Selasa, 26 November 2024

sain Alquran 3


 Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada 

ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW ketika diutus oleh Allah SWT 

sebagai Rasul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang, dimana paganisme tumbuh menjadi sebuah 

identitas yang melekat pada masyarakat Arab masa itu. Kemudian Islam datang menawarkan cahaya 

penerang, yang mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan 

beradab. Salah satu pencerahan yang dibawa oleh Islam bagi kemanusiaan adalah pemikiran secara 

ilmiah, masyarakat Arab dan Timur tengah pra Islam tidak memperdulikan persoalan-persoalan 

mengenai alam semesta, bagaimana alam tercipta dan bagaimana alam bekerja, maka dari sinilah 

mereka belajar merenungi pertanyaan-pertanyaan ini dan untuk mencari jawabannya tentang itu 

semua, mereka merujuk kepada Alquran dan Hadits. Di dalam Alquran (QS Ali-Imran: 190-191), 

Allah memerintahkan memikirkan bagaimana langit dan bumi tercipta, cara fikir ini menggerakkan 

bangkitnya ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Ini adalah pengembangan ilmu pengetahuan 

yang istimewa dalam sejarah dunia, terutama tentang alam semesta. 

Menurut Al-Indunisi (2008), Baghdad menjadi ibukota ilmu pengetahuan dalam imperium 

Islam, selain menjadi ibu kota, Baghdad menjadi pusat kumpulnya para peneliti, illmuan dan filosof. 

Yang terkenal di sana pada saat itu adalah terungkapnya rahasia alam semesta yang Allah ciptakan. 

Kesadaran para ilmuan muslim yang bersumber dari Alquran dan Hadits memicu pencapaian terbesar 

dalam ilmu pengetahuan, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, sifat lain yang diajarkan oleh 

Al- Qur’an dan Hadits kepada kaum muslim adalah keterbukaan fikiran, yang memungkinkan mereka 

mendapatkan ilmu pengetahuan dari peradaban lain tanpa prasangka. 

Karya-karya kaum muslim sangat mengagumkan dan mempunyai andil yang sangat besar 

dalam penelitian, pengamatan, percobaan dan perhitungan. Sebagai contoh, sistem desimal yang 

sekarang digunakan diseluruh dunia dikembangkan oleh ahli matematika muslim. Menurut Gordon 

(2008), aljabar dan trigonometri adalah temuan pakar matematika muslim. Sejumlah prestasi kaum 

muslimin yang paling memukau adalah dibidang kedokteran, dimasa ketika orang Eropa menganggap 

penyakit disebabkan oleh roh jahat. 

Pengamatan dokter-dokter muslim terhadap anatomi manusia sangatlah tepat sehingga 

hasilnya dijadikan buku-buku rujukan di sekolah-sekolah kedokteran Eropa selama lebih dari enam 

abad silam. Dokter-dokter Islam juga mengukur denyut nadi pasien ketika sedang memeriksa mereka, 

dan ini dilakukan berabad-abad sebelum orang Eropa. Ilmuan muslim menemukan sejumlah 

penemuan-penemuan yang sangat penting dalam bidang optik dan cahaya. Orang yang pertama yang 

meggambarkan anatomi mata dengan sangat terperinci adalah ahli optik muslim yaitu Ibnu Al 

Haitsam, penelitiannya yang diakui dalam bidang lensa membuka jalan bagi penemuan kamera. 

Dokter-dokter muslim juga menemukan penyebab kerusakan penglihatan dan melakukan operasi 

katarak yang berhasil beberapa abad sebelum Eropa. Warisan ilmu pengetahuan Islam menjadi sumber 

pencerahan Eropa (Abqary, 2010). 

Pada dasarnya hakikat ilmu pengetahuan adalah untuk mencari kebenaran secara ilmiah, 

namun dalam Alquran dan Hadits hakikat ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk mencari 

kebenaran yang bersifat ilmiah, melainkan untuk mencari-tanda-tanda, kebajikan-kebajikan dan 

rahmah untuk itu apakah hakikat ilmu pengetahuan sebenarnya? 

 Alquran bukan merupakan penghambat perkembangan ilmu pengetahuan, tidak sedikit ayat￾ayat Alquran dan Hadits yang mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, oleh 

karena itu bagaimana peran Alquran dan Hadits dalam perkembangan ilmu pengetahuan?Bagaimanapun ilmu pengetahuan harus digunakan, dalam penggunaan ini disatu sisi ilmu 

pengetahuan bebas dari nilai (value free), disisi lain Alquran dan Hadits menekankan bahwa segala 

bentuk kegiatan manusia harus dikaitkan dengan nilai ibadah; bagaimana pandangan Alquran dan 

Hadits terhadap penggunaan ilmu pengetahuan? 

Tujuan penelitian ini adalah: (1) sebagai salah satu upaya membumikan Alquran dan Hadits 

dengan mengkaji secara tematik khusunya tentang ilmu pengetahuan; (2) menambah khazanah 

intelektualitas bagi ummat Islam yang selalu ingin menemukan kejayaannya kembali dengan mengkaji 

ulang konsep ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) di tengah era globalisasi, ilmu pengetahuan dan 

teknologi berkembang begitu cepatnya yang membawa perubahan sosial dan pergeseran nilai. Hasil 

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai filter dalam mengantisifasi pengaruh negatif dari 

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

PEMBAHASAN 

Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an 

Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Alquran. 

Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Alquran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia 

disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002). yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama 

Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan 

waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, 

pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam menentukan waktu yang tepat 

diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai 

waktu-waktu tertentu (Turner, 2004). Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait 

erat dengan sains dan teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu membutuhkan 

kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu 

pengetahuan dalam Alquran, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang 

sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 di bawah ini. 


: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan 

bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” 

Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah 

kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di 

angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang dimaksud 

di sini sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini 

telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu 

menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan 

teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-pelanet 

lainnya. 

Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang 

ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari 

tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau 

dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini 

sebagaimana diungkapkan oleh Yatim (1997) dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam: “Kemajuan 

Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol” (p. 2). 

Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan 

muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, semua itu bukti 

kebenaran informasi yang terkandung di dalam Alquran, karena jauh sebelum peristiwa penemuan￾penemuan itu terjadi, Alquran telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini termasuk bagian 

dari kemukjizatan Alquran, dimana kebenaran yang terkandung di dalamnya selalu terbuka untuk 

dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiah oleh siapa pun. 

Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, 

basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Alquran adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana 

tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan (Kartanegara, 2006), semuanya telah diatur di 

dalamnya, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum 

minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum 

dan sebagainya (dalam QS Al An’am: 38). 

Lebih lanjut Baiquni (1997) mengatakan bahwa sebenarnya segala ilmu yang diperlukan 

manusia itu tersedia di dalam Alquran (p. 17). Salah satu kemukjizatan (keistimewaan) Alquran yang 

paling utama adalah hubungannya dengan ilmu pengetahuan, begitu pentingnya ilmu pengetahuan 

dalam Alquran sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali QS. Al-‘Alaq: 1-5, yaitu: 

 

: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan 

manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar 

(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” 

Pentingnya Belajar Menurut Al Qur’an dalam Surat Al-Alaq Ayat 1-5 

Surat Al-Alaq (Iqra’) termasuk ayat Al Qur’an pertama yang diturunkan, termasuk ayat 

makiyyah, terdiri dari 19 ayat, 93 kalimat dan 280 huruf. Dalam Surat Al Alaq dapatlah di lihat suatu 

gambaran yang hidup mengenai suatu peristiwa terbesar yang pernah terjadi pada sejarah manusia, 

yaitu pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril untuk pertama kali di Gua Hiro’ dan 

penerimaan wahyu yang pertama setelah Nabi berusia 40 tahun. 

Bagian pertama Surat Al-Alaq ini mengarahkan Nabi Muhammad SAW kepada Allah agar 

beliau berkomunikasi dengan Allah dan beliau dengan nama Allah membaca ayat-ayat Alquran yang 

diterima melalui wahyu/Jibril (bukan membaca tulisan di atas kertas, sebab ia adalah ummi/tidak 

pandai baca tulis). Sebab dari Allah-lah asal mula segala makhluk dan kepadanya pulalah semua akan 

kembali. 

Wahyu pertama itu juga mengingatkan, bahwa Allah telah memuliakan/menjunjung tinggi 

martabat manusia melalui baca. Artinya dengan proses belajar mengajar itu manusia dapat menguasai 

ilmu-ilmu pengetahuan dan dengan ilmu-ilmu pengetahuan ini manusia dapat mengetahui rahasia alam 

semesta yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya. Padahal manusia itu dijadikan oleh 

Allah dari segumpal darah yang melekat dirahim ibu. Surat Al-Alaq ayat 1-5 diturunkan sewaktu

Rasulullah SAW berkhalwat di Gua Hiro, ketika itu beliau berusia 40 tahun. Ayat-ayat pertama yang 

diturunkan sekaligus merupakan tanda pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah. 

Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung pengertian bahwa untuk memahami segala macam ilmu 

pengetahuan, seseorang harus pandai dalam membaca. Dalam membaca itu harus didahului dengan 

menyebut nama Tuhan; yakni dengan membaca “BasmAllah” terlebih dulu dan ingat akan kekuasaan 

yang dimiliki-Nya, sehingga ilmu yang diperoleh dari membaca itu, akan menambah dekatnya 

hubungan manusia dengan khaliq-nya. 

Allah SWT menjelaskan bahwa Dia-lah yang menciptakan manusia dari segumpal darah dan 

kemudian menjadikan makhluk yang paling mulia. Ini menunjukkan betapa Maha Kuasanya Allah 

SWT. Pada ayat berikutnya Allah SWT Mengulang untuk memerintahkan membaca, dalam rangka 

untuk mengetahui kemuliaan Allah Yang Maha Pemurah. Dengan limpahan karunia-Nya, Dia juga 

mengajarkan kepada manusia kemampuan membaca dan kemampuan menggunakan pena 

(kemampuan baca tulis), yang menyebabkan manusia dapat mempelajari berbagai persoalan, sehingga 

manusia dapat menguasai berbagai ilmu yang diperlukan dalam hidupnya. 

Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara 

teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya, berfikir dengan menkorelasikan 

antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu 

pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada 

SAW dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu 

pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. Tentu ilmu pengetahuan diperoleh di awali 

dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca ayat 

qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengetahui apa-apa, pengetahuan manusia 

itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra 

pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat (Sarwar, 

1994). 

Menurut DEPAG (2000), dalam Alquran terdapat kurang lebih 750 ayat rujukan yang 

berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang 

menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Ini membuktikan 

bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran (Islam). Alquran selalu 

memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan, pendengaran, 

semaksimal mungkin (Hasan, 2005). 

 

Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik dalam 

mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Alquran itu sendiri merupakan sumber ilmu dan 

sumber inspirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Betapa tidak, Alquran sendiri 

mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap 

orang-orang yang berilmu. 

Dalam QS. Al-Mujaadilah ayat 11, Allah SWT berfirman: 


Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam 

majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di 

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha 

mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam Tasmara (2004), kita dapat melihat dengan jelas bahwa Islam merupakan agama yang 

sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan, jadi Islam bukanlah sebatas ibadah dan shalat saja tetapi 

Islam adalah kaffah (menyeluruh). Menurut Ali Syariati (dalam Tasmara, 2004), Alquran merupakan 

firman Allah yang sangat komprehensif, yang menjadi sumber inspirasi bagi manusia dalam semua 

lini kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi Alquran yang dibuat olehnya.

Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah 

SWT. Dia-lah Allah SWT yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Konsep kekuasaan-Nya juga 

meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep yang mengatakan bahwa Allah SWT 

lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam Al-Quran. 

QS Al Baqarah ayat 31: 

 ∩⊂⊇∪ t⎦⎫Ï%ω≈|¹ öΝçFΖä. βÎ) Ï™Iωàσ¯≈yδ Ï™!$yϑó™r'Î/ ’ÎΤθä↔Î6

/

Ρr& tΑ$s)sù Ïπs3Íׯ≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎztä §ΝèO $yγ¯=ä. u™!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u™ zΝ¯=tæuρ

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian 

mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda 

itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" 

QS Al Baqarah ayat 239: 

 ∩⊄⊂®∪ šχθãΚn=÷ès? (#θçΡθä3s? öΝs9 $¨Β Νà6yϑ¯=tæ $yϑx. ©

!$# (#ρãà2øŒ$$sù ÷Λä⎢ΨÏΒr& !#sŒÎ*sù ( $ZΡ$t7ø.â‘ ÷ρr& »ω$y_Ìsù óΟçFøÅz ÷βÎ*sù

Artinya: “Jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka Shalatlah sambil berjalan atau 

berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman, Maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana 

Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”

QS Ar-Rahman ayat 2: 

 ∩⊄∪ tβ#u™öà)ø9$# zΝ¯=tæ

Artinya: “Yang telah mengajarkan Alquran.”

QS. Al-A’laq ayat 4-5: 

 ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z⎯≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ¯=tæ “Ï%©!$#

Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa 

yang tidak diketahuinya.” 

 Sumber-sumber pengetahuan lain selain yang diwahyukan langsung misalnya fenomena alam, 

psikologi manusia, dan sejarah. Alquran menggunakan istilah ayat (tanda) untuk menggambarkan 

sumber ilmu berupa fenomena alam dan psikologi, dalam ayat-ayat berikut. 

QS Al Baqarah ayat 164: 

!$Βt uρ }¨$¨Ζ9$# ßìxΖtƒ $yϑÎ/ Ìóst7ø9$# ’Îû “ÌøgrB

©ÉL©9$# Å7ù=àø9$#uρ Í‘$yγ¨Ψ9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏG÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû ¨βÎ)

Ëx≈tƒÌh9$# É#ƒÎóÇs?uρ 7π−/!#yŠ Èe≅à2 ⎯ÏΒ $pκÏù £]t/uρ $pκÌEöθtΒ y‰÷èt/ uÚö‘F{$# ÏμÎ/ $uŠômr'sù &™!$¨Β ⎯ÏΒ Ï™!$yϑ¡¡9$# z⎯ÏΒ ª

!$# tΑt“Ρr&

 ∩⊇∉⊆∪ tβθè=É)÷ètƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ ÇÚö‘F{$#uρ Ï™!$yϑ¡¡9$# t⎦÷⎫t/ Ì¤‚|¡ßϑ9ø$# É>$ys¡¡9$#uρ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, 

bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan 

dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia 

sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara 

langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang 

memikirkan.” 

QS Asy Syuura ayat 53: 

∩∈⊂∪ â‘θãΒW{$# çÅÁs? «!$# ’n<Î) Iωr& 3 ÇÚö‘F{$# ’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $tΒ …çμs9 “Ï%©!$# «!$# ÅÞ≡uÅÀ

Artinya: “(yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di 

bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” 

 Untuk sumber ilmu berupa fenomena sejarah, Alquran menggunakan istilah ‘ibrah (pelajaran, 

petunjuk) yang darinya bisa diambil pelajaran moral dalam ayat berikut. 

QS Yusuf ayat 111: 

Ïμ÷ƒy‰tƒ t⎦÷⎫t/ “Ï%©!$# t,ƒÏ‰óÁs? ⎯Å6≈s9uρ 2”utIøム$ZVƒÏ‰tn tβ%x. $tΒ 3 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ×οuö9Ïã öΝÎηÅÁ|Ás% ’Îû šχ%x. ô‰s)s9

 ∩⊇⊇⊇∪ tβθãΖÏΒ÷σム5Θöθs)Ïj9 ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ &™ó©x« Èe≅à2 Ÿ≅‹ÅÁøs?uρ

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang 

mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab￾kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum 

yang beriman.”

 

 Sebagai akibat wajar dari otoritas ketuhanan-Nya, Alquran, di samping menunjukkan sumber￾sumber pengetahuan eksternal, Alquran juga merupakan sumber utama pengetahuan (Hafidhuddin, 

1998). Dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, 

tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab. 

Kedudukan ini berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan 

hanya imajinasi kosong. 

 Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, al-ma’rifah dan al￾syu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan 

salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang 

berarti tanda, simbol, atau lambang, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi ’alamah juga 

berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala. Karenanya ma’lam (jamak ma’alim) 

berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. 

Hal yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa 

tujuan Alquran menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam. 

Pengertian ayat (dan juga ilm, alam, dan ’alama) di dalam Alquran tersebut yang menyebabkan Nabi 

Muhammad SAW mengutuk orang-orang yang membaca Surat Ali Imran ayat 190-195 yang secara 

jelas menggambarkan karakteristik orang-orang yang mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di 

muka bumi tanpa mau merenungkan maknanya. 

QS Ali Imran ayat 190-195: 

1 ©

!$# tβρãä.õ‹tƒ t⎦⎪Ï%©!$# ∩⊇®⊃∪ É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû χÎ)

y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû tβρã¤6xtGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ%

$oΨ¯ΡÎ) !$oΨ−/§‘ ∩⊇®⊄∪ 9‘$|ÁΡr& ô⎯ÏΒ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à=Ï9 $tΒuρ ( …çμtF÷ƒt“÷zr& ô‰s)sù u‘$¨Ζ9$# È≅Åzô‰è? ⎯tΒ y7¨ΡÎ) !$oΨ−/u‘ ∩⊇®⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù

yìtΒ $oΨ©ùuθs?uρ $oΨÏ?$t↔Íh‹y™ $¨Ψtã öÏeŸ2uρ $oΨt/θçΡèŒ $uΖs9 öÏøî$$sù $oΨ−/u‘ 4 $¨ΨtΒ$t↔sù öΝä3În/tÎ/ (#θãΨÏΒ#u™ ÷βr& Ç⎯≈yϑƒM∼Ï9 “ÏŠ$oΨム$ZƒÏŠ$oΨãΒ $oΨ÷èÏϑy™

z>$yftFó™$$sù ∩⊇®⊆∪ yŠ$yèŠÎRùQ$# ß#Î=øƒéB Ÿω y7¨ΡÎ) 3 Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$# tΠöθtƒ $tΡÌ“øƒéB Ÿωuρ y7Î=ߙ①4’n?tã $oΨ¨?‰tãuρ $tΒ $oΨÏ?#u™uρ $oΨ−/u‘ ∩⊇®⊂∪ Í‘#tö/F{$#

⎯ÏΒ (#θã_Ì÷zé&uρ (#ρãy_$yδ t⎦⎪Ï%©!$$sù ( <Ù÷èt/

.

⎯ÏiΒ Νä3àÒ÷èt/ ( 4©s\Ρé& ÷ρr& @x.sŒ ⎯ÏiΒ Νä3ΨÏiΒ 9≅Ïϑ≈tã Ÿ≅uΗxå ßì‹ÅÊé& Iω ’ÎoΤr& öΝßγ

š

/u‘ öΝßγs9

$\/#uθrO ã≈yγ÷ΡF{$# $pκÉJøtrB ⎯ÏΒ “ÌøgrB ;M≈¨Ζy_ öΝßγ¨Ψn=Ï{÷Š

_{uρ öΝÍκÌE$t↔Íh‹y™ öΝåκ÷]tã ¨βtÏex._{ (#θè=ÏFè%uρ (#θè=tG≈s%uρ ’Í?‹Î6y™ ’Îû (#ρèŒρé&uρ öΝÏδÌ≈tƒÏŠ

 ∩⊇®∈∪ É>#uθ¨W9$# ß⎯ó¡ãm …çνy‰ΨÏã

ª

!$#uρ 3 «!$# ωΨÏã ô⎯ÏiΒ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang 

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah 

sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan 

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, 

Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya 

Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan

tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami 

mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka 

Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami 

kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya 

Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul￾rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak 

menyalahi janji.". Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): 

"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki￾laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang￾orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang 

berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah 

aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di 

sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."

 Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam Alquran adalah holistik dan utuh (berbeda 

dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai bukti worldview tauhid dan 

monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini berarti persoalan-persoalan epistemologis 

harus selalu dikaitkan dengan etika dan spiritualitas. (Dalam Islam) ruang lingkup persoalan 

epistemologis meluas, baik dari wilayah (yang disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah 

(yang disebut sekuler), karena worldview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar antara 

wilayah-wilayah ini. Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi penolokan hikmah dan 

petunjuk Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT 

sebagai sumber semua pengetahuan, secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas semua sumber 

dan tujuan epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali istilah ayat yang 

menunjuk pada ayat-ayat Alquran dan semua wujud di alam semesta. 

 Konsep integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir Alquran, 

di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat Alquran yang menguraikan tentang bintang dan kesehatan, 

misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masing-masing dengan pengetahuan astronomi dan kesehatan. 

Ibnu Rusyd dalam fasl al-maqal, juga memberikan penjelasan keterkaitan antara penafsiran 

keagamaan dan kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat Alquran yang mendorong manusia 

meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan bumi, dalam ayat-ayat berikut. 

QS Al A’raaf ayat 185: 

( öΝßγè=y_r& z>utIø%$# ωs% tβθä3tƒ βr& #©|¤tã ÷β&ruρ &™ó©x« ⎯ÏΒ ª

!$# t,n=y{ $tΒuρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÏNθä3n=tΒ ’Îû (#ρãÝàΖtƒ óΟs9uρr&

 ∩⊇∇∈∪ tβθãΖÏΒ÷σム…çνy‰÷èt/

¤

]ƒÏ‰tn Äd“r'Î7sù

Artinya :”dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang 

diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah 

lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?” 

QS Ali Imran ayat 191:

Artinya :”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan 

berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan 

Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami 

dari siksa neraka”. 

QS Al Ghaasiyyah ayat 17-18: 

 ∩⊇∇∪ ôMyèÏùâ‘ y#ø‹Ÿ2 Ï™!$uΚ¡¡9$# ’n<Î)uρ ∩⊇∠∪ ôMs)Î=äz y#ø‹Ÿ2 È≅Î/M}$# ’n<Î) tβρãÝàΨtƒ Ÿξsùr&

Artinya :”Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit, 

bagaimana ia ditinggikan?” 

Dengan hal yang sama, Alquran juga mendorong manusia melakukan perjalanan di bumi 

untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian sejarah, arkeologi, 

perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya secara utuh. 

Dalam QS Fushshilat ayat 53, secara kategoris, Alquran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah 

SWT di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang berkaitan dengan 

kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Namun, keutuhan 

dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin itu sama, atau tidak 

ada prioritas diantara mereka. 

QS Fushshilat ayat 53: 

 ∩∈⊂∪ î

‰‹Íκy− &™ó©x« Èe≅ä. 4’n?tã …çμ¯Ρr& y7În/tÎ/ É#õ3tƒ öΝs9uρr& 3 ‘

,ptø:$# çμ¯Ρr& öΝßγs9 t⎦¨⎫t7oKtƒ 4©®Lym öΝÍκŦàΡr& þ’Îûuρ É−$sùFψ$# ’Îû $uΖÏF≈tƒ#u™ ΟÎγƒÎã∴y™

Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah 

bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. 

Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? 

Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam adalah lebih utama, unik karena berasal langsung 

dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang mendasar bagi alam semesta. Semua pengetahuan lain 

yang benar harus membantu kita memahami dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di 

dalam Alquran untuk kemajuan individu dan masyarakat. 

Ilmu Pengetahuan dalam Hadits 

Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan 

mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu (Alavi, 2003). Sebagaimana Sabda Rasulullah 

SAW: 

 طلب العلم فريضة على آل مسلم

Artinya: “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah) 

Hadits di atas memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar 

mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu 

perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih

lanjut Rasulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di 

batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai 

liang lahat” dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. 

Dalam Media Islamika (2007), dorongan dari Alquran dan perintah dari Rasulullah tersebut 

telah dipraktikkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti 

dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan 

teknologi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, 

Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, 

Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkanpun berbagai macam disiplin ilmu, 

bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Fisika, 

Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan 

sebagainya. 

Pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berada di bawah kendali umat 

Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknologi. Rasululullah SAW pernah 

bersabda: “Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang 

memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam 

kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya. 

PENUTUP 

Dengan demikian, Alquran dan Hadits merupakan sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat 

Islam dalam spektrum yang seluas-luasnya. Lebih lagi, kedua sumber pokok Islam ini memainkan 

peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu. Peran itu adalah: Pertama, prinsip￾prinsip semua ilmu dipandang kaum Muslimin terdapat dalam Al Qur’an. Dan sejauh pemahaman 

terhadap Alquran, terdapat pula penafsiran yang bersifat esoteris terhadap kitab suci ini, yang 

memungkinkan tidak hanya pengungkapan misteri-misteri yang dikandungnya tetapi juga pencarian 

makna secara lebih mendalam, yang berguna untuk pembangunan paradigma ilmu. Kedua, Alquran 

dan Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan 

dan keutamaan menuntut ilmu, pencarian ilmu dalam segi apa pun pada akhirnya akan bermuara pada 

penegasan Tauhid. Karena itu, seluruh metafisika dan kosmologi yang lahir dari kandungan Alquran 

dan Hadits merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. Singkatnya, Alquran dan 

Hadits menciptakan atmosfir khas yang mendorong aktivitas intelektual dalam konformitas (Azra, 

2001). Wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW berasal dari Allah SWT, merupakan sumber 

pengetahuan yang paling pasti. Namun, Alquran juga menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain 

disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya 

sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT, asal segala sesuatu. Namun, 

karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan langsung oleh Allah SWT kepada 

manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka 

ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan 

yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri 

sendiri dan terpisah dari bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan 

atau penjelasan yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan 

epistemologi sekuler dengan epistemologi Islam.