Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 1





TAFSIRAN KITAB KEJADIAN KITAB MUSA 


Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab 

itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjuk-

kan keunggulannya. Sebab kitab ini yaitu  kitab terbaik yang pernah 

ditulis dan yang tiada bandingannya, kitab segala kitab, yang ber-

sinar seperti matahari dalam cakrawala pembelajaran. Buku-buku 

lain yang berharga dan berguna, seperti halnya bulan dan bintang, 

meminjam cahaya mereka darinya. Kita menyebutnya Kitab Suci, 

sebab kitab itu ditulis oleh orang-orang suci, dan digubah oleh Roh 

Kudus. Kitab itu secara sempurna bebas dari segala kesalahan dan 

niat jahat. Tujuannya yang nyata-nyata bisa disaksikan oleh pikiran 

yaitu  memajukan kekudusan di tengah-tengah manusia. Perkara-

perkara besar dari hukum dan Injil Tuhan  di sini dituliskan untuk 

kita, agar semua perkara itu bisa diringkas dalam kepastian yang 

lebih besar, agar bisa menyebar lebih luas, bertahan lebih lama, dan 

bisa diteruskan ke tempat-tempat yang jauh dan masa-masa ke 

depan dengan lebih murni dan utuh dibandingkan yang mungkin dilaku-

kan melalui laporan mulut dan tradisi. sebab  itu, sangat besarlah 

pertanggungjawaban kita jika sampai perkara-perkara yang perlu 

untuk damai sejahtera kita ini, sesudah  diserahkan kepada kita dalam 

hitam di atas putih seperti itu, kita abaikan begitu saja sebagai 

perkara yang aneh dan asing (Hos. 8:12). Naskah-naskah atau tulis-

an-tulisan dari beberapa penulis yang terilhami, mulai dari Musa 

sampai Rasul Yohanes, digabung bersama-sama dalam Alkitab yang 

terberkati ini. Di dalam tulisan-tulisan ini cahaya ilahi bersinar 

secara perlahan-lahan, seperti cahaya pagi, sampai seluruh kumpul-

an suci ini menjadi lengkap seperti sekarang ini. Syukur kepada 

Tuhan , sekarang kita memilikinya di tangan kita, dan tulisan-tulisan 

itu membuat hari benar-benar cerah, sebagaimana yang kita harap-

kan terjadi di sisi seberang sorga ini. Setiap bagiannya yaitu  baik, 

namun  semua bagian secara keseluruhan amatlah baik. Inilah pelita 

yang bercahaya di tempat yang gelap itu (2Ptr. 1:19), dan tanpa Alki-

tab, dunia ini menjadi tempat yang gelap. 

Di hadapan kita ada bagian dari Alkitab yang kita sebut Perjanjian 

Lama, yang berisi berbagai perbuatan dan segala kenangan tentang 

jemaat Tuhan  mulai dari penciptaan sampai mendekatnya kedatangan 

Kristus dalam rupa daging, yang kira-kira empat ribu tahun lamanya. 

Kebenaran-kebenaran yang diwahyukan pada waktu itu, hukum-

hukum yang ditetapkan pada waktu itu, ibadah-ibadah yang dijalan-

kan pada waktu itu, nubuatan-nubuatan yang diberikan pada waktu 

itu, dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut jemaat khusus itu, 

pengetahuan tentang semuanya ini disimpan bagi kita sejauh itu 

dipandang sesuai oleh Tuhan . Kitab ini disebut perjanjian, atau wasiat 

(diatheke), sebab kitab itu merupakan pernyataan tetap akan kehen-

dak Tuhan  berkenaan dengan manusia dalam bentuk persetujuan, 

dan akan berlaku jika  si pemberi wasiat sudah mati, Anak Domba 

yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Kitab ini 

disebut Perjanjian Lama, dalam hubungannya dengan Perjanjian 

Baru, yang tidak membatalkan dan menggantikannya, namun  memah-

kotai dan menyempurnakannya, dengan mendatangkan pengharapan 

yang lebih baik itu, yang diperlambangkan dan dinubuatkan di da-

lamnya. Perjanjian Lama masih tetap mulia, walaupun Perjanjian 

Baru jauh melampauinya dalam kemuliaan (2Kor. 3:9).   

Di hadapan kita ada bagian dari Perjanjian Lama itu yang kita 

sebut Pentateukh, atau kelima kitab Musa, hamba Tuhan yang meng-

ungguli semua nabi lain itu, dan yang memperlambangkan Sang Nabi 

Besar itu. Kitab-kitab Perjanjian Lama ini dibagi oleh Juruselamat 

kita ke dalam hukum, kitab-kitab para nabi, dan mazmur, atau 

hagiograf (tulisan-tulisan – pen.), dan kelima kitab ini yaitu  hukum. 

Sebab, kelima-limanya tidak saja berisi hukum-hukum yang diberi-

kan kepada Israel, dalam empat kitab terakhir, namun  juga hukum-

hukum yang diberikan kepada Adam, kepada Nuh, dan kepada 

Abraham, dalam kitab pertama. Kelima kitab ini, sejauh yang kita 

ketahui, yaitu  kitab-kitab pertama yang pernah ditulis. Sebab, tidak 

disebutkan sedikit pun tentang tulisan lain dalam seluruh Kitab 

Kejadian, tidak pula sampai Tuhan  menyuruh Musa untuk menulis 

(Kel. 17:14). Dan sebagian orang berpendapat bahwa Musa sendiri 

tidak pernah belajar menulis sampai Tuhan  menunjukkan kepadanya 

salinan tulisan-Nya dalam Sepuluh Perintah Tuhan  pada loh-loh batu. 

Bagaimanapun juga, kita yakin bahwa kelima kitab ini yaitu  

tulisan-tulisan paling kuno yang masih ada sekarang, dan oleh sebab 

itu yang paling baik dalam memberi kita penjelasan yang memuaskan 

tentang perkara-perkara yang paling kuno.  

Di hadapan kita ada kitab yang pertama dan terpanjang dari 

kelima kitab itu, yang kita sebut Kejadian, yang ditulis, menurut 

sebagian orang, saat  Musa berada di Midian, untuk mengajar dan 

menghibur saudara-saudaranya yang menderita di Mesir. namun  saya 

lebih berpendapat bahwa ia menulisnya di padang gurun, sesudah  ia 

berada di gunung bersama Tuhan , di mana, ada kemungkinan, ia 

menerima pengajaran-pengajaran secara penuh dan khusus untuk 

menuliskannya. Dan, sama seperti Musa membentuk Kemah Suci, 

demikian pula ia membentuk bangunan yang lebih unggul dan lebih 

bertahan lama untuk kitab ini, persis seperti rancangan yang ditun-

jukkan kepadanya di gunung. Rancangan yang diperolehnya di 

gunung itu lebih baik dalam memastikan kebenaran segala perkara 

yang termuat di sini dibandingkan yang bisa dipastikan di dalam tradisi-

tradisi lain yang kemungkinan diteruskan dari Adam ke Metusalah, 

dari Metusalah ke Sem, dari Sem ke Abraham, dan seterusnya sam-

pai kepada keluarga Yakub. Kejadian atau Genesis yaitu  nama yang 

dipinjam dari bahasa Yunani. Kata itu berarti asal-usul, atau silsilah. 

Tepatlah kitab ini disebut demikian, sebab kitab ini yaitu  sejarah 

asal-usul, mengenai penciptaan dunia, masuknya dosa dan maut ke 

dalamnya, penemuan-penemuan berbagai keterampilan, munculnya 

bangsa-bangsa, dan terutama penanaman jemaat Tuhan , dan keada-

annya pada masa-masa awal. Kitab ini juga merupakan sejarah ketu-

runan, yakni keturunan Adam, Nuh, Abraham, dan seterusnya. Ini 

silsilah tanpa akhir, namun  berguna. Permulaan Perjanjian Baru juga 

disebut Kejadian (Mat. 1:1), Biblos geneseos, kitab kejadian, atau sil-

silah, dari Yesus Kristus. Terpujilah Tuhan  untuk kitab Perjanjian Baru 

itu, yang menunjukkan kepada kita obat penyembuh, sementara kitab 

Perjanjian Lama ini membuka luka kita. Tuhan, bukakanlah mata 

kami, agar kami dapat melihat perkara-perkara yang ajaib baik dari 

Taurat-Mu maupun dari Injil-Mu!  

 

PASAL  1   

arena dasar dari seluruh agama terletak pada hubungan kita 

dengan Tuhan  sebagai Pencipta kita, maka pantaslah jika kitab 

yang berisi pewahyuan-pewahyuan ilahi yang dimaksudkan sebagai 

pembimbing, penopang, dan pedoman agama di dunia dimulai, se-

bagaimana demikian adanya, dengan gambaran yang jelas dan utuh 

tentang penciptaan dunia. Ini juga untuk menjawab pertanyaan yang 

pertama-tama tebersit dalam hati nurani yang baik,  Di mana Tuhan , 

yang membuat aku?” (Ayb. 35:10). Berkenaan dengan hal ini para 

filsuf kafir secara menyedihkan membuat kesalahan yang bodoh, dan 

pikiran mereka menjadi sia-sia. Sebagian dari mereka menegaskan 

bahwa dunia itu kekal dan ada dengan sendirinya, dan sebagian yang 

lain menganggapnya berasal dari kumpulan atom-atom secara kebe-

tulan. Demikianlah,  dunia tidak mengenal Tuhan  oleh hikmatnya,” 

malah justru dengan bersusah payah kehilangan Dia. Oleh sebab  

itu, Kitab Suci pertama-tama memaparkan asas terang alam yang 

tidak tertutup kabut ini. Sebab rancangan Kitab Suci, melalui agama 

wahyu, yaitu  untuk memelihara dan mengembangkan agama alami, 

memperbaiki kerusakan-kerusakannya dan melengkapi kekurangan-

kekurangannya, sejak kejatuhan manusia, untuk memulihkan kem-

bali perintah-perintah hukum alam. Asas yang dimaksud yaitu  bah-

wa dunia ini, pada awal mula waktu, diciptakan oleh Sang Ada yang 

mempunyai hikmat dan kuasa tak terbatas, yang telah ada sebelum 

segala waktu dan segala dunia. Pengenalan akan firman Tuhan  mem-

beri terang ini (Mzm. 119:130). Ayat pertama dari Alkitab memberi 

kita pengetahuan yang lebih pasti dan lebih baik, lebih memuaskan 

dan lebih berguna, tentang asal-usul alam semesta, dibandingkan semua 

jilid buku karya para filsuf. Iman yang hidup pada orang-orang 

Kristen yang rendah hati dapat memahami perkara ini dengan lebih 

baik dibandingkan angan-angan yang membumbung tinggi pada orang-

orang yang paling cerdas (Ibr. 11:3). 

Kita mendapati tiga hal dalam pasal ini:  

I.  Gagasan umum yang diberikan kepada kita tentang karya 

penciptaan (ay. 1-2).  

II. Gambaran khusus tentang karya beberapa hari, yang dicatat, 

seperti dalam buku harian, secara sendiri-sendiri dan ber-

urutan. Penciptaan terang pada hari pertama (ay. 3-5), cakra-

wala pada hari kedua (ay. 6-8), laut, bumi, dan segala isinya 

pada hari ketiga (ay. 9-13), benda-benda penerang di langit 

pada hari keempat (ay. 14-19), ikan-ikan dan burung-burung 

pada hari kelima (ay. 20-23), binatang-binatang (ay. 24-25), 

manusia (ay. 26-28), dan makanan bagi keduanya pada hari 

keenam (ay. 29-30).  

III. Seluruh karya itu dilihat kembali dan diterima dengan baik 

(ay. 31). 

Penciptaan Hari Pertama 

(1:1-2) 

1 Pada mulanya Tuhan  menciptakan langit dan bumi. 2 Bumi belum berbentuk 

dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Tuhan  melayang-

layang di atas permukaan air. 

Dalam kedua ayat di atas kita mendapati karya penciptaan dalam 

bentuknya yang ringkas dan pada masanya yang awal.   

I.  Dalam bentuknya yang ringkas (ay. 1), yang di dalamnya kita 

mendapati, bagi penghiburan kita, butir pertama dari pengakuan 

iman kita, bahwa Tuhan  Bapa yang Mahakuasa yaitu  Pencipta la-

ngit dan bumi, dan sebagai Penciptalah kita percaya kepada-Nya.  

1.  Amatilah, dalam ayat ini, empat hal: 

(1) Hasil yang dibuat – langit dan bumi, maksudnya, dunia, 

termasuk seluruh kerangka dan perlengkapan alam semes-

ta, bumi dan segala isinya (Kis. 17:24). Dunia yaitu  ru-

mah yang besar, terdiri dari tingkat atas dan tingkat ba-

wah, susunannya megah dan besar, merata dan nyaman, 

dan setiap kamarnya secara baik dan bijak dilengkapi 

dengan perabotan. Bagian ciptaan yang kelihatanlah yang 

ingin dijelaskan Musa di sini. Oleh sebab itu, ia tidak me-


 3

nyebutkan penciptaan para malaikat. namun , sama seperti 

bukan hanya permukaan bumi yang dihiasi dengan rerum-

putan dan bunga-bungaan, namun  juga isi perutnya diper-

kaya dengan logam-logam dan batu-batu permata (yang 

lebih berharga dan lebih menyerupai sifat bumi dalam ke-

padatannya, meskipun penciptaannya tidak disebutkan di 

sini), demikian pula langit tidak saja dipercantik bagi mata 

kita dengan benda-benda penerang yang mulia yang meng-

hiasi permukaan luarnya, yang penciptaannya kita baca di 

sini, namun  juga di dalamnya dilengkapi dengan makhluk-

makhluk yang mulia, yang luput dari pandangan kita. 

Makhluk-makhluk tersebut lebih bersifat sorgawi, dan jauh 

melampaui benda-benda penerang itu dalam nilai dan 

keunggulan, melebihi emas atau batu nilam yang melam-

paui bunga-bunga bakung di ladang. Dalam dunia yang 

kelihatan, mudah untuk mengamati,  

[1] Keanekaragaman yang besar, beberapa jenis makhluk 

yang amat sangat berbeda dalam sifat dan rupa antara 

satu dengan yang lain: Betapa banyak perbuatan-Mu, ya 

TUHAN, dan betapa baik semuanya!  

[2] Keindahan yang agung. Langit yang biru dan bumi yang 

hijau memesonakan mata orang yang mengamatinya 

dengan rasa ingin tahu, apalagi perhiasan-perhiasan 

yang melekat padanya. Jadi, betapa keindahan Pencip-

tanya jauh melampaui segala yang ada di dunia!  

[3] Kepastian dan ketepatan yang luar biasa. Bagi orang 

yang, dengan bantuan mikroskop, mengamati dari de-

kat pekerjaan-pekerjaan alam, maka semua itu tampak 

lebih halus dibandingkan karya-karya seni apa saja.  

[4] Kuasa yang besar. Yang ada pada setiap makhluk bu-

kanlah segumpal materi yang mati dan tidak bergerak, 

melainkan ada kekuatan, sedikit banyak, di dalam ma-

sing-masing dari mereka: bumi sendiri pun mempunyai 

kekuatan magnet. 

[5] Keteraturan yang amat rapi, kesalingtergantungan da-

lam hubungan antarmakhluk, keselarasan yang tepat 

pada gerakan-gerakan, dan keterkaitan serta hubungan 

sebab akibat yang mengagumkan.  


 4

[6] Misteri besar. Di dalam alam ada penampakan-penam-

pakan yang tidak bisa diketahui, dan rahasia-rahasia 

yang tidak bisa dipahami atau dijelaskan. namun  dari 

apa yang kita lihat pada langit dan bumi, kita dapat 

dengan mudah mengenali kekuasaan yang kekal dan 

ilahi dari Sang Pencipta yang agung, dan dapat meleng-

kapi diri kita dengan pokok-pokok pujian yang berlim-

pah untuk-Nya. Dan biarlah penciptaan serta tempat 

kita, sebagai manusia, mengingatkan kita akan kewajib-

an kita sebagai orang-orang Kristen, yaitu untuk selalu 

menempatkan sorga dalam pandangan mata kita, dan 

bumi di bawah kaki kita. 

(2) Pencipta dan Penyebab dari pekerjaan yang besar dan 

agung ini, yaitu Tuhan . Bahasa Ibraninya yaitu  Elohim, 

yang menunjukkan,  

[1] Kuasa Tuhan  Sang Pencipta. El berarti Tuhan  yang kuat. 

Dan adakah kekuatan yang kurang dari mahakuasa 

yang bisa mengadakan segala sesuatu dari ketiadaan?  

[2] Kejamakan dari pribadi-pribadi dalam ke-Tuhan an: Bapa, 

Anak, dan Roh Kudus. Nama Tuhan  yang jamak ini, dalam 

bahasa Ibrani, yang berbicara tentang Dia sebagai ba-

nyak meskipun Dia satu, mungkin bagi orang-orang 

bukan-Yahudi menjadi bau kematian yang mematikan, 

yang membuat mereka berkeras dalam penyembahan 

berhala mereka. namun , bagi kita itu yaitu  bau kehi-

dupan yang menghidupkan, yang meneguhkan iman 

kita pada ajaran Trinitas, yang, meskipun hanya tersirat 

secara gelap dalam Perjanjian Lama, dengan jelas di-

singkapkan dalam Perjanjian Baru. Anak Tuhan , Sang 

Firman dan Hikmat kekal dari Bapa, ada bersama-sama 

dengan Bapa saat  Bapa menciptakan dunia (Ams. 

8:30). Bahkan, kita sering kali diberi tahu bahwa dunia 

diciptakan oleh-Nya, dan tiada suatu pun yang dijadi-

kan tanpa-Nya (Yoh. 1:3, 10; Ef. 3:9; Kol. 1:16; Ibr. 1:2). 

Oh, betapa hal ini seharusnya membangkitkan pikiran-

pikiran yang luhur dalam benak kita akan Tuhan  yang 

besar itu, yang kepada-Nya kita datang mendekat di 

dalam ibadah-ibadah, dan akan Sang Pengantara yang 


 5

agung itu, yang di dalam nama-Nya kita datang men-

dekat! 

(3)  Cara pekerjaan ini terlaksana: Tuhan  menciptakannya, yaitu, 

mengadakannya dari ketiadaan. Tidak ada materi apa pun 

yang sudah ada sebelumnya, yang darinya dunia dihasil-

kan. Ikan dan burung memang dihasilkan dari air, dan 

hewan serta manusia dari tanah. namun  tanah dan air itu 

diadakan dari ketiadaan. Dengan kekuatan alam biasa, 

mustahil apa saja diadakan dari ketiadaan. Tidak ada 

pekerja yang bisa bekerja jika ia tidak mempunyai sesuatu 

untuk dikerjakannya. namun  dengan kekuatan mahakuasa 

dari Tuhan , bukan saja mungkin bahwa sesuatu diadakan 

dari ketiadaan (Tuhan  alam semesta tidak tunduk pada 

hukum-hukum alam), namun  juga bahwa dalam penciptaan 

mustahillah jika tidak demikian adanya, sebab tidak ada 

yang lebih menghina kehormatan Sang Hikmat Kekal selain 

anggapan bahwa materi itu kekal. Demikianlah keunggulan 

dari kekuasaan itu berasal dari Tuhan , dan segala kemulia-

an hanyalah untuk-Nya.  

(4) Kapan pekerjaan ini terlaksana: Pada mulanya, maksud-

nya, pada permulaan waktu, saat  jarum jam pertama-

tama diputar: waktu dimulai dengan dihasilkannya makh-

luk-makhluk yang diukur oleh waktu. Sebelum permulaan 

waktu, tidak ada yang lain selain Sang Ada (Ujud) Tak 

Terbatas itu, yang mendiami kekekalan. Jika kita bertanya 

mengapa Tuhan  tidak menciptakan dunia lebih awal, maka 

kita hanya menggelapkan kebijaksanaan dengan kata-kata 

yang hampa pengetahuan. Sebab, bagaimana mungkin ada 

yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian di dalam ke-

kekalan? Dan Ia sungguh-sungguh menciptakannya pada 

permulaan waktu, sesuai dengan kebijaksanaan-kebijak-

sanaan kekal-Nya sebelum segala waktu. Ada pepatah di 

kalangan rabi-rabi Yahudi, bahwa ada tujuh hal yang dicip-

takan Tuhan  sebelum dunia ada, yang dengannya mereka 

hanya bermaksud mengungkapkan keunggulan dari hal-

hal ini: Hukum, pertobatan, firdaus, dunia orang mati, takh-

ta kemuliaan, bait suci, dan nama Mesias. namun  cukuplah 

bagi kita untuk berkata, pada mulanya yaitu  Firman (Yoh. 

1:1). 


 6

2.  Marilah kita belajar dari hal ini,  

(1) Bahwa atheisme (paham yang mengatakan bahwa Tuhan 

tidak ada – pen.) yaitu  kebodohan, dan orang-orang yang 

tidak percaya pada Tuhan yaitu  orang yang paling bodoh 

di alam ini. Sebab, mereka sudah melihat dunia yang tidak 

bisa menciptakan dirinya sendiri, namun masih juga tidak 

mau mengakui bahwa ada Tuhan  yang menciptakannya. 

sebab  itu, tidak ada alasan apa pun bagi mereka untuk 

berdalih, selain bahwa ilah dari dunia ini telah membuta-

kan pikiran mereka.  

(2) Bahwa Tuhan  yaitu  Tuhan yang berdaulat atas segala 

sesuatu dengan hak yang tak dapat diganggu gugat. Jika 

Dia Pencipta, maka tidak diragukan lagi bahwa Dia juga 

Penguasa serta Pemilik sorga dan bumi.  

(3) Bahwa bagi Tuhan  segala sesuatu itu mungkin, dan oleh se-

bab itu berbahagialah orang-orang yang memiliki-Nya seba-

gai Tuhan  mereka, dan yang pertolongan serta pengharapan 

mereka ada dalam nama-Nya (Mzm. 121:2; 124:8).  

(4) Bahwa Tuhan  yang kita layani layak menerima, dan juga 

jauh lebih tinggi mengatasi, segala puji dan hormat (Neh. 

9:5-6). Jika Ia menciptakan dunia, maka Ia tidak memerlu-

kan pelayanan-pelayanan kita, tidak pula Ia bisa diuntung-

kan olehnya (Kis. 17:24-25), namun sudah sewajarnya Ia 

menuntutnya, dan layak menerima puji-pujian dari kita 

(Why. 4:11). Jika segalanya berasal dari Dia, maka segala-

nya haruslah untuk-Nya.   

II. Inilah karya penciptaan pada awal mulanya (ay. 2), yang di dalam-

nya kita mendapat gambaran tentang materi yang pertama dan 

penggerak yang pertama.  

1.  Kekacauan yaitu  materi yang pertama. Kekacauan itu di sini 

disebut sebagai bumi (meskipun bumi, dalam arti yang se-

sungguhnya, tidak diciptakan sampai hari ketiga, ay. 10), 

sebab  kekacauan itu memang amat mirip dengan apa yang 

sesudah nya disebut bumi, bumi semata-mata, tanpa perhiasan-

perhiasannya. Betapa waktu itu bumi merupakan massa yang 

begitu berat dan tak teratur. Kekacauan itu juga disebut 

kedalaman, baik sebab  keluasannya maupun sebab  air-air

yang sesudah  itu dipisahkan dari bumi pada waktu itu masih 

bercampur dengannya. Massa air yang amat besar ini yaitu  

materi yang darinya semua benda, bahkan cakrawala dan 

langit yang kelihatan itu, dihasilkan sesudahnya oleh kuasa 

dari Sang Firman Kekal. Sang Pencipta bisa saja membuat 

pekerjaan-Nya sempurna sejak dari awal, namun  dengan lang-

kah secara bertahap-tahap seperti ini Ia ingin menunjukkan, 

dalam kehidupan biasa, seperti apa cara pemeliharaan dan 

anugerah-Nya. Amatilah gambaran tentang kekacauan ini.  

(1) Tidak ada apa pun di dalamnya yang indah untuk dilihat, 

sebab bumi belum berbentuk dan kosong. Tohu dan Bohu, 

kekacauan dan kehampaan. Begitulah kedua kata itu 

diartikan (Yes. 34:11). Bumi tidak berbentuk, tidak ber-

guna, tanpa penghuni, tanpa perhiasan, hanya bayangan 

atau rancangan kasar dari hal-hal yang akan datang, dan 

bukan hakikatnya (Ibr. 10:1). Bumi hampir jatuh kembali 

ke dalam keadaan yang sama sebab  dosa manusia, yang 

di dalamnya segala makhluk mengeluh. Lihat Yeremia 4:23, 

aku melihat kepada bumi, ternyata campur baur dan 

kosong. Bagi orang-orang yang hatinya terpatri pada sorga, 

dunia bawah ini, jika dibandingkan dengan dunia atas itu, 

masih tampak hanya sebagai kekacauan dan kehampaan. 

Tidak ada keindahan sejati yang bisa dilihat, tidak ada 

kepenuhan yang memuaskan yang bisa dinikmati di bumi 

ini, kecuali di dalam Tuhan  saja.  

(2) Sekalipun seandainya ada sesuatu yang indah untuk 

dilihat, tidak ada terang yang dengannya sesuatu itu bisa 

dilihat. Sebab, gelap gulita, kegelapan yang pekat, menutupi 

samudera raya. Tuhan  tidak menciptakan kegelapan ini 

(seperti dikatakan tentang-Nya bahwa Ia menciptakan 

kegelapan penderitaan, Yes. 45:7), sebab gelap itu hanya 

ada sebab  tidak adanya terang, yang pada waktu itu pun 

masih belum bisa dikatakan tidak ada, sampai ada sesuatu 

yang diciptakan yang bisa dilihat melaluinya. Tidak pula 

ketiadaan terang itu harus dikeluhkan dengan begitu rupa, 

sebab tidak ada yang bisa dilihat selain kekacauan dan 

kehampaan. Jika pekerjaan anugerah di dalam jiwa yaitu  

ciptaan baru, maka kekacauan ini menggambarkan keada-

an sebuah jiwa yang tidak diperbaharui dan tanpa anuge

rah: di sana ada ketidakteraturan, kekacauan, dan segala 

perbuatan jahat. Jiwa itu hampa akan segala kebaikan, 

sebab ia tanpa Tuhan . Jiwa itu gelap, ia yaitu  kegelapan 

itu sendiri. Inilah keadaan kita secara alami, sampai anu-

gerah yang mahakuasa membawa perubahan yang penuh 

berkat.  

2.  Roh Tuhan  yaitu  Penggerak yang pertama: Ia melayang-layang 

di atas permukaan air. jika  kita menimbang bumi yang 

tidak berbentuk dan kosong, tampak bagi saya bahwa bumi 

itu seperti lembah yang penuh dengan tulang-tulang yang mati 

dan kering. Dapatkah tulang-tulang ini hidup? Dapatkah 

massa materi yang kacau ini dibentuk menjadi sebuah dunia 

yang indah? Ya, jika roh hidup dari Tuhan  memasukinya (Yeh. 

37:9). Sekarang ada harapan untuk hal ini. Sebab, Roh Tuhan  

mulai bekerja, dan, jika Ia bekerja, siapa atau apa yang bisa 

menghalangi-Nya? Tuhan  dikatakan menciptakan dunia dengan 

Roh-Nya (Mzm. 33:6; Ayb. 26:13, KJV; TB:  nafas-Nya” – pen.). 

Dan oleh Sang Pekerja yang berkuasa inilah penciptaan yang 

baru terlaksana. Ia melayang-layang di atas permukaan air, 

seperti Elia yang mengunjurkan badannya di atas seorang 

anak yang sudah mati, seperti induk ayam mengumpulkan 

anak-anaknya di bawah sayapnya, dan mengiringi mereka ke 

mana-mana, untuk menghangatkan dan menyukakan mereka 

(Mat. 23:37). Atau juga, seperti burung rajawali yang meng-

goncang-goncang isi sarangnya dan melayang-layang di atas 

anaknya (kata yang sama itulah yang digunakan di sini) (Ul. 

32:11). Belajarlah dari hal ini, bahwa Tuhan  bukan saja Pen-

cipta segala sesuatu, melainkan juga Sumber dari kehidupan 

dan pergerakan. Materi yang mati akan selama-lamanya mati 

jika Ia tidak menghidupkannya. Dan hal ini membuat kita bisa 

percaya bahwa Tuhan  akan membangkitkan orang mati. Kuasa 

yang membawa dunia seperti ini keluar dari kebingungan, 

kehampaan, dan kegelapan pada permulaan waktu itu, pada 

akhir waktu juga dapat membangkitkan tubuh kita yang hina 

dari dalam kubur, meskipun itu negeri yang gelap gulita, dan 

kacau balau (Ayb. 10:22), dan dapat mengubahnya menjadi 

tubuh yang mulia. 

Kitab Kejadian 1:3-5 


Penciptaan Hari Pertama 

(1:3-5)  

3 Berfirmanlah Tuhan :  Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. 4 Tuhan  melihat 

bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5 Dan 

Tuhan  menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan 

jadilah pagi, itulah hari pertama. 

Kita mendapati di sini gambaran lebih jauh tentang pekerjaan pada 

hari pertama, yang di dalamnya amatilah,  

1.  Bahwa yang pertama yang diciptakan Tuhan  dari semua makhluk 

yang kelihatan yaitu  terang. Bukan berarti bahwa agar dengan 

terang itu Ia sendiri bisa melihat untuk bekerja (sebab baik 

kegelapan maupun terang sama saja bagi-Nya), namun  bahwa agar 

dengan terang itu kita bisa melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya dan 

kemuliaan-Nya di dalam pekerjaan-pekerjaan itu, dan bisa me-

ngerjakan pekerjaan-pekerjaan kita selama hari masih terang. Pe-

kerjaan-pekerjaan Iblis dan pengikut-pengikutnya yaitu  peker-

jaan-pekerjaan kegelapan. namun  barangsiapa melakukan yang 

benar, dan berbuat baik, ia datang kepada terang, dan mengingin-

kannya, supaya perbuatan-perbuatannya menjadi nyata (Yoh. 

3:21). Terang yaitu  keindahan dan berkat besar bagi alam se-

mesta. Sebagai anak sulung, terang, dari semua ciptaan yang 

kelihatan, paling menyerupai Orangtuanya yang agung dalam hal 

kemurnian dan kekuasaan, kecemerlangan dan kemurahan hati. 

Terang mengenal roh dengan dekat, dan berhubungan dengannya. 

Meskipun dengan terang kita melihat hal-hal lain, dan yakin bah-

wa terang itu ada, namun kita tidak mengetahui hakikatnya, 

tidak pula kita bisa menggambarkan apa terang itu, atau di mana-

kah jalan ke tempat terang berpencar (Ayb. 38:19, 24). Dengan 

melihat terang itu, marilah kita dituntun untuk, dan dibantu di 

dalam, merenungkan dan mempercayai Dia yang yaitu  terang, 

terang yang tak terbatas dan kekal (1Yoh. 1:5), dan Bapa segala 

terang (Yak. 1:17), yang bersemayam dalam terang yang tak 

terhampiri (1Tim. 6:16). Dalam ciptaan baru, hal pertama yang 

dikerjakan di dalam jiwa yaitu  terang: Roh yang penuh berkat 

menundukkan kehendak dan perasaan-perasaan dengan mence-

rahkan pengertian, dan dengan demikian masuk ke dalam hati 

melalui pintu, seperti gembala yang baik yang memiliki domba-

dombanya, sementara dosa dan Iblis, seperti pencuri dan peram-


 10

pok, memanjat dari jalan lain. Orang yang oleh dosa menjadi 

gelap, oleh anugerah menjadi terang di dalam dunia.  

2. Bahwa terang dijadikan oleh firman kuasa Tuhan . Ia berkata, 

jadilah terang. Ia menghendaki dan menetapkannya, maka itu 

pun terlaksana dengan segera: terang itu jadi, salinan yang persis 

seperti gagasan asli di dalam Sang Hikmat Kekal. Oh betapa ber-

kuasanya firman Tuhan ! Dia berfirman, maka semuanya jadi, 

benar-benar jadi, terlaksana dengan baik, dan untuk selama-

lamanya, bukan sekadar untuk gagah-gagahan, dan untuk meme-

nuhi kebutuhan sekarang, sebab Dia memberi perintah, maka 

semuanya ada: bagi Dia itu yaitu  dictum, factum – sepatah kata, 

dan sebuah dunia. Firman Tuhan  (yaitu, kehendak-Nya dan kese-

nangan akan kehendak-Nya) yaitu  cepat dan penuh kuasa. 

Kristus yaitu  Sang Firman, Firman yang hakiki dan kekal, dan 

oleh-Nya terang dijadikan, sebab dalam Dia ada terang, dan 

Dialah terang yang sesungguhnya, terang dunia (Yoh. 1:9; 9:5). 

Terang ilahi yang bersinar dalam jiwa-jiwa yang dikuduskan 

dikerjakan oleh kuasa Tuhan , kuasa firman-Nya, dan kuasa Roh 

hikmat serta pewahyuan, yang membuka pengertian, mengusir 

kabut-kabut ketidaktahuan dan kekeliruan, dan memberi  

pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan  yang tampak pada wajah 

Kristus, seperti pada mulanya, Tuhan  telah berfirman:  Dari dalam 

gelap akan terbit terang!” (2Kor. 4:6). Kegelapan akan selama-

lamanya menimpa wajah manusia yang sudah jatuh ke dalam 

dosa itu andaikata Anak Tuhan  tidak datang dan mengaruniakan 

pengertian kepada kita (1Yoh. 5:20).  

3.  Bahwa terang yang dikehendaki Tuhan , saat  jadi, dikenan oleh-

Nya: Tuhan  melihat bahwa terang itu baik. Terang itu tepat seperti 

yang telah dirancangkan-Nya, dan sesuai untuk memenuhi 

tujuan yang telah Ia rancangkan. Terang itu berguna dan berman-

faat. Dunia, yang sekarang yaitu  sebuah istana, akan menjadi 

lorong yang gelap gulita tanpanya. Terang itu baik dan menye-

nangkan. Terang itu menyenangkan (Pkh. 11:7). Terang itu menyu-

kakan hati (Ams. 15:30). Apa yang diperintahkan Tuhan  akan di-

kenan-Nya dan diterima-Nya dengan penuh rahmat. Ia akan amat 

berkenan pada buatan tangan-Nya sendiri. Yang benar-benar baik 

yaitu  yang dipandang baik oleh Tuhan , sebab Ia tidak melihat 

seperti manusia melihat. Jika terang itu baik, betapa baiknya Dia 

yang yaitu  Sumber terang, yang dari-Nya kita menerima terang 

Kitab Kejadian 1:3-5 

 11

itu, dan yang kepada-Nya kita berutang untuk memberi  segala 

pujian atas terang itu, dan atas segala pelayanan yang kita 

lakukan dengan terang itu! 

4. Bahwa Tuhan  memisahkan terang itu dari gelap, dan dengan demi-

kian menceraikan mereka sehingga tidak akan pernah berpadu 

bersama-sama, atau didamaikan. Sebab persamaan apakah ter-

dapat antara terang dan gelap? (2Kor. 6:14). Namun, Ia membagi-

bagi waktu di antara mereka, siang untuk terang dan malam 

untuk gelap, dalam pergantian yang terus-menerus dan teratur 

satu terhadap yang lain. Meskipun gelap sekarang diusir oleh 

terang, namun ia tidak dikutuk untuk musnah selama-lamanya, 

namun  muncul secara bergiliran dengan terang, dan mempunyai 

tempatnya sendiri, sebab  ada kegunaannya. Sebab, sama seperti 

terang pagi menemani pekerjaan di siang hari, demikian pula 

bayang-bayang malam menemani istirahat di malam hari, dan 

menutup tirai di sekeliling kita, agar kita bisa tidur lebih nyenyak. 

Lihat Ayub 7:2. Tuhan  sudah membagi-bagi waktu seperti itu 

antara terang dan gelap, sebab  Ia ingin mengingatkan kita setiap 

hari bahwa dunia ini yaitu  dunia campuran dan perubahan. Di 

sorga ada terang yang sempurna dan abadi, dan tidak ada gelap 

sama sekali. Di neraka, ada kegelapan yang teramat pekat, dan 

tidak ada secercah terang sedikit pun. Di antara dua alam ini 

terbentang jurang lebar yang berdiri tetap. namun , di dunia ini, 

terang dan gelap datang silih berganti, dan dari hari ke hari kita 

berpindah dari yang satu ke yang lain. Ini agar kita bisa belajar 

menghadapi pergantian-pergantian serupa dalam pemeliharaan 

Tuhan , yaitu damai dan kesusahan, sukacita dan dukacita, dan se-

terusnya. Dan agar kita bisa mempertentangkan yang satu terha-

dap yang lain, menyesuaikan diri dengan kedua-duanya seperti 

kita menyesuaikan diri dengan terang dan gelap, menyambut ke-

dua-duanya, dan memanfaatkan keduanya sebaik-baiknya.  

5. Bahwa Tuhan  memisahkan mereka satu sama lain dengan nama-

nama tersendiri: Ia menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. 

Ia memberi mereka nama, sebagai Tuhan atas keduanya. Sebab 

punya Dialah siang, punya Dialah juga malam (Mzm. 74:16). Dia 

Tuhan atas waktu, dan akan tetap demikian, hingga siang dan 

malam berakhir, dan aliran waktu tertelan dalam lautan keke-

kalan. Marilah kita mengakui Tuhan  dalam pergantian siang dan 

malam yang terus-menerus, dan menyucikan keduanya bagi 


 12

kehormatan-Nya, dengan bekerja untuk Dia setiap siang dan ber-

istirahat di dalam Dia setiap malam, dan merenungkan hukum-

Nya siang dan malam.  

6.  Bahwa ini yaitu  pekerjaan pada hari pertama, dan sungguh itu 

pekerjaan yang baik untuk sehari. Jadilah petang dan jadilah 

pagi, itulah hari pertama. Kegelapan malam sudah ada sebelum 

terang pagi, agar ia bisa dikalahkan oleh terang pagi, agar ia me-

mulainya, dan membuatnya bersinar semakin cemerlang. Ini 

bukan saja hari pertama di dunia, melainkan juga hari pertama 

dalam seminggu. Saya memperhatikan hal ini bagi kehormatan 

hari itu, sebab  dunia yang baru dimulai juga pada hari pertama 

dalam seminggu, dalam kebangkitan Kristus, sebagai terang du-

nia, saat  hari masih pagi benar. Di dalam Dia fajar dari atas 

telah menyongsong dunia. Dan berbahagialah kita, selama-lama-

nya berbahagia, jika bintang timur itu terbit bersinar di dalam hati 

kita.   

Penciptaan Hari Kedua  

(1:6-8) 

6 Berfirmanlah Tuhan :  Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memi-

sahkan air dari air.” 7 Maka Tuhan  menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan 

air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah 

demikian. 8 Lalu Tuhan  menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan 

jadilah pagi, itulah hari kedua. 

Di sini kita melihat gambaran tentang pekerjaan pada hari kedua, 

penciptaan cakrawala, yang di dalamnya amatilah, 

1. Perintah Tuhan  berkenaan dengan penciptaan cakrawala itu: Jadi-

lah cakrawala, perluasan, begitulah artinya dalam bahasa Ibrani, 

seperti seprai yang terbentang, atau tirai yang dibukakan. Cakra-

wala ini mencakup semua yang kelihatan di atas bumi, di antara 

bumi dan langit ketiga: udara, ruang-ruangnya yang lebih tinggi, 

yang di tengah-tengah, dan yang lebih rendah – bola angkasa, dan 

semua benda-benda penerang di atas yang melingkar dan bulat. 

Cakrawala ini menjangkau tempat yang tinggi setinggi tempat di 

mana bintang-bintang terpasang, sebab di sini disebut cakrawala 

langit (ay. 14-15, KJV), dan menjangkau tempat yang rendah 

serendah tempat di mana burung-burung beterbangan, sebab itu 

juga disebut cakrawala langit (ay. 20, KJV). sesudah  Tuhan  menjadi-

kan terang, Ia menetapkan udara sebagai wadah dan kendaraan

Kitab Kejadian 1:6-8 

 13

bagi pancaran-pancarannya, dan sebagai sarana perhubungan di 

antara dunia yang tak kelihatan dan yang kelihatan. Sebab, 

walaupun di antara sorga dan bumi terbentang jarak yang tak 

terbayangkan jauhnya, namun di situ tak ada jurang yang tak 

terseberangi, sebagaimana yang ada di antara sorga dan neraka. 

Cakrawala ini bukanlah tembok pemisah, melainkan jalan untuk 

berhubungan. Lihat Ayub 26:7; 37:18; Mazmur 104:3; Amos 9:6.  

2.  Penciptaan cakrawala itu. Supaya jangan tampak seolah-olah 

Tuhan  hanya memerintahkannya untuk terlaksana, namun  orang 

lain yang mengerjakannya, Musa menambahkan, maka Tuhan  men-

jadikan cakrawala. Apa yang dituntut Tuhan  dari kita dikerjakan-

Nya sendiri di dalam diri kita, atau itu tidak akan terlaksana. Dia 

yang memerintahkan iman, kekudusan, dan kasih, menciptakan 

semua itu dengan kuasa anugerah-Nya yang menyertai firman-

Nya, agar Ia mendapat segala pujian. Tuhan, berikanlah apa yang 

Engkau perintahkan, lalu perintahkanlah apa yang Engkau se-

nangi. Cakrawala dikatakan sebagai buatan jari Tuhan  (Mzm. 8:4). 

Meskipun keluasan cakupannya menyatakan cakrawala sebagai 

buatan tangan-Nya yang terentang, namun kerincian yang menga-

gumkan dari susunannya menunjukkan bahwa cakrawala itu 

merupakan suatu karya seni yang menakjubkan, buatan jari-Nya.  

3.  Maksud dan rancangan dari cakrawala itu – untuk memisahkan 

air dari air, yaitu, untuk membedakan antara air yang terbungkus 

di awan-awan dan air yang menutupi lautan, air di udara dan air 

di bumi. Lihatlah perbedaan di antara keduanya yang diamati de-

ngan saksama (Ul. 11:10-11), di mana Kanaan menurut gambaran 

ini lebih unggul dibandingkan Mesir, sebab  Mesir menjadi lembab dan 

subur oleh air yang berasal dari bawah cakrawala, namun  Kanaan 

oleh air yang berasal dari atas, dari cakrawala, bahkan embun 

sorga, yang tidak menanti-nantikan orang (Mi. 5: 6). Tuhan , dalam 

cakrawala kekuasaan-Nya, mempunyai ruang-ruang, ruang-ruang 

persediaan, yang dari sana Ia memberi minum bumi (Mzm. 104:13; 

65:10-11). Ia juga mempunyai perbendaharaan, atau gudang, 

salju dan hujan batu, yang disimpan-Nya untuk waktu pertempur-

an dan peperangan (Ayb. 38:22-23). Oh, betapa Dia yaitu  Tuhan  

yang besar, yang telah memberi  persediaan begitu rupa demi 

penghiburan semua orang yang melayani Dia dan kekacauan bagi 

semua orang yang membenci Dia! Sungguh baik memiliki-Nya se-


 14

bagai Teman kita, dan celakalah bila memiliki-Nya sebagai Musuh 

kita.  

4. Cakrawala diberi nama: Ia menamai cakrawala itu langit. Cakra-

wala itu yaitu  langit yang kelihatan, jalan setapak kota suci. Di 

atas cakrawala Tuhan  dikatakan mendirikan takhta-Nya (Yeh. 

1:26), sebab Ia telah menyiapkannya di sorga. Oleh sebab itu, 

sorga dikatakan mempunyai kekuasaan (Dan. 4:26). Bukankah 

Tuhan  bersemayam di langit yang tinggi? (Ayb. 22:12). Ya, benar, 

dan dengan merenungkan langit yang tampak oleh mata kita, kita 

haruslah dituntun untuk memikirkan Bapa kita yang di sorga. 

Tingginya langit haruslah mengingatkan kita akan kedaulatan 

Tuhan  dan jarak tak terkira yang terentang di antara kita dan Dia. 

Kecemerlangan langit dan kemurniannya haruslah mengingatkan 

kita akan kemuliaan-Nya, kebesaran-Nya, dan kekudusan-Nya 

yang sempurna. Luasnya langit, dilingkupinya bumi, dan penga-

ruh yang dimilikinya atas bumi, haruslah mengingatkan kita akan 

dalam dan luasnya pemeliharaan-Nya. 

Penciptaan Hari Ketiga  

(1:9-13) 

9 Berfirmanlah Tuhan :  Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul 

pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. 10 

Lalu Tuhan  menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya 

laut. Tuhan  melihat bahwa semuanya itu baik. 11 Berfirmanlah Tuhan :  Hen-

daklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang 

berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang ber-

biji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian. 12 Tanah 

itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang 

berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang ber-

biji. Tuhan  melihat bahwa semuanya itu baik. 13 Jadilah petang dan jadilah 

pagi, itulah hari ketiga. 

Pekerjaan pada hari ketiga diceritakan dalam perikop di atas, yaitu 

pembentukan laut dan tanah kering, dan bumi dibuat menjadi 

subur. Sampai saat ini kekuasaan Sang Pencipta sudah dikerahkan 

dan dicurahkan di sekitar bagian atas dari dunia yang kelihatan. 

Terang langit dinyalakan, dan cakrawala langit ditetapkan: namun  

sekarang Ia turun ke dunia bawah ini, bumi, yang dirancang bagi 

anak-anak manusia, dirancang baik untuk mereka tinggali maupun 

untuk mereka pelihara. Dan di sini kita mendapati gambaran bagai-

mana bumi dibuat cocok untuk dtinggali dan dipelihara manusia,

Kitab Kejadian 1:9-13 

 15

dan bagaimana rumah mereka dibangun serta makanan mereka 

dipersiapkan. Amatilah,   

I.  Bagaimana bumi dipersiapkan untuk menjadi tempat kediaman 

manusia, dengan mengumpulkan semua air bersama-sama, dan 

membuat tanah yang kering muncul. Dengan demikian, bukannya 

ada kekacauan (ay. 2) saat  tanah dan air bercampur baur dalam 

satu massa yang besar, namun  lihatlah, sekarang, ada keteraturan, 

melalui pemisahan yang menjadikan tanah maupun air berguna. 

Tuhan  berkata, jadilah demikian, dan jadilah demikian. Apa yang 

dikatakan tidak lebih cepat dibandingkan apa yang terlaksana.  

1. Air-air yang sudah menutupi bumi diperintahkan untuk mun-

dur, dan untuk berkumpul di dalam satu tempat, yaitu, ce-

kungan-cekungan yang sudah disesuaikan dan ditunjuk 

sebagai penadahnya dan tempat peristirahatannya. Air-air itu, 

yang sudah dibersihkan seperti itu, dikumpulkan seperti itu, 

dan ditempatkan seperti itu di tempatnya yang semestinya, 

dinamai-Nya laut. Meskipun laut-laut itu banyak, ada di ber-

bagai wilayah yang berjauhan, dan menyirami sejumlah pan-

tai, namun, entah di atas atau di bawah tanah, laut-laut itu 

berhubungan satu sama lain, dan dengan demikian mereka 

semua satu, dan sama-sama menjadi wadah air, yang ke da-

lamnya semua sungai mengalir (Pkh. 1:7). Air dan laut sering 

kali, dalam Kitab Suci, melambangkan permasalahan dan 

penderitaan (Mzm. 42:8; 69:3, 15-16). Umat Tuhan  sendiri tidak 

luput dari semua permasalahan dan penderitaan di dunia ini. 

namun , sungguh menjadi penghiburan bagi mereka bahwa 

permasalahan dan penderitaan itu hanyalah air-air di bawah 

langit (tidak ada air di sorga), dan bahwa semuanya itu berada 

di tempat yang sudah ditetapkan Tuhan  bagi mereka dan di 

dalam batas-batas yang telah ditentukan-Nya bagi mereka. 

Bagaimana air-air dikumpulkan bersama-sama pada awalnya, 

dan bagaimana mereka masih terikat dan dibatasi oleh Yang 

Mahakuasa yang sama yang telah mengurungnya untuk 

pertama kali, digambarkan dengan indah dalam Mazmur 

104:6-9, dan disebutkan di sana sebagai pokok pujian. Orang-

orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal harus meng-

akui setiap hari akan hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang 

Pencipta, yang telah membuat perairan luas yang berguna bagi 


 16

manusia untuk berdagang dan berjual beli. Dan mereka yang 

tinggal di rumah harus mengakui bahwa mereka berutang ke-

pada Dia yang menetapkan batas laut, dan memasang palang 

dan pintunya, dan menghentikan gelombang-gelombangnya 

yang congkak (Ayb. 38:10-11).  

2.  Tanah yang kering dibuat tampak, dan muncul dari dalam air, 

dan dinamakan darat, dan diberikan kepada anak-anak manu-

sia. Darat itu, tampaknya, sudah ada sebelumnya. namun  ia 

tidak berguna, sebab  berada di bawah air. Demikianlah ba-

nyak pemberian Tuhan  diterima dengan sia-sia, sebab  pem-

berian-pemberian itu dikuburkan. Buatlah mereka muncul, 

maka mereka akan berguna. Kita yang, sampai pada hari ini, 

menikmati keuntungan tanah yang kering (meskipun, sejak 

saat itu, darat pernah tenggelam dalam air bah, dan kemudian 

dikeringkan lagi), harus mengakui bahwa kita tinggal di darat 

dengan menyewa, dan bergantung, pada Tuhan  yang tangan-

Nya membentuk darat itu (Mzm. 95:5; Yun. 1:9).    

II.  Bagaimana bumi diperlengkapi untuk memelihara dan menopang 

hidup manusia (ay. 11-12). Persediaan untuk kehidupan masa 

sekarang dibuat, dengan hasil-hasil yang langsung muncul dari 

bumi yang baru dimulai, yang, dalam kepatuhan pada perintah 

Tuhan , begitu dibuat langsung menjadi subur, dan menumbuhkan 

tunas-tunas muda bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan bagi kebu-

tuhan manusia. Persediaan juga dibuat untuk waktu yang akan 

datang, dengan menumbuhkan terus sejumlah jenis sayur-sayur-

an, yang banyak sekali jumlahnya, beraneka ragam, dan semua-

nya menakjubkan, dan masing-masing sesuai dengan jenisnya, 

sehingga, selama berlangsungnya kehidupan manusia di bumi, 

makanan bisa didapat dari tanah untuk digunakan dan diman-

faatkannya. Tuhan, apakah manusia, sehingga ia diindahkan dan 

dipedulikan seperti itu – sehingga perhatian yang begitu rupa di-

berikan, dan persediaan yang sedemikian rupa dibuat, untuk me-

nyokong dan memelihara nyawa-nyawa yang bersalah dan men-

jijikkan itu, yang sudah ribuan kali terhilang! Amatilah di sini,  

1.  Bahwa bukan saja bumi yaitu  kepunyaan Tuhan, melainkan 

juga segala isinya, dan Dia merupakan Pemilik yang sah serta 

Pemerintah yang berdaulat, bukan hanya atas bumi melainkan 

juga atas segala isinya. Bumi sebelumnya merupakan keham-

Kitab Kejadian 1:9-13 

 17

paan (ay. 2), namun  sekarang, dengan mengucapkan firman, ia 

telah penuh dengan segala kekayaan Tuhan , dan semua itu 

tetap kepunyaan-Nya – gandum-Nya dan anggur-Nya, kain bulu 

domba-Nya dan kain lenan-Nya (Hos. 2:8). Meskipun kita boleh 

memakai nya, hak miliknya tetap ada pada-Nya, dan un-

tuk melayani Dia serta demi kehormatan-Nyalah semua itu 

harus digunakan.  

2.  Bahwa pemeliharaan yang umum itu merupakan penciptaan 

yang terus berkelanjutan, dan di dalamnya Bapa kita bekerja 

sampai sekarang. Bumi masih berada di bawah perintah yang 

berkuasa ini, untuk menumbuhkan tunas-tunas muda, tum-

buh-tumbuhan, dan hasil-hasilnya setiap tahun. Dan walau-

pun semua ini, sebab  sesuai dengan peredaran alam secara 

biasa, bukanlah mujizat-mujizat yang tetap, namun mereka 

yaitu  contoh-contoh yang tetap dari kekuasaan yang tidak 

mengenal lelah dan kebaikan yang tiada habisnya dalam diri 

Sang Pencipta dan Tuan dunia yang agung itu.  

3.  Bahwa walaupun Tuhan , biasanya, memanfaatkan perantaraan 

penyebab-penyebab sekunder, sesuai dengan hakikat mereka, 

namun Ia tidak memerlukan mereka ataupun terikat pada me-

reka. Sebab, walaupun buah-buah berharga dari bumi biasa-

nya tumbuh sebab  pengaruh-pengaruh matahari dan bulan 

(Ul. 33:14), namun di sini kita mendapati bumi menghasilkan 

buah yang amat berlimpah, buah yang bisa matang, sebelum 

matahari dan bulan diciptakan.  

4. Bahwa sungguh baik jika kita menyediakan hal-hal yang dibu-

tuhkan sebelum kita perlu memakai nya: sebelum hewan 

dan manusia diciptakan, di sini tunas-tunas muda dan tum-

buh-tumbuhan sudah dipersiapkan bagi mereka. Demikianlah 

Tuhan  berhubungan dengan manusia secara bijak dan penuh 

rahmat. Maka janganlah manusia menjadi bodoh dan tidak 

bijak bagi dirinya sendiri.  

5. Bahwa Tuhan  haruslah mendapat kemuliaan atas segala keun-

tungan yang kita terima dari hasil-hasil bumi, entah untuk 

makanan atau tubuh jasmani kita. Dialah yang mendengarkan 

langit, saat  langit mendengarkan bumi (Hos. 2:20-21). Dan 

jika kita, melalui anugerah, mempunyai kepentingan di dalam 

Dia yang yaitu  sumber mata air, maka sekalipun sungai-


 18

sungai mengering dan pohon ara tidak berbunga kita dapat 

bersukacita di dalam Dia. 

Penciptaan Hari Keempat  

(1:14-19) 

14 Berfirmanlah Tuhan :  Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk 

memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi 

tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-

tahun, 15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu me-

nerangi bumi.” Dan jadilah demikian. 16 Maka Tuhan  menjadikan kedua benda 

penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan 

yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-

bintang. 17 Tuhan  menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, 

18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang 

dari gelap. Tuhan  melihat bahwa semuanya itu baik. 19 Jadilah petang dan 

jadilah pagi, itulah hari keempat. 

Inilah cerita tentang pekerjaan pada hari keempat, penciptaan mata-

hari, bulan, dan bintang-bintang, yang di sini tidak digambarkan se-

bagai benda-benda pada dirinya sendiri dan menurut hakikatnya 

sendiri, untuk memuaskan keingintahuan kita, melainkan dalam 

hubungannya dengan bumi ini, yang untuknya mereka berperan se-

bagai benda-benda penerang. Dan hal ini cukup untuk melengkapi 

kita dengan pokok pujian dan ucapan syukur. Ayub yang suci me-

nyebutkan hal ini sebagai contoh dari kekuasaan Tuhan  yang mulia, 

bahwa oleh nafas-Nya langit menjadi cerah (Ayb. 26:13). Dan di sini 

kita melihat gambaran dari perhiasan yang tidak saja memberi  

keindahan yang begitu rupa pada dunia atas, namun  juga menjadi 

berkat yang begitu rupa bagi dunia bawah ini. Sebab, meskipun 

langit itu tinggi, ia menghormati bumi ini, dan oleh sebab itu harus 

mendapat penghormatan darinya. Tentang penciptaan benda-benda 

penerang di langit kita mendapat gambarannya, 

I.   Secara umum (ay. 14-15), yang di dalamnya kita mendapati,  

1.  Perintah yang diberikan berkenaan dengan mereka: Jadilah 

benda-benda penerang pada cakrawala. Tuhan  sudah berkata, 

jadilah terang (ay. 3), lalu terang itu jadi. namun  terang ini, 

sepertinya, yaitu  terang yang kacau, tersebar di sana-sini 

dan tidak teratur: sekarang terang itu dikumpulkan dan di-

bentuk, dan dibuat menjadi beberapa benda penerang, dan 

dengan demikian menjadi lebih mulia serta lebih berguna. 

Tuhan  yaitu  Tuhan  atas keteraturan, dan bukan kekacauan.

Kitab Kejadian 1:14-19 

 19

 Dan, sama seperti Dia yaitu  terang, demikian pula Dia ada-

lah Bapa dan Pembentuk segala terang. Benda-benda pene-

rang itu harus berada pada cakrawala, permukaan luas yang 

melingkupi bumi itu, dan yang mencolok mata semua. Sebab 

tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menempatkannya 

di bawah tempat tidur, namun  ia menempatkannya di atas kaki 

dian (Luk. 8:16), dan kaki dian yang megah serta keemasan 

itulah cakrawala, yang darinya kaki-kaki dian ini memberi  

cahayanya kepada semua orang yang masuk ke dalam rumah. 

Cakrawala itu sendiri dikatakan sebagai sesuatu yang mempu-

nyai terang pada dirinya sendiri (Dan. 12:3), namun  terang ini 

tidak cukup untuk menerangi bumi. Dan mungkin sebab  

alasan ini tidak dikatakan dengan jelas tentang pekerjaan 

pada hari kedua, saat  cakrawala dijadikan, bahwa itu baik, 

sebab, sebelum terang itu dihiasi dengan benda-benda pene-

rang ini pada hari keempat, terang itu belum berguna bagi 

manusia.  

2.  Kegunaan yang dimaksudkan bagi benda-benda penerang itu 

untuk bumi ini. 

(1) Mereka harus berperan untuk membedakan waktu, siang 

dan malam, musim panas dan musim dingin, yang datang 

silih berganti mengikuti pergerakan matahari, yang terbit-

nya membawa siang, dan terbenamnya membawa malam, 

mendekatnya pada garis lintang membawa musim panas, 

dan mundurnya ke garis lintang yang lain membawa mu-

sim dingin: dan dengan demikian, di bawah langit, ada 

masanya untuk apa pun (Pkh. 3:1).  

(2) Mereka harus berperan untuk menuntun tindakan. Mereka 

dimaksudkan sebagai tanda-tanda perubahan cuaca, agar 

petani dapat mengatur pekerjaan-pekerjaannya dengan 

bijak, sebab  sudah melihat terlebih dahulu, melalui rupa 

langit, saat  penyebab-penyebab sekunder mulai bekerja, 

apakah hari akan cerah atau redup (Mat. 16:2-3). Mereka 

juga menerangi bumi, agar kita dapat berjalan (Yoh. 11:9), 

dan bekerja (Yoh. 9:4) sesuai dengan kewajiban yang ditun-

tut sehari-hari. Benda-benda penerang di langit tidak ber-

sinar untuk diri mereka sendiri, tidak pula untuk dunia 

roh di atas, yang tidak memerlukan mereka. namun  mereka 

bersinar untuk kita, untuk kesenangan dan keuntungan 


 20

kita. Tuhan, apakah manusia, sehingga ia sampai diper-

hatikan seperti itu! (Mzm. 8:4-5). Betapa kita tidak tahu 

berterima kasih dan tak dapat dimaafkan, jika  sesudah  

Tuhan  menetapkan benda-benda penerang bagi kita yang 

melaluinya kita bisa bekerja, kita malah tidur, atau ber-

main-main, atau membuang-buang waktu kerja, dan meng-

abaikan pekerjaan besar yang untuknya kita diutus ke da-

lam dunia! Benda-benda penerang di langit dibuat untuk 

melayani kita, dan mereka melakukannya dengan setia, 

dan bersinar pada musimnya, tanpa terlewatkan: namun  

kita ditetapkan sebagai terang di dunia ini untuk melayani 

Tuhan . Dan apakah kita juga dengan cara serupa memenuhi 

tujuan kita diciptakan? Tidak, kita tidak memenuhinya, te-

rang kita tidak bercahaya di hadapan Tuhan  seperti terang-

terang-Nya bersinar di hadapan kita (Mat. 5:14). Kita mem-

bakar pelita-pelita Tuan kita, namun  tidak peduli terhadap 

pekerjaan-Nya.  

II.  Secara khusus (ay. 16-18). 

1.  Amatilah, benda-benda penerang di langit yaitu  matahari, 

bulan, dan bintang-bintang. Dan kesemuanya ini yaitu  buat-

an tangan Tuhan .  

(1) Matahari yaitu  terang terbesar dari semuanya, besarnya 

lebih dari sejuta kali dibandingkan bumi, lampu yang pa-

ling mulia dan berguna dari semua lampu di langit, contoh 

yang mulia dari hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang Pencip-

ta, dan berkat yang tak ternilai bagi makhluk-makhluk di 

dunia bawah ini. Marilah kita belajar dari Mazmur 19:2-7 

bagaimana memberi Tuhan  kemuliaan sebab  nama-Nya, 

sebagai Pencipta matahari.  

(2) Bulan yaitu  terang yang lebih kecil, namun di sini dipan-

dang sebagai salah satu terang yang lebih besar, sebab , 

walaupun dari segi kebesaran dan terangnya yang dipinjam 

ia lebih rendah dibandingkan banyak bintang, namun, berda-

sarkan fungsinya, sebagai penguasa malam, dan sehu-

bungan dengan kegunaannya untuk bumi, ia lebih unggul 

dibandingkan mereka. Yang paling berharga yaitu  yang paling 

berguna. Dan terang yang lebih besar bukanlah terang 

Kitab Kejadian 1:14-19 

 21

yang mendapat pemberian-pemberian terbaik, melainkan 

terang yang dengan rendah hati dan setia melakukan 

kebaikan terbesar melalui pemberian-pemberian itu. Ba-

rangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia 

menjadi pelayanmu (Mat. 20:26).  

(3) Ia menjadikan juga bintang-bintang, yang di sini dibicara-

kan sebagaimana mereka tampak secara kasat mata, tanpa 

membedakan planet-planet dan bintang-bintang yang jauh, 

atau menyebutkan jumlah, sifat, tempat, kebesaran, gerak-

an, atau pengaruh-pengaruh mereka. Sebab Kitab Suci 

ditulis bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu kita dan 

menjadikan kita ahli perbintangan, namun  untuk mengantar 

kita kepada Tuhan , dan menjadikan kita orang-orang kudus. 

Nah, benda-benda penerang ini dikatakan menguasai (ay. 

16, 18). Bukan berarti bahwa mereka mempunyai kekuasa-

an tertinggi, seperti yang dimiliki Tuhan , namun  bahwa mere-

ka yaitu  wakil pemerintah, penguasa-penguasa di bawah-

Nya. Di sini terang yang lebih kecil, bulan, dikatakan 

menguasai malam. namun  dalam Mazmur 136:9 bintang-

bintang juga disebut turut berbagi dalam pemerintahan itu. 

Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam. Tidak 

ada maksud lain di sini selain bahwa mereka menerangi 

(Yer. 31:35). Cara terbaik dan terhormat untuk menguasai 

yaitu  dengan menerangi dan berbuat baik: orang yang 

akan dihormati yaitu  orang yang hidupnya bermanfaat, 

dan dengan demikian bersinar sebagai terang.  

2.  Dari semua ini kita belajar,  

(1) Dosa dan kebodohan pemujaan berhala yang sudah ada se-

jak zaman kuno itu, yaitu penyembahan terhadap mata-

hari, bulan, dan bintang-bintang, yang menurut sebagian 

orang, muncul atau setidak-tidaknya diterima, dari bebe-

rapa tradisi di masa bapak-bapak leluhur. Tradisi-tradisi 

itu menceritakan kekuasaan dan pemerintahan benda-ben-

da penerang di langit. namun  gambaran yang diberikan di 

sini dengan jelas menunjukkan bahwa benda-benda langit 

itu yaitu  ciptaan Tuhan  dan juga pelayan-pelayan bagi ma-

nusia. Jadi, oleh sebab itu, sangatlah menghina Tuhan  dan 

amat sangat mencela kita sendiri jika kita mempertuhan-


 22

kan mereka dan memberi mereka kehormatan-kehormatan 

ilahi. Lihat Ulangan 4:19.  

(2) Kewajiban dan hikmat bagi kita untuk setiap hari menyem-

bah Tuhan  yang menciptakan semua benda penerang ini, 

dan menjadikan mereka bagi kita sebagaimana adanya me-

reka. Perputaran siang dan malam mewajibkan kita untuk 

mempersembahkan korban doa dan pujian yang khidmat 

setiap pagi dan malam.  

Penciptaan Hari Kelima  

(1:20-23) 

20 Berfirmanlah Tuhan :  Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hi-

dup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” 

21 Maka Tuhan  menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala 

jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala 

jenis burung yang bersayap. Tuhan  melihat bahwa semuanya itu baik. 22 Lalu 

Tuhan  memberkati semuanya itu, firman-Nya:  Berkembangbiaklah dan ber-

tambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-

burung di bumi bertambah banyak.” 23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itu-

lah hari kelima. 

Setiap hari, sampai saat ini, telah menghasilkan ciptaan-ciptaan yang 

amat mulia dan unggul, yang tidak ada habis-habisnya bila dika-

gumi. namun  kita tidak membaca tentang penciptaan makhluk hidup 

apa pun sampai hari kelima, seperti yang digambarkan kepada kita 

dalam perikop di atas. Karya penciptaan tidak hanya berlanjut secara 

bertahap dari satu hal ke hal lain, namun  juga timbul dan berkembang 

secara bertahap dari apa yang kurang unggul kepada apa yang lebih 

unggul, yang mengajar kita untuk terus maju menuju kesempurnaan 

dan berusaha agar pekerjaan-pekerjaan kita yang terakhir yaitu  

pekerjaan-pekerjaan kita yang terbaik. Pada hari kelimalah ikan-ikan 

dan burung-burung diciptakan, dan kedua-duanya diciptakan dari 

air. Walaupun tubuh ikan dan tubuh burung itu berbeda jenis, ke-

duanya diciptakan secara bersama-sama, dan dua-duanya diciptakan 

dari air. Sebab kuasa dari Sang Penyebab Pertama dapat menciptakan 

hasil-hasil yang berbeda dari penyebab-penyebab sekunder. Amatilah,  

1.  Dijadikannya ikan-ikan dan burung-burung pada mulanya (ay. 

20-21). Tuhan  memerintahkan agar mereka dihasilkan. Ia berkata, 

hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup (KJV:  Hen-

daklah air-air memunculkan makhluk-makhluk hidup secara ber-

kelimpahan” – pen.). Bukan seolah-olah berarti bahwa air mempu-

Kitab Kejadian 1:20-23 

 23

nyai kekuatan sendiri untuk menghasilkan sesuatu, melainkan, 

 Hendaklah tercipta, ikan-ikan di dalam air dan burung-burung 

dari dalamnya.” Perintah ini dijalankan-Nya sendiri: Tuhan  mencip-

takan binatang-binatang laut yang besar, dst. Serangga, yang 

mungkin sama beragam dan banyaknya seperti jenis-jenis hewan 

lain, dan susunan tubuhnya mungkin sama mengherankannya, 

yaitu  bagian dari pekerjaan pada hari ini, yang sebagian dari 

antaranya berkerabat dengan ikan dan sebagian lain berkerabat 

dengan burung. Robert Boyle (ahli fisika dan kimia dari Inggris – 

pen.) seingat saya pernah berkata bahwa ia amat mengagumi 

hikmat dan kuasa Sang Pencipta dalam seekor semut sama 

seperti dalam seekor gajah. Ada perhatian yang diberikan di sini 

tentang beraneka ragam ikan dan burung, masing-masing sesuai 

jenisnya, dan tentang banyaknya jumlah ikan dan burung yang 

dihasilkan itu, sebab air-air memunculkan banyak makhluk se-

cara berkelimpahan. Dan disebutkan secara khusus tentang ikan 

paus yang besar (dalam terjemahan KJV – pen.), yang terbesar 

dari segala ikan, yang kebesaran dan kekuatannya, sebab  me-

lampaui binatang mana pun, merupakan bukti yang mengagum-

kan akan kekuasaan dan kebesaran Penciptanya. Perhatian ter-

sendiri yang diberikan di sini tentang ikan paus, mengatasi semua 

makhluk lain, tampak merupakan bukti yang cukup untuk 

memastikan apa yang dimaksudkan dengan binatang Lewiatan 

(dalam KJV lihat Ayb. 41:1; dalam TB lihat Ayb. 3:8 – pen.). Su-

sunan yang mengherankan pada tubuh-tubuh binatang, ukuran-

ukuran, bentuk-bentuk, dan sifat-sifat mereka yang berbeda, 

dengan kekuatan-kekuatan yang mengagumkan untuk menjalani 

hidup indrawi yang dikaruniakan kepada mereka, jika  diper-

timbangkan dengan sepatutnya, bukan saja dapat membungkam 

dan mempermalukan keberatan-keberatan orang yang tidak per-

caya pada Tuhan dan orang-orang kafir, namun  juga membang-

kitkan pikiran-pikiran dan pujian-pujian yang luhur tentang Tuhan  

pada jiwa-jiwa yang saleh dan taat (Mzm. 104:25, dst.).  

2. Diberkatinya mereka, demi kelangsungan hidup mereka. Hidup 

yaitu  suatu hal yang akan habis. Kekuatannya bukanlah seperti 

kekuatan batu. Hidup yaitu  lilin yang akan terbakar habis, jika 

apinya tidak dipadamkan terlebih dahulu. Oleh sebab itu Sang 

Pencipta yang bijak tidak hanya menjadikan makhluk ciptaan 

seorang diri, namun  juga menyediakan sarana untuk berkembang 


 24

biak. Tuhan  memberkati semuanya itu, firman-Nya: Berkembang-

biaklah dan bertambah banyaklah (ay. 22). Tuhan  akan memberkati 

pekerjaan-pekerjaan-Nya sendiri, dan tidak akan menelantarkan 

mereka. Dan segala sesuatu yang dilakukan Tuhan  akan tetap ada 

untuk selamanya (Pkh. 3:14). Kuasa pemeliharaan Tuhan  akan me-

melihara segala sesuatu, seperti halnya kuasa-Nya saat  mencip-

takan mereka pada mulanya. Kesuburan yaitu  dampak dari 

berkat Tuhan  dan harus dipandang demikian. Berkembangbiaknya 

ikan dan burung, dari tahun ke tahun, tetap merupakan buah 

dari berkat ini. Maka, marilah kita memberi Tuhan  kemuliaan atas 

kelangsungan hidup makhluk-makhluk ini sampai pada hari ini 

demi keuntungan manusia. Lihat Ayub 12:7, 9. Sangat disayang-

kan bahwa memancing dan menembak burung, suatu kesenang-

an yang tidak berbahaya dengan sendirinya, sampai diseleweng-

kan begitu rupa sehingga mengalihkan perhatian orang dari Tuhan  

dan kewajiban mereka. Sementara kesenangan itu bisa diman-

faatkan untuk mengantar kita merenungi hikmat, kuasa, dan 

kebaikan Dia yang menjadikan semuanya ini, dan untuk meng-

ajak kita bersikap hormat kepada-Nya, seperti ikan dan burung 

hormat kepada kita.   

Penciptaan Hari Keenam 

(1:24-25) 

24 Berfirmanlah Tuhan :  Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk 

yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.” Dan 

jadilah demikian. 25 Tuhan  menjadikan segala jenis binatang liar dan segala 

jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Tuhan  melihat 

bahwa semuanya itu baik. 

Kita mendapati di sini bagian pertama dari pekerjaan pada hari 

keenam. Laut, pada hari sebelumnya, sudah diperlengkapi dengan 

ikan, dan udara dengan burung. Dan pada hari ini dibuatlah bina-

tang-binatang di bumi, ternak, dan binatang melata yang hidup di 

bumi. Di sini, seperti sebelumnya,  

1. Tuhan menyampaikan sabda. Ia berkata, hendaklah bumi menge-

luarkan, bukan seolah-olah bumi mempunyai kekuatan yang 

begitu subur hingga mampu menghasilkan binatang-binatang ini, 

atau seolah-olah Tuhan  menyerahkan kepada bumi kuasa pencip-

taan-Nya. Melainkan,  Biarlah makhluk-makhluk ini sekarang 

ada di atas bumi, dan dari tanah, menurut jenis mereka masing-

Kitab Kejadian 1:26-28 

 25

masing, sesuai dengan gagasan-gagasan yang telah ada dalam 

kebijaksanaan ilahi mengenai penciptaan mereka.”  

2.  Ia juga melaksanakan pekerjaan itu. Ia menciptakan semuanya 

sesuai dengan jenis mereka, bukan hanya dengan bentuk-bentuk 

yang beragam, melainkan juga dengan sifat-sifat, perilaku, ma-

kanan, dan rupa-rupa yang beragam. Sebagian sudah ditentukan 

jinak dan tinggal di sekitar rumah, sebagian yang lain liar dan 

tinggal di padang belantara. Sebagian hidup dengan makan re-

rumputan dan tetumbuhan, sebagian yang lain makan daging. 

Sebagian tidak berbahaya, dan sebagian yang lain menerkam de-

ngan rakus. Sebagian berani, dan sebagian yang lain penakut. 

Sebagian untuk melayani manusia, dan bukan untuk menjadi 

makanannya, seperti kuda. Sebagian yang lain untuk makanan-

nya, dan bukan untuk melayaninya, seperti domba. Sebagian un-

tuk kedua-duanya, seperti lembu jantan, dan sebagian yang lain 

bukan untuk kedua-duanya, seperti binatang-binatang buas. Da-

lam kesemuanya ini tampaklah pelbagai ragam hikmat Sang Pen-

cipta.       

Penciptaan Hari Keenam 

(1:26-28) 

26 Berfirmanlah Tuhan :  Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar 

dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-

burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala 

binatang melata yang merayap di bumi.” 27 Maka Tuhan  menciptakan manusia 

itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan  diciptakan-Nya dia; laki-laki 

dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28 Tuhan  memberkati mereka, lalu 

Tuhan  berfirman kepada mereka:  Beranakcuculah dan bertambah banyak; 

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut 

dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di 

bumi.” 

Di sini kita mendapati bagian kedua dari pekerjaan pada hari ke-

enam, yaitu penciptaan manusia, yang secara istimewa penting un-

tuk kita perhatikan, agar kita mengenal diri kita sendiri. Amatilah,   

I.  Bahwa manusia diciptakan terakhir dari semua makhluk, agar 

tidak dicurigai, dengan cara apa pun, bahwa ia sudah menjadi 

penolong Tuhan  dalam menciptakan dunia: pertanyaan itu harus-

lah selalu  membuat manusia rendah hati dan malu, di mana-

kah engkau, atau siapa pun dari jenismu, saat  Aku meletakkan 

dasar bumi? (Ayb. 38:4). Namun, yaitu  suatu kehormatan dan 


 26

juga suatu kebaikan bagi manusia bahwa ia diciptakan terakhir: 

suatu kehormatan, sebab cara penciptaannya berkembang dari 

apa yang kurang sempurna menjadi yang lebih sempurna; dan 

juga yaitu  suatu kebaikan, sebab tidaklah pantas ia ditempat-

kan di dalam istana yang dirancang untuknya sampai istana itu 

benar-benar dibuat cocok dan diperlengkapi dengan perabotan 

untuk menerimanya. Manusia, segera sesudah  ia diciptakan, mem-

punyai seluruh ciptaan kelihatan di hadapannya, baik untuk dire-

nungkannya maupun untuk dijadikan penghiburannya. Manusia 

diciptakan pada hari yang sama dengan binatang-binatang, kare-

na tubuhnya dibuat dari tanah yang sama dengan tubuh mereka. 

Dan, selama ia berada dalam tubuh, ia mendiami bumi yang sama 

bersama-sama dengan mereka. Kiranya jangan sampai terjadi 

bahwa dengan memanjakan tubuh dan keinginan-keinginannya, 

kita menjadikan diri kita seperti bintang-binatang yang akan binasa! 

II. Bahwa penciptaan manusia itu lebih merupakan pertanda dan 

tindakan langsung dari hikmat dan kuasa ilahi dibandingkan pen-

ciptaan makhluk-makhluk lain. Kisah penciptaannya diperkenal-

kan dengan cara yang begitu khidmat, dan ditampilkan berbeda 

dari penciptaan makhluk-makhluk lain. Sampai saat ini sudah di-

katakan,  Jadilah terang,” dan  Jadilah cakrawala,” dan  Hendak-

lah bumi, atau air, mengeluarkan” ini dan itu. namun  sekarang 

kalimat perintah itu diubah menjadi kalimat perundingan,  Baik-

lah Kita menjadikan manusia, yang untuknya makhluk-makhluk 

lain diciptakan: inilah pekerjaan yang harus Kita kerjakan dengan 

tangan kita sendiri.” Sebelumnya Ia berbicara sebagai Tuhan  yang 

memiliki wewenang, di sini sebagai Tuhan  yang berperasaan. Se-

bab, anak-anak manusia menjadi kesenangan-Nya (Ams. 8:31). 

Tampak seolah-olah ini merupakan pekerjaan yang begitu rindu 

untuk dikerjakan-Nya. Seolah-olah Ia berkata,  sesudah  akhirnya 

Kita menyelesaikan bagian-bagian pengantarnya, marilah Kita se-

karang mengerjakan pekerjaan utamanya, baiklah Kita menjadi-

kan manusia.” Manusia dimaksudkan untuk menjadi suatu makh-

luk yang berbeda dari semua makhluk yang sudah diciptakan sam-

pai saat ini. Daging dan roh, sorga dan bumi, harus ditempatkan 

bersama-sama di dalam dia, dan ia harus dipautkan kepada kedua 

dunia itu. Dan oleh sebab itu, Tuhan  sendiri tidak hanya turun 

langsung untuk menciptakannya, namun  juga berkenan mengung-

Kitab Kejadian 1:26-28 

 27

kapkan diri-Nya dengan cara seolah-olah Ia memanggil seorang 

penasihat untuk mempertimbangkan penciptaan manusia: Baik-

lah Kita menjadikan manusia. Ketiga pribadi dalam Tuhan  Trinitas, 

Bapa, Anak, dan Roh Kudus, merundingkannya, dan bersepakat 

di dalamnya, sebab  manusia, saat  ia dijadikan, dimaksudkan 

untuk diabdikan dan dipersembahkan kepada Bapa, Anak, dan 

Roh Kudus. Dan dalam nama yang agung itulah kita, dengan 

alasan yang baik, dibaptis, sebab kepada nama yang agung itu 

jugalah kita berutang atas keberadaan kita. Biarlah Dia mengatur 

manusia, Dia yang berkata, baiklah Kita menjadikan manusia. 

III. Bahwa manusia dijadikan dalam gambar dan rupa Tuhan , dua 

kata untuk mengungkapkan hal yang sama dan untuk membuat 

jelas satu sama lain. Gambar dan rupa menandakan gambar yang 

paling serupa, kemiripan yang paling dekat dari semua makhluk 

yang kelihatan. Manusia tidak dijadikan dalam rupa makhluk 

mana pun yang sudah ada sebelum dia, namun  dalam rupa Pencip-

tanya. Namun, tetap saja di antara Tuhan  dan manusia terbentang 

jarak yang tak terbatas. Kristus sajalah yang merupakan gambar 

wujud pribadi Tuhan , sebagai Anak Bapa-Nya, sebab  mempunyai 

hakikat yang sama. Ini hanya sebagian dari kehormatan Tuhan  

yang diberikan kepada manusia, yang hanya merupakan gambar 

Tuhan  seperti bayangan di dalam cermin, atau cetakan wajah raja 

pada uang logam. Gambar Tuhan  pada manusia terletak pada 

ketiga hal berikut ini:  

1.  Dalam sifat dan pembawaannya, bukan sifat dan pembawaan 

tubuhnya (sebab Tuhan  tidak mempunyai tubuh), melainkan 

sifat dan pembawaan jiwanya. Kehormatan ini memang diberi-

kan Tuhan  kepada tubuh manusia, bahwa Firman telah men-

jadi daging, Anak Tuhan  mengenakan tubuh seperti tubuh kita, 

dan sebentar lagi akan mengenakan pada tubuh kita kemu-

liaan seperti kemuliaan-Nya. Dan hal ini bisa kita katakan de-

ngan yakin, bahwa Kristus yang oleh-Nya Tuhan  menjadikan 

dunia-dunia, bukan hanya dunia yang besar, melainkan juga 

dunia yang kecil, yaitu manusia, membentuk tubuh manusia, 

pada mulanya, sesuai dengan pola yang dirancang-Nya bagi 

diri-Nya sendiri dalam kegenapan waktu. namun  jiwa manusia-

lah, jiwa besarnya, yang terutama menampakkan gambar 

Tuhan . Jiwa yaitu  roh, roh yang berakal dan tidak dapat mati, 


 28

roh yang berkuasa dan bergerak, yang dalam hal ini menyeru-

pai Tuhan , Bapa segala roh, dan Jiwa dunia. Roh manusia ada-

lah pelita TUHAN. Jiwa manusia, ditimbang dari tiga kemam-

puannya yang mulia, yaitu mengerti, berkehendak, dan mem-

punyai kekuatan untuk bergerak, mungkin merupakan cermin 

yang paling cemerlang dan jernih di alam raya, yang di dalam-

nya kita bisa melihat Tuhan .  

2. Dalam tempat dan wewenangnya: Baiklah Kita menjadikan ma-

nusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkua-

sa. Oleh sebab  ia berkuasa atas makhluk-makhluk yang lebih 

rendah, maka ia seolah-olah merupakan wakil Tuhan , atau raja 

muda di atas bumi. Makhluk-makhluk yang lebih rendah itu 

tidak mempunyai kemampuan untuk takut kepada Tuhan  dan 

melayani-Nya, dan oleh sebab itu Tuhan  telah menetapkan 

mereka untuk takut kepada manusia dan melayaninya. Na-

mun, berkuasanya manusia atas dirinya sendiri melalui kebe-

basan kehendaknya lebih menyerupai gambar Tuhan  dibandingkan 

berkuasanya dia atas makhluk-makhluk. 

3. Dalam kemurnian dan kelurusannya. Gambar Tuhan  pada ma-

nusia terletak pada pengetahuan, kebenaran, dan kekudusan 

yang sesungguhnya (Ef. 4:24; Kol. 3:10). Ia jujur (Pkh. 7:29). 

Dalam seluruh kekuatan alaminya, ia mempunyai kebiasaan 

untuk menyesuaikan diri dengan seluruh kehendak Tuhan . 

Pengertiannya melihat perkara-perkara ilahi secara jelas dan 

benar, dan tidak ada kesalahan atau kekeliruan apa pun da-

lam pengetahuannya. Kehendaknya siap tunduk pada kehen-

dak Tuhan  dalam hal apa saja, tanpa rasa enggan atau meno-

lak. Semua perasaannya teratur, dan ia tidak mempunyai 

hawa nafsu atau kemarahan yang tidak pada tempatnya. Pikir-

an-pikirannya dengan mudah ditundukkan dan ditetapkan 

pada perkara-perkara yang terbaik, dan di dalamnya tidak ada 

keangkuhan atau sifat tidak mau diatur. Semua kekuatan 

yang lebih rendah tunduk pada perintah-perintah dan bim-

bingan-bimbingan kekuatan yang lebih tinggi, tanpa pembe-

rontakan atau perlawanan apa pun. Demikian kudus, dan de-

mikian berbahagianyalah orangtua kita yang pertama, dalam 

memiliki gambar Tuhan  pada mereka. Dan kehormatan ini, 

yang diberikan kepada manusia pada mulanya, yaitu  alasan 

yang baik mengapa kita tidak boleh berkata-kata jahat satu 

Kitab Kejadian 1:26-28 

 29

terhadap yang lain (Yak. 3:9), tidak pula berbuat jahat satu 

sama lain (Kej. 9:6), dan mengapa kita tidak boleh merendah-

kan diri kita sendiri untuk melayani dosa, dan harus meng-

abdikan diri untuk melayani Tuhan . namun  betapa engkau su-

dah jatuh, hai putra fajar! Betapa gambar Tuhan  pada manusia 

ini sudah rusak! Betapa sedikit yang tersisa darinya, dan 

betapa besar kerusakannya! Tuhan memperbaharui gambar 

Tuhan  pada jiwa kita dengan anugerah-Nya yang menguduskan!  

IV. Bahwa manusia diciptakan laki-laki dan perempuan, dan diber-

kati dengan berkat kesuburan dan perkembangbiakan. Tuhan  ber-

kata, baiklah Kita menjadikan manusia, dan kemudian langsung 

diikuti, maka Tuhan  menciptakan manusia. Ia melaksanakan apa 

yang sudah bertekad untuk dilakukan-Nya. Bagi kita, berkata dan 

berbuat yaitu  dua hal yang berbeda. namun  tidak demikian bagi 

Tuhan . Ia menciptakan laki-laki dan perempuan, Adam dan Hawa. 

Adam terlebih dahulu, dari tanah, lalu Hawa, dari rusuknya (ps. 

2). Tampak bahwa untuk semua makhluk lainnya, Tuhan  mencip-

takan banyak pasangan, namun  untuk manusia bukankah Dia 

menjadikannya satu? (Mal. 2:15, KJV; TB: Bukankah Tuhan  yang 

Esa menjadikan mereka daging dan roh? – pen.), meskipun ada 

roh yang tinggal. Dari hal ini Kristus mengumpulkan alasan un-

tuk melawan perceraian (Mat. 19:4-5). Bapak kita yang pertama, 

Adam, dibatasi untuk hanya memiliki satu istri. Dan, seandainya 

ia mengusirnya, tidak ada orang lain yang bisa dinikahinya, yang 

dengan jelas menunjukkan bahwa ikatan perkawinan itu tidak 

boleh dicerai-beraikan dengan seenaknya. Para malaikat tidak 

diciptakan laki-laki dan perempuan, sebab mereka tidak harus 

mengembangbiakkan jenis mereka (Luk. 20:34-36). namun  manu-

sia dijadikan laki-laki dan perempuan, agar sifatnya bisa dikem-

bangbiakkan dan bangsa manusia diteruskan. Api dan lilin, ben-

da-benda penerang di dunia bawah ini, sebab  akan habis, dan 

padam, mempunyai kekuatan untuk menerangi yang lain. namun  

tidak demikian dengan benda-benda penerang di langit: bintang 

yang satu tidak menyalakan bintang yang lain. Tuhan  hanya men-

jadikan satu laki-laki dan satu perempuan, agar semua bangsa 

manusia mengenal diri mereka sendiri sebagai keturunan dari 

satu darah, dari nenek moyang yang sama, dan dengan demikian 

dapat tergugah untuk mengasihi satu sama lain. Tuhan , sesudah  


 30

membuat mereka mampu meneruskan sifat yang telah mereka 

terima, berkata kepada mereka, beranakcuculah dan bertambah 

banyak; penuhilah bumi. Di sini Ia memberi mereka,  

1. Sebuah warisan yang luas: Penuhilah bumi. Inilah yang dikaru-

niakan kepada anak-anak manusia. Mereka diciptakan untuk 

mendiami seluruh muka bumi (Kis. 17:26). Inilah tempat di 

mana Tuhan  telah menetapkan manusia untuk menjadi hamba 

dari pemeliharaan-Nya dalam memerintah makhluk-makhluk 

yang lebih rendah, dan, seolah-olah, untuk menjadi otak dari 

bola dunia ini. Dan untuk menerima kelimpahan Tuhan , yang 

padanya makhluk-makhluk lain hidup, namun  tidak mengeta-

huinya. Juga untuk mengumpulkan pokok-pokok pujian bagi-

Nya di dunia bawah ini, dan membayarkannya kepada Sang 

Atasan di atas (Mzm. 145:10). Dan, terakhir, untuk menjadi 

percobaan bagi dunia yang lebih baik.  

2. Tuhan  memberi mereka keluarga yang amat banyak dan lang-

geng, untuk menikmati warisan ini, dengan mengucapkan ber-

kat atas mereka, yang sebab  itu keturunan mereka akan me-

luas sampai ke ujung-ujung bumi dan terus ada sampai di 

pengujung waktu. Kesuburan dan pertambahan bergantung 

pada berkat Tuhan : Obed-Edom mempunyai delapan anak, se-

bab Tuhan  telah memberkati dia (1Taw. 26:5). Oleh sebab  ber-

kat inilah, yang diperintahkan Tuhan  pada mulanya, maka 

umat manusia masih tetap ada, dan seiring keturunan yang 

satu pergi, keturunan yang lain datang.  

V. Bahwa Tuhan  memberi  kepada manusia, sesudah  Ia menjadi-

kannya, kekuasaan atas makhluk-makhluk yang lebih rendah, 

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara. Meskipun ma-

nusia tidak membuat persediaan bagi ikan atau burung, ia 

berkuasa atas keduanya, terlebih lagi atas segala binatang melata 

yang merayap di bumi, yang lebih berada di bawah pemeliharaan-

nya dan di dalam jangkauannya. Dengan ini Tuhan  bermaksud 

memberi  kehormatan kepada manusia, supaya ia lebih terdo-

rong untuk mendatangkan kehormatan bagi Penciptanya. Kekua-

saan ini telah berkurang banyak dan terhilang sebab  kejatuhan. 

Namun demikian, pemeliharaan Tuhan  melanjutkan banyak dari 

kekuasaan itu kepada anak-anak manusia sebanyak yang dibu-

tuhkan untuk melindungi dan menyokong hidup mereka. Dan

Kitab Kejadian 1:29-30 

 31

anugerah Tuhan  telah memberi  kepada orang-orang kudus 

suatu hak yang baru dan lebih baik atas makhluk lain dibandingkan 

hak yang terhilang sebab  dosa. Sebab, semua yaitu  kepunyaan 

kita jika kita kepunyaan Kristus (1Kor. 3:22). 

Penciptaan Hari Keenam 

(1:29-30) 

29 Berfirmanlah Tuhan :  Lihatlah, Aku memberi  kepadamu segala tumbuh-

tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang 

buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30 namun  kepada segala 

binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di 

bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi 

makanannya.” Dan jadilah demikian. 

Di sini kita mendapati bagian ketiga dari pekerjaan pada hari keenam, 

yang bukan berupa ciptaan baru apa pun, melainkan persediaan 

makanan yang berlimpah kepada segala makhluk (Mzm. 136:25). Dia 

yang sudah menjadikan manusia dan binatang seperti itu ikut ambil 

peduli untuk memelihara keduanya (Mzm. 36:7). Inilah,  

I. Makanan yang disediakan bagi manusia (ay. 29). Tumbuh-tum-

buhan dan buah-buahan harus menjadi makanannya, termasuk 

gandum dan segala hasil bumi. Semua ini boleh dimakannya, 

namun  (tampaknya) bukan daging, sampai sesudah  peristiwa air bah 

(9:3). Dan sebelum bumi ditenggelamkan, jauh lebih lama lagi 

sebelum bumi dikutuk sebab  ulah manusia, buah-buahnya, 

tidak diragukan lagi, lebih terasa menyenangkan, menguatkan, 

dan menyehatkan tubuh dibandingkan sumsum dan lemak, dan se-

mua makanan santapan raja sekarang. Lihatlah di sini,  

1. Apa yang harus membuat kita rendah hati. sebab  kita dijadi-

kan dari tanah, maka kita dipelihara darinya. Memang manu-

sia pernah sekali memakan makanan para malaikat, roti dari 

sorga. namun  mereka mati (Yoh. 6:49). Bagi mereka makanan 

itu sama seperti makanan dari dalam tanah (Mzm. 104:14). 

Ada makanan yang bertahan sampai kehidupan kekal. Tuhan 

selalu  memberi kita ini.  

2. Apa yang harus membuat kita bersyukur. Tuhan itu penopang 

tubuh. Dari Dia kita menerima segala penopang dan peng-

hiburan hidup ini, dan kepada-Nya kita harus bersyukur. Ia 

memberi kita segala sesuatu secara berlimpah untuk kita 


 32

nikmati, bukan hanya kebutuhan pokok, melainkan juga ke-

limpahan, kemewahan, dan keanekaragaman untuk perhiasan 

dan kesenangan kita. Betapa besar kita berutang! Betapa kita 

harus berusaha sungguh-sungguh, sebab  kita hidup dalam 

kelimpahan Tuhan , untuk hidup demi kemuliaan-Nya!  

3. Apa yang harus membuat kita bersabar dan puas dengan bagi-

an kita. Walaupun Adam diberi kekuasaan atas ikan dan bu-

rung, namun Tuhan  membatasi dia, dalam makanannya, pada 

tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dan ia tidak pernah 

mengeluhkannya. Meskipun sesudah  itu ia menginginkan buah 

terlarang, demi hikmat dan pengetahuan yang dijanjikannya 

sendiri dari buah itu, namun kita tidak penah membaca bahwa 

ia menginginkan daging terlarang. Jika Tuhan  memberi kita ma-

kanan untuk hidup kita, maka janganlah kita, bersama umat 

Israel yang bersungut-sungut, meminta makanan untuk menu-

ruti nafsu kita (Mzm. 78:18). Lihat Daniel 1:15.   

II. Makanan yang disediakan bagi binatang-binatang (ay. 30). Lembu-

kah yang Tuhan  perhatikan? Ya, pasti, Ia menyediakan makanan 

yang sesuai bagi mereka, dan bukan bagi lembu saja, yang dipa-

kai sebagai korban persembahan bagi-Nya dan untuk melayani 

manusia, namun  bahkan singa-singa muda dan anak-anak burung 

gagak diperhatikan-Nya dalam pemeliharaan-Nya. Mereka memin-

ta dan mendapat makanan dari Tuhan . Marilah kita memberi Tuhan  

kemuliaan atas kelimpahan yang diberikan-Nya kepada makhluk-

makhluk yang lebih rendah, bahwa semuanya, seolah-olah, diberi 

makan di meja-Nya setiap hari. Ia Penjaga rumah yang amat baik, 

sangat kaya dan murah hati, yang memuaskan keinginan setiap 

makhluk hidup. Biarlah ini mendorong umat Tuhan  untuk menye-

rahkan kekhawatiran mereka kepada-Nya, dan untuk tidak cemas 

memikirkan apa yang akan mereka makan dan apa yang akan 

mereka minum. Dia yang memberi  persediaan kepada Adam 

tanpa Adam mengkhawatirkannya, dan masih memberi  per-

sediaan kepada semua makhluk tanpa mereka mengkhawatirkan-

nya, tidak akan membiarkan orang-orang yang percaya pada-Nya 

kekurangan apa saja yang baik (Mat. 6:26). Dia yang memberi 

makan burung-burung-Nya tidak akan membiarkan kelaparan 

anak-anak-Nya.

Kitab Kejadian 1:31 

 33

Penciptaan Hari Keenam 

(1:31) 

31 Maka Tuhan  melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. 

Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. 

Di sini kita melihat diterima dan dirangkumnya seluruh karya pen-

ciptaan. Adapun Tuhan , pekerjaan-Nya sempurna. Dan jika Ia memu-

lai maka Ia juga akan mengakhiri, dalam pemeliharaan dan anuge-

rah, seperti juga di sini dalam penciptaan. Amatilah,  

I.  Tuhan  melihat kembali pekerjaan-Nya: Ia melihat segala yang 

dijadikan-Nya itu. Ia pun tetap melakukannya. Semua pekerjaan 

tangan-Nya berada dalam pengawasan-Nya. Dia yang menjadikan 

semuanya melihat semuanya. Dia yang menjadikan kita melihat 

kita (Mzm. 139:1-16). Yang Mahatahu tidak bisa dipisahkan dari 

Yang Mahakuasa. Segala pekerjaan Tuhan  diketahui-Nya (Kis. 

15:18, KJV). namun  hal ini merupakan permenungan yang khidmat 

dari Hikmat Kekal tentang salinan-salinan kebijaksana-an-Nya 

sendiri dan hasil-hasil kuasa-Nya sendiri. Dengan ini Tuhan  telah 

menunjukkan teladan bagi kita untuk melihat kembali pekerjaan-

pekerjaan kita. sesudah  memberi kita kuasa untuk merenung, Ia 

berharap agar kita memakai  kuasa itu, yaitu melihat tingkah 

laku kita (Yer. 2:23), dan memikirkannya (Mzm. 119:59). jika  

kita sudah menyelesaikan pekerjaan sehari, dan akan beristirahat 

pada malam hari, kita harus bercakap-cakap dengan hati kita 

sendiri tentang apa yang sudah kita lakukan sepanjang hari itu. 

Demikian pula jika  kita sudah menyelesaikan pekerjaan se-

minggu, dan akan beristirahat pada hari Sabat, kita harus mem-

persiapkan diri dengan cara yang sama untuk berjumpa dengan 

Tuhan  kita. Dan jika  kita sudah menyelesaikan pekerjaan dalam 

hidup kita, dan akan beristirahat di dalam kubur, itulah saatnya 

untuk mengingat-ingat kembali, agar kita bisa mati dengan ber-

tobat, dan dengan demikian meninggalkan hidup kita.    

II.  Kepuasan yang dirasakan Tuhan  terhadap pekerjaan-Nya. jika  

kita harus melihat kembali pekerjaan-pekerjaan kita, kita men-

dapati, dengan rasa malu, bahwa banyak hal dikerjakan dengan 

amat buruk. namun , saat  Tuhan  melihat kembali pekerjaan-Nya, 

semuanya sungguh amat baik. Ia tidak menyatakannya baik sebe-


 34

lum Ia melihatnya baik, untuk mengajar kita