dunia ini yang membuat kita gemar ter-
hadapnya? Apakah yang tidak ada di sorga, sehingga hati
kita tidak tertarik kepadanya? Kepala kita ada di sana,
Surat Kolose 3:5-7
393
rumah kita ada di sana, harta kita ada di sana, dan kita
berharap supaya berada di sana untuk selama-lamanya.
Perlunya Mematikan Dosa
(3:5-7)
5 sebab itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu
percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang
sama dengan penyembahan berhala, 6 semuanya itu mendatangkan murka
Allah [atas orang-orang durhaka]. 7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu
saat kamu hidup di dalamnya.
Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose untuk mematikan dosa, yang
menjadi penghalang besar untuk mencari perkara-perkara yang di
atas. sebab merupakan kewajiban kita untuk mengarahkan hati
kepada perkara-perkara sorgawi, maka sudah menjadi kewajiban kita
pulalah untuk mematikan dalam diri kita segala sesuatu yang
duniawi, yang biasanya mencondongkan hati kita pada perkara-per-
kara yang di dunia. Matikanlah mereka, yaitu, taklukkanlah kebia-
saan-kebiasaan pikiran yang jahat yang menguasai kamu saat
kamu masih belum percaya. Bunuhlah mereka, tindaslah mereka,
seperti yang kamu lakukan terhadap ilalang atau hama yang menye-
bar dan membinasakan semua di sekitarnya. Atau, seperti kamu
membunuh seorang musuh yang melawanmu dan melukaimu. Sega-
la sesuatu dalam dirimu yang duniawi. Ini termasuk anggota tubuh,
yang merupakan bagian dari diri kita di dunia, dan yang direkam di
bagian-bagian bumi yang paling bawah (Mzm. 139:15), atau kegemar-
an yang bejat di dalam pikiran, yang mengarahkan kita kepada per-
kara-perkara duniawi, anggota-anggota tubuh maut (Rm. 7:24). Pau-
lus merincinya,
I. Nafsu-nafsu kedagingan, yang dahulu dikenal sangat menguasai
mereka. Percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, berbagai
perbuatan nafsu daging dan ketidakmurnian daging. Semua itu
begitu mereka nikmati di dalam kehidupan mereka sebelumnya,
dan begitu bertentangan dengan kehidupan sebagai orang Kristen
dan pengharapan sorgawi.
II. Cinta akan dunia ini. Dan juga keserakahan, yang sama dengan
penyembahan berhala. Yaitu, kasih yang tidak sepatutnya terha-
394
dap kebaikan yang hanya sementara sifatnya dan kenikmatan
lahiriah. Itu dimulai dengan menilainya terlalu tinggi, sehingga
orang mengejarnya dengan nafsu berlebih, dan tidak dapat meng-
gunakan serta menikmatinya sebagaimana mestinya, dan kemudi-
an timbullah perasaan sangat takut dan kesedihan yang luar bia-
sa jika kehilangan itu semua. Perhatikan, keserakahan adalah
penyembahan berhala secara rohaniah. Keserakahan berarti mem-
berikan kasih dan penghargaan terhadap kekayaan duniawi, yang
seharusnya hanya layak diberikan bagi Allah. Sikap seperti ini men-
jadikan keserakahan semakin jahat dan jauh lebih menjengkelkan
bagi Allah, daripada yang biasa disangka orang. Selain itu, tampak
jelas bahwa di antara segala contoh dosa yang pernah dilakukan
oleh semua orang baik seperti yang tercatat di dalam firman (dan
jarang sekali ada di antaranya yang tidak jatuh ke dalam dosa,
kecuali beberapa orang saja, dalam suatu kesempatan dalam hidup
mereka), tidak pernah di dalamnya tercatat ada orang baik yang
berdosa dalam hal keserakahan. Paulus terus menunjukkan betapa
pentingnya mematikan dosa (ay. 6-7).
1. sebab , jika kita tidak membunuh mereka, mereka akan mem-
bunuh kita. Semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas
orang-orang durhaka) (ay. 6). Perhatikanlah, pada dasarnya
apakah kita ini, kurang lebihnya: orang-orang durhaka. Bukan
hanya orang-orang durhaka, melainkan juga ada di bawah
kuasa dosa dan secara alamiah cenderung untuk durhaka
atau tidak patuh. Sejak lahir orang-orang fasik telah menyim-
pang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat
(Mzm. 58:4). Selain itu, sebagai orang-orang durhaka, kita
adalah orang-orang yang harus dimurkai (Ef. 2:3). Murka Allah
menimpa semua orang durhaka. Barangsiapa tidak menaati
ketetapan-ketetapan hukum, ia menimpakan hukuman ke-
pada dirinya sendiri. Dosa yang disebutkan oleh Paulus adalah
dosa yang dilakukan jemaat Kolose saat mereka masih kafir
dan menyembah berhala, sehingga khususnya pada saat itu
mereka adalah orang-orang durhaka, dan dosa-dosa ini me-
nimpakan hukuman ke atas mereka, dan memperhadapkan
mereka pada murka Allah.
2. Kita harus mematikan dosa-dosa ini, sebab dosa-dosa terse-
but sudah hidup di dalam diri kita. Dahulu kamu juga melaku-
kan hal-hal itu saat kamu hidup di dalamnya (ay. 7). Perhati-
Surat Kolose 3:8-11
395
kan, merenungkan bahwa tadinya kita hidup di dalam dosa
merupakan sebuah alasan yang baik mengapa sekarang kita
harus meninggalkan dosa. Kita sudah melangkah di jalan yang
sesat, dan sebab itu janganlah kita berjalan di dalamnya lagi.
Jikalau aku telah berbuat curang, maka aku tidak akan berbuat
lagi (Ayb. 34:32). Telah cukup banyak waktu yang kita per-
gunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak
mengenal Allah, saat kita berjalan di dalam hawa nafsu
(1Ptr. 4:3). saat kamu hidup di antara orang-orang yang
berbuat demikian (demikianlah beberapa orang menafsirkan-
nya), berarti kamu hidup di dalam perbuatan-perbuatan yang
jahat itu. Adalah sukar untuk tinggal di antara orang-orang
yang melakukan pekerjaan gelap tanpa memiliki persekutuan
dengan mereka, seperti halnya berjalan di dalam lumpur tanpa
ternoda tanah. Marilah kita menjauh dari jalan orang jahat.
Perlunya Mematikan Dosa
(3:8-11)
8 namun sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan,
fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. 9 Jangan lagi kamu
saling mendustai, sebab kamu telah menanggalkan manusia lama serta
kelakuannya, 10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus
diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar
Khaliknya; 11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang
bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau
orang merdeka, namun Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
Sebagaimana kita harus mematikan segala keinginan yang tidak pada
tempatnya, begitu juga kita harus mematikan segala nafsu yang tidak
semestinya (ay. 8). namun sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu
marah, geram, kejahatan, sebab semuanya ini bertentangan dengan
rancangan Injil, seperti halnya segala ketidakmurnian yang jahat.
Sekalipun semua itu merupakan kejahatan yang lebih bersifat
rohani, bukan berarti tidak lebih jahat. Kebenaran Injil memperkenal-
kan suatu perubahan terhadap kuasa-kuasa jiwa baik yang lebih
tinggi maupun yang lebih rendah, dan mendukung akal sehat dan
hati nurani lebih berkuasa daripada nafsu dan gairah. Amarah dan
geram sudah buruk, namun kejahatan lebih buruk lagi, sebab akar-
nya lebih dalam dan dilakukan dengan sengaja. Kejahatan adalah
suatu amarah yang memuncak dan ditindaklanjuti. Selain itu, seba-
396
gaimana keyakinan-keyakinan bejat di dalam hati harus dipangkas,
maka begitu juga dengan buah yang dihasilkannya melalui lidah.
Contohnya yaitu fitnah, yang agaknya lebih dimaksudkan berbicara
buruk tentang manusia daripada tentang Allah, berkata-kata jahat
kepada mereka, atau menimbulkan pembicaraan-pembicaraan yang
buruk tentang mereka, dan mencemari nama baik mereka dengan
cara-cara licik yang jahat. Kata-kata kotor, yaitu, segala percakapan
yang kotor dan kasar, yang berasal dari pikiran cemar di dalam diri
orang yang mengatakannya, dan menimbulkan pencemaran yang
sama pada diri pendengarnya. Dan juga, dusta: Jangan lagi kamu
saling mendustai (ay. 9), sebab dusta bertentangan baik dengan
hukum kebenaran maupun hukum kasih. Dusta itu tidak adil dan
juga tidak baik, dan biasanya cenderung menghancurkan iman dan
persahabatan di tengah umat manusia. Dusta menjadikan kita seru-
pa dengan Iblis (yang adalah bapa segala dusta), dan merupakan
bagian utama dari gambaran Iblis pada jiwa kita. sebab itulah, kita
diperingatkan terhadap dosa ini dengan penjelasan umum ini: sebab
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan
telah mengenakan manusia baru (ay. 10). Dengan merenungkan peng-
akuan kita bahwa kita sudah menjauhi dosa dan mendukung kepen-
tingan Kristus, bahwa kita telah menolak segala dosa dan memeluk
kepentingan Kristus, maka seharusnya itu membentengi kita dari
dosa dusta ini. Barangsiapa telah menanggalkan manusia lama, juga
telah menanggalkan perbuatan manusia lama itu. Juga, mereka yang
telah mengenakan manusia baru harus mengenakan semua perbuat-
an manusia baru, bukan hanya memeluk kaidah-kaidah yang baik,
namun juga menindakinya dalam perilaku yang baik. Dikatakan bah-
wa manusia baru terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar, sebab orang yang tidak berpengetahuan
tidak dapat menjadi orang yang baik. Tanpa pengetahuan, hati tidak
dapat menjadi baik (Ams. 19:2). Anugerah Allah bekerja atas kehen-
dak dan perasaan dengan memperbarui akal budi. Teranglah yang
pertama ada dalam ciptaan baru, sebagaimana ia yang pertama ada
pada mulanya, menurut gambar Khaliknya. Bagi manusia yang tidak
berdosa, merupakan sebuah kehormatan bahwa ia diciptakan menu-
rut gambar Allah. Namun, gambar itu rusak dan terhilang oleh kare-
na dosa, dan diperbarui oleh anugerah yang menguduskan. sebab
itu, jiwa yang diperbarui sama seperti keadaan awal Adam saat ia
diciptakan. Di dalam karya pengudusan yang merupakan sebuah hak
Surat Kolose 3:12-17
397
istimewa, tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat
atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau
orang merdeka (ay. 11). Sekarang sudah tidak ada lagi perbedaan
yang timbul sebab adanya perbedaan negara atau perbedaan
keadaan dalam kehidupan. Menjadi kudus merupakan tugas bagi
orang yang satu dan juga bagi yang lain, seperti halnya menerima
anugerah dari Allah untuk menjadi kudus adalah hak istimewa bagi
orang yang satu sama seperti bagi yang lain. Kristus datang untuk
merubuhkan semua tembok pemisah, supaya semua orang dapat
berdiri sejajar di hadapan Allah, baik dalam hal tugas maupun hak
istimewa. Dan sebab alasan ini, yaitu sebab Kristus adalah semua
dan di dalam segala sesuatu. Kristus adalah segala-galanya bagi
seorang Kristen, satu-satunya Tuhan dan Juruselamatnya, dan
segala pengharapan dan kebahagiaannya. Dan bagi orang-orang yang
dikuduskan, baik yang satu maupun yang lain, dan siapa pun
mereka di dalam hal yang lain, Dia adalah semua di dalam semua,
Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Dia adalah semua di
dalam segala sesuatu bagi mereka.
Anjuran mengenai Kasih
(3:12-17)
12 sebab itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan
dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kele-
mahlembutan dan kesabaran. 13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain,
dan ampunilah seorang akan yang lain jika yang seorang menaruh den-
dam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu
perbuat jugalah demikian. 14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih,
sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. 15 Hendaklah
damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, sebab untuk itulah
kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. 16 Hendaklah
perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu,
sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan
yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian
rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. 17 Dan segala
sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah
semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia
kepada Allah, Bapa kita.
Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat supaya jemaat saling me-
ngasihi dan berbelas kasihan. sebab itu, kenakanlah belas kasihan
(ay. 12). Kita tidak hanya perlu menanggalkan marah dan geram (se-
perti di ay. 8), namun juga harus mengenakan belas kasihan dan ke-
murahan. Bukan hanya berhenti berbuat jahat, melainkan juga bela-
398
jar untuk berbuat baik. Bukan hanya tidak menyakiti, melainkan
juga sebisa mungkin melakukan apa yang baik kepada semua orang.
I. Alasan yang dipakai di sini untuk menegaskan nasihat itu sangat-
lah menggugah. Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikudus-
kan dan dikasihi-Nya, kenakanlah. Perhatikan,
1. Orang-orang yang dikuduskan adalah orang-orang pilihan
Allah. Dan orang-orang yang merupakan pilihan Allah, dan
yang dikuduskan, mereka juga dikasihi-Nya, dikasihi oleh
Allah, dan juga harus menjadi dikasihi oleh semua orang.
2. Orang-orang yang menjadi pilihan Allah, yang dikuduskan dan
dikasihi, harus berperilaku sesuai dengan keadaan mereka itu,
supaya tidak kehilangan kekudusan mereka, dan juga penghi-
buran mereka sebagai orang-orang pilihan dan dikasihi.
Barangsiapa kudus di hadapan Allah wajib merendahkan diri
dan penuh kasih terhadap semua orang. Perhatikanlah apa
khususnya yang harus kita kenakan.
(1) Rasa iba terhadap orang-orang yang malang, yaitu belas
kasihan yang terdalam. Orang-orang yang sangat berutang
pada belas kasihan harus menunjukkan belas kasihan
terhadap semua orang yang layak dikasihani. Hendaklah
kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati
(Luk. 6:36).
(2) Kemurahan kepada teman-teman kita, dan kepada mereka
yang mengasihi kita. Orang-orang pilihan Allah harus me-
nunjukkan sopan santun, sebab tujuan Injil bukan hanya
untuk melembutkan pikiran manusia, namun juga untuk
memperindahnya, serta mempererat persahabatan di an-
tara manusia selain juga memperdamaikan manusia de-
ngan Allah.
(3) Kerendahan hati, dengan menundukkan diri terhadap orang-
orang yang lebih tinggi dari kita, dan membumi dengan
orang-orang yang lebih rendah dari kita. Bukan hanya sikap
kita yang harus rendah hati, namun pikiran juga harus ren-
dah hati. Belajarlah pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan
rendah hati (Mat. 11:29).
(4) Kelemahlembutan terhadap orang-orang yang telah mem-
bangkitkan kemarahan kita, atau dengan cara apa pun me-
Surat Kolose 3:12-17
399
nyakiti kita. Kita tidak boleh terseret ke dalam sikap tidak
pantas sebab dihina dan diabaikan, namun justru harus
dengan bijaksana membungkam amarah kita sendiri, dan
sabar menanggung amarah orang lain.
(5) Kesabaran terhadap orang-orang yang terus mengusik kita.
Kasih itu sabar, dan kasih itu murah hati (1Kor. 13:4). Ba-
nyak orang mampu bersabar untuk sementara, namun tidak
tahan jika harus berlama-lama melakukannya. Namun kita
harus panjang sabar, baik saat disakiti oleh manusia mau-
pun saat ditegur oleh Sang Pemelihara Ilahi. Jika Allah saja
panjang sabar terhadap kita, sekalipun kita membangkitkan
marah-Nya begitu rupa, maka kita juga harus bersabar ter-
hadap orang lain dalam hal-hal serupa.
(6) Bersabar satu sama lain, dengan mengingat kesalahan dan
kelemahan masing-masing, sabarlah kamu seorang terha-
dap yang lain. Kita semua memiliki sesuatu dalam diri kita
yang perlu dimaklumi, dan ini merupakan alasan yang baik
mengapa kita perlu memaklumi orang lain dalam hal yang
tidak kita sepakati. Kita memerlukan balasan yang sama
dari orang lain sebagaimana yang harus kita tunjukkan
kepada mereka.
(7) Kesiapan untuk mengampuni saat disakiti. Ampunilah se-
orang akan yang lain jika yang seorang menaruh den-
dam terhadap yang lain. Selama kita hidup di dunia ini, di
mana ada begitu banyak kebejatan di dalam hati kita, dan
begitu banyak kemungkinan untuk terjadinya perbedaan
dan percekcokan, terkadang pertengkaran bisa saja terjadi,
bahkan di antara orang-orang pilihan Allah, yang diku-
duskan dan dikasihi. Seperti halnya di antara Paulus dan
Barnabas timbul perselisihan yang tajam, sehingga mereka
berpisah (Kis. 15:39), dan di antara Paulus dan Petrus (Gal.
2:14). Namun di dalam perkara-perkara semacam itu, kita
wajib saling mengampuni. Bukan menyimpan dendam, me-
lainkan menerima cercaan yang ada dan menganggapnya
angin lalu. Sebabnya, sama seperti Tuhan telah mengam-
puni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dengan mere-
nungkan betapa banyak kesalahan kita sudah diampuni
oleh Kristus, itu menjadi alasan yang baik untuk mengam-
puni orang lain. Bahwa Kristus di dunia ini berkuasa
400
mengampuni dosa menjelaskan keilahian-Nya, dan itu me-
rupakan salah satu teladan-Nya yang harus kita ikuti apa-
bila kita sendiri ingin diampuni. Ampunilah kami akan
kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang
bersalah kepada kami (Mat. 6:12).
II. Agar dapat melakukan semua ini, di sini kita diberi nasihat ten-
tang beberapa hal, yaitu,
1. Supaya kita menutupi diri kita dengan baju kasih (ay. 14). Dan
di atas semuanya itu: kenakanlah kasih. Epi pasi de toutois di
atas segala sesuatu. Kiranya kasih menjadi pakaian, jubah,
seragam, lambang kebesaran dan tanda pembeda kita. Atau,
kiranya kasih menjadi yang utama dan yang tertinggi, sebagai
keseluruhan dan rangkuman dari loh batu yang kedua. Tam-
bahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kasih akan
saudara-saudara kasih akan semua orang (2Ptr. 1:5-7). Paulus
meletakkan dasarnya pada iman, dan menaruh puncaknya
pada kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan me-
nyempurnakan, sebagai semen dan pusat dari kumpulan
orang-orang yang berbahagia. Persatuan Kristen terbentuk
dari kesepakatan dan kasih satu sama lain.
2. Menundukkan diri kita kepada pemerintahan damai sejahtera
Kristus (ay. 15). Hendaklah damai sejahtera Kristus memerin-
tah dalam hatimu. Maksudnya, Allah dalam keadaan berdamai
dengan kamu, dan kamu merasa nyaman bahwa Dia me-
nerima dan berkenan kepadamu. Atau, suatu kecenderungan
untuk berdamai di antara kamu sendiri, suatu roh yang penuh
damai sejahtera, yang menjaga perdamaian, dan memperda-
maikan. Ini disebut damai sejahtera Kristus, sebab ini meru-
pakan karya-Nya di dalam semua orang yang adalah milik-
Nya. Sebab Kerajaan Allah adalah soal kebenaran dan damai
sejahtera (Rm. 14:17). Kiranya damai sejahtera ini memerintah
dalam hatimu, menang dan berkuasa di sana, atau menjadi
seperti wasit yang memutuskan segala masalah perbedaan di
antara kamu. sebab untuk itulah kamu telah dipanggil
menjadi satu tubuh. Kita dipanggil untuk memiliki damai se-
jahtera ini, yaitu kedamaian dengan Allah sebagai hak isti-
mewa kita dan kedamaian dengan saudara-saudara kita seba-
gai kewajiban kita. Dengan menjadi satu tubuh, kita dipanggil
Surat Kolose 3:12-17
401
untuk hidup damai seorang dengan yang lain, sebagaimana
halnya anggota-anggota dari tubuh jasmani. sebab , kita se-
mua adalah tubuh Kristus dan kita masing-masing adalah ang-
gotanya (1Kor. 12:27). Agar damai sejahtera di dalam kita ini
terpelihara, maka kita harus bersyukur. Tugas untuk bersyu-
kur kepada Allah adalah sebuah tugas yang begitu indah dan
menyenangkan, sehingga itu akan membantu kita untuk men-
jadi ramah dan menyenangkan terhadap semua orang. Dari-
pada bersikap iri satu sama lain gara-gara adanya perkenan atau
keunggulan pada diri orang tertentu, lebih baik bersyukurlah
sebab rahmat-Nya, yang dibagikan kepada kamu semua.
3. Membiarkan perkataan Kristus diam dengan segala kekayaan-
nya di antara kita (ay. 16). Injil adalah perkataan Kristus, yang
telah datang kepada kita. Namun, datang saja tidak cukup,
Injil juga harus diam di antara kita, atau mengatur rumah,
enoikeitō. Bukan seperti seorang hamba di dalam rumah, yang
berada di bawah kuasa orang lain, melainkan seperti seorang
tuan, yang berhak mengatur dan memerintah semua orang
yang tinggal di bawah atap rumahnya. Kita harus mengambil
semua perintah dan arahan kita dari Injil, dan mengambil
jatah makanan serta kekuatan, kasih karunia dan penghibur-
an darinya pada saat yang tepat, seperti dari kepala rumah
tangga atau tuan rumah. Injil harus diam di antara kita.
Maksudnya, Injil harus selalu ada dan tersedia bagi kita di
dalam segala keadaan, dan memiliki pengaruh dan kegunaan
yang tepat. Kita harus mengenal Injil secara akrab, dan menge-
camkannya (Ayb. 5:27). Injil harus diam dengan segala ke-
kayaannya di antara kita, bukan hanya mengatur rumah
tangga di dalam hati kita, melainkan juga mengaturnya baik-
baik. Banyak orang menyimpan perkataan Kristus di dalam
diri mereka, namun firman itu hanya diam saja tidak berbuat
banyak. Firman tidak memiliki kuasa dan pengaruh yang dah-
syat pada diri mereka. Jiwa baru akan makmur atau sejahtera
saat firman Allah diam dengan segala kekayaannya di dalam
kita, saat kita mengalami kelimpahannya di dalam kita, dan
dipenuhi dengan ayat-ayat firman dan kasih karunia Kristus.
Dan ini dilakukan dengan segala hikmat. Fungsi hikmat yang
tepat adalah menerapkan apa yang kita ketahui kepada diri
kita sendiri, sebagai penuntun kita. Perkataan Kristus harus
402
diam di dalam kita, bukan dengan segala gagasan dan pemi-
kiran yang menduga-duga, untuk menjadikan kita sebagai se-
orang ahli, melainkan dengan segala hikmat, untuk menjadi-
kan kita sebagai orang Kristen yang baik, dan untuk memam-
pukan kita mengatur perilaku kita sendiri dalam segala hal
sebagai anak-anak hikmat.
4. Mengajar dan menegur seorang terhadap yang lain. Ini akan
sangat membantu kita untuk maju terus dalam segala kasih
karunia. Kita mempertajam diri dengan membangun orang
lain, dan kita menambah pengetahuan kita dengan menyam-
paikannya untuk membangun orang lain. Kita harus mengajar
dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan
mazmur dan puji-pujian. Perhatikan, menyanyikan mazmur
adalah sebuah perintah Injil, psalmois kai hymnois kai ōdais,
yaitu menyanyikan Mazmur Daud, dan lagu-lagu puji-pujian
dan syair rohani, yang dikumpulkan dari ayat-ayat firman,
dan dicocokkan dengan kesempatan-kesempatan khusus, dan
bukannya menyanyikan nyanyian-nyanyian kotor dan duniawi
dari upacara penyembahan berhala. Puisi agamawi agaknya
didukung juga oleh ungkapan-ungkapan ini, dan bisa amat
membangun. Namun, saat menyanyikan mazmur, kita tidak
membuat irama apa pun kecuali kita menyanyikannya dengan
disertai ucapan syukur di dalam hati kita, kecuali hati kita
juga tergugah dengan apa yang kita nyanyikan dan meresapi-
nya dengan perenungan yang mendalam dan sungguh-sung-
guh. Menyanyikan mazmur adalah sebuah bentuk ibadah
untuk mengajar sekaligus ibadah untuk memuji. Kita tidak
hanya harus membangun dan mendorong diri kita sendiri,
namun juga harus mengajar dan menegur seorang akan yang
lain, saling menggerakkan perasaan kita, dan menyampaikan
nasihat dan tuntunan.
5. Segala sesuatu harus dilakukan di dalam nama Kristus (ay.
17). Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan
atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan
Yesus, menurut perintah-Nya dan sesuai dengan kekuasaan-
Nya, melalui kekuatan yang diturunkan dari Dia, dengan mata
yang tertuju pada kemuliaan-Nya, dan bergantung pada ke-
baikan-Nya untuk menerima apa yang baik dan mendapatkan
Surat Kolose 3:18-25
403
ampunan bagi apa yang salah. Sambil mengucap syukur oleh
Dia kepada Allah, Bapa kita. Perhatikan,
(1) Kita harus mengucap syukur di dalam segala hal. Apa saja
yang kita kerjakan, kita harus tetap mengucap syukur (Ef.
5:20). Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu.
(2) Tuhan Yesus harus menjadi Pengantara dari puji-pujian kita
dan doa kita. Kita mengucap syukur dalam nama Tuhan kita
Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita (Ef. 5:20). Barang-
siapa melakukan segala sesuatu dalam nama Kristus, tidak
akan pernah kekurangan bahan untuk disyukuri kepada
Allah Bapa.
Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain
(3:18-25)
18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di
dalam Tuhan. 19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku
kasar terhadap dia. 20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal,
sebab itulah yang indah di dalam Tuhan. 21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti
hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. 22 Hai hamba-hamba, taatilah
tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka
saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati sebab
takut akan Tuhan. 23 Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. 24 Kamu
tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan
bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. 25
Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu,
sebab Tuhan tidak memandang orang.
Rasul Paulus menutup pasal ini dengan nasihat mengenai tanggung
jawab kekeluargaan, seperti sebelumnya di dalam surat kepada
jemaat di Efesus. Surat-surat ini, yang paling sering dipakai untuk
menunjukkan kemuliaan anugerah ilahi, dan untuk mengagungkan
Tuhan Yesus, adalah surat-surat yang paling terperinci dan menonjol
dalam menekankan kewajiban dalam beberapa jenis hubungan. Kita
tidak boleh memisahkan antara hak-hak istimewa dengan kewajiban-
kewajiban dari agama Injili.
I. Paulus memulai dengan kewajiban antara suami-istri (ay. 18). Hai
isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya
di dalam Tuhan. Penundukan diri adalah kewajiban bagi para
istri, hypotassesthe. Kata ini sama dengan yang dipakai untuk
404
menyatakan kewajiban kita terhadap para pembesar (Rm. 13:1,
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya),
dan ditunjukkan dengan sikap tunduk dan hormat (Ef. 5:24, 33).
Alasannya adalah sebab Adam yang pertama dijadikan, kemu-
dian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melain-
kan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa
(1Tim. 2:13-14). Adamlah yang pertama kali diciptakan, dan yang
terakhir jatuh ke dalam dosa. Kepala dari perempuan ialah laki-
laki, dan laki-laki tidak berasal dari perempuan, namun perempuan
berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan sebab perem-
puan, namun perempuan diciptakan sebab laki-laki (1Kor. 11:3, 8-
9). Ini sejalan dengan hukum alam dan penalaran sebab-akibat,
dan juga dengan ketetapan serta kehendak Allah. Namun, ini
bukan penundukan kepada seorang tuan yang bengis atau
penguasa yang semena-mena, yang boleh bertindak seenaknya
tanpa batas. Ini adalah penundukan kepada seorang suami, dan
kepada suaminya sendiri, yang hubungannya paling dekat, dan
yang juga terikat erat pada kewajibannya sendiri. Dan ini seperti
yang seharusnya di dalam Tuhan. Ini sesuai bagi hubungan
tersebut, dan sesuai dengan perjanjian yang mengikat mereka,
sebagai bentuk teladan ketaatan terhadap kekuasaan dan hukum
Kristus. Di sisi lain, suami-suami harus mengasihi isteri mereka
dan tidak boleh berlaku kasar terhadapnya (ay. 19). Mereka harus
mengasihi istri mereka dengan kasih yang lemah lembut dan
setia, sebagaimana Kristus mengasihi jemaat. Mereka harus
mengasihi istri mereka seperti mengasihi tubuh mereka sendiri,
dan bahkan seperti diri mereka sendiri (Ef. 5:25, 28, 33), dengan
kasih yang hanya diberikan kepada orang terdekat, yang merupa-
kan penghiburan dan berkat terbesar di dalam kehidupan mere-
ka. Para suami tidak boleh berlaku kasar terhadap istri mereka,
tidak boleh memperlakukan mereka dengan jahat, dengan perka-
taan yang kasar atau perlakuan yang kejam, melainkan harus
ramah dan penuh kasih kepada istri mereka dalam segala hal.
Sebab perempuan diciptakan sebab laki-laki, demikian pula tidak
ada laki-laki tanpa perempuan, dan laki-laki dilahirkan oleh perem-
puan (1Kor. 11:9, 11-12).
II. Kewajiban anak-anak dan orangtua. Hai anak-anak, taatilah orang
tuamu dalam segala hal, sebab itulah yang indah di dalam Tuhan
Surat Kolose 3:18-25
405
(ay. 20). Anak-anak harus mau melakukan semua perintah orang-
tua yang dibenarkan oleh hukum, dan siap untuk dituntun dan
diarahkan oleh mereka. Ini sebab orangtua memiliki hak secara
alami dan lebih pantas untuk mengarahkan anak-anak daripada
diri mereka sendiri. Rasul Paulus (Ef. 6:2) mewajibkan anak-anak
untuk menghormati sekaligus menaati orangtua mereka. Anak-
anak harus menghargai orangtua mereka dan berpikiran hormat
tentang orangtua mereka, sebab ketaatan hidup mereka berasal
dari penilaian dan pendapat dalam pikiran mereka. Dan ini indah
di dalam Tuhan, atau berkenan kepada-Nya, sebab ini adalah
suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini (Ef.
6:2), yaitu supaya mereka berbahagia dan panjang umurnya di
bumi. Anak-anak yang bertanggungjawab dengan kewajiban
mereka adalah yang paling mungkin untuk hidup makmur dan
sejahtera di dunia dan berumur panjang. Begitu pula orangtua
harus lemah lembut, sebagaimana anak-anak taat (ay. 21). Hai
bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar
hatinya. Janganlah kiranya kekuasaanmu atas mereka diterapkan
dengan bengis dan kejam, namun haruslah dengan keramahan dan
kelembutan, supaya engkau tidak membangkitkan amarah mere-
ka dan membuat mereka tawar hati dalam mengerjakan kewajib-
an mereka. Dengan mengekang mereka terlalu kuat, mereka akan
lari terbang dengan lebih liar lagi. Sifat buruk dan teladan
orangtua yang gegabah sering kali terbukti menjadi penghalang
bagi anak-anak mereka dan batu sandungan dalam hidup mere-
ka. Lihat Efesus 6:4. Dan, melalui kelemahlembutan orangtua,
dan ketaatan anak-anaklah, maka Allah dapat menyediakan bagi
jemaat-Nya benih-benih untuk melayani Dia, dan menyebarkan
agama dari zaman ke zaman.
III. Hamba dan tuan. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di du-
nia ini (ay. 22). Hamba harus melakukan tugas mereka sesuai de-
ngan posisi mereka. Mereka harus menaati perintah tuan mereka
dalam segala hal, yang sesuai dengan kewajiban mereka terhadap
Allah, tuan mereka di sorga. Jangan hanya di hadapan mereka
saja untuk menyenangkan mereka. Bukan hanya saat mata tuan
mereka sedang mengawasi, melainkan juga saat tuan mereka
sedang tidak melihat. Mereka harus jujur dan juga rajin. Dengan
tulus hati sebab takut akan Tuhan, yakni tanpa memiliki
406
kepentingan diri sendiri atau munafik dan berpura-pura, melain-
kan seperti orang-orang yang takut akan Allah dan memiliki rasa
kagum dan hormat akan Dia. Perhatikan, jika rasa takut akan
Allah memerintah di dalam hati, maka itu akan membuat orang-
orang memiliki hubungan baik dengan siapa saja. Para hamba
yang takut akan Allah akan berbuat jujur dan setia saat sedang
tidak diawasi oleh tuan mereka, sebab mereka tahu bahwa
mereka sedang diawasi oleh Allah. Aku berpikir: Takut akan Allah
tidak ada di tempat ini (Kej. 20:11). namun aku tidak berbuat
demikian sebab takut akan Allah (Neh. 5:15). Dan, Apa pun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu (ay. 23),
dengan rajin, bukan dengan lamban dan malas. Atau, Kerjakan-
lah dengan gembira, bukan dengan bersungut-sungut terhadap
pemeliharaan yang Allah lakukan dengan menempatkan kamu di
dalam hubungan itu. Seperti untuk Tuhan dan bukan untuk ma-
nusia. Pekerjaan seorang hamba akan dikuduskan saat dilaku-
kan seperti untuk Allah, yaitu dengan mata yang tertuju pada
kemuliaan-Nya dan dalam ketaatan kepada perintah-Nya, dan
bukan hanya seperti untuk manusia, atau untuk menghormati
mereka saja. Perhatikan, sesungguhnya kita melakukan kewajib-
an kita kepada Allah saat kita setia di dalam kewajiban kita ke-
pada manusia. Dan untuk membesarkan hati para hamba,
biarlah mereka tahu bahwa seorang hamba yang baik dan setia
tidak pernah menjadi lebih jauh dari sorga hanya sebab dirinya
adalah seorang hamba. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu
akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah.
Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya (ay. 24). Dengan mela-
yani tuanmu menurut perintah Kristus, berarti kamu melayani
Kristus, dan Ialah yang akan memberikan upahmu. Pada akhir-
nya kamu akan menerima upah yang mulia. Sekalipun kamu
sekarang adalah hamba, kamu akan menerima warisan anak.
Namun, di sisi lain, barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan me-
nanggung kesalahannya itu (ay. 25). Ada Allah yang adil, yang
akan memperkarakan hal itu dengan hamba-hamba jika mere-
ka bersalah terhadap tuan mereka, sekalipun mereka dapat me-
nyembunyikannya dari tuan mereka. Dan Ia pasti akan meng-
hukum hamba yang tidak jujur, sekaligus memberikan upah bagi
hamba yang setia. Begitu juga jika tuan bersalah terhadap
hamba-hamba mereka. sebab Tuhan tidak memandang orang.
Surat Kolose 3:18-25
407
Hakim atas seluruh bumi yang adil tidak akan memandang bulu,
dan akan menghakimi dengan tangan yang adil baik tuan mau-
pun hamba. Ia tidak dibuat terpengaruh dengan tampak lahiriah
dan keadaan hidup manusia. Baik yang seorang maupun yang
lain akan berdiri sejajar dalam penghakiman-Nya.
Tampaknya Rasul Paulus memiliki perhatian khusus, dari antara
semua contoh kewajiban ini, terhadap persoalan yang disebutkan da-
lam 1 Korintus 7, mengenai hubungan antara agama-agama yang
berbeda, yaitu sebagai seorang Kristen dan kafir, seorang petobat Ya-
hudi dan seorang bukan Yahudi yang tidak bersunat. Di situ terdapat
celah untuk meragukan apakah jemaat terikat untuk memenuhi
kewajiban yang semestinya terhadap orang-orang yang berbeda aga-
ma bila mereka ada dalam suatu hubungan tertentu dengan orang-
orang tersebut. Nah, jika kewajiban dalam berbagai hubungan itu
saja berlaku juga dengan orang-orang yang berbeda agama, maka
terlebih lagi kewajiban ini berlaku dengan lebih kuat lagi bagi orang
Kristen satu dengan yang lain, yang memiliki agama yang sama. Dan
betapa berbahagianya dunia ini, jika agama Injil mengalami keme-
nangan di mana-mana, dan betapa besar pengaruh yang akan
ditimbulkannya pada setiap keadaan dan setiap hubungan di dalam
kehidupan!
PASAL 4
I. Paulus melanjutkan pemaparannya di bagian penutupan pa-
sal sebelumnya mengenai kewajiban para tuan (ay. 1).
II. Dia menyerukan kewajiban untuk berdoa (ay. 2-4) dan peri-
laku yang sopan dan bersahaja terhadap orang-orang yang
bergaul dengan kita (ay. 5-6).
III. Dia menutup surat ini dengan menyebutkan beberapa kawan-
nya, memberi kesaksian baik mengenai mereka (ay. 7-18).
Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain
(4:1)
1 Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah,
kamu juga mempunyai tuan di sorga.
Rasul Paulus melanjutkan penjelasannya mengenai kewajiban para
tuan terhadap hamba-hamba mereka, yang bisa disatukan dengan
pasal sebelumnya dan merupakan bagian dari pokok pembicaraan
ini. Perhatikanlah di sini,
1. Keadilan dikehendaki dari para tuan: berlakulah adil dan jujur
terhadap hambamu (ay. 1), bukan hanya keadilan yang sepenuh-
nya, namun juga pemberian hak dan kebaikan. Tepatilah janji-janji
kalian kepada mereka, dan perbuatlah apa yang telah kalian
sepakati. Janganlah mencurangi hak mereka, atau jangan mena-
han upah dari buruh (Yak. 5:4). Jangan menuntut lebih dari apa
yang mampu mereka kerjakan, dan jangan membebani mereka
secara tidak masuk akal dan melampaui kekuatan mereka. Sedia-
kanlah apa yang layak bagi mereka, sediakan kebutuhan makan-
an dan jasmani yang memadai untuk mereka, dan izinkan mereka
mendapat keleluasaan yang diperlukan supaya dapat bekerja
410
dengan riang dan lebih mudah. Lakukanlah itu sekalipun mereka
hanyalah pekerja rendahan yang sederhana, atau berasal dari
negara lain, atau memeluk agama yang berbeda dengan kalian.
2. Alasan yang baik mengapa harus berlaku demikian: Ingatlah,
kamu juga mempunyai tuan di sorga. Kalian, yang merupakan
tuan-tuan bagi orang lain, juga memiliki Majikan dan merupakan
hamba dari Tuan yang lain. Kalian bukanlah tuan atas diri kalian
sendiri, dan harus bertanggung jawab terhadap Tuan di atas
kalian. Maka, perlakukanlah hamba-hamba itu sebagaimana ka-
lian ingin diperlakukan oleh Allah, dan perbuatlah itu sebagai
orang-orang yang percaya bahwa semua hal harus dipertanggung-
jawabkan. Kalian sama-sama hamba dari Tuhan yang sama
dalam hubungan yang berbeda, dan pada akhirnya, sama-sama
harus bertanggung jawab kepada-Nya. Ingatlah, bahwa Tuhan
mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang
muka. (Ef. 6:9).
Nasihat-nasihat Kerasulan
(4:2-4)
2 Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil meng-
ucap syukur. 3 Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu
untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia
Kristus, yang sebab nya aku dipenjarakan. 4 Dengan demikian aku dapat
menyatakannya, sebagaimana seharusnya.
Jika perikop ini dianggap terkait dengan ayat sebelumnya, maka kita
bisa mencermati bahwa sudah merupakan kewajiban yang harus
dilakukan para tuan untuk berdoa bersama dengan para hamba me-
reka, dan berdoa setiap hari bersama mereka, atau untuk bertekun
dalam doa. Mereka bukan hanya harus berlaku adil dan baik
terhadap para hamba mereka itu, namun juga harus bertindak seperti
orang Kristen yang saleh, yang peduli terhadap jiwa mereka, selain
terhadap raga mereka: Sebagai bagian dari tanggung jawabmu, dan
juga di bawah pengaruhmu, perhatikanlah juga mengenai berkat
Allah ke atas mereka, sebagaimana kamu memperhatikan keberhasil-
an urusanmu di tangan mereka. Inilah kewajiban setiap orang, yaitu
bertekun dalam doa. Peliharalah waktu-waktu doamu, tanpa teralih-
kan oleh urusan lain. Jagalah hatimu supaya tetap melekat pada
kewajiban itu, tanpa berbelok atau menjadi surut, bahkan sampai
Surat Kolose 4:2-4
411
pada kesudahannya: Berjaga-jagalah. Orang-orang Kristen harus
mempergunakan seluruh kesempatan doa mereka dan memilih saat
yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat yang bebas dari
gangguan hal-hal lain. Mereka juga harus menjaga pikiran supaya
terpusat pada kewajiban itu, dan dalam keadaan yang sesuai untuk
itu, sambil mengucap syukur, atau dengan ungkapan khidmat untuk
mensyukuri belas kasihan yang sudah diterima. Pengucapan syukur
haruslah menjadi bagian dalam setiap doa. Berdoa jugalah untuk
kami (ay. 3). Jemaat harus berdoa secara khusus bagi para pelayan
Tuhan yang melayani mereka dan selalu mengingat mereka dalam
hati saat menghampiri takhta kasih karunia. Seolah-olah Rasul Pau-
lus berkata, Jangan lupakan kami saat kalian sedang berdoa bagi
diri kalian sendiri, (Ef. 6:19; 1Tes. 5:25; Ibr. 13:18). Supaya Allah
membuka pintu untuk pemberitaan kami, yaitu memberi kami kesem-
patan untuk memberitakan Injil (demikian katanya, di sini banyak
kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan
penting [1Kor. 16:9]), atau memberiku kecakapan dan keberanian,
dan memampukanku dengan keleluasaan dan kesetiaan (Ef. 6:19),
juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku,
dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku
memberitakan rahasia Kristus, yang kulayani sebagai utusan yang
dipenjarakan. Ini bisa diartikan sebagai ajaran terdalam Injil yang
diterangkan dengan jelas, dengan Kristus sebagai pokok pembicaraan
utamanya (dia menamakannya rahasia Injil [Ef. 6:19]), atau mungkin
juga berarti pemberitaan Injil bagi kaum bukan Yahudi, yang dina-
makannya sebagai rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad (1:26)
dan misteri Kristus (Ef. 3:4). sebab perkara inilah Paulus sedang
dipenjarakan. Dia ditawan di Roma, sebab perlawanan keras dari
orang-orang Yahudi yang jahat. Dia ingin supaya jemaat berdoa bagi-
nya, supaya dia tidak menjadi tawar hati dalam pekerjaannya, atau
teralihkan dari pekerjaannya itu oleh sebab penderitaannya: Dengan
demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya (ay.
4). Supaya aku dapat menyingkapkan misteri ini kepada orang-orang
yang belum mendengarnya, dan menjelaskannya dengan cara yang
layak sampai mereka memahaminya. Dia sudah pernah memberi-
tahukan secara khusus apa yang didoakannya bagi mereka (ps. 1). Di
sini dia memberi tahu mereka dengan saksama mengenai apa yang
diinginkannya supaya didoakan oleh mereka bagi dirinya. Paulus
sangat cakap dalam berbicara, tapi dia tetap saja meminta mereka
412
supaya mendoakannya, sehingga dia bisa diajari bagaimana untuk
bicara. Orang-orang Kristen yang terbaik dan tercakap pun mem-
butuhkan doa orang-orang Kristen lainnya yang lebih sederhana, dan
tidak terlalu angkuh untuk memintanya. Para pemberita yang hebat
membutuhkan doa, supaya Allah membukakan pintu untuk pem-
beritaan mereka, dan supaya mereka dapat berbicara sebagaimana
yang seharusnya.
Nasihat-nasihat Kerasulan
(4:5-6)
5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah
waktu yang ada. 6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan
hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada
setiap orang.
Rasul Paulus menasihati mereka lebih jauh lagi supaya berlaku sepa-
tutnya terhadap semua orang yang bergaul dengan mereka, terhadap
dunia yang tidak percaya, atau orang-orang yang berada di luar
jemaat Kristen tempat mereka tinggal (ay. 5): Hiduplah dengan penuh
hikmat terhadap orang-orang luar. Berhati-hatilah dalam segala tin-
dak-tandukmu dengan mereka, supaya mereka tidak melukai kalian,
atau menulari kalian dengan kebiasaan mereka, sebab pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Juga, supaya kalian
tidak melukai mereka, atau menambah prasangka mereka terhadap
agama, dan membuka peluang bagi mereka untuk tidak menyukai-
nya. Ya, berbuatlah sebanyak mungkin bagi mereka, dan dengan
sarana yang paling cocok dan di waktu yang paling tepat, arahkanlah
mereka pada agama. Pergunakanlah waktu yang ada. Artinya, man-
faatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka, dan
manfaatkan waktumu untuk melaksanakan kewajiban kalian (kete-
kunan mempergunakan waktu sangat mengangkat pendapat orang
mengenai agama), atau juga, hidup dengan hati-hati dan saksama,
supaya mereka tidak punya alasan untuk menentang kalian, atau
membuat diri kalian rentan terhadap kejahatan dan niat buruk
mereka (Ef. 5:15-16). Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana
kamu hidup, pergunakanlah waktu yang ada, sebab hari-hari ini
adalah jahat, artinya, penuh dengan marabahaya, atau saat-saat
yang penuh dengan kesukaran dan penderitaan. Dan terhadap orang
lain, atau orang-orang yang ada di dalam maupun di luar jemaat,
Surat Kolose 4:7-18
413
Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih (ay. 6). Biarlah selu-
ruh percakapanmu seperti layaknya percakapan orang-orang Kristen,
sesuai dengan pengakuan imanmu, yaitu sedap didengar, santun,
dan pada tempatnya. Meski tidak selalu berwujud kasih, namun hen-
daknya senantiasa penuh dengan kasih. Dan, meski percakapan kita
itu mencakup hal-hal yang lumrah, hendaknya tetap ada secercah
kesalehan di dalamnya dan harus dilakukan dengan cara Kristen
yang tidak hambar. Kasih karunia adalah garam yang membumbui
percakapan kita, membuatnya sedap, dan menjaganya dari kebusuk-
an. Sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab ke-
pada setiap orang. Sebuah jawaban layak diberikan pada seseorang,
dan jawaban lainnya pada orang yang berbeda (Ams. 26:4-5). Kita
amat membutuhkan banyak hikmat dan kasih karunia untuk mem-
beri jawab yang layak kepada setiap orang, terutama dalam men-
jawab pertanyaan dan keberatan dari para musuh mengenai agama
kita, dalam menerangkan dasar-dasar iman kita, dan dalam menun-
jukkan betapa tidak beralasannya tentangan dan kecaman mereka.
Ini semua demi keuntungan bagi kepentingan kita dan untuk mengu-
rangi prasangka mereka terhadap kita. Siap sedialah pada segala
waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang
yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan
yang ada padamu, namun haruslah dengan lemah lembut dan hormat
(1Ptr. 3:15).
Beragam Salam
(4:7-18)
7 Semua hal ihwalku akan diberitahukan kepada kamu oleh Tikhikus, sau-
dara kita yang kekasih, hamba yang setia dan kawan pelayan dalam Tuhan. 8
Ia kusuruh kepadamu dengan maksud, supaya kamu tahu akan hal ihwal
kami dan supaya ia menghibur hatimu. 9 Ia kusuruh bersama-sama dengan
Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu.
Mereka akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang terjadi di sini.
10 Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Mar-
kus, kemenakan Barnabas tentang dia kamu telah menerima pesan; teri-
malah dia, jika dia datang kepadamu 11 dan dari Yesus, yang dinamai
Yustus. Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang
menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi
penghibur bagiku. 12 Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari anta-
ramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk
kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan
yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah. 13
Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang dia, bahwa ia sangat bersusah
414
payah untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan Hierapolis. 14 Sa-
lam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas. 15 Sampaikan
salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan
jemaat yang ada di rumahnya. 16 Dan bilamana surat ini telah dibacakan di
antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan
supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu. 17 Dan sampai-
kanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima
dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya. 18 Salam dari padaku, Paulus. Salam
ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karu-
nia menyertai kamu.
Dalam bagian penutup surat ini, Rasul Paulus menorehkan bebe-
rapa nama teman-temannya untuk menghormati mereka, disertai de-
ngan kesaksian mengenai rasa hormatnya, yang akan selalu disebut-
sebut di mana pun Injil diberitakan, dan sampai kesudahan dunia.
I. Mengenai Tikhikus (ay. 7). Melalui dialah surat ini dikirimkan,
dan Paulus tidak menuliskan keadaannya saat itu, sebab Tikhi-
kus akan memberitahukannya dengan cara berbicara langsung
secara lebih menyeluruh dan terperinci. Paulus tahu bahwa
mereka akan terhibur oleh hal ihwalnya. Jemaat pastilah selalu
menaruh perhatian terhadap para pelayan Tuhan yang melayani
mereka dengan baik dan selalu ingin tahu mengenai keadaan
mereka. Paulus memuji Tikhikus sebagai saudaranya yang
kekasih dan hamba yang setia. Sekalipun Paulus adalah rasul
yang hebat, ia tetap mengakui seorang pelayan yang setia sebagai
saudara dan saudaranya yang kekasih. Kesetiaan dalam diri siapa
pun memang mengagumkan, dan membuat orang itu layak kita
sayangi dan hormati. Dan kawan pelayan dalam Tuhan. Para
hamba Tuhan merupakan pelayan Kristus, dan kawan pelayan
bagi satu sama lainnya. Mereka memiliki satu Tuhan, meskipun
tempat dan kemampuan pelayanan mereka berbeda-beda. Per-
hatikanlah, saat para hamba saling mengasihi dan mengutama-
kan, mendukung dan memajukan nama baik satu sama lainnya
dengan cara yang layak, hal itu menambah keindahan dan ke-
kuatan pelayanan Injil. Paulus mengutusnya bukan hanya untuk
memberitahukan hal ihwalnya, tapi juga supaya ia nantinya
membawa pulang kabar mengenai jemaat: Ia kusuruh kepadamu
dengan maksud, supaya dia tahu akan hal ihwal kamu dan
supaya ia menghibur hatimu (ay. 8). Paulus juga ingin mengetahui
kabar mereka, sama halnya seperti mereka ingin mengetahui ka-
barnya, dan menganggap dirinya wajib juga bersimpati terhadap
Surat Kolose 4:7-18
415
mereka seperti mereka wajib bersimpati terhadapnya. Memiliki
kawan-kawan Kristen yang saling mempedulikan amatlah melega-
kan dalam menjalani kesukaran dan masalah dalam hidup ini.
II. Mengenai Onesimus (ay. 9): Bersama-sama dengan Onesimus,
saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu.
Dia dikirim kembali dari Roma bersama Tikhikus. Onesimus
adalah orang yang didapat Paulus selagi dia ada dalam penjara
(Flm. 1:10). Onesimus sebelumnya adalah budak Filemon, dan
merupakan anggota, jika bukan pelayan, dari jemaat mereka. Dia
bertobat di Roma, tempat yang ditujunya saat dia melarikan diri
dari majikannya, dan kini dia dikirim kembali, kemungkinan ber-
sama dengan surat untuk Filemon, untuk membawanya kembali
lagi kepada keluarga majikannya itu. Perhatikanlah, meskipun
Onesimus hanyalah seorang pelayan miskin dan sebelumnya
berlaku buruk, akan namun sesudah ia bertobat, Paulus menyebut-
nya saudara yang setia dan yang kekasih. Keadaan hidup yang
miskin dan kejahatan besar dalam kehidupan yang terdahulu
tidaklah mempengaruhi hubungan rohani di antara para orang
Kristen yang tulus: mereka mengambil bagian dalam hak-hak
istimewa yang sama dan berhak untuk sama-sama dihormati.
Kebenaran Allah sebab iman dalam Yesus Kristus adalah bagi
semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan (Rm.
3:22), dan dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, sebab kamu
semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28). Mungkin ini
terjadi beberapa waktu sesudah dia bertobat dan dikirim kembali
kepada Filemon, dan pada waktu itu dia telah terlibat dalam
pelayanan, sebab Paulus memanggilnya sebagai saudara.
III. Aristarkhus, temanku sepenjara. Orang-orang yang bersama-sama
dalam pelayanan dan penderitaan haruslah melekat satu sama
lain dalam kasih yang kudus. Paulus memiliki kasih sayang yang
istimewa terhadap rekan-rekan sepelayanan dan sepenjaranya.
IV. Markus, kemenakan Barnabas. Ini pastinya adalah orang yang
sama yang menulis Injil yang memakai namanya. Terimalah dia,
jika dia datang kepadamu. Paulus bertengkar dengan Barna-
bas sebab masalah yang menyangkut Markus ini, yang adalah
416
kemenakannya, dan dengan tegas berkata, bahwa tidak baik
membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia
dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka (Kis.
15:38). Dia tidak bersedia membawa serta Markus bersamanya
dan membawa Silas, sebab Markus telah meninggalkan mereka
sebelumnya. Akan namun , Paulus bukan hanya berdamai dengan
Markus, namun juga menghendaki supaya jemaat menghormati-
nya. Ia menunjukkan contoh roh yang mengampuni dari seorang
Kristen sejati. Jika manusia bersalah akibat suatu kesalahan,
maka hal itu janganlah selalu diingat-ingat untuk melawan me-
reka. Kita harus memaafkan dan melupakan. Kalaupun seorang
kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang
rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh
lemah lembut (Gal. 6:1).
V. Di sini juga ada yang bernama Yesus, yang merupakan nama
Yunani untuk nama Ibrani Yosua. Sebab, andaikata Yosua telah
membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak
akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain (Ibr.4:8). Yang
dinamai Yustus. Mungkin juga dia mengubah namanya menjadi
Yustus, sebagai penghormatan terhadap nama Sang Penebus.
Atau mungkin Yesus adalah nama Yahudi-nya, sebab dia terma-
suk kaum yang bersunat, sedangkan Yustus adalah nama Roma-
wi atau Latin-nya. Ketiga orang ini menjadi temanku sekerja untuk
Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi penghibur bagiku.
Perhatikanlah, betapa persekutuan antara orang kudus dan para
pelayan merupakan penghiburan bagi Rasul Paulus ! Yang satu
adalah kawan pelayannya, yang lainnya merupakan teman sepen-
jaranya, dan semuanya merupakan teman-teman sekerjanya,
yang mengerjakan keselamatan mereka dan berusaha untuk
memperkenalkan keselamatan itu pada orang-orang lain juga.
Para pelayan Tuhan yang baik mendapatkan penghiburan dari
orang-orang yang merupakan teman sekerja mereka untuk
kerajaan Allah. Persahabatan dan pergaulan mereka merupakan
sumber kesegaran besar di dalam penderitaan dan kesukaran
yang mereka hadapi.
VI. Epafras (ay. 12), atau juga Epafroditus. Dia adalah seorang dari
antaramu, salah satu anggota jemaatmu. Salam darinya, atau dia
Surat Kolose 4:7-18
417
menyampaikan pelayanannya kepada kamu, beserta salam dan
kasih sayangnya. Dia selalu bergumul dalam doanya untuk kamu.
Epafras meneladani Paulus dalam mendoakan kawan-kawannya.
Perhatikanlah,
1. Bagaimana dia mendoakan mereka. Dia bersusah payah dalam
doanya, bergumul keras, dan selalu bergumul keras bagi me-
reka. Orang-orang yang ingin berhasil dalam doa harus ber-
susah payah melakukannya, dan kita harus bersungguh-
sungguh saat berdoa, bukan hanya bagi kita sendiri, melain-
kan juga bagi orang lain. Doa yang sungguh-sungguhlah yang
ampuh dan membuahkan hasil (Yak. 5:16), dan Elia bersung-
guh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun (ay. 17).
2. Pokok doanya: supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang
yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal
yang dikehendaki Allah. Perhatikanlah, berdiri teguh dan
berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah
adalah sesuatu yang harus sungguh-sungguh kita inginkan,
baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Kita harus
berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki
Allah. Yakin dalam kehendak perintah-perintah-Nya dengan
jalan patuh sepenuhnya, dan dalam kehendak pemeliharaan-
Nya dengan jalan berserah dengan riang hati dengan pemeli-
haraan-Nya itu. Dan kita dapat berdiri teguh dan berkeyakin-
an penuh dalam keduanya melalui ketekunan dan ketabahan
sampai pada akhirnya. Rasul Paulus menjadi saksi bagi Epa-
fras bahwa dia rela bersusah payah bagi mereka: Aku dapat
memberi kesaksian tentang dia. Aku dapat bersaksi mengenai
kepeduliannya yang besar terhadap kamu, dan bahwa segala
yang diperbuatnya bagimu berasal dari keinginan tulus untuk
kebaikanmu. Dan gairah hatinya itu juga meluas kepada
semua orang di sekitar mereka: untuk mereka yang di Laodikia
dan Hierapolis. Dia memiliki kepedulian mendalam bagi kepen-
tingan umat Kristen di daerah-daerah sekeliling mereka, selain
peduli terhadap mereka.
VII. Lukas juga termasuk yang disebutkan di sini, yang dipanggilnya
sebagai tabib yang kekasih. Dialah orang yang menulis Injil dan
Kisah Para Rasul, dan merupakan rekan seperjalanan Paulus.
Perhatikanlah, Lukas adalah seorang tabib sekaligus pengabar
418
Injil. Kristus sendiri pun mengajar dan menyembuhkan, dan me-
rupakan seorang tabib agung sekaligus rasul jemaat. Lukas
adalah tabib yang kekasih, seorang yang amat disayangi oleh
kawan-kawannya. Keahlian dalam hal kesehatan merupakan hal
yang sangat berguna dalam diri seorang pelayan Tuhan dan bisa
ditingkatkan untuk dipergunakan secara lebih luas dan hebat lagi
di antara umat Kristen.
VIII. Demas. Tidak pasti apakah surat ini ditulis sebelum surat kedua
kepada Timotius atau sesudah nya. Di sana kita bisa membaca
(2Tim. 4:10), sebab Demas telah mencintai dunia ini dan mening-
galkan aku. Beberapa orang menduga bahwa surat ini ditulis
sesudah nya dan membuktikan bahwa sekalipun Demas mening-
galkan Paulus, dia tidaklah meninggalkan Kristus. Atau, Demas
meninggalkannya hanya untuk sementara waktu saja, lalu sadar
kembali dan Paulus memaafkannya dan mengakuinya sebagai
saudara. namun sebagian orang lagi menduga bahwa kemungkin-
an sura