Selasa, 03 Desember 2024

kosmologi islam 4

 




Secara Etimologis kata kosmologi berasal dari dua kata Yunani yaitu

kosmos yang berarti dunia atau ketertiban dan logos yang berarti ilmu. Jadi

kosmologi dunia, yang tersusun menurut peraturan dan bukan yang kacau

tanpa aturan. Kosmos juga berarti alam semesta. Alam semesta juga berarti

jagad raya. Kosmologi adalah ilmu yang membicarakan tentang realitas jagat

raya, yakni keseluruhan sistem sistem alam semesta.

Kosmologi termasuk

bagian dari filsafat alam yang didalamnya membicarakan inti alam, isi alam,

dan hubunganya satu sama lain dan dengan keberadaanya dengan yang ada

mutlak. Dahulu ilmu yang mempelajari alam semesta disebut kosmogani,

sekarang oleh para ahli astronomi modern, kosmogani yang mempelajari

asal-usul dan evolusi alam semesta telah diperluas menjadi kosmologi.

Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang

sifatnya material. Naturalisme materialistik berpandangan bahwa kosmos dan

segala isinya terjadi secara alamiah, semua terjadi secara evolusi. Mereka

tidak percaya bahwa kosmos ada yang menciptakan. Semua terjadi akibat

sebab akibat. Sedangkan menurut Idealisme absolut dari Plato dan filsafat

yang bersumber pada religi bahwa jagat raya diciptakan oleh ide mutlak,

yaitu Tuhan. Dasar pandangan diatas akan mewarnai dan mempengaruhi

konsep pendidikan yang akan dilakukan manusia. Menurut naturalisme

materialistis, pendidikan sekadar untuk kehidupan di alam dunia. Bagi

Idealisme absolut dan filsafat yang bersumber pada religi, pendidikan akan

memiliki tujuan yang lebih universal, yaitu ketertiban hidup manusia dengan

kosmos dan dengan maha pencipta.Kosmos diciptakan oleh Allah sang Maha

pencipta dan secara mutlak dalam pengaturan, pemeliharaan, dan

pengawasan-Nya.

Kajian kosmos alam semesta dan benda-benda yang terdapat didalamnya

yang ada hubunganya mencangkup integrasi dan relasi atau tiga realitas

antara Allah, Makrokosmos, dan mikrokosmos. Makrokosmos merupakan

sinonim dengan dunia yang didefinisikan dengan segala sesuatu selain Allah

swt. Sehingga penggunaan istilah makrokosmos biasanya sebagai pengganti

mikrokosmos. Mikrokosmos merupakan individu manusia yang

melambangkan seluruh kualitas yang dijumpai dalam diri Allah. Dalam

perspektif filsafat, pengkajian tentang alam dikategorikan dalam pembahasan

metafisika. Metafisika secara umum dibagi dua yaitu metafisika umum yang

digolongkan pada golongan ini adalah aliran idealism, materialism, dan

naturalism.Metafisika khusus yang digolongkan pada golongan ini adalah

aliran kosmologi dan teologi metafisika.


Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang ada di langit dan di

bumi.

Secara filosofis,alam itu kumpulan substansi yang tersusun dari materi

dan bentuk yang ada di langit dan bumi. Alam dalam pengertian ini adalah

alam jagad raya, yang dalam bahasa Inggris disebut Universe.

Menurut

Muhamad Abdu, orang Arab sepakat bahwa kata “alamin” tidak digunakan

untuk merujuk kepada segala sesuatu yang ada, seperti alam, batu dan tanah,

tetapi mereka memakai kata alamin untuk merujuk kepada semua makhluk

Tuhan, yang berakal, seperti alam manusia, hewan dan tumbuhan. Sirajuddin

Zar merujuk alam dalam pengertian alam semesta itu menggunakan

"assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa" yang disebutkan dalam

Al-quran sebanyak 20 kali. Kata ini mengacu kepada dua alam yaitu alam fisik

seperti manusia, hewan dan tumbuhan dan alam non fisik atau alam gaib,

seperti alam malaikat, alam jin dan alam ruh.


Menurut Abu Al-’Ainain menyebut alam semesta dalam filsafat dengan

istilah al-kaun yang berarti segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang

mencankup nama segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung maupun

yang dapat dideskripsikan saja. Al-kaun sebagai makhluk Allah dapat dibagi

menjadi dua kategori, ‘alam al-syahadah (yang dapat dikenali melalui panca

indera seperti langit dan bumi), dan alam al-ghoib (yang hanya dapat dikenali

melalui wahyu ilahi, seperti alam malikat dan jin.).

Di dalam Al-Qur'an kata yang berkaitan dengan alam adalah kata kerja

“Khalaqa” untuk menciptakan dan kata benda “Kholaq” untuk ciptaan, kata

itu disebut sebanyak 253 kali, menunjukan tindakan penciptaan sebagai kata

kerja lebih banyak dari pada penciptaan sebagai kata benda. Menurut Hasan

Hanafi, alam adalah bukan sebagai benda tetapi merupakan sebuah persepsi

kebudayaan yang menentukan sikap manusia terhadap alam. Ariestoteles juga

berpendapat, alam ini terbagi kedalam dua bagian: alam langit dan alam bumi.

Seluruh alam ini bagaikan bulatan (bola) raksasa, berpusat pada bumi dan

sekitarnya hingga ke orbit bulan, yang merupakan batas alam bumi.

Sedangkan apa yang berada di atas bulan sampai ke bulatan langit pertama

adalah alam langit.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna

sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam

bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan

bagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.

3. Proses Terbentuknya Alam Semesta

Alam semesta di ciptakan secara sengaja bukan secara kebetulan, alam

semesta tidak bersifat abadi, tetapi tercipta dalam waktu dengan sebuah titik

awal.Proses terbentuknya alam semesta bisa dijelaskan dengan teori big bang

dan ayat-ayat Al-Qur’an.

a. Proses terbentuknya alam semesta menurut teori Big Bang

Alam diciptakan dari tiada (creatio ex nibilo) meskipun ketiadaan ini

tidak harus dipahami dalam arti ketiadaan yang mutlak, tetapi ada sebagai

potensi atau kemungkinan. Adapun tentang awal mula terbentuknya alam

semesta didukung oleh penemuan teori astrofisika modern disebut

peristiwa Big Bang menurut teori ini alam semesta berkembang secara

evolutif.

Semua massa atau benda-benda yang akan membentuk alam

semesta seperti: galaksi,bintang, semua nebula,gas Matahari,seluruh

planet, satelit maupun zat-zat kosmos lainya, berkumpul menjadi satu di

bawah tekanan yang paling tinggi dan sangat kuat. Sehingga

menyebabkan pecah dan runtuh berantakan, jadi berkeping-keping.

Kepingan tersebut akhirnya menjadi bintang-bintang, matahari, planet,

satelit, galaksi nebula dan benda-benda semesta lainya bertaburan

memenuhi ruang kosong,

Teori Big Bang juga menjelaskan bahwa alam semesta berkembang

dengan sangat cepat dalam beberapa mikrodetik yang pertama. Dimulai

dengan kabut hidrogen yang berputar melanda dan alam semesta

berkembang dari suatu materi yang terdiri atas proton, elektron dan

neutron yang berada dalam lautan radiasi dengan suhu yang sangat

tinggi.

saat  alam mengembang, suhu materi semakin turun sehingga

terbentuk banyak helium, deuterium, dan unsur ringan lainya dialam

semesta. Kondisi ini sesuai dengan kenyataan yang terjadi di jagat raya.

Alam dengan asapyang melimpah, yang merupakan 90% dari semua

materi kosmos ini. Dengan gerak acak awan seperti itu, atom-atom kadang

bergabung secara kebetulan untuk membentuk kantong-kantong gas yang

padat. Dari peristiwa ini muncul bintang-bintang, demikianlah secara

perlahan sesudah  melalui kira-kira dua puluh miliar tahun, akhirnya


terbentuklah galaksi-galaksi yang terus berkembang, juga bintang-bintang,

matahari serta planet planet yang mengitari bumi yang dihuni manusia.

Inilah sebuah sistem planet dengan matahari sebagai pusatnya yang

disebut tata surya. Permulaan alam seperti ini dalam filsafat Islam disebut

gerak transuptansial yaitu gerak alam yang bukan horisontal, melainkan

vertikal ke arah yang lebih sempurna.

b. Proses terbentuknya alam semesta menurut Al-Qur’an

Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur’an telah

menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat

dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut Al-Qur’an

adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt

dalam Surat Al-Anbiya ayat 30:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya

langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu,

kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami

jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada

juga yang beriman?

Pemisahan langit dan bumi dari suatu keadaan yang padu terjadi

dengan serta merta (kun fayakun) atas perintah Allah SWT sesuai

keterangan pada Surat An’am ayat 73:

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar),

saat  dia berkata “Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu Firmanya

adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu

sangkakala ditiup. Dan Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata.

Dialah Yang Mahabijaksana, Mahateliti.

Penciptaan alam semesta juga berarti mengikuti proses yang telah

ditentukan oleh Allah Swt yaitu selama enam masa sesuai dengan Surat

Al-A’raf ayat 54:

Sungguh Tuhanmu adalah allah yang menciptakan langit danbumi

dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas ‘Arsy. Dia

menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.

(Dia ciptakan) matahari, bulan, bintang-bintang tunduk kepada

perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi

hak-Nya. Mahasuci Allah Tuhan seluruh alam.

Enam masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit

dan penciptaan bumi sendiri dilakukan secara bertahap selama dua masa

seperti diterangkan dalam Surat Fushilat ayat 9 dan 12, sedangkan

penciptaan makhluk di muka bumi dilakukan empat masa seperti

diterangkan dalam surat Fushilat ayat 10. Tahapan masa kehidupan

perkembangan makhluk di bumi di jelaskan lebih rinci pada pembahasan

pada penciptaan makhluk di bumi.Langit yang diciptakan oleh Allah

dibangun dengan kekuasaan-Nya dan diperluas secara terus menerus

sesuai dengan keterangan pada surat Adz-Dzariyat ayat 47:

Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami

benar-benar meluaskanya.

Keterangan ayat tersebut didukung oleh data pengamatan yang

dilakukan oleh ahli astronomi dari Amerika yang mengumpulkan dan

menginterprestasikan data hasil observasi dengan menggunakan

teleskopnya pada tahun 1929, bernama Edwin Huble. Ia menemukan

bahwa bintang dan galaksi ternyata bergerak saling menjauh satu sama

lain dengan menginterprestasi spektrum galaksi yang bergerak ke arah

warna merah. Namun meluasnya alam ternyata terjadi semakin cepat.

Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya alam

semesta menurut sains modern, maka konsep penciptaan semesta yang

tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya.

Ayat-ayat di atas Allah menganjurkan kepada hamba-Nya untuk melihat

dan memikirkan fenomena alam, dan dengan melihat keteraturan dan

koordinasi di dalam system penciptaan dan koordinasi di dalam sistem

penciptaan dan keajaiban-keajaibanya akan lebih mendekatkan

kepada-Nya. Diharapkan melalui pengetahuan tentang alam, akan melihat

kebesaran Allah sebagai pencipta. Pengakuan ini diikuti dengan mematuhi

perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya agar manusia tidak melakukan

kerusakan di muka bumi.

4. Tujuan Penciptaan Alam

Tujuan penciptaan alam semesta menurut perspektif Islam pada dasarnya

adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan

pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah


Sebagaimana

firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39:

Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara

keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya

melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.

Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam

semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda

Allah Swt. Menurut Oliver Leaman, Allah merancang alam serta seluruh

ciptaan-Nya adalah untuk kepentingan kita manusia, meskipun Dia tidak harus

berbuat seperti itu, dan apa yang Dia minta sebagai tindak balasan-Nya

hanyalah menyembah dan bertakwa kepada-Nya. Keberadaaan alam semesta

merupakan petunjuk yang jelas tentang keberadaaan Allah SWT. Oleh karena

itu dalam mempelajari alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan

bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta. Seperti firman

Allah dalam Surat Al-Fushilat ayat 53 yang artinya:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami

di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi

mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa

Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Ayat tersebut jelas menunjukan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah yang

Maha Kuasa menganjurkan kepada manusia untuk melihat dan memikirkan

fenomena alam, dan dengan melihat keteraturan dan koordinasi di dalam

sistem penciptaan dan keajaiban-keajaibanya akan lebih mendekatkan diri

kepada-Nya.

Melalui pengetahuan tentang alam akan melihat kebesaran

Allah sebagai pencipta. Pengakuan ini diikuti dengan mematuhi perintah Allah

agar manusia tidak melakukan kesalahan dan alam semesta ini tidak

mengalami kerusakan. Dalam Surat Ar-Ruum ayat 41, Allah berfirman:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh

perbuatan tangan manusia, Allah swt menghendaki supaya mereeka

merasakan sebagiam dari perilaku mereka supaya,mereka kembali

(Kejalan yang benar).

Ayat tersebut menunjukan bahwa kerusakan di bumi disebabkan karena

ulah tangan manusia, dan pastinya akan memberikan dampak buruk kepada

manusia itu sendiri. Allah swt menyebut alam sebagai nikmat besar yang

diberikan-Nya untuk manusia agar dimanfaatkan dalam kehidupan di dunia

secara benar.

Manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang

amat besar apabila manusia tersebut mampu dan mengerti dalam

memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam semesta ini secara bijaksana.

Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta

pengamatan bagi manusia untuk menggali rahasia Allah Swt dengan akal dan

pengamatan untuk dapat menyumbangkan suatu kebajikan dan faedah

manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan memahami apa hakikat

diciptakannya alam semesta ini. Hal ini tertera dalam surat Yunus: 4

Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang

benar daripada Allah,Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada

permulaannya Kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali

(sesudah berbangkit), agar dia memberi pembalasan kepada orang-orang

yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan untuk

orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang

pedih disebabkan kekafiran mereka.

Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia,

keseimbangan antara alam dengan makhluk hidup berdampak pada

kesejahteraan hidup manusia.

Untuk memenuhi kebutuhan manusia selama

hidup di permukaan bumi ini. Oleh karenanya alam telah ditundukkan oleh

Allah Swt untuk mereka, sebagai tempat tinggal bagi manusia, ini

dimaksudkan agar manusia mudah dalam memahami alam semesta dan tahu

bagaimana cara memanfaatkannya untuk kepentingan mereka.

5. Pandangan Beberapa Filosof Islam Tentang Alam Semesta

a. Al Ghazali

Al-Ghazali mempunyai nama lengkap Abu Hamid bin Muhammad

bin Ahmad Al-Ghozali yang lahir di Republik Islam Irak tahun 450 H atau

1058M.

18

Al Ghozali adalah seorang tokoh yang kontroversial dengan

para filsuf, hal ini dibuktikan dengan kritikannya kepada para filsuf lain.

Al Ghazali juga pernah menulis buku yang berjudul Al Maqasid Al

filasifah, kemudian melengkapinya dengan menulis buku keduanya yang

berjudul Tahafutul Falasifa (ketidak beresan, kekaburan dari filsafat,

yang lazimnya diterjemahkan dengan penghancuran filsafat).

Kitab

Tahafut Al Falasifah tersebut terdiri dari 20 diskusi yang merupakan

ajaran falsafah yang berbentuk semacam dialog tertulis diikuti

bantahan-bantahan. Dari 20 persoalan filsafat yang ia tulis pada kitab

tersebut hanya ada 4 yang disebutkan secara langsung tentang alam

semesta seperti:

1) Persoalan tentang sanggahan atas pandangan para filsuf tentang

eternitas alam.

2) Masalah penolakan terhadap keyakinan para filsuf atas keabadaian

alam.


3) Masalah ketidakjujuran para filsuf bahwa tuhan adalah pencipta alam

dan penjelasanbahwa ungkapan tersebut hanya bersifat metaforis.

4) Penjelasan tentang ketidakmampuan para filsuf membuktikan

eksistensi pencipta alam.

Timbulnya reaksi dan perdebatan tentang qadimnya alam tersebut

bermula dari kesimpulan para filsuf yang mengatakan bahwa alam itu

qadim. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina yang mengatakan bahwa alam itu

qadim sedikitpun tidak dipahami mereka sebagai alam yang ada dengan

sendirinya. Alam itu qadim justru Tuhan menciptakanya sejak azali. Bagi

mereka mustahil Allah Swt ada dengan sendirinya tanpa mencipta pada

awalnya, kemudian menciptakan alam. Hal tersebut disanggah oleh

Al-Gazali dengan mengatakan bahwa qadimnya alam membawa kepada

kekufuran, saat  alam itu qadim, maka alam itu tidak bemula dan ada

dengan sendirinya. saat  alam semesta ini qadim dan Allah juga qadim

menyebabkan ada dualisme yang qadim, dan ini bertentangan dengan

akidah Islam, yang berujung pada kemusrikan atau politeisme.

Al Ghazali kembali mengkoreksi kepada faham yang lebih umum.

Selanjutnya dia mengkritik sejumlah dalil-dalil lain bukan sebagai suatu

kekufuran, melainkan sebagai suatu bid’ah dan tidak logis. Dalam diskusi,

Al Ghozali melawan ajaran ta’til dari mutazilah dan falsafah yang

meniadakan adanya sifat-sifat nyata pada Tuhan. Al Ghozali juga menulis

dalam beberapa argumen lain dengan memperbincangkan bukti tentang

keberadaan Tuhan, keEsaan Tuhan, pengetahuan Tuhan, penciptaan dan

persoalan mengenai jiwa manusia.

Al-Ghozali juga menentang pernyataan yang lahir dari filsafat

Aristotelian bahwa alam adalah kekal. Menurutnya, alam berasal dari

ketiadaan menjadi “ada” karena ciptaan Tuhan. Dunia berasal dari iradat

(kemauan) Tuhan semata-mata dan tidak bisa terjadi dengan sendirinya.

Iradat Tuhan bersifat mutlak dan terlepas dari ruang dan waktu, namun

ciptaan Tuhan (dalam hal ini dunia/alam) dapat ditangkap oleh akal

manusia, karena dunia terbatas dalam ruang dan waktu. Tuhan bersifat

transenden, namun kemauan (iradat) Tuhan adalah immanent dan

merupakan sebab hakiki dari segala kejadian.

Baginya hanya Allah yang qadim, artinya adanya Allah tidak diawali

dengan tidak ada. Maka syahadat dalam teologi Islam adalah “La qadima

illallah”, tidak ada yang qadim selain Allah. 20 Adanya alam diawali

dengan tidak ada sehingga alam tidak qadim. Karena adanya adanya alam

di ciptakan oleh Allah. Berdsarkan diskripsi tersebut Al-ghozali

menampilkan sebuah koreksi yang berlandaskan pada alqur-an

diantaranya Surat Asy-Syura ayat 29 yang artinya:

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nylangit dan bumi dan

makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan kepada keduanya.

Dan Dia maha kuasa mengumpulkan semuanya apabila dia

kehendaki.

Surat Az-zumar ayat 62 yang artinya

Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha pemelihara atas segala

sesuatu.

Surat Al-Hasyr ayat 24 yang artinya:

Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk

rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di

bumi bertasbih kepada-Nya. Dan dialah Mahaperkasa,

Mahabijaksana.

Adanya alam adalah hasil dari irodat Tuhan, karena sifat irodat dalam

pandangan Al-Ghozali adalah sifat yang mutlak ada pada Tuhan, dengan

kata lain, Tuhan memiliki kehendak dengan kebebasan yang tidak terbatas.

Dia berkehendak untuk menciptakan atau tidak menciptakan. Namun

demikian, meskipun pandangan dan pemikiranya bersumber pada

Alquran tetap saja tidak luput dari kritikan. Seperti kritikan Ibnu Rusyd

terhadap konsep Al-Ghozali tentang alam hadis, bahwa alam mempunyai

permulaan dalam zaman mengandung arti bahwa saat  Tuhan

menciptakan alam tidak ada sesuatu disamping Tuhan. Tuhan dengan kata

lain, saat  itu berada dalam kesendirianya. Tuhan menciptakan dari tiada

menjadi nihil. Konsep tersebut kata Ibnu Rusyd tidak sesuai dengan

kandungan Al-Quran. Di dalam Al-Quran digambarkan bahwa sebelum

alam diciptakan Tuhan, Telah ada sesuatu disampingn-Nya. Penggalan

Ayat 7 dari Surat Hud yang artinya:

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enammasa, dan

Arsy-Nya di atas air…

Jelas disebut dalam ayat tersebut, bahwa Tuhan menciptakan langit

dan bumi telah ada unsur lain disamping Tuhan,yaitu air. Didsamping itu

kata Khalaqa di dalam Al-Quran, kata Ibnu Rusyd

menggambarkanpenciptaan bukan dari tiada (creatio ex nihilo) seperti

yang dikatakan Al-Ghozali, tetapi dari ada, seperti yang dikatakan para

filsuf. Contohnya adanya bumi dan langit “ada” yang berasal dati bentuk

materi asal yang empat (api, uadara, air dan tanah) diubah Tuhan menjadi

“ada” dalam bentuk bumi dan langit. Dan yang kodim adalah materi yang

asal. Adapun langit dan bumi susunanya adalah yang baru (hadis).

b. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd memiliki nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad bin

Ahmad bin Muhammad bin Rusyd yang lahir di Cordova tahun 520

H/1126M.

Ibnu Rusyd adalah orang yang sangat radikal mengenai

filsafat alam dan banyak menimbulkan salah pengertian di kalangan

ahli-ahli pengetahuan dan kaum agama. Mereka menuduh bahwa Ibnu

Rusyd adalah seorang materialis, ateis dan naturalis yang tidak percaya

akan Tuhan. Adapun pokok-pokok pikiran Rusyd yang di kemukakan

dalam buku-buku komentarnya terhadap filsafat Aristoteles dan buku

“Tahafut Al-falasifah “, adalah sebagai berikut:

1) Alam semesta terdiri atas benda dan bentuk yang pada hakikatnya

bersifat azali atau kekal abadi, tetapi keazalianya berbeda jauh dari

azalinya Allah Swt

2) Sifat khusus bagi alam adalah “gerak”, dan karenanya memerlukan

adanya “penggerak”, yaitu Allah, yang bergerak adalah alam dan

yang menggerakan adalah Allah Swt. Gerakan itulah yang

menimbulkan perubahan sepanjang zaman yang tiada henti.

3) Setiap benda diliputi oleh waktu dan tempat yang tidak akan habis

bahkan waktu dan benda itu termasuk alam juga, yang adanya

mendahului alam benda.

4) Antara Allah Swt dengan alam semesta terdapat seperti halnya

hubungan negara dengan kepala Negara, karena kedudukan-Nya

sebagai pencipta maka Allah itu berbeda dengan cosmos atau alam

semesta.

5) Penghubung utama antara Allah Swt dengan alam ialah intellegensia,

yang bertingkat, seperti susunan bintang-bintang di langit.

Sesuai dengan keyakinan kaum teolog Muslim, Alam diciptakan

Allah dari tidak ada menjadi ada, sementara itu menurut filsuf muslim,

alam ini Kadim yang artinya alam ini diciptakan dari sesuatu materi yang

sudah ada. Ibnu Rusyd dalam mendukung pendapat ahli filsof yang lain

ia mengemukakan sejumlah ayat Al-Quran diantaranya sebagai berikut:

1) Surah. Hud ayat 7 yang artinya:

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan

‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang

lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada pendusuk

Mekah).Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah  mati, niscaya

orang kafir itu akan berkata, ini hanyalah sihir yang nyata.

2) Surah Al-Anbiya’: 30, yang artinya:

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan

bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara

keduanya dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air,

maka mengapa mereka tidak beriman?

3) Surah Fussilat ayat 11 yang artinya:

Kemudian Dia menuju langitdan (langit) itu asih berupa asap, lalu dia

berfirman kepadanya dan kepada bumi, datanglah kamu berdua

menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa. Keduanya

menjawab, kami datang dengan patuh.

Menurut Ibnu Rusyd perbedaan diantara mereka disebabkan dalam

memberi arti al-hadis dan qadim. Menurut kaum teolog muslim, Al-hadis

berarti menciptakan dari tiada menjadi ada, sedang kan menurut kaum

filsuf muslim berarti mewujudkan dari ada menjadi ada dari bentuk lain.

Qadim menurut kaum teolog muslim adalah sesuatu yang mempunyai

wujud tanpa sebab, sedangkan menurut kaum filsuf muslim adalah

sesuatu yang kejadianya dalam keadaan terus menerus tanpa awal adan

akhir. Dalam Fasl Al-Maqal, Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa perselisihan

antara mereka tentang alam ini hanyalah perselisihan dari segi penanaman

atau semantik. Mereka membagi bahwa yang ada ini terbagi menjadi tiga:

1) Jenis pertama, wujudnya karena sesuatu yang lain dan dari sesuatu

dengan arti wujudnya ada pencipta dan diciptakan dari benda serta

didahulii oleh zaman. Wujud ini mereka namakan dengan baru.

2) Jenis kedua, wujudnya karena tidak ada sesuatu, tidak pula dari

sesuatu dan tidak didahului oleh zaman. Wujud ini mereka sepakat

dan dinamakan dengan qadim. Wujud yang qadim inilah yang

dinamakan dengan yang Allah.

3) Wujud yang ketiga adalah wujud yang berda di tengah-tengah kedua

jenis di atas, yaitu wujud yang tidak terjadi bersal dari sesuatu dan

tidak dapat di dahului oleh zaman,tetapi terjadinya karena sesuatu

yang diciptakan. Wujud jenis ini adalah alam semesta. Wujud alam

ini ada kemiripanya dengan jenis wujud yang pertama dan kedua. Di

katakan mirip dengan yang pertama karena wujudnya dapat dilihat

oleh panca indra, dan dikatakan seperti wujud yang kedua karena

tidak didahului oleh zaman dan adanya sejak azali.

Bagi Ibnu Rusyd, alam ini adalah qadim karena ia wujud dengan

kemauan Tuhan, sedangkan kemauan-Nya tidak bisa ditolak dan tidak ada

permulaan.Kadimnya alam tidak membawa pada politeisme atau ateisme

karena kadim dalam pemikiran filsafat bukan hanya berarti sesuatu yang

tidak diciptakan tetapi juga berarti sesuatu yang diciptakan dalam

keaadaan terus menerus, mulai dari zaman yang tidak bermula pada masa

lampau sampai ke zaman tak berakhir pada masa mendatang. Jadi Tuhan

kadim berarti Tuhan tidak diciptakan, tetapi adalah pencipta. Dan alam

kadim berarti alam di ciptakan dalam keadaan terus menerus dari zaman

tak bermula ke zaman tak berakhir.

c. Al-Kindi

Al-Kindi lahir di Irak pada tahun 801M/185 H dengan nama lengkap

Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishaq Ibnu Sabbah ibn ‘Imran Ibnu Ismail ,Ibnu

Muhammad Ibnu Asy-Sya’at ibn Qais.24 Ia adalah salah seorang filosof

yang menentang bahwa alam itu kodim,

yang didasarkan pada teori

matematika dalam pandanganya mengenai alam, dan ia memastikan

bahwa alam itu berakhir (mutanahin). Dalam bukunya “Rasa’il Al-Kindi

Al-Falsafiyah”, menjelaskan bahwa alam ini di jadikan Tuhan dari yang

tidak ada menjadi ada dan Tuhan yang mengendalikan, mengatur serta

menjadikanya sebab yang lain. Ia juga mengemukakan tiga argumen,

yakni gerak, zaman, dan benda. Benda menjadi ada harus ada gerak. Masa

gerak menunjukkan adanya zaman. Adanya gerak tentu mengharuskan

adanya benda. Mustahil kiranya ada gerak tanpa adanya benda. Ketiganya


sejalan akan berakhir di sisi lain, benda memiliki tiga dimensi, yaitu

panjang, lebar dan tinggi. Ketiga dimensi ini membuktikan bahwa benda

tersusun, dan setiap yang tersusun tidak dapat dikatakan qadim.

Al-Kindi menolak secara tegas pandangan Aristoteles yang

mengatakan bahwa alam terbatas oleh ruang, tetapi tak terbatas oleh

waktu karena gerak alam seabadi penggerak tak tergerakan.

Keabadian

alam dalam pemikiran islam ditolak karena Islam berpendirian bahwa

alam diciptakan . Ibnu Sina dan Ibn Rusyd dituduh sebagai ateis karena

menganggap bahwa alam ini kekal. Masalah ini menjadi masalah penting

dalam filsafat Islam, termasuk Al-Gazali yang menyebutkan dua puluh

dari sanggahan terhadap para filsuf dalam dalam Tahaful Al-falasifah.

d. Ibnu Tufail

Nama lengkap Ibnu Tufail adalah Abu Bakar Muhammmad Ibnu

‘Abd Al-malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Tufail yang lahir pada

tahun 506 H/1110M di Spanyol.

Menurut Ibnu Tufail alam ini qadim

dan juga baru. Alam qadim karena Allah menciptakan sejak azali, tanpa

tidak didahului oleh zaman. Dilihat dari esensinya, alam adalah baru

kerena terwujudnya alam (ma’lul) bergantung pada zat Allah. Pandangan

Ibnu Tufail sama dengan pandangan Aristoteles yang menyatakan alam

alam qadim dengan kaum ortodoks Islam yang menyatakan alam baru.

Ibnu Tufail untuk memperjelas pendapatnyamemberikan contoh

sebagai berikut: sebagaimana saat  anda menggenggam sebuah benda,

kemudian anda gerakan dengan tangan anda, maka benda mesti bergerak

mengikuti tangan anda. Gerakan benda tidak terlambat dari segi zaman

dan hanya keterlambatan di segi zat. Demikian pula alam, seluruhnya

merupakan akibat dan diciptakan oleh Allah tanpa zaman. Firman Allah

dalam Surah Yasin ayat 50, yang artinya:

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila ia menghendaki sesuatu

hanyalah berfirman , jadilah! maka terjadilah ia.

e. Nasirudin Al-Tusi

Nasirudin Al-Tusi dalam karyanya Tasawwurat (yang di tulis pada

masa pemerintahan Isma’iliyyah) awalnya ia mengecam creatio ex nihilo,

dengan mengemukakan bahwa dunia ini kekal karena kekuasaan Tuhan

yang menyempurnakannya meski dalam hak dan kekuatanya sendiri ia

tercipta.

Dalam karyanya yaitu fusul, Tusi meninggalkan sikap tersebut dan

mendukung doktrin ortodoks mengenai creatio ex nihilo, pandangan yang

menyatakan adanya waktu saat  dunia ini belum maujud, kemudian

Tuhan menciptakannya dari yang tidak ada menjadi ada. Secara jelas

mengisyaratkan bahwa Tuhan bukanlah pencipta sebelumnya adanya

penciptaan dunia ini atau kekuatan penciptan-Nya masih bersifat potensial

yang kemudian hari baru dapat diwujudkan, dan ini merupakan sangkalan

atas daya ciptanya yang kekal.

Dengan menggolongkan zat menjadi yang pasti dan yang mungkin,

dia mengemukakan bahwa eksistensi yang mungkin itu bergantung

kepada yang pasti. Dan karena ia maujud akibat sesuatu yang lain dari

dirinya tidak dapat dikatakan bahwa ia dalam keadaan maujud sebab

penciptaan yang maujud itu mustahil. Dan kerena sesuatu yang maujud itu

tidak ada, begitu juga kemaujudan yang pasti itu menciptakan yang

mustahil itu dari ketiadaan. Proses semacam itu disebut penciptaan,

sedangkan hal-hal yang ada itu disebut yang tercipta (muhdas).


Perdebatan yang tidak berkesudahan antara pemikiran Al-Gazali

dengan Ibnu Rusyd ataupun dengan para filsuf yang lain tentang

qadimnya alam semua tidak dapat dipersalahkan. Perbedaan itu wajar dan

timbul karena mereka memiliki tafsiran masing-masing terhadap ayat

Al-Qur’an tentang penciptaan alam. Sebab dalil-dalilyang membuktikan


ke-qadimanya sama kuatnya dengan dalil-dalil yang membuktikan

keabaharuan alam.


Alam semesta oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung ada, akan

tetapi melalui proses yang sangat panjang dari masa ke masa yang melibatkan

berbagai faktor dan aspek.Allah tidak menciptakan alam ini sekaligus akan

tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang

disebut dengan kehidupan baik bagi manusia ataupun bagi mahluk lain yang

juga diberi hidup oleh Allah.Al-Ghozali juga menyatakan bahwa adanya alam

diawali dari yang tidak ada sehingga alam tidak qadim dan yang menciptakan

alam semesta adalah Allah Swt. Al-Farabi dan Ibnu Sina juga menyatakan

bahwa Alam itu qadim karena Allah menciptakanya sejak azali. Menurut Ibnu

Rusyd alam seluruhnya terdiri atas benda dan bentuk yang pada hakikatnya

bersifat azali (kekal abadi), tetapi keazalianya berbeda jauh dari azalinya

Tuhan, sedangkan menurut Ibnu Tufail alam, seluruhnya merupakan akibat

dan diciptakan oleh Allah tanpa zaman.