ungkinan bahwa Samgar sendiri
sedang menggunakan bajak itu saat orang Filistin mengadakan
serangan ke negerinya untuk memorak-porandakannya, dan Allah
menanamkan di dalam hatinya tekad untuk melawan mereka.
sebab dorongan hati itu muncul dengan tiba-tiba dan kuat,
sedangkan ia tidak membawa pedang ataupun tombak untuk
menghukum mati mereka, maka ia menggunakan alat yang ber-
ada di dekatnya, yakni beberapa peralatan bajaknya. Dengan
benda itulah ia membunuh sekian ratus orang dan lolos tanpa
terluka sedikit pun. Lihatlah di sini,
(1) Bahwa Allah dapat membuat orang-orang yang keturunan,
pendidikan, dan pekerjaannya sangat rendah dan tidak diang-
gap, menjadi amat sangat berguna bagi kemuliaan-Nya dan
kebaikan jemaat-Nya. Dia yang memiliki Roh pada diri-Nya
444
bisa saja, jika Ia berkehendak, membuat pembajak menjadi
hakim dan panglima, dan nelayan menjadi rasul.
(2) Tidak menjadi soal seberapa lemah senjatanya, jika Allah
mengarahkan dan menguatkan lengan orang yang mengguna-
kannya. Bila Allah berkenan, tongkat penghalau lembu pun
mampu berbuat lebih banyak dibandingkan dengan pedang
Goliat. Dan adakalanya Ia memilih bekerja melalui sarana-
sarana yang tidak menjanjikan seperti itu,supaya nyata bah-
wa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah.
PASAL 4
alan cerita Debora dan Barak (kedua pahlawan dalam pasal ini)
yaitu sama dengan jalan cerita sebelumnya. Dalam pasal ini kita
mendapati,
I. Israel berbalik dari Allah (ay. 1).
II. Israel ditindas oleh Yabin (ay. 2-3).
III. Israel berhakim kepada Debora (ay. 4-5).
IV. Israel diselamatkan dari tangan Yabin.
1. Pembebasan Israel itu direncanakan bersama Debora dan
Barak (ay. 6, 9).
2. Pembebasan itu dicapai melalui kerja sama mereka. Ba-
rak maju ke medan perang (ay. 10). Sisera, panglima ten-
tara Yabin, maju menghadapi Barak (ay. 12-13). Debora
membesarkan hati Barak (ay. 14). Dan Allah memberikan
kemenangan penuh kepada Barak. Tentara Sisera dika-
caubalaukan (ay. 15-16). Panglimanya terpaksa melarikan
diri (ay. 17). Dan di tempat di mana Sisera menyangka
akan mendapat perlindungan, di situ ia malah kehilangan
nyawa oleh Yael saat ia sedang tertidur (ay. 18-21). Hal
ini menuntaskan kemenangan Barak (ay. 22) dan pem-
bebasan Israel (ay. 23-24).
Orang Israel Diperbudak oleh Yabin
(4:1-3)
1 sesudah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata
TUHAN. 2 Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Ka-
naan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang
diam di Haroset-Hagoyim. 3 Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, sebab
J
446
Sisera memiliki sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya
ia menindas orang Israel dengan keras.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Israel murtad terhadap Allah: Mereka melakukan pula apa yang
jahat di mata-Nya, tidak lagi melayani-Nya, dan menyembah ber-
hala-berhala. Sebab inilah dosa yang sekarang paling merintangi
mereka (ay. 1). Lihatlah dalam hal ini,
1. Kekuatan yang mengherankan dari kebobrokan, yang mem-
buat orang bergegas melakukan dosa kendati sudah begitu
sering mengalami akibat-akibatnya yang mematikan. Kecon-
dongan untuk murtad begitu sulit ditahan.
2. Dampak-dampak buruk yang biasa terjadi sesudah lama hidup
tenteram. Negeri itu aman selama delapan puluh tahun, yang
seharusnya meneguhkan mereka dalam menjalankan agama.
Akan namun , justru sebaliknya, keadaan itu membuat mereka
merasa aman dan berbuat tidak karuan, dan menuruti segala
hawa nafsu yang memang untuk memuaskan penyembahan
terhadap allah-allah palsu diciptakan. Demikianlah, orang
bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya. Menjadi gemuklah
Yesyurun, dan menendang ke belakang.
3. Kerugian besar yang diderita sebuah bangsa melalui kematian
para pemimpin yang baik. Mereka melakukan apa yang jahat,
sebab Ehud telah mati. Demikianlah ayat itu bisa dibaca.
Ehud mengawasi mereka dengan ketat, mengekang dan meng-
hukum segala sesuatu yang tampak mengarah pada penyem-
bahan berhala, dan membuat mereka tetap setia melayani
Allah. Akan namun , sesudah Ehud tiada, mereka memberontak,
sebab mereka lebih takut kepada Ehud daripada kepada
Allah.
II. Israel ditindas oleh musuh-musuh mereka. saat mereka me-
ninggalkan Allah, Allah meninggalkan mereka. Mereka pun men-
jadi mangsa yang empuk bagi para perampok. Mereka menjauh-
kan diri dari Allah, seolah-olah Allah bukanlah bagian dari
mereka. Oleh sebab itu, Allah pun menjauhkan diri dari mereka
dengan memandang mereka sebagai bukan bagian dari diri-Nya.
Orang-orang yang melempar diri mereka keluar dari pelayanan
Kitab Hakim-hakim 4:1-3
447
kepada Allah, melempar diri mereka keluar dari perlindungan-
Nya. Apakah lagi urusan kekasih-Ku di dalam rumah-Ku jika ia
sudah bersundal seperti itu? (Yer. 11:15). Allah menyerahkan
mereka ke dalam tangan Yabin (ay. 2). Yabin ini memerintah di
Hazor, sama seperti raja lain sebelum dia, yang memiliki nama
sama, dan mungkin merupakan bapa leluhurnya, yang dibunuh
dan ditumpas habis oleh Yosua, dan dibakar kotanya (Yos. 11:1,
10). namun sepertinya, seiring berjalannya waktu, kota itu diba-
ngun kembali, kekuasaan diperoleh lagi, apa yang hilang didapat
kembali, dan lambat laun raja Hazor mendapat kekuatan untuk
melakukan penindasan atas Israel, yang sebab dosa telah kehi-
langan semua keuntungan yang mereka miliki untuk melawan
orang Kanaan. Perbudakan ini lebih lama daripada kedua per-
budakan sebelumnya, dan jauh lebih memilukan. Yabin, dan
Sisera panglimanya, benar-benar menindas Israel dengan keras.
Apa yang memperparah penindasan itu yaitu ,
1. Bahwa musuh ini lebih dekat dengan mereka dibandingkan
dengan kedua musuh sebelumnya. Musuh itu ada di perbatas-
an mereka, di tengah-tengah mereka, dan dengan begitu me-
miliki lebih banyak kesempatan untuk mencelakakan mereka.
2. Bahwa musuh ini yaitu penduduk asli negeri itu, yang me-
mendam rasa permusuhan yang tidak dapat dihilangkan ke-
pada orang Israel, sebab orang Israel telah menyerang dan
menduduki negeri mereka. Dengan demikian, saat orang
Israel ada dalam kuasa mereka, mereka akan berbuat jauh
lebih kejam dan jahat terhadap orang Israel sebagai balas
dendam atas perselisihan di masa lalu.
3. Bahwa orang Kanaan ini sudah pernah ditaklukkan dan
ditundukkan oleh Israel, sejak zaman dahulu telah ditetapkan
untuk menjadi hamba bagi orang Israel (Kej. 9:25), dan seka-
rang bisa saja berada di bawah kaki mereka, dan sama sekali
tidak dapat mengganggu mereka, kalau saja sikap mereka
yang malas, pengecut, dan tidak percaya tidak membuat orang
Kanaan bisa bangkit seperti itu. Ditindas oleh orang-orang
yang telah ditaklukkan oleh bapa leluhur mereka, dan yang
dengan bodoh telah dibiarkan hidup oleh mereka sendiri, tidak
bisa tidak pastilah sangat menyakitkan.
448
III. Israel kembali kepada Allah mereka: Mereka berseru kepada
TUHAN, saat kesusahan mendorong mereka datang kepada-Nya,
dan mereka tidak melihat jalan lain untuk dilepaskan. Orang-
orang yang menyepelekan Allah dalam kemakmuran mereka akan
mendapati bahwa mereka perlu mencari Dia dalam kesusahan
mereka.
Rancangan Debora dan Barak
(4:4-9)
4 Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai
hakim atas orang Israel. 5 Ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora
antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap
dia untuk berhakim kepadanya. 6 Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam
dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: “Bukankah TUHAN,
Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung
Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon
bersama-sama dengan engkau, 7 dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima
tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju eng-
kau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu.” 8
Jawab Barak kepada Debora: “Jika engkau turut maju aku pun maju, namun
jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.” 9 Kata Debora: “Baik, aku
turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan
yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam
tangan seorang perempuan.” Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-
sama dengan Barak ke Kedesh.
Tahun pembebasan pada akhirnya datang juga, saat Israel harus
dilepaskan dari tangan Yabin, dan dipulihkan kepada kebebasan
mereka. Dapat kita duga bahwa suku-suku yang di utara, yang letak-
nya paling dekat dengan si penindas dan paling merasakan dampak-
dampak dari kegeramannya, berseru kepada Allah secara khusus
untuk meminta pembebasan ini. Oleh sebab penindasan terhadap
orang-orang yang lemah, oleh sebab keluhan orang-orang miskin,
sekarang juga Allah bangkit. Sekarang kita mendapati di sini,
I. Persiapan yang dilakukan oleh bangsa itu untuk pembebasan
mereka, melalui kepemimpinan dan pemerintahan Debora sebagai
seorang nabiah (ay. 4-5). Nama Debora berarti lebah. Dan ia
menggenapi arti namanya melalui ketekunannya, kebijaksanaan-
nya, kegunaannya yang besar bagi masyarakat, keramahannya
kepada sahabat-sahabatnya, dan ketajamannya kepada musuh-
musuhnya. Ia disebut sebagai isteri Lapidot. Akan namun , sebab
Kitab Hakim-hakim 4:4-9
449
akhiran kata itu tidak lazim ditemukan dalam nama seorang pria,
maka sebagian penafsir menduga nama itu sebagai nama tempat:
ia yaitu seorang perempuan dari Lapidot. Sebagian yang lain
menafsirkannya sebagai julukan. Lapidot berarti lampu. Para rabi
mengatakan bahwa ia bekerja membuat sumbu untuk lampu
Kemah Suci. Dan, sebab sudah membungkuk untuk melakukan
pekerjaan yang rendah itu bagi Allah, maka ia lalu diangkat
ke jabatan yang tinggi seperti itu. Kemungkinan lain, ia yaitu
seorang perempuan yang penuh pencerahan, atau kecemerlangan,
perempuan yang luar biasa berpengetahuan dan bijaksana,
sehingga menjadi sangat terkemuka dan termasyhur. Mengenai
Debora, di sini diceritakan kepada kita,
1. Bahwa ia sangat dekat dengan Allah. Ia yaitu seorang na-
biah, seorang yang mengenal perkara-perkara ilahi melalui
ilham langsung dari Roh Allah, dan memiliki karunia-karunia
hikmat, yang diperolehnya bukan dengan cara biasa: ia men-
dengar firman Allah, dan mungkin melihat penglihatan dari
Yang Mahakuasa.
2. Bahwa ia sepenuhnya mengabdikan diri untuk melayani
Israel. Ia menjadi hakim Israel pada saat Yabin menindas
mereka. Mungkin saja, sebab seorang perempuan, dia lebih
mudah mendapat izin dari si penindas untuk melakukannya.
Ia menghakimi, bukan sebagai pemimpin, yang diberi wewe-
nang untuk memerintah rakyat, melainkan sebagai nabiah,
dan sebagai perpanjangan mulut Allah bagi Israel, dengan
meluruskan penyelewengan-penyelewengan dan membereskan
masalah-masalah, terutama yang berkaitan dengan penyem-
bahan kepada Allah. Orang Israel datang kepadanya dari
segala penjuru untuk berhakim, bukan untuk menyelesaikan
perselisihan di antara sesama manusia, melainkan terlebih
untuk memberi nasihat tentang bagaimana memperbaiki apa
yang salah dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan
Allah. Sebagian dari mereka yang sebelumnya diam-diam me-
ratapi kedurhakaan dan penyembahan berhala yang dilakukan
orang-orang di sekitar mereka, namun tidak tahu ke mana ha-
rus mengadu untuk menghentikan orang-orang itu, sekarang
menyampaikan keluhan-keluhan mereka kepada Debora. Ke-
mudian Debora, dengan pedang Roh, memperlihatkan kepada
mereka penghakiman Allah, menyadarkan dan menginsafkan
450
banyak orang, serta menggugah dan menggerakkan para
hakim di wilayah mereka masing-masing untuk menegakkan
hukum. Dikatakan bahwa ia berdiam (ay. 5, KJV), atau seperti
sebagian penafsir membacanya, ia duduk di bawah pohon
korma, yang lalu selalu disebut dengan namanya, pohon
korma Debora. Entah rumahnya ada di bawah pohon itu,
tempat tinggal yang begitu seadanya sehingga bisa didirikan di
bawah sebatang pohon, atau kursi pengadilannya diletakkan
di tempat terbuka, di bawah naungan pohon itu, yang menjadi
lambang untuk keadilan yang berusaha ditegakkannya di
sana, yang akan tetap hidup dan bertumbuh sekalipun meng-
hadapi perlawanan, seperti pohon korma yang menghadapi te-
kanan. Yosefus berkata bahwa orang Israel datang kepada
Debora untuk memintanya berdoa kepada Allah bagi mereka,
agar mereka dilepaskan dari tangan Yabin. Dan Samuel di-
katakan menghakimi Israel pada suatu kali di Mizpa, maksud-
nya, membawa mereka kembali kepada Allah, saat mereka
mengajukan permohonan yang sama kepada Samuel dalam
peristiwa yang serupa (1Sam. 7:6, 8).
II. Rancangan yang disusun untuk pembebasan mereka. saat
orang Israel menghadap Debora untuk berhakim kepadanya, pada
dia mereka menemukan keselamatan. Demikian pula halnya,
orang-orang yang mencari Allah untuk mendapatkan anugerah,
akan mendapatkan anugerah dan damai sejahtera, anugerah dan
penghiburan, anugerah dan kemuliaan. Debora sendiri, sebagai
seorang perempuan, tidak layak memimpin tentara perang. namun
ia menunjuk seorang yang layak, yaitu Barak dari Naftali. Barak,
ada kemungkinan, sudah menunjukkan kemampuannya dalam
beberapa pertarungan dengan pasukan-pasukan si penindas,
sebab ia tinggal berdekatan dengannya (sebab Hazor dan Haroset
terletak di dalam milik pusaka suku Naftali), dan dengan demi-
kian sudah mendapat nama baik dan pengaruh di antara orang-
orang sebangsanya. Kita dapat menduga bahwa orang yang berani
itu sudah membuat berbagai usaha untuk melepaskan kuk penin-
das ini, namun ia tidak dapat melaksanakannya sebelum menerima
penugasan dan perintah dari Debora. Barak tidak bisa berbuat
apa-apa tanpa kepala Debora, dan Debora pun tidak bisa berbuat
apa-apa tanpa tangan Barak. namun keduanya secara bersama-
Kitab Hakim-hakim 4:4-9
451
sama akan menjadi pembebas yang lengkap, dan mewujudkan
pembebasan yang tuntas. Orang-orang yang terbesar dan terbaik
sekalipun tidak dapat melakukan semuanya sendiri, namun mem-
butuhkan satu sama lain.
1. Dengan pimpinan Allah, Debora memerintahkan Barak untuk
membentuk pasukan, dan bertempur melawan tentara Yabin,
yang berada di bawah pimpinan Sisera (ay. 6-7). Barak, ada
kemungkinan, sudah memikirkan suatu usaha besar untuk
melawan musuh bersama itu. Percikan api yang berkobar-
korbar sudah berpendar di dadanya, dan dengan senang hati
ia akan melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsanya dan
untuk kota-kota Allahnya. Akan namun , ada dua hal yang
mengecilkan hatinya:
(1) Barak tidak mendapat amanat untuk mengerahkan pasuk-
an. Itulah sebabnya Debora di sini memberinya amanat
dengan meterai yang besar dari sorga. Sebagai seorang
nabiah, Debora memiliki wewenang untuk membubuhkan
meterai itu: “Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan
demikian? Ya, tentu saja. Percayalah perkataanku.” Sebagi-
an penafsir berpendapat bahwa perkataan Debora ini di-
maksudkan untuk mengetuk hati Barak sendiri. “Bukan-
kah Allah, melalui bisikan rahasia kepada dirimu sendiri,
telah memberimu suatu isyarat tentang maksud-Nya untuk
memakaimu sebagai alat di tangan-Nya untuk menyelamat-
kan Israel? Tidakkah engkau merasakan suatu dorongan
semacam ini pada rohmu sendiri?” Jika benar demikian,
roh nubuat dalam diri Debora meneguhkan roh seorang
prajurit dalam diri Barak: Majulah, bergeraklah menuju
gunung Tabor.
[1] Debora memberikan arahan kepada Barak mengenai be-
rapa jumlah orang yang harus dikumpulkannya, yaitu
10.000 orang. Dan janganlah Barak merasa khawatir
bahwa jumlah ini terlalu sedikit, sebab Allah sudah ber-
firman bahwa Dia melalui mereka akan menyelamatkan
Israel.
[2] Dari mana Barak harus mengumpulkan orang-orang
itu, yaitu hanya dari sukunya sendiri, dan dari suku Ze-
bulon yang tinggal bersebelahan dengan sukunya. Dua
452
wilayah ini akan memperlengkapi Barak dengan pasuk-
an yang cukup. Barak tidak perlu mencari ke tempat
yang lebih jauh. Dan,
[3] Debora memberikan perintah kepada Barak di mana dia
harus mengumpulkan orang-orang itu, yaitu di gunung
Tabor, di daerahnya sendiri.
(2) sesudah membentuk pasukan, Barak tidak tahu bagaimana
ia bisa mendapatkan peluang untuk bertempur melawan
musuh, yang mungkin akan menolak untuk berperang,
sesudah mendengar bahwa Israel, kalau saja mereka cukup
bernyali untuk maju melawan musuh mana pun, jarang
gagal memperoleh kemenangan. “Kalau begitu,” ujar De-
bora, “dalam nama Allah, aku akan menggerakkan Sisera
dan pasukan-pasukannya menuju engkau.” Debora meya-
kinkan Barak bahwa perkara itu akan selesai dalam satu
pertempuran sengit yang sudah ditentukan waktu dan
tempatnya, dan tidak akan memakan waktu lama.
[1] Dengan menyebutkan kekuatan musuh, yaitu Sisera,
seorang panglima yang termasyhur, pemberani dan ber-
pengalaman, kereta-keretanya, kereta-kereta besinya,
dan tentaranya yang banyak, Debora membuat Barak
merasa harus membentengi dirinya dengan ketetapan
hati yang sebesar-besarnya, sebab musuh yang harus
dihadapinya sangatlah tangguh. Memang baik mengeta-
hui kemungkinan yang terburuk,supaya kita dapat
mempersiapkan diri sebagaimana mestinya. Akan namun ,
[2] Dengan menetapkan tempat ke mana Sisera akan me-
ngerahkan pasukannya, Debora memberi Barak suatu
pertanda, yang dapat membantu meneguhkan imannya
saat ia mulai bertempur. Ini merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipastikan, dan bergantung pada kehendak
Sisera sendiri. Akan namun , saat sesudahnya Barak
melihat peristiwa itu terjadi persis seperti yang telah
dinubuatkan Debora, maka ia dapat menyimpulkan dari
situ bahwa pastilah hal-hal lain yang telah dikatakan
Debora disampaikan di bawah pimpinan ilahi. Hal ini
akan sangat membesarkan hatinya, terutama sebab
bersama dengan ini,
Kitab Hakim-hakim 4:4-9
453
[3] Aku akan (yaitu, Allah akan, yang di dalam nama-Nya
aku berbicara) menyerahkan dia ke dalam tanganmu.
Jadi, saat Barak melihat pasukan Sisera bergerak me-
lawannya, sesuai perkataan Debora, Barak bisa yakin
bahwa, sesuai perkataan Debora, ia akan segera melihat
mereka rebah di hadapannya. Cermatilah, Allah meng-
gerakkan mereka kepada Barak hanyasupaya Ia dapat
menyerahkan mereka ke dalam tangannya. saat
Sisera mengerahkan semua pasukannya, ia berencana
untuk menghancurkan Israel. Akan namun , Allah meng-
himpunkan mereka seperti berkas gandum ke tempat
pengirikan, untuk kehancuran mereka sendiri (Mi. 4:11-
12). Berhimpunlah engkau, maka engkau akan dihancur-
kan berkeping-keping (Yes. 8:9 (KJV) dan Why. 19:17-18).
2. Atas permintaan Barak, Debora berjanji akan turut maju
bersamanya ke medan pertempuran.
(1) Barak sangat bersikeras menuntut kehadiran Debora, yang
baginya akan lebih baik daripada dewan penasihat perang
(ay. 8): “Jika engkau turut maju bersamaku untuk memberi-
ku petunjuk dan nasihat, dan dalam segala perkara yang
sulit memberitahukan kepadaku pikiran Allah, maka aku
pun maju dengan segenap hatiku, dan tidak akan takut
terhadap kereta-kereta besi itu. Jika tidak, maka aku pun
tidak akan maju.” Sebagian penafsir melihat perkataan ini
sebagai ungkapan iman yang lemah. Barak tidak dapat
mempercayai perkataan Debora kecuali Debora ada ber-
samanya, seolah-olah sebagai jaminan bahwa perkataan-
nya itu akan dipenuhi. namun pernyataan Barak ini seperti-
nya lebih timbul dari keyakinan akan perlunya kehadiran
Allah dan pimpinan-Nya yang terus-menerus. Barak akan
memandang kehadiran Debora sebagai tanggungan dan
jaminan dari kehadiran dan pimpinan Allah itu. Itulah
sebabnya Barak memohonkannya dengan sungguh-sung-
guh seperti itu. “Jika engkau tidak maju bersamaku, seba-
gai pertanda bahwa Allah maju bersamaku, janganlah su-
ruh aku berangkat dari sini.” Tidak ada yang lebih mem-
berinya ketenangan selain kehadiran sang nabiah itu
bersamanya untuk menyemangati para prajurit dan untuk
454
dimintai petunjuk tentang firman Allah dalam segala ke-
sempatan.
(2) Debora berjanji akan turut maju bersama Barak (ay. 9).
Tidak ada susah payah ataupun bahaya yang dapat meng-
halangi Debora melakukan yang terbaik seperti yang
sepatutnya ia lakukan untuk berbakti kepada negerinya.
Debora tidak akan mengutus Barak ke suatu tempat jika
dia sendiri tidak mau pergi ke tempat itu. Orang-orang
yang dalam nama Allah memanggil orang lain untuk mela-
kukan kewajiban mereka, harus sungguh-sungguh siap
untuk mendampingi mereka dalam melaksanakannya.
Debora yaitu kaum yang lebih lemah, namun ia memiliki
iman yang lebih kuat. Akan namun , meskipun Debora setuju
untuk turut maju bersama Barak, jika Barak memang
bersikeras menuntutnya, Debora memberinya isyarat yang
cukup pantas untuk membuat seorang tentara tidak ber-
sikeras menuntutnya: Dalam perjalanan yang engkau laku-
kan ini (begitu yakinnya Debora akan kemenangan hingga
ia menyebut perjuangan Barak dalam perang hanya seperti
menempuh perjalanan), engkau tidak akan mendapat kehor-
matan. Engkau tidak akan mendapat kehormatan yang
begitu besar seperti seandainya engkau maju sendiri. Sebab
Tuhan akan menyerahkan Sisera. Sekarang giliran Sisera
yang diserahkan, seperti Israel dahulu (ay. 2), melalui pem-
balasan “ke dalam tangan seorang perempuan.” Artinya,
[1] Dunia akan menganggap kemenangan ini diperoleh ka-
rena tangan Debora: Hal ini sudah dapat dilihat Barak
sendiri.
[2] Allah (untuk memperbaiki kelemahan Barak) akan me-
lengkapi kemenangan itu melalui tangan Yael, yang
sedikit banyak akan memudarkan kehormatan Barak.
namun Barak lebih menghargai ketenangan pikirannya,
dan keberhasilan yang luar biasa dari usahanya, dari-
pada kehormatannya. Oleh sebab itu, ia sama sekali
tidak mau membatalkan permohonannya. Ia tidak be-
rani berperang kecuali Debora ada bersamanya, untuk
memberinya petunjuk dan berdoa baginya. Oleh sebab
itu, Debora menepati perkataannya sendiri dengan ke-
beranian seorang laki-laki. Pahlawan perempuan yang
Kitab Hakim-hakim 4:10-16
455
mulia ini pun bangun berdiri dan pergi bersama-sama
dengan Barak.
Kekalahan Sisera
(4:10-16)
10 Barak mengerahkan suku Zebulon dan suku Naftali ke Kedesh, maka
sepuluh ribu orang maju mengikuti dia; juga Debora maju bersama-sama
dengan dia. 11 Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari
suku Keni, dari anak-anak Hobab ipar Musa, dan telah berpindah-pindah
memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat
Kedesh. 12 sesudah dikabarkan kepada Sisera, bahwa Barak bin Abinoam
telah maju ke gunung Tabor, 13 dikerahkannyalah segala keretanya, sembilan
ratus kereta besi, dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia, dari
Haroset-Hagoyim ke sungai Kison. 14 Lalu berkatalah Debora kepada Barak:
“Bersiaplah, sebab inilah harinya TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam
tanganmu. Bukankah TUHAN telah maju di depan engkau?” Lalu turunlah
Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia, 15 dan
TUHAN mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya
oleh mata pedang di depan Barak, sehingga Sisera turun dari keretanya dan
melarikan diri dengan berjalan kaki. 16 Lalu Barak mengejar kereta-kereta
dan tentara itu sampai ke Haroset-Hagoyim, dan seluruh tentara Sisera
tewas oleh mata pedang; tidak ada seorang pun yang tinggal hidup.
Dalam perikop ini diceritakan,
I. Barak menghimpun sukarelawan, dan dalam waktu singkat,
jumlah orang yang diperlukannya sudah siap (ay. 10). Debora
sudah menunjuk dia untuk membentuk sebuah pasukan yang
terdiri dari 10.000 orang (ay. 6), dan sebanyak itulah jumlah
orang yang sekarang ada pada kakinya (KJV), yang mengikuti dia,
dan menaati perintahnya. Allah dikatakan memanggil kita pada
kaki-Nya (Yes. 41:2, KJV), artinya, untuk taat kepada-Nya. Menu-
rut sebagian penafsir, ungkapan itu menyiratkan bahwa mereka
semua yaitu orang-orang yang berjalan kaki, dan memang demi-
kianlah pasukan orang Yahudi pada umumnya. Hal ini membuat
ketimpangan kekuatan antara mereka dan musuh mereka yang
menunggang kuda dan kereta sangatlah besar, dan membuat
kemenangan mereka semakin gilang-gemilang. namun kehadiran
Allah dan nabiah-Nya lebih dari cukup untuk menyeimbangkan
ketimpangan itu. Barak menghimpun orang-orangnya pada kaki-
nya, yang menyiratkan kegembiraan dan kesiapan mereka untuk
mengiringinya ke mana saja ia pergi (Why. 14:4). Meskipun suku
Zebulon dan suku Naftali yang terutama diandalkan, namun
456
tampak melalui nyanyian Debora bahwa ada sejumlah orang yang
datang kepada Barak dari suku-suku lain yaitu Manasye dan
Isakhar, dan ada lebih banyak yang diharapkan namun tidak
datang, yaitu dari suku Ruben, Dan, dan Asyer (5:14-17). namun
orang-orang ini tidak disebutkan di sini, dan kita hanya diberi
tahu bahwa untuk membuat 10.000 orang yang mengikuti Barak
benar-benar berhasil, Debora maju bersama-sama dengan dia.
Ayat 11, yang berbicara mengenai kepindahan Heber, salah satu
kaum orang Keni, dari padang gurun Yehuda di selatan, tempat
kaum-kaum itu menetap (1:16), ke negeri di utara, diselipkan di
sini untuk memperjelas apa yang akan disampaikan selanjutnya
mengenai tindakan Yael yang berani, seorang istri dari kaum itu.
II. Sisera, sesudah diberi tahu tentang pergerakan Barak, maju ke
medan perang dengan pasukan yang sangat banyak dan sangat
kuat (ay. 12-13, KJV): Mereka memperlihatkan kepada Sisera,
maksudnya, hal ini diperlihatkan kepada Sisera. Namun, sebagian
penafsir berpendapat bahwa mereka di sini merujuk kepada orang
Keni, yang disebutkan tepat sebelumnya (ay. 11). Mereka memberi
tahu Sisera tempat berhimpunnya Barak, sebab pada waktu itu
ada hubungan yang baik antara Yabin dan kaum orang Keni (ay.
17). Entah mereka meniatkannya sebagai kebaikan kepada Sisera
atau tidak, perbuatan mereka itu ikut menggenapkan apa yang
telah dikatakan Allah melalui Debora (ay. 7): Aku akan meng-
gerakkan Sisera menuju engkau. Apa yang menjadi andalan utama
Sisera yaitu kereta-keretanya. Itulah sebabnya diberi perhatian
khusus tentang kereta-kereta itu, sembilan ratus kereta besi,
dengan pisau-pisau sabit yang diikatkan pada tangan-tangan
rodanya. Dan saat kereta-kereta itu dilajukan ke tengah-tengah
pasukan pejalan kaki, sungguh mengerikan kematian yang diaki-
batkannya. Betapa manusia itu banyak akal dalam menciptakan
cara-cara untuk menghancurkan satu sama lain, demi memuas-
kan segala hawa nafsu yang darinya datang sengketa dan perteng-
karan.
III. Debora memberi perintah untuk maju bertempur melawan musuh
(ay. 14). Yosefus berkata bahwa saat Barak melihat pasukan
Sisera bergerak, dan mencoba mengepung gunung Tabor, yang di
puncaknya Barak dan pasukannya berkemah, hati Barak menjadi
Kitab Hakim-hakim 4:10-16
457
sangat ciut, dan ia memutuskan untuk mundur ke tempat yang
lebih aman. namun Debora menyemangati Barak untuk menyerang
Sisera, dengan meyakinkan Barak bahwa inilah hari yang ditandai
dalam keputusan hikmat ilahi sebagai kekalahan Sisera. “sebab
sekarang mereka kelihatan teramat mengancam, maka mereka
sudah matang untuk dihancurkan. Kehancuran itu begitu pasti
terjadi, sehingga seolah-olah sudah terjadi: TUHAN menyerahkan
Sisera ke dalam tanganmu.” Lihatlah bagaimana pekerjaan dan
kehormatan dalam pertempuran besar ini dibagi antara Debora
dan Barak. Debora, sebagai kepala, memberikan perintah, dan
Barak, sebagai tangan, mengerjakannya. Demikianlah Allah mem-
bagikan karunia-Nya secara beragam (1Kor. 12:4, dst.). Akan
namun , meskipun biasanya kepala dari perempuan ialah laki-laki
(1Kor. 11:3), namun Dia yang memiliki Roh pada diri-Nya ber-
kenan menyilangkan tangan-Nya, dan menempatkan kepala pada
pundak perempuan, dengan memilih apa yang lemah bagi dunia
untuk mempermalukan apa yang kuat,supaya jangan ada se-
orang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Sungguh baik bagi Barak bahwa Debora ada bersamanya, sebab
Debora memperlengkapi apa yang kurang,
1. Dalam kepemimpinan Barak, dengan memberi tahu dia, inilah
harinya.
2. Dalam keberanian Barak, dengan meyakinkan dia akan pe-
nyertaan Allah: “Bukankah TUHAN telah maju di depan eng-
kau? Tidakkah engkau berani mengikuti, padahal Allah sendiri
yang menjadi pemimpinmu?” Perhatikanlah,
(1) Dalam segala usaha yang kita lakukan, sungguh baik jika
kita puas bahwa Allah maju di depan kita, bahwa kita se-
dang menjalankan kewajiban kita dan berada dalam pim-
pinan-Nya.
(2) Jika ada dasar bagi kita untuk berharap bahwa Allah maju
di depan kita, maka kita harus terus maju dengan berani
dan gembira. Janganlah berkecil hati sebab kesulitan-
kesulitan yang engkau jumpai dalam melawan Iblis, dalam
melayani Allah, atau menderita bagi-Nya. Sebab bukankah
TUHAN telah maju di depan engkau? Oleh sebab itu,
ikutilah Dia dengan sepenuh hati.
458
IV. Allah sendiri mengacaukan tentara musuh (ay. 15). Barak, dengan
menaati perintah Debora, turun ke lembah, walaupun di sana di
atas dataran, kereta-kereta besi akan jauh lebih mudah melindas
dia. Barak meninggalkan kubu pertahanannya di atas gunung
dengan bergantung pada kuasa ilahi. Sebab sia-sialah mengha-
rapkan keselamatan dari bukit-bukit dan gunung-gunung. Hanya
pada TUHAN, ada keselamatan bagi umat-Nya (Yer. 3:23). Barak
tidak terpedaya dalam keyakinannya itu: TUHAN mengacaukan
Sisera. Bukan serangan Barak yang berani dan mengejutkan ter-
hadap perkemahan mereka yang membuat mereka tawar hati dan
tercerai berai, melainkan terlebih kengerian Allah yang menceng-
keram roh mereka dan membuat mereka kebingungan tanpa bisa
dijelaskan. Bintang-bintang, tampaknya, memerangi mereka
(5:20). Yosefus berkata bahwa hujan es hebat yang menghantam
wajah merekalah yang membuat kekacauan ini, melumpuhkan
mereka, dan memukul mereka mundur. Dengan demikian, mere-
ka menjadi mangsa yang sangat empuk bagi tentara Israel, dan
perkataan Debora pun tergenapi: “TUHAN menyerahkan mereka ke
dalam tanganmu.” Sekarang engkau berkuasa untuk berbuat
sesukamu terhadap mereka.”
V. Barak dengan berani memanfaatkan keuntungan ini, meneruskan
serangan itu dengan tekad pantang mundur dan kegigihan yang
tak kenal lelah, memburu kemenangannya, mengejar pasukan-
pasukan yang terserak, bahkan sampai ke markas besar panglima
mereka di Haroset (ay. 16), dan tidak membiarkan hidup seorang
pun yang telah diserahkan Allah ke dalam tangannya untuk
dihancurkan: Tidak ada seorang pun yang tinggal hidup. saat
Allah maju di depan kita dalam peperangan-peperangan rohani
kita, kita harus bergerak cepat mengikuti-Nya. Dan, jika
melalui anugerah Dia memberi kita suatu keberhasilan melawan
musuh-musuh jiwa kita, kita harus memanfaatkan keberhasilan
itu dengan berjaga-jaga dan bertekad kuat, dan terus melanjut-
kan perang kudus itu dengan penuh semangat.
Kitab Hakim-hakim 4:17-24
459
Kekalahan Sisera
(4:17-24)
17 namun Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael, isteri
Heber, orang Keni itu, sebab ada perhubungan baik antara Yabin, raja Hazor,
dengan keluarga Heber, orang Keni itu. 18 Yael itu pun keluar mendapatkan
Sisera, dan berkata kepadanya: “Singgahlah, tuanku, silakan masuk. Jangan
takut.” Lalu singgahlah ia ke dalam kemah perempuan itu dan perempuan
itu menutupi dia dengan selimut. 19 lalu berkatalah ia kepada perem-
puan itu: “Berilah kiranya aku minum air sedikit, aku haus.” Lalu perem-
puan itu membuka kirbat susu, diberinyalah dia minum dan diselimutinya
pula. 20 Lagi katanya kepada perempuan itu: “Berdirilah di depan pintu
kemah dan jika ada orang datang dan bertanya kepadamu: Ada orang di
sini?, maka jawablah: Tidak ada.” 21 namun Yael, isteri Heber, mengambil
patok kemah, diambilnya pula palu, mendekatinya diam-diam, lalu dilantak-
nyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah – sebab
ia telah tidur nyenyak sebab lelahnya – maka matilah orang itu. 22 Pada
waktu itu muncullah Barak yang mengejar Sisera. Keluarlah Yael mendapat-
kan dia dan berkata kepadanya: “Mari, aku akan menunjukkan kepadamu
orang yang kaucari itu.” Lalu masuklah Barak ke dalam dan tampaklah
Sisera mati tergeletak dengan patok dalam pelipisnya. 23 Demikianlah Allah
pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel. 24
Dan kekuasaan orang Israel kian keras menekan Yabin, raja Kanaan, sampai
mereka melenyapkan Yabin, raja Kanaan itu.
Kita telah melihat pasukan Kanaan betul-betul dikacau-balaukan.
Dikatakan dalam Mazmur 83:10-11, di mana kekalahan pasukan ini
diserukan sebagai contoh dari perbuatan serupa yang dilakukan
Allah pada masa-masa lalu , bahwa mereka menjadi pupuk bagi
tanah. Sekarang kita mendapati di sini,
I. Kejatuhan panglima perang mereka, Sisera, panglima bala tentara
mereka, yang ada kemungkinan merupakan orang yang sepenuh-
nya diandalkan oleh Yabin, raja mereka. Itulah sebabnya Yabin
sendiri tidak ikut dalam pertempuran itu. Marilah kita telusuri
tahap-tahap kejatuhan orang yang gagah perkasa ini.
1. Sisera turun dari keretanya, dan melarikan diri dengan ber-
jalan kaki (ay. 15, 17). Kereta-keretanya telah menjadi kebang-
gaannya dan andalannya. Dan dapat kita duga bahwa itulah
sebabnya ia memandang rendah dan menantang barisan ten-
tara dari Allah yang hidup, sebab mereka semua berjalan
kaki, dan tidak memiliki kereta ataupun kuda, seperti yang di-
milikinya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya ia dibuat malu
seperti itu akan andalannya, dan terpaksa turun dari kereta
itu, serta menganggap dirinya sudah aman dan tenang sesudah
meninggalkan keretanya, meskipun dapat kita duga bahwa ke-
460
reta itu yaitu yang paling baik dan paling kencang dari se-
mua kereta yang lain. Demikianlah orang-orang yang meng-
andalkan makhluk ciptaan akan dikecewakan. Seperti bambu
yang patah, bambu itu tidak hanya terkulai, namun juga me-
nembus tangan mereka, dan menyiksa mereka dengan ber-
bagai-bagai duka. Berhala bisa saja dengan cepat berubah
menjadi beban (Yes. 46:1), dan Allah bisa saja membuat kita
muak dengan apa yang dulu membuat kita tergila-gila. Betapa
Sisera terlihat menyedihkan sesudah turun dari keretanya! Sulit
diperkirakan apakah wajahnya memerah atau justru badan-
nya yang lebih gemetar. Janganlah percaya kepada para
bangsawan, jika mereka begitu cepat jatuh ke dalam keadaan
seperti ini, jika orang yang baru saja mengandalkan lengannya
dengan begitu yakin, sekarang harus mengandalkan tumitnya
dengan tidak begitu yakin.
2. Sisera melarikan diri untuk mencari perlindungan ke perke-
mahan orang Keni, sebab ia tidak memiliki kubu pertahanan,
atau tempat lain miliknya sendiri yang dapat dijangkaunya
untuk beristirahat. Cara hidup orang Keni yang sederhana dan
menyendiri, ada kemungkinan, dahulu pernah dia pandang
rendah dan dia olok-olok, terlebih lagi sebab mereka masih
berpegang pada agama. Namun sekarang ia dengan senang
hati mau berlindung di bawah salah satu kemah itu. Dan ia
memilih kemah atau kediaman seorang istri, entah sebab
tempat itu tidak akan begitu dicurigai, atau sebab tempat itu
kebetulan yang paling dekat dengannya, dan yang pertama
didatanginya (ay. 17). Apa yang mendorongnya untuk pergi ke
sana yaitu bahwa pada saat itu ada hubungan baik antara
tuannya dan keluarga Heber. Bukan berarti bahwa ada per-
sekutuan di antara mereka untuk menyerang dan membela
diri dari pihak musuh, hanya saja pada saat itu tidak ada
tanda-tanda permusuhan. Yabin tidak mencelakai mereka,
tidak menindas mereka seperti yang dilakukannya kepada
orang Israel. Cara hidup mereka yang sederhana, tenang, dan
tidak membahayakan membuat mereka tidak dicurigai atau-
pun ditakuti, dan mungkin Allah memang mengaturnya demi-
kian sebagai imbalan atas kesetiaan mereka untuk terus ber-
pegang pada agama yang benar. Itulah sebabnya Sisera ber-
pikir bahwa dia bisa aman di antara mereka, tanpa memper-
Kitab Hakim-hakim 4:17-24
461
timbangkan bahwa, meskipun orang Keni sendiri tidak ditin-
das oleh kekuasaan Yabin, namun mereka sungguh berbela
rasa dengan Israel milik Allah yang ditindasnya.
3. Yael mengundang Sisera masuk, dan menyambutnya dengan
sangat hangat. Ada kemungkinan Yael berdiri di depan pintu
kemah, untuk mencari tahu kabar dari para pasukan, dan ke-
berhasilan yang diperoleh dari pertempuran yang berlangsung
tidak jauh dari situ.
(1) Yael mengundang Sisera masuk. Mungkin Yael sedang me-
nunggu kesempatan untuk berbuat baik kepada orang
Israel yang mengalami kesulitan, kalau-kalau ada kesem-
patan untuk melakukannya. Akan namun , saat dilihatnya
Sisera datang dengan sangat tergesa-gesa, terengah-engah
dan kehabisan napas, diundangnya Sisera untuk masuk
dan beristirahat di dalam kemahnya. Dalam hal ini, walau-
pun Yael tampak ingin menolong Sisera melepas lelah,
mungkin ia sebenarnya berniat untuk menghambat pelari-
an Sisera,supaya Sisera dapat jatuh ke tangan Barak, yang
tidak sedang buru-buru mengejarnya (ay. 18). Dengan
begitu, dapat dipertanyakan apakah Yael sejak semula ber-
pikir untuk menghabisi nyawa Sisera, ataukah Allah yang
menaruh pemikiran itu di dalam hatinya lalu .
(2) Yael memperlakukan Sisera dengan sangat baik, dan tam-
pak memberi perhatian yang luar biasa besar untuk mem-
buat Sisera merasa nyaman, sebagai tamu undangannya.
Adakah ia lelah? Yael menyediakan tempat yang sangat
nyaman baginya untuk berbaring dan memulihkan kekuat-
annya. Adakah ia haus? Ya, tentu saja. Adakah ia ingin
sedikit air untuk menyejukkan lidahnya? Minuman terbaik
yang tersedia di kemah Yael disuguhkan kepadanya, yakni
susu (ay. 19), yang dapat kita duga diminum Sisera
sepuas-puasnya. sesudah disegarkan kembali oleh susu itu,
Sisera pun lebih cepat mengantuk dan ingin tidur. Adakah
ia kedinginan, atau takut masuk angin? Ataukah dia ingin
disembunyikan dari orang-orang yang mengejarnya, kalau-
kalau mereka menggeledah kemah itu? Yael menutupinya
dengan selimut (ay. 18). Semuanya merupakan ungkapan
dari kepedulian akan keselamatan Sisera. Hanya saat
Sisera meminta Yael untuk berbohong baginya, dan menga-
462
takan bahwa dia tidak ada di situ, Yael tidak mau berjanji
untuk melakukannya (ay. 20). Kita tidak boleh berdosa
terhadap Allah, sekalipun untuk menyenangkan orang-
orang yang harus melihat kita sebagai orang yang sungguh
patuh. Yang terakhir, kita dapat menduga bahwa Yael ber-
usaha untuk menjaga kemahnya setenang mungkin, bebas
dari suara ribut,supaya Sisera bisa tidur lebih cepat dan
lebih nyenyak. Dan saat Sisera merasa sudah aman,
pada saat itulah keselamatannya tidak terjamin. Betapa
tidak pasti dan tidak menentunya hidup manusia itu! Apa
yang dapat menjamin kelangsungan hidup kita, jika
orang-orang yang kita percayakan dengan hidup kita begitu
mudah mengkhianatinya, dan orang-orang yang kita ha-
rapkan untuk melindungi hidup kita bisa saja menghan-
curkannya! Yang paling baik yaitu menjadikan Allah
sahabat kita, sebab Dia tidak akan memperdaya kita.
4. saat Sisera sudah tertidur nyenyak, Yael memakukan patok
kemah yang panjang ke dalam pelipisnya sampai tembus,
sehingga kepalanya terpaku ke tanah, dan membunuhnya (ay.
21). Meskipun ini saja sudah cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan itu, namun, untuk memastikannya (jika kita mener-
jemahkannya dengan benar, 5:26), Yael memenggal kepalanya,
dan membiarkannya terpaku di tanah. Tidak jelas apakah Yael
merencanakan hal ini atau tidak saat dia mengundang
Sisera masuk. Ada kemungkinan pikiran itu terlintas dalam
benak Yael saat ia melihat Sisera terbaring dalam sikap
tubuh yang begitu pas untuk menerima pukulan yang memati-
kan seperti itu. Dan, tidak diragukan lagi, pikiran itu pasti
datang bersama bukti yang kuat bahwa asalnya bukan dari
Iblis sebagai pembunuh dan pembinasa, melainkan dari Allah
sebagai hakim yang adil dan penuntut balas. Yael pasti meli-
hat cahaya dan terang sorgawi yang begitu cemerlang dalam
dorongan-dorongan yang dia rasakan untuk melakukan hal
itu, serta kehormatan Allah dan pembebasan Israel, dan di da-
lamnya sama sekali tidak ada gelapnya maksud jahat, keben-
cian, dan balas dendam pribadi.
(1) Kuasa ilahilah yang memampukan Yael melakukan hal itu,
dan mengilhaminya dengan keberanian yang melebihi ke-
Kitab Hakim-hakim 4:17-24
463
beranian seorang laki-laki. Bagaimana kalau tangannya
sampai gemetar, dan pukulannya sampai meleset? Bagai-
mana kalau Sisera sampai terbangun saat Yael sedang
berusaha memakunya? Atau seandainya beberapa peng-
awal Sisera mengikutinya, dan muncul dengan tiba-tiba di
hadapan Yael, betapa mahal harga yang harus dibayar dia
dan seluruh keluarganya untuk itu? Namun demikian, ka-
rena mendapat pertolongan Allah, Yael berhasil melaku-
kannya.
(2) Perintah ilahilah yang membenarkan Yael melakukannya.
sebab sekarang orang tidak bisa mengaku-ngaku menda-
pat amanat yang luar biasa seperti itu, maka perbuatan itu
sama sekali tidak boleh diikuti dalam keadaan apa pun.
Hukum persahabatan dan keramahan harus dipelihara
dalam hidup beragama, dan kita harus jijik kalau sampai
terpikir bahwa kita akan mengkhianati orang yang telah
kita undang dan kita dorong untuk menaruh kepercayaan
pada kita. Adapun mengenai tindakan Yael ini, seperti
tindakan Ehud dalam pasal sebelumnya, ada alasan bagi
kita untuk berpikir bahwa Yael menyadari dorongan ilahi
yang begitu rupa pada rohnya untuk melakukan tindakan
itu, hingga meyakinkan dirinya dengan sepenuh-penuhnya
dan sebab itu harus meyakinkan kita juga bahwa tindak-
an ini dilakukan dengan benar. Penghakiman-penghakim-
an Allah itu sangat dalam bagaikan samudera raya yang
hebat. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan hukuman
mati ini yaitu patok kemah, yaitu salah satu patok besar
yang dipakai untuk mengencangkan kemah atau tiang-
tiangnya. sebab orang Israel sering kali memindahkan
kemah-kemah mereka, dan Yael sudah biasa menancapkan
patok-patok ini, maka dia tahu cara melakukannya dengan
lebih cekatan pada kesempatan besar ini. Orang yang me-
nyangka akan menghancurkan Israel dengan kereta besi-
nya yang banyak, dia sendiri dihancurkan dengan satu
patok besi. Demikianlah apa yang lemah bagi dunia mem-
permalukan apa yang kuat. Lihatlah di sini bagaimana Yael
mendapat kehormatan dan Sisera mendapat malu. Sang
panglima besar pun mati,
464
[1] Dalam tidurnya, tidur yang nyenyak sebab lelahnya.
Itulah sebabnya mengapa ia tidak bergerak, untuk
membuat perlawanan. Begitu terbelenggunya ia dalam
rantai tidur, sehingga untuk menggerakkan tangannya
pun dia tidak bisa. Demikianlah, orang-orang yang be-
rani telah dijarah oleh sebab hardik-Mu, ya Allah Yakub!
Mereka terlelap dalam tidurnya, dan dengan begitu di-
buat tidur untuk selamanya (Mzm. 76:6-7). Oleh sebab
itu, janganlah orang yang kuat bermegah dalam kekuat-
annya, sebab saat ia tidur, di manakah kekuatannya
itu? Kekuatannya tidak ada, dan ia tidak dapat berbuat
apa-apa. Pada saat itu seorang anak kecil pun bisa
mencemoohnya, dan menghabisi nyawanya. Akan te-
tapi, jika ia tidak tidur, kekuatannya akan segera habis
dan ia menjadi kelelahan, dan tidak dapat berbuat apa-
apa juga. Kata-kata yang dalam Alkitab kita diselipkan;
sebab ia telah tidur nyenyak sebab lelahnya, dicatat
berbeda dalam semua terjemahan Alkitab kuno: ia me-
ronta (atau tersentak, seperti yang biasa kita katakan)
dan mati, demikian tertulis dalam terjemahan bahasa
Aram dan Arab. Exagitans ses mortuus est – Dia pingsan
dan mati, demikian tertulis dalam Septuaginta. Con-
socians morte soporem, demikian tertulis dalam bahasa
Latin rakyat, dengan menggabungkan tidur dan mati
bersama-sama, sebab melihat bahwa keduanya begitu
dekat. Dia pingsan dan mati. Sisera mati,
[2] Dengan kepalanya terpaku ke tanah, sebagai lambang
dari pikirannya yang semata-mata tertuju pada perkara
duniawi. O curve in terram animæ! Menurut Uskup Hall,
telinganya ditancapkan ke tanah, seolah-olah tubuhnya
sedang mendengarkan apa yang telah terjadi pada jiwa-
nya. Dia mati,
[3] Oleh tangan seorang perempuan. Hal ini menambah
cela pada kematiannya di mata laki-laki. Seandainya dia
tahu akan hal ini, seperti Abimelekh (9:54), dapat kita
bayangkan betapa itu akan menambah kesal hatinya.
Kitab Hakim-hakim 4:17-24
465
II. Kemuliaan dan sukacita bangsa Israel atas kejadian ini.
1. Barak, pemimpin mereka, mendapati musuhnya sudah mati
(ay. 22). Dan, tidak diragukan lagi, ia sangat senang menda-
pati pekerjaannya dilakukan dengan begitu baik bagi dirinya,
dan membawa kemuliaan yang begitu besar bagi Allah, dan
mempermalukan musuh-musuh-Nya. Seandainya dia terlalu
mempersoalkan masalah kehormatan, dia pasti benci dan
menganggap sebagai penghinaan bahwa panglima itu dibunuh
oleh tangan orang lain selain tangannya. namun sekarang dia
ingat bahwa pengurangan terhadap kehormatannya ini me-
mang harus dialaminya, sebab dia bersikeras agar Debora
maju bersamanya. TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam
tangan seorang perempuan, walaupun pada waktu itu tidak
terpikir bahwa nubuatan ini akan digenapi dengan cara seperti
ini.
2. Israel dibebaskan sepenuhnya dari tangan Yabin, raja Kanaan
(ay. 23-24). Mereka tidak hanya melepaskan kuk Yabin melalui
kemenangan pada hari ini, namun juga sesudahnya mereka
meneruskan perang itu melawan Yabin, sampai mereka meng-
hancurkannya, sebab Yabin dan bangsanya, oleh ketetapan
ilahi, telah dikhususkan untuk dihancurkan dan tidak boleh
dibiarkan hidup. Orang Israel, sebab sudah betul-betul men-
derita akibat rasa iba mereka yang bodoh dengan tidak me-
numpas orang Kanaan sebelumnya, sekarang, sebab kuasa
ada di tangan mereka, membulatkan hati untuk tidak lagi
membiarkan orang Kanaan hidup, namun melenyapkan orang
Kanaan itu sampai sehabis-habisnya. Mereka memandang
bahwa menunjukkan belas kasihan kepada bangsa Kanaan itu
bertentangan dengan kepentingan mereka dan juga dengan
perintah Allah. Dan mungkin dengan melihat hukuman yang
tengah menimpa orang Israellah musuh ini disebutkan tiga
kali di sini dalam dua ayat terakhir ini, dan disebut sebagai
raja Kanaan. Sebab sebagai raja Kanaanlah ia harus dihancur-
kan. Dan betapa ia dihancurkan sampai sehabis-habisnya
hingga seingat saya, saya tidak pernah membaca tentang raja-
raja Kanaan lagi sesudah ini. Orang Israel akan dapat men-
cegah begitu banyak malapetaka seandainya mereka cepat-
cepat melenyapkan orang-orang Kanaan ini, seperti yang telah
diperintahkan dan dimampukan Allah untuk mereka lakukan.
466
namun lebih baik terlambat menjadi bijak, dan memperoleh
hikmat melalui pengalaman, daripada tidak pernah menjadi
bijak sama sekali.
PASAL 5
asal ini berisi nyanyian kemenangan yang digubah dan dinyanyi-
kan pada perayaan kemenangan yang gemilang itu, yang diper-
oleh Israel atas pasukan-pasukan Yabin, raja Kanaan, dan segala
sukacita yang dihadirkan oleh kemenangan itu. Mungkin pada masa
itu orang biasa menggubah sajak pada kesempatan-kesempatan
seperti ini, sama halnya seperti pada masa sekarang. Akan namun ,
dari semua sajak yang ada pada masa hakim-hakim itu, hanya sajak
ini yang dilestarikan, sebab sajak ini ditulis oleh Debora, seorang
nabiah, yang dimaksudkan sebagai mazmur pujian pada masa itu,
dan sebagai contoh pujian untuk masa-masa yang akan datang. Dan
sajak itu memberikan banyak pencerahan tentang sejarah pada
masa-masa itu.
I. Nyanyian itu dimulai dengan pujian bagi Allah (ay. 2-3).
II. Inti nyanyian ini menyampaikan ingatan tentang pencapaian
yang besar ini.
1. Dengan membandingkan penampakan-penampakan Allah
bagi mereka pada peristiwa ini dengan penampakan-
penampakan-Nya kepada mereka di gunung Sinai (ay. 4-5).
2. Dengan mengagung-agungkan pembebasan mereka, meng-
ingat keadaan yang sangat membahayakan yang telah me-
lingkupi mereka (ay. 6-8).
3. Dengan memanggil orang-orang yang turut menikmati
kebaikan-kebaikan dari keberhasilan ini untuk bergabung
bersama-sama di dalam pujian (ay. 9-13).
4. Dengan memberikan kehormatan kepada suku-suku yang
maju dan berjuang dalam peperangan itu, dan kehinaan
kepada suku-suku yang menolak untuk ambil bagian (ay.
14-19, 23).
P
468
5. Dengan memberi perhatian bagaimana Allah sendiri ber-
perang bagi mereka (ay. 20-22).
6. Dengan memuji-muji kehormatan Yael secara khusus, yang
membunuh Sisera, yang dinyanyikan dengan panjang lebar
(ay. 24-30). Nyanyian ini lalu diakhiri dengan sebuah
doa kepada Allah (ay. 31).
Nyanyian Debora dan Barak
(5:1-5)
1 Pada hari itu bernyanyilah Debora dan Barak bin Abinoam, demikian: 2 Kare-
na pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, sebab bangsa itu menawar-
kan dirinya dengan sukarela, pujilah TUHAN! 3 Dengarlah, ya raja-raja!
Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi
TUHAN, bermazmur bagi TUHAN, Allah Israel. 4 TUHAN, saat Engkau berge-
rak dari Seir, saat Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah
bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya; 5 gunung-gunung – yakni Sinai
– bergoyang di hadapan TUHAN, di hadapan TUHAN, Allah Israel.
Pasal sebelumnya mengisahkan kepada kita tentang perkara-perkara
besar apa yang telah dilakukan Allah bagi Israel. Di dalam pasal ini,
kita mendapati balasan yang penuh syukur yang mereka berikan
kepada Allah,supaya segenap jemaat di segala zaman dapat belajar
melakukan pekerjaan sorga itu, yaitu memuji Allah.
I. Allah dipuji lewat sebuah nyanyian, yang merupakan,
1. Ungkapan sukacita yang sangat alami. Kalau ada seorang
yang bergembira, baiklah ia menyanyi! Sukacita yang kudus
sungguh merupakan jiwa dan akar dari puji-pujian dan ucap-
an syukur. Allah berkenan memandang diri-Nya dimuliakan
melalui sukacita kita di dalam Dia dan dalam perbuatan-per-
buatan-Nya yang ajaib. Sukacita hamba-hamba-Nya menjadi
kegembiraan-Nya, dan nyanyian-nyanyian mereka yaitu
irama yang merdu di telinga-Nya.
2. Sarana yang sangat tepat untuk menyebarkan pengetahuan
dan mengabadikan ingatan tentang peristiwa-peristiwa besar.
Tetangga yang satu akan belajar nyanyian ini dari tetangga
yang lain, dan anak-anak akan belajar dari orangtua mereka.
Dan dengan sarana itu, orang-orang yang tidak memiliki
artikel , atau tidak dapat membaca, akan dibuat mengenal per-
buatan-perbuatan Allah ini, sehingga angkatan demi angkatan
Kitab Hakim-Hakim 5:1-5
469
akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan Allah, dan memberita-
kan keperkasaan-Nya (Mzm. 145:4, dst.).
II. Debora sendirilah yang menulis nyanyian ini, seperti yang tampak
dalam ayat 7: Sampai aku, Debora, bangkit (KJV). Ayat pertama
seharusnya diterjemahkan, maka bernyanyilah ia, yaitu Debora.
1. Debora mempergunakan karunia-karunia yang diterimanya
sebagai seorang nabiah dalam menggubah nyanyian ini. Alun-
an di sepanjang lagu itu sangatlah indah dan luhur, penggam-
barannya sungguh hidup, ungkapan-ungkapannya sungguh
elok, dan di dalamnya kelembutan dan keagungan bercampur
dengan begitu mengagumkan. Tidak ada puisi yang dapat
dibandingkan dengan puisi suci. Dan,
2. Kita dapat menduga bahwa Debora mempergunakan kuasanya
sebagai seorang pemimpin dalam mewajibkan pasukan Israel
yang menjadi penakluk itu untuk mempelajari dan menyanyi-
kan nyanyian ini. Debora tidak berharap bahwa mereka, lewat
sajak gubahan mereka, harus memuji-muji Debora dan meng-
agung-agungkan dia. namun ia menuntut bahwa dalam sajak
ini, mereka harus bergabung bersamanya dalam memuji Allah
dan mengagung-agungkan Dia. Debora telah menjadi orang
pertama yang memutar roda perang, dan sekarang pun ia
menjadi orang pertama dalam mengucap syukur.
III. Nyanyian itu dinyanyikan pada hari itu, bukan pada hari pepe-
rangan berlangsung, melainkan pada perayaan kemenangan itu,
dan segera sesudah kemenangan itu diperoleh, begitu hari peng-
ucapan syukur dapat ditetapkan pada waktu yang tepat. jika
kita sudah menerima rahmat dari Allah, kita harus segera mem-
balas-Nya dengan puji-pujian, selama kesan-kesan dari rahmat
itu masih segar terasa. Ini seperti sewa yang harus dibayar saat
sudah tiba waktunya.
1. Debora memulai nyanyiannya dengan mengucap Haleluya
seperti pada umumnya: Pujilah, atau berkatilah, sebab me-
mang itulah kata yang dipakai, TUHAN (ay. 2, KJV). Nyanyian
ini dimaksudkan untuk memuliakan Allah. Itulah sebabnya
ungkapan ini ditempatkan pertama-tama, untuk menjelaskan
dan mengarahkan segala sesuatu yang disampaikan selanjut-
470
nya, seperti permohonan pertama dalam doa Bapa Kami, diku-
duskanlah nama-Mu. Di sini, ada dua hal yang membuat Allah
dipuji:
(1) Pembalasan yang dilakukan-Nya kepada seteru-seteru Is-
rael, untuk mengganjar para penindas Israel yang congkak
dan kejam, dengan membalaskan ke dalam pangkuan me-
reka segala kejahatan yang telah mereka lakukan kepada
umat-Nya. Tuhan dikenal sebagai Allah yang benar, dan
Allah yang empunya pembalasan melalui penghakiman
yang dijalankan-Nya.
(2) Anugerah yang diberikan-Nya kepada sahabat-sahabat
Israel, saat mereka menawarkan diri dengan sukarela un-
tuk ambil bagian di dalam peperangan ini. Allah harus me-
nerima kemuliaan dari semua pekerjaan baik yang diper-
buat kepada kita dalam segala waktu. Semakin dengan
sukarela semua pekerjaan baik itu dilakukan, semakin kita
dapat melihat anugerah ilahi itu, yang memberikan baik
kemauan maupun pekerjaan. sebab dua hal inilah Debora
menetapkan hati untuk menuliskan nyanyian ini, bagi
kehormatan Allah yang kekal (ay. 3): Kalau aku, aku mau
bernyanyi bagi TUHAN, bagi Yahwe, Allah yang kedaulatan-
Nya tak dapat ditentang dan yang kuasa-Nya tak dapat
dilawan, yaitu bagi TUHAN, Allah Israel, yang memerintah
segala sesuatu demi kebaikan jemaat.
2. Debora memanggil para pembesar dunia yang duduk di atas
takhta mereka untuk menyimak nyanyiannya, dan memper-
hatikan siapa yang menjadi pokok nyanyiannya itu: Dengarlah,
ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka!
(1) Debora ingin mereka tahu bahwa sebesar dan setinggi apa
pun jabatan mereka, ada seorang Raja di atas mereka
semua. Beperkara dengan-Nya yaitu suatu kebodohan,
dan tunduk kepada-Nya yaitu kepentingan mereka. Dan
bahwa kuda-kuda dan kereta-kereta yaitu hal yang sia-
sia untuk dijadikan jaminan keamanan.
(2) Debora ingin mereka bergabung bersamanya untuk memuji
Allah Israel, dan tidak lagi memuji dewa-dewa mereka yang
palsu, seperti yang diperbuat Belsyazar. Ia memuji-muji
dewa-dewa dari emas dan perak (Dan. 5:4). Debora ber-
Kitab Hakim-Hakim 5:1-5
471
tutur kepada mereka seperti tutur sang pemazmur, oleh
sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana! Beribadah-
lah kepada TUHAN dengan takut (Mzm. 2:10-11).
(3) Debora ingin mereka diperingatkan oleh nasib yang menim-
pa Sisera, dan jangan sampai berani mencederai umat
Allah sedikit pun, sebab Allah, cepat atau lambat, akan
membela perkara mereka dengan gigih.
3. Debora melihat kembali penampakan-penampakan Allah pada
waktu dulu, dan membandingkan penampakan ini dengan
penampakan-penampakan itu, untuk semakin mengagungkan
sang Pencipta yang mulia dari keselamatan yang agung ini.
Apa yang sedang dilakukan A