Rabu, 09 Juli 2025

Yesaya-1-39 4


  yang sepadan dengan terang mereka, memiliki kelimpahan 

bukan hanya akan pengetahuan ilahi, melainkan juga akan kasih 

yang kudus. Di sini diberikan perhatian khusus tentang sayap-

sayap mereka (dan bukan bagian lain dari penampilan mereka), 

karena cara mereka menggunakannya, yang dimaksudkan untuk 

memberi kita suatu pengajaran. Mereka masing-masing mempu-

nyai enam sayap, tidak mengembang ke atas (seperti yang dilihat 

Yehezkiel [Yeh. 1:11]), tetapi, 

1.  Empat sayap digunakan untuk menutup, seperti sayap unggas 

ketika duduk. Dengan dua sayap di atas, di samping kepala, 

mereka menutupi wajah mereka, dan dengan dua sayap paling 

bawah, mereka menutupi kaki mereka, atau bagian bawah 

mereka. Ini berbicara tentang kerendahan hati dan penghor-

matan mereka yang besar dalam melayani Allah, sebab Ia sa-

ngat ditakuti dalam kalangan orang-orang kudus (Mzm. 89:8). 

Mereka tidak hanya menutupi kaki mereka, anggota-anggota 

tubuh yang kurang terhormat itu (1Kor. 12:23), tetapi bahkan 

wajah mereka. Meskipun wajah malaikat, tidak diragukan lagi, 

jauh lebih indah daripada wajah anak-anak manusia (Kis. 

Kitab Yesaya 6:1-4 

 123 

6:15), namun di hadapan Allah, mereka menutupinya, karena 

mereka tidak tahan dengan terang yang menyilaukan dari 

kemuliaan ilahi. Dan karena sadar bahwa ada jarak yang tak 

terhingga dari kesempurnaan ilahi, mereka malu menunjuk-

kan wajah mereka di hadapan Allah yang kudus, yang malai-

kat-malaikat-Nya pun didapati-Nya tersesat jika mereka sampai 

memberanikan diri untuk bersaing dengan-Nya (Ayb. 4:18). 

Jika para malaikat saja sedemikian hormat dalam melayani 

Allah, betapa harus dengan rasa takut yang saleh kita mende-

kat pada takhtanya! Kalau tidak, kita tidak melakukan kehen-

dak Allah seperti para malaikat melakukannya. Namun begitu, 

Musa, ketika naik ke gunung bersama Allah, melepaskan tabir 

dari wajahnya. Lihat 2 Korintus 3:18.  

2. Dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Ketika mereka di-

utus untuk melakukan tugas-tugas Allah, mereka terbang de-

ngan cepat (Dan. 9:21), lebih cepat dengan sayap mereka sen-

diri daripada jika mereka terbang dengan sayap angin. Ini 

mengajar kita untuk melakukan pekerjaan Allah dengan hati 

yang gembira dan dengan segera. Bukankah para malaikat da-

tang dengan sayap mereka dari sorga ke bumi, untuk melayani 

demi kebaikan kita, dan tidakkah kita ingin melambung tinggi 

dengan sayap dari bumi ke sorga, untuk berbagi dengan mere-

ka dalam kemuliaan mereka? (Luk. 20:36). 

IV. Dengarlah kidung, atau lagu pujian, yang dinyanyikan para ma-

laikat untuk menghormati Dia yang duduk di atas takhta (ay. 3). 

Cermatilah,  

1. Bagaimana lagu ini dinyanyikan. Dengan semangat yang mem-

bara, mereka berseru dengan suara nyaring, dan dengan suara 

bulat. Mereka berseru seorang kepada seorang, atau satu ter-

hadap yang lain. Mereka bernyanyi secara bergantian, tetapi 

selaras, tanpa sedikit pun suara sumbang yang mengganggu 

keselarasannya.  

2. Tentang apa lagu itu. Lagu itu sama dengan apa yang dinya-

nyikan oleh keempat makhluk (Why. 4:8). Perhatikanlah, me-

muji Allah yaitu   selalu, dan akan selalu sampai pada keke-

kalan, menjadi pekerjaan sorga, dan pekerjaan yang senan-

tiasa dilakukan oleh roh-roh yang terberkati di atas (Mzm. 

84:5). Perhatikanlah lebih jauh, jemaat di atas itu selalu sama 


 124

dalam pujian-pujiannya. Tidak ada perubahan waktu atau 

nada di sana. Ada dua hal yang untuknya para serafim di sini 

memuji Allah: 

(1) Kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang tak terbatas da-

lam diri-Nya. Di sini salah satu gelar-Nya yang paling mulia 

dipuji: Dia yaitu   TUHAN semesta alam (KJV: TUHAN sege-

nap pasukan), Tuhan atas pasukan mereka, atas semua 

pasukan. Dan tanpa salah satu sifat-Nya yang paling mu-

lia, yaitu kekudusan-Nya, keberadaan-Nya sebagai TUHAN 

semesta alam (atau, seperti di ayat lain yang berpadanan 

[Why. 4:8], Tuhan Allah, Yang Mahakuasa) tidak akan bisa 

menjadi pokok sukacita dan pujian kita yang begitu besar. 

Sebab kekuasaan, tanpa kesucian untuk membimbingnya, 

akan membawa kengerian bagi umat manusia. Tak satu 

pun dari semua sifat ilahi yang begitu dirayakan dalam Ki-

tab Suci selain sifat kekudusan ini. Kuasa Allah diucapkan 

dua kali (Mzm. 62:12), tetapi kekudusan-Nya diucapkan 

tiga kali, kudus, kudus, kudus. Ini berbicara tentang,  

[1] Semangat yang membara dari para malaikat dalam me-

muji Allah. Mereka bahkan kehabisan kata-kata untuk 

mengungkapkan diri, dan karena itu mengulangi hal 

yang sama berkali-kali.  

[2] Kesenangan tersendiri yang mereka rasakan dalam me-

renungkan kekudusan Allah. Ini yaitu   perkara yang 

suka mereka renungkan berlama-lama, yang suka me-

reka senandungkan, dan tidak mau mereka tinggalkan.  

[3] Keunggulan tertinggi dari kekudusan Allah, mengatasi 

kekudusan makhluk-makhluk yang paling suci. Dia 

kudus, kudus tiga kali, kudus secara tak terbatas, ku-

dus sejak awal mula, kudus secara sempurna, dan ku-

dus secara kekal.  

[4] Ini bisa merujuk pada tiga Pribadi dalam Ke-Allahan, 

Bapa yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh Kudus 

(sebab selanjutnya dikatakan [ay. 8], siapakah yang mau 

pergi untuk Kami? [KJV]). Atau mungkin itu merujuk pada 

yang sudah ada, dan yang ada, dan yang akan datang. 

Sebab gelar kehormatan Allah itu ditambahkan ke 

dalam nyanyian ini (Why. 4:8). Sebagian orang berang-

Kitab Yesaya 6:1-4 

 125 

gapan bahwa para malaikat di sini bersorak atas adil-

nya hartikel  man yang akan segera dijatuhkan Allah atas 

bangsa Yahudi. Dalam hal ini Dia kudus dahulu, seka-

rang, dan selamanya. Jalan-jalan-Nya tetap sama. 

(2) Dinyatakannya hal-hal ini kepada anak-anak manusia: 

Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya, kemuliaan dari kuasa 

dan kesucian-Nya, sebab Ia kudus dalam segala perbuatan-

Nya (Mzm. 145:17). Orang Yahudi menganggap bahwa ke-

muliaan Allah hanya terbatas pada negeri mereka. Tetapi di 

sini dinyatakan bahwa pada zaman Injil (yang ditunjuk 

dalam pasal ini) kemuliaan Allah akan memenuhi seluruh 

bumi, kemuliaan kekudusan-Nya, yang sungguh merupa-

kan kemuliaan dari semua sifat-Nya yang lain. Pada waktu 

itu kemuliaan ini memenuhi Bait Suci (ay. 1), tetapi pada 

hari-hari terakhir, seluruh bumi akan penuh dengan kemu-

liaan itu. 

V. Amatilah tanda-tanda kengerian yang memenuhi Bait Suci itu, 

ketika terjadi penglihatan kemuliaan ilahi ini (ay. 4).  

1. Rumah itu bergoyang. Bukan hanya pintu, melainkan juga 

bahkan alas ambang pintu, yang terpasang kokoh, bergoyang 

disebabkan suara orang yang berseru itu, saat terdengar suara 

Allah, yang memanggil untuk menghakimi (Mzm. 50:4), saat 

terdengar suara malaikat, yang memuji Dia. Di sorga ada sua-

ra-suara yang cartikel  p kuat untuk meredam semua suara air 

yang banyak di dunia bawah sini (Mzm. 93:3-4). Goncangan 

keras pada Bait Suci ini merupakan pertanda dari murka dan 

ketidakberkenanan Allah terhadap bangsa itu karena dosa-

dosa mereka. Itu merupakan pertanda kehancuran Bait Suci 

dan kota Yerusalem oleh bangsa Babel pertama-tama, dan ke-

mudian oleh bangsa Romawi. Dan hal itu dimaksudkan untuk 

membuat kita ngeri. Bukankah tembok-tembok dan alas-alas 

pintu gemetar di hadapan Allah, dan tidakkah kita gemetar?  

2.  Rumah itu menjadi gelap. Rumah itu pun penuh dengan asap, 

seperti awan yang melingkupi pemandangan takhta-Nya (Ayb. 

26:9). Kita tidak bisa melihatnya secara utuh, tidak pula dapat 

menata kata-kata tentangnya, karena gelap. Pada Bait Suci di 

dunia atas tidak akan ada asap, semuanya akan terlihat 


 126

dengan jelas. Di sana Allah berdiam dalam terang, sementara 

di sini Ia diam dalam kekelaman (2Taw. 6:1). 

Penglihatan Sorgawi Yesaya 

(6:5-8) 

5 Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis 

bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mata-

ku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” 6 Tetapi seorang 

dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, 

yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. 7 Ia menyentuhkannya 

kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka 

kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” 8 Lalu aku men-

dengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah 

yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”  

Rasa ingin tahu kita akan mendorong kita untuk mencari tahu lebih 

jauh mengenai para serafim ini, dan nyanyian-nyanyian serta pela-

yanan-pelayanan mereka. Tetapi di sini kita meninggalkan mereka, 

dan harus memberi perhatian pada apa yang berlangsung antara 

Allah dan nabi-Nya. Hal-hal yang tersembunyi bukan bagi kita, hal-

hal yang tersembunyi tentang dunia para malaikat, tetapi bagi kita 

yaitu   hal-hal yang disingkapkan kepada para nabi dan oleh mereka, 

yang menyangkut pemerintahan Kerajaan Allah di antara manusia. 

Sekarang di sini kita mendapati, 

I.  Kekhawatiran yang menghinggapi sang nabi karena mengalami 

penglihatan yang olehnya ia melihat kemuliaan Allah (ay. 5): Lalu 

kataku: “Celakalah aku! Kalau saya akan berkata, “Diberkatilah 

engkau, yang sudah diberi perkenanan sedemikian besar, dihor-

mati dan dijunjung sedemikian tinggi, selama suatu waktu, 

dengan diberi hak istimewa yang dimiliki oleh makhluk-makhluk 

mulia itu, yang selalu memandang wajah Bapa kita. Diberkatilah 

mata yang melihat Tuhan sedang duduk di atas takhta-Nya, dan 

telinga yang mendengar puji-pujian para malaikat.” Dan, orang 

akan berpikir, seharusnya ia berkata, “Berbahagialah aku, berba-

hagia selama-lamanya. Tidak ada lagi yang akan menyusahkanku, 

tidak ada yang membuat wajahku merah padam atau tubuhku 

gemetar.” Tetapi sebaliknya, ia berseru, “Celakalah aku! aku 

binasa! Malang nian aku, matilah aku! Aku pasti mati (Hak. 13:22; 

6:22). Aku kelu, aku dibuat bisu, aku tertegun mati.” Demikian

Kitab Yesaya 6:5-8 

 127 

 pula Daniel, ketika mendengar perkataan sang malaikat, menjadi 

terkelu, dan tidak ada lagi kekuatan, tidak ada lagi nafas padanya 

(Dan. 10:15, 17). Cermatilah,  

1.  Apa yang direnungkan sang nabi tentang dirinya sendiri, yang 

membuatnya ketakutan: “Aku binasa jika Allah sampai ber-

urusan denganku menurut keadilan yang ketat, karena aku 

telah membuat diriku menjadi sasaran murka-Nya, sebab aku 

ini seorang yang najis bibir.” Menurut sebagian orang, ia secara 

khusus merujuk pada suatu kata kasar yang pernah diucap-

kannya, atau pada perilaku diamnya yang berdosa, karena 

tidak mengecam dosa dengan berani dan terus terang sebagai-

mana mestinya. Ini sebuah dosa yang banyak dapat didakwa-

kan kepada hamba-hamba Allah, dan yang akan membuat 

mereka malu saat mengingatnya. Tetapi itu dapat dipandang 

secara lebih umum, aku orang berdosa, dan secara khusus, 

aku bersalah dalam perkataanku. Dan siapakah yang tidak 

bersalah dalam hal ini? (Yak. 3:2). Kita semua mempunyai 

alasan untuk meratap di hadapan Tuhan,  

(1)  Bahwa kita sendiri yaitu   orang yang najis bibir. Bibir kita 

tidak dikuduskan bagi Allah. Ia tidak mendapatkan buah 

pertama dari ucapan bibir kita (Ibr. 13:15), dan karena itu 

bibir kita dipandang kotor dan najis, tidak bersunat (Kel. 

6:29, KJV). Bahkan, bibir kita telah tercemar dosa. Kita 

sudah berkata-kata dalam bahasa hati yang najis, dalam 

perkataan buruk yang merusakkan kebiasaan-kebiasaan 

yang baik, dan yang olehnya banyak orang sudah tercemar. 

Kita tidak layak dan tidak pantas mengucapkan nama 

Allah dengan bibir kita. Betapa dengan bibir yang murni 

para malaikat memuji Allah! “Akan tetapi,” kata sang nabi, 

“aku tidak bisa memuji-Nya seperti itu, sebab aku ini 

seorang yang najis bibir.” Orang-orang terbaik di dunia 

memiliki alasan untuk malu pada diri sendiri, dan pada 

apa yang terbaik dari pelayanan-pelayanan mereka, apabila 

mereka dibandingkan dengan malaikat-malaikat kudus. 

Para malaikat sudah merayakan kesucian dan kekudusan 

Allah, dan karena itu sang nabi, ketika merenungkan dosa, 

menyebut dosanya itu sebagai kenajisan. Karena keber-

dosaan dari dosa merupakan pertentangan dengan sifat 


 128

Allah yang kudus, dan terutama karena alasan itulah dosa 

harus tampak sebagai hal yang dibenci sekaligus menakut-

kan bagi kita. Ketidakmurnian bibir kita haruslah mem-

buat jiwa kita sedih, sebab dengan perkataan kita, kita 

akan dibenarkan atau dihartikel  m. 

(2) Bahwa kita tinggal di antara orang-orang yang juga najis 

bibir. Kita mempunyai alasan untuk meratapi bukan hanya 

bahwa kita sendiri tercemar, melainkan juga bahwa kodrat 

dan bangsa manusia juga demikian. Penyakit ini menurun 

dan mewabah, yang begitu jauh dari mengurangi kebersa-

lahan kita, tetapi justru menambah penderitaan kita, ter-

utama mengingat bahwa kita belum melakukan apa yang 

dapat kita lakukan untuk membersihkan pencemaran ka-

rena bibir orang lain. Bahkan, kita lebih suka mempelajari 

cara mereka dan berbicara dalam bahasa mereka, seperti 

Yusuf di Mesir belajar memakai sumpah anggota istana 

(Kej. 42:16). “Aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang 

dengan kelancangan dosa mereka menimpakan hartikel  man-

hartikel  man yang membinasakan atas negeri ini. Dan aku, 

sebagai orang yang juga berdosa, sewajarnya juga bersiap-

siap menerima hartikel  man itu.”  

2.  Apa yang menimbulkan renungan-renungan yang menyedih-

kan ini pada saat ini: Mataku telah melihat Sang Raja, yakni 

TUHAN semesta alam. Ia melihat kedaulatan Allah sebagai hal 

yang tak dapat disangkal. Ia yaitu   Raja. Dan kuasa-Nya tak 

dapat dilawan. Ia yaitu   Tuhan semesta alam. Ini merupakan 

kebenaran-kebenaran yang menghiburkan bagi umat Allah, 

namun juga harus membuat kita tersentak ngeri. Perhatikan-

lah, saat kita melihat keagungan Allah yang mulia dengan hati 

yang percaya, hal itu haruslah membuat hati kita terjamah 

dengan rasa hormat dan gentar. Beralasan bagi kita untuk 

merasa rendah ketika merasakan adanya jarak yang tak 

terhingga antara kita dan Allah, dan keberdosaan serta kekeji-

an kita di hadapan-Nya, dan untuk takut akan murka-Nya. 

Kita binasa jika tidak ada Pengantara antara kita dan Allah 

yang kudus ini (1Sam. 6:20). Yesaya dibuat merendah seperti 

itu, untuk mempersiapkannya bagi kehormatan yang akan 

segera diterimanya dengan dipanggil sebagai nabi. Perhatikan-

lah, yang paling pantas dipekerjakan untuk Allah yaitu   

Kitab Yesaya 6:5-8 

 129 

mereka yang rendah di mata mereka sendiri dan disadarkan 

secara mendalam akan kelemahan dan ketidaklayakan mereka 

sendiri. 

II. Dibungkamnya ketakutan-ketakutan sang nabi oleh perkataan 

yang baik, dan perkataan yang menghibur, yang dengannya ma-

laikat menjawab dia (ay. 6-7). Salah satu serafim langsung ter-

bang ke arahnya, untuk menyucikan dia, dan dengan demikian 

menenangkan dirinya. Perhatikanlah, Allah telah menyiapkan ba-

nyak penghiburan yang melegakan bagi orang-orang kudus yang 

berduka. Siapa yang merendahkan diri dalam rasa malu dan 

takut disertai hati yang bertobat, akan segera dibesarkan hatinya 

dan ditinggikan. Orang yang jatuh tersungkur karena penglihat-

an-penglihatan kemuliaan Allah akan segera dibangkitkan lagi 

dengan lawatan-lawatan anugerah-Nya. Dia yang mengoyak akan 

menyembuhkan. Perhatikanlah lebih jauh, para malaikat yaitu   

roh-roh yang melayani demi kebaikan orang-orang kudus, demi 

kebaikan rohani mereka. Di sini ada salah satu serafim yang, 

untuk sementara waktu, diizinkan meninggalkan tugas melayani 

takhta kemuliaan Allah, untuk menjadi pembawa kabar anu-

gerah-Nya bagi seseorang yang baik. Dan begitu senangnya ia 

dengan tugasnya sehingga ia lekas-lekas terbang ke orang itu. Ke-

pada Yesus Tuhan kita sendiri, dalam penderitaan-Nya, tampak-

lah seorang malaikat dari langit untuk memberi kekuatan kepada-

Nya (Luk. 22:43). Inilah,  

1.  Sebuah tanda menghibur yang diberikan kepada sang nabi 

bahwa dosa-dosanya telah dibersihkan. Serafim itu membawa 

bara dari atas mezbah, dan menyentuh bibirnya dengan bara 

itu, bukan untuk menyakitinya, melainkan untuk menyem-

buhkannya. Bukan untuk membakarnya, melainkan untuk 

membersihkannya. Sebab ada pemurnian oleh api, seperti juga 

oleh air, dan kotoran Yerusalem dibersihkan oleh roh yang 

membakar (4:4). Roh yang terberkati bekerja seperti api (Mat. 

3:11). Serafim, yang dirinya sendiri dinyalakan oleh api ilahi, 

menaruh hidup pada sang nabi, supaya dia juga ikut terbakar 

semangatnya. Sebab cara untuk membersihkan bibir dari 

kenajisan dosa yaitu   dengan membakar jiwa dengan kasih 

Allah. Bara ini diambil dari mezbah, entah mezbah pembakar-

an artikel  pan atau mezbah korban bakaran, sebab kedua-duanya 


 130

mempunyai api yang senantiasa menyala. Tidak ada yang 

begitu punya kuasa untuk membersihkan dan menghibur jiwa 

selain apa yang diambil dari korban penebusan Kristus dan 

kepengantaraan yang senantiasa diadakan-Nya berdasarkan 

korban penebusan itu. Bara dari mezbah-Nyalah yang pasti 

memberi kita hidup dan membawa damai sejahtera bagi kita. 

Itu tidak akan terjadi dengan api yang asing.  

2.  Penjelasan dari tanda ini: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, 

untuk meyakinkan kamu akan hal ini, bahwa kesalahanmu 

telah dihapus dan dosamu telah diampuni. Kesalahan akibat 

dosamu dihapus oleh rahmat yang mengampuni, kebersalahan 

dari dosa-dosa lidahmu. Kecenderunganmu yang bobrok ter-

hadap dosa dihapus oleh anugerah yang memperbarui. Oleh 

karena itu, tidak ada yang dapat menghalangi kamu untuk 

diterima oleh Allah sebagai penyembah, bersama-sama dengan 

para malaikat kudus, atau untuk dipekerjakan bagi Allah 

sebagai utusan kepada anak-anak manusia.” Hanya orang 

yang dengan cara demikian sudah dibersihkan dari hati nu-

rani yang jahat yang siap beribadah kepada Allah yang hidup 

(Ibr. 9:14). Penghapusan dosa yaitu   hal yang diperlukan su-

paya kita dapat berbicara dengan penuh keyakinan dan kete-

nangan kepada Allah di dalam doa atau berbicara dengan 

penuh rasa yakin dan tenang yang didapat dari Allah sewaktu 

kita memberitakan firman. Dan tidak ada yang begitu pantas 

memperlihatkan kepada orang lain kekayaan-kekayaan dan 

kuasa anugerah Injil selain mereka yang sudah mengecap sen-

diri manisnya anugerah itu dan merasakan kuasanya. Dosa 

orang akan dihapus jika mereka mengeluhkannya sebagai 

beban dan melihat diri mereka terancam akan binasa olehnya. 

III. Diperbaruinya amanat sang nabi (ay. 8). Di sini ada pembicaraan 

antara Allah dan Yesaya mengenai hal ini. Siapa yang ingin 

membantu orang lain dalam berhubungan dengan Allah, ia sen-

diri tidak boleh asing terhadap hubungan itu. Sebab bagaimana 

kita bisa berharap bahwa Allah akan berbicara melalui kita, jika 

kita sendiri tidak pernah mendengar Dia berbicara kepada kita, 

atau bahwa kita akan diterima sebagai juru bicara orang lain 

untuk berhubungan dengan Allah, jika kita sendiri tidak pernah 

berbicara dengan-Nya dari hati kita sendiri? Amatilah di sini,  

Kitab Yesaya 6:5-8 

 131 

1. Pertimbangan Allah mengenai amanat Yesaya. Allah di sini 

digambarkan, seperti layaknya manusia, sedang menimbang-

nimbang dan bertanya kepada diri-Nya sendiri: Siapakah yang 

akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Allah 

tidak butuh dinasihati oleh orang lain atau bertanya kepada 

diri sendiri. Ia tahu apa yang akan dilakukan-Nya, tetapi demi-

kianlah Ia ingin menunjukkan kepada kita bahwa ada maksud 

dalam seluruh kehendak-Nya. Dan Ia ingin mengajar kita supa-

ya mempertimbangkan cara-cara kita, khususnya bahwa meng-

utus hamba-hamba Tuhan yaitu   pekerjaan yang hanya boleh 

dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang. Cermatilah,  

(1)  Siapa yang bertanya-tanya. Dia yaitu   Tuhan Allah dalam 

kemuliaan-Nya, yang dilihat Yesaya di atas takhta yang 

tinggi dan menjulang. Sebuah kehormatan bagi pelayanan 

bahwa, ketika Allah hendak mengutus seorang nabi untuk 

berbicara dalam nama-Nya, Ia menampakkan diri dalam 

segala kemuliaan dunia atas. Hamba-hamba Tuhan yaitu   

duta Raja segala raja. Betapapun hinanya mereka, Dia 

yang mengutus mereka yaitu   agung. Dia yaitu   Allah 

yang memiliki tiga Pribadi (Siapa yang mau pergi untuk 

Kita? [KJV], seperti dalam Kejadian 1:26, baiklah Kita 

menjadikan manusia), Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sama 

seperti Ketiganya sepakat dalam mencipta, demikian pula 

Ketiganya sepakat dalam menebus dan memerintah manu-

sia. Hamba-hamba Tuhan ditahbiskan dalam nama yang 

sama yang di dalamnya semua orang Kristen dibaptis.  

(2) Apa yang dipertanyakan: Siapakah yang akan Kuutus, dan 

siapakah yang mau pergi? Menurut sebagian orang, ini me-

rujuk pada pesan khusus itu, yaitu tentang murka ter-

hadap Israel (ay. 9-10). “Siapa yang mau pergi untuk mela-

kukan tugas yang memilukan seperti ini, yang dengannya 

mereka akan pergi dengan perasaan pahit dalam jiwa 

mereka?” (Yeh. 3:14). Tetapi saya lebih melihat hal ini men-

cakup sesuatu yang lebih luas, yaitu tentang semua pesan 

yang dipercayakan kepada sang nabi untuk disampaikan, 

dalam nama Allah, kepada bangsa itu, yang di dalamnya 

pekerjaan mengeraskan hati itu sama sekali bukan meru-

pakan niat utama, melainkan dampak sampingan dari pe-

san-pesan itu (2Kor. 2:16). Pertanyaan Siapakah yang akan 


 132

Kuutus? mengisyaratkan bahwa pekerjaan itu sedemikian 

rupa sehingga menuntut seorang utusan yang terpilih dan 

andal (Yer. 49:19). Allah sekarang menampakkan diri, dila-

yani oleh para malaikat kudus, namun bertanya, Siapakah 

yang akan Kuutus? Sebab Ia ingin mengutus kepada mere-

ka seorang nabi dari antara saudara mereka (Ibr. 2:17). 

Perhatikanlah  

[1] Suatu perkenanan Allah yang tak terucapkan bagi kita 

bahwa Ia senang memberitahukan pikiran-Nya kepada 

kita melalui manusia seperti kita sendiri, yang tidak 

akan membuat kita ketakutan, dan yang juga sama-

sama memiliki kepentingan dalam pesan-pesan yang 

mereka bawa itu. Mereka yang bekerja bersama-sama 

dengan Allah itu yaitu   orang-orang yang juga berdosa 

dan menderita seperti kita.  

[2] Sangatlah langka untuk menemukan seorang yang pan-

tas pergi bagi Allah, dan membawa pesan-pesan-Nya ke-

pada anak-anak manusia: Siapakah yang akan Kuutus? 

Siapa yang memadai? Dibutuhkan suatu keberanian 

tertentu untuk dapat bekerja dengan setia bagi Allah, 

selain juga kepedulian besar terhadap jiwa-jiwa manu-

sia untuk tetap setia. Juga, bersamaan dengan itu di-

perlukan pengertian yang mendalam akan rahasia-raha-

sia Kerajaan Sorga sedemikian rupa supaya orang ter-

sebut bisa terampil, dan orang semacam ini jarang di-

temukan. Seorang yang bisa menafsirkan pikiran Allah 

seperti itu hanyalah satu di antara seribu (Ayb. 33:23).  

[3] Tidak ada yang diperbolehkan pergi untuk Allah kecuali 

mereka yang diutus oleh-Nya. Ia tidak akan mengakui 

siapa pun selain orang-orang yang ditunjuk-Nya (Rm. 

10:15). Urusan Kristuslah untuk menugaskan orang ke 

dalam pelayanan (1Tim. 1:12).  

2.  Persetujuan Yesaya terhadap amanat yang diterimanya: Maka 

sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” Dia akan pergi melakukan 

tugas yang memilukan. Tugas itu tampaknya diminta dengan 

cara mengemis-ngemis, dan setiap orang menolaknya, namun 

Yesaya menawarkan diri untuk melakukannya. Suatu kehor-

matan jika kita menjadi satu-satunya yang tampil bagi Allah

Kitab Yesaya 6:9-13 

 133 

 (Hak. 5:7). Kita tidak boleh berkata, “Aku akan pergi kalau aku 

pikir aku dapat berhasil.” Sebaliknya, “Aku akan pergi, dan 

menyerahkan keberhasilan kepada Allah. Ini aku, utuslah 

aku.” Yesaya sendiri sebelumnya sedang bersedih hati (ay. 5), 

penuh keraguan dan ketakutan. Tetapi sekarang setelah ia 

mendapat jaminan pengampunan dosa, awan-awan mendung 

itu ditiup pergi, dan ia dijadikan pantas untuk melakukan pe-

kerjaan itu dan maju untuknya. Apa yang dikatakannya meng-

gambarkan,  

(1) Kesiapan hatinya: “Ini aku, dengan sukarela, tanpa terte-

kan untuk melaksanakan tugas pelayanan itu.” Lihatlah 

aku, demikian kata yang dipakai. Allah berkata kepada 

kita, Lihat Aku (65:1, KJV) dan ini Aku (58:9), bahkan sebe-

lum kita memanggil. Maka marilah kita berkata demikian 

kepada-Nya apabila Ia benar-benar memanggil.  

(2) Tekadnya, “Ini aku, siap menghadapi kesulitan-kesulitan 

terbesar. Aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung 

batu.” Bandingkan ini dengan pasal 50:4-7.  

(3) Ia menyerahkan dirinya kepada Allah: “Utus aku ke mana 

saja Engkau mau. Pakai aku seperti yang Engkau kehen-

daki. Utus aku, maksudnya, Tuhan, beri aku mandat dan 

perintah penuh. Utus aku, maka tidak ada lagi keraguan 

bahwa Engkau akan mendampingiku.” Sungguh suatu peng-

hiburan besar bagi orang-orang yang diutus Allah bahwa 

mereka pergi untuk Allah, dan karena itu dapat berbicara 

dalam nama-Nya, sebab mereka mendapat wewenang dan 

yakin bahwa Ia akan menopang mereka. 

Kebutaan secara Hartikel  m Diancam 

(6:9-13) 

9 Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: De-

ngarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sung-

guh, tetapi menanggap: jangan! 10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah 

telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya 

jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya 

dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.” 11 Kemu-

dian aku bertanya: “Sampai berapa lama, ya Tuhan?” Lalu jawab-Nya: “Sam-

pai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di 

rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. 12 

TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh 

negeri menjadi kosong. 13 Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari 


 134

mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya 

akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal 

berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang 

kudus!” 

Allah menanggapi betul-betul perkataan Yesaya, dan di sini meng-

utus dia untuk suatu tugas yang aneh, yaitu untuk menubuatkan 

kehancuran umat-Nya dan bahkan membuat mereka matang me-

nunggu kehancuran itu. Juga, untuk memberitakan apa yang, kare-

na sudah mereka salahgunakan, akan menjadi bagi mereka bau 

kematian yang mematikan. Ini akan menjadi bayangan dan gambar-

an dari keadaan jemaat Yahudi pada zaman Mesias, ketika mereka 

dengan keras hati akan menolak Injil, dan karena itu akan ditolak 

Allah. Ayat-ayat ini dikutip sebagian, atau dirujuk sebanyak enam 

kali, dalam Perjanjian Baru, yang menyiratkan bahwa pada zaman 

Injil penghakiman-penghakiman rohani ini akan paling sering ditim-

pakan. Meskipun penghakiman itu paling sedikit membuat keribut-

an, dan datang tanpa tanda-tanda lahiriah, namun dari semua 

penghakiman, penghakiman itulah yang paling mengerikan. Di sini 

Yesaya diberi pengertian untuk memahami keempat hal berikut ini:  

1.  Bahwa pada umumnya orang-orang yang kepada mereka ia diutus 

akan menutup telinga terhadap pemberitaannya, dan dengan 

sengaja menutup mata terhadap semua penyingkapan pikiran dan 

kehendak Allah yang harus ia sampaikan kepada mereka (ay. 9): 

“Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini, bangsa yang bodoh 

dan celaka ini, katakanlah kepada mereka sendiri, katakan ke-

pada mereka betapa bodoh dan dungunya mereka.” Yesaya harus 

memberitakan firman Allah kepada mereka, dan mereka memang 

akan mendengarnya, tetapi itu saja. Mereka tidak akan memper-

hatikannya. Mereka tidak akan mengerti dia. Mereka tidak akan 

bersusah-payah, atau memakai pikiran mereka yang perlu dipakai 

untuk memahami dia. Mereka sudah berprasangka terhadap apa 

yang menjadi maksud dan arti sebenarnya dari apa yang ia 

katakan, dan karena itu mereka tidak akan mengerti dia, atau 

berpura-pura tidak mengerti. Mereka melihat sungguh-sungguh 

(sebab penglihatan itu jelas dan terpapar di hadapan mereka, se-

hingga orang yang berlari pun dapat membacanya). Tetapi mereka 

tidak menanggap bahwa ada kepentingan mereka sendiri di da-

lamnya. Bagi mereka itu hanyalah cerita dongeng. Perhatikanlah, 

Kitab Yesaya 6:9-13 

 135 

ada banyak orang yang mendengar bunyi firman Allah, tetapi 

tidak merasakan kuasanya.  

2.  Bahwa, karena ternyata mereka tidak menjadi lebih baik oleh 

pelayanannya, maka mereka akan dibuat menjadi lebih buruk 

olehnya. Orang yang dengan sengaja membutakan diri harus di-

butakan secara hartikel  m (ay. 10 ): “Mereka tidak akan mengerti 

atau menanggap kamu, dan karena itu kamu akan ikut berperan 

dalam membuat hati mereka keras, mati rasa, dan penuh nafsu, 

dan dengan demikian membuat telinga mereka lebih berat men-

dengar, dan membuat mata mereka semakin melekat tertutup. 

Sehingga, pada akhirnya, pemulihan dan pertobatan mereka akan 

benar-benar mustahil. Mereka tidak akan lagi melihat dengan 

mata mereka bahaya yang mengancam mereka, ambang kehan-

curan yang menanti mereka, ataupun jalan keluar dari situ. 

Mereka tidak akan lagi mendengar dengan telinga mereka peri-

ngatan-peringatan dan perintah-perintah yang diberikan kepada 

mereka, atau mengerti dengan hati mereka perkara-perkara yang 

menyangkut damai sejahtera mereka, sehingga mereka berbalik 

dari kesalahan jalan-jalan mereka, dan dengan demikian menjadi 

sembuh.” Perhatikanlah,  

(1) Pertobatan orang-orang berdosa yaitu   penyembuhan bagi 

mereka.  

(2) Pemahaman yang benar yaitu   penting untuk pertobatan.  

(3) Adakalanya Allah, dalam penghakiman yang benar, menyerah-

kan orang pada kebutaan pikiran dan kesesatan, karena mereka 

tidak mau menerima kebenaran di dalam kasih terhadapnya 

(2Tes. 2:10-12). Barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar. 

(4) Bahkan firman Allah sering kali terbukti menjadi sarana un-

tuk mengeraskan hati para pendosa. Sang nabi penginjil ini 

sendiri membuat hati bangsa ini keras, bukan hanya sewaktu 

ia menubuatkannya, dengan menjatuhkan hartikel  man ini atas 

mereka dalam nama Allah, dan memeteraikan mereka di ba-

wah hartikel  man itu, melainkan juga karena pemberitaannya 

memiliki kecenderungan untuk itu. Pemberitaannya menggon-

cangkan sebagian orang yang terlelap dalam rasa aman (yang 

bagi mereka pemberitaan itu merupakan nyanyian yang in-

dah), dan membuat sebagian yang lain lebih sakit hati, yang 

bagi mereka pemberitaan itu merupakan suatu kecaman yang 

keterlaluan sampai mereka tidak bisa tahan mendengarnya. 


 136

Sebagian orang memandang firman Allah sebagai hak isti-

mewa, dan kebersalahan-kebersalahan mereka ditutup oleh-

nya (Yer. 7:4). Sebagian yang lain memandangnya sebagai hal 

yang memancing amarah, dan kebobrokan-kebobrokan diung-

kit sampai mereka digusarkan olehnya.  

3. Bahwa akibat dari hal ini yaitu   kehancuran mereka sepenuhnya 

(ay. 11-12). Sang nabi sama sekali tidak berkeberatan terhadap 

keadilan hartikel  man ini, tidak pula ia menolak pergi melakukan 

tugas seperti itu. Sebaliknya, ia bertanya, “Sampai berapa lama, 

ya Tuhan?” (pertanyaan yang muncul seketika): “Akankah selalu 

begitu? Haruskah aku dan nabi-nabi lain selalu bekerja dengan 

sia-sia di antara mereka, dan apakah segala sesuatunya tidak 

akan penah menjadi lebih baik?” Atau (seperti yang terlihat dari 

jawabannya) “Tuhan, akan jadi apa ini pada akhirnya? Apa yang 

akan menjadi kesudahannya?” Sebagai jawaban untuk ini, ia 

diberi tahu bahwa hal itu akan berakhir dengan kehancuran ter-

akhir dari jemaat dan bangsa Yahudi. “Apabila firman Allah, 

terutama firman Injil, sudah dilecehkan oleh mereka seperti itu, 

mereka akan dicabut sebagai jemaat, dan sebagai akibatnya akan 

binasa. Kota-kota mereka tidak akan berpenghuni, dan rumah-

rumah di pedesaan mereka juga demikian. Tanah mereka tidak 

akan diolah, ditinggalkan dan telantar (seperti dalam tafsiran yang 

agak luas), karena orang-orang yang seharusnya mengisi rumah-

rumah dan mengolah tanah semuanya terbunuh oleh pedang, 

kelaparan, atau wabah penyakit. Sementara mereka yang terluput 

dibawa pergi jauh ke dalam pembuangan, sehingga negeri itu 

akan ditinggalkan penduduknya secara besar-besaran. Negeri 

yang padat itu akan menjadi padang gurun, dan kemuliaan dari 

segala negeri itu akan ditinggalkan.” Perhatikanlah, penghakiman-

penghakiman rohani sering kali membawa serta penghakiman-

penghakiman jasmani atas orang-orang dan tempat-tempat. Hal 

ini secara sebagian digenapi dalam kehancuran Yerusalem oleh 

orang Kasdim, ketika tanah itu, karena ditinggalkan dan menjadi 

sunyi, menikmati hari-hari sabatnya selama tujuh puluh tahun. 

Akan tetapi, karena nubuat-nubuat sebelumnya dengan begitu 

jelas diterapkan dalam Perjanjian Baru kepada orang-orang Ya-

hudi pada masa Juruselamat kita, tidak diragukan lagi bahwa hal 

ini menunjuk pada kehancuran terakhir dari bangsa itu oleh 

bangsa Romawi, yang mendapat penggenapannya secara penuh. 

Kitab Yesaya 6:9-13 

 137 

Dan dampak-dampaknya yaitu   bahwa bangsa dan negeri itu 

tetap berada di bawah sampai hari ini.  

4.  Bahwa umat sisa akan disimpan sebagai tugu peringatan belas 

kasihan (ay. 13). Ada suatu sisa yang tersimpan dalam kehancur-

an terakhir bangsa Yahudi (Rm. 11:5, pada waktu ini ada tinggal 

suatu sisa). Karena demikianlah yang tertulis di sini: Tetapi di situ 

masih tinggal sepersepuluh dari mereka, sejumlah tertentu, tetapi 

jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan banyaknya orang 

yang akan binasa dalam ketidakpercayaan mereka. Umat sisa itu 

yaitu   apa yang, dalam hartikel  m Taurat, merupakan bagian Allah. 

Mereka akan dikuduskan bagi Allah seperti layaknya persepuluh-

an, dan akan diabdikan untuk melayani Dia dan kehormatan-Nya. 

Mengenai persepuluhan ini, yaitu umat sisa yang diselamatkan 

ini, kita diberi tahu di sini,  

(1) Bahwa mereka akan kembali (ay. 13; 10:21), akan kembali dari 

dosa dan berbalik kepada Allah dan kewajiban, akan kembali 

dari pembuangan ke negeri mereka sendiri. Allah akan mem-

balikkan mereka, dan mereka akan berbalik.  

(2) Bahwa mereka akan dimakan (KJV), maksudnya akan berke-

nan pada Allah seperti halnya persepuluhan, yang merupakan 

makanan di rumah Allah (Mal. 3:10). Penyelamatan umat sisa 

ini akan menjadi makanan bagi iman dan pengharapan orang-

orang yang mengharapkan kebaikan bagi Kerajaan Allah.  

(3) Bahwa mereka akan menjadi seperti pohon kayu di musim 

dingin, yang mempunyai hidup, meskipun tidak memiliki 

daun-daun: Seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang 

tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang, demikian pula 

umat sisa ini, meskipun kesejahteraan lahiriah mereka dilu-

cuti dan mereka turut merasakan malapetaka bersama orang 

lain, namun mereka akan pulih, seperti pohon di musim semi, 

dan bertumbuh kembali. Meskipun jatuh, mereka tidak akan 

sampai tergeletak. Karena bagi pohon masih ada harapan: 

apabila ditebang, ia bertunas kembali (Ayb. 14:7).  

(4) Bahwa umat sisa yang dibedakan ini akan menjadi penopang dan 

penyokong kepentingan-kepentingan umum. Tunas yang kudus di 

dalam jiwa yaitu   pokok dari manusia. Pedoman anugerah yang 

memerintah di dalam hati akan menjaga kehidupan di dalamnya. 

Orang yang lahir dari Allah mempunyai benih ilahi yang tetap ada 


 138

di dalam dia (1Yoh. 3:9). Jadi tunas yang kudus di dalam negeri 

yaitu   pokok dari negeri itu, menjaganya supaya tidak tercerai-

berai, dan mengokohkan tiang-tiangnya (Mzm. 75:4). Lihat pasal 

1:9. Sebagian orang menggabungkan kalimat sebelumnya dengan 

kalimat di sini, sehingga berbunyi: Sebagaimana yang menopang 

Syalekhet yaitu   pohon beringin dan pohon jawi-jawi, demikian 

pula tunas yang kudus yaitu   pokok dari Syalekhet. Seperti 

pohon-pohon yang tumbuh di kedua sisi jalan lintas (jalan yang 

ditinggikan, atau jalan yang bertingkat-tingkat, dari istana raja 

menuju Bait Suci [1Raj. 10:5], di pintu gerbang Syalekhet [1Taw. 

26:16]) menyokong jalan lintas itu dengan meninggikan tanah, 

yang jika tidak demikian akan runtuh, demikian pula sedikit sisa 

umat yang beriman, yang sungguh-sungguh dan berdoa yaitu   

penopang negara, dan membantu menjaga segala sesuatunya 

tetap utuh, dan menyelamatkannya dari pembusukan. Sebagian 

orang memandang bahwa tunas yang kudus ini yaitu   Kristus. 

Oleh karena itulah bangsa Yahudi diselamatkan dari kehancuran 

sepenuhnya, sebab bangsa itu akan menurunkan Mesias dalam 

keadaan-Nya sebagai manusia (Rm. 9:5). Janganlah musnahkan 

itu, sebab di dalamnya masih ada berkat (65:8). Dan ketika berkat 

itu datang, bangsa itu pun segera dihancurkan. Nah, permenung-

an akan hal ini dimaksudkan untuk mendartikel  ng sang nabi dalam 

pekerjaannya. Meskipun untuk sebagian besar orang akan binasa 

dalam ketidakpercayaan mereka, namun bagi sebagian kecil yang 

lain perkataannya akan menjadi bau hidup yang menghidupkan. 

Hamba-hamba Tuhan tidak sepenuhnya bekerja dengan sia-sia 

sekalipun mereka hanya berperan dalam menyelamatkan satu 

saja jiwa yang malang. 

 

 

PASAL  7  

asal ini yaitu   sebuah khotbah khusus untuk peristiwa tertentu, 

yang di dalamnya sang nabi menyanyikan baik kasih karunia 

maupun penghakiman bagi orang-orang yang tidak juga mau sadar 

atau mengerti. Dia meniup seruling bagi mereka, tetapi mereka tidak 

mau menari. Dia meratapi mereka, tetapi mereka tidak menangis. 

Inilah, 

I. Ketakutan besar yang dirasakan Ahas karena ada usaha ser-

buan dari gabungan pasukan Aram dan Israel terhadap Yeru-

salem (ay. 1-2). 

II. Kepastian yang Allah kirimkan kepadanya melalui nabi untuk 

membangkitkan semangatnya, bahwa usaha tersebut akan di-

kalahkan dan Yerusalem akan dipelihara (ay. 3-9). 

III. Penegasan mengenai hal ini melalui sebuah pertanda yang 

Allah berikan kepada Ahas, ketika dia tidak mau meminta-

nya. Pertanda ini menunjuk kepada Kristus, dan penebusan 

kita oleh-Nya (ay. 10-16). 

IV. Sebuah ancaman tentang kehancuran besar yang akan Allah 

timpakan kepada Ahas dan kerajaannya melalui orang-orang 

Asyur, walaupun mereka luput dari terpaan badai saat ini, 

karena mereka tetap meneruskan kejahatan mereka (ay. 17-

25). Dan ini dituliskan untuk menghibur sekaligus untuk 

memperingatkan kita. 


 140

Kesusahan Ahas; Penghiburan yang  

Diberikan kepada Ahas 

(7:1-9)  

1 Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja 

Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk 

berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya. 2 

Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: “Aram telah berkemah di 

wilayah Efraim,” maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan 

seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin. 3 Berfirmanlah TUHAN 

kepada Yesaya: “Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear 

Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada 

Padang Tukang Penatu, 4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu 

dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena 

kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin 

dengan Aram dan anak Remalya. 5 Oleh karena Aram dan Efraim dengan 

anak Remalya telah merancang yang jahat atasmu, dengan berkata: 6 Marilah 

kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, 

kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya, 7 maka 

beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan 

terjadi, 8 sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala 

Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi 

bangsa lagi. 9 Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah 

kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” 

Penugasan Nabi Yesaya diperbarui pada tahun raja Uzia meninggal 

(6:1). Yotam, anaknya, memerintah, dan memerintah dengan baik, 

selama enam belas tahun. Selama masa itu, sudah pasti, Yesaya ber-

nubuat sesuai dengan yang diperintahkan kepadanya, tetapi kita 

tidak mendapati satu pun nubuatnya dalam kitab ini yang dibubuhi 

tanggal dari masa pemerintahan Yotam. Namun nubuat ini, yang 

ditulis pertama, yaitu   pada zaman Ahas, anak Yotam. Banyak 

khotbah yang sangat baik dan berguna yang dia khotbahkan yang 

tidak disebarluaskan dan dicatat. Karena jika semua yang mengesan-

kan ditulis, maka dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang 

harus ditulis itu (Yoh. 21:25). Mungkin pada masa pemerintahan 

Ahas, seorang raja yang jahat, dia tidak memiliki kesempatan untuk 

berkhotbah di istana sebanyak pada zaman Yotam, dan oleh karena 

itu dia menulis lebih banyak pada masa Ahas, untuk memberi 

kesaksian melawan mereka. Inilah, 

I. Sebuah rancangan yang sangat hebat dibuat melawan Yerusalem 

oleh Rezin raja Aram dan Pekah raja Israel, dua raja yang ber-

tetangga, yang belum lama sebelumnya sudah pernah membuat 

serangan-serangan terhadap Yehuda secara terpisah. Pada akhir 

pemerintahan Yotam, TUHAN menyuruh Rezin dan Pekah menye-

Kitab Yesaya 7:1-9 

 141 

rang Yehuda (2Raj. 15:37). Tetapi sekarang, pada tahun kedua 

atau ketiga masa pemerintahan Ahas, didorong oleh keberhasilan-

keberhasilan mereka yang sebelumnya, mereka mengadakan 

suatu persekongkolan melawan Yehuda. Karena Ahas, walaupun 

mendapati ada pedang yang mengancam kepalanya, memulai 

pemerintahannya dengan penyembahan berhala, maka Allah 

menyerahkannya ke dalam tangan raja orang Aram dan raja Israel 

(2Taw.28:5), dan seorang pembantai besar yang mereka bangkit-

kan di kerajaannya (ay. 6-7). Bersemangat karena kemenangan 

ini, mereka naik menuju Yerusalem, kota kerajaan, untuk ber-

perang melawannya, untuk menyerbu kota itu, dan menjadikan 

diri mereka penguasanya. Namun ternyata hasilnya yaitu   mere-

ka tidak dapat mencapai tujuan mereka. Perhatikanlah, dosa sua-

tu negeri mendatangkan serbuan-serbuan bangsa asing ke negeri 

itu dan menyingkapkan tempat-tempat dan jalan-jalan yang 

paling menguntungkan kepada musuh. Dan kadang kala Allah 

membuat satu bangsa yang jahat menjadi sebuah alat hartikel  man 

bagi yang lain. Namun penghakiman, biasanya, dimulai di rumah 

Allah. 

II. Kesusahan besar yang dialami Ahas dan istananya ketika mereka 

menerima nasihat tentang rencana ini: Diberitahukanlah kepada 

keluarga Daud bahwa Aram dan Efraim telah sepakat bersekutu 

melawan Yehuda (ay. 2). Keluarga kerajaan yang mengalami 

kemerosotan akhlak ini disebut keluarga Daud, untuk meng-

ingatkan kita tentang pokok perjanjian Allah dengan Daud  (Mzm. 

89:31-34): Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku maka Aku 

akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, tetapi kasih 

setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya, yang digenapi 

dengan luar biasa dalam pasal ini. Berita yang disampaikan bah-

wa Aram dan Israel bergabung, dan telah merebut padang, istana, 

kota, dan negeri, menimbulkan ketakutan besar. Hati Ahas geme-

tar ketakutan, dan kemudian tidaklah mengherankan bahwa hati 

rakyatnya demikian pula, seperti pohon-pohon hutan bergoyang 

ditiup angin. Mereka terguncang dan gemetar, dan dibuat sangat 

kacau dan bingung, ragu-ragu dan tidak yakin dalam diri mereka, 

pontang-panting ke sana kemari, dan tidak dapat menenangkan 

diri. Mereka menyerah kepada badai, dan membiarkan segalanya 

hilang, karena menganggap sia-sia saja untuk melawan. Nah, hal 


 142

yang menyebabkan ketakutan ini yaitu   perasaan bersalah dan 

kelemahan iman mereka. Mereka telah menjadikan Allah sebagai 

seteru mereka, dan tidak tahu cara menjadikan-Nya sebagai 

kawan mereka, dan oleh karena itu ketakutan menguasai mereka. 

Sebaliknya, orang-orang yang hati nuraninya tetap bersih tanpa 

pelanggaran, dan yang hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada 

TUHAN, tidak perlu takut kepada kabar celaka. Sekalipun bumi 

berubah, mereka tidak akan takut. Tetapi orang-orang jahat akan 

lari karena bunyi daun yang ditiupkan angin (Im. 26:36). 

III. Perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada 

Yesaya supaya pergi dan membesarkan hati Ahas yang sedang 

mengalami kesusahan. Ini bukanlah untuk kepentingan Ahas 

sendiri (dia tidak pantas mendengar apa pun dari Allah kecuali 

kata-kata kengerian, yang dapat menambahkan penderitaan pada 

kesedihannya), melainkan karena dia yaitu   seorang keturunan 

Daud dan raja Yehuda. Allah baik kepadanya demi bapa leluhur-

nya, yang tidak boleh dilupakan, dan demi rakyatnya, yang tidak 

boleh ditinggalkan, tetapi akan bangkit semangatnya jika Ahas 

pun demikian. Perhatikanlah, 

1. Allah menugaskan sang nabi untuk menemui Ahas, walaupun 

Ahas tidak  menyuruh orang untuk memanggil nabi supaya ber-

bicara dengan dia, ataupun ingin supaya nabi bertanya kepada 

Tuhan bagi dia (ay. 3). Baiklah engkau keluar menemui Ahas. 

Perhatikanlah, Allah sering ditemukan oleh orang-orang yang 

tidak mencari Dia, jadi terlebih lagi Ia akan ditemukan oleh 

orang-orang yang mencari Dia dengan tekun. Dia memberikan 

penghiburan kepada banyak orang yang bukan hanya tidak 

pantas mendapatkannya, melainkan juga tidak memintanya. 

2. Allah menyuruh dia supaya membawa anaknya yang kecil, ka-

rena anaknya itu membawa sebuah khotbah di dalam nama-

nya, Syear Yasyub – Orang-orang yang tersisa akan kembali. 

Terkadang nabi-nabi merekam hal yang mereka khotbahkan di 

dalam nama-nama anak-anak mereka yang mengandung arti 

(seperti dalam Hos. 1:4, 6, 9). Itulah sebabnya dikatakan bah-

wa anak-anak Yesaya yaitu   untuk menjadi tanda (8:18). 

Anak ini diberi nama demikian untuk membangkitkan sema-

ngat orang-orang dari umat Allah yang ditawan, dengan meya-

kinkan mereka bahwa mereka akan kembali, setidaknya suatu 

Kitab Yesaya 7:1-9 

 143 

jumlah sisa dari mereka, yang lebih banyak daripada yang 

dapat mereka anggap layak untuk diperoleh. Namun kali ini 

Allah melakukan lebih baik dari yang dijanjikan-Nya. Sebab, 

Dia memelihara bukan hanya supaya orang-orang yang tersisa 

akan kembali, melainkan juga semua orang yang ditawan oleh 

pasukan sekutu Aram dan Israel (2Taw. 28:15).  

3. Allah menunjukkan kepadanya di mana dia akan menemukan 

Ahas. Dia akan menemukannya bukan di dalam bait Allah, 

atau rumah ibadah, atau ruang sembahyang kerajaan, melain-

kan di ujung saluran kolam atas, tempat dia, mungkin dengan 

banyak pelayannya di sekitarnya, merencanakan cara meng-

atur pekerjaan penanganan air, untuk mengamankannya bagi 

kota, atau menghalangi musuh mendapatkan manfaatnya 

(22:9-11; 2Taw. 32:3-4), atau memberikan beberapa petunjuk 

yang diperlukan untuk memperkuat pertahanan kota sebaik 

mungkin menurut kemampuan mereka. Dan mungkin karena 

mendapati segala sesuatu dalam keadaan buruk atau tidak 

memiliki pertahanan yang baik, saluran harus diperbaiki serta 

hal-hal lainnya sudah lapuk, ketakutannya meningkat, dan 

kebingungannya kini bertambah dahsyat lebih daripada sebe-

lumnya. Oleh karena itu, Baiklah engkau keluar menemui 

Ahas. Perhatikanlah, adakalanya Allah mengirimkan penghi-

buran bagi umatnya pada waktu yang sangat tepat, dan pada 

saat mereka sudah dalam puncak ketakutan, Dia mendorong 

mereka untuk percaya kepada-Nya. 

4. Allah menaruh kata-kata di mulutnya. Jika tidak demikian, 

sang nabi tidak akan tahu bagaimana membawakan kabar 

baik kepada seseorang yang sedemikian jahat, seorang pen-

dosa di Sion, yang sangat ditakuti. Tetapi Allah memaksud-

kannya sebagai dartikel  ngan bagi orang-orang Israel yang setia. 

(1) Sang nabi harus mengusir ketakutan mereka, dan menasi-

hati mereka supaya sama sekali tidak menyerah kepada 

ketakutan itu, melainkan mengendalikan diri mereka, dan 

memelihara nyawa mereka sendiri (ay. 4): Teguhkanlah 

hatimu (KJV: Perhatikanlah) dan tinggallah tenang. Perhati-

kanlah, untuk menghibur dibutuhkan peringatan. Supaya 

kita dapat tenang, kita perlu memperhatikan dan berjaga-

jaga terhadap hal-hal yang mengancam sehingga membuat 

kita gelisah. “Janganlah takut dengan hal yang luar biasa 


 144

ini, dengan ketakutan ini, yang melemahkan, dan menyik-

sa. Janganlah juga hatimu menjadi lemah, sehingga han-

cur dan tidak berdaya di dalam dirimu. Tetapi bangkitkan-

lah semangatmu, bergembiralah atas hal itu, dan jadilah 

berani. Jangan biarkan ketakutan mengacaukan pertolong-

an yang ditawarkan akal sehat dan iman untuk mendu-

kungmu.” Perhatikanlah, orang-orang yang mengharapkan 

Allah supaya menolong mereka harus menolong diri 

mereka sendiri (Mzm.  27:14). 

(2) Sang nabi harus mengajar mereka untuk menganggap ren-

dah musuh-musuh mereka, bukan dalam kesombongan, 

atau percaya diri, atau kurang pertimbangan (tidak ada 

yang lebih berbahaya daripada menganggap rendah musuh 

dengan cara demikian), melainkan dengan iman dan keter-

gantungan kepada Allah. Dengan ketakutan Ahas menye-

but mereka dua raja cerdik yang sangat kuat, karena dia 

bukanlah lawan yang setara bagi salah seorang dari mere-

ka, sehingga apalagi jika mereka bersatu, dia tidak berani 

memandang langsung ke wajah mereka, ataupun bangkit 

melawan mereka. “Tidak,” kata nabi, “mereka yaitu   dua 

puntung kayu api yang berasap. Mereka marah, mereka 

ganas, mereka sangat geram, seperti kayu-kayu api, seperti 

bola-bola api, dan mereka membuat satu sama lain sema-

kin hebat dengan bersekutu, seperti batang-batang api 

yang disatukan supaya membakar lebih ganas. Tetapi me-

reka hanyalah kayu-kayu api yang berasap. Dan, di mana 

ada asap di situ ada api, tetapi bisa saja tidak sehebat yang 

ditakutkan. Ancaman-ancaman mereka akan menghilang 

bersama asap. Firaun raja Mesir hanyalah tukang ribut 

(Yer. 46:17), dan Rezin raja Aram hanyalah asap. Dan 

seperti itulah semua musuh jemaat Allah, sumbu yang 

pudar nyalanya, yang akan segera dipadamkan. Bukan 

hanya itu saja, mereka yaitu   puntung kayu api yang ber-

asap, yang berarti sudah terbakar habis. Kekuatan mereka 

sudah terpakai habis. Mereka telah membakar habis diri 

mereka sendiri dengan panasnya kemarahan mereka sen-

diri. Engkau dapat meletakkan kakimu di atas mereka dan 

menginjak mereka.” Kedua kerajaan, Aram dan Israel, saat 

itu sudah hampir berakhir. Perhatikanlah, semakin kita 

Kitab Yesaya 7:1-9 

 145 

memandang Allah sebagai sebuah api yang membakar 

sampai habis, semakin sedikit alasan bagi kita untuk takut 

kepada manusia, sehebat apa pun kegeraman mereka. Bu-

kan hanya itu saja, kita akan mampu memandang rendah 

mereka sebagai kayu-kayu api yang berasap. 

(3) Sang nabi harus meyakinkan mereka bahwa rencana se-

kutu-sekutu besar itu (demikianlah mereka menganggap 

diri mereka sendiri) melawan Yerusalem ini sudah pasti 

akan digagalkan dan menjadi sia-sia (ay. 5-7). 

[1] Hal yang Ahas anggap paling hebat justru menjadi alas-

an kekalahan mereka, yaitu dalamnya rencana-rencana 

mereka dan tingginya harapan-harapan mereka: “Oleh 

karena itu mereka akan dibuat bingung dan mundur 

dengan rasa malu, karena mereka telah merancang 

yang jahat atasmu, yang merupakan pelanggaran bagi 

Allah. Kayu-kayu api ini seperti asap yang naik ke da-

lam hidung-Nya (65:5), dan oleh karena itu harus dipa-

damkan.” Pertama, mereka sangat pendengki dan jahat, 

dan, oleh karenanya mereka tidak akan berhasil. 

Yehuda tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap 

mereka. Mereka tidak memiliki dalih untuk berseteru 

dengan Ahas, tetapi, tanpa alasan apa pun, mereka ber-

kata, Marilah kita maju menyerang Yehuda dan mena-

kut-nakutinya. Perhatikanlah, orang-orang yang meng-

ganggu, jangan berharap akan berhasil, orang-orang 

yang senang berbuat jahat, jangan berharap akan maju. 

Kedua, mereka sangat percaya diri, dan yakin akan ber-

hasil. Mereka akan mengganggu Yehuda dengan menye-

rangnya. Namun bukan hanya itu saja. Mereka tidak 

ragu-ragu untuk membuat lubang lebar pada tembok 

Yerusalem supaya tentara mereka dapat berbaris ma-

suk melewatinya. Atau mereka mengharapkan akan 

membelah atau membagi kerajaan itu menjadi dua 

bagian, satu untuk raja Israel, yang lainnya untuk raja 

Aram, yang telah sepakat mengenai seorang raja muda – 

seorang raja yang akan diangkat di tengah-tengahnya, 

yaitu anak Tabeel, seseorang yang tidak dikenal, tidak 

pasti dia seorang Aram atau Israel. Begitu yakinnya 

akan mencapai tujuan, sehingga mereka membagi-bagi 


 146

mangsa sebelum menangkapnya. Perhatikanlah, orang 

yang paling suka mencemooh biasanya yaitu   yang 

paling kurang berhasil, karena Allah pasti mencemooh 

orang yang suka mencemooh. 

[2] Allah sendiri memberikan janji-Nya kepada Ahas bahwa 

usaha tersebut tidak akan berhasil (ay. 7): Beginilah 

firman Tuhan ALLAH, Tuhan yang berkuasa atas segala 

sesuatu, yang menggagalkan rencana bangsa-bangsa 

(Mzm. 33:10), Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan 

terjadi. Langkah-langkah mereka akan digagalkan, dan 

mereka tidak akan dapat berhasil dengan usaha mere-

ka.” Perhatikanlah, apa pun yang menentang Allah, atau 

mengira dapat bertahan tanpa Dia, tidak dapat bertahan 

lama. Manusia berencana, tetapi Allah yang menentu-

kan. Dan siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukan-

kah Tuhan yang memerintahkannya? (Rat. 3:37). Perhati-

kanlah Amsal 19:21. 

(4) Dia harus menyampaikan kepada mereka harapan akan 

hancurnya musuh-musuh ini pada akhirnya, walaupun 

saat itu sangat mengerikan bagi mereka. 

[1] Mereka tidak akan memperluas kekuasaan mereka, atau 

memaksakan penaklukan lebih jauh: Damsyik ialah ibu 

kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam hal 

inilah mereka bermegah, dan biarlah mereka puas de-

ngannya (ay. 8). Sudah lama Samaria ialah ibu kota 

Efraim, dan kepala Samaria sekarang yaitu   Pekah, 

anak Remalya. Ini supaya mereka mengetahui milik me-

reka, batas-batas mereka sudah ditetapkan, dan mereka 

tidak akan melanggar batas-batas itu, untuk menjadi-

kan diri mereka penguasa kota-kota Yehuda, apalagi 

menjadikan Yerusalem sebagai mangsa mereka. Ingat-

lah, seperti halnya Allah telah menetapkan bagi manu-

sia batas-batas kediaman mereka (Kis. 17:26), demikian 

pula Dia menetapkan bagi para raja batas-batas kekua-

saan mereka, dan mereka harus menahan diri agar te-

tap di dalamnya, dan tidak melanggar hak-hak tetangga 

mereka. 

Kitab Yesaya 7:1-9 

 147 

[2] Efraim, yang mungkin yaitu   musuh yang lebih jahat 

dan lancang di antara keduanya, tidak lama lagi akan 

benar-benar disapu bersih, dan sama sekali tidak dapat 

merampas tanah orang lain, bahkan untuk memper-

tahankan tanah mereka sendiri saja tidak mampu. Para 

penafsir sangat  bingung bagaimana menghitung kurun 

waktu enam puluh lima tahun di mana Efraim akan 

pecah, tidak menjadi bangsa lagi, karena penawanan 

sepuluh sartikel   terjadi hanya sebelas tahun sesudah ini. 

Dan sebagian orang menyimpulkan bahwa itu yaitu   

kesalahan pencatat kitab ini, dan berpendapat bahwa 

seharusnya yang benar yaitu   dalam enam dan lima 

tahun, hanya sebelas tahun. Tetapi ini sulit diterima. 

Yang lain beranggapan bahwa yang dimaksudkan ada-

lah enam puluh lima tahun dari waktu ketika Nabi 

Amos pertama kali menubuatkan kehancuran kerajaan 

sepuluh sartikel  . Dan beberapa penafsir baru-baru ini 

menyimpulkannya sebagai memandang jauh ke depan 

ke saat kehancuran terakhir negeri itu oleh karena 

Esarhadon, yang terjadi sekitar enam puluh lima tahun 

setelah ini. Kemudian Efraim begitu hancur sehingga 

tidak ada lagi suatu bangsa. Nah, sungguh suatu kebo-

dohan terbesar di dunia bagi barangsiapa yang meng-

hancurkan tetangga mereka padahal mereka sendiri 

menjadi sasaran kehancuran, dan sudah begitu dekat 

dengan kehancuran itu. Lihatlah apa yang diberitahu-

kan oleh seorang nabi kepada mereka pada saat itu, 

ketika mereka menang atas Yehuda (2Taw. 28:10). 

Tidak adakah pada kamu sendiri kesalahan yang besar 

terhadap TUHAN, Allahmu? 

(5) Dia harus mendesak Ahas dan rakyatnya untuk memadu-

kan iman dengan jaminan-jaminan yang dia sampaikan 

kepada mereka (ay. 9):  “Jika kamu tidak percaya pada per-

kataan yang disampaikan kepadamu, sungguh, kamu tidak 

teguh jaya. Keadaanmu yang goyah dan kacau tidak akan 

berdiri teguh, jiwamu yang tidak tenang dan gelisah juga 

tidak. Walaupun hal-hal yang diberitahukan kepadamu 

sangat menguatkan, namun semua itu tidak akan mem-

bangkitkan semangatmu, kecuali kamu mempercayainya, 


 148

dan mau mempercayai firman Allah.” Perhatikanlah, anu-

gerah iman sungguh-sungguh diperlukan untuk mene-

nangkan dan menenteramkan pikiran di tengah segala gun-

cangan pada masa kini (2Taw. 20:20). 

Janji tentang Imanuel 

(7:10-16) 

10 TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya: 11 “Mintalah 

suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang 

mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” 12 

Tetapi Ahas menjawab: “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai 

TUHAN.” 13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga 

Daud! Belum cartikel  pkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan 

Allahku juga? 14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepada-

mu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung 

dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia 

Imanuel. 15 Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang 

jahat dan memilih yang baik, 16 sebab sebelum anak itu tahu menolak yang 

jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti 

akan ditinggalkan kosong. 

Di sini, 

I. Allah, melalui sang nabi, memberikan tawaran yang murah hati 

kepada Ahas, untuk meneguhkan nubuat-nubuat terdahulu, dan 

menguatkan imannya dalam hal-hal tersebut, dengan pertanda 

atau mujizat seperti yang dia pilih (ay. 10-11): Mintalah suatu 

pertanda dari TUHAN, Allahmu. Lihatlah kesetiaan dan kebenaran 

dari Allah di sini. Allah memberitahukan kepada kita tidak lain 

daripada apa yang Dia mampu dan siap buktikan. Lihatlah 

perendahan diri-Nya yang sangat menakjubkan kepada anak-

anak manusia, yang dengannya Ia mau meyakinkan mereka yang 

berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya (Ibr. 6:17). 

Dia mempertimbangkan apa kita ini, dan bahwa, karena hidup di 

dalam dunia indra, kita cenderung membutuhkan bukti-bukti 

yang dapat dipahami melalui indra, yang oleh karenanya Dia telah 

menganugerahi kita dengan tanda-tanda dan meterai-meterai 

sakramen. Ahas yaitu   orang yang jahat, tetapi Allah disebut 

sebagai Tuhan Allahnya, karena dia yaitu   keturunan dari 

Abraham dan Daud, dan bagian di dalam kovenan-kovenan yang 

dibuat dengan mereka. Lihatlah betapa Allah murah hati bahkan 

kepada orang-orang yang jahat dan tidak bersyartikel  r. Ahas disu-

Kitab Yesaya 7:10-16 

 149 

ruh memilih pertandanya, sama seperti Gideon dengan bulu dom-

ba (Hak. 6:37). Biarlah dia meminta suatu pertanda di udara, atau 

di bumi, atau di dalam air, karena kuasa Allah sama dalam segala 

hal. 

II. Ahas menolak tawaran yang murah hati ini dengan kasar, dan 

(yang tidak sopan jika disampaikan kepada siapa pun yang lebih 

tinggi) mengeluhkan kebaikan hati tersebut, dan meremehkannya 

(ay. 12): Aku tidak mau meminta. Alasan yang sebenarnya bahwa 

dia tidak mau meminta pertanda yaitu   karena dia selama ini 

bergantung pada bantuan bangsa Asyur, pada kekuatan mereka, 

dan pada ilah-ilah mereka, sehingga dia tidak mau berutang ke-

pada Allah Israel, atau membuat dirinya harus bertanggung jawab 

kepada Dia. Ahas tidak mau meminta pertanda untuk meneguh-

kan imannya karena dia sudah menetapkan hati untuk bertahan 

dalam ketidakpercayaannya, dan ingin terus ada dalam keraguan-

keraguan dan ketidakpercayaannya. Walaupun begitu, dia ber-

pura-pura memiliki alasan yang saleh: Aku tidak mau mencobai 

TUHAN, seolah-olah melakukan apa yang Allah sendiri minta dan 

arahkan untuk dia lakukan sama saja dengan mencobai Allah. 

Perhatikanlah, tindakan ketidaksetiaan yang tersembunyi terha-

dap Allah sering kali ditutupi dengan topeng penghormatan ke-

pada-Nya yang tampaknya bagus. Dan orang-orang yang sudah 

menetapkan hati untuk tidak percaya kepada Allah, biasanya ber-

pura-pura tidak mau mencobai Dia. 

III. Sang nabi menegur dia dan istananya, dia dan keturunan Daud, 

seluruh keluarga kerajaan, karena mereka menghina nubuat, dan 

sama sekali tidak menghargai wahyu ilahi (ay. 13) “Belum cartikel  p-

kah kamu melelahkan orang dengan penindasan dan kelaliman 

yang engkau lakukan, yang dengannya kamu memberatkan dan 

memuakkan seluruh umat manusia, sehingga kamu melelahkan 

Allahku juga dengan penghinaan yang engkau lontarkan kepada-

Nya?” Seperti hakim yang tidak adil yang tidak takut akan Allah 

dan tidak menghormati seorang pun (Luk. 18:2). Kamu menyusahi 

TUHAN dengan perkataanmu (Mal. 2:17). Tidak ada yang lebih 

menyedihkan Allah di sorga daripada tindakan tidak memperca-

yai-Nya. “Masakan kamu melelahkan Allahku? Masakan kamu me-

ngira Dia lelah dan tidak mampu menolongmu, atau lelah melaku-


 150

kan kebaikan untukmu? Meskipun orang-orang muda menjadi lelah 

dan lesu, meskipun kamu dapat melelahkan semua sesamamu, 

namun Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung 

tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu (40:28-31). Atau ini: 

“Dengan menghina nabi-nabi, kamu mengira bahwa kamu hanya 

meremehkan manusia yang sama dengan dirimu sendiri, dan 

tidak mempertimbangkan bahwa kamu menghina Allah sendiri, 

yang pembawa-pembawa berita-Nya yaitu   mereka itu, dan mere-

mehkan Dia, yang akan marah karenanya.” Di sini sang nabi me-

manggil Allah sebagai Allahnya dengan sangat senang. Ahas tidak 

akan mau mengatakan bahwa, “Dia yaitu   Allahku,” walaupun 

sang nabi telah mengajak dia mengatakan demikian (ay. 11): 

TUHAN, Allahmu. Namun Yesaya mau mengatakan, “Dia yaitu   

Allahku.” Perhatikanlah, apa pun yang dilakukan oleh orang lain, 

kita harus tetap mengakui Tuhan sebagai Tuhan kita dan tunduk 

kepada-Nya. 

IV. Sang nabi, atas nama Allah, memberi mereka suatu pertanda: 

“Kamu tidak mau meminta suatu pertanda, tetapi ketidakpercaya-

an manusia tidak akan membatalkan janji Allah: Tuhan sendirilah 

yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda (ay. 14), suatu 

pertanda ganda.” 

1. “Sebuah pertanda umum mengenai perkenan-Nya bagi Israel 

dan keluarga Daud. Kamu boleh menyimpulkan bahwa Dia 

menyediakan rahmat bagimu, dan bahwa kamu tidak ditinggal-

kan oleh Allah-mu, biar sebesar apa pun kesusahan dan bahaya 

yang kamu hadapi. Karena, dari bangsamu, dari keturunanmu, 

Mesias akan dilahirkan, dan kamu tidak dapat dihancurkan 

sementara berkat itu ada padamu, yang akan diperkenalkan,” 

(1) “Dengan penuh kemuliaan. Karena, mengingat kamu su-

dah sering diberitahukan bahwa Dia akan dilahirkan di 

antara kamu, sekarang aku memberi tahu kamu lebih jauh 

bahwa Dia akan dilahirkan oleh seorang perawan, yang 

akan menandakan baik kuasa ilahi maupun kesucian ilahi 

yang dengannya Dia dibawa ke dalam dunia ini. Itu juga 

menandakan bahwa Dia yaitu   pribadi yang luar biasa, 

karena Dia tidak akan dilahirkan oleh generasi yang biasa. 

Dan bahwa Dia kudus, tidak dinodai oleh kecemaran 

Kitab Yesaya 7:10-16 

 151 

kodrat alami manusia, sehingga tak terbantahkan lagi Dia 

sungguh layak untuk memiliki mahkota Daud bapa-Nya 

yang diberikan kepada-Nya.” Nah, walaupun baru akan di-

genapi lebih dari 500 tahun kemudian, ini yaitu   pertanda 

yang paling menguatkan bagi keluarga Daud (dan kepada 

mereka, yang memiliki sebutan itu, yang menerima nubuat 

ini [ay. 13]) dan sebuah jaminan bahwa Allah tidak akan 

membuang mereka. Efraim memang benar-benar iri kepada 

Yehuda (11:13) dan mengusahakan kehancuran kerajaan 

itu, tetapi tidak dapat berhasil, karena tongkat kerajaan 

tidak akan pernah beranjak dari Yehuda sampai kedatang-

an Silo (Kej. 49:10). Orang-orang yang dirancang Allah 

untuk keselamatan besar bisa menerima pertanda itu bagi 

mereka sebagai tanda bahwa mereka tidak akan ditelan 

oleh kesusahan apa pun yang mereka temui.  

(2) Mesias akan diperkenalkan dengan sebuah pesan yang 

mulia, yang dibungkus dalam nama-Nya yang mulia: Mere-

ka akan menamakan Dia Imanuel – Allah menyertai kita, 

Allah di dalam kodrat kita, Allah yang berdamai dengan 

kita, dalam perjanjian dengan kita. Ini digenapi ketika 

mereka menyebut Dia Yesus – Seorang Juruselamat (Mat. 

1:21-25), karena jika Dia bukan Imanuel – Allah menyertai 

kita, maka Dia tidak bisa menjadi Yesus – Seorang Jurusela-

mat. Nah, ini yaitu   sebuah pertanda lebih jauh tentang 

perkenan Allah bagi keturunan Daud dan sartikel   Yehuda. 

Sebab, Dia yang bermaksud mengerjakan keselamatan besar 

ini di antara mereka sudah pasti akan mengerjakan bagi 

mereka segala keselamatan lain yang merupakan lambang 

dan gambarannya, dan yang mendahuluinya. “Inilah sebuah 

pertanda untukmu, bukan di tempat yang dalam ataupun 

di tempat yang tinggi, melainkan dalam nubuat, dalam 

janji, dalam kovenan yang dibuat dengan Daud, yang tidak 

asing bagimu. Tunas yang dijanjikan akan menjadi Ima-

nuel, Allah menyertai kita. Biarlah kata itu menghiburmu 

(8:10), bahwa Allah menyertai kita, dan (ay. 8) bahwa ne-

gerimu yaitu   negeri Imanuel.” Janganlah hati keluarga 

Daud gemetar ketakutan karena hal itu (ay. 2), dan jangan-

lah juga Yehuda takut karena pengangkatan anak Tabeel 

(ay. 6), karena tidak ada yang dapat memotong garis ketu-


 152

runan Anak Daud yang akan menjadi Imanuel. Perhatikan-

lah, penghiburan-penghiburan yang terbesar pada masa 

kesusahan yaitu   yang diperoleh dari Kristus, yaitu hu-

bungan kita dengan Dia, kepentingan kita di dalam Dia, 

dan harapan-harapan kita akan Dia dan dari Dia. Me-

ngenai Anak ini diberitahukan lebih lanjut (ay. 15) bahwa 

walaupun Dia tidak akan dilahirkan seperti anak-anak 

lain, melainkan dari seorang perawan, namun Dia akan 

tetap benar-benar dan sungguh-sungguh seorang manusia, 

dan akan dirawat dan dibesarkan seperti anak-anak lain: 

Ia akan makan dadih dan madu, seperti anak-anak lain, 

khususnya anak-anak di negeri yang dialiri susu dan madu 

itu. Walaupun Dia dikandung oleh kuasa Roh Kudus, na-

mun Dia tidak akan diberi makan dengan makanan para 

malaikat oleh karenanya, melainkan, seperti yang sepan-

tasnya bagi Dia, akan dalam segala hal Ia harus disamakan 

dengan saudara-saudara-Nya (Ibr. 2:17). Dia juga, walau-

pun dilahirkan secara luar biasa, tidak akan langsung 

menjadi seorang laki-laki dewasa, tetapi, seperti anak-anak 

lain, akan bertumbuh secara bertahap melalui beberapa 

keadaan, yaitu masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, 

dan bertumbuh dalam hikmat dan kebesaran, dan pada 

akhirnya menjadi kuat dalam roh, dan menjadi matang, 

hingga tahu bagaimana menolak yang jahat dan memilih 

yang baik. Lihat Lukas 2:40, 52. Perhatikanlah, anak-anak 

diberi makan ketika mereka kecil supaya mereka dapat 

diajar dan dididik ketika mereka tumbuh besar. Peme-

liharaan mereka yaitu   untuk pendidikan mereka. 

2. Di sini terdapat pertanda lain yang khusus mengenai kehan-

curan yang sebentar lagi akan menimpa raja-raja yang kuat 

ini, yang saat itu menjadi ketakutan bagi Yehuda (ay. 16). 

“Sebelum anak ini (demikianlah seharusnya diartikan), anak 

ini yang saat ini ada dalam dekapanku.” Yang dia maksudkan 

bukanlah Imanuel, melainkan Syear Yasyub anaknya sendiri, 

yang harus dia bawa bersamanya untuk sebuah pertanda (ay. 

3). “Sebelum anak ini tahu menolak yang jahat dan memilih 

yang baik” (dan orang-orang yang melihat tinggi postur anak 

itu dan pertumbuhan mentalnya saat itu dapat dengan mudah 

memperkirakan berapa lama lagi hal itu akan terjadi), “sebe-

Kitab Yesaya 7:17-25 

 153 

lum anak ini tiga atau empat tahun lebih tua, negeri yang 

kedua rajanya engkau takuti, persekongkolan kekuatan bangsa 

Israel dan Aram ini, yang sangat kamu benci dan takuti, akan 

ditinggalkan oleh kedua rajanya (KJV), baik Pekah maupun 

Rezin.” Mereka memiliki persekongkolan yang sedemikian erat 

sehingga seolah-olah mereka yaitu   raja-raja dalam satu ke-

rajaan saja. Hal ini sepenuhnya digenapi, karena dalam waktu 

dua atau tiga tahun setelah itu, Hosea bersekutu melawan 

Pekah, dan membunuh dia (2Raj. 15:30). Dan sebelum itu raja 

Asyur merebut Damsyik, dan membunuh Rezin (2Raj. 16:9). 

Bukan hanya itu, ada suatu peristiwa saat itu, yang terjadi de-

ngan segera, dan ketika anak ini membawa nubuat tersebut 

dalam namanya, yang merupakan sebuah pertanda dan 

jaminan untuk peristiwa di masa yang akan datang ini. Syear 

Yasyub berarti suatu sisa akan kembali, yang sudah pasti me-

nunjuk kepada kembalinya secara luar biasa 200.000 tawanan 

yang ditawan oleh Pekah dan Rezin, yang dibawa kembali, bu-

kan dengan kekuatan atau kekuasan, melainkan oleh Roh 

Tuhan semesta alam. Bacalah ceritanya dalam 2 Tawarikh 28:8-

15. Karena penamaan anak ini yang mengandung nubuat dige-

napi, maka pastilah hal yang ditambahkan lebih jauh mengenai 

dia akan digenapi juga, yaitu bahwa Aram dan Israel akan kehi-

langan raja-raja mereka. Satu rahmat dari Allah mendorong kita 

untuk mengharapkan rahmat lainnya, jika rahmat itu mengajak 

kita untuk bersiap-siap menerima rahmat lainnya. 

Penghakiman Diumumkan 

(7:17-25) 

17 TUHAN akan mendatangkan atasmu dan atas rakyatmu dan atas kaum 

keluargamu hari-hari seperti yang belum pernah datang sejak Efraim men-

jauhkan diri dari Yehuda – yakni raja Asyur.” 18 Pada hari itu akan terjadi: 

TUHAN bersuit memanggil lalat yang ada di ujung anak-anak sungai Nil, dan 

memanggil lebah yang ada di tanah Asyur. 19 Dan semuanya akan datang 

hinggap di lembah-lembah yang terjal dan di celah-celah bukit-bukit batu, di 

segala pagar duri dan di segala tanah penggembalaan. 20 Pada hari itu 

dengan pisau cartikel  r yang dipinjam dari seberang sungai Efrat, yakni raja 

Asyur, Tuhan akan mencartikel  r kepala dan bulu paha, bahkan pisau itu akan 

melenyapkan janggut juga. 21 Pada hari itu setiap orang akan memiara seekor 

lembu betina yang muda dan dua ekor domba, 22 dan karena banyaknya 

susu yang dihasilkan, mereka akan makan dadih; sungguh, dadih dan madu 

akan dimakan oleh setiap orang yang masih tinggal di dalam negeri. 23 Pada 

hari itu setiap tempat, di mana biasanya tumbuh seribu pohon anggur dan 


 154

yang berharga seribu syikal perak, akan menjadi tempat puteri malu dan 

rumput. 24 Orang pergi ke sana terpaksa membawa anak-anak panah dan 

busur, sebab puteri malu dan rumput belaka seluruh negeri itu. 25 Dan 

engkau tidak berani pergi ke segala lereng gunung yang biasanya dicangkul, 

karena takut akan puteri malu dan rumput; di situ hanya lembu dan domba 

akan berkeliaran. 

Setelah janji-janji yang menghibur diberikan kepada Ahas sebagai 

keturunan keluarga Daud, di sini menyusul ancaman-ancaman yang 

mengerikan terhadap dia, sebagai keturunan yang merosot akhlaknya 

dari keluarga itu. Karena, walaupun kasih setia Allah tidak akan 

seluruhnya dicabut, demi Daud dan perjanjian yang dibuat dengan 

dia, namun kejahatannya akan dihartikel  m dengan rotan, dan dosanya 

akan dihartikel  m dengan partikel  lan-partikel  lan. Biarlah orang-orang yang 

tidak mau memadukan iman dengan janji-janji Allah bersiap untuk 

mendengar tanda bahaya ancaman-ancaman-Nya. 

I. Penghakiman yang diancamkan sangat besar (ay. 17). Penghakim-

an itu sangat besar, karena bersifat luas, akan dijatuhkan ke atas 

sang raja sendiri (setinggi apa pun dia, dia tidak akan luput 

darinya), dan atas rakyat, seluruh bangsa, dan keluarga kerajaan, 

atas seluruh kaum keluarga. Ini akan menjadi penghakiman yang 

diwariskan kepada anak-cucu, dan akan mengalir dalam darah 

keluarga kerajaan. Penghakiman ini sangat besar, karena belum 

pernah terjadi sebelumnya – hari-hari seperti yang belum pernah 

datang. Begitu gelap, begitu suram, begitu murung, seperti yang 

belum pernah terjadi sejak pemberontakan sepuluh sartikel  , ketika 

Efraim meninggalkan Yehuda, yang benar-benar merupakan saat 

yang menyedihkan bagi keluarga Daud. Perhatikanlah, semakin 

lama manusia bertahan di dalam dosa, semakin menyakitkan 

penghartikel  man yang pantas mereka harapkan. Tuhanlah yang 

akan menjatuhkan hari-hari itu ke atas mereka, karena waktu-

waktu kita ada di tangan-Nya. Siapa yang dapat melawan atau 

meloloskan diri dari penghakiman yang Dia adakan? 

II. Musuh yang akan dipakai sebagai alat penghakiman ini yaitu   

raja Asyur. Ahas menyimpan kepercayaan yang sangat besar ter-

hadap raja ini untuk membantunya melawan kekuatan perse-

kongkolan Israel dan Aram, dan tidak peduli dengan apa yang 

Allah katakan kepadanya melalui nabi-Nya untuk membesarkan 

hatinya, karena dia sudah sangat mengandalkan raja Asyur un-

Kitab Yesaya 7:17-25 

 155 

tuk kepentingan-kepentingannya, dan dengan rendahnya telah 

berjanji untuk menjadi hambanya jika dia mau mengirim bebe-

rapa bantuan kepadanya. Dia juga memberikan hadiah emas dan 

perak kepadanya, dan untuk itu dia menguras perbendaharaan 

rumah Tuhan dan negara (2Raj. 16:7-8). Sekarang Allah mengan-

cam bahwa raja Asyur yang dia jadikan pelindung dengan menge-

sampingkan Allah akan menjadi alat penghartikel  man bagi dia. Dan 

raja Asyur sangat cepat. Ketika datang kepadanya, raja Asyur 

bukan membantu dia, melainkan menyesakkannya (2Taw. 28:20). 

Buluh penopang yang diandalkannya bukan hanya patah melain-

kan juga mengenai tangannya dan menusuknya. Dan seperti 

itulah raja Asyur sejak saat itu, untuk waktu yang lama, menjadi 

duri yang menyakitkan bagi Yehuda, dan memberi mereka banyak 

sekali kesukaran. Perhatikanlah, makhluk ciptaan yang kita jadi-

kan pengharapan biasanya terbukti merugikan kita. Raja Asyur, 

tidak lama setelah itu, menjadi tuan atas sepuluh sartikel  , menawan 

mereka, dan memorak-porandakan negeri mereka, sehingga be-

nar-benar memenuhi nubuat di sini. Dan mungkin ini menunjuk 

kepada hal itu, sebagai sebuah penjelasan terperinci untuk ayat 

8, ketika dinubuatkan bahwa Efraim akan pecah, dan tidak 

menjadi sebuah bangsa lagi. Dan mudah untuk mengira bahwa 

sang nabi (pada ay. 17) mengarahkan kata-katanya kepada raja 

Israel, dengan mengumumkan penghakiman Allah melawan dia 

karena menyerbu Yehuda. Tetapi para penafsir biasanya mema-

haminya sebagai Ahas dan kerajaannya. Sekarang perhatikanlah, 

1. Panggilan-panggilan yang diberikan kepada penyerbu-penyer-

bu (ay. 18): TUHAN bersuit memanggil lalat dan lebah. Lihatlah 

pasal 5:26. Musuh-musuh yang sepertinya sama hinanya  de-

ngan seekor lalat atau seekor lebah, dan mudah diremukkan, 

tetapi ketika Allah berkenan, mereka akan melakukan pekerja-

an-Nya seampuh singa-singa dan singa-singa muda. Walau-

pun mereka berjauhan satu sama lain seperti sungai-sungai di 

Mesir dan tanah Asyur, namun mereka akan bertemu tepat 

pada waktunya untuk bergabung dalam pekerjaan ini ketika 

Allah memerintahkan mereka untuk datang. Karena, ketika 

Allah memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan, Dia tidak 

akan kekurangan alat untuk mengerjakannya. 

2. Harta milik yang mereka ambil (ay. 19). Tampaknya seolah-

olah negeri itu tidak dalam keadaan mampu untuk mengada-


 156

kan perlawanan. Mereka tidak menemui kesulitan dalam me-

maksakan kehendak, melainkan datang hinggap di lembah-

lembah yang terjal (KJV: lembah-lembah yang ditinggalkan), 

yang telah ditinggalkan penduduknya saat tanda bahaya per-

tama, dan menjadi mangsa empuk bagi para penyerbu. Mereka 

akan datang dan beristirahat di tanah-tanah rendah seperti 

kerumunan lalat dan lebah, dan akan membuat diri mereka 

tidak terkalahkan dengan berlindung di dalam celah-celah 

batu, seperti yang sering dilakukan lebah, dan menunjukkan 

kehebatan mereka dengan muncul secara terbuka di segala 

pagar duri dan segala tanah penggembalaan. Demikianlah di 

mana-mana negeri itu akan diselimuti oleh mereka. Lebah-

lebah ini akan menyatu dengan pagar duri dan tanah peng-

gembalaan, dan di sana beristirahatlah mereka dengan tenang. 

3. Ketandusan yang luas yang terjadi, dan negeri itu sebagian 

besar kehilangan penduduk (ay. 20): Tuhan akan mencartikel  r 

kepala dan bulu paha, bahkan janggut juga. Dia akan menyapu 

bersih semuanya, seperti penderita penyakit kusta, ketika di-

tahirkan, mencartikel  r seluruh rambutnya (Im. 14:8-9). Ini dila-

kukan dengan sebilah pisau cartikel  r yang dipinjam, yang dipin-

jam Allah (seolah-olah Dia tidak memiliki sendiri sebilah pun. 

Tetapi apa pun yang Dia pinjam, dan siapa pun yang dia 

pekerjakan dalam pelayanan apa pun untuk-Nya, akan Dia 

bayar. Lihat Yeh. 29:18-19), atau yang dipinjam Ahas untuk 

membantunya. Allah akan menjadikannya alat penghancuran-

Nya yang Dia bayar untuk melayani Dia. Perhatikanlah, ada 

banyak orang yang dipartikel  l oleh tangan manusia yang lebih 

mereka percayai daripada tangan Tuhan, dan yang membuat 

mereka membayar banyak, padahal dengan iman dan doa me-

reka dapat menemukan pertolongan yang murah dan mudah 

di dalam Allah. 

4. Akibat kekurangan penduduk di mana-mana ini. 

(1) Kawanan-kawanan ternak akan diporak-porandakan selu-

ruhnya, sehingga orang yang memiliki banyak sekali kum-

pulan dan kawanan ternak akan kehilangan semua itu 

karena dirampas musuh, dan akan dengan susah payah 

memelihara seekor lembu muda dan dua ekor domba un-

tuk dirinya sendiri. Itu yaitu   persediaan yang sedikit (ay. 

Kitab Yesaya 7:17-25 

 157 

21), namun dia merasa bahagia karena masih ada yang ter-

sisa untuk dimiliki. 

(2) Sedikit ternak yang tersisa akan menyediakan makanan 

untuk wilayah yang sangat luas sehingga banyak susu 

yang dihasilkan, dan itu yaitu   susu yang sangat baik, 

yang menghasilkan cartikel  p dadih (ay. 22). Juga akan ada 

kekurangan jumlah manusia sedemikian rupa sehingga 

susu dari satu ekor sapi dan dua ekor domba akan cartikel  p 

untuk seluruh keluarga, yang dulu memiliki banyak sekali 

hamba dan menghabiskan jumlah yang sangat banyak, 

tetapi sekarang sudah berkurang. 

(3) Benih ternak akan dihancurkan, sehingga orang-orang yang 

biasanya makan daging (seperti yang biasa dilakukan bang-

sa Yahudi) akan terpaksa membatasi diri dengan dadih dan 

madu, karena tidak ada daging untuk mereka. Dan negeri 

itu akan kehilangan begitu banyak penduduknya sehingga 

akan ada cartikel  p dadih dan madu untuk sedikit orang yang 

tersisa di dalam negeri itu. 

(4) Tanah yang subur, yang biasanya terawat baik-baik, akan 

ditutupi seluruhnya dengan puteri malu dan rumput (ay. 

23, KJV: onak dan duri). Di tempat biasanya ribuan tanam-

an anggur ditanam, yang untuk itu para penyewa biasanya 

membayar seribu syikal atau kepingan perak sewa tahun-

an, tidak akan ada apa pun sekarang kecuali onak dan 

duri, tidak ada keuntungan baik untuk tuan tanah mau-

pun penyewa, seluruhnya diporak-porandakan oleh tentara 

penyerbu. Perhatikanlah, Allah dapat dengan cepat meng-

ubah suatu tanah yang subur menjadi tandus, dan hanya 

Dia saja dapat mengubah pohon anggur menjadi tumbuhan 

berduri jika kita, bukannya mempersembahkan anggur 

kepada-Nya, malah mempersembahkan anggur asam (5:4). 

(5) Peralatan pertanian akan berubah menjadi perlengkapan 

perang (ay. 24). Karena seluruh daratan telah menjadi onak 

dan duri, daerah-daerah yang biasanya orang datangi 

dengan membawa sabit dan alat pemangkas untuk me-

ngumpulkan buah sekarang mereka datangi dengan mem-

bawa anak panah dan busur, untuk berburu binatang liar 

di semak belukar, atau untuk mempertahankan diri mere-

ka dari perampok-perampok yang mengintip di semak-


 158

semak, mencari mangsa. Atau untuk membunuh ular dan 

binatang-binatang berbisa yang bersembunyi di situ. Ini 

menunjukkan perubahan yang sangat menyedihkan pada 

wajah negeri yang indah itu. Namun perubahan menyedih-

kan apakah yang tidak akan dihasilkan dosa pada suatu 

bangsa? 

(6) Di tempat onak dan duri biasanya berguna dan berman-

faat, bahkan pada tanaman pagar, untuk menjaga tanah-

tanah tertutup, onak dan duri itu akan dicabuti, dan 

semuanya jatuh ke tanah. Akan ada onak dan duri yang 

berlimpah-limpah di tempat yang seharusnya tidak ada, 

dan malah tidak ada di tempat yang seharusnya ada (ay. 

25). Lereng gunung yang akan dicangkul, untuk pengguna-

an khusus, yang darinya ternak biasa menjauh karena 

takut pada onak dan duri, sekarang akan dibuat terbuka, 

temboknya dilanda sehingga babi hutan menggerogotinya 

(Mzm. 80:13-14). Lembu jantan akan dibiarkan bebas 

berlarian masuk dan hanya ada sedikit ternak. Lihatlah 

akibat dosa dan kutuk. Ia menjadikan bumi menjadi hutan 

duri dan widuri, kecuali dibuat teratur dengan pemelihara-

an terus-menerus dan kerja keras manusia. Dan lihatlah 

betapa bodohnya jika kita mematrikan hati kita untuk 

memiliki tanah-tanah, betapapun suburnya, betapapun 

indahnya. Jika tanah-tanah itu sedikit saja terabaikan dan 

tidak diolah, atau jika disalahgunakan oleh seorang ahli 

waris atau penyewa yang pemboros dan ceroboh, atau 

negeri itu diporakporandakan oleh perang, maka tanah-

tanah itu akan segera menjadi padang pasir yang mengeri-

kan. Sorga yaitu   taman firdaus yang tidak akan pernah 

mengalami perubahan seperti itu. 

 

PASAL  8  

asal ini, dan empat pasal berikutnya (sampai ps. 13), semuanya 

merupakan satu wacana atau khotbah yang berkelanjutan. Mak-

sud dan tujuannya yaitu   untuk menunjukkan kehancuran besar 

yang akan segera menimpa kerajaan Israel, dan kekacauan besar 

yang akan ditimbulkan oleh raja Asyur di kerajaan Yehuda, dan bah-

wa kedua peristiwa ini terjadi karena dosa-dosa Israel dan Yehuda. 

Tetapi ada persediaan melimpah yang disediakan untuk menghibur 

orang-orang yang takut akan Allah dalam masa-masa yang gelap itu, 

yang terutama merujuk pada masa-masa Mesias. Dalam pasal ini 

kita mendapati,  

I.  Sebuah nubuat tentang hancurnya kerajaan sekutu Aram 

dan Israel oleh raja Asyur (ay. 1-4).  

II.  Tentang kerusakan-kerusakan yang akan ditimbulkan oleh 

raja yang congkak dan berjaya itu di tanah Israel dan Yehuda 

(ay. 5-8).  

III.  Dorongan besar yang diberikan kepada umat Allah di tengah-

tengah kekacauan itu. Mereka diyakinkan,  

1. Bahwa musuh-musuh tidak akan berhasil melawan 

mereka (ay. 9-10).  

2. Bahwa jika mereka tetap takut akan Allah, dan tidak 

gentar terhadap manusia, mereka akan mendapati Allah 

sebagai tempat perlindungan mereka (ay. 11-14). Semen-

tara yang lain tersandung, dan jatuh dalam keputusasa-

an, mereka akan dimampukan untuk menantikan Allah, 

dan melihat diri mereka disimpan untuk masa-masa yang 

lebih baik (ay. 15-18).  


 160

Terakhir, sang nabi memberikan peringatan penting kepada 

semuanya, supaya terhindar dari bahaya, untuk tidak meminta 

petunjuk pada arwah-arwah, sebab dengan demikian mereka 

akan menceburkan diri dalam keputusasaan, tetapi sebaliknya, 

agar tetap dekat dengan firman Allah (ay. 19-22). Semua nasihat 

dan penghiburan ini akan tetap bermanfaat bagi kita dalam 

masa-masa sulit. 

Penghakiman-penghakiman Dinyatakan 

(8:1-8) 

1 Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Ambillah sebuah batu tulis besar dan 

tuliskanlah di atasnya dengan tulisan biasa: Maher-Syalal Hash-Bas.” 2 Maka 

aku memanggil dua saksi yang dapat dipercaya, yaitu imam Uria dan 

Zakharia bin Yeberekhya. 3 Kemudian aku menghampiri isteriku; ia mengan-

dung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu berfirmanlah TUHAN 

kepadaku: “Namailah dia: Maher-Syalal Hash-Bas, 4 sebab sebelum anak itu 

tahu memanggil: Bapa! Ibu! maka kekayaan Damsyik dan jarahan Samaria 

akan diangkut di depan raja Asyur.” 5 TUHAN melanjutkan lagi firman-Nya 

kepadaku: 6 “Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir 

lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya, 7 sebab itu, 

sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, 

meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air 

ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir 

melampaui segenap tebingnya, 8 serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat 

banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang 

dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel!”   

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati sebuah nubuat tentang keber-

hasilan raja Asyur melawan Damaskus, Samaria, dan Yehuda, bahwa 

Damaskus dan Samaria akan diporak-porandakan olehnya, dan 

Yehuda akan dibuat sangat ketakutan. Di sini kita mendapati, 

I. Perintah-perintah yang diberikan kepada Nabi Yesaya untuk me-

nuliskan nubuat ini, dan mengumumkannya supaya bisa dilihat 

dan dibaca semua orang, lalu meninggalkannya dalam tulisan, 

supaya apabila hal yang dinubuatkan terjadi, mereka tahu bahwa 

Allah telah mengutus dia. Sebab itulah salah satu tujuan dari 

nubuat (Yoh. 14:29). Ia harus mengambil sebuah batu tulis besar, 

yang akan memuat kelima pasal itu, yang ditulis dalam kata-kata 

yang cartikel  p panjang. Di dalamnya ia harus menulis semua yang 

sudah dinubuatkannya mengenai penyerangan raja Asyur ke 

negeri Yehuda. Ia harus menuliskan di atasnya dengan tulisan 

biasa, dengan cara dan gaya tulisan biasa, supaya dapat dibaca 

Kitab Yesaya 8:1-8 

 161 

dan dimengerti semua orang. Lihat Habakuk 2:2, tuliskanlah 

penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh. Orang yang 

berbicara dan menuliskan perkara-perkara tentang Allah harus 

menghindari ketidakjelasan, dan berusaha berbicara dan menulis 

dengan cara yang dapat dipahami (1Kor. 14:19). Orang yang me-

nulis untuk manusia harus menulis dengan pena manusia, dan 

tidak mendambakan pena atau lidah malaikat. Karena biasanya 

ada judul yang singkat, tetapi penting dan mencakup keseluruhan 

yang diberikan di depan kitab yang akan diterbitkan, sang Nabi 

diminta untuk menyebut bartikel  nya dengan judul Maher-Syalal 

Hash-Bas – Bergegaslah mengambil barang-barang jarahan, cepat-

cepatlah menghampiri mangsa, yang menyiratkan bahwa pasukan 

Asyur akan menghampiri mereka dengan sangat cepat dan 

mengambil jarahan secara besar-besaran. Dengan judul ini, inti 

dan arti dari kitab itu akan dipertanyakan oleh orang-orang yang 

mendengarnya, dan diingat oleh orang-orang yang sudah mem-

bacanya atau mendengarnya dibacakan. Kadang-kadang akan 

sangat membantu ingatan jika bany