6-22
551
sangkakala sang penghulu malaikat berbunyi, unsur-unsur
dunia terbakar, langit lenyap dengan gemuruh yang dah-
syat, dan Tuhan sendiri turun dengan diiringi teriakan
sorak-sorai!
II. Keberhasilan yang menakjubkan dari tanda bahaya ini. Orang-
orang Midian diteriaki hingga kehilangan nyawa mereka, seperti
tembok Yerikho diteriaki hingga runtuh,supaya Gideon dapat
melihat apa yang belakangan ini dianggapnya tidak akan pernah
dilihatnya sebab pupus harapan, yaitu keajaiban-keajaiban yang
diceritakan nenek moyang mereka kepada mereka. Prajurit-pra-
jurit Gideon menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Dan mereka berdiri, masing-masing di tempatnya, sekeliling perke-
mahan itu (ay. 21), sambil membunyikan sangkakala untuk meng-
gusarkan hati orang Midian hingga mereka bertempur satu sama
lain, dan sambil mengulurkan obor untuk menerangi orang Midian
menuju kehancuran mereka. Pasukan Gideoan tidak terburu-buru
masuk ke perkemahan Midian, seperti orang yang haus darah atau
jarahan, namun dengan sabar berdiri tetap untuk melihat keselamat-
an dari TUHAN, keselamatan yang semata-mata dikerjakan-Nya
sendiri. Cermatilah bagaimana rancangan itu terwujud.
1. Pasukan Midian takut kepada orang-orang Israel. Seluruh ten-
tara musuh segera menyadari tanda bahaya itu. Tanda bahaya
itu terbang seperti kilat melewati semua barisan mereka, dan
mereka menjadi kacau balau, berteriak-teriak, dan melarikan
diri (ay. 21). Semua kekalutan ini wajar saja terjadi di tengah
ketakutan. Kita dapat menduga bahwa mereka tidak mende-
ngar kabar tentang pengurangan besar-besaran jumlah ten-
tara Gideon, namun malah menyimpulkan bahwa sejak kabar-
kabar yang terakhir mereka terima, tentara Gideon itu makin
hari makin besar. Oleh sebab itu, beralasan bagi mereka un-
tuk curiga, sebab mengetahui betapa menjijikkan dan menye-
dihkannya kelakukan mereka sendiri, dan betapa berani lang-
kah-langkah yang sudah diambil untuk membuang kuk mere-
ka, bahwa pasti tentara yang sangat besarlah yang harus di-
hantar dengan semua sangkakala dan pembawa obor seperti
itu. namun ada kuasa adikodrati yang lebih berperan dalam
menekankan kengerian ini pada mereka. Allah sendiri yang
melakukan serangan itu, untuk menunjukkan bagaimana jan-
552
ji-Nya pasti tergenapi kecuali jika ditarik kembali dari mereka
sebab kesalahan mereka sendiri, yaitu janji bahwa satu orang
saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang. Lihatlah
kekuatan pikiran akan hal-hal yang belum terjadi, dan betapa
ia dapat menjadi kengerian pada suatu waktu, dan juga kese-
nangan pada waktu-waktu lain.
2. Pasukan Midian menyerang satu sama lain: TUHAN membuat
pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain (ay. 22).
Dalam kekalutan ini, sebab melihat para peniup sangkakala
dan pembawa obor tetap berdiri di luar perkemahan mereka,
maka mereka menyimpulkan bahwa tentara utama dari pa-
sukan Gideon sudah masuk dan ada di tengah-tengah mereka.
Oleh sebab itu, setiap orang berpaling menghantam orang di
sebelahnya yang ditemui, mengira itu musuhnya, meskipun
sebenarnya temannya sendiri. Kesalahan ini menimbulkan
banyak yang lain untuk ikut, sebab saat ada yang mem-
bunuh temannya, ia pasti dianggap musuh, dan akan dibunuh
juga dengan segera. Kita berkepentingan untuk tetap mengua-
sai roh kita dengan begitu rupa, hingga kita tidak pernah takut
dengan terkaget-kaget. Sebab kita tidak dapat membayangkan
kejahatan-kejahatan apa yang ke dalamnya kita akan men-
jerumuskan diri kita sendiri jika kita takut dengan terkaget-
kaget. Lihatlah juga bagaimana Allah sering kali membuat
musuh-musuh dari jemaat-Nya menghancurkan satu sama
lain. Sangat disayangkan jika ada sahabat-sahabat jemaat
yang bertindak di luar akal sehat seperti itu.
3. Pasukan Midian berlarian untuk menyelamatkan diri. Mungkin
saat fajar menyingsing, mereka menyadari kesalahan mereka
dalam memerangi satu sama lain, dan sadar bahwa oleh kesa-
lahan yang mematikan ini, mereka sudah begitu memperlemah
diri sendiri, hingga sekarang mustahil untuk maju melawan Is-
rael. sebab itu, mereka berusaha sebaik-baiknya untuk kem-
bali ke negeri mereka sendiri, meskipun, sejauh yang tampak,
ke-300 orang Gideon itu tetap berdiri di tempat. Orang fasik lari,
walaupun tidak ada yang mengejarnya (Ams. 28:1). Kedahsyat-
an mengejutkan dia di mana-mana, dan mengejarnya di mana
juga ia melangkah (Ayb. 18:11).
Kitab Hakim-hakim 7:23-25
553
Kemenangan Gideon
(7:23-25)
23 lalu dikerahkanlah orang-orang Israel dari suku Naftali dan dari
suku Asyer dan dari segenap suku Manasye, lalu mereka mengejar orang
Midian itu. 24 Gideon menyuruh juga orang ke seluruh pegunungan Efraim
dengan pesan: “Turunlah menghadapi orang Midian, dan dudukilah segala
batang air sampai ke Bet-Bara, dan juga sungai Yordan.” Maka semua orang
Efraim dikerahkan, lalu mereka menduduki segala batang air sampai ke Bet-
Bara, juga sungai Yordan. 25 Mereka berhasil menawan dua raja Midian,
yakni Oreb dan Zeeb. Oreb dibunuh di gunung batu Oreb dan Zeeb dibunuh
dalam tempat pemerasan anggur Zeeb. Mereka mengejar orang Midian itu,
lalu mereka membawa kepala Oreb dan kepala Zeeb kepada Gideon di
seberang sungai Yordan.
Kita mendapati di sini bagaimana kemenangan yang gemilang ini
dilanjutkan.
1. Prajurit-prajurit Gideon yang sudah dibubarkan, dan mungkin
sudah mulai berpencar, sesudah mengetahui bahwa musuh-
musuh berlarian, berkumpul bersama-sama kembali, dan dengan
gigih mengejar orang-orang yang sebelumnya tidak berani mereka
hadapi. Orang-orang Israel dari suku Naftali dan dari suku Asyer
yang melakukan ini (ay. 23) bukanlah orang-orang yang baru
datang dari negeri-negeri yang jauh itu, melainkan orang-orang
yang sama yang sudah mendaftarkan diri (6:35), namun dibubar-
kan. Orang-orang yang dulu takut dan gentar untuk berperang
(ay. 3) sekarang menguatkan hati, saat yang terburuk sudah
berlalu. Sekarang mereka cukup siap untuk ikut berbagi jarahan,
meskipun lamban untuk mengadakan serangan. Juga orang-
orang yang tidak boleh berperang meskipun mereka ingin, dan
dibubarkan oleh perintah dari Allah, tidak berbuat seperti orang-
orang dalam 2 Tawarikh 25:10, 13, yaitu kembali dengan marah
yang menyala-nyala. namun mereka menunggu kesempatan untuk
bisa ikut membantu meneruskan kemenangan itu, meskipun
mereka tidak mendapat kehormatan untuk membantu memper-
kuat barisan yang bertempur.
2. Orang-orang Efraim, sesudah mendengar panggilan dari Gideon,
datang dengan suara bulat, dan mengamankan jalan-jalan yang
melewati sungai Yordan, melalui beberapa kali seberangan, untuk
memutus jalan para musuh untuk kembali ke negeri mereka
sendiri. Dengan begitu, musuh dapat dihancurkan sepenuhnya,
untuk mencegah kejahatan serupa kepada Israel di lain waktu.
sebab sekarang musuh mulai jatuh, maka mudah untuk ber-
554
kata, gulingkan mereka (Est. 6:13). Orang Efraim menduduki se-
gala batang air (ay. 24), yaitu, berjaga-jaga di sepanjang tepian
sungai, sehingga orang-orang Midian, yang melarikan diri dari
pengejaran, jatuh ke tangan orang-orang Efraim yang mencegat
mereka. Di sini ada dikejutkan, pelubang, dan jerat (Yes. 24:17).
3. Dua dari panglima besar pasukan Midian ditangkap dan dibunuh
oleh orang-orang Efraim di sungai Yordan seberang sini (ay. 25).
Nama-nama mereka mungkin menandakan sifat mereka. Oreb
berarti gagak, dan Zeeb berarti serigala (corvus dan lupus). Kedua
orang ini dalam pelarian mereka mencari tempat berlindung, yang
satu di celah-celah batu (Yes. 2:21; Why. 6:15), dan yang lain
dalam tempat pemerasan anggur, seperti yang dilakukan Gideon,
yang sebab takut pada mereka, belum lama ini menyembunyikan
gandumnya dalam tempat pemerasan anggur (6:11). namun tem-
pat-tempat perlindungan mereka dibuat menjadi tempat pemban-
taian bagi mereka. Dan ingatan akan hal itu dipelihara bagi ketu-
runan yang akan datang melalui nama dari tempat-tempat itu,
bagi aib mereka untuk selama-lamanya: Di sini tewas raja-raja
Midian.
PASAL 8
asal ini memberi kita gambaran lebih jauh tentang kemenangan
Gideon atas orang Midian, beserta sisa cerita tentang hidup dan
pemerintahannya.
I. Gideon dengan bijak menenangkan orang Efraim yang me-
rasa sakit hati (ay. 1-3).
II. Ia dengan berani mengejar orang-orang Midian yang melari-
kan diri (ay. 4, 10-12).
III. Ia dengan adil menghukum orang Sukot dan orang Pnuel
yang kurang ajar, yang secara hina telah melecehkannya (ay.
5-9). Ia mengadakan perhitungan dengan mereka sebab nya
(ay. 13-17).
IV. Ia secara terhormat membunuh dua raja Midian (ay. 18-21).
V. sesudah semuanya ini, ia dengan rendah hati menolak untuk
memerintah Israel (ay. 22-23).
VI. Ia dengan bodoh menuruti keinginan rakyatnya yang ber-
sifat takhayul dengan mendirikan baju efod di kotanya sen-
diri, yang terbukti menjadi jerat yang besar (ay. 24-27).
VII. Ia menjaga negerinya tetap tenang selama empat puluh
tahun (ay. 28).
VIII. Ia meninggal dalam kehormatan, dan meninggalkan banyak
keluarga (ay. 29-32).
IX. Baik ia maupun Allahnya segera dilupakan oleh Israel yang
tidak tahu berterima kasih (ay. 33-35).
P
556
Gideon Menenangkan Orang-orang Efraim
(8:1-3)
1 Lalu berkatalah orang-orang Efraim kepada Gideon: “Apa macam perbuat-
anmu ini terhadap kami! Mengapa engkau tidak memanggil kami, saat eng-
kau pergi berperang melawan orang Midian?” Lalu mereka menyesali dia
dengan sangat. 2 Jawabnya kepada mereka: “Apa perbuatanku dalam hal ini,
jika dibandingkan dengan kamu? Bukankah pemetikan susulan oleh suku
Efraim lebih baik hasilnya dari panen buah anggur kaum Abiezer? 3 Allah
telah menyerahkan kedua raja Midian itu, yakni Oreb dan Zeeb, ke dalam
tanganmu; apa yang telah dapat kucapai, jika dibandingkan dengan kamu?”
sesudah ia berkata demikian, maka redalah marah mereka terhadap dia.
Tidak lama sesudah orang Midian, yaitu musuh bersama, ditunduk-
kan, orang Israel lalu , oleh kekerasan beberapa orang yang
panas hati, bersiap-siap untuk berseteru di antara mereka sendiri.
Percikan yang tidak menyenangkan dinyalakan. Seandainya tidak
segera dipadamkan oleh Gideon dengan hikmat dan anugerah yang
besar, bisa saja percikan itu berkobar menjadi api yang berakibat
mematikan. saat orang-orang Efraim membawa kepala Oreb dan
Zeeb kepada Gideon sebagai panglima, mereka bukannya mengucap-
kan selamat kepadanya atas keberhasilannya, dan berterima kasih
kepadanya atas pelayanan-pelayanannya yang besar, seperti yang
seharusnya mereka lakukan, mereka malah berseteru dengannya dan
menjadi panas hati.
I. Tuduhan mereka penuh kejengkelan dan tidak beralasan: Meng-
apa engkau tidak memanggil kami, saat engkau pergi berperang
melawan orang Midian? (ay. 1). Efraim yaitu adik Manasye, suku
Gideon, dan mendapat keutamaan dalam berkat Yakub dan ber-
kat Musa. Oleh sebab itu, Efraim sangat cemburu dengan Mana-
sye, jangan-jangan suku itu pada suatu saat akan memudarkan
kehormatan suku mereka. Itulah sebabnya kita mendapati Mana-
sye melawan Efraim dan Efraim melawan Manasye (Yes. 9:20).
Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang
kuat, dan pertengkaran mereka yaitu seperti palang gapura
sebuah puri (Ams. 18:19). namun betapa tidak wajarnya perteng-
karan mereka dengan Gideon! Mereka marah sebab ia tidak
meminta mereka memulai serangan terhadap orang Midian, dan
juga meneruskan serangan itu. Mengapa mereka tidak dipanggil
untuk memimpin barisan depan? Tempat kehormatan, mereka
pikir, yaitu milik mereka. Akan namun ,
Kitab Hakim-hakim 8:1-3
557
1. Gideon dipanggil oleh Allah, dan harus bertindak sesuai yang
diarahkan-Nya. Gideon tidak mengambil kehormatan untuk
dirinya sendiri, tidak pula memberikan kehormatan kepada
siapa pun, namun menyerahkan kepada Allah untuk melaku-
kan semuanya. Dengan begitu orang-orang Efraim, dalam per-
tengkaran ini, mencela pimpinan ilahi. Dan siapakah Gideon
hingga mereka bersungut-sungut kepadanya?
2. Mengapa orang-orang Efraim tidak menawarkan diri secara
sukarela untuk pekerjaan itu? Mereka tahu bahwa musuh ber-
ada di negeri mereka, dan mereka sudah mendengar tentang
pasukan-pasukan yang bangkit untuk melawan sang musuh.
Mereka seharusnya bergabung dengan pasukan-pasukan itu,
dalam semangat untuk membela kepentingan bersama, mes-
kipun mereka tidak mendapat undangan resmi. Orang mencari
kehormatan diri mereka sendiri daripada Allah, jika mereka
berdiri di tempat kehormatan sebagai alasan untuk tidak me-
lakukan pekerjaan yang nyata bagi Allah dan angkatan mere-
ka. Pada masa Debora, ada orang-orang Efraim (5:14). Meng-
apa mereka tidak muncul sekarang? Perkara itu sendiri me-
manggil mereka, mereka tidak perlu menunggu panggilan dari
Gideon.
3. Gideon telah menyelamatkan nama baik mereka dengan tidak
memanggil mereka. Seandainya ia mengutus mereka, tidak di-
ragukan lagi banyak dari mereka akan kembali bersama orang-
orang yang lemah hati, atau disuruh pergi bersama orang-orang
yang malas, lamban, dan gegabah. Dengan begitu, dengan tidak
memanggil mereka, ia mencegah cemoohan-cemoohan itu ditim-
pakan ke atas mereka. Para pengecut akan tampak berani keti-
ka bahaya sudah berlalu, namun orang-orang yang tidak menguji
keberanian mereka saat bahaya dekat, mereka itu memper-
hitungkan nama baik mereka.
II. Jawaban Gideon sangat tenang dan penuh kedamaian, dan di-
maksudkan bukan untuk membenarkan dirinya sendiri, melain-
kan terlebih untuk menyenangkan dan menenangkan mereka (ay.
2-3). Ia menjawab mereka,
1. Dengan sangat lemah lembut dan sabar. Ia tidak merasa ma-
rah dengan penghinaan itu, tidak pula menanggapi amarah
dengan amarah, namun dengan lembut menjelaskan duduk per-
558
karanya kepada mereka. Dan ia mendapat kehormatan yang
sejati sebab telah menang atas amarahnya sendiri melalui
penguasaan diri, sama seperti ia mendapat kehormatan mela-
lui kemenangannya atas orang Midian. Orang yang sabar mele-
bihi seorang pahlawan.
2. Dengan sangat bersahaja dan rendah hati, dengan meng-
agung-agungkan perbuatan-perbuatan mereka melebihi per-
buatan-perbuatannya sendiri: Bukankah pemetikan susulan
oleh suku Efraim, yang mencegat musuh-musuh yang tercerai-
berai, dan yang melenyapkan musuh-musuh yang melarikan
diri, lebih baik hasilnya dari panen buah anggur kaum Abiezer?
Bukankah ini kehormatan yang lebih besar bagi mereka, dan
pelayanan yang lebih baik bagi negeri, daripada serangan
pertama yang dibuat Gideon terhadap para musuh itu? Kehan-
curan musuh-musuh jemaat dibandingkan dengan buah-buah
pohon anggur (Why. 14:18). Dalam hal ini Gideon mengakui
bahwa pemetikan susulan mereka lebih baik daripada panen
yang dikumpulkannya. Memanfaatkan kemenangan sering kali
lebih terhormat, dan berdampak lebih besar, daripada mem-
peroleh kemenangan. Dalam hal ini mereka telah membuat diri
mereka, keberanian, dan perilaku mereka menjadi menonjol,
atau lebih tepatnya, Allah telah menjunjung martabat mereka.
Sebab walaupun, untuk membesarkan pencapaian-pencapaian
mereka, Gideon rela mengecilkan perbuatan-perbuatannya
sendiri, namun ia tidak mau mengambil sekuntum pun bunga
dari mahkota Allah untuk menghiasi mahkota mereka: “Allah
telah menyerahkan kedua raja Midian itu ke dalam tanganmu,
dan pembantaian besar-besaran telah dibuat terhadap musuh
oleh pasukanmu yang banyak. Dan apa perbuatanku dalam
hal ini dengan tiga ratus orang, jika dibandingkan dengan
kamu dan tindakan-tindakanmu yang berani?” Gideon di sini
berdiri sebagai teladan yang sangat baik tentang penyangkalan
diri, dan contoh ini menunjukkan kepada kita,
(1) Bahwa sikap merendah yaitu cara terbaik untuk menghi-
langkan iri hati. Memang benar bahwa bahkan pekerjaan-
pekerjaan baik sering kali menimbulkan iri hati (Pkh. 4:4).
Namun, pekerjaan baik tidak akan ditanggapi seperti ini,
jika orang yang melakukannya tidak membangga-bangga-
kan diri. Sungguh jahat mereka yang berusaha menjatuh-
Kitab Hakim-hakim 8:4-17
559
kan dari keunggulannya orang yang rendah hati dan me-
rendahkan diri.
(2) Sikap merendah juga yaitu cara yang paling ampuh un-
tuk mengakhiri perselisihan, sebab keangkuhan hanya me-
nimbulkan pertengkaran (Ams. 13:10).
(3) Kerendahan hati itu paling menyenangkan dan mengagum-
kan di tengah-tengah berbagai pencapaian dan kemajuan
yang besar. Penaklukan-penaklukan Gideon benar-benar
memperindah tindakannya yang merendah.
(4) Tindakan merendah yang benar yaitu menganggap yang
lain lebih utama dari pada diri kita sendiri, dan saling men-
dahului dalam memberi hormat.
Nah, apa akhir dari perselisihan ini? Orang-orang Efra-
im sudah mereka mencacinya dengan keras (ay. 1, KJV), de-
ngan melupakan penghormatan yang semestinya diberikan
kepada panglima mereka, dan kepada orang yang telah
diberi kehormatan oleh Allah sendiri. Mereka melampias-
kan amarah dengan berbicara secara sangat tidak pantas
dan seenaknya. Ini merupakan tanda yang pasti dari per-
kara yang lemah dan tak dapat dibela. Akal budi tidak
berjalan dengan benar jika caci maki mengalir lancar.
namun jawaban Gideon yang lemah lembut meredakan kege-
raman mereka (Ams. 15:1). Redalah marah mereka terhadap
dia (ay. 3). Tersirat bahwa mereka masih menyimpan rasa
panas hati, namun ia dengan bijak mengabaikannya dan
membiarkannya mereda perlahan-lahan. Orang-orang besar
dan baik harus senantiasa siap untuk diuji kesabarannya
oleh ketidakbaikan dan kebodohan, bahkan dari orang-orang
yang mereka layani. Jadi mereka tidak perlu merasa heran
akan hal itu.
Gideon Mengejar Orang Midian
(8:4-17)
4 saat Gideon sampai ke sungai Yordan, menyeberanglah ia dan ketiga
ratus orang yang bersama-sama dengan dia, meskipun masih lelah, namun
mengejar juga. 5 Dan berkatalah ia kepada orang-orang Sukot: “Tolong beri-
kan beberapa roti untuk rakyat yang mengikuti aku ini, sebab mereka telah
lelah, dan aku sedang mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian.”
6 namun jawab para pemuka di Sukot itu: “Sudahkah Zebah dan Salmuna itu
ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada tentara-
560
mu?” 7 Lalu kata Gideon: “Kalau begitu, jika TUHAN menyerahkan Zebah
dan Salmuna ke dalam tanganku, aku akan menggaruk tubuhmu dengan
duri padang gurun dan onak.” 8 Maka berjalanlah ia dari sana ke Pnuel, dan
berkata demikian juga kepada orang-orang Pnuel, namun orang-orang ini pun
menjawabnya seperti orang-orang Sukot. 9 Lalu berkatalah ia juga kepada
orang-orang Pnuel: “jika aku kembali dengan selamat, maka aku akan
merobohkan menara ini.” 10 Sementara itu Zebah dan Salmuna ada di Karkor
bersama-sama dengan tentara mereka, kira-kira lima belas ribu orang ba-
nyaknya, yakni semua orang yang masih tinggal hidup dari seluruh tentara
orang-orang dari sebelah timur; banyaknya yang tewas ada seratus dua
puluh ribu orang yang bersenjatakan pedang. 11 Gideon maju melalui jalan
orang-orang yang diam di dalam kemah di sebelah timur Nobah dan Yogbeha,
lalu memukul kalah tentara itu, saat tentara itu menyangka dirinya aman.
12 Zebah dan Salmuna melarikan diri, namun Gideon mengejar mereka dan
menawan kedua raja Midian itu, yakni Zebah dan Salmuna, sedang seluruh
tentara itu diceraiberaikannya. 13 lalu kembalilah Gideon bin Yoas dari
peperangan dengan melalui pendakian Heres; 14 ditangkapnyalah seorang
muda dari penduduk Sukot. sesudah ditanyai, orang itu menuliskan nama
para pemuka dan para tua-tua di Sukot untuk Gideon, tujuh puluh tujuh
orang banyaknya. 15 Lalu pergilah Gideon kepada orang-orang Sukot sambil
berkata: “Inilah Zebah dan Salmuna yang sebab nya kamu telah mencela
aku dengan berkata: Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tangan-
mu, sehingga kami harus memberikan roti kepada orang-orangmu yang lelah
itu?” 16 Lalu ia mengumpulkan para tua-tua kota itu, ia mengambil duri
padang gurun dan onak, dan menghajar orang-orang Sukot dengan itu. 17
Juga menara Pnuel dirobohkannya dan dibunuhnya orang-orang kota itu.
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati,
I. Gideon, seperti panglima yang gagah berani, mengejar orang-
orang Midian yang tersisa, dan melanjutkan serangannya dengan
berani. Pembantaian yang besar-besaran pertama-tama dibuat
terhadap musuh: 120.000 orang yang bersenjatakan pedang (ay.
10). Betapa mengerikan penghukuman yang orang Midian lak-
sanakan di antara mereka sendiri, dan betapa mereka menjadi
mangsa yang empuk bagi Israel. Akan namun , tampaknya, kedua
raja Midian itu, sebab diperlengkapi dengan baik lebih daripada
yang lainnya, dapat melarikan diri, dan dengan lima belas ribu
orang berhasil menyeberang sungai Yordan sebelum jalan-jalannya
dapat diamankan oleh orang-orang Efraim. Mereka berhasil pergi
menuju negeri mereka sendiri. Gideon berpikir bahwa ia tidak sepe-
nuhnya menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan Israel jika ia
membiarkan mereka lolos. Ia tidak puas hanya mengusir mereka
dari negeri, namun juga mau mengenyahkan mereka dari dunia (Ayb.
18:18). Tekad ini dikuatkan dengan keteguhan hati yang hebat, dan
dimahkotai dengan keberhasilan yang besar.
Kitab Hakim-hakim 8:4-17
561
1. Keteguhan hatinya sangat patut diteladani. Ia mewujudkan
tujuannya di bawah keadaan-keadaan yang amat tidak meng-
untungkan dan mengecilkan hati.
(1) Ia tidak membawa seorang pun bersamanya kecuali ke tiga
ratus orangnya, yang sekarang meletakkan sangkakala dan
obor mereka, dan mengambil pedang dan tombak mereka.
Allah telah berfirman, dengan ketiga ratus orang yang
menghirup itu akan Kuselamatkan kamu (7:7). Dan, dengan
meyakini janji itu, Gideon hanya mempertahankan mereka
saja (ay. 4). Ia mengharapkan hal yang lebih besar dari tiga
ratus orang ini, yang disokong oleh sebuah janji khusus,
daripada dari ribuan orang, yang hanya disokong oleh
keberanian mereka sendiri.
(2) Mereka lelah, namun mengejar juga, dibuat sangat letih
oleh apa yang telah mereka lakukan, dan sekalipun begitu
ingin berbuat lebih banyak melawan musuh-musuh negeri
mereka. Peperangan rohani kita haruslah dijalankan seper-
ti itu dengan segenap kekuatan yang kita miliki, meskipun
kita hanya memiliki sedikit saja. Keadaan ini sering kali
menimpa orang Kristen sejati, kelelahan namun mengejar
juga.
(3) Meskipun Gideon mengalami tawar hati oleh sebab orang-
orang sebangsanya sendiri, dicemooh atas apa yang sedang
dilakukannya, sebab dianggap mengusahakan sesuatu
yang tidak akan pernah dicapainya, namun ia terus mela-
kukannya. Jika orang-orang yang seharusnya menjadi
penolong kita di jalan kewajiban kita ternyata menghalang-
halangi kita, jangan hal ini membuat kita meninggalkan
kewajiban kita. Orang-orang yang tidak tahu bagaimana
memandang rendah berbagai celaan dan hinaan manusia,
tidak tahu bagaimana menghargai penerimaan Allah.
(4) Gideon melakukan perjalanan yang sangat panjang melalui
jalan orang-orang yang diam di dalam kemah (ay. 11),
mungkin sebab ia berharap untuk mendapati mereka
bersikap lebih baik kepadanya daripada orang Sukot dan
orang Pnuel, yang tinggal di kota-kota bertembok. Kadang-
kadang ada lebih banyak kemurahan hati dan kasih yang
ditemukan di dalam kemah-kemah desa daripada di dalam
istana-istana kota. Atau sebab jalan itu yaitu jalan yang
562
paling tidak diduga akan ditempuhnya, dan sebab nya
jalan itu akan memberikan kejutan yang lebih besar untuk
mereka. Jelas bahwa ia tidak segan-segan bersusah payah
untuk merampungkan kemenangannya. Sekarang ia men-
dapati sebagai keuntungan bahwa ia memiliki tiga ratus
orang yang dapat menanggung lapar, haus, dan kerja
keras. Tampaknya, ia hendak menyerang musuh pada ma-
lam hari, seperti yang sudah dia lakukan sebelumnya,
sebab tentara itu menyangka dirinya aman. Rasa aman
orang-orang berdosa sering kali terbukti sebagai kehancur-
an mereka, dan bahaya-bahaya yaitu paling mematikan
saat paling tidak ditakuti.
2. Keberhasilannya sangat mendorongnya untuk menetapkan
hati dan bertekun dalam perkara yang baik. Ia memukul kalah
tentara musuh (ay. 11), dan menahan kedua raja Midian (ay.
12). Perhatikanlah, apa yang ditakutkan orang fasik akan da-
tang menimpanya. Orang-orang yang menyangka sedang lari
dari pedang Tuhan dan pedang Gideon, ternyata justru sedang
berlari di atasnya. Kalaupun ia dapat meluputkan diri terhadap
senjata besi, namun panah tembaga menembus dia. Sebab
orang berdosa dikejar oleh malapetaka.
II. Di sini ada Gideon, bagaikan seorang hakim yang adil, sedang
menghajar kekurangajaran orang-orang Israel yang merasa tidak
puas, yaitu orang Sukot dan orang Pnuel, keduanya tinggal dalam
suku Gad, di seberang sungai Yordan.
1. Kejahatan mereka besar. Gideon, dengan segelintir orang yang
lemah, sedang mengejar musuh bersama, untuk melengkapi
pembebasan Israel. Jalan yang dia tempuh membawanya me-
lewati kota Sukot pertama-tama, dan sesudahnya kota Pnuel.
Gideon tidak berharap bahwa para hakim kedua kota itu
harus menemuinya dengan segala upara kebesaran, meng-
ucapkan selamat kepadanya atas kemenangannya, memper-
sembahkan kepadanya kunci kota mereka, dan menjamunya.
Apalagi sampai meminta mereka harus mengirimkan pasukan-
pasukan untuk membantunya, meskipun ia berhak atas se-
muanya ini. Sebaliknya, ia hanya memohon sedikit makanan
yang diperlukan untuk para prajuritnya, yang sudah mau
Kitab Hakim-hakim 8:4-17
563
pingsan sebab kelaparan. Dan ia memohon dengan sangat
rendah hati dan mendesak: Tolong berikan beberapa roti untuk
rakyat yang mengikuti aku ini (ay. 5). Permintaan itu masuk
akal seandainya mereka hanyalah para pelancong miskin yang
sedang kesusahan. namun mereka yaitu para prajurit, yang
terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia (Why. 17:14),
orang-orang yang sudah diberi kehormatan besar oleh Allah,
dan yang kepada mereka Israel sangat berutang budi. Para
prajurit itu telah melakukan pekerjaan besar untuk negeri
mereka, dan sekarang sedang melakukan lebih lagi. Bahwa
mereka yaitu penakluk, dan berkuasa untuk mewajibkan
orang Sukot dan orang Pnuel memberi bantuan, dan bahwa
mereka sedang berperang bagi Allah dan Israel. Mengingat hal
itu, tidak ada yang lebih wajar selain bahwa saudara-saudara
mereka itu harus memberi mereka persediaan-persediaan yang
terbaik yang dapat diberikan kota mereka. namun para pemuka
di Sukot itu tidak takut akan Allah dan tidak menghormati
seorang pun. Sebab,
(1) Dalam penghinaan terhadap Allah, mereka menolak untuk
memenuhi permintaan-permintaan yang wajar dari orang
yang telah dibangkitkan Allah untuk menyelamatkan mere-
ka. Mereka menghinanya, mengolok-olok dia, dan meman-
dang rendah keberhasilan yang dengannya ia sudah dihor-
mati. Mereka pupus harapan bahwa usahanya yang seka-
rang akan berhasil. Mereka berbuat semampu mereka un-
tuk mengecilkan hatinya dalam meneruskan perang itu.
Dan mereka mau saja percaya bahwa pasukan-pasukan
Midian yang tersisa, yang sekarang sudah mereka lihat ber-
jalan melewati negeri mereka, akan terlalu tangguh bagi-
nya: Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tangan-
mu? “Tidak, dan tidak akan pernah,” demikian mereka me-
nyimpulkan, dengan menghakimi berdasar tidak seim-
bangnya jumlah mereka.
(2) Pintu belas kasihan mereka tertutup bagi saudara-saudara
mereka. Mereka miskin akan kasih dan juga iman. Sebagi-
an penafsir membacanya bahwa mereka tidak mau mem-
berikan sepotong roti) kepada orang-orang yang sudah mau
binasa. Inikah para pemuka? Inikah orang-orang Israel?
Mereka tidak layak menyandang kedua sebutan itu. Mereka
564
orang-orang hina dan bejat! Pasti mereka yaitu para pe-
nyembah Baal, atau membela kepentingan-kepentingan
orang Midian. Orang-orang Pnuel memberikan jawaban
yang sama untuk permintaan yang sama, dengan menen-
tang pedang TUHAN dan pedang Gideon (ay. 8).
2. Peringatan yang diberikan Gideon kepada mereka tentang
hukuman atas kejahatan mereka sangatlah baik.
(1) Ia tidak menghukum kejahatan mereka dengan segera, ka-
rena ia tidak mau kehilangan banyak waktu dalam menge-
jar musuh yang melarikan diri darinya, dan sebab ia tidak
mau terlihat melakukannya dalam amarah yang memanas.
Juga sebab ia terlebih mau melakukannya untuk mem-
buat mereka malu dan bingung sesudah ia menuntaskan
usahanya, yang mereka pikir mustahil terlaksana. Sebalik-
nya,
(2) Gideon memberi tahu mereka bagaimana ia akan menghu-
kum kejahatan mereka (ay. 7, 9), untuk menunjukkan
keyakinan yang dimilikinya, bahwa ia akan berhasil dalam
kekuatan Allah. Dan bahwa, seandainya dalam diri mereka
tersisa sedikit saja kemurahan dan pertimbangan, mereka
bisa saja, sesudah berpikir dua kali, bertobat dari kebodoh-
an mereka, merendahkan diri mereka, dan berusaha untuk
menebusnya, dengan mengirimkan berbagai bantuan dan
persediaan kepadanya. Seandainya mereka melakukan se-
muanya itu, tidak diragukan lagi, Gideon pasti akan meng-
ampuni mereka. Allah memberikan peringatan akan baha-
ya, dan memberikan kesempatan untuk bertobat,supaya
orang-orang berdosa dapat melarikan diri dari murka yang
akan datang.
3. sebab peringatan itu diremehkan, maka hukumannya, mes-
kipun sangat berat, benar-benar sangat adil.
(1) Para pemuka di Sukot dijadikan contoh yang pertama. Gi-
deon mendapat keterangan tentang jumlah mereka, tujuh
puluh tujuh orang, nama-nama mereka, dan tempat-tem-
pat kediaman mereka, yang dituliskan untuknya (ay. 14).
Dan, yang sangat mengejutkan mereka, saat mereka me-
nyangka bahwa ia tidak akan pernah mengalahkan orang
Midian, ia kembali sebagai penakluk. Ketiga ratus orangnya
Kitab Hakim-hakim 8:4-17
565
sekarang menjadi pelayan-pelayan keadilannya. Mereka
mengamankan semua pemuka ini, dan membawa mereka ke
hadapan Gideon. Dan Gideon menunjukkan kepada mereka
dua tahanan rajawinya yang terbelenggu. “Inilah orang-
orang yang kamu anggap bukan tandingan yang sepadan
bagiku, dan kamu tidak mau memberiku bantuan untuk
mengejar mereka” (ay. 15). Dan ia menghukum mereka
dengan duri dan onak, namun , sepertinya, tidak sampai mati.
Dengan duri dan onak ini,
[1] Gideon menyiksa tubuh mereka, entah dengan men-
cambuk atau dengan menggulingkan mereka di atas-
nya. Dengan satu atau lain cara, ia merobek daging
mereka (ay. 7, KJV). Orang-orang yang tidak menunjuk-
kan belas kasihan, akan dihukum tanpa belas kasihan.
Mungkin ia mengamati bahwa mereka yaitu orang-
orang yang berperangai halus dan lembut, yang meman-
dang rendah dia dan kawanannya sebab kasar dan
keras. Dan sebab itu Gideon mempermalukan mereka
seperti itu atas ketidakjantanan mereka.
[2] Gideon mengajar pikiran mereka: Ia menghajar orang-
orang Sukot dengan itu (ay. 16). Hajaran yang diberikan-
nya kepada mereka dimaksudkan, bukan untuk meng-
hancurkan, melainkan untuk memberikan didikan yang
baik, untuk membuat mereka lebih bijaksana dan lebih
baik untuk ke depan. Ia membuat mereka tahu, demi-
kianlah kata yang dipakai, membuat mereka mengenal
diri mereka sendiri dan kebodohan mereka, Allah dan
kewajiban mereka. Ia membuat mereka tahu siapa
Gideon, sebab mereka tidak mau mengetahuinya me-
lalui keberhasilan yang dengannya Allah telah memah-
kotainya. Perhatikanlah, banyak orang diajar dengan
duri dan onak penderitaan, sebab mereka tidak akan
belajar dengan cara lain. Allah memberikan hikmat me-
lalui tongkat dan teguran. Ia menghajar dan mengajar,
dan melalui hajaran membukakan telinga bagi ajaran.
Juruselamat kita yang terberkati, meskipun seorang
Anak, namun telah belajar menjadi taat dari apa yang
telah diderita-Nya (Ibr. 5:8). Hendaklah setiap duri yang
menusuk dan onak yang memedihkan, terutama jika
itu menjadi duri dalam daging, ditafsirkan demikian, di-
manfaatkan demikian. “Dengan ini Allah bermaksud
untuk mengajarku. Pelajaran baik apa yang dapat ku-
pelajari?”
(2) Hukuman terhadap orang-orang Pnuel datang berikutnya,
dan tampaknya Gideon menggunakan duri dan onak secara
lebih keras daripada untuk orang-orang Sukot, untuk
alasan yang baik, tidak diragukan lagi (ay. 17).
[1] Ia merobohkan menara mereka, yang mereka megahkan,
dan yang mereka andalkan. Mungkin mereka, dengan
mencemooh, menasihati Gideon dan orang-orangnya un-
tuk berlindung dalam menara itu daripada mengejar
orang-orang Midian. Apa yang dibangga-banggakan orang,
sepantasnya akan berbalik menjadi cela bagi mereka
saat kebanggaan mereka itu runtuh.
[2] Ia membunuh orang-orang kota, tidak semuanya, mung-
kin bukan tua-tua atau para pemukanya, melainkan
orang-orang yang telah menghina dia, dan mereka saja.
Ia membunuh sebagian orang kota yang paling kurang
ajar dan melecehkan, untuk membuat ngeri semua yang
lain, dan dengan begitu ia mengajar orang-orang Pnuel.
Zebah dan Salmuna Dibunuh
(8:18-21)
18 lalu bertanyalah ia kepada Zebah dan Salmuna: “Di manakah orang-
orang yang telah kamu bunuh di Tabor itu?” Jawab mereka: “Mereka itu
serupa dengan engkau, sikap mereka masing-masing seperti anak raja.”
19 Lalu kata Gideon: “Saudara-saudarakulah itu, anak-anak iartikel ! Demi
TUHAN yang hidup, seandainya kamu membiarkan mereka hidup, aku tidak
akan membunuh kamu.” 20 Katanya kepada Yeter, anak sulungnya: “Bangun-
lah, bunuhlah mereka.” namun orang muda itu tidak menghunus pedangnya,
sebab ia takut, sebab ia masih muda. 21 Lalu kata Zebah dan Salmuna:
“Bangunlah engkau sendiri dan paranglah kami, sebab seperti orangnya,
demikian pula kekuatannya.” Maka bangunlah Gideon, dibunuhnya Zebah
dan Salmuna, lalu diambilnya bulan-bulanan yang ada pada leher unta
mereka.
Penghakiman dimulai di rumah Allah, dalam hukuman yang adil
terhadap orang-orang Sukot dan orang-orang Pnuel, yang yaitu
orang Israel, namun penghakiman itu tidak berakhir di sana. Kedua
raja Midian, sesudah mereka dipakai untuk menunjukkan kemenang-
an-kemenangan Gideon, dan menghiasi kemenangan-kemenangan-
nya, sekarang harus dimintai perhitungan.
1. Mereka didakwa atas pembunuhan terhadap saudara-saudara
Gideon beberapa waktu yang lalu di gunung Tabor. saat orang
Israel, sebab takut kepada orang Midian, membuat bagi diri
mereka tempat-tempat perlindungan di pegunungan (6:2), anak-
anak muda Israel itu, ada kemungkinan, berlindung di dalam
gunung itu. Di sana mereka didapati oleh kedua raja ini, dan
dibunuh secara paling keji dan biadab dengan darah dingin.
saat Gideon bertanya kepada Zebah dan Salmuna seperti apa
orang-orang itu (ay. 18, KJV), itu bukanlah sebab ia tidak pasti
akan perkaranya, atau menginginkan bukti darinya. Ia bukannya
tidak begitu peduli terhadap darah saudara-saudaranya, hingga
tidak mencari tahu tentang itu sebelumnya. Tidak pula para
penguasa lalim yang sombong ini berusaha menyembunyikannya.
namun ia mengajukan pertanyaan itu kepada merekasupaya
melalui pengakuan mereka akan keelokan yang luar biasa dari
orang-orang yang mereka bunuh, kejahatan mereka tampak lebih
keji, dan sebab itu hukuman terhadap mereka lebih benar.
Mereka tidak bisa tidak pasti mengakui bahwa, meskipun orang-
orang Israel itu didapati dalam keadaan yang hina dina, namun
mereka memiliki kebesaran dan keagungan yang tidak biasa
dalam wajah mereka, tidak berbeda seperti Gideon sendiri pada
saat ini: mereka seperti anak raja, terlahir untuk sesuatu yang
besar.
2. Kedua raja itu didapati bersalah atas pembunuhan ini oleh peng-
akuan mereka sendiri. Gideon bisa saja menghukum mati mereka
sebagai hakim Israel atas kejahatan-kejahatan yang dilakukan
terhadap bangsa Israel pada umumnya, seperti yang terjadi pada
Oreb dan Zeeb (7:25). Namun demikian, ia lebih memilih untuk
berperan sebagai penuntut tebusan darah, sebagai saudara ter-
dekat dari orang-orang yang dibunuh: Saudara-saudarakulah itu
(ay. 19). Kejahatan-kejahatan mereka yang lain mungkin sudah
dimaafkan, setidak-tidaknya Gideon tidak akan membunuh me-
reka dengan tangannya sendiri, dan akan membiarkan mereka
memberikan pertanggungjawaban untuk itu kepada rakyat. namun
sebab darah adiknya itu berteriak, berteriak kepadanya, maka
sekarang kekuasaan ada dalam tangannya untuk menuntut ba-
las, dan sebab itu tidak ada lagi obat penawar. Oleh dialah darah
mereka harus ditumpahkan, meskipun mereka yaitu raja. Tak
terbersit dalam pikiran mereka bahwa mereka akan mendengar
perkataan ini begitu lama sesudah kejadian itu. namun pembu-
nuhan jarang dibiarkan tanpa dihukum bahkan dalam kehidupan
ini.
3. Pelaksanaan hukuman itu dilakukan oleh Gideon dengan tangan-
nya sendiri, sebab ia yaitu penuntut tebusan darah. Ia menyuruh
anaknya untuk membunuh mereka, sebab ia yaitu saudara
dekat dari orang-orang yang dibunuh, dan paling pantas untuk
menjadi pengganti dan wakil ayahnya, dengan demikian Gideon
ingin melatih anaknya untuk melakukan tindakan-tindakan yang
adil dan berani (ay. 20). Akan namun ,
(1) Sang pemuda itu sendiri meminta dibebaskan dari tugas itu.
Ia takut, meskipun mereka terikat dan tidak dapat melawan,
sebab ia masih muda, dan tidak terbiasa dengan pekerjaan se-
perti itu. Keberanian tidak selalu mengalir dalam darah ketu-
runan.
(2) Para tahanan itu sendiri memintasupaya Gideon membebas-
kan sang pemuda dari tugas itu (ay. 21), dan memohon su-
paya, jika harus mati, biarlah mereka mati oleh tangannya
sendiri. Ini agak lebih terhormat bagi mereka, dan lebih mu-
dah. Sebab, oleh kekuatannya yang besar, mereka akan terbu-
nuh dengan lebih cepat dan terbebas dari rasa sakit. Seperti
orangnya, demikian pula kekuatannya. Yang mereka maksud-
kan mungkin diri mereka sendiri sebab mereka yaitu orang-
orang yang memiliki kekuatan yang begitu rupa, hingga
membutuhkan tangan yang lebih baik daripada tangan pemuda
itu untuk menumbangkan mereka dengan cepat. Atau Gideon,
“Engkau sedang ada dalam puncak kekuatanmu. Pemuda itu
belum mencapainya. Oleh sebab itu, engkau saja yang menjadi
algojonya.” Dari orang-orang yang sudah tumbuh dewasa, di-
harapkan bahwa apa yang mereka lakukan dalam pekerjaan
apa saja, dilakukan dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
Gideon membunuh mereka dengan cepat, dan merampas bu-
lan-bulanan yang ada pada leher unta mereka, hiasan-hiasan
seperti bulan, demikian dalam tafsiran yang agak luas. Entah
lencana-lencana kerajaan mereka atau mungkin lambang-
lambang penyembahan berhala mereka, sebab Asyterot dilam-
bangkan dengan bulan, seperti Baal dilambangkan dengan
matahari. Bersama barang-barang ini, ia juga mengambil se-
mua perhiasan mereka yang lain, seperti yang tampak dalam
ayat 26. Dalam ayat itu, kita mendapati bahwa ia tidak meng-
gunakannya dengan begitu baik seperti yang akan diharapkan
orang. Kehancuran dua raja ini, dan dua raja Midian yang lain
(7:25), lama sesudahnya diserukan sebagai contoh dalam doa
bagi kehancuran musuh-musuh jemaat yang lain. Buatlah para
pemuka mereka seperti Oreb dan Zeeb, seperti Zebah dan
Salmuna semua pemimpin mereka (Mzm. 83:12). Biarlah mereka
semua binasa dengan cara yang serupa.
Gideon Menolak Mahkota yang Ditawarkan
(8:22-28)
22 lalu berkatalah orang Israel kepada Gideon: “Biarlah engkau meme-
rintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah
yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian.” 23 Jawab Gideon
kepada mereka: “Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak
akan memerintah kamu namun TUHAN yang memerintah kamu.” 24 Selan-
jutnya kata Gideon kepada mereka: “Satu hal saja yang kuminta kepadamu:
Baiklah kamu masing-masing memberikan anting-anting dari jarahannya.” –
sebab musuh itu beranting-anting mas, sebab mereka orang Ismael. 25
Jawab mereka: “Kami mau memberikannya dengan suka hati.” sesudah
dihamparkan sehelai kain, maka masing-masing melemparkan anting-anting
dari jarahannya ke atas kain itu. 26 Adapun berat anting-anting emas yang
dimintanya itu ada seribu tujuh ratus syikal emas, belum terhitung bulan-
bulanan, perhiasan telinga dan pakaian kain ungu muda yang dipakai oleh
raja-raja Midian, dan belum terhitung kalung rantai yang ada pada leher
unta mereka. 27 lalu Gideon membuat efod dari semuanya itu dan
menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sanalah orang Israel berlaku serong
dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi
rumahnya. 28 Demikianlah orang Midian tunduk kepada orang Israel dan
tidak dapat menegakkan kepalanya lagi; maka amanlah negeri itu empat
puluh tahun lamanya pada zaman Gideon.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Kebersahajaan Gideon yang patut dipuji, sesudah kemenangannya
yang besar, dalam menolak pemerintahan yang ditawarkan rakyat
kepadanya.
1. Mereka tulus dalam menawarkannya: Biarlah engkau memerin-
tah kami, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami
(ay. 22). Mereka menganggap sangat masuk akal bahwa dia
yang sudah bersusah payah dan melewati segala bahaya un-
tuk membebaskan mereka, harus menikmati kehormatan dan
kekuasaan dalam memerintah mereka sesudahnya. Dan mere-
ka sangat menghendaki bahwa dia yang dalam keadaan gawat
dan genting ini sudah menunjukkan tanda-tanda hadirat Allah
bersamanya, harus memimpin urusan-urusan mereka seterus-
nya. Marilah kita menerapkannya kepada Tuhan Yesus. Ia
telah membebaskan kita dari tangan musuh-musuh kita, mu-
suh-musuh rohani kita, yang terburuk dan paling berbahaya,
dan sebab itu pantaslah Ia memerintah atas kita. Sebab
bagaimana kita dapat diperintah dengan lebih baik, selain oleh
Dia yang terlihat memiliki pengaruh yang luar biasa di
sorga, dan menunjukkan kebaikan yang begitu besar untuk
bumi ini? Kita dibebaskansupaya dapat beribadah kepada-
Nya tanpa takut (Luk. 1:74-75).
2. Gideon merasa terhormat dan menolaknya: “Aku tidak akan
memerintah kamu (ay. 23). Apa yang sudah dia lakukan, di-
lakukannya dengan maksud untuk melayani mereka, bukan
untuk memerintah mereka. Untuk membuat mereka aman,
tenang, dan bahagia, bukan untuk menjadikan dirinya sendiri
besar atau terhormat. Dan, sama seperti ia sendiri tidak ber-
hasrat untuk menjadi besar, demikian pula ia tidak ingin me-
neruskannya kepada keluarganya: “Anakku tidak akan meme-
rintah kamu, pada saat aku hidup ataupun sesudah aku pergi.
namun TUHAN yang tetap memerintah kamu, dan mengangkat
hakim-hakimmu melalui ketetapan khusus oleh Roh-Nya sen-
diri, seperti yang sudah dilakukan-Nya.” Ini menyiratkan,
(1) Kebersahajaannya, dan sikap merendahnya akan dirinya
sendiri dan jasa-jasanya. Ia berpikir bahwa kehormatan
untuk berbuat baik sudah merupakan imbalan yang cukup
untuk semua pelayanannya, dan tidak perlu diberi imbalan
dengan kehormatan untuk berkuasa. Barangsiapa terbesar
di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
(2) Kesalehannya, dan pandangannya yang tinggi akan peme-
rintahan Allah. Mungkin ia melihat dalam diri rakyat suatu
ketidaksukaan terhadap teokrasi, atau pemerintahan ilahi,
sebuah keinginan untuk memiliki raja seperti bangsa-
bangsa lain. Ia berpikir bahwa mereka memanfaatkan jasa-
jasanya sebagai dalih untuk bergerak melakukan perubah-
an pemerintahan ini. namun Gideon sama sekali tidak mau
menerimanya. Tidak ada orang baik yang bisa dibuat se-
nang dengan kehormatan apa saja yang diberikan kepada-
nya, yang seharusnya diberikan kepada Allah saja. Adakah
kamu dibaptis dalam nama Paulus? (1Kor. 1:13).
II. Semangat Gideon yang tidak biasanya untuk mengabadikan ingat-
an akan kemenangan ini, melalui efod yang terbuat dari barang-
barang jarahan yang terpilih.
1. Gideon meminta orang-orang Israel untuk menyerahkan anting-
anting dari jarahan mereka. Sebab hiasan-hiasan seperti itu
mereka lucuti secara berlimpah dari orang-orang yang dibunuh.
Anting-anting ini dimintanya, entah sebab anting-anting itu
yaitu emas yang terbaik, dan sebab itu paling pantas dipa-
kai untuk keperluan ibadah, atau sebab anting-anting diang-
gap sebagai barang yang memiliki makna takhayul, yang
dipandangnya terlalu tinggi. Harun meminta anting-anting un-
tuk membuat anak lembu tuangan (Kel. 32:2). Anting-anting
ini juga diminta oleh Gideon (ay. 24). Dan cukup beralasan
baginya untuk berpikir bahwa orang-orang yang menawarinya
mahkota, saat ia menolaknya, tidak akan menolak memberi-
nya anting-anting mereka, saat ia memintanya. Dan mereka
memang tidak menolaknya (ay. 25).
2. Ia sendiri menambahkan jarahan yang diambilnya dari raja-
raja Midian, yang, tampaknya, jatuh ke dalam bagiannya (ay.
26). Para panglima mendapat bagian jarahan yang paling
bagus, jarahan kain berwarna (5:30).
3. Dari barang jarahan ini, ia membuat sebuah baju efod (ay. 27).
Hal itu cukup dapat diterima, dan bisa jadi diniatkan dengan
baik untuk melestarikan ingatan akan kemenangan yang di-
peroleh sebab bantuan Allah ini di kota sang hakim sendiri.
namun sungguh tanpa pertimbangan yang matang untuk mem-
buat efod, sebuah pakaian suci, sebagai tugu peringatan. Saya
mau saja menduga-duga yang terbaik atas tindakan-tindakan
orang baik, dan kita yakin Gideon yaitu salah satunya.
namun beralasan bagi kita untuk curiga bahwa efod ini, seperti
biasanya, disertai dengan terafim (Hos. 3:4). Dan bahwa,
sebab sudah ada mezbah yang dibangun menurut ketetapan
ilahi (6:26), yang dia bayangkan secara keliru bahwa ia masih
dapat menggunakannya untuk korban, ia meniatkan efod ini
sebagai suatu sumber bimbingan, untuk dimintai petunjuk
dalam perkara-perkara yang tidak pasti jalan keluarnya. Demi-
kianlah pendapat cendekiawan Dr. Spencer. sebab sekarang
setiap suku sudah memiliki pemerintahan dalam wilayah-
nya sendiri, maka mereka terlalu condong untuk mengingin-
kan agama sendiri di antara mereka. Kita membaca sangat
sedikit tentang Silo, dan tabut perjanjian di sana, dalam selu-
ruh kisah Hakim-hakim. Kadang-kadang oleh dispensasi ilahi,
dan jauh lebih sering oleh pelanggaran manusia, hukum yang
mewajibkan mereka untuk beribadah hanya di satu mezbah
itu tampak tidak terlalu ditaati saleh seperti yang seharusnya.
Hal ini juga terjadi di waktu-waktu lalu , saat pada
masa-masa pemerintahan para raja yang bahkan sangat baik,
bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan. Dari sini kita dapat
menyimpulkan bahwa hukum itu menjangkau lebih jauh
sebagai perlambang Kristus, yang oleh kepengantaraan-Nya
semata-mata semua ibadah kita diterima. Oleh sebab itu
Gideon, sebab ketidaktahuan atau tidak adanya pertimbang-
an, berdosa dalam membuat baju efod ini, meskipun ia ber-
maksud baik. Silo, memang benar, tidak begitu jauh, namun itu
terletak di wilayah Efraim, dan suku itu belum lama ini tidak
mau membantunya (ay. 1). Hal ini mungkin membuat Gideon
tidak mau pergi begitu sering ke tengah-tengah orang Efraim,
saat ia memiliki keperluan untuk pergi ke sana untuk
mencari petunjuk dari bimbingan ilahi. Oleh sebab itu, ia
ingin memiliki efod sendiri yang lebih dekat dengan rumah.
Betapa pun ini mungkin diniatkan dengan tulus, dan pada
awalnya menimbulkan sedikit masalah, namun seiring berja-
lannya waktu,
(1) Orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu.
Yaitu, mereka meninggalkan mezbah dan jabatan imamat
yang ditetapkan Allah, sebab mereka suka akan perubah-
an, dan condong pada penyembahan berhala. Mereka pu-
nya alasan untuk memberikan penghormatan kepada efod
ini, sebab orang yang begitu baik seperti Gideon telah
mendirikannya. Secara perlahan-lahan penghormatan me-
reka terhadapnya semakin bersifat takhayul. Perhatikan-
lah, banyak orang dipimpin ke jalan-jalan yang salah oleh
satu langkah yang salah dari orang yang baik. Permulaan
dosa, khususnya dosa penyembahan berhala dan penyem-
bahan kehendak sendiri, yaitu seperti membuka jalan air.
Oleh sebab itu, undurlah sebelum perbantahan mulai.
(2) Efod itu menjadi jerat bagi Gideon sendiri, sebab dengan
adanya efod ini ia meredakan semangatnya akan rumah
Allah pada masa tuanya. Dan efod itu lebih jauh lagi men-
jadi jerat bagi keluarganya, yang diseret olehnya ke dalam
dosa, dan itu terbukti menjadi kehancuran bagi keluarga
itu.
III. Peran Gideon yang membahagiakan bagi ketenteraman Israel (ay.
28). Orang-orang Midian yang sudah begitu menyusahkan mereka,
tidak lagi mengganggu mereka. Gideon, meskipun tidak mau berla-
gak seperti seorang raja yang terhormat dan berkuasa, memerintah
sebagai hakim, dan melakukan semua pekerjaaan baik yang dapat
dilakukannya untuk rakyatnya. Dengan begitu, amanlah negeri itu
empat puluh tahun lamanya. Sampai sejauh ini masa-masa Israel
dihitung setiap empat puluh tahun. Otniel menjadi hakim selama
empat puluh tahun, Ehud delapan puluh tahun, dua kali empat
puluh. Barak memerintah selama empat puluh tahun, dan seka-
rang Gideon empat puluh tahun. Penyelenggaraan ilahi mengatur-
nya demikian untuk mengingatkan mereka akan empat puluh
tahun pengembaraan mereka di padang gurun. Empat puluh tahun
Aku jemu kepada angkatan itu (lihat Yeh. 4:6). Sesudah ini, Eli
memerintah selama empat puluh tahun (1Sam. 4:18), Samuel dan
Saul empat puluh tahun (Kis. 13:21), Daud empat puluh tahun,
dan Salomo empat puluh tahun. Empat puluh tahun yaitu kira-
kira satu ukuran masa atau usia.
Kembalinya Israel pada Penyembahan Berhala
(8:29-35)
29 Lalu Yerubaal bin Yoas pergilah dan diam di rumahnya sendiri. 30 Gideon
memiliki tujuh puluh anak laki-laki, semuanya anak kandungnya, sebab
ia beristeri banyak; 31 juga gundiknya yang tinggal di Sikhem melahirkan
seorang anak laki-laki baginya, lalu ia memberikan nama Abimelekh kepada
anak itu. 32 Gideon bin Yoas mati pada waktu rambutnya telah putih, lalu
dikuburkan dalam kubur Yoas, ayahnya, di Ofra kota orang Abiezer. 33 Sete-
lah Gideon mati, kembalilah orang Israel berjalan serong dengan mengikuti
para Baal dan membuat Baal-Berit menjadi allah mereka; 34 orang Israel
tidak ingat kepada TUHAN, Allah mereka, yang telah melepaskan mereka dari
tangan semua musuhnya di sekelilingnya, 35 juga tidak menunjukkan terima
kasihnya kepada keturunan Yerubaal-Gideon seimbang dengan segala yang
baik yang telah dilakukannya kepada orang Israel.
Kita mendapati dalam perikop ini penutup dari kisah Gideon.
1. Ia hidup di rumah sendiri (ay. 29). Ia tidak menjadi sombong oleh
kehormatan-kehormatannya yang besar, tidak mendambakan
istana atau puri untuk tinggal, namun menarik diri ke rumah yang
sudah didiaminya sebelum pengangkatannya. Demikian pula hal-
nya dengan orang Romawi yang pemberani itu, yang dipanggil
secara mendadak dari pekerjaan membajak untuk memimpin pa-
sukan. Dan saat pekerjaan itu telah usai, ia kembali untuk
membajak lagi.
2. Keluarga Gideon bertambah banyak. Ia memiliki banyak istri,
dalam hal ini ia melanggar hukum Taurat. Dari istri-istri itu ia
memiliki tujuh puluh anak laki-laki (ay. 30), namun dari se-
orang gundik ia memiliki seorang anak yang dinamainya Abi-
melekh yang berarti, ayahku seorang raja, yang ternyata menjadi
kehancuran bagi keluarganya (ay. 31).
3. Gideon meninggal dalam kehormatan, dalam usia tua yang baik,
sesudah ia hidup sepanjang waktu ia mampu melayani Allah dan
negerinya. Dengan keadaan begitu siapa yang ingin hidup lebih
lama lagi? Ia dikuburkan dalam kubur ayahnya.
4. sesudah kematiannya, orang Israel menjadi rusak, dan membuat
semuanya menjadi sia-sia. Segera sesudah Gideon meninggal, yang
sudah membuat mereka tetap dekat dengan penyembahan kepada
Allah Israel, mereka mendapati diri tidak berada di bawah ke-
kangan. Dan lalu mereka berjalan serong dengan mengikuti
para Baal (ay. 33). Mereka berjalan serong pertama-tama dengan
mengikuti efod lain (ay. 27). Untuk pelanggaran itu, Gideon
sendiri telah memberi mereka terlalu banyak peluang. Sekarang
mereka berjalan serong dengan mengikuti allah lain. Penyembah-
an-penyembahan palsu membuka jalan bagi ilah-ilah palsu. Mere-
ka sekarang memilih allah baru (5:8), allah dengan nama baru,
Baal-Berit, seorang dewi, menurut sebagian penafsir. Berit, menu-
rut pendapat sebagian penafsir, yaitu Beritus, tempat di mana
orang Fenisia menyembah berhala ini. Nama itu berarti tuhan dari
sebuah perjanjian. Mungkin ia disebut demikian sebab para
penyembahnya menggabungkan diri dengannya melalui perjan-
jian, dengan meniru Israel yang mengikat perjanjian dengan Allah.
Sebab Iblis suka meniru Allah. Dalam pemberontakan Israel ke-
pada penyembahan berhala ini, mereka menunjukkan,
(1) Sikap yang sangat tidak tahu berterima kasih kepada Allah
(ay. 34): Orang Israel tidak ingat kepada TUHAN, yang tidak
hanya telah menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-
musuh mereka, untuk menghukum mereka atas penyem-
bahan berhala mereka, namun juga yang telah melepaskan me-
reka dari tangan semua musuh mereka, untuk mengundang
mereka kembali untuk beribadah kepada-Nya. Baik pengha-
kiman maupun belas kasihan dilupakan, dan kesan-kesan
yang ditanamkannya menghilang.
(2) Sikap yang tidak tahu berterima kasih kepada Gideon (ay. 35).
Segala yang baik telah dilakukannya kepada orang Israel,
sebagai bapak dari bangsa itu, yang untuk itu mereka seha-
rusnya memperlakukan keluarganya dengan baik sesudah ia
tiada. Sebab itu yaitu satu cara bagi kita untuk menunjuk-
kan rasa terima kasih kita kepada teman-teman kita dan
orang-orang yang sudah berbuat kebaikan kepada kita. Dan
dengan cara itu, kita bisa membalas kebaikan mereka saat
mereka sudah terbaring dalam kubur. namun Israel tidak
menunjukkan kebaikan ini kepada keluarga Gideon, seperti
yang akan kita dapati dalam pasal berikutnya. Tidak heran
jika orang-orang yang melupakan Allah mereka, juga melupa-
kan teman-teman mereka.
PASAL 9
emurtadan Israel sesudah kematian Gideon diganjar dengan
hukuman, bukan seperti kemurtadan-kemurtadan sebelumnya,
yakni dengan serangan bangsa asing, atau penindasan oleh suatu
negeri tetangga yang berkuasa, melainkan dengan huru-hara di
antara mereka sendiri, yang kisahnya kita baca dalam pasal ini. Sulit
dikatakan mana yang paling banyak terlihat di sini, dosa mereka
ataukah kesengsaraan mereka. Pasal ini memberikan penjelasan
mengenai perebutan kuasa dan kelaliman yang dilakukan Abimelekh,
anak Gideon yang hina. Demikianlah kita harus menyebutnya, dan
bukan secara lebih terhormat, anak kandungnya. Abimelekh begitu
tidak serupa dengan Gideon. Dalam pasal ini diceritakan kepada kita,
I. Bagaimana Abimelekh mendesakkan dirinya masuk ke dalam
pemerintahan di Sikhem, kotanya sendiri, melalui kelicikan
dan kekejaman, khususnya dengan membunuh semua sau-
daranya (ay. 1-6).
II. Bagaimana hukumannya dibacakan dalam sebuah perum-
pamaan oleh Yotam, anak bungsu Gideon (ay. 7-21).
III. Perselisihan-perselisihan apa yang terjadi antara Abimelekh
dan kawan-kawannya, yakni warga kota Sikhem (ay. 22-41).
IV. Bagaimana semuanya ini berakhir dengan kehancuran warga
kota Sikhem (ay. 42-49), dan kehancuran Abimelekh sendiri
(ay. 50-57). Tentang si bintang jatuh ini, raja yang penuh
dengan pancaran harapan hampa ini, yang tidak menjadi
pelindung melainkan bencana bagi negerinya, kita dapat ber-
kata, seperti yang pernah dikatakan tentang seorang pengua-
sa yang sangat lalim, bahwa ia muncul seperti rubah, meme-
rintah sep