Rabu, 09 Juli 2025

Yesaya-1-39 5


 ak hal diringkas dalam sedikit 

kata, yang berfungsi sebagai pegangan untuk dapat memegang 

lebih banyak lagi. 

II.  Kepedulian yang diberikan sang nabi untuk membuat tulisan ini 

didartikel  ng bukti yang baik (ay. 2): Maka aku memanggil dua saksi 

yang dapat dipercaya. Ia menuliskan nubuat itu di hadapan dan 

di depan mata mereka, dan meminta mereka menuliskan nama 

mereka, supaya mereka siap, jika ada keharusan, untuk meng-

ucapkan sumpah, bahwa sebelumnya sang nabi sudah begitu 

lama menubuatkan penyerangan bangsa Asyur ke negeri itu. Ia 

menyebutkan nama saksi-saksinya untuk lebih memastikan lagi, 

supaya mereka dapat ditanyai oleh siapa saja. Ada dua orang 

saksi di sini (sebab atas keterangan dua atau tiga orang saksi 

perkara itu tidak disangsikan). Saksi pertama yaitu   imam Uria. 

Ia disebutkan dalam cerita tentang Ahas, tetapi sama sekali 

bukan karena perbuatan-perbuatan baiknya, sebab ia berusaha 

menyenangkan Ahas dengan mendirikan mezbah berhala (2Raj. 

16:10-11). Walaupun begitu, pada saat ini, tidak ada satu hal 

yang dituduhkan melawannya, karena ia seorang saksi yang setia. 

Lihatlah betapa para nabi sangat hati-hati dalam membuktikan 

ketulusan niat mereka kepada semua orang yang berkepentingan. 


 162

Supaya kita dapat mengetahui dengan keyakinan penuh, bahwa se-

gala sesuatu yang diajarkan kepada kita sungguh benar, dan bahwa 

kita tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia. 

III. Judul kitabnya dijadikan sebagai nama anaknya, supaya hal itu 

lebih diperhatikan dan diabadikan secara lebih berhasil (ay. 3). 

Istrinya (sebagai istri seorang nabi) disebut nabiah. Ia mengan-

dung dan melahirkan seorang anak laki-laki, seorang anak laki-

laki lain, yang akan membawa sebuah khotbah di dalam nama-

nya, seperti halnya anak laki-laki sebelumnya (7:3). Tetapi dengan 

perbedaan ini, bahwa anak sebelumnya menyampaikan belas 

kasihan, Syear Yasyub – umat yang tersisa akan kembali, tetapi, 

karena belas kasihan itu diremehkan, anak yang ini menyampai-

kan penghakiman, Maher-Syalal Hash-Bas – dalam mengambil 

jarahan, ia akan bergegas, atau ia telah bergegas untuk meng-

hampiri mangsa. Nubuat ini dilipatgandakan, bahkan di dalam 

satu nama ini, sebab perkaranya sudah pasti. Aku siap sedia 

untuk melaksanakan firman-Ku (Yer. 1:12). Setiap kali anak itu 

disebut dengan namanya, atau bagian mana saja darinya, itu 

akan berlaku sebagai peringatan akan penghakiman-penghakim-

an yang sudah dekat. Perhatikanlah, baik bagi kita untuk sering-

sering mengingatkan diri kita sendiri akan berbagai perubahan 

dan kesulitan yang rentan kita alami di dunia ini, dan yang mung-

kin sudah menunggu di ambang pintu. Ketika kita melihat anak-

anak kita dengan senang hati, haruslah itu diimbangi dengan 

pemikiran ini, bahwa kita tidak tahu apa yang akan menunggu 

mereka nanti.  

IV. Nubuat itu sendiri, yang menjelaskan nama mistis ini.  

1. Bahwa bangsa Aram dan Israel, yang sekarang bersekutu me-

lawan Yehuda, dalam waktu yang sangat sebentar akan men-

jadi mangsa empuk bagi raja Asyur dan pasukannya yang ber-

jaya (ay. 4): “Sebelum anak itu, yang sekarang baru lahir dan 

diberi nama, tahu memanggil: Bapa! Ibu!” (yang biasanya 

merupakan beberapa hal pertama yang diketahui anak-anak, 

dan beberapa kata pertama yang mereka ucapkan), maka “se-

kitar satu atau dua tahun lagi, kekayaan Damsyik dan jarahan 

Samaria, kota-kota yang sekarang begitu aman dan begitu 

tangguh bagi tetangga-tetangga mereka, akan diangkut di de-

Kitab Yesaya 8:1-8 

 163 

pan raja Asyur, yang akan menjarah baik kota maupun desa, 

dan mengirimkan hasil-hasil terbaik dari keduanya ke negeri-

nya sendiri, untuk memperkaya negeri itu, dan sebagai piala-

piala kemenangannya.” Perhatikanlah, siapa yang menjarah 

orang lain harus bersiap-siap dijarah juga (33:1). Sebab Tuhan 

itu adil, dan mereka yang mengganggu akan diganggu.  

2. Bahwa karena ternyata ada banyak orang di Yehuda yang 

secara diam-diam mendartikel  ng kepentingan-kepentingan Aram 

dan Israel, dan tidak puas dengan keluarga Daud, maka Allah 

akan menghartikel  m mereka juga melalui raja Asyur, yang akan 

menimbulkan keresahan besar bagi Yehuda, seperti yang 

sudah dinubuatkan (7:17). Amatilah,  

(1)  Apa dosa dari pihak yang tidak puas di Yehuda (ay. 6): 

Bangsa ini, yang kepada mereka sang nabi berbicara di 

sini, telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, me-

rendahkan negeri mereka sendiri dan pemerintahannya, 

dan suka menghinanya, karena ia tidak menjadi sosok 

yang begitu besar dan memperdengarkan suara yang lan-

tang di dunia ini, seperti beberapa raja dan kerajaan lain. 

Mereka menolak penghiburan-penghiburan yang ditawar-

kan oleh nabi-nabi Allah kepada mereka dari firman Allah, 

yang berbicara kepada mereka seperti suara angin sepoi-

sepoi basa. Mereka sama sekali tidak menganggapnya. Se-

baliknya, mereka telah tawar hati terhadap Rezin dan anak 

Remalya (KJV: mereka bersuka terhadap Rezin dan anak 

Remalya), yang merupakan musuh-musuh bangsa mereka, 

dan yang sebenarnya sedang menyerangnya sekarang. 

Mereka menyoraki orang-orang itu sebagai orang-orang 

yang berani, menyanjung kebijakan dan kekuatan mereka, 

memuji-muji perilaku mereka, sangat senang dengan 

keberhasilan-keberhasilan mereka, dan mengharapkan 

yang terbaik bagi rancangan-rancangan mereka, serta 

bertekad untuk meninggalkan negeri sendiri dan beralih 

kepada mereka. Orang-orang busuk seperti ini dipelihara 

banyak negara dalam pelukannya, orang yang makan 

darinya, namun berpihak pada musuh-musuhnya, dan 

siap meninggalkan kepentingan-kepentingan negaranya 

jika itu tampak goyah.  


 164

(2) Penghakiman yang akan dijatuhkan Allah atas mereka 

karena dosa ini. Raja Asyur yang sama yang akan memo-

rak-porandakan Efraim dan Aram, akan menjadi cambuk 

dan kengerian bagi orang-orang yang berpihak pada mere-

ka di Yehuda (ay. 7-8). Karena mereka menolak air Syiloah, 

dan tidak mau menyesuaikan diri dengan pemerintahan 

yang sudah ditegakkan Allah atas mereka, tetapi gelisah di 

bawahnya, maka Tuhan akan membuat air sungai Efrat 

yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka. Mereka 

meremehkan negeri Yehuda, karena tidak memiliki sungai 

yang dapat dibanggakan dan dibandingkan dengan Efrat. 

Sungai di Yerusalem itu sangat kecil. “Nah,” demikian fir-

man Allah, “kalau kamu sedemikian mengagumi sungai 

Efrat, maka kamu akan dicartikel  pkan dengannya. Raja 

Asyur, yang negerinya terletak di sungai itu, akan datang 

dengan kemuliaannya, dengan pasukannya yang besar, 

yang kamu serukan sebagai kemuliaannya, dan menghina 

rajamu sendiri karena ia tidak bisa membawa pasukan se-

perti itu ke medan pertempuran. Allah akan membawa pa-

sukan itu kepadamu.” Jika kita membanggakan manusia, 

jika kita terlalu membanggakan mereka, karena kekayaan 

dan kuasa duniawi mereka, maka sudah sewajarnya Allah 

menjadikan mereka cambuk bagi kita. Hal ini dipakai 

sebagai alasan supaya kita tidak membesar-besarkan orang 

kaya, bahwa orang kaya itu menindas kita (Yak. 2:3, 6). 

Marilah kita menyenangi air Syiloah, yang mengalir lam-

ban, sebab sungai yang mengalir cepat itu berbahaya. 

Diberikan ancaman bahwa pasukan Asyur akan menyerbu 

mereka seperti banjir, atau luapan air, yang menerjang 

semua di hadapannya, meluap melampaui segenap salur-

annya, dan menenggelamkan segenap tebing-tebingnya. 

Tidak akan ada gunaya melawan atau menentang mereka. 

Sanherib dan pasukannya akan melewati Yehuda, dan 

menghadapi perlawanan yang tidak berarti sehingga akan 

lebih terlihat seperti pawai melewati negeri itu daripada 

penyerangan terhadapnya. Ia naik hingga sampai ke leher, 

yakni ia akan maju sedemikan jauh sehingga mengepung 

Yerusalem, kepala kerajaan, dan tak ada yang lain selain 

kota itu yang tidak tersentuh tangannya, karena kota itu

Kitab Yesaya 8:9-15 

 165 

 yaitu   kota suci. Perhatikanlah, dalam banjir permasalah-

an yang paling besar, Allah dapat dan akan membuat 

umat-Nya tetap mengapung, dan dengan demikian meme-

lihara ketenangan dan kehidupan rohani mereka. Air yang 

menghampiri jiwa mereka bisa saja naik sampai ke leher 

(Mzm. 69:2), tetapi sampai di situlah gelombang-gelom-

bangnya yang congkak akan dihentikan. Dan inilah isyarat 

lain yang menghibur, bahwa meskipun bentangan sayap 

bangsa Asyur, si burung pemangsa itu, sekalipun sayap 

kanan dan kiri pasukannya sampai menutupi seantero ne-

geri Yehuda, namun itu tetaplah negeri Imanuel. Itu negeri-

mu, ya Imanuel! Itu akan menjadi negeri Kristus, sebab di 

sanalah Ia akan dilahirkan, hidup, memberitakan firman, 

dan mengadakan mujizat-mujizat. Dia yaitu   Raja Sion, 

dan karena itu memiliki kepentingan dan kepedulian khu-

sus terhadap negeri itu. Perhatikanlah, negeri yang diakui 

Imanuel sebagai milik-Nya, seperti semua negeri lain yang 

mengakui-Nya, meskipun bisa terkena banjir, tidak akan 

hancur. Karena, apabila musuh datang seperti air bah, 

Imanuel akan mengamankan kepunyaan-Nya sendiri, dan 

akan menegakkan penangkal melawannya (59:19, KJV).  

Dorongan Semangat bagi Yehuda  

(8:9-15)  

9 Ketahuilah, hai bangsa-bangsa, dan terkejutlah, perhatikanlah, ya segala 

pelosok bumi, berikatpingganglah, dan terkejutlah; berikatpingganglah dan 

terkejutlah! 10 Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputus-

an, tetapi tidak terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami! 11 Sebab begini-

lah firman TUHAN kepadaku, ketika tangan-Nya menguasai aku, dan ketika 

Ia memperingatkan aku, supaya jangan mengikuti tingkah laku bangsa ini: 12 

“Jangan sebut persepakatan segala apa yang disebut bangsa ini persepakat-

an, dan apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar 

melihatnya. 13 Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui 

sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah 

harus kamu gentar. 14 Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi 

batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta men-

jadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. 15 Dan banyak di antara 

mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan.” 

Sang nabi di sini kembali berbicara tentang kesusahan yang menim-

pa Ahas beserta istana dan kerajaannya, karena adanya ancaman 


 166

persepakatan antara kesepuluh sartikel   Israel dan bangsa Aram mela-

wan mereka. Dan dalam ayat-ayat ini, 

I.   Ahas berjaya atas musuh-musuh yang menyerang, dan pada 

akhirnya menantang mereka, dan meminta mereka untuk mela-

kukan apa yang terburuk (ay. 9-10): “Hai bangsa-bangsa, ya 

segala pelosok bumi, dengarkanlah apa yang dikatakan sang nabi 

kepadamu dalam nama Allah.”  

1. “Kami tidak ragu bahwa kamu akan berusaha sekuat tenaga 

untuk melawan Yehuda dan Yerusalem. Kamu menggabung-

kan diri dalam persekutuan yang erat. Kamu mengencangkan 

ikat pinggangmu, dan sekali lagi kamu mengencangkan ikat 

pinggangmu. Kamu bersiap-siap melakukan tindakan. Kamu 

memusatkan perhatianmu pada hal itu dengan tekad bulat. 

Kamu menyarungkan pedangmu, kamu mengencangkan ping-

gangmu. Kamu menggerakkan dan mendorong dirimu sendiri 

dan satu sama lain dengan segala pertimbangan yang dapat 

kamu pikirkan: kamu membuat rancangan bersama-sama, 

mengadakan rapat-rapat perang, dan semua kepala memikir-

kan cara-cara tepat untuk menjadikan dirimu tuan-tuan atas 

negeri Yehuda. Kamu mengambil keputusan, kamu membuat 

keputusan-keputusan berkenaan dengan hal itu, dan tidak 

selamanya berunding. Kamu menentukan apa yang harus 

dilakukan, dan sangat yakin akan keberhasilannya, bahwa ma-

salah ini akan selesai dengan satu kata yang terucap.” Perhati-

kanlah, dengan kebijakan, tekad, dan keyakinan yang sedemi-

kian besar musuh-musuh jemaat meneruskan rancangan-ran-

cangan mereka untuk melawan jemaat. Dengan amat susah 

payah mereka berusaha menggulingkan batu yang pasti akan 

kembali menimpa mereka.  

2. “Ini untuk memberi tahu kamu bahwa semua usahamu tidak 

akan berhasil. Kamu tidak dapat, kamu tidak akan mencapai 

tujuanmu atau memenangkan pertempuran: Kamu akan di-

buat terkejut (KJV: Kamu akan hancur berkeping-keping). 

Walaupun kamu bersekutu, walaupun kamu mengencangkan 

ikat pinggang, walaupun kamu jalan terus dengan segala 

macam cara dan rancangan, namun aku katakan lagi dan lagi, 

semua rencanamu akan dikacaukan, kamu akan hancur 

berkeping-keping. Bahkan, bukan saja usaha-usahamu akan 

Kitab Yesaya 8:9-15 

 167 

hancur, tetapi juga usaha-usahamu itu akan menjadi kehan-

curan bagimu. Kamu akan dihancurkan oleh rancangan-ran-

cangan yang kamu buat melawan Yerusalem itu: Rancangan-

mu akan gagal, karena tidak ada hikmat dan tidak ada pertim-

bangan yang dapat menandingi Tuhan. Keputusan-keputus-

anmu tidak akan terlaksana, tidak akan bertahan. Kamu 

mengambil keputusan, tetapi siapakah yang berkata-kata, lalu 

semuanya jadi, jika Tuhan tidak memerintahkannya? Apa yang 

menegakkan dirinya melawan Allah dan kepentingan serta 

maksud-Nya tidak akan dapat bertahan, tetapi pasti akan 

jatuh pada akhirnya. Sebab Allah menyertai kami” (ini merujuk 

pada nama Imanuel – Allah beserta kita). “Mesias akan lahir di 

tengah-tengah kami, dan suatu bangsa yang dirancang untuk 

kehormatan seperti itu tidak dapat dibiarkan hancur sepenuh-

nya. Sekarang kami memiliki hadirat Allah yang istimewa ber-

sama kami di dalam bait-Nya, sabda-sabda-Nya, janji-janji-

Nya, dan semuanya ini yaitu   perisai kami. Allah beserta 

kami. Ia ada di pihak kami, untuk mengambil bagian kami dan 

berperang bagi kami. Dan jika Allah di pihak kami, siapakah 

yang akan melawan kami?” Demikianlah putri Sion merendah-

kan mereka. 

II. Sang Nabi menghibur dan mendorong umat Allah dengan peng-

hiburan-penghiburan dan dorongan-dorongan yang sama yang 

sudah diterimanya sendiri. Usaha yang dibuat untuk menyerang 

mereka sangat mengerikan. Keluarga Daud, beserta segenap 

istana dan keluarga kerajaan, kehabisan akal (7:2), maka tidak 

heran jika rakyatnya menjadi ketakutan. Sekarang,   

1.  Sang nabi memberi tahu kita bagaimana ia sendiri diajar oleh 

Allah untuk tidak membiarkan diri dilanda ketakutan yang 

sedemikian luar biasa seperti yang menghantui orang-orang, 

dan juga untuk tidak mengikuti langkah-langkah yang sama 

dengan mereka (ay. 11): “TUHAN berfirman kepadaku, ketika 

tangan-Nya menguasai aku, supaya jangan mengikuti tingkah 

laku bangsa ini, untuk tidak berkata-kata seperti mereka atau 

berbuat seperti mereka, untuk tidak membiarkan diri dilanda 

kekhawatiran-kekhawatiran yang sama, atau menyetujui ren-

cana-rencana mereka untuk mengadakan perdamaian dengan 

syarat apa pun, atau meminta bantuan bangsa Asyur.” Allah 


 168

memerintahkan sang nabi untuk tidak ikut arus. Perhatikan-

lah,  

(1) Dalam diri orang-orang terbaik sekalipun ada kecenderung-

an untuk merasa takut terhadap awan-awan mendung yang 

mengancam, terutama apabila ketakutan itu mewabah di 

mana-mana. Kita semua begitu mudah berjalan di jalan 

orang-orang di lingkungan kita hidup, meskipun itu bukan 

jalan yang baik.  

(2) Siapa yang dikasihi dan diakui Allah akan diajari dan di-

mampukan-Nya untuk berenang melawan arus kebobrokan 

orang banyak, terutama ketakutan-ketakutan yang dialami 

semua orang. Ia akan menemukan cara untuk mengajar 

umat kepunyaan-Nya supaya tidak berjalan di jalan orang-

orang lain, tetapi untuk berjalan sendiri di jalan kebaikan.  

(3) Adakalanya kebobrokan bekerja begitu giat dalam hati 

orang-orang baik sekalipun, sehingga mereka perlu diajari 

melakukan kewajiban mereka dengan tangan yang kuat. 

yaitu   hak istimewa Allah untuk mengajari mereka seperti 

itu, sebab hanya Dia yang dapat memberikan pengertian 

dan meruntuhkan pertentangan yang timbul dari ketidak-

percayaan dan prasangka. Ia dapat mengajar hati, dan 

dalam hal ini tidak ada yang dapat mengajar seperti Dia.  

(4) Siapa yang akan mengajar orang lain, ia sendiri perlu 

diajari dengan baik mengenai kewajibannya. Dengan begitu 

ia dapat mengajar penuh kuasa apabila ia mengajar ber-

dasarkan pengalamannya sendiri. Perkataan yang timbul 

dari hati, besar kemungkinannya akan menjangkau ke da-

lam hati. Dan apa yang telah diajarkan kepada kita oleh 

anugerah Allah haruslah, semampu-mampunya, kita ajar-

kan kepada orang lain juga.  

2.  Nah, apa yang dikatakan sang nabi kepada umat Allah?  

(1) Ia memperingatkan mereka terhadap rasa takut yang sifat-

nya berdosa (ay. 12). Tampaknya itu merupakan cara bang-

sa ini pada saat itu dan ketakutan mudah menular ke 

semua orang. Orang yang lemah hati akan membuat sau-

dara-saudaranya menjadi tawar seperti hatinya (Ul. 20:8). 

Oleh karena itu, Jangan sebut persepakatan segala apa 

yang disebut bangsa ini persepakatan. Maksudnya,  

Kitab Yesaya 8:9-15 

 169 

[1] “Jangan bersekutu dengan mereka dalam persepakatan-

persepakatan yang sedang mereka rencanakan dan ran-

cangkan. Jangan bergabung dengan mereka yang, un-

tuk mencari aman sendiri, ingin bersekutu dengan 

bangsa Asyur, karena tidak yakin dan percaya terhadap 

Allah dan kepentingan mereka. Jangan ikut dalam 

persepakatan seperti itu.” Perhatikanlah, sudah menjadi 

perhatian kita, dalam masa-masa sulit, agar berjaga-

jaga terhadap semua ketakutan yang akan membuat 

kita mengambil jalan-jalan pintas untuk mencari aman 

sendiri.  

[2] “Janganlah takut terhadap persepakatan-persepakatan 

yang dengannya mereka menakut-nakuti diri sendiri 

dan satu sama lain. Jangan risaukan dirimu dengan 

kekhawatiran terhadap adanya persepakatan setiap kali 

terjadi kekacauan, atau apabila ada hal kecil yang salah 

janganlah berseru, ada persekongkolan, ada persekong-

kolan. Ketika mereka membicarakan kabar buruk yang 

sedang terjadi, “Aram telah berkemah di wilayah Efraim, 

apa yang akan terjadi pada kita? Haruskah kita mela-

wan, atau melarikan diri, atau menyerah? Maka, jangan-

lah kamu takut seperti mereka: Janganlah gentar terha-

dap tanda-tanda di langit, seperti bangsa-bangsa kafir 

(Yer. 10:2). Janganlah takut terhadap kabar-kabar buruk 

di bumi, tetapi teguhkanlah hatimu. Janganlah takuti 

apa yang mereka takuti, jangan pula gentar seperti me-

reka. Sekalipun ketakutan membuatmu gemetar dan 

bergoncang, janganlah takut,” begitulah arti kata itu. 

Perhatikanlah, apabila musuh-musuh jemaat sedang 

melancarkan persepakatan yang penuh dosa, maka 

sahabat-sahabat jemaat harus berjaga-jaga terhadap 

rasa takut terhadap persepakatan itu, karena ketakutan 

itu mengandung dosa. 

(2) Ia menyarankan mereka untuk takut di dalam kesalehan 

dan anugerah: Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang 

harus kamu akui sebagai Yang Kudus (ay. 13). Perhatikan-

lah, takut akan Allah disertai hati yang percaya yaitu   pe-

nangkal istimewa untuk melawan ketakutan yang meng-

gelisahkan. Lihat 1 Petrus 3:14-15, dari mana ayat ini di-


 170

kutip, dan diterapkan pada orang-orang Kristen yang men-

derita.  

[1] Kita harus memandang Allah sebagai Tuhan semesta 

alam, yang memiliki segala kuasa di tangan-Nya, dan 

semua makhluk siap sedia menuruti-Nya.  

[2]  Sesuai dengan hal itu, kita harus mengakui-Nya sebagai 

Yang Kudus, memberi-Nya kemuliaan yang layak sesuai 

dengan nama-Nya itu, dan bersikap terhadap Dia seperti 

orang-orang yang mempercayai-Nya sebagai Allah yang 

kudus.  

[3] Kita harus menjadikan Dia ketakutan kita, yang kita 

takuti, dan menjadikan-Nya kengerian kita, menghor-

mati tindak pemeliharaan-Nya dan takjub akan kedau-

latan-Nya, takut terhadap murka-Nya dan dengan diam 

berserah pada semua kehendak-Nya. Seandainya kita 

terjamah dengan semestinya oleh kebesaran dan kemu-

liaan Allah, kita pasti akan melihat kemegahan musuh-

musuh kita pudar dan tertutup awan, dan semua ke-

kuasaan mereka dikendalikan dan dibatasi. Lihat Nehe-

mia 4:14. Orang yang takut celaan manusia melupakan 

TUHAN yang menjadikan mereka (51:12-13). Banding-

kan dengan Lukas 12:4-5. 

(3) Ia meyakinkan mereka akan keamanan yang kudus dan 

ketenangan pikiran dalam berbuat demikian (ay. 14): “Ia 

akan menjadi tempat kudus. Jadikanlah Dia sebagai keta-

kutanmu, maka kamu akan mendapati Dia sebagai peng-

harapanmu, pertolonganmu, perisaimu, dan pembebasmu 

yang perkasa. Ia akan menguduskan dan menjagamu. Ia 

akan menjadi tempat kudus,”  

[1] “Untuk membuatmu kudus. Ia akan menjadi pengudus-

anmu,” demikian sebagian orang membacanya. Jika 

kita menguduskan Allah dengan puji-pujian kita, maka 

Ia akan menguduskan kita dengan anugerah-Nya.  

[2] “Untuk membuatmu tenang. Ia akan menjadi tempat 

kudusmu,” yang ke sana kamu dapat berlari mencari 

keselamatan, dan yang di sana kamu mendapat hak 

istimewa untuk terbebas dari semua ketakutan yang 

mencengkeram. Kamu akan mendapat tempat perlin-

Kitab Yesaya 8:9-15 

 171 

dungan dan keamanan yang tak tertembus di dalam 

Dia, dan akan melihat dirimu jauh dari jangkauan ba-

haya. Orang yang benar-benar takut akan Allah tidak 

perlu takut terhadap kejahatan apa pun. 

III. Sang nabi mengancam akan terjadi kehancuran orang fasik dan 

orang kafir, baik di Yehuda maupun di Israel. Mereka tidak mem-

punyai bagian atau hak dalam penghiburan-penghiburan yang 

disampaikan sebelumnya. Bahwa Allah yang akan menjadi tempat 

kudus bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya, akan menjadi 

batu sandungan dan batu kehancuran bagi orang-orang yang 

menolak air Syiloah dan tawar hati terhadap Rezin dan anak 

Remalya (ay. 6), yang menjadikan makhluk ciptaan sebagai keta-

kutan dan pengharapan mereka (ay. 14-15). Sang nabi sudah 

melihat bahwa sebagian besar dari kedua keluarga Israel itu tidak 

akan mengakui TUHAN semesta alam sebagai Yang Kudus, dan 

bagi mereka Allah akan menjadi jerat dan perangkap. Ia akan 

menjadi kengerian bagi mereka, seperti halnya Ia akan menjadi 

pendartikel  ng dan penopang bagi orang-orang yang percaya kepada-

Nya. Bukannya mendapat manfaat dari firman Allah, mereka 

justru akan terjungkir olehnya. Dan pemeliharaan-pemeliharaan 

Allah, bukannya menuntun mereka kepada Dia, justru akan 

menjauhkan mereka dari-Nya. Apa yang merupakan bau kehidup-

an yang menghidupkan bagi orang lain akan menjadi bau kemati-

an yang mematikan bagi mereka. “Sehingga banyak di antara 

mereka akan tersandung dan jatuh. Mereka akan jatuh baik ke 

dalam dosa maupun kehancuran. Mereka akan tewas oleh pedang, 

akan ditangkap sebagai tahanan, dan akan dibawa ke dalam 

pembuangan.” Perhatikanlah, jika perkara-perkara mengenai Allah 

menjadi sandungan bagi kita, maka itu akan membawa kehancur-

an bagi kita. Sebagian orang menerapkan hal ini pada orang-orang 

Yahudi yang tidak percaya, yang menolak Kristus, dan yang bagi 

mereka Ia menjadi batu sandungan. Sebab Rasul Petrus mengutip 

bacaan Kitab Suci ini dengan menerapkannya pada semua orang 

yang tetap dalam ketidakpercayaan mereka terhadap Injil Kristus 

(1Ptr. 2:8). Bagi mereka Ia yaitu   batu sandungan karena. Dengan 

tidak mau taat pada firman Allah, mereka tersandung olehnya.  


 172

Pentingnya Kitab Suci  

(8:16-22)  

16 Aku harus menyimpan kesaksian ini dan memeteraikan pengajaran ini di 

antara murid-muridku. 17 Dan aku hendak menanti-nantikan TUHAN yang 

menyembunyikan wajah-Nya terhadap kaum keturunan Yakub; aku hendak 

mengharapkan Dia. 18 Sesungguhnya, aku dan anak-anak yang telah diberi-

kan TUHAN kepadaku yaitu   tanda dan alamat di antara orang Israel dari 

TUHAN semesta alam yang diam di gunung Sion. 19 Dan apabila orang ber-

kata kepada kamu: “Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal 

yang berbisik-bisik dan komat-kamit,” maka jawablah: “Bukankah suatu 

bangsa patut meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka 

meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?” 20 

“Carilah pengajaran dan kesaksian!” Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan 

perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar. 21 Mereka akan lalu-lalang di 

negeri itu, melarat dan lapar, dan apabila mereka lapar, mereka akan gusar dan 

akan mengutuk rajanya dan Allahnya; mereka akan menengadah ke langit, 22 

dan akan melihat ke bumi, dan sesungguhnya, hanya kesesakan dan kegelap-

an, kesuraman yang mengimpit, dan mereka akan dibuang ke dalam kabut.  

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati, 

I.  Hak istimewa yang tak terutarakan yang dinikmati umat Allah, 

karena kepada mereka dititipkan sabda-sabda Allah dan diper-

cayakan tulisan-tulisan suci. Supaya mereka mengakui Tuhan 

semesta alam sebagai Yang Kudus, dan menjadikan-Nya sebagai 

ketakutan mereka dan mendapati-Nya sebagai tempat kudus 

mereka, maka simpanlah kesaksian itu (ay. 16). Perhatikanlah, 

suatu contoh besar dari kepedulian Allah terhadap jemaat-Nya, 

dan kasih-Nya terhadap jemaat itu, bahwa Ia telah menyimpan di 

dalam mereka harta wahyu ilahi yang tak ternilai.  

1.  Harta itu yaitu   kesaksian dan pengajaran. Bukan nubuat ini 

saja yang demikian, yang harus dijaga dengan aman untuk 

menghibur umat Allah di masa-masa sulit dan susah yang 

semakin dekat, melainkan seluruh firman Allah juga demikian. 

Allah telah menegaskannya, dan Ia telah memerintahkannya. 

Sebagai kesaksian, firman Allah mengarahkan iman kita, dan 

sebagai pengajaran, firman Allah mengarahkan perbuatan 

kita. Kita harus patuh terhadap kebenaran-kebenarannya dan 

tunduk pada perintah-perintahnya.  

2.  Kesaksian dan pengajaran ini disimpan (KJV: diikat) dan dime-

teraikan, karena kita tidak boleh menambah-nambah atau 

mengurang-nguranginya. Kesaksian dan pengajaran itu yaitu   

surat dari Allah kepada manusia, dilipat dan dimeteraikan, se-

buah pernyataan di bawah meterai resmi. Diikat dan dimete-

Kitab Yesaya 8:16-22 

 173 

raikannya Perjanjian Lama menandakan bahwa penjelasan 

penuh dari banyak nubuat itu disimpan untuk zaman Perjanji-

an Baru. Daniel 12:4, Meteraikanlah Kitab itu sampai pada 

akhir zaman. Tetapi apa yang pada waktu itu diikat dan dime-

teraikan sekarang dibuka dan dibuka meterainya, dan dinya-

takan kepada orang kecil (Mat. 11:25). Namun dalam kaitannya 

dengan dunia lain, dan keadaan di masa depan, kesaksian itu 

masih diikat dan dimeteraikan, karena kita tahu hanya sebagi-

an, dan nubuat juga sebagian.  

3.  Kesaksian dan pengajaran itu disimpan sebagai simpanan suci 

di tangan murid-murid dari orang-orang yang mewarisi nubuat-

nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian (Kis. 3:25). 

Ini yaitu   hal baik yang dipercayakan kepada mereka, dan 

yang penjagaannya dibebankan kepada mereka (2Tim. 1:13-

14). Mereka yang memiliki para nabi sebagai pengajar, tetap 

harus dekat dengan firman yang tertulis. 

II. Bagaimana kita harus memanfaatkan dengan baik hak istimewa 

ini. Kita diajari akan hal ini,  

1.  Melalui perbuatan dan tekad hati sang nabi sendiri (ay. 17-18). 

Ia memeluk pengajaran dan kesaksian itu, dan mendapat 

penghiburan darinya, di tengah-tengah banyak hal yang me-

ngecilkan hati yang dialaminya. Perhatikanlah, hamba-hamba 

Tuhan yang dapat menyarankan firman Allah kepada orang 

lain dengan paling baik yaitu   mereka yang sudah menemu-

kan sendiri kepuasan dalam mengandalkannya. Amatilah, 

(1) Hal-hal yang mengecilkan hati yang dialami sang nabi da-

lam jerih payahnya. Ia menyebutkan dua hal secara khu-

sus: 

[1] Kernyit dahi Allah, bukan terhadap dirinya sendiri, me-

lainkan terlebih terhadap bangsanya, yang kepentingan-

kepentingannya sangat dekat dengan hatinya: “Ia me-

nyembunyikan wajah-Nya terhadap kaum keturunan 

Yakub, dan pada saat ini tampak mengabaikan mereka, 

dan membaringkan mereka di bawah tanda-tanda ke-

murkaan-Nya.” Sang nabi itu sendiri diberi tugas untuk 

menyatakan murka Allah terhadap mereka, namun men-

jadi sedih karenanya, seperti orang yang tidak meng-


 174

inginkan hari yang celaka itu. Jika keluarga Yakub me-

ninggalkan Allah Yakub, jangan heran kalau Ia menyem-

bunyikan wajah-Nya dari mereka. 

[2] Penghinaan dan celaan-celaan manusia, bukan hanya 

terhadap dirinya sendiri, melainkan juga terhadap mu-

rid-muridnya, yang di antara mereka pengajaran dan 

kesaksian itu dimeteraikan: Aku dan anak-anak yang 

telah diberikan TUHAN kepadaku yaitu   tanda dan 

alamat. Kami dipandangi seperti monster atau orang-

orang aneh, ditunjuk-tunjuk sepanjang jalan. Mungkin 

nama-nama nubuat yang diberikan kepada anak-anak-

nya diejek dan diolok-olok oleh para pencemooh yang 

cemar di kota itu. Bagi banyak orang aku seperti tanda 

ajaib (Mzm. 71:7). Umat Allah yaitu   keajaiban dunia 

(Za. 3:8) karena keunikan mereka, dan karena mereka 

tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama orang 

lain di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama 

(1Ptr. 4:4). Dalam hal ini sang nabi merupakan perlam-

bang Kristus, karena ini dikutip (Ibr. 2:13) untuk mem-

buktikan bahwa orang-orang percaya yaitu   anak-anak 

Kristus: Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang 

telah diberikan Allah kepada-Ku. Orangtua harus me-

mandang anak-anak mereka sebagai pemberian Allah, 

pemberian-Nya yang penuh anugerah. Yakub meman-

dangnya demikian (Kej. 33:5). Hamba-hamba Tuhan ha-

rus memandang para petobat sebagai anak-anak mere-

ka, dan bersikap lembut kepada mereka seperti kepada 

anak-anak (1Tes. 2:7), dan sebagai anak-anak yang 

telah diberikan Allah kepada mereka. Sebab, kebaikan 

apa pun yang untuknya kita dipakai sebagai alat bagi 

orang lain, itu terjadi berkat anugerah Allah. Kristus 

memandang orang-orang percaya sebagai anak-anak-

Nya, yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yoh. 17:6), 

dan baik Dia maupun mereka merupakan tanda dan 

mujizat, yang menimbulkan perbantahan (Luk. 2:34), 

dan di mana-mana mendapat perlawanan (Kis. 28:22). 

(2) Dorongan yang diambil sang nabi dalam kaitannya dengan 

hal-hal yang mengecilkan hati ini.  

Kitab Yesaya 8:16-22 

 175 

[1] Ia melihat tangan Allah dalam segala hal yang mengecil-

kan hatinya, dan tetap mengarahkan matanya pada 

tangan Allah itu. Apa pun masalah yang menimpa ke-

luarga Yakub, itu terjadi karena Allah menyembunyikan 

wajah-Nya. Bahkan, penghinaan apa saja yang diberi-

kan kepadanya atau sahabat-sahabatnya, itu terjadi ka-

rena Tuhan semesta alam. Ia telah memerintahkan 

Simei untuk mengutuk Daud (Ayb. 19:13; 30:11).  

[2]  Ia melihat Allah diam di Gunung Sion, menyatakan diri-

Nya kepada umat-Nya, dan siap mendengarkan doa-doa 

mereka dan menerima penghormatan mereka. Meski-

pun, untuk saat ini, Ia menyembunyikan wajah-Nya 

dari kaum keturunan Yakub, namun mereka tahu di 

mana harus menemukan-Nya dan kembali melihat Dia. 

Ia diam di Gunung Sion.  

[3] Oleh sebab itu, ia bertekad untuk menanti-nantikan 

Tuhan dan mencari Dia, untuk mengajukan permohon-

an-permohonannya, sekalipun Ia sedang menyembunyi-

kan wajah-Nya, dan untuk mengharapkan, dengan ke-

yakinan dan kerendahan hati, kembalinya Dia dalam 

belas kasihan. Mereka yang menanti-nantikan Allah 

dengan iman dan doa dapat mencari-Nya dengan peng-

harapan dan sukacita. Walaupun kita tidak memiliki 

penghiburan-penghiburan indrawi, kita harus tetap ber-

ibadah kepada Allah dan taat pada-Nya, lalu menunggu 

beberapa saat, maka malampun akan menjadi siang.  

2.  Kita diajari akan hal ini melalui nasihat dan saran yang diberi-

kan sang nabi kepada murid-muridnya, yang di antara mereka 

pengajaran dan kesaksian itu dimeteraikan, dan yang kepada 

mereka dipercayakan sabda-sabda hidup. 

(1) Ia menganggap bahwa mereka akan tergoda, pada hari me-

reka dilanda kesusahan, untuk meminta petunjuk kepada 

orang yang sanggup memanggil arwah-arwah, yang ber-

urusan dengan Iblis, meminta nasihatnya, dan ingin diberi 

tahu olehnya mengenai perkara-perkara yang akan datang, 

supaya mereka dapat mengambil langkah-langkah yang se-

suai. Demikianlah Saul, ketika sedang kesusahan, memin-

ta petunjuk kepada ahli sihir dari En-Dor (1Sam. 28:7, 15), 


 176

dan Ahazia kepada allah orang Ekron (2Raj. 1:2). Penyihir-

penyihir ini memperlihatkan gerakan-gerakan dan suara-

suara yang ganjil dan aneh: Mereka berbisik-bisik dan 

komat-kamit. Mereka menutup kepala mereka, supaya tidak 

bisa melihat atau dilihat dengan jelas, tetapi mengintip dan 

diintip. Atau kedua kata yang digunakan di ini dapat 

merujuk pada suara dan cara mereka berbicara. Mereka 

menyampaikan apa yang harus mereka katakan dengan 

suara rendah, lirih, dan terputus-putus, sangat tidak jelas, 

dan kadang-kadang dengan nada yang merengek-rengek 

atau memilukan, seperti burung bangau, burung layang-

layang, atau burung merpati (38:14). Mereka tidak berbi-

cara dengan berani dan jelas seperti para nabi Tuhan ber-

bicara, tetapi seperti orang yang ingin menghibur daripada 

mengajar. Walaupun begitu, masih ada saja orang yang 

secara menyedihkan begitu dungu sehingga mencari-cari 

mereka dan membujuk orang lain untuk berbuat serupa. 

Ini terjadi bahkan pada orang-orang yang mendengar sang 

nabi, yang mengetahui apa yang lebih baik, dan yang kare-

na itu diperingatkan sang nabi untuk tidak mengadakan 

persepakatan dengan orang-orang seperti itu. Ada hartikel  m 

yang dengan jelas melawan kefasikan ini (Im. 19:31; 20:27), 

namun itu masih juga ditemukan di Israel pada waktu 

dulu, dan bahkan di negara-negara Kristen sekarang ini. 

Tetapi hendaklah semua orang yang beragama memper-

lihatkan kefasikan ini, dengan menunjukkan wajah terpe-

rangah ketika memikirkan hal itu. Enyahlah Iblis. Takutlah 

terhadap penggunaan mantra dan jimat, dan takutlah juga 

untuk meminta petunjuk kepada orang-orang yang dengan 

keahlian-keahlian tersembunyi berlagak ingin meramal per-

untungan, menyembuhkan berbagai macam penyakit, atau 

menemukan barang-barang yang hilang. Sebab ini merupa-

kan kejahatan yang keji, dan sungguh menyangkal Allah 

yang di atas. 

(2) Sang nabi melengkapi mereka dengan jawaban untuk 

menghadapi godaan ini, ia menaruh kata-kata ke dalam 

mulut mereka. “Jika ada orang yang berbuat demikian un-

tuk menjerat kamu, katakanlah kepada mereka: Bukankah 

suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada allahnya? 

Kitab Yesaya 8:16-22 

 177 

Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-

orang mati bagi orang-orang hidup?”  

[1] “Katakan kepada mereka, aturan agama menyatakan 

bahwa sebuah bangsa harus mencari Allah mereka. 

Nah, Yehova yaitu   Allah kita, dan karena itu kepada 

Dia kita harus mencari, dan meminta petunjuk, dan bu-

kan kepada arwah-arwah. Segala bangsa akan berjalan 

masing-masing demi nama allahnya (Mi. 4:5). Bangsa 

yang menjadikan segenap tentara langit sebagai dewa-

dewa mereka akan mencari dan bertanya kepada mereka 

(Yer. 8:2). Bukankah bangsa yang bersalah, dan sedang 

dalam kesusahan, harus mencari Allah mereka untuk 

mendapat pengampunan dan pendamaian? Bukankah 

bangsa yang sedang dalam keraguan, kekurangan, dan 

bahaya harus mencari Allah mereka untuk meminta 

petunjuk, persediaan, dan perlindungan? Karena Tuhan 

yaitu   Allah kita, dan kita yaitu   umat-Nya, maka pasti 

sudah menjadi kewajiban kita untuk mencari Dia.”  

[2] “Katakan kepada mereka, sungguh suatu kebodohan 

terbesar di dunia untuk mencari orang-orang yang hi-

dup dengan meminta petunjuk kepada berhala-berhala 

yang mati.” Apa lagi yang lebih tidak masuk akal dari-

pada meminta petunjuk kepada gambar-gambar yang 

tak bernyawa untuk memperoleh hidup dan penghibur-

an-penghiburan di hidup ini? Atau untuk berharap 

bahwa teman-teman kita yang sudah mati akan mela-

kukan bagi kita, dengan jalan mendewakan mereka dan 

berdoa kepada mereka, apa yang tidak dapat dilakukan 

oleh teman-teman kita yang hidup? Orang yang mati tak 

tahu apa-apa, tidak pula pada mereka ada pertimbang-

an atau pekerjaan (Pkh. 9:5, 10). Oleh sebab itu, meru-

pakan suatu kebodohan bagi orang-orang hidup untuk 

berusaha mendekati mereka, dengan harapan akan 

mendapat bantuan dari mereka. Ahli-ahli nujum me-

minta petunjuk kepada orang mati, seperti penyihir dari 

En-Dor, dan dengan demikian menyatakan kebodohan 

mereka sendiri. Kita harus hidup dengan yang hidup, 

dan bukan dengan yang mati. Hidup atau terang apa 


 178

yang dapat kita peroleh dari orang-orang yang dirinya 

sendiri tidak memiliki terang atau hidup? 

(3) Sang nabi menyuruh mereka untuk meminta petunjuk 

pada orang-orang yang menjadi pengantara dengan Allah. 

Walaupun para nabi yang ada di antara mereka tidak ber-

bicara langsung untuk setiap masalah, namun pada me-

reka ada firman yang tertulis, dan ke situlah mereka harus 

meminta bantuan. Perhatikanlah, orang tidak akan pernah 

tertarik meminta petunjuk kepada ahli-ahli sihir jika mere-

ka tahu bagaimana memanfaatkan Alkitab mereka dengan 

baik. Apakah kita ingin tahu bagaimana kita harus mencari 

Allah kita, dan dapat mengenal pikiran-Nya? Carilah 

pengajaran dan kesaksian. Di sana kamu akan melihat apa 

yang baik, dan apa yang diminta Tuhan darimu. Jadikan-

lah ketetapan-ketetapan Allah sebagai penasihatmu, maka 

kamu akan diberi nasihat yang benar. Amatilah,  

[1] Bagaimana kita harus memanfaatkan pengajaran dan 

kesaksian itu: kita harus berbicara sesuai dengan per-

kataan itu, yaitu kita harus menjadikannya patokan 

kita, menurutinya, mengambil nasihat darinya, berseru 

kepadanya, dan dalam segala hal diatur dan ditentukan 

olehnya, setuju dengan perkataan yang sehat dan me-

nyembuhkan itu (1Tim. 6:3), dan membicarakan per-

kara-perkara tentang Allah dalam kata-kata yang diajar-

kan Roh Kudus. Tidak mengatakan apa-apa yang mela-

wannya tidaklah cartikel  p, kita juga harus berbicara 

sesuai dengannya.  

[2] Mengapa kita harus memanfaatkan pengajaran dan ke-

saksian itu: karena kita akan bersalah atas kebodohan 

terbesar yang bisa dibayangkan jika tidak memanfaat-

kannya. Mereka yang tidak setuju dengan firman Allah 

berarti dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada 

terang, tidak terbit fajar (demikian kata yang dipakai), 

dalam diri mereka. Mereka tidak memiliki pengertian 

yang benar akan segala sesuatu. Mereka tidak mema-

hami diri mereka sendiri, tidak pula perbedaan antara 

yang baik dan yang jahat, kebenaran dan kepalsuan. 

Perhatikanlah, mereka yang menolak wahyu ilahi ber-

Kitab Yesaya 8:16-22 

 179 

arti juga tidak memiliki pengertian manusia. Juga, 

orang yang tidak mengakui sabda-sabda akal budi 

dengan benar, mereka juga tidak akan mengakui sabda-

sabda Allah. Sebagian orang membacanya sebagai an-

caman: “Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan per-

kataan itu, maka baginya tidak akan terbit fajar, tidak 

akan ada kebaikan, tidak akan ada penghiburan atau 

kelegaan. Sebaliknya, mereka akan dibuang ke dalam 

kabut dan keputusasaan,” seperti yang selanjutnya dika-

takan di sini (ay. 21-22). Adakah terang pada Saul ketika 

ia meminta petunjuk pada seorang ahli sihir? (1Sam. 

28:18, 20). Atau terang apa yang dapat diharapkan oleh 

mereka yang berpaling dari Bapa segala terang? 

(4) Sang nabi membacakan hartikel  man terhadap orang-orang 

yang bertanya pada arwah-arwah, dan tidak mengindahkan 

pengajaran dan kesaksian Allah. Bukan saja tidak akan 

terbit fajar bagi mereka, tidak ada penghiburan atau ke-

makmuran, tetapi mereka juga harus bersiap-siap meng-

hadapi segala kengerian dan kesengsaraan (ay. 21-22).  

[1] Masalah yang mereka takutkan akan datang mengham-

piri mereka: Mereka akan lalu-lalang melewati negeri 

itu, atau berjalan ke sana kemari di negeri itu, tidak 

menetap, tidak berdiam, dan diusir dari satu tempat ke 

tempat lain oleh kekuatan yang mengancam dari musuh 

yang menyerang. Mereka akan melarat dan tidak tahu 

ke mana harus pergi untuk memenuhi kebutuhan 

hidup, entah karena negeri itu begitu miskin, sehingga 

tidak ada apa-apa yang dapat dimiliki, atau paling tidak 

mereka sendiri dan teman-teman mereka akan begitu 

miskin sehingga tidak ada apa-apa yang dapat mereka 

miliki. Maka orang-orang yang terbiasa makan kenyang 

akan kelaparan. Perhatikanlah, orang yang pergi jauh 

dari Allah sudah keluar dari semua kebaikan.  

[2] Mereka akan sangat gelisah sendiri, karena ketidak-

puasan dan ketidaksabaran mereka dalam menghadapi 

masalah. Orang baik mungkin akan berkekurangan, 

tetapi ia akan menenangkan diri, dan berusaha mem-

buat dirinya tidak gelisah. Tetapi orang-orang ini, apa-


 180

bila mereka lapar, mereka akan gusar, dan apabila tidak 

ada apa-apa untuk melampiaskan kekesalan mereka, 

mereka akan memangsa roh mereka sendiri. Sebab 

kegusaran yaitu   dosa yang membawa hartikel  mannya 

sendiri.  

[3] Mereka akan memancing amarah semua orang di seki-

tar mereka, bahkan semua yang di atas mereka. Ketika 

mereka mendapati semua langkah mereka hancur, dan 

mereka sendiri kehabisan akal, mereka akan melupa-

kan semua aturan kewajiban dan kesopanan, lalu se-

cara berkhianat mereka akan mengutuk raja mereka, 

dan secara menghujat mereka akan mengutuk Allah me-

reka, dan ini lebih daripada sekadar dalam pikiran dan 

dalam kamar tidur (Pkh. 10:20). Mereka memulai de-

ngan mengutuki raja mereka karena tidak mengurus 

urusan rakyat dengan lebih baik, seolah-olah kesalahan 

itu ada pada dia, padahal raja-raja terbaik dan terbijak 

sekalipun tidak dapat menjamin keberhasilan. Tetapi, 

kalau mereka sudah melepaskan ikatan-ikatan kesetia-

an mereka, maka tidak heran jika ikatan-ikatan agama 

mereka tidak dapat menahan mereka untuk waktu yang 

lama. Selanjutnya mereka mengutuk Allah mereka, me-

ngutuk Dia, lalu mati. Mereka mempertanyakan peme-

liharaan-Nya, dan mencelanya, seolah-olah Ia telah 

berbuat salah terhadap mereka. Kebodohan menyesat-

kan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN 

(Ams. 19:3). Lihatlah betapa kita perlu mengekang mulut 

kita apabila hati kita bergejolak dalam diri kita, sebab 

bahasa orang yang gusar biasanya sangat menyinggung. 

[4] Mereka akan membiarkan diri berputus asa, dan ke 

mana saja mereka menoleh, mereka tidak akan melihat 

kemungkinan untuk mendapat kelegaan. Mereka akan 

menengadah ke atas, tetapi langit akan mengerutkan 

dahinya kepada mereka dan terlihat suram. Dan bagai-

mana bisa sebaliknya jika mereka mengutuk Allah me-

reka? Mereka akan melihat ke bumi, tetapi penghiburan 

apa yang dapat diberikan kepada orang yang dengannya 

Allah berperang? Tidak ada hal lain selain kesesakan, 

kegelapan, dan kesuraman yang mengimpit. Segala se-

Kitab Yesaya 8:16-22 

 181 

suatu sangat mengancam, dan tak ada secercah cahaya 

pun yang menggembirakan, tak satu pun pemandangan 

yang penuh harapan. Sebaliknya, mereka akan dibuang 

ke dalam kabut oleh besarnya ketakutan-ketakutan me-

reka sendiri, yang membuat segala sesuatu di sekeliling 

mereka tampak hitam dan menakutkan. Ini menjelas-

kan apa yang sudah dikatakan sang nabi (ay. 20), bah-

wa tidak akan terbit fajar bagi mereka. Mereka yang 

menutup mata terhadap terang firman Allah dengan 

sewajarnya akan ditinggalkan dalam kegelapan, dan di-

biarkan berkelana tanpa akhir, dan percikan-percikan 

cahaya yang mereka nyalakan sendiri tidak akan mem-

bantu mereka. 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  9  

ang nabi dalam pasal ini (sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang 

diberikan kepadanya [3:10-11]) berkata kepada orang benar, eng-

kau akan berbahagia, tetapi celakalah orang fasik, sebab malapetaka 

akan menimpanya. Inilah,  

I.   Janji-janji yang penuh anugerah bagi mereka yang mematuhi 

pengajaran dan kesaksian. Sementara orang-orang yang 

berusaha meminta petunjuk kepada arwah-arwah akan di-

buang ke dalam kabut dan kesuraman, orang-orang benar ini 

akan melihat terang yang besar, kelegaan di tengah-tengah 

kesusahan mereka, yang melambangkan anugerah Injil.  

1.  Dalam ajaran tentang Mesias (8:23; 9:1-2).  

2.  Kemenangan-kemenangan-Nya (ay. 3-4).  

3.  Pemerintahan dan kekuasaan-Nya sebagai Imanuel (ay. 5-6).  

II.  Ancaman-ancaman mengerikan terhadap bangsa Israel, yang 

telah memberontak terhadap keluarga Daud dan menjadi 

musuhnya, bahwa mereka akan mengalami kehancuran pe-

nuh, bahwa kesombongan mereka akan menjatuhkan mereka 

(ay. 7-9), bahwa tetangga-tetangga mereka akan memangsa 

mereka (ay. 10-11), bahwa karena ketidakbertobatan dan 

kemunafikan mereka maka semua perhiasan dan sokongan 

mereka akan diputus (ay. 12-16), dan bahwa oleh murka 

Allah terhadap mereka, dan murka mereka satu terhadap 

yang lain, mereka akan mengalami kehancuran sepenuh-

penuhnya (ay. 17-20). Dan ini merupakan perlambang dari 

kehancuran terakhir semua musuh Anak Daud dan kerajaan-

Nya. 


 184

Penghakiman dan Belas Kasihan; Janji Anugerah Injil; 

Janji Mesias; Gelar-gelar Mesias  

(8:23; 9:1-6)  

(8:23) Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit 

itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan
tanah Naftali, 

maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang 

sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain. 1 Bangsa yang berjalan di dalam 

kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri keke-

laman, atasnya terang telah bersinar. 2 Engkau telah menimbulkan banyak 

sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-

Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu 

membagi-bagi jarahan. 3 Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di 

atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari 

kekalahan Midian. 4 Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan 

setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. 5 Sebab 

seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk 

kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan 

orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. 6 

Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas 

takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengo-

kohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-

lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini. 

Kata-kata pertama dalam pasal ini jelas merujuk pada penutup pasal 

sebelumnya,* di mana segala sesuatunya tampak kelam dan pilu: 

Sesungguhnya hanya ada kesesakan, dan kegelapan, dan kesuram-

an. Semuanya sangat buruk, namun tidaklah sepenuhnya begitu 

karena di dalam gelap terbit terang bagi orang benar (Mzm. 112:4) dan 

malampun menjadi siang (Za. 14:7). Tetapi tidak selamanya akan ada 

kesuraman (baik dalam hal jenisnya ataupun derajatnya) seperti yang 

pernah ada sebelumnya. Perhatikanlah, dalam masa-masa terburuk 

umat Allah dapat menghibur diri dengan suatu pengecualian, suatu 

tetapi, sesuatu yang menenangkan dan mengimbangi kesusahan-ke-

susahan mereka. Mereka dianiaya, tetapi tidak ditinggalkan sendirian 

(2Kor. 4:9), berdukacita, namun senantiasa bersukacita (2Kor. 6:10). 

Suatu penghiburan bagi kita, ketika segala sesuatu tampak teramat 

gelap, bahwa Dia yang menjadikan terang dan menciptakan gelap 

(45:7) telah menetapkan batas-batas pada keduanya, dan menetap-

kan yang satu melawan yang lain (Kej. 4:4). Ia dapat berkata, “Sam-

pai di sini saja kesuraman itu ada, sampai sedemikian lama saja ia 

akan berlangsung, dan tidak lebih, tidak lagi.” 

                                                 

* Berkenaan dengan pasal 9 ini, ada perbedaan penomoran ayat antara KJV dan LAI. 

Ayat 9:1 versi KJV merupakan ayat 8:23 (ayat penutup pasal 8) versi LAI – ed. 

Kitab Yesaya 8:23; 9:1-6 

 185 

I.  Tiga hal dijanjikan di sini, dan semuanya pada akhirnya menun-

juk pada anugerah Injil. Dengan harapan-harapan akan anugerah 

Injil itulah orang-orang kudus pada zaman itu harus menghibur 

diri setiap kali hari tampak mendung dan gelap. Seperti halnya 

sekarang kita harus menghibur diri di masa sulit dengan harap-

an-harapan akan kedatangan Kristus yang kedua, meskipun hal 

itu sekarang, sebagaimana kedatangan-Nya yang pertama pada 

waktu itu, merupakan hal yang masih sangat jauh. Belas kasihan 

yang juga disediakan Allah bagi jemaat-Nya pada akhir zaman 

dapat menjadi sokongan bagi mereka yang berkabung dengan 

jemaat-Nya karena malapetaka-malapetaka yang menimpanya 

sekarang. Di sini kita mendapati janji,  

1.  Tentang terang yang besar, yang akan meredam, dan secara 

perlahan-lahan menghilangkan kesuraman itu, sehingga kesu-

raman itu tidak akan seperti yang sudah-sudah: Tidak seperti 

ketika negeri itu terimpit. Tidak akan ada saat-saat gelap 

seperti sebelumnya, ketika dahulu TUHAN merendahkan tanah 

Zebulon dan tanah Naftali (yang terletak jauh dan paling 

rentan terhadap serangan-serangan musuh di sekitarnya), dan 

di kemudian hari Ia akan lebih lagi menyengsarakan tanah itu 

(KJV) melalui jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, 

wilayah bangsa-bangsa lain (8:23). Ini mungkin merujuk pada 

zaman ketika TUHAN mulai menggunting daerah Israel, dan me-

ngalahkan bangsa itu di seluruh daerah mereka (2Raj. 10:32). 

Perhatikanlah, Allah mencoba dulu apa yang akan dihasilkan 

oleh penghakiman-penghakiman yang lebih ringan sebelum Ia 

mendatangkan penghakiman-penghakiman yang lebih berat 

kepada suatu bangsa. Tetapi jika penderitaan yang ringan 

tidak berhasil bagi kita, untuk merendahkan dan memperba-

rui diri kita, maka kita harus bersiap-siap untuk menderita se-

cara lebih berat. Sebab apabila Allah menghakimi, Ia akan 

berhasil. Ya, itu yaitu   masa-masa yang gelap bagi tanah 

Zebulon dan Naftali, dan ada kesuraman yang mengimpit di 

wilayah bangsa-bangsa lain, baik menyangkut ketidaktahuan 

(mereka tidak berkata-kata menurut pengajaran dan kesaksi-

an, dan bagi mereka tidak terbit fajar, [8:20]) maupun me-

nyangkut kesusahan, serta keadaan lahiriah mereka yang 

tanpa harapan. Kita mendapati keduanya dalam 2 Tawarikh 

15:3, 5. Lama sekali Israel tanpa Allah yang benar, tanpa 


 186

ajaran dari pada imam dan tanpa hartikel  m, pada zaman itu tidak 

dapat orang pergi dan pulang dengan selamat. Tetapi kesuram-

an yang diancam itu (8:22) tidak akan menang sampai sedemi-

kian rupa. Sebab (ay. 1) bangsa yang berjalan di dalam kege-

lapan telah melihat terang yang besar.  

(1) Pada waktu Nabi Yesaya hidup, ada banyak nabi di Yehuda 

dan Israel, yang nubat-nubuatnya merupakan terang be-

sar, baik sebagai petunjuk maupun penghiburan bagi umat 

Allah, yang berpegang pada pengajaran dan kesaksian. 

Selain firman tertulis, mereka juga memiliki nubuat. Ada 

orang-orang yang menunjukkan kepada mereka berapa 

lama lagi suatu keadaan akan berlangsung (Mzm. 74:9), 

yang membawa kepuasan besar bagi mereka. Namun ber-

kenaan dengan permasalahan-permasalahan lahiriah mere-

ka, mereka berjalan di dalam kegelapan, dan diam di negeri 

kekelaman.  

(2)  Ini akan mendapat kegenapannya yang penuh ketika Yesus 

Tuhan kita mulai muncul sebagai Nabi, dan memberitakan 

Injil di tanah Zebulon dan Naftali, dan di Galilea wilayah 

bangsa-bangsa lain. Seperti halnya nabi-nabi Perjanjian 

Lama yaitu   para saksi untuk Dia, demikian pula mereka 

merupakan perlambang dari-Nya. Ketika Ia datang dan ber-

diam di perbatasan Zebulon dan Naftali, maka nubuat ini 

dikatakan telah digenapi (Mat. 4:13-16). Perhatikanlah,  

[1] Orang-orang yang tidak mempunyai Injil berjalan di 

dalam kegelapan, dan tidak tahu apa yang mereka laku-

kan atau ke mana mereka pergi. Mereka diam di negeri 

kekelaman, dalam kegelapan yang pekat, dan dalam 

bahaya yang sungguh besar.  

[2] Ketika Injil datang ke suatu tempat, ke dalam jiwa, 

maka terang datang, terang yang besar, terang yang 

bersinar, yang akan bersinar semakin terang. Terang ini 

harus kita sambut, sebagaimana terang disambut oleh 

orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan. Dan kita 

harus siap menjamunya, baik karena terang itu mem-

berikan manfaat yang sedemikian berdaulat bagi kita 

maupun karena terang itu membawa serta bukti kebe-

Kitab Yesaya 8:23; 9:1-6 

 187 

naran bagi dirinya sendiri. Sungguh terang ini benar-

benar manis.  

2.  Tentang pertumbuhan yang besar, dan sukacita yang timbul 

darinya di mana-mana (ay. 2) “Engkau, ya Allah! telah menim-

bulkan banyak sorak-sorak (KJV: Engkau telah menumbuhkan 

bangsa itu), yaitu bangsa Yahudi yang untuknya Engkau 

sediakan belas kasihan. Meskipun bangsa itu telah berkurang 

karena penghakiman pedih yang datang silih berganti, namun 

sekarang Engkau mulai menumbuhkannya lagi.” Jumlah pen-

duduk dalam sebuah bangsa yaitu   kekuatan dan kekayaan-

nya, kalau jumlah yang banyak itu tekun. Dan Allah-lah yang 

membuat bangsa-bangsa bertumbuh (Ayb. 12:23). Namun di-

katakan selanjutnya “Engkau tidak menumbuhkan sukacita” 

(KJV) – sukacita dan kegembiraan duniawi, dan perkara-per-

kara yang biasanya menimbulkannya. Walaupun begitu, mere-

ka bersukacita di hadapan-Mu. Ada banyak sukacita rohani 

yang sungguh-sungguh di antara mereka, sukacita di hadapan 

Allah, dengan mata yang tertuju pada-Nya.” Hal ini sangat 

dapat diterapkan pada zaman terang Injil, seperti yang dibi-

carakan dalam ayat 1. Pada waktu itu Allah membuat bangsa 

itu bertumbuh, yaitu Israel Injil. “Dan baginya” (demikian 

menurut Masoretik [Alkitab berbahasa Ibrani – pen.]) “Engkau 

telah memperbesar sukacita, bagi setiap orang yang menerima 

terang itu.” Kata-kata berikut mendartikel  ng bacaan ini: “Mereka 

bersukacita di hadapan-Mu. Mereka datang ke hadapan-Mu di 

dalam ketetapan-ketetapan kudus dan dengan sukacita yang 

besar. Kegembiraan mereka tidak seperti kegembiraan Israel di 

bawah pohon anggur dan pohon ara mereka (Engkau tidak 

menumbuhkan sukacita itu). Sebaliknya, sukacita itu ada di 

dalam perkenanan Allah dan tanda-tanda anugerah-Nya.” 

Perhatikanlah, Injil, ketika datang dalam terang dan kuasanya, 

membawa serta sukacita, dan orang-orang yang menerimanya 

dengan benar akan sungguh-sungguh bersukacita di dalam-

nya, bahkan akan bersorak-sorai. Oleh karena itulah pertobat-

an bangsa-bangsa dinubuatkan dengan hal ini (Mzm. 67:5), 

kiranya sartikel  -sartikel   bangsa bersukacita dan bersorak-sorai. Lihat 

Mazmur 96:11.  


 188

(1) Itu yaitu   sukacita yang kudus: Mereka bersukacita di ha-

dapan-Mu. Mereka bersukacita di dalam roh (seperti Kris-

tus [Luk. 10:21]), dan itu di hadapan Allah. Di mata dunia 

mereka selalu berdukacita, namun dalam pandangan Allah, 

mereka senantiasa bersukacita (2Kor. 6:10).  

(2) Itu yaitu   sukacita yang besar. Sukacita itu seperti suka-

cita di waktu panen, ketika orang-orang yang menabur de-

ngan air mata, dan yang sudah lama bersabar menantikan 

buah-buah yang berharga dari bumi, menuai dalam suka-

cita. Dan sukacita itu seperti orang yang bersukacita dalam 

peperangan ketika, setelah melewati pertempuran yang ber-

bahaya, mereka membagi-bagi jarahan. Injil membawa serta 

kelimpahan dan kemenangan. Tetapi orang-orang yang 

mau merasakan sukacitanya harus bersiap-siap melewati 

kerja keras, seperti seorang petani sebelum ia merasakan 

sukacita panen, dan melewati perseteruan yang keras, 

seperti seorang prajurit sebelum ia merasakan sukacita 

membagi-bagi jarahan. Tetapi sukacita itu, apabila datang, 

akan membayar secara berlimpah kerja keras yang sudah 

dilakukan. Lihat Kisah Para Rasul 8:8, 39.  

3.  Tentang kebebasan dan kelegaan yang mulia (ay. 3-4): “Mereka 

akan bersukacita di hadapan-Mu, dan dengan alasan yang 

baik, sebab kuk yang menekannya Kaupatahkan, dan Engkau 

membuatnya ringan, karena ia tidak lagi berada dalam per-

budakan. Dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si 

penindas telah Kaupatahkan, tongkat orang fasik itu, yang 

telah lama merampas hak orang benar,” seperti kuk orang 

Midian dipatahkan dari tengkuk Israel melalui tangan Gideon. 

Jika Allah menjadikan pembebasan-pembebasan terdahulu 

sebagai pola-Nya dalam bekerja bagi kita, kita harus menjadi-

kannya sebagai dorongan-dorongan untuk berharap pada-Nya 

dan mencari Dia (Mzm. 83:10). Perlakukanlah mereka seperti 

Midian. Pembebasan lahiriah apa yang dirujuk di sini tidaklah 

jelas, mungkin dicegahnya Sanherib yang ingin menjadikan 

dirinya penguasa atas Yerusalem, yang dilakukan, seperti 

pada hari kekalahan Midian, oleh tangan Allah secara lang-

sung. Dan, sementara pertempuran-pertempuran lain biasa-

nya dimenangkan dengan suara bergemuruh dan dengan 

mengorbankan banyak lumuran darah, pertempuran ini akan 

Kitab Yesaya 8:23; 9:1-6 

 189 

dilakukan dengan diam dan tanpa keributan. Segala kekaya-

annya akan dibakar habis, dengan api yang menyala-nyala 

(10:16). Api yang tidak ditiup memakan dia (Ayb. 20:26). Tetapi 

tidak diragukan lagi bahwa hal itu melihat lebih jauh, pada 

buah-buah dan dampak-dampak terberkati dari terang besar 

itu, yang akan melawat orang-orang yang berjalan di dalam 

kegelapan. Terang itu akan membawa serta kebebasan, pem-

bebasan kepada orang-orang tawanan (Luk. 4:19).  

(1) Rancangan Injil, dan anugerahnya, yaitu   untuk mema-

tahkan kuk dosa dan Iblis, untuk melepaskan beban kesa-

lahan dan kebobrokan, dan untuk membebaskan kita dari 

tongkat para penindas itu, supaya kita dibawa pada kebe-

basan yang mulia sebagai anak-anak Allah. Kristus mema-

tahkan kuk hartikel  m keupacaraan (Kis. 15:10; Gal. 5:1), dan 

melepaskan kita dari tangan musuh, supaya kita bisa 

beribadah kepada-Nya tanpa takut (Luk. 1:74-75).  

(2) Pembebasan ini dilakukan oleh Roh yang bekerja seperti 

api (Mat. 3:11), bukan seperti pertempuran para prajurit, 

dengan suara yang berderap-derap. Tidak, senjata pepe-

rangan kita tidak bersifat duniawi. Sebaliknya, pembebas-

an itu dilakukan dengan Roh yang mengadili dan Roh yang 

membakar (4:4). Pembebasan itu dilakukan seperti pada 

hari kekalahan Midian, melalui pekerjaan Allah di dalam 

hati manusia. Kristus yaitu   Gideon kita. Pedang-Nyalah 

yang mengerjakan keajaiban-keajaiban. 

II.  Tetapi siapa, di mana, Dia yang akan melaksanakan dan menyele-

saikan perkara-perkara besar ini bagi jemaat? Sang nabi memberi 

tahu kita (ay. 5-6) bahwa itu akan dilakukan oleh Mesias, Imanuel, 

Anak seorang dara yang kelahiran-Nya sudah dia nubuatkan itu 

(7:14), dan yang sekarang sedang dibicarakannya, dengan gaya 

kenabian, sebagai hal yang sudah terjadi: Anak itu telah lahir, 

bukan saja karena itu sudah pasti, dan ia yakin akan hal itu 

seolah-olah itu sudah terjadi, melainkan juga karena jemaat 

sebelum inkarnasi-Nya menuai banyak manfaat dan keuntungan 

dari pekerjaan-Nya yang didasarkan pada janji pertama mengenai 

keturunan perempuan itu (Kej. 3:15). Seperti halnya Dia yaitu   

Anak Domba yang disembelih, demikian pula Dia yaitu   Anak 

yang telah lahir, sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Semua hal 


 190

besar yang dilakukan Allah bagi jemaat Perjanjian Lama dilaku-

kan oleh Dia sebagai Firman yang kekal, dan demi Dia sebagai 

Pengantara. Dia yaitu   Yang Diurapi, yang kepada-Nya Allah me-

mandang dengan hormat (Mzm. 84:10), dan demi Tuhanlah, demi 

Kristus Tuhanlah, Allah membuat wajah-Nya bersinar atas tempat 

kudus-Nya (Dan. 9:17). Bangsa Yahudi, khususnya keluarga 

Daud, dijaga berkali-kali dari kehancuran yang sudah dekat 

hanya karena berkat yang ada di dalam mereka. Oleh sebab itu, 

keamanan lebih besar seperti apa lagi yang dapat diberikan 

kepada jemaat Allah, bahwa ia akan dijaga, dan secara khusus 

dirawat oleh pemeliharaan ilahi, selain ini: bahwa Allah mempu-

nyai belas kasihan yang begitu besar yang disediakan untuk 

jemaat-Nya? Alkitab bahasa Aram memahami ini sebagai manusia 

yang akan hidup selama-lamanya, yaitu Kristus. Itu merupakan 

nubuat terkenal tentang Dia dan kerajaan-Nya. Dan tidak diragu-

kan lagi, bahwa orang-orang yang menantikan penghiburan bagi 

Israel dibangun di atas nubuat ini sering kali merujuk padanya 

dan membacanya dengan senang hati.  

1.  Lihatlah Dia dalam perendahan diri-Nya. Dia yang yaitu   

Allah perkasa juga merupakan Anak yang telah lahir. Yang 

Lanjut Usianya menjadi bayi yang panjangnya sejengkal. Bapa 

yang kekal yaitu   Putera yang telah diberikan. Begitulah 

perendahan diri-Nya sampai mengenakan kodrat kita atas diri-

Nya. Demikianlah Ia merendahkan dan mengosongkan diri-

Nya, untuk meninggikan dan memenuhi kita. Dia telah lahir 

ke dalam dunia kita. Firman itu telah menjadi manusia, dan 

diam di antara kita. Dia diberikan, diberikan secara cuma-

cuma, untuk menjadi segala sesuatu bagi kita seperti yang 

dituntut oleh keadaan kita yang sudah jatuh. Begitu besar 

kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia memberikan Anak-Nya. 

Dia lahir untuk kita, Ia diberikan untuk kita, kita yang yaitu   

manusia, dan bukan untuk para malaikat yang telah berdosa. 

Hal itu diucapkan dengan nada kemenangan, dan sang malai-

kat tampak merujuk pada perkataan ini saat memberitahukan 

para gembala tentang Mesias yang sudah datang, hari ini telah 

lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus (Luk. 2:11). Perhati-

kanlah, Kristus yang dilahirkan dan diberikan untuk kita 

merupakan dasar yang kuat bagi segala pengharapan kita, dan 

Kitab Yesaya 8:23; 9:1-6 

 191 

sumber dari segala sukacita kita, di masa-masa yang teramat 

menyedihkan dan menakutkan. 

2.  Lihatlah Dia dalam pengangkatan-Nya. Bayi ini, anak ini, Anak 

Allah ini, Anak manusia ini, yang diberikan untuk kita, me-

miliki kemampuan untuk melakukan banyak kebaikan bagi 

kita. Sebab Ia dikaruniai dengan kehormatan dan kekuasaan 

tertinggi, sehingga tidak bisa tidak kita pasti senang jika Dia 

menjadi Teman kita. 

(1) Lihatlah martabat yang dimiliki-Nya saat Ia diangkat, dan 

nama yang dimiliki-Nya di atas segala nama. Ia akan di-

sebut (dan karena itu kita yakin bahwa Ia yaitu   dan akan 

menjadi) Penasihat, Ajaib, dst. Umat-Nya akan mengenal 

Dia dan menyembah-Nya dengan nama-nama ini. Dan, 

sebagai sosok yang sepenuhnya sesuai dengan nama-nama 

itu, mereka akan tunduk dan bergantung pada-Nya.  

[1] Dia yaitu   Penasihat, Ajaib. Sudah sewajarnya Ia dise-

but ajaib, karena Ia yaitu   Allah sekaligus manusia. 

Kasih-Nya ajaib dan membuat takjub para malaikat dan 

orang-orang kudus yang sudah dimuliakan. Dalam kela-

hiran, kehidupan, kematian, kebangkitan, dan kenaik-

an-Nya, Ia ajaib. Serangkaian keajaiban terus-menerus 

menyertai Dia, dan tak terbantahkan lagi, besarlah raha-

sia kesalehan berkenaan dengan Dia. Dia yaitu   penasi-

hat, karena Ia mengenal dekat nasihat-nasihat Allah 

sejak dari kekekalan, dan Ia memberikan nasihat ke-

pada anak-anak manusia, yang di dalamnya Ia menasi-

hatkan kesejahteraan kita. Melalui Dialah Allah telah 

memberi kita nasihat (Mzm. 16:7; Why. 3:18). Dia yaitu   

hikmat Bapa, dan oleh Allah dijadikan sebagai hikmat 

bagi kita. Sebagian orang menggabungkan keduanya 

secara bersama-sama: Dia yaitu   penasihat yang ajaib, 

keajaiban atau mujizat seorang penasihat. Dalam hal 

ini, seperti dalam hal-hal lain, Ia unggul. Tidak ada 

yang mengajar seperti Dia.  

[2] Dia yaitu   Allah yang perkasa – Allah, Yang Perkasa. 

Seperti halnya Ia mempunyai hikmat, demikian pula Ia 

mempunyai kuasa, untuk menuntaskan pekerjaan-Nya: 

Ia sanggup menyelamatkan sampai setuntas-tuntasnya. 


 192

Dan demikianlah pekerjaan Sang Pengantara, sehingga 

tak kurang dari kuasa Allah yang Perkasa yang dapat 

menyelesaikannya.  

[3] Dia yaitu   Bapa yang Kekal, atau Bapa dari kekekalan. 

Ia yaitu   Allah, satu dengan Bapa, yang berasal dari 

selama-lamanya sampai selama-lamanya. Dia yaitu   

Pencipta kehidupan dan kebahagiaan kekal bagi mere-

ka, dan dengan demikian Bapa dari kekekalan yang ter-

berkati bagi mereka. Dia yaitu   Bapa dari dunia yang 

akan datang (demikian Septuaginta membacanya), Bapa 

dari zaman Injil, yang ditaklukkan kepada-Nya, dan 

bukan kepada para malaikat (Ibr. 2:5). Dia yaitu  , sejak 

dari kekekalan, Bapa dari karya penebusan yang agung: 

Hati-Nya terpatri pada penebusan itu. Karya penebusan 

itu yaitu   hasil dari hikmat-Nya sebagai Penasihat, dari 

kasih-Nya sebagai Bapa yang Kekal.  

[4] Dia yaitu   Raja Damai. Sebagai Raja, Ia menjaga keda-

maian, memerintahkan kedamaian, dan bahkan men-

ciptakan kedamaian, di dalam kerajaan-Nya. Dia yaitu   

damai sejahtera kita, dan damai-Nyalah yang menjaga 

hati umat-Nya dan juga yang memerintah di dalam diri 

mereka. Ia bukan hanya Raja yang suka damai, dan 

pemerintahan-Nya suka damai, melainkan juga Ia Pen-

cipta dan Pemberi semua kebaikan, segala kedamaian 

yang merupakan kebahagiaan rakyat-Nya kini dan nanti. 

(2)  Lihatlah kekuasaan yang dimiliki-Nya saat Ia ditinggikan, 

dan takhta yang dimiliki-Nya di atas segala takhta (ay. 5): 

Lambang pemerintahan ada di atas bahunya – di atas bahu-

Nya saja. Ia tidak hanya akan memakai lencana pemerintah-

an itu di atas bahu-Nya (kunci rumah Daud [22:22]), tetapi 

juga akan menanggung bebannya. Bapa akan menyerah-

kan tanggung jawab itu kepada-Nya, sehingga Ia akan 

memiliki hak yang tak dapat disangkal untuk memerintah. 

Dan Ia akan menjalankannya, sehingga tak ada keraguan 

lagi bahwa Ia akan memerintah dengan baik, sebab Ia akan 

memberikan bahu-Nya untuk itu, dan tidak akan pernah 

mengeluh karena diberi beban terlalu banyak. Tidak seperti 

Musa, Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung 

jawab atas seluruh bangsa ini (Bil. 11:11, 14). Hal-hal yang 

Kitab Yesaya 8:23; 9:1-6 

 193 

mulia dikatakan di sini tentang pemerintahan Kristus (ay. 

6).  

[1] Bahwa pemerintahan itu akan bertumbuh. Pemerintah-

an itu akan berkali-kali lipat. Batas-batas kerajaan-Nya 

semakin lama semakin diperluas, dan banyak orang 

akan ditambahkan kepadanya setiap hari. Kemilaunya 

akan bertambah, dan ia akan bersinar semakin lama 

semakin terang di dunia. Setiap penguasa di bumi ku-

rang terkenal jika dibandingkan dengan penguasa yang 

lain, sehingga apa yang dimulai dengan emas berakhir 

dengan besi dan tanah liat, dan setiap kerajaan menyu-

sut secara perlahan-lahan. Tetapi kerajaan Kristus 

yaitu   kerajaan yang bertumbuh, dan akan mencapai 

kesempurnaan pada akhirnya.  

[2] Bahwa itu akan menjadi pemerintahan yang suka da-

mai, sesuai dengan watak-Nya sebagai Raja damai. Ia 

akan memerintah dengan kasih, akan memerintah da-

lam hati manusia, sehingga di mana ada pemerintahan-

Nya di situ akan ada damai, dan seiring pemerintahan-

Nya bertumbuh, damai akan bertumbuh. Semakin kita 

tunduk pada Kristus, semakin tenang dan aman kita.  

[3] Bahwa itu akan menjadi pemerintahan yang sah. Dia 

yang yaitu   Anak Daud akan memerintah di atas 

takhta Daud dan atas kerajaannya, yang berhak dilaku-

kan-Nya. Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta 

Daud, bapa leluhur-Nya (Luk. 1:32-33). Jemaat Injil, 

yang di dalamnya orang Yahudi dan bukan Yahudi 

dipersatukan, yaitu   gunung Sion yang kudus, di mana 

Kristus memerintah (Mzm. 2:6).  

[4] Bahwa pemerintahan itu akan dijalankan dengan kebi-

jaksanaan dan keadilan, dan dengan demikian meme-

nuhi tujuan agung dari pemerintahan, yaitu menegak-

kan kerajaan: Ia akan mendasarkan dan mengokohkan-

nya dengan keadilan dan kebenaran. Segala sesuatu 

terkelola, dan akan terkelola dengan baik di dalam 

Kerajaan Kristus, dan tak seorang pun dari rakyat-Nya 

akan pernah mempunyai alasan untuk mengeluh.  

[5] Bahwa itu akan menjadi kerajaan yang kekal: Besar 

kekuasaannya tidak akan berkesudahan (kekuasaan-


 194

Nya itu akan terus bertumbuh), tidak ada akhir dari 

bertumbuhnya damai dalam pemerintahan-Nya, sebab 

kebahagiaan rakyat kerajaan ini akan berlangsung sam-

pai pada kekekalan dan mungkin akan terus bertum-

buh in infinitum – untuk selama-lamanya. Ia akan me-

merintah dari sekarang sampai selama-lamanya. Bukan 

hanya di seluruh angkatan di dalam waktu, tetapi juga, 

bahkan ketika kerajaan itu diserahkan kepada Allah 

Bapa, kemuliaan baik Sang Penebus maupun yang 

ditebus akan berlanjut secara kekal.  

[6] Bahwa Allah sendiri telah bekerja untuk mewujudkan 

semua ini: “TUHAN semesta alam, yang memiliki segala 

kuasa di tangan-Nya dan semua makhluk siap sedia 

melayani-Nya, akan melakukan hal ini, akan menjaga 

takhta Daud sampai Raja damai ini diam di dalamnya. 

Semangat-Nya akan melakukan hal ini, kecemburuan-

Nya bagi kehormatan-Nya sendiri, kebenaran janji-Nya, 

dan kebaikan bagi jemaat-Nya.” Perhatikanlah, hati 

Allah sangat terpatri pada kemajuan kerajaan Kristus di 

antara manusia, yang tentu saja sangat menghibur bagi 

semua orang yang mengharapkan kebaikan bagi 

kerajaan-Nya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan 

mengalahkan semua perlawanan. 

Ancaman-ancaman Melawan Yehuda dan Israel  

(9:7-20) 

7 Tuhan telah melontarkan firman kepada Yakub, dan firman-Nya itu menim-

pa Israel. 8 Biarlah seluruh bangsa itu mengetahuinya, yakni Efraim dan 

penduduk Samaria, yang berkata dengan congkaknya dan tinggi hatinya: 9 

“Tembok batu bata jatuh, akan kita dirikan dari batu pahat; pohon-pohon 

ara ditebang, akan kita ganti dengan pohon-pohon aras.” 10 Maka TUHAN 

membangkitkan para panglima Rezin melawan mereka, dan menggerakkan 

musuh-musuh mereka: 11 Orang Aram dari timur, dan orang Filistin dari 

barat, mereka menelan Israel dengan mulut yang lebar. Sekalipun semuanya 

ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung. 12 

Tetapi bangsa itu tidak kembali kepada Dia yang menghajarnya, dan mereka 

tidak mencari TUHAN semesta alam. 13 Maka TUHAN mengerat dari Israel 

kepala dan ekor, batang dan ranting pada satu hari juga. 14 Tua-tua dan 

orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, 

itulah ekor. 15 Sebab orang-orang yang mengendalikan bangsa ini yaitu   

penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau. 16 

Sebab itu Tuhan tidak bersukacita karena teruna-teruna mereka, dan tidak 

sayang kepada anak-anak yatim dan janda-janda mereka, sebab sekaliannya

Kitab Yesaya 9:7-20 

 195 

mereka murtad dan berbuat jahat, dan setiap mulut berbicara bebal. Sekali-

pun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih 

teracung. 17 Sebab kefasikan itu menyala seperti api yang memakan habis 

puteri malu dan rumput, lalu membakar belukar di hutan sehingga tonggak 

asap berkepul-kepul ke atas. 18 Oleh karena murka TUHAN semesta alam, 

terbakarlah tanah itu, dan bangsa itu menjadi makanan api; seorang pun 

tidak mengasihani saudaranya. 19 Mereka mencakup ke sebelah kanan, tetapi 

masih lapar, mereka memakan ke sebelah kiri, tetapi tidak kenyang, setiap 

orang memakan daging temannya: 20 Manasye memakan Efraim, dan Efraim 

memakan Manasye, dan bersama-sama mereka melawan Yehuda. Sekalipun 

semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih 

teracung. 

Di sini ada ancaman-ancaman yang mengerikan, yang terutama ditu-

jukan melawan Israel, kerajaan sepuluh sartikel  , Efraim dan Samaria, 

yang kehancurannya dinubuatkan di sini, dengan segala malapetaka 

yang mendahului kehancuran itu. Semuanya ini digenapi dalam 

beberapa tahun sesudahnya. Tetapi ancaman-ancaman itu melihat 

lebih jauh, pada semua musuh takhta dan kerajaan Kristus Anak 

Daud, dan menyatakan hartikel  man yang akan menimpa semua bangsa 

yang melupakan Allah, dan yang tidak ingin Kristus memerintah atas 

mereka. Cermatilah, 

I.  Pendahuluan bagi nubuat ini (ay. 7): Tuhan telah melontarkan 

firman kepada Yakub, melontarkannya melalui hamba-hamba-

Nya, yaitu para nabi. Ia memperingatkan terlebih dahulu sebelum 

Ia melukai. Ia memberitahukan apa yang akan dilakukan-Nya, 

supaya mereka dapat menjumpai-Nya di jalan penghakiman-

penghakiman-Nya. Tetapi mereka tidak mau memahami petunjuk 

itu, tidak ambil peduli untuk menjauhkan murka-Nya, sehingga 

murka itu pun menimpa Israel. Sebab tak satu pun firman Allah 

akan jatuh sia-sia ke tanah. Murka itu menimpa mereka seperti 

badai hujan dan hujan es dari atas, yang tak dapat mereka hin-

dari: firman-Nya itu menimpa Israel, yaitu, murka itu pasti datang-

nya seolah-olah ia sudah datang, dan semua orang akan menge-

tahuinya dengan merasakan apa yang tidak akan mereka ketahui 

dengan mendengar. Siapa yang sengaja tidak mau tahu murka 

Allah yang dinyatakan dari sorga melawan dosa dan para pendosa 

akan dibuat mengetahuinya. 

II. Dosa-dosa yang didakwakan kepada bangsa Israel, yang mem-

bangkitkan Allah untuk menjatuhkan penghakiman-penghakiman 

ini atas mereka.  


 196

1.  Pembangkangan mereka yang kurang ajar terhadap keadilan 

Allah, dengan menganggap diri sendiri sebagai tandingan-Nya: 

“Mereka berkata, dengan congkaknya dan tinggi hatinya, biar-

kan Allah mengerjakan hal-hal yang buruk terhadap kita. Kita 

akan jalan terus dengan apa yang kita miliki, dan mengerjakan 

bagian kita menyaingi Dia. Jika Ia menghancurkan rumah-

rumah kita, kita akan memperbaikinya, dan membuatnya 

lebih kuat dan lebih bagus daripada sebelumnya. Tuan tanah 

kita tidak akan mengusir kita, meskipun kita tidak membayar 

sewa, dan  kita akan tetap mempertahankan kepemilikan kita. 

Jika rumah-rumah yang dibangun dari batu bata hancur 

dalam peperangan, kita akan membangunnya kembali dengan 

batu-batu pahat, supaya tidak mudah runtuh seperti itu. Jika 

musuh menebang pohon-pohon ara, kita akan menanam 

pohon-pohon aras sebagai gantinya. Kita akan menyiasati 

penghakiman-penghakiman Allah, mendapat untung darinya, 

dan dengan demikian menandinginya.” Perhatikanlah, siapa 

tidak mau merendahkan hati di bawah tindak pemeliharaan 

Allah yang merendahkan, ia sedang bersiap-siap menuju ke-

hancuran. Sebab Allah akan berjalan menentang orang-orang 

yang berjalan menentang Dia seperti itu, dan yang membang-

kitkan kecemburuan-Nya, seolah-olah mereka lebih kuat dari 

Dia.  

2.  Betapa mereka sudah tidak bisa diperbaiki di bawah semua 

teguran Pemeliharaan ilahi selama ini (ay. 13). Bangsa itu tidak 

kembali kepada Dia yang menghajarnya (mereka tidak ter-

jamah untuk memperbarui hidup mereka, untuk meninggal-

kan dosa-dosa mereka, dan untuk kembali pada kewajiban 

mereka), dan mereka tidak mencari TUHAN semesta alam. 

Entah mereka tidak percaya akan adanya Tuhan, dan tidak 

beragama, atau mereka penyembah berhala, dan meminta 

petunjuk pada ilah-ilah yang merupakan makhluk ciptaan 

khayalan mereka sendiri dan buatan tangan mereka sendiri. 

Perhatikanlah, apa yang dirancangkan Tuhan, dalam meng-

hajar kita, yaitu   untuk membuat kita berpaling pada-Nya 

dan mendorong kita untuk mencari Dia. Jika hal ini tidak 

dapat dicapai melalui penghakiman-penghakiman yang lebih 

ringan, maka bersiap-siaplah menghadapi penghakiman-peng-

Kitab Yesaya 9:7-20 

 197 

hakiman yang lebih berat. Allah menghajar supaya Ia tidak 

membunuh. 

3. Kebobrokan mereka secara umum dalam perilaku dan kece-

maran yang melimpah-ruah.  

(1) Orang-orang yang seharusnya memperbarui mereka malah 

membantu membuat mereka bejat (ay. 15): Orang-orang 

yang mengendalikan bangsa ini yaitu   penyesat, dan mem-

buat mereka berbuat salah, dengan mengabaikan kefasikan 

mereka dan menyetujui orang-orang fasik, dan dengan 

memberikan teladan buruk kepada mereka. Maka tidak 

heran jika orang-orang yang dipimpin oleh mereka tertipu 

dan dengan demikian hancur. Tetapi malang bagi suatu 

bangsa jika tabib-tabib mereka justru menjadi penyakit ter-

buruk bagi mereka. “Orang-orang yang memberkati bangsa 

ini, atau menyebut bangsa itu diberkati (demikian dalam 

tafsiran yang agak luas), yang menyanjung mereka, dan 

menenangkan mereka dalam kefasikan mereka, dan ber-

seru damai sejahtera! damai sejahtera! kepada mereka, 

malah menyesatkan mereka. Dan orang-orang yang mereka 

sebut diberkati tertelan sebelum mereka sadar.” Beralasan 

bagi kita untuk takut terhadap orang-orang yang mengata-

kan hal yang baik-baik tentang kita padahal kita berbuat 

buruk. Lihat Amsal 24:24; 29:5.  

(2) Kefasikan ada di mana-mana, dan semuanya terjangkiti 

olehnya (ay. 16): Sekaliannya mereka murtad dan berbuat 

jahat. Jika ada orang yang baik, mereka tidak tampak, 

mereka tidak berani muncul, sebab setiap mulut berbicara 

kebebalan dan kejahatan. Setiap orang cemar terhadap 

Allah (demikianlah arti tepat dari kata itu) dan berbuat 

jahat terhadap manusia. Keduanya biasanya beriringan: 

orang yang tidak takut akan Allah tidak mengindahkan 

manusia. Maka setiap mulut berbicara kebebalan, kebo-

hongan, dan celaan, baik terhadap Allah maupun manusia. 

Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. 

III. Penghakiman-penghakiman yang mengancam mereka karena ke-

fasikan mereka ini. Janganlah mereka menyangka akan terluput 

dari hartikel  man.  


 198

1.  Secara umum, dengan berbuat demikian mereka membuat diri 

mereka sendiri rentan terhadap murka Allah, yang akan mela-

hap seperti api dan juga menggelapkan seperti asap. 

(1)  Murka itu akan melahap seperti api (ay. 17): Kefasikan itu 

menyala seperti api. Murka Allah, yang dibangkitkan oleh 

dosa, akan memakan habis para pendosa, yang sudah mem-

buat diri mereka seperti putri malu dan rumput di hadapan 

murka-Nya, dan seperti belukar di hutan, bahan yang mu-

dah terbakar, yang akan dilewati dan dibakar semuanya oleh 

murka TUHAN semesta alam, Allah yang perkasa.  

(2)  Murka itu akan menggelapkan seperti asap. Putri malu dan 

rumput, apabila api memakan habis mereka, akan menjadi 

tonggak asap yang berkepul-kepul ke atas, sehingga selu-

ruh negeri akan menjadi gelap karenanya. Mereka akan 

diimpit kesusahan, dan tidak melihat jalan keluar (ay. 18): 

Bangsa itu menjadi makanan api. Murka Allah tidak terpan-

cang pada siapa-siapa selain pada mereka yang menjadikan 

diri mereka sendiri bahan bakar untuknya. Mereka akan 

menjadi asap korban yang mengepul-ngepul ke atas, de-

ngan dijadikan korban-korban bagi keadilan ilahi.  

2. Allah akan mempersenjatai penguasa-penguasa di sekitar me-

reka untuk melawan mereka (ay. 10-11). Pada waktu itu kera-

jaan Israel bersekutu dengan kerajaan Aram melawan Yehuda. 

Tetapi bangsa Asyur, yang merupakan musuh bangsa Aram, 

sesudah mereka mengalahkan bangsa Aram, akan menyerang 

Israel. Allah akan membangkitkan mereka untuk melakukan-

nya, dan bergabung bersama musuh-musuh Israel dalam per-

sekutuan melawan Israel. Mereka ini ingin mencapai tujuan-

tujuan mereka sendiri, tetapi tidak sadar akan adanya tangan 

Allah dalam persekutuan mereka. Perhatikanlah, apabila mu-

suh-musuh sudah siap, dan bergabung dalam persekutuan 

melawan suatu bangsa, maka tangan Allah harus diakui 

berada di dalamnya. Perhatikanlah lebih jauh, mereka yang 

ambil bagian satu sama lain di dalam dosa, seperti Aram dan 

Israel dalam menyerang Yehuda, harus bersiap-siap berbagi 

dalam hartikel  man dosa. Bahkan, orang-orang Aram sendiri, 

yang dengannya orang Israel sekarang bersekutu, akan men-

jadi cambuk bagi mereka (sebab bukan hal yang tidak biasa 

Kitab Yesaya 9:7-20 

 199 

jika orang-orang yang sebelumnya bersatu di dalam dosa kini 

berselisih). Yang satu menyerang mereka dari depan dan yang 

lain menyerang atau menghantam mereka dari belakang. Se-

hingga mereka akan dikelilingi oleh musuh-musuh dari segala 

sisi, yang akan menelan mereka dengan mulut yang lebar (ay. 

11). Orang-orang Filistin pada waktu itu tidak dipandang seba-

gai musuh-musuh yang tangguh, dan bangsa Aram dipandang 

sebagai sahabat-sahabat yang setia. Namun mereka ini akan 

menelan Israel. Apabila jalan-jalan manusia tidak berkenan 

pada Tuhan, Ia akan menjadikan bahkan sahabat-sahabat 

mereka berperang melawan mereka. 

3.  Allah akan mengambil dari tengah-tengah mereka orang-orang 

yang mereka andalkan dan yang mereka janjikan sendiri akan 

memberi bantuan (ay. 13-14). Karena bangsa itu tidak mencari 

Allah, maka orang yang mereka cari dan yang kepadanya me-

reka bergantung tidak akan bermanfaat bagi mereka. TUHAN 

mengerat dari Israel kepala dan ekor, batang dan ranting, yang 

dijelaskan dalam ayat berikutnya.  

(1) Hakim-hakim mereka, yang terpandang berdasarkan ketu-

runan dan jabatan, dan yang merupakan tua-tua bangsa 

itu. Mereka ini yaitu   kepala, mereka ini yaitu   batang 

yang dijanjikan sendiri oleh orang-orang itu akan memberi 

mereka roh dan buah. Tetapi karena orang-orang ini me-

nyesatkan mereka, mereka akan dipotong, dan martabat 

serta kekuasaaan mereka tidak akan melindungi mereka, 

sebab penyalahgunaan terhadap martabat dan kekuasaan 

itu merupakan perkara besar yang membangkitkan murka. 

Suatu penghakiman atas bangsa jika penguasa-penguasa 

mereka dipotong, yang tidak seharusnya terjadi seperti 

sebelumnya.  

(2)  Nabi-nabi mereka, nabi-nabi palsu mereka, yaitu   ekor dan 

ranting, bagian-bagian paling hina dari semuanya. Hamba 

Tuhan yang fasik yaitu   yang terburuk dari semuanya. 

Hamba Tuhan yang fasik yaitu   manusia yang paling bu-

ruk. Corruptio optimi est pessima – Hal-hal yang terbaik, jika 

rusak, akan menjadi yang terburuk. Orang buta menuntun 

orang buta, maka keduanya jatuh ke dalam lobang. Dan 

para pemimpin yang buta jatuh pertama-tama dan jatuh 

paling bawah.   


 200

4. Bahwa kehancuran itu terjadi di mana-mana seperti halnya 

kebobrokan sebelumnya, dan tak seorang pun akan luput 

darinya (ay. 16).  

(1) Termasuk di antaranya orang-orang yang diandalkan. Tak 

seorang pun akan disayangkan untuk dikasihi: Tuhan tidak 

bersukacita karena teruna-teruna mereka, yang sedang 

berbunga-bunga di masa muda mereka. Tidak pula Ia akan 

berkata, Perlakukanlah orang muda itu dengan lunak ka-

rena Aku. Tidak, “Biarkan mereka gugur bersama yang lain, 

dan bersama mereka biarkan keturunan angkatan selan-

jutnya binasa.”  

(2) Termasuk di antaranya orang-orang yang seharusnya 

mendapat belas kasihan. Tak seorang pun akan disayang-

kan untuk dikasihani: Dia tidak akan sayang kepada anak-

anak yatim dan janda-janda mereka, meskipun Allah, 

secara khusus, yaitu   pengayom dan pelindung orang-

orang seperti itu. Mereka sudah hidup rusak seperti semua 

yang lain. Dan, jika kemiskinan dan ketidakberdayaan 

mereka tidak menjadi alasan bagi mereka untuk menjauh-

kan diri dari dosa, maka mereka tidak bisa berharap bahwa 

itu akan menjadi alasan bagi Allah untuk melindungi 

mereka dari hartikel  man-hartikel  man.  

5.  Bahwa mereka akan mengoyak-ngoyak satu sama lain, bahwa 

setiap orang akan ikut membantu mempercepat terjadinya 

kehancuran bersama, dan mereka akan memangsa diri mereka 

sendiri dan satu sama lain: Seorang pun tidak mengasihani 

saudaranya, jika saudaranya itu menghalang-halangi kesera-

kahan dan ketamakannya, atau jika saudaranya berbuat 

sesuatu yang harus dibalaskan kepadanya. Bagaimana mereka 

dapat berharap Allah akan menyayangkan mereka apabila 

mereka tidak menunjukkan kasih sayang satu terhadap yang 

lain? Amarah dan kekejaman manusia satu terhadap yang lain 

membangkitkan murka Allah terhadap mereka semua, dan 

merupakan bukti bahwa Ia sedang murka. Perang saudara 

akan segera membuat sebuah kerajaan hancur. Seperti itulah 

keadaan di Israel, ketika karena pemberontakan negeri, ba-

nyaklah penguasa-penguasanya (Ams. 28:2). 

Kitab Yesaya 9:7-20 

 201 

(1) Dalam gangguan-gangguan pada tubuh bagian dalam ini, 

orang-orang mencakup ke sebelah kanan, tetapi masih la-

par, dan betul-betul memakan daging lengannya sendiri 

(KJV), memangsa diri mereka sendiri karena kelaparan atau 

memangsa saudara-saudara mereka yang terdekat yang 

memiliki daging seperti mereka (ay. 19). Ini menunjukkan,  

[1] Kelaparan dan kelangkaan besar. Apabila manusia sudah 

mengumpulkan semua yang dapat mereka kumpulkan, 

tetapi hasilnya begitu sedikit sehingga mereka masih 

lapar, maka setidak-tidaknya itu berarti bahwa Allah 

tidak memberkati mereka, sehingga mereka makan, tetapi 

tidak sampai kenyang (Hag. 1:6). 

[2] Perampokan dan penjarahan besar-besaran. Jusque 

datum sceleri – pelanggaran ditegakkan oleh hartikel  m. Pa-

gar pembatas bagi barang milik, yang merupakan pagar 

pelindung bagi harta benda manusia, akan dicabut, dan 

setiap orang akan berpikir bahwa semua barang yang 

dapat diambil oleh tangannya yaitu   miliknya sendiri 

(vivitur ex rapto, non hospes ab hospite tutus – mereka 

hidup dari jarahan, dan semua aturan kesopanan dilang-

gar). Walaupun begitu, apabila orang mengambil apa 

yang bukan miliknya seperti itu, mereka tidak akan kun-

jung merasa puas. Keinginan-keinginan yang timbul dari 

ketamakan tak akan pernah terpuaskan, dan kutukan 

ini dikenakan juga pada apa yang diperoleh secara tidak 

benar, bahwa itu tidak akan pernah membawa kebaikan. 

(2) Gangguan-gangguan pada tubuh bagian dalam ini tidak 

hanya akan menjangkiti orang-orang dan keluarga-keluar-

ga tertentu, melainkan juga sartikel  -sartikel   (ay. 20): Manasye 

memakan Efraim, dan Efraim memakan Manasye, meskipun 

mereka bergabung melawan Yehuda. Mereka yang dapat 

bersatu melawan Yehuda tidak bisa saling bersatu. Tetapi 

persepakatan mereka yang berdosa melawan tetangga me-

reka yang tinggal aman bersama-sama dengan mereka itu 

sudah sewajarnya dihartikel  m melalui dipisahkannya mereka 

satu dari yang lain. Atau Yehuda, setelah berdosa seperti 

Manasye dan Efraim, tidak saja akan menderita bersama 

mereka, tetapi juga menderita karena mereka. Perhatikan-


 202

lah, saling bermusuhan dan mendendam di antara sartikel  -

sartikel   Israel milik Allah yaitu   dosa yang membuat mereka 

matang menunggu kehancuran, dan merupakan gejala 

yang menyedihkan dari kehancuran yang akan segera 

datang. Jika Efraim melawan Manasye, dan Manasye mela-

wan Efraim, dan kedua-duanya melawan Yehuda, maka 

mereka semua akan segera menjadi mangsa yang sangat 

empuk bagi musuh bersama.  

6. Bahwa, meskipun mereka akan ditimpa oleh semua pengha-

kiman ini, Allah tidak akan melepaskan perseteruan-Nya 

dengan mereka. Suatu beban berat dari nyanyian nubuat ini 

bahwa (ay. 11, 16, 20): Sekalipun semuanya ini terjadi, murka-

Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung, maksudnya,  

(1) Mereka tidak berbuat apa-apa untuk menjauhkan murka-

Nya. Mereka tidak bertobat dan memperbarui diri, tidak 

merendahkan diri dan berdoa, tak seorang pun menengahi, 

tak seorang pun menjawab panggilan-panggilan Allah atau 

menuruti rancangan-rancangan pemeliharaan-Nya. Seba-

liknya, mereka mengeraskan hati dan merasa aman-aman 

saja.  

(2) Oleh karena itu, murka-Nya terus membakar melawan