ka masuk ke dalam persekutuan
dengan diri-Nya sendiri. Ia menempatkan mereka bersama anak-
anak-Nya di meja hidangan-Nya, dan berpesta bersama mereka
dengan segenap santapan sorgawi. Tuhan, apakah gerangan ma-
nusia, sehingga dia Kauanggap agung!
PASAL 10
asal ini menceritakan kepada kita peperangan yang diadakan
Daud melawan bani Amon dan orang Aram, sekutu mereka, be-
serta penyebab dan keberhasilannya.
I. Daud mengirim utusan persahabatan kepada Hanun, raja
bani Amon (ay. 1-2).
II. Hanun, berdasar praduga yang keji bahwa ada niat jahat
di balik itu, melecehkan utusan-utusan Daud (ay. 3-4).
III. Daud merasa terhina (ay. 5), dan bani Amon mempersiapkan
pertempuran melawan dia (ay. 6).
IV. Daud melancarkan peperangan ke dalam negeri mereka. Dia
mengutus dua orang untuk melawan mereka, yaitu Yoab dan
Abisai, yang melaksanakan pertempuran dengan kepemim-
pinan dan keberanian yang luar biasa (ay. 7-12).
V. Bani Amon, dan orang Aram sekutu mereka, dikalahkan
secara telak (ay. 13-14).
VI. Pasukan orang Aram, yang berhimpun kembali, dikalahkan
untuk kedua kalinya (ay. 15-19). Demikianlah Daud semakin
mendapat nama baik sebab sikapnya yang tahu terima
kasih, dengan membalas kebaikan, dan sebab perlakuannya
yang adil, dengan membalaskan kejahatan.
Perlakuan Hanun terhadap
Pegawai-pegawai Daud
(10:1-5)
1 Sesudah itu matilah raja bani Amon; dan Hanun, anaknya, menjadi raja
menggantikan dia. 2 Lalu berkatalah Daud: “Aku akan menunjukkan per-
sahabatan kepada Hanun bin Nahas, sama seperti ayahnya telah menunjuk-
kan persahabatan kepadaku.” Sebab itu Daud menyuruh menyampaikan
P
708
pesan turut berdukacita kepadanya dengan perantaraan pegawai-pegawainya
sebab kematian ayahnya. namun saat pegawai-pegawai Daud sampai ke
negeri bani Amon itu, 3 berkatalah pemuka-pemuka bani Amon itu kepada
Hanun, tuan mereka: “Apakah menurut anggapanmu Daud hendak menghor-
mati ayahmu, sebab ia telah mengutus kepadamu orang-orang yang me-
nyampaikan pesan turut berdukacita? Bukankah dengan maksud untuk
menyelidik kota ini, untuk mengintainya dan menghancurkannya maka Daud
mengutus pegawai-pegawainya itu kepadamu?” 4 Lalu Hanun menyuruh
menangkap pegawai-pegawai Daud itu, disuruhnya mencukur setengah dari
janggut mereka dan memotong pakaian mereka pada bagian tengah sampai
pantat mereka, kemudian dilepasnya mereka. 5 Hal ini diberitahukan kepada
Daud, lalu disuruhnya orang menemui mereka, sebab orang-orang itu sangat
dipermalukan. Raja berkata: “Tinggallah di Yerikho sampai janggutmu itu
tumbuh, kemudian datanglah kembali.”
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Penghormatan besar yang diberikan Daud terhadap tetangganya,
raja bani Amon (ay. 1-2).
1. Pendorong tindakannya itu yaitu suatu kebaikan yang
pernah diterima Daud dari Nahas, raja sebelumnya yang telah
mati. Dia telah menunjukkan persahabatan kepadaku, kata
Daud (ay. 2). Oleh sebab itu dan sesudah belum lama ini men-
dapat kepuasan dengan menunjukkan kebaikan kepada Mefi-
boset demi ayahnya, ia pun menetapkan hati untuk menun-
jukkan persahabatan kepada putra Nahas, dan mempertahan-
kan hubungan baik dengannya. Demikianlah, kegembiraan ka-
rena melakukan satu perbuatan baik dan murah hati harus
menggugah kita untuk melakukan perbuatan lain yang seru-
pa. Nahas dahulu yaitu musuh Israel, musuh yang kejam
(1Sam. 11:2). Namun demikian, ia telah menunjukkan kebaik-
an kepada Daud, mungkin hanya untuk menentang Saul, yang
tidak bersikap baik terhadapnya. Apa pun itu, bila Daud me-
nerima kebaikan, ia tidak mau tahu apa alasan dan maksud di
baliknya, namun menetapkan hati untuk membalasnya dengan
penuh rasa terima kasih. Jika seorang Farisi versedekah demi
mendapat pujian, Allah memang tidak akan memberinya upah,
namun orang yang menerima sedekahnya harus berterima kasih
sebab nya. Allah mengenal hati, namun kita tidak.
2. Bentuk penghormatan Daud secara khusus ialah mengirim
utusan untuk mengucapkan belasungkawa kepada sang raja
atas kematian ayahnya, seperti yang menjadi kebiasaan di
antara para raja yang bersekutu satu sama lain: Daud menyu-
Kitab 2 Samuel 10:1-5
709
ruh menyampaikan pesan turun berdukacita kepadanya. Per-
hatikanlah, sungguh suatu penghiburan bagi anak-anak,
saat orangtua mereka sudah tiada, untuk mendapati bahwa
sahabat-sahabat orangtua mereka yaitu sahabat-sahabat
mereka juga, dan bahwa para sahabat orangtua mereka itu
verniat untuk menjaga hubungan baik dengan mereka. Sung-
guh suatu penghiburan bagi orang-orang yang sedang berka-
bung untuk mendapati bahwa ada orang lain yang juga ber-
kabung bersama mereka, turut merasakan kehilangan mereka,
dan berbagi rasa dengan mereka di dalamnya. Sungguh suatu
penghiburan bagi orang-orang yang sedang menghormati ke-
nangan akan keluarga mereka yang telah tiada untuk menda-
pati bahwa ada orang lain yang juga menghormatinya dan yang
menghargai orang yang mereka hargai.
II. Penghinaan besar yang dilakukan Hanun raja bani Amon kepada
Daud dalam diri utusan-utusannya.
1. Hanun mendengarkan dugaan-dugaan keji dari para pemuka-
nya, yang menyusupkan pemikiran bahwa utusan-utusan
Daud, dengan dalih mengucapkan belasungkawa, dikirim se-
bagai mata-mata (ay. 3). Para penipu selalu berpikir bahwa
orang lain juga penipu seperti mereka. Dan orang yang memi-
liki maksud jahat terhadap sesamanya tidak mau percaya
bahwa sesamanya mempunyai maksud baik terhadap mereka.
Mereka tidak akan membayangkan bahwa Daud menyembu-
nyikan sesuatu seperti itu, kecuali mereka sendiri sadar bah-
wa mereka dapat menyembunyikan sesuatu, demi mencapai
suatu tujuan. Kecurigaan yang tak berdasar menyingkapkan
pikiran yang jahat. Pengamatan Uskup Patrick mengenai ayat
ini yaitu bahwa, “Maksud sebaik apa pun pasti akan disalah-
mengerti, dan biasanya disalah mengerti oleh orang-orang yang
tidak mengasihi siapa-siapa selain diri mereka sendiri.” Orang-
orang yang terhormat dan berperilaku baik tidak perlu heran
bila mereka disalahmengerti seperti itu. Kasih tidak menyim-
pan kesalahan orang lain.
2. sebab menggubris dugaan keji itu, Hanun pun dengan hina
melecehkan utusan-utusan Daud, seperti orang yang berhati
busuk dan jahat, yang lebih cocok membersihkan kandang an-
jing daripada mengenakan mahkota. Seandainya dia memang
710
punya alasan untuk mencurigai bahwa utusan-utusan Daud
datang dengan maksud buruk, ia akan bertindak cukup bijak-
sana dengan mengambil sikap hati-hati terhadap mereka, dan
menyuruh mereka pergi sesegera mungkin. namun jelas bahwa
Hanun hanya mencari-cari alasan untuk mempermalukan me-
reka sampai semalu-malunya, berdasar kebencian terha-
dap raja dan negeri mereka. Para utusan itu sendiri yaitu
orang-orang terhormat, dan jauh lebih terhormat lagi sebab
mereka mewakili raja yang mengutus mereka. Mereka dan
nama baik mereka berada di bawah perlindungan istimewa
dari hukum yang berlaku di segala bangsa. Mereka percaya
kepada bani Amon, dan datang ke tengah-tengah mereka tan-
pa bersenjata. Namun Hanun memperlakukan mereka seperti
para penipu dan gelandangan. Lebih buruk lagi, ia mencukur
setengah dari janggut mereka dan memotong pakaian mereka
pada bagian tengah sampai pantat, untuk membuat mereka
menjadi bahan cibiran dan olok-olok bagi pegawai-pegawai
Hanun, supaya pegawai-pegawai itu dapat mempermainkan
mereka dan orang-orang itu tampak hina.
III. Keprihatinan Daud terhadap para pegawainya yang telah dileceh-
kan seperti itu. Ia menyuruh orang menemui mereka, dan mem-
beri tahu mereka betapa Daud peduli pada perkara mereka, dan
betapa ia akan membalaskannya dengan segera. Ia juga menyu-
ruh mereka untuk tinggal di Yerikho, di sebuah tempat yang ter-
sembunyi, di mana mereka tidak akan bertemu orang, sampai
setengah janggut yang sudah dipotong itu tumbuh sedemikian
panjang hingga setengah janggut yang lain dapat dicukur sama
rata dengan yang baru tumbuh (ay. 5). Orang-orang Yahudi me-
manjangkan janggut, sebab menganggap sebagai kehormatan
untuk terlihat berumur dan berwibawa. Oleh sebab itu, tidak
pantas bila orang-orang yang berkedudukan dan berwibawa se-
perti mereka muncul di istana dengan penampilan yang berbeda
dengan rekan-rekan sejawat mereka. Ada kemungkinan mereka
membawa pakaian yang dapat dikenakan sebagai ganti pakaian
yang dipotong. namun kehilangan janggut tidak dapat diperbaiki
dengan secepat itu. Namun demikian, pada waktunya nanti jang-
gut itu pasti akan tumbuh kembali, dan semuanya akan baik-baik
saja. Marilah kita belajar untuk tidak terlalu menghiraukan cela-
an-celaan yang tidak sepantasnya. sesudah beberapa waktu lama-
nya, celaan-celaan itu akan hilang sendiri, dan hanya berbalik
mempermalukan orang-orang yang mencela, sementara nama
baik yang tercoreng akan tumbuh kembali dalam waktu sebentar
saja, sama seperti janggut itu. Allah akan memunculkan kebenar-
anmu seperti terang, maka dari itu nantikanlah Dia (Mzm. 37:6-7).
Sebagian penafsir berpendapat bahwa dalam penghinaan yang
diterima Daud dari raja bani Amon ini, ia hanya mendapat balas-
an yang sepantasnya sebab sudah mencoba mengambil hati dan
memuji raja kafir itu, yang diketahuinya sebagai musuh bebuyut-
an orang Israel. Dan supaya sekarang Daud ingat bagaimana,
saat Nahas dulu hendak mencongkel tiap mata kanan pendu-
duk Yabesh-Gilead, raja itu bermaksud, seperti Hanun di sini,
untuk mendatangkan malu kepada segenap orang Israel (1Sam.
11:2). Perlakuan lebih baik apa yang bisa diharapkan Daud dari
keluarga dan bangsa yang keji seperti itu? Untuk apa Daud meng-
inginkan persahabatan dengan bangsa Amon, sementara orang
Israel tidak boleh berurusan dengan mereka, sebab seorang Amon
tidak boleh masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang
kesepuluh sekalipun (Ul. 23:3)?
Bani Amon dan Orang Aram Dikalahkan
(10:6-14)
6 sesudah dilihat bani Amon, bahwa mereka dibenci Daud, maka bani Amon
itu menyuruh orang menyewa dari orang Aram-Bet-Rehob dan orang Aram
dari Zoba dua puluh ribu orang pasukan berjalan kaki, dari raja negeri
Maakha seribu orang dan dari orang-orang Tob dua belas ribu orang. 7 saat
Daud mendengar hal itu, disuruhnyalah Yoab maju dengan segenap pasukan
pahlawan. 8 Lalu bani Amon maju, diaturnya barisan perangnya di depan
pintu gerbang, sedang orang Aram dari Zoba dan dari Rehob dan orang-orang
Tob dan Maakha ada tersendiri di padang. 9 saat Yoab melihat, bahwa
serangan itu mengancam dia dari depan dan dari belakang, maka dipilih-
nyalah sebagian dari orang pilihan Israel, lalu ia mengatur barisan mereka
berhadapan dengan orang Aram itu. 10 Selebihnya dari rakyat itu ditempat-
kannya di bawah pimpinan Abisai, adiknya, yang mengatur barisan mereka
berhadapan dengan bani Amon itu. 11 Lalu berkatalah Yoab: “Jika orang
Aram itu lebih kuat dari padaku, maka haruslah engkau menolong aku,
namun jika bani Amon itu lebih kuat dari padamu, maka aku akan datang
menolong engkau. 12 Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati
untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita. TUHAN kiranya melaku-
kan yang baik di mata-Nya.” 13 Lalu Yoab dan tentara yang bersama-sama
dengan dia maju berperang melawan orang Aram dan orang-orang itu melari-
kan diri dari hadapannya. 14 saat bani Amon melihat, bahwa orang Aram
sudah melarikan diri, maka mereka pun larilah dari hadapan Abisai dan
masuk ke dalam kota. Sesudah itu pulanglah Yoab sesudah memerangi bani
Amon dan sampailah ia ke Yerusalem.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Persiapan yang dilakukan bani Amon untuk berperang (ay. 6).
Mereka melihat bahwa mereka telah membuat diri mereka sangat
dibenci oleh Daud dan telah menyulut amarahnya dengan sepan-
tasnya. Hal ini bisa saja dengan mudah mereka duga saat
mereka melecehkan utusan-utusannya, yang tidak lain merupa-
kan tantangan untuk berperang, dan perlawanan yang berani ter-
hadap dia. Namun demikian, sepertinya, mereka tidak memper-
timbangkan betapa mereka tidak mampu, dengan ribuan prajurit
mereka, untuk menghadapi tentara Daud. Sebab sekarang mereka
mendapati diri mereka sebagai lawan yang tidak seimbang, dan
terpaksa menyewa tentara dari bangsa-bangsa lain untuk mendu-
kung mereka. Demikian pula para pendosa dengan lancang me-
nantang Allah, dan memperhadapkan diri mereka pada murka-
Nya, tanpa pernah mempertimbangkan apakah mereka lebih kuat
dari pada Dia (1Kor. 10:22). Bani Amon memberikan penghinaan
terlebih dahulu, dan mereka juga yang terlebih dahulu mengerah-
kan pasukan untuk membenarkan tindakan mereka itu. Kalau
saja mereka merendahkan diri, dan memohon pengampunan
Daud, ada kemungkinan tindakan sukarela itu dapat menebus
kesalahan yang telah diperbuat. Akan namun , sebab mereka ber-
sikeras seperti itu untuk mempertahankan apa yang telah mereka
perbuat, maka mereka mengundang kehancuran mereka sendiri.
II. Serangan cepat yang diadakan pasukan Daud terhadap mereka
(ay. 7). Tatkala mendengar persiapan perang yang dilakukan bani
Amon, Daud menyuruh Yoab maju menggempur mereka dengan
pasukan yang besar (ay. 7). Orang-orang yang berperang dengan
Anak Daud tidak hanya memberikan tantangan, namun juga
memulai peperangan. Sebab Ia menanti-nantikan saatnya hendak
menunjukkan kasih-Nya, namun mereka terus menentang Dia, dan
sebab itu, jika mereka tidak bertobat, Dia akan mengasah pe-
dang-Nya (Mzm. 7:13). Allah dapat mengirim pasukan bala tentara
untuk melawan orang-orang yang menantang murka-Nya (Yes.
5:19), yang akan menyadarkan mereka, saat sudah sangat ter-
lambat, bahwa tidak ada yang dapat berkeras melawan Dia, dan
tetap selamat. Dengan kebijaksanaannya, Daud melancarkan per-
tempuran itu ke negeri bani Amon, dan memerangi mereka di pin-
tu gerbang kota utama mereka, Raba, menurut sebagian penafsir,
atau Medeba, kota di daerah perbatasan mereka, yang di depannya
mereka berkemah untuk menjaga wilayah mereka (1Taw. 19:7).
Begitu besarnya kengerian dan kehancuran yang diakibatkan oleh
perang, sehingga setiap raja yang baik, sebab cinta kepada
rakyatnya, akan berusaha menjauhkannya dari warganya sejauh
mungkin.
III. Persiapan-persiapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
untuk bertempur.
1. Pihak musuh membagi tentara mereka menjadi dua kelompok.
Yang satu yaitu kelompok bani Amon, yang sebab merupa-
kan orang-orang mereka sendiri, ditempatkan di pintu gerbang
kota. Yang lain yaitu kelompok orang Aram, yang telah mere-
ka sewa, dan yang sebab itu ditempatkan di kejauhan di pa-
dang, untuk menyerang barisan Israel dari samping atau bela-
kang, sementara pasukan Amon menyerang dari depan (ay. 8)
2. Sebagai seorang panglima yang bijaksana, Yoab segera menya-
dari siasat ini , lalu ia pun membagi tentaranya sebagai-
mana mestinya. Orang-orang yang terpilih ditempatkannya di
bawah pimpinannya sendiri, untuk memerangi orang Aram,
yang kemungkinan diketahuinya sebagai prajurit-prajurit yang
lebih baik, dan, sebagai prajurit sewaan, lebih menguasai seni
berperang (ay. 9). Sisa pasukan lainnya ia tempatkan di bawah
pimpinan Abisai, adiknya, untuk menghadapi bani Amon (ay.
10). Tampaknya, Yoab mendapati pihak musuh begitu siap
menghadapi mereka, sehingga kepemimpinan dan keberanian-
nya tidak pernah diuji dengan begitu berat seperti sekarang.
IV. Pesan Yoab sebelum pertempuran (ay. 11-12). Pesannya tidak pan-
jang, namun tepat dan berani.
1. Dengan bijaksana ia bekerja sama dengan Abisai, adiknya,
supaya pembagian pasukan itu tidak melemahkan mereka,
namun , jika salah satu mengalami kesulitan, yang lain akan
datang membantu. Ia mempersiapkan kemungkinan terburuk,
bahwa salah satu dari kedua kelompok itu akan terpukul
mundur. Bila itu terjadi, maka sesuai isyarat yang diberikan,
kelompok yang satunya harus mengirim pasukan untuk meno-
long mereka. Perhatikanlah, tolong-menolong yaitu kewajib-
an sesama saudara. Kalau ada kebutuhan, haruslah engkau
menolong aku, maka aku akan datang menolong engkau. Para-
jurit-prajurit Kristus harus saling menguatkan seperti itu
dalam peperangan rohani mereka. Yang kuat harus menolong
dan membantu yang lemah. Orang-orang yang oleh anugerah
telah menang atas pencobaan, harus menasihati, menghibur,
dan mendoakan saudara-saudara mereka yang sedang meng-
alami pencobaan. Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah sau-
dara-saudaramu (Luk. 22:32). Anggota-anggota tubuh jasmani
pun membantu satu sama lain (1Kor. 12:21).
2. Yoab dengan berani mendorong dirinya dan adiknya, dan se-
mua perwira serta prajurit yang lain, untuk melakukan yang
terbaik yang dapat mereka lakukan. Bahaya yang besar meng-
asah keberanian yang sejati. saat Yoab melihat bahwa se-
rangan itu mengancam dia, baik dari depan maupun dari bela-
kang, bukannya memerintahkan pasukannya untuk mundur
secara terhormat, ia justru menggerakkan mereka untuk
menyerang dengan jauh lebih gencar. Kuatkanlah hatimu dan
marilah kita menguatkan hati, bukan demi upah dan keduduk-
an, atau kehormatan dan ketenaran, melainkan untuk bangsa
kita dan untuk kota-kota Allah kita, untuk keamanan dan
kesejahteraan rakyat, sebab di situlah kemuliaan Allah dinya-
takan dengan begitu besar. Allah dan negeri kitalah yang men-
jadi perhatian utamanya. “Marilah kita maju dengan gagah
berani, berdasar rasa cinta kepada Israel, yang yaitu
bangsa kita, keturunan dari nenek moyang yang sama, yang
untuk mereka kita bekerja, dan yang dalam kedamaian mere-
ka kita juga akan mendapat kedamaian. Dan marilah kita
maju dengan gagah berani berdasar rasa cinta kepada
Allah, sebab kota-kota yang sedang kita pertahankan dalam
peperangan ini yaitu kota-kota-Nya.” Hubungan yang dimiliki
antara seseorang atau sesuatu dengan Allah haruslah menim-
bulkan rasa cinta kepadanya dalam diri kita, dan menggerak-
kan kita untuk berbuat semampu mungkin untuk membantu-
nya.
3. Yoab dengan penuh kesalehan menyerahkan hasilnya kepada
Allah, “Bila kita telah melakukan bagian kita, sesuai dengan
kewajiban yang ditetapkan kepada kita, biarlah TUHAN kira-
nya melakukan yang baik di mata-Nya.” Janganlah ada peker-
jaan yang kita lalaikan, apa pun hasilnya nanti. Hendaklah
pekerjaan Allah dilaksanakan oleh kita, maka akan terjadilah
kehendak Allah atas diri kita. jika kita sudah melaksana-
kan kewajiban kita dengan kesadaran hati nurani, maka kita
dengan puas hati dapat menyerahkan hasilnya kepada Allah,
tanpa berpikir bahwa keberanian kita mengharuskan Dia un-
tuk membuat kita berhasil, namun bahwa Ia tetap dapat verbuat
seperti yang dikehendaki-Nya, sembari kita mengharapkan ke-
selamatan dari Dia dengan cara-Nya dan waktu-Nya sendiri.
V. Kemenangan yang diperoleh Yoab atas pasukan gabungan Aram
dan Amon (ay. 13-14). Ia telah bersiap menghadapi kemungkinan
terburuk, dan mempertimbangkan bahwa Aram dan bani Amon
bisa saja terlalu kuat baginya (ay. 11), namun ternyata dialah yang
terlalu kuat bagi keduanya. Kita tidak menghambat keberhasilan
kita dengan bersiap menghadapi kekecewaan. Orang Aram per-
tama-tama dikalahkan oleh Yoab, dan kemudian bani Amon oleh
Abisai. Bani Amon tampaknya tidak bertempur sama sekali,
namun , sesudah orang Aram terpukul mundur, mereka melarikan
diri ke kota. Para prajurit akan tergoda untuk melarikan diri apa-
bila ada kota di belakang mereka yang dapat dijadikan pelarian.
Harus memilih maju atau kabur yaitu perkara mudah, namun
beda perkara kalau harus memilih maju atau mati.
Bani Amon dan Orang Aram Dikalahkan
(10:15-19)
15 saat orang Aram melihat, bahwa mereka telah terpukul kalah oleh orang
Israel, maka berkumpullah mereka bersama-sama. 16 Juga Hadadezer me-
nyuruh orang Aram yang di seberang sungai Efrat maju berperang; mereka
sampai ke Helam di bawah pimpinan Sobakh, panglima tentara Hadadezer.
17 sesudah hal itu diberitahukan kepada Daud, maka dikumpulkannya selu-
ruh orang Israel, diseberanginya sungai Yordan, lalu sampai ke Helam. Orang
Aram mengatur barisannya berhadapan dengan Daud dan bertempur mela-
wan dia, 18 namun orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud
membunuh dari orang Aram itu tujuh ratus ekor kuda kereta dan empat
puluh ribu orang pasukan berkuda. Sobakh, panglima tentara mereka, dilu-
kainya sedemikian, hingga ia mati di sana. 19 saat dilihat semua raja, yang
takluk kepada Hadadezer, bahwa mereka telah terpukul kalah oleh orang
Israel, maka mereka mengadakan perdamaian dengan orang Israel dan
takluk kepada mereka; sesudah itu takutlah orang Aram memberi pertolong-
an lagi kepada bani Amon.
Dalam perikop ini kita mendapati,
1. Upaya baru orang Aram untuk memulihkan kehormatan mereka
yang hilang dan menahan gerak maju tentara Daud yang penuh
kemenangan. Pasukan-pasukan yang belum lama ini tercerai-
berai sekarang berhimpun kembali, dan berkumpul bersama-sama
(ay. 15). Bahkan rencana yang terhalangi sekalipun akan maju
kembali selama masih ada nyawa di dalamnya. Demikian pula
yang dilakukan musuh-musuh Anak Daud (Mat. 22:34; Why.
19:19). Orang Aram ini, sebab menyadari ketidaksanggupan me-
reka, memanggil bantuan dari sekutu dan andalan mereka di
seberang sungai Efrat (ay. 16). sebab jumlah mereka sudah
bertambah seperti itu, mereka berharap akan berhasil melawan
Israel. namun mereka itu tidak mengetahui rancangan TUHAN,
bahwa Ia akan menghimpunkan mereka seperti berkas gandum ke
tempat pengirikan (lih. Mi. 4:11-13).
2. Gagalnya upaya ini oleh sebab kewaspadaan dan keberanian
Daud, yang sesudah mengetahui rencana mereka, bertekad untuk
tidak tinggal diam menunggu mereka menyerang, namun pergi sen-
diri memimpin pasukannya menyeberangi sungai Yordan (ay. 17).
Dalam pertempuran yang telah dipersiapkan baik-baik, ia menga-
lahkan orang Aram secara telak (ay. 18), membunuh tujuh ribu
orang yang menunggang tujuh ratus kereta kuda, serta empat
puluh ribu prajurit lain, baik itu pasukan berkuda maupun
pasukan berjalan kaki, seperti yang tampak dengan membanding-
kannya dengan 1 Tawarikh 19:18. Panglima mereka tewas dalam
peperangan, dan tidak diragukan lagi Daud pun pulang dengan
kemenangan.
3. Hasil dari kemenangan atas orang Aram ini.
(1) Daud memperoleh sejumlah negeri pembayar upeti (ay. 19).
Semua raja, atau penguasa-penguasa kecil, yang tadinya tak-
luk kepada Hadadezer, saat melihat betapa kuatnya Daud,
dengan sangat bijaksana mengadakan perdamaian dengan
orang Israel, yang mereka dapati tidak sanggup mereka pe-
rangi, dan takluk kepada mereka, sebab Israel mampu mem-
beri mereka perlindungan. Demikianlah janji yang dibuat ke-
pada Abraham (Kej. 15:18), dan yang diulangi kepada Yosua
(Yos. 1:4), bahwa batas-batas Israel akan meluas sampai ke
sungai Efrat, pada akhirnya digenapi.
(2) Bani Amon kehilangan sekutu lama mereka. Sesudah itu takut-
lah orang Aram memberi pertolongan lagi kepada bani Amon,
bukan sebab bani Amon mempunyai kepentingan yang tidak
benar (membenarkan kejahatan yang merupakan pelanggaran
terhadap hukum segala bangsa), melainkan sebab mereka
mendapati kepentingan itu tidak berhasil. Sungguh berbahaya
menolong orang-orang yang ditentang Allah. Sebab, jika me-
reka jatuh, para penolong mereka akan jatuh bersama mereka.
Yesus Kristus, Anak Daud, mengirimkan utusan-utusan-
Nya, yakni para rasul dan pelayan Injil-Nya, sesudah hamba-
hamba-Nya para nabi, kepada jemaat dan bangsa Yahudi.
Namun, mereka mempermalukan para utusan itu, seperti yang
dilakukan Hanun kepada utusan-utusan Daud, mengolok-olok
mereka, melecehkan mereka, dan membunuh mereka. Dan
inilah yang memenuhi takaran kedurjanaan orang Yahudi, dan
menimpakan kepada mereka kehancuran yang tidak bisa
dipulihkan lagi (Mat. 21:35, 41; 22:7; bdk. 2Taw. 26:16). Sebab
bagi Kristus, segala penghinaan dan celaka yang ditimpakan
kepada hamba-hamba-Nya yaitu sama seperti ditimpakan
kepada diri-Nya sendiri, dan Ia akan membalaskannya sesuai
dengan perbuatan mereka.
PASAL 1 1
pa yang diucapkan Daud saat mendengar kabar menyedihkan
tentang kematian Saul mungkin lebih cocok diterapkan pada
kisah sedih dalam pasal ini, yakni perzinahan dan pembunuhan yang
dilakukan Daud. “Janganlah kabarkan itu di Gat, janganlah berita-
kan itu di lorong-lorong Askelon.” Andai saja kita bisa menarik selu-
bung untuk menutupinya, sehingga tidak akan pernah diketahui,
dan tidak akan pernah dikatakan, bahwa Daud melakukan perbuat-
an-perbuatan seperti yang dicatat di sini tentang dirinya. namun hal
itu tidak dapat, dan tidak boleh, disembunyikan. Kitab Suci men-
ceritakan sebagaimana adanya bahkan kesalahan orang-orang yang
paling dipujinya sekalipun. Ini merupakan contoh dari kejujuran para
penulisnya, dan bukti bahwa kitab itu tidak ditulis untuk kepenting-
an pihak mana pun. Dan bahkan kisah-kisah seperti ini pun “telah
ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita,” supaya “siapa yang me-
nyangka, bahwa ia teguh berdiri, berhati-hati supaya ia jangan
jatuh,” dan supaya bahaya yang menimpa orang lain bisa menjadi
peringatan bagi kita. Tidak diragukan lagi bahwa banyak orang telah
dibuat berani berbuat dosa, dan tetap berkeras di dalamnya, sesudah
membaca kisah ini. Bagi mereka, kisah ini menjadi “bau kematian
yang mematikan.” namun banyak juga orang yang telah digugah oleh-
nya untuk menjaga diri mereka dengan gigih dan kudus, dan senan-
tiasa waspada terhadap dosa. Bagi mereka, kisah ini menjadi “bau
kehidupan yang menghidupkan.” Sangatlah besar dosa-dosa yang di
sini kita dapati diperbuat oleh Daud itu, dan sangat diperberat oleh
berbagai tindak kejahatan lain.
I. Daud berzinah dengan Batsyeba, istri Uria (ay. 1-5).
II. Ia berusaha keras agar Uria tampak merupakan ayah dari
anak yang tidak sah itu (ay. 6-13).
III. saat rencana itu gagal, ia merancangkan kematian Uria
melalui pedang orang Amon, dan berhasil mewujudkannya
(ay. 14-25).
IV. Daud menikahi Batsyeba (ay. 26-27). Inikah Daud? Inikah
orang yang berkenan di hati Allah? Betapa perilakunya telah
berubah, lebih buruk daripada perilakunya di hadapan Ahi-
melekh! Betapa emas ini telah menjadi suram! Hendaklah
orang yang membaca ini mengerti seperti apa jadinya orang-
orang yang terbaik sekalipun jika Allah membiarkan me-
reka mengikuti kehendak sendiri.
Dosa Daud dengan Batsyeba
(11:1-5)
1 Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang,
maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang
Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang
Daud sendiri tinggal di Yerusalem. 2 Sekali peristiwa pada waktu petang,
saat Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas
sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang wanita
sedang mandi; wanita itu sangat elok rupanya. 3 Lalu Daud menyuruh
orang bertanya tentang wanita itu dan orang berkata: “Itu yaitu Bat-
syeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.” 4 Sesudah itu Daud menyuruh
orang mengambil dia. wanita itu datang kepadanya, lalu Daud tidur
dengan dia. wanita itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisan-
nya. Kemudian pulanglah wanita itu ke rumahnya. 5 Lalu mengandung-
lah wanita itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud,
demikian: “Aku mengandung.”
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Kemuliaan yang diperoleh Daud, sebab meneruskan peperangan
melawan bani Amon (ay. 1). Kita tidak dapat bergembira dalam
memandang pertempuran besar ini seperti yang sejauh ini kita
rasakan saat mengamati pencapaian-pencapaian Daud, sebab
keindahannya telah dicemari dan dinodai oleh dosa. Seandainya
tidak demikian, bisa jadi kita akan menyaksikan hikmat dan
keberanian Daud dalam meneruskan hantamannya. sebab su-
dah mengalahkan pasukan Amon secara telak di medan pertem-
puran, maka begitu memperoleh kesempatan pada pergantian ta-
hun, ia mengutus lebih banyak pasukan untuk memorak-poran-
dakan negeri Amon dan membalaskan lebih jauh perselisihan
para utusannya. Raba, ibu kota bani Amon, berusaha bertahan,
dan berhasil cukup lama. Kota inilah yang dikepung habis-habis-
an oleh Yoab, dan pada waktu pengepungan inilah Daud jatuh ke
dalam dosa ini .
II. Aib yang menimpa Daud, sebab ia sendiri telah ditaklukkan dan
ditawan oleh hawa nafsunya sendiri. Dosa yang diperbuatnya
yaitu perzinahan, yang melanggar hukum ketujuh, dan menurut
penghakiman zaman para bapa leluhur, merupakan kejahatan
keji, serta kejahatan yang patut dihukum oleh hakim (Ayb. 31:11).
Dosa itu menghilangkan daya pikir, dan membuat orang memper-
oleh siksa dan cemooh, lebih daripada dosa apa pun, dan malunya
tidak terhapuskan.
1. Cermatilah keadaan-keadaan yang mengarah kepada dosa ini.
(1) Kelalaian dalam menjalankan tugas. saat seharusnya
berada di luar bersama pasukannya di medan perang, ber-
tempur bagi Tuhan, Daud justru mengalihkan tugas ini
kepada orang lain, sementara ia sendiri tinggal di Yeru-
salem (ay. 1). Dalam peperangan melawan orang Aram,
Daud sendiri ikut pergi (10:17). Andaikata sekarang ia ber-
ada di tempat tugasnya memimpin segenap pasukannya, ia
akan jauh dari godaan ini. saat meninggalkan kewajiban,
kita berjalan menuju godaan.
(2) Suka akan kenyamanan, dan memanjakan sifat pemalas:
Ia bangun dari tempat pembaringannya pada waktu petang
(ay. 2). Di sanalah ia menghabiskan waktu sepanjang sore
itu dengan berbaring dalam kemalasan, padahal seharus-
nya waktu itu dimanfaatkannya untuk melakukan suatu
kegiatan bagi kemajuan dirinya sendiri atau kebaikan
orang lain. Dahulu pada masa susahnya, ia suka berdoa,
bukan hanya pada pagi dan petang hari, melainkan juga
pada tengah hari. Ada kekhawatiran bahwa, pada tengah
hari ini, ia lalai melakukan kebiasaan itu. Kemalasan mem-
berikan kesempatan emas kepada si penggoda. Air tenang
banyak kotorannya. Pembaringan orang malas sering kali
terbukti menjadi ranjang nafsu.
(3) Mata yang jelalatan: Tampak kepadanya seorang perem-
puan sedang mandi, mungkin untuk membersihkan diri
dari suatu kenajisan, sesuai hukum Taurat. Dosa masuk
melalui mata, seperti halnya dosa Hawa. Mungkin Daud
memang sengaja ingin melihat wanita itu. Setidaknya,
ia tidak berbuat sesuai doanya sendiri, lalukanlah mataku
dari pada melihat hal yang hampa, dan tidak mendengar-
kan peringatan putranya dalam perkara serupa, jangan
melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya.
Entah ia tidak, seperti Ayub, mengadakan perjanjian de-
ngan matanya, atau pada saat ini ia telah melupakannya.
2. Langkah-langkah menuju dosa. saat Daud melihat perem-
puan itu, segeralah timbul hawa nafsu, dan,
(1) Daud menanyakan siapa wanita itu (ay. 3), mungkin
hanya berniat, kalau wanita itu belum menikah, untuk
mengambilnya sebagai istri, seperti sejumlah wanita
yang sudah diambilnya sebagai istri. Akan namun , jika
wanita itu sudah menikah, Daud tidak mempunyai
maksud apa-apa terhadapnya.
(2) Keinginan yang bejat itu semakin menjadi-jadi. Meskipun
sudah diberi tahu bahwa wanita itu yaitu istri orang,
dan istri siapa, ia tetap saja mengirim para utusan untuk
menjemputnya. Dan sesudah itu, ada kemungkinan, ia ha-
nya bermaksud untuk menghibur diri dengan ditemani
olehnya dan berbincang-bincang dengannya. Akan namun ,
(3) saat wanita itu datang, Daud tidur dengan dia.
wanita itu menyetujuinya dengan begitu mudah, sebab
Daud yaitu orang besar, dan juga terkenal akan kebaik-
annya. wanita itu pastilah pikir jika orang seperti
Daud yang memulainya, maka itu bukanlah dosa. Lihatlah
bagaimana dosa itu jalannya terjal ke bawah. saat orang
mulai berbuat jahat, mereka tidak bisa menghentikan diri
mereka sendiri dengan segera. Memulai hawa nafsu, seperti
halnya memulai pertengkaran, yaitu seperti membuka
jalan air. Oleh sebab itu, berhikmatlah bagi kita untuk un-
dur sebelum hawa nafsu dimulai. Lalat yang bodoh mem-
bakar sayapnya, dan menyia-nyiakan hidupnya pada akhir-
nya, dengan bermain-main di seputar lilin.
3. Hal-hal yang memperberat dosa itu.
(1) Daud sekarang sudah berumur, paling tidak lima puluh
tahun, dan menurut sebagian penafsir lebih daripada itu.
Orang akan berpikir bahwa pada usia ini , hawa nafsu
yang lebih sering melanda orang muda itu seharusnya
tidak bergejolak dalam diri Daud.
(2) Daud sudah memiliki banyak istri dan gundik sendiri. Hal
ini ditegaskan dalam pasal 12:8.
(3) Uria, yang telah dijahati Daud, yaitu salah seorang yang
berjasa kepadanya. Ia yaitu orang yang terhormat dan
berperilaku baik, orang yang sekarang sedang melaksana-
kan tugas di luar, mempertaruhkan nyawanya di bukit-
bukit pertempuran demi kehormatan dan keamanan Daud
serta kerajaannya, tempat Daud sendiri seharusnya berada.
(4) Batsyeba, yang dinodainya, yaitu wanita yang mem-
punyai nama baik, dan, sebelum terseret dan terpengaruh
olehnya ke dalam kefasikan ini, pasti telah memelihara
kesuciannya. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia
bisa melakukan hal yang begitu buruk seperti meninggal-
kan teman hidup masa mudanya, dan melupakan perjanjian
Allahnya. Tidak pula ada seorang pun di dunia ini selain
Daud yang mungkin dapat berhasil membujuk dia. Orang
yang berzinah tidak saja menjahati dan menghancurkan
jiwanya sendiri, namun juga, sedapat mungkin, jiwa orang
lain.
(5) Daud yaitu seorang raja, yang kepadanya Allah telah
memercayakan pedang keadilan dan pelaksanaan hukum-
an atas para penjahat lain, terutama atas para pezinah,
yang menurut hukum Taurat harus dihukum mati. Oleh
sebab itu, dengan bersalah atas kejahatan itu sendiri, dia
menjadikan dirinya sebagai contoh pelaku kejahatan, pada-
hal dia seharusnya menjadi kengerian bagi mereka. Bagai-
mana ia bisa mempunyai muka untuk menegur atau meng-
hukum orang lain atas suatu perbuatan, sementara ia
sendiri sadar bahwa dirinya bersalah atas perbuatan yang
sama? (Rm. 2:22). Masih banyak yang bisa dikatakan un-
tuk memperberat dosa itu, dan saya hanya bisa memikir-
kan satu alasan yang dapat meringankannya, yakni bahwa
dosa itu baru dilakukan satu kali. Perbuatan itu sama
sekali bukan merupakan kebiasaannya. Oleh godaan yang
muncul tiba-tibalah dia terseret ke dalam perbuatan itu.
Daud bukanlah salah seorang yang dikeluhkan nabi Yere-
mia, bahwa mereka yaitu kuda-kuda jantan yang gemuk
dan gasang, masing-masing meringkik menginginkan isteri
sesamanya (Yer. 5:8). namun sekali ini Allah membiarkan
dia menuruti keinginannya sendiri, seperti yang dilakukan-
Nya terhadap Hizkia, supaya diketahui segala isi hatinya
(2Taw. 32:31). Seandainya Daud diberi tahu tentang hal ini
sebelumnya, dia akan berkata, seperti Hazael, apakah ham-
bamu ini tidak lain dari anjing saja? namun melalui kejadian
ini kita diajar betapa kita perlu berdoa setiap hari, Bapa
yang di sorga, janganlah membawa kami ke dalam pencoba-
an, dan berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalamnya.
Upaya Daud untuk Menyembunyikan Kejahatannya;
Upaya Daud Digagalkan
(11:6-13)
6 Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: “Suruhlah Uria,
orang Het itu, datang kepadaku.” Maka Yoab menyuruh Uria menghadap
Daud. 7 saat Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keada-
an Yoab dan tentara dan keadaan perang. 8 Kemudian berkatalah Daud ke-
pada Uria: “Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu.” saat Uria keluar
dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. 9 namun
Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya
dan tidak pergi ke rumahnya. 10 Diberitahukan kepada Daud, demikian: “Uria
tidak pergi ke rumahnya.” Lalu berkatalah Daud kepada Uria: “Bukankah
engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumah-
mu?” 11 namun Uria berkata kepada Daud: “Tabut serta orang Israel dan
orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba
tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku
untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi
nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!” 12 Kata Daud kepada Uria: “Ting-
gallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi.” Jadi Uria
tinggal di Yerusalem pada hari itu. Keesokan harinya 13 Daud memanggil dia
untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada
waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya,
bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya.
Uria, dapat kita duga, sudah beberapa pekan tidak bersama istrinya,
sebab sedang bertempur di negeri orang Amon, dan tidak berniat
pulang sampai pertempuran itu selesai. Keadaan istrinya akan mene-
rangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan. Dan jika pada saat
kepulangannya Uria mendapati bagaimana istrinya telah dilecehkan,
dan oleh siapa, maka bisa diperkirakan,
1. Bahwa Uria akan menuntut istrinya, sesuai hukum Taurat, untuk
dirajam hingga mati. Sebab cemburu yaitu geram seorang laki-
laki, terutama laki-laki yang terhormat, dan orang yang disakiti
seperti itu tidak kenal belas kasihan pada hari pembalasan
dendam (Ams. 6:34). Inilah yang dikhawatirkan Batsyeba saat ia
menyuruh orang untuk memberi tahu Daud bahwa ia sedang
mengandung. Hal ini menyiratkan bahwa Daud bersedia melin-
dunginya, dan, ada kemungkinan, andaikata Daud tidak menjan-
jikan hal itu kepada Batsyeba. Dan dengan berbuat begitu Daud
secara menyedihkan menyalahgunakan kekuasaannya sebagai
raja, maka Batsyeba tidak akan menyetujui ajakan Daud. Harap-
an terbebas dari hukuman merupakan dorongan kuat untuk
melakukan kejahatan.
2. Bisa juga diperkirakan bahwa sebab Uria tidak dapat menuntut
Daud sesuai hukum Taurat atas pelanggaran semacam ini, maka
ia pasti akan membalas dendam dengan cara lain, dan menimbul-
kan pemberontakan terhadap Daud. Sudah terdapat beberapa
contoh tentang raja-raja yang kehilangan mahkota mereka akibat
perbuatan-perbuatan semacam ini, yang menyulut amarah seba-
gian dari bawahan mereka yang berkedudukan kuat. Untuk men-
cegah celaka yang berlipat ganda ini, Daud berusaha keras agar
Uria tampak seolah-olah merupakan ayah dari anak yang akan
lahir itu. Oleh sebab itu, Daud menyuruh Uria pulang untuk
tinggal satu atau dua malam dengan istrinya. Amatilah,
I. Bagaimana rencana itu diatur. Uria harus pulang dari medan
perang dengan alasan memberikan laporan kepada Daud tentang
keadaan perang, dan bagaimana mereka mengepung kota Raba
(ay. 7). Demikianlah Daud berpura-pura menaruh perhatian luar
biasa terhadap pasukannya, padahal ia sama sekali tidak memi-
kirkannya. Seandainya ia tidak mempunyai niat lain, maka utus-
an yang jauh lebih rendah kedudukannya daripada Uria sudahlah
cukup untuk memberinya laporan tentang keadaan perang.
sesudah berbincang dengan Uria sejauh yang dipandangnya perlu
untuk menutupi rencananya, Daud menyuruhnya pulang ke
rumah. Dan, supaya Uria bisa lebih menikmati kebersamaan
dengan istri masa mudanya di sana, Daud mengirimkan hidangan
makanan kepadanya untuk makan malam (ay. 8, KJV). saat ren-
cana itu gagal pada malam pertama, dan Uria terbaring sepanjang
malam di kamar penjaga, sebab sudah letih akibat perjalanan
yang ditempuhnya dan lebih ingin tidur daripada makan, maka
pada malam berikutnya Daud membuatnya mabuk (ay. 13). Atau
Daud membuatnya bergembira, menggodanya untuk minum-
minum lebih dari yang sepantasnya, supaya ia dapat melupakan
sumpahnya (ay. 11), dan merasa ingin pulang dan tidur di tempat
tidurnya sendiri. Seandainya Daud berhasil membuatnya mabuk
berat, mungkin ia juga akan memerintahkan agar Uria digotong
pulang. Entah demi rencana apa pun, sungguh jahat membuat
orang menjadi mabuk. Celakalah orang yang berbuat demikian
(Hab. 2:15-16). Allah akan menaruh cawan yang membuat geme-
tar ke tangan orang yang menaruh cawan yang memabukkan ke
tangan orang lain. Merampas akal sehat seseorang itu lebih buruk
daripada merampas uangnya. Dan menyeretnya ke dalam dosa
yaitu lebih buruk daripada menyeretnya ke dalam masalah apa
pun. Setiap orang baik, terutama setiap pejabat pemerintah, ha-
rus berusaha keras mencegah dosa ini, dengan cara memperingat-
kan, menahan, dan menjauhkan cawan itu dari orang-orang yang
mereka lihat suka minum secara berlebihan. Sebaliknya, mengan-
jurkan hal itu berarti melakukan pekerjaan Iblis, dan bertindak
sebagai antek-anteknya.
II. Bagaimana rencana ini digagalkan oleh ketetapan hati Uria yang
teguh untuk tidak tidur di ranjangnya sendiri. Dua malam itu ia
tidur bersama para pengawal, dan tidak pergi ke rumahnya, mes-
kipun, ada kemungkinan, istrinya mendesaknya untuk pulang
sama seperti yang dilakukan Daud (ay. 9, 12). Nah,
1. Sebagian penafsir berpendapat bahwa Uria mencurigai apa
yang telah terjadi, sebab diberi tahu bahwa istrinya telah da-
tang ke istana, dan oleh sebab itu ia tidak mau menghampiri-
nya. Akan namun , seandainya ia memang mempunyai kecuriga-
an seperti itu, ia tentu akan membuka surat kepada Yoab yang
dititipkan Daud kepadanya.
2. Entah Uria mencurigai sesuatu atau tidak, penyelenggaraan
Allah menaruh keteguhan ini di dalam hatinya, dan membuat
dia tetap berpegang padanya, untuk membongkar dosa Daud,
dan supaya gagalnya rencana Daud untuk menutup-nutupi-
nya dapat menyadarkan hati nuraninya untuk mengakui dan
bertobat dari dosanya.
3. Alasan yang diberikan Uria kepada Daud atas tindakan me-
nyangkal diri dan mematikan hawa nafsu yang tidak lazim ini
sangatlah mulia (ay. 11). Selama pasukan sedang berkemah di
medan pertempuran, dia tidak mau berbaring nyaman di
rumahnya sendiri. “Tabut diam di dalam pondok,” tidak jelas
apakah itu di dalam rumah, yaitu di dalam tenda yang telah
didirikan Daud untuknya, atau di luar, bersama Yoab di dalam
perkemahan. “Yoab, dan semua orang perkasa dari Israel,
sedang tidur di tempat yang keras dan tidak nyaman, dan sa-
ngat rentan terhadap terpaan cuaca dan serangan musuh.
Masakan aku pulang untuk bersantai dan bersenang-senang di
rumahku sendiri?” Tidak, Uria membantah dan tidak bersedia
melakukannya. Nah,
(1) Sikap ini sendiri merupakan tekad yang teramat teguh, dan
menunjukkan bahwa Uria yaitu orang yang peduli terha-
dap kepentingan orang banyak, berani dan tangguh, dan
mati terhadap kenikmatan-kenikmatan indrawi. saat ba-
nyak orang sedang dilanda kesusahan dan bahaya, tidak-
lah pantas bagi kita untuk berbaring dengan aman, atau
menikmati kesenangan, atau, bersama raja dan Haman,
duduk minum-minum sementara kota Susan menjadi gem-
par (Est. 3:15). Kita harus menanggung kesukaran dengan
sukarela saat jemaat Allah terpaksa menanggungnya.
(2) Sikap Uria itu bisa saja bermanfaat untuk menyadarkan
hati nurani Daud, dan membuat suara hatinya menegur-
nya dengan keras atas apa yang telah dilakukannya.
[1] Bahwa Daud dengan hina telah melecehkan orang yang
begitu gagah berani seperti Uria, orang yang dengan be-
gitu sepenuh hati peduli terhadapnya dan kerajaannya,
dan yang bertindak untuknya dan kerajaannya dengan
begitu penuh semangat.
[2] Bahwa Daud sendiri begitu berbeda dengan Uria. Teng-
gang rasa Uria terhadap kesukaran dan bahaya yang
sedang dihadapi orang banyak membuatnya menahan
diri dari kesenangan-kesenangan yang diperbolehkan,
namun tidak dapat membuat Daud menahan diri dari
kesenangan-kesenangan yang tidak diperbolehkan, mes-
kipun Daud lebih berkepentingan dalam urusan yang
sedang dihadapi orang banyak itu. Sikap keras Uria ter-
hadap dirinya sendiri seharusnya mempermalukan
Daud atas sikapnya yang memanjakan diri itu. Hukum
Taurat memerintahkan, jika engkau maju dengan
tentaramu melawan musuhmu, maka haruslah engkau
secara khusus menjaga diri terhadap segala yang jahat
(Ul. 23:9). Uria berbuat lebih dari yang dituntut oleh
hukum itu, namun Daud melanggarnya.
Daud memicu Uria Terbunuh;
Daud Diberi Tahu tentang Kematian Uria
(11:14-27)
14 Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan
perantaraan Uria. 15 Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah
Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian
kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” 16 Pada
waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang
diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa. 17 saat orang-orang kota itu
keluar menyerang dan berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa
orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati.
18 Kemudian Yoab menyuruh orang memberitahukan kepada Daud jalannya
pertempuran itu. 19 Ia memerintahkan kepada suruhan itu, demikian: “Jika
engkau sudah selesai mengabarkan jalannya pertempuran itu kepada raja,
20 dan jikalau raja menjadi geram dan berkata kepadamu: Mengapa kamu
demikian dekat ke kota itu untuk berperang? Tidakkah kamu tahu, bahwa
orang akan memanah dari atas tembok? 21 Siapakah yang menewaskan
Abimelekh bin Yerubeset? Bukankah seorang wanita menimpakan batu
kilangan kepadanya dari atas tembok, sehingga ia mati di Tebes? Mengapa
kamu demikian dekat ke tembok itu? – maka haruslah engkau berkata: Juga
hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati.” 22 Lalu pergilah suruhan itu dan
sesampainya ia memberitahukan kepada Daud segala yang diperintahkan
Yoab kepadanya. 23 Suruhan itu berkata kepada Daud: “Orang-orang itu
lebih kuat dari pada kami dan keluar menyerang kami di padang. namun
kami mendesak mereka kembali sampai ke lobang pintu gerbang. 24 Pada
waktu itu pemanah-pemanah menembak kepada hamba-hambamu dari atas
tembok, sehingga beberapa dari hamba raja mati; juga hambamu Uria, orang
Het itu, sudah mati.” 25 Kemudian berkatalah Daud kepada suruhan itu:
“Beginilah kaukatakan kepada Yoab: Janganlah sebal hatimu sebab perkara
ini, sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu. Sebab itu per-
hebatlah seranganmu terhadap kota itu dan runtuhkanlah itu. Demikianlah
kau harus kuatkan hatinya!” 26 saat didengar isteri Uria, bahwa Uria,
suaminya, sudah mati, maka merataplah ia sebab kematian suaminya itu.
27 sesudah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perem-
puan itu ke rumahnya. wanita itu menjadi isterinya dan melahirkan
seorang anak laki-laki baginya. namun hal yang telah dilakukan Daud itu
yaitu jahat di mata TUHAN.
saat rencana Daud agar Uria tampak seolah-olah merupakan ayah
dari anak itu gagal, sehingga dengan berjalannya waktu Uria pasti
akan tahu kejahatan yang telah diperbuat terhadap dirinya, maka
untuk mencegah akibat-akibat dari balas dendamnya, Iblis meng-
gerakkan hati Daud untuk menghabisi Uria. Dengan begitu, baik
Daud maupun Batsyeba tidak akan terancam bahaya. Apa yang bisa
dituntut kalau tidak ada penuntut? Iblis menimbulkan pemikiran
lebih jauh bahwa, jika Uria sudah disingkirkan, maka Batsyeba,
jika Daud mau, bisa menjadi miliknya selamanya. Perzinahan sering
kali memicu terjadinya pembunuhan, dan satu kejahatan
harus ditutupi dan diamankan dengan kejahatan lain. Itulah sebab-
nya permulaan-permulaan dosa harus ditakuti, sebab siapa tahu
apa yang akan menjadi kesudahannya? Tertanam tekad dalam hati
Daud (yang disangka orang tidak akan pernah bisa menyimpan
pikiran sekeji itu) bahwa Uria harus mati. Lelaki yang tidak bersalah,
berani, dan gagah perkasa itu, yang bersedia mati demi kehormatan
rajanya, ternyata harus mati melalui tangan rajanya. Daud telah
berdosa, Batsyeba pun telah berdosa, dan kedua-duanya berdosa
terhadap Uria. Oleh sebab itu Uria harus mati. Daud bertekad Uria
harus mati. Inikah orang yang merasa sangat terpukul hatinya kare-
na telah mengoyakkan jubah Saul? Quantum mutatus ab illo! – Sung-
guh telah berubah dia! Inikah orang yang telah melaksanakan
penghakiman dan menegakkan keadilan kepada seluruh rakyatnya?
Bagaimana ia sekarang bisa melakukan hal yang tidak adil seperti
itu? Lihatlah bagaimana keinginan daging berperang melawan roh,
dan betapa besar kerusakan yang ditimbulkannya dalam peperangan
itu. Betapa keinginan daging itu telah membutakan mata, mengeras-
kan hati, membuat hati nurani mati rasa, dan menghilangkan segala
rasa hormat dan keadilan dari diri manusia. Siapa melakukan zinah
tidak berakal budi dan sudah hilang akal. Orang yang berbuat
demikian merusak diri (Ams. 6:32). Akan namun , sama seperti mata
seorang pezinah, begitu pula tangan seorang pembunuh, berusaha
menyembunyikan perbuatannya (Ayb. 24:14-15). Perbuatan-perbuat-
an kegelapan membenci terang. saat Daud membunuh Goliat de-
ngan gagah berani, hal itu dilakukan di hadapan orang banyak, dan
ia pun bermegah di dalamnya. Akan namun , saat ia membunuh Uria
dengan hina, hal itu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
sebab ia merasa malu akan perbuatan itu, dan memang sudah
sepantasnya. Siapa yang mau melakukan sesuatu yang tidak berani
diakuinya? sesudah Iblis, sebagai ular berbisa, menanamkan dalam
hati Daud untuk membunuh Uria, lalu sebagai ular yang licik ia me-
nanamkan dalam benak Daud bagaimana harus melaksanakannya.
Bukan seperti Absalom membunuh Amnon, dengan memerintahkan
kepada para pegawainya untuk membunuh dia, atau seperti Ahab
membunuh Nabot dengan menghasut para saksi untuk menuduh-
nya, melainkan dengan memperhadapkan Uria pada serangan mu-
suh. Cara melakukan pembunuhan itu mungkin tidak begitu tampak
menjijikkan bagi hati nurani dan di mata dunia, sebab prajurit
memang memperhadapkan diri mereka pada bahaya. Seandainya
Uria tidak ditempatkan di tempat yang berbahaya itu, maka orang
lain harus menggantikan tempatnya. Ia mempunyai, seperti yang kita
katakan, kesempatan untuk hidup. Jika bertempur dengan gigih, ia
mungkin akan selamat. Dan, jika gugur, ia gugur secara ter-
hormat di medan pertempuran, tempat yang akan dipilih prajurit
untuk mati. Namun demikian, semuanya ini tidak dapat mencegah
tindakan ini sebagai pembunuhan dengan sengaja, yang sudah
direncanakan dengan niat jahat.
I. Yoab diperintahkan untuk mengirim Uria ke barisan depan dalam
pertempuran yang paling hebat, kemudian meninggalkan dia dan
membiarkannya melawan musuh (ay. 14-15). Inilah rencana Daud
untuk menyingkirkan Uria, dan rencana itu berhasil sesuai yang
disusunnya. Banyak hal yang memperberat pembunuhan ini.
1. Pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja. Daud mengambil
waktu untuk memikirkannya, sebab ia menulis surat tentang
hal itu. Dan meskipun sesudahnya ia masih mempunyai wak-
tu untuk membatalkan perintah itu sebelum dilaksanakan,
namun ia tetap bersikeras melaksanakannya.
2. Daud mengirimkan surat itu melalui Uria sendiri, suatu tin-
dakan yang hina dan biadab melebihi apa pun, untuk mem-
buat Uria menjadi kaki tangan bagi kematiannya sendiri. Dan
sungguh bertentangan dengan akal sehat bahwa Daud bisa
berniat begitu jahat terhadap seseorang, yang sekalipun demi-
kian dapat dipercayainya untuk mengantarkan surat yang isi-
nya tidak boleh diketahui orang itu.
3. Keberanian dan semangat Uria sendiri bagi raja dan negerinya,
yang layak mendapat pujian dan balas jasa setinggi-tingginya,
malah dimanfaatkan untuk mengkhianatinya dengan lebih
mudah pada nasib yang sudah menantinya. Kalaupun Uria
tidak tergerak untuk memperhadapkan dirinya pada bahaya,
itu mungkin sebab dia yaitu orang yang begitu penting
hingga Yoab tidak bisa memperhadapkannya pada bahaya. Api
semangat yang mulia yang sengaja dibuat berbalik membakar
dirinya sendiri itu merupakan contoh paling menjijikkan dari
sikap tidak tahu terima kasih.
4. Banyak orang harus dilibatkan dalam kesalahan ini. Yoab,
sang panglima, yang baginya darah para prajuritnya, terutama
orang-orang yang berjasa, sangatlah berharga, harus melaku-
kannya. Baik dia maupun semua orang yang mengundurkan
diri dari Uria saat mereka seharusnya, dengan kesadaran
hati nurani, mendukung dan menyokongnya, juga ikut bersa-
lah atas kematiannya.
5. Uria dengan demikian tidak dapat mati seorang diri: pasukan
yang berada di bawah perintahnya terancam bahaya akan mati
bersamanya, dan memang demikianlah yang terjadi. Beberapa
orang dari tentara, bahkan dari anak buah Daud, begitulah
mereka disebut, untuk memperberat dosa Daud sebab sudah
menyia-nyiakan nyawa mereka, juga gugur bersama Uria (ay.
17). Bahkan, perbuatan jahat yang disengaja yang melaluinya
Uria harus dikhianati itu bisa saja berakibat mematikan bagi
seluruh pasukan, dan mengharuskan mereka menghentikan
pengepungan.
6. Hal ini bisa saja membawa kemenangan dan kegembiraan bagi
orang Amon, musuh bebuyutan Allah dan Israel, dan akan
membuat mereka luar biasa puas. Daud berdoa untuk dirinya
sendiri, supaya ia tidak jatuh ke tangan manusia, atau melari-
kan diri dari musuh-musuhnya (24:13-14). Namun demikian,
ia justru menjual Uria, anak buahnya, kepada orang Amon,
dan bukan sebab suatu kesalahan yang diperbuat Uria.
II. Yoab melaksanakan perintah-perintah ini. Dalam penyerangan
berikutnya terhadap kota Raba, Uria ditugaskan di tempat yang
paling berbahaya, sembari dibesarkan dengan harapan bahwa jika
ia dipukul mundur oleh musuh yang dikepung, maka ia akan
diselamatkan oleh Yoab. Dengan bergantung pada harapan ini,
Uria terus maju dengan tekad bulat. Akan namun , bantuan tidak
kunjung datang, pertempuran ternyata terlampau sengit, dan Uria
pun terbunuh di dalamnya (ay. 16-17). Sungguh mengherankan
bahwa Yoab mau melakukan hal semacam itu hanya berdasar
sepucuk surat, tanpa mengetahui alasannya. Akan namun ,
1. Mungkin ia beranggapan bahwa Uria telah bersalah atas suatu
kejahatan yang besar, dan untuk menyelidiki hal itu, Daud
telah menyuruh orang untuk memanggil Uria, dan bahwa, ka-
rena Daud tidak mau menghukumnya dengan terang-terang-
an, maka ia menggunakan cara ini untuk menghukum mati
Uria.
2. Yoab bersalah sebab telah menumpahkan darah orang, dan
bisa kita duga bahwa ia merasa sangat senang melihat Daud
sendiri jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Ia mau saja me-
layani Daud dalam kesalahan ini, supaya bisa tetap mendapat
perkenanannya. Sudah biasa jika orang-orang yang sen-
dirinya telah melakukan kejahatan, ingin didukung di dalam-
nya oleh orang lain yang juga melakukan kejahatan, terutama
oleh dosa orang-orang yang terkenal taat menjalankan agama.
Atau mungkin Daud tahu bahwa Yoab merasa sakit hati
kepada Uria, dan dengan senang hati akan membalas dendam
kepadanya. Sebab jika tidak demikian, maka Yoab, saat
melihat ada alasan, tentu tahu bagaimana membantah perin-
tah-perintah raja itu (seperti dalam 19:5; 24:3).
III. Yoab memberikan laporan mengenai jalannya peperangan kepada
Daud. Seorang utusan segera dikirim dengan membawa laporan
tentang kehinaan dan kekalahan terakhir yang telah mereka
derita ini (ay. 18). Dan, untuk menyamarkan perkara itu,
1. Yoab menduga bahwa Daud akan terlihat marah sebab ke-
pemimpinannya yang buruk, dan bertanya mengapa mereka
menyerang begitu dekat dengan tembok kota (ay. 20). Tidak-
kah mereka tahu bahwa Abimelekh kehilangan nyawanya
sebab bertindak demikian? (ay. 21). Kita mendapati kisahnya
dalam Kitab Hakim-hakim 9:53, kitab yang, ada kemungkinan,
diterbitkan sebagai bagian dari sejarah suci pada masa Sa-
muel. Selain itu biarlah dikemukakan sebagai pujian bagi me-
reka, dan sebagai teladan. Bahkan para prajurit pun mengenal
isi Kitab Suci, dan dapat mengutip kisah Kitab Suci dengan
mudah, dan menggunakannya sebagai peringatan bagi diri
mereka sendiri agar tidak melakukan upaya-upaya yang sama
yang mereka ketahui dapat mencelakakan diri mereka.
2. Dengan licik Yoab menyuruh utusan itu meredakan amarah
Daud dengan memberi tahu dia bahwa Uria, orang Het itu,
juga sudah mati. Hal ini memberikan isyarat yang terlampau
jelas kepada utusan itu, dan melalui dia kepada orang lain,
bahwa diam-diam Daud akan senang mendengar berita itu.
Sebab pembunuhan pasti akan terungkap. Dan, jika orang
melakukan hal-hal yang hina semacam itu, mereka harus
bersiap untuk diolok-olok dan dicela, bahkan oleh bawahan
mereka. Sang utusan menyampaikan pesan Yoab sesuai perin-
tah (ay. 22-24). Ia bercerita bahwa musuh-musuh yang dike-
pung keluar lebih dahulu untuk menyerang para pengepung,
orang-orang itu keluar menyerang kami di padang, menggam-
barkan bahwa para pengepung telah melaksanakan tugas
mereka dengan gagah berani. Kami mendesak mereka kembali
sampai ke lobang pintu gerbang – kami bergegas memaksa me-
reka mundur ke dalam kota. Dan dengan demikian ia meng-
akhiri laporannya dengan menyebut sekilas tentang pemban-
taian yang dilancarkan kepada mereka oleh para pemanah dari
atas tembok: Beberapa dari hamba raja mati, dan khususnya
Uria, orang Het itu, seorang prajurit terkemuka, yang mendu-
duki tempat pertama dalam daftar orang-orang yang terbunuh.
IV. Daud menerima laporan itu dengan kepuasan tersembunyi (ay.
25). Janganlah Yoab merasa kesal, sebab Daud sendiri tidak
demikian. Daud tidak mempersalahkan tindakan Yoab, atau ber-
pikir bahwa mereka melakukan kesalahan sebab menghampiri
tembok kota sedekat itu. Semuanya sudah beres sekarang sebab
Uria telah disingkirkan. sebab tujuannya sudah tercapai, maka
Daud bisa meremehkan kehilangan yang diderita, dan meng-
abaikannya secara mudah dengan alasan: Sudah biasa pedang
makan orang ini atau orang itu. Ini bisa terjadi di medan perang,
memang sudah biasa. Daud memerintahkan kepada Yoab untuk
memperhebat serangan itu lain kali, padahal Daud, dengan dosa-
nya, justru melemahkan serangan itu, dan membangkitkan ama-
rah Allah untuk menghancurkan usaha itu.
V. Daud menikahi janda itu tidak lama sesudahnya. Batsyeba men-
jalankan upacara perkabungan bagi suaminya dalam waktu yang
singkat sebagaimana kebiasaan itu memperbolehkannya (ay. 26).
Sesudah itu Daud membawa dia ke rumahnya untuk menjadi
istrinya, dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki bagi Daud.
Pembalasan dendam Uria dicegah oleh kematiannya, namun kela-
hiran anak itu yang begitu cepat sesudah pernikahan mengung-
kapkan kejahatan itu. Dosa akan mempermalukan pelakunya.
Namun ini belum yang terburuk: Hal yang telah dilakukan Daud
itu yaitu jahat di mata TUHAN. Seluruh perkara Uria, orang Het
itu, sebagaimana hal itu disebut dalam 1 Raja-raja 15:5, yaitu per-
zinahan, kepalsuan, pembunuhan, dan akhirnya pernikahan ini,
semuanya itu jahat di mata TUHAN. Daud telah menyenangkan
hatinya sendiri, namun tidak menyenangkan hati Allah. Perhati-
kanlah, Allah melihat dan membenci dosa dalam diri umat-Nya
sendiri. Bahkan, semakin orang mengaku dekat dengan Allah,
semakin jahat pula dosa-dosa mereka di mata-Nya. Sebab dalam
dosa-dosa mereka ada sikap tidak tahu terima kasih, pengkhia-
natan, dan cela yang lebih besar daripada dalam dosa-dosa orang
lain. Oleh sebab itu, janganlah ada yang memberanikan diri
berbuat dosa dengan mencontoh Daud. Sebab orang-orang yang
berbuat dosa seperti yang diperbuat Daud akan dipandang jahat di
mata Allah seperti dirinya. Oleh sebab itu hendaklah kita takut
dan hormat kepada-Nya, dan tidak berbuat dosa, tidak berbuat
dosa dengan cara yang sama seperti yang dibuat oleh Daud.
PASAL 12
asal sebelumnya berkisah kepada kita tentang dosa Daud, semen-
tara pasal ini berkisah kepada kita tentang pertobatannya. Meski
telah jatuh, Daud tidak sepenuhnya tergeletak, namun , oleh anugerah
Allah, pulih kembali dan mendapatkan belas kasihan Allah. Dalam
pasal ini kita mendapati,
I. Pernyataan bersalah yang ditujukan kepada Daud, melalui se-
buah firman yang disampaikan Natan kepadanya dari Allah,
dalam bentuk perumpamaan yang memaksa Daud menjatuh-
kan hukuman atas dirinya sendiri (ay. 1-6), serta penerapan
dari perumpamaan ini , yang di dalamnya Natan men-
dakwa Daud atas dosa yang telah diperbuat (ay. 7-9) dan
menyatakan hukuman baginya (ay. 10-12).
II. Pertobatan Daud dan pengampunan terhadap dirinya, de-
ngan sebuah ketentuan (ay. 13-14).
III. Penyakit dan kematian sang anak, serta sikap Daud selama
anak itu sakit dan pada waktu anak itu mati (ay. 15-23). Da-
lam kedua hal ini, Daud menunjukkan bukti pertobatannya.
IV. Kelahiran Salomo, dan firman Allah yang penuh rahmat me-
ngenai dirinya, yang di dalamnya Allah menunjukkan bukti
perdamaian-Nya dengan Daud (ay. 24-25).
V. Direbutnya kota Raba (ay. 26-31), yang disebutkan sebagai
pertanda lebih lanjut bahwa Allah tidak memperlakukan
Daud setimpal dengan dosa-dosanya.
Perumpamaan Natan; Pertobatan Daud
(12:1-14)
1 TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata
kepadanya: “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain
miskin. 2 Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi;
3 si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina
yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar
padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan
minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perem-
puan baginya. 4 Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia
merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya
untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia
mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya
bagi orang yang datang kepadanya itu.” 5 Lalu Daud menjadi sangat marah
sebab orang itu dan ia berkata kepada Natan: “Demi TUHAN yang hidup:
orang yang melakukan itu harus dihukum mati. 6 Dan anak domba betina itu
harus dibayar gantinya empat kali lipat, sebab ia telah melakukan hal itu
dan oleh sebab ia tidak kenal belas kasihan.” 7 Kemudian berkatalah Natan
kepada Daud: “Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel:
Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang
melepaskan engkau dari tangan Saul. 8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu
kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah mem-
berikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cu-
kup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. 9 Mengapa engkau meng-
hina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het
itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi
isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai
selamanya, sebab engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria,
orang Het itu, untuk menjadi isterimu. 11 Beginilah firman TUHAN:
Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari
kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan
matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan
isteri-isterimu di siang hari. 12 Sebab engkau telah melakukannya secara ter-
sembunyi, namun Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara
terang-terangan.” 13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah ber-
dosa kepada TUHAN.” Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah men-
jauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. 14 Walaupun demikian, sebab
engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak
yang lahir bagimu itu akan mati.”
Tampaknya ada selisih waktu yang cukup lama sejak Daud bersalah
atas perzinahannya dengan Batsyeba sampai ia pada akhirnya dibuat
bertobat darinya. Sebab, sewaktu Natan diutus kepadanya, anak
hasil perzinahan itu telah lahir (ay. 14), sehingga kira-kira sembilan
bulan lamanya Daud menanggung kesalahan atas dosa itu, dan,
sepanjang yang bisa disaksikan, tanpa bertobat darinya. Bagaimana
kita harus memandang keadaan Daud selama rentang waktu ter-
sebut? Dapatkah kita membayangkan bahwa ia tidak pernah merasa
terpukul oleh sebab dosanya itu, atau bahwa ia tidak pernah mera-
tapinya secara diam-diam di hadapan Allah? Saya dengan tulus ber-
harap bahwa Daud melakukan semuanya itu, dan bahwa Natan
diutus kepadanya segera sesudah kelahiran anak itu, yakni pada wak-
tu dosanya, melalui kelahiran anak itu, menjadi terkuak dan diper-
bincangkan di tengah masyarakat. Natan diutus kepadanya untuk
mendapatkan pengakuan dosa darinya secara terbuka, bagi kemulia-
an Allah, sebagai peringatan bagi orang lain, dan agar Daud dapat
menerima, melalui Natan, pengampunan dosa dengan sejumlah
batasan tertentu. Akan namun , sepanjang kurun waktu sembilan bu-
lan ini, kita dapat menduga dengan kuat bahwa segala penghiburan
dan anugerah untuknya ditangguhkan, dan persekutuannya dengan
Allah pun terganggu. Selama waktu ini , sudah pasti Daud tidak
menulis satu mazmur pun, kecapinya menjadi sumbang, dan jiwanya
bagaikan pohon di musim dingin, yang hidup di akarnya saja. Oleh
sebab itu, seusai Natan mengunjunginya, Daud berdoa, bangkitkan-
lah kembali padaku kegirangan sebab selamat yang dari pada-Mu,
dan bukalah bibirku (Mzm. 51:14, 17). Marilah kita cermati,
I. Utusan yang dikirim Allah kepada Daud. Kepada kita disampai-
kan, melalui kata-kata terakhir dalam pasal sebelumnya, bahwa
hal yang telah dilakukan Daud itu yaitu jahat di mata Tuhan.
Oleh sebab itu, orang akan berpikir bahwa sebagai tindak lanjut
atas kejahatan itu, Tuhan mengirim musuh-musuh untuk me-
nyerbu Daud, kengerian-kengerian untuk menyergapnya, dan
utusan-utusan maut untuk menangkapnya. namun ternyata tidak.
Allah mengutus seorang nabi kepada Daud – Natan, sahabatnya
yang setia serta orang kepercayaannya, untuk mengajar serta
menasihatinya (ay. 1). Daud tidak menyuruh orang untuk mem-
bawa Natan kepadanya, meskipun Daud belum pernah begitu
membutuhkan seseorang untuk mendengarkan pengakuan dosa-
nya seperti sekarang ini, namun Allahlah yang mengutus Natan
kepada Daud. Perhatikanlah, meskipun Allah bisa saja mengizin-
kan umat-Nya jatuh ke dalam dosa, Ia tidak akan membiarkan
mereka tergeletak begitu saja di dalamnya. Dengan murtad ia
menempuh jalan yang dipilih hatinya, dan jika dibiarkan, ia
akan mengembara tanpa henti. namun (firman Allah), Aku telah
melihat segala jalannya itu, dan Aku akan menyembuhkan dia
(Yes. 57:17-18). Allah mengirim utusan-Nya untuk mencari kita
sebelum kita mencari-Nya, sebab jika tidak demikian, kita pasti
akan tersesat. Natan merupakan sang nabi yang melaluinya Allah
telah memberitahukan kepada Daud niat-niat baik-Nya terhadap
dirinya (7:4), dan sekarang, melalui tangan yang sama, Allah
mengirimkan kepadanya firman kemurkaan ini. Firman Allah di
dalam mulut para hamba-Nya harus diterima, entah firman itu
berbicara tentang kengerian atau penghiburan. Natan taat kepada
penglihatan yang dari sorga itu, lalu beranjak pergi untuk me-
nyampaikan firman Allah kepada Daud. Natan tidak berkata,
“Oleh sebab Daud telah berdosa, aku tidak akan datang men-
dekat kepadanya.” Tidak, janganlah anggap dia sebagai seorang
musuh, namun tegorlah dia sebagai seorang saudara (2Tes. 3:15).
Natan tidak berkata, “Oleh sebab Daud yaitu seorang raja, aku
tidak berani menegurnya.” Tidak, jika Allah telah mengutusnya,
maka ia meneguhkan hatinya seperti keteguhan gunung batu (Yes.
50:7).
II. Firman yang disampaikan Natan kepada Daud, untuk menyata-
kan kesalahannya.
1. Natan mengawalinya dengan sebuah perumpamaan, yang bagi
Daud tampak sebagai sebuah aduan yang disampaikan kepa-
danya oleh Natan mengenai salah satu warganya yang telah
berbuat jahat kepada tetangganya yang miskin, supaya Daud
mengambil tindakan untuk mengatasi dampak dari kejahatan
itu dan menghukum sang penjahat. Natan, ada kemungkinan,
biasa datang kepada Daud untuk urusan-urusan seperti itu,
yang membuat urusan kali ini tidak terlalu dicurigai. Orang-
orang yang mempunyai pengaruh terhadap raja, dan yang
dapat menjumpainya dengan bebas, sudah sepatutnya men-
jadi perantara bagi mereka yang diperlakukan tidak adil, su-
paya keadilan dapat ditegakkan di tengah-tengah mereka.
(1) Natan memaparkan kepada Daud suatu pelanggaran berat
yang telah diperbuat seorang kaya kepada tetangganya
yang jujur, yang tidak mampu membantah si kaya itu. Si
kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu
sapi (ay. 2), sementara si miskin hanya mempunyai seekor
anak domba. Betapa tidak meratanya pembagian di dunia
ini. Namun demikian, hikmat, kebenaran, dan kebaikan
yang tak terhingga telah menetapkan pembagian ini ,
agar si kaya dapat belajar tentang kemurahan hati dan si
miskin belajar untuk mencukupkan diri. Orang miskin ini
hanya mempunyai seekor anak domba, yakni seekor anak
domba betina, tepatnya seekor anak domba betina yang
kecil, sebab ia tidak punya uang untuk membeli atau
memelihara lebih banyak ternak lagi. namun anak domba
itu yaitu anak domba yang terlantar, demikian kita me-
nyebutnya. Anak domba itu menjadi besar bersama-sama
dengan anak-anaknya (ay. 3). Si miskin menyayangi anak
domba itu, dan anak domba itu dekat dengannya setiap
saat. Si kaya, sebab memerlukan seekor anak domba
untuk menjamu sahabatnya, merebut anak domba si mis-
kin dari dekapannya dengan kekerasan lalu memasaknya
(ay. 4), entah atas dasar kerakusan, sebab ia enggan meng-
ambil ternaknya sendiri, atau terlebih atas dasar kemewah-
an, sebab ia membayangkan bahwa anak domba yang
dirawat dengan baik seperti itu, yang makan dan minum
seperti seorang anak, pasti akan menjadi santapan yang
lebih lezat daripada salah satu ternaknya sendiri, dan akan
terasa lebih nikmat.
(2) Lewat perumpamaan ini, Natan memperlihatkan kepada
Daud kejahatan dari dosa yang telah diperbuatnya dengan
mencemari Batsyeba. Daud mempunyai banyak istri dan
gundik, yang dipeliharanya dari kejauhan, sebagaimana
orang-orang kaya memelihara ternak-ternak mereka di
ladang. Andaikan Daud hanya memiliki seorang istri, dan
andaikan istrinya itu menjadi kesayangannya, sebagaimana
si anak domba betina itu bagi pemiliknya, andaikan istri-
nya itu menjadi kesayangannya seperti rusa yang manis
dan kijang yang jelita, maka buah dadanya akan selalu
memuaskannya, dan ia tentu tidak akan mencari-cari yang
lain (Ams. 5:19). Pernikahan merupakan obat untuk me-
nangkal percabulan, namun menikahi banyak wanita
tidaklah demikian. Sebab, segera sesudah hukum kesatuan
di dalam pernikahan itu dilanggar, hawa nafsu yang diman-
jakan itu akan sangat sulit dibendung. Uria, seperti halnya
si miskin, hanya mempunyai seorang istri, yang menjadi be-
lahan jiwanya sendiri, dan yang selalu tidur di pangkuan-
nya, sebab ia tidak mempunyai istri lain, ia tidak meng-
inginkan orang lain, untuk tidur di pangkuannya. Sang mu-
safir atau pengembara di dalam kisah ini, seperti dijelaskan
oleh Uskup Patrick berdasar para penulis Yahudi, yaitu
khayalan, kecenderungan, atau keinginan jahat yang datang
ke dalam hati Daud, yang bisa saja dipuaskannya dengan
sebagian dari istri-istrinya sendiri. Namun, tidak ada yang
mampu memuaskan Daud selain istri kesayangan Uria.
Para penulis Yahudi ini mencermati bahwa kecende-
rungan jahat ini disebut sebagai pengembara, sebab pada
awalnya kecenderungan itu memang hanyalah seorang
pengembara, namun , dengan berjalannya waktu, ia menjadi
tamu, dan pada akhirnya menjadi tuan rumah. Sebab
orang yang pada permulaan ayat disebut sebagai pengem-
bara, pada akhir ayat disebut sebagai orang (ish – seorang
suami). Namun demikian, sebagian penafsir mencermati
bahwa di dalam hati Daud, hawa nafsu hanyalah bagaikan
seorang pengembara yang tinggal untuk semalam saja. Ia
tidak terus menetap dan berkuasa di sana.
(3) Melalui perumpamaan ini, Natan memakai ucapan Daud
sebagai hukuman bagi Daud sendiri. Sebab Daud, yang
menganggap perumpamaan ini sebagai perkara nyata,
dan tidak meragukan kebenarannya sebab disampaikan
oleh Natan sendiri, segera menjatuhkan penghakiman me-
lawan sang pelaku kejahatan, dan menegaskannya dengan
sebuah sumpah (ay. 5-6).
[1] Bahwa, atas ketidakadilannya yang telah merampas
anak domba si miskin, si kaya harus membayar ganti
empat kali lipat, menurut hukum Taurat (Kel. 22:1),
empat ekor domba ganti seekor domba.
[2] Bahwa atas kelaliman dan kekejamannya, serta kese-
nangan yang dirasakannya dengan menindas si miskin,
si kaya harus dihukum mati. jika si miskin mencuri
dari si kaya untuk memuaskan nafsunya sebab lapar,
maka si miskin harus mengganti rugi, sekalipun harus
sampai menghabiskan segenap harta isi rumahnya
(Ams. 6:30-31). Dalam Kitab Amsal itu Salomo mem-
bandingkan dosa perzinahan dengan tindak pencurian
ini (Ams. 6:32). Akan namun , jika si kaya mencuri ka-
rena memang ingin mencuri, bukan atas dasar keku-
rangan melainkan untuk bertindak sewenang-wenang,
semata-mata supaya ia dapat berlagak berkuasa dan
menyusahkan orang lain, maka si kaya pantas mati
sebab itu, sebab baginya, ganti rugi bukanlah sebuah
hukuman, atau tidak berarti apa-apa. jika hukuman
ini dipandang terlalu berat, kita harus memahami
bahwa hal ini lahir dari kekasaran perangai Daud pada
saat ini, oleh sebab rasa bersalahnya, dan sebab ia
sendiri belum menerima belas kasihan.
2. Natan pada akhirnya, sebagai penerapan dari perumpamaan
ini, menunjuk kepada Daud. Dengan mengawali tuduhannya
lewat sebuah perumpamaan, Natan memperlihatkan kehati-
hatiannya, dan betapa kita perlu berhati-hati dalam memberi-
kan teguran. Teguran itu diatur dengan baik jika, seperti pada
kisah ini, sang pelaku kejahatan dapat digiring untuk menya-
lahkan dan menghukum dirinya sendiri sebelum ia menyadari-
nya. namun di sini, saat menerapkan perumpamaan itu,
Natan menunjukkan kesetiaannya, dan berurusan dengan raja
Daud dengan sikap yang tegas dan lugas seolah-olah sang raja
yaitu seorang rakyat jelata. Dengan terus terang, Natan ber-
kata, “Engkaulah orang itu yang telah melakukan kesalahan
ini, dan kesalahan yang jauh lebih parah lagi, terhadap sesa-
mamu. Maka dari itu, berdasar hukuman yang engkau
tetapkan sendiri, engkau pantas mati, dan akan diadili oleh
mulutmu sendiri. Bukankah ia yang mengambil anak domba
milik sesamanya pantas mati? Dan bukankah engkau, yang
telah mengambil istri sesamamu, pantas mati juga? Meskipun
si kaya mengambil anak domba si miskin, namun si kaya tidak
membuat pemilik anak domba itu kehilangan nyawanya, se-
perti yang telah engkau perbuat, dan sebab itu engkau jauh
lebih pantas mati.” Sekarang Natan berbicara langsung dari
Allah, dan di dalam nama-Nya. Natan mengawali perkataannya
dengan, beginilah firman TUHAN, Allah Israel, sebuah nama
yang kudus dan dimuliakan Daud, dan yang menuntut per-
hatiannya. Natan pada saat ini berbicara, bukan sebagai se-
orang pemohon bagi si miskin, melainkan sebagai seorang
utusan dari Allah yang agung, yang tidak memandang bulu.
(1) Allah, melalui Natan, mengingatkan Daud akan perkara-
perkara besar yang telah dilakukan-Nya dan dirancangkan-
Nya bagi Daud, dengan mengurapinya menjadi raja dan
memelihara nyawanya untuk menduduki takhta kerajaan
(ay. 7), memberinya kuasa atas isi rumah pendahulunya,
dan juga isi rumah orang-orang lain yang pernah menjadi
tuannya, salah satunya Nabal. Allah telah memberikan
kepada Daud kaum Israel dan Yehuda. Kekayaan kerajaan
dipakai untuk melayaninya dan setiap orang bersedia
membantunya. Bahkan, Allah siap melimpahkan apa saja
kepadanya untuk membuatnya sejahtera: tentu Kutambah
lagi ini dan itu kepadamu (ay. 8). Lihatlah betapa murah
hatinya Allah dalam pemberian-pemberian-Nya. Di dalam