat Muslim dan 

merealisasikan semua tujuannya, membimbing 

orang lain, dan memecahkan berbagai problem 

masyarakat dengan demikian, seluruh ilmu 

(ilmu agama dan ilmu alam) merupakan alat 

untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selama ilmu memainkan peranan tersebut, 

maka ilmu menjadi suci. Jika ilmu tidak 

diarahkan kepada peranan tersebut, maka ilmu 

menjadi penghalang besar bagi usaha 

mendekatkan diri kepada Allah (Mahdi 

Ghulsyani, 1991).

Pentingnya menanamkan nilai 

spiritual agama dalam pembelajaran sains agar 

dapat meningkatkan iman dan taqwa kita 

kepada Tuhan yang Maha Esa dalam 

mengamati penciptaan alam semesta. 

Sebagaimana (Darmana, 2016) menegaskan 

bahwa sains sebagai sarana untuk 

mengembangkan potensi kognitif, sains pun 

dapat menumbuhkan potensi nurani (afektif). 

Materi sains ini akan mampu menanamkan 

keyakinan tentang segala sesuatu yang ada di 

alam. dan (Arsyad, 2016) menjelaskan bahwa 

dengan meyakini alam semesta yang 

diciptakan Allah tidaklah sia-sia, dan 

merupakan jalan untuk mensyukuri atas 

nikmat yang telah diberikan-Nya. Oleh sebab 

itu pentingnya artikel ini dikaji agar dapat 

mendeksripsikan berbagai pandangan Al￾Qur’an terhadap ilmu pengetahuan ilmiah 

dalam aspek pembelajaran sains Adapun 

kajian ini dilakukan dengan mengkaji literatur￾literur terkait dengan kajian agama Islam 

dalam tinjauan Al-Qur’an dengan ilmu 

pengetahuan dalam pembelajaran sains.

Dalam al-Qur`an, ilmu adalah 

keistimewaan yang menjadikan manusia 

dipandang lebih unggul ketimbang makhluk 

lain guna menjalankan fungsi 

kekhalifahannya. Ini tercermin dari kisah 

kejadian manusia pertama yang dijelaskan al￾Qur`an pada Surat Al-Baqarah, 31-32:

“Dia mengajarkan kepada Adam nama￾nama seluruhnya, kemudian 

mengemukakannya kepada para malaikat lalu 

berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama 

benda-benda itu jika kamu mamang benar 

orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab: 

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami 

ketahui selain dari apa yang telah Engkau 

ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya 

Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha 

Bijaksana.”

Allah menampakkan tanda-tanda 

kebesarannya dalam pengalaman lahir batin. 

Hal tersebut merupakan pengembaraan 

manusia dalam upaya memunculkan dan 

memgembangkan potensi jiwa intelektual 

mereka yang bernuansa islami. Banyak ayat￾ayat Al-Qur’an yang menunjukkan 

kebesarannya melalui kejadian-kejadian alam 

maupun keberagaman yang ada sehingga 

menggerakkan manusia untuk mencari tahu 

melalui pengembangan intelektual mereka. 

Manusia diciptakan Allah dengan potensi 

mencari tahu rahasia alam raya. Selain itu, 

Allah menciptakan alam sehingga mengantar￾kan manusia untuk memanfaatkan alam yang 

telah ditundukan Tuhan. Usaha untuk 

memanfaatkan alam tersebut kini kita kenal 

dengan teknologi. Dalam bahasa Arab, alam 

berasal satu akar kata dengan ilmu dan alamah 

(alamat, pertanda). Sehingga jagat raya dapat 

diartikan sebagai pertanda adanya Allah SWT 

Yang Maha Pencipta (Ardi Kumara, 2020).

Sebagai pertanda adanya Tuhan, jagat 

raya ini disebut ayat-ayat yang menjadi 

sumber ajaran dan pelajaran bagi manusia. 

Pelajaran yang dapat diambil dari pengamatan 

terhadap alam semesta ialah keserasian, 

keharmonisan, dan ketertiban (Ardi Kumara, 

2020). Dalam sudut pandang ilmu 

pengetahuan, Al-Quran merupakan sumber 

ilmu yang luar biasa. Ketika Al Quran pertama

kali diturunkan, telah menegur kekeliruan 

yang dilakukan manusia. Pada era Jahiliyah, 

berhala-berhala banyak diciptakan dan 

disembah sebagai tuhan. Ketika informasi 

yang bertentangan dengan keyakinan mereka 

muncul, masyarakat terkejut. Informasi 

tersebut mengatakan manusia diciptakan 

secara berproses dari segumpal darah 

kemudian diciptakan menjadi manusia yang 

kemudian lahir ke dunia. Agar manusia belajar 

mencari dan mengembangkan ilmu dengan 

cara membaca, mencoba, memperhatikan, 

menyelidiki dan merumuskan suatu teori, 

semuanya haruslah dilakukan denganberdasa 

pada keimanan. Dengan menyebut nama 

Tuhan atau mengucap bismi rabbika allazi 

khalaq (membaca dan belajar dengan nama 

Tuhanmu Yang Menciptakan). Jika ditelaah 

ada banyak ayat Al Quran yang berbicara 

mengenai alam. Kurang lebih 750 ayat Al 

Quran berisi tentang jagad raya beserta 

fenomenanya (Ali, 2020) dan tersurat juga 

dalam Al Quran bahwa alam ini diciptakan 

dan ditundukkan Allah untuk manusia (Yedi 

Purwanto, 2011).

Oleh karena itu erat kaitannya antara 

Islam dengan Ilmu Pengetahuan. Sebagaimana 

Islam hadir yang mendeklarasikan sebagai 

agama yang sempurna maka Islam juga 

memiliki sudut pandang tersendiri dalam 

memaknai ilmu pengetahuan. Hal ini dapat 

mematahkan para kaum sekularis yang 

menganggap ilmu pengetahuan dan agama 

dalam hal ini Islam tidak dapat berjalan 

beriringan.

B. Ayat-ayat Al Qur’an yang Terkait Ilmu 

Pengetahuan

1. Penciptaan Alam Semesta

Al-Quran menunjukkan mengenai 

proses yang mendasari formasi alam semesta 

yang menghasilkan komposisi planet yang 

terhampar di jagat raya ini dalam firman 

berikut: 

“kemudian Dia menuju langit dan langit 

itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata 

kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah 

kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan 

suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: 

“Kami datang dengan suka hati.” Maka Dia 

menjadikannya tujuh langit dalam dua masa 

dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit 

urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat 

dengan bintang-bintang yang cemerlang dan 

Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. 

Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa 

lagi Maha Mengetahui.” (QS Fushshilat [41]: 

11-12). 

Selain itu, ada lagi petunjuk tentang 

proses penciptaan alam semesta dalam firman 

berikut: 

“Dan apakah orang-orang yang kafir 

tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi 

itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, 

kemudian Kami pisahkan antara keduanya. 

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang 

hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga 

beriman?” (QS Al-Anbiya [21]: 30) (Afzalur, 

2007).

2. Lapisan Bumi

“Allah-lah yang menciptakan tujuh 

langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah 

berlaku padanya, agar kamu mengetahui 

bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala 

sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya 

benar-benar meliputi segala sesuatu.” (At￾Thalaq: 12).

Dari ayat ini kita bisa menyimpulkan 

bahwa maksud dari tujuh bumi adalah tujuh 

lapisan pembentuk bumi. Pada zaman modern, 

terungkap fakta ilmiah bahwa bumi 

mempunyai tujuh lapisan. 

1) Atmosfer, yaitu udara yang 

menyelimuti planet bumi. 

2) Hidrosfer, yaitu lapisan air yang 

berada di permukaan bumi dam meliputi 

perairan tawar dan asin. 

3) Lapisan Sial. Lapisan ini tersusun 

dari silisium dan alumunium. Disebut juga 

kerak bumi yang bersifat bebatuan. 

4) Lapisan Sima. Lapisan ini tersusun 

dari silisium dan magnesium. 

5) Lapisan Sima berfasa besi. 

6) Inti cair bumi. 

7) Inti padat bumi (Nadiyah, 2013).

3. Bulan sebagai Penunjuk Waktu 

bagi Manusia 

Allah berfirman, “Dialah yang 

menjadikan matahari bersinar dan bulan 

bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah￾manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan 

bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan 

tahun dan perhitungan (waktu).” (Yunus: 5). 

“Dia menyingsingkan pagi dan 

menjadikan malam untuk beristirahat, dan

(menjadikan) matahari dan bulan untuk 

perhitungan….” (Al-An’am: 96). 

“Mereka bertanya kepadamu tentang 

bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu 

adalah tanda-tanda waktu bagi manusia…” 

(Al-Baqarah: 189). 

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi 

Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan 

Allah di waktu Dia menciptakan langit dan 

bumi, di antaranya empat bulan haram.” (At￾Taubah: 36). 

Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa 

Allah telah menjadikan matahari dan bulan 

sebagai standar perhitungan waktu hari, bulan, 

dan tahun bagi manusia. Dengan begitu, 

manusia dapat mengetahui posisi mereka, 

kapan dan dimana. Penelitian-penelitian 

astronomis telah membuktikan bahwa bulan 

berputar mengelilingi bola bumi sekali dalam

sebulan. Ia juga berputar pada porosnya dalam 

masa yang sama dengan masa revolusinya 

tersebut (Nadiyah, 2013)..

4. Proses Terjadinya Hujan 

Dalam Surat An-Nur ayat 43, Allah 

SWT. Berfirman : 

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah 

mengarak awan, kemudian mengumpulkan 

antara (bagian-bagian)nya, kemudian 

menjadikannya bertindih-tindih, maka 

kelihatanlah olehmu hujan keluar dari 

celahcelahnya dan Allah (juga) menurunkan 

(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari 

(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung￾gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran￾butiran) es itu kepada kepada siapa yang 

dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari 

siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat 

awan itu hampir-hampir menghilangkan 

penglihatan” (An-Nuur : 43).

Para peneliti bidang meteorologi 

menyebutkan bahwa fenomena awan tebal 

bermula ketika angin menggiring atau 

mengarak kawanan awan kecil ke convergence 

zone (tempat berkumpul) dari awan-awan 

tersebut. Pengarakkan bagian-bagian ini 

menyebabkan bertambahnya kualitas jumlah 

uap air dalam perjalanannya, terutama di 

sekitar convergence zone. Ketika uap air sudah 

terlalu banyak, maka jatuhlah uap air tersebut 

ke permukaan bumi yang disebut hujan (Siti 

Lailiyah, 2018). 

C. Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam 

Perspektif Al-Qur’an

Seiring perkembangan zaman 

kompleksitas permasalahan turut meningkat. 

Karakter ilmu pengetahuan secara 

epistomologis semakin bergeser menjadi 

rasional-empiris-positivistik. Selain itu secara 

ontologis ilmu pengetahuan modern bersifat 

materilistik. Sehingga menjadikan ilmu 

pengetahuan menjadi tidak lagi mengenal 

nilia-nilai kemanusia. Pada dasarnya ilmu 

pengetahuan merupakan hasil karya manusia 

dalam upaya untuk memenuhi kebetuhunnya 

sekaligus menyelesaikan permasalahan yang 

ada secara positif. Namun kenyataanya, ilmu 

pengetahuan hadir seperti koin yang memiliki 

dua sisi yang saling bertolak belakang, disatu 

sisi pemahaman keilmuan tentang atom dapat 

dikembangkan untuk menyembuhkan 

penyakit, pengawetan makanan, dll yang 

berorientasi manfaat positif. Sedangkan disisi 

lain, pengembangan tentang atom dapat 

dijadikan senjata mematikan yang dapat 

membahayakan manusia, sebut saja bom atom. 

Hadirnya dualitas tersebut 

menggerakkan sebagian saintis atau ilmuwan 

untuk menghadirkan kembali atau mencari 

paradigma baru yang dapat membangun relasi 

yang baik antara sains dengan agama dengan 

tidak menafikkan salah satunya. Hal ini 

muncuk Karena kegelisahan mereka dalam 

mengembangkan ilmu pengetahuan pada 

akhirnya dapat menghadirkan kebaikan 

maupun kemudharatan. Berdasarkan bahasan 

sebelumnya tantangan pun hadir dari paham￾paham kaum sekularis maka upaya 

memunculkan paradigm ini menghadapi 

tantangan tersendiri selain dari permasalahan 

yang semakin kompleks seiring perkembangan 

zaman. Hal inilah yang diupayakan saintis￾saintis muslim yang mencoba memberikan 

solusi permasalahan yang ada sekaligus 

melakukan pembuktian wahyu Illahi untuk 

mematahkan paham sekularis yang saat ini 

berkembang (Ardi Kumara, 2020).

Islam merupakan agama pengetahuan. 

Sumber utama ajaran agama Islam –al-Qur`an 

dan al-Sunnah– menjelaskan ilmu 

pengetahuan dengan seluruh aspeknya. 

Sekaligus menganjurkan dan mendorong

umatnya untuk menggali, mengkaji dan 

memformulasi ilmu pengetahuan yang ada, 

baik yang lafzhi maupun kauny. Adapun 

proses yang digunakan, berkembang sesuai 

dengan perkembangan zaman. Dorongan dan 

perintah Islam tersebut tidak ada manfaatnya 

bagi Allah, tapi bagi kehidupan manusia itu 

sendiri. Apa yang disampaikan Islam bukanlah 

tanpa arti dan manfaat sama sekali. Sebab 

tidak ada perintah dan larangan dalam Islam 

yang merugikan, malah menguntungkan bagi 

seluruh alam. 

Demikian halnya dengan perintah dalam 

mengembangkan ilmu pengetahuan. Arti dan 

manfaatnya akan kembali kepada manusia itu 

sendiri. Manusia tidak akan mampu menguasai 

dunia, kalau bukan karena ilmu. Demikian 

pula manusia tidak akan mampu untuk 

mendapatkan kebahagiaan akhirat, kalau 

bukan karena ilmu. Dalam Islam iman, ilmu 

dan amal merupakan satu keterpaduan yang 

total. Iman menjadi dasar dalam ilmu dan 

amal. Demikian pula ilmu dan amal akan 

meningkatkan keimanan. Dengan demikian, 

dalam Islam tidak akan terjadi “kepribadian 

terpecah” (split personality). Dengan demikian 

barulah berlaku ganjaran Allah yang terdapat 

dalam surah al-Mujadilah ayat 11 yang 

mengangkat derajat orang yang beriman dan 

berilmu (Ardi Kumara, 2020). 

Bentuk implementasi ilmu pengetahuan 

dan Islam dapat diwujudkan dengan model 

integrasi dan interkoneksi keilmuan 

merupakan sebuah upaya strategis untuk 

memosisikan kembali keberadaan ilmu 

pengetahuan dan agama dalam kedudukan 

yang seimbang baik dalam upaya pencarian 

dan pengembangan ilmu pengetahuan 

sekaligus pemanfaatnnya untuk ummat 

manusia dan alam. Munculnya konsep 

integrasi dan interkoneksi keilmuan tidak lain 

karena adanya realitas yang tidak 

proporsional, dimana modernisme dengan 

paradigma positivismenya telah meletakkan 

ilmu-ilmu positif lebih dominan dari pada 

ilmu-ilmu agama. Keadaan ini kemudian 

menimbulkan problem krusial bagi peradaban 

manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya 

untuk melakukan integrasi dan interkoneksi 

ilmu pengetahuan dan agama merupakan 

sebuah keniscayaan dalam alam modern 

sekarang ini (Hidayatullah, 2016). Paradigma 

sains yang dibutuhkan masa kini supaya dapat 

memberikan keleluasaan untuk membangun 

kemaslahatan umat manusia, yaitu; paradigma 

sains yang meletakkan nilai rasionalisme, 

empirisme, positivism dan nilai intuisi (realitas 

spiritual) sebagai unsur epistemnya secara 

seimbang dan dialogis-kritis. Dengan 

ditambahnya unsur intuisi, maka problem 

ontologis dan aksiologis dari sains modern 

bisa dicari jalan keluarnya secara memadai 

(Ardi Kumara, 2020).

D. Implikasi Al-Qur’an Terhadap 

Pembelajaran Sains

Peranan integrasi Alquran dan sains 

dalam pendidikan modern memiliki dua misi 

penting, yakni pembinaan moral spiritual dan 

daya intelektual. Mensinergikan antara 

Alquran dan sains merupakan suatu keharusan, 

karena Alquran sendiri merupakan sumber 

pengetahuan yang mencakup seluruh aspek 

kehidupan, dengan ditambah ilmu 

pengetahuan teknologi yang saat ini 

berkembang pesat, bukan suatu hal yang 

mustahil jika nantinya dunia pendidikan akan 

mencetak generasi pemikir yang memiliki 

spiritualitas tinggi dibanding dengan masa lalu 

(Amin, 2004).

Alquran dan sains adalah dua kata yang 

mempunyai makna universal. Alquran ialah 

sebuah kitab yang menuntun kehidupan 

manusia. Alquran membentuk suatu aturan 

dan undang-undang yang berasal dari Allah 

SWT, Sedangkan sains adalah studi terhadap 

alam nyata yang tunduk kepada experimen￾experimen dan persepsi persepsi manusia 

(Khan, 1971). Ada beberapa langkah yang 

dapat dijadikan acuan ke arah pengembangan 

model integrasi Alquran dan sains dalam 

pendidikan: (Ahmad, 2011)

Pertama, memetakan konsep ke￾Ilmuwan dan ke-Islaman. ilmuwan perlu 

diajak bertamasya bersama Alquran ke alam 

ilmu pengetahuan, dengan cara 

mengklasifikasikan sains secara sistematis ke 

dalam berbagai disiplin ilmu atau tema-tema 

yang dikehendaki. Dengan kata lain, ilmuan 

disarankan terlebih dahulu menjelajahi tema￾tema sains yang ada di dalam Alquran.

Kedua, memadukan konsep keilmuan 

dan keislaman. Kerja ini, mengintegrasikan 

konsep, bukan rumus-rumus. Yaitu mencari 

titik kesamaan antara Alquran dan sains. 

Tegasnya, antara Alquran dan sains

diintegrasikan sehingga satu sama lain saling 

memperkokoh dalam membuka tabir kegaiban 

akan realitas konkrit yang firmankan Allah 

SWT dalam ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah 

maupun kauniyah.

Ketiga, menjadikan Alquran sebagai 

pengawal dari setiap kerja sains. Alquran 

bukan sekedar menjadi pelengkap, tetapi 

sumber rujukan utama agar supaya menjadi 

lebih terarah dan mempunyai tujuan yang 

mengandungi banyak manfaat.

Sejak pertama kali diturunkan, Alquran 

telah mengisyaratkan pentingnya ilmu 

pengetahuan dan menjadikan proses 

pencariannya sebagai ibadah. Di samping itu, 

Alquran juga menegaskan bahwa satu-satunya 

sumber ilmu pengetahuan adalah Allah SWT. 

Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya 

tidak ada pemisahan ilmu dalam pandangan 

Alquran (Nata, 2005). Dengan demikian, 

dalam pandangan Alquran dan sains 

merupakan dua hal yang terintegrasi. Proses 

pembelajaran pada hakikatnya adalah proses 

mengamati, menemukan, memahami, dan 

menghayati sunnatullah, yang berupa 

fenomena alamiah maupun sosial, kemudian 

mengaplikasikan pemahaman tersebut bagi 

kemaslahatan hidup manusia dan 

lingkungannya serta menjadikan kesadaran 

adanya Allah dengan sifat-sifat-Nya Yang 

Maha Sempurna sebagai tujuan hakiki dari 

kegiatan pembelajaran. Tujuan ini akan 

membimbing peserta belajar kepada kesadaran 

adanya realitas supranatural di luar realitas 

eksternal yang dapat ia indera. Oleh sebab itu, 

prinsip -prinsip dasar kegiatan ilmiah yang 

digariskan Alquran, harus dijadikan titik tolak 

dalam mempelajari subyek apapun.

Implementasi dalam pembelajaran sains, 

hendaknya menginternalisasikan nilai tauhid 

pada materi sains. (Fakhri, 2010) menjelaskan 

bahwa konsep ilmu pengetahuan dan teknologi 

dalam Al-Qur'an juga berlaku dan relevan 

untuk diterapkan dalam proses pembelajaran 

di lembaga pendidikan Islam yaitu dengan 

proyek integrasi dalam pendidikan. Hal 

tersebut dapat dijabarkan dalam tiga hal: 1) 

integrasi kurikulum, 2) integrasi pembelajaran, 

dan 3) integrasi sains (islamisasi sains) 

(Fakhri, 2010). Ada beberapa metode atau 

strategi internalisasi nilai tauhid dalam 

pembelajaran sains yang dapat dilakukan. 

Murdiono (Darmana, 2016) mengungkapkan, 

bahwa strategi internalisasi nilai-nilai religius 

dalam pembelajaran meliputi keteladanan, 

masalah aktual di masyarakat, penanaman 

nilai-nilai edukatif secara kontekstual, dan 

penguatan nilai moral.

Selanjutnya Darmana (2016) 

menjelaskan bahwa internalisasi nilai tauhid 

pada materi sains dapat dilakukan melalui 

pengungkapan nilai/hikmah/makna/hakikat 

dari materi sains tersebut berdasarkan sudut 

pandang Islam. Internalisasi nilai tauhid dalam 

materi sains merupakan upaya untuk 

mengembangkan potensi hati nurani, sehingga 

akan mengarahkan kepada kesadaran bahwa 

sains terutama hukum-hukum atau fakta-fakta, 

merupakan ketetapan dan kekuasaan Allah 

Yang Maha Kuasa, yang diciptakan dan 

dianugerahkan untuk kemaslahatan makhluk￾Nya. Kesadaran ini akan mendorong dan 

menjadi motivasi untuk menggunakan ilmu 

pengetahuan pada kebaikan dan kemaslahatan 

umat manusia serta pada hal-hal yang diridloi 

oleh Allah Yang Maha Esa.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan 

sistem pengetahuan manusia yang telah 

dibakukan secara sistematis, didalam agama 

islam sendiri ilmu pengetahuan dikembangkan 

berdasarkan pada 3 pilar yaitu pilar Ontologis 

(yang menjadi subjek ilmu), Pilar Aksiologis 

(tujuan ilmu pengetahuan) dan Pilar 

Epistemologis (cara untuk mencapai ilmu 

pengetahuan tersebut). Dengan menjadikan 

ayat-ayat Al-Qur’an sebagai paradigma atau 

konsep dasar dalam keilmuan, namun tak 

sedikit pula manusia yang beranggapan bahwa 

agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi 

yang berbeda dan tidak bisa disatukan, Hal ini 

tentu membuat dinding penghalang bagi 

keilmuan islam yang memiliki konsep dan 

paradigma yang mengarah kepada kitab Al￾Qur’an sehingga keilmuan islam memiliki 

tantangan yaitu mampu menyelaraskan Al￾Qur’an untuk menyelesaikan masalah yang 

berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan juga 

menghadapi tantangan yang dihadirkannya.

Konsep Ilmu pengetahuan dan sains 

adalah sekumpulan pengetahuan yang 

diorganisir secara sistematis berdasarkan 

pengalaman dan pengamatan yang kemudian 

dihubungkan berdasarkan pemikiran yang 

cermat, teliti dan bisa dipertanggungjawabkan

dengan berlandaskan teori dan metode yang 

bisa dibuktikan kebenarannya. Implementasi 

pembelajaran sains dapat dilaksanakan dengan 

internalisasi nilai-nilai tauhid melalui kajian￾kajian Al-Qur’an terkait dengan ilmu 

pengetahuan. Internalisasi nilai-nilai 

ketauhidan atau keyakinan terhadap agama 

dalam pembelajaran dapat dilaksanakan 

dengan 1) integrasi kurikulum, 2) integrasi 

pembelajaran, dan 3) integrasi sains 

(islamisasi sains). selain itu dapat juga 

diaplikasikan dengan keteladanan, masalah 

aktual di masyarakat, penanaman nilai-nilai 

edukatif secara kontekstual, dan penguatan 

nilai moral (Tursinawati 2020).


sain Alquran 4


 Pada masa awal Al-Qur‟an diturunkan informasi-informasi dalam Al-Qur‟an 

sebagiannya belum dapat dipahami oleh umat Islam saat itu, yang kebenarannya baru terbukti 

pada zaman sekarang ini, sehingga mustahil Al-Qur‟an merupakan karya Nabi Muhammad 

saw sendiri sebagaimana tuduhan para orientalis dan kaum yang memusuhi Islam lainnya, 

dengan tujuan untuk menghindari dan menutupi kebenaran. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an 

surat An-Nisaa‟: 82; artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau 

kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang 

banyak di dalamnya”.1

Islam mengharuskan pemeluknya agar menuntut ilmu dan 

mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia terus 

berkembang seiring perkembangan zaman dan tersingkapnya rahasia alam. Al-Qur‟an berlaku 

untuk semua zaman, bahkan banyak hal yang belum dapat dimengerti oleh manusia zaman 

sekarang, seperti banyak hal pula yang sudah mulai dipahami seiring perjalanan waktu, 

sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Shaad: 87-88, artinya: ”Al-Qur’an ini tidak lain 

hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui 

(kebenaran) berita Al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi”.2

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Ar-Rahman, ayat 33, yang artinya:”Hai 

jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, 

maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (ilmu)”.

Qur‟an mengajak manusia untuk mempelajari penjuru langit dan bumi. Tanpa kekuatan dan 

kemampuan ilmu bagaimana mungkin seorang manusia dapat memahami alam semesta yang 

maha luas ini untuk melihat kebesaran Allah swt dan untuk memperoleh pengetahuan dan 

rezeki sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyaat, ayat 22-23, artinya: 

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan 

kepadamu.Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah 

benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan”.4Oleh sebab itu 

peningkatan sumber daya manusia bagi masyarakat dalam Islam hukumnya wajib. Dalam 

membahas Al-Qur‟an dan sains hendaklah lebih diarahkan kepada adanya ayat-ayat Al￾Qur‟an yang mendorong dan memotivasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 

serta senantiasa mengajak manusia untuk selalu berfikir berdasarkan tanda-tanda dan bukti￾bukti nyata di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu diketahui bahwa tidak ada 

satu ayat dalam Al-Qur‟an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang sudah 

mapan. 

Membahas sains dalam perspektif Al-Qur‟an sama artinya membincangkan 

pemahaman dan penafsiran Al-Qur‟an dengan kajian teori ilmu alam, yang sesungguhnya 

sudah lama dikenal dalam sejarah Islam. Corak penafsiran seperti ini secara embrional mulai 

muncul pada masa Dinasti Abbasiyah, sebagai implikasi dari penerjemahan kitab-kitab 

ilmiah. Al-Ghazali mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu maupun 

yang terkemudian, baik yang sudah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al￾Qur‟an.

5

Sains merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam, lingkungan, zat dan 

energi serta perubahannya, yang dirumuskan berdasarkan fakta dan data dari pengamatan 

secara sistematis yang dianalisis dengan metode ilmiah. Semua orang berkepentingan untuk 

mengetahui dasar-dasar ilmu alam, karena mulai dari gas oksigen yang dihirup untuk 

bernafas, makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari, obat-obatan yang diperlukan, 

lingkungan hidup dan bencana alam, sampai energi listrik yang digunakan di rumah, 

semuanya berhubungan dengan ilmu alam (sains), dan banyak ayat dalam Al-Qur‟an yang 

berisi pembahasan,perumpamaanatau isyarat tentang ilmu alam. Bagaimana mungkin 

seseorang dapat memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkenaan dengan perumpamaan atau 

isyarat tersebut dengan tepat, jika tidak mengerti konsep dasar ilmu alam dimaksud, bahkan 

karena kurang ilmu sebagian manusia saling berbantah-bantahan. Allah berfirman dalam Al￾Quran surat Al-Kahfi, ayat 54,yang artinya: ”Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-

ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia 

adalah makhluk yang paling banyak membantah”.6

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Al-Jaatsiyah: 13; artinya: ”Dan Dia 

menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai 

rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda￾tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.7

dan Q.S. Ar-Rahman:33, artinya:”Hai 

jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, 

maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”.Jadi tanpa 

kekuatan ilmu bagaimana mungkin manusia dapat memahami alam semesta untuk melihat 

kebesaran Allah swt. Oleh sebab itu peningkatan sumber daya manusia dalam masyarakat 

Islam menjadi suatu keharusan.

PEMBAHASAN

Proses dalam Tubuh Manusia

Tubuh makhluk hidup tersusun atas molekul-molekul yang tidak bernyawa. Bila 

komponen benda hidup diisolasi dan diteliti satu persatu, molekul-molekulnya sama seperti 

yang terdapat pada benda-benda mati. Namun demikian organisme hidup mempunyai sifat￾sifat khusus yang tidak diperlihatkan oleh kelompok benda mati. Teori mengemukakan bahwa 

terjadinya suatu proses hidup disebabkan adanya interaksi kimia dari unsur￾unsursebagaiberikut; karbon (C), oksigen (O), nitrogen (N), hidrogen (H), sulfur/belerang (S) 

serta sedikit dari unsur-unsur pendukung lainnya.Unsur-unsur tersebutdi atas berinteraksi 

sedemikian rupa membentuk senyawaan anorganik serta senyawaan biomolekul yang lebih 

kompleks seperti protein, asam nukleat, vitamin, karbohidrat dan lipid dengan proses 

metabolismenya sampai terjadi kombinasi-kombinasi yang unik dan rumit yang mempunyai 

kemampuan reproduksi sendiri sehingga menjadi suatu kehidupan. 

Walaupun material penyusun tubuh manusia cukup murah dari segi harganya, tetapi 

begitu seimbang dan sempurna, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an Surat Al￾Infithaar: 6-8; artinya: “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat 

durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu 

menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,dalam bentuk 

apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu”.8

Tubuh manusia terdiri dari berbagai unsur dan terdapat unsur-unsur yang 

dominanyaitu hidrogen, oksigen, nitrogen dan karbon. Keempat unsur tersebut meliputi

99,35% dari jumlah atom dan meliputi 95,5% dari berat tubuh.9 Atom karbon memiliki 

sejumlah ciri yang menguntungkan, diantaranya kemampuan atom karbon untuk membentuk 

ikatan tunggal dan ganda dengan sesamanya yang memungkinkan pembentukan struktur 

kerangka yang sangat bervariasi seperti struktur linier, bercabang dan siklik, yang mengikat 

berbagai jenis gugus fungsionil. 

Jika ditinjau dari persentase berat unsur pembentuk tubuh, maka unsur oksigen sebesar 

64%, karbon 18%, hidrogen 10%, nitrogen 3,5%, kalsium 2%, fosfor 1%, belerang 0,8% dan 

sisanya unsur-unsur lain.10 Ternyata begitu murah harga material penyusun tubuh manusia, 

jadi atas dasar apa seorang manusia merasa dirinya lebih tinggi dari manusia yang lain dan 

tidak bersyukur? Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Al-Mukminun: 12-13; artinya: “Dan 

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh 

(rahim)”. Dan dalamQ.S. As-Sajdah: 9; artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan 

meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, 

penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.11

Terdapat banyakayat dalam Al-Qur‟an yang membahas proses kejadian manusia, 

seperti dalam surat Az-Zumar: 6; artinya: “Dia menciptakan kamu dari seorang diri .......Dia 

menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang 

(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak

ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”.12 Merupakan suatu 

informasi penting dari ayat di atas bahwa ada tiga selaput yang melindungi janin dalam rahim, 

dan proses kejadiannya yang bertahap.

Proses dan reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi pada suhu rendah secara baik dan 

sempurna. Reaksi kimia dalam tubuh tersebut meliputi beberapa proses yaitu; pembentukan, 

pemecahan serta pertukaran zat yang disertai perubahan energi dan menggunakannya untuk 

kegiatan jasad hidup, disebut metabolisme. Begitu seimbang dan sempurna tubuh manusia 

sebagaimana tersebut dalam Q.S. At-Tiin: 4; artinya: “sesungguhnya Kami telah menciptakan 

manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. 13

Dalam tubuh organisme hidup berlangsung proses kimia untuk melangsungkan 

kehidupan yang berbeda dengan proses kimia pada umumnya, reaksi-reaksi kimia dalam 

tubuh organisme bersifat khas dan dapat berlangsung pada kondisi yang tak mungkin untuk 

reaksi-reaksi kimia di luar tubuh. Kelainan ini disebabkan adanya metabolisme yang

ditunjang oleh senyawa-senyawa yang sangat kompleks seperti biomolekul dan enzim, yang 

bekerjasama dengan berbagai zat anorganik dalam tubuh, kejadian di dalam tubuh yang luar 

biasa prosesnya ini tentu ada yang mengaturnya. Hal ini menunjukkan kekuasaan Maha 

Pencipta yang perlu dipelajari. Allah berfirman dalam Q.S.Fushshilat: 53; artinya: ”Kami 

akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan 

pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. 

Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala 

sesuatu?”14

Identifikasi Individu 

Setiap individu manusia memiliki karakteristik tersendiri yang khas untuk pribadi 

yang bersangkutan sebagai identitas individu yaitu sidik jari. Jadi setiap orang yang hidup 

sepanjang sejarah dunia ini memiliki pola sidik jari yang berbeda dengan orang lain. Karena 

itu sidik jari diterima sebagai kartu identitas yang penting dan dipakai untuk tujuan tersebut di 

seluruh dunia, bahkan sidik jari akan dikembalikan dengan sempurna di kehidupan 

berikutnya, sebagaimana tersirat dalam Al-Qur‟an Surat Al-Qiyamah: 3-4; artinya: “Apakah 

manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?, 

Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan 

sempurna”.15 Ada jaminan dalam ayat di atas bahwa sidik jari akan disusun kembali dengan 

sempurna, artinya kahs untuk orang yang bersangkutan yang berbeda dengan orang lain 

sebagai identitas seseorang yang bersifat karakteristik untuk individu tersebut, bahkan 

menurut pemahaman ayat di atas, identitas dengan sidik jari tersebut dikembalikan dengan 

sempurna waktu dikehidupan nanti, dengan demikian semakin meyakinkan ada kehidupan di 

alam akhirat nanti. 

Untuk mengidentifikasi seseorang, selain dengan uji sidik jari dapat juga dilakukan 

dengan uji DNA.Molekul DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid) 

merupakan dua macam jenis asam nukleat, yang menyimpan cetak biru herediter untuk 

sintesis protein, yang merupakan polimer dari mononukleotida sehingga asam nukleat 

dinamakan juga polinukleotida. Asam nukleat adalah senyawa-senyawa yang berfungsi 

menyimpan semua informasi genetika, yaitu karakteristik (sifat keturunan) yang diterima oleh 

suatu organisme dari generasi sebelumnya untuk kemudian diwariskan kepada generasi 

selanjutnya. Satu unit molekul mononukleotida terdiri atas tiga bagian molekul penyusun 

yaitu; monosakarida (gula pentosa), basa nitrogen (senyawa heterosiklik yang mengandung

nitrogen) dan asam phosfat berupa gugus H2PO4

-

yang berikatan dengan molekul 

monosakarida.16

Tubuh manusia terdiri dari banyak sel. Dalam setiap inti sel terdapat DNA. Jika ingin 

dilacak asal mula, maka akan ditemukan bahwa pada dasarnya setiap orang berasal dari satu 

sel yang telah dibuahi. Satu sel yang telah dibuahi akan terbagi menjadi dua, empat, delapan, 

enam belas dan seterusnya. Suatu saat dalam proses ini sel-sel tersebut mulai berdiferensiasi 

dan terspesialisasi menjadi bagian-bagian tubuh, seperti otak, hati, rambut, kuku, gigi, dan 

lainnya. Dalam setiap kilogram berat badan terdapat sekitar satu triliun sel, seorang bayi yang 

baru lahir memiliki sekitar tiga triliun sel. Semakin mengagumkan dengan adanya kenyataan 

bahwa, secara umum setiap sel tersebut memiliki DNA yang sama.

Zat Gizi Untuk Kebutuhan Tubuh

1. Karbohidrat

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Al-Maidah: 88; artinya:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, 

dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

17 Makanan yang akan 

dikonsumsi hendaklah yang halal lagi baik. Maksud makanan yang baik, yaitu makanan yang 

tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh, tidak kadaluarsa, hygienis dan bergizi. 

Makanan bergizi mengandung keseimbangan zat-zat gizi yaitu; protein, lipid, vitamin, 

mineral dan karbohidrat. Karbohidrat atau disebut juga hidrat arang atau sakarida (dari bahasa 

Arab, sakkar yang berarti gula, Aceh: saka) terbentuk dari molekul-molekul sakarida 

sederhana yang disebut monosakarida.

2. Protein dan Enzim

Protein merupakan makromolekul terbanyak yang ditemui dalam sel hidup. Makna 

dari kata protein berarti pertama atau utama. Protein dijumpai dalam banyak macam jenis, 

ratusan macam protein dapat diisolasi dari satu macam sel. Protein mempunyai peranan 

biologis yang sangat beragam, sebagai zat pembentuk/pembangun, transaport, katalisator, 

hormon, zat pelindung dan lain-lain. Walaupun peranan dan jenisnya begitu beragam tetapi 

senyawa protein tersusun dari senyawa yang relatif sederhana yaitu asam amino. Seluruh 

protein dari bakteri maupun dari sel hewan tingkat tinggi dibangun oleh 20 macam asam 

amino yang sama. Merupakan hal yang luar biasa bahwa semua jenis protein, dengan sifat dan 

fungsi yang sangat berbeda terbuat dari 20 macam asam amino yang sama. Bagaimana 

mungkin hanya dari 20 macam asam amino dapat menyusun sampai ribuan deret jenis protein

yang berbeda?. Hal ini menunjukkan kekuasaan Maha Pencipta yang perlu dipelajari. Allah 

berfirman dalam Q.S. Fushshilat: 53; artinya: ”Kami akan memperlihatkan kepada mereka 

tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga 

jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup 

(bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”18

3. Vitamin

Allah berfirman dalam Al-Quran Surat „Abasa: ayat 24; artinya: “Maka hendaklah 

manusia itu memperhatikan makanannya.19Dalam mengkonsumsi makanan, setiap orang 

memang harus selektif agar bahan makanan yang dikonsumsi tidak berbahaya bagi tubuh, 

hygeinis, dan dengan gizi seimbang serta sesuai dengan kebutuhan menurut tingkat umur, 

jenis kelamin dan aktivitas. Apalagi bagi anak-anak dan bayi tentu harus cukup selektif dalam 

pemberian makanannya agar cukup gizi. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah: 

233; artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu 

bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan ....”.

20Dalam air susu ibu mengandung gizi 

seimbang yang pas untuk bayi, sebagai contoh dalam ASI mengandung vitamin C dengan

kuantitas yang cukup dan sangat dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan meningkatkan 

daya tahan tubuhnya. Dalam ASI mengandung enam kali lebih banyak vitamin C 

dibandingkan dengan susu sapi. Tentu saja kandungan giziseimbang dalam ASI lebih sesuai 

untuk bayi, dibandingkan dengan kandungan susu sapi yang lebih sesuai untuk bayi sapi. Saat 

ini diketahui hanya beberapa spesies yang memerlukan vitamin C, diantaranya: manusia, kera, 

marmot, kelelawar dan burung red-vented bulbus. 

4. Lipid

Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, yang dapat diekstrak dari sel 

dan jaringan dengan pelarut non polar. Jenis lipid yang paling banyak yaitu lemak atau 

triasilgliserol (trigliserida), yang merupakan cadangan bahan bakar utama (energi kimia 

simpanan) bagi hampir semua organisme.21 Pada suhu kamar, lemak ada yang berbentuk 

padat dan cair. Lemak padat berasal dari asam lemak jenuh sedangkan lemak cair (minyak) 

berasal dari asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh banyak dihasilkan oleh mamalia, 

sedangkan lemak tidak jenuh dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan, unggas dan hewan laut. 

Adanya ikatan rangkap antar atom karbon (C=C) menyebabkan lemak tidak jenuh (minyak) 

lebih cepat teroksidasi dibandingkan lemak jenuh, dan proses oksidasi ini menghasilkan bau

tengik, sehingga di bidang industri ikatan rangkap ini sering dijenuhkan melalui proses 

hidrogenasi (adisi dengan gas hidrogen). 22

Mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh secara berlebih-lebihan 

terbukti tidak baik bagi tubuh, karena akan mengakibatkan timbunan asam lemak pada 

dinding saluran darah. Keadaan ini dapat mengakibatkan aterosklerosis, yaitu penyakit yang 

ditandai oleh penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah akan 

terhambat dan dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, serangan jantung atau stroke. Allah 

berfirman dalam Al-Qur‟an Surat: Al-A‟raaf: 31, artinya: “….. makan dan minumlah, dan 

janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih￾lebihan”.

23Mengkonsumsi lemak yang banyak, khususnya lemak jenuh, menyebabkan 

penyakit jantung koroner, kolestreol darah, dan kanker payudara. Sumber utama lemak jenuh 

adalah daging hewan pemamah biak, produk olahan susu dan margarin keras. Fungsi utama 

lemak dalam tubuh yaitu sebagai cadangan energi dalam jangka panjang. Sebagai sumber 

energi dan gizi, merupakan penyusun bahan makanan yang istimewa, karena bukan saja nilai 

energinya paling tinggi dibandingkan dengan senyawaan lain, tetapi juga berperan ganda 

sebagai sumber dan pelarut beberapa vitamin tertentu dan asam-asam lemak, baik esensial 

maupun non-esensial. Dalam tubuh lipid disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan 

adiposa. 

5. Air dan Mineral

Setiap makhuk hidup sangat membutuhkan air untuk kehidupannya, sebagaimana 

tersebut dalam ayat di atas, air sebagai sumber kehidupan di bumi. Air merupakan bagian 

penting dari kehidupan. Tumbuh-tumbuhan menggunakannya sebagai bahan baku untuk 

membuat makanan saat fotosintesis. Kehidupan di dalam air juga mungkin karena gas oksigen 

yang perlu untuk bernafas semua mahkluk hidup dapat larut dalam air. Gas karbondioksida 

yang larut dalam air memungkinkan tanaman air membuat makanan. Allah berfirman dalam 

Al-Qur‟ân surat Al-Baqarah: 164; artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan 

bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa saja 

yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan 

air itu Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala 

jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, 

sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang 

memikirkan”.

Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

Kependudukan dan sumber daya manusia menjadi permasalahan yang dihadapi dalam 

melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Masalah tersebut terutama bersumber pada 

pertumbuhan populasi manusia yang relatif cepat. Berkaitan dengan masalah lingkungan 

hidup khususnya pembangunan berwawasan lingkungan, kualitas sumber daya manusia lebih 

berperan dalam pengelolaan sumber daya secara efisien melalui teknologi, sehingga dalam 

pengelolaan lingkungan hidup menuntut pengelola yang berkualitas, dalam hal ini manusia 

berkualitas.

Jenis kelamin merupakan perbedaan alami, karena setiap makhluk hidup, termasuk 

manusia, telah diciptakan berbeda kelamin (berpasangan), sebagaimana firman Allah dalam 

Al-Qur‟an surat: Adz-Dzaariyaat: 49, yang artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan 

berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah”, dan surat: Yaasin: 36, 

yang artinya: “Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik 

dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak 

mereka ketahui”25

.

Perbedaan atas dasar jenis kelamin merupakan pengelompokkan dasar yang digunakan 

bagi semua unsur keberagaman kependudukan. Keberadaan kelompok kelamin laki-laki 

(jantan) dan perempuan (betina) pada prinsipnya berimbang, namun terdapat variasi 

sehubungan dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Kondisi keberimbangan jenis kelamin 

pada manusia terlihat dari awal kelahiran anak manusia di dunia yang selalu berpasangan. 

Perbandingan antara jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan dalam suatu kelompok atau 

daerah (ratio jenis kelamin) dikenal dengan istilah sex-ratio (SR).

Bahan Makanan dan Pengolahannya

Dalam Islam diharamkannya bahan makanan dan minuman tertentu karena ada sebab 

buruk yang akan diakibatkannya, sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur‟an Surat Al-A‟raf: 

157; artinya: “ …dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi 

mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu 

yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, 

menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan (Al-Qur’an), mereka itulah 

orang-orang yang beruntung”. 26

Merupakan suatu informasi penting dari ayat tersebut di atas bahwa manusia 

diperintahkan untuk memperhatikan (selektif) dalam mengkonsumsi bahan makanan, 

sebagaimana maksud dalam Q.S. Al-Maidah, ayat 88; artinya: “Dan makanlah makanan yang

halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah 

yang kamu beriman kepada-Nya”.

27 Sebagai contoh bahan makanan dan minuman yang 

diharamkan dalam Islam seperti; bangkai, alkohol dan bahan lainnya dikarenakan akan 

membahayakan kesehatan dan jiwa. Misalnya alkohol, lebih cepat meresap ke dalam 

lambung, dan hati mencerna hampir 90% alkohol, serta 90% oksigen yang dibutuhkan untuk 

proses kimia di dalam hati dipakai alkohol sehingga menyebabkan penyempitan sel-sel hati.

Setiap makhluk hidup memerlukan bahan makanan dan air bersih yang layak minum 

dan tidak tercemar. Dari sudut ilmu kesehatan perhatian terutama ditujukan pada hygiene dan 

sanitasi makanan, yakni bagaimana mengusahakan agar makanan tidak sampai tercemar atau 

mengandung zat yang dapat membahayakan kehidupan, serta upaya membebaskan makanan 

dari zat yang berbahaya bagi kesehatan dan mencegah agar bahan makanan yang mengandung 

zat-zat yang berbahaya tidak sampai dikonsumsi.

Dalam bahan makanan sering dijumpai zat-zat bukan makanan, penambahan zat-zat 

tersebut dalam bahan makanan dapat disengaja dalam pengolahannya ataupun tidak. Zat-zat 

penambah yang tidak disengaja dapat berupa sisa pestisida yang tertinggal pada hasil panen, 

ion-ion logam berat dan lain-lain. Sedangkan zat-zat penambah yang disengaja dimaksudkan 

dengan tujuan pengawetan, penyedap, pewarnaan dan aroma yang lebih baik. Ditinjau dari 

sanitasi makanan, dapat dibedakan beberapa penyebab bahan makanan manjadi berbahaya 

untuk dikonsumsi, baik yang berasal dari luar maupun yang berasal dari bahan makanan itu 

sendiri, diantaranyayaitu; berbagai mikroorganisme, golongan parasit, zat kimia, bahan radio 

aktif dan racun (toksin).

Jika didalam bahan makanan didapatkan sejumlah zat-zat penambah sehingga praktis, 

maka manusia juga berusaha membuat obat-obatan yang praktis untuk mengatasi berbagai 

masalah, seperti obat sakit kepala dan obat penenang atau obat untuk menghilangkan rasa lesu 

badan. Sedangkan madu dapat dimanfaatkan sebagai obatyang alami, sebagaimana firman 

Allah dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl, ayat 69; artinya: “kemudian makanlah dari tiap-tiap 

(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari 

perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya 

terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu 

benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.28

Lingkungan Hidup dan Pengelolaannya

Lingkungan merupakan bagian mutlak dari kehidupan manusia. Lingkungan sudah 

ada sebelum manusia berada di bumi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan manusia di

bumi sangat dipengaruhi dan bergantung pada lingkungan hidup. Manusia tidak akan dapat 

hidup tanpa adanya tumbuh-tumbuhan, hewan dan komponen benda-benda lain di 

lingkungannya. Karena itu, untuk menjaga kelestarian lingkungan diperlukan pengetahuan 

tentang lingkungan hidup dan semua aspek permasalahannya, maka manusia dapat mengelola 

lingkungan hidup secara baik dan benar, sehingga pembangunan tetap terselenggara secara 

berkesinambungan tanpa merusak lingkungan. Allah berfirman dalam Al-Qur‟ân surat Ar￾Rûm, ayat 41: artinya: ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan 

tangan manusia, supaya Allah merasakan kapada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan 

mereka, agar mareka kembali (ke jalan yang benar)”, dan dalam surat Al-Qashash ayat 77: 

artinya: “…dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan 

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai 

orang-orang yang berbuat kerusakan”.29 Dari kedua ayat tersebut di atas telah memberikan 

informasi tentang akan adanya kerusakan lingkungan yang terjadi di darat (pencemaran tanah) 

dan di laut (pencemaran air). Bahkan fenomena ini sekarang telah nampak diberbagai belahan 

bumi. 

Sebenarnya dari peringatan Allah tersebut, telah mengandung perintah pelestarian 

lingkungan hidup, agar tidak terjadi pencemaran yang dapat menimbulkan malapetaka bagi 

manusia sendiri. Disini juga dapat dipahami bahwa Allah sangat besar amarahnya bagi 

manusia-manusia yang tidak mengindahkan pelestarian lingkungan. Sehingga pada akhir ayat 

Allah melarang dengan tegas agar umat manusia tidak berbuat kerusakan lingkungan. Dalam 

perjalanan waktu, manusia dengan alam pikirannya mengalami evolusi yang lebih maju 

dibandingkan evolusi makhluk hidup lainnya. Secara berangsur-angsur, manusia mulai 

mendominasi ekosistem dan membentuk lingkungan hidup sosial dan sekaligus menciptakan 

lingkungan hidup buatan. Oleh karena itu, pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup, 

multak perlu dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan dan menjaga keseimbangan 

ekosistem. 

Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, 

keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang 

mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup 

lainnya. Dalam keadaan dimana manusia tidak dominan terhadap komponen kehidupan yang 

lain, maka lingkungan hidup yang demikian disebut lingkungan hidup alami. Dalam ekologi 

dikenal suatu fungsional dari makhluk hidup dengan lingkungannya yang disebut ekosistem. 

Istilah ekosistem didefinisikan sebagai tatanan kesatuan antara segenap unsur lingkungan 

hidup yang saling mempengaruhi. Dalam ekosistem ini makhluk hidup saling berinteraksi

antar satu dengan yang lainnya, atau dengan lingkungannya. Pengaruh lingkungan terhadap 

makhluk hidup dalam suatu ekosistem disebut aksi. Sedangkan pengaruh makhluk hidup 

terhadap lingkungan disebut reaksi. Dan pengaruh makhluk hidup dengan makhluk hidup 

lainnya disebut koaksi. Agar interaksi berjalan dengan baik, Allah melarang kita berbuat 

kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟ân surat Al-Baqarah ayat 11, 

artinya: “Dan bila dikatakan kepada mereka janganlah kamu membuat kerusakan dimuka 

bumi, mereka menjawab, sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”30

Pencemaran Lingkungan dan Dampaknya

Allah berfirman dalam Al-Qur‟ân surat Al-Baqarah, ayat 205: artinya: ”Dan apabila 

ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di muka bumi untuk mangadakan kerusakan padanya, 

dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. 

dan surat Al-Baqarah, ayat 11-12: artinya: ”Dan bila dikatakan kepada mereka: janganlah 

kamu berbuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: sesungguhnya kami orang-orang 

yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang 

membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”.

31 Sebagaimana maksud ayat tersebut di atas, 

manusia selalu merasa tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan, meskipun telah diberi 

peringatan dengan musibah bencana alam, manusia tetap tidak mau mengakui dan tidak sadar 

telah merusak lingkungan.

Secara alamiah, ekosistem dalam lingkungan hidup mampu mempertahankan 

kelestarian dan keseimbangannya. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk 

maka semakin meningkat pula kebutuhan dan keinginan yang dituntut dari lingkungan. 

Peningkatan kebutuhan manusia ternyata mengakibatkan kecendrungan terganggu 

keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup, karena dalam memenuhi keinginan dan 

kebutuhannya, manusia kurang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Keadaan ini 

telah disebutkan dalam Al-Qur‟ân surat Ar-Rûm ayat 41, artinya: ”Telah nampak kerusakan 

di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan 

kapada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mareka kembali (ke jalan 

yang benar)” dan dalam surat Al-Qashash ayat 77: artinya: “…dan berbuat baiklah 

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di 

(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. 32

Pencemaran lingkungan memang membahayakan kehidupan di bumi. Karena itu, 

terlepas dari sebab apakah pencemaran lingkungan tersebut muncul, harus ditanggulangi

termasuk pula akibat yang ditimbulkannya, sebab jika hal ini dibiarkan saja, cepat atau lambat 

pada gilirannya kehidupan manusia akan terancam juga. Ada tiga penyebab utama terjadi 

peningkatan pencemaran lingkungan yaitu kenaikan jumlah penduduk, kenaikan keperluan 

konsumsi, dan jenis teknologi yang dipakai. Ketiga penyebab ini menimbulkan persoalan￾persoalan yang saling mengikat. Jenis bahan teknologi yang dipakai hendaknya yang ramah 

lingkungan. 

Allah berfirman dalam Al-Qur‟ân surat Al-Syûrâ, ayat 30-31: artinya:”Dan apa saja 

musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan 

Allah memafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat 

melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang 

pelindungpun dan tidak pula seorang penolong selain Allah”.

33 Dari kedua ayat tersebut 

jelaslah bahwa jauh sebelum manusia berbuat, Allah telah memberikan peringatan atau isyarat 

bahwa manusia akan memperoleh malapetaka yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya 

bila tidak memperlakukan lingkungan dengan baik. Jika manusia dapat mengerti dan 

menyadari akan akibat yang dapat menimpa kehidupan dirinya dan generasi penerusnya 

kelak, maka manusia sebagai anggota dari suatu komunitas harus dapat berkomunikasi 

dengan lingkungan hidupnya. Dengan demikian lingkungan akan memberikan manfaaat 

sebesar-besarnya kepada manusia. Semua nikmat bagi manusia merupakan imbalan dari Allah 

sebagai hasil hubungan dan perbuatan baik oleh manusia terhadap lingkungan. Jadi setiap 

manusia sejak kecil dan sepanjang hayat harus belajar memiliki rasa peduli dan rasa memiliki 

terhadap lingkungan.

Islam mengharuskan pemeluknya agar menuntut ilmu dan mengembangkan ilmu 

pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia terus berkembang seiring 

perkembangan zaman dan tersingkapnya rahasia alam. Al-Qur‟an berlaku untuk semua 

zaman, bahkan banyak hal yang belum dapat dimengerti oleh manusia zaman sekarang, 

seperti banyak hal pula yang sudah mulai dipahami seiring perjalanan waktu, sebagaimana 

firman Allah dalam Q.S. Shaad: 87-88, artinya: ”Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan 

bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an 

setelah beberapa waktu lagi”. 

Semua orang berkepentingan untuk mengetahui dasar-dasar ilmu alam, karena mulai 

dari gas oksigen untuk bernafas, makanan serta obat-obatan yang diperlukan, lingkungan

hidup dan bencana alam, sampai energi listrik, semuanya berhubungan dengan ilmu alam. 

DalamQ.S. Al-Jaatsiyah: 13,artinya: ”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit 

dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada 

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang 

berfikir”, dan Q.S. Ar-Rahman:33, artinya:”Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup 

menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat 

menembusnya melainkan dengan kekuatan”.Tanpa kekuatan ilmu bagaimana mungkin

manusia dapat memahami alam semesta untuk melihat kebesaran Allah swt. Oleh sebab itu 

peningkatan sumber daya manusia dalam masyarakat Islam menjadi suatu keharusan.