Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 16

 


dunia ini yang membuat kita gemar ter-

hadapnya? Apakah yang tidak ada di sorga, sehingga hati 

kita tidak tertarik kepadanya? Kepala kita ada di sana,

Surat Kolose 3:5-7 

 393 

rumah kita ada di sana, harta kita ada di sana, dan kita 

berharap supaya berada di sana untuk selama-lamanya. 

Perlunya Mematikan Dosa 

(3:5-7) 

5 sebab  itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu 

percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang 

sama dengan penyembahan berhala, 6 semuanya itu mendatangkan murka 

Allah [atas orang-orang durhaka]. 7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu 

saat  kamu hidup di dalamnya.  

Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose untuk mematikan dosa, yang 

menjadi penghalang besar untuk mencari perkara-perkara yang di 

atas. sebab  merupakan kewajiban kita untuk mengarahkan hati 

kepada perkara-perkara sorgawi, maka sudah menjadi kewajiban kita 

pulalah untuk mematikan dalam diri kita segala sesuatu yang 

duniawi, yang biasanya mencondongkan hati kita pada perkara-per-

kara yang di dunia. “Matikanlah mereka, yaitu, taklukkanlah kebia-

saan-kebiasaan pikiran yang jahat yang menguasai kamu saat  

kamu masih belum percaya. Bunuhlah mereka, tindaslah mereka, 

seperti yang kamu lakukan terhadap ilalang atau hama yang menye-

bar dan membinasakan semua di sekitarnya. Atau, seperti kamu 

membunuh seorang musuh yang melawanmu dan melukaimu.” Sega-

la sesuatu dalam dirimu yang duniawi. Ini termasuk anggota tubuh, 

yang merupakan bagian dari diri kita di dunia, dan yang direkam di 

bagian-bagian bumi yang paling bawah (Mzm. 139:15), atau kegemar-

an yang bejat di dalam pikiran, yang mengarahkan kita kepada per-

kara-perkara duniawi, anggota-anggota tubuh maut (Rm. 7:24). Pau-

lus merincinya, 

I. Nafsu-nafsu kedagingan, yang dahulu dikenal sangat menguasai 

mereka. Percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, berbagai 

perbuatan nafsu daging dan ketidakmurnian daging. Semua itu 

begitu mereka nikmati di dalam kehidupan mereka sebelumnya, 

dan begitu bertentangan dengan kehidupan sebagai orang Kristen 

dan pengharapan sorgawi. 

II. Cinta akan dunia ini. Dan juga keserakahan, yang sama dengan 

penyembahan berhala. Yaitu, kasih yang tidak sepatutnya terha-


 394

dap kebaikan yang hanya sementara sifatnya dan kenikmatan 

lahiriah. Itu dimulai dengan menilainya terlalu tinggi, sehingga 

orang mengejarnya dengan nafsu berlebih, dan tidak dapat meng-

gunakan serta menikmatinya sebagaimana mestinya, dan kemudi-

an timbullah perasaan sangat takut dan kesedihan yang luar bia-

sa jika kehilangan itu semua. Perhatikan, keserakahan adalah 

penyembahan berhala secara rohaniah. Keserakahan berarti mem-

berikan kasih dan penghargaan terhadap kekayaan duniawi, yang 

seharusnya hanya layak diberikan bagi Allah. Sikap seperti ini men-

jadikan keserakahan semakin jahat dan jauh lebih menjengkelkan 

bagi Allah, daripada yang biasa disangka orang. Selain itu, tampak 

jelas bahwa di antara segala contoh dosa yang pernah dilakukan 

oleh semua orang baik seperti yang tercatat di dalam firman (dan 

jarang sekali ada di antaranya yang tidak jatuh ke dalam dosa, 

kecuali beberapa orang saja, dalam suatu kesempatan dalam hidup 

mereka), tidak pernah di dalamnya tercatat ada orang baik yang 

berdosa dalam hal keserakahan. Paulus terus menunjukkan betapa 

pentingnya mematikan dosa (ay. 6-7). 

1. sebab , jika kita tidak membunuh mereka, mereka akan mem-

bunuh kita. Semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas 

orang-orang durhaka) (ay. 6). Perhatikanlah, pada dasarnya 

apakah kita ini, kurang lebihnya: orang-orang durhaka. Bukan 

hanya orang-orang durhaka, melainkan juga ada di bawah 

kuasa dosa dan secara alamiah cenderung untuk durhaka 

atau tidak patuh. Sejak lahir orang-orang fasik telah menyim-

pang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat 

(Mzm. 58:4). Selain itu, sebagai orang-orang durhaka, kita 

adalah orang-orang yang harus dimurkai (Ef. 2:3). Murka Allah 

menimpa semua orang durhaka. Barangsiapa tidak menaati 

ketetapan-ketetapan hukum, ia menimpakan hukuman ke-

pada dirinya sendiri. Dosa yang disebutkan oleh Paulus adalah 

dosa yang dilakukan jemaat Kolose saat  mereka masih kafir 

dan menyembah berhala, sehingga khususnya pada saat itu 

mereka adalah orang-orang durhaka, dan dosa-dosa ini me-

nimpakan hukuman ke atas mereka, dan memperhadapkan 

mereka pada murka Allah. 

2. Kita harus mematikan dosa-dosa ini, sebab  dosa-dosa terse-

but sudah hidup di dalam diri kita. Dahulu kamu juga melaku-

kan hal-hal itu saat  kamu hidup di dalamnya (ay. 7). Perhati-

Surat Kolose 3:8-11 

 395 

kan, merenungkan bahwa tadinya kita hidup di dalam dosa 

merupakan sebuah alasan yang baik mengapa sekarang kita 

harus meninggalkan dosa. Kita sudah melangkah di jalan yang 

sesat, dan sebab  itu janganlah kita berjalan di dalamnya lagi. 

Jikalau aku telah berbuat curang, maka aku tidak akan berbuat 

lagi (Ayb. 34:32). Telah cukup banyak waktu yang kita per-

gunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak 

mengenal Allah, saat  kita berjalan di dalam hawa nafsu 

(1Ptr. 4:3). saat  kamu hidup di antara orang-orang yang 

berbuat demikian (demikianlah beberapa orang menafsirkan-

nya), berarti kamu hidup di dalam perbuatan-perbuatan yang 

jahat itu. Adalah sukar untuk tinggal di antara orang-orang 

yang melakukan pekerjaan gelap tanpa memiliki persekutuan 

dengan mereka, seperti halnya berjalan di dalam lumpur tanpa 

ternoda tanah. Marilah kita menjauh dari jalan orang jahat. 

Perlunya Mematikan Dosa 

(3:8-11) 

8 namun  sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, 

fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. 9 Jangan lagi kamu 

saling mendustai, sebab  kamu telah menanggalkan manusia lama serta 

kelakuannya, 10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus 

diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar 

Khaliknya; 11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang 

bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau 

orang merdeka, namun  Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.  

Sebagaimana kita harus mematikan segala keinginan yang tidak pada 

tempatnya, begitu juga kita harus mematikan segala nafsu yang tidak 

semestinya (ay. 8). namun  sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu 

marah, geram, kejahatan, sebab  semuanya ini bertentangan dengan 

rancangan Injil, seperti halnya segala ketidakmurnian yang jahat. 

Sekalipun semua itu merupakan kejahatan yang lebih bersifat 

rohani, bukan berarti tidak lebih jahat. Kebenaran Injil memperkenal-

kan suatu perubahan terhadap kuasa-kuasa jiwa baik yang lebih 

tinggi maupun yang lebih rendah, dan mendukung akal sehat dan 

hati nurani lebih berkuasa daripada nafsu dan gairah. Amarah dan 

geram sudah buruk, namun  kejahatan lebih buruk lagi, sebab  akar-

nya lebih dalam dan dilakukan dengan sengaja. Kejahatan adalah 

suatu amarah yang memuncak dan ditindaklanjuti. Selain itu, seba-


 396

gaimana keyakinan-keyakinan bejat di dalam hati harus dipangkas, 

maka begitu juga dengan buah yang dihasilkannya melalui lidah. 

Contohnya yaitu fitnah, yang agaknya lebih dimaksudkan berbicara 

buruk tentang manusia daripada tentang Allah, berkata-kata jahat 

kepada mereka, atau menimbulkan pembicaraan-pembicaraan yang 

buruk tentang mereka, dan mencemari nama baik mereka dengan 

cara-cara licik yang jahat. Kata-kata kotor, yaitu, segala percakapan 

yang kotor dan kasar, yang berasal dari pikiran cemar di dalam diri 

orang yang mengatakannya, dan menimbulkan pencemaran yang 

sama pada diri pendengarnya. Dan juga, dusta: Jangan lagi kamu 

saling mendustai (ay. 9), sebab  dusta bertentangan baik dengan 

hukum kebenaran maupun hukum kasih. Dusta itu tidak adil dan 

juga tidak baik, dan biasanya cenderung menghancurkan iman dan 

persahabatan di tengah umat manusia. Dusta menjadikan kita seru-

pa dengan Iblis (yang adalah bapa segala dusta), dan merupakan 

bagian utama dari gambaran Iblis pada jiwa kita. sebab  itulah, kita 

diperingatkan terhadap dosa ini dengan penjelasan umum ini: sebab  

kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan 

telah mengenakan manusia baru (ay. 10). Dengan merenungkan peng-

akuan kita bahwa kita sudah menjauhi dosa dan mendukung kepen-

tingan Kristus, bahwa kita telah menolak segala dosa dan memeluk 

kepentingan Kristus, maka seharusnya itu membentengi kita dari 

dosa dusta ini. Barangsiapa telah menanggalkan manusia lama, juga 

telah menanggalkan perbuatan manusia lama itu. Juga, mereka yang 

telah mengenakan manusia baru harus mengenakan semua perbuat-

an manusia baru, bukan hanya memeluk kaidah-kaidah yang baik, 

namun  juga menindakinya dalam perilaku yang baik. Dikatakan bah-

wa manusia baru terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh 

pengetahuan yang benar, sebab  orang yang tidak berpengetahuan 

tidak dapat menjadi orang yang baik. Tanpa pengetahuan, hati tidak 

dapat menjadi baik (Ams. 19:2). Anugerah Allah bekerja atas kehen-

dak dan perasaan dengan memperbarui akal budi. Teranglah yang 

pertama ada dalam ciptaan baru, sebagaimana ia yang pertama ada 

pada mulanya, menurut gambar Khaliknya. Bagi manusia yang tidak 

berdosa, merupakan sebuah kehormatan bahwa ia diciptakan menu-

rut gambar Allah. Namun, gambar itu rusak dan terhilang oleh kare-

na dosa, dan diperbarui oleh anugerah yang menguduskan. sebab  

itu, jiwa yang diperbarui sama seperti keadaan awal Adam saat  ia 

diciptakan. Di dalam karya pengudusan yang merupakan sebuah hak

Surat Kolose 3:12-17 

 397 

istimewa, tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat 

atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau 

orang merdeka (ay. 11). Sekarang sudah tidak ada lagi perbedaan 

yang timbul sebab  adanya perbedaan negara atau perbedaan 

keadaan dalam kehidupan. Menjadi kudus merupakan tugas bagi 

orang yang satu dan juga bagi yang lain, seperti halnya menerima 

anugerah dari Allah untuk menjadi kudus adalah hak istimewa bagi 

orang yang satu sama seperti bagi yang lain. Kristus datang untuk 

merubuhkan semua tembok pemisah, supaya semua orang dapat 

berdiri sejajar di hadapan Allah, baik dalam hal tugas maupun hak 

istimewa. Dan sebab  alasan ini, yaitu sebab  Kristus adalah semua 

dan di dalam segala sesuatu. Kristus adalah segala-galanya bagi 

seorang Kristen, satu-satunya Tuhan dan Juruselamatnya, dan 

segala pengharapan dan kebahagiaannya. Dan bagi orang-orang yang 

dikuduskan, baik yang satu maupun yang lain, dan siapa pun 

mereka di dalam hal yang lain, Dia adalah semua di dalam semua, 

Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Dia adalah semua di 

dalam segala sesuatu bagi mereka. 

Anjuran mengenai Kasih  

(3:12-17) 

12 sebab  itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan 

dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kele-

mahlembutan dan kesabaran. 13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, 

dan ampunilah seorang akan yang lain jika yang seorang menaruh den-

dam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu 

perbuat jugalah demikian. 14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, 

sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. 15 Hendaklah 

damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, sebab  untuk itulah 

kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. 16 Hendaklah 

perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, 

sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan 

yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian 

rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. 17 Dan segala 

sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah 

semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia 

kepada Allah, Bapa kita.  

Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat supaya jemaat saling me-

ngasihi dan berbelas kasihan. sebab  itu, kenakanlah belas kasihan 

(ay. 12). Kita tidak hanya perlu menanggalkan marah dan geram (se-

perti di ay. 8), namun  juga harus mengenakan belas kasihan dan ke-

murahan. Bukan hanya berhenti berbuat jahat, melainkan juga bela-


 398

jar untuk berbuat baik. Bukan hanya tidak menyakiti, melainkan 

juga sebisa mungkin melakukan apa yang baik kepada semua orang. 

I. Alasan yang dipakai di sini untuk menegaskan nasihat itu sangat-

lah menggugah. Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikudus-

kan dan dikasihi-Nya, kenakanlah. Perhatikan, 

1. Orang-orang yang dikuduskan adalah orang-orang pilihan 

Allah. Dan orang-orang yang merupakan pilihan Allah, dan 

yang dikuduskan, mereka juga dikasihi-Nya, dikasihi oleh 

Allah, dan juga harus menjadi dikasihi oleh semua orang. 

2. Orang-orang yang menjadi pilihan Allah, yang dikuduskan dan 

dikasihi, harus berperilaku sesuai dengan keadaan mereka itu, 

supaya tidak kehilangan kekudusan mereka, dan juga penghi-

buran mereka sebagai orang-orang pilihan dan dikasihi. 

Barangsiapa kudus di hadapan Allah wajib merendahkan diri 

dan penuh kasih terhadap semua orang. Perhatikanlah apa 

khususnya yang harus kita kenakan. 

(1) Rasa iba terhadap orang-orang yang malang, yaitu belas 

kasihan yang terdalam. Orang-orang yang sangat berutang 

pada belas kasihan harus menunjukkan belas kasihan 

terhadap semua orang yang layak dikasihani. Hendaklah 

kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati 

(Luk. 6:36). 

(2) Kemurahan kepada teman-teman kita, dan kepada mereka 

yang mengasihi kita. Orang-orang pilihan Allah harus me-

nunjukkan sopan santun, sebab  tujuan Injil bukan hanya 

untuk melembutkan pikiran manusia, namun  juga untuk 

memperindahnya, serta mempererat persahabatan di an-

tara manusia selain juga memperdamaikan manusia de-

ngan Allah. 

(3) Kerendahan hati, dengan menundukkan diri terhadap orang-

orang yang lebih tinggi dari kita, dan membumi dengan 

orang-orang yang lebih rendah dari kita. Bukan hanya sikap 

kita yang harus rendah hati, namun  pikiran juga harus ren-

dah hati. Belajarlah pada-Ku, sebab  Aku lemah lembut dan 

rendah hati (Mat. 11:29). 

(4) Kelemahlembutan terhadap orang-orang yang telah mem-

bangkitkan kemarahan kita, atau dengan cara apa pun me- 

Surat Kolose 3:12-17 

 399 

nyakiti kita. Kita tidak boleh terseret ke dalam sikap tidak 

pantas sebab  dihina dan diabaikan, namun  justru harus 

dengan bijaksana membungkam amarah kita sendiri, dan 

sabar menanggung amarah orang lain. 

(5) Kesabaran terhadap orang-orang yang terus mengusik kita. 

Kasih itu sabar, dan kasih itu murah hati (1Kor. 13:4). Ba-

nyak orang mampu bersabar untuk sementara, namun  tidak 

tahan jika harus berlama-lama melakukannya. Namun kita 

harus panjang sabar, baik saat  disakiti oleh manusia mau-

pun saat  ditegur oleh Sang Pemelihara Ilahi. Jika Allah saja 

panjang sabar terhadap kita, sekalipun kita membangkitkan 

marah-Nya begitu rupa, maka kita juga harus bersabar ter-

hadap orang lain dalam hal-hal serupa. 

(6) Bersabar satu sama lain, dengan mengingat kesalahan dan 

kelemahan masing-masing, sabarlah kamu seorang terha-

dap yang lain. Kita semua memiliki sesuatu dalam diri kita 

yang perlu dimaklumi, dan ini merupakan alasan yang baik 

mengapa kita perlu memaklumi orang lain dalam hal yang 

tidak kita sepakati. Kita memerlukan balasan yang sama 

dari orang lain sebagaimana yang harus kita tunjukkan 

kepada mereka. 

(7) Kesiapan untuk mengampuni saat  disakiti. Ampunilah se-

orang akan yang lain jika yang seorang menaruh den-

dam terhadap yang lain. Selama kita hidup di dunia ini, di 

mana ada begitu banyak kebejatan di dalam hati kita, dan 

begitu banyak kemungkinan untuk terjadinya perbedaan 

dan percekcokan, terkadang pertengkaran bisa saja terjadi, 

bahkan di antara orang-orang pilihan Allah, yang diku-

duskan dan dikasihi. Seperti halnya di antara Paulus dan 

Barnabas timbul perselisihan yang tajam, sehingga mereka 

berpisah (Kis. 15:39), dan di antara Paulus dan Petrus (Gal. 

2:14). Namun di dalam perkara-perkara semacam itu, kita 

wajib saling mengampuni. Bukan menyimpan dendam, me-

lainkan menerima cercaan yang ada dan menganggapnya 

angin lalu. Sebabnya, sama seperti Tuhan telah mengam-

puni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dengan mere-

nungkan betapa banyak kesalahan kita sudah diampuni 

oleh Kristus, itu menjadi alasan yang baik untuk mengam-

puni orang lain. Bahwa Kristus di dunia ini berkuasa 


 400

mengampuni dosa menjelaskan keilahian-Nya, dan itu me-

rupakan salah satu teladan-Nya yang harus kita ikuti apa-

bila kita sendiri ingin diampuni. Ampunilah kami akan 

kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang 

bersalah kepada kami (Mat. 6:12). 

II. Agar dapat melakukan semua ini, di sini kita diberi nasihat ten-

tang beberapa hal, yaitu, 

1. Supaya kita menutupi diri kita dengan baju kasih (ay. 14). Dan 

di atas semuanya itu: kenakanlah kasih. Epi pasi de toutois – di 

atas segala sesuatu. Kiranya kasih menjadi pakaian, jubah, 

seragam, lambang kebesaran dan tanda pembeda kita. Atau, 

kiranya kasih menjadi yang utama dan yang tertinggi, sebagai 

keseluruhan dan rangkuman dari loh batu yang kedua. Tam-

bahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kasih akan 

saudara-saudara kasih akan semua orang (2Ptr. 1:5-7). Paulus 

meletakkan dasarnya pada iman, dan menaruh puncaknya 

pada kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan me-

nyempurnakan, sebagai semen dan pusat dari kumpulan 

orang-orang yang berbahagia. Persatuan Kristen terbentuk 

dari kesepakatan dan kasih satu sama lain. 

2. Menundukkan diri kita kepada pemerintahan damai sejahtera 

Kristus (ay. 15). Hendaklah damai sejahtera Kristus memerin-

tah dalam hatimu. Maksudnya, Allah dalam keadaan berdamai 

dengan kamu, dan kamu merasa nyaman bahwa Dia me-

nerima dan berkenan kepadamu. Atau, suatu kecenderungan 

untuk berdamai di antara kamu sendiri, suatu roh yang penuh 

damai sejahtera, yang menjaga perdamaian, dan memperda-

maikan. Ini disebut damai sejahtera Kristus, sebab  ini meru-

pakan karya-Nya di dalam semua orang yang adalah milik-

Nya. Sebab Kerajaan Allah adalah soal kebenaran dan damai 

sejahtera (Rm. 14:17). “Kiranya damai sejahtera ini memerintah 

dalam hatimu, menang dan berkuasa di sana, atau menjadi 

seperti wasit yang memutuskan segala masalah perbedaan di 

antara kamu.” sebab  untuk itulah kamu telah dipanggil 

menjadi satu tubuh. Kita dipanggil untuk memiliki damai se-

jahtera ini, yaitu kedamaian dengan Allah sebagai hak isti-

mewa kita dan kedamaian dengan saudara-saudara kita seba-

gai kewajiban kita. Dengan menjadi satu tubuh, kita dipanggil 

Surat Kolose 3:12-17 

 401 

untuk hidup damai seorang dengan yang lain, sebagaimana 

halnya anggota-anggota dari tubuh jasmani. sebab , kita se-

mua adalah tubuh Kristus dan kita masing-masing adalah ang-

gotanya (1Kor. 12:27). Agar damai sejahtera di dalam kita ini 

terpelihara, maka kita harus bersyukur. Tugas untuk bersyu-

kur kepada Allah adalah sebuah tugas yang begitu indah dan 

menyenangkan, sehingga itu akan membantu kita untuk men-

jadi ramah dan menyenangkan terhadap semua orang. “Dari-

pada bersikap iri satu sama lain gara-gara adanya perkenan atau 

keunggulan pada diri orang tertentu, lebih baik bersyukurlah 

sebab  rahmat-Nya, yang dibagikan kepada kamu semua.”  

3. Membiarkan perkataan Kristus diam dengan segala kekayaan-

nya di antara kita (ay. 16). Injil adalah perkataan Kristus, yang 

telah datang kepada kita. Namun, datang saja tidak cukup, 

Injil juga harus diam di antara kita, atau mengatur rumah, 

enoikeitō. Bukan seperti seorang hamba di dalam rumah, yang 

berada di bawah kuasa orang lain, melainkan seperti seorang 

tuan, yang berhak mengatur dan memerintah semua orang 

yang tinggal di bawah atap rumahnya. Kita harus mengambil 

semua perintah dan arahan kita dari Injil, dan mengambil 

jatah makanan serta kekuatan, kasih karunia dan penghibur-

an darinya pada saat yang tepat, seperti dari kepala rumah 

tangga atau tuan rumah. Injil harus diam di antara kita. 

Maksudnya, Injil harus selalu ada dan tersedia bagi kita di 

dalam segala keadaan, dan memiliki pengaruh dan kegunaan 

yang tepat. Kita harus mengenal Injil secara akrab, dan menge-

camkannya (Ayb. 5:27). Injil harus diam dengan segala ke-

kayaannya di antara kita, bukan hanya mengatur rumah 

tangga di dalam hati kita, melainkan juga mengaturnya baik-

baik. Banyak orang menyimpan perkataan Kristus di dalam 

diri mereka, namun  firman itu hanya diam saja tidak berbuat 

banyak. Firman tidak memiliki kuasa dan pengaruh yang dah-

syat pada diri mereka. Jiwa baru akan makmur atau sejahtera 

saat  firman Allah diam dengan segala kekayaannya di dalam 

kita, saat  kita mengalami kelimpahannya di dalam kita, dan 

dipenuhi dengan ayat-ayat firman dan kasih karunia Kristus. 

Dan ini dilakukan dengan segala hikmat. Fungsi hikmat yang 

tepat adalah menerapkan apa yang kita ketahui kepada diri 

kita sendiri, sebagai penuntun kita. Perkataan Kristus harus 


 402

diam di dalam kita, bukan dengan segala gagasan dan pemi-

kiran yang menduga-duga, untuk menjadikan kita sebagai se-

orang ahli, melainkan dengan segala hikmat, untuk menjadi-

kan kita sebagai orang Kristen yang baik, dan untuk memam-

pukan kita mengatur perilaku kita sendiri dalam segala hal 

sebagai anak-anak hikmat.  

4. Mengajar dan menegur seorang terhadap yang lain. Ini akan 

sangat membantu kita untuk maju terus dalam segala kasih 

karunia. Kita mempertajam diri dengan membangun orang 

lain, dan kita menambah pengetahuan kita dengan menyam-

paikannya untuk membangun orang lain. Kita harus mengajar 

dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan 

mazmur dan puji-pujian. Perhatikan, menyanyikan mazmur 

adalah sebuah perintah Injil, psalmois kai hymnois kai ōdais, 

yaitu menyanyikan Mazmur Daud, dan lagu-lagu puji-pujian 

dan syair rohani, yang dikumpulkan dari ayat-ayat firman, 

dan dicocokkan dengan kesempatan-kesempatan khusus, dan 

bukannya menyanyikan nyanyian-nyanyian kotor dan duniawi 

dari upacara penyembahan berhala. Puisi agamawi agaknya 

didukung juga oleh ungkapan-ungkapan ini, dan bisa amat 

membangun. Namun, saat  menyanyikan mazmur, kita tidak 

membuat irama apa pun kecuali kita menyanyikannya dengan 

disertai ucapan syukur di dalam hati kita, kecuali hati kita 

juga tergugah dengan apa yang kita nyanyikan dan meresapi-

nya dengan perenungan yang mendalam dan sungguh-sung-

guh. Menyanyikan mazmur adalah sebuah bentuk ibadah 

untuk mengajar sekaligus ibadah untuk memuji. Kita tidak 

hanya harus membangun dan mendorong diri kita sendiri, 

namun  juga harus mengajar dan menegur seorang akan yang 

lain, saling menggerakkan perasaan kita, dan menyampaikan 

nasihat dan tuntunan. 

5. Segala sesuatu harus dilakukan di dalam nama Kristus (ay. 

17). Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan 

atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan 

Yesus, menurut perintah-Nya dan sesuai dengan kekuasaan-

Nya, melalui kekuatan yang diturunkan dari Dia, dengan mata 

yang tertuju pada kemuliaan-Nya, dan bergantung pada ke-

baikan-Nya untuk menerima apa yang baik dan mendapatkan

Surat Kolose 3:18-25 

 403 

ampunan bagi apa yang salah. Sambil mengucap syukur oleh 

Dia kepada Allah, Bapa kita. Perhatikan,  

(1) Kita harus mengucap syukur di dalam segala hal. Apa saja 

yang kita kerjakan, kita harus tetap mengucap syukur (Ef. 

5:20). Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu. 

(2) Tuhan Yesus harus menjadi Pengantara dari puji-pujian kita 

dan doa kita. Kita mengucap syukur dalam nama Tuhan kita 

Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita (Ef. 5:20). Barang-

siapa melakukan segala sesuatu dalam nama Kristus, tidak 

akan pernah kekurangan bahan untuk disyukuri kepada 

Allah Bapa.

Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain 

(3:18-25) 

18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di 

dalam Tuhan. 19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku 

kasar terhadap dia. 20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, 

sebab  itulah yang indah di dalam Tuhan. 21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti 

hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. 22 Hai hamba-hamba, taatilah 

tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka 

saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati sebab  

takut akan Tuhan. 23 Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan 

segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. 24 Kamu 

tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan 

bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. 25 

Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, 

sebab  Tuhan tidak memandang orang.  

Rasul Paulus menutup pasal ini dengan nasihat mengenai tanggung 

jawab kekeluargaan, seperti sebelumnya di dalam surat kepada 

jemaat di Efesus. Surat-surat ini, yang paling sering dipakai untuk 

menunjukkan kemuliaan anugerah ilahi, dan untuk mengagungkan 

Tuhan Yesus, adalah surat-surat yang paling terperinci dan menonjol 

dalam menekankan kewajiban dalam beberapa jenis hubungan. Kita 

tidak boleh memisahkan antara hak-hak istimewa dengan kewajiban-

kewajiban dari agama Injili. 

I. Paulus memulai dengan kewajiban antara suami-istri (ay. 18). Hai 

isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya 

di dalam Tuhan. Penundukan diri adalah kewajiban bagi para 

istri, hypotassesthe. Kata ini sama dengan yang dipakai untuk 


 404

menyatakan kewajiban kita terhadap para pembesar (Rm. 13:1, 

Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya), 

dan ditunjukkan dengan sikap tunduk dan hormat (Ef. 5:24, 33). 

Alasannya adalah sebab  Adam yang pertama dijadikan, kemu-

dian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melain-

kan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa 

(1Tim. 2:13-14). Adamlah yang pertama kali diciptakan, dan yang 

terakhir jatuh ke dalam dosa. Kepala dari perempuan ialah laki-

laki, dan laki-laki tidak berasal dari perempuan, namun  perempuan 

berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan sebab  perem-

puan, namun  perempuan diciptakan sebab  laki-laki (1Kor. 11:3, 8-

9). Ini sejalan dengan hukum alam dan penalaran sebab-akibat, 

dan juga dengan ketetapan serta kehendak Allah. Namun, ini 

bukan penundukan kepada seorang tuan yang bengis atau 

penguasa yang semena-mena, yang boleh bertindak seenaknya 

tanpa batas. Ini adalah penundukan kepada seorang suami, dan 

kepada suaminya sendiri, yang hubungannya paling dekat, dan 

yang juga terikat erat pada kewajibannya sendiri. Dan ini seperti 

yang seharusnya di dalam Tuhan. Ini sesuai bagi hubungan 

tersebut, dan sesuai dengan perjanjian yang mengikat mereka, 

sebagai bentuk teladan ketaatan terhadap kekuasaan dan hukum 

Kristus. Di sisi lain, suami-suami harus mengasihi isteri mereka 

dan tidak boleh berlaku kasar terhadapnya (ay. 19). Mereka harus 

mengasihi istri mereka dengan kasih yang lemah lembut dan 

setia, sebagaimana Kristus mengasihi jemaat. Mereka harus 

mengasihi istri mereka seperti mengasihi tubuh mereka sendiri, 

dan bahkan seperti diri mereka sendiri (Ef. 5:25, 28, 33), dengan 

kasih yang hanya diberikan kepada orang terdekat, yang merupa-

kan penghiburan dan berkat terbesar di dalam kehidupan mere-

ka. Para suami tidak boleh berlaku kasar terhadap istri mereka, 

tidak boleh memperlakukan mereka dengan jahat, dengan perka-

taan yang kasar atau perlakuan yang kejam, melainkan harus 

ramah dan penuh kasih kepada istri mereka dalam segala hal. 

Sebab perempuan diciptakan sebab  laki-laki, demikian pula tidak 

ada laki-laki tanpa perempuan, dan laki-laki dilahirkan oleh perem-

puan (1Kor. 11:9, 11-12). 

II. Kewajiban anak-anak dan orangtua. Hai anak-anak, taatilah orang 

tuamu dalam segala hal, sebab  itulah yang indah di dalam Tuhan 

Surat Kolose 3:18-25 

 405 

(ay. 20). Anak-anak harus mau melakukan semua perintah orang-

tua yang dibenarkan oleh hukum, dan siap untuk dituntun dan 

diarahkan oleh mereka. Ini sebab  orangtua memiliki hak secara 

alami dan lebih pantas untuk mengarahkan anak-anak daripada 

diri mereka sendiri. Rasul Paulus (Ef. 6:2) mewajibkan anak-anak 

untuk menghormati sekaligus menaati orangtua mereka. Anak-

anak harus menghargai orangtua mereka dan berpikiran hormat 

tentang orangtua mereka, sebab  ketaatan hidup mereka berasal 

dari penilaian dan pendapat dalam pikiran mereka. Dan ini indah 

di dalam Tuhan, atau berkenan kepada-Nya, sebab  ini adalah 

suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini (Ef. 

6:2), yaitu supaya mereka berbahagia dan panjang umurnya di 

bumi. Anak-anak yang bertanggungjawab dengan kewajiban 

mereka adalah yang paling mungkin untuk hidup makmur dan 

sejahtera di dunia dan berumur panjang. Begitu pula orangtua 

harus lemah lembut, sebagaimana anak-anak taat (ay. 21). “Hai 

bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar 

hatinya. Janganlah kiranya kekuasaanmu atas mereka diterapkan 

dengan bengis dan kejam, namun  haruslah dengan keramahan dan 

kelembutan, supaya engkau tidak membangkitkan amarah mere-

ka dan membuat mereka tawar hati dalam mengerjakan kewajib-

an mereka. Dengan mengekang mereka terlalu kuat, mereka akan 

lari terbang dengan lebih liar lagi.” Sifat buruk dan teladan 

orangtua yang gegabah sering kali terbukti menjadi penghalang 

bagi anak-anak mereka dan batu sandungan dalam hidup mere-

ka. Lihat Efesus 6:4. Dan, melalui kelemahlembutan orangtua, 

dan ketaatan anak-anaklah, maka Allah dapat menyediakan bagi 

jemaat-Nya benih-benih untuk melayani Dia, dan menyebarkan 

agama dari zaman ke zaman. 

III. Hamba dan tuan. Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di du-

nia ini (ay. 22). Hamba harus melakukan tugas mereka sesuai de-

ngan posisi mereka. Mereka harus menaati perintah tuan mereka 

dalam segala hal, yang sesuai dengan kewajiban mereka terhadap 

Allah, tuan mereka di sorga. Jangan hanya di hadapan mereka 

saja untuk menyenangkan mereka. Bukan hanya saat  mata tuan 

mereka sedang mengawasi, melainkan juga saat  tuan mereka 

sedang tidak melihat. Mereka harus jujur dan juga rajin. Dengan 

tulus hati sebab  takut akan Tuhan, yakni tanpa memiliki 


 406

kepentingan diri sendiri atau munafik dan berpura-pura, melain-

kan seperti orang-orang yang takut akan Allah dan memiliki rasa 

kagum dan hormat akan Dia. Perhatikan, jika rasa takut akan 

Allah memerintah di dalam hati, maka itu akan membuat orang-

orang memiliki hubungan baik dengan siapa saja. Para hamba 

yang takut akan Allah akan berbuat jujur dan setia saat  sedang 

tidak diawasi oleh tuan mereka, sebab  mereka tahu bahwa 

mereka sedang diawasi oleh Allah. Aku berpikir: Takut akan Allah 

tidak ada di tempat ini (Kej. 20:11). namun  aku tidak berbuat 

demikian sebab  takut akan Allah (Neh. 5:15). Dan, “Apa pun juga 

yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu (ay. 23), 

dengan rajin, bukan dengan lamban dan malas.” Atau, “Kerjakan-

lah dengan gembira, bukan dengan bersungut-sungut terhadap 

pemeliharaan yang Allah lakukan dengan menempatkan kamu di 

dalam hubungan itu.” Seperti untuk Tuhan dan bukan untuk ma-

nusia. Pekerjaan seorang hamba akan dikuduskan saat  dilaku-

kan seperti untuk Allah, yaitu dengan mata yang tertuju pada 

kemuliaan-Nya dan dalam ketaatan kepada perintah-Nya, dan 

bukan hanya seperti untuk manusia, atau untuk menghormati 

mereka saja. Perhatikan, sesungguhnya kita melakukan kewajib-

an kita kepada Allah saat  kita setia di dalam kewajiban kita ke-

pada manusia. Dan untuk membesarkan hati para hamba, 

biarlah mereka tahu bahwa seorang hamba yang baik dan setia 

tidak pernah menjadi lebih jauh dari sorga hanya sebab  dirinya 

adalah seorang hamba. “Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu 

akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. 

Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya (ay. 24). Dengan mela-

yani tuanmu menurut perintah Kristus, berarti kamu melayani 

Kristus, dan Ialah yang akan memberikan upahmu. Pada akhir-

nya kamu akan menerima upah yang mulia. Sekalipun kamu 

sekarang adalah hamba, kamu akan menerima warisan anak. 

Namun, di sisi lain, barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan me-

nanggung kesalahannya itu (ay. 25).” Ada Allah yang adil, yang 

akan memperkarakan hal itu dengan hamba-hamba jika mere-

ka bersalah terhadap tuan mereka, sekalipun mereka dapat me-

nyembunyikannya dari tuan mereka. Dan Ia pasti akan meng-

hukum hamba yang tidak jujur, sekaligus memberikan upah bagi 

hamba yang setia. Begitu juga jika tuan bersalah terhadap 

hamba-hamba mereka. sebab  Tuhan tidak memandang orang. 

Surat Kolose 3:18-25 

 407 

Hakim atas seluruh bumi yang adil tidak akan memandang bulu, 

dan akan menghakimi dengan tangan yang adil baik tuan mau-

pun hamba. Ia tidak dibuat terpengaruh dengan tampak lahiriah 

dan keadaan hidup manusia. Baik yang seorang maupun yang 

lain akan berdiri sejajar dalam penghakiman-Nya. 

Tampaknya Rasul Paulus memiliki perhatian khusus, dari antara 

semua contoh kewajiban ini, terhadap persoalan yang disebutkan da-

lam 1 Korintus 7, mengenai hubungan antara agama-agama yang 

berbeda, yaitu sebagai seorang Kristen dan kafir, seorang petobat Ya-

hudi dan seorang bukan Yahudi yang tidak bersunat. Di situ terdapat 

celah untuk meragukan apakah jemaat terikat untuk memenuhi 

kewajiban yang semestinya terhadap orang-orang yang berbeda aga-

ma bila mereka ada dalam suatu hubungan tertentu dengan orang-

orang tersebut. Nah, jika kewajiban dalam berbagai hubungan itu 

saja berlaku juga dengan orang-orang yang berbeda agama, maka 

terlebih lagi kewajiban ini berlaku dengan lebih kuat lagi bagi orang 

Kristen satu dengan yang lain, yang memiliki agama yang sama. Dan 

betapa berbahagianya dunia ini, jika agama Injil mengalami keme-

nangan di mana-mana, dan betapa besar pengaruh yang akan 

ditimbulkannya pada setiap keadaan dan setiap hubungan di dalam 

kehidupan! 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  4  

I. Paulus melanjutkan pemaparannya di bagian penutupan pa-

sal sebelumnya mengenai kewajiban para tuan (ay. 1). 

II. Dia menyerukan kewajiban untuk berdoa (ay. 2-4) dan peri-

laku yang sopan dan bersahaja terhadap orang-orang yang 

bergaul dengan kita (ay. 5-6).  

III. Dia menutup surat ini dengan menyebutkan beberapa kawan-

nya, memberi kesaksian baik mengenai mereka (ay. 7-18).  

Kewajiban dalam Hubungan dengan Orang Lain 

(4:1) 

1 Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, 

kamu juga mempunyai tuan di sorga. 

Rasul Paulus   melanjutkan penjelasannya mengenai kewajiban para 

tuan terhadap hamba-hamba mereka, yang bisa disatukan dengan 

pasal sebelumnya dan merupakan bagian dari pokok pembicaraan 

ini. Perhatikanlah di sini,  

1. Keadilan dikehendaki dari para tuan: berlakulah adil dan jujur 

terhadap hambamu (ay. 1), bukan hanya keadilan yang sepenuh-

nya, namun  juga pemberian hak dan kebaikan. Tepatilah janji-janji 

kalian kepada mereka, dan perbuatlah apa yang telah kalian 

sepakati. Janganlah mencurangi hak mereka, atau jangan mena-

han upah dari buruh (Yak. 5:4). Jangan menuntut lebih dari apa 

yang mampu mereka kerjakan, dan jangan membebani mereka 

secara tidak masuk akal dan melampaui kekuatan mereka. Sedia-

kanlah apa yang layak bagi mereka, sediakan kebutuhan makan-

an dan jasmani yang memadai untuk mereka, dan izinkan mereka 

mendapat keleluasaan yang diperlukan supaya dapat bekerja 


 410

dengan riang dan lebih mudah. Lakukanlah itu sekalipun mereka 

hanyalah pekerja rendahan yang sederhana, atau berasal dari 

negara lain, atau memeluk agama yang berbeda dengan kalian.  

2. Alasan yang baik mengapa harus berlaku demikian: “Ingatlah, 

kamu juga mempunyai tuan di sorga. Kalian, yang merupakan 

tuan-tuan bagi orang lain, juga memiliki Majikan dan merupakan 

hamba dari Tuan yang lain. Kalian bukanlah tuan atas diri kalian 

sendiri, dan harus bertanggung jawab terhadap Tuan di atas 

kalian. Maka, perlakukanlah hamba-hamba itu sebagaimana ka-

lian ingin diperlakukan oleh Allah, dan perbuatlah itu sebagai 

orang-orang yang percaya bahwa semua hal harus dipertanggung-

jawabkan. Kalian sama-sama hamba dari Tuhan yang sama 

dalam hubungan yang berbeda, dan pada akhirnya, sama-sama 

harus bertanggung jawab kepada-Nya. Ingatlah, bahwa Tuhan 

mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang 

muka.” (Ef. 6:9).  

Nasihat-nasihat Kerasulan 

(4:2-4) 

2 Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil meng-

ucap syukur. 3 Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu 

untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia 

Kristus, yang sebab nya aku dipenjarakan. 4 Dengan demikian aku dapat 

menyatakannya, sebagaimana seharusnya. 

Jika perikop ini dianggap terkait dengan ayat sebelumnya, maka kita 

bisa mencermati bahwa sudah merupakan kewajiban yang harus 

dilakukan para tuan untuk berdoa bersama dengan para hamba me-

reka, dan berdoa setiap hari bersama mereka, atau untuk bertekun 

dalam doa. Mereka bukan hanya harus berlaku adil dan baik 

terhadap para hamba mereka itu, namun  juga harus bertindak seperti 

orang Kristen yang saleh, yang peduli terhadap jiwa mereka, selain 

terhadap raga mereka: “Sebagai bagian dari tanggung jawabmu, dan 

juga di bawah pengaruhmu, perhatikanlah juga mengenai berkat 

Allah ke atas mereka, sebagaimana kamu memperhatikan keberhasil-

an urusanmu di tangan mereka.” Inilah kewajiban setiap orang, yaitu 

bertekun dalam doa. “Peliharalah waktu-waktu doamu, tanpa teralih-

kan oleh urusan lain. Jagalah hatimu supaya tetap melekat pada 

kewajiban itu, tanpa berbelok atau menjadi surut, bahkan sampai 

Surat Kolose 4:2-4 

 411 

pada kesudahannya: Berjaga-jagalah.“ Orang-orang Kristen harus 

mempergunakan seluruh kesempatan doa mereka dan memilih saat 

yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat yang bebas dari 

gangguan hal-hal lain. Mereka juga harus menjaga pikiran supaya 

terpusat pada kewajiban itu, dan dalam keadaan yang sesuai untuk 

itu, sambil mengucap syukur, atau dengan ungkapan khidmat untuk 

mensyukuri belas kasihan yang sudah diterima. Pengucapan syukur 

haruslah menjadi bagian dalam setiap doa. Berdoa jugalah untuk 

kami (ay. 3). Jemaat harus berdoa secara khusus bagi para pelayan 

Tuhan yang melayani mereka dan selalu mengingat mereka dalam 

hati saat menghampiri takhta kasih karunia. Seolah-olah Rasul Pau-

lus berkata, “Jangan lupakan kami saat kalian sedang berdoa bagi 

diri kalian sendiri,” (Ef. 6:19; 1Tes. 5:25; Ibr. 13:18). Supaya Allah 

membuka pintu untuk pemberitaan kami, yaitu memberi kami kesem-

patan untuk memberitakan Injil (demikian katanya, di sini banyak 

kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan 

penting [1Kor. 16:9]), atau memberiku kecakapan dan keberanian, 

dan memampukanku dengan keleluasaan dan kesetiaan (Ef. 6:19), 

juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, 

dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku 

memberitakan rahasia Kristus, yang kulayani sebagai utusan yang 

dipenjarakan. Ini bisa diartikan sebagai ajaran terdalam Injil yang 

diterangkan dengan jelas, dengan Kristus sebagai pokok pembicaraan 

utamanya (dia menamakannya rahasia Injil [Ef. 6:19]), atau mungkin 

juga berarti pemberitaan Injil bagi kaum bukan Yahudi, yang dina-

makannya sebagai rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad (1:26) 

dan misteri Kristus (Ef. 3:4). sebab  perkara inilah Paulus sedang 

dipenjarakan. Dia ditawan di Roma, sebab  perlawanan keras dari 

orang-orang Yahudi yang jahat. Dia ingin supaya jemaat berdoa bagi-

nya, supaya dia tidak menjadi tawar hati dalam pekerjaannya, atau 

teralihkan dari pekerjaannya itu oleh sebab  penderitaannya: Dengan 

demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya (ay. 

4). Supaya aku dapat menyingkapkan misteri ini kepada orang-orang 

yang belum mendengarnya, dan menjelaskannya dengan cara yang 

layak sampai mereka memahaminya. Dia sudah pernah memberi-

tahukan secara khusus apa yang didoakannya bagi mereka (ps. 1). Di 

sini dia memberi tahu mereka dengan saksama mengenai apa yang 

diinginkannya supaya didoakan oleh mereka bagi dirinya. Paulus 

sangat cakap dalam berbicara, tapi dia tetap saja meminta mereka 


 412

supaya mendoakannya, sehingga dia bisa diajari bagaimana untuk 

bicara. Orang-orang Kristen yang terbaik dan tercakap pun mem-

butuhkan doa orang-orang Kristen lainnya yang lebih sederhana, dan 

tidak terlalu angkuh untuk memintanya. Para pemberita yang hebat 

membutuhkan doa, supaya Allah membukakan pintu untuk pem-

beritaan mereka, dan supaya mereka dapat berbicara sebagaimana 

yang seharusnya.   

Nasihat-nasihat Kerasulan 

(4:5-6) 

5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah 

waktu yang ada. 6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan 

hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada 

setiap orang. 

Rasul Paulus menasihati mereka lebih jauh lagi supaya berlaku sepa-

tutnya terhadap semua orang yang bergaul dengan mereka, terhadap 

dunia yang tidak percaya, atau orang-orang yang berada di luar 

jemaat Kristen tempat mereka tinggal (ay. 5): Hiduplah dengan penuh 

hikmat terhadap orang-orang luar. Berhati-hatilah dalam segala tin-

dak-tandukmu dengan mereka, supaya mereka tidak melukai kalian, 

atau menulari kalian dengan kebiasaan mereka, sebab pergaulan 

yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Juga, supaya kalian 

tidak melukai mereka, atau menambah prasangka mereka terhadap 

agama, dan membuka peluang bagi mereka untuk tidak menyukai-

nya. Ya, berbuatlah sebanyak mungkin bagi mereka, dan dengan 

sarana yang paling cocok dan di waktu yang paling tepat, arahkanlah 

mereka pada agama. Pergunakanlah waktu yang ada. Artinya, “man-

faatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka, dan 

manfaatkan waktumu untuk melaksanakan kewajiban kalian“ (kete-

kunan mempergunakan waktu sangat mengangkat pendapat orang 

mengenai agama), atau juga, “hidup dengan hati-hati dan saksama, 

supaya mereka tidak punya alasan untuk menentang kalian, atau 

membuat diri kalian rentan terhadap kejahatan dan niat buruk 

mereka” (Ef. 5:15-16). Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana 

kamu hidup, pergunakanlah waktu yang ada, sebab  hari-hari ini 

adalah jahat, artinya, penuh dengan marabahaya, atau saat-saat 

yang penuh dengan kesukaran dan penderitaan. Dan terhadap orang 

lain, atau orang-orang yang ada di dalam maupun di luar jemaat,

Surat Kolose 4:7-18 

 413 

“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih (ay. 6). Biarlah selu-

ruh percakapanmu seperti layaknya percakapan orang-orang Kristen, 

sesuai dengan pengakuan imanmu, yaitu sedap didengar, santun, 

dan pada tempatnya.” Meski tidak selalu berwujud kasih, namun  hen-

daknya senantiasa penuh dengan kasih. Dan, meski percakapan kita 

itu mencakup hal-hal yang lumrah, hendaknya tetap ada secercah 

kesalehan di dalamnya dan harus dilakukan dengan cara Kristen 

yang tidak hambar. Kasih karunia adalah garam yang membumbui 

percakapan kita, membuatnya sedap, dan menjaganya dari kebusuk-

an. Sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab ke-

pada setiap orang. Sebuah jawaban layak diberikan pada seseorang, 

dan jawaban lainnya pada orang yang berbeda (Ams. 26:4-5). Kita 

amat membutuhkan banyak hikmat dan kasih karunia untuk mem-

beri jawab yang layak kepada setiap orang, terutama dalam men-

jawab pertanyaan dan keberatan dari para musuh mengenai agama 

kita, dalam menerangkan dasar-dasar iman kita, dan dalam menun-

jukkan betapa tidak beralasannya tentangan dan kecaman mereka. 

Ini semua demi keuntungan bagi kepentingan kita dan untuk mengu-

rangi prasangka mereka terhadap kita. Siap sedialah pada segala 

waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang 

yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan 

yang ada padamu, namun  haruslah dengan lemah lembut dan hormat 

(1Ptr. 3:15).  

Beragam Salam 

(4:7-18) 

7 Semua hal ihwalku akan diberitahukan kepada kamu oleh Tikhikus, sau-

dara kita yang kekasih, hamba yang setia dan kawan pelayan dalam Tuhan. 8 

Ia kusuruh kepadamu dengan maksud, supaya kamu tahu akan hal ihwal 

kami dan supaya ia menghibur hatimu. 9 Ia kusuruh bersama-sama dengan 

Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu. 

Mereka akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang terjadi di sini. 

10 Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Mar-

kus, kemenakan Barnabas – tentang dia kamu telah menerima pesan; teri-

malah dia, jika dia datang kepadamu – 11 dan dari Yesus, yang dinamai 

Yustus. Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang 

menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi 

penghibur bagiku. 12 Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari anta-

ramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk 

kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan 

yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah. 13 

Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang dia, bahwa ia sangat bersusah 


 414

payah untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan Hierapolis. 14 Sa-

lam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas. 15 Sampaikan 

salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan 

jemaat yang ada di rumahnya. 16 Dan bilamana surat ini telah dibacakan di 

antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan 

supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu. 17 Dan sampai-

kanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima 

dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya. 18 Salam dari padaku, Paulus. Salam 

ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karu-

nia menyertai kamu. 

Dalam bagian penutup surat ini, Rasul Paulus  menorehkan bebe-

rapa nama teman-temannya untuk menghormati mereka, disertai de-

ngan kesaksian mengenai rasa hormatnya, yang akan selalu disebut-

sebut di mana pun Injil diberitakan, dan sampai kesudahan dunia. 

I. Mengenai Tikhikus (ay. 7). Melalui dialah surat ini dikirimkan, 

dan Paulus tidak menuliskan keadaannya saat itu, sebab Tikhi-

kus akan memberitahukannya dengan cara berbicara langsung 

secara lebih menyeluruh dan terperinci. Paulus tahu bahwa 

mereka akan terhibur oleh hal ihwalnya. Jemaat pastilah selalu 

menaruh perhatian terhadap para pelayan Tuhan yang melayani 

mereka dengan baik dan selalu ingin tahu mengenai keadaan 

mereka. Paulus memuji Tikhikus sebagai saudaranya yang 

kekasih dan hamba yang setia. Sekalipun Paulus adalah rasul 

yang hebat, ia tetap mengakui seorang pelayan yang setia sebagai 

saudara dan saudaranya yang kekasih. Kesetiaan dalam diri siapa 

pun memang mengagumkan, dan membuat orang itu layak kita 

sayangi dan hormati. Dan kawan pelayan dalam Tuhan. Para 

hamba Tuhan merupakan pelayan Kristus, dan kawan pelayan 

bagi satu sama lainnya. Mereka memiliki satu Tuhan, meskipun 

tempat dan kemampuan pelayanan mereka berbeda-beda. Per-

hatikanlah, saat para hamba saling mengasihi dan mengutama-

kan, mendukung dan memajukan nama baik satu sama lainnya 

dengan cara yang layak, hal itu menambah keindahan dan ke-

kuatan pelayanan Injil. Paulus mengutusnya bukan hanya untuk 

memberitahukan hal ihwalnya, tapi juga supaya ia nantinya 

membawa pulang kabar mengenai jemaat: Ia kusuruh kepadamu 

dengan maksud, supaya dia tahu akan hal ihwal kamu dan 

supaya ia menghibur hatimu (ay. 8). Paulus juga ingin mengetahui 

kabar mereka, sama halnya seperti mereka ingin mengetahui ka-

barnya, dan menganggap dirinya wajib juga bersimpati terhadap 

Surat Kolose 4:7-18 

 415 

mereka seperti mereka wajib bersimpati terhadapnya. Memiliki 

kawan-kawan Kristen yang saling mempedulikan amatlah melega-

kan dalam menjalani kesukaran dan masalah dalam hidup ini.  

II. Mengenai Onesimus (ay. 9): Bersama-sama dengan Onesimus, 

saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu. 

Dia dikirim kembali dari Roma bersama Tikhikus. Onesimus 

adalah orang yang didapat Paulus selagi dia ada dalam penjara 

(Flm. 1:10). Onesimus sebelumnya adalah budak Filemon, dan 

merupakan anggota, jika bukan pelayan, dari jemaat mereka. Dia 

bertobat di Roma, tempat yang ditujunya saat dia melarikan diri 

dari majikannya, dan kini dia dikirim kembali, kemungkinan ber-

sama dengan surat untuk Filemon, untuk membawanya kembali 

lagi kepada keluarga majikannya itu. Perhatikanlah, meskipun 

Onesimus hanyalah seorang pelayan miskin dan sebelumnya 

berlaku buruk, akan namun  sesudah  ia bertobat, Paulus menyebut-

nya saudara yang setia dan yang kekasih. Keadaan hidup yang 

miskin dan kejahatan besar dalam kehidupan yang terdahulu 

tidaklah mempengaruhi hubungan rohani di antara para orang 

Kristen yang tulus: mereka mengambil bagian dalam hak-hak 

istimewa yang sama dan berhak untuk sama-sama dihormati. 

Kebenaran Allah sebab  iman dalam Yesus Kristus adalah bagi 

semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan (Rm. 

3:22), dan dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang 

Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, sebab  kamu 

semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal. 3:28). Mungkin ini 

terjadi beberapa waktu sesudah  dia bertobat dan dikirim kembali 

kepada Filemon, dan pada waktu itu dia telah terlibat dalam 

pelayanan, sebab Paulus memanggilnya sebagai saudara.  

III. Aristarkhus, temanku sepenjara. Orang-orang yang bersama-sama 

dalam pelayanan dan penderitaan haruslah melekat satu sama 

lain dalam kasih yang kudus. Paulus memiliki kasih sayang yang 

istimewa terhadap rekan-rekan sepelayanan dan sepenjaranya. 

IV. Markus, kemenakan Barnabas. Ini pastinya adalah orang yang 

sama yang menulis Injil yang memakai namanya. Terimalah dia, 

jika dia datang kepadamu. Paulus bertengkar dengan Barna-

bas sebab  masalah yang menyangkut Markus ini, yang adalah 


 416

kemenakannya, dan dengan tegas berkata, bahwa tidak baik 

membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia 

dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka (Kis. 

15:38). Dia tidak bersedia membawa serta Markus bersamanya 

dan membawa Silas, sebab Markus telah meninggalkan mereka 

sebelumnya. Akan namun , Paulus bukan hanya berdamai dengan 

Markus, namun  juga menghendaki supaya jemaat menghormati-

nya. Ia menunjukkan contoh roh yang mengampuni dari seorang 

Kristen sejati. Jika manusia bersalah akibat suatu kesalahan, 

maka hal itu janganlah selalu diingat-ingat untuk melawan me-

reka. Kita harus memaafkan dan melupakan. Kalaupun seorang 

kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang 

rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh 

lemah lembut (Gal. 6:1).  

V. Di sini juga ada yang bernama Yesus, yang merupakan nama 

Yunani untuk nama Ibrani Yosua. Sebab, andaikata Yosua telah 

membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak 

akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain (Ibr.4:8). Yang 

dinamai Yustus. Mungkin juga dia mengubah namanya menjadi 

Yustus, sebagai penghormatan terhadap nama Sang Penebus. 

Atau mungkin Yesus adalah nama Yahudi-nya, sebab dia terma-

suk kaum yang bersunat, sedangkan Yustus adalah nama Roma-

wi atau Latin-nya. Ketiga orang ini menjadi temanku sekerja untuk 

Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi penghibur bagiku. 

Perhatikanlah, betapa persekutuan antara orang kudus dan para 

pelayan merupakan penghiburan bagi Rasul Paulus ! Yang satu 

adalah kawan pelayannya, yang lainnya merupakan teman sepen-

jaranya, dan semuanya merupakan teman-teman sekerjanya, 

yang mengerjakan keselamatan mereka dan berusaha untuk 

memperkenalkan keselamatan itu pada orang-orang lain juga. 

Para pelayan Tuhan yang baik mendapatkan penghiburan dari 

orang-orang yang merupakan teman sekerja mereka untuk 

kerajaan Allah. Persahabatan dan pergaulan mereka merupakan 

sumber kesegaran besar di dalam penderitaan dan kesukaran 

yang mereka hadapi.  

VI. Epafras (ay. 12), atau juga Epafroditus. Dia adalah seorang dari 

antaramu, salah satu anggota jemaatmu. Salam darinya, atau dia 

Surat Kolose 4:7-18 

 417 

menyampaikan pelayanannya kepada kamu, beserta salam dan 

kasih sayangnya. Dia selalu bergumul dalam doanya untuk kamu. 

Epafras meneladani Paulus dalam mendoakan kawan-kawannya. 

Perhatikanlah,  

1. Bagaimana dia mendoakan mereka. Dia bersusah payah dalam 

doanya, bergumul keras, dan selalu bergumul keras bagi me-

reka. Orang-orang yang ingin berhasil dalam doa harus ber-

susah payah melakukannya, dan kita harus bersungguh-

sungguh saat  berdoa, bukan hanya bagi kita sendiri, melain-

kan juga bagi orang lain. Doa yang sungguh-sungguhlah yang 

ampuh dan membuahkan hasil (Yak. 5:16), dan Elia bersung-

guh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun (ay. 17).  

2. Pokok doanya: supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang 

yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal 

yang dikehendaki Allah. Perhatikanlah, berdiri teguh dan 

berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah 

adalah sesuatu yang harus sungguh-sungguh kita inginkan, 

baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Kita harus 

berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki 

Allah. Yakin dalam kehendak perintah-perintah-Nya dengan 

jalan patuh sepenuhnya, dan dalam kehendak pemeliharaan-

Nya dengan jalan berserah dengan riang hati dengan pemeli-

haraan-Nya itu. Dan kita dapat berdiri teguh dan berkeyakin-

an penuh dalam keduanya melalui ketekunan dan ketabahan 

sampai pada akhirnya. Rasul Paulus menjadi saksi bagi Epa-

fras bahwa dia rela bersusah payah bagi mereka: “Aku dapat 

memberi kesaksian tentang dia. Aku dapat bersaksi mengenai 

kepeduliannya yang besar terhadap kamu, dan bahwa segala 

yang diperbuatnya bagimu berasal dari keinginan tulus untuk 

kebaikanmu.” Dan gairah hatinya itu juga meluas kepada 

semua orang di sekitar mereka: untuk mereka yang di Laodikia 

dan Hierapolis. Dia memiliki kepedulian mendalam bagi kepen-

tingan umat Kristen di daerah-daerah sekeliling mereka, selain 

peduli terhadap mereka.  

VII. Lukas juga termasuk yang disebutkan di sini, yang dipanggilnya 

sebagai tabib yang kekasih. Dialah orang yang menulis Injil dan 

Kisah Para Rasul, dan merupakan rekan seperjalanan Paulus. 

Perhatikanlah, Lukas adalah seorang tabib sekaligus pengabar 


 418

Injil. Kristus sendiri pun mengajar dan menyembuhkan, dan me-

rupakan seorang tabib agung sekaligus rasul jemaat. Lukas 

adalah tabib yang kekasih, seorang yang amat disayangi oleh 

kawan-kawannya. Keahlian dalam hal kesehatan merupakan hal 

yang sangat berguna dalam diri seorang pelayan Tuhan dan bisa 

ditingkatkan untuk dipergunakan secara lebih luas dan hebat lagi 

di antara umat Kristen. 

VIII. Demas. Tidak pasti apakah surat ini ditulis sebelum surat kedua 

kepada Timotius atau sesudah nya. Di sana kita bisa membaca 

(2Tim. 4:10), sebab  Demas telah mencintai dunia ini dan mening-

galkan aku. Beberapa orang menduga bahwa surat ini ditulis 

sesudah nya dan membuktikan bahwa sekalipun Demas mening-

galkan Paulus, dia tidaklah meninggalkan Kristus. Atau, Demas 

meninggalkannya hanya untuk sementara waktu saja, lalu sadar 

kembali dan Paulus memaafkannya dan mengakuinya sebagai 

saudara. namun  sebagian orang lagi menduga bahwa kemungkin-

an sura