Rabu, 29 Januari 2025

samuel 21


 ka masuk ke dalam persekutuan 

dengan diri-Nya sendiri. Ia menempatkan mereka bersama anak-

anak-Nya di meja hidangan-Nya, dan berpesta bersama mereka 

dengan segenap santapan sorgawi. Tuhan, apakah gerangan ma-

nusia, sehingga dia Kauanggap agung! 

 

 

 

 

 

 

PASAL 10  

asal ini menceritakan kepada kita peperangan yang diadakan 

Daud melawan bani Amon dan orang Aram, sekutu mereka, be-

serta penyebab dan keberhasilannya. 

I. Daud mengirim utusan persahabatan kepada Hanun, raja 

bani Amon (ay. 1-2). 

II. Hanun, berdasar  praduga yang keji bahwa ada niat jahat 

di balik itu, melecehkan utusan-utusan Daud (ay. 3-4). 

III. Daud merasa terhina (ay. 5), dan bani Amon mempersiapkan 

pertempuran melawan dia (ay. 6). 

IV. Daud melancarkan peperangan ke dalam negeri mereka. Dia 

mengutus dua orang untuk melawan mereka, yaitu Yoab dan 

Abisai, yang melaksanakan pertempuran dengan kepemim-

pinan dan keberanian yang luar biasa (ay. 7-12).  

V. Bani Amon, dan orang Aram sekutu mereka, dikalahkan 

secara telak (ay. 13-14). 

VI. Pasukan orang Aram, yang berhimpun kembali, dikalahkan 

untuk kedua kalinya (ay. 15-19). Demikianlah Daud semakin 

mendapat nama baik sebab  sikapnya yang tahu terima 

kasih, dengan membalas kebaikan, dan sebab  perlakuannya 

yang adil, dengan membalaskan kejahatan. 

Perlakuan Hanun terhadap  

Pegawai-pegawai Daud 

(10:1-5) 

1 Sesudah itu matilah raja bani Amon; dan Hanun, anaknya, menjadi raja 

menggantikan dia. 2 Lalu berkatalah Daud: “Aku akan menunjukkan per-

sahabatan kepada Hanun bin Nahas, sama seperti ayahnya telah menunjuk-

kan persahabatan kepadaku.” Sebab itu Daud menyuruh menyampaikan 


 708

pesan turut berdukacita kepadanya dengan perantaraan pegawai-pegawainya 

sebab  kematian ayahnya. namun  saat  pegawai-pegawai Daud sampai ke 

negeri bani Amon itu, 3 berkatalah pemuka-pemuka bani Amon itu kepada 

Hanun, tuan mereka: “Apakah menurut anggapanmu Daud hendak menghor-

mati ayahmu, sebab  ia telah mengutus kepadamu orang-orang yang me-

nyampaikan pesan turut berdukacita? Bukankah dengan maksud untuk 

menyelidik kota ini, untuk mengintainya dan menghancurkannya maka Daud 

mengutus pegawai-pegawainya itu kepadamu?” 4 Lalu Hanun menyuruh 

menangkap pegawai-pegawai Daud itu, disuruhnya mencukur setengah dari 

janggut mereka dan memotong pakaian mereka pada bagian tengah sampai 

pantat mereka, kemudian dilepasnya mereka. 5 Hal ini diberitahukan kepada 

Daud, lalu disuruhnya orang menemui mereka, sebab orang-orang itu sangat 

dipermalukan. Raja berkata: “Tinggallah di Yerikho sampai janggutmu itu 

tumbuh, kemudian datanglah kembali.” 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Penghormatan besar yang diberikan Daud terhadap tetangganya, 

raja bani Amon (ay. 1-2). 

1. Pendorong tindakannya itu yaitu  suatu kebaikan yang 

pernah diterima Daud dari Nahas, raja sebelumnya yang telah 

mati. Dia telah menunjukkan persahabatan kepadaku, kata 

Daud (ay. 2). Oleh sebab  itu dan sesudah  belum lama ini men-

dapat kepuasan dengan menunjukkan kebaikan kepada Mefi-

boset demi ayahnya, ia pun menetapkan hati untuk menun-

jukkan persahabatan kepada putra Nahas, dan mempertahan-

kan hubungan baik dengannya. Demikianlah, kegembiraan ka-

rena melakukan satu perbuatan baik dan murah hati harus 

menggugah kita untuk melakukan perbuatan lain yang seru-

pa. Nahas dahulu yaitu  musuh Israel, musuh yang kejam 

(1Sam. 11:2). Namun demikian, ia telah menunjukkan kebaik-

an kepada Daud, mungkin hanya untuk menentang Saul, yang 

tidak bersikap baik terhadapnya. Apa pun itu, bila Daud me-

nerima kebaikan, ia tidak mau tahu apa alasan dan maksud di 

baliknya, namun  menetapkan hati untuk membalasnya dengan 

penuh rasa terima kasih. Jika seorang Farisi versedekah demi 

mendapat pujian, Allah memang tidak akan memberinya upah, 

namun  orang yang menerima sedekahnya harus berterima kasih 

sebab nya. Allah mengenal hati, namun  kita tidak. 

2. Bentuk penghormatan Daud secara khusus ialah mengirim 

utusan untuk mengucapkan belasungkawa kepada sang raja 

atas kematian ayahnya, seperti yang menjadi kebiasaan di 

antara para raja yang bersekutu satu sama lain: Daud menyu-

Kitab 2 Samuel 10:1-5 

 709 

ruh menyampaikan pesan turun berdukacita kepadanya. Per-

hatikanlah, sungguh suatu penghiburan bagi anak-anak, 

saat  orangtua mereka sudah tiada, untuk mendapati bahwa 

sahabat-sahabat orangtua mereka yaitu  sahabat-sahabat 

mereka juga, dan bahwa para sahabat orangtua mereka itu 

verniat untuk menjaga hubungan baik dengan mereka. Sung-

guh suatu penghiburan bagi orang-orang yang sedang berka-

bung untuk mendapati bahwa ada orang lain yang juga ber-

kabung bersama mereka, turut merasakan kehilangan mereka, 

dan berbagi rasa dengan mereka di dalamnya. Sungguh suatu 

penghiburan bagi orang-orang yang sedang menghormati ke-

nangan akan keluarga mereka yang telah tiada untuk menda-

pati bahwa ada orang lain yang juga menghormatinya dan yang 

menghargai orang yang mereka hargai. 

II. Penghinaan besar yang dilakukan Hanun raja bani Amon kepada 

Daud dalam diri utusan-utusannya. 

1. Hanun mendengarkan dugaan-dugaan keji dari para pemuka-

nya, yang menyusupkan pemikiran bahwa utusan-utusan 

Daud, dengan dalih mengucapkan belasungkawa, dikirim se-

bagai mata-mata (ay. 3). Para penipu selalu berpikir bahwa 

orang lain juga penipu seperti mereka. Dan orang yang memi-

liki maksud jahat terhadap sesamanya tidak mau percaya 

bahwa sesamanya mempunyai maksud baik terhadap mereka. 

Mereka tidak akan membayangkan bahwa Daud menyembu-

nyikan sesuatu seperti itu, kecuali mereka sendiri sadar bah-

wa mereka dapat menyembunyikan sesuatu, demi mencapai 

suatu tujuan. Kecurigaan yang tak berdasar menyingkapkan 

pikiran yang jahat. Pengamatan Uskup Patrick mengenai ayat 

ini yaitu  bahwa, “Maksud sebaik apa pun pasti akan disalah-

mengerti, dan biasanya disalah mengerti oleh orang-orang yang 

tidak mengasihi siapa-siapa selain diri mereka sendiri.” Orang-

orang yang terhormat dan berperilaku baik tidak perlu heran 

bila mereka disalahmengerti seperti itu. Kasih tidak menyim-

pan kesalahan orang lain. 

2. sebab  menggubris dugaan keji itu, Hanun pun dengan hina 

melecehkan utusan-utusan Daud, seperti orang yang berhati 

busuk dan jahat, yang lebih cocok membersihkan kandang an-

jing daripada mengenakan mahkota. Seandainya dia memang 


 710

punya alasan untuk mencurigai bahwa utusan-utusan Daud 

datang dengan maksud buruk, ia akan bertindak cukup bijak-

sana dengan mengambil sikap hati-hati terhadap mereka, dan 

menyuruh mereka pergi sesegera mungkin. namun  jelas bahwa 

Hanun hanya mencari-cari alasan untuk mempermalukan me-

reka sampai semalu-malunya, berdasar  kebencian terha-

dap raja dan negeri mereka. Para utusan itu sendiri yaitu  

orang-orang terhormat, dan jauh lebih terhormat lagi sebab  

mereka mewakili raja yang mengutus mereka. Mereka dan 

nama baik mereka berada di bawah perlindungan istimewa 

dari hukum yang berlaku di segala bangsa. Mereka percaya 

kepada bani Amon, dan datang ke tengah-tengah mereka tan-

pa bersenjata. Namun Hanun memperlakukan mereka seperti 

para penipu dan gelandangan. Lebih buruk lagi, ia mencukur 

setengah dari janggut mereka dan memotong pakaian mereka 

pada bagian tengah sampai pantat, untuk membuat mereka 

menjadi bahan cibiran dan olok-olok bagi pegawai-pegawai 

Hanun, supaya pegawai-pegawai itu dapat mempermainkan 

mereka dan orang-orang itu tampak hina. 

III. Keprihatinan Daud terhadap para pegawainya yang telah dileceh-

kan seperti itu. Ia menyuruh orang menemui mereka, dan mem-

beri tahu mereka betapa Daud peduli pada perkara mereka, dan 

betapa ia akan membalaskannya dengan segera. Ia juga menyu-

ruh mereka untuk tinggal di Yerikho, di sebuah tempat yang ter-

sembunyi, di mana mereka tidak akan bertemu orang, sampai 

setengah janggut yang sudah dipotong itu tumbuh sedemikian 

panjang hingga setengah janggut yang lain dapat dicukur sama 

rata dengan yang baru tumbuh (ay. 5). Orang-orang Yahudi me-

manjangkan janggut, sebab  menganggap sebagai kehormatan 

untuk terlihat berumur dan berwibawa. Oleh sebab  itu, tidak 

pantas bila orang-orang yang berkedudukan dan berwibawa se-

perti mereka muncul di istana dengan penampilan yang berbeda 

dengan rekan-rekan sejawat mereka. Ada kemungkinan mereka 

membawa pakaian yang dapat dikenakan sebagai ganti pakaian 

yang dipotong. namun  kehilangan janggut tidak dapat diperbaiki 

dengan secepat itu. Namun demikian, pada waktunya nanti jang-

gut itu pasti akan tumbuh kembali, dan semuanya akan baik-baik 

saja. Marilah kita belajar untuk tidak terlalu menghiraukan cela-

an-celaan yang tidak sepantasnya. sesudah  beberapa waktu lama-

nya, celaan-celaan itu akan hilang sendiri, dan hanya berbalik 

mempermalukan orang-orang yang mencela, sementara nama 

baik yang tercoreng akan tumbuh kembali dalam waktu sebentar 

saja, sama seperti janggut itu. Allah akan memunculkan kebenar-

anmu seperti terang, maka dari itu nantikanlah Dia (Mzm. 37:6-7). 

Sebagian penafsir berpendapat bahwa dalam penghinaan yang 

diterima Daud dari raja bani Amon ini, ia hanya mendapat balas-

an yang sepantasnya sebab  sudah mencoba mengambil hati dan 

memuji raja kafir itu, yang diketahuinya sebagai musuh bebuyut-

an orang Israel. Dan supaya sekarang Daud ingat bagaimana, 

saat  Nahas dulu hendak mencongkel tiap mata kanan pendu-

duk Yabesh-Gilead, raja itu bermaksud, seperti Hanun di sini, 

untuk mendatangkan malu kepada segenap orang Israel (1Sam. 

11:2). Perlakuan lebih baik apa yang bisa diharapkan Daud dari 

keluarga dan bangsa yang keji seperti itu? Untuk apa Daud meng-

inginkan persahabatan dengan bangsa Amon, sementara orang 

Israel tidak boleh berurusan dengan mereka, sebab seorang Amon 

tidak boleh masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang 

kesepuluh sekalipun (Ul. 23:3)? 

Bani Amon dan Orang Aram Dikalahkan 

(10:6-14) 

6 sesudah  dilihat bani Amon, bahwa mereka dibenci Daud, maka bani Amon 

itu menyuruh orang menyewa dari orang Aram-Bet-Rehob dan orang Aram 

dari Zoba dua puluh ribu orang pasukan berjalan kaki, dari raja negeri 

Maakha seribu orang dan dari orang-orang Tob dua belas ribu orang. 7 saat  

Daud mendengar hal itu, disuruhnyalah Yoab maju dengan segenap pasukan 

pahlawan. 8 Lalu bani Amon maju, diaturnya barisan perangnya di depan 

pintu gerbang, sedang orang Aram dari Zoba dan dari Rehob dan orang-orang 

Tob dan Maakha ada tersendiri di padang. 9 saat  Yoab melihat, bahwa 

serangan itu mengancam dia dari depan dan dari belakang, maka dipilih-

nyalah sebagian dari orang pilihan Israel, lalu ia mengatur barisan mereka 

berhadapan dengan orang Aram itu. 10 Selebihnya dari rakyat itu ditempat-

kannya di bawah pimpinan Abisai, adiknya, yang mengatur barisan mereka 

berhadapan dengan bani Amon itu. 11 Lalu berkatalah Yoab: “Jika orang 

Aram itu lebih kuat dari padaku, maka haruslah engkau menolong aku, 

namun  jika bani Amon itu lebih kuat dari padamu, maka aku akan datang 

menolong engkau. 12 Kuatkanlah hatimu dan marilah kita menguatkan hati 

untuk bangsa kita dan untuk kota-kota Allah kita. TUHAN kiranya melaku-

kan yang baik di mata-Nya.” 13 Lalu Yoab dan tentara yang bersama-sama 

dengan dia maju berperang melawan orang Aram dan orang-orang itu melari-

kan diri dari hadapannya. 14 saat  bani Amon melihat, bahwa orang Aram 

sudah melarikan diri, maka mereka pun larilah dari hadapan Abisai dan 

masuk ke dalam kota. Sesudah itu pulanglah Yoab sesudah  memerangi bani 

Amon dan sampailah ia ke Yerusalem. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Persiapan yang dilakukan bani Amon untuk berperang (ay. 6). 

Mereka melihat bahwa mereka telah membuat diri mereka sangat 

dibenci oleh Daud dan telah menyulut amarahnya dengan sepan-

tasnya. Hal ini bisa saja dengan mudah mereka duga saat  

mereka melecehkan utusan-utusannya, yang tidak lain merupa-

kan tantangan untuk berperang, dan perlawanan yang berani ter-

hadap dia. Namun demikian, sepertinya, mereka tidak memper-

timbangkan betapa mereka tidak mampu, dengan ribuan prajurit 

mereka, untuk menghadapi tentara Daud. Sebab sekarang mereka 

mendapati diri mereka sebagai lawan yang tidak seimbang, dan 

terpaksa menyewa tentara dari bangsa-bangsa lain untuk mendu-

kung mereka. Demikian pula para pendosa dengan lancang me-

nantang Allah, dan memperhadapkan diri mereka pada murka-

Nya, tanpa pernah mempertimbangkan apakah mereka lebih kuat 

dari pada Dia (1Kor. 10:22). Bani Amon memberikan penghinaan 

terlebih dahulu, dan mereka juga yang terlebih dahulu mengerah-

kan pasukan untuk membenarkan tindakan mereka itu. Kalau 

saja mereka merendahkan diri, dan memohon pengampunan 

Daud, ada kemungkinan tindakan sukarela itu dapat menebus 

kesalahan yang telah diperbuat. Akan namun , sebab  mereka ber-

sikeras seperti itu untuk mempertahankan apa yang telah mereka 

perbuat, maka mereka mengundang kehancuran mereka sendiri. 

II. Serangan cepat yang diadakan pasukan Daud terhadap mereka 

(ay. 7). Tatkala mendengar persiapan perang yang dilakukan bani 

Amon, Daud menyuruh Yoab maju menggempur mereka dengan 

pasukan yang besar (ay. 7). Orang-orang yang berperang dengan 

Anak Daud tidak hanya memberikan tantangan, namun  juga 

memulai peperangan. Sebab Ia menanti-nantikan saatnya hendak 

menunjukkan kasih-Nya, namun  mereka terus menentang Dia, dan 

sebab  itu, jika mereka tidak bertobat, Dia akan mengasah pe-

dang-Nya (Mzm. 7:13). Allah dapat mengirim pasukan bala tentara 

untuk melawan orang-orang yang menantang murka-Nya (Yes. 

5:19), yang akan menyadarkan mereka, saat  sudah sangat ter-

lambat, bahwa tidak ada yang dapat berkeras melawan Dia, dan 

tetap selamat. Dengan kebijaksanaannya, Daud melancarkan per-

tempuran itu ke negeri bani Amon, dan memerangi mereka di pin-

tu gerbang kota utama mereka, Raba, menurut sebagian penafsir, 

atau Medeba, kota di daerah perbatasan mereka, yang di depannya 

mereka berkemah untuk menjaga wilayah mereka (1Taw. 19:7). 

Begitu besarnya kengerian dan kehancuran yang diakibatkan oleh 

perang, sehingga setiap raja yang baik, sebab  cinta kepada 

rakyatnya, akan berusaha menjauhkannya dari warganya sejauh 

mungkin. 

III. Persiapan-persiapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak 

untuk bertempur. 

1. Pihak musuh membagi tentara mereka menjadi dua kelompok. 

Yang satu yaitu  kelompok bani Amon, yang sebab  merupa-

kan orang-orang mereka sendiri, ditempatkan di pintu gerbang 

kota. Yang lain yaitu  kelompok orang Aram, yang telah mere-

ka sewa, dan yang sebab  itu ditempatkan di kejauhan di pa-

dang, untuk menyerang barisan Israel dari samping atau bela-

kang, sementara pasukan Amon menyerang dari depan (ay. 8) 

2. Sebagai seorang panglima yang bijaksana, Yoab segera menya-

dari siasat ini , lalu ia pun membagi tentaranya sebagai-

mana mestinya. Orang-orang yang terpilih ditempatkannya di 

bawah pimpinannya sendiri, untuk memerangi orang Aram, 

yang kemungkinan diketahuinya sebagai prajurit-prajurit yang 

lebih baik, dan, sebagai prajurit sewaan, lebih menguasai seni 

berperang (ay. 9). Sisa pasukan lainnya ia tempatkan di bawah 

pimpinan Abisai, adiknya, untuk menghadapi bani Amon (ay. 

10). Tampaknya, Yoab mendapati pihak musuh begitu siap 

menghadapi mereka, sehingga kepemimpinan dan keberanian-

nya tidak pernah diuji dengan begitu berat seperti sekarang. 

IV. Pesan Yoab sebelum pertempuran (ay. 11-12). Pesannya tidak pan-

jang, namun  tepat dan berani. 

1. Dengan bijaksana ia bekerja sama dengan Abisai, adiknya, 

supaya pembagian pasukan itu tidak melemahkan mereka, 

namun , jika salah satu mengalami kesulitan, yang lain akan 

datang membantu. Ia mempersiapkan kemungkinan terburuk, 

bahwa salah satu dari kedua kelompok itu akan terpukul 

mundur. Bila itu terjadi, maka sesuai isyarat yang diberikan, 

kelompok yang satunya harus mengirim pasukan untuk meno-

long mereka. Perhatikanlah, tolong-menolong yaitu  kewajib-

an sesama saudara. Kalau ada kebutuhan, haruslah engkau 

menolong aku, maka aku akan datang menolong engkau. Para-

jurit-prajurit Kristus harus saling menguatkan seperti itu 

dalam peperangan rohani mereka. Yang kuat harus menolong 

dan membantu yang lemah. Orang-orang yang oleh anugerah 

telah menang atas pencobaan, harus menasihati, menghibur, 

dan mendoakan saudara-saudara mereka yang sedang meng-

alami pencobaan. Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah sau-

dara-saudaramu (Luk. 22:32). Anggota-anggota tubuh jasmani 

pun membantu satu sama lain (1Kor. 12:21). 

2. Yoab dengan berani mendorong dirinya dan adiknya, dan se-

mua perwira serta prajurit yang lain, untuk melakukan yang 

terbaik yang dapat mereka lakukan. Bahaya yang besar meng-

asah keberanian yang sejati. saat  Yoab melihat bahwa se-

rangan itu mengancam dia, baik dari depan maupun dari bela-

kang, bukannya memerintahkan pasukannya untuk mundur 

secara terhormat, ia justru menggerakkan mereka untuk 

menyerang dengan jauh lebih gencar. Kuatkanlah hatimu dan 

marilah kita menguatkan hati, bukan demi upah dan keduduk-

an, atau kehormatan dan ketenaran, melainkan untuk bangsa 

kita dan untuk kota-kota Allah kita, untuk keamanan dan 

kesejahteraan rakyat, sebab di situlah kemuliaan Allah dinya-

takan dengan begitu besar. Allah dan negeri kitalah yang men-

jadi perhatian utamanya. “Marilah kita maju dengan gagah 

berani, berdasar  rasa cinta kepada Israel, yang yaitu  

bangsa kita, keturunan dari nenek moyang yang sama, yang 

untuk mereka kita bekerja, dan yang dalam kedamaian mere-

ka kita juga akan mendapat kedamaian. Dan marilah kita 

maju dengan gagah berani berdasar  rasa cinta kepada 

Allah, sebab kota-kota yang sedang kita pertahankan dalam 

peperangan ini yaitu  kota-kota-Nya.” Hubungan yang dimiliki 

antara seseorang atau sesuatu dengan Allah haruslah menim-

bulkan rasa cinta kepadanya dalam diri kita, dan menggerak-

kan kita untuk berbuat semampu mungkin untuk membantu-

nya.

 

3. Yoab dengan penuh kesalehan menyerahkan hasilnya kepada 

Allah, “Bila kita telah melakukan bagian kita, sesuai dengan 

kewajiban yang ditetapkan kepada kita, biarlah TUHAN kira-

nya melakukan yang baik di mata-Nya.” Janganlah ada peker-

jaan yang kita lalaikan, apa pun hasilnya nanti. Hendaklah 

pekerjaan Allah dilaksanakan oleh kita, maka akan terjadilah 

kehendak Allah atas diri kita. jika  kita sudah melaksana-

kan kewajiban kita dengan kesadaran hati nurani, maka kita 

dengan puas hati dapat menyerahkan hasilnya kepada Allah, 

tanpa berpikir bahwa keberanian kita mengharuskan Dia un-

tuk membuat kita berhasil, namun  bahwa Ia tetap dapat verbuat 

seperti yang dikehendaki-Nya, sembari kita mengharapkan ke-

selamatan dari Dia dengan cara-Nya dan waktu-Nya sendiri. 

V. Kemenangan yang diperoleh Yoab atas pasukan gabungan Aram 

dan Amon (ay. 13-14). Ia telah bersiap menghadapi kemungkinan 

terburuk, dan mempertimbangkan bahwa Aram dan bani Amon 

bisa saja terlalu kuat baginya (ay. 11), namun  ternyata dialah yang 

terlalu kuat bagi keduanya. Kita tidak menghambat keberhasilan 

kita dengan bersiap menghadapi kekecewaan. Orang Aram per-

tama-tama dikalahkan oleh Yoab, dan kemudian bani Amon oleh 

Abisai. Bani Amon tampaknya tidak bertempur sama sekali, 

namun , sesudah  orang Aram terpukul mundur, mereka melarikan 

diri ke kota. Para prajurit akan tergoda untuk melarikan diri apa-

bila ada kota di belakang mereka yang dapat dijadikan pelarian. 

Harus memilih maju atau kabur yaitu  perkara mudah, namun  

beda perkara kalau harus memilih maju atau mati. 

Bani Amon dan Orang Aram Dikalahkan 

(10:15-19) 

15 saat  orang Aram melihat, bahwa mereka telah terpukul kalah oleh orang 

Israel, maka berkumpullah mereka bersama-sama. 16 Juga Hadadezer me-

nyuruh orang Aram yang di seberang sungai Efrat maju berperang; mereka 

sampai ke Helam di bawah pimpinan Sobakh, panglima tentara Hadadezer.  

17 sesudah  hal itu diberitahukan kepada Daud, maka dikumpulkannya selu-

ruh orang Israel, diseberanginya sungai Yordan, lalu sampai ke Helam. Orang 

Aram mengatur barisannya berhadapan dengan Daud dan bertempur mela-

wan dia, 18 namun  orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud 

membunuh dari orang Aram itu tujuh ratus ekor kuda kereta dan empat 

puluh ribu orang pasukan berkuda. Sobakh, panglima tentara mereka, dilu-

kainya sedemikian, hingga ia mati di sana. 19 saat  dilihat semua raja, yang 

takluk kepada Hadadezer, bahwa mereka telah terpukul kalah oleh orang 

Israel, maka mereka mengadakan perdamaian dengan orang Israel dan 

takluk kepada mereka; sesudah itu takutlah orang Aram memberi pertolong-

an lagi kepada bani Amon. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

1. Upaya baru orang Aram untuk memulihkan kehormatan mereka 

yang hilang dan menahan gerak maju tentara Daud yang penuh 

kemenangan. Pasukan-pasukan yang belum lama ini tercerai-

berai sekarang berhimpun kembali, dan berkumpul bersama-sama 

(ay. 15). Bahkan rencana yang terhalangi sekalipun akan maju 

kembali selama masih ada nyawa di dalamnya. Demikian pula 

yang dilakukan musuh-musuh Anak Daud (Mat. 22:34; Why. 

19:19). Orang Aram ini, sebab  menyadari ketidaksanggupan me-

reka, memanggil bantuan dari sekutu dan andalan mereka di 

seberang sungai Efrat (ay. 16). sebab  jumlah mereka sudah 

bertambah seperti itu, mereka berharap akan berhasil melawan 

Israel. namun  mereka itu tidak mengetahui rancangan TUHAN, 

bahwa Ia akan menghimpunkan mereka seperti berkas gandum ke 

tempat pengirikan (lih. Mi. 4:11-13). 

2. Gagalnya upaya ini oleh sebab  kewaspadaan dan keberanian 

Daud, yang sesudah  mengetahui rencana mereka, bertekad untuk 

tidak tinggal diam menunggu mereka menyerang, namun  pergi sen-

diri memimpin pasukannya menyeberangi sungai Yordan (ay. 17). 

Dalam pertempuran yang telah dipersiapkan baik-baik, ia menga-

lahkan orang Aram secara telak (ay. 18), membunuh tujuh ribu 

orang yang menunggang tujuh ratus kereta kuda, serta empat 

puluh ribu prajurit lain, baik itu pasukan berkuda maupun 

pasukan berjalan kaki, seperti yang tampak dengan membanding-

kannya dengan 1 Tawarikh 19:18. Panglima mereka tewas dalam 

peperangan, dan tidak diragukan lagi Daud pun pulang dengan 

kemenangan. 

3. Hasil dari kemenangan atas orang Aram ini. 

(1) Daud memperoleh sejumlah negeri pembayar upeti (ay. 19). 

Semua raja, atau penguasa-penguasa kecil, yang tadinya tak-

luk kepada Hadadezer, saat  melihat betapa kuatnya Daud, 

dengan sangat bijaksana mengadakan perdamaian dengan 

orang Israel, yang mereka dapati tidak sanggup mereka pe-

rangi, dan takluk kepada mereka, sebab  Israel mampu mem-

beri mereka perlindungan. Demikianlah janji yang dibuat ke-

pada Abraham (Kej. 15:18), dan yang diulangi kepada Yosua 

(Yos. 1:4), bahwa batas-batas Israel akan meluas sampai ke 

sungai Efrat, pada akhirnya digenapi. 

(2) Bani Amon kehilangan sekutu lama mereka. Sesudah itu takut-

lah orang Aram memberi pertolongan lagi kepada bani Amon, 

bukan sebab  bani Amon mempunyai kepentingan yang tidak 

benar (membenarkan kejahatan yang merupakan pelanggaran 

terhadap hukum segala bangsa), melainkan sebab  mereka 

mendapati kepentingan itu tidak berhasil. Sungguh berbahaya 

menolong orang-orang yang ditentang Allah. Sebab, jika  me-

reka jatuh, para penolong mereka akan jatuh bersama mereka. 

Yesus Kristus, Anak Daud, mengirimkan utusan-utusan-

Nya, yakni para rasul dan pelayan Injil-Nya, sesudah hamba-

hamba-Nya para nabi, kepada jemaat dan bangsa Yahudi. 

Namun, mereka mempermalukan para utusan itu, seperti yang 

dilakukan Hanun kepada utusan-utusan Daud, mengolok-olok 

mereka, melecehkan mereka, dan membunuh mereka. Dan 

inilah yang memenuhi takaran kedurjanaan orang Yahudi, dan 

menimpakan kepada mereka kehancuran yang tidak bisa 

dipulihkan lagi (Mat. 21:35, 41; 22:7; bdk. 2Taw. 26:16). Sebab 

bagi Kristus, segala penghinaan dan celaka yang ditimpakan 

kepada hamba-hamba-Nya yaitu  sama seperti ditimpakan 

kepada diri-Nya sendiri, dan Ia akan membalaskannya sesuai 

dengan perbuatan mereka. 

 

 


 

 

PASAL 1 1  

pa yang diucapkan Daud saat  mendengar kabar menyedihkan 

tentang kematian Saul mungkin lebih cocok diterapkan pada 

kisah sedih dalam pasal ini, yakni perzinahan dan pembunuhan yang 

dilakukan Daud. “Janganlah kabarkan itu di Gat, janganlah berita-

kan itu di lorong-lorong Askelon.” Andai saja kita bisa menarik selu-

bung untuk menutupinya, sehingga tidak akan pernah diketahui, 

dan tidak akan pernah dikatakan, bahwa Daud melakukan perbuat-

an-perbuatan seperti yang dicatat di sini tentang dirinya. namun  hal 

itu tidak dapat, dan tidak boleh, disembunyikan. Kitab Suci men-

ceritakan sebagaimana adanya bahkan kesalahan orang-orang yang 

paling dipujinya sekalipun. Ini merupakan contoh dari kejujuran para 

penulisnya, dan bukti bahwa kitab itu tidak ditulis untuk kepenting-

an pihak mana pun. Dan bahkan kisah-kisah seperti ini pun “telah 

ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita,” supaya “siapa yang me-

nyangka, bahwa ia teguh berdiri, berhati-hati supaya ia jangan 

jatuh,” dan supaya bahaya yang menimpa orang lain bisa menjadi 

peringatan bagi kita. Tidak diragukan lagi bahwa banyak orang telah 

dibuat berani berbuat dosa, dan tetap berkeras di dalamnya, sesudah  

membaca kisah ini. Bagi mereka, kisah ini menjadi “bau kematian 

yang mematikan.” namun  banyak juga orang yang telah digugah oleh-

nya untuk menjaga diri mereka dengan gigih dan kudus, dan senan-

tiasa waspada terhadap dosa. Bagi mereka, kisah ini menjadi “bau 

kehidupan yang menghidupkan.” Sangatlah besar dosa-dosa yang di 

sini kita dapati diperbuat oleh Daud itu, dan sangat diperberat oleh 

berbagai tindak kejahatan lain. 

I. Daud berzinah dengan Batsyeba, istri Uria (ay. 1-5). 

II. Ia berusaha keras agar Uria tampak merupakan ayah dari 

anak yang tidak sah itu (ay. 6-13). 

III. saat  rencana itu gagal, ia merancangkan kematian Uria 

melalui pedang orang Amon, dan berhasil mewujudkannya 

(ay. 14-25). 

IV. Daud menikahi Batsyeba (ay. 26-27). Inikah Daud? Inikah 

orang yang berkenan di hati Allah? Betapa perilakunya telah 

berubah, lebih buruk daripada perilakunya di hadapan Ahi-

melekh! Betapa emas ini telah menjadi suram! Hendaklah 

orang yang membaca ini mengerti seperti apa jadinya orang-

orang yang terbaik sekalipun jika  Allah membiarkan me-

reka mengikuti kehendak sendiri. 

Dosa Daud dengan Batsyeba 

(11:1-5) 

1 Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, 

maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang 

Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang 

Daud sendiri tinggal di Yerusalem. 2 Sekali peristiwa pada waktu petang, 

saat  Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas 

sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang wanita   

sedang mandi; wanita   itu sangat elok rupanya. 3 Lalu Daud menyuruh 

orang bertanya tentang wanita   itu dan orang berkata: “Itu yaitu  Bat-

syeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.” 4 Sesudah itu Daud menyuruh 

orang mengambil dia. wanita   itu datang kepadanya, lalu Daud tidur 

dengan dia. wanita   itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisan-

nya. Kemudian pulanglah wanita   itu ke rumahnya. 5 Lalu mengandung-

lah wanita   itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, 

demikian: “Aku mengandung.” 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Kemuliaan yang diperoleh Daud, sebab  meneruskan peperangan 

melawan bani Amon (ay. 1). Kita tidak dapat bergembira dalam 

memandang pertempuran besar ini seperti yang sejauh ini kita 

rasakan saat  mengamati pencapaian-pencapaian Daud, sebab 

keindahannya telah dicemari dan dinodai oleh dosa. Seandainya 

tidak demikian, bisa jadi kita akan menyaksikan hikmat dan 

keberanian Daud dalam meneruskan hantamannya. sebab  su-

dah mengalahkan pasukan Amon secara telak di medan pertem-

puran, maka begitu memperoleh kesempatan pada pergantian ta-

hun, ia mengutus lebih banyak pasukan untuk memorak-poran-

dakan negeri Amon dan membalaskan lebih jauh perselisihan 

para utusannya. Raba, ibu kota bani Amon, berusaha bertahan,

 dan berhasil cukup lama. Kota inilah yang dikepung habis-habis-

an oleh Yoab, dan pada waktu pengepungan inilah Daud jatuh ke 

dalam dosa ini . 

II.  Aib yang menimpa Daud, sebab  ia sendiri telah ditaklukkan dan 

ditawan oleh hawa nafsunya sendiri. Dosa yang diperbuatnya 

yaitu  perzinahan, yang melanggar hukum ketujuh, dan menurut 

penghakiman zaman para bapa leluhur,  merupakan kejahatan 

keji, serta kejahatan yang patut dihukum oleh hakim (Ayb. 31:11). 

Dosa itu menghilangkan daya pikir, dan membuat orang memper-

oleh siksa dan cemooh, lebih daripada dosa apa pun, dan malunya 

tidak terhapuskan. 

1. Cermatilah keadaan-keadaan yang mengarah kepada dosa ini. 

(1) Kelalaian dalam menjalankan tugas. saat  seharusnya 

berada di luar bersama pasukannya di medan perang, ber-

tempur bagi Tuhan, Daud justru mengalihkan tugas ini 

kepada orang lain, sementara ia sendiri tinggal di Yeru-

salem (ay. 1). Dalam peperangan melawan orang Aram, 

Daud sendiri ikut pergi (10:17). Andaikata sekarang ia ber-

ada di tempat tugasnya memimpin segenap pasukannya, ia 

akan jauh dari godaan ini. saat  meninggalkan kewajiban, 

kita berjalan menuju godaan. 

(2) Suka akan kenyamanan, dan memanjakan sifat pemalas: 

Ia bangun dari tempat pembaringannya pada waktu petang 

(ay. 2). Di sanalah ia menghabiskan waktu sepanjang sore 

itu dengan berbaring dalam kemalasan, padahal seharus-

nya waktu itu dimanfaatkannya untuk melakukan suatu 

kegiatan bagi kemajuan dirinya sendiri atau kebaikan 

orang lain. Dahulu pada masa susahnya, ia suka berdoa, 

bukan hanya pada pagi dan petang hari, melainkan juga 

pada tengah hari. Ada kekhawatiran bahwa, pada tengah 

hari ini, ia lalai melakukan kebiasaan itu. Kemalasan mem-

berikan kesempatan emas kepada si penggoda. Air tenang 

banyak kotorannya. Pembaringan orang malas sering kali 

terbukti menjadi ranjang nafsu. 

(3) Mata yang jelalatan: Tampak kepadanya seorang perem-

puan sedang mandi, mungkin untuk membersihkan diri 

dari suatu kenajisan, sesuai hukum Taurat. Dosa masuk 

melalui mata, seperti halnya dosa Hawa. Mungkin Daud 

memang sengaja ingin melihat wanita   itu. Setidaknya, 

ia tidak berbuat sesuai doanya sendiri, lalukanlah mataku 

dari pada melihat hal yang hampa, dan tidak mendengar-

kan peringatan putranya dalam perkara serupa, jangan 

melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya. 

Entah ia tidak, seperti Ayub, mengadakan perjanjian de-

ngan matanya, atau pada saat ini ia telah melupakannya. 

2. Langkah-langkah menuju dosa. saat  Daud melihat perem-

puan itu, segeralah timbul hawa nafsu, dan, 

(1) Daud menanyakan siapa wanita   itu (ay. 3), mungkin 

hanya berniat, kalau wanita   itu belum menikah, untuk 

mengambilnya sebagai istri, seperti sejumlah wanita   

yang sudah diambilnya sebagai istri. Akan namun , jika  

wanita   itu sudah menikah, Daud tidak mempunyai 

maksud apa-apa terhadapnya. 

(2) Keinginan yang bejat itu semakin menjadi-jadi. Meskipun 

sudah diberi tahu bahwa wanita   itu yaitu  istri orang, 

dan istri siapa, ia tetap saja mengirim para utusan untuk 

menjemputnya. Dan sesudah  itu, ada kemungkinan, ia ha-

nya bermaksud untuk menghibur diri dengan ditemani 

olehnya dan berbincang-bincang dengannya. Akan namun , 

(3) saat  wanita   itu datang, Daud tidur dengan dia. 

wanita   itu menyetujuinya dengan begitu mudah, sebab 

Daud yaitu  orang besar, dan juga terkenal akan kebaik-

annya. wanita   itu pastilah pikir jika orang seperti 

Daud yang memulainya, maka itu bukanlah dosa. Lihatlah 

bagaimana dosa itu jalannya terjal ke bawah. saat  orang 

mulai berbuat jahat, mereka tidak bisa menghentikan diri 

mereka sendiri dengan segera. Memulai hawa nafsu, seperti 

halnya memulai pertengkaran, yaitu  seperti membuka 

jalan air. Oleh sebab  itu, berhikmatlah bagi kita untuk un-

dur sebelum hawa nafsu dimulai. Lalat yang bodoh mem-

bakar sayapnya, dan menyia-nyiakan hidupnya pada akhir-

nya, dengan bermain-main di seputar lilin. 

3. Hal-hal yang memperberat dosa itu. 

(1) Daud sekarang sudah berumur, paling tidak lima puluh 

tahun, dan menurut sebagian penafsir lebih daripada itu. 

Orang akan berpikir bahwa pada usia ini , hawa nafsu 

yang lebih sering melanda orang muda itu seharusnya 

tidak bergejolak dalam diri Daud. 

(2) Daud sudah memiliki banyak istri dan gundik sendiri. Hal 

ini ditegaskan dalam pasal 12:8. 

(3) Uria, yang telah dijahati Daud, yaitu  salah seorang yang 

berjasa kepadanya. Ia yaitu  orang yang terhormat dan 

berperilaku baik, orang yang sekarang sedang melaksana-

kan tugas di luar, mempertaruhkan nyawanya di bukit-

bukit pertempuran demi kehormatan dan keamanan Daud 

serta kerajaannya, tempat Daud sendiri seharusnya berada. 

(4) Batsyeba, yang dinodainya, yaitu  wanita   yang mem-

punyai nama baik, dan, sebelum terseret dan terpengaruh 

olehnya ke dalam kefasikan ini, pasti telah memelihara 

kesuciannya. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia 

bisa melakukan hal yang begitu buruk seperti meninggal-

kan teman hidup masa mudanya, dan melupakan perjanjian 

Allahnya. Tidak pula ada seorang pun di dunia ini selain 

Daud yang mungkin dapat berhasil membujuk dia. Orang 

yang berzinah tidak saja menjahati dan menghancurkan 

jiwanya sendiri, namun  juga, sedapat mungkin, jiwa orang 

lain. 

(5) Daud yaitu  seorang raja, yang kepadanya Allah telah 

memercayakan pedang keadilan dan pelaksanaan hukum-

an atas para penjahat lain, terutama atas para pezinah, 

yang menurut hukum Taurat harus dihukum mati. Oleh 

sebab itu, dengan bersalah atas kejahatan itu sendiri, dia 

menjadikan dirinya sebagai contoh pelaku kejahatan, pada-

hal dia seharusnya menjadi kengerian bagi mereka. Bagai-

mana ia bisa mempunyai muka untuk menegur atau meng-

hukum orang lain atas suatu perbuatan, sementara ia 

sendiri sadar bahwa dirinya bersalah atas perbuatan yang 

sama? (Rm. 2:22). Masih banyak yang bisa dikatakan un-

tuk memperberat dosa itu, dan saya hanya bisa memikir-

kan satu alasan yang dapat meringankannya, yakni bahwa 

dosa itu baru dilakukan satu kali. Perbuatan itu sama 

sekali bukan merupakan kebiasaannya. Oleh godaan yang 

muncul tiba-tibalah dia terseret ke dalam perbuatan itu. 

Daud bukanlah salah seorang yang dikeluhkan nabi Yere-

mia, bahwa mereka yaitu  kuda-kuda jantan yang gemuk 

dan gasang, masing-masing meringkik menginginkan isteri 

sesamanya (Yer. 5:8). namun  sekali ini Allah membiarkan 

dia menuruti keinginannya sendiri, seperti yang dilakukan-

Nya terhadap Hizkia, supaya diketahui segala isi hatinya 

(2Taw. 32:31). Seandainya Daud diberi tahu tentang hal ini 

sebelumnya, dia akan berkata, seperti Hazael, apakah ham-

bamu ini tidak lain dari anjing saja? namun  melalui kejadian 

ini kita diajar betapa kita perlu berdoa setiap hari, Bapa 

yang di sorga, janganlah membawa kami ke dalam pencoba-

an, dan berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalamnya. 

Upaya Daud untuk Menyembunyikan Kejahatannya; 

Upaya Daud Digagalkan 

(11:6-13) 

6 Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: “Suruhlah Uria, 

orang Het itu, datang kepadaku.” Maka Yoab menyuruh Uria menghadap 

Daud. 7 saat  Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keada-

an Yoab dan tentara dan keadaan perang. 8 Kemudian berkatalah Daud ke-

pada Uria: “Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu.” saat  Uria keluar 

dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. 9 namun  

Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya 

dan tidak pergi ke rumahnya. 10 Diberitahukan kepada Daud, demikian: “Uria 

tidak pergi ke rumahnya.” Lalu berkatalah Daud kepada Uria: “Bukankah 

engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumah-

mu?” 11 namun  Uria berkata kepada Daud: “Tabut serta orang Israel dan 

orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba 

tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku 

untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi 

nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!” 12 Kata Daud kepada Uria: “Ting-

gallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi.” Jadi Uria 

tinggal di Yerusalem pada hari itu. Keesokan harinya 13 Daud memanggil dia 

untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada 

waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, 

bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya. 

Uria, dapat kita duga, sudah beberapa pekan tidak bersama istrinya, 

sebab  sedang bertempur di negeri orang Amon, dan tidak berniat 

pulang sampai pertempuran itu selesai. Keadaan istrinya akan mene-

rangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan. Dan jika  pada saat 

kepulangannya Uria mendapati bagaimana istrinya telah dilecehkan, 

dan oleh siapa, maka bisa diperkirakan, 

1. Bahwa Uria akan menuntut istrinya, sesuai hukum Taurat, untuk 

dirajam hingga mati. Sebab cemburu yaitu  geram seorang laki-

laki, terutama laki-laki yang terhormat, dan orang yang disakiti 

seperti itu tidak kenal belas kasihan pada hari pembalasan 

dendam (Ams. 6:34). Inilah yang dikhawatirkan Batsyeba saat  ia 

menyuruh orang untuk memberi tahu Daud bahwa ia sedang 

mengandung. Hal ini menyiratkan bahwa Daud bersedia melin-

dunginya, dan, ada kemungkinan, andaikata Daud tidak menjan-

jikan hal itu kepada Batsyeba. Dan dengan berbuat begitu Daud 

secara menyedihkan menyalahgunakan kekuasaannya sebagai 

raja, maka Batsyeba tidak akan menyetujui ajakan Daud. Harap-

an terbebas dari hukuman merupakan dorongan kuat untuk 

melakukan kejahatan. 

2. Bisa juga diperkirakan bahwa sebab  Uria tidak dapat menuntut 

Daud sesuai hukum Taurat atas pelanggaran semacam ini, maka 

ia pasti akan membalas dendam dengan cara lain, dan menimbul-

kan pemberontakan terhadap Daud. Sudah terdapat beberapa 

contoh tentang raja-raja yang kehilangan mahkota mereka akibat 

perbuatan-perbuatan semacam ini, yang menyulut amarah seba-

gian dari bawahan mereka yang berkedudukan kuat. Untuk men-

cegah celaka yang berlipat ganda ini, Daud berusaha keras agar 

Uria tampak seolah-olah merupakan ayah dari anak yang akan 

lahir itu. Oleh sebab  itu, Daud menyuruh Uria pulang untuk 

tinggal satu atau dua malam dengan istrinya. Amatilah, 

I. Bagaimana rencana itu diatur. Uria harus pulang dari medan 

perang dengan alasan memberikan laporan kepada Daud tentang 

keadaan perang, dan bagaimana mereka mengepung kota Raba 

(ay. 7). Demikianlah Daud berpura-pura menaruh perhatian luar 

biasa terhadap pasukannya, padahal ia sama sekali tidak memi-

kirkannya. Seandainya ia tidak mempunyai niat lain, maka utus-

an yang jauh lebih rendah kedudukannya daripada Uria sudahlah 

cukup untuk memberinya laporan tentang keadaan perang. 

sesudah  berbincang dengan Uria sejauh yang dipandangnya perlu 

untuk menutupi rencananya, Daud menyuruhnya pulang ke 

rumah. Dan, supaya Uria bisa lebih menikmati kebersamaan 

dengan istri masa mudanya di sana, Daud mengirimkan hidangan 

makanan kepadanya untuk makan malam (ay. 8, KJV). saat  ren-

cana itu gagal pada malam pertama, dan Uria terbaring sepanjang 

malam di kamar penjaga, sebab  sudah letih akibat perjalanan 

yang ditempuhnya dan lebih ingin tidur daripada makan, maka 

pada malam berikutnya Daud membuatnya mabuk (ay. 13). Atau 

Daud membuatnya bergembira, menggodanya untuk minum-

minum lebih dari yang sepantasnya, supaya ia dapat melupakan 

sumpahnya (ay. 11), dan merasa ingin pulang dan tidur di tempat 

tidurnya sendiri. Seandainya Daud berhasil membuatnya mabuk 

berat, mungkin ia juga akan memerintahkan agar Uria digotong 

pulang. Entah demi rencana apa pun, sungguh jahat membuat 

orang menjadi mabuk. Celakalah orang yang berbuat demikian 

(Hab. 2:15-16). Allah akan menaruh cawan yang membuat geme-

tar ke tangan orang yang menaruh cawan yang memabukkan ke 

tangan orang lain. Merampas akal sehat seseorang itu lebih buruk 

daripada merampas uangnya. Dan menyeretnya ke dalam dosa 

yaitu  lebih buruk daripada menyeretnya ke dalam masalah apa 

pun. Setiap orang baik, terutama setiap pejabat pemerintah, ha-

rus berusaha keras mencegah dosa ini, dengan cara memperingat-

kan, menahan, dan menjauhkan cawan itu dari orang-orang yang 

mereka lihat suka minum secara berlebihan. Sebaliknya, mengan-

jurkan hal itu berarti melakukan pekerjaan Iblis, dan bertindak 

sebagai antek-anteknya. 

II. Bagaimana rencana ini digagalkan oleh ketetapan hati Uria yang 

teguh untuk tidak tidur di ranjangnya sendiri. Dua malam itu ia 

tidur bersama para pengawal, dan tidak pergi ke rumahnya, mes-

kipun, ada kemungkinan, istrinya mendesaknya untuk pulang 

sama seperti yang dilakukan Daud (ay. 9, 12). Nah, 

1. Sebagian penafsir berpendapat bahwa Uria mencurigai apa 

yang telah terjadi, sebab  diberi tahu bahwa istrinya telah da-

tang ke istana, dan oleh sebab itu ia tidak mau menghampiri-

nya. Akan namun , seandainya ia memang mempunyai kecuriga-

an seperti itu, ia tentu akan membuka surat kepada Yoab yang 

dititipkan Daud kepadanya. 

2. Entah Uria mencurigai sesuatu atau tidak, penyelenggaraan 

Allah menaruh keteguhan ini di dalam hatinya, dan membuat 

dia tetap berpegang padanya, untuk membongkar dosa Daud, 

dan supaya gagalnya rencana Daud untuk menutup-nutupi-

nya dapat menyadarkan hati nuraninya untuk mengakui dan 

bertobat dari dosanya. 

3. Alasan yang diberikan Uria kepada Daud atas tindakan me-

nyangkal diri dan mematikan hawa nafsu yang tidak lazim ini 

sangatlah mulia (ay. 11). Selama pasukan sedang berkemah di 

medan pertempuran, dia tidak mau berbaring nyaman di 

rumahnya sendiri. “Tabut diam di dalam pondok,” tidak jelas 

apakah itu di dalam rumah, yaitu di dalam tenda yang telah 

didirikan Daud untuknya, atau di luar, bersama Yoab di dalam 

perkemahan. “Yoab, dan semua orang perkasa dari Israel, 

sedang tidur di tempat yang keras dan tidak nyaman, dan sa-

ngat rentan terhadap terpaan cuaca dan serangan musuh. 

Masakan aku pulang untuk bersantai dan bersenang-senang di 

rumahku sendiri?” Tidak, Uria membantah dan tidak bersedia 

melakukannya. Nah, 

(1) Sikap ini sendiri merupakan tekad yang teramat teguh, dan 

menunjukkan bahwa Uria yaitu  orang yang peduli terha-

dap kepentingan orang banyak, berani dan tangguh, dan 

mati terhadap kenikmatan-kenikmatan indrawi. saat  ba-

nyak orang sedang dilanda kesusahan dan bahaya, tidak-

lah pantas bagi kita untuk berbaring dengan aman, atau 

menikmati kesenangan, atau, bersama raja dan Haman, 

duduk minum-minum sementara kota Susan menjadi gem-

par (Est. 3:15). Kita harus menanggung kesukaran dengan 

sukarela saat  jemaat Allah terpaksa menanggungnya. 

(2) Sikap Uria itu bisa saja bermanfaat untuk menyadarkan 

hati nurani Daud, dan membuat suara hatinya menegur-

nya dengan keras atas apa yang telah dilakukannya. 

[1] Bahwa Daud dengan hina telah melecehkan orang yang 

begitu gagah berani seperti Uria, orang yang dengan be-

gitu sepenuh hati peduli terhadapnya dan kerajaannya, 

dan yang bertindak untuknya dan kerajaannya dengan 

begitu penuh semangat. 

[2] Bahwa Daud sendiri begitu berbeda dengan Uria. Teng-

gang rasa Uria terhadap kesukaran dan bahaya yang 

sedang dihadapi orang banyak membuatnya menahan 

diri dari kesenangan-kesenangan yang diperbolehkan, 

namun tidak dapat membuat Daud menahan diri dari 

kesenangan-kesenangan yang tidak diperbolehkan, mes-

kipun Daud lebih berkepentingan dalam urusan yang 

sedang dihadapi orang banyak itu. Sikap keras Uria ter-

hadap dirinya sendiri seharusnya mempermalukan 

Daud atas sikapnya yang memanjakan diri itu. Hukum 

Taurat memerintahkan, jika  engkau maju dengan 

tentaramu melawan musuhmu, maka haruslah engkau 

secara khusus menjaga diri terhadap segala yang jahat 

(Ul. 23:9). Uria berbuat lebih dari yang dituntut oleh 

hukum itu, namun  Daud melanggarnya. 

Daud memicu  Uria Terbunuh; 

Daud Diberi Tahu tentang Kematian Uria 

(11:14-27) 

14 Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan 

perantaraan Uria. 15 Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah 

Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian 

kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.” 16 Pada 

waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang 

diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa. 17 saat  orang-orang kota itu 

keluar menyerang dan berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa 

orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati.  

18 Kemudian Yoab menyuruh orang memberitahukan kepada Daud jalannya 

pertempuran itu. 19 Ia memerintahkan kepada suruhan itu, demikian: “Jika 

engkau sudah selesai mengabarkan jalannya pertempuran itu kepada raja,  

20 dan jikalau raja menjadi geram dan berkata kepadamu: Mengapa kamu 

demikian dekat ke kota itu untuk berperang? Tidakkah kamu tahu, bahwa 

orang akan memanah dari atas tembok? 21 Siapakah yang menewaskan 

Abimelekh bin Yerubeset? Bukankah seorang wanita   menimpakan batu 

kilangan kepadanya dari atas tembok, sehingga ia mati di Tebes? Mengapa 

kamu demikian dekat ke tembok itu? – maka haruslah engkau berkata: Juga 

hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati.” 22 Lalu pergilah suruhan itu dan 

sesampainya ia memberitahukan kepada Daud segala yang diperintahkan 

Yoab kepadanya. 23 Suruhan itu berkata kepada Daud: “Orang-orang itu 

lebih kuat dari pada kami dan keluar menyerang kami di padang. namun  

kami mendesak mereka kembali sampai ke lobang pintu gerbang. 24 Pada 

waktu itu pemanah-pemanah menembak kepada hamba-hambamu dari atas 

tembok, sehingga beberapa dari hamba raja mati; juga hambamu Uria, orang 

Het itu, sudah mati.” 25 Kemudian berkatalah Daud kepada suruhan itu: 

“Beginilah kaukatakan kepada Yoab: Janganlah sebal hatimu sebab  perkara 

ini, sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu. Sebab itu per-

hebatlah seranganmu terhadap kota itu dan runtuhkanlah itu. Demikianlah 

kau harus kuatkan hatinya!” 26 saat  didengar isteri Uria, bahwa Uria, 

suaminya, sudah mati, maka merataplah ia sebab  kematian suaminya itu.  

27 sesudah  lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perem-

puan itu ke rumahnya. wanita   itu menjadi isterinya dan melahirkan 

seorang anak laki-laki baginya. namun  hal yang telah dilakukan Daud itu 

yaitu  jahat di mata TUHAN. 

 

saat  rencana Daud agar Uria tampak seolah-olah merupakan ayah 

dari anak itu gagal, sehingga dengan berjalannya waktu Uria pasti 

akan tahu kejahatan yang telah diperbuat terhadap dirinya, maka 

untuk mencegah akibat-akibat dari balas dendamnya, Iblis meng-

gerakkan hati Daud untuk menghabisi Uria. Dengan begitu, baik 

Daud maupun Batsyeba tidak akan terancam bahaya. Apa yang bisa 

dituntut kalau tidak ada penuntut? Iblis menimbulkan pemikiran 

lebih jauh bahwa, jika  Uria sudah disingkirkan, maka Batsyeba, 

jika Daud mau, bisa menjadi miliknya selamanya. Perzinahan sering 

kali memicu  terjadinya pembunuhan, dan satu kejahatan 

harus ditutupi dan diamankan dengan kejahatan lain. Itulah sebab-

nya permulaan-permulaan dosa harus ditakuti, sebab  siapa tahu 

apa yang akan menjadi kesudahannya? Tertanam tekad dalam hati 

Daud (yang disangka orang tidak akan pernah bisa menyimpan 

pikiran sekeji itu) bahwa Uria harus mati. Lelaki yang tidak bersalah, 

berani, dan gagah perkasa itu, yang bersedia mati demi kehormatan 

rajanya, ternyata harus mati melalui tangan rajanya. Daud telah 

berdosa, Batsyeba pun telah berdosa, dan kedua-duanya berdosa 

terhadap Uria. Oleh sebab itu Uria harus mati. Daud bertekad Uria 

harus mati. Inikah orang yang merasa sangat terpukul hatinya kare-

na telah mengoyakkan jubah Saul? Quantum mutatus ab illo! – Sung-

guh telah berubah dia! Inikah orang yang telah melaksanakan 

penghakiman dan menegakkan keadilan kepada seluruh rakyatnya? 

Bagaimana ia sekarang bisa melakukan hal yang tidak adil seperti 

itu? Lihatlah bagaimana keinginan daging berperang melawan roh, 

dan betapa besar kerusakan yang ditimbulkannya dalam peperangan 

itu. Betapa keinginan daging itu telah membutakan mata, mengeras-

kan hati, membuat hati nurani mati rasa, dan menghilangkan segala 

rasa hormat dan keadilan dari diri manusia. Siapa melakukan zinah 

tidak berakal budi dan sudah hilang akal. Orang yang berbuat 

demikian merusak diri (Ams. 6:32). Akan namun , sama seperti mata 

seorang pezinah, begitu pula tangan seorang pembunuh, berusaha 

menyembunyikan perbuatannya (Ayb. 24:14-15). Perbuatan-perbuat-

an kegelapan membenci terang. saat  Daud membunuh Goliat de-

ngan gagah berani, hal itu dilakukan di hadapan orang banyak, dan 

ia pun bermegah di dalamnya. Akan namun , saat  ia membunuh Uria 

dengan hina, hal itu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, 

sebab ia merasa malu akan perbuatan itu, dan memang sudah 

sepantasnya. Siapa yang mau melakukan sesuatu yang tidak berani 

diakuinya? sesudah  Iblis, sebagai ular berbisa, menanamkan dalam 

hati Daud untuk membunuh Uria, lalu sebagai ular yang licik ia me-

nanamkan dalam benak Daud bagaimana harus melaksanakannya. 

Bukan seperti Absalom membunuh Amnon, dengan memerintahkan 

kepada para pegawainya untuk membunuh dia, atau seperti Ahab 

membunuh Nabot dengan menghasut para saksi untuk menuduh-

nya, melainkan dengan memperhadapkan Uria  pada serangan mu-

suh. Cara melakukan pembunuhan itu mungkin tidak begitu tampak 

menjijikkan bagi hati nurani dan di mata dunia, sebab  prajurit 

memang memperhadapkan diri mereka pada bahaya. Seandainya 

Uria tidak ditempatkan di tempat yang berbahaya itu, maka orang 

lain harus menggantikan tempatnya. Ia mempunyai, seperti yang kita 

katakan, kesempatan untuk hidup. Jika bertempur dengan gigih, ia 

mungkin akan selamat. Dan, jika  gugur, ia gugur secara ter-

hormat di medan pertempuran, tempat yang akan dipilih prajurit 

untuk mati. Namun demikian, semuanya ini tidak dapat mencegah 

tindakan ini  sebagai pembunuhan dengan sengaja, yang sudah 

direncanakan dengan niat jahat. 

I. Yoab diperintahkan untuk mengirim Uria ke barisan depan dalam 

pertempuran yang paling hebat, kemudian meninggalkan dia dan 

membiarkannya melawan musuh (ay. 14-15). Inilah rencana Daud 

untuk menyingkirkan Uria, dan rencana itu berhasil sesuai yang 

disusunnya. Banyak hal yang memperberat pembunuhan ini. 

1. Pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja. Daud mengambil 

waktu untuk memikirkannya, sebab ia menulis surat tentang 

hal itu. Dan meskipun sesudahnya ia masih mempunyai wak-

tu untuk membatalkan perintah itu sebelum dilaksanakan, 

namun ia tetap bersikeras melaksanakannya. 

2. Daud mengirimkan surat itu melalui Uria sendiri, suatu tin-

dakan yang hina dan biadab melebihi apa pun, untuk mem-

buat Uria menjadi kaki tangan bagi kematiannya sendiri. Dan 

sungguh bertentangan dengan akal sehat bahwa Daud bisa 

berniat begitu jahat terhadap seseorang, yang sekalipun demi-

kian dapat dipercayainya untuk mengantarkan surat yang isi-

nya tidak boleh diketahui orang itu. 

3. Keberanian dan semangat Uria sendiri bagi raja dan negerinya, 

yang layak mendapat pujian dan balas jasa setinggi-tingginya, 

malah dimanfaatkan untuk mengkhianatinya dengan lebih 

mudah pada nasib yang sudah menantinya. Kalaupun Uria 

tidak tergerak untuk memperhadapkan dirinya pada bahaya, 

itu mungkin sebab  dia yaitu  orang yang begitu penting 

hingga Yoab tidak bisa memperhadapkannya pada bahaya. Api 

semangat yang mulia yang sengaja dibuat berbalik membakar 

dirinya sendiri itu merupakan contoh paling menjijikkan dari 

sikap tidak tahu terima kasih. 

4. Banyak orang harus dilibatkan dalam kesalahan ini. Yoab, 

sang panglima, yang baginya darah para prajuritnya, terutama 

orang-orang yang berjasa, sangatlah berharga, harus melaku-

kannya. Baik dia maupun semua orang yang mengundurkan 

diri dari Uria saat  mereka seharusnya, dengan kesadaran 

hati nurani, mendukung dan menyokongnya, juga ikut bersa-

lah atas kematiannya. 

5. Uria dengan demikian tidak dapat mati seorang diri: pasukan 

yang berada di bawah perintahnya terancam bahaya akan mati 

bersamanya, dan memang demikianlah yang terjadi. Beberapa 

orang dari tentara, bahkan dari anak buah Daud, begitulah 

mereka disebut, untuk memperberat dosa Daud sebab  sudah 

menyia-nyiakan nyawa mereka, juga gugur bersama Uria (ay. 

17). Bahkan, perbuatan jahat yang disengaja yang melaluinya 

Uria harus dikhianati itu bisa saja berakibat mematikan bagi 

seluruh pasukan, dan mengharuskan mereka menghentikan 

pengepungan. 

6. Hal ini bisa saja membawa kemenangan dan kegembiraan bagi 

orang Amon, musuh bebuyutan Allah dan Israel, dan akan 

membuat mereka luar biasa puas. Daud berdoa untuk dirinya 

sendiri, supaya ia tidak jatuh ke tangan manusia, atau melari-

kan diri dari musuh-musuhnya (24:13-14). Namun demikian, 

ia justru menjual Uria, anak buahnya, kepada orang Amon, 

dan bukan sebab  suatu kesalahan yang diperbuat Uria. 

II. Yoab melaksanakan perintah-perintah ini. Dalam penyerangan 

berikutnya terhadap kota Raba, Uria ditugaskan di tempat yang 

paling berbahaya, sembari dibesarkan dengan harapan bahwa jika 

ia dipukul mundur oleh musuh yang dikepung, maka ia akan 

diselamatkan oleh Yoab. Dengan bergantung pada harapan ini, 

Uria terus maju dengan tekad bulat. Akan namun , bantuan tidak 

kunjung datang, pertempuran ternyata terlampau sengit, dan Uria 

pun terbunuh di dalamnya (ay. 16-17). Sungguh mengherankan 

bahwa Yoab mau melakukan hal semacam itu hanya berdasar  

sepucuk surat, tanpa mengetahui alasannya. Akan namun ,  

1. Mungkin ia beranggapan bahwa Uria telah bersalah atas suatu 

kejahatan yang besar, dan untuk menyelidiki hal itu, Daud 

telah menyuruh orang untuk memanggil Uria, dan bahwa, ka-

rena Daud tidak mau menghukumnya dengan terang-terang-

an, maka ia menggunakan cara ini untuk menghukum mati 

Uria. 

2. Yoab bersalah sebab  telah menumpahkan darah orang, dan 

bisa kita duga bahwa ia merasa sangat senang melihat Daud 

sendiri jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Ia mau saja me-

layani Daud dalam kesalahan ini, supaya bisa tetap mendapat 

perkenanannya. Sudah biasa jika  orang-orang yang sen-

dirinya telah melakukan kejahatan, ingin didukung di dalam-

nya oleh orang lain yang juga melakukan kejahatan, terutama 

oleh dosa orang-orang yang terkenal taat menjalankan agama. 

Atau mungkin Daud tahu bahwa Yoab merasa sakit hati 

kepada Uria, dan dengan senang hati akan membalas dendam 

kepadanya. Sebab jika tidak demikian, maka Yoab, saat  

melihat ada alasan, tentu tahu bagaimana membantah perin-

tah-perintah raja itu (seperti dalam 19:5; 24:3). 

III. Yoab memberikan laporan mengenai jalannya peperangan kepada 

Daud. Seorang utusan segera dikirim dengan membawa laporan 

tentang kehinaan dan kekalahan terakhir yang telah mereka 

derita ini (ay. 18). Dan, untuk menyamarkan perkara itu, 

1. Yoab menduga bahwa Daud akan terlihat marah sebab  ke-

pemimpinannya yang buruk, dan bertanya mengapa mereka 

menyerang begitu dekat dengan tembok kota (ay. 20). Tidak-

kah mereka tahu bahwa Abimelekh kehilangan nyawanya 

sebab  bertindak demikian? (ay. 21). Kita mendapati kisahnya 

dalam Kitab Hakim-hakim 9:53, kitab yang, ada kemungkinan, 

diterbitkan sebagai bagian dari sejarah suci pada masa Sa-

muel. Selain itu biarlah dikemukakan sebagai pujian bagi me-

reka, dan sebagai teladan. Bahkan para prajurit pun mengenal 

isi Kitab Suci, dan dapat mengutip kisah Kitab Suci dengan 

mudah, dan menggunakannya sebagai peringatan bagi diri 

mereka sendiri agar tidak melakukan upaya-upaya yang sama 

yang mereka ketahui dapat mencelakakan diri mereka. 

2. Dengan licik Yoab menyuruh utusan itu meredakan amarah 

Daud dengan memberi tahu dia bahwa Uria, orang Het itu, 

juga sudah mati. Hal ini memberikan isyarat yang terlampau 

jelas kepada utusan itu, dan melalui dia kepada orang lain, 

bahwa diam-diam Daud akan senang mendengar berita itu. 

Sebab pembunuhan pasti akan terungkap. Dan, jika  orang 

melakukan hal-hal yang hina semacam itu, mereka harus 

bersiap untuk diolok-olok dan dicela, bahkan oleh bawahan 

mereka. Sang utusan menyampaikan pesan Yoab sesuai perin-

tah (ay. 22-24). Ia bercerita bahwa musuh-musuh yang dike-

pung keluar lebih dahulu untuk menyerang para pengepung, 

orang-orang itu keluar menyerang kami di padang, menggam-

barkan bahwa para pengepung telah melaksanakan tugas 

mereka dengan gagah berani. Kami mendesak mereka kembali 

sampai ke lobang pintu gerbang – kami bergegas memaksa me-

reka mundur ke dalam kota. Dan dengan demikian ia meng-

akhiri laporannya dengan menyebut sekilas tentang pemban-

taian yang dilancarkan kepada mereka oleh para pemanah dari 

atas tembok: Beberapa dari hamba raja mati, dan khususnya 

Uria, orang Het itu, seorang prajurit terkemuka, yang mendu-

duki tempat pertama dalam daftar orang-orang yang terbunuh.  

IV. Daud menerima laporan itu dengan kepuasan tersembunyi (ay. 

25). Janganlah Yoab merasa kesal, sebab  Daud sendiri tidak 

demikian. Daud tidak mempersalahkan tindakan Yoab, atau ber-

pikir bahwa mereka melakukan kesalahan sebab  menghampiri 

tembok kota sedekat itu. Semuanya sudah beres sekarang sebab  

Uria telah disingkirkan. sebab  tujuannya sudah tercapai, maka 

Daud bisa meremehkan kehilangan yang diderita, dan meng-

abaikannya secara mudah dengan alasan: Sudah biasa pedang 

makan orang ini atau orang itu. Ini bisa terjadi di medan perang, 

memang sudah biasa. Daud memerintahkan kepada Yoab untuk 

memperhebat serangan itu lain kali, padahal Daud, dengan dosa-

nya, justru melemahkan serangan itu, dan membangkitkan ama-

rah Allah untuk menghancurkan usaha itu. 

V. Daud menikahi janda itu tidak lama sesudahnya. Batsyeba men-

jalankan upacara perkabungan bagi suaminya dalam waktu yang 

singkat sebagaimana kebiasaan itu memperbolehkannya (ay. 26). 

Sesudah itu Daud membawa dia ke rumahnya untuk menjadi 

istrinya, dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki bagi Daud. 

Pembalasan dendam Uria dicegah oleh kematiannya, namun  kela-

hiran anak itu yang begitu cepat sesudah pernikahan mengung-

kapkan kejahatan itu. Dosa akan mempermalukan pelakunya. 

Namun ini belum yang terburuk: Hal yang telah dilakukan Daud 

itu yaitu  jahat di mata TUHAN. Seluruh perkara Uria, orang Het 

itu, sebagaimana hal itu disebut dalam 1 Raja-raja 15:5, yaitu per-

zinahan, kepalsuan, pembunuhan, dan akhirnya pernikahan ini, 

semuanya itu jahat di mata TUHAN. Daud telah menyenangkan 

hatinya sendiri, namun  tidak menyenangkan hati Allah. Perhati-

kanlah, Allah melihat dan membenci dosa dalam diri umat-Nya 

sendiri. Bahkan, semakin orang mengaku dekat dengan Allah, 

semakin jahat pula dosa-dosa mereka di mata-Nya. Sebab dalam 

dosa-dosa mereka ada sikap tidak tahu terima kasih, pengkhia-

natan, dan cela yang lebih besar daripada dalam dosa-dosa orang 

lain. Oleh sebab itu, janganlah ada yang memberanikan diri 

berbuat dosa dengan mencontoh Daud. Sebab orang-orang yang 

berbuat dosa seperti yang diperbuat Daud akan dipandang jahat di 

mata Allah seperti dirinya. Oleh sebab  itu hendaklah kita takut 

dan hormat kepada-Nya, dan tidak berbuat dosa, tidak berbuat 

dosa dengan cara yang sama seperti yang dibuat oleh Daud. 

 

 

 

 

PASAL 12  

asal sebelumnya berkisah kepada kita tentang dosa Daud, semen-

tara pasal ini berkisah kepada kita tentang pertobatannya. Meski 

telah jatuh, Daud tidak sepenuhnya tergeletak, namun , oleh anugerah 

Allah, pulih kembali dan mendapatkan belas kasihan Allah. Dalam 

pasal ini kita mendapati, 

I. Pernyataan bersalah yang ditujukan kepada Daud, melalui se-

buah firman yang disampaikan Natan kepadanya dari Allah, 

dalam bentuk perumpamaan yang memaksa Daud menjatuh-

kan hukuman atas dirinya sendiri (ay. 1-6), serta penerapan 

dari perumpamaan ini , yang di dalamnya Natan men-

dakwa Daud atas dosa yang telah diperbuat (ay. 7-9) dan 

menyatakan hukuman baginya (ay. 10-12).  

II. Pertobatan Daud dan pengampunan terhadap dirinya, de-

ngan sebuah ketentuan (ay. 13-14). 

III. Penyakit dan kematian sang anak, serta sikap Daud selama 

anak itu sakit dan pada waktu anak itu mati (ay. 15-23). Da-

lam kedua hal ini, Daud menunjukkan bukti pertobatannya. 

IV. Kelahiran Salomo, dan firman Allah yang penuh rahmat me-

ngenai dirinya, yang di dalamnya Allah menunjukkan bukti 

perdamaian-Nya dengan Daud (ay. 24-25). 

V. Direbutnya kota Raba (ay. 26-31), yang disebutkan sebagai 

pertanda lebih lanjut bahwa Allah tidak memperlakukan 

Daud setimpal dengan dosa-dosanya. 

Perumpamaan Natan; Pertobatan Daud 

(12:1-14) 

1 TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata 

kepadanya: “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain 

miskin. 2 Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; 

3 si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina 

yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar 

padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan 

minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perem-

puan baginya. 4 Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia 

merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya 

untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia 

mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya 

bagi orang yang datang kepadanya itu.” 5 Lalu Daud menjadi sangat marah 

sebab  orang itu dan ia berkata kepada Natan: “Demi TUHAN yang hidup: 

orang yang melakukan itu harus dihukum mati. 6 Dan anak domba betina itu 

harus dibayar gantinya empat kali lipat, sebab  ia telah melakukan hal itu 

dan oleh sebab  ia tidak kenal belas kasihan.” 7 Kemudian berkatalah Natan 

kepada Daud: “Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: 

Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang 

melepaskan engkau dari tangan Saul. 8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu 

kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah mem-

berikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cu-

kup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. 9 Mengapa engkau meng-

hina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het 

itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi 

isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. 

10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai 

selamanya, sebab  engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, 

orang Het itu, untuk menjadi isterimu. 11 Beginilah firman TUHAN: 

Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari 

kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan 

matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan 

isteri-isterimu di siang hari. 12 Sebab engkau telah melakukannya secara ter-

sembunyi, namun  Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara 

terang-terangan.” 13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah ber-

dosa kepada TUHAN.” Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah men-

jauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. 14 Walaupun demikian, sebab  

engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak 

yang lahir bagimu itu akan mati.” 

Tampaknya ada selisih waktu yang cukup lama sejak Daud bersalah 

atas perzinahannya dengan Batsyeba sampai ia pada akhirnya dibuat 

bertobat darinya. Sebab, sewaktu Natan diutus kepadanya, anak 

hasil perzinahan itu telah lahir (ay. 14), sehingga kira-kira sembilan 

bulan lamanya Daud menanggung kesalahan atas dosa itu, dan, 

sepanjang yang bisa disaksikan, tanpa bertobat darinya. Bagaimana 

kita harus memandang keadaan Daud selama rentang waktu ter-

sebut? Dapatkah kita membayangkan bahwa ia tidak pernah merasa 

terpukul oleh sebab dosanya itu, atau bahwa ia tidak pernah mera-

tapinya secara diam-diam di hadapan Allah? Saya dengan tulus ber-

harap bahwa Daud melakukan semuanya itu, dan bahwa Natan 

diutus kepadanya segera sesudah  kelahiran anak itu, yakni pada wak-

tu dosanya, melalui kelahiran anak itu, menjadi terkuak dan diper-

bincangkan di tengah masyarakat. Natan diutus kepadanya untuk 

mendapatkan pengakuan dosa darinya secara terbuka, bagi kemulia-

an Allah, sebagai peringatan bagi orang lain, dan agar Daud dapat 

menerima, melalui Natan, pengampunan dosa dengan sejumlah 

batasan tertentu. Akan namun , sepanjang kurun waktu sembilan bu-

lan ini, kita dapat menduga dengan kuat bahwa segala penghiburan 

dan anugerah untuknya ditangguhkan, dan persekutuannya dengan 

Allah pun terganggu. Selama waktu ini , sudah pasti Daud tidak 

menulis satu mazmur pun, kecapinya menjadi sumbang, dan jiwanya 

bagaikan pohon di musim dingin, yang hidup di akarnya saja. Oleh 

sebab itu, seusai Natan mengunjunginya, Daud berdoa, bangkitkan-

lah kembali padaku kegirangan sebab  selamat yang dari pada-Mu, 

dan bukalah bibirku (Mzm. 51:14, 17). Marilah kita cermati, 

I. Utusan yang dikirim Allah kepada Daud. Kepada kita disampai-

kan, melalui kata-kata terakhir dalam pasal sebelumnya, bahwa 

hal yang telah dilakukan Daud itu yaitu  jahat di mata Tuhan. 

Oleh sebab  itu, orang akan berpikir bahwa sebagai tindak lanjut 

atas kejahatan itu, Tuhan mengirim musuh-musuh untuk me-

nyerbu Daud, kengerian-kengerian untuk menyergapnya, dan 

utusan-utusan maut untuk menangkapnya. namun  ternyata tidak. 

Allah mengutus seorang nabi kepada Daud – Natan, sahabatnya 

yang setia serta orang kepercayaannya, untuk mengajar serta 

menasihatinya (ay. 1). Daud tidak menyuruh orang untuk mem-

bawa Natan kepadanya, meskipun Daud belum pernah begitu 

membutuhkan seseorang untuk mendengarkan pengakuan dosa-

nya seperti sekarang ini, namun  Allahlah yang mengutus Natan 

kepada Daud. Perhatikanlah, meskipun Allah bisa saja mengizin-

kan umat-Nya jatuh ke dalam dosa, Ia tidak akan membiarkan 

mereka tergeletak begitu saja di dalamnya. Dengan murtad ia 

menempuh jalan yang dipilih hatinya, dan jika  dibiarkan, ia 

akan mengembara tanpa henti. namun  (firman Allah), Aku telah 

melihat segala jalannya itu, dan Aku akan menyembuhkan dia 

(Yes. 57:17-18). Allah mengirim utusan-Nya untuk mencari kita 

sebelum kita mencari-Nya, sebab  jika tidak demikian, kita pasti 

akan tersesat. Natan merupakan sang nabi yang melaluinya Allah 

telah memberitahukan kepada Daud niat-niat baik-Nya terhadap 

dirinya (7:4), dan sekarang, melalui tangan yang sama, Allah 

mengirimkan kepadanya firman kemurkaan ini. Firman Allah di 

dalam mulut para hamba-Nya harus diterima, entah firman itu 

berbicara tentang kengerian atau penghiburan. Natan taat kepada 

penglihatan yang dari sorga itu, lalu beranjak pergi untuk me-

nyampaikan firman Allah kepada Daud. Natan tidak berkata, 

“Oleh sebab  Daud telah berdosa, aku tidak akan datang men-

dekat kepadanya.” Tidak, janganlah anggap dia sebagai seorang 

musuh, namun  tegorlah dia sebagai seorang saudara (2Tes. 3:15). 

Natan tidak berkata, “Oleh sebab  Daud yaitu  seorang raja, aku 

tidak berani menegurnya.” Tidak, jika Allah telah mengutusnya, 

maka ia meneguhkan hatinya seperti keteguhan gunung batu (Yes. 

50:7). 

II. Firman yang disampaikan Natan kepada Daud, untuk menyata-

kan kesalahannya.  

1. Natan mengawalinya dengan sebuah perumpamaan, yang bagi 

Daud tampak sebagai sebuah aduan yang disampaikan kepa-

danya oleh Natan mengenai salah satu warganya yang telah 

berbuat jahat kepada tetangganya yang miskin, supaya Daud 

mengambil tindakan untuk mengatasi dampak dari kejahatan 

itu dan menghukum sang penjahat. Natan, ada kemungkinan, 

biasa datang kepada Daud untuk urusan-urusan seperti itu, 

yang membuat urusan kali ini tidak terlalu dicurigai. Orang-

orang yang mempunyai pengaruh terhadap raja, dan yang 

dapat menjumpainya dengan bebas, sudah sepatutnya men-

jadi perantara bagi mereka yang diperlakukan tidak adil, su-

paya keadilan dapat ditegakkan di tengah-tengah mereka. 

(1) Natan memaparkan kepada Daud suatu pelanggaran berat 

yang telah diperbuat seorang kaya kepada tetangganya 

yang jujur, yang tidak mampu membantah si kaya itu. Si 

kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu 

sapi (ay. 2), sementara si miskin hanya mempunyai seekor 

anak domba. Betapa tidak meratanya pembagian di dunia 

ini. Namun demikian, hikmat, kebenaran, dan kebaikan 

yang tak terhingga telah menetapkan pembagian ini , 

agar si kaya dapat belajar tentang kemurahan hati dan si 

miskin belajar untuk mencukupkan diri. Orang miskin ini 

hanya mempunyai seekor anak domba, yakni seekor anak 

domba betina, tepatnya seekor anak domba betina yang 

kecil, sebab  ia tidak punya uang untuk membeli atau 

memelihara lebih banyak ternak lagi. namun  anak domba 

itu yaitu  anak domba yang terlantar, demikian kita me-

nyebutnya. Anak domba itu menjadi besar bersama-sama 

dengan anak-anaknya (ay. 3). Si miskin menyayangi anak 

domba itu, dan anak domba itu dekat dengannya setiap 

saat. Si kaya, sebab  memerlukan seekor anak domba 

untuk menjamu sahabatnya, merebut anak domba si mis-

kin dari dekapannya dengan kekerasan lalu memasaknya 

(ay. 4), entah atas dasar kerakusan, sebab  ia enggan meng-

ambil ternaknya sendiri, atau terlebih atas dasar kemewah-

an, sebab  ia membayangkan bahwa anak domba yang 

dirawat dengan baik seperti itu, yang makan dan minum 

seperti seorang anak, pasti akan menjadi santapan yang 

lebih lezat daripada salah satu ternaknya sendiri, dan akan 

terasa lebih nikmat. 

(2) Lewat perumpamaan ini, Natan memperlihatkan kepada 

Daud kejahatan dari dosa yang telah diperbuatnya dengan 

mencemari Batsyeba. Daud mempunyai banyak istri dan 

gundik, yang dipeliharanya dari kejauhan, sebagaimana 

orang-orang kaya memelihara ternak-ternak mereka di 

ladang. Andaikan Daud hanya memiliki seorang istri, dan 

andaikan istrinya itu menjadi kesayangannya, sebagaimana 

si anak domba betina itu bagi pemiliknya, andaikan istri-

nya itu menjadi kesayangannya seperti rusa yang manis 

dan kijang yang jelita, maka buah dadanya akan selalu 

memuaskannya, dan ia tentu tidak akan mencari-cari yang 

lain (Ams. 5:19). Pernikahan merupakan obat untuk me-

nangkal percabulan, namun  menikahi banyak wanita   

tidaklah demikian. Sebab, segera sesudah  hukum kesatuan 

di dalam pernikahan itu dilanggar, hawa nafsu yang diman-

jakan  itu akan sangat sulit dibendung. Uria, seperti halnya 

si miskin, hanya mempunyai seorang istri, yang menjadi be-

lahan jiwanya sendiri, dan yang selalu tidur di pangkuan-

nya, sebab  ia tidak mempunyai istri lain, ia tidak meng-

inginkan orang lain, untuk tidur di pangkuannya. Sang mu-

safir atau pengembara di dalam kisah ini, seperti dijelaskan 

oleh Uskup Patrick berdasar  para penulis Yahudi, yaitu  

khayalan, kecenderungan, atau keinginan jahat yang datang 

ke dalam hati Daud, yang bisa saja dipuaskannya dengan 

sebagian dari istri-istrinya sendiri. Namun, tidak ada yang 

mampu memuaskan Daud selain istri kesayangan Uria. 

Para penulis Yahudi ini  mencermati bahwa kecende-

rungan jahat ini disebut sebagai pengembara, sebab  pada 

awalnya kecenderungan itu memang hanyalah seorang 

pengembara, namun , dengan berjalannya waktu, ia menjadi 

tamu, dan pada akhirnya menjadi tuan rumah. Sebab 

orang yang pada permulaan ayat disebut sebagai pengem-

bara, pada akhir ayat disebut sebagai orang (ish – seorang 

suami). Namun demikian, sebagian penafsir mencermati 

bahwa di dalam hati Daud, hawa nafsu hanyalah bagaikan 

seorang pengembara yang tinggal untuk semalam saja. Ia 

tidak terus menetap dan berkuasa di sana. 

(3) Melalui perumpamaan ini, Natan memakai ucapan Daud 

sebagai hukuman bagi Daud sendiri. Sebab Daud, yang 

menganggap perumpamaan ini  sebagai perkara nyata, 

dan tidak meragukan kebenarannya sebab  disampaikan 

oleh Natan sendiri, segera menjatuhkan penghakiman me-

lawan sang pelaku kejahatan, dan menegaskannya dengan 

sebuah sumpah (ay. 5-6). 

[1] Bahwa, atas ketidakadilannya yang telah merampas 

anak domba si miskin, si kaya harus membayar ganti 

empat kali lipat, menurut hukum Taurat (Kel. 22:1), 

empat ekor domba ganti seekor domba. 

[2] Bahwa atas kelaliman dan kekejamannya, serta kese-

nangan yang dirasakannya dengan menindas si miskin, 

si kaya harus dihukum mati. jika  si miskin mencuri 

dari si kaya untuk memuaskan nafsunya sebab  lapar, 

maka si miskin harus mengganti rugi, sekalipun harus 

sampai menghabiskan segenap harta isi rumahnya 

(Ams. 6:30-31). Dalam Kitab Amsal itu Salomo mem-

bandingkan dosa perzinahan dengan tindak pencurian 

ini (Ams. 6:32). Akan namun , jika  si kaya mencuri ka-

rena memang ingin mencuri, bukan atas dasar keku-

rangan melainkan untuk bertindak sewenang-wenang, 

semata-mata supaya ia dapat berlagak berkuasa dan 

menyusahkan orang lain, maka si kaya pantas mati 

sebab  itu, sebab baginya, ganti rugi bukanlah sebuah 

hukuman, atau tidak berarti apa-apa. jika  hukuman 

ini  dipandang terlalu berat, kita harus memahami 

bahwa hal ini lahir dari kekasaran perangai Daud pada 

saat ini, oleh sebab  rasa bersalahnya, dan sebab  ia 

sendiri belum menerima belas kasihan. 

2. Natan pada akhirnya, sebagai penerapan dari perumpamaan 

ini, menunjuk kepada Daud. Dengan mengawali tuduhannya 

lewat sebuah perumpamaan, Natan memperlihatkan kehati-

hatiannya, dan betapa kita perlu berhati-hati dalam memberi-

kan teguran. Teguran itu diatur dengan baik jika, seperti pada 

kisah ini, sang pelaku kejahatan dapat digiring untuk menya-

lahkan dan menghukum dirinya sendiri sebelum ia menyadari-

nya. namun  di sini, saat  menerapkan perumpamaan itu, 

Natan menunjukkan kesetiaannya, dan berurusan dengan raja 

Daud dengan sikap yang tegas dan lugas seolah-olah sang raja 

yaitu  seorang rakyat jelata. Dengan terus terang, Natan ber-

kata, “Engkaulah orang itu yang telah melakukan kesalahan 

ini, dan kesalahan yang jauh lebih parah lagi, terhadap sesa-

mamu. Maka dari itu, berdasar  hukuman yang engkau 

tetapkan sendiri, engkau pantas mati, dan akan diadili oleh 

mulutmu sendiri. Bukankah ia yang mengambil anak domba 

milik sesamanya pantas mati? Dan bukankah engkau, yang 

telah mengambil istri sesamamu, pantas mati juga? Meskipun 

si kaya mengambil anak domba si miskin, namun si kaya tidak 

membuat pemilik anak domba itu kehilangan nyawanya, se-

perti yang telah engkau perbuat, dan sebab  itu engkau jauh 

lebih pantas mati.” Sekarang Natan berbicara langsung dari 

Allah, dan di dalam nama-Nya. Natan mengawali perkataannya 

dengan, beginilah firman TUHAN, Allah Israel, sebuah nama 

yang kudus dan dimuliakan Daud, dan yang menuntut per-

hatiannya. Natan pada saat ini berbicara, bukan sebagai se-

orang pemohon bagi si miskin, melainkan sebagai seorang 

utusan dari Allah yang agung, yang tidak memandang bulu. 

(1) Allah, melalui Natan, mengingatkan Daud akan perkara-

perkara besar yang telah dilakukan-Nya dan dirancangkan-

Nya bagi Daud, dengan mengurapinya menjadi raja dan 

memelihara nyawanya untuk menduduki takhta kerajaan 

(ay. 7), memberinya kuasa atas isi rumah pendahulunya, 

dan juga isi rumah orang-orang lain yang pernah menjadi 

tuannya, salah satunya Nabal. Allah telah memberikan 

kepada Daud kaum Israel dan Yehuda. Kekayaan kerajaan 

dipakai untuk melayaninya dan setiap orang bersedia 

membantunya. Bahkan, Allah siap melimpahkan apa saja 

kepadanya untuk membuatnya sejahtera: tentu Kutambah 

lagi ini dan itu kepadamu (ay. 8). Lihatlah betapa murah 

hatinya Allah dalam pemberian-pemberian-Nya. Di dalam