a itu mencurahkan segala
upaya memelihara keutuhan Al-Qur'dn, ini merupakan fokus utama dalam bab
berikut.
KOMPILASI TLTLISAI{ At{t R'A}.I
Meski Nabi Mu[ammad telah mencurahkan segala upaya yang mungkin
dapat dilakukan dalam memelihara keuhrhan Al-Qur'6n, beliau tidak merangkum semua surah ke dalam satu jilid, sebagaimana ditegaskan oleh Zaid
bin Thdbit dalam pernyataannya,
*Saat Nabi Mu$ammad wafat, Al-Qur'dn masih belum dirangkum dalam
satuan bentuk artikel ."l
Di sini kita perlu memperhatikan penggunaan kata 'pengumpulan' bukan
'penulisan'. Dalam komentarnya, al-Khatt.iibi menyebut, "Catatan ini memberi
isyarat akan kelangkaan artikel tertentu yang memiliki ciri khas tersendiri.
Sebenarnya, Kitab Al-Qur'iin telah ditulis seuhrhnya sejak zaman Nabi
Muhammad. Hanya saja belum disatukan dan sfirah-sirah yang ada juga masih
belum tersusun.'2 Penyusunan Al-Qur'En dalam satu jilid utanra (master
volume) boleh jadi merupakan satu tantangan karena nasil& mansfilch yxng
muncul kemudian dan perubahan ketentuan hukum maupun kata-kata dalam
ayat tertentu memerlukan penyertaan ayat lain secara tepat. Hilangnya satu
format halaman akan sangat merendahkan penyerlaanayat-ayutyang banr serta
surahnya karena wahyu tidak berhenti untuk beberapa saat sebelum Nabi
Mu[rammad wafat. Dengan wafatnya Nabi Mt'hammad berarti wa[ryu berakhir untuk selamanya. Tidak akan terdapat ayatbin, perubahan hukum, serta
penyusunan ulang. Ini berarti kondisi itu telah mapan dalam waktu yangtepat
guna memulai penyatuan Al-Qur'6n ke dalam satu jilid. Tidak ada keraguan
yang dirasakan dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan ddn bahkan
telah memaksa masyarakat mempercepat pelaksanaan tugas ini. Alliih swt.
memberi bimbingan para sahabat dalam memberi pelaypnan terhadap AlQur'iin sebagaimana mestinya memenuhi janji pemelihzraan' selamanya
terhadap Kitab-Nya,sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al'Qur'dn, dan sesungguh'
nya kami benar-benar memeliharanya."
l. Kompilasi y'^l-Qur'An Semasa Kehtasaan Abfr Balr
r'. Penugasan Zaid bin Thebit drlnm Mengompilasikau Al-Qur'en
Zaid melaporkan,
Ab[ Bakr memanggil saya setelah terjadi peristiwa pertempuran alYamdma yang menelan korban para sahabat sebagai shuhada. Kami
melihat saat 'Umar ibnul Khalfab bersamanya. Ab[ Bakr mulai berkata,
"'IJmar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, 'Dalam pertempuran
al-Yam6ma telah menelan korban begitu besar dari para penghafal AlQur'dn (qund'),a dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam
peperangan lain. Sebagai akibat, kemungkinan sebagian Al-Qur'dn akan
musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat agar dikeluarkan perintah
pengumpulan semua Al-Qur'6n." Ab[ Bakr menambahkan, "Saya katakan pada 'LJmar, 'bagaimana mungkin kami melakukan satu tindakan
yang Nabi Mu[rammad tidak pernah melakukan?' 'IJmar menjawab, '[ni
merupakan upaya terpuji terlepas dari segalanya dan ia tidak berhenti
menjawab sikap keberatan kami sehingga Allah memberi kedamaian
untuk melaksanakan dan pada akhirnya kami memiliki pendapat serupa.
Zaidt Anda seorang pemuda cerdik pandai, dan anda sudah terbiasa
menulis wahyu pada Nabi fult'hammad, dan kami tidak melihat satu
kelemahan pada diri anda. Carilah semua Al-Qur'dn agar dapat dirangkum seluruhnya." Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami memindahkan sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari
apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang. Kami bertanya pada
mereka, 'Kenapa kalian berpendapat melakukan sesuatu yang tidak
pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?' Abt Bakr dan 'Umar bersikeras mengatakan bahwa hal itu boleh-boleh saja dan malah akan
membawa kebaikan. Mereka tak henti-henti menenangkan rasa keberatan
yang ada hingga akhirnya All6h menenangkan kami melakukan tugas itu,
seperti All6h menenangkan hati Ab[ Bakr dan 'IJmar.SSetelah diberi keyakinan Zaid dapat menerima tugas berat sebagai
pengawas komisi,6 sedang 'IJmar, sahibul fikah, bertindak sebagai pembantu
khusus.
r'r. Jati Du:Zaidbin Thebit
Sejak usianya di awal dua puluh-tahunan, di masa itu, Zaid diberi keistimewaan tinggal berjiran dengan Nabi Mu[rammad dan bertindak sebagai
salah seorang penulis wahyu yang amat cemerlang. Dia salah satu di antara
para huffaz dan karena kehebatan jati diri itulah yang mengantarnya sebagai
pilihan mumtazunfiikmelakukan tugas tersebut. Abri Bakr as-Siddiq mencatat
kualifikasi dirinya sebagai berikut:
1. Masa muda Zaid menunjukkan vitalitas dan kekuatan energinya.
2. Akhlak yang tak pernah tercemar menyebabkan Ab[ Bakr memberi
pengakuan secara khusus dengan kata-kata, 'Kami tak pernah memiliki
prasangka negatif pada anda.'
3. Kecerdasannya menunjukkan pentingnya kompetensi dan kesadaran.
4. Pengalamannya di masa lampau sebagai penulis wahyu .7
5. Satu catatan tambahan dari saya (pengarang) tentang kredibilitasnya,
Zaid salah seorang yang bernasib mujur di antara beberapa orang sahabat
yang sempat mendengar bacaan Al-Qur'dn Malaikat Jibril bersama Nabi
Muhammad di bulan Ramadan.8
nr. Instruksi Ab[ Bakr t€rhadap Zaid bin ThEbit
Izinkan kami sejenak memberi ulasan singkat tentang satu masalah yang
pernah dikemukakan di hadapan Ab[ Bakr semasa menjadi khalifah. Sekali
waktu seorang nenek menghadap minta penjelasan tentang hak waris dari
seorang cucu yang telah meninggal dunia. Beliau menjawab bahwa bagian
seorang nenek dari cucu tidak disebut dalam Al-Qur'dn dan tidak pula beliau
ingat bahwa NsSi \dtrhammad pemah memberi penjelasan akan hal itu. Dengan
minta konfirmasi para hadirin, Abii Bakr menerima jawaban al-Mughira yang,
saat itu, berdiri mengatakan bahwa beliau hadir saat Nabi Muhammad
mengatakan bahwa bagian seorang nenek adalah satu per enam (l/6). Ab[
Bakr bertanyapada yang lain barangkali ada orang yang tak sepaham dengan
al-Muhgira di mana \{t'hammad bin Maslama menegaskan secara pasti. Gunamenyelesaikan tanpa sikap keragu-raguan, ini berarti Abu Bakr pernah minta
penjesahan sebelum berbuat sesuatu terhadap penjelasan al-Mughira.e Dalam
hal ini Abn Bakr (dan seterusnya 'Uthmen seperti hendak kita lihat), sematamata mengikuti perintah Al-Qur'dn mengenai kedudukan para saksi:
,,Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk wakn yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. ...
Dan percaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-otang lelaki di
er/fiaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu idhai, supaya jika
orang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlahsaksi-saksi ifu
enggan (membei keterangan) apabita mereka dipanggil" "" r0
Hukum kesaksian memainkan peranan penting dalam kompilasi AlQur'an (uga dalam metode ilmu l.radiffi), dan merupakan bagian penting dari
instruksi Ab[ Bakr padaZaid,bin Th6bit' Ibn Hajar melanjutkan,
"Abfr Bakr mengatakan pada'(Jmar dan Zaid, "Duduklah di depan pintu
gerbang Masjid Nabawi. Jika ada orang membawa (memberi tahu) anda
tentang sepotong ayat dari Kitab Atldh dengan dua otang saksi, maka
tulislah
Ibn Hajar memberi komentar tentang apayalgdimaksud oleh Ab[
perihal saksi:
Sepertinya apa yang dimaksud dengan dua saksi berkaitan erat dengan
hafalan yang diperkuat dengan bukti tertulis. Atau, dua orang membei
kesaksian bahwa ayat Qur'an telah ditulis di hadapan Nabi Mu$ammad.
" Atau, berarti agar mereka membei kesaksian bahwa ini merupakan salah
satu bentuk yang mana Qur'an diwaSyukan. Tujuannya adalah agar
meneima sesuatuyang telah ditulis di'hadapan Nabi Mutrammad bukan
semata-mata berlandaskan pada hafalan seseorang saja.l2
Saya lebih cenderung menerima pendapat kedua menyangkut penerimaan
materi (ayat Al-Qur'6n) berdasarkan bukti sumpah di hadapan dua orang saksi
lain bahwa mereka telah menulis ayat di depan Nabi Muhammad. Pendapat ini
diperkuat oleh pendapat lbn Hajar yang mana "Za;id tidak mau menerima
sesuatu materi tulisan yang akan dapat dipertimbangan kecuali dua orang
sahabat menyaksikan bahwa orang itu menerima ayat Al-Qur'6n seperti diperdengarkan oleh Nabi Mu[rammad sendiri."l3
Menurut pendapat Profesor Shauqi Daif, Bilal bin Rabah jalan-jalan
mengelilingi kota Madinah melakukan pengecekan tiap sahabat yang hadir dan
memiliki ayat-ayat Al-Qur'6n yang ia tulis setelah menerima apa yang diperdengarkan oleh Nabi Muhammad sendiri.ra
iv. Can, ZatdbnThebit Menggrrnakan Materi tulisan Af-Qur'en
Cara yang biasa dipakai dalam menyatukan naskah agar seorang penrmus
kalimat (editor) mengadakan perbandingan dengan naskah lain dari hasil kerja
yang sama kendati, biasanya tidak semua naskah memiliki nilai yang setaraf.
Dalam memberi penjelasan terhadap tingkatan naskah yang paling dapat dipertanggungjawabkan dengan yang tak memiliki harga nilai, Bergstrdser membuat beberapa ketentuan penting sebagai berikut,
l. Naskah yang lebih awal biasanya lebih dapat terjamin dan tepercaya dari
naskah yang muncul kemudian.
2. Naskah yang sudah diubah dan dibetulkan oleh penulis melalui proses
perbandingan dengan naskah induk, lebih tinggi tingkatannya dari manuskrip-manuskrip yang tidak ada perubahan.rs
3. Jika naskah asli masih ada, naskah lain yang ditulis dari naskah itu akan
hilang nilainya.r6
Blachere dan Sauvaget kembali menegaskan tentang poin ketiga: Jika
naskah asli masih terdapat di tangan pengarang, atau salah satu naskah yang
telah mengalami perubahan masih ada, maka nilai naskah-naskah lain akan
dinafikan.lT Demikian juga, tidak adanya naskah asli dari seorang pengarang,
duplikat lain, dengan adanya naskah induk, hendaknya dibuang dan tidak dipertimbangkan.
Gambar 6. I : Garis pohon untuk sebuah teks tulisan pengarang
Anggaplah urutan manuskrip mengikuti skema pohon seperti di atas.
Pertimbangkan dua dari sistem skenario yang ada'.
. Katakanlah bahwa penulis naskah asli hanya menghasilkan satu edisi
artikel di mana tidak ada edisi kedua atau perubahan pada edisi pertama.
Maka ketiga naskah berikut tidak termasuk: (l). artikel yang ditulis sendiri
(seluruh naskah yang ditulis oleh pengarang), (2). Satu manuskrip yangditulis dari naskah pengarang asli misalnya ditulis oleh A); dan (3)
manuskrip lain yang muncul kemudian (mungkin ditulis oleh L). Maka
sangatjelas bahwa yang kedua dan ketiga dianggap tak ada gunanya dan
tidak dapat dipertimbangkan sewaktu mengadakan penyuntingan dari
naskah yang ada, karena tak ada di antara mereka yang memiliki tingkar
an yang sama dengan naskah asli tulisan tangan dari pengarang pertama.
. Satu lagi, andaikan ada satu edisi artikel . Kemudian naskah tulisan asli
bagaimanapun tidak ditemukan, penyunting harus memakai tiga manuskrip lain. Dua manuskrip ditulis oleh murid-murid si pengarang asli, kita
sebut saja A dan B. Manuskrip ketiga X dikopi dari B. Maka X di sini
tidak ada harganya. Penyuntingharus berdasarkan seluruhnya kepada A
dan B, dan tidak boleh membuang salah satu darinya karena keduaduanya mempunyai nilai yang sama.
Demikianlah prinsip-prinsip penting kajian kritis naskah dan edisi
penerbitan yang dikembangkan oleh pihak orientalis di abad kedua puluh.
Ternyata empat belas abad yang silam, Zaid telah melakukan kegiatan persis
seperti teori yang mereka buat. Sejak 56fi |vftrhammad menapakkan kaki di
bumi Madinah, adalah merupakan titik permulaan kegiatan intensif penulisan.
Banyak di antara para sahabat memiliki ayat-ayatAl-Qur'an yang mereka salin
dari kertas kulit milik kawan-kawan serta para jiran. Dengan membatasi
terhadap ayat-ayat yang disalin di bawah pengawasan Nabi Muhammad,Zaid
meyakinkan bahwa semua materi yang beliau teliti memiliki tingkatan yang
sama dan hal yang demikian memberi jaminan mutlak atas ketelitian yang
dicapai. Setelah menghafal Al-Qur'dn dan menulis banyak semasa duduk bersama Nabi Muhammad, ingatan atau hafalan Zaidhanya dapat dikomparasikan
dengan materi yang sama, bukan dengan naskah kedua atau ketiga.l8 Maka arti
itu, sikap keras Ab[ Bakr, 'Umar dan Zaid atas materi dari tangan pertama
dengan dua orang saksi dimaksudkan agar memberi dukungan anggapan dan
guna memberi jaminan ada status yang sama. Di dorong oleh semangat yang
meluap dari para pelakunya proyek tersebut berkembang menjadi upaya
sebenarnya yang dilakukan oleh masyarakat:
. Kalifah Abri Bakr mengeluarkan undangan umum (atau seseorang dapat
dianggap sebagai dekrit) guna memberi peluang pada setiap orang yang
mampu untuk ikut berpartisipasi.
. Proyek tersebut dilakukan di dalam masjid Nabi Mu[rammad, sebagai
.pusat berktfnpul.Dalam memberi respons terhadap instruksi seorang khalifah, 'Umar
berdiri di depan pintu gerbang masjid mengumumkan pada setiap orang
yang memiliki tulisan ayat Al-Qur'6n yang dibacakan oleh Nabi
Mulammad agar membawanya ke masjid. Bilal juga mengumumkan hal
yang sama ke seluruh lorong jalan-jalan di kota Madinah.
v. Taidbin Th6bit Memanfaatkan Sumber llafalan
Ini kelihatan jelas bahwa perhatian ditumpukan kepada ayatyangtertulis,
sumber utama tulisan yang ditemukan-baik di atas kertas kulit, papan-papan
kayu, atau daun-daun (.,.r-rJt) dst.-tidak hanya diverifikasi dengan hanya
melalui tulisan-tulisan yang lainnya saja tetapi juga melalui hafalan para
sahabat yang belajar langsung dari Nabi saw. Dengan meletakkan dasar-dasar
persyaratan yang begitu ketat dalam penerimaan baik dari segi tulisan maupun
hafalan, maka kesamaan status akan lebih terjamin.
Dalam keadaan apa pun Zaid, bin Thebit selalu merujuk pada hafalan
orang lain: "Al-Qur'6n saya kumpulkan dari berbagai bentuk kertas kulit,
potongan tulang, dan dari dada para penghafal." Dalam hal ini az-Zaral<hasi
memberi ulasan,
Keterangan ini telah menyebabkan kalangan tertentu menganggap bahwa
tak ada seorang pun yang hafal seluruh Al-Qur'dn pada zaman kehidupan
Nabi Muhammad. Melihat anggapanZaid bin Thdbit dan Ubayy bin Ka'b
yang seperti itu, maka anggapan di atas tidak dapat dipertahankan dan,
hal ini merupakan sebuah kekeliruan. Apa yang dimaksud Zaid pada
dasarnya ia hanya mencari ayat-ayat tertulis dari berbagai sumber yang
masih tercecer untuk dicocokkan dengan apa yang telah dihafal,para
huffaz. Dengan cara demikian, tiap orang berpartisipasi dalam proses
pengumpulan. Tak ada orang siapa pun yang memiliki sebagian ayat kemudian tak diikutsertakan. Demikian juga tak seorang pun memiliki
alasan untuk menyatakan sikap prihatin tentang ayat-ayat yang dikumpulkan dan tak seorang pun melakukan komplain bahwa naskah yang
dikumpulkan hanya dari beberapa pilihan orang tertentu.re
Ibn Hajar memberi perhatian secara khusus terhadap keterangan yang
diberikan Zaid, "Saya dapati dua ayat terakhir dalam Sflralr al-Bar6'h hafalan
ada pada Abii Khuzaima al-Angan-," membuktikan bahwa tulisan yang ada
padaZaid serta hafalannya dianggap tidak mencukupi. Segala sesuatunya memerlukan pengesahan.2o Lebih lanjut In Hajar mengatakan,
Abu Bakr tidak memberi wewenang padanya agar menulis kecuali apa
yang telah tersedia dalam bentt* tulisan berupa kertas kulit. Itu adalah
sebab utama Zaid tidak mau memasukkan ayat terakhir dari Sfrral.t alBard'afi sebelum ia sampai dengan membawa bukti suatu ayat yang telah
tertulis (dalam bennk tulisan), kendati ia mempunyai banyak sahabat
yang dengan mudah untuk dapat mengingat kembali secata tepat dari
hafalan mereka.
vr. Keaslian Al-Qur'En: Masalah Dua Ayat T€ralfiir Strsh Bard'ah
Kata-kata tawatur (ili) merupakan ungkapan umum dalam lexicon
Islam. Misalnya, Al-Qur'5n telah dialihkan melalui kata mutawdtiratau naskah
tertentu dibangun dengan sistem mutawdtir. Kata tawdtur ditujukan pada
pengumpulan informasi dari berbagi sumber dan perbandingan di mana jika
sebagian besar menyetujui suatu bacaan, maka hal yang demikian memberi
keyakinan akan keaslian bacaan itu sendiri. Selama tidak ada kesepakatan
iLniah tentang jumlah saluran atau perorangan yang diperlukan dalam mencapai tingkat tawdtur, masalah utamanya adalah bagaimana mendapatkan
ketentuan mutlak dan persyaratan untuk mencapai tujuan ini boleh jadi berbeda
menurut ruang, waktu, serta lingkungan yang ada. Para ilmuwan biasanya
tetap berpegang pada pendapat bahwa sekurang-kurangnya mesti terdapat setengah lusin sumber riwayat yang lebih dikehendaki di mana dengan adanya
jumlah yang lebih besar kemungkinan pemalsuan akan semakin mengecil dan
lebih rumit.
Kembali pada Sural al-Bard'ah, di.mana dua ayat terakhir diberi
pengesahan dan dimasukkan ke dalam mushaf, semata-mata berdasar atas kulit
kertas dari Khuzaimah (serta saksi-saksi yang jadi kemestian), yang diperkuat
dengan hafalan Zaidbin Thebit dan beberapa huffaz lainnya. Akan tetapi
dalam hal kualitas sebagai kitab Al-Qur'dn, bagaimana kita dapat menerima
satu naskah kulit kertas dan beberapa hafalan para sahabat sebagai alasan
tawaturyatgdapat diterima? Anggaplah, jika dalam ruangan kelas berukuran
kecil di dbpan dua atau tiga mahasiswa seorang guru besar membaca sebuahsy6'ir pendek dari hafalannya dan setelah itu langsung tiap orang menanyakan
beberapa mahasiswa tentang itu. Jika bacaan mereka sama, maka, kita memiliki
kepastian secara mutlak bahwa hal itu seperti apa yang diajarkan sang guru
besar.
Sama juga halnya dengan ayat-ayat atau sumber-sumber yang ditulis dan
dihafal, dengan syarat tidak ada kolusi di antara mereka (pemain), dan ini apa
yang saya gambarkan secara empiris dalam kelas tadi. Begitu juga dengan
masalah sfirah al-Bard'alr di mana tidak ada perselisihan tentang sumbersumber yang ada, walaupun ada perselisihan itu relatif sangat kecil, menjadikan dasar yang cukup memadai untuk kepastian. Dan guna meng-counter
kekhawatiran konspirasi terdapat argumentasi logis: kedua ayat tersebut tidak
memiliki sesuatu yang baru secara teologig tidak membicarakan tentang
sebuah pemujaan famili tertentu, dan tidak pula memberi informasi tentang
sesuatu yang tak terdapat dalam Al-Qur'dn. Adanya konspirasi menciptakan
ayat-ayat seperti itu sangat tidak masuk akal karena tidak ada kepentingan yang
tampak yang mungkin lahir dari upaya pemalsuan.22 Dalam suasana seperti ini
di mana All6h swt. secara pribadi menjamin sikap kejujuran para sahabat
terhadap Kitab Suci-Nya, maka kita dapat menarik kesimpulan akan adanya
tawdtur yang cukup dalam menentukan keputusan akhir ayat-ayat tersebut.
vi'. Peoyimpanan $u[uf dalam Arsip Kenegaraan
Setelah tugas terselesaikan, kompilasi Al-Qur'dn disimpan dalam arsip
kenegaraan di bawah pengawasan Ab[ Bak.23 Kontribusinya seperti yang kita
dapat simpulkan adalah penyatuan fragmentasi Al-Qur'6n dari sumber
pertama, kemudian ia menjelajah ke seluruh kota Madinah dan menyusunnya
untuk transkripsi penulisan ke dalam satu jilid besar (masfer volume).
Kompilasi ini disebut dengan istilah suhuf.Ia merupakan kata jamak suhuf
( !.ix, : secara literal artinya, keping atau kertas) dan saya percaya ini
mempunyai arti yang berbeda dengan kata tunggal Mushaf (,)o,... : yang
sekarang menunjukkan sebuah naskah tulisan Al-eur'dn).
Sebagai kesimpulan, segala upaya Zaid, adalah penyusunan semua siirah
dan ayat secara tepat, dan kemungkinan besar sebagai seorang putra Madinah
dia menggunakan scipt dan ejaan Madinah yang umum atau konvensional
f r,i.tlt.lellp-.r). Tetapi tampaknya ukuran kepingan-kepingan kertas yangdigunakan untuk menulis Al-Qur'6n tidak sama sehingga menjadikan tumpukan kertas itu tidak tersusun rapi. Oleh karena itu, dinamakan $u[ruf. Hanya lima
belas tahun kemudian, saat Kalifah 'Uthmdn berupaya mengirim naskahnaskah Al-Qur'an ke pelbagai wilayah kekuasaan umat Islam dari hasil kemenangan militer telah memperkuat tersedianya kertas kulit bermutu tinggi
dan ia mampu memproduksi kitab Al-Qur'an dalam ukuran kertas yang sama
yang kemudian lebih dikenal sebagai Mushafs.
2. Pennan'Umar dalam Pengeaalan Kiab Suci /J-Qw' an
Dengan menunjuk 'Umar sebagai penerus khalifah, setelah Abu Bakr
wafat di atas tempat tidur, sebelumnya dia telah memberi kepercayaan terhadap
penerusnya tentang muq[raf-muqhaf yang ada.za Di samping adanya berbagai
kemenangan dalam pertempuran yang menentukan, 'kekuasaan 'IJmar
diwarnai pengembangan AI-Qur'dn secara pesat melintasi batas semenanjung
Arab. Beliau mengutus sekurang-kurangnya sepuluh sahabat ke Bagra guna
mengajarkan Al-Qur'6n,2s demikian pula ia mengutus lbn Mas'id ke Ktfa.26
Ketika 'IJmar diberitahukan tentang adanya orang lain di Kufa yang mendiktekan Al-Qur'6n pada masyarakat melalui hafalan, 'Umar naik pitam seperti
kegilaan. Saat menemukan orang tersebut yang tidak lain adalah Ibn Mas'id,
beliau ingat akan kemampuannya, kemudian merasa tenang dan dapat meredam kembali sikap emosinya.
Berita penting lainnya adalah mengenai pengenalan ajaran Al-Qur'an di
Suriah. Yazid bin Ab[ $ufyen, penguasa Suriah, mengadukan masalah pada
'Umar tentang orang-orang Muslim yang memerlukan pendidikan Al-Qur'dn
dan juga keislaman. Ia mendesak agar 'Umar dapat mengutus para dosen,
kemudian 'IJmar memilih tiga orang sahabat melakukan tugas tersebut yang
masing-masing terdiri dari Mu'6dh, 'Ubdda, dan Abu Darda. 'IJmar meminta
mereka untuk terus menuju Hams yang setelah mencapai tujuan, salah satu dari
mereka agar pergi ke Damaskus dan tempat lain di Palestina. Saat penduduk
setempat merasa puas dengan tugasnya di Hims, Ab[ ad-Dard6''meneruskan
perjalanan ke Damaskus, sedangkan Mu'ddh ke Palestina dengan meninggalkan 'Ubdda di belakang. Mu'ddh meninggal dunia setelah itu dan Ab[ adDard6' tinggal di Damaskus beberapa waktu lamanya dan dapat membuat
halaqah yang sangat masyhw dengan mahasiswa asuhannya melebihi 1600
orang.27 Dengan membagi murid-murid ke dalam sepuluh kelompok, ia me-
nugaskan seorang instruktur secara terpisah pada tiap kelompok dan melakukan inspeksi keliling dalam memantau kemajuan mereka. Bagi mereka yang
telah lulus tingkat dasar, dapat mengikuti bimbingan langsung beliau agar
murid yang lebih tinggi tingkatnya merasa lebih terhormat belajar bersama Ab[
ad-Dard6' dan berfungsi sebagai guru tingkat menengah.28
Metode yang sama dipraktikkan di tempat lain, Ab[ Raji' al-A1dradi
menyatakan bahwa Ab[ Mrisd al-Ash'ari membagikan murid-murid ke
beberapa kelompok di dalam Masjid Basra,2e dalam bimbingannya yang
hampir mencapai 300 orang.3o
Di ibu kota, 'Umar mengutus Yazid bin 'AbdullSh bin Qusait untuk
mengajar Al-Qur'dn di kalangan orang Badui,3l dan melantik Ab[ Sufyan
sebagai inspektur untuk suku mereka agar mengetahui sejauh mana mereka
sudah belajar.32 Dia juga menunjuk tiga sahabat yang lainnya di Madinah untuk
mengajar anak-anak dengan setiap orangnya digaji lima belas dirham per
bulan,33 dan setiap murid (termasuk orang dewasa) dinasihati untuk diajarkan
lima ayat yang mudah.3a
Setelah ditikam oleh Ab[ Lrj'lfia (seorang hamba sahaya Kristen dari
Persia)35 di akhir tahun 23 hijrah, 'lJmar menolak untuk menunjuk seorang
khalifah, dan membiarkannya kepada masyarakat untuk memilihnya dan pada
waktu itu $uhuf diamanahkan kepada Hafga, mantan istri Nabi Mut'ammad
saw..
3. Kesimpulaa
Pengabdian Ab[ Bakr sendiri terhadap Al-Qur'dn sangat mengagumkan,
dia sangat memperhatikan instruksinya tentang dua saksi untuk membangun
otentisitas,36 dan mempraktikkan peraturan ini dalam kompilasi Al-Qur'dn itu
sendiri. Walhasil, walaupun ditulis di atas kertas yang tidak sempurna dan
berbeda ukuran, ini telah menunjukkan keikhlasan dalam usahanya semampu
mungkin untuk memelihara Al-Qur' dn (kaldmulldh). Kemenangan yang berarti
melebihi batas padang pasir Arab mendorong kemajuan pendidikan Islam
sampai ke Palestina dan Suriah; Pemerintahan 'IJmar telah mengembangkan
sekolah-sekolah untuk menghafal Al-Qur'6n di dua negeri padang pasir kering
dan tanah bulan sabit yang subur dan kaya. Tetapi perhatian pada zaman
khalifah 'Uthmdn dan usaha-usaha Zaid, bin Thabit sebagai orang yang memulai mengkompilasikan Al-Qur'an dan tidak berhenti dengan wafatnya Ab[
Bakr.MU$HAF 'fm:II\dAllI
Selama pemerintahan 'Uthmdn, yang dipilih oleh masyarakat melalui
bai'ah (t*) yang amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat Islam sibuk
melibatkan diri di medan jihdd yang membawa lslam ke utara sampai ke
Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari suku kabilah dan provinsi yang
beragam, sejak awal para pasukan tempur memiliki dialek yang berlainan dan
Nabi Muhammadffi, di luar kemestian, telah mengajar mereka membaca AlQur'dn dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk meninggalkan
dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai akibat adanya perbedaan dalam
menyebutkan huruf Al-Qur'dn mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam masyarakat.
l. Sikap 'UthmEn terhadap Paselisihan Bacaan
Hudhaifa bin al-Yam5n dari perbatasan Azerbaijan dan Armenia, yang
telah menyatukan kekuatan perang lrak dengan pasukan perang Suriah, pergi
menemui 'uthmdn, setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di
beberapa wilayah dalam membaca Al-Qur'6n-Perbedaan yang dapat mengancam lahimya perpecahan. "Oh khalifah, dia menasihati, 'Ambillah tindakan
untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen
dan Yahudi."'l
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur'6n sebenarnya bukan barang
baru sebab 'umar sudah mengantisipasi bahaya perbedaan ini sejak zarnan
pemerintahannya. Dengan mengutus Ibn Mas'rid ke lrak, setelah 'umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan Al-Qur'in dalam dialek Hudhail2 (sebagaimana Ibn Mas'rid mempelajarinya), dan 'umar tampak naik pitam:
Al-Qur'6n telah diturunkan dalam dialek Quraish (rirt),maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Hudhail.
Dalam masalah ini komentar Ibn Hajar dirasa sangat penting. "Bagi
kalangan umat Islam bukan Arab yang ingin membaca Al-Qur'dn," katanya,
"pilihan bacaan yang paling tepat adalah berdasarkan dialek Quraishi (,?J )
Sesungguhnya dialek Quraish merupakan pilihan terbaik bagi kalangan
Muslim bukan Arab (sebagaimana semua dialek Arab sama susahnya bagi
Mereka).4
Hudhaifa bin al-Yamdn mengingatkan khalifah pada tahun 25 H dan pada
tahun itu juga 'Uthmdn menyelesaikan masalah perbedaan yang ada sampai
tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan masalah perbedaan dalam bacaan Al-Qur'dn sekaligus meminta pendapat mereka tentang
bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa orang
akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afiliasi
kesukuan.5 Ketika ditanya pendapatnya sendiri beliau menjawab (sebagaimana
diceritakan oleh'Ali bin Abi Telib),
"Saya tahu bahwa kita ingin menyatukan manusia (umat Islam) pada satu
Muqlraf (dengan satu dialek) oleh sebab itu tidak akan ada perbedaan dan
perselisihan" dan kami menyatakan "sebagai usulan yang sangat baik)."
Terdapat dua riwayat tentang bagaimana 'uthmdn melakukan tugas ini.
Satu di antaranya (yang lebih masyhur) beliau membuat naskah mushaf
semata-mata berdasarkan kepada Suluf yang disimpan di bawah penjagaan
Hafsa, bekas istri *u6i yuhammad saw. riwayat kedua yang tidak begitu
terkenal menyatakan, 'uthmdn terlebih dahulu memberi wewenang pengumpulan Mushaf dengan menggunakan sumber utama, sebelum membandingkannya dengan $ul.tuf yang sudah ada. Kedua-dua versi riwayat sepaham
bahwa Suluf yang ada pada Hafsa memainkan peranan penting dalam pembuatan Mushaf 'Uthmdni.
2. 'Uthmdn Menyiapkan Mugbaf Langswg dari $uiuf
Berdasarkan pada riwayat pertama 'Uthm6n memutuskan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak $uiuf dari Hafsa, mempercepat me-
nyusun penulisan, dan memperbanyak naskah. Al-Bard' meriwayatkan,
Kemudian ,UthmSn mengirim surat kepada Hafqa yang menyatakan.
..Kirimkanlah $uftufkepada kami agar kami dapat membuat naskah yang
sempurna dan kemudian $r'huf akan kami kembalikan kepada anda."
Hafsa lalu mengirimkannya kepada 'uthman, yang memerintahkan Zaid
bin Thabit, 'Abdullah bin az'Ztbair, Sa'id bin al-'As, dan 'AbdurRatrman bin al-Harith bin Hishdm agar memperbanyak salinan (duplicate) naskah. Beliau memberitahukan kepada tiga orang Quraishi,
..Kalau kalian tidak setuju dengan Zaid bin Thebit perihal apa saja
mengenai Al-Qur'an, tulislah dalam dialek Quraish sebagaimana AlQur'dn telah diturunkan dalam logat mereka." Kemudian mereka berbuat
demikian, dan ketika mereka selesai membuat beberapa salinan naskah
'Uthmdn mengembalikan $ulruf itu kepada Hafsa'..7
3.' t lthmen Membuat Naskah MuW Tesenditi
i. Pelantikan Sebuah Panitia yang Terdiri dari Dua betas Orang
uatuk Mengawasi Tugas Ini
Riwayat kedua adalah pendapat yang agak rumit dan kompleks. Ibn Sirin,
(w. 110 H.) meriwayatkan,
Ketika 'Uthmdn memutuskan untuk menyatukan (C-) Al-Qur'dn, dia
mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari kedua-dua
suku Quraish dan Ansdr. Di antara mereka adalah Ubayy bin Ka'b dan
Zaidbin Thabit.
Identitas dua belas orang ini bisa dilacak melalui beberapa sumber. AlMu'arrij as-sadusi menyatakan, "Mug[raf yang baru disiapkan diperlihatkan
pada (1) Sa'id bin al-'Ag bin Sa'id bin al-'Aq untuk dibaca ulang;"e dia
menambahkan (2) Ndfi' bin Zubair bin 'Amr bin Naufal.ro Yang lain termasuk(3) Zaid bin Th6bit, (a) LJbayy bin Ka'b, (5) 'Abduildh bin az-Ztbair, (6)
'Abrur-Rahmdn bin Hish6m, dan (7) Kathir bin Aflah.rr Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Mdlik, (9) 'Abdulldh bin 'Abbds, dan
(10) Mehk bin Abi 'Amir.r2 Dan al-B6qillini menyebutkan selebihnya (ll)
'Abdull6h bin 'Umar, dan (12) 'Abdullah bin 'Amr bin al-'As.13
r'r. Pen5rus"nen Sebuah Naskah Sendiri (Otonom)
'Uthmdn memercayakan pada dua belas orang di atas tadi untuk mengurusi tugas ini dengan mengumpulkan dan menabulasikan Al-Qur'an, yang
ditulis di atas kertas kulit padazamanNabi Muhammadffirt Sejarawan ulung,
Ibn 'Asdkir (w. 571 H.) menyebutkan dalam artikel nya History of Damascus
(sejarah Damaskus):
Dalam ceramahnya 'Uthmdn mengatakan, "Orang-orang telah berbeda
dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa saja yang
memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad, W.,
hendaklah diserahkan kepadaku." Maka orang-orang pun menyerahkan
ayat-ayatnya, yang ditulis di atas kertas kulit dan tulang serta daun-daun,
dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah, mulamula akan ditanya oleh 'Uthm6n, "Apakah kamu belajar ayat-ayat ini
(seperti dibacakan) langsung dari Nabi ffi sendiri?" Semua penyumbang
menjawab disertai sumpah,ls dan semua bahan yang dikumpulkan telah
diberi tanda atau nama satu per satu yang kemudian diserahkan padaZaid
bin Thabit.'6
Melik bin Abi 'Amir mengaitkan,
Saya salah seorang dari mereka yang menulis Mushaf (dari sumber yang
tertulis), dan jika ada kontroversi mengenai ayat-ayat tertentu mereka
akan bertanya, "Dari mana si penulis (di kertas kulit ini)? Bagaimana
Nabi Muhammad $[ mengajar dia tentang ayat ini secara tepat?" Dan
mereka akan meringkas tulisan, dan meninggalkan sebagian tempat
kosong dan mengirimkannya kepada orang itu disertai pertanyaan untuk
mengklarifi kasi tulisannya. I 7
Oleh karena itu, naskah Muqhaf independen itu muncul secara bertahap,
dengan ke dua belas orang itu mengesampingkan semua ayat yang tidak pasti
dalam ejaan konvbnsional, agar supaya 'Uthmdn dapat melihatnya secara
pribadi.r8 Ab[ 'Ubaid mencatat beberapa masalah yang ada. Salah satu yang
tidak pasti contohnya dalam hal ejaan at-tdbfit, di mana menggunakan 'f'
terbuka (maftuhaD (.rjtrlt) atau tertutup (marbntah) (;-r,ti).Hani al-Barbari,
seorang langganan'Uthmin, meriwayatkan:
Saya bersama 'Uthmdn tatkala panitia sedang sibuk membandingbandingkan Mughaf. Dia mengutus saya agar menemui Ubayy bin Ka'b
dengan tulang bahu kambing yang bertulisan tiga kata yang berbeda dari
tiga surah yang berbeda-beda (masing-masing dai 2:259,30:30, dan
86: l7), memintanya agar mengecek kembali ejaan-ejaannya. Lalu Ubayy
menuliskannya (dengan ejaan yang sudah diubah).
dr'. 'Uthm6n Mengambit $uh.uf dad 'A'ishah Sebagai Perbandingan
'Umar bin Shabba, meriwayatkan melalui Sawwdr bin Shabib, melaporkan:
Saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu dengan lbn az-Zubair, lalu
saya menanyakan kepadanya kenapa 'Uthmdn memusnahkan semua
naskah kuno Al-Qur'dn.... Dia menjawab, "Pada zaman pemerintahan
'IJmar ada pembual bicanyang telah mendekati Khalifah memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah berbeda dalam membaca Al-
Qur'6n. 'Umar menyelesaikan masalah ini dengan mengumpulkan semua
salinan naskah Al-Qur'6n dan menyamakan bacaan mereka, tetapi
menderita yang sangat fatal akibat tikaman mauf sebelum beliau dapat
melakukan upaya lebih lanjut. P ada zaman pemerintahan' Uthmdn orang
yang sama datang untuk mengingatkannya masalah yang sama di mana
kemudia! 'Uthmdn memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri
(independenf). Lalu dia mengutus saya menemui bekas istri Nabi
Muhammad ffi ,
'A'ishah, agar mengambil kertas kulit (suhuf) yang Nabi
Muhammad ffi sendiri telah mendiktekan keseluruhan Al-Qur'5n. Mushaf
yang dikumpulkan secara independentkemudian di dibandingkan dengan
Suhuf ini, dan s'etelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
yang ada, kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah Al-Qur'an
dimusnahkan.23
Walaupun riwayat ini dianggap lemah menurut ukuran para ahli hadith
(traditionist), tapi ada gunanya dalam menyebutkan riwayat ini yang menerangkan pengambilan Suhuf yang ada di bawah pengawasan atau penjagaan
'A'ishah.24 Riwayat di bawah ini bagaimanapun menguatkan riwayat sebelumnya. Ibn Shabba meriwayatkan dari Hdrun bin 'Umar, yang mengaitkan bahwa,
Ketika 'Uthmdn hendak membuat salinan (naskah) resmi, dia meminta
'A'ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit ($$uf) yang dibacakan oleh Nabi MrrhammadW. yang disimpan di rumahnya. Kemudian
dia menyuruhZaid,bin Thdbit membetulkan sebagaimana mestinya, pada
waktu itu beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya
mengurus masyarakat dan membuat ketentuan hukum sesame mereka.25
Begitu juga Ibn Ushta (w. 360 H./ 971 M.) melaporkan di dalam a/-
Mapaltit dalam penyelesaian masalah pembuatan naskah Al-Qur'6n tersendiri
dengan menggunakan sumber utama, 'Uthmdn mengutus seseorang ke rumah
'A'ishah agar mengambil Sufiuf Dalam usaha ini beberapa kesalahan telah
terjadi dalam Mu9[raf yang kemudian ditashih sebagaimana mestinya.26
Dari riwayat-riwayat ini kita tahu bahwa 'Uthmdn menyiapkan salinan
Mushaf independent berdasarkan secara keseluruhanny a pada sumber-sumber
primer termasuk tulisan-tulisan sahabat ditambah dengan Suhuf dari 'A'ishah.Ibn Shabba melaporkan,
. Zaid bin Thabit melaporkan bahwa ketika dia mengumpulkan Al-Qur'dn pada zaman
pemerintahan Abu Bakr, dia tidak dapat mendapatkan dua ayat terakhir sirah al-Bard'ah
sehingga dia bertemu dengan Abii Khuzaimah al-Angari, dengan tiada seorang pun yang
memiliki salinan utama (tangan pertama). $ulruf yang sudah lengkap disimpan di bawah
penjagaan Abn Bakr sampai dia meninggal ..' (al-Bukhdri, $al.r/:, hadith no. 4986)
. Khdrijah bin Zaid bin ThAbit meriwayatkan dari bapaknya Zaid bin Thabiq ' ketika kami
menulis MuShai saya tidak menemukan satu ayat (no. 23 dari surah al-Aizab) yang selalu
saya dengar dari bacaan Rasulullah saw. Kami mencarinya sehingga kami dapatkan dari
Khuzaimah bin Thdbit al-Ansdri, lalu kami masukkan ke dalam surah yang tepat dalam
Mushaf." (al-Bukhdri, $aitt, hadith no. 4988).
Kedua hadith ini menyebabkan kekeliruan di kalangan ilmuwan, disebabkan kemungkinan
'besar ada dua nama. Perlu dicatat bahwa dua nama ini berbeda: Khuzaimah dan Abri Khuzaimah.
Sekarang jika kita baca [radith-hadith ini dengan teliti, kita akan melihat bahwa Zaid menggunakan
kata Suhuf untuk kompilasi Al-Qur'6n pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dan kata Mushaf atau
Maq6hif (kata majemuk untuk Mushaf) digunakan di bawah bimbingan 'Uthmdn. Oleh karena itu, kita
mungkin bisa menyimpulkan bahwa kedua ini contoh koleksi yang berbeda. (Pcrlu dicatat [adith
nomor 4986 mencrangkan bagian kompilasi Al-Qur'dn di masa Abn baki dan nomor 4988
menerangkan pada zaman'Uthmdn.). Jika kita pertimbangkan kompilasi kedua adalah tugas Zaid
dalam mempersiapkan Muglraf independent, maka semuanya jadi jelas. Di satu segi, kalau kita
asumsikan bahwa Zaid hanya membuat duplikat salinan untuk'Uthmdn dari $ulruf Abn Bakr, bukan
salinan sendiri, maka kita harus berhadapan dengan pertanyaan kenapa Zaid tidak bisa menemukan
ayat no. 23 dari sflrah al-Alrzdb- sedangkan semua ayat seharusnya sudah ada di hadapannya. Yang
menarikjuga bahwa Zaid menggunakan kata ganti single orang pertama (saya) dalam riwayat pertama
dan menggunakan kata ganti banyak orang pertama (kami) pada riwayat kedua, yang menunjukkan
perbuatan kelompok di dalam riwayat kedue. Semua ini menguatkan pandangan yang berpendapat
bahwa kompilasi kedua sesungguhnya menunjukkan usaha yang lain (independen)zaid,binThebit berkata, "Ketika saya melakukan revisi Mushaf 'uthm6ni
(Muql.raf yang dibuat sendiri) saya temukan kekurangan satu ayat
(... Jt , or"ilt y) kemudian saya mencarinya di kalangan kaum
Muhdjirin dan Ansdr (Karena mereka itu yang menulis Al-eur'dn pada
zaman Nabi Muhammad saw.), sehingga saya mendapatkannya dari
Khuzaimah bin Thabit al-Ansdri. Kemudian saya menuliskannya... Lalu
saya merevisinya sekali lagi dan tidak menemukan sesuatu (yang
meragukan). 'Uthmdn kemudian mengutus menemui Hafsah minta agar
meminjamkan St'buf yang dipercayakan pada dirinya; Hafsah lalu
memberikan setelah 'uthmen berjanji pasti atau bernazar hendak
mengembalikan. Dalam perbandingan kedua ayat ini, saya tidak melihat
adanya perbedaan. Kemudian saya kembalikan pada ,Uthm6n dan penuh
kegembiraan, dia menyuruh orang-orang membuat duplikat naskah dari
Mughaf itu."
Jadi pada waktu itu naskah yang dibuat sendiri (independen) telah dibandingkan dengan Sulufresmi yang sejak semula ada pada Hafqah.
Seseorang bisa jadi keheran-heranan mengapa khalifah ,Uthmdn bersusah payah mengumpulkan naskah tersendiri (otonom) sedang akhirnya juga
dibandingkan dengan sufiufjuga. Alasannya yang paling mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan
sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di yamdmah dan
di tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi $uhuf. Untuk
menarik lebih banyak kompilasi bahan-bahan tulisan, naskah 'uthm6n tersendiri (independen) memberi kesempatan kepada sahabat yang masih hidup
untuk melakukan usaha yang penting ini.
Dalam keterangan di atas, tidak terdapat inkonsistensi di antara $ufufdan
Mushaf tersendiri (independen), dan dari dua kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks Al-Qur'dn sudah benar-benar kukuh dan tidak
cair (sebagaimana sementara menuduh) dan rapuh sehingga abad ketiga; dan
kedua, Metodologi yang dipakai dalam kompilasi Al-Qur'6n pada zaman
kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
4. Penatuan dan Padistibusian Mu*baf ' Uthmilni
l Naskah T€ratfiir Dibacakan di Depau Para Sahabat
Naskah penentuan ini, ketika diverifikasi dan dicek dengan Suhuf yang
dari Hafsa, lalu,
"dibacakan kepada sahabat di depan 'IJthmdn."2e Dengan selesainya
pembacaan itu, dia mengirimkan duplikat naskah Mughaf untuk disebarluaskan
ke seluruh wilayah negara Islam. Perintah 'Uthmdn yang umum kepada orangorang "Tulislah Mushaf'terkesan bahwa dia menghendaki para sahabat membuat duplikat naskah Mushaf untuk kegunaan mereka masing-masing.
li'. Jumlah Naskah Mughaf yang Telah disahkan
Berapakah banyak Naskah yang telah dibagi-bagikan oleh 'Uthmdn?
Menurut beberapa laporan, ada empat: Kifah, Bagra, dan Suriah, yang satu lagi
disimpan di Madinah; Riwayat lain menambahkan Mekah, Yaman dan
Bal.rrain. Ad-Dani lebih cenderung menerima laporan (riwayat) pertama.3o
Profesor Shauqi Daif percaya bahwa delapan naskah telah dibuat, karena
'Uthmdn mengambil satu untukdiri sendiri.3l Untuk menguatkan pendapat ini,
kita tahu bahwa Khelid bin Ilyas telah membuat perbandingan antara Mushaf
yang disimpan 'Uthmdn dan yang disediakan untuk Madinah,32 oleh karena itu,
delapan tempat untuk naskah mushaf kelihatannya lebih masuk akal. AlYa'q[bi, seorang sejarawan Syi'ah, berkata bahwa 'Uthmdn mengirim Mugl.raf
ke Krifah, Basra, Madinah, Mekah, Mesir, Suriah, Ba[rrain, Yaman, dan alJazirah, kesemuanya itu adalah sembilan.33 Ini sebagai bukti bahwa selama
proses penyiapan naskah Muqhaf ini, beberapa orang menulis beberapa naskah
lagi untuk kegunaan mereka masing-masing. Studi tentang salah satu naskah
yang tidak resmi akan dipaparkan pada halaman 100-2 (tlg. sesuaikan)UthmEn Membakar Selunrh Manuskrip yang Lain
Dengan selesainya tugas ini, tinta di atas naskah terakhir telah kering, dan
duplikat naskah pun telah dikirimkan, maka tidak dirasa perlu lagi adanya
fragmentasi tulisan Al-Qur'an bergulir di tangan orang-orang. Oleh karena itu,
semua pecahan tulisan (fragmentasi) Al-Qur'6n telah dibakar. Mus'ab bin Sa'd
menyatakan bahwa masyarakat dapat menerima keputusan 'Uthmdn; setidaknya tak terdengar kata-kata keberatan.3a Riwayat lain mengukuhkan kesepakatan ini, termasuk Ali bin Abi Talib berkata,
Demi Allah, dia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-pecahan
(Mughaf) kecuali dengan persetujuan kami semua (idak ada seorang pun
di antara kami yang membantah).
iv. 'Uthm5n Mengirim Pembaca Al-Qur'en dilenekapi Dengan Mus.[af
Tiada naskah yang dikirim tanpa seorang qdri'(tJ;U :Pembaca). Ini
termasuk Zaid.bin Thabit ke Madinih, 'Abdulldh bin aq-$6'ib ke Makkah, alMughirah bin Shi[rab ke Suriah, 'Amir bin 'Abd Qais ke Basra dan Ab[
'Abdur-Rahmdn as-Sulami ke K[fah. 'Abdul-Fattdfu al-Qe{i berkata:
"setiap ilmuwan ('ulamd') ini membacakan kepada masyarakat kota
masing-masing menurut tata cara seperti apa yang mereka pelajari secara
autentik, bermacam-macam riwayat sampai ke Nabi Muhammad ffi,
sehingga riwayat-riwayat yang ada satu dengan lainnya sama dan sesuai
dengan kerangka konsonan Mug[af. Cara bacaan yang sampai hanya
melalui satu jalur (atau mencakup ayat-ayat yang telah dimansukh se'
waktu Nabi Muhammad ffi masih hidup) kesemuanya dihilangkan atau
dikesampingkan. Pengiriman para pembaca dilengkapi dengan Mug[af
berarti membatasi kemungkinan-kemungkinan bahwa yang sesuai dengan skrip konsonan (yang diakui) hanya terbatas pada hal-hal yang telah
dinyatakan autentik dan mendapat pengukuhan atau pengakuan .'.
Pengiriman seorang ulama dengan sebuah Mug[raf oleh karenanya,
menerangkan bahwa bacaan yang betul adalah berdasarkan sistem belajar
secara langsung dengan guru yang jalur transmisinya sampai ke Nabi
Muhammad ffi, tidak hanya tergantung kepada skrip atau ejaan yang
umum dipakai."3z
Naskah Muqhaf 'Uthmdni yang terdahulu hanya terdapat huruf-huruf
konsonan (karakter), tidak ada huruf vokal (baris) dan titik,38 seperti digambarkan pada gambar 7.1 diambil dari salah satu Mushaf yang ditulis dalam skrip
Hejdzl.3e
Naskah ini bisa dibaca salah dalam berbagai macam cara.4o Di dalam
melakukan pengumpulan yang kedua, tujuan pertama 'Uthmen adalah ingin
menutup semua celah-celah perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an; hanya dengan
mengirim Mug[raf atau mengirimkannya sekalian dengan seorang pembaca
akan memberikan kebebasan juga untuk menggUnakan satu cara bacaan, yang
akhirnya bertentangan dengan penyatuan yang dikehendaki oleh 'Uthmen di
dalam masyarakat. Oleh karena itu, adanya kesatuan secara total yang ada pada
teks Al-Qur'6n di seluruh dunia selama empat belas abad, di pelbagai negara
dengan warna-warni sekte yang ada, merupakan bukti keberhasilan 'Uthmen
yang tak mungkin tersaingi oleh siapa pun dalam menyatukan umat Islam pada
satu teks.
Perintah 'Uthmin deirgan Mughaf yang Dikirimkan
l. 'Uthmen memerintahkan agar semua Mu$haf miliki pribadi yang berbeda
dengan Muqhaf miliknya harus dibakar, jika gagal dalam menghapuskan
Mug[raf-Muglraf ini maka akan dapat memicu munculnya perselisihan
kembali. Anas bin Melik melaporkan,
Mengirimkan setiap pasukan tentara Muslim dengan satu Mus[raf, lalu
'Uthmdn menginstruksikan mereka agar membakar semua naskah
Mug[raf yang berbeda dengan Mushafnya ('Uthmdni).
Pernyataan Anas hanya merupakan satu skenario dari sekian banyak
yang lain. Menurut riwayat lain, 'Uthmdn memerintahkan untuk membakar atau merobek-robek semua naskah yang terdahulu.a2 Dalam
riwayat lain, dengan menghapus tintanya. Abn Qihba menyatakan,
"'Uthman menulis surat ke setiap pusat (center), 'Saya... telah menghapus apa yang saya miliki (naskah), sekarang hapuslah kepunyaan
kalian'."43 Suatu ketika, satu delegasi dari Irak pergi menuju Madinah
dan mengunjungi anak Ubayy, untuk memberitahukan bahwa merekaberjalan dengan susah payah hanya untuk melihat Mushaf Ubayy. Dia
menjawab bahwa 'Uthmdn sudah mengambilnya. Dia pikir mungkin dia
enggan menjawab, lalu mereka bertanya lagi dan ternyata dia mengulangi
jawaban yang sama.s
Ibn Hajar berkata walaupun sebagian besar laporan menggunakan kata
at-ta(rrq 14y't : bakar), semua kemungkinan harus dipertimbangkan.
Nasib setiap pecahan tulisan naskah tergantung kepada tiap individu yang
memiliki: apakah hendak di hapus, dibakar, atau dirobek-robek.as Saya
percaya ada kemungkinan lain. Beberapa orang mungkin memilih untuk
membandingkan Muglaf pribadi mereka dengan Mushaf 'Uthmdni dan,
saat terlihat adanya perbedaan, mereka mengubahnya. Pernyataan
'Abdul-A'la bin Hakam al-Kitabi memberi cirri-ciri seperti berikut ini,
"Ketika masuk ke rumah Ab[ Musa al-Ash'ari, saya menjumpai dia
ditemani oleh Hudaifa bin al-Yamn sedang 'Abdullah bin Mas'rid di atas
lantai... Mereka berkumpul mengelilingi Muq[raf yang dikirim oleh
'Uthmdn, dengan membawa Mugl.raf mereka masing-masing secara teratur untuk membetulkannya berdasarkan kepada Mugllaf 'Uthmdni. Ab0
mflsd berkata kepada mereka, 'Apa saja yang kamu dapat dalam Mushaf
saya dan terdapat pada Mupfaf 'Uthmdni (tambahan), maka jangan dibuang, dan jika anda jumpai ada yang tertinggal dari Mqhaf saya, maka
tuliskanlah. "'
2. Perintah kedua 'Uthmdn adalah agar tidak membaca sesuatu yang bertentangan dengan skrip Mushaf 'Uthmdni. Kesepakatan sebagian besar
(unanimous) untuk mengubah semua naskah telah melahirkan skrip dan
ejaan Mughaf 'Uthmeni sebagai standard baru; dan sejak saat itu setiap
Muslim yang belajar Al-Qur'dn harus sesuai dengan teks Mughaf
'Uthmdni. Apabila ada orang yang belajar bertentangan dengan Mugfaf
'Uthmdni, maka dia tidak boleh membaca atau mengajarkannya dengan
cara yang berbeda.aT Jadi apa yang dia bisa lakukan? Solusi yang paling
mudah, dia menghadiri group pembaca yang resmi, untuk mempelajari
Al-Qur'an berdasarkan kepada kondisi yang telah disediakan dan mendapatkan hak keistimewaan untuk mengajar dan membaca. Kesuksesan
'Uthman yang tidak ada bandingannya dalam masalah ini adalah bukti
positif bahwa upaya yang dilakukan telah memperharum suara masyarakat.
5. Stu& TenbngMugfuaf 'Uthmini
Keyakinan bahwa Al-Qur'6n adalah Kalamulldh, dan sebagai sumber
utama hukum perundang-undangan dan petunjuk untuk semua makhluk, merupakan dasar kepercayaan setiap Muslim. Pada zaman'Uthman, rasa kebanggaan terhadap Al-Qur'6n itulah yang mendorong untuk mulai meneliti
Mushaf secepatnya, melawat ke semua tempat yang menerima naskah dan
melakukan pemeriksaan kata demi kata (huruf demi huruf), guna menyingkap
perbedaan antara naskah-naskah yang telah dia kirim. Banyak karya tulis yang
menyentuh tentang masalah ini, akan tetapi saya akan membatasi hanya kepada
satu masalah.
Khelid bin Iyds bin Shakr bin Abi al-Jahm, dalam meneliti Mu9lraf milik
'Uthmdn sendiri, mencatat bahwa naskah itu berbeda dengan Mushaf Madinah
pada dua belas tempat.48 Untuk memberi gambaran tentang perbedaan ini, saya
susun dalam table berikut ini.Dengan jelas, naskah 'Uthmdn miliki pribadi sama seperti Mushaf yang
ada di tangan kita sekarang.s3 Sedangkan dalam Mush'af Madinah terdapat
sedikit perbedaan yang boleh kita simpulkan seperti berikut: (l) satu tambahan
ldalamcreJlr ; (2) tidakadai dalam lrtb;(3)tidakadaJ dalam J* ;(4)ada
dua.r dalamrS.;i ; (5) tidak ada1 dalam;ra.rJt ; (6) satu tambahan 3 dalaml-C,-
; (7) 1 sebagai ganti j ... dan seterusnya. Semua perbedaan, yang hampir tiga
belas huruf dalam 900 baris, tidak memengaruhi arti setiap ayat dan tidak
membawa alternatif lain kepada arti semantik. Mereka juga tidak bisa
disifatkan sebagai sikap tidak hati-hati. Zaidbin Thabit memegang teguh prinsip bahwa dalam setiap penemuan bacaan dalam berbagai naskah diperlukan
kesahihan, dan status yang sama (equal status), dan kemudian meletakkannya
dalam naskah yang berbeda.s4 Memasukkan kedua-dua bacaan dalam halaman
yang bersebelahan ini hanya akan membuat kebingungan; maka salah satu
alternatif adalah menempatkan salah satu dari bacaan itu di tepi untuk
menunjukkan ayat y angkurang autentik. Dengan menempatkan bacaan-bacaan
itu pada naskah yang berbeda maka dia mengakomodasikannya berdasarkan
kesamaan istilah (equal term).
Pendekatan modern dalam mengkritik teks menghendaki agar ketika perbedaan muncul antara dua manuskrip yang sama statusnya, penyunting meletakkan salah satu darinya dalam bodi teks sedangkan yang lainnya diletakkan dalam
catatar. kaki. Metode ini walaupun bagaimana tidak adil, karena hal ini dapat
mengurangi nilai naskah ke dua. Skim Zaidtampak lebih adil; dengan menyediakan beberapa naskah maka dia mengesampingkan kesimpulan bahwa bacaan
ini atau itu lebih tinggi, dan memberikan penilaian pada setiap naskah secara adil.55Banyak ilmuwan yang telah menguras waktu dan tenaga mereka dalam
membandingkan Mushaf 'Uthmeni, melaporkan apa yang mereka dapatkan
dengan ikhlas dan tidak menyembunyikan apa pun walau sedikit; Ab[ Dard6,
seorang sahabat terkenal, telah bekerja keras tentang perkara ini sebelum.dia
meninggal dunia pada dekade yang sama dengan pengiriman Mushaf dan
meninggalkan istrinya (anda) untuk menyampaikan penemuannya.s6 Untuk
memuddhkan, saya telah menambah daftar tambahan.sT Tetapi penemuan
mereka, ketika semuanya dikumpulkan sungguh sangat mengejutkan. Semua
perbedaan yang terdapat dalam Mushaf Mekah, Madinah, Ktfah, Basra,
Suriah, dan Naskah induk Mushaf 'Uthmdni, melibatkan satu huruf, seperti:
), i,lr... dst. Kecuali hanya adanya2t (dia) dalam satu ayat yang artinya
tidak terpengaruhi. Perbedaan ini tidak lebih dari empat puluh huruf terpisah di
seluruh Mushaf enam ini.
Akhirnya kita bisa mengklarifikasikan bahwa kajian ilmuwan terdahulu
ini hanya berlandaskan pada naskah Mushaf resmi, yang dikirim oleh 'Uthmdn,
atau duplikat naskah yang dibuat dan disimpan oleh para sahabat yang terkenal
dan llmuwan ahli Al-Qur'6n. Kajian mereka bukan penyelidikan tentang
naskah pribadi yang disimpan oleh masyarakat luas (yangjumlahnya mencapai
ribuan), karena Mushaf yang resmi itulah yang dijadikan sebagai ukuran
(standar) dan bukan sebaliknya.
r. Studi Tentang Mughaf Melik bin Abi 'Amir al-Aqbabi
Di sini kita akan buat perbandingan antara Mushaf 'Uthm6ni dan yang
lainnya, naskah individu yang disimpan oleh ilmuwan yang terkenal. Malik bin
Anas (94-179 H. I 712-795 M.) ketika Mushaf ini diserahkan ke muridnyass
dan menceritakan sejarahnya; Mushaf ini kepunyaan kakeknya, Melik bin Abi
'Amir al-Asbahi (w.74H /693 M), murid Khalifah 'IJmar,5e yang menulisnya
pada waktu 'Uthmen menyiapkan Mushafnya.60 Murid-murid Malik bin Anas
mencatat sebagian ciri-cirinya:
. Musllaf dihiasi dengan perak
. Ia mengandung pemisah srirah tinta berwarna hitam sepanjang penyambung yang dihiasi seperti rantai memanjang sepanjang garis.
Ia juga mempunyai pemisah ayat dalam bentuk titik.6l
Sesuai dengan penemuan ini, murid-murid itu membandingkan Muq[raf
Melik di satu sisi dengan Mugfaf Madinah, Krifah, Bapra, dan naskah utama
Mu9[af 'Uthmeni di sisi lainnya. Mug[raf Melik, menurut mereka, berbeda
dengan MuShaf Kfifah dan Bagra (dan Naskah utama Mug[raf 'Uthm6ni) dalam
delapan tanda (karakter) dan dengan Muq[af Madinah hanya empat. Perbedaan
ini disimpulkan di bawah ini
Dari carta ini kita catat bahwa Mushaf Mdlik tetap identik (sama) dengan
Mupl.raf Madinah sampai surah 4l; dari srirah 42 dar berikutnya, Mug[rafnya
sama dengan Mughaf 'Uthmeni, Kiifa, dan Basra. Menjabat sebagai salah satu
anggota panitia dua belas yang menuliskan Mushaf 'Uthm6ni, Malik juga pada
waktu yang sama menulis Mushaf ini untuk digunakan oleh dirinya sendiri.
Menimbang daftar di atas tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa dia telah kerja
bersama-sama dengan kelompok yang menyiapkan Mushaf Madinah. Setelah
selesai lima per enam Muqhaf itu, dia pindah ke kelompok yang menyiapkan
Mushaf Kflfah dan Basra. Oleh karena itu, satu per enam sama dengan Mushaf
'Uthmdni, Kflfah, dan Bagra.
Ini membolehkan kita melihat beberapa pendapat tentang penyiapan
naskah resmi: ini adalah usaha tim yang sebagian didiktekan dan sebagian lagi
ditulis. Poin yang lebih menarik, menurut pendapat saya, inisiatif dan kecerdasan
individu yang menulis naskah pribadinya. Kita tidak tahu secara betul bagaimana naskah pribadi ini ditulis; dalam pemyataatyatgditulis oleh Ibn Shabba,
" 'Uthmen memerintahkan orang-orang untuk menulis Mug[raf'.
Ini bisa diartikan bahwa masyarakat diberikan dorongan untuk menulis
naskah untuk digunakan oleh mereka masing-masing.
Mushaf Malik bin Abi 'Amir al-Asbahi mempunyai pemisah sflrah dan
ayat, sedangkan Muqhaf 'Uthmdnl tidak. Kekurangan ini mungkin dengan
sengaja sebagai taktik bagi Khalifah, mungkin untuk meyakinkan bahwa teks
Al-Qur'6n bisa diberi lebih dari satu cara pemisahan ayat, ata:u sebagai masalah
tambahan dalam menghadapi orang yang mau membaca dengan sendiri tanpa
ada bimbingan seorang guru yang diakui. Banyak ilmuwan yang berpendapat
bahwa sebuah mug[raf tua yang ada tanda pemisah ayat dan siirah semestinya
ditulis setelah Mushaf 'Uthmeni, tetapi dengan diberikan contoh ini kita bisa
melihat bahwa itu tidak semestinya benar.
6. N-Hajjej dan Koatibusinp Kqada Mu$hat
Setelah Khalifah 'Uthmen, kita sekarang bisa mengalihkan pandangan
kita ke al-Hajjaj bin Yfrsuf ath-Thaqafi (w. 95 Hijrah), Gubernur lrak pada
zaman Khalifah Umayyah dan seorang yang cukup terkenal dengan kejahatannya. Keberanian, pemerintahan tangan besinya telah menjadi simbol
kebenaran dalam sejarah lrak. Yang ironisnya dia juga berperan dalam pengabdian kepada Al-Qur'dn, walaupun dia tidak kurang musuh dalam hal ini.
Ibn Abi Dawrid mengutip 'Auf bin Abi Jamila (60-146 Hijrah) menyatakan
bahwa al-Hajjaj mengubah Mug[raf 'Uthmdni dalam sebelas tempat.67 Penelitian mengungkapkan bahwa 'Auf, walaupun seorang jujur, mempunyai kecenderungan kepada shi'ah dan anti Umayyah.68 Al-Haijdj, salah satu pemimpin pasukan tentara Umayyah yang terkuat, mempunyai target dalam
kepemimpinannya; semua laporan yang dibuat oleh musuh harus dilihat
sebagai sesuatu yang berbahaya. Tambah lagi Mu'awiyah (pemimpin pertama
kerajaan Umayyah) memeran