Rabu, 08 Januari 2025

Sejarah text alquran 1






 artikel  ini mencakup pengenalan ringkas tentang sejarah Al-Qur'an dari

segi penulisan dan koleksinya. Barangkali muncul pertanyaan dari kalangan

pembaca mengapa sepertiga isi artikel  ini mengupas Kitab Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru segala. Apa ada kaitannya dengan sejarah Al-Qur'dn. Kami

berharap pertanyaan ini dapat terungkap secara rinci melalui bab-bab yang

menyentuh akar permasalahan.

Sebenamya fikrah penulisan tentang koleksi dan pemeliharaan Al-Qur'dn

yang demikian unik telah mengusik pikiran kami sejak tiga setengah tahun

yang silam. artikel  yang sedang Anda baca ini, kami kerjakan bersamaan dengan

tulisan lain tentang Metodologi Studi Keislaman. Tulisan Toby Lester (seorang

wartawan) yang dimuat di The Atlantic Monthlybulan Januari,1999, berusaha

mengacaukan pikiran yang sedemikian parah di kalangan umat Islam dan telah

membakar semangat konsentrasi penulisan. Ia mengatakan, "Kendati umat

Islam percaya Al-Qur'5n sebagai kitab suci All6h yang tak pernah ternoda dari

pemalsuan mereka, tak mampu mengemukakan pendapat secara ilmiah."

Tantangan ini mengemuka dan kami merasa terpanggil menghadapinya dengan

mengupas tentang metode penelitian yang layaknya dipakai oleh ilmuwan di

masa silam dalam menerima teks Al-Qur'dn yang benar dan sikap penolakan

mereka terhadap pemalsuan. Hat ini pula yang menyebabkan terjadinya

pengulangan yang tak terelakkan dari beberapa materi artikel  ini. Karena

sebagian besar ilmuwan, seperti dikutip oleh T. Lester, terdiri dari kaum

Yahudi dan Kristen, maka kesimpulan kami akan dirasa tepat guna

mengadakan pembedahan secara tuntas terhadap Kitab Perjanjian Baru dan

Perjanjian Lama sebagai studi banding. Dengan cara ini diharap dapat

membantu para pembaca dalam menyikapi perbedaan pendapat antara

cendekiawan muslim dan para orientalis secara objektif dan kritis.

Dengan memberi penekanan pendapat tentang transformasi teks Al￾Qur'dn seutuhnya secara lisan, kalangan orientalis berusaha menepis sejarah

penulisan dan kompilasinya di masa Muhamm ad$ . (Banyak di antara mereka

yang menepis anggapan bahwa hasil kompilasi di masa khalifah Abli Bakr dan

sebagian yang lain lebih dapat menerima upaya yang dilakukan oleh 'Uthmdn.

Hanya selisih lima belas tahun setelah wafatnya Rasulullah dengan distribusinaskah Al-Qur'6n ke pelbagai wilayah Dunia Islam. Dengan melihat rentang

masa dan kekeliruan yang amat mendasar, kalangan orientalis berusaha

memaksakan pendapat tentang kemungkinan terjadinya kesalahan yang

menyeruak ke dalam teks Al-Qur'6n di masa itu. Herannya, para ilmuwan

Kitab Injil selalu menganggap benar sejarahnya, meskipun beberapa Kitab

Perjanjian Lama ditulis berdasarkan transformasi lisan setelah berselang

delapan abad lamanya.r

Perhatian utama kaum orientalis tercurah pada aspek naskah bahasa Arab

dengan menyentuh segi-segi kelemahannya, kendati hanya setengah abad

setelah wafatnya Rasulullah dalam penyusunan naskah tulisan dan meng￾hilangkan asal usul yang memiliki dwimakna. Mereka menuduh periode ter￾sebut sebagai distorsi penting terjadinya pemalsuan teks asli, kendati dengan

cara ini mereka menolak anggapan sebelumnya tentang keberadaannya secara

lisan yang pada hakikatnya, orang-orang pada masa itu telah menghafal Al￾Qur'dn dan bahkan memiliki naskah tertulis. Oleh karena itu, "naskah yang

tidak lengkap" tidak memberi pengaruh sedikit pun dalam rentang masa lima

puluh tahun. Sebaliknya naskah bahasa Yahudi, yang mengalami transmisi saat

kembalinya orang Yahudi itu dari Babilonia ke bumi Palestina sejak masa

penawanan, sama sekali tanpa bukti ilmiah dan hal demikian berlaku selama

dua ribu tahun hingga terjadinya kontak dengan orang-orang Arab Muslim

yang memacu mereka dalam hal tersebut. Adanya anggapan bahwa selisih

waktu limg puluh tahun sebagai pembuktian hancurnya naskah Al-Qur'6n dan

kemungkinan adanya keragu-raguan, sangat tidak masuk akal. Di waktu yang

sama Kitab Perjanjian Lama mengalami kesenjangan masa transmisi lisan

selama dua abad.

Melalui argumentasi dan bukti-bukti yang meyakinkan, pada masa itu

terdapatMughaf Hijazi sejak abad awal Hijriah (akhir abad ke-7 dan permulaan

abad ke-8 Masehi).2 Selain itu, juga terdapat bukti kuat adanya beberapa bagian

naskah Al-Qur'an yang ditulis pada permulaan abad pertama. Menolak

anggapan akan nilai lembaran tulisan itu, para orientalis beranggapan bahwa

mereka terlambat dalam membuktikan teks Al-Qur'dn yang bersih dari noda

hitam. Mereka lebih senang mengikuti anggapan serta pendapat yang tak dapat

dipertanggungjawabkan.3 Dengan rnembandingkan kesempurnaan naskah

tertua yang ditulis pada permulaan abad ke-I1 Masehi,a dan naskah Kitab Injil

bangsa Yunani yang ditulis pada abad ke-10 Masehi,5 tampaknya sikap dan

perhatian seperti itu tidak dapat diterapkan di sini. Ketidaksesuaian sikap

terhadap Al-Qur'an di satu sisi, dan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

di sisi lain, dapat diterapkan jika sekiranya kita hendak membuat penilaian

terhadap nilai keutuhan Al-Qur'iin.

Praktik yang telah mapan sejak lahirnya sejarah literatur keislaman mem￾beri isyarat bahwa setiap teks keagamaan (hadith, tafsir, fiqh dll.) transmisinya

hanya dapat dilakukan oleh mereka yang pernah belajar langsung dari penulis

dan kemudian mengajarkan pada generasi berikutnya. Transmisi secara utuh

selalu dipertahankan guna memberi peluang pada kita agar dapat menatap

secara tajam terhadap asal usul tiap artikel  yang berkaitan dengan hukum Islam,6

sekurang-kurang[ya pada permulaan abad pertama-suatu metode pembuktian

kesahihan yang tidak mungkin tersaingi oleh siapa pun hingga saat ini.7 Jika

kita hendak menerapkan prinsip dasar sistem transmisi literatur Muslim pada

semua artikel  apa saja yang tersedia guna membuktikan keabsahan pengarang￾nya merupakan hal yang tak mungkin dapat dilakukan. Selain Kitab Perjanjian

Lama dan Perjanjian Baru ditulis tanpa nama, bagaimanapun, tradisi keilmuan

Barat merasa lebih senang memberi legitimasi sejarah daripada sistem mata

rantai transmisi, yang senantiasa dipandang dengan sikap ragu dan kurang

memadai. Setelah kami teliti kedua metode Muslim dan Barat, hasil yang ada

kami serahkan sepenuhnyapadaparapembaca untuk memberi kata kunci mana

di antara keduanya yang lebih masuk akal.

Yahudi dan Kristen tidak diragukan lagi merupakan agama, seperti ter￾catat dalam sejarah. Hanya saja sikap keragu-raguan muncul dalam hal pe￾nulisan Kitab Perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Tentunya jawaban itu tidak

dapat dikemukakan secara sederhana. Pada mulanya Kitab Perjanjian Lama

dianggap sebagai karya wahyu [ahi, namun pada masa berikutnya dianggap sebagai karya Nabi Mrisa. Teori terakhir mengatakan bahwa beberapa sumber

(lebih dari seribu tahun) bertambah akan adanya lima kitab karya Nabi M[sd.8

Siapa sebenarnya para penulis gurem itu? Bagaimana sikap kejujuran dan

akurasi mereka? Sejauh mana dapat tepercaya pengetahuan mereka tentang ke￾jadian-kejadian yang terlibat di dalamnya? Adakah mereka ikut berperan dalam

peristiwa yang terjadi? Dan sejauh manakah artikel -artikel  yang tersedia dari

peristiwa yang ada dapat sampai ke tangan kita? Dari fakta yang dapat dilacak,

semua Kitab Perjanjian Lama muncul ke atas pentas lalu tenggelam beberapa

ratus tahun kemudian sebelum muncul kembali secara tiba-tiba.e Kemudian

kitab-kitab itu kembali tenggelam tanpa bekas selama beberapa abad, yang

kemudian tiba-tiba ditemukan kembali. Coba bandingkan cerita sejarah ini

dengan ribuan manusia berjiwa saleh yang hidup mengelilingi Nabi

Muhammad dan berperan secara aktif di saat perang dan kedamaian, di kala

susah dan senang, semuanya terlibat dalam proses dokumentasi tiap ayat Al￾Qur'dn dan l.radith. Sejarah hidupnya membentuk rangkaian peristiwa yang

tajarrva poignant chronicle-kendati para orientalis kebanyakan menolak dan

menganggap masalah ini sebagai cerita fiktif di mana menurut pendapat

Wansbrough laksana percontohan "kedamaian sejarah", tanpa menyadari apa

yang sebenarnya telah terjadi.

Sementara itu, para ilmuwan lain secara aktif terlibat dalam penghapusan

riwayat keagamaan mereka karena semata-mata menginginkan sesuatu yang

baru di mana dapat kami sajikan secara sekilas cerita penyaliban Jesus.

Pendapat Yahudi ortodoks menegaskan,

Menurut Kitab Talmud, Jesus dieksekusi melalui pengadilan para rahib

karena pemujaan terhadap berhala, yang menyebabkan orang Yahudi

membuat berhala lain serta menghina otoritas para rahib agama Yahudi.

Semua sumber klasik agama Yahudi mengatakan penyaliban Jesus di￾lakukan dengan senang hati guna menanggung rasa tanggung jawab,

sedangkan menurut cerita dalam Talmud bangsa Romawi sama sekali

tidak disebut Sebagai tambahan terhadap serangkaian pelecehan seks terhadap

Jesus, Talmud mempertegas bahwa sanksi hukuman yang diberikan di

dalam neraka adalah ditenggelamkan ke dalam tempat najis yang men￾didih...tt

Ironisnya, Kitab Perjanjian Baru dan Kristiani modern melenyapkan

semua sumber itu kendati tersebut dalam Talmud. Apakah arti definisi kesucian

jika perubahan secara sengaja dilakukan baik dari segi kata-kata maupun nada

yang dibuat pada kitab suci pada saat ini dan seterusnya?tz Dan apa yang

sedang berlaku untuk dijadikan latar belakang permasalahan, bagaimana

mungkin beberapa kalangan intelektual dapat menerima Yahudi dan Kristen

sebagai agama sejarah saat mereka menolak hal yang sama terhadup againu

Islam?r3

Pokok permasalahan di sini bukan masalah Islam atau apa yang dikatakan

oleh sumber-sumber keislaman melainkan bagaimana seorang Muslim me￾mandang keimanan mereka dan bagaimana yang dikehendaki oleh para peneliti

orientalis dalam melihat permasalahan. Beberapa tahun yang silam Profesor

C.E Bosworth, salah seorang editor ensiklopedi Islam yang diterbitkan oleh J.

Brill, menyampaikan kuliah di Universitas Colorado. Ketika ditanya mengapa

para intelektual Muslim yang mendapat pendidikan di Barat tidak pernah

diikutsertakan kontribusinya pada ensiklopedi yang menyangkut berbagai

masalah mendasar (seperti Al-Qur'6n, lradith, jihdd, dll.), dia menjawab bahwa

karya ini ditulis oleh para penulis Barat untuk orang Barat. Jawaban tersebut

kendati mungkin setengahnya benal, kenyataannya karya tersebut bukanlah

semata-mata untuk kalangan masyarakat Eropa. Untuk itu pantas kiranya

dicatat apa yang ditulis oleh Edward Said dalam karya ilmiahnya yang berjudul

Orientalism:

"Mereka tidak dapat mewakili diri sendiri melainkan mereka harus

diwakili." -Karl Marx.r 4

Di sini Man sedang mengutarakan pikirannya pada kaum tani Prancis,

akan tetapi upaya membungkam contoh besar pihak lain dengan sebuah anak

kalimat dan melempar beban representasi secara keseluruhan pada pihak luar

tidak dapat dianggap sebagai cerita novel  Poin terakhir sebelum menyudahi kata pengantar ini. Saat penelitian

tertentu menghasilkan sebuah teori, dunia akademi mencatat bahwa ia mesti

dihadapkan pada sistem tes yang amat mendasar. Jika ternyata gagal maka

harus diadakan perubahan atau diuji kembali dan bahkan mungkin dicampak￾kan. Sangat disayangkan pengajian tentang Islam dikotori oleh teori yang

menyakitkan yang meningkat pada salah satu titik yang hampir menjadi fakta

kasar, kendati mereka gagal pada beberapa langkah yang dilakukan. Kedua

contoh berikut akan memberi penjelasan.

Professor Wensinck memberi komentar terhadap hadithterkenal tentang

kelima rukun Islam:

Islam dibangun atas lima fondasi: Memberi kesaksian tiada tuhan me￾lainkan Afleh, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa bulan Rama￾dhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah.15

la memandangnya sebagai hal yang palsu karena mencakup kalima

shahada ( 6rk r: memberi kesaksian bahwa tiada tuhan melainkan Allah).

Menurutnya, para sahabat Nabi Muhammad mengenalkan kalima tersebut

setelah bertemu dengan orang-orang Kristen dari Suriah yang kemudian

memberi kesaksian keimanan. Dari itu, katanya lagi, ia mencuri ide itu dari

orang Kristen untuk membangun salah satu faktor penting dari rukun Islam.

Dihadapkan pada persoalan bahwa kalima shahdda merupakan bagian dari

tashahud f i":;l dalam shalat harian, Wensinck membuat teori baru selain

mengadakan modifikasi teori sebelumnya: bahwa standard shalat dibuat

setelah wafatnya Nabi Muhammad.r6 Barangkali, teori selanjutnya masih

diperlukan mengingat Wensick tidak memberi penjelasan adanya teoi kalima

dalam adhdn ( OtSi ) dan iqdma (;-tij ), 

r 7 demikian pula halnya ia tidak memberi

penjelasan bila kedua kalima tersebut diperkenalkan ke dalam Islam.

Contoh kedua yang kami kemukakan di sini adalah Goldziher, di mana ia

membuat iebuah teori bahwa munculnya perbedaan qir6'at(.z,t.lS) dalam Al￾Qur'dn disebabkan konsonan teks yang digunakan pada naskah Al-Qur'6n

terdahulu. Dengan mengangkat beberapa contoh guna menunjukkan validitaspemikirannya, ia mengelak untuk menyebut ratusan contoh di mana teori yang

ia bangun telah gagal-kendati ia tak pernah berhenti mencari popularitas di

tengah sementara kelompoknya. I 8

Upaya sungguh-sungguh telah dilakukan dalam membuat atau melaku￾kan pekerjaan ini sedang faedah sebagai seorang ilmuwan hanya berlaku pada

orang-orang biasa. Jika terdapat bagian di mana yang terdahulu terdapat

pengulangan atau yang kemudian dipahami oleh beberapa orang saja, hal ini

karena mempertahankan penggunaan perantara yang menyenangkan dirasa

kurang memungkinkan.

Sehubungan dengan terjemahan ayat-ayat Al-Qur'an bahasa Inggris,

sebenarnya tidak terdapat terjemahan Al-Qur'6n ke dalam bahasa itu secara

seragam dalam artikel  ini, kendati sebagian besar ayat-ayatyang diterjemahkan

mengacu pada terjemahan Yusuf Ali atau Mohammad Asad. Terjemahan￾terjemahan tersebut sering mengalami perubahan dan kadang-kadang ditulis

kembali tergantung sejauh mana kejelasan yang kami temukan dalam upaya

te{emahan yang asli. Hal ini tidak membuat kekhilafan mengingat Al-Qur'6n

itu ditulis dalam bahasa Arab, sedang tugas penerjemah semata untuk meng￾hilangkan beberapa arti yang tak jelas dalam teks. Hasil terakhir bukanlah Al￾Qur'dn melainkan semata-mata terjemahan (seperti adanya bayang-bayang

adalah karena disebabkan bayangan itu sendiri), dan selama tidak ada ke￾salahan dalam mencatat atau pengambilan di luar konteks, maka tidak dirasa

perlu mengikuti terjemahan tertentu.

Pembaca dapat melihat bahwa secara umum kami menggunakan ung￾kapan-ungkapan kebesaran atau doa setelah menyebut beberapa nama seperti

,98 (suatu ungkapan menunjukkan kebesaran) setelah menyebut nama All6h,

$E (shalawat dan salam kepadanya) setelah menyebut nama Muhammad, $1#J\

(salam untuknya) setelah menyebut nama-nama lain dari para Nabi seperti

Ibrdhim, IsmS'il, M[isd, 'Isd dll.), atau *$b (semoga All6h melimpahkan rahmat

dan ridha-Nya) setelah menyebut nama sahabat. Tujuan saya adalah untuk

menjaga keserasian naskah sebisa mungkin, dengan harapan para pembaca di

kalangan umat Islam dapat memasuki sisipan ungkapan itu ke dalam teks

secara benar dan sesuai. Beberapa intelektual Muslim terkemuka seperti Imdm

Ahmad bin Hanbal mengikuti cara yang sama, kendati para penulis berikutnya

menganggap lebih tepat guna menambahkan ungkapan-ungkapan seperti itu

secara lebih detail ke dalam teks, seperti pandangan mata mampu menem￾patkan penglihatan secara tepat sesuai dengan nalurinya.

Sebuah catatan dan peringatan. Keimanan seorang Muslim memerlukanadanya kepercayaan tangguh tentang keaslian dan kesalehan perilaku semua

Nabi Allah. Di sini kami hendak mencatat dari sumber-sumber bukan orang

Islam di mana sebagian mereka tak segan-segan merujuk kepada Tuhan

mereka, Jesus sebagai pelaku zina ataupun homoseksual, Nabi Dawfld sebagai

perencana zina, dan Nabi Sulaiman sebagai pelaku syirik. (Ya Alldh, betapa

tidak adilnya kata-kata seperti itu.) Sebagaimana kurang praktis memasukkan

satu catatan bilamana kami menukil ide-ide murahan seperti itu, namun kami

cukup dengan memperjelas sikap umat Islam di mana kata-kata seperti itu tidak

memantulkan penghormatan di mana umat Islam mempertahankan tanpa syarat

dan melakukan pembelaan pada semua Nabi-Nabi AIah. Pada akhirnya, dalam

menulis artikel  ini kami selalu berusaha memilih pendapat terbaik yang

representatif dalam memberi penjelasan kasus permasalahan dan menghindari

pembicaraan bertele-tele tentang semua pendapat yang ada dan hal ini,

barangkali, akan memberi minat pada para pembaca secara umum. Kami harap

para pembaca akan terus menelusuri halaman-halaman berikut yang kami

tawarkan.

Kami merasa berkewajiban, dengan segala senang hati, menyebut

beberapa nama dari negeri Yaman. Tanpa bantuan, ke{a sama, serta izin yang

mereka berikan rasanya tidak mungkin dapat memfotokopi naskah Al-Qur'5n

kuno dari San'd'. Mereka adalah Sheikh 'Abdulldh bin Husain al-AlJmar,

Sheikh al-Qa{i Ism6'il al-Akwa' (yang telah memperlakukan sebagai ke￾sayangan seorang ayah), Dr. Yusuf Mulrammad'Abdullldh, al-Ustddh'Abdul

Melik al-Maqhdfi, dan Ndsir al-'Absi (di mana dengan segala kebaikannya

mereka memfotokopi naskah). Semoga Alldh membalas kebaikan mereka

dunia dan akhirat. Kami harus mengakui jasa baik Khuda Buksh Library,

Patna, dan juga Salar Jung Meseum, Hyderabad (terutama Dr. Rahmat 'Ali) di

mana telah mengizinkan pemanfaatan materi yang begitu luas, dan Dr. Wiqar

Husain dan Abu Sa'd Isldhi dari Raza Library, Rampur, yang telah menyedikan

slides berwarna dari beberapa naskah tertentu.

Rasanya masih banyak lagi yang perlu diberi kata penghargaan secara

khusus. Yayasan Raja Faisal (King Faisal Foundation) yang telah menominasi￾kan saya sebagai profesor tamu pada Princeton University, dan juga Princeton

Seminary yang telah menyediakan kaleidoskop yang kaya dengan bahan

penulisan artikel  ini, orang-orang di Mushaf Madinah yang telah membantu

mencetak teks Al-Qur'dn secara akurat. Terima kasih juga kami sampaikan

pada Madani Iqbdl Azmi dan juga pada Tim Bowes atas bantuan mereka dalam

penyusunan naskah ini, dan kepada Muhammad Ansdr yang telah menyiapkan

indeks, Ibrdhim al-Sulaifih sebagai pembantu luar biasa selama penulisan artikel 

ini, dan kepada Prof. Muhammad Qutb, Dr. 'Adil Saldhi, Br. Daud Matthews,

Dr. 'Umar Chapra, Sheikh Jamdl Zarabozo, Br. Hashir Faruqi Sheikh IqbdlAzmi, 'Abdul Bdsil Kazmi, 'Abdul Haq Muhammad, Sheikh Niham Ya'ctbi,

Dr. 'Abdulldh Subay[, Haroon Shirwani, dan juga masih banyak lagi yang

terlibat dalam proof reading naskah dan memberi masukan-masukan yang

sangat berharga.

Kami juga harus menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya

atas bantuan yang tak terhingga dalam upaya penulisan artikel  terutama kepada

anak saya yang pertama 'Aqit atas bantuar( yang tak putus dalam menyiapkan

naskah, sistem transliterasi, pengumpulan bibliografi, dan pada anak perem￾puan saya, Fdtimah, dalam membantu memfotokopi dan anak lelaki saya yang

lebih muda, Anas, yang perlu mendapat penghargaan sepenuhnya dalam mem￾buat naskah bahasa Inggris sehingga menjadi lebih baik danjelas. Penghargaan

khusus saya sampaikan pada istriku yang telah berlapang dada selama lebih

kurang lima puluh tahun membina rumah tangga dan mengalami penderitaan

dan pengorbanan yang telah ia alami dengan kesabaran yang luar biasa dan

selalu menunjukkan sikap ceria. Semoga Alldh membalas kebaikan dan ke￾murahan hati mereka.

Pada akhirnya, rasa syukur yang teramat dalam kami sampaikan kepada

Allah Yang Mahakuasa yang telah memberi kemudahan dan keistimewaan

dalam mengarungi penulisan. Jika terdapat kekhilafan dalam artikel  ini adalah

semata-mata dari saya pribadile dan apa pun yang menggembirakan-Nya adalah

semata-mata dalam rangka memuji kebesaran-Nya. Kami berdoa mudah￾mudahan Dia berkenan menerima karya ini sebagai upaya ikhlas karena-Nya.

artikel  ini pada dasarnya diselesaikan di Riyad, saudi Arabia, pada bulan

Safar 1420 A.H./\,tei 1999. Pada tahun-tahun berikutnya mengalami revisi

sewaktu saya berada di beberapa kota di luar negeri (Timur Tengah dan Eropa).

Salah satunya di al-Haram as-Sharif, Mekah, pada Ramadan 1420 A.H.I

Desember 1999, dan revisi terakhir dilakukan di Riyad, Dhul-Qi'dah 1423

A.H./Januari 2003


,'Hai 

orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan

janganlah sekati-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan."l

Petunjuk, Kesenangan dan Keindahan. Bagi seorang yang beriman Kitdb

Suci Al-Qur'[n akan melebihi segalanya: denyut keimanan, kenangan di saat

mengalami kegembiraan dan penderitaan, sumber realitas ilmiah yang tepat,

gaya lirik yang indah, khazanah kebijaksanaan serta mundjat. Ayat-ayatnya

menghiasi mulai dinding toko artikel  hingga ruang tamu, terukir dalam ingatan

tua dan muda, serta gaungya terdengar di keheningan malam dari atas menara

masjid di seluruh dunia. Namun demikian, Sir william Muir (1819-1905) tetap

memberi pernyataan, "Islam sebagai musuh peradaban, kebebasan, dan ke￾benaran seperti dunia telah mengakuinya."z Tak ada manusia lain yang ber￾sikap toleransi kecuali menebar rasa benci dan curiga terhadap Al-Qur'an sejak

abad-abad silam hingga kini seperti dilakukan oleh para ilmuwan, penginjil,

hingga para politikus musiman. Dikotomi seperti itu sangat menyakitkan hati

umat Islam dan juga membingungkan kalangan non-Muslim yang pada giliran￾nya akan membenarkan anggapan bahwa setiap kelompok akan menghina kitab

suci orang lain. Di mana bukti dan faktanya? Dihadapkan pada pokok pem￾bicaraan yang teramat luas lagi sensitif dan penuh pemikiran yang perlu per￾timbangan, saya menjelajah ke mana-mana yang pada mulanya, kemudian

membuahkan hasil, berawal dari sebuah artikel yang ditulis oleh seseorang

yang namanya tak pernah saya dengar sebelumnya.Apakah Al-Qur'an itu? Artikel utama terbitan Januari 1999 yangdimuat

di Atlantic Monthly, mengangkat asal usul keaslian dan integritas Al-eur'6n.3

Kualifikasi pengarang, Toby Lester, seluruhnya seperti tertulis dalam majalah

memberi isyarat bahwa ia tidak belajar Islam kecuali dari pengalaman selama

tinggal di Yaman dan Palestina beberapa tahun kendati hal ini tidak me￾nunjukkan tanda-tanda untuk menghalangi karena tampaknya ia belajar

sungguh-sungguh dalam membuat perdebatan. Ia mengatakan,

Keilmuan Barat tentang Al-Qur'6n biasanya terjadi dalam bentuk per￾nyataan permusuhan secara terbuka antara Kristen dan Islam. Ilmuwan

Kristen dan Yahudi khususnya menganggap Kitab Suci Al-eur'dn ada

dalam lingkaran perubahan...a

Setelah mengupas kecaman william Muir terhadap Al-eur'dn, T. Lester,

menjelaskan bahwa dulu para ilmuwan Soviet melihat Islam berdasarkan sikap

keragu-raguan ideologi. N.A. Morozov misalnya, dengan mudah memberi

alasan bahwa "hingga masa Perang Salib tidak dapat dibedakan dengan agama

Yahudi dan hanya setelah masa itu ia memiliki ciri khas tersendiri sedang

Muhammad dan para Khalifah pertama tidak lebih dari tokoh dalam cerita

bohong."5

Pendapat ini dapat memberi isyarat pada pihak rain bahwa pendekatan

yang dilakukan T. Lester karena semata-mata akademik: suatu keingintahuan

seorang wartawan dalam memberi laporan secara jujur. Dalam satu wawancara

dengan harian ash-sharq al-Awsat 6 ia menolak anggapan akan adanya niat

jahat, perasaan marah, perilaku salah terhadap umat Islam dan bahkan

bersikeras ingin mencari kebenaran. Tetapi tak bisa dimungkiri bahwa ia telah

menguras tenaga dalam mengumpulkan sumber informasi dari kelompok yang

antitradisi dan menyeru perlunya penafsiran ulang terhadap Kitab Suci umat

Islam. Secara jelas ia mengutip pendapat Dr. Gerd R. Joseph puin, perihal

pemulihan kepingan kertas kulit naskah Kitab Al-eur'dn yang terdapat di

San'6', Yaman, yang saya lihat baru-baru ini di mana ia dan kelompoknya

pantas mendapat acunganjempol. Sekarang, seorang pekerja penjilidan artikel 

yang dapat melakukan tugasnya dengan baik tentang matematika yang teramat

kompleks, tidak secara otomatis sama derajatnya dengan pakar matematikakarena jasanya dalam mengatur halaman-halaman yang ada. Di sini J. Puin

dikelompokkan sebagai ahli tentang sejarah Al-Qur'6n secara keseluruhan,

"Begitu banyak kaum Muslimin beranggapan bahwa Al-Qur'an

merupakan kata-kata Tuhan yang tidak pernah mengalami perubahan,"

begitu kata Dr. Puin. "Mereka sengaja mengutip karya naskah yang

menunjukkan bahwa Bible memiliki sejarah dan tidak langsung turun

dari langit, namun hingga sekarang Al-Qur'6n berada di luar konteks

pembicaraan ini. Satu-satunya cara menggempur dinding penghalang ini

adalah mengadakan pembuktian bahwa Qur'dn juga memiliki seiarah.

Beberapa kepingan kertas kulit yang ada di San'd' akan dapat membantu

upaya ini."1

Referensi lain yang digunakan T. Lester adalah Andrew Rippin, seorang

profesor di bidang kajian agama-agama dari Universitas Calgary yang

menjelaskan,

"Bacaan yang berlainan dan susunan ayat-ayat kesemuanya teramat

penting. Semua orang sependapat akan masalah ini. Naskah-naskah ini

menyebut bahwa sejarah teks Al-Qur'6n di masa lampau melebihi dari

sebuah pertanyaan terbuka dari apa yarrglazim dianggap orang banyak:

teks itu tidak tetap dan memiliki kekurangan otoritas dari anggapan yang

ada."8

Secara pribadi saya melihat pendapat Prof. Rippin sangat membingung￾kan. Di satu sisi sejak masa Nabi Muhammad, para sahabat mengakui adanya

perbedaan bacaan. Sangat tidak beralasan untuk dikatakan sebagai penemuan

baru. Di sisi lain, bukan Puin sekali pun (sejauh yang saya pahami)

beranggapan telah menyingkap perbedaan-perbedaan susunan ayat Al-Qur' dn

dalam naskah, kendati pendapatnya tentang Al-Qur'6n sejalan dengan aliran

revisi modern yang mengatakan,

"Pemikiran saya adalah bahwa Al-Qur'dn tidak lebih dari naskah cocktail

yang tidak semuanya dapat dipahami di zaman Nabi Muhammad

sekalipun." Begitu kata Puin. "Banyak di antaranya yang mungkin se￾ratus tahun lebih tua dari Islam itu sendiri. Kendati dalam tradisi ke-

islaman terdapat informasi silang yang amat besar, termasuk dasar agama

Kristen; seseorang dapat menyerap seluruh antisejarah Islam dari mereka

jika ia menghendaki." Patricia Crone memberi pembelaan tujuantujuan

pemikiran seperti ini. "Al-qur'dn tak ubahnya sebagai satu kitab suci

dengan satu sejarah seperti agama lain-hanya saja kita tidak memahami

sejarah ini dan cenderung ingin membangkitkan teriakan protes saat kita

mengkajinya.'e

Kalangan orang Arab selalu beranggapan bahwa AI-Qur'an sebagai kitab

yang memiliki keunikan lagi indah sampai para penyembah berhala di kota

Mekah merasa haru melihat susunan liriknya dan mereka tidak mampu

menciptakan seperti itu.ro Mutu seperti ini tidak dapat menghalangi orang￾orang seperti Puin melempar penghinaan seperti itu.

"Al-Qur'en menyatakan bahwa ini adalah 'mubeen', atau Jelas',"

katanya. "Tetapi jika Anda perhatikan, Anda akan catat bahwa tiap lima

kalimat atau yang sederhana saja tidak dapat dimengerti. Tentunya orang￾orang Islam dan juga sebagian orientalis berkata lain, tetapi fakta

menunjukkan bahwa seperlima Al-Qur'5n tidak dapat dipahami."rr

G.R. Puin mengumbar ucapannya tanpa memberi contoh dan saya telah

kehabisan langkah dalam melacaknya di mana letak seperlima Al-Qur'an yang

tidak dapat dimengerti. Lebih lanjut ia menyebut bahwa kesediaan menerima

pemahaman seperti itu bermula secara sungguh-sungguh pada abad kedua

puluh. 12 Ia merujuk pada tulisan Patricia Crone dengan mengutip pendapat R. S.

Humphreys,l3 yang kemudian diakhiri dengan pendapat Wansbrough.

Serangan utama dari tulisan Wansbrough ingin menciptakan pendapat tentang

dua masalah penting. Pertama, Al-Qur'dn dan ladith disebabkan oleh berbagai

pengaruh komunitas lebih dari dua abad. Kedua, doktrin ajaran Islam

mengikuti cara pemimpin agama Yahudi. Tampaknya Puin sedang membaca

kembali karyanya di saat sekarang, karena teorinya berkembang begitu lambat

dalam kalangan terbatas di mana "umat [slam melihatnya sebagai sikap

penyerangan yang menyakitkan."la Para pembaca tentu mengenal siapa Cook,

Crone dan Wansbrough sejak seperempat abad, wajah baru muncul darikalangan ini adalah Dr. Puin, yang penemuannya dijadikan rujukan utama

dalam karya Lester yang begitu panjang. Beberapa naskah AI-Qur'an di atas

kertas kulit dari Yaman merujuk pada dua abad pertama Islam.

Terungkap sedikit namun mampu membangkitkan minat melakukan

penyimpangan terhadap standar naskah Al-Qur'dn. Penyelewengan se￾perti ini, kendati tidak mengherankan para ahli sejarah naskah Al-Qur'5n,

pada hakikatnya sangat mengganggu perasaan dan kepercayaan di

kalangan Muslim orthodoks yang mempunyai anggapan bahwa Al￾Qur'dn yang sampai ke tangan kita, hingga hari ini, masih dalam

bentuknya yang sempurna, tanpa batas waktu, dan kata-kata Tuhan yang

tidak pemah berubah. Pada dasarnya upaya kaum sekuler dalam upaya

penafsiran ulang terhadap AI-Qur' dn-sebagian berdasarkan fakta akan

adanya kulit kertas naskah yang ada di Yamanrs-sebagai gangguan dan

serangan terhadap kalangan Islam sebagaimana rencana pengadaan

reinterpretasi Kitab Injil dan kehidupan Jesus yang akan mengganggu dan

merupakan penyerangan terhadap kalangan Kristen konservatif. Upaya

reinterpretasi sekuler seperti itu, sangat kuat dan-sebagaimana demon￾strasi sejarah renaissance dan reformasi-akan inengarah terhadap lahir￾nya perubahan sosial secara mendasar. Al-Qur'5n, bagaimana pun, di saat

sekarang merupakan naskah yang paling berpengaruh dari segi pemikiran

ideologi.r6

Seluruh permasalahan yang ada di hadapan kita adalah seperti berikut:

. Kitab suci Al-Qur'dn dianggap sebagai naskah yang paling berpengaruh

secara ideologi.

. Kalangan umat Islam melihat Al-Qur'an sebagaimana orang-orang

Kristen memandang Kitab Injil kalamullahyang tidak pernah berubah.

. Fragmentasi naskah Al-Qur'an yang terdapat di Yaman dapat membantu

upaya-upaya kalangan sekuler dalam mengadakan reinterpretasi Al￾Qur'5n.

. Kendati merupakan sikap ofensif terhadap sejumlah besar umat Islam,

reinterpretasi ini dapat menjadi impetus'dorongan' perubahan sosial

secara mendasar seperti yang dialami oleh agama Kristen beberapa abad

yang silam.Perubahan-perubahan ini dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa

Al-Qur'En pada dasamya sebagai naskah cair (fluid text) di mana saat

masyarakat Islam memberi kontribusi dan secara bebas menata kembali

ap a y ang telah disusun beberapa abad sebelumn y a, dapat memberi isyarat

bahwa Qur'6n tidak lagi suci, dan bahkan telah sesat.

Sebagian besar rujukan yang digunakan T. Lester dan nama-nama yang

dikutip kebanyakan dari kalangan ini: Gerd R. Joseph Puin, Bothmer, Rippin,

R. Stephen Humphreys, Gunter Lulling, Yehuda D. Nevo, Patricia Crone,

Michael Cook, James Bellamy, William Muir, Lambton, Tolstove, Morozov

dan Wansbrough. Ia juga berupaya meyakinkan munculnya cuaca segar di

mana dunia Islam mulai menunjukkan langkah positif terhadap gerakan

revisionism. Dalam kategori ini ia menyebut nama-nama seperti Nasr Abli

Zaid, Tdha Husain, 'Ali Dushti, Muhammad 'Abdu, Alrmad Amin, Fazlur

Rahmdn, dan akhirnya Mulrammad Arkoun dan pesannyayang begitu gencar

dalam memerangi pikiran konservatif.lT Sedang aliran pemikiran dari kalangan

ilmuwan tradisional semua dicampakkan, kecuali nama Muhammad 'Abdu

yang kontroversial dimasukkan ke dalam daftar.

Akan tetapi, apakah sebenarnya aliran revisionisme itu? Di sini, T. Lester

gagal memberi definisi terperinci, maka di sini izinkanlah saya memberi

peluang Yehuda Nevo, salah satu sumber utama yang ia kutip membantu

mendefinisikannya:

Pendekatan kaum "revisionis" sama sekali bersifat monolitik ... (akan

tetapi mereka) bersatu dalam menolak validitas sejarah pada sejumlah

masalah semata-mata berdasarkan fakta-fakta yang diserap dari sumber

literatur Muslim. lnformasi yang mereka peroleh hendaknya diperkuat

dengan data-data kasar yang masih ada... Sumber-sumber tertulis harus

diteliti dan dihadapkan dengan bukti dari luar danjika terdapat silang di

antara keduanya, yang kedua harus diberi prioritas lebih.l8

Karena bukti dari luar sangat diperlukan dalam memberi pengesahan

pendapat setiap Muslim, maka tidak adanya bukti kuat akan membantu

penolakan anggapan dan memberi pernyataan secara tidak langsung tentang

permasalahan yang tidak pernah terjadi.

Karena tidak adanya bukti yang dikehendaki di luar pendapat tradisional,maka akan jadi bukti positif dalam memperkuat hipotesis terhadap

sesuatu yang tidak pemah terjadi. Contoh nyata adalah kurangnya bukti

di luar literatur Muslim, di mana berdasarkan fakta yang ada semua orang

Arab sudah memeluk agamalslam saat terjadi penaklukan kota Mekah.re

Hasil pendekatan revisionis tidak lain ingin menghapus sejarah Islam

secara menyeluruh dan pemalsuan terhadap yang lain di mana peristiwa seperti

munculnya berhala di kota Mekah sebelum Islam, permukiman Yahudi di

Madinah, dan kemenangan umat Islam terhadap Byzantin atau imperium

Byzantin di Syria semuanya ditolak. Pada dasarnya, gerakan revisionisme

memandang bahwa berhala yang ada di Mekah sebelum Islam semata'mata

penjelmaan khayal dari budaya keberhalaan yang berkembang di sebelah

selatan Palestina.2o

Masalah sentral yang perlu mendapat penjelasan di sini adalah adanya

tujuan pasti di balik penemuan yang ada. Hal tersebut bukan muncul secara

vacum atau terjadi dengan tanpa rencana di atas pangkuan para Ilmuwan.

Mereka merupakan gagasan dari sebuah ideologi dan arena politik yang dibuat

secara terselubung di balik kemajuan penelitian akademik.2r

Berbagai upaya pengaburan ajaran Islam dan Kitab Sucinya bermula

sejak lahirnya agama tersebut, kendati strategi di balik itu mengalami peru￾bahan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sejak agama Islam lahir hingga

abad ke tiga belas hijriah atau abad ke tujuh dan ke delapan hingga abad ke tiga

belas setelah hijriah (dari abad ketujuh hingga delapan belas masehi), tujuan

utamanya adalah bagaimana memberi proteksi kuat agama Kristen dalam

menghadapi arus kemajuan agama ini di Irak, Suriah, Palestina, Mesir, Libya

dll. Salah satu contoh nyata dari masa ini adalah Yohannes dari Damascus (35-

133 hijriah./675-750 Masehi), Peter The Venerable (1084-1156 Masehi),

Robert of Ketton (1084-1156 Masehi), Raymond Lull (1235-1316 Masehi),

Martin Luther (1483-1546 Masehi), Ludovico Marraci (1612-1700 Masehi).

Mereka memperalat pena dengan cara yang tidak sederhana menghendaki

sikap ketololoan dan pemalsuan. Dipicu oleh semangat perubahan politik yang

menguntungkan dan dimulainya penjajahan sejak abad kedelapan belas hingga

seterusnya, tahap kedua penyerangan terhadap agama Islam menunjukkan

perubahan sikap setelah melihat banyak orang masuk Islam atau sekurang￾kurangnya munculnya rasa bangga dan penentangan yang lahir dari keper￾cayaan mereka terhadap A[eh.Abraham Geiger (1810-1874) termasuk pada masa kedua. Disertasinya

berjudul What hat Mohammaed aus den Judettum aufgenommen? ('Apa yang

diambil oleh Muhammad dari agama Yahudi?') merupakan upaya menguak

pencarian pengaruh tersembunyi terhadap Al-Qur'dn yang menyebabkan

lahirnya artikel -artikel  dan artikel yang tak terhingga jumlahnya dengan tujuan

hendak memberi anggapan seperti halnya Kitab Injil yang palsu dan penuh

kesalahan.

Bab-Bab berikut akan menampilkan nama'nama lain yang jadi pelopor

periode ke dua, seperti Noldeke (1836-1930), Goldziher (1850-1921),

Hurgonje (1857-1936), Bergstrasser (1886-19330, Tisdall (1859-19280,

Jeffery @.1952) dan Schact (1902-1969\. Kelompok ketiga bermula dari per￾tengahan abad ke-20 sejak berdirinya negara Israel, secara aktif berupaya

melenyapkan ayat-ayat Al-Qur'dn yang mengutuk kebiadaban perilaku kaum

Yahudi. Di antara pengikut aliran ini adalah Rippin, Crone, Power, Calder dan,

tidak ketinggalan juga Wansbrough. Teori mereka menyebut bahwa Al-Qur'dn

dan hadith merupakan produksi masyarakat yang selama dua abad secara fiktif

dinisbahkan pada seorang Nabi Arab berdasarkan prototype yang dilakukan

oleh orang Yahudi yang tentunya merupakan pendekatan paling keji dalam

menepis Al-Qur'6n dari statusnya yang suci.

Beberapa dasawarsa-dasawarsa yang silam mulai menyaksikan pen￾dewasaan kedua kelompok terakhir dengan agak cepat dalam menggunakan

cara-cara yang agak fair dalam menyerang Al-Qur'an yang dikemas melalui

kontekstualisasi budaya, di mana dianggap sebagai hasil dari masa tertentu

yang sudah usang dari sebuah kitab yang berlaku bagi semua ruang dan waktu.

Islam tradisional tidak begitu gamang jika disebut bahwa wahyu me￾refleksikan milieu saat ia diturunkan... Akan tetapi Islam tradisional tidak

pemah membuat lompatan dari suatu pemikiran bahwa kitab yang

berkaitan dengan masyarakat di mana ia diwahyukan pada sebuah gejala

yang merupakan produkmasyarakat iru sendiri. Bagi sebagian besar umat

Islam di dunia modern, gerakan penting apa pun dari sebuah aliran

pemikiran tak mungkin jadi pilihan dalam waktu dekat-zz

Pendapat itulah yang menyulut inspirasi Nagir Abri Zaid (seorang yang

telah dinyatakan murtad oleh pengadilan tinggi Mesir yang menurut Cook,

sebagai "Muslim sekuler"23), di mana keyakinan utama tentang Al-Qur'dn

sebagai berikut,Jika teks Al-Qur'dn adalah risalah yang ditujukan kepada orang Arab

pada abad ke tujuh, maka tentu dibuat formulasi dengan suatu cara yang

secara spesifik berdasarkan sejarah sesuai dengan bahasa dan kultur yang

ada. Jika demikian halnya, maka, Al-Qur'6n dibentuk sesuai dengan

susunan kemanusiaan (a human setting). Ia merupakan 'produk ke￾budayaan', suatu ungkapan yang sering dipakai Abr[ Zayd, yang

dinyatakan di depan Mahkamah kasasi yang menempatkan ia sebagai

orang kafir.2a

Pendekatan Al-Qur'dn melalui pendapat tekstual tampak cukup lunak

bagi yang merasa belum kenal; Bagaimana mungkin bahaya dari konsep

pemikiran sebagai pendekatan secara 'semantik' dan linguistik tekstual ter￾hadap Al-Qur'6n? Perhatian utama bukanlah kajian terhadap teks itu sendiri

dan perkembangan evolusinya, melainkan bagaimana bentuk struktur Al￾Qur'6n diambil dari literature bahasa Arab di abad ke-7lke-8.25

Berbicara tentang ilmuwan Kitab Injil seperti Van Buren, Professor E.L.

Mascall menjelaskan, "(ia) menemukan dasar-dasar petunjuk tentang seku￾larisasi Kristen dalam aliran filsafat yang biasanya dikenal dengan analisis dari

segi bahasa."z6 Jika hal yang demikian dimaksudkan pada analisis bahasa

kajian Kitab Injil, apakah motif lain dalam mengaplikasikan pendekatan ini

terhadap kajian Al-Qur' dn?

Hal ini di luar bidang dari apa yang dapat diterima oleh kalangan umat

Islam, strategi lain adalah keinginan mengubah naskah suci Al-Qur'dn melalui

terjemahan bahasa sehari-hari yang kemudian mengangkatnya sederajat de￾ngan bahasa Arab asli. Dengan cara demikian masyarakat Muslim, di mana tiga

perempatnya bukan Arab, akan dapat mengalami keterputusan dari wahyu

Allah yang sebenarnya.

Adalah sangat tidak tepat antara bahasa Arab Al-Qur'dn dan bahasa

setempat pada tingkat pendidikan dasar. Ketegangan semakin runyam

setelah melihat fakta bahwa gerakan modernitas bermaksud menguatkan

perhatian dalam mencerdaskan kitab suci di kalangan sebagian besar

orang-orang yang beriman. Seperti dikatakan oleh tokoh nasionalis

Turki, Ziya Gokalp (w.1924), "Suatu negeri di mana di sekolah-sekolah

mengajar Al-Qur'dn pada setiap orang dalam bahasa Turki merupakan

fakta bahwa tiap orang tua dan muda dapat mengenal perintah Tuhan."27

Setelah menjelaskan usaha sia-sia yang dilakukan oleh Turki dalam

mengubah AI-Qur'an dengan bahasa mereka, Michael Cook menyimpulkan,

Kini dunia Muslim non-Arab menunjukkan sedikit tanda-tanda ingin

mengikuti pemikiran bahasa kitab sehari-hari menurut cara yang terjadi

pada abad ke enam belas yang dilakukan oleh orang-orang Protestan atau

pada abad kedua puluh seperti yang dilakukan oleh orang-orang

Katolik.28

Jika semua upaya penipuan dalam keadaan serbamentok, jalan terakhir

seperti ditegaskan oleh Cook:

Di kalangan masyarakat Barat modern, terdapat aksiomatik di mana

kepercayaan agama orang lain (kendati, tentu saja, tidak semua orang ter￾motivasi oleh perilaku keagamaan) harus diberi sikap toleransi dan

bahkan dihormati. Tentunya akan dianggap sebagai langkah keliru dan

picik untuk menyatakan pendapat keagamaan orang lain sebagai hal yang

salahdan agama sendiri adalah benar... Anggapan akankebenaran mutlak

dalam masalah keagamaan sudah ketinggalan zaman dan tak mungkin

dapat diharap lagi Namun demikian, hal ini merupakan gejala yang

mengemuka di kalangan Islam tradisi seperti dialami oleh kalangan

Kristen tradisi, hanya saja di abad-abad terakhir terasa lebih dominan di

kalangan Islam.2e

Cook mengemukakan pendapatnya dalam tulisan yang berjudul "Sikap

toleransi terhadap kepercayaan orang lain", kendati yang dipaparkan

menyentuh masalah universalisme. Dalam melihat sikap toleransi, lslam

mempertahankan kejelasan ajarannya dalam mengatur hak-hak non-Muslim

dan merupakan hal yang sangat terkenal. Serangan Cook tidak lain ingin

menumbuhkan sikap keragu-raguan dan relativisme: suatu gejala penyamaan

semua agama karena berpikir sebaliknya berarti mengkhianati diri sendiri

sebagai sikap berpikir bodoh dan provincialrsme'kampungan'. Sebenarnya, ini

sistem perangkap yang lebih mudah bagi kalangan kontemporer Muslim yang

tak terdidik secara baik. Sebagai akibat dari pikiran ini, "Terdapat kesepakatan

dalam menolak segala bentuk rencana pembedaan antara non-Muslim, ilmu

pengetahuan, dan kesarjanaan Muslim di masa sekarang mengenai sistem

kajian Al-Qur'[n."30

Sekarang muncul metode baru di kalangan ilmuwan Barat dalam

menyerang tradisi artikel -artikel  tafsift menuntut pembaruan segalanya. Dengan

alasan hak tersendiri dalam menafsirkan kitab suci, kebanyakan orientalis

menepis pendapat ulama Islam terdahulu dengan "alasan bahwa-karena tertipu

oleh suatu anggapan bahwa Al-Qur'an sebagai kitab suci-mereka sudah barang

tentu tidak dapat memahami isi teks yang ada dengan baik seperti para sarjana

Barat memahaminya secara liberal.32 Basetti-Sani dan Youakim Moubarac

keduanya ngototbahwa tafsiran Al-Qur'dn mesti dibuat sejalan dengan ukuran

kebenaran agama Kristen, suatu pernyataan yang mendapat aangan jempol

dari W.C, Smith and Kenneth Cragg.33 Sebagai seorang pemimpin Gereja

Anglican, Cragg menekankan agar umat Islam menghapus semua ayat yang

diturunkan di Madinah (dengan penekanan di bidang politik dan hukum) guna

mempertahankan esensi ayat-ayat Makkiyyah yang secara umum lebih

menyentuh masalah keesaan Tuhan (monotheism) di mana ayat Madaniyyah

dianggap meremehkan nilai ketuhanan dari esensi pernyataan tiada tuhan

melainkan A[dh.34

Konsep pemikiran ini bermaksud hendak "menggoyang" orang-orang

yang lemah iman dan was-was dengan memperalat senjata "sikap sinis" kaum

orientalis yang selalu menghujat serta menolak kitab asli yang mereka warisi

agar semakin mudah menerima ideologi Barat. Artikel yang ditulis Toby Lester

dapat dianggap sebagai kartu baru menggunakan fragmentasi Qur'6n Yaman

sebagai umpan. Pada dasarnya Dr. Puin menolak semua penemuan yang

dinisbatkan T. Lester kepadanya dengan menepis beberapa perbedaan ejaan

dan perkataan. Berikut adalah sebagian dari surat asli Dr. Puin yang ditulis

untuk Qddi Ism6'il al-Akwa' beberapa saat setelah muncul tulisan Lester￾dengan terjemahannya.3s


Gambar L1 Sebagian dari surat asli Dr. puin kepada a|-QdQi al-Akwa'

Hal yang sangat penting, puji syukur pada Allah Slii, buh*u fragmentasi

mushaf dari Yaman tidak berbeda dengan yang terdapat di berbagai

museum dan perpustakaan di tempat lain dengan beberapa penjelasan

yang tidak mengena dengan Al-Qur'6n, kecuali beberapa perbedaan

dalam ejaan kata-kata. Hal ini merupakan suatu yang dikenal di kalangan

luas bahwa seperti Qur'6n yang diterbitkan di Cairo:

kata Ibrahimtertulis ( f+ll ) menjadi lbrhm(f^rl )

Qur'dn juga ditulis ( 0U ) menjadi Qm ( iti )

Slmdhumtertulis( pur* ) menjadi SImhum ( 6.* ) etc.

Lihat teks gambar No.1.l. hlm. 12. Dalam fragmentasi Al-Qur'dn kuno

yang terdapat di Yaman, tidak dituliskannya huruf alfmerupakan gejala

umuln.

Hal ini dapat menurunkan nilai perdebatan yang ada serta melenyapkan

kekaburan jaringan licik di sekitar penemuan Dr. Puin membuat sebagai topik

bahasan yang tidak perlu mengundang spekulasi lebih jauh.36 Marilah ambil

perumpamaan sekiranya penemuan itu benar, lantas bagaimana tanggapan

kita? Di sini kita dihadapkan pada tiga permasalahan:(2). Jika seluruh naskah tidak ada atau sebagian ditemukan saat sekarang

maupun yang akan diklaim sebagai Al-Qur'an tapi berbeda dari yang ada

di tangan kita, apa pengaruhnya terhadap teks Al-Qur'dn sekarang?

(3). Siapa yang berhak memegang otoritas Al-Qur'dn, dalam hal penulisan

tentang agama dan sejarahnya?

Ini semua akan diperjelas dalam tulisan ini guna mendobrak bukan saja

jawaban-jawaban yang diperlukan melainkan juga logika penentu sikap mereka:

a). A1-Qur'6n adalah kalamullah, risalah terakhir untuk umat manusia,

diwahyukan pada Rasul terakhir, Muhammad, yang meruang dan me￾waktu. Ia terpelihara di segi keaslian bahasa tanpa perubahan, tambahan,

maupun pengurangan

b). Tak akan ada penemuan Qur'dn, baik secara fragmentasi maupun seluruh￾nya, yang berlainan dari teks yang ada di seluruh dunia' Jika ada, maka

tidak akan dianggap sebagai Al-Qur'dn, karena satu syarat utama penerima￾annya mesti sesuai dengan teks yang digunakan dalam mqlraf 'Uthmdni.37

c). Tentu saja siapa pun tak berhak melarang seseorang menulis tentang

Islam, akan tetapi hanya seorang Muslim yang taat memiliki wewenang

yang sah melakukan tugas tersebut dan bahasan lain yang ada hubung￾annya. Mungkin pihak lain menganggap hal ini sebagai prasangka; tetapi

siapakah yang tak bersikap demikian? Di luar kalangan Islam tidak dapat

mengklaim sikap netral karena tulisan mereka sengaja ingin mengalihkan

pikiran orang lain. Apakah ajaran Islam dapat menerima atau tidak ter￾gantung kepercayaan masing-masing dan setiap penafsiran dari pihak

Kristen, Yahudi, atheis, atau orang Islam yang tidak mau menjalankan

Shari'atnya harus ditolak secara tegas. Saya dapat tambahkan jika tiap

pandangan yang disukai bertentangan dengan dasar ajaran Nabi Mtrhammad

saw. baik secara eksplisit mau pun sebaliknya, ia mesti ditolak dan hal ini

berlaku bagi tulisan seorang Muslim yang taat sekalipun dapat ditepis

sekiranya tidak ada gunanya. Bentuk selektivitas seperti ini berlaku sejak

masa keemasan pemerintahan Ibn Sirin (w.l l0 H./728 M'):


Ilmu ini merupakan agamaAnda, maka hendaknya berhati-hati dari mana

Anda mengambil agama.


Mungkin pihak lain menganggap umat Islam tidak memiliki alasan kuat

dalam merespons metode keilmuan orang lain. Masalahnya, bagi orang Islam

berlandaskan sepenuhnya pada keimanan bukan asal akal-akalan. Di sini saya

perlu mengemukakan pendapat dalam menyikapi penemuan mereka dalam

bab-bab berikut. Awalnya akan saya ceritakan beberapa bagian sejarah Islam

sebagai titik awal memasuki kajian lebih dalam mengenai Al-Qur'dn.Arab. Letaknya yang dekat persimpangan ketiga benua, semenanjung

Arab menjadi dunia yang paling mudah dikenal di alam ini. Dibatasi oleh Laut

Mqruh ke sebelah barat, Teluk Persia ke sebelah Timur, Lautan India ke sebelah

selatan, Suriah dan Mesopotamia ke utara, dahulu merupakan tanah yang

gersang tumbuh+umbuhan di Pegunungan Sarawat yang melintasi garis pantai

sebelah barat. Meski tidak banyak perairan, beberapa sumbernya terdapat di

bawah tanah yang membuat ketenangan dan sejak dulu berfungsi sebagai urat

nadi permukiman manusia dan kafilah-kafilah.

Semenanjung Arabia dihuni sejak hari-hari pertama dalam catatan se￾jarah. Sebenarnya penduduk teluk Persia telah membangun negara perkotaan,

city-state, sebelum abad ketiga S.M.r Para ilmuwan menganggap wilayah

tersebut sebagai tempat kelahiran suku bangsa Semit,meski sebenarnya tak ada

kata mufakaf di antara mereka. Istilah Semif mencakup: Babilonia (pendapat

Von Kremer, Guide, dan Hommel);2 semenanjung Arabia (Sprenger, Sayce, De

Goeje, Brockelmann, dan lain-lain);3 Afrika (Noldeke dan lainJain);a Amuru

(A.T. Clay);s Armenia (John Peaters);6 bagian sebelah selatan semenanjung of

Arabia (John Philby);7 dan Eropa (Ungnand).8

Phillip Hitti, dalam karyanya yang berjudul, Sejarah Bangsa Arab, menyebut,

"Kendati istilah semirmuncul belakangan di kalangan masyarakat Eropa,

hal tersebut biasanya dialamatkan pada orang-orang Yahudi karena yang

terkonsentrasi di Amerika. Sebenarnya lebih tepat ditujukan pada pen￾duduk bangsa Arab yang, lebih dari kelompok manusia lain, telah men￾dapat ciri bangsa Semit secara fisik, kehidupan, adat istiadat, cara ber￾pikir dan bahasa. Orang-orang Arab masih tetap sama. sepanjang pen￾catatan sejarah."e

Hampir semua hipotesis asal-usul kesukuan lahir dari kajian di bidang

bahasa mengambil sumber informasi dari Kitab Perjanjian Lama,lo yang

kebanyakan tidak bersifat ilmiah serta didukung oleh bukti sejarah yang akurat.

Misalnya, Kitab Perjanjian Lama memasukkan bangsa lain yang pada hakikat￾nya bukan bangsa Semit seperti Alamite dan Ludim, di waktu yang sama tidak

mengikutsertakan beberapa bangsa Semit lain seperti Funisia dan Kanaan.ll

Melihat pendapat yang beragam, saya lebih cenderung menerima bahwa kaum

Semit muncul dari kalangan bangsa Arab. Menjawab pertanyaan siapa se￾benarnya bangsa Semit dan siapa yang bukan, Bangsa Arab dan Israel memiliki

keturunan asal usul serumpun melalui Nabi lbrdhim.12

d. Nabi Ibrihim dan KotaMekah

Dalam waktu yang ditetapkan dalam sejarah, Allah memberi karunia

kepada Nabi Ibrdhim seorang putra, Ism6'il, pada usia lanjut. Ibunya, Siti

Hdjar, seorang hamba yang dihadiahkan Pharos kepada Sarah. Kelahiran Ism6'il

membuat sarah cemburu luar biasa di mana ia meminta agar Ibrdhim memutus

hubungan persaudaraan wanita tersebut dengan putranya.r3 Melihat adanya

perselisihan dalam keluarga, ia membawa Siti Hdjar dan Ismd'il ke tanah

Mekah yang tandus, lembah yang amat panas dan tak berpenduduk, serta ke￾kurangan makanan dan minuman. Saat mulai tinggal, Siti Hajar melempar pan￾dangan pada tanah kosong yang ada di sekelilingnya dengan perasaan tak

menentu disertai pertanyaan kepada Ibrdhim apakah ia telah meninggalkan

mereka. Ia tak menjawab. Lalu ia bertanya adakah ini perintah All6h? Ibrdhim

lalu mengiyakan. Mendengar jawaban itu ia berkata, "Jika demikian halnya,

Tuhan tak akan membuat kita sia-sia." Pada akhirnya, air Zamzam menyembur

dari dalam tanah gersang membasahi kaki si kecil, Ism6'il. Mata air itulah yang

membuat tempat itu sebagai permukiman yang dihuni pertama kali oleh

kabilah Jurhum.ra

Beberapa tahun kemudian Nabi Ibrdhim, saat mengunjungi putranya,memberi tahu tentang sebuah pandangan pemikiran:

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama￾sama lbrdhim, Ibrdhim berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat

dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka Pikirkanlah apa pen￾dapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang dipertanya'

kan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang'

orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibtahim

membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran kedua'

nya). Dan saya panggilah dia, 'Hai lbtahim, sesungguhnya kamu telah

membenarkan mimpi itu,' sesungguhnya demikianlah kami membei

balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar￾benar sesuatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor

sembelihan yang besar." |5

Nabi Ibrdhim dan Ism6'il menerima perintah ketuhanan guna mem￾bangun tempat suci pertama di muka bumi sebagai tempat menyembah AlEh,

"sesungguhnya rumah yang mula-muta dibang* *ri (tempat ber￾ibadah) manusia, ilah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi

dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."t6

Bakkahsebuah ungkapan kata lain dari kota Mekah, dari atas batu itulah

ayah dan putranya memusatkan perhatian pada pembangutan Ka'bah yang suci

dengan sikap ketakwaan seorang yang telah menghadapi cobaan yang sangat

berat dan mampu menghadapinya karena 'indyah Allah. Setelah menyelesaikan

bangunan itu, Nabi lbrahim lalu berdoa,Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian ke￾turunanku di lembah tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah

Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu)

agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia

cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,

mudah-mudahan mereka bersyukur." t7

Tidak lama kemudian doa yang disemburkan mulai membuahkan hasil

dan Mekah tidak lagi terpencil, kehidupan semakin berkembang dengan

adanya tempat suci Alldh, air zamzam, dan penduduknya mulai menuai

kesuburan. Kemudian menjadi pusat lintas perdagangan ke Suriah, Yaman,

Td'if, dan Najd,ls dan penyebab utama di mana dari masa ke masa, para kaisar

dari Aellius Gallus hingga Nero ingin menyebarkan pengaruh di persinggahan

penting kota Mekah dengan mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan

tersebut.le

Tampaknya terdapat pula gerakan kependudukan lain di semenanjung

Arab. Perlu dicatat, di sana terdapat para pengungsi bangsa Yahudi, beberapa

abad kemudian, memperkenalkan agamanya pada masa pengasingan orang￾orang Babilonia. Mereka kemudian menetap di Yathrib (Madinah sekarang),

Khaebar, Taim6', dan Fadak pada tahun 587 sebelum masehi dan tahun 70

Masehi.2o Suku bangsa Nomad terus mengalami perubahan. Suku bangsa

Tha'liba dari keturunan Qahtdn juga tinggal di Madinah. Di antara anak cucu

keturunan mereka adalah kabilah Aws dan Ythazraj, yang kemudian ke duanya

lebih dikenal sebagai kaum al-Ansdfr (pendukung utama Nabi Muhammad).

banfi Hdrithah, yang kemudian dikenal sebagai banrj Khuzd'a, tinggal diHejaz

menggantikan penduduk sebelumnya, banti Jurhum,r, yung kemudian menj adi

pemelihara Baitullah atau Ka'bah di Mekah. Merekalah yang harus memikul

,tanggung jawab karena melahirkan sistem keberhalaan23 Bani Lakham,

kabilah lain dari Qahtdn, menetap di Hira (Krifa, sekarang Irak) di mana

mereka mendirikan sebuah negara kecil sebagai penahan antara Jazirah Arabia

dan Persia (200-602 masehi).24 Bani Ghassdn menetap di Suriah sebelah bawah

dan mendirikan kerajaan Ghassdn, sebuah negeri penahan antara Byzantin dan

Arab, yang berakhir hingga tahun 614 masehi.2s Bani Tay menduduki daerah

pegunungan Jayy sedang bani Kinda menetap di pusat Arab.26 Gambaran

secara umum dari semua kabilah tersebut merupakan jalur keturunan Nabi

Ibrahim melalui Nabi Ismd'i1.27

Bab ini tidak dimaksudkan hendak memberi gambaran tentang kota

Mekah sebelum Islam, sekadar pendahuluan akan adanya hubungan nenek

moyang anggota keluarga Nabi Muhammad. Untuk mempersingkat, saya akan

mengungkap dan melacak kelahiran Quqayy, para kakek Nabi Muhammad.

fli Qu-sa