nai hal ini, dan keduanya
dicatat di kitab Lukas pasal 11. Perumpamaan pertama menceritakan
tentang seseorang yang mempunyai permintaan mendesak kepada
seorang teman di tengah malam (ayat 5-8). Perumpamaan kedua
menceritakan seorang ayah yang penuh kasih, yang memberikan
yang terbaik untuk menjawab permintaan anaknya (ayat 11-12). Di
ayat 13, Yesus menyimpulkannya dengan mengajarkan bahwa sama
seperti permintaan orang-orang yang dijawab itu, begitu juga Allah
akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang berdoa kepada-Nya
dengan hati yang sama.
Kepada murid-murid-Nya, Yesus, “melarang mereka meninggalkan
Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji
Bapa, yang — demikian kata-Nya — "telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun tidak lama lagi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5). Yesus juga berkata kata kata , “Dan Aku
akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. namun kamu
harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan
kekuasaan dari tempat tinggi.” (Luk. 24:49). Yesus meminta kepada
mereka untuk menunggu waktu yang telah ditentukan Allah dengan
kesabaran dan pengharapan. Dan benar, sesudah Yesus naik ke surge,
murid-murid diam bersama-sama di Yerusalem dan “bertekun dengan
sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). Pada akhirnya, di hari
Pentakosta, penantian mereka usai: mereka mendengar suara dari
surga seperti angin yang berhembus, dan mereka dipenuhi dengan
Roh Kudus (Kis. 2:1-4).
sesudah Saulus dipilih oleh Tuhan di tengah perjalanannya menuju
Damsyik, ia berpuasa tiga hari dan tiga malam, dan selama itu ia berdoa
kepada Allah. saat waktunya tiba, Tuhan mengutus Ananias untuk
menumpangkan tangan ke atas dirinya, sehingga ia dipenuhi dengan
Roh Kudus (Kis. 9:8-19).
375
12.10.5 Haus akan Roh Kudus
Penatua Yohanes mengajarkan bahwa saat kita berdoa memohon
baptisan Roh Kudus, kita harus melakukannya dengan rasa haus rohani
yang murni (Yoh. 4:10, 13, 14).
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri
dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan
minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh
Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, sebab Yesus belum
dimuliakan.
Yohanes 7:37-39
Roh dan pengantin perempuan itu berkata kata kata : "Marilah!" Dan barangsiapa
yang mendengarnya, hendaklah ia berkata kata kata : "Marilah!" Dan barangsiapa
yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah
ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Wahyu 22:17
Kita perlu belajar dari peringatan Allah kepada jemaat di Laodikia,
dan tidak merasa puas diri (Why. 3:14-17). Doa-doa kita harus
mencerminkan kerinduan kepada Allah yang sungguh-sungguh. Hati
kita haruslah seperti seorang pemazmur yang menginginkan Allah
seperti seekor rusa merindukan sungai (Mzm. 42:1). Bila kita berdoa
dengan sikap ini, Roh Kudus akan mengalir melalui hati kita.
12.11 Memegang perintah Allah
Sebagai orang Kristen, kita menunjukkan kasih kita kepada
Tuhan dengan memegang perintah-perintah-Nya. Kita tidak dapat
berkata kata kata kita mengasihi Allah bila kita melawan perintah-Nya. Begitu
juga, memegang perintah Allah yaitu syarat untuk menerima Roh
Kudus. Yesus mengajarkan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia
akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh. 14:15-16). Yesus juga berkata kata kata ,
“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang
mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh
Bab 12: Menerima Roh Kudus
376
Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-
Ku kepadanya… Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-
Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya
dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh. 14:21, 23).
12.11.1 Beribadah saja tidak cukup
Dalam Perjanjian Lama, Allah menegur bangsa Israel melalui Nabi
Yesaya dan berkata kata kata , walaupun mereka mempersembahkan banyak
korban bakaran, Ia tidak berkenan kepada mereka. Malah, Allah tidak
sudi melihat ibadah mereka dan tidak mau mendengar doa-doa mereka
yang dipanjatkan dengan tangan terbuka. Masalahnya ada pada tangan-
tangan mereka yang penuh dengan kekerasan dan perbuatan yang
jahat. Allah menegur bahwa mereka hanya menghormati-Nya dengan
mulut saja, sementara hati mereka jauh dari Dia. Ia memperingatkan
mereka, jika mereka tidak berhenti melakukan kejahatan dan mulai
belajar melakukan hal yang baik, mengejar keadilan dan membebaskan
orang-orang yang tertindas, Ia tidak akan diam dekat dengan mereka
(Yes. 1:10-17; 29:13). Dari sini kita mendapatkan pengajaran, jika
kita memohon Roh Kudus namun kita hidup di dalam dosa, tidak peduli
betapa seriusnya kita berdoa, Ia tidak akan menjawabnya.
12.11.2 Perintah untuk saling mengasihi
Salah satu perintah paling penting yang Yesus ajarkan yaitu
saling mengasihi, seperti Ia mengasihi kita (Yoh. 13:34; 15:12-14). Sama
seperti Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya demi kita, sepatutnya kita
juga bersedia menyerahkan nyawa kita demi saudara-saudari seiman
di dalam Kristus (1Yoh. 3:16). Contohnya, jika kita mengasihi
dan memperhatikan mereka di masa suka maupun duka, kita telah
menunjukkan kasih kita kepada Tuhan Yesus (Kol. 1:24; 12:25-27).
Kita melihat kebenaran ini dari perkataan Yesus kepada Saulus,
yang sedang menganiaya orang Kristen. Dia berkata kata kata , “Saulus, Saulus,
mengapakah engkau menganiaya Aku?”
Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”
Tuhan menjawab, “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu” (Kis 9:1-5).
377
Perkataan ini menunjukkan bahwa apa pun yang kita perbuat
untuk saudara-saudara seiman kita, maka kita melakukannya untuk
Tuhan.
Mengasihi satu sama lain yaitu gaya hidup orang Kristen (Yoh.
13:34-35): dengan melakukannya, kita menunjukkan kepada dunia
bahwa kita yaitu murid-murid Yesus. Kasih yaitu penggenapan
segala Hukum Taurat dan pengajaran para nabi (Mat. 22:39-40;
Gal. 5:14). Jadi ia yang mengasihi tetangganya, telah memenuhi
Hukum Taurat. Kita harus senantiasa hidup dengan sedemikian rupa
sehingga kita merasa berhutang kasih kepada orang lain, dan mencari
kesempatan untuk melunasi hutang itu (Rm. 13:8).
Penatua Yohanes mengajarkan bahwa orang yang tidak dapat
mengasihi saudara-saudari seimannya, tidak dapat menyatakan dirinya
mengasihi Allah. Ia berkata kata kata , “Jikalau seorang berkata kata kata : "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia yaitu pendusta, sebab
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak
mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita
terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya” (1Yoh. 4:20-21).
Kasih mencakup semuanya. Maka Yesus mengajarkan kita bahwa
tidak hanya mengasihi Allah dan saudara-saudari seiman, kita juga
harus mengasihi musuh kita: “namun Aku berkata kata kata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. sebab
dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga,
yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar” (Mat. 5:44-45).
12.11.3 Melakukan kasih
Kasih tidak ditunjukkan hanya melalui kata-kata; namun kasih
harus dilakukan. Penatua Yohanes berkata kata kata :
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya
menderita kekurangan namun menutup pintu hatinya terhadap saudaranya
itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-
anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan
lidah, namun dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah
Bab 12: Menerima Roh Kudus
378
kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita
boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh
olehnya, Allah yaitu lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui
segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita
tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk
mendekati Allah.
1 Yohanes 3:17-21
Dia juga memberitahu kita bahwa tersedia berkat bagi mereka
yang mengasihi orang lain:
Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya,
sebab kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang
berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya
akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi
sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa
menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam
dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu
Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
1 Yohanes 3:22-24
Berkatnya yaitu , Allah akan menjawab doa-doa kita dan kita
akan menerima apa pun yang kita minta (ref. Yoh. 15:7-10). Ini yaitu
kebenaran yang penting bagi mereka yang mencari baptisan Roh
Kudus.
12.12 Kesimpulan
Hari ini, Roh Kudus dicurahkan ke semua orang percaya, sama
seperti masa gereja para rasul. Namun kita melihat banyak gereja
dan denominasi menolak kebenaran ini. Contohnya, mereka menolak
berbahasa roh sebagai bukti baptisan Roh Kudus, atau bersikeras
bahwa baptisan itu telah terjadi bagi semua orang. Kita perlu meminta
Allah untuk membuka hati kita kepada pesan firman Tuhan (ref. Luk.
24:45) sehingga kita dapat memahami kebenaran mengenai Roh
Kudus, dan lebih penting lagi, mengalami sendiri baptisan Roh yang
indah ini.
379
Pertanyaan ulasan
1. Mengapa orang harus datang ke gereja sejati untuk
menerima baptisan Roh Kudus?
2. Mengapa menuruti firman Tuhan itu penting?
3. Apakah yang dikatakan Alkitab mengenai pujian yang
berulang-ulang, seperti “Haleluya” saat kita berdoa?
4. Apakah hubungan antara baptisan air dengan baptisan Roh
Kudus?
5. Di dalam Alkitab, contoh-contoh apa saja yang terdapat
mengenai orang percaya menerima Roh Kudus melalui
penumpangan tangan?
6. Mengapa kita harus miskin di hadapan Allah?
7. Mengapa hati kita harus murni?
8. Mengapa kita harus beriman?
9. Mengapa kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh?
10. Mengapa tekun berdoa itu penting?
11. Apakah hubungannya memegang perintah-perintah Allah
dengan berdoa memohon Roh Kudus?
Bab 12: Menerima Roh Kudus
1 Vine, W. E., Unger, Merrill F. and White Jr., William, Vine’s Complete Expository
Dictionary Of Old And New Testament Words (Nashville, Atlanta, London and
Vancouver: Thomas Nelson Publishers, 1985). G945.
2 Ibid. G4342.
380
Bab 13
DIPeNUHI ROH KUDUS
13.1 Pendahuluan
Di dalam kitab Efesus, Paulus menerangkan penggolongan antara
dua agen yang dapat mengubah hidup seseorang. Ia mengajarkan:
“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, sebab anggur menimbulkan
hawa nafsu, namun hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18).
Minuman keras terkenal sebab ia dapat membelenggu orang dengan
keindahan dan rasanya. Namun anggur mempunyai sengat di ekornya,
menyebabkan mabuk, penyesalan, mendorong orang bersikap tidak
senonoh, mudah bertengkar, dan ketagihan. Sebaliknya, dipenuhi oleh
Roh Kudus memberikan sukacita, pikiran yang jernih, pengendalian
diri, berkat rohani, dan kemampuan untuk hidup kudus.
Lukas pasal 1 memberitahukan bahwa Yohanes Pembaptis (Mat.
11:13) dan ayahnya, Zakharia (Luk. 1:8), keduanya dipenuhi oleh Roh
Kudus (Luk. 1:15, 67). Namun pengalaman mereka tidak sama seperti
orang-orang percaya di hari Pentakosta; apa yang dialami ayah dan
anak ini dapat disamakan dengan orang-orang kudus dalam Perjanjian
Lama, yang dipenuhi Roh Kudus selama beberapa waktu untuk tujuan-
tujuan tertentu.
Yohanes Pembaptis dipenuhi Roh Kudus sehingga ia mempunyai
roh dan kuasa seperti Elia, untuk mendorong orang-orang Yahudi
kembali kepada Allah (Luk. 1:16, 17). Zakharia dipenuhi Roh Kudus
untuk bernubuat dan memuji karunia keselamatan Allah, dan bersaksi
bahwa seorang Juruselamat telah dilahirkan dari keturunan Daud
(Luk. 1:67-69). Pada hari Pentakosta dan seterusnya, barulah orang-
orang percaya mengalami kepenuhan Roh Kudus sebagai keadaan
yang permanen dan terus menerus (Yoh. 14:16-18).
Terdapat setidaknya dua kekeliruan mengenai kepenuhan Roh
Kudus. Yang pertama mengira bahwa kepenuhan Roh Kudus ditandai
dengan seberapa keras seseorang berdoa, atau apakah doanya disertai
dengan gerakan tubuh yang kelihatan. Kekeliruan lain yaitu kepenuhan
Roh Kudus ditandai semata-mata dengan perwujudan perbuatan-
381
perbuatan kudus, bukan berbahasa roh. Kekeliruan pertama seringkali
dipegang oleh orang-orang Kristen yang telah menerima Roh Kudus,
namun tidak mengerti sepenuhnya apakah maksudnya dipenuhi Roh
Kudus, dan masih perlu mendapatkan kesadaran rohani yang lebih
tinggi. Kekeliruan kedua seringkali dipegang oleh orang-orang Kristen
yang tidak mengerti kebenaran Alkitab, tentang apakah baptisan Roh
Kudus.
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa buah Roh hanya dapat
dihasilkan oleh mereka yang menerima Roh Kudus. Alkitab juga
menjelaskan bahwa mereka yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai
bukti yang nyata: mereka berbahasa roh. sebab itu seseorang bisa
saja melakukan segala perbuatan baik, seperti Kornelius sebelum ia
menerima baptisan Roh Kudus (Kis. 10:2), namun perbuatan-perbuatan
ini tidak dapat dilihat sebagai buah Roh.
Ini menghasilkan sejumlah pertanyaan: jadi, apakah artinya
kepenuhan Roh Kudus? Apakah pengaruhnya kepada orang percaya?
Dan bagaimana kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus? Bab ini akan
menyediakan beberapa jawaban dari Alkitab.
13.2 Definisi dipenuhi Roh Kudus
13.2.1 Referensi kepenuhan Roh dalam Alkitab
Alkitab menjelaskan kepenuhan Roh Kudus dalam dua konteks:
catatan-catatan mengenai Roh Kudus memenuhi orang percaya pada
saat yang penting atau kritis; dan kepenuhan Roh Kudus sebagai
proses yang berkelanjutan di dalam kehidupan yang sungguh-sungguh
seturut dengan bimbingan Roh.
Mengenai kepenuhan Roh Kudus pada saat yang penting atau
kritis, kita melihat orang-orang percaya, yang dipenuhi Roh Kudus
begitu mereka menerima baptisan Roh Kudus (contoh, Kis. 2:4);
mendapatkan keberanian sebab kepenuhan Roh untuk bersaksi bagi
Yesus (contoh, Kis. 4:8-13, 31); mendapatkan kuasa kepenuhan Roh
pada kesempatan-kesempatan tertentu (contoh, Kis. 13:9-11).
Alkitab mencatat dua kejadian saat Roh Kudus memenuhi orang-
orang percaya pada saat mereka menerima Roh Kudus. Pertama yaitu
pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta: “Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata kata kata -kata dalam bahasa-
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
382
bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
berkata-kata nya” (Kis. 2:4). Kejadian lain berhubungan dengan Paulus,
yang dipenuhi Roh Kudus saat Ananias menumpangkan tangannya
kepadanya (Kis. 9:17-18).
Namun pola yang terlihat di dalam Alkitab yaitu kepenuhan Roh
Kudus biasanya terjadi sesudah pertama-tama menerima baptisan Roh.
Alkitab membicarakan kepenuhan Roh Kudus sebagai besar sebagai
proses yang terus menerus, saat Roh menolong orang-orang percaya
untuk hidup yang mewujudkan ketaatan mereka kepada Dia. Alkitab
mengajarkan kita bahwa Roh menolong orang percaya untuk:
• Mengalahkan keinginan-keinginan daging (Gal. 5:16-21; Ef.
4:30-32).
• Hidup kudus dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-25).
• Mendapatkan hikmat dan iman untuk melakukan pekerjaan
Allah (Kis. 6:3; 6:5; 11:24).
• Mendapatkan sukacita dan damai sejahtera, bahkan di
tengah penganiayaan (Kis. 7:55-56; 13:52).
13.2.2 Kepenuhan Roh Kudus sebagai proses yang berkelanjutan
Alkitab mengajarkan bahwa kepenuhan Roh Kudus yaitu
sebuah proses yang terjadi seumur hidup. Ini terjadi saat hidup kita
sepenuhnya dituntun oleh Roh Kudus, sehingga kita terus “hidup[lah]
oleh Roh,” (Gal. 5:16), dan dipimpin oleh Roh (Rm. 8:1-14). Ia menjadi
sumber kekuatan rohani kita, dan menanggalkan perbuatan-perbuatan
daging:
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa
nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati,
amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu—bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat
bagian dalam kerajaan Allah.
Galatia 5:19-21
Menerima Roh Kudus tidak menjamin bahwa kita akan dipenuhi
oleh Roh Kudus. Kita melihat ini dari keadaan di Gereja Korintus. Paulus
menyebut mereka sebagai “bait Allah” dan “bait Roh Kudus” (1Kor.
383
3:16; 6:19) sebab mereka telah menerima Roh Kudus dan menjadi
anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13). Namun mereka tidak dipimpin
oleh Roh. Sebaliknya, mereka memperlihatkan perbuatan-perbuatan
daging, seperti iri hati dan perselisihan. sebab itu Paulus menegur
mereka:
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan
kamu seperti dengan manusia rohani, namun hanya dengan manusia
duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan
kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat
menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.
sebab kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada
iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
1 Korintus 3:1-3
Seperti yang kita lihat dari contoh ini, baptisan Roh Kudus barulah
langkah awal. Selanjutnya, kita semua perlu mengejar terus kepenuhan
Roh Kudus. Dengan begitu, kita memberikan jalan bagi Roh untuk
bekerja di dalam diri kita untuk memperbarui kita (Tit. 3:5), untuk
menguduskan kita (2Tes. 2:13), dan menolong kita hidup kudus –
kehidupan yang menghasilkan buah Roh Kudus:
namun buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi
milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa
nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita
juga dipimpin oleh Roh.
Galatia 5:22-25
Yesus memberikan sebuah gambaran yang indah untuk
menjelaskan apa yang dapat terjadi jika Roh Kudus memenuhi diri
kita, “namun barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan
Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh.
4:14). Yesus juga berkata kata kata , “Barangsiapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang
dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-
aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Di sini, Yesus membicarakan sebuah
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
384
kepenuhan yang jelas-jelas bukanlah pengalaman yang hanya sesekali,
dan mempunyai kuasa untuk mengubah hidup kita – seperti curahan
mata air dalam diri kita, dan aliran sungai air hidup yang tak pernah
berhenti mengalir. jika kita dipenuhi dengan Roh Kudus, kita tidak
akan haus lagi.
13.2.3 Mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang
sempurna
Menurut Taurat Perjanjian Lama, seseorang yang
mempersembahkan korban bakaran kepada Allah harus
mempersembahkan korban sepenuhnya: mengatur potongan-
potongan daging, kepala, lemak, isi perut dan betis binatang korban,
dan membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian (Im.
1:6-9). Persembahan korban ini menyenangkan hati Allah sebab
persembahan ini menghasilkan aroma yang manis. Korban bakaran di
dalam Perjanjian Lama menggambarkan pengorbanan Yesus di kayu
salib dalam Perjanjian Baru (Yoh. 1:29). Yesus yaitu persembahan dan
korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:2; 1Kor. 5:7) sebab Ia sepenuhnya
menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah saat Ia mengorbankan
hidup-Nya demi kita (Mat. 26:39; Ibr. 10:5-7).
Dengan pertolongan Roh Kudus, kita juga dapat mempersembahkan
diri kita sebagai korban yang hidup untuk Allah (Rm. 12:1). Paulus
berkata kata kata , “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu yaitu bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1Kor. 6:19). Hidup
Paulus merupakan contoh dari prinsip ini, dan ia dapat menyatakan:
Namun aku hidup, namun bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang
di dalam daging, yaitu hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Galatia 2:20
namun aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita
Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi
dunia.
Galatia 6:14
385
Ini yaitu perkataan dari orang yang tidak lagi tinggal dalam
perkara-perkara duniawi, dan hidupnya bukan lagi miliknya sendiri;
namun tersembunyi dalam Kristus dan hidup dalam kesamaan dengan-
Nya (1Kor. 11:1).
13.2.4 Mendahulukan Allah
Sebagai orang Kristen, kita perlu mendahulukan Allah dan
melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya (2Kor. 12:14; 19:3).
Tuhan Yesus berkata kata kata , “namun carilah dahulu kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
(Mat. 6:33). Apakah kerajaan Allah? Kerajaan Allah yaitu tempat Allah
memerintah, tempat perintah-Nya dilakukan, dan tempat kebenaran-
Nya diwujudkan. Di satu sisi, kerajaan ini menunjukkan kerajan surga
di masa yang akan datang. Di sisi lain, kerajaan Allah sudah ada di sini
– di dalam hati orang percaya (Luk. 17:21). Kita mendirikan kerajaan
Allah saat kita memusatkan perhatian pada Allah dan mendahulukan
kehendak-Nya di atas kebutuhan-kebutuhan duniawi kita (Mat.
6:10-11; 1Yoh. 5:14; Luk. 22:42), dan saat kita mempersilakan-Nya
memimpin kita (Yak. 4:15; 1Kor. 4:19; 16:7; ref. Kis. 20:22-24; ref.
21:10-14) dan memerintah atas diri kita.
Allah yaitu Roh, dan kita harus berusaha untuk dipenuhi dengan
Roh Kudus-Nya (Ef. 5:18). Dengan begitu, kita dapat hidup di dalam
Roh dan dipimpin oleh-Nya (Gal. 5:16, 25). Inilah maksudnya mengasihi
Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita (Mat. 22:37), dan
bagaimana kita dapat mempersembahkan diri kita sebagai korban
yang hidup (Rm. 12:1-2; 6:13).
Kesalahpahaman
Dan sesudah berkata kata kata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata kata kata :
“Terimalah Roh Kudus.”
Yohanes 20:22
Penulis berkebangsaan Jepang bernama Kurosaki Koukichi
memberikan komentar tentang ayat ini:
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
386
sesudah kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus menghujani murid-murid-
Nya dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga mereka dapat
memenuhi tugas yang dipercayakan kepada mereka. namun sebelum
kenaikan-Nya, Ia sudah memberikan mereka sebagian dari Roh itu
sehingga mereka dapat menerima tugas itu.
Kurosaki Koukichi
Dengan kata lain, Kurosaki yakin bahwa murid-murid telah
dibaptis dengan Roh Kudus pada saat Yesus mengembusi mereka
– Yesus memberikan mereka sebagian Roh, yang lalu diikuti
dengan kepenuhan yang lebih besar pada hari Pentakosta.
Apa kata Alkitab?
Pertama, saat Yesus mengembusi murid-murid dan berkata kata kata ,
“Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22), Ia tidak sedang membagikan Roh
Kudus pada saat itu, sebab waktunya belum genap. Yesus memberikan
apa yang akan datang kepada mereka. Itulah sebabnya Ia menyuruh
mereka menunggu di Yerusalem untuk “tinggal di situ menantikan
janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu dengar dari pada-
Ku” (Kis. 1:4). Penting kita simak, Yesus berkata kata kata kepada mereka,
bahwa “tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kis.
1:5). Jadi, Roh Kudus tidak datang, dan tidak akan datang, sebelum
Yesus dimuliakan dan naik ke surga: “Namun benar yang Kukatakan
ini kepadamu: yaitu lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
namun jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh.
16:7).
Kedua, Alkitab mengajarkan kita, bahwa hanya ada satu Roh Kudus
(1Kor. 12:4; Ef. 4:4) yang yaitu Allah sejati yang Esa. Saat kita dibaptis
dengan Roh Kudus, Ia datang ke dalam hati kita untuk menyertai kita
selamanya (Yoh. 14:16-17, 23). Kita tidak dapat memakai nalar
duniawi untuk menghasilkan penjelasan mengenai pencurahan
sebagian. Sebaliknya, kepenuhan Roh Kudus menunjukkan keadaan
hati kita yang dipimpin oleh-Nya.
Roh Kudus yaitu Roh Allah – sumber kekuatan, yang disebutkan
Tuhan Yesus sebagai “kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49; ref.
Kis. 1:8). Nabi Yesaya berkata kata kata bahwa mereka yang menerima Roh
Kudus “mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang
387
naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak
menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31).
sebab itu kepenuhan Roh Kudus juga merupakan sebuah kehidupan
yang menunjukkan kuasa Allah (Luk. 4:1, 14).
Lebih lanjut, Tuhan Yesus berkata kata kata , “Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”
(Yoh. 10:10). Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak selalu hidup
dalam kehidupan yang berlimpah. Begitu juga, walaupun seseorang
mempunyai Roh Kudus, ia belum tentu dipimpin oleh Roh. Kehidupan
rohani kita dimulai dengan baptisan Roh Kudus (Yeh. 37:14; Rm.
8:2; Gal. 5:25), sebab Ia yaitu Roh Tuhan, dan sumber kehidupan
(Kis. 16:7; Yoh. 1:4). namun kita masih harus mengizinkan-Nya terus
bekerja, untuk menguatkan diri kita (Ef. 3:16) dan memberikan kita
kemampuan untuk menjalani kehidupan rohani yang berkelimpahan.
13.3 Buah dari kepenuhan Roh Kudus
13.3.1 Mendapat kuasa untuk melayani Allah
A. Tujuan mendapatkan kuasa
Seorang pekerja Allah perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk
mendapatkan kuasa untuk menjalani pelayanan gereja. Ini disebab kan
Iblis yaitu musuh yang tangguh, yang mengganggu pekerjaan kudus
di segala kesempatan.
Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih para perajin untuk
membuat tabut perjanjian dan memenuhi mereka dengan Roh-Nya
untuk memberikan mereka hikmat, kecakapan dan pengetahuan (Kel.
31:1-5; 35:30-35). Dalam Perjanjian Baru, pekerja-pekerja gereja
dipanggil untuk membangun bait rohani (1Ptr. 2:4-5). Begitu juga,
mereka perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk dikenal baik dan
mempunyai hikmat dan iman (Kis. 6:2-5).
Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya menunggu di Yerusalem
untuk dikenakan dengan kuasa dari tempat tinggi, sebelum pergi
untuk bersaksi bagi Dia (Luk. 24:49; Kis. 1:4-5, 8). Demikian terjadi di
hari Pentakosta, dan hasilnya, injil diberitakan dengan cepat di seluruh
Yudea, Samaria, dan kota-kota lain (Kis. 1:8; 4:33; 8:1-5, 14; 26:20).
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
388
B. Dampak pemberian kuasa
Kita dapat melihat pengaruh kepenuhan Roh Kudus pada pekerja-
pekerja Allah dalam Kisah Para Rasul:
• Sebelum hari Pentakosta, Petrus berkata-kata bahwa
ia bersedia menderita dengan Yesus, namun lalu
menyangkal-Nya tiga kali (Luk. 22:33, 54-62). sesudah
hari Pentakosta, ia mendapatkan kuasa dari Roh Kudus
untuk bersaksi bagi Tuhan dan tidak lagi takut dengan
penganiayaan (Kis. 2:1-4, 14, 40; 4:8-20).
• Menghadapi penganiayaan, murid-murid berdoa dalam
satu hati dan dipenuhi Roh Kudus untuk menyampaikan
firman Allah dengan berani (Kis. 4:23-33).
• Stefanus, salah satu dari antara diaken yang diutus untuk
melayani meja (Kis. 6:5), dipenuhi Roh Kudus, iman dan
kuasa untuk melakukan tanda ajaib dan mujizat (Kis. 6:8).
Ia besaksi bagi Tuhan dengan hikmat dan kuasa yang besar,
sehingga tidak ada yang dapat menyangkalnya (Kis. 6:10).
Saat dirajam oleh kerumunan yang marah, ia dipenuhi
Roh Kudus dan melihat kemuliaan Allah dan Tuhan Yesus.
Bahkan saat menjelang kematiannya, ia mampu meminta
kepada Tuhan untuk mengampuni orang-orang yang
membunuhnya (Kis. 7:54-60).
• Filipus dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan tanda dan
mujizat di Samaria (Kis. 8:5-8). Ia menjadi pekerja yang
penting, yang mengabarkan kabar baik (Kis. 8:5-13, 29-40)
dan mendapatkan sebutan “Filipus, pemberita Injil” (Kis.
21:8).
• Rasul Barnabas penuh dengan Roh dan iman, dan membawa
banyak orang kepada Yesus (Kis. 11:24).
• Di Pafos, Paulus bertemu dengan Elimas, seorang tukang
sihir, yang menghalang-halanginya dan berusaha untuk
membelokkan iman gubernur. Dipenuhi Roh Kudus,
Paulus menegur Elimas, sehingga menjadi buta. Kejadian
ini memperlihatkan kuasa Allah dan membuat gubernur
menjadi percaya (Kis. 13:6-12).
• Walaupun Paulus dan Barnabas dianiaya oleh orang-orang
Yahudi di Antiokhia di Pisidia, Roh Kudus memenuhi mereka
dengan sukacita (Kis. 13:14, 50-52).
389
C. Kuasa untuk menjamah hati pendengar
Seorang pendeta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dapat menyampaikan khotbah yang indah. namun tanpa kepenuhan
Roh Kudus, khotbahnya tidak mempunyai hidup, atau pun kuasa untuk
menyadarkan pendengar agar bertobat dari d0sa-dosa mereka dan
mengikuti Tuhan Yesus.
Kita melihat kebenaran ini digambarkan dalam pelayanan Rasul
Petrus, yang disebutkan sebagai “orang biasa yang tidak terpelajar”
(Kis. 4:13). Ia dipenuhi Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga ia
mampu menyampaikan khotbah yang mengharukan hati orang-orang
Yahudi yang mendengarnya. Mereka segera bertanya mengenai jalan
menuju keselamatan, dan lalu menerima baptisan di dalam
nama Yesus (Kis. 2:37-41). Khotbah Petrus mengakibatkan hal ini,
bukan sebab disampaikan dengan kecakapan khusus, namun sebab
kuasa Roh Kudus (Kis. 2:1-4).
Tuhan Yesus juga disebut sebagai orang yang “mempunyai
pengetahuan demikian tanpa belajar” (Yoh. 7:15), namun Ia dapat
mengherankan orang-orang dengan khotbah-kotbah-Nya, seperti
yang disampaikan di atas bukit (Mat. 5-7:27). Orang-orang melihat-
Nya mengajar dengan penuh kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mat.
7:28-29). Kuasa Yesus berasal dari Diri-Nya yang senantiasa dipenuhi
Roh Kudus dan kuasa (Luk. 4:1, 14).
Paulus yaitu orang terpelajar, yang telah menerima pendidikan
tinggi dalam Hukum Taurat. Namun ia membuang semua pengetahuan
duniawinya untuk memberikan ruang pada Roh Kudus untuk bekerja
melalui dia. Paulus menyampaikan hal ini dalam pelayanannya:
“Demikianlah pula, saat aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku
tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk
menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu… Baik perkataanku
maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat
yang meyakinkan, namun dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya
iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, namun pada
kekuatan Allah. Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat
di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan
dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini,
yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan” (1Kor. 2:1, 4-6). Ia
menambahkan, “Sebab kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan,
namun dari kuasa” (1Kor. 4:20).
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
390
D. Kuasa untuk mengurus gereja
Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus dapat mengurus
permasalahan gereja memakai hikmat duniawi dan
kemampuannya. namun pekerjaannya kemungkinan besar dibentuk
dari pemikiran dan pendekatan duniawi. Keadaan paling menyedihkan
yaitu jika gereja bergantung sepenuhnya pada cara kerja seperti
ini, yaitu saat: pengetahuan duniawi mengambil alih karunia-karunia
Roh Kudus; kuasa manusia menutupi pimpinan Roh Kudus; dan
manusia mengedepankan kepentingannya mendahului bimbingan Roh
Kudus. Dalam keadaan seperti itu, kita akan kehilangan intisari gereja
dan berakhir menjadi seperti organisasi sosial atau politik.
Gereja mula-mula dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus. Setiap
peran, termasuk pekerja-pekerja yang bertanggungjawab untuk
mengawasi administrasi gereja, didasarkan pada kriteria rohani
tertentu. Pekerja haruslah “yang terkenal baik, dan yang penuh Roh
dan hikmat” (Kis. 6:3). Pada hari ini, gereja harus berhati-hati agar
tidak menyimpang dari prinsip ini. Contohnya, kita tidak boleh:
mempekerjakan pekerja sebab kelebihan sekulernya, bukan dari
kelebihan rohani; menilai penyampaian khotbah berdasarkan
kecakapannya, bukan kuasa Roh Kudus; memberikan kedudukan
kepemimpinan kepada mereka yang kaya dan berkedudukan tinggi
di masyarakat, bukan mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Kita harus
mengikuti contoh gereja para rasul sehingga kita dapat melihat
kemuliaan dan kuasa Roh Kudus.
13.3.2 Kuasa untuk mengalahkan dosa
Kepenuhan Roh Kudus menolong kita, secara individual,
untuk mengalahkan dosa. Dosa yaitu kuasa yang sangat kuat dan
mengikat, sehingga hanya kuasa Allah yang dapat menolong kita
mengalahkannya.
A. Pengalaman Paulus
Di dalam kehidupan Paulus kita melihat, bahwa mengetahui
bagaimana sepatutnya kita hidup saja tidak cukup. Paulus sendiri
391
dahulu yaitu seorang Farisi yang diajar oleh Gamaliel, Ahli Taurat
yang terkenal. Ia yaitu orang yang cakap dalam Hukum Taurat dan
juga mempunyai semangat membara untuk melayani Allah (Fil. 3:5;
Kis. 22:3). Namun orang terpelajar ini meratap:
Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. sebab bukan apa yang
aku kehendaki yang aku perbuat, namun apa yang aku benci, itulah
yang aku perbuat. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam
aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak
memang ada di dalam aku, namun bukan hal berbuat apa yang baik.
Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh
maut ini?
Roma 7:15, 18, 24
Dengan kata lain, Paulus mempunyai pengetahuan teori mengenai
apa yang Allah kehendaki kepadanya, namun tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalankannya. Ia melihat masalah ini sebagai
salah satu belenggu dosa: “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat
yaitu rohani, namun aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa
dosa. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku
perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat,
yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki,
maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, namun dosa yang diam di
dalam aku” (Rm. 7:14, 19-20).
Paulus menambahkan, “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika
aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, namun di dalam
anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang
melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan
hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku” (Rm. 7:21-
23).
Syukurlah ia akhirnya menemukan cara untuk menyelesaikan
pergumulan itu – ia belajar untuk taat dan mengandalkan Roh Kudus.
Ia berkata kata kata , “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup
telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum
maut” (Rm. 8:1-2).
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
392
B. Hidup dalam Roh untuk kehidupan rohani yang
berkemenangan
Begitu kita disatukan dengan Kristus dalam baptisan air, kita
dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Ini sebab baptisan yaitu :
kelahiran kembali (Tit. 3:5); mengembankan dosa kita kepada Kristus,
untuk mendapatkan kebenaran-Nya (2Kor. 5:21); membenarkan
kita (Rm. 4:15; 5:9; 8:33-34). Kita dibebaskan untuk hidup dalam
kehidupan yang baru dan berlimpah di dalam Roh, sehingga kita dapat
mengalahkan dosa (Tit. 3:5; Yoh. 10:10; Luk. 4:14; 1Yoh. 5:18). sebab
itu pengampunan melalui baptisan air menandai awal yang penting;
namun kita harus terus hidup dalam kehidupan yang berkemenangan
yang ditandai dengan kekudusan, “sebab tanpa kekudusan tidak
seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14).
Paulus mengajarkan, bahwa begitu kita ada dalam Kristus
Yesus, kita tidak boleh lagi berjalan menurut daging, namun menurut
Roh Kudus. Ini berarti dipenuhi Roh Kudus dan mengizinkan-Nya
mengarahkan hidup kita. Paulus berkata kata kata , “Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia yaitu ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17). jika hidup kita dipenuhi Roh
Kudus, kita kehilangan sifat kita yang lama, dan mulai menunjukkan
sifat yang baru, yang ditunjukkan dalam kebenaran dan kekudusan
sejati (Ef. 4:24).
C. Mengapa kadang-kadang kita tidak berhasil mengalahkan
dosa?
Sayangnya, walaupun kita telah menerima baptisan air dan juga
baptisan Roh Kudus, kita kadang-kadang masih jatuh ke dalam dosa.
Salah satu alasannya, kita dapat mengalami ketersendatan iman, dan
tidak dapat hidup dalam kemenangan yang dibicarakan Paulus dalam
Roma 8:1-2. Namun ia menyampaikan pemecahan masalah: “Sebab
Tuhan yaitu Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”
(2Kor. 3:17). Dengan kata lain, kita perlu mengizinkan Roh Kudus
untuk memenuhi diri kita sehingga kita dapat dibebaskan.
Alasan lain mengapa kita dapat gagal, sebab kita bergantung
pada kekuatan sendiri untuk menanggung kuk kita. Saat ini terjadi,
seringkali akibatnya yaitu kesedihan, rasa putus asa, dan kegagalan.
393
sebab itu Tuhan Yesus berkata kata kata , “Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu
enak dan beban-Kupun ringan” (Mat. 11:29-30).
Petani-petani di daerah Palestina dahulu memakai kuk yang
berbentuk salib untuk membajak tanah. Kuk-kuk ini dipasangkan
kepada sepasang lembu atau keledai sehingga kedua binatang itu dapat
menanggung beban itu bersama-sama (ref. Ul. 11:10; 2Kor. 6:14). Hari
ini, Yesus menawarkan kuk-Nya kepada kita, yang Ia tanggung bersama-
sama kita. Ia menjanjikan kuk yang ringan dan mudah, dan kita akan
mendapatkan ketenangan. Apakah kuk ini? Yaitu perintah-perintah-
Nya: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti
perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1Yoh.
5:3). Jadi jika kita berjalan dengan Dia untuk memegang perintah-
perintah-Nya, Ia akan menguatkan kita saat kita lemah (Ibr. 4:15-16).
Tidak mengherankan jika Paulus berseru, “Aku, manusia
celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, Jadi dengan akal
budiku aku melayani hukum Allah, namun dengan tubuh insaniku aku
melayani hukum dosa” (Rm. 7:24-25). Saat ia mengandalkan dirinya
sendiri, ia tidak dapat mengalahkan dosa; namun saat ia percaya di
dalam Tuhan Yesus, ia dibebaskan. sebab itu, saat kita lemah, kita
harus mencontoh Paulus, seperti Ia mencontoh Kristus (1Kor. 11:1),
sehingga kita dapat memperoleh kemenangan.
D. Bersandar pada Tuhan saat kita lemah
Paulus menceritakan tentang kelemahannya dengan cara ini:
namun jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab
itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus
turun menaungi aku. sebab itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,
di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh sebab Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
2 Korintus 12:9-10
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
394
Kebanyakan orang lebih suka memegahkan kekuatan mereka.
Namun Paulus lebih suka memegahkan kelemahannya, yang
menurutnya tidak perlu disembunyikan. Ia mengandalkan Allah yang
memberikannya kuasa untuk mengalahkan kelemahan-kelemahannya.
Melalui kelemahannya, ia dapat mengalami karunia Allah.
Kita semua punya kelemahan; tidak ada manusia yang sempurna.
Yang penting yaitu bagaimana kita menghadapinya. Pada orang yang
rohani, kelemahannya akan menjadi alasan baginya untuk mendekat
kepada Allah dan mengandalkan-Nya. Bagi orang yang tidak rohani,
kelemahannya hanya sekadar menjadi alasan untuk terus melakukan
dosa.
E. Tidak mencintai dunia
Alkitab mengajarkan: “Sebab janganlah engkau sujud menyembah
kepada allah lain, sebab TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, yaitu
Allah yang cemburu” (Kel. 34:14). “Sebab aku cemburu kepada kamu
dengan cemburu ilahi. sebab aku telah mempertunangkan kamu
kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci
kepada Kristus” (2Kor. 11:2).
Allah yaitu suami kita (Yes. 54:5; Yer. 3:14), dan kita yaitu
mempelai perempuan-Nya (Hos. 2:19-20). Kasih seorang suami
kepada istrinya yaitu kasih yang cemburu, dan tidak akan
membiarkan adanya gangguan dari pihak ketiga. Namun kita dapat
membangkitkan kecemburuan Allah jika kita memalingkan
hati kita kepada kejahatan, atau jika kita bersahabat dengan
dunia. Alkitab menjelaskan hal ini dalam kata-kata tertentu, sebagai
perzinahan rohani (Yak. 4:4-5). Yesus berkata-kata bahwa kita tidak
dapat melayani dua tuan (Mat. 6:24), sebab pastilah kita mengasihi
yang satu dan membenci yang lain. sebab itu, jika kita mengasihi
dunia, kita tidak dapat mengasihi Allah juga (1Yoh. 2:15).
saat kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengasihi Allah dengan
segenap hati. Bukannya dicemarkan oleh dunia, kita akan menjadi
semurni seorang perawan yang dipertunangkan dengan satu orang
suami.
395
F. Melawan iblis
Orang-orang pilihan dalam Perjanjian Lama merupakan “segala
pasukan TUHAN” (Kel. 12:41). Di Kitab Yehezkiel, Allah memberikan
Roh-Nya kepada bangsa Israel, untuk memberikan mereka hidup dan
menjadi mereka “suatu tentara yang sangat besar” (Yeh. 37:10, 14).
Di dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya ada tentara Kristus
(2Tim. 2:3) yang telah dibaptis dengan Roh Kudus, dan mempunyai
kehidupan rohani (Rm. 8:2; Gal. 5:25). Pasukan ini melawan musuh
yang tidak kelihatan – “melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef. 6:12).
Dengan kata lain, kita melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya, yang
mencari kesempatan di sekeliling kita untuk menelan siapa saja yang
dapat mereka serang (1Ptr. 5:8). Senjata pilihan mereka yaitu godaan
melalui hawa nafsu kedagingan (Gal. 5:17). Satu-satunya cara untuk
mengalahkan rencana jahatnya yaitu dengan dipenuhi Roh Kudus,
sehingga kita dapat mengalahkan keinginan daging (Gal. 5:16; Rm.
8:13).
Yohanes berkata kata kata , “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan
dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa;
namun Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat
menjamahnya” (1Yoh. 5:4, 18). Iman yaitu perisai yang merupakan
perlindungan dari panah-panah Iblis (Ef. 6:16). Tanpa iman, orang
tidak dapat hidup dalam Roh, namun akan hidup menurut daging (Rm.
8:7). Akibatnya, ia akan menjadi seorang jemaat di Gereja Sardis, yang
dikatakan hidup, namun sebenarnya rohaninya mati (Why. 3:1-2).
Pekerjaan Iblis dapat disamakan dengan virus yang tak kelihatan,
yang mempunyai kuasa yang mematikan. namun tidak seperti virus
yang menyerang tubuh manusia dan menghancurkan kehidupan
jasmani, Iblis menyerang kesehatan rohani, dengan maksud untuk
menjerumuskan orang ke dalam kutukan kekal. sebab itu menyadari
hal ini Paulus berkata kata kata , “namun aku melatih tubuhku dan menguasainya
seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain,
jangan aku sendiri ditolak” (1Kor. 9:27). Ia juga menasihati kita untuk
“tetaplah kerjakan keselamatan[mu] dengan takut dan gentar” (Flp.
2:12) dan tidak memberikan kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27).
jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita menjadi waspada dan peka
terhadap rencana-rencana Iblis. Tanpa kepenuhan Roh Kudus, kita tidak
mempunyai kepekaan ini, dan akibatnya kita dapat jatuh dalam dosa
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
396
dan tidak menyadari bahwa kita perlu bertobat; atau menyadarinya
pada saat sudah terlambat. Maka Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk
berdoa seperti ini: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
namun lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Mat. 6:13). Kita tidak
dapat menghindari cobaan – Tuhan Yesus saja dicobai oleh Iblis (Ibr.
4:15). namun kita tidak perlu takut menghadapinya, sebab kita dapat
bersandar pada kuasa Roh Kudus untuk mengalahkannya, seperti yang
dilakukan Yesus sendiri (Luk. 4:1, 14).
Kita melihat pengaruh dipenuhi Roh Kudus di dalam kehidupan
Yesus. Contohnya, saat Ia dicobai oleh Iblis sebanyak tiga kali, Yesus
memakai firman Tuhan dengan kuasa dan wewenang untuk
bertahan dan menegur. Pada cobaan yang pertama, Ia menjawab, “Ada
tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, namun dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah.” Pada cobaan kedua, Ia menjawab, “Ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada
Dia sajalah engkau berbakti!” Yang ketiga, Ia menjawab, “Ada firman:
Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Di setiap jawaban-Nya,
Yesus menunjukkan ketaatannya kepada Allah, dan hanya kepada
Allah saja. Tidak mengherankan, Iblis tidak dapat melakukan apa-apa
dan pergi dari-Nya untuk menantikan kesempatan lain (Luk. 4:3-13).
Kejadian-kejadian ini memastikan kebenaran ajaran Alkitab: “sebab
itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari
padamu!” (Yak. 4:7).
Sebelum Ia ditangkap, Tuhan Yesus mendoakan murid-murid-
Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari
dunia, namun supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang
jahat” (Yoh. 17:15). Dari kata-kata ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak
menghendaki kita meninggalkan dunia, namun agar kita mengetahui
bagaimana berjaga-jaga terhadap pekerjaan Iblis. Kita tidak dapat
menghindari cobaan, namun kita dapat meneladani Yesus untuk hidup
dalam kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Alkitab berkata kata kata ,
“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh
Roh” (Gal. 5:25).
13.3.3 Menghasilkan buah Roh
Mengalahkan dosa dapat dilihat sebagai tindakan untuk bertahan
dalam perjalanan rohani kita. Namun kita tidak dapat menang
melawan Iblis hanya dengan bertahan saja; kita juga harus bertindak
397
proaktif, yaitu dengan menghasilkan buah roh. Yesus menyebut orang-
orang percaya sebagai “terang dunia” (Mat. 5:14), maka patutlah kita
menghasilkan buah roh untuk memuliakan Allah dan menolong orang-
orang lain (Mat. 5:16; 1Kor. 10:33). Buah Roh Kudus yaitu sifat-sifat
rohani kita (ref. Mat. 12:43-45).
A. Dikenal melalui buah kita
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang
memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik,
sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Matius 7:16-18
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi
nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata kata kata : Aku
tidak pernah mengenal kamu! enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!
Matius 7:22-23
“Khotbah di atas Bukit” mengajarkan kita banyak perkara penting
yang berkaitan dengan menghasilkan buah Roh:
• Domba dan serigala mewakili karakter manusia yang
berbeda. Serigala dapat mencoba menyamar dengan tingkah
laku yang baik, melayani masyarakat, berbicara muluk
tentang kasih Kristiani, dan menunjukkan kekudusan;
namun waktu yaitu penguji karakter yang baik – cepat atau
lambat mereka akan menunjukkan sifat asli mereka (Mat.
7:15).
• Kita tidak dapat melihat apakah sebatang pohon itu baik
atau buruk semata dari rupa luarnya. Begitu juga, kita tidak
dapat membedakan antara jemaat sejati dengan jemaat
palsu dengan mudah. Cara terbaik untuk membedakannya
yaitu dengan melihat buah yang mereka hasilkan. Dengan
begitu kita perlu waspada, sebab orang yang berkarunia
rohani tidak selalu menghasilkan buah yang baik (1Kor.
1:4-7; 3:1-3; ref. 1Kor. 13:1-3). Lebih lagi, penghakiman
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
398
Tuhan Yesus tidak akan didasarkan pada karunia-karunia
yang dimiliki seorang jemaat, namun dari buah yang ia
hasilkan.
• Roh Kudus membagikan karunia-karunia rohani kepada
setiap orang seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:11),
untuk membangun tubuh Kristus (1Kor. 12:18; Ef. 4:11-12,
16). namun yang jauh lebih penting, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan buah roh, sebab itulah yang
dikehendaki Yesus kepada kita (Yoh. 15:16). Jadi walaupun
orang berkhotbah di mimbar, menyembuhkan orang sakit,
atau bahkan mengusir setan di dalam nama Tuhan Yesus,
namanya belum tentu tercatat di surga (Luk. 10:17-20; Mat.
17:21-23). Dengan kata lain, mempunyai karunia-karunia
rohani bukanlah jaminan atas keselamatan.
• Orang-orang yang menyebut Yesus, “Tuhan, Tuhan” (Mat.
7:21) tidak selalu mereka yang melakukan kehendak Allah.
Ada perbedaan antara melakukannya sebatas di mulut saja,
dengan sungguh-sungguh memiliki Dia di dalam hati (Ef.
3:17). Yesus berkata kata kata kepada golongan yang hanya memuji-
Nya di mulut saja: “Mengapa kamu berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang
Aku katakan?” (Luk. 6:46).
• Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak
baik, sebab ia tidak mampu menghasilkan buah yang
sebaliknya (Rm. 7:18, 21). Begitu juga, pohon yang baik
tidak dapat menghasilkan buah yang tidak baik. Yesus
berkata kata kata , “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik
dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat
mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya
yang jahat” (Mat. 12:35). sebab itu, sifat seseorang
menentukan jenis kehidupan yang akan ia jalani.
• Tuhan Yesus berkata kata kata kepada mereka yang tidak melakukan
kehendak-Nya, “Aku tidak pernah mengenal kamu” (Mat.
7:23). Kita perlu memperhatikan Yesus tidak berkata-kata
“Au tidak mengenal kamu sekarang”. sebab itu kita dapat
berpikir bahwa kata-kata ini ditujukan kepada orang yang
telah bersalah melakukan kejahatan sepanjang hidup
mereka dan tidak bertobat. Orang jahat tidak berubah
menjadi keadaannya yang sekarang secara spontan –
namun biasanya terjadi dalam jangka waktu tertentu. Yesus
mengingatkan orang-orang yang demikian, “Semua yang
399
diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang”
(Yoh. 6:37). Jadi, jika masih ada waktu, mereka harus
berbalik kepada kehendak Allah.
• Yesus yaitu pokok anggur yang benar, Bapa surgawi
yaitu pengusahanya, dan kita yaitu ranting-ranting-Nya.
Yesus telah memilih kita agar menghasilkan buah – buah
yang akan bertahan. Dengan menghasilkan banyak buah,
kita dapat memuliakan Allah. Sebaliknya, bila kita tidak
menghasilkan buah, kita akan dipotong dan dibuang (Yoh.
15:1, 2, 5, 8, 16).
B. Keselamatan oleh kasih karunia
Menghasilkan buah Roh meneguhkan keselamatan kita. Namun
ini bukan berarti kita meremehkan karunia keselamatan melalui salib
Kristus, atau mencoba menyangkal keyakinan dalam kebenaran melalui
iman dan kembali ke masa Hukum Taurat. Kita perlu memahami bahwa
iman sejati tidak dapat dipisahkan dari perbuatan (Yak. 2:26). Dan dari
iman sejati muncullah perbuatan-perbuatan kasih (Gal. 5:6).
Orang yang ada di bawah kasih karunia tidak akan melakukan
dosa, sebab ia dapat mempesembahkan dirinya sebagai hamba
kebenaran sampai ia dikuduskan (Rm. 6:15-19).
Pada suatu saat , murid-murid Yesus bertanya, “Jika demikian,
siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan
berkata kata kata : “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, namun bagi Allah segala
sesuatu mungkin” (Mat. 19:25-26). Ini berarti, walaupun tidak seorang
pun dapat memperoleh keselamatan dengan usaha-usahanya sendiri,
keselamatan menjadi mungkin sebab pertolongan Allah. Begitu juga,
kita tidak dapat menghasilkan buah melalui usaha-usaha kita sendiri,
namun kita dapat melakukannya dengan kuasa Allah.
C. Tinggal di dalam Yesus
Tuhan Yesus berkata kata kata , “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-
rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,
ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat
apa-apa” (Yoh. 15:5). Dengan kata lain, sebagai orang Kristen kita
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
400
harus menempatkan Allah di pusat kehidupan kita dan dipimpin
oleh Roh-Nya. Ini mewajibkan kita untuk “tidak hidup menurut
daging, namun menurut Roh” (Rm. 8:4), dan dengan melakukan ini,
kita akan menghasilkan banyak buah. Tuhan telah memberikan Roh
Kudus kepada kita, yang merupakan “kekuasaan dari tempat tinggi”
(Luk. 24:49), untuk memperbarui diri kita, sehingga kehidupan kita
menjadi lebih berlimpah (Tit. 3:5; Yoh. 10:10). namun jika kita
meninggalkan-Nya, kita tidak akan dapat mencapai apa pun. sebab
itu kita harus belajar dari Paulus yang dapat berkata kata kata dengan penuh
keyakinan, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13).
D. Apakah buah Roh?
Paulus menjelaskan, “namun buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang
hal-hal itu” (Gal. 5:22-23). Di sini Paulus memakai kata Yunani
karpos untuk menyebut “buah”, yang berarti “dalam bentuk tunggal,
menunjukkan kesatuan karakter Tuhan yang dihasilkan di dalam diri
mereka”1. Disebutkan dalam bentuk tunggal, sebab hanya ada satu Roh
Kudus (1Kor. 12:4; Ef. 4:4), dan buah-Nya yaitu sesuatu yang tunggal
dan sempurna. Seperti lingkaran kasih karunia yang disebutkan dalam
2 Petrus 1:5-7, segalanya bergantung pada seluruh bagian karunia
itu. Dari sini kita mengetahui bahwa Paulus tidak berkata-kata bahwa
seseorang yang dipenuhi Roh Kudus harus menghasilkan sembilan
jenis buah yang berbeda, namun satu buah dengan sembilan sifat. Sifat-
sifat ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori untuk dibahas:
(i) Kasih, sukacita, dan damai sejahtera
Kelompok ini mewakili sifat paling mendasar dalam seorang
Kristen. Mereka dapat disamakan seperti bagian-bagian rumah, dan
kasih yaitu dasarnya, sukacita yaitu lantai atasnya, dan damai
sejahtera yaitu atapnya. Dari dasar hingga atap, bagian-bagian rumah
disatukan dengan erat untuk memberikan perlindungan kepada
mereka yang mendiaminya.
401
Kasih
Istilah Yunani untuk “kasih” dalam Galatia 5:22 yaitu agape2 dan
merupakan kata yang sama yang digunakan dalam 1 Korintus 13. Kata
ini menunjukkan kasih yang berasal dari Allah dan keluar dari iman
mereka yang telah lahir di dalam Kristus. Dari kesembilan buah Roh,
kasih yaitu yang pertama. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat lain
berkaitan erat dengan kasih.
Mengasihi Allah dan manusia yaitu rangkuman dan penggenapan
Hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat. 22:37-40; 1Tim. 1:5; Rm.
13:10). jika kita melihat Sepuluh Perintah Allah, kita melihat
bahwa empat hukum pertama berhubungan dengan kasih kita kepada
Allah, sementara enam sisanya yaitu kasih kita kepada manusia. Dua
prinsip ini saling berkaitan: seseorang yang mengasihi Allah akan
mengasihi sesamanya manusia; dan ia yang mengasihi sesamanya
akan mengasihi Allah (1Yoh. 4:20). Kasih menggabungkan seluruh
sifat buah Roh dan merupakan “pengikat yang mempersatukan dan
menyempurnakan” (Kol. 3:14). Kasih yaitu simbol Kekristenan (Yoh.
13:35) dan bukti bahwa orang percaya itu telah melalui kematian dan
telah dilahirkan kembali (1Yoh. 3:14). Alkitab berkata-kata bahwa
kasih menang terhadap penghakiman (Yak. 2:13; 1Yoh. 4:17-18).
Kasih yang paling mulia yaitu kasih yang ditujukan kepada
seorang musuh, dan memaklumi kesalahannya (Mat. 5:44; Luk. 23:34).
Allah yaitu kasih (1Yoh. 4:8) dan kasih-Nya yaitu tingkat tertinggi
yang dapat kita capai. Kasih ini mensyaratkan kita untuk mengasihi
mereka yang benar, namun juga mereka yang tidak benar (Mat. 5:45)
dan juga orang-orang berdosa (Kis. 10:35; Rm. 5:6-8). Paulus berkata kata kata ,
“Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang
telah dikaruniakan kepada kita” (Rm. 5:5). sebab itu seseorang yang
senantiasa dipenuhi Roh Kudus dapat mewujudkan kasih Allah. Kita
mempunyai contoh mulia yang dilakukan Stefanus, yang menjelang
kematiannya mendoakan mereka yang membunuhnya agar Allah
mengampuni dosa-dosa mereka (Kis. 7:55, 60).
Sukacita
Kata yang digunakan untuk “sukacita” dalam Alkitab yaitu
simchah dalam bahasa Ibrani3, dan chara dalam bahasa Yunani4.
Di puncak kejayaannya, Raja Salomo mempunyai apa pun yang
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
402
diinginkan matanya, memuaskan hatinya dengan segala macam
kenikmatan (Pkh. 2:10). Kehidupan mewahnya tidak terukur. Namun
saat ia mencapai usia lanjut, ia meratapi, “Siapa mencintai uang tidak
akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas
dengan penghasilannya. Inipun sia-sia” (Pkh. 5:10). Salomo akhirnya
menyadari bahwa sukacita yang didapat dari hal-hal materi sifatnya
kosong dan sementara. Orang yang minum dari sumur Yakub akan
haus kembali (Yoh. 4:13). Sebaliknya, sukacita yang datang dari Roh
Kudus bersifat murni dan tidak sementara (Rm. 14:17; Yoh. 15:11).
Roh Allah yaitu seperti mata air hidup yang tidak pernah kering (Yoh.
4:14; 7:37-39).
Alkitab mengajarkan bahwa sukacita dari Allah yaitu kekuatan
kita (Neh. 8:10). Kita dapat memperoleh sukacita ini dengan cara diurapi
dengan “minyak sebagai tanda kesukaan”, yaitu Roh Kudus (Ibr. 1:9).
Minyak ini tidak terpengaruh dengan keadaan-keadaan yang sulit, dan
juga tidak redup sebab penderitaan (Rm. 5:3; 1Tes. 1:6). Mereka yang
mengalami sukacita rohani ini antara lain: para rasul, yang seringkali
dianiaya sebab injil, namun bersukacita sebab mereka dianggap layak
untuk menderita demi nama Tuhan (Kis. 5:40-41; 13:50-52); Paulus,
yang dipenjara dan dianiaya, namun dapat bersukacita dan memuji
Allah (Kis. 16:25; Flp. 1:17-18).
Musa, orang pilihan Allah, berdoa kepada Allah: “Buatlah kami
bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami,
seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka” (Mzm. 90:15).
Seperti Musa, Kita harus memahami bahwa saat Allah memberikan
sukacita-Nya kepada kita, kita akan terlindung dari ujian kehidupan.
Damai sejahtera
Kata “damai” dalam bahasa Ibrani yaitu shalom dan
melambangkan “kesempurnaan”, “kesejahteraan” dan “kesehatan”5.
Orang Yahudi memakai kata ini untuk memberkati orang lain.
Kata Yunani eirene mengacu pada “hubungan yang harmonis antar
manusia”, “hubungan yang harmonis antara Allah dan manusia, dicapai
melalui injil”, dan hasil dari “ketenangan dan kesenangan”6.
Alkitab menyebut Yesus Kristus sebagai “Raja Damai” (Yes. 9:6);
dan injil yang Ia beritakan disebut sebagai “damai sejahtera” (Kis.
10:36; Ef. 2:17). Tugas Yesus yaitu untuk mendamaikan: antara Allah
403
dengan manusia, dan antara sesama manusia (Ef. 2:13-19). Roh Kudus
yaitu Roh Kristus (Rm. 8:9), yang memberikan kesatuan antara
sesama saudara di dalam ikatan damai sejahtera (Ef. 4:3; Yeh. 11:19).
Ia menolong kita menjadi satu dalam tubuh Kristus, sehingga tidak ada
lagi batasan dalam hal suku, golongan atau jenis kelamin (1Kor. 12:12-
13; Gal. 3:27-28). sebab itu, orang yang dipenuhi Roh Kudus dapat
hidup dengan orang lain dan dengan Allah secara harmonis; ia tidak
mengeluh atau menyimpan dendam. jika Roh Kudus diizinkan
untuk memerintah di dalam hati seseorang, tidak ada lagi perpecahan
atau perselisihan.
Damai sejahtera yang ditawarkan Tuhan Yesus itu unik dan
mulia; tidak berasal dari dunia dan melampaui pengertian manusia
(Yoh. 14:26-27; Flp. 4:7). Yang Ia tawarkan yaitu damai yang dapat
memelihara orang-orang percaya di masa sulit dan penderitaan (Yoh.
16:33). Kita melihat pengaruh dari damai sejahtera ini pada pekerja-
pekerja Allah di gereja para rasul: di dalam diri Stefanus, yang meminta
Allah untuk mengampuni pembunuh-pembunuhnya (Kis. 7:55, 59-
60); dalam diri Petrus, yang tidur dengan nyenyak walaupun dirantai
dan dipenjara (Kis. 12:1-6); dan dalam diri Paulus, yang walaupun
menghadapi bahaya di tengah laut, dapat menenangkan kawan-kawan
seperjalanannya (Kis. 27:18-25).
(ii) Kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan dan
kelemahlembutan
Kategori kedua ini menunjukkan kasih kepada orang lain. Sifat-
sifat ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kasih, dapat
bertahan dalam kepedihan, murah hati, dan melakukan kebaikan
kepada mereka yang ingin mencelakainya. Orang yang mempunyai
kasih dapat memperlakukan orang lain dengan tulus dan menghormati
kewajibannya. Ia juga dapat berbicara dan bertingkah laku dengan
kelemahlembutan dan tidak mudah dihasut.
Kesabaran dan kemurahan
Kesabaran dan kemurahan yaitu sifat-sifat Allah (Kel. 34:6; Rm.
2:4). Kita melihat-Nya dengan sabar menanggung dosa-dosa umat
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
404
manusia – sampai-sampai ia mengutus Anak-Nya sendiri (Mzm. 103:8-
13; Yoh. 3:16; Ef. 2:7).
Kata Ibrani “kesabaran” berasal dari dua kata: arek, yang berarti
“panjang”7, dan aph, yang berarti “penderitaan”, atau secara hurufiah
berarti “hidung” atau “lubang hidung”8. Kiasan kidung ini sangat
cerdas, sebab ini memperlihatkan sebuah gambaran mengambil nafas
panjang, yang berlawanan dengan nafas yang cepat dan terburu-buru
saat seseorang mengalami kemarahan besar. Dalam Perjanjian Lama,
kata ini digunakan untuk menjelaskan sifat Allah yang panjang sabar
(Kel. 34:6; Neh. 9:17; Mzm. 86: 15; Yo. 2:13; Yun. 4:2; Nah. 1:3).
Kata Yunani untuk kesabaran yaitu makrothumia, yang
menandakan “sikap sabar” dan “sabar”, dan berasal dari dua kata:
makros, yang berarti “panjang”, dan thumos, yang berarti “tabiat”9. Di
Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk menjelaskan ketahanan
Allah terhadap orang-orang berdosa (Rm. 2:4; 9:22; 1Ptr. 3:20; 2Ptr.
3:9, 15). Serupa dengan ini, yaitu kata hupomene, yang berarti “sabar”
dan “ketabahan” (2Kor 6:4; 12:12; Kol. 1:11)10.
Sebagai orang-orang Kristen, kita harus bersabar menghadapi
tentangan. Kita dapat memperoleh keberanian dari contoh yang
diteladankan Tuhan Yesus kepada kita (1Ptr. 2:19-24), yang
mengajarkan kita untuk mengampuni tanpa syarat, seperti Allah
mengampuni kita (Mat. 18:21-33). Kita mengalami banyak kejadian
saat orang lain salah paham kepada kita, memfitnah, bahkan
menganiaya kita, namun jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan
dapat menanggung semuanya ini. Alkitab mengingatkan, jika kita
panjang sabar, kita dapat menghindari perselisihan (Ams. 15:18).
Kata “kemurahan” dalam bahasa Yunani disebut chrestotes, yang
berarti “kebaikan hati”, dan “kemurahan”11. Di berbagai bagian Alkitab,
kata ini diterjemahkan sebagai “baik” (Rm. 3:12), “kemurahan” (Rm.
2:4; 12:2; Gal. 5:22), atau “murah hati” (1Kor. 13:4; 2Kor. 6:6; Ef.
2:7; 4:32; Kol. 3:12; Tit. 3:4). Kata ini mengandung arti kasih sayang,
belas kasihan, dan maksud yang baik. Kemurahan yaitu sifat yang
memperlakukan tetangga kita dengan tenggang rasa dan menawarkan
pertolongan saat dibutuhkan. “Tetangga” ini bisa berupa seseorang
yang sedang kesepian, sedang lemah, atau menderita (Luk. 10:27-37).
Alkitab mendorong kita untuk “bersukacitalah dengan orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Rm.
12:15), dan juga “mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya
untuk membangunnya” (Rm. 15:2).
405
Kesabaran dan kemurahan yaitu cara terbaik melawan musuh-
musuh kita. Paulus mengingatkan kita, agar tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan, namun mengalahkan kejahatan dengan kebaikan
(Rm. 12:17-21). sebab itu kita hars berjuang untuk menjadi sabar
di tengah tentangan-tentangan dan memakai kemurahan untuk
menghadapi musuh kita. Seperti Bapa kita di surga yang murah hati,
bahkan kepada mereka yang jahat (Luk. 6:35), kita diajarkan untuk
menerima musuh kita dengan makanan dan minuman, dan dengan
demikian menaruh bara api ke atas kepala mereka (Rm. 12:20). Dengan
kata lain, kemurahan mempunyai kuasa untuk memutarbalikkan
musuh.
Kebaikan
Kata Ibrani untuk “kebaikan” yaitu towb12. Di dalam Perjanjian
Lama, kata ini berarti “belas kasihan”, atau “anugerah” (Kel. 18:9; Mzm.
23:6; Yer. 31:14; Hos. 3:5). Kata Yunani-nya, agathosune, berarti “baik”
atau “sifat baik” (Rm. 15:14; Ef. 5:9; 2Tes. 1:11)13. Walaupun kebaikan
(chrestotes) dapat dilihat sebagai sifat baik kepada orang lain, kebaikan
(agathosune) merujuk pada tindakan kebaikan yang sesungguhnya.
Seringkali kita mempunyai pandangan keliru bahwa injil hanya
dimaksudkan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kebutuhan orang
seringkali menjadi terabaikan, atau setidaknya, kita tangani hampir-
hampir sebagai selingan. Namun kita perlu memahami bahwa injil juga
mengajarkan kita tentang kebaikan (Rm. 12:9-10, 13; 1Tes. 5:15; 1Tim.
6:18; Tit. 2:14), yang berarti memperhatikan kebutuhan orang-orang
miskin di antara kita (1Yoh. 3:17). Contoh yang dapat kita teladani
yaitu Dorkas, yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik dan amal
(Kis. 9:36-39). Paulus juga mengingatkan kita, bahwa bila kita tidak
jemu-jemu berbuat baik, kita akan memperoleh berkat (Gal. 6:9-10).
Sebelum Paulus dilahirkan dalam Kristus, ia berkata kata kata bahwa tidak
ada yang baik di dalam dirinya. Ia seringkali ingin berbuat baik, namun
tidak mampu melakukannya (Rm. 7:18). namun sesudah menjadi milik
Kristus, ia berubah, sebab ia menetapkan hati untuk berjalan sesuai
dengan kehendak Roh (Rm. 8:1-4). Kebaikan yaitu sifat ilahi; tidak
seorang pun yang baik, selain Allah (Mrk. 10:17-18). namun dengan
hidup baru melalui Dia, kita juga dapat mewujudkan kebaikan-Nya.
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
406
Kesetiaan
Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan kata Ibrani untuk
menyebutkan “kesetiaan”, yaitu emunah (Ul. 32:4; Mzm. 33:4; Hab. 2:4),
yang berarti “kebenaran”14. Kata Yunani-nya yaitu pistis yang berarti
“keyakinan” (Kis. 17:31, “iman” (Rm. 14:22; Ibr. 11:1), dan “setia” (Mat.
23:23; Tit. 2:10)15.
Yesaya menubuatkan kesetiaan Yesus kepada umat manusia: “Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkannya” (Yes. 42:3). Ayat ini menjelaskan
keyakinan Yesus dalam kemampuan umat-Nya untuk bertobat dan
berbalik kepada-Nya. Ini didasarkan pada kasih yang dijelaskan oleh
Paulus, yang menanggung segala sesuatu dan percaya segala sesuatu
(1Kor. 13:7). Allah disebutkan sebagai Dia yang memegang janji-Nya
dan menyirami kita dengan kasih-Nya yang senantiasa; walaupun kita
tidak setia, namun Ia tetap setia (2Tim. 2:13; Rm. 3:3-4; 2Kor. 1:18-
22). Kita dapat belajar banyak dari sifat Allah: dapat dipercaya, dapat
diandalkan, dan bertanggungjawab pada kewajiban kita kepada Allah
dan sesama manusia.
Kelemahlembutan
Kata Ibrani untuk “kelemahlembutan” yaitu ani, yang artinya
“miskin” (Ayb. 24:4; Mzm. 9:12, 18; Amo. 8:4) atau “rendah hati” (Mzm.
22:26; Ams. 3:34; Yes. 11:4; Zef. 2:3)16. Ani dalam Yesaya 61:1 mencakup
kedua arti ini. Kata Yunani untuk “kelemahlembutan” yaitu praotes
(1Kor. 4:21; Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; Tit. 3:2)17.
Kelemahlembutan seringkali dikelirukan dengan tanda kelemahan
atau tindakan pasif. Sebenarnya dibutuhkan kekuatan karakter dan
pengendalian diri yang besar untuk melakukan kelemahlembutan
(Ams. 16:32). Tuhan Yesus dan Musa merupakan contohnya: walaupun
mereka lemah lembut dan rendah hati (Bil. 12:3; Mat. 11:29), mereka
juga mempunyai keteguhan untuk bertahan saat diperlakukan tidak
adil (1Ptr. 2:23; Ibr. 11:26) dan mempunyai kekuatan hati untuk
menegakkan kebenaran (Yoh. 2:13-16; Kel. 32:19-21).
Alkitab menyebutkan berkat-berkat yang menantikan mereka
yang lemah lembut. Disebutkan mereka akan: memiliki bumi (Mat.
5:5); mendapat ketenangan (Mat. 11:29); menerima injil (Yes. 61:1);
mendapatkan firman yang tertanam di dalam hati (Yak. 1:21);
407
mendapatkan kasih Allah (Ams. 3:34); mendapat tuntunan-Nya (Mzm.
25:9); (Mzm. 147:6); ditinggikan (Mzm. 147:6); dan diselamatkan di
saat-saat penindasan (Mzm. 76:9).
Sifat lemah lembut berasal dari kasih (1Kor. 13:5, 7), dan
memungkinkan kita mengegur orang lain dengan rendah hati saat
mereka melawan kebenaran, dan mendesak mereka untuk bertobat
dan menghindari jerat Iblis (2Tim. 2:25-26). Kelemahlembutan juga
merupakan sifat yang kita perlukan untuk membawa kembali saudara-
saudari yang telah melakukan pelanggaran, menggenapi hukum
Kristus (Gal. 6:1-2). Kelemahlembutan yaitu tanda seorang Kristen
yang saleh (Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; 1Tim. 6:11; Tit. 3:2-3) dan sifat
yang berharga di mata Allah (1Ptr. 3:4).
(iii) Penguasaan diri
Ini yaitu buah Roh Kudus yang terakhir. Kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, dan kelemahlembutan yaitu cara-cara
mengarahkan kasih kepada orang lain, penguasaan diri yaitu
tindakan kasih yang diarahkan kepada diri sendiri. Mengasihi orang
lain itu penting, namun begitu juga mengasihi diri sendiri; dan keduanya
menunjukkan kasih kepada Allah. Kita dapat mengasihi diri kita
dengan menyadari bahwa tubuh kita yaitu bait Roh Kudus – tubuh ini
bukan lagi milik kita sebab kita telah dibeli dengan harga yang amat
mahal (1Kor. 6:19-20). Jadi kita harus menghargai tubuh kita dengan
melakukan penguasaan diri dalam segala hal.
Kata bahasa Yunani untuk “penguasaan diri” yaitu egkrateia,
yang berasal dari asal kata kratos, yang berarti kekuatan18. Arti kedua
ini menunjukkan keberadaan kekuatan, bukannya penggunaan.
Egkrateia juga berarti “berkepala dingin” (Kis. 24:25; Gal. 5:23; 2Ptr.
1:6). Lawan katanya yaitu akrates (2Tim. 3:3), yang berarti “tanpa
kekuatan” dan “tidak mampu memerintah nafsu sendiri”19.
Penguasaan diri berasal dari keputusan pribadi yang diilhamkan
Roh Kudus. Hanya dengan kuasa Roh-lah seseorang dapat mengalahkan,
contohnya, kebiasaan buruk. sebab itu seseorang yang dipenuhi
dengan kuasa Roh Kudus dapat melakukan penguasaan diri. Menguasai
diri yaitu mengekang hawa nafsu pribadi. Kata “kalau mereka tidak
dapat menguasai diri” dalam 1 Korintus 7:9 dapat disebutkan sebagai,
“kalau mereka tidak dapat mengekang diri”.
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
408
Mempunyai penguasaan diri juga berarti menguasai perasaan.
Kita dapat melihat contoh kata “menahan hatinya” dalam Kejadian
43:31 saat Yusuf mendalikan perasaannya kepada saudara-saudaranya
(ayat 30). Kita juga membaca tentang Haman yang dipenuhi kebencian
terhadap Mordekhai, namun “menahan hatinya” dari rasa marah dan
pulang ke rumah (Est. 5:9-10).
Cara kita hidup itu penting, termasuk pilihan-pilihan yang
kita lakukan. Kita dapat memilih untuk jatuh ke dalam kelemahan-
kelemahan kita, atau kita dapat mengalahkannya. Menghadapi
tantangan meminum cawan yang pahit, atau menyerah kepada rasa
takut-Nya, Tuhan Yesus memilih untuk menyerahkan diri kepada
kehendak Allah Bapa (Mat. 16:23; 26:39). Paulus juga mempunyai
pergumulan pribadi, namun ia menetapkan hati untuk melatih tubuhnya
dan menaklukkannya sehingga ia dapat mempersembahkannya
sebagai hamba kebenaran (1Kor. 9:27; ref. Rm. 6:17-20).
(iv) Ikhtisar
Kesimpulannya, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan
diri, yaitu sembilan sifat buah Roh Kudus. jika dipenuhi Roh
Kudus, kita dapat hidup di dalam Roh dan menghasilkan buah rohani
untuk memuliakan Tuhan (Yoh. 15:5; 1Kor. 12:12-13; Gal. 5:25).
13.4 Bagaimana kita dapat dipenuhi Roh Kudus?
Kita telah melihat definisi kepenuhan Roh Kudus, dan juga
pengaruh-pengaruhnya. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana kita
memperoleh kepenuhan Roh Kudus.
13.4.1 Haus akan Roh Kudus
Allah berjanji kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya, “Sebab
Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat
ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas
keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu” (Yes. 44:3). Saat
409
melayani di bumi, Yesus menyatakan, “Dan pada hari terakhir, yaitu
pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa
haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya
kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya
akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38).
Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus tentu mengenal perasaan
haus rohani. Hati yang haus terjadi sebab ketiadaan damai dan
sukacita sejati. Seseorang dapat memperoleh berbagai kelimpahan
materi dan kenikmatan, namun seperti minum dari sumur Yakub, semua
ini tidak dapat memuaskan dirinya, dan ia akan merasa haus lagi (Yoh.
4:13). Begitu juga, orang yang telah menerima baptisan Roh Kudus,
namun tidak hidup seturut dengan Roh, akan haus kembali; dan ia akan
merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang. Bila kita ingin dipenuhi
Roh Kudus, kita harus waspada dengan tanda-tanda rasa haus rohani
dan melakukan sesuatu untuk mencegahnya.
Tuhan Yesus mendorong kita, “Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu
akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Di sini, Yesus menyebutkan tiga
tindakan: berdoa, mencari, dan mengetuk. Dalam perumpamaan
sahabat yang meminta roti di tengah malam, kita belajar bahwa orang
itu menerima roti yang ia butuhkan sebab ia memohon dengan tidak
jemu-jemu (Luk. 11:5-8). Pengajarannya, kita harus berdoa dengan
sikap yang mencerminkan keinginan yang amat sangat. Allah tidak
akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang tidak mempunyai
hati untuk menerima Dia (ref. Mat. 7:6).
Kita perlu mengetahui bahwa baptisan Roh Kudus yaitu sebuah
janji: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang
baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan
memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya”
(Luk. 11:13). Bila kita belum menerima Roh Kudus, kita harus terus
berdoa dengan iman, percaya dengan tanpa keraguan bahwa Allah akan
mengabulkan permohonan kita pada waktunya. Kita perlu mengingat
bahwa Allah datang ke dunia agar kita semua mempunyai kesempatan
untuk hidup berkelimpahan (Yoh. 10:10) – sebuah kehidupan yang
dimungkinkan melalui baptisan dan kepenuhan Roh Kudus (Yoh. 4:14;
7:38).
Sejak hari Pentakosta, saat gereja mula-mula mulai berkembang
dengan pesat, Iblis melak
.jpeg)






