TAFSIRAN KITAB KEJADIAN KITAB MUSA
Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab
itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjuk-
kan keunggulannya. Sebab kitab ini yaitu kitab terbaik yang pernah
ditulis dan yang tiada bandingannya, kitab segala kitab, yang ber-
sinar seperti matahari dalam cakrawala pembelajaran. Buku-buku
lain yang berharga dan berguna, seperti halnya bulan dan bintang,
meminjam cahaya mereka darinya. Kita menyebutnya Kitab Suci,
sebab kitab itu ditulis oleh orang-orang suci, dan digubah oleh Roh
Kudus. Kitab itu secara sempurna bebas dari segala kesalahan dan
niat jahat. Tujuannya yang nyata-nyata bisa disaksikan oleh pikiran
yaitu memajukan kekudusan di tengah-tengah manusia. Perkara-
perkara besar dari hukum dan Injil Tuhan di sini dituliskan untuk
kita, agar semua perkara itu bisa diringkas dalam kepastian yang
lebih besar, agar bisa menyebar lebih luas, bertahan lebih lama, dan
bisa diteruskan ke tempat-tempat yang jauh dan masa-masa ke
depan dengan lebih murni dan utuh dibandingkan yang mungkin dilaku-
kan melalui laporan mulut dan tradisi. sebab itu, sangat besarlah
pertanggungjawaban kita jika sampai perkara-perkara yang perlu
untuk damai sejahtera kita ini, sesudah diserahkan kepada kita dalam
hitam di atas putih seperti itu, kita abaikan begitu saja sebagai
perkara yang aneh dan asing (Hos. 8:12). Naskah-naskah atau tulis-
an-tulisan dari beberapa penulis yang terilhami, mulai dari Musa
sampai Rasul Yohanes, digabung bersama-sama dalam Alkitab yang
terberkati ini. Di dalam tulisan-tulisan ini cahaya ilahi bersinar
secara perlahan-lahan, seperti cahaya pagi, sampai seluruh kumpul-
an suci ini menjadi lengkap seperti sekarang ini. Syukur kepada
Tuhan , sekarang kita memilikinya di tangan kita, dan tulisan-tulisan
itu membuat hari benar-benar cerah, sebagaimana yang kita harap-
kan terjadi di sisi seberang sorga ini. Setiap bagiannya yaitu baik,
namun semua bagian secara keseluruhan amatlah baik. Inilah pelita
yang bercahaya di tempat yang gelap itu (2Ptr. 1:19), dan tanpa Alki-
tab, dunia ini menjadi tempat yang gelap.
Di hadapan kita ada bagian dari Alkitab yang kita sebut Perjanjian
Lama, yang berisi berbagai perbuatan dan segala kenangan tentang
jemaat Tuhan mulai dari penciptaan sampai mendekatnya kedatangan
Kristus dalam rupa daging, yang kira-kira empat ribu tahun lamanya.
Kebenaran-kebenaran yang diwahyukan pada waktu itu, hukum-
hukum yang ditetapkan pada waktu itu, ibadah-ibadah yang dijalan-
kan pada waktu itu, nubuatan-nubuatan yang diberikan pada waktu
itu, dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut jemaat khusus itu,
pengetahuan tentang semuanya ini disimpan bagi kita sejauh itu
dipandang sesuai oleh Tuhan . Kitab ini disebut perjanjian, atau wasiat
(diatheke), sebab kitab itu merupakan pernyataan tetap akan kehen-
dak Tuhan berkenaan dengan manusia dalam bentuk persetujuan,
dan akan berlaku jika si pemberi wasiat sudah mati, Anak Domba
yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Kitab ini
disebut Perjanjian Lama, dalam hubungannya dengan Perjanjian
Baru, yang tidak membatalkan dan menggantikannya, namun memah-
kotai dan menyempurnakannya, dengan mendatangkan pengharapan
yang lebih baik itu, yang diperlambangkan dan dinubuatkan di da-
lamnya. Perjanjian Lama masih tetap mulia, walaupun Perjanjian
Baru jauh melampauinya dalam kemuliaan (2Kor. 3:9).
Di hadapan kita ada bagian dari Perjanjian Lama itu yang kita
sebut Pentateukh, atau kelima kitab Musa, hamba Tuhan yang meng-
ungguli semua nabi lain itu, dan yang memperlambangkan Sang Nabi
Besar itu. Kitab-kitab Perjanjian Lama ini dibagi oleh Juruselamat
kita ke dalam hukum, kitab-kitab para nabi, dan mazmur, atau
hagiograf (tulisan-tulisan pen.), dan kelima kitab ini yaitu hukum.
Sebab, kelima-limanya tidak saja berisi hukum-hukum yang diberi-
kan kepada Israel, dalam empat kitab terakhir, namun juga hukum-
hukum yang diberikan kepada Adam, kepada Nuh, dan kepada
Abraham, dalam kitab pertama. Kelima kitab ini, sejauh yang kita
ketahui, yaitu kitab-kitab pertama yang pernah ditulis. Sebab, tidak
disebutkan sedikit pun tentang tulisan lain dalam seluruh Kitab
Kejadian, tidak pula sampai Tuhan menyuruh Musa untuk menulis
(Kel. 17:14). Dan sebagian orang berpendapat bahwa Musa sendiri
tidak pernah belajar menulis sampai Tuhan menunjukkan kepadanya
salinan tulisan-Nya dalam Sepuluh Perintah Tuhan pada loh-loh batu.
Bagaimanapun juga, kita yakin bahwa kelima kitab ini yaitu
tulisan-tulisan paling kuno yang masih ada sekarang, dan oleh sebab
itu yang paling baik dalam memberi kita penjelasan yang memuaskan
tentang perkara-perkara yang paling kuno.
Di hadapan kita ada kitab yang pertama dan terpanjang dari
kelima kitab itu, yang kita sebut Kejadian, yang ditulis, menurut
sebagian orang, saat Musa berada di Midian, untuk mengajar dan
menghibur saudara-saudaranya yang menderita di Mesir. namun saya
lebih berpendapat bahwa ia menulisnya di padang gurun, sesudah ia
berada di gunung bersama Tuhan , di mana, ada kemungkinan, ia
menerima pengajaran-pengajaran secara penuh dan khusus untuk
menuliskannya. Dan, sama seperti Musa membentuk Kemah Suci,
demikian pula ia membentuk bangunan yang lebih unggul dan lebih
bertahan lama untuk kitab ini, persis seperti rancangan yang ditun-
jukkan kepadanya di gunung. Rancangan yang diperolehnya di
gunung itu lebih baik dalam memastikan kebenaran segala perkara
yang termuat di sini dibandingkan yang bisa dipastikan di dalam tradisi-
tradisi lain yang kemungkinan diteruskan dari Adam ke Metusalah,
dari Metusalah ke Sem, dari Sem ke Abraham, dan seterusnya sam-
pai kepada keluarga Yakub. Kejadian atau Genesis yaitu nama yang
dipinjam dari bahasa Yunani. Kata itu berarti asal-usul, atau silsilah.
Tepatlah kitab ini disebut demikian, sebab kitab ini yaitu sejarah
asal-usul, mengenai penciptaan dunia, masuknya dosa dan maut ke
dalamnya, penemuan-penemuan berbagai keterampilan, munculnya
bangsa-bangsa, dan terutama penanaman jemaat Tuhan , dan keada-
annya pada masa-masa awal. Kitab ini juga merupakan sejarah ketu-
runan, yakni keturunan Adam, Nuh, Abraham, dan seterusnya. Ini
silsilah tanpa akhir, namun berguna. Permulaan Perjanjian Baru juga
disebut Kejadian (Mat. 1:1), Biblos geneseos, kitab kejadian, atau sil-
silah, dari Yesus Kristus. Terpujilah Tuhan untuk kitab Perjanjian Baru
itu, yang menunjukkan kepada kita obat penyembuh, sementara kitab
Perjanjian Lama ini membuka luka kita. Tuhan, bukakanlah mata
kami, agar kami dapat melihat perkara-perkara yang ajaib baik dari
Taurat-Mu maupun dari Injil-Mu!
PASAL 1
arena dasar dari seluruh agama terletak pada hubungan kita
dengan Tuhan sebagai Pencipta kita, maka pantaslah jika kitab
yang berisi pewahyuan-pewahyuan ilahi yang dimaksudkan sebagai
pembimbing, penopang, dan pedoman agama di dunia dimulai, se-
bagaimana demikian adanya, dengan gambaran yang jelas dan utuh
tentang penciptaan dunia. Ini juga untuk menjawab pertanyaan yang
pertama-tama tebersit dalam hati nurani yang baik, Di mana Tuhan ,
yang membuat aku? (Ayb. 35:10). Berkenaan dengan hal ini para
filsuf kafir secara menyedihkan membuat kesalahan yang bodoh, dan
pikiran mereka menjadi sia-sia. Sebagian dari mereka menegaskan
bahwa dunia itu kekal dan ada dengan sendirinya, dan sebagian yang
lain menganggapnya berasal dari kumpulan atom-atom secara kebe-
tulan. Demikianlah, dunia tidak mengenal Tuhan oleh hikmatnya,
malah justru dengan bersusah payah kehilangan Dia. Oleh sebab
itu, Kitab Suci pertama-tama memaparkan asas terang alam yang
tidak tertutup kabut ini. Sebab rancangan Kitab Suci, melalui agama
wahyu, yaitu untuk memelihara dan mengembangkan agama alami,
memperbaiki kerusakan-kerusakannya dan melengkapi kekurangan-
kekurangannya, sejak kejatuhan manusia, untuk memulihkan kem-
bali perintah-perintah hukum alam. Asas yang dimaksud yaitu bah-
wa dunia ini, pada awal mula waktu, diciptakan oleh Sang Ada yang
mempunyai hikmat dan kuasa tak terbatas, yang telah ada sebelum
segala waktu dan segala dunia. Pengenalan akan firman Tuhan mem-
beri terang ini (Mzm. 119:130). Ayat pertama dari Alkitab memberi
kita pengetahuan yang lebih pasti dan lebih baik, lebih memuaskan
dan lebih berguna, tentang asal-usul alam semesta, dibandingkan semua
jilid buku karya para filsuf. Iman yang hidup pada orang-orang
Kristen yang rendah hati dapat memahami perkara ini dengan lebih
baik dibandingkan angan-angan yang membumbung tinggi pada orang-
orang yang paling cerdas (Ibr. 11:3).
Kita mendapati tiga hal dalam pasal ini:
I. Gagasan umum yang diberikan kepada kita tentang karya
penciptaan (ay. 1-2).
II. Gambaran khusus tentang karya beberapa hari, yang dicatat,
seperti dalam buku harian, secara sendiri-sendiri dan ber-
urutan. Penciptaan terang pada hari pertama (ay. 3-5), cakra-
wala pada hari kedua (ay. 6-8), laut, bumi, dan segala isinya
pada hari ketiga (ay. 9-13), benda-benda penerang di langit
pada hari keempat (ay. 14-19), ikan-ikan dan burung-burung
pada hari kelima (ay. 20-23), binatang-binatang (ay. 24-25),
manusia (ay. 26-28), dan makanan bagi keduanya pada hari
keenam (ay. 29-30).
III. Seluruh karya itu dilihat kembali dan diterima dengan baik
(ay. 31).
Penciptaan Hari Pertama
(1:1-2)
1 Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi. 2 Bumi belum berbentuk
dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Tuhan melayang-
layang di atas permukaan air.
Dalam kedua ayat di atas kita mendapati karya penciptaan dalam
bentuknya yang ringkas dan pada masanya yang awal.
I. Dalam bentuknya yang ringkas (ay. 1), yang di dalamnya kita
mendapati, bagi penghiburan kita, butir pertama dari pengakuan
iman kita, bahwa Tuhan Bapa yang Mahakuasa yaitu Pencipta la-
ngit dan bumi, dan sebagai Penciptalah kita percaya kepada-Nya.
1. Amatilah, dalam ayat ini, empat hal:
(1) Hasil yang dibuat langit dan bumi, maksudnya, dunia,
termasuk seluruh kerangka dan perlengkapan alam semes-
ta, bumi dan segala isinya (Kis. 17:24). Dunia yaitu ru-
mah yang besar, terdiri dari tingkat atas dan tingkat ba-
wah, susunannya megah dan besar, merata dan nyaman,
dan setiap kamarnya secara baik dan bijak dilengkapi
dengan perabotan. Bagian ciptaan yang kelihatanlah yang
ingin dijelaskan Musa di sini. Oleh sebab itu, ia tidak me-
3
nyebutkan penciptaan para malaikat. namun , sama seperti
bukan hanya permukaan bumi yang dihiasi dengan rerum-
putan dan bunga-bungaan, namun juga isi perutnya diper-
kaya dengan logam-logam dan batu-batu permata (yang
lebih berharga dan lebih menyerupai sifat bumi dalam ke-
padatannya, meskipun penciptaannya tidak disebutkan di
sini), demikian pula langit tidak saja dipercantik bagi mata
kita dengan benda-benda penerang yang mulia yang meng-
hiasi permukaan luarnya, yang penciptaannya kita baca di
sini, namun juga di dalamnya dilengkapi dengan makhluk-
makhluk yang mulia, yang luput dari pandangan kita.
Makhluk-makhluk tersebut lebih bersifat sorgawi, dan jauh
melampaui benda-benda penerang itu dalam nilai dan
keunggulan, melebihi emas atau batu nilam yang melam-
paui bunga-bunga bakung di ladang. Dalam dunia yang
kelihatan, mudah untuk mengamati,
[1] Keanekaragaman yang besar, beberapa jenis makhluk
yang amat sangat berbeda dalam sifat dan rupa antara
satu dengan yang lain: Betapa banyak perbuatan-Mu, ya
TUHAN, dan betapa baik semuanya!
[2] Keindahan yang agung. Langit yang biru dan bumi yang
hijau memesonakan mata orang yang mengamatinya
dengan rasa ingin tahu, apalagi perhiasan-perhiasan
yang melekat padanya. Jadi, betapa keindahan Pencip-
tanya jauh melampaui segala yang ada di dunia!
[3] Kepastian dan ketepatan yang luar biasa. Bagi orang
yang, dengan bantuan mikroskop, mengamati dari de-
kat pekerjaan-pekerjaan alam, maka semua itu tampak
lebih halus dibandingkan karya-karya seni apa saja.
[4] Kuasa yang besar. Yang ada pada setiap makhluk bu-
kanlah segumpal materi yang mati dan tidak bergerak,
melainkan ada kekuatan, sedikit banyak, di dalam ma-
sing-masing dari mereka: bumi sendiri pun mempunyai
kekuatan magnet.
[5] Keteraturan yang amat rapi, kesalingtergantungan da-
lam hubungan antarmakhluk, keselarasan yang tepat
pada gerakan-gerakan, dan keterkaitan serta hubungan
sebab akibat yang mengagumkan.
4
[6] Misteri besar. Di dalam alam ada penampakan-penam-
pakan yang tidak bisa diketahui, dan rahasia-rahasia
yang tidak bisa dipahami atau dijelaskan. namun dari
apa yang kita lihat pada langit dan bumi, kita dapat
dengan mudah mengenali kekuasaan yang kekal dan
ilahi dari Sang Pencipta yang agung, dan dapat meleng-
kapi diri kita dengan pokok-pokok pujian yang berlim-
pah untuk-Nya. Dan biarlah penciptaan serta tempat
kita, sebagai manusia, mengingatkan kita akan kewajib-
an kita sebagai orang-orang Kristen, yaitu untuk selalu
menempatkan sorga dalam pandangan mata kita, dan
bumi di bawah kaki kita.
(2) Pencipta dan Penyebab dari pekerjaan yang besar dan
agung ini, yaitu Tuhan . Bahasa Ibraninya yaitu Elohim,
yang menunjukkan,
[1] Kuasa Tuhan Sang Pencipta. El berarti Tuhan yang kuat.
Dan adakah kekuatan yang kurang dari mahakuasa
yang bisa mengadakan segala sesuatu dari ketiadaan?
[2] Kejamakan dari pribadi-pribadi dalam ke-Tuhan an: Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Nama Tuhan yang jamak ini, dalam
bahasa Ibrani, yang berbicara tentang Dia sebagai ba-
nyak meskipun Dia satu, mungkin bagi orang-orang
bukan-Yahudi menjadi bau kematian yang mematikan,
yang membuat mereka berkeras dalam penyembahan
berhala mereka. namun , bagi kita itu yaitu bau kehi-
dupan yang menghidupkan, yang meneguhkan iman
kita pada ajaran Trinitas, yang, meskipun hanya tersirat
secara gelap dalam Perjanjian Lama, dengan jelas di-
singkapkan dalam Perjanjian Baru. Anak Tuhan , Sang
Firman dan Hikmat kekal dari Bapa, ada bersama-sama
dengan Bapa saat Bapa menciptakan dunia (Ams.
8:30). Bahkan, kita sering kali diberi tahu bahwa dunia
diciptakan oleh-Nya, dan tiada suatu pun yang dijadi-
kan tanpa-Nya (Yoh. 1:3, 10; Ef. 3:9; Kol. 1:16; Ibr. 1:2).
Oh, betapa hal ini seharusnya membangkitkan pikiran-
pikiran yang luhur dalam benak kita akan Tuhan yang
besar itu, yang kepada-Nya kita datang mendekat di
dalam ibadah-ibadah, dan akan Sang Pengantara yang
5
agung itu, yang di dalam nama-Nya kita datang men-
dekat!
(3) Cara pekerjaan ini terlaksana: Tuhan menciptakannya, yaitu,
mengadakannya dari ketiadaan. Tidak ada materi apa pun
yang sudah ada sebelumnya, yang darinya dunia dihasil-
kan. Ikan dan burung memang dihasilkan dari air, dan
hewan serta manusia dari tanah. namun tanah dan air itu
diadakan dari ketiadaan. Dengan kekuatan alam biasa,
mustahil apa saja diadakan dari ketiadaan. Tidak ada
pekerja yang bisa bekerja jika ia tidak mempunyai sesuatu
untuk dikerjakannya. namun dengan kekuatan mahakuasa
dari Tuhan , bukan saja mungkin bahwa sesuatu diadakan
dari ketiadaan (Tuhan alam semesta tidak tunduk pada
hukum-hukum alam), namun juga bahwa dalam penciptaan
mustahillah jika tidak demikian adanya, sebab tidak ada
yang lebih menghina kehormatan Sang Hikmat Kekal selain
anggapan bahwa materi itu kekal. Demikianlah keunggulan
dari kekuasaan itu berasal dari Tuhan , dan segala kemulia-
an hanyalah untuk-Nya.
(4) Kapan pekerjaan ini terlaksana: Pada mulanya, maksud-
nya, pada permulaan waktu, saat jarum jam pertama-
tama diputar: waktu dimulai dengan dihasilkannya makh-
luk-makhluk yang diukur oleh waktu. Sebelum permulaan
waktu, tidak ada yang lain selain Sang Ada (Ujud) Tak
Terbatas itu, yang mendiami kekekalan. Jika kita bertanya
mengapa Tuhan tidak menciptakan dunia lebih awal, maka
kita hanya menggelapkan kebijaksanaan dengan kata-kata
yang hampa pengetahuan. Sebab, bagaimana mungkin ada
yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian di dalam ke-
kekalan? Dan Ia sungguh-sungguh menciptakannya pada
permulaan waktu, sesuai dengan kebijaksanaan-kebijak-
sanaan kekal-Nya sebelum segala waktu. Ada pepatah di
kalangan rabi-rabi Yahudi, bahwa ada tujuh hal yang dicip-
takan Tuhan sebelum dunia ada, yang dengannya mereka
hanya bermaksud mengungkapkan keunggulan dari hal-
hal ini: Hukum, pertobatan, firdaus, dunia orang mati, takh-
ta kemuliaan, bait suci, dan nama Mesias. namun cukuplah
bagi kita untuk berkata, pada mulanya yaitu Firman (Yoh.
1:1).
6
2. Marilah kita belajar dari hal ini,
(1) Bahwa atheisme (paham yang mengatakan bahwa Tuhan
tidak ada pen.) yaitu kebodohan, dan orang-orang yang
tidak percaya pada Tuhan yaitu orang yang paling bodoh
di alam ini. Sebab, mereka sudah melihat dunia yang tidak
bisa menciptakan dirinya sendiri, namun masih juga tidak
mau mengakui bahwa ada Tuhan yang menciptakannya.
sebab itu, tidak ada alasan apa pun bagi mereka untuk
berdalih, selain bahwa ilah dari dunia ini telah membuta-
kan pikiran mereka.
(2) Bahwa Tuhan yaitu Tuhan yang berdaulat atas segala
sesuatu dengan hak yang tak dapat diganggu gugat. Jika
Dia Pencipta, maka tidak diragukan lagi bahwa Dia juga
Penguasa serta Pemilik sorga dan bumi.
(3) Bahwa bagi Tuhan segala sesuatu itu mungkin, dan oleh se-
bab itu berbahagialah orang-orang yang memiliki-Nya seba-
gai Tuhan mereka, dan yang pertolongan serta pengharapan
mereka ada dalam nama-Nya (Mzm. 121:2; 124:8).
(4) Bahwa Tuhan yang kita layani layak menerima, dan juga
jauh lebih tinggi mengatasi, segala puji dan hormat (Neh.
9:5-6). Jika Ia menciptakan dunia, maka Ia tidak memerlu-
kan pelayanan-pelayanan kita, tidak pula Ia bisa diuntung-
kan olehnya (Kis. 17:24-25), namun sudah sewajarnya Ia
menuntutnya, dan layak menerima puji-pujian dari kita
(Why. 4:11). Jika segalanya berasal dari Dia, maka segala-
nya haruslah untuk-Nya.
II. Inilah karya penciptaan pada awal mulanya (ay. 2), yang di dalam-
nya kita mendapat gambaran tentang materi yang pertama dan
penggerak yang pertama.
1. Kekacauan yaitu materi yang pertama. Kekacauan itu di sini
disebut sebagai bumi (meskipun bumi, dalam arti yang se-
sungguhnya, tidak diciptakan sampai hari ketiga, ay. 10),
sebab kekacauan itu memang amat mirip dengan apa yang
sesudah nya disebut bumi, bumi semata-mata, tanpa perhiasan-
perhiasannya. Betapa waktu itu bumi merupakan massa yang
begitu berat dan tak teratur. Kekacauan itu juga disebut
kedalaman, baik sebab keluasannya maupun sebab air-air
yang sesudah itu dipisahkan dari bumi pada waktu itu masih
bercampur dengannya. Massa air yang amat besar ini yaitu
materi yang darinya semua benda, bahkan cakrawala dan
langit yang kelihatan itu, dihasilkan sesudahnya oleh kuasa
dari Sang Firman Kekal. Sang Pencipta bisa saja membuat
pekerjaan-Nya sempurna sejak dari awal, namun dengan lang-
kah secara bertahap-tahap seperti ini Ia ingin menunjukkan,
dalam kehidupan biasa, seperti apa cara pemeliharaan dan
anugerah-Nya. Amatilah gambaran tentang kekacauan ini.
(1) Tidak ada apa pun di dalamnya yang indah untuk dilihat,
sebab bumi belum berbentuk dan kosong. Tohu dan Bohu,
kekacauan dan kehampaan. Begitulah kedua kata itu
diartikan (Yes. 34:11). Bumi tidak berbentuk, tidak ber-
guna, tanpa penghuni, tanpa perhiasan, hanya bayangan
atau rancangan kasar dari hal-hal yang akan datang, dan
bukan hakikatnya (Ibr. 10:1). Bumi hampir jatuh kembali
ke dalam keadaan yang sama sebab dosa manusia, yang
di dalamnya segala makhluk mengeluh. Lihat Yeremia 4:23,
aku melihat kepada bumi, ternyata campur baur dan
kosong. Bagi orang-orang yang hatinya terpatri pada sorga,
dunia bawah ini, jika dibandingkan dengan dunia atas itu,
masih tampak hanya sebagai kekacauan dan kehampaan.
Tidak ada keindahan sejati yang bisa dilihat, tidak ada
kepenuhan yang memuaskan yang bisa dinikmati di bumi
ini, kecuali di dalam Tuhan saja.
(2) Sekalipun seandainya ada sesuatu yang indah untuk
dilihat, tidak ada terang yang dengannya sesuatu itu bisa
dilihat. Sebab, gelap gulita, kegelapan yang pekat, menutupi
samudera raya. Tuhan tidak menciptakan kegelapan ini
(seperti dikatakan tentang-Nya bahwa Ia menciptakan
kegelapan penderitaan, Yes. 45:7), sebab gelap itu hanya
ada sebab tidak adanya terang, yang pada waktu itu pun
masih belum bisa dikatakan tidak ada, sampai ada sesuatu
yang diciptakan yang bisa dilihat melaluinya. Tidak pula
ketiadaan terang itu harus dikeluhkan dengan begitu rupa,
sebab tidak ada yang bisa dilihat selain kekacauan dan
kehampaan. Jika pekerjaan anugerah di dalam jiwa yaitu
ciptaan baru, maka kekacauan ini menggambarkan keada-
an sebuah jiwa yang tidak diperbaharui dan tanpa anuge
rah: di sana ada ketidakteraturan, kekacauan, dan segala
perbuatan jahat. Jiwa itu hampa akan segala kebaikan,
sebab ia tanpa Tuhan . Jiwa itu gelap, ia yaitu kegelapan
itu sendiri. Inilah keadaan kita secara alami, sampai anu-
gerah yang mahakuasa membawa perubahan yang penuh
berkat.
2. Roh Tuhan yaitu Penggerak yang pertama: Ia melayang-layang
di atas permukaan air. jika kita menimbang bumi yang
tidak berbentuk dan kosong, tampak bagi saya bahwa bumi
itu seperti lembah yang penuh dengan tulang-tulang yang mati
dan kering. Dapatkah tulang-tulang ini hidup? Dapatkah
massa materi yang kacau ini dibentuk menjadi sebuah dunia
yang indah? Ya, jika roh hidup dari Tuhan memasukinya (Yeh.
37:9). Sekarang ada harapan untuk hal ini. Sebab, Roh Tuhan
mulai bekerja, dan, jika Ia bekerja, siapa atau apa yang bisa
menghalangi-Nya? Tuhan dikatakan menciptakan dunia dengan
Roh-Nya (Mzm. 33:6; Ayb. 26:13, KJV; TB: nafas-Nya pen.).
Dan oleh Sang Pekerja yang berkuasa inilah penciptaan yang
baru terlaksana. Ia melayang-layang di atas permukaan air,
seperti Elia yang mengunjurkan badannya di atas seorang
anak yang sudah mati, seperti induk ayam mengumpulkan
anak-anaknya di bawah sayapnya, dan mengiringi mereka ke
mana-mana, untuk menghangatkan dan menyukakan mereka
(Mat. 23:37). Atau juga, seperti burung rajawali yang meng-
goncang-goncang isi sarangnya dan melayang-layang di atas
anaknya (kata yang sama itulah yang digunakan di sini) (Ul.
32:11). Belajarlah dari hal ini, bahwa Tuhan bukan saja Pen-
cipta segala sesuatu, melainkan juga Sumber dari kehidupan
dan pergerakan. Materi yang mati akan selama-lamanya mati
jika Ia tidak menghidupkannya. Dan hal ini membuat kita bisa
percaya bahwa Tuhan akan membangkitkan orang mati. Kuasa
yang membawa dunia seperti ini keluar dari kebingungan,
kehampaan, dan kegelapan pada permulaan waktu itu, pada
akhir waktu juga dapat membangkitkan tubuh kita yang hina
dari dalam kubur, meskipun itu negeri yang gelap gulita, dan
kacau balau (Ayb. 10:22), dan dapat mengubahnya menjadi
tubuh yang mulia.
Kitab Kejadian 1:3-5
Penciptaan Hari Pertama
(1:3-5)
3 Berfirmanlah Tuhan : Jadilah terang. Lalu terang itu jadi. 4 Tuhan melihat
bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5 Dan
Tuhan menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari pertama.
Kita mendapati di sini gambaran lebih jauh tentang pekerjaan pada
hari pertama, yang di dalamnya amatilah,
1. Bahwa yang pertama yang diciptakan Tuhan dari semua makhluk
yang kelihatan yaitu terang. Bukan berarti bahwa agar dengan
terang itu Ia sendiri bisa melihat untuk bekerja (sebab baik
kegelapan maupun terang sama saja bagi-Nya), namun bahwa agar
dengan terang itu kita bisa melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya dan
kemuliaan-Nya di dalam pekerjaan-pekerjaan itu, dan bisa me-
ngerjakan pekerjaan-pekerjaan kita selama hari masih terang. Pe-
kerjaan-pekerjaan Iblis dan pengikut-pengikutnya yaitu peker-
jaan-pekerjaan kegelapan. namun barangsiapa melakukan yang
benar, dan berbuat baik, ia datang kepada terang, dan mengingin-
kannya, supaya perbuatan-perbuatannya menjadi nyata (Yoh.
3:21). Terang yaitu keindahan dan berkat besar bagi alam se-
mesta. Sebagai anak sulung, terang, dari semua ciptaan yang
kelihatan, paling menyerupai Orangtuanya yang agung dalam hal
kemurnian dan kekuasaan, kecemerlangan dan kemurahan hati.
Terang mengenal roh dengan dekat, dan berhubungan dengannya.
Meskipun dengan terang kita melihat hal-hal lain, dan yakin bah-
wa terang itu ada, namun kita tidak mengetahui hakikatnya,
tidak pula kita bisa menggambarkan apa terang itu, atau di mana-
kah jalan ke tempat terang berpencar (Ayb. 38:19, 24). Dengan
melihat terang itu, marilah kita dituntun untuk, dan dibantu di
dalam, merenungkan dan mempercayai Dia yang yaitu terang,
terang yang tak terbatas dan kekal (1Yoh. 1:5), dan Bapa segala
terang (Yak. 1:17), yang bersemayam dalam terang yang tak
terhampiri (1Tim. 6:16). Dalam ciptaan baru, hal pertama yang
dikerjakan di dalam jiwa yaitu terang: Roh yang penuh berkat
menundukkan kehendak dan perasaan-perasaan dengan mence-
rahkan pengertian, dan dengan demikian masuk ke dalam hati
melalui pintu, seperti gembala yang baik yang memiliki domba-
dombanya, sementara dosa dan Iblis, seperti pencuri dan peram-
10
pok, memanjat dari jalan lain. Orang yang oleh dosa menjadi
gelap, oleh anugerah menjadi terang di dalam dunia.
2. Bahwa terang dijadikan oleh firman kuasa Tuhan . Ia berkata,
jadilah terang. Ia menghendaki dan menetapkannya, maka itu
pun terlaksana dengan segera: terang itu jadi, salinan yang persis
seperti gagasan asli di dalam Sang Hikmat Kekal. Oh betapa ber-
kuasanya firman Tuhan ! Dia berfirman, maka semuanya jadi,
benar-benar jadi, terlaksana dengan baik, dan untuk selama-
lamanya, bukan sekadar untuk gagah-gagahan, dan untuk meme-
nuhi kebutuhan sekarang, sebab Dia memberi perintah, maka
semuanya ada: bagi Dia itu yaitu dictum, factum sepatah kata,
dan sebuah dunia. Firman Tuhan (yaitu, kehendak-Nya dan kese-
nangan akan kehendak-Nya) yaitu cepat dan penuh kuasa.
Kristus yaitu Sang Firman, Firman yang hakiki dan kekal, dan
oleh-Nya terang dijadikan, sebab dalam Dia ada terang, dan
Dialah terang yang sesungguhnya, terang dunia (Yoh. 1:9; 9:5).
Terang ilahi yang bersinar dalam jiwa-jiwa yang dikuduskan
dikerjakan oleh kuasa Tuhan , kuasa firman-Nya, dan kuasa Roh
hikmat serta pewahyuan, yang membuka pengertian, mengusir
kabut-kabut ketidaktahuan dan kekeliruan, dan memberi
pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan yang tampak pada wajah
Kristus, seperti pada mulanya, Tuhan telah berfirman: Dari dalam
gelap akan terbit terang! (2Kor. 4:6). Kegelapan akan selama-
lamanya menimpa wajah manusia yang sudah jatuh ke dalam
dosa itu andaikata Anak Tuhan tidak datang dan mengaruniakan
pengertian kepada kita (1Yoh. 5:20).
3. Bahwa terang yang dikehendaki Tuhan , saat jadi, dikenan oleh-
Nya: Tuhan melihat bahwa terang itu baik. Terang itu tepat seperti
yang telah dirancangkan-Nya, dan sesuai untuk memenuhi
tujuan yang telah Ia rancangkan. Terang itu berguna dan berman-
faat. Dunia, yang sekarang yaitu sebuah istana, akan menjadi
lorong yang gelap gulita tanpanya. Terang itu baik dan menye-
nangkan. Terang itu menyenangkan (Pkh. 11:7). Terang itu menyu-
kakan hati (Ams. 15:30). Apa yang diperintahkan Tuhan akan di-
kenan-Nya dan diterima-Nya dengan penuh rahmat. Ia akan amat
berkenan pada buatan tangan-Nya sendiri. Yang benar-benar baik
yaitu yang dipandang baik oleh Tuhan , sebab Ia tidak melihat
seperti manusia melihat. Jika terang itu baik, betapa baiknya Dia
yang yaitu Sumber terang, yang dari-Nya kita menerima terang
Kitab Kejadian 1:3-5
11
itu, dan yang kepada-Nya kita berutang untuk memberi segala
pujian atas terang itu, dan atas segala pelayanan yang kita
lakukan dengan terang itu!
4. Bahwa Tuhan memisahkan terang itu dari gelap, dan dengan demi-
kian menceraikan mereka sehingga tidak akan pernah berpadu
bersama-sama, atau didamaikan. Sebab persamaan apakah ter-
dapat antara terang dan gelap? (2Kor. 6:14). Namun, Ia membagi-
bagi waktu di antara mereka, siang untuk terang dan malam
untuk gelap, dalam pergantian yang terus-menerus dan teratur
satu terhadap yang lain. Meskipun gelap sekarang diusir oleh
terang, namun ia tidak dikutuk untuk musnah selama-lamanya,
namun muncul secara bergiliran dengan terang, dan mempunyai
tempatnya sendiri, sebab ada kegunaannya. Sebab, sama seperti
terang pagi menemani pekerjaan di siang hari, demikian pula
bayang-bayang malam menemani istirahat di malam hari, dan
menutup tirai di sekeliling kita, agar kita bisa tidur lebih nyenyak.
Lihat Ayub 7:2. Tuhan sudah membagi-bagi waktu seperti itu
antara terang dan gelap, sebab Ia ingin mengingatkan kita setiap
hari bahwa dunia ini yaitu dunia campuran dan perubahan. Di
sorga ada terang yang sempurna dan abadi, dan tidak ada gelap
sama sekali. Di neraka, ada kegelapan yang teramat pekat, dan
tidak ada secercah terang sedikit pun. Di antara dua alam ini
terbentang jurang lebar yang berdiri tetap. namun , di dunia ini,
terang dan gelap datang silih berganti, dan dari hari ke hari kita
berpindah dari yang satu ke yang lain. Ini agar kita bisa belajar
menghadapi pergantian-pergantian serupa dalam pemeliharaan
Tuhan , yaitu damai dan kesusahan, sukacita dan dukacita, dan se-
terusnya. Dan agar kita bisa mempertentangkan yang satu terha-
dap yang lain, menyesuaikan diri dengan kedua-duanya seperti
kita menyesuaikan diri dengan terang dan gelap, menyambut ke-
dua-duanya, dan memanfaatkan keduanya sebaik-baiknya.
5. Bahwa Tuhan memisahkan mereka satu sama lain dengan nama-
nama tersendiri: Ia menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.
Ia memberi mereka nama, sebagai Tuhan atas keduanya. Sebab
punya Dialah siang, punya Dialah juga malam (Mzm. 74:16). Dia
Tuhan atas waktu, dan akan tetap demikian, hingga siang dan
malam berakhir, dan aliran waktu tertelan dalam lautan keke-
kalan. Marilah kita mengakui Tuhan dalam pergantian siang dan
malam yang terus-menerus, dan menyucikan keduanya bagi
12
kehormatan-Nya, dengan bekerja untuk Dia setiap siang dan ber-
istirahat di dalam Dia setiap malam, dan merenungkan hukum-
Nya siang dan malam.
6. Bahwa ini yaitu pekerjaan pada hari pertama, dan sungguh itu
pekerjaan yang baik untuk sehari. Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari pertama. Kegelapan malam sudah ada sebelum
terang pagi, agar ia bisa dikalahkan oleh terang pagi, agar ia me-
mulainya, dan membuatnya bersinar semakin cemerlang. Ini
bukan saja hari pertama di dunia, melainkan juga hari pertama
dalam seminggu. Saya memperhatikan hal ini bagi kehormatan
hari itu, sebab dunia yang baru dimulai juga pada hari pertama
dalam seminggu, dalam kebangkitan Kristus, sebagai terang du-
nia, saat hari masih pagi benar. Di dalam Dia fajar dari atas
telah menyongsong dunia. Dan berbahagialah kita, selama-lama-
nya berbahagia, jika bintang timur itu terbit bersinar di dalam hati
kita.
Penciptaan Hari Kedua
(1:6-8)
6 Berfirmanlah Tuhan : Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memi-
sahkan air dari air. 7 Maka Tuhan menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan
air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah
demikian. 8 Lalu Tuhan menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari kedua.
Di sini kita melihat gambaran tentang pekerjaan pada hari kedua,
penciptaan cakrawala, yang di dalamnya amatilah,
1. Perintah Tuhan berkenaan dengan penciptaan cakrawala itu: Jadi-
lah cakrawala, perluasan, begitulah artinya dalam bahasa Ibrani,
seperti seprai yang terbentang, atau tirai yang dibukakan. Cakra-
wala ini mencakup semua yang kelihatan di atas bumi, di antara
bumi dan langit ketiga: udara, ruang-ruangnya yang lebih tinggi,
yang di tengah-tengah, dan yang lebih rendah bola angkasa, dan
semua benda-benda penerang di atas yang melingkar dan bulat.
Cakrawala ini menjangkau tempat yang tinggi setinggi tempat di
mana bintang-bintang terpasang, sebab di sini disebut cakrawala
langit (ay. 14-15, KJV), dan menjangkau tempat yang rendah
serendah tempat di mana burung-burung beterbangan, sebab itu
juga disebut cakrawala langit (ay. 20, KJV). sesudah Tuhan menjadi-
kan terang, Ia menetapkan udara sebagai wadah dan kendaraan
Kitab Kejadian 1:6-8
13
bagi pancaran-pancarannya, dan sebagai sarana perhubungan di
antara dunia yang tak kelihatan dan yang kelihatan. Sebab,
walaupun di antara sorga dan bumi terbentang jarak yang tak
terbayangkan jauhnya, namun di situ tak ada jurang yang tak
terseberangi, sebagaimana yang ada di antara sorga dan neraka.
Cakrawala ini bukanlah tembok pemisah, melainkan jalan untuk
berhubungan. Lihat Ayub 26:7; 37:18; Mazmur 104:3; Amos 9:6.
2. Penciptaan cakrawala itu. Supaya jangan tampak seolah-olah
Tuhan hanya memerintahkannya untuk terlaksana, namun orang
lain yang mengerjakannya, Musa menambahkan, maka Tuhan men-
jadikan cakrawala. Apa yang dituntut Tuhan dari kita dikerjakan-
Nya sendiri di dalam diri kita, atau itu tidak akan terlaksana. Dia
yang memerintahkan iman, kekudusan, dan kasih, menciptakan
semua itu dengan kuasa anugerah-Nya yang menyertai firman-
Nya, agar Ia mendapat segala pujian. Tuhan, berikanlah apa yang
Engkau perintahkan, lalu perintahkanlah apa yang Engkau se-
nangi. Cakrawala dikatakan sebagai buatan jari Tuhan (Mzm. 8:4).
Meskipun keluasan cakupannya menyatakan cakrawala sebagai
buatan tangan-Nya yang terentang, namun kerincian yang menga-
gumkan dari susunannya menunjukkan bahwa cakrawala itu
merupakan suatu karya seni yang menakjubkan, buatan jari-Nya.
3. Maksud dan rancangan dari cakrawala itu untuk memisahkan
air dari air, yaitu, untuk membedakan antara air yang terbungkus
di awan-awan dan air yang menutupi lautan, air di udara dan air
di bumi. Lihatlah perbedaan di antara keduanya yang diamati de-
ngan saksama (Ul. 11:10-11), di mana Kanaan menurut gambaran
ini lebih unggul dibandingkan Mesir, sebab Mesir menjadi lembab dan
subur oleh air yang berasal dari bawah cakrawala, namun Kanaan
oleh air yang berasal dari atas, dari cakrawala, bahkan embun
sorga, yang tidak menanti-nantikan orang (Mi. 5: 6). Tuhan , dalam
cakrawala kekuasaan-Nya, mempunyai ruang-ruang, ruang-ruang
persediaan, yang dari sana Ia memberi minum bumi (Mzm. 104:13;
65:10-11). Ia juga mempunyai perbendaharaan, atau gudang,
salju dan hujan batu, yang disimpan-Nya untuk waktu pertempur-
an dan peperangan (Ayb. 38:22-23). Oh, betapa Dia yaitu Tuhan
yang besar, yang telah memberi persediaan begitu rupa demi
penghiburan semua orang yang melayani Dia dan kekacauan bagi
semua orang yang membenci Dia! Sungguh baik memiliki-Nya se-
14
bagai Teman kita, dan celakalah bila memiliki-Nya sebagai Musuh
kita.
4. Cakrawala diberi nama: Ia menamai cakrawala itu langit. Cakra-
wala itu yaitu langit yang kelihatan, jalan setapak kota suci. Di
atas cakrawala Tuhan dikatakan mendirikan takhta-Nya (Yeh.
1:26), sebab Ia telah menyiapkannya di sorga. Oleh sebab itu,
sorga dikatakan mempunyai kekuasaan (Dan. 4:26). Bukankah
Tuhan bersemayam di langit yang tinggi? (Ayb. 22:12). Ya, benar,
dan dengan merenungkan langit yang tampak oleh mata kita, kita
haruslah dituntun untuk memikirkan Bapa kita yang di sorga.
Tingginya langit haruslah mengingatkan kita akan kedaulatan
Tuhan dan jarak tak terkira yang terentang di antara kita dan Dia.
Kecemerlangan langit dan kemurniannya haruslah mengingatkan
kita akan kemuliaan-Nya, kebesaran-Nya, dan kekudusan-Nya
yang sempurna. Luasnya langit, dilingkupinya bumi, dan penga-
ruh yang dimilikinya atas bumi, haruslah mengingatkan kita akan
dalam dan luasnya pemeliharaan-Nya.
Penciptaan Hari Ketiga
(1:9-13)
9 Berfirmanlah Tuhan : Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul
pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan jadilah demikian. 10
Lalu Tuhan menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya
laut. Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik. 11 Berfirmanlah Tuhan : Hen-
daklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang
berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang ber-
biji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi. Dan jadilah demikian. 12 Tanah
itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang ber-
biji. Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik. 13 Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari ketiga.
Pekerjaan pada hari ketiga diceritakan dalam perikop di atas, yaitu
pembentukan laut dan tanah kering, dan bumi dibuat menjadi
subur. Sampai saat ini kekuasaan Sang Pencipta sudah dikerahkan
dan dicurahkan di sekitar bagian atas dari dunia yang kelihatan.
Terang langit dinyalakan, dan cakrawala langit ditetapkan: namun
sekarang Ia turun ke dunia bawah ini, bumi, yang dirancang bagi
anak-anak manusia, dirancang baik untuk mereka tinggali maupun
untuk mereka pelihara. Dan di sini kita mendapati gambaran bagai-
mana bumi dibuat cocok untuk dtinggali dan dipelihara manusia,
Kitab Kejadian 1:9-13
15
dan bagaimana rumah mereka dibangun serta makanan mereka
dipersiapkan. Amatilah,
I. Bagaimana bumi dipersiapkan untuk menjadi tempat kediaman
manusia, dengan mengumpulkan semua air bersama-sama, dan
membuat tanah yang kering muncul. Dengan demikian, bukannya
ada kekacauan (ay. 2) saat tanah dan air bercampur baur dalam
satu massa yang besar, namun lihatlah, sekarang, ada keteraturan,
melalui pemisahan yang menjadikan tanah maupun air berguna.
Tuhan berkata, jadilah demikian, dan jadilah demikian. Apa yang
dikatakan tidak lebih cepat dibandingkan apa yang terlaksana.
1. Air-air yang sudah menutupi bumi diperintahkan untuk mun-
dur, dan untuk berkumpul di dalam satu tempat, yaitu, ce-
kungan-cekungan yang sudah disesuaikan dan ditunjuk
sebagai penadahnya dan tempat peristirahatannya. Air-air itu,
yang sudah dibersihkan seperti itu, dikumpulkan seperti itu,
dan ditempatkan seperti itu di tempatnya yang semestinya,
dinamai-Nya laut. Meskipun laut-laut itu banyak, ada di ber-
bagai wilayah yang berjauhan, dan menyirami sejumlah pan-
tai, namun, entah di atas atau di bawah tanah, laut-laut itu
berhubungan satu sama lain, dan dengan demikian mereka
semua satu, dan sama-sama menjadi wadah air, yang ke da-
lamnya semua sungai mengalir (Pkh. 1:7). Air dan laut sering
kali, dalam Kitab Suci, melambangkan permasalahan dan
penderitaan (Mzm. 42:8; 69:3, 15-16). Umat Tuhan sendiri tidak
luput dari semua permasalahan dan penderitaan di dunia ini.
namun , sungguh menjadi penghiburan bagi mereka bahwa
permasalahan dan penderitaan itu hanyalah air-air di bawah
langit (tidak ada air di sorga), dan bahwa semuanya itu berada
di tempat yang sudah ditetapkan Tuhan bagi mereka dan di
dalam batas-batas yang telah ditentukan-Nya bagi mereka.
Bagaimana air-air dikumpulkan bersama-sama pada awalnya,
dan bagaimana mereka masih terikat dan dibatasi oleh Yang
Mahakuasa yang sama yang telah mengurungnya untuk
pertama kali, digambarkan dengan indah dalam Mazmur
104:6-9, dan disebutkan di sana sebagai pokok pujian. Orang-
orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal harus meng-
akui setiap hari akan hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang
Pencipta, yang telah membuat perairan luas yang berguna bagi
16
manusia untuk berdagang dan berjual beli. Dan mereka yang
tinggal di rumah harus mengakui bahwa mereka berutang ke-
pada Dia yang menetapkan batas laut, dan memasang palang
dan pintunya, dan menghentikan gelombang-gelombangnya
yang congkak (Ayb. 38:10-11).
2. Tanah yang kering dibuat tampak, dan muncul dari dalam air,
dan dinamakan darat, dan diberikan kepada anak-anak manu-
sia. Darat itu, tampaknya, sudah ada sebelumnya. namun ia
tidak berguna, sebab berada di bawah air. Demikianlah ba-
nyak pemberian Tuhan diterima dengan sia-sia, sebab pem-
berian-pemberian itu dikuburkan. Buatlah mereka muncul,
maka mereka akan berguna. Kita yang, sampai pada hari ini,
menikmati keuntungan tanah yang kering (meskipun, sejak
saat itu, darat pernah tenggelam dalam air bah, dan kemudian
dikeringkan lagi), harus mengakui bahwa kita tinggal di darat
dengan menyewa, dan bergantung, pada Tuhan yang tangan-
Nya membentuk darat itu (Mzm. 95:5; Yun. 1:9).
II. Bagaimana bumi diperlengkapi untuk memelihara dan menopang
hidup manusia (ay. 11-12). Persediaan untuk kehidupan masa
sekarang dibuat, dengan hasil-hasil yang langsung muncul dari
bumi yang baru dimulai, yang, dalam kepatuhan pada perintah
Tuhan , begitu dibuat langsung menjadi subur, dan menumbuhkan
tunas-tunas muda bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan bagi kebu-
tuhan manusia. Persediaan juga dibuat untuk waktu yang akan
datang, dengan menumbuhkan terus sejumlah jenis sayur-sayur-
an, yang banyak sekali jumlahnya, beraneka ragam, dan semua-
nya menakjubkan, dan masing-masing sesuai dengan jenisnya,
sehingga, selama berlangsungnya kehidupan manusia di bumi,
makanan bisa didapat dari tanah untuk digunakan dan diman-
faatkannya. Tuhan, apakah manusia, sehingga ia diindahkan dan
dipedulikan seperti itu sehingga perhatian yang begitu rupa di-
berikan, dan persediaan yang sedemikian rupa dibuat, untuk me-
nyokong dan memelihara nyawa-nyawa yang bersalah dan men-
jijikkan itu, yang sudah ribuan kali terhilang! Amatilah di sini,
1. Bahwa bukan saja bumi yaitu kepunyaan Tuhan, melainkan
juga segala isinya, dan Dia merupakan Pemilik yang sah serta
Pemerintah yang berdaulat, bukan hanya atas bumi melainkan
juga atas segala isinya. Bumi sebelumnya merupakan keham-
Kitab Kejadian 1:9-13
17
paan (ay. 2), namun sekarang, dengan mengucapkan firman, ia
telah penuh dengan segala kekayaan Tuhan , dan semua itu
tetap kepunyaan-Nya gandum-Nya dan anggur-Nya, kain bulu
domba-Nya dan kain lenan-Nya (Hos. 2:8). Meskipun kita boleh
memakai nya, hak miliknya tetap ada pada-Nya, dan un-
tuk melayani Dia serta demi kehormatan-Nyalah semua itu
harus digunakan.
2. Bahwa pemeliharaan yang umum itu merupakan penciptaan
yang terus berkelanjutan, dan di dalamnya Bapa kita bekerja
sampai sekarang. Bumi masih berada di bawah perintah yang
berkuasa ini, untuk menumbuhkan tunas-tunas muda, tum-
buh-tumbuhan, dan hasil-hasilnya setiap tahun. Dan walau-
pun semua ini, sebab sesuai dengan peredaran alam secara
biasa, bukanlah mujizat-mujizat yang tetap, namun mereka
yaitu contoh-contoh yang tetap dari kekuasaan yang tidak
mengenal lelah dan kebaikan yang tiada habisnya dalam diri
Sang Pencipta dan Tuan dunia yang agung itu.
3. Bahwa walaupun Tuhan , biasanya, memanfaatkan perantaraan
penyebab-penyebab sekunder, sesuai dengan hakikat mereka,
namun Ia tidak memerlukan mereka ataupun terikat pada me-
reka. Sebab, walaupun buah-buah berharga dari bumi biasa-
nya tumbuh sebab pengaruh-pengaruh matahari dan bulan
(Ul. 33:14), namun di sini kita mendapati bumi menghasilkan
buah yang amat berlimpah, buah yang bisa matang, sebelum
matahari dan bulan diciptakan.
4. Bahwa sungguh baik jika kita menyediakan hal-hal yang dibu-
tuhkan sebelum kita perlu memakai nya: sebelum hewan
dan manusia diciptakan, di sini tunas-tunas muda dan tum-
buh-tumbuhan sudah dipersiapkan bagi mereka. Demikianlah
Tuhan berhubungan dengan manusia secara bijak dan penuh
rahmat. Maka janganlah manusia menjadi bodoh dan tidak
bijak bagi dirinya sendiri.
5. Bahwa Tuhan haruslah mendapat kemuliaan atas segala keun-
tungan yang kita terima dari hasil-hasil bumi, entah untuk
makanan atau tubuh jasmani kita. Dialah yang mendengarkan
langit, saat langit mendengarkan bumi (Hos. 2:20-21). Dan
jika kita, melalui anugerah, mempunyai kepentingan di dalam
Dia yang yaitu sumber mata air, maka sekalipun sungai-
18
sungai mengering dan pohon ara tidak berbunga kita dapat
bersukacita di dalam Dia.
Penciptaan Hari Keempat
(1:14-19)
14 Berfirmanlah Tuhan : Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi
tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-
tahun, 15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu me-
nerangi bumi. Dan jadilah demikian. 16 Maka Tuhan menjadikan kedua benda
penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan
yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-
bintang. 17 Tuhan menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang
dari gelap. Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik. 19 Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari keempat.
Inilah cerita tentang pekerjaan pada hari keempat, penciptaan mata-
hari, bulan, dan bintang-bintang, yang di sini tidak digambarkan se-
bagai benda-benda pada dirinya sendiri dan menurut hakikatnya
sendiri, untuk memuaskan keingintahuan kita, melainkan dalam
hubungannya dengan bumi ini, yang untuknya mereka berperan se-
bagai benda-benda penerang. Dan hal ini cukup untuk melengkapi
kita dengan pokok pujian dan ucapan syukur. Ayub yang suci me-
nyebutkan hal ini sebagai contoh dari kekuasaan Tuhan yang mulia,
bahwa oleh nafas-Nya langit menjadi cerah (Ayb. 26:13). Dan di sini
kita melihat gambaran dari perhiasan yang tidak saja memberi
keindahan yang begitu rupa pada dunia atas, namun juga menjadi
berkat yang begitu rupa bagi dunia bawah ini. Sebab, meskipun
langit itu tinggi, ia menghormati bumi ini, dan oleh sebab itu harus
mendapat penghormatan darinya. Tentang penciptaan benda-benda
penerang di langit kita mendapat gambarannya,
I. Secara umum (ay. 14-15), yang di dalamnya kita mendapati,
1. Perintah yang diberikan berkenaan dengan mereka: Jadilah
benda-benda penerang pada cakrawala. Tuhan sudah berkata,
jadilah terang (ay. 3), lalu terang itu jadi. namun terang ini,
sepertinya, yaitu terang yang kacau, tersebar di sana-sini
dan tidak teratur: sekarang terang itu dikumpulkan dan di-
bentuk, dan dibuat menjadi beberapa benda penerang, dan
dengan demikian menjadi lebih mulia serta lebih berguna.
Tuhan yaitu Tuhan atas keteraturan, dan bukan kekacauan.
Kitab Kejadian 1:14-19
19
Dan, sama seperti Dia yaitu terang, demikian pula Dia ada-
lah Bapa dan Pembentuk segala terang. Benda-benda pene-
rang itu harus berada pada cakrawala, permukaan luas yang
melingkupi bumi itu, dan yang mencolok mata semua. Sebab
tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menempatkannya
di bawah tempat tidur, namun ia menempatkannya di atas kaki
dian (Luk. 8:16), dan kaki dian yang megah serta keemasan
itulah cakrawala, yang darinya kaki-kaki dian ini memberi
cahayanya kepada semua orang yang masuk ke dalam rumah.
Cakrawala itu sendiri dikatakan sebagai sesuatu yang mempu-
nyai terang pada dirinya sendiri (Dan. 12:3), namun terang ini
tidak cukup untuk menerangi bumi. Dan mungkin sebab
alasan ini tidak dikatakan dengan jelas tentang pekerjaan
pada hari kedua, saat cakrawala dijadikan, bahwa itu baik,
sebab, sebelum terang itu dihiasi dengan benda-benda pene-
rang ini pada hari keempat, terang itu belum berguna bagi
manusia.
2. Kegunaan yang dimaksudkan bagi benda-benda penerang itu
untuk bumi ini.
(1) Mereka harus berperan untuk membedakan waktu, siang
dan malam, musim panas dan musim dingin, yang datang
silih berganti mengikuti pergerakan matahari, yang terbit-
nya membawa siang, dan terbenamnya membawa malam,
mendekatnya pada garis lintang membawa musim panas,
dan mundurnya ke garis lintang yang lain membawa mu-
sim dingin: dan dengan demikian, di bawah langit, ada
masanya untuk apa pun (Pkh. 3:1).
(2) Mereka harus berperan untuk menuntun tindakan. Mereka
dimaksudkan sebagai tanda-tanda perubahan cuaca, agar
petani dapat mengatur pekerjaan-pekerjaannya dengan
bijak, sebab sudah melihat terlebih dahulu, melalui rupa
langit, saat penyebab-penyebab sekunder mulai bekerja,
apakah hari akan cerah atau redup (Mat. 16:2-3). Mereka
juga menerangi bumi, agar kita dapat berjalan (Yoh. 11:9),
dan bekerja (Yoh. 9:4) sesuai dengan kewajiban yang ditun-
tut sehari-hari. Benda-benda penerang di langit tidak ber-
sinar untuk diri mereka sendiri, tidak pula untuk dunia
roh di atas, yang tidak memerlukan mereka. namun mereka
bersinar untuk kita, untuk kesenangan dan keuntungan
20
kita. Tuhan, apakah manusia, sehingga ia sampai diper-
hatikan seperti itu! (Mzm. 8:4-5). Betapa kita tidak tahu
berterima kasih dan tak dapat dimaafkan, jika sesudah
Tuhan menetapkan benda-benda penerang bagi kita yang
melaluinya kita bisa bekerja, kita malah tidur, atau ber-
main-main, atau membuang-buang waktu kerja, dan meng-
abaikan pekerjaan besar yang untuknya kita diutus ke da-
lam dunia! Benda-benda penerang di langit dibuat untuk
melayani kita, dan mereka melakukannya dengan setia,
dan bersinar pada musimnya, tanpa terlewatkan: namun
kita ditetapkan sebagai terang di dunia ini untuk melayani
Tuhan . Dan apakah kita juga dengan cara serupa memenuhi
tujuan kita diciptakan? Tidak, kita tidak memenuhinya, te-
rang kita tidak bercahaya di hadapan Tuhan seperti terang-
terang-Nya bersinar di hadapan kita (Mat. 5:14). Kita mem-
bakar pelita-pelita Tuan kita, namun tidak peduli terhadap
pekerjaan-Nya.
II. Secara khusus (ay. 16-18).
1. Amatilah, benda-benda penerang di langit yaitu matahari,
bulan, dan bintang-bintang. Dan kesemuanya ini yaitu buat-
an tangan Tuhan .
(1) Matahari yaitu terang terbesar dari semuanya, besarnya
lebih dari sejuta kali dibandingkan bumi, lampu yang pa-
ling mulia dan berguna dari semua lampu di langit, contoh
yang mulia dari hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang Pencip-
ta, dan berkat yang tak ternilai bagi makhluk-makhluk di
dunia bawah ini. Marilah kita belajar dari Mazmur 19:2-7
bagaimana memberi Tuhan kemuliaan sebab nama-Nya,
sebagai Pencipta matahari.
(2) Bulan yaitu terang yang lebih kecil, namun di sini dipan-
dang sebagai salah satu terang yang lebih besar, sebab ,
walaupun dari segi kebesaran dan terangnya yang dipinjam
ia lebih rendah dibandingkan banyak bintang, namun, berda-
sarkan fungsinya, sebagai penguasa malam, dan sehu-
bungan dengan kegunaannya untuk bumi, ia lebih unggul
dibandingkan mereka. Yang paling berharga yaitu yang paling
berguna. Dan terang yang lebih besar bukanlah terang
Kitab Kejadian 1:14-19
21
yang mendapat pemberian-pemberian terbaik, melainkan
terang yang dengan rendah hati dan setia melakukan
kebaikan terbesar melalui pemberian-pemberian itu. Ba-
rangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia
menjadi pelayanmu (Mat. 20:26).
(3) Ia menjadikan juga bintang-bintang, yang di sini dibicara-
kan sebagaimana mereka tampak secara kasat mata, tanpa
membedakan planet-planet dan bintang-bintang yang jauh,
atau menyebutkan jumlah, sifat, tempat, kebesaran, gerak-
an, atau pengaruh-pengaruh mereka. Sebab Kitab Suci
ditulis bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu kita dan
menjadikan kita ahli perbintangan, namun untuk mengantar
kita kepada Tuhan , dan menjadikan kita orang-orang kudus.
Nah, benda-benda penerang ini dikatakan menguasai (ay.
16, 18). Bukan berarti bahwa mereka mempunyai kekuasa-
an tertinggi, seperti yang dimiliki Tuhan , namun bahwa mere-
ka yaitu wakil pemerintah, penguasa-penguasa di bawah-
Nya. Di sini terang yang lebih kecil, bulan, dikatakan
menguasai malam. namun dalam Mazmur 136:9 bintang-
bintang juga disebut turut berbagi dalam pemerintahan itu.
Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam. Tidak
ada maksud lain di sini selain bahwa mereka menerangi
(Yer. 31:35). Cara terbaik dan terhormat untuk menguasai
yaitu dengan menerangi dan berbuat baik: orang yang
akan dihormati yaitu orang yang hidupnya bermanfaat,
dan dengan demikian bersinar sebagai terang.
2. Dari semua ini kita belajar,
(1) Dosa dan kebodohan pemujaan berhala yang sudah ada se-
jak zaman kuno itu, yaitu penyembahan terhadap mata-
hari, bulan, dan bintang-bintang, yang menurut sebagian
orang, muncul atau setidak-tidaknya diterima, dari bebe-
rapa tradisi di masa bapak-bapak leluhur. Tradisi-tradisi
itu menceritakan kekuasaan dan pemerintahan benda-ben-
da penerang di langit. namun gambaran yang diberikan di
sini dengan jelas menunjukkan bahwa benda-benda langit
itu yaitu ciptaan Tuhan dan juga pelayan-pelayan bagi ma-
nusia. Jadi, oleh sebab itu, sangatlah menghina Tuhan dan
amat sangat mencela kita sendiri jika kita mempertuhan-
22
kan mereka dan memberi mereka kehormatan-kehormatan
ilahi. Lihat Ulangan 4:19.
(2) Kewajiban dan hikmat bagi kita untuk setiap hari menyem-
bah Tuhan yang menciptakan semua benda penerang ini,
dan menjadikan mereka bagi kita sebagaimana adanya me-
reka. Perputaran siang dan malam mewajibkan kita untuk
mempersembahkan korban doa dan pujian yang khidmat
setiap pagi dan malam.
Penciptaan Hari Kelima
(1:20-23)
20 Berfirmanlah Tuhan : Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hi-
dup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.
21 Maka Tuhan menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala
jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala
jenis burung yang bersayap. Tuhan melihat bahwa semuanya itu baik. 22 Lalu
Tuhan memberkati semuanya itu, firman-Nya: Berkembangbiaklah dan ber-
tambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-
burung di bumi bertambah banyak. 23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itu-
lah hari kelima.
Setiap hari, sampai saat ini, telah menghasilkan ciptaan-ciptaan yang
amat mulia dan unggul, yang tidak ada habis-habisnya bila dika-
gumi. namun kita tidak membaca tentang penciptaan makhluk hidup
apa pun sampai hari kelima, seperti yang digambarkan kepada kita
dalam perikop di atas. Karya penciptaan tidak hanya berlanjut secara
bertahap dari satu hal ke hal lain, namun juga timbul dan berkembang
secara bertahap dari apa yang kurang unggul kepada apa yang lebih
unggul, yang mengajar kita untuk terus maju menuju kesempurnaan
dan berusaha agar pekerjaan-pekerjaan kita yang terakhir yaitu
pekerjaan-pekerjaan kita yang terbaik. Pada hari kelimalah ikan-ikan
dan burung-burung diciptakan, dan kedua-duanya diciptakan dari
air. Walaupun tubuh ikan dan tubuh burung itu berbeda jenis, ke-
duanya diciptakan secara bersama-sama, dan dua-duanya diciptakan
dari air. Sebab kuasa dari Sang Penyebab Pertama dapat menciptakan
hasil-hasil yang berbeda dari penyebab-penyebab sekunder. Amatilah,
1. Dijadikannya ikan-ikan dan burung-burung pada mulanya (ay.
20-21). Tuhan memerintahkan agar mereka dihasilkan. Ia berkata,
hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup (KJV: Hen-
daklah air-air memunculkan makhluk-makhluk hidup secara ber-
kelimpahan pen.). Bukan seolah-olah berarti bahwa air mempu-
Kitab Kejadian 1:20-23
23
nyai kekuatan sendiri untuk menghasilkan sesuatu, melainkan,
Hendaklah tercipta, ikan-ikan di dalam air dan burung-burung
dari dalamnya. Perintah ini dijalankan-Nya sendiri: Tuhan mencip-
takan binatang-binatang laut yang besar, dst. Serangga, yang
mungkin sama beragam dan banyaknya seperti jenis-jenis hewan
lain, dan susunan tubuhnya mungkin sama mengherankannya,
yaitu bagian dari pekerjaan pada hari ini, yang sebagian dari
antaranya berkerabat dengan ikan dan sebagian lain berkerabat
dengan burung. Robert Boyle (ahli fisika dan kimia dari Inggris
pen.) seingat saya pernah berkata bahwa ia amat mengagumi
hikmat dan kuasa Sang Pencipta dalam seekor semut sama
seperti dalam seekor gajah. Ada perhatian yang diberikan di sini
tentang beraneka ragam ikan dan burung, masing-masing sesuai
jenisnya, dan tentang banyaknya jumlah ikan dan burung yang
dihasilkan itu, sebab air-air memunculkan banyak makhluk se-
cara berkelimpahan. Dan disebutkan secara khusus tentang ikan
paus yang besar (dalam terjemahan KJV pen.), yang terbesar
dari segala ikan, yang kebesaran dan kekuatannya, sebab me-
lampaui binatang mana pun, merupakan bukti yang mengagum-
kan akan kekuasaan dan kebesaran Penciptanya. Perhatian ter-
sendiri yang diberikan di sini tentang ikan paus, mengatasi semua
makhluk lain, tampak merupakan bukti yang cukup untuk
memastikan apa yang dimaksudkan dengan binatang Lewiatan
(dalam KJV lihat Ayb. 41:1; dalam TB lihat Ayb. 3:8 pen.). Su-
sunan yang mengherankan pada tubuh-tubuh binatang, ukuran-
ukuran, bentuk-bentuk, dan sifat-sifat mereka yang berbeda,
dengan kekuatan-kekuatan yang mengagumkan untuk menjalani
hidup indrawi yang dikaruniakan kepada mereka, jika diper-
timbangkan dengan sepatutnya, bukan saja dapat membungkam
dan mempermalukan keberatan-keberatan orang yang tidak per-
caya pada Tuhan dan orang-orang kafir, namun juga membang-
kitkan pikiran-pikiran dan pujian-pujian yang luhur tentang Tuhan
pada jiwa-jiwa yang saleh dan taat (Mzm. 104:25, dst.).
2. Diberkatinya mereka, demi kelangsungan hidup mereka. Hidup
yaitu suatu hal yang akan habis. Kekuatannya bukanlah seperti
kekuatan batu. Hidup yaitu lilin yang akan terbakar habis, jika
apinya tidak dipadamkan terlebih dahulu. Oleh sebab itu Sang
Pencipta yang bijak tidak hanya menjadikan makhluk ciptaan
seorang diri, namun juga menyediakan sarana untuk berkembang
24
biak. Tuhan memberkati semuanya itu, firman-Nya: Berkembang-
biaklah dan bertambah banyaklah (ay. 22). Tuhan akan memberkati
pekerjaan-pekerjaan-Nya sendiri, dan tidak akan menelantarkan
mereka. Dan segala sesuatu yang dilakukan Tuhan akan tetap ada
untuk selamanya (Pkh. 3:14). Kuasa pemeliharaan Tuhan akan me-
melihara segala sesuatu, seperti halnya kuasa-Nya saat mencip-
takan mereka pada mulanya. Kesuburan yaitu dampak dari
berkat Tuhan dan harus dipandang demikian. Berkembangbiaknya
ikan dan burung, dari tahun ke tahun, tetap merupakan buah
dari berkat ini. Maka, marilah kita memberi Tuhan kemuliaan atas
kelangsungan hidup makhluk-makhluk ini sampai pada hari ini
demi keuntungan manusia. Lihat Ayub 12:7, 9. Sangat disayang-
kan bahwa memancing dan menembak burung, suatu kesenang-
an yang tidak berbahaya dengan sendirinya, sampai diseleweng-
kan begitu rupa sehingga mengalihkan perhatian orang dari Tuhan
dan kewajiban mereka. Sementara kesenangan itu bisa diman-
faatkan untuk mengantar kita merenungi hikmat, kuasa, dan
kebaikan Dia yang menjadikan semuanya ini, dan untuk meng-
ajak kita bersikap hormat kepada-Nya, seperti ikan dan burung
hormat kepada kita.
Penciptaan Hari Keenam
(1:24-25)
24 Berfirmanlah Tuhan : Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk
yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar. Dan
jadilah demikian. 25 Tuhan menjadikan segala jenis binatang liar dan segala
jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Tuhan melihat
bahwa semuanya itu baik.
Kita mendapati di sini bagian pertama dari pekerjaan pada hari
keenam. Laut, pada hari sebelumnya, sudah diperlengkapi dengan
ikan, dan udara dengan burung. Dan pada hari ini dibuatlah bina-
tang-binatang di bumi, ternak, dan binatang melata yang hidup di
bumi. Di sini, seperti sebelumnya,
1. Tuhan menyampaikan sabda. Ia berkata, hendaklah bumi menge-
luarkan, bukan seolah-olah bumi mempunyai kekuatan yang
begitu subur hingga mampu menghasilkan binatang-binatang ini,
atau seolah-olah Tuhan menyerahkan kepada bumi kuasa pencip-
taan-Nya. Melainkan, Biarlah makhluk-makhluk ini sekarang
ada di atas bumi, dan dari tanah, menurut jenis mereka masing-
Kitab Kejadian 1:26-28
25
masing, sesuai dengan gagasan-gagasan yang telah ada dalam
kebijaksanaan ilahi mengenai penciptaan mereka.
2. Ia juga melaksanakan pekerjaan itu. Ia menciptakan semuanya
sesuai dengan jenis mereka, bukan hanya dengan bentuk-bentuk
yang beragam, melainkan juga dengan sifat-sifat, perilaku, ma-
kanan, dan rupa-rupa yang beragam. Sebagian sudah ditentukan
jinak dan tinggal di sekitar rumah, sebagian yang lain liar dan
tinggal di padang belantara. Sebagian hidup dengan makan re-
rumputan dan tetumbuhan, sebagian yang lain makan daging.
Sebagian tidak berbahaya, dan sebagian yang lain menerkam de-
ngan rakus. Sebagian berani, dan sebagian yang lain penakut.
Sebagian untuk melayani manusia, dan bukan untuk menjadi
makanannya, seperti kuda. Sebagian yang lain untuk makanan-
nya, dan bukan untuk melayaninya, seperti domba. Sebagian un-
tuk kedua-duanya, seperti lembu jantan, dan sebagian yang lain
bukan untuk kedua-duanya, seperti binatang-binatang buas. Da-
lam kesemuanya ini tampaklah pelbagai ragam hikmat Sang Pen-
cipta.
Penciptaan Hari Keenam
(1:26-28)
26 Berfirmanlah Tuhan : Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-
burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi. 27 Maka Tuhan menciptakan manusia
itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; laki-laki
dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28 Tuhan memberkati mereka, lalu
Tuhan berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi.
Di sini kita mendapati bagian kedua dari pekerjaan pada hari ke-
enam, yaitu penciptaan manusia, yang secara istimewa penting un-
tuk kita perhatikan, agar kita mengenal diri kita sendiri. Amatilah,
I. Bahwa manusia diciptakan terakhir dari semua makhluk, agar
tidak dicurigai, dengan cara apa pun, bahwa ia sudah menjadi
penolong Tuhan dalam menciptakan dunia: pertanyaan itu harus-
lah selalu membuat manusia rendah hati dan malu, di mana-
kah engkau, atau siapa pun dari jenismu, saat Aku meletakkan
dasar bumi? (Ayb. 38:4). Namun, yaitu suatu kehormatan dan
26
juga suatu kebaikan bagi manusia bahwa ia diciptakan terakhir:
suatu kehormatan, sebab cara penciptaannya berkembang dari
apa yang kurang sempurna menjadi yang lebih sempurna; dan
juga yaitu suatu kebaikan, sebab tidaklah pantas ia ditempat-
kan di dalam istana yang dirancang untuknya sampai istana itu
benar-benar dibuat cocok dan diperlengkapi dengan perabotan
untuk menerimanya. Manusia, segera sesudah ia diciptakan, mem-
punyai seluruh ciptaan kelihatan di hadapannya, baik untuk dire-
nungkannya maupun untuk dijadikan penghiburannya. Manusia
diciptakan pada hari yang sama dengan binatang-binatang, kare-
na tubuhnya dibuat dari tanah yang sama dengan tubuh mereka.
Dan, selama ia berada dalam tubuh, ia mendiami bumi yang sama
bersama-sama dengan mereka. Kiranya jangan sampai terjadi
bahwa dengan memanjakan tubuh dan keinginan-keinginannya,
kita menjadikan diri kita seperti bintang-binatang yang akan binasa!
II. Bahwa penciptaan manusia itu lebih merupakan pertanda dan
tindakan langsung dari hikmat dan kuasa ilahi dibandingkan pen-
ciptaan makhluk-makhluk lain. Kisah penciptaannya diperkenal-
kan dengan cara yang begitu khidmat, dan ditampilkan berbeda
dari penciptaan makhluk-makhluk lain. Sampai saat ini sudah di-
katakan, Jadilah terang, dan Jadilah cakrawala, dan Hendak-
lah bumi, atau air, mengeluarkan ini dan itu. namun sekarang
kalimat perintah itu diubah menjadi kalimat perundingan, Baik-
lah Kita menjadikan manusia, yang untuknya makhluk-makhluk
lain diciptakan: inilah pekerjaan yang harus Kita kerjakan dengan
tangan kita sendiri. Sebelumnya Ia berbicara sebagai Tuhan yang
memiliki wewenang, di sini sebagai Tuhan yang berperasaan. Se-
bab, anak-anak manusia menjadi kesenangan-Nya (Ams. 8:31).
Tampak seolah-olah ini merupakan pekerjaan yang begitu rindu
untuk dikerjakan-Nya. Seolah-olah Ia berkata, sesudah akhirnya
Kita menyelesaikan bagian-bagian pengantarnya, marilah Kita se-
karang mengerjakan pekerjaan utamanya, baiklah Kita menjadi-
kan manusia. Manusia dimaksudkan untuk menjadi suatu makh-
luk yang berbeda dari semua makhluk yang sudah diciptakan sam-
pai saat ini. Daging dan roh, sorga dan bumi, harus ditempatkan
bersama-sama di dalam dia, dan ia harus dipautkan kepada kedua
dunia itu. Dan oleh sebab itu, Tuhan sendiri tidak hanya turun
langsung untuk menciptakannya, namun juga berkenan mengung-
Kitab Kejadian 1:26-28
27
kapkan diri-Nya dengan cara seolah-olah Ia memanggil seorang
penasihat untuk mempertimbangkan penciptaan manusia: Baik-
lah Kita menjadikan manusia. Ketiga pribadi dalam Tuhan Trinitas,
Bapa, Anak, dan Roh Kudus, merundingkannya, dan bersepakat
di dalamnya, sebab manusia, saat ia dijadikan, dimaksudkan
untuk diabdikan dan dipersembahkan kepada Bapa, Anak, dan
Roh Kudus. Dan dalam nama yang agung itulah kita, dengan
alasan yang baik, dibaptis, sebab kepada nama yang agung itu
jugalah kita berutang atas keberadaan kita. Biarlah Dia mengatur
manusia, Dia yang berkata, baiklah Kita menjadikan manusia.
III. Bahwa manusia dijadikan dalam gambar dan rupa Tuhan , dua
kata untuk mengungkapkan hal yang sama dan untuk membuat
jelas satu sama lain. Gambar dan rupa menandakan gambar yang
paling serupa, kemiripan yang paling dekat dari semua makhluk
yang kelihatan. Manusia tidak dijadikan dalam rupa makhluk
mana pun yang sudah ada sebelum dia, namun dalam rupa Pencip-
tanya. Namun, tetap saja di antara Tuhan dan manusia terbentang
jarak yang tak terbatas. Kristus sajalah yang merupakan gambar
wujud pribadi Tuhan , sebagai Anak Bapa-Nya, sebab mempunyai
hakikat yang sama. Ini hanya sebagian dari kehormatan Tuhan
yang diberikan kepada manusia, yang hanya merupakan gambar
Tuhan seperti bayangan di dalam cermin, atau cetakan wajah raja
pada uang logam. Gambar Tuhan pada manusia terletak pada
ketiga hal berikut ini:
1. Dalam sifat dan pembawaannya, bukan sifat dan pembawaan
tubuhnya (sebab Tuhan tidak mempunyai tubuh), melainkan
sifat dan pembawaan jiwanya. Kehormatan ini memang diberi-
kan Tuhan kepada tubuh manusia, bahwa Firman telah men-
jadi daging, Anak Tuhan mengenakan tubuh seperti tubuh kita,
dan sebentar lagi akan mengenakan pada tubuh kita kemu-
liaan seperti kemuliaan-Nya. Dan hal ini bisa kita katakan de-
ngan yakin, bahwa Kristus yang oleh-Nya Tuhan menjadikan
dunia-dunia, bukan hanya dunia yang besar, melainkan juga
dunia yang kecil, yaitu manusia, membentuk tubuh manusia,
pada mulanya, sesuai dengan pola yang dirancang-Nya bagi
diri-Nya sendiri dalam kegenapan waktu. namun jiwa manusia-
lah, jiwa besarnya, yang terutama menampakkan gambar
Tuhan . Jiwa yaitu roh, roh yang berakal dan tidak dapat mati,
28
roh yang berkuasa dan bergerak, yang dalam hal ini menyeru-
pai Tuhan , Bapa segala roh, dan Jiwa dunia. Roh manusia ada-
lah pelita TUHAN. Jiwa manusia, ditimbang dari tiga kemam-
puannya yang mulia, yaitu mengerti, berkehendak, dan mem-
punyai kekuatan untuk bergerak, mungkin merupakan cermin
yang paling cemerlang dan jernih di alam raya, yang di dalam-
nya kita bisa melihat Tuhan .
2. Dalam tempat dan wewenangnya: Baiklah Kita menjadikan ma-
nusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkua-
sa. Oleh sebab ia berkuasa atas makhluk-makhluk yang lebih
rendah, maka ia seolah-olah merupakan wakil Tuhan , atau raja
muda di atas bumi. Makhluk-makhluk yang lebih rendah itu
tidak mempunyai kemampuan untuk takut kepada Tuhan dan
melayani-Nya, dan oleh sebab itu Tuhan telah menetapkan
mereka untuk takut kepada manusia dan melayaninya. Na-
mun, berkuasanya manusia atas dirinya sendiri melalui kebe-
basan kehendaknya lebih menyerupai gambar Tuhan dibandingkan
berkuasanya dia atas makhluk-makhluk.
3. Dalam kemurnian dan kelurusannya. Gambar Tuhan pada ma-
nusia terletak pada pengetahuan, kebenaran, dan kekudusan
yang sesungguhnya (Ef. 4:24; Kol. 3:10). Ia jujur (Pkh. 7:29).
Dalam seluruh kekuatan alaminya, ia mempunyai kebiasaan
untuk menyesuaikan diri dengan seluruh kehendak Tuhan .
Pengertiannya melihat perkara-perkara ilahi secara jelas dan
benar, dan tidak ada kesalahan atau kekeliruan apa pun da-
lam pengetahuannya. Kehendaknya siap tunduk pada kehen-
dak Tuhan dalam hal apa saja, tanpa rasa enggan atau meno-
lak. Semua perasaannya teratur, dan ia tidak mempunyai
hawa nafsu atau kemarahan yang tidak pada tempatnya. Pikir-
an-pikirannya dengan mudah ditundukkan dan ditetapkan
pada perkara-perkara yang terbaik, dan di dalamnya tidak ada
keangkuhan atau sifat tidak mau diatur. Semua kekuatan
yang lebih rendah tunduk pada perintah-perintah dan bim-
bingan-bimbingan kekuatan yang lebih tinggi, tanpa pembe-
rontakan atau perlawanan apa pun. Demikian kudus, dan de-
mikian berbahagianyalah orangtua kita yang pertama, dalam
memiliki gambar Tuhan pada mereka. Dan kehormatan ini,
yang diberikan kepada manusia pada mulanya, yaitu alasan
yang baik mengapa kita tidak boleh berkata-kata jahat satu
Kitab Kejadian 1:26-28
29
terhadap yang lain (Yak. 3:9), tidak pula berbuat jahat satu
sama lain (Kej. 9:6), dan mengapa kita tidak boleh merendah-
kan diri kita sendiri untuk melayani dosa, dan harus meng-
abdikan diri untuk melayani Tuhan . namun betapa engkau su-
dah jatuh, hai putra fajar! Betapa gambar Tuhan pada manusia
ini sudah rusak! Betapa sedikit yang tersisa darinya, dan
betapa besar kerusakannya! Tuhan memperbaharui gambar
Tuhan pada jiwa kita dengan anugerah-Nya yang menguduskan!
IV. Bahwa manusia diciptakan laki-laki dan perempuan, dan diber-
kati dengan berkat kesuburan dan perkembangbiakan. Tuhan ber-
kata, baiklah Kita menjadikan manusia, dan kemudian langsung
diikuti, maka Tuhan menciptakan manusia. Ia melaksanakan apa
yang sudah bertekad untuk dilakukan-Nya. Bagi kita, berkata dan
berbuat yaitu dua hal yang berbeda. namun tidak demikian bagi
Tuhan . Ia menciptakan laki-laki dan perempuan, Adam dan Hawa.
Adam terlebih dahulu, dari tanah, lalu Hawa, dari rusuknya (ps.
2). Tampak bahwa untuk semua makhluk lainnya, Tuhan mencip-
takan banyak pasangan, namun untuk manusia bukankah Dia
menjadikannya satu? (Mal. 2:15, KJV; TB: Bukankah Tuhan yang
Esa menjadikan mereka daging dan roh? pen.), meskipun ada
roh yang tinggal. Dari hal ini Kristus mengumpulkan alasan un-
tuk melawan perceraian (Mat. 19:4-5). Bapak kita yang pertama,
Adam, dibatasi untuk hanya memiliki satu istri. Dan, seandainya
ia mengusirnya, tidak ada orang lain yang bisa dinikahinya, yang
dengan jelas menunjukkan bahwa ikatan perkawinan itu tidak
boleh dicerai-beraikan dengan seenaknya. Para malaikat tidak
diciptakan laki-laki dan perempuan, sebab mereka tidak harus
mengembangbiakkan jenis mereka (Luk. 20:34-36). namun manu-
sia dijadikan laki-laki dan perempuan, agar sifatnya bisa dikem-
bangbiakkan dan bangsa manusia diteruskan. Api dan lilin, ben-
da-benda penerang di dunia bawah ini, sebab akan habis, dan
padam, mempunyai kekuatan untuk menerangi yang lain. namun
tidak demikian dengan benda-benda penerang di langit: bintang
yang satu tidak menyalakan bintang yang lain. Tuhan hanya men-
jadikan satu laki-laki dan satu perempuan, agar semua bangsa
manusia mengenal diri mereka sendiri sebagai keturunan dari
satu darah, dari nenek moyang yang sama, dan dengan demikian
dapat tergugah untuk mengasihi satu sama lain. Tuhan , sesudah
30
membuat mereka mampu meneruskan sifat yang telah mereka
terima, berkata kepada mereka, beranakcuculah dan bertambah
banyak; penuhilah bumi. Di sini Ia memberi mereka,
1. Sebuah warisan yang luas: Penuhilah bumi. Inilah yang dikaru-
niakan kepada anak-anak manusia. Mereka diciptakan untuk
mendiami seluruh muka bumi (Kis. 17:26). Inilah tempat di
mana Tuhan telah menetapkan manusia untuk menjadi hamba
dari pemeliharaan-Nya dalam memerintah makhluk-makhluk
yang lebih rendah, dan, seolah-olah, untuk menjadi otak dari
bola dunia ini. Dan untuk menerima kelimpahan Tuhan , yang
padanya makhluk-makhluk lain hidup, namun tidak mengeta-
huinya. Juga untuk mengumpulkan pokok-pokok pujian bagi-
Nya di dunia bawah ini, dan membayarkannya kepada Sang
Atasan di atas (Mzm. 145:10). Dan, terakhir, untuk menjadi
percobaan bagi dunia yang lebih baik.
2. Tuhan memberi mereka keluarga yang amat banyak dan lang-
geng, untuk menikmati warisan ini, dengan mengucapkan ber-
kat atas mereka, yang sebab itu keturunan mereka akan me-
luas sampai ke ujung-ujung bumi dan terus ada sampai di
pengujung waktu. Kesuburan dan pertambahan bergantung
pada berkat Tuhan : Obed-Edom mempunyai delapan anak, se-
bab Tuhan telah memberkati dia (1Taw. 26:5). Oleh sebab ber-
kat inilah, yang diperintahkan Tuhan pada mulanya, maka
umat manusia masih tetap ada, dan seiring keturunan yang
satu pergi, keturunan yang lain datang.
V. Bahwa Tuhan memberi kepada manusia, sesudah Ia menjadi-
kannya, kekuasaan atas makhluk-makhluk yang lebih rendah,
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara. Meskipun ma-
nusia tidak membuat persediaan bagi ikan atau burung, ia
berkuasa atas keduanya, terlebih lagi atas segala binatang melata
yang merayap di bumi, yang lebih berada di bawah pemeliharaan-
nya dan di dalam jangkauannya. Dengan ini Tuhan bermaksud
memberi kehormatan kepada manusia, supaya ia lebih terdo-
rong untuk mendatangkan kehormatan bagi Penciptanya. Kekua-
saan ini telah berkurang banyak dan terhilang sebab kejatuhan.
Namun demikian, pemeliharaan Tuhan melanjutkan banyak dari
kekuasaan itu kepada anak-anak manusia sebanyak yang dibu-
tuhkan untuk melindungi dan menyokong hidup mereka. Dan
Kitab Kejadian 1:29-30
31
anugerah Tuhan telah memberi kepada orang-orang kudus
suatu hak yang baru dan lebih baik atas makhluk lain dibandingkan
hak yang terhilang sebab dosa. Sebab, semua yaitu kepunyaan
kita jika kita kepunyaan Kristus (1Kor. 3:22).
Penciptaan Hari Keenam
(1:29-30)
29 Berfirmanlah Tuhan : Lihatlah, Aku memberi kepadamu segala tumbuh-
tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang
buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30 namun kepada segala
binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di
bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya. Dan jadilah demikian.
Di sini kita mendapati bagian ketiga dari pekerjaan pada hari keenam,
yang bukan berupa ciptaan baru apa pun, melainkan persediaan
makanan yang berlimpah kepada segala makhluk (Mzm. 136:25). Dia
yang sudah menjadikan manusia dan binatang seperti itu ikut ambil
peduli untuk memelihara keduanya (Mzm. 36:7). Inilah,
I. Makanan yang disediakan bagi manusia (ay. 29). Tumbuh-tum-
buhan dan buah-buahan harus menjadi makanannya, termasuk
gandum dan segala hasil bumi. Semua ini boleh dimakannya,
namun (tampaknya) bukan daging, sampai sesudah peristiwa air bah
(9:3). Dan sebelum bumi ditenggelamkan, jauh lebih lama lagi
sebelum bumi dikutuk sebab ulah manusia, buah-buahnya,
tidak diragukan lagi, lebih terasa menyenangkan, menguatkan,
dan menyehatkan tubuh dibandingkan sumsum dan lemak, dan se-
mua makanan santapan raja sekarang. Lihatlah di sini,
1. Apa yang harus membuat kita rendah hati. sebab kita dijadi-
kan dari tanah, maka kita dipelihara darinya. Memang manu-
sia pernah sekali memakan makanan para malaikat, roti dari
sorga. namun mereka mati (Yoh. 6:49). Bagi mereka makanan
itu sama seperti makanan dari dalam tanah (Mzm. 104:14).
Ada makanan yang bertahan sampai kehidupan kekal. Tuhan
selalu memberi kita ini.
2. Apa yang harus membuat kita bersyukur. Tuhan itu penopang
tubuh. Dari Dia kita menerima segala penopang dan peng-
hiburan hidup ini, dan kepada-Nya kita harus bersyukur. Ia
memberi kita segala sesuatu secara berlimpah untuk kita
32
nikmati, bukan hanya kebutuhan pokok, melainkan juga ke-
limpahan, kemewahan, dan keanekaragaman untuk perhiasan
dan kesenangan kita. Betapa besar kita berutang! Betapa kita
harus berusaha sungguh-sungguh, sebab kita hidup dalam
kelimpahan Tuhan , untuk hidup demi kemuliaan-Nya!
3. Apa yang harus membuat kita bersabar dan puas dengan bagi-
an kita. Walaupun Adam diberi kekuasaan atas ikan dan bu-
rung, namun Tuhan membatasi dia, dalam makanannya, pada
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dan ia tidak pernah
mengeluhkannya. Meskipun sesudah itu ia menginginkan buah
terlarang, demi hikmat dan pengetahuan yang dijanjikannya
sendiri dari buah itu, namun kita tidak penah membaca bahwa
ia menginginkan daging terlarang. Jika Tuhan memberi kita ma-
kanan untuk hidup kita, maka janganlah kita, bersama umat
Israel yang bersungut-sungut, meminta makanan untuk menu-
ruti nafsu kita (Mzm. 78:18). Lihat Daniel 1:15.
II. Makanan yang disediakan bagi binatang-binatang (ay. 30). Lembu-
kah yang Tuhan perhatikan? Ya, pasti, Ia menyediakan makanan
yang sesuai bagi mereka, dan bukan bagi lembu saja, yang dipa-
kai sebagai korban persembahan bagi-Nya dan untuk melayani
manusia, namun bahkan singa-singa muda dan anak-anak burung
gagak diperhatikan-Nya dalam pemeliharaan-Nya. Mereka memin-
ta dan mendapat makanan dari Tuhan . Marilah kita memberi Tuhan
kemuliaan atas kelimpahan yang diberikan-Nya kepada makhluk-
makhluk yang lebih rendah, bahwa semuanya, seolah-olah, diberi
makan di meja-Nya setiap hari. Ia Penjaga rumah yang amat baik,
sangat kaya dan murah hati, yang memuaskan keinginan setiap
makhluk hidup. Biarlah ini mendorong umat Tuhan untuk menye-
rahkan kekhawatiran mereka kepada-Nya, dan untuk tidak cemas
memikirkan apa yang akan mereka makan dan apa yang akan
mereka minum. Dia yang memberi persediaan kepada Adam
tanpa Adam mengkhawatirkannya, dan masih memberi per-
sediaan kepada semua makhluk tanpa mereka mengkhawatirkan-
nya, tidak akan membiarkan orang-orang yang percaya pada-Nya
kekurangan apa saja yang baik (Mat. 6:26). Dia yang memberi
makan burung-burung-Nya tidak akan membiarkan kelaparan
anak-anak-Nya.
Kitab Kejadian 1:31
33
Penciptaan Hari Keenam
(1:31)
31 Maka Tuhan melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Di sini kita melihat diterima dan dirangkumnya seluruh karya pen-
ciptaan. Adapun Tuhan , pekerjaan-Nya sempurna. Dan jika Ia memu-
lai maka Ia juga akan mengakhiri, dalam pemeliharaan dan anuge-
rah, seperti juga di sini dalam penciptaan. Amatilah,
I. Tuhan melihat kembali pekerjaan-Nya: Ia melihat segala yang
dijadikan-Nya itu. Ia pun tetap melakukannya. Semua pekerjaan
tangan-Nya berada dalam pengawasan-Nya. Dia yang menjadikan
semuanya melihat semuanya. Dia yang menjadikan kita melihat
kita (Mzm. 139:1-16). Yang Mahatahu tidak bisa dipisahkan dari
Yang Mahakuasa. Segala pekerjaan Tuhan diketahui-Nya (Kis.
15:18, KJV). namun hal ini merupakan permenungan yang khidmat
dari Hikmat Kekal tentang salinan-salinan kebijaksana-an-Nya
sendiri dan hasil-hasil kuasa-Nya sendiri. Dengan ini Tuhan telah
menunjukkan teladan bagi kita untuk melihat kembali pekerjaan-
pekerjaan kita. sesudah memberi kita kuasa untuk merenung, Ia
berharap agar kita memakai kuasa itu, yaitu melihat tingkah
laku kita (Yer. 2:23), dan memikirkannya (Mzm. 119:59). jika
kita sudah menyelesaikan pekerjaan sehari, dan akan beristirahat
pada malam hari, kita harus bercakap-cakap dengan hati kita
sendiri tentang apa yang sudah kita lakukan sepanjang hari itu.
Demikian pula jika kita sudah menyelesaikan pekerjaan se-
minggu, dan akan beristirahat pada hari Sabat, kita harus mem-
persiapkan diri dengan cara yang sama untuk berjumpa dengan
Tuhan kita. Dan jika kita sudah menyelesaikan pekerjaan dalam
hidup kita, dan akan beristirahat di dalam kubur, itulah saatnya
untuk mengingat-ingat kembali, agar kita bisa mati dengan ber-
tobat, dan dengan demikian meninggalkan hidup kita.
II. Kepuasan yang dirasakan Tuhan terhadap pekerjaan-Nya. jika
kita harus melihat kembali pekerjaan-pekerjaan kita, kita men-
dapati, dengan rasa malu, bahwa banyak hal dikerjakan dengan
amat buruk. namun , saat Tuhan melihat kembali pekerjaan-Nya,
semuanya sungguh amat baik. Ia tidak menyatakannya baik sebe-
34
lum Ia melihatnya baik, untuk mengajar kita