Minggu, 14 Desember 2025

doktrin roh kudus 11

 


nai hal ini, dan keduanya 

dicatat di kitab Lukas pasal 11. Perumpamaan pertama menceritakan 

tentang seseorang yang mempunyai permintaan mendesak kepada 

seorang teman di tengah malam (ayat 5-8). Perumpamaan kedua 

menceritakan seorang ayah yang penuh kasih, yang memberikan 

yang terbaik untuk menjawab permintaan anaknya (ayat 11-12). Di 

ayat 13, Yesus menyimpulkannya dengan mengajarkan bahwa sama 

seperti permintaan orang-orang yang dijawab itu, begitu juga Allah 

akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang berdoa kepada-Nya 

dengan hati yang sama.

Kepada murid-murid-Nya, Yesus, “melarang mereka meninggalkan 

Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji 

Bapa, yang — demikian kata-Nya — "telah kamu dengar dari pada-Ku. 

Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun  tidak lama lagi kamu akan 

dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5). Yesus juga berkata kata  kata , “Dan Aku 

akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. namun  kamu 

harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan 

kekuasaan dari tempat tinggi.” (Luk. 24:49). Yesus meminta kepada 

mereka untuk menunggu waktu yang telah ditentukan Allah dengan 

kesabaran dan pengharapan. Dan benar, sesudah  Yesus naik ke surge, 

murid-murid diam bersama-sama di Yerusalem dan “bertekun dengan 

sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). Pada akhirnya, di hari 

Pentakosta, penantian mereka usai: mereka mendengar suara dari 

surga seperti angin yang berhembus, dan mereka dipenuhi dengan 

Roh Kudus (Kis. 2:1-4).

sesudah  Saulus dipilih oleh Tuhan di tengah perjalanannya menuju 

Damsyik, ia berpuasa tiga hari dan tiga malam, dan selama itu ia berdoa 

kepada Allah. saat  waktunya tiba, Tuhan mengutus Ananias untuk 

menumpangkan tangan ke atas dirinya, sehingga ia dipenuhi dengan 

Roh Kudus (Kis. 9:8-19).


375

12.10.5 Haus akan Roh Kudus

Penatua Yohanes mengajarkan bahwa saat  kita berdoa memohon 

baptisan Roh Kudus, kita harus melakukannya dengan rasa haus rohani 

yang murni (Yoh. 4:10, 13, 14).

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri 

dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan 

minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh 

Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." 

Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang 

percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, sebab  Yesus belum 

dimuliakan.

Yohanes 7:37-39

Roh dan pengantin perempuan itu berkata kata  kata : "Marilah!" Dan barangsiapa 

yang mendengarnya, hendaklah ia berkata kata  kata : "Marilah!" Dan barangsiapa 

yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah 

ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

Wahyu 22:17

Kita perlu belajar dari peringatan Allah kepada jemaat di Laodikia, 

dan tidak merasa puas diri (Why. 3:14-17). Doa-doa kita harus 

mencerminkan kerinduan kepada Allah yang sungguh-sungguh. Hati 

kita haruslah seperti seorang pemazmur yang menginginkan Allah 

seperti seekor rusa merindukan sungai (Mzm. 42:1). Bila kita berdoa 

dengan sikap ini, Roh Kudus akan mengalir melalui hati kita.

12.11 Memegang perintah Allah

Sebagai orang Kristen, kita menunjukkan kasih kita kepada 

Tuhan dengan memegang perintah-perintah-Nya. Kita tidak dapat 

berkata kata  kata  kita mengasihi Allah bila kita melawan perintah-Nya. Begitu 

juga, memegang perintah Allah yaitu  syarat untuk menerima Roh 

Kudus. Yesus mengajarkan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan 

menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia 

akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia 

menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh. 14:15-16). Yesus juga berkata kata  kata , 

“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang 

mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh 

Bab 12: Menerima Roh Kudus

376

Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-

Ku kepadanya… Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-

Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya 

dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh. 14:21, 23).

12.11.1 Beribadah saja tidak cukup

Dalam Perjanjian Lama, Allah menegur bangsa Israel melalui Nabi 

Yesaya dan berkata kata  kata , walaupun mereka mempersembahkan banyak 

korban bakaran, Ia tidak berkenan kepada mereka. Malah, Allah tidak 

sudi melihat ibadah mereka dan tidak mau mendengar doa-doa mereka 

yang dipanjatkan dengan tangan terbuka. Masalahnya ada pada tangan-

tangan mereka yang penuh dengan kekerasan dan perbuatan yang 

jahat. Allah menegur bahwa mereka hanya menghormati-Nya dengan 

mulut saja, sementara hati mereka jauh dari Dia. Ia memperingatkan 

mereka, jika  mereka tidak berhenti melakukan kejahatan dan mulai 

belajar melakukan hal yang baik, mengejar keadilan dan membebaskan 

orang-orang yang tertindas, Ia tidak akan diam dekat dengan mereka 

(Yes. 1:10-17; 29:13). Dari sini kita mendapatkan pengajaran, jika  

kita memohon Roh Kudus namun  kita hidup di dalam dosa, tidak peduli 

betapa seriusnya kita berdoa, Ia tidak akan menjawabnya.

12.11.2 Perintah untuk saling mengasihi

Salah satu perintah paling penting yang Yesus ajarkan yaitu  

saling mengasihi, seperti Ia mengasihi kita (Yoh. 13:34; 15:12-14). Sama 

seperti Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya demi kita, sepatutnya kita 

juga bersedia menyerahkan nyawa kita demi saudara-saudari seiman 

di dalam Kristus (1Yoh. 3:16). Contohnya, jika  kita mengasihi 

dan memperhatikan mereka di masa suka maupun duka, kita telah 

menunjukkan kasih kita kepada Tuhan Yesus (Kol. 1:24; 12:25-27).

Kita melihat kebenaran ini dari perkataan Yesus kepada Saulus, 

yang sedang menganiaya orang Kristen. Dia berkata kata  kata , “Saulus, Saulus, 

mengapakah engkau menganiaya Aku?”

Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”

Tuhan menjawab, “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu” (Kis 9:1-5).


377

Perkataan ini menunjukkan bahwa apa pun yang kita perbuat 

untuk saudara-saudara seiman kita, maka kita melakukannya untuk 

Tuhan.

Mengasihi satu sama lain yaitu  gaya hidup orang Kristen (Yoh. 

13:34-35): dengan melakukannya, kita menunjukkan kepada dunia 

bahwa kita yaitu  murid-murid Yesus. Kasih yaitu  penggenapan 

segala Hukum Taurat dan pengajaran para nabi (Mat. 22:39-40; 

Gal. 5:14). Jadi ia yang mengasihi tetangganya, telah memenuhi 

Hukum Taurat. Kita harus senantiasa hidup dengan sedemikian rupa 

sehingga kita merasa berhutang kasih kepada orang lain, dan mencari 

kesempatan untuk melunasi hutang itu (Rm. 13:8).

Penatua Yohanes mengajarkan bahwa orang yang tidak dapat 

mengasihi saudara-saudari seimannya, tidak dapat menyatakan dirinya 

mengasihi Allah. Ia berkata kata  kata , “Jikalau seorang berkata kata  kata : "Aku mengasihi 

Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia yaitu  pendusta, sebab  

barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak 

mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita 

terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi 

saudaranya” (1Yoh. 4:20-21).

Kasih mencakup semuanya. Maka Yesus mengajarkan kita bahwa 

tidak hanya mengasihi Allah dan saudara-saudari seiman, kita juga 

harus mengasihi musuh kita: “namun  Aku berkata kata  kata  kepadamu: Kasihilah 

musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. sebab  

dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, 

yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik 

dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak 

benar” (Mat. 5:44-45).

12.11.3 Melakukan kasih

Kasih tidak ditunjukkan hanya melalui kata-kata; namun  kasih 

harus dilakukan. Penatua Yohanes berkata kata  kata :

Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya 

menderita kekurangan namun  menutup pintu hatinya terhadap saudaranya 

itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-

anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan 

lidah, namun  dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah 

Bab 12: Menerima Roh Kudus

378

kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita 

boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh 

olehnya, Allah yaitu  lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui 

segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita 

tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk 

mendekati Allah.

1 Yohanes 3:17-21

Dia juga memberitahu kita bahwa tersedia berkat bagi mereka 

yang mengasihi orang lain:

Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, 

sebab  kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang 

berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya 

akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi 

sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa 

menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam 

dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu 

Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

1 Yohanes 3:22-24

Berkatnya yaitu , Allah akan menjawab doa-doa kita dan kita 

akan menerima apa pun yang kita minta (ref. Yoh. 15:7-10). Ini yaitu  

kebenaran yang penting bagi mereka yang mencari baptisan Roh 

Kudus.

12.12 Kesimpulan

Hari ini, Roh Kudus dicurahkan ke semua orang percaya, sama 

seperti masa gereja para rasul. Namun kita melihat banyak gereja 

dan denominasi menolak kebenaran ini. Contohnya, mereka menolak 

berbahasa roh sebagai bukti baptisan Roh Kudus, atau bersikeras 

bahwa baptisan itu telah terjadi bagi semua orang. Kita perlu meminta 

Allah untuk membuka hati kita kepada pesan firman Tuhan (ref. Luk. 

24:45) sehingga kita dapat memahami kebenaran mengenai Roh 

Kudus, dan lebih penting lagi, mengalami sendiri baptisan Roh yang 

indah ini.


379

Pertanyaan ulasan

1. Mengapa orang harus datang ke gereja sejati untuk 

menerima baptisan Roh Kudus?

2. Mengapa menuruti firman Tuhan itu penting?

3. Apakah yang dikatakan Alkitab mengenai pujian yang 

berulang-ulang, seperti “Haleluya” saat kita berdoa?

4. Apakah hubungan antara baptisan air dengan baptisan Roh 

Kudus?

5. Di dalam Alkitab, contoh-contoh apa saja yang terdapat 

mengenai orang percaya menerima Roh Kudus melalui 

penumpangan tangan?

6. Mengapa kita harus miskin di hadapan Allah?

7. Mengapa hati kita harus murni?

8. Mengapa kita harus beriman?

9. Mengapa kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh?

10. Mengapa tekun berdoa itu penting?

11. Apakah hubungannya memegang perintah-perintah Allah 

dengan berdoa memohon Roh Kudus?

Bab 12: Menerima Roh Kudus

1 Vine, W. E., Unger, Merrill F. and White Jr., William, Vine’s Complete Expository 

Dictionary Of Old And New Testament Words (Nashville, Atlanta, London and 

Vancouver: Thomas Nelson Publishers, 1985). G945.

2  Ibid. G4342.

380

Bab 13

DIPeNUHI ROH KUDUS

13.1 Pendahuluan

Di dalam kitab Efesus, Paulus menerangkan penggolongan antara 

dua agen yang dapat mengubah hidup seseorang. Ia mengajarkan: 

“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, sebab  anggur menimbulkan 

hawa nafsu, namun  hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18). 

Minuman keras terkenal sebab  ia dapat membelenggu orang dengan 

keindahan dan rasanya. Namun anggur mempunyai sengat di ekornya, 

menyebabkan mabuk, penyesalan, mendorong orang bersikap tidak 

senonoh, mudah bertengkar, dan ketagihan. Sebaliknya, dipenuhi oleh 

Roh Kudus memberikan sukacita, pikiran yang jernih, pengendalian 

diri, berkat rohani, dan kemampuan untuk hidup kudus.

Lukas pasal 1 memberitahukan bahwa Yohanes Pembaptis (Mat. 

11:13) dan ayahnya, Zakharia (Luk. 1:8), keduanya dipenuhi oleh Roh 

Kudus (Luk. 1:15, 67). Namun pengalaman mereka tidak sama seperti 

orang-orang percaya di hari Pentakosta; apa yang dialami ayah dan 

anak ini dapat disamakan dengan orang-orang kudus dalam Perjanjian 

Lama, yang dipenuhi Roh Kudus selama beberapa waktu untuk tujuan-

tujuan tertentu.

Yohanes Pembaptis dipenuhi Roh Kudus sehingga ia mempunyai 

roh dan kuasa seperti Elia, untuk mendorong orang-orang Yahudi 

kembali kepada Allah (Luk. 1:16, 17). Zakharia dipenuhi Roh Kudus 

untuk bernubuat dan memuji karunia keselamatan Allah, dan bersaksi 

bahwa seorang Juruselamat telah dilahirkan dari keturunan Daud 

(Luk. 1:67-69). Pada hari Pentakosta dan seterusnya, barulah orang-

orang percaya mengalami kepenuhan Roh Kudus sebagai keadaan 

yang permanen dan terus menerus (Yoh. 14:16-18).

Terdapat setidaknya dua kekeliruan mengenai kepenuhan Roh 

Kudus. Yang pertama mengira bahwa kepenuhan Roh Kudus ditandai 

dengan seberapa keras seseorang berdoa, atau apakah doanya disertai 

dengan gerakan tubuh yang kelihatan. Kekeliruan lain yaitu  kepenuhan 

Roh Kudus ditandai semata-mata dengan perwujudan perbuatan-


381

perbuatan kudus, bukan berbahasa roh. Kekeliruan pertama seringkali 

dipegang oleh orang-orang Kristen yang telah menerima Roh Kudus, 

namun  tidak mengerti sepenuhnya apakah maksudnya dipenuhi Roh 

Kudus, dan masih perlu mendapatkan kesadaran rohani yang lebih 

tinggi. Kekeliruan kedua seringkali dipegang oleh orang-orang Kristen 

yang tidak mengerti kebenaran Alkitab, tentang apakah baptisan Roh 

Kudus.

Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa buah Roh hanya dapat 

dihasilkan oleh mereka yang menerima Roh Kudus. Alkitab juga 

menjelaskan bahwa mereka yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai 

bukti yang nyata: mereka berbahasa roh. sebab  itu seseorang bisa 

saja melakukan segala perbuatan baik, seperti Kornelius sebelum ia 

menerima baptisan Roh Kudus (Kis. 10:2), namun  perbuatan-perbuatan 

ini tidak dapat dilihat sebagai buah Roh. 

Ini menghasilkan sejumlah pertanyaan: jadi, apakah artinya 

kepenuhan Roh Kudus? Apakah pengaruhnya kepada orang percaya? 

Dan bagaimana kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus? Bab ini akan 

menyediakan beberapa jawaban dari Alkitab.

13.2 Definisi dipenuhi Roh Kudus  

13.2.1 Referensi kepenuhan Roh dalam Alkitab 

Alkitab menjelaskan kepenuhan Roh Kudus dalam dua konteks: 

catatan-catatan mengenai Roh Kudus memenuhi orang percaya pada 

saat yang penting atau kritis; dan kepenuhan Roh Kudus sebagai 

proses yang berkelanjutan di dalam kehidupan yang sungguh-sungguh 

seturut dengan bimbingan Roh.

Mengenai kepenuhan Roh Kudus pada saat yang penting atau 

kritis, kita melihat orang-orang percaya, yang dipenuhi Roh Kudus 

begitu mereka menerima baptisan Roh Kudus (contoh, Kis. 2:4); 

mendapatkan keberanian sebab  kepenuhan Roh untuk bersaksi bagi 

Yesus (contoh, Kis. 4:8-13, 31); mendapatkan kuasa kepenuhan Roh 

pada kesempatan-kesempatan tertentu (contoh, Kis. 13:9-11).

Alkitab mencatat dua kejadian saat  Roh Kudus memenuhi orang-

orang percaya pada saat mereka menerima Roh Kudus. Pertama yaitu  

pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta: “Maka penuhlah mereka 

dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata kata  kata -kata dalam bahasa-

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

382

bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk 

berkata-kata nya” (Kis. 2:4). Kejadian lain berhubungan dengan Paulus, 

yang dipenuhi Roh Kudus saat  Ananias menumpangkan tangannya 

kepadanya (Kis. 9:17-18).

Namun pola yang terlihat di dalam Alkitab yaitu  kepenuhan Roh 

Kudus biasanya terjadi sesudah  pertama-tama menerima baptisan Roh. 

Alkitab membicarakan kepenuhan Roh Kudus sebagai besar sebagai 

proses yang terus menerus, saat  Roh menolong orang-orang percaya 

untuk hidup yang mewujudkan ketaatan mereka kepada Dia. Alkitab 

mengajarkan kita bahwa Roh menolong orang percaya untuk:

Mengalahkan keinginan-keinginan daging (Gal. 5:16-21; Ef.

4:30-32).

Hidup kudus dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-25).

Mendapatkan hikmat dan iman untuk melakukan pekerjaan

Allah (Kis. 6:3; 6:5; 11:24).

Mendapatkan sukacita dan damai sejahtera, bahkan di

tengah penganiayaan (Kis. 7:55-56; 13:52).

13.2.2 Kepenuhan Roh Kudus sebagai proses yang berkelanjutan

Alkitab mengajarkan bahwa kepenuhan Roh Kudus yaitu  

sebuah proses yang terjadi seumur hidup. Ini terjadi saat  hidup kita 

sepenuhnya dituntun oleh Roh Kudus, sehingga kita terus “hidup[lah]

oleh Roh,” (Gal. 5:16), dan dipimpin oleh Roh (Rm. 8:1-14). Ia menjadi 

sumber kekuatan rohani kita, dan menanggalkan perbuatan-perbuatan 

daging:

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa 

nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, 

amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, 

kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu 

kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu—bahwa 

barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat 

bagian dalam kerajaan Allah.

Galatia 5:19-21

Menerima Roh Kudus tidak menjamin bahwa kita akan dipenuhi 

oleh Roh Kudus. Kita melihat ini dari keadaan di Gereja Korintus. Paulus 

menyebut mereka sebagai “bait Allah” dan “bait Roh Kudus” (1Kor. 


383

3:16; 6:19) sebab  mereka telah menerima Roh Kudus dan menjadi 

anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13). Namun mereka tidak dipimpin 

oleh Roh. Sebaliknya, mereka memperlihatkan perbuatan-perbuatan 

daging, seperti iri hati dan perselisihan. sebab  itu Paulus menegur 

mereka:

Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan 

kamu seperti dengan manusia rohani, namun  hanya dengan manusia 

duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan 

kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat 

menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. 

sebab  kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada 

iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu 

manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

1 Korintus 3:1-3

Seperti yang kita lihat dari contoh ini, baptisan Roh Kudus barulah 

langkah awal. Selanjutnya, kita semua perlu mengejar terus kepenuhan 

Roh Kudus. Dengan begitu, kita memberikan jalan bagi Roh untuk 

bekerja di dalam diri kita untuk memperbarui kita (Tit. 3:5), untuk 

menguduskan kita (2Tes. 2:13), dan menolong kita hidup kudus – 

kehidupan yang menghasilkan buah Roh Kudus:

namun  buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. 

Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi 

milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa 

nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita 

juga dipimpin oleh Roh.

Galatia 5:22-25

Yesus memberikan sebuah gambaran yang indah untuk 

menjelaskan apa yang dapat terjadi jika  Roh Kudus memenuhi diri 

kita, “namun  barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, 

ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan 

Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang 

terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 

4:14). Yesus juga berkata kata  kata , “Barangsiapa haus, baiklah ia datang 

kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang 

dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-

aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Di sini, Yesus membicarakan sebuah 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

384

kepenuhan yang jelas-jelas bukanlah pengalaman yang hanya sesekali, 

dan mempunyai kuasa untuk mengubah hidup kita – seperti curahan 

mata air dalam diri kita, dan aliran sungai air hidup yang tak pernah 

berhenti mengalir. jika  kita dipenuhi dengan Roh Kudus, kita tidak 

akan haus lagi.

13.2.3 Mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang 

sempurna

Menurut Taurat Perjanjian Lama, seseorang yang 

mempersembahkan korban bakaran kepada Allah harus 

mempersembahkan korban sepenuhnya: mengatur potongan-

potongan daging, kepala, lemak, isi perut dan betis binatang korban, 

dan membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian (Im. 

1:6-9). Persembahan korban ini menyenangkan hati Allah sebab  

persembahan ini menghasilkan aroma yang manis. Korban bakaran di 

dalam Perjanjian Lama menggambarkan pengorbanan Yesus di kayu 

salib dalam Perjanjian Baru (Yoh. 1:29). Yesus yaitu  persembahan dan 

korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:2; 1Kor. 5:7) sebab  Ia sepenuhnya 

menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah saat Ia mengorbankan 

hidup-Nya demi kita (Mat. 26:39; Ibr. 10:5-7).

Dengan pertolongan Roh Kudus, kita juga dapat mempersembahkan 

diri kita sebagai korban yang hidup untuk Allah (Rm. 12:1). Paulus 

berkata kata  kata , “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu yaitu  bait Roh 

Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari 

Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1Kor. 6:19). Hidup 

Paulus merupakan contoh dari prinsip ini, dan ia dapat menyatakan:

Namun aku hidup, namun  bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan 

Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang 

di dalam daging, yaitu  hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah 

mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Galatia 2:20

namun  aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita 

Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi 

dunia.

Galatia 6:14


385

Ini yaitu  perkataan dari orang yang tidak lagi tinggal dalam 

perkara-perkara duniawi, dan hidupnya bukan lagi miliknya sendiri; 

namun  tersembunyi dalam Kristus dan hidup dalam kesamaan dengan-

Nya (1Kor. 11:1).

13.2.4 Mendahulukan Allah

Sebagai orang Kristen, kita perlu mendahulukan Allah dan 

melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya (2Kor. 12:14; 19:3). 

Tuhan Yesus berkata kata  kata , “namun  carilah dahulu kerajaan Allah dan 

kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” 

(Mat. 6:33). Apakah kerajaan Allah? Kerajaan Allah yaitu  tempat Allah 

memerintah, tempat perintah-Nya dilakukan, dan tempat kebenaran-

Nya diwujudkan. Di satu sisi, kerajaan ini menunjukkan kerajan surga 

di masa yang akan datang. Di sisi lain, kerajaan Allah sudah ada di sini 

– di dalam hati orang percaya (Luk. 17:21). Kita mendirikan kerajaan 

Allah saat kita memusatkan perhatian pada Allah dan mendahulukan 

kehendak-Nya di atas kebutuhan-kebutuhan duniawi kita (Mat. 

6:10-11; 1Yoh. 5:14; Luk. 22:42), dan saat kita mempersilakan-Nya 

memimpin kita (Yak. 4:15; 1Kor. 4:19; 16:7; ref. Kis. 20:22-24; ref. 

21:10-14) dan memerintah atas diri kita.

Allah yaitu  Roh, dan kita harus berusaha untuk dipenuhi dengan 

Roh Kudus-Nya (Ef. 5:18). Dengan begitu, kita dapat hidup di dalam 

Roh dan dipimpin oleh-Nya (Gal. 5:16, 25). Inilah maksudnya mengasihi 

Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita (Mat. 22:37), dan 

bagaimana kita dapat mempersembahkan diri kita sebagai korban 

yang hidup (Rm. 12:1-2; 6:13).

Kesalahpahaman

Dan sesudah berkata kata  kata  demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata kata  kata : 

“Terimalah Roh Kudus.”

Yohanes 20:22

Penulis berkebangsaan Jepang bernama Kurosaki Koukichi 

memberikan komentar tentang ayat ini:

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

386

sesudah  kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus menghujani murid-murid-

Nya dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga mereka dapat 

memenuhi tugas yang dipercayakan kepada mereka. namun  sebelum 

kenaikan-Nya, Ia sudah memberikan mereka sebagian dari Roh itu 

sehingga mereka dapat menerima tugas itu.

Kurosaki Koukichi

Dengan kata lain, Kurosaki yakin bahwa murid-murid telah 

dibaptis dengan Roh Kudus pada saat Yesus mengembusi mereka 

– Yesus memberikan mereka sebagian Roh, yang lalu  diikuti 

dengan kepenuhan yang lebih besar pada hari Pentakosta.

Apa kata Alkitab?

Pertama, saat  Yesus mengembusi murid-murid dan berkata kata  kata , 

“Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22), Ia tidak sedang membagikan Roh 

Kudus pada saat itu, sebab  waktunya belum genap. Yesus memberikan 

apa yang akan datang kepada mereka. Itulah sebabnya Ia menyuruh 

mereka menunggu di Yerusalem untuk “tinggal di situ menantikan 

janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu dengar dari pada-

Ku” (Kis. 1:4). Penting kita simak, Yesus berkata kata  kata  kepada mereka, 

bahwa “tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kis. 

1:5). Jadi, Roh Kudus tidak datang, dan tidak akan datang, sebelum 

Yesus dimuliakan dan naik ke surga: “Namun benar yang Kukatakan 

ini kepadamu: yaitu  lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab 

jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, 

namun  jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 

16:7).

Kedua, Alkitab mengajarkan kita, bahwa hanya ada satu Roh Kudus 

(1Kor. 12:4; Ef. 4:4) yang yaitu  Allah sejati yang Esa. Saat kita dibaptis 

dengan Roh Kudus, Ia datang ke dalam hati kita untuk menyertai kita 

selamanya (Yoh. 14:16-17, 23). Kita tidak dapat memakai  nalar 

duniawi untuk menghasilkan penjelasan mengenai pencurahan 

sebagian. Sebaliknya, kepenuhan Roh Kudus menunjukkan keadaan 

hati kita yang dipimpin oleh-Nya.

Roh Kudus yaitu  Roh Allah – sumber kekuatan, yang disebutkan 

Tuhan Yesus sebagai “kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49; ref. 

Kis. 1:8). Nabi Yesaya berkata kata  kata  bahwa mereka yang menerima Roh 

Kudus “mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang 


387

naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak 

menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31). 

sebab  itu kepenuhan Roh Kudus juga merupakan sebuah kehidupan 

yang menunjukkan kuasa Allah (Luk. 4:1, 14).

Lebih lanjut, Tuhan Yesus berkata kata  kata , “Aku datang, supaya mereka 

mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” 

(Yoh. 10:10). Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak selalu hidup 

dalam kehidupan yang berlimpah. Begitu juga, walaupun seseorang 

mempunyai Roh Kudus, ia belum tentu dipimpin oleh Roh. Kehidupan 

rohani kita dimulai dengan baptisan Roh Kudus (Yeh. 37:14; Rm. 

8:2; Gal. 5:25), sebab  Ia yaitu  Roh Tuhan, dan sumber kehidupan 

(Kis. 16:7; Yoh. 1:4). namun  kita masih harus mengizinkan-Nya terus 

bekerja, untuk menguatkan diri kita (Ef. 3:16) dan memberikan kita 

kemampuan untuk menjalani kehidupan rohani yang berkelimpahan.

13.3 Buah dari kepenuhan Roh Kudus

13.3.1 Mendapat kuasa untuk melayani Allah 

A. Tujuan mendapatkan kuasa

Seorang pekerja Allah perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk 

mendapatkan kuasa untuk menjalani pelayanan gereja. Ini disebab kan 

Iblis yaitu  musuh yang tangguh, yang mengganggu pekerjaan kudus 

di segala kesempatan.

Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih para perajin untuk 

membuat tabut perjanjian dan memenuhi mereka dengan Roh-Nya 

untuk memberikan mereka hikmat, kecakapan dan pengetahuan (Kel. 

31:1-5; 35:30-35). Dalam Perjanjian Baru, pekerja-pekerja gereja 

dipanggil untuk membangun bait rohani (1Ptr. 2:4-5). Begitu juga, 

mereka perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk dikenal baik dan 

mempunyai hikmat dan iman (Kis. 6:2-5).

Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya menunggu di Yerusalem 

untuk dikenakan dengan kuasa dari tempat tinggi, sebelum pergi 

untuk bersaksi bagi Dia (Luk. 24:49; Kis. 1:4-5, 8). Demikian terjadi di 

hari Pentakosta, dan hasilnya, injil diberitakan dengan cepat di seluruh 

Yudea, Samaria, dan kota-kota lain (Kis. 1:8; 4:33; 8:1-5, 14; 26:20).

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

388

B. Dampak pemberian kuasa

Kita dapat melihat pengaruh kepenuhan Roh Kudus pada pekerja-

pekerja Allah dalam Kisah Para Rasul:

Sebelum hari Pentakosta, Petrus berkata-kata bahwa

ia bersedia menderita dengan Yesus, namun  lalu  

menyangkal-Nya tiga kali (Luk. 22:33, 54-62). sesudah  

hari Pentakosta, ia mendapatkan kuasa dari Roh Kudus 

untuk bersaksi bagi Tuhan dan tidak lagi takut dengan 

penganiayaan (Kis. 2:1-4, 14, 40; 4:8-20).

Menghadapi penganiayaan, murid-murid berdoa dalam

satu hati dan dipenuhi Roh Kudus untuk menyampaikan 

firman Allah dengan berani (Kis. 4:23-33).

Stefanus, salah satu dari antara diaken yang diutus untuk

melayani meja (Kis. 6:5), dipenuhi Roh Kudus, iman dan 

kuasa untuk melakukan tanda ajaib dan mujizat (Kis. 6:8). 

Ia besaksi bagi Tuhan dengan hikmat dan kuasa yang besar, 

sehingga tidak ada yang dapat menyangkalnya (Kis. 6:10). 

Saat dirajam oleh kerumunan yang marah, ia dipenuhi 

Roh Kudus dan melihat kemuliaan Allah dan Tuhan Yesus. 

Bahkan saat menjelang kematiannya, ia mampu meminta 

kepada Tuhan untuk mengampuni orang-orang yang 

membunuhnya (Kis. 7:54-60).

Filipus dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan tanda dan

mujizat di Samaria (Kis. 8:5-8). Ia menjadi pekerja yang 

penting, yang mengabarkan kabar baik (Kis. 8:5-13, 29-40) 

dan mendapatkan sebutan “Filipus, pemberita Injil” (Kis. 

21:8).

Rasul Barnabas penuh dengan Roh dan iman, dan membawa

banyak orang kepada Yesus (Kis. 11:24).

Di Pafos, Paulus bertemu dengan Elimas, seorang tukang

sihir, yang menghalang-halanginya dan berusaha untuk 

membelokkan iman gubernur. Dipenuhi Roh Kudus, 

Paulus menegur Elimas, sehingga menjadi buta. Kejadian 

ini memperlihatkan kuasa Allah dan membuat gubernur 

menjadi percaya (Kis. 13:6-12).

Walaupun Paulus dan Barnabas dianiaya oleh orang-orang

Yahudi di Antiokhia di Pisidia, Roh Kudus memenuhi mereka 

dengan sukacita (Kis. 13:14, 50-52).


389

C. Kuasa untuk menjamah hati pendengar

Seorang pendeta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan 

dapat menyampaikan khotbah yang indah. namun  tanpa kepenuhan 

Roh Kudus, khotbahnya tidak mempunyai hidup, atau pun kuasa untuk 

menyadarkan pendengar agar bertobat dari d0sa-dosa mereka dan 

mengikuti Tuhan Yesus.

Kita melihat kebenaran ini digambarkan dalam pelayanan Rasul 

Petrus, yang disebutkan sebagai “orang biasa yang tidak terpelajar” 

(Kis. 4:13). Ia dipenuhi Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga ia 

mampu menyampaikan khotbah yang mengharukan hati orang-orang 

Yahudi yang mendengarnya. Mereka segera bertanya mengenai jalan 

menuju keselamatan, dan lalu  menerima baptisan di dalam 

nama Yesus (Kis. 2:37-41). Khotbah Petrus mengakibatkan hal ini, 

bukan sebab  disampaikan dengan kecakapan khusus, namun  sebab  

kuasa Roh Kudus (Kis. 2:1-4).

Tuhan Yesus juga disebut sebagai orang yang “mempunyai 

pengetahuan demikian tanpa belajar” (Yoh. 7:15), namun  Ia dapat 

mengherankan orang-orang dengan khotbah-kotbah-Nya, seperti 

yang disampaikan di atas bukit (Mat. 5-7:27). Orang-orang melihat-

Nya mengajar dengan penuh kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mat. 

7:28-29). Kuasa Yesus berasal dari Diri-Nya yang senantiasa dipenuhi 

Roh Kudus dan kuasa (Luk. 4:1, 14).

Paulus yaitu  orang terpelajar, yang telah menerima pendidikan 

tinggi dalam Hukum Taurat. Namun ia membuang semua pengetahuan 

duniawinya untuk memberikan ruang pada Roh Kudus untuk bekerja 

melalui dia. Paulus menyampaikan hal ini dalam pelayanannya: 

“Demikianlah pula, saat  aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku 

tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk 

menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu… Baik perkataanku 

maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat 

yang meyakinkan, namun  dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya 

iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, namun  pada 

kekuatan Allah. Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat 

di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan 

dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, 

yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan” (1Kor. 2:1, 4-6). Ia 

menambahkan, “Sebab kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, 

namun  dari kuasa” (1Kor. 4:20).

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

390

D. Kuasa untuk mengurus gereja  

Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus dapat mengurus 

permasalahan gereja memakai  hikmat duniawi dan 

kemampuannya. namun  pekerjaannya kemungkinan besar dibentuk 

dari pemikiran dan pendekatan duniawi. Keadaan paling menyedihkan 

yaitu  jika  gereja bergantung sepenuhnya pada cara kerja seperti 

ini, yaitu saat: pengetahuan duniawi mengambil alih karunia-karunia 

Roh Kudus; kuasa manusia menutupi pimpinan Roh Kudus; dan 

manusia mengedepankan kepentingannya mendahului bimbingan Roh 

Kudus. Dalam keadaan seperti itu, kita akan kehilangan intisari gereja 

dan berakhir menjadi seperti organisasi sosial atau politik.

Gereja mula-mula dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus. Setiap 

peran, termasuk pekerja-pekerja yang bertanggungjawab untuk 

mengawasi administrasi gereja, didasarkan pada kriteria rohani 

tertentu. Pekerja haruslah “yang terkenal baik, dan yang penuh Roh 

dan hikmat” (Kis. 6:3). Pada hari ini, gereja harus berhati-hati agar 

tidak menyimpang dari prinsip ini. Contohnya, kita tidak boleh: 

mempekerjakan pekerja sebab  kelebihan sekulernya, bukan dari 

kelebihan rohani; menilai penyampaian khotbah berdasarkan 

kecakapannya, bukan kuasa Roh Kudus; memberikan kedudukan 

kepemimpinan kepada mereka yang kaya dan berkedudukan tinggi 

di masyarakat, bukan mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Kita harus 

mengikuti contoh gereja para rasul sehingga kita dapat melihat 

kemuliaan dan kuasa Roh Kudus.

13.3.2 Kuasa untuk mengalahkan dosa

Kepenuhan Roh Kudus menolong kita, secara individual, 

untuk mengalahkan dosa. Dosa yaitu  kuasa yang sangat kuat dan 

mengikat, sehingga hanya kuasa Allah yang dapat menolong kita 

mengalahkannya.

A. Pengalaman Paulus

Di dalam kehidupan Paulus kita melihat, bahwa mengetahui 

bagaimana sepatutnya kita hidup saja tidak cukup. Paulus sendiri 


391

dahulu yaitu  seorang Farisi yang diajar oleh Gamaliel, Ahli Taurat 

yang terkenal. Ia yaitu  orang yang cakap dalam Hukum Taurat dan 

juga mempunyai semangat membara untuk melayani Allah (Fil. 3:5; 

Kis. 22:3). Namun orang terpelajar ini meratap:

Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. sebab  bukan apa yang 

aku kehendaki yang aku perbuat, namun  apa yang aku benci, itulah 

yang aku perbuat. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam 

aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak 

memang ada di dalam aku, namun  bukan hal berbuat apa yang baik. 

Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh 

maut ini?

Roma 7:15, 18, 24

Dengan kata lain, Paulus mempunyai pengetahuan teori mengenai 

apa yang Allah kehendaki kepadanya, namun  tidak mempunyai 

kemampuan untuk menjalankannya. Ia melihat masalah ini sebagai 

salah satu belenggu dosa: “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat 

yaitu  rohani, namun  aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa 

dosa. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku 

perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, 

yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, 

maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, namun  dosa yang diam di 

dalam aku” (Rm. 7:14, 19-20).

Paulus menambahkan, “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika 

aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 

Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, namun  di dalam 

anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang 

melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan 

hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku” (Rm. 7:21-

23).

Syukurlah ia akhirnya menemukan cara untuk menyelesaikan 

pergumulan itu – ia belajar untuk taat dan mengandalkan Roh Kudus. 

Ia berkata kata  kata , “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi 

mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup 

telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum 

maut” (Rm. 8:1-2).

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

392

B. Hidup dalam Roh untuk kehidupan rohani yang 

berkemenangan  

Begitu kita disatukan dengan Kristus dalam baptisan air, kita 

dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Ini sebab  baptisan yaitu : 

kelahiran kembali (Tit. 3:5); mengembankan dosa kita kepada Kristus, 

untuk mendapatkan kebenaran-Nya (2Kor. 5:21); membenarkan 

kita (Rm. 4:15; 5:9; 8:33-34). Kita dibebaskan untuk hidup dalam 

kehidupan yang baru dan berlimpah di dalam Roh, sehingga kita dapat 

mengalahkan dosa (Tit. 3:5; Yoh. 10:10; Luk. 4:14; 1Yoh. 5:18). sebab  

itu pengampunan melalui baptisan air menandai awal yang penting; 

namun  kita harus terus hidup dalam kehidupan yang berkemenangan 

yang ditandai dengan kekudusan, “sebab tanpa kekudusan tidak 

seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14).

Paulus mengajarkan, bahwa begitu kita ada dalam Kristus 

Yesus, kita tidak boleh lagi berjalan menurut daging, namun  menurut 

Roh Kudus. Ini berarti dipenuhi Roh Kudus dan mengizinkan-Nya 

mengarahkan hidup kita. Paulus berkata kata  kata , “Jadi siapa yang ada di dalam 

Kristus, ia yaitu  ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya 

yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17). jika  hidup kita dipenuhi Roh 

Kudus, kita kehilangan sifat kita yang lama, dan mulai menunjukkan 

sifat yang baru, yang ditunjukkan dalam kebenaran dan kekudusan 

sejati (Ef. 4:24).

C. Mengapa kadang-kadang kita tidak berhasil mengalahkan 

dosa?

Sayangnya, walaupun kita telah menerima baptisan air dan juga 

baptisan Roh Kudus, kita kadang-kadang masih jatuh ke dalam dosa. 

Salah satu alasannya, kita dapat mengalami ketersendatan iman, dan 

tidak dapat hidup dalam kemenangan yang dibicarakan Paulus dalam 

Roma 8:1-2. Namun ia menyampaikan pemecahan masalah: “Sebab 

Tuhan yaitu  Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” 

(2Kor. 3:17). Dengan kata lain, kita perlu mengizinkan Roh Kudus 

untuk memenuhi diri kita sehingga kita dapat dibebaskan.

Alasan lain mengapa kita dapat gagal, sebab  kita bergantung 

pada kekuatan sendiri untuk menanggung kuk kita. Saat ini terjadi, 

seringkali akibatnya yaitu  kesedihan, rasa putus asa, dan kegagalan. 


393

sebab  itu Tuhan Yesus berkata kata  kata , “Pikullah kuk yang Kupasang dan 

belajarlah pada-Ku, sebab  Aku lemah lembut dan rendah hati dan 

jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu 

enak dan beban-Kupun ringan” (Mat. 11:29-30).

Petani-petani di daerah Palestina dahulu memakai  kuk yang 

berbentuk salib untuk membajak tanah. Kuk-kuk ini dipasangkan 

kepada sepasang lembu atau keledai sehingga kedua binatang itu dapat 

menanggung beban itu bersama-sama (ref. Ul. 11:10; 2Kor. 6:14). Hari 

ini, Yesus menawarkan kuk-Nya kepada kita, yang Ia tanggung bersama-

sama kita. Ia menjanjikan kuk yang ringan dan mudah, dan kita akan 

mendapatkan ketenangan. Apakah kuk ini? Yaitu perintah-perintah-

Nya: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti 

perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1Yoh. 

5:3). Jadi jika  kita berjalan dengan Dia untuk memegang perintah-

perintah-Nya, Ia akan menguatkan kita saat kita lemah (Ibr. 4:15-16).

Tidak mengherankan jika  Paulus berseru, “Aku, manusia 

celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 

Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, Jadi dengan akal 

budiku aku melayani hukum Allah, namun  dengan tubuh insaniku aku 

melayani hukum dosa” (Rm. 7:24-25). Saat ia mengandalkan dirinya 

sendiri, ia tidak dapat mengalahkan dosa; namun  saat ia percaya di 

dalam Tuhan Yesus, ia dibebaskan. sebab  itu, saat kita lemah, kita 

harus mencontoh Paulus, seperti Ia mencontoh Kristus (1Kor. 11:1), 

sehingga kita dapat memperoleh kemenangan.

D. Bersandar pada Tuhan saat kita lemah

Paulus menceritakan tentang kelemahannya dengan cara ini:

namun  jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, 

sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab 

itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus 

turun menaungi aku. sebab  itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, 

di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan 

kesesakan oleh sebab  Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

2 Korintus 12:9-10

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

394

Kebanyakan orang lebih suka memegahkan kekuatan mereka. 

Namun Paulus lebih suka memegahkan kelemahannya, yang 

menurutnya tidak perlu disembunyikan. Ia mengandalkan Allah yang 

memberikannya kuasa untuk mengalahkan kelemahan-kelemahannya. 

Melalui kelemahannya, ia dapat mengalami karunia Allah.

Kita semua punya kelemahan; tidak ada manusia yang sempurna. 

Yang penting yaitu  bagaimana kita menghadapinya. Pada orang yang 

rohani, kelemahannya akan menjadi alasan baginya untuk mendekat 

kepada Allah dan mengandalkan-Nya. Bagi orang yang tidak rohani, 

kelemahannya hanya sekadar menjadi alasan untuk terus melakukan 

dosa.

E. Tidak mencintai dunia

Alkitab mengajarkan: “Sebab janganlah engkau sujud menyembah 

kepada allah lain, sebab  TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, yaitu  

Allah yang cemburu” (Kel. 34:14). “Sebab aku cemburu kepada kamu 

dengan cemburu ilahi. sebab  aku telah mempertunangkan kamu 

kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci 

kepada Kristus” (2Kor. 11:2).

Allah yaitu  suami kita (Yes. 54:5; Yer. 3:14), dan kita yaitu  

mempelai perempuan-Nya (Hos. 2:19-20). Kasih seorang suami 

kepada istrinya yaitu  kasih yang cemburu, dan tidak akan 

membiarkan adanya gangguan dari pihak ketiga. Namun kita dapat 

membangkitkan kecemburuan Allah jika  kita memalingkan 

hati kita kepada kejahatan, atau jika  kita bersahabat dengan 

dunia. Alkitab menjelaskan hal ini dalam kata-kata tertentu, sebagai 

perzinahan rohani (Yak. 4:4-5). Yesus berkata-kata  bahwa kita tidak 

dapat melayani dua tuan (Mat. 6:24), sebab  pastilah kita mengasihi 

yang satu dan membenci yang lain. sebab  itu, jika  kita mengasihi 

dunia, kita tidak dapat mengasihi Allah juga (1Yoh. 2:15).

saat  kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengasihi Allah dengan 

segenap hati. Bukannya dicemarkan oleh dunia, kita akan menjadi 

semurni seorang perawan yang dipertunangkan dengan satu orang 

suami.


395

F. Melawan iblis

Orang-orang pilihan dalam Perjanjian Lama merupakan “segala 

pasukan TUHAN” (Kel. 12:41). Di Kitab Yehezkiel, Allah memberikan 

Roh-Nya kepada bangsa Israel, untuk memberikan mereka hidup dan 

menjadi mereka “suatu tentara yang sangat besar” (Yeh. 37:10, 14). 

Di dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya ada tentara Kristus 

(2Tim. 2:3) yang telah dibaptis dengan Roh Kudus, dan mempunyai 

kehidupan rohani (Rm. 8:2; Gal. 5:25). Pasukan ini melawan musuh 

yang tidak kelihatan – “melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef. 6:12). 

Dengan kata lain, kita melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya, yang 

mencari kesempatan di sekeliling kita untuk menelan siapa saja yang 

dapat mereka serang (1Ptr. 5:8). Senjata pilihan mereka yaitu  godaan 

melalui hawa nafsu kedagingan (Gal. 5:17). Satu-satunya cara untuk 

mengalahkan rencana jahatnya yaitu  dengan dipenuhi Roh Kudus, 

sehingga kita dapat mengalahkan keinginan daging (Gal. 5:16; Rm. 

8:13).

Yohanes berkata kata  kata , “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan 

dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. 

Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; 

namun  Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat 

menjamahnya” (1Yoh. 5:4, 18). Iman yaitu  perisai yang merupakan 

perlindungan dari panah-panah Iblis (Ef. 6:16). Tanpa iman, orang 

tidak dapat hidup dalam Roh, namun  akan hidup menurut daging (Rm. 

8:7). Akibatnya, ia akan menjadi seorang jemaat di Gereja Sardis, yang 

dikatakan hidup, namun  sebenarnya rohaninya mati (Why. 3:1-2).

Pekerjaan Iblis dapat disamakan dengan virus yang tak kelihatan, 

yang mempunyai kuasa yang mematikan. namun  tidak seperti virus 

yang menyerang tubuh manusia dan menghancurkan kehidupan 

jasmani, Iblis menyerang kesehatan rohani, dengan maksud untuk 

menjerumuskan orang ke dalam kutukan kekal. sebab  itu menyadari 

hal ini Paulus berkata kata  kata , “namun  aku melatih tubuhku dan menguasainya 

seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, 

jangan aku sendiri ditolak” (1Kor. 9:27). Ia juga menasihati kita untuk 

“tetaplah kerjakan keselamatan[mu] dengan takut dan gentar” (Flp.

2:12) dan tidak memberikan kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27).

jika  kita dipenuhi Roh Kudus, kita menjadi waspada dan peka 

terhadap rencana-rencana Iblis. Tanpa kepenuhan Roh Kudus, kita tidak 

mempunyai kepekaan ini, dan akibatnya kita dapat jatuh dalam dosa 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

396

dan tidak menyadari bahwa kita perlu bertobat; atau menyadarinya 

pada saat sudah terlambat. Maka Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk 

berdoa seperti ini: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, 

namun  lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Mat. 6:13). Kita tidak 

dapat menghindari cobaan – Tuhan Yesus saja dicobai oleh Iblis (Ibr. 

4:15). namun  kita tidak perlu takut menghadapinya, sebab  kita dapat 

bersandar pada kuasa Roh Kudus untuk mengalahkannya, seperti yang 

dilakukan Yesus sendiri (Luk. 4:1, 14).

Kita melihat pengaruh dipenuhi Roh Kudus di dalam kehidupan 

Yesus. Contohnya, saat Ia dicobai oleh Iblis sebanyak tiga kali, Yesus 

memakai  firman Tuhan dengan kuasa dan wewenang untuk 

bertahan dan menegur. Pada cobaan yang pertama, Ia menjawab, “Ada 

tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, namun  dari setiap firman 

yang keluar dari mulut Allah.” Pada cobaan kedua, Ia menjawab, “Ada 

tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada 

Dia sajalah engkau berbakti!” Yang ketiga, Ia menjawab, “Ada firman: 

Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Di setiap jawaban-Nya, 

Yesus menunjukkan ketaatannya kepada Allah, dan hanya kepada 

Allah saja. Tidak mengherankan, Iblis tidak dapat melakukan apa-apa 

dan pergi dari-Nya untuk menantikan kesempatan lain (Luk. 4:3-13). 

Kejadian-kejadian ini memastikan kebenaran ajaran Alkitab: “sebab  

itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari 

padamu!” (Yak. 4:7).

Sebelum Ia ditangkap, Tuhan Yesus mendoakan murid-murid-

Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari 

dunia, namun  supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang 

jahat” (Yoh. 17:15). Dari kata-kata ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak 

menghendaki kita meninggalkan dunia, namun  agar kita mengetahui 

bagaimana berjaga-jaga terhadap pekerjaan Iblis. Kita tidak dapat 

menghindari cobaan, namun  kita dapat meneladani Yesus untuk hidup 

dalam kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Alkitab berkata kata  kata , 

“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh 

Roh” (Gal. 5:25).

13.3.3 Menghasilkan buah Roh

Mengalahkan dosa dapat dilihat sebagai tindakan untuk bertahan 

dalam perjalanan rohani kita. Namun kita tidak dapat menang 

melawan Iblis hanya dengan bertahan saja; kita juga harus bertindak 


397

proaktif, yaitu dengan menghasilkan buah roh. Yesus menyebut orang-

orang percaya sebagai “terang dunia” (Mat. 5:14), maka patutlah kita 

menghasilkan buah roh untuk memuliakan Allah dan menolong orang-

orang lain (Mat. 5:16; 1Kor. 10:33). Buah Roh Kudus yaitu  sifat-sifat 

rohani kita (ref. Mat. 12:43-45).

A. Dikenal melalui buah kita

Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang 

memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 

Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, 

sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 

Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, 

ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

Matius 7:16-18

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, 

bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi 

nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada 

waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata kata  kata : Aku 

tidak pernah mengenal kamu! enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian 

pembuat kejahatan!

Matius 7:22-23

“Khotbah di atas Bukit” mengajarkan kita banyak perkara penting 

yang berkaitan dengan menghasilkan buah Roh:

Domba dan serigala mewakili karakter manusia yang

berbeda. Serigala dapat mencoba menyamar dengan tingkah 

laku yang baik, melayani masyarakat, berbicara muluk 

tentang kasih Kristiani, dan menunjukkan kekudusan; 

namun  waktu yaitu  penguji karakter yang baik – cepat atau 

lambat mereka akan menunjukkan sifat asli mereka (Mat. 

7:15).

Kita tidak dapat melihat apakah sebatang pohon itu baik

atau buruk semata dari rupa luarnya. Begitu juga, kita tidak 

dapat membedakan antara jemaat sejati dengan jemaat 

palsu dengan mudah. Cara terbaik untuk membedakannya 

yaitu  dengan melihat buah yang mereka hasilkan. Dengan 

begitu kita perlu waspada, sebab  orang yang berkarunia 

rohani tidak selalu menghasilkan buah yang baik (1Kor. 

1:4-7; 3:1-3; ref. 1Kor. 13:1-3). Lebih lagi, penghakiman 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

398

Tuhan Yesus tidak akan didasarkan pada karunia-karunia 

yang dimiliki seorang jemaat, namun  dari buah yang ia 

hasilkan.

Roh Kudus membagikan karunia-karunia rohani kepada

setiap orang seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:11), 

untuk membangun tubuh Kristus (1Kor. 12:18; Ef. 4:11-12, 

16). namun  yang jauh lebih penting, yaitu  kemampuan 

untuk menghasilkan buah roh, sebab  itulah yang 

dikehendaki Yesus kepada kita (Yoh. 15:16). Jadi walaupun 

orang berkhotbah di mimbar, menyembuhkan orang sakit, 

atau bahkan mengusir setan di dalam nama Tuhan Yesus, 

namanya belum tentu tercatat di surga (Luk. 10:17-20; Mat. 

17:21-23). Dengan kata lain, mempunyai karunia-karunia 

rohani bukanlah jaminan atas keselamatan.

Orang-orang yang menyebut Yesus, “Tuhan, Tuhan” (Mat.

7:21) tidak selalu mereka yang melakukan kehendak Allah. 

Ada perbedaan antara melakukannya sebatas di mulut saja, 

dengan sungguh-sungguh memiliki Dia di dalam hati (Ef. 

3:17). Yesus berkata kata  kata  kepada golongan yang hanya memuji-

Nya di mulut saja: “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: 

Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang 

Aku katakan?” (Luk. 6:46).

Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak

baik, sebab  ia tidak mampu menghasilkan buah yang 

sebaliknya (Rm. 7:18, 21). Begitu juga, pohon yang baik 

tidak dapat menghasilkan buah yang tidak baik. Yesus 

berkata kata  kata , “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik 

dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat 

mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya 

yang jahat” (Mat. 12:35). sebab  itu, sifat seseorang 

menentukan jenis kehidupan yang akan ia jalani.

Tuhan Yesus berkata kata  kata kepada mereka yang tidak melakukan

kehendak-Nya, “Aku tidak pernah mengenal kamu” (Mat. 

7:23). Kita perlu memperhatikan Yesus tidak berkata-kata  

“Au tidak mengenal kamu sekarang”. sebab  itu kita dapat 

berpikir bahwa kata-kata ini ditujukan kepada orang yang 

telah bersalah melakukan kejahatan sepanjang hidup 

mereka dan tidak bertobat. Orang jahat tidak berubah 

menjadi keadaannya yang sekarang secara spontan – 

namun  biasanya terjadi dalam jangka waktu tertentu. Yesus 

mengingatkan orang-orang yang demikian, “Semua yang 


399

diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan 

barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” 

(Yoh. 6:37). Jadi, jika  masih ada waktu, mereka harus 

berbalik kepada kehendak Allah.

Yesus yaitu pokok anggur yang benar, Bapa surgawi

yaitu  pengusahanya, dan kita yaitu  ranting-ranting-Nya. 

Yesus telah memilih kita agar menghasilkan buah – buah 

yang akan bertahan. Dengan menghasilkan banyak buah, 

kita dapat memuliakan Allah. Sebaliknya, bila kita tidak 

menghasilkan buah, kita akan dipotong dan dibuang (Yoh. 

15:1, 2, 5, 8, 16).

B. Keselamatan oleh kasih karunia

Menghasilkan buah Roh meneguhkan keselamatan kita. Namun 

ini bukan berarti kita meremehkan karunia keselamatan melalui salib 

Kristus, atau mencoba menyangkal keyakinan dalam kebenaran melalui 

iman dan kembali ke masa Hukum Taurat. Kita perlu memahami bahwa 

iman sejati tidak dapat dipisahkan dari perbuatan (Yak. 2:26). Dan dari 

iman sejati muncullah perbuatan-perbuatan kasih (Gal. 5:6).

Orang yang ada di bawah kasih karunia tidak akan melakukan 

dosa, sebab  ia dapat mempesembahkan dirinya sebagai hamba 

kebenaran sampai ia dikuduskan (Rm. 6:15-19).

Pada suatu saat , murid-murid Yesus bertanya, “Jika demikian, 

siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan 

berkata kata  kata : “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, namun  bagi Allah segala 

sesuatu mungkin” (Mat. 19:25-26). Ini berarti, walaupun tidak seorang 

pun dapat memperoleh keselamatan dengan usaha-usahanya sendiri, 

keselamatan menjadi mungkin sebab  pertolongan Allah. Begitu juga, 

kita tidak dapat menghasilkan buah melalui usaha-usaha kita sendiri, 

namun  kita dapat melakukannya dengan kuasa Allah.

C. Tinggal di dalam Yesus

Tuhan Yesus berkata kata  kata , “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-

rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, 

ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat 

apa-apa” (Yoh. 15:5). Dengan kata lain, sebagai orang Kristen kita 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

400

harus menempatkan Allah di pusat kehidupan kita dan dipimpin 

oleh Roh-Nya. Ini mewajibkan kita untuk “tidak hidup menurut 

daging, namun  menurut Roh” (Rm. 8:4), dan dengan melakukan ini, 

kita akan menghasilkan banyak buah. Tuhan telah memberikan Roh 

Kudus kepada kita, yang merupakan “kekuasaan dari tempat tinggi” 

(Luk. 24:49), untuk memperbarui diri kita, sehingga kehidupan kita 

menjadi lebih berlimpah (Tit. 3:5; Yoh. 10:10). namun  jika  kita 

meninggalkan-Nya, kita tidak akan dapat mencapai apa pun. sebab  

itu kita harus belajar dari Paulus yang dapat berkata kata  kata  dengan penuh 

keyakinan, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang 

memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13).

D. Apakah buah Roh?

Paulus menjelaskan, “namun  buah Roh ialah: kasih, sukacita, 

damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 

kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang 

hal-hal itu” (Gal. 5:22-23). Di sini Paulus memakai  kata Yunani 

karpos untuk menyebut “buah”, yang berarti “dalam bentuk tunggal, 

menunjukkan kesatuan karakter Tuhan yang dihasilkan di dalam diri 

mereka”1. Disebutkan dalam bentuk tunggal, sebab  hanya ada satu Roh 

Kudus (1Kor. 12:4; Ef. 4:4), dan buah-Nya yaitu  sesuatu yang tunggal 

dan sempurna. Seperti lingkaran kasih karunia yang disebutkan dalam 

2 Petrus 1:5-7, segalanya bergantung pada seluruh bagian karunia 

itu. Dari sini kita mengetahui bahwa Paulus tidak berkata-kata  bahwa 

seseorang yang dipenuhi Roh Kudus harus menghasilkan sembilan 

jenis buah yang berbeda, namun  satu buah dengan sembilan sifat. Sifat-

sifat ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori untuk dibahas:

(i) Kasih, sukacita, dan damai sejahtera

Kelompok ini mewakili sifat paling mendasar dalam seorang 

Kristen. Mereka dapat disamakan seperti bagian-bagian rumah, dan 

kasih yaitu  dasarnya, sukacita yaitu  lantai atasnya, dan damai 

sejahtera yaitu  atapnya. Dari dasar hingga atap, bagian-bagian rumah 

disatukan dengan erat untuk memberikan perlindungan kepada 

mereka yang mendiaminya.


401

Kasih

Istilah Yunani untuk “kasih” dalam Galatia 5:22 yaitu  agape2 dan 

merupakan kata yang sama yang digunakan dalam 1 Korintus 13. Kata 

ini menunjukkan kasih yang berasal dari Allah dan keluar dari iman 

mereka yang telah lahir di dalam Kristus. Dari kesembilan buah Roh, 

kasih yaitu  yang pertama. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat lain 

berkaitan erat dengan kasih.

Mengasihi Allah dan manusia yaitu  rangkuman dan penggenapan 

Hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat. 22:37-40; 1Tim. 1:5; Rm. 

13:10). jika  kita melihat Sepuluh Perintah Allah, kita melihat 

bahwa empat hukum pertama berhubungan dengan kasih kita kepada 

Allah, sementara enam sisanya yaitu  kasih kita kepada manusia. Dua 

prinsip ini saling berkaitan: seseorang yang mengasihi Allah akan 

mengasihi sesamanya manusia; dan ia yang mengasihi sesamanya 

akan mengasihi Allah (1Yoh. 4:20). Kasih menggabungkan seluruh 

sifat buah Roh dan merupakan “pengikat yang mempersatukan dan 

menyempurnakan” (Kol. 3:14). Kasih yaitu  simbol Kekristenan (Yoh. 

13:35) dan bukti bahwa orang percaya itu telah melalui kematian dan 

telah dilahirkan kembali (1Yoh. 3:14). Alkitab berkata-kata  bahwa 

kasih menang terhadap penghakiman (Yak. 2:13; 1Yoh. 4:17-18).

Kasih yang paling mulia yaitu  kasih yang ditujukan kepada 

seorang musuh, dan memaklumi kesalahannya (Mat. 5:44; Luk. 23:34). 

Allah yaitu  kasih (1Yoh. 4:8) dan kasih-Nya yaitu  tingkat tertinggi 

yang dapat kita capai. Kasih ini mensyaratkan kita untuk mengasihi 

mereka yang benar, namun  juga mereka yang tidak benar (Mat. 5:45) 

dan juga orang-orang berdosa (Kis. 10:35; Rm. 5:6-8). Paulus berkata kata  kata , 

“Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang 

telah dikaruniakan kepada kita” (Rm. 5:5). sebab  itu seseorang yang 

senantiasa dipenuhi Roh Kudus dapat mewujudkan kasih Allah. Kita 

mempunyai contoh mulia yang dilakukan Stefanus, yang menjelang 

kematiannya mendoakan mereka yang membunuhnya agar Allah 

mengampuni dosa-dosa mereka (Kis. 7:55, 60).

Sukacita

Kata yang digunakan untuk “sukacita” dalam Alkitab yaitu  

simchah dalam bahasa Ibrani3, dan chara dalam bahasa Yunani4.

Di puncak kejayaannya, Raja Salomo mempunyai apa pun yang 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

402

diinginkan matanya, memuaskan hatinya dengan segala macam 

kenikmatan (Pkh. 2:10). Kehidupan mewahnya tidak terukur. Namun 

saat ia mencapai usia lanjut, ia meratapi, “Siapa mencintai uang tidak 

akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas 

dengan penghasilannya. Inipun sia-sia” (Pkh. 5:10). Salomo akhirnya 

menyadari bahwa sukacita yang didapat dari hal-hal materi sifatnya 

kosong dan sementara. Orang yang minum dari sumur Yakub akan 

haus kembali (Yoh. 4:13). Sebaliknya, sukacita yang datang dari Roh 

Kudus bersifat murni dan tidak sementara (Rm. 14:17; Yoh. 15:11). 

Roh Allah yaitu  seperti mata air hidup yang tidak pernah kering (Yoh. 

4:14; 7:37-39).

Alkitab mengajarkan bahwa sukacita dari Allah yaitu  kekuatan 

kita (Neh. 8:10). Kita dapat memperoleh sukacita ini dengan cara diurapi 

dengan “minyak sebagai tanda kesukaan”, yaitu Roh Kudus (Ibr. 1:9). 

Minyak ini tidak terpengaruh dengan keadaan-keadaan yang sulit, dan 

juga tidak redup sebab  penderitaan (Rm. 5:3; 1Tes. 1:6). Mereka yang 

mengalami sukacita rohani ini antara lain: para rasul, yang seringkali 

dianiaya sebab  injil, namun  bersukacita sebab  mereka dianggap layak 

untuk menderita demi nama Tuhan (Kis. 5:40-41; 13:50-52); Paulus, 

yang dipenjara dan dianiaya, namun  dapat bersukacita dan memuji 

Allah (Kis. 16:25; Flp. 1:17-18).

Musa, orang pilihan Allah, berdoa kepada Allah: “Buatlah kami 

bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, 

seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka” (Mzm. 90:15). 

Seperti Musa, Kita harus memahami bahwa saat  Allah memberikan 

sukacita-Nya kepada kita, kita akan terlindung dari ujian kehidupan.

Damai sejahtera

Kata “damai” dalam bahasa Ibrani yaitu  shalom dan 

melambangkan “kesempurnaan”, “kesejahteraan” dan “kesehatan”5. 

Orang Yahudi memakai  kata ini untuk memberkati orang lain.

Kata Yunani eirene mengacu pada “hubungan yang harmonis antar 

manusia”, “hubungan yang harmonis antara Allah dan manusia, dicapai 

melalui injil”, dan hasil dari “ketenangan dan kesenangan”6.

Alkitab menyebut Yesus Kristus sebagai “Raja Damai” (Yes. 9:6); 

dan injil yang Ia beritakan disebut sebagai “damai sejahtera” (Kis. 

10:36; Ef. 2:17). Tugas Yesus yaitu  untuk mendamaikan: antara Allah 


403

dengan manusia, dan antara sesama manusia (Ef. 2:13-19). Roh Kudus 

yaitu  Roh Kristus (Rm. 8:9), yang memberikan kesatuan antara 

sesama saudara di dalam ikatan damai sejahtera (Ef. 4:3; Yeh. 11:19). 

Ia menolong kita menjadi satu dalam tubuh Kristus, sehingga tidak ada 

lagi batasan dalam hal suku, golongan atau jenis kelamin (1Kor. 12:12-

13; Gal. 3:27-28). sebab  itu, orang yang dipenuhi Roh Kudus dapat 

hidup dengan orang lain dan dengan Allah secara harmonis; ia tidak 

mengeluh atau menyimpan dendam. jika  Roh Kudus diizinkan 

untuk memerintah di dalam hati seseorang, tidak ada lagi perpecahan 

atau perselisihan.

Damai sejahtera yang ditawarkan Tuhan Yesus itu unik dan 

mulia; tidak berasal dari dunia dan melampaui pengertian manusia 

(Yoh. 14:26-27; Flp. 4:7). Yang Ia tawarkan yaitu  damai yang dapat 

memelihara orang-orang percaya di masa sulit dan penderitaan (Yoh. 

16:33). Kita melihat pengaruh dari damai sejahtera ini pada pekerja-

pekerja Allah di gereja para rasul: di dalam diri Stefanus, yang meminta 

Allah untuk mengampuni pembunuh-pembunuhnya (Kis. 7:55, 59-

60); dalam diri Petrus, yang tidur dengan nyenyak walaupun dirantai 

dan dipenjara (Kis. 12:1-6); dan dalam diri Paulus, yang walaupun 

menghadapi bahaya di tengah laut, dapat menenangkan kawan-kawan 

seperjalanannya (Kis. 27:18-25).

(ii) Kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan dan 

kelemahlembutan   

Kategori kedua ini menunjukkan kasih kepada orang lain. Sifat-

sifat ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kasih, dapat 

bertahan dalam kepedihan, murah hati, dan melakukan kebaikan 

kepada mereka yang ingin mencelakainya. Orang yang mempunyai 

kasih dapat memperlakukan orang lain dengan tulus dan menghormati 

kewajibannya. Ia juga dapat berbicara dan bertingkah laku dengan 

kelemahlembutan dan tidak mudah dihasut.

Kesabaran dan kemurahan

Kesabaran dan kemurahan yaitu  sifat-sifat Allah (Kel. 34:6; Rm. 

2:4). Kita melihat-Nya dengan sabar menanggung dosa-dosa umat 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

404

manusia – sampai-sampai ia mengutus Anak-Nya sendiri (Mzm. 103:8-

13; Yoh. 3:16; Ef. 2:7).

Kata Ibrani “kesabaran” berasal dari dua kata: arek, yang berarti 

“panjang”7, dan aph, yang berarti “penderitaan”, atau secara hurufiah 

berarti “hidung” atau “lubang hidung”8. Kiasan kidung ini sangat 

cerdas, sebab  ini memperlihatkan sebuah gambaran mengambil nafas 

panjang, yang berlawanan dengan nafas yang cepat dan terburu-buru 

saat seseorang mengalami kemarahan besar. Dalam Perjanjian Lama, 

kata ini digunakan untuk menjelaskan sifat Allah yang panjang sabar 

(Kel. 34:6; Neh. 9:17; Mzm. 86: 15; Yo. 2:13; Yun. 4:2; Nah. 1:3).

Kata Yunani untuk kesabaran yaitu  makrothumia, yang 

menandakan “sikap sabar” dan “sabar”, dan berasal dari dua kata: 

makros, yang berarti “panjang”, dan thumos, yang berarti “tabiat”9. Di 

Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk menjelaskan ketahanan 

Allah terhadap orang-orang berdosa (Rm. 2:4; 9:22; 1Ptr. 3:20; 2Ptr. 

3:9, 15). Serupa dengan ini, yaitu  kata hupomene, yang berarti “sabar” 

dan “ketabahan” (2Kor 6:4; 12:12; Kol. 1:11)10.

Sebagai orang-orang Kristen, kita harus bersabar menghadapi 

tentangan. Kita dapat memperoleh keberanian dari contoh yang 

diteladankan Tuhan Yesus kepada kita (1Ptr. 2:19-24), yang 

mengajarkan kita untuk mengampuni tanpa syarat, seperti Allah 

mengampuni kita (Mat. 18:21-33). Kita mengalami banyak kejadian 

saat  orang lain salah paham kepada kita, memfitnah, bahkan 

menganiaya kita, namun  jika  kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan 

dapat menanggung semuanya ini. Alkitab mengingatkan, jika  kita 

panjang sabar, kita dapat menghindari perselisihan (Ams. 15:18).

Kata “kemurahan” dalam bahasa Yunani disebut chrestotes, yang 

berarti “kebaikan hati”, dan “kemurahan”11. Di berbagai bagian Alkitab, 

kata ini diterjemahkan sebagai “baik” (Rm. 3:12), “kemurahan” (Rm. 

2:4; 12:2; Gal. 5:22), atau “murah hati” (1Kor. 13:4; 2Kor. 6:6; Ef. 

2:7; 4:32; Kol. 3:12; Tit. 3:4). Kata ini mengandung arti kasih sayang, 

belas kasihan, dan maksud yang baik. Kemurahan yaitu  sifat yang 

memperlakukan tetangga kita dengan tenggang rasa dan menawarkan 

pertolongan saat dibutuhkan. “Tetangga” ini bisa berupa seseorang 

yang sedang kesepian, sedang lemah, atau menderita (Luk. 10:27-37). 

Alkitab mendorong kita untuk “bersukacitalah dengan orang yang 

bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Rm. 

12:15), dan juga “mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya 

untuk membangunnya” (Rm. 15:2).


405

Kesabaran dan kemurahan yaitu  cara terbaik melawan musuh-

musuh kita. Paulus mengingatkan kita, agar tidak membalas kejahatan 

dengan kejahatan, namun  mengalahkan kejahatan dengan kebaikan 

(Rm. 12:17-21). sebab  itu kita hars berjuang untuk menjadi sabar 

di tengah tentangan-tentangan dan memakai  kemurahan untuk 

menghadapi musuh kita. Seperti Bapa kita di surga yang murah hati, 

bahkan kepada mereka yang jahat (Luk. 6:35), kita diajarkan untuk 

menerima musuh kita dengan makanan dan minuman, dan dengan 

demikian menaruh bara api ke atas kepala mereka (Rm. 12:20). Dengan 

kata lain, kemurahan mempunyai kuasa untuk memutarbalikkan 

musuh.

Kebaikan

Kata Ibrani untuk “kebaikan” yaitu  towb12. Di dalam Perjanjian 

Lama, kata ini berarti “belas kasihan”, atau “anugerah” (Kel. 18:9; Mzm. 

23:6; Yer. 31:14; Hos. 3:5). Kata Yunani-nya, agathosune, berarti “baik” 

atau “sifat baik” (Rm. 15:14; Ef. 5:9; 2Tes. 1:11)13. Walaupun kebaikan 

(chrestotes) dapat dilihat sebagai sifat baik kepada orang lain, kebaikan 

(agathosune) merujuk pada tindakan kebaikan yang sesungguhnya.

Seringkali kita mempunyai pandangan keliru bahwa injil hanya 

dimaksudkan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kebutuhan orang 

seringkali menjadi terabaikan, atau setidaknya, kita tangani hampir-

hampir sebagai selingan. Namun kita perlu memahami bahwa injil juga 

mengajarkan kita tentang kebaikan (Rm. 12:9-10, 13; 1Tes. 5:15; 1Tim. 

6:18; Tit. 2:14), yang berarti memperhatikan kebutuhan orang-orang 

miskin di antara kita (1Yoh. 3:17). Contoh yang dapat kita teladani 

yaitu  Dorkas, yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik dan amal 

(Kis. 9:36-39). Paulus juga mengingatkan kita, bahwa bila kita tidak 

jemu-jemu berbuat baik, kita akan memperoleh berkat (Gal. 6:9-10).

Sebelum Paulus dilahirkan dalam Kristus, ia berkata kata  kata  bahwa tidak 

ada yang baik di dalam dirinya. Ia seringkali ingin berbuat baik, namun  

tidak mampu melakukannya (Rm. 7:18). namun  sesudah  menjadi milik 

Kristus, ia berubah, sebab  ia menetapkan hati untuk berjalan sesuai 

dengan kehendak Roh (Rm. 8:1-4). Kebaikan yaitu  sifat ilahi; tidak 

seorang pun yang baik, selain Allah (Mrk. 10:17-18). namun  dengan 

hidup baru melalui Dia, kita juga dapat mewujudkan kebaikan-Nya.

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

406

Kesetiaan

Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan kata Ibrani untuk 

menyebutkan “kesetiaan”, yaitu emunah (Ul. 32:4; Mzm. 33:4; Hab. 2:4), 

yang berarti “kebenaran”14. Kata Yunani-nya yaitu  pistis yang berarti 

“keyakinan” (Kis. 17:31, “iman” (Rm. 14:22; Ibr. 11:1), dan “setia” (Mat. 

23:23; Tit. 2:10)15.

Yesaya menubuatkan kesetiaan Yesus kepada umat manusia: “Buluh 

yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar 

nyalanya tidak akan dipadamkannya” (Yes. 42:3). Ayat ini menjelaskan 

keyakinan Yesus dalam kemampuan umat-Nya untuk bertobat dan 

berbalik kepada-Nya. Ini didasarkan pada kasih yang dijelaskan oleh 

Paulus, yang menanggung segala sesuatu dan percaya segala sesuatu 

(1Kor. 13:7). Allah disebutkan sebagai Dia yang memegang janji-Nya 

dan menyirami kita dengan kasih-Nya yang senantiasa; walaupun kita 

tidak setia, namun  Ia tetap setia (2Tim. 2:13; Rm. 3:3-4; 2Kor. 1:18-

22). Kita dapat belajar banyak dari sifat Allah: dapat dipercaya, dapat 

diandalkan, dan bertanggungjawab pada kewajiban kita kepada Allah 

dan sesama manusia.

Kelemahlembutan

Kata Ibrani untuk “kelemahlembutan” yaitu  ani, yang artinya 

“miskin” (Ayb. 24:4; Mzm. 9:12, 18; Amo. 8:4) atau “rendah hati” (Mzm. 

22:26; Ams. 3:34; Yes. 11:4; Zef. 2:3)16. Ani dalam Yesaya 61:1 mencakup 

kedua arti ini. Kata Yunani untuk “kelemahlembutan” yaitu  praotes 

(1Kor. 4:21; Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; Tit. 3:2)17.

Kelemahlembutan seringkali dikelirukan dengan tanda kelemahan 

atau tindakan pasif. Sebenarnya dibutuhkan kekuatan karakter dan 

pengendalian diri yang besar untuk melakukan kelemahlembutan 

(Ams. 16:32). Tuhan Yesus dan Musa merupakan contohnya: walaupun 

mereka lemah lembut dan rendah hati (Bil. 12:3; Mat. 11:29), mereka 

juga mempunyai keteguhan untuk bertahan saat diperlakukan tidak 

adil (1Ptr. 2:23; Ibr. 11:26) dan mempunyai kekuatan hati untuk 

menegakkan kebenaran (Yoh. 2:13-16; Kel. 32:19-21). 

Alkitab menyebutkan berkat-berkat yang menantikan mereka 

yang lemah lembut. Disebutkan mereka akan: memiliki bumi (Mat. 

5:5); mendapat ketenangan (Mat. 11:29); menerima injil (Yes. 61:1); 

mendapatkan firman yang tertanam di dalam hati (Yak. 1:21); 


407

mendapatkan kasih Allah (Ams. 3:34); mendapat tuntunan-Nya (Mzm. 

25:9); (Mzm. 147:6); ditinggikan (Mzm. 147:6); dan diselamatkan di 

saat-saat penindasan (Mzm. 76:9).

Sifat lemah lembut berasal dari kasih (1Kor. 13:5, 7), dan 

memungkinkan kita mengegur orang lain dengan rendah hati saat 

mereka melawan kebenaran, dan mendesak mereka untuk bertobat 

dan menghindari jerat Iblis (2Tim. 2:25-26). Kelemahlembutan juga 

merupakan sifat yang kita perlukan untuk membawa kembali saudara-

saudari yang telah melakukan pelanggaran, menggenapi hukum 

Kristus (Gal. 6:1-2). Kelemahlembutan yaitu  tanda seorang Kristen 

yang saleh (Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; 1Tim. 6:11; Tit. 3:2-3) dan sifat 

yang berharga di mata Allah (1Ptr. 3:4).

(iii) Penguasaan diri

Ini yaitu  buah Roh Kudus yang terakhir. Kesabaran, kemurahan, 

kebaikan, kesetiaan, dan kelemahlembutan yaitu  cara-cara 

mengarahkan kasih kepada orang lain, penguasaan diri yaitu  

tindakan kasih yang diarahkan kepada diri sendiri. Mengasihi orang 

lain itu penting, namun  begitu juga mengasihi diri sendiri; dan keduanya 

menunjukkan kasih kepada Allah. Kita dapat mengasihi diri kita 

dengan menyadari bahwa tubuh kita yaitu  bait Roh Kudus – tubuh ini 

bukan lagi milik kita sebab  kita telah dibeli dengan harga yang amat 

mahal (1Kor. 6:19-20). Jadi kita harus menghargai tubuh kita dengan 

melakukan penguasaan diri dalam segala hal.

Kata bahasa Yunani untuk “penguasaan diri” yaitu  egkrateia, 

yang berasal dari asal kata kratos, yang berarti kekuatan18. Arti kedua 

ini menunjukkan keberadaan kekuatan, bukannya penggunaan. 

Egkrateia juga berarti “berkepala dingin” (Kis. 24:25; Gal. 5:23; 2Ptr. 

1:6). Lawan katanya yaitu  akrates (2Tim. 3:3), yang berarti “tanpa 

kekuatan” dan “tidak mampu memerintah nafsu sendiri”19.

Penguasaan diri berasal dari keputusan pribadi yang diilhamkan 

Roh Kudus. Hanya dengan kuasa Roh-lah seseorang dapat mengalahkan, 

contohnya, kebiasaan buruk. sebab  itu seseorang yang dipenuhi 

dengan kuasa Roh Kudus dapat melakukan penguasaan diri. Menguasai 

diri yaitu  mengekang hawa nafsu pribadi. Kata “kalau mereka tidak 

dapat menguasai diri” dalam 1 Korintus 7:9 dapat disebutkan sebagai, 

“kalau mereka tidak dapat mengekang diri”.

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

408

Mempunyai penguasaan diri juga berarti menguasai perasaan. 

Kita dapat melihat contoh kata “menahan hatinya” dalam Kejadian 

43:31 saat Yusuf mendalikan perasaannya kepada saudara-saudaranya 

(ayat 30). Kita juga membaca tentang Haman yang dipenuhi kebencian 

terhadap Mordekhai, namun  “menahan hatinya” dari rasa marah dan 

pulang ke rumah (Est. 5:9-10).

Cara kita hidup itu penting, termasuk pilihan-pilihan yang 

kita lakukan. Kita dapat memilih untuk jatuh ke dalam kelemahan-

kelemahan kita, atau kita dapat mengalahkannya. Menghadapi 

tantangan meminum cawan yang pahit, atau menyerah kepada rasa 

takut-Nya, Tuhan Yesus memilih untuk menyerahkan diri kepada 

kehendak Allah Bapa (Mat. 16:23; 26:39). Paulus juga mempunyai 

pergumulan pribadi, namun  ia menetapkan hati untuk melatih tubuhnya 

dan menaklukkannya sehingga ia dapat mempersembahkannya 

sebagai hamba kebenaran (1Kor. 9:27; ref. Rm. 6:17-20).

(iv) Ikhtisar

Kesimpulannya, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan 

diri, yaitu  sembilan sifat buah Roh Kudus. jika  dipenuhi Roh 

Kudus, kita dapat hidup di dalam Roh dan menghasilkan buah rohani 

untuk memuliakan Tuhan (Yoh. 15:5; 1Kor. 12:12-13; Gal. 5:25). 

13.4 Bagaimana kita dapat dipenuhi Roh Kudus?

Kita telah melihat definisi kepenuhan Roh Kudus, dan juga 

pengaruh-pengaruhnya. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana kita 

memperoleh kepenuhan Roh Kudus.

13.4.1 Haus akan Roh Kudus

Allah berjanji kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya, “Sebab 

Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat 

ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas 

keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu” (Yes. 44:3). Saat 


409

melayani di bumi, Yesus menyatakan, “Dan pada hari terakhir, yaitu 

pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa 

haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya 

kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya 

akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38).

Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus tentu mengenal perasaan 

haus rohani. Hati yang haus terjadi sebab  ketiadaan damai dan 

sukacita sejati. Seseorang dapat memperoleh berbagai kelimpahan 

materi dan kenikmatan, namun  seperti minum dari sumur Yakub, semua 

ini tidak dapat memuaskan dirinya, dan ia akan merasa haus lagi (Yoh. 

4:13). Begitu juga, orang yang telah menerima baptisan Roh Kudus, 

namun  tidak hidup seturut dengan Roh, akan haus kembali; dan ia akan 

merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang. Bila kita ingin dipenuhi 

Roh Kudus, kita harus waspada dengan tanda-tanda rasa haus rohani 

dan melakukan sesuatu untuk mencegahnya.

Tuhan Yesus mendorong kita, “Mintalah, maka akan diberikan 

kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu 

akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Di sini, Yesus menyebutkan tiga 

tindakan: berdoa, mencari, dan mengetuk. Dalam perumpamaan 

sahabat yang meminta roti di tengah malam, kita belajar bahwa orang 

itu menerima roti yang ia butuhkan sebab  ia memohon dengan tidak 

jemu-jemu (Luk. 11:5-8). Pengajarannya, kita harus berdoa dengan 

sikap yang mencerminkan keinginan yang amat sangat. Allah tidak 

akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang tidak mempunyai 

hati untuk menerima Dia (ref. Mat. 7:6).

Kita perlu mengetahui bahwa baptisan Roh Kudus yaitu  sebuah 

janji: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang 

baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan 

memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” 

(Luk. 11:13). Bila kita belum menerima Roh Kudus, kita harus terus 

berdoa dengan iman, percaya dengan tanpa keraguan bahwa Allah akan 

mengabulkan permohonan kita pada waktunya. Kita perlu mengingat 

bahwa Allah datang ke dunia agar kita semua mempunyai kesempatan 

untuk hidup berkelimpahan (Yoh. 10:10) – sebuah kehidupan yang 

dimungkinkan melalui baptisan dan kepenuhan Roh Kudus (Yoh. 4:14; 

7:38).

Sejak hari Pentakosta, saat  gereja mula-mula mulai berkembang 

dengan pesat, Iblis melak