yang sepadan dengan terang mereka, memiliki kelimpahan
bukan hanya akan pengetahuan ilahi, melainkan juga akan kasih
yang kudus. Di sini diberikan perhatian khusus tentang sayap-
sayap mereka (dan bukan bagian lain dari penampilan mereka),
karena cara mereka menggunakannya, yang dimaksudkan untuk
memberi kita suatu pengajaran. Mereka masing-masing mempu-
nyai enam sayap, tidak mengembang ke atas (seperti yang dilihat
Yehezkiel [Yeh. 1:11]), tetapi,
1. Empat sayap digunakan untuk menutup, seperti sayap unggas
ketika duduk. Dengan dua sayap di atas, di samping kepala,
mereka menutupi wajah mereka, dan dengan dua sayap paling
bawah, mereka menutupi kaki mereka, atau bagian bawah
mereka. Ini berbicara tentang kerendahan hati dan penghor-
matan mereka yang besar dalam melayani Allah, sebab Ia sa-
ngat ditakuti dalam kalangan orang-orang kudus (Mzm. 89:8).
Mereka tidak hanya menutupi kaki mereka, anggota-anggota
tubuh yang kurang terhormat itu (1Kor. 12:23), tetapi bahkan
wajah mereka. Meskipun wajah malaikat, tidak diragukan lagi,
jauh lebih indah daripada wajah anak-anak manusia (Kis.
Kitab Yesaya 6:1-4
123
6:15), namun di hadapan Allah, mereka menutupinya, karena
mereka tidak tahan dengan terang yang menyilaukan dari
kemuliaan ilahi. Dan karena sadar bahwa ada jarak yang tak
terhingga dari kesempurnaan ilahi, mereka malu menunjuk-
kan wajah mereka di hadapan Allah yang kudus, yang malai-
kat-malaikat-Nya pun didapati-Nya tersesat jika mereka sampai
memberanikan diri untuk bersaing dengan-Nya (Ayb. 4:18).
Jika para malaikat saja sedemikian hormat dalam melayani
Allah, betapa harus dengan rasa takut yang saleh kita mende-
kat pada takhtanya! Kalau tidak, kita tidak melakukan kehen-
dak Allah seperti para malaikat melakukannya. Namun begitu,
Musa, ketika naik ke gunung bersama Allah, melepaskan tabir
dari wajahnya. Lihat 2 Korintus 3:18.
2. Dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Ketika mereka di-
utus untuk melakukan tugas-tugas Allah, mereka terbang de-
ngan cepat (Dan. 9:21), lebih cepat dengan sayap mereka sen-
diri daripada jika mereka terbang dengan sayap angin. Ini
mengajar kita untuk melakukan pekerjaan Allah dengan hati
yang gembira dan dengan segera. Bukankah para malaikat da-
tang dengan sayap mereka dari sorga ke bumi, untuk melayani
demi kebaikan kita, dan tidakkah kita ingin melambung tinggi
dengan sayap dari bumi ke sorga, untuk berbagi dengan mere-
ka dalam kemuliaan mereka? (Luk. 20:36).
IV. Dengarlah kidung, atau lagu pujian, yang dinyanyikan para ma-
laikat untuk menghormati Dia yang duduk di atas takhta (ay. 3).
Cermatilah,
1. Bagaimana lagu ini dinyanyikan. Dengan semangat yang mem-
bara, mereka berseru dengan suara nyaring, dan dengan suara
bulat. Mereka berseru seorang kepada seorang, atau satu ter-
hadap yang lain. Mereka bernyanyi secara bergantian, tetapi
selaras, tanpa sedikit pun suara sumbang yang mengganggu
keselarasannya.
2. Tentang apa lagu itu. Lagu itu sama dengan apa yang dinya-
nyikan oleh keempat makhluk (Why. 4:8). Perhatikanlah, me-
muji Allah yaitu selalu, dan akan selalu sampai pada keke-
kalan, menjadi pekerjaan sorga, dan pekerjaan yang senan-
tiasa dilakukan oleh roh-roh yang terberkati di atas (Mzm.
84:5). Perhatikanlah lebih jauh, jemaat di atas itu selalu sama
124
dalam pujian-pujiannya. Tidak ada perubahan waktu atau
nada di sana. Ada dua hal yang untuknya para serafim di sini
memuji Allah:
(1) Kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang tak terbatas da-
lam diri-Nya. Di sini salah satu gelar-Nya yang paling mulia
dipuji: Dia yaitu TUHAN semesta alam (KJV: TUHAN sege-
nap pasukan), Tuhan atas pasukan mereka, atas semua
pasukan. Dan tanpa salah satu sifat-Nya yang paling mu-
lia, yaitu kekudusan-Nya, keberadaan-Nya sebagai TUHAN
semesta alam (atau, seperti di ayat lain yang berpadanan
[Why. 4:8], Tuhan Allah, Yang Mahakuasa) tidak akan bisa
menjadi pokok sukacita dan pujian kita yang begitu besar.
Sebab kekuasaan, tanpa kesucian untuk membimbingnya,
akan membawa kengerian bagi umat manusia. Tak satu
pun dari semua sifat ilahi yang begitu dirayakan dalam Ki-
tab Suci selain sifat kekudusan ini. Kuasa Allah diucapkan
dua kali (Mzm. 62:12), tetapi kekudusan-Nya diucapkan
tiga kali, kudus, kudus, kudus. Ini berbicara tentang,
[1] Semangat yang membara dari para malaikat dalam me-
muji Allah. Mereka bahkan kehabisan kata-kata untuk
mengungkapkan diri, dan karena itu mengulangi hal
yang sama berkali-kali.
[2] Kesenangan tersendiri yang mereka rasakan dalam me-
renungkan kekudusan Allah. Ini yaitu perkara yang
suka mereka renungkan berlama-lama, yang suka me-
reka senandungkan, dan tidak mau mereka tinggalkan.
[3] Keunggulan tertinggi dari kekudusan Allah, mengatasi
kekudusan makhluk-makhluk yang paling suci. Dia
kudus, kudus tiga kali, kudus secara tak terbatas, ku-
dus sejak awal mula, kudus secara sempurna, dan ku-
dus secara kekal.
[4] Ini bisa merujuk pada tiga Pribadi dalam Ke-Allahan,
Bapa yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh Kudus
(sebab selanjutnya dikatakan [ay. 8], siapakah yang mau
pergi untuk Kami? [KJV]). Atau mungkin itu merujuk pada
yang sudah ada, dan yang ada, dan yang akan datang.
Sebab gelar kehormatan Allah itu ditambahkan ke
dalam nyanyian ini (Why. 4:8). Sebagian orang berang-
Kitab Yesaya 6:1-4
125
gapan bahwa para malaikat di sini bersorak atas adil-
nya hartikel man yang akan segera dijatuhkan Allah atas
bangsa Yahudi. Dalam hal ini Dia kudus dahulu, seka-
rang, dan selamanya. Jalan-jalan-Nya tetap sama.
(2) Dinyatakannya hal-hal ini kepada anak-anak manusia:
Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya, kemuliaan dari kuasa
dan kesucian-Nya, sebab Ia kudus dalam segala perbuatan-
Nya (Mzm. 145:17). Orang Yahudi menganggap bahwa ke-
muliaan Allah hanya terbatas pada negeri mereka. Tetapi di
sini dinyatakan bahwa pada zaman Injil (yang ditunjuk
dalam pasal ini) kemuliaan Allah akan memenuhi seluruh
bumi, kemuliaan kekudusan-Nya, yang sungguh merupa-
kan kemuliaan dari semua sifat-Nya yang lain. Pada waktu
itu kemuliaan ini memenuhi Bait Suci (ay. 1), tetapi pada
hari-hari terakhir, seluruh bumi akan penuh dengan kemu-
liaan itu.
V. Amatilah tanda-tanda kengerian yang memenuhi Bait Suci itu,
ketika terjadi penglihatan kemuliaan ilahi ini (ay. 4).
1. Rumah itu bergoyang. Bukan hanya pintu, melainkan juga
bahkan alas ambang pintu, yang terpasang kokoh, bergoyang
disebabkan suara orang yang berseru itu, saat terdengar suara
Allah, yang memanggil untuk menghakimi (Mzm. 50:4), saat
terdengar suara malaikat, yang memuji Dia. Di sorga ada sua-
ra-suara yang cartikel p kuat untuk meredam semua suara air
yang banyak di dunia bawah sini (Mzm. 93:3-4). Goncangan
keras pada Bait Suci ini merupakan pertanda dari murka dan
ketidakberkenanan Allah terhadap bangsa itu karena dosa-
dosa mereka. Itu merupakan pertanda kehancuran Bait Suci
dan kota Yerusalem oleh bangsa Babel pertama-tama, dan ke-
mudian oleh bangsa Romawi. Dan hal itu dimaksudkan untuk
membuat kita ngeri. Bukankah tembok-tembok dan alas-alas
pintu gemetar di hadapan Allah, dan tidakkah kita gemetar?
2. Rumah itu menjadi gelap. Rumah itu pun penuh dengan asap,
seperti awan yang melingkupi pemandangan takhta-Nya (Ayb.
26:9). Kita tidak bisa melihatnya secara utuh, tidak pula dapat
menata kata-kata tentangnya, karena gelap. Pada Bait Suci di
dunia atas tidak akan ada asap, semuanya akan terlihat
126
dengan jelas. Di sana Allah berdiam dalam terang, sementara
di sini Ia diam dalam kekelaman (2Taw. 6:1).
Penglihatan Sorgawi Yesaya
(6:5-8)
5 Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis
bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mata-
ku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” 6 Tetapi seorang
dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara,
yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. 7 Ia menyentuhkannya
kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka
kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” 8 Lalu aku men-
dengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah
yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”
Rasa ingin tahu kita akan mendorong kita untuk mencari tahu lebih
jauh mengenai para serafim ini, dan nyanyian-nyanyian serta pela-
yanan-pelayanan mereka. Tetapi di sini kita meninggalkan mereka,
dan harus memberi perhatian pada apa yang berlangsung antara
Allah dan nabi-Nya. Hal-hal yang tersembunyi bukan bagi kita, hal-
hal yang tersembunyi tentang dunia para malaikat, tetapi bagi kita
yaitu hal-hal yang disingkapkan kepada para nabi dan oleh mereka,
yang menyangkut pemerintahan Kerajaan Allah di antara manusia.
Sekarang di sini kita mendapati,
I. Kekhawatiran yang menghinggapi sang nabi karena mengalami
penglihatan yang olehnya ia melihat kemuliaan Allah (ay. 5): Lalu
kataku: “Celakalah aku! Kalau saya akan berkata, “Diberkatilah
engkau, yang sudah diberi perkenanan sedemikian besar, dihor-
mati dan dijunjung sedemikian tinggi, selama suatu waktu,
dengan diberi hak istimewa yang dimiliki oleh makhluk-makhluk
mulia itu, yang selalu memandang wajah Bapa kita. Diberkatilah
mata yang melihat Tuhan sedang duduk di atas takhta-Nya, dan
telinga yang mendengar puji-pujian para malaikat.” Dan, orang
akan berpikir, seharusnya ia berkata, “Berbahagialah aku, berba-
hagia selama-lamanya. Tidak ada lagi yang akan menyusahkanku,
tidak ada yang membuat wajahku merah padam atau tubuhku
gemetar.” Tetapi sebaliknya, ia berseru, “Celakalah aku! aku
binasa! Malang nian aku, matilah aku! Aku pasti mati (Hak. 13:22;
6:22). Aku kelu, aku dibuat bisu, aku tertegun mati.” Demikian
Kitab Yesaya 6:5-8
127
pula Daniel, ketika mendengar perkataan sang malaikat, menjadi
terkelu, dan tidak ada lagi kekuatan, tidak ada lagi nafas padanya
(Dan. 10:15, 17). Cermatilah,
1. Apa yang direnungkan sang nabi tentang dirinya sendiri, yang
membuatnya ketakutan: “Aku binasa jika Allah sampai ber-
urusan denganku menurut keadilan yang ketat, karena aku
telah membuat diriku menjadi sasaran murka-Nya, sebab aku
ini seorang yang najis bibir.” Menurut sebagian orang, ia secara
khusus merujuk pada suatu kata kasar yang pernah diucap-
kannya, atau pada perilaku diamnya yang berdosa, karena
tidak mengecam dosa dengan berani dan terus terang sebagai-
mana mestinya. Ini sebuah dosa yang banyak dapat didakwa-
kan kepada hamba-hamba Allah, dan yang akan membuat
mereka malu saat mengingatnya. Tetapi itu dapat dipandang
secara lebih umum, aku orang berdosa, dan secara khusus,
aku bersalah dalam perkataanku. Dan siapakah yang tidak
bersalah dalam hal ini? (Yak. 3:2). Kita semua mempunyai
alasan untuk meratap di hadapan Tuhan,
(1) Bahwa kita sendiri yaitu orang yang najis bibir. Bibir kita
tidak dikuduskan bagi Allah. Ia tidak mendapatkan buah
pertama dari ucapan bibir kita (Ibr. 13:15), dan karena itu
bibir kita dipandang kotor dan najis, tidak bersunat (Kel.
6:29, KJV). Bahkan, bibir kita telah tercemar dosa. Kita
sudah berkata-kata dalam bahasa hati yang najis, dalam
perkataan buruk yang merusakkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, dan yang olehnya banyak orang sudah tercemar.
Kita tidak layak dan tidak pantas mengucapkan nama
Allah dengan bibir kita. Betapa dengan bibir yang murni
para malaikat memuji Allah! “Akan tetapi,” kata sang nabi,
“aku tidak bisa memuji-Nya seperti itu, sebab aku ini
seorang yang najis bibir.” Orang-orang terbaik di dunia
memiliki alasan untuk malu pada diri sendiri, dan pada
apa yang terbaik dari pelayanan-pelayanan mereka, apabila
mereka dibandingkan dengan malaikat-malaikat kudus.
Para malaikat sudah merayakan kesucian dan kekudusan
Allah, dan karena itu sang nabi, ketika merenungkan dosa,
menyebut dosanya itu sebagai kenajisan. Karena keber-
dosaan dari dosa merupakan pertentangan dengan sifat
128
Allah yang kudus, dan terutama karena alasan itulah dosa
harus tampak sebagai hal yang dibenci sekaligus menakut-
kan bagi kita. Ketidakmurnian bibir kita haruslah mem-
buat jiwa kita sedih, sebab dengan perkataan kita, kita
akan dibenarkan atau dihartikel m.
(2) Bahwa kita tinggal di antara orang-orang yang juga najis
bibir. Kita mempunyai alasan untuk meratapi bukan hanya
bahwa kita sendiri tercemar, melainkan juga bahwa kodrat
dan bangsa manusia juga demikian. Penyakit ini menurun
dan mewabah, yang begitu jauh dari mengurangi kebersa-
lahan kita, tetapi justru menambah penderitaan kita, ter-
utama mengingat bahwa kita belum melakukan apa yang
dapat kita lakukan untuk membersihkan pencemaran ka-
rena bibir orang lain. Bahkan, kita lebih suka mempelajari
cara mereka dan berbicara dalam bahasa mereka, seperti
Yusuf di Mesir belajar memakai sumpah anggota istana
(Kej. 42:16). “Aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang
dengan kelancangan dosa mereka menimpakan hartikel man-
hartikel man yang membinasakan atas negeri ini. Dan aku,
sebagai orang yang juga berdosa, sewajarnya juga bersiap-
siap menerima hartikel man itu.”
2. Apa yang menimbulkan renungan-renungan yang menyedih-
kan ini pada saat ini: Mataku telah melihat Sang Raja, yakni
TUHAN semesta alam. Ia melihat kedaulatan Allah sebagai hal
yang tak dapat disangkal. Ia yaitu Raja. Dan kuasa-Nya tak
dapat dilawan. Ia yaitu Tuhan semesta alam. Ini merupakan
kebenaran-kebenaran yang menghiburkan bagi umat Allah,
namun juga harus membuat kita tersentak ngeri. Perhatikan-
lah, saat kita melihat keagungan Allah yang mulia dengan hati
yang percaya, hal itu haruslah membuat hati kita terjamah
dengan rasa hormat dan gentar. Beralasan bagi kita untuk
merasa rendah ketika merasakan adanya jarak yang tak
terhingga antara kita dan Allah, dan keberdosaan serta kekeji-
an kita di hadapan-Nya, dan untuk takut akan murka-Nya.
Kita binasa jika tidak ada Pengantara antara kita dan Allah
yang kudus ini (1Sam. 6:20). Yesaya dibuat merendah seperti
itu, untuk mempersiapkannya bagi kehormatan yang akan
segera diterimanya dengan dipanggil sebagai nabi. Perhatikan-
lah, yang paling pantas dipekerjakan untuk Allah yaitu
Kitab Yesaya 6:5-8
129
mereka yang rendah di mata mereka sendiri dan disadarkan
secara mendalam akan kelemahan dan ketidaklayakan mereka
sendiri.
II. Dibungkamnya ketakutan-ketakutan sang nabi oleh perkataan
yang baik, dan perkataan yang menghibur, yang dengannya ma-
laikat menjawab dia (ay. 6-7). Salah satu serafim langsung ter-
bang ke arahnya, untuk menyucikan dia, dan dengan demikian
menenangkan dirinya. Perhatikanlah, Allah telah menyiapkan ba-
nyak penghiburan yang melegakan bagi orang-orang kudus yang
berduka. Siapa yang merendahkan diri dalam rasa malu dan
takut disertai hati yang bertobat, akan segera dibesarkan hatinya
dan ditinggikan. Orang yang jatuh tersungkur karena penglihat-
an-penglihatan kemuliaan Allah akan segera dibangkitkan lagi
dengan lawatan-lawatan anugerah-Nya. Dia yang mengoyak akan
menyembuhkan. Perhatikanlah lebih jauh, para malaikat yaitu
roh-roh yang melayani demi kebaikan orang-orang kudus, demi
kebaikan rohani mereka. Di sini ada salah satu serafim yang,
untuk sementara waktu, diizinkan meninggalkan tugas melayani
takhta kemuliaan Allah, untuk menjadi pembawa kabar anu-
gerah-Nya bagi seseorang yang baik. Dan begitu senangnya ia
dengan tugasnya sehingga ia lekas-lekas terbang ke orang itu. Ke-
pada Yesus Tuhan kita sendiri, dalam penderitaan-Nya, tampak-
lah seorang malaikat dari langit untuk memberi kekuatan kepada-
Nya (Luk. 22:43). Inilah,
1. Sebuah tanda menghibur yang diberikan kepada sang nabi
bahwa dosa-dosanya telah dibersihkan. Serafim itu membawa
bara dari atas mezbah, dan menyentuh bibirnya dengan bara
itu, bukan untuk menyakitinya, melainkan untuk menyem-
buhkannya. Bukan untuk membakarnya, melainkan untuk
membersihkannya. Sebab ada pemurnian oleh api, seperti juga
oleh air, dan kotoran Yerusalem dibersihkan oleh roh yang
membakar (4:4). Roh yang terberkati bekerja seperti api (Mat.
3:11). Serafim, yang dirinya sendiri dinyalakan oleh api ilahi,
menaruh hidup pada sang nabi, supaya dia juga ikut terbakar
semangatnya. Sebab cara untuk membersihkan bibir dari
kenajisan dosa yaitu dengan membakar jiwa dengan kasih
Allah. Bara ini diambil dari mezbah, entah mezbah pembakar-
an artikel pan atau mezbah korban bakaran, sebab kedua-duanya
130
mempunyai api yang senantiasa menyala. Tidak ada yang
begitu punya kuasa untuk membersihkan dan menghibur jiwa
selain apa yang diambil dari korban penebusan Kristus dan
kepengantaraan yang senantiasa diadakan-Nya berdasarkan
korban penebusan itu. Bara dari mezbah-Nyalah yang pasti
memberi kita hidup dan membawa damai sejahtera bagi kita.
Itu tidak akan terjadi dengan api yang asing.
2. Penjelasan dari tanda ini: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu,
untuk meyakinkan kamu akan hal ini, bahwa kesalahanmu
telah dihapus dan dosamu telah diampuni. Kesalahan akibat
dosamu dihapus oleh rahmat yang mengampuni, kebersalahan
dari dosa-dosa lidahmu. Kecenderunganmu yang bobrok ter-
hadap dosa dihapus oleh anugerah yang memperbarui. Oleh
karena itu, tidak ada yang dapat menghalangi kamu untuk
diterima oleh Allah sebagai penyembah, bersama-sama dengan
para malaikat kudus, atau untuk dipekerjakan bagi Allah
sebagai utusan kepada anak-anak manusia.” Hanya orang
yang dengan cara demikian sudah dibersihkan dari hati nu-
rani yang jahat yang siap beribadah kepada Allah yang hidup
(Ibr. 9:14). Penghapusan dosa yaitu hal yang diperlukan su-
paya kita dapat berbicara dengan penuh keyakinan dan kete-
nangan kepada Allah di dalam doa atau berbicara dengan
penuh rasa yakin dan tenang yang didapat dari Allah sewaktu
kita memberitakan firman. Dan tidak ada yang begitu pantas
memperlihatkan kepada orang lain kekayaan-kekayaan dan
kuasa anugerah Injil selain mereka yang sudah mengecap sen-
diri manisnya anugerah itu dan merasakan kuasanya. Dosa
orang akan dihapus jika mereka mengeluhkannya sebagai
beban dan melihat diri mereka terancam akan binasa olehnya.
III. Diperbaruinya amanat sang nabi (ay. 8). Di sini ada pembicaraan
antara Allah dan Yesaya mengenai hal ini. Siapa yang ingin
membantu orang lain dalam berhubungan dengan Allah, ia sen-
diri tidak boleh asing terhadap hubungan itu. Sebab bagaimana
kita bisa berharap bahwa Allah akan berbicara melalui kita, jika
kita sendiri tidak pernah mendengar Dia berbicara kepada kita,
atau bahwa kita akan diterima sebagai juru bicara orang lain
untuk berhubungan dengan Allah, jika kita sendiri tidak pernah
berbicara dengan-Nya dari hati kita sendiri? Amatilah di sini,
Kitab Yesaya 6:5-8
131
1. Pertimbangan Allah mengenai amanat Yesaya. Allah di sini
digambarkan, seperti layaknya manusia, sedang menimbang-
nimbang dan bertanya kepada diri-Nya sendiri: Siapakah yang
akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Allah
tidak butuh dinasihati oleh orang lain atau bertanya kepada
diri sendiri. Ia tahu apa yang akan dilakukan-Nya, tetapi demi-
kianlah Ia ingin menunjukkan kepada kita bahwa ada maksud
dalam seluruh kehendak-Nya. Dan Ia ingin mengajar kita supa-
ya mempertimbangkan cara-cara kita, khususnya bahwa meng-
utus hamba-hamba Tuhan yaitu pekerjaan yang hanya boleh
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang. Cermatilah,
(1) Siapa yang bertanya-tanya. Dia yaitu Tuhan Allah dalam
kemuliaan-Nya, yang dilihat Yesaya di atas takhta yang
tinggi dan menjulang. Sebuah kehormatan bagi pelayanan
bahwa, ketika Allah hendak mengutus seorang nabi untuk
berbicara dalam nama-Nya, Ia menampakkan diri dalam
segala kemuliaan dunia atas. Hamba-hamba Tuhan yaitu
duta Raja segala raja. Betapapun hinanya mereka, Dia
yang mengutus mereka yaitu agung. Dia yaitu Allah
yang memiliki tiga Pribadi (Siapa yang mau pergi untuk
Kita? [KJV], seperti dalam Kejadian 1:26, baiklah Kita
menjadikan manusia), Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sama
seperti Ketiganya sepakat dalam mencipta, demikian pula
Ketiganya sepakat dalam menebus dan memerintah manu-
sia. Hamba-hamba Tuhan ditahbiskan dalam nama yang
sama yang di dalamnya semua orang Kristen dibaptis.
(2) Apa yang dipertanyakan: Siapakah yang akan Kuutus, dan
siapakah yang mau pergi? Menurut sebagian orang, ini me-
rujuk pada pesan khusus itu, yaitu tentang murka ter-
hadap Israel (ay. 9-10). “Siapa yang mau pergi untuk mela-
kukan tugas yang memilukan seperti ini, yang dengannya
mereka akan pergi dengan perasaan pahit dalam jiwa
mereka?” (Yeh. 3:14). Tetapi saya lebih melihat hal ini men-
cakup sesuatu yang lebih luas, yaitu tentang semua pesan
yang dipercayakan kepada sang nabi untuk disampaikan,
dalam nama Allah, kepada bangsa itu, yang di dalamnya
pekerjaan mengeraskan hati itu sama sekali bukan meru-
pakan niat utama, melainkan dampak sampingan dari pe-
san-pesan itu (2Kor. 2:16). Pertanyaan Siapakah yang akan
132
Kuutus? mengisyaratkan bahwa pekerjaan itu sedemikian
rupa sehingga menuntut seorang utusan yang terpilih dan
andal (Yer. 49:19). Allah sekarang menampakkan diri, dila-
yani oleh para malaikat kudus, namun bertanya, Siapakah
yang akan Kuutus? Sebab Ia ingin mengutus kepada mere-
ka seorang nabi dari antara saudara mereka (Ibr. 2:17).
Perhatikanlah
[1] Suatu perkenanan Allah yang tak terucapkan bagi kita
bahwa Ia senang memberitahukan pikiran-Nya kepada
kita melalui manusia seperti kita sendiri, yang tidak
akan membuat kita ketakutan, dan yang juga sama-
sama memiliki kepentingan dalam pesan-pesan yang
mereka bawa itu. Mereka yang bekerja bersama-sama
dengan Allah itu yaitu orang-orang yang juga berdosa
dan menderita seperti kita.
[2] Sangatlah langka untuk menemukan seorang yang pan-
tas pergi bagi Allah, dan membawa pesan-pesan-Nya ke-
pada anak-anak manusia: Siapakah yang akan Kuutus?
Siapa yang memadai? Dibutuhkan suatu keberanian
tertentu untuk dapat bekerja dengan setia bagi Allah,
selain juga kepedulian besar terhadap jiwa-jiwa manu-
sia untuk tetap setia. Juga, bersamaan dengan itu di-
perlukan pengertian yang mendalam akan rahasia-raha-
sia Kerajaan Sorga sedemikian rupa supaya orang ter-
sebut bisa terampil, dan orang semacam ini jarang di-
temukan. Seorang yang bisa menafsirkan pikiran Allah
seperti itu hanyalah satu di antara seribu (Ayb. 33:23).
[3] Tidak ada yang diperbolehkan pergi untuk Allah kecuali
mereka yang diutus oleh-Nya. Ia tidak akan mengakui
siapa pun selain orang-orang yang ditunjuk-Nya (Rm.
10:15). Urusan Kristuslah untuk menugaskan orang ke
dalam pelayanan (1Tim. 1:12).
2. Persetujuan Yesaya terhadap amanat yang diterimanya: Maka
sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” Dia akan pergi melakukan
tugas yang memilukan. Tugas itu tampaknya diminta dengan
cara mengemis-ngemis, dan setiap orang menolaknya, namun
Yesaya menawarkan diri untuk melakukannya. Suatu kehor-
matan jika kita menjadi satu-satunya yang tampil bagi Allah
Kitab Yesaya 6:9-13
133
(Hak. 5:7). Kita tidak boleh berkata, “Aku akan pergi kalau aku
pikir aku dapat berhasil.” Sebaliknya, “Aku akan pergi, dan
menyerahkan keberhasilan kepada Allah. Ini aku, utuslah
aku.” Yesaya sendiri sebelumnya sedang bersedih hati (ay. 5),
penuh keraguan dan ketakutan. Tetapi sekarang setelah ia
mendapat jaminan pengampunan dosa, awan-awan mendung
itu ditiup pergi, dan ia dijadikan pantas untuk melakukan pe-
kerjaan itu dan maju untuknya. Apa yang dikatakannya meng-
gambarkan,
(1) Kesiapan hatinya: “Ini aku, dengan sukarela, tanpa terte-
kan untuk melaksanakan tugas pelayanan itu.” Lihatlah
aku, demikian kata yang dipakai. Allah berkata kepada
kita, Lihat Aku (65:1, KJV) dan ini Aku (58:9), bahkan sebe-
lum kita memanggil. Maka marilah kita berkata demikian
kepada-Nya apabila Ia benar-benar memanggil.
(2) Tekadnya, “Ini aku, siap menghadapi kesulitan-kesulitan
terbesar. Aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung
batu.” Bandingkan ini dengan pasal 50:4-7.
(3) Ia menyerahkan dirinya kepada Allah: “Utus aku ke mana
saja Engkau mau. Pakai aku seperti yang Engkau kehen-
daki. Utus aku, maksudnya, Tuhan, beri aku mandat dan
perintah penuh. Utus aku, maka tidak ada lagi keraguan
bahwa Engkau akan mendampingiku.” Sungguh suatu peng-
hiburan besar bagi orang-orang yang diutus Allah bahwa
mereka pergi untuk Allah, dan karena itu dapat berbicara
dalam nama-Nya, sebab mereka mendapat wewenang dan
yakin bahwa Ia akan menopang mereka.
Kebutaan secara Hartikel m Diancam
(6:9-13)
9 Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: De-
ngarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sung-
guh, tetapi menanggap: jangan! 10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah
telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya
dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.” 11 Kemu-
dian aku bertanya: “Sampai berapa lama, ya Tuhan?” Lalu jawab-Nya: “Sam-
pai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di
rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. 12
TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh
negeri menjadi kosong. 13 Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari
134
mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya
akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal
berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang
kudus!”
Allah menanggapi betul-betul perkataan Yesaya, dan di sini meng-
utus dia untuk suatu tugas yang aneh, yaitu untuk menubuatkan
kehancuran umat-Nya dan bahkan membuat mereka matang me-
nunggu kehancuran itu. Juga, untuk memberitakan apa yang, kare-
na sudah mereka salahgunakan, akan menjadi bagi mereka bau
kematian yang mematikan. Ini akan menjadi bayangan dan gambar-
an dari keadaan jemaat Yahudi pada zaman Mesias, ketika mereka
dengan keras hati akan menolak Injil, dan karena itu akan ditolak
Allah. Ayat-ayat ini dikutip sebagian, atau dirujuk sebanyak enam
kali, dalam Perjanjian Baru, yang menyiratkan bahwa pada zaman
Injil penghakiman-penghakiman rohani ini akan paling sering ditim-
pakan. Meskipun penghakiman itu paling sedikit membuat keribut-
an, dan datang tanpa tanda-tanda lahiriah, namun dari semua
penghakiman, penghakiman itulah yang paling mengerikan. Di sini
Yesaya diberi pengertian untuk memahami keempat hal berikut ini:
1. Bahwa pada umumnya orang-orang yang kepada mereka ia diutus
akan menutup telinga terhadap pemberitaannya, dan dengan
sengaja menutup mata terhadap semua penyingkapan pikiran dan
kehendak Allah yang harus ia sampaikan kepada mereka (ay. 9):
“Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini, bangsa yang bodoh
dan celaka ini, katakanlah kepada mereka sendiri, katakan ke-
pada mereka betapa bodoh dan dungunya mereka.” Yesaya harus
memberitakan firman Allah kepada mereka, dan mereka memang
akan mendengarnya, tetapi itu saja. Mereka tidak akan memper-
hatikannya. Mereka tidak akan mengerti dia. Mereka tidak akan
bersusah-payah, atau memakai pikiran mereka yang perlu dipakai
untuk memahami dia. Mereka sudah berprasangka terhadap apa
yang menjadi maksud dan arti sebenarnya dari apa yang ia
katakan, dan karena itu mereka tidak akan mengerti dia, atau
berpura-pura tidak mengerti. Mereka melihat sungguh-sungguh
(sebab penglihatan itu jelas dan terpapar di hadapan mereka, se-
hingga orang yang berlari pun dapat membacanya). Tetapi mereka
tidak menanggap bahwa ada kepentingan mereka sendiri di da-
lamnya. Bagi mereka itu hanyalah cerita dongeng. Perhatikanlah,
Kitab Yesaya 6:9-13
135
ada banyak orang yang mendengar bunyi firman Allah, tetapi
tidak merasakan kuasanya.
2. Bahwa, karena ternyata mereka tidak menjadi lebih baik oleh
pelayanannya, maka mereka akan dibuat menjadi lebih buruk
olehnya. Orang yang dengan sengaja membutakan diri harus di-
butakan secara hartikel m (ay. 10 ): “Mereka tidak akan mengerti
atau menanggap kamu, dan karena itu kamu akan ikut berperan
dalam membuat hati mereka keras, mati rasa, dan penuh nafsu,
dan dengan demikian membuat telinga mereka lebih berat men-
dengar, dan membuat mata mereka semakin melekat tertutup.
Sehingga, pada akhirnya, pemulihan dan pertobatan mereka akan
benar-benar mustahil. Mereka tidak akan lagi melihat dengan
mata mereka bahaya yang mengancam mereka, ambang kehan-
curan yang menanti mereka, ataupun jalan keluar dari situ.
Mereka tidak akan lagi mendengar dengan telinga mereka peri-
ngatan-peringatan dan perintah-perintah yang diberikan kepada
mereka, atau mengerti dengan hati mereka perkara-perkara yang
menyangkut damai sejahtera mereka, sehingga mereka berbalik
dari kesalahan jalan-jalan mereka, dan dengan demikian menjadi
sembuh.” Perhatikanlah,
(1) Pertobatan orang-orang berdosa yaitu penyembuhan bagi
mereka.
(2) Pemahaman yang benar yaitu penting untuk pertobatan.
(3) Adakalanya Allah, dalam penghakiman yang benar, menyerah-
kan orang pada kebutaan pikiran dan kesesatan, karena mereka
tidak mau menerima kebenaran di dalam kasih terhadapnya
(2Tes. 2:10-12). Barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar.
(4) Bahkan firman Allah sering kali terbukti menjadi sarana un-
tuk mengeraskan hati para pendosa. Sang nabi penginjil ini
sendiri membuat hati bangsa ini keras, bukan hanya sewaktu
ia menubuatkannya, dengan menjatuhkan hartikel man ini atas
mereka dalam nama Allah, dan memeteraikan mereka di ba-
wah hartikel man itu, melainkan juga karena pemberitaannya
memiliki kecenderungan untuk itu. Pemberitaannya menggon-
cangkan sebagian orang yang terlelap dalam rasa aman (yang
bagi mereka pemberitaan itu merupakan nyanyian yang in-
dah), dan membuat sebagian yang lain lebih sakit hati, yang
bagi mereka pemberitaan itu merupakan suatu kecaman yang
keterlaluan sampai mereka tidak bisa tahan mendengarnya.
136
Sebagian orang memandang firman Allah sebagai hak isti-
mewa, dan kebersalahan-kebersalahan mereka ditutup oleh-
nya (Yer. 7:4). Sebagian yang lain memandangnya sebagai hal
yang memancing amarah, dan kebobrokan-kebobrokan diung-
kit sampai mereka digusarkan olehnya.
3. Bahwa akibat dari hal ini yaitu kehancuran mereka sepenuhnya
(ay. 11-12). Sang nabi sama sekali tidak berkeberatan terhadap
keadilan hartikel man ini, tidak pula ia menolak pergi melakukan
tugas seperti itu. Sebaliknya, ia bertanya, “Sampai berapa lama,
ya Tuhan?” (pertanyaan yang muncul seketika): “Akankah selalu
begitu? Haruskah aku dan nabi-nabi lain selalu bekerja dengan
sia-sia di antara mereka, dan apakah segala sesuatunya tidak
akan penah menjadi lebih baik?” Atau (seperti yang terlihat dari
jawabannya) “Tuhan, akan jadi apa ini pada akhirnya? Apa yang
akan menjadi kesudahannya?” Sebagai jawaban untuk ini, ia
diberi tahu bahwa hal itu akan berakhir dengan kehancuran ter-
akhir dari jemaat dan bangsa Yahudi. “Apabila firman Allah,
terutama firman Injil, sudah dilecehkan oleh mereka seperti itu,
mereka akan dicabut sebagai jemaat, dan sebagai akibatnya akan
binasa. Kota-kota mereka tidak akan berpenghuni, dan rumah-
rumah di pedesaan mereka juga demikian. Tanah mereka tidak
akan diolah, ditinggalkan dan telantar (seperti dalam tafsiran yang
agak luas), karena orang-orang yang seharusnya mengisi rumah-
rumah dan mengolah tanah semuanya terbunuh oleh pedang,
kelaparan, atau wabah penyakit. Sementara mereka yang terluput
dibawa pergi jauh ke dalam pembuangan, sehingga negeri itu
akan ditinggalkan penduduknya secara besar-besaran. Negeri
yang padat itu akan menjadi padang gurun, dan kemuliaan dari
segala negeri itu akan ditinggalkan.” Perhatikanlah, penghakiman-
penghakiman rohani sering kali membawa serta penghakiman-
penghakiman jasmani atas orang-orang dan tempat-tempat. Hal
ini secara sebagian digenapi dalam kehancuran Yerusalem oleh
orang Kasdim, ketika tanah itu, karena ditinggalkan dan menjadi
sunyi, menikmati hari-hari sabatnya selama tujuh puluh tahun.
Akan tetapi, karena nubuat-nubuat sebelumnya dengan begitu
jelas diterapkan dalam Perjanjian Baru kepada orang-orang Ya-
hudi pada masa Juruselamat kita, tidak diragukan lagi bahwa hal
ini menunjuk pada kehancuran terakhir dari bangsa itu oleh
bangsa Romawi, yang mendapat penggenapannya secara penuh.
Kitab Yesaya 6:9-13
137
Dan dampak-dampaknya yaitu bahwa bangsa dan negeri itu
tetap berada di bawah sampai hari ini.
4. Bahwa umat sisa akan disimpan sebagai tugu peringatan belas
kasihan (ay. 13). Ada suatu sisa yang tersimpan dalam kehancur-
an terakhir bangsa Yahudi (Rm. 11:5, pada waktu ini ada tinggal
suatu sisa). Karena demikianlah yang tertulis di sini: Tetapi di situ
masih tinggal sepersepuluh dari mereka, sejumlah tertentu, tetapi
jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan banyaknya orang
yang akan binasa dalam ketidakpercayaan mereka. Umat sisa itu
yaitu apa yang, dalam hartikel m Taurat, merupakan bagian Allah.
Mereka akan dikuduskan bagi Allah seperti layaknya persepuluh-
an, dan akan diabdikan untuk melayani Dia dan kehormatan-Nya.
Mengenai persepuluhan ini, yaitu umat sisa yang diselamatkan
ini, kita diberi tahu di sini,
(1) Bahwa mereka akan kembali (ay. 13; 10:21), akan kembali dari
dosa dan berbalik kepada Allah dan kewajiban, akan kembali
dari pembuangan ke negeri mereka sendiri. Allah akan mem-
balikkan mereka, dan mereka akan berbalik.
(2) Bahwa mereka akan dimakan (KJV), maksudnya akan berke-
nan pada Allah seperti halnya persepuluhan, yang merupakan
makanan di rumah Allah (Mal. 3:10). Penyelamatan umat sisa
ini akan menjadi makanan bagi iman dan pengharapan orang-
orang yang mengharapkan kebaikan bagi Kerajaan Allah.
(3) Bahwa mereka akan menjadi seperti pohon kayu di musim
dingin, yang mempunyai hidup, meskipun tidak memiliki
daun-daun: Seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang
tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang, demikian pula
umat sisa ini, meskipun kesejahteraan lahiriah mereka dilu-
cuti dan mereka turut merasakan malapetaka bersama orang
lain, namun mereka akan pulih, seperti pohon di musim semi,
dan bertumbuh kembali. Meskipun jatuh, mereka tidak akan
sampai tergeletak. Karena bagi pohon masih ada harapan:
apabila ditebang, ia bertunas kembali (Ayb. 14:7).
(4) Bahwa umat sisa yang dibedakan ini akan menjadi penopang dan
penyokong kepentingan-kepentingan umum. Tunas yang kudus di
dalam jiwa yaitu pokok dari manusia. Pedoman anugerah yang
memerintah di dalam hati akan menjaga kehidupan di dalamnya.
Orang yang lahir dari Allah mempunyai benih ilahi yang tetap ada
138
di dalam dia (1Yoh. 3:9). Jadi tunas yang kudus di dalam negeri
yaitu pokok dari negeri itu, menjaganya supaya tidak tercerai-
berai, dan mengokohkan tiang-tiangnya (Mzm. 75:4). Lihat pasal
1:9. Sebagian orang menggabungkan kalimat sebelumnya dengan
kalimat di sini, sehingga berbunyi: Sebagaimana yang menopang
Syalekhet yaitu pohon beringin dan pohon jawi-jawi, demikian
pula tunas yang kudus yaitu pokok dari Syalekhet. Seperti
pohon-pohon yang tumbuh di kedua sisi jalan lintas (jalan yang
ditinggikan, atau jalan yang bertingkat-tingkat, dari istana raja
menuju Bait Suci [1Raj. 10:5], di pintu gerbang Syalekhet [1Taw.
26:16]) menyokong jalan lintas itu dengan meninggikan tanah,
yang jika tidak demikian akan runtuh, demikian pula sedikit sisa
umat yang beriman, yang sungguh-sungguh dan berdoa yaitu
penopang negara, dan membantu menjaga segala sesuatunya
tetap utuh, dan menyelamatkannya dari pembusukan. Sebagian
orang memandang bahwa tunas yang kudus ini yaitu Kristus.
Oleh karena itulah bangsa Yahudi diselamatkan dari kehancuran
sepenuhnya, sebab bangsa itu akan menurunkan Mesias dalam
keadaan-Nya sebagai manusia (Rm. 9:5). Janganlah musnahkan
itu, sebab di dalamnya masih ada berkat (65:8). Dan ketika berkat
itu datang, bangsa itu pun segera dihancurkan. Nah, permenung-
an akan hal ini dimaksudkan untuk mendartikel ng sang nabi dalam
pekerjaannya. Meskipun untuk sebagian besar orang akan binasa
dalam ketidakpercayaan mereka, namun bagi sebagian kecil yang
lain perkataannya akan menjadi bau hidup yang menghidupkan.
Hamba-hamba Tuhan tidak sepenuhnya bekerja dengan sia-sia
sekalipun mereka hanya berperan dalam menyelamatkan satu
saja jiwa yang malang.
PASAL 7
asal ini yaitu sebuah khotbah khusus untuk peristiwa tertentu,
yang di dalamnya sang nabi menyanyikan baik kasih karunia
maupun penghakiman bagi orang-orang yang tidak juga mau sadar
atau mengerti. Dia meniup seruling bagi mereka, tetapi mereka tidak
mau menari. Dia meratapi mereka, tetapi mereka tidak menangis.
Inilah,
I. Ketakutan besar yang dirasakan Ahas karena ada usaha ser-
buan dari gabungan pasukan Aram dan Israel terhadap Yeru-
salem (ay. 1-2).
II. Kepastian yang Allah kirimkan kepadanya melalui nabi untuk
membangkitkan semangatnya, bahwa usaha tersebut akan di-
kalahkan dan Yerusalem akan dipelihara (ay. 3-9).
III. Penegasan mengenai hal ini melalui sebuah pertanda yang
Allah berikan kepada Ahas, ketika dia tidak mau meminta-
nya. Pertanda ini menunjuk kepada Kristus, dan penebusan
kita oleh-Nya (ay. 10-16).
IV. Sebuah ancaman tentang kehancuran besar yang akan Allah
timpakan kepada Ahas dan kerajaannya melalui orang-orang
Asyur, walaupun mereka luput dari terpaan badai saat ini,
karena mereka tetap meneruskan kejahatan mereka (ay. 17-
25). Dan ini dituliskan untuk menghibur sekaligus untuk
memperingatkan kita.
P
140
Kesusahan Ahas; Penghiburan yang
Diberikan kepada Ahas
(7:1-9)
1 Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja
Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk
berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya. 2
Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: “Aram telah berkemah di
wilayah Efraim,” maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan
seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin. 3 Berfirmanlah TUHAN
kepada Yesaya: “Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear
Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada
Padang Tukang Penatu, 4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu
dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena
kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin
dengan Aram dan anak Remalya. 5 Oleh karena Aram dan Efraim dengan
anak Remalya telah merancang yang jahat atasmu, dengan berkata: 6 Marilah
kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya,
kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya, 7 maka
beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan
terjadi, 8 sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala
Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi
bangsa lagi. 9 Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah
kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.”
Penugasan Nabi Yesaya diperbarui pada tahun raja Uzia meninggal
(6:1). Yotam, anaknya, memerintah, dan memerintah dengan baik,
selama enam belas tahun. Selama masa itu, sudah pasti, Yesaya ber-
nubuat sesuai dengan yang diperintahkan kepadanya, tetapi kita
tidak mendapati satu pun nubuatnya dalam kitab ini yang dibubuhi
tanggal dari masa pemerintahan Yotam. Namun nubuat ini, yang
ditulis pertama, yaitu pada zaman Ahas, anak Yotam. Banyak
khotbah yang sangat baik dan berguna yang dia khotbahkan yang
tidak disebarluaskan dan dicatat. Karena jika semua yang mengesan-
kan ditulis, maka dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang
harus ditulis itu (Yoh. 21:25). Mungkin pada masa pemerintahan
Ahas, seorang raja yang jahat, dia tidak memiliki kesempatan untuk
berkhotbah di istana sebanyak pada zaman Yotam, dan oleh karena
itu dia menulis lebih banyak pada masa Ahas, untuk memberi
kesaksian melawan mereka. Inilah,
I. Sebuah rancangan yang sangat hebat dibuat melawan Yerusalem
oleh Rezin raja Aram dan Pekah raja Israel, dua raja yang ber-
tetangga, yang belum lama sebelumnya sudah pernah membuat
serangan-serangan terhadap Yehuda secara terpisah. Pada akhir
pemerintahan Yotam, TUHAN menyuruh Rezin dan Pekah menye-
Kitab Yesaya 7:1-9
141
rang Yehuda (2Raj. 15:37). Tetapi sekarang, pada tahun kedua
atau ketiga masa pemerintahan Ahas, didorong oleh keberhasilan-
keberhasilan mereka yang sebelumnya, mereka mengadakan
suatu persekongkolan melawan Yehuda. Karena Ahas, walaupun
mendapati ada pedang yang mengancam kepalanya, memulai
pemerintahannya dengan penyembahan berhala, maka Allah
menyerahkannya ke dalam tangan raja orang Aram dan raja Israel
(2Taw.28:5), dan seorang pembantai besar yang mereka bangkit-
kan di kerajaannya (ay. 6-7). Bersemangat karena kemenangan
ini, mereka naik menuju Yerusalem, kota kerajaan, untuk ber-
perang melawannya, untuk menyerbu kota itu, dan menjadikan
diri mereka penguasanya. Namun ternyata hasilnya yaitu mere-
ka tidak dapat mencapai tujuan mereka. Perhatikanlah, dosa sua-
tu negeri mendatangkan serbuan-serbuan bangsa asing ke negeri
itu dan menyingkapkan tempat-tempat dan jalan-jalan yang
paling menguntungkan kepada musuh. Dan kadang kala Allah
membuat satu bangsa yang jahat menjadi sebuah alat hartikel man
bagi yang lain. Namun penghakiman, biasanya, dimulai di rumah
Allah.
II. Kesusahan besar yang dialami Ahas dan istananya ketika mereka
menerima nasihat tentang rencana ini: Diberitahukanlah kepada
keluarga Daud bahwa Aram dan Efraim telah sepakat bersekutu
melawan Yehuda (ay. 2). Keluarga kerajaan yang mengalami
kemerosotan akhlak ini disebut keluarga Daud, untuk meng-
ingatkan kita tentang pokok perjanjian Allah dengan Daud (Mzm.
89:31-34): Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku maka Aku
akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, tetapi kasih
setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya, yang digenapi
dengan luar biasa dalam pasal ini. Berita yang disampaikan bah-
wa Aram dan Israel bergabung, dan telah merebut padang, istana,
kota, dan negeri, menimbulkan ketakutan besar. Hati Ahas geme-
tar ketakutan, dan kemudian tidaklah mengherankan bahwa hati
rakyatnya demikian pula, seperti pohon-pohon hutan bergoyang
ditiup angin. Mereka terguncang dan gemetar, dan dibuat sangat
kacau dan bingung, ragu-ragu dan tidak yakin dalam diri mereka,
pontang-panting ke sana kemari, dan tidak dapat menenangkan
diri. Mereka menyerah kepada badai, dan membiarkan segalanya
hilang, karena menganggap sia-sia saja untuk melawan. Nah, hal
142
yang menyebabkan ketakutan ini yaitu perasaan bersalah dan
kelemahan iman mereka. Mereka telah menjadikan Allah sebagai
seteru mereka, dan tidak tahu cara menjadikan-Nya sebagai
kawan mereka, dan oleh karena itu ketakutan menguasai mereka.
Sebaliknya, orang-orang yang hati nuraninya tetap bersih tanpa
pelanggaran, dan yang hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada
TUHAN, tidak perlu takut kepada kabar celaka. Sekalipun bumi
berubah, mereka tidak akan takut. Tetapi orang-orang jahat akan
lari karena bunyi daun yang ditiupkan angin (Im. 26:36).
III. Perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada
Yesaya supaya pergi dan membesarkan hati Ahas yang sedang
mengalami kesusahan. Ini bukanlah untuk kepentingan Ahas
sendiri (dia tidak pantas mendengar apa pun dari Allah kecuali
kata-kata kengerian, yang dapat menambahkan penderitaan pada
kesedihannya), melainkan karena dia yaitu seorang keturunan
Daud dan raja Yehuda. Allah baik kepadanya demi bapa leluhur-
nya, yang tidak boleh dilupakan, dan demi rakyatnya, yang tidak
boleh ditinggalkan, tetapi akan bangkit semangatnya jika Ahas
pun demikian. Perhatikanlah,
1. Allah menugaskan sang nabi untuk menemui Ahas, walaupun
Ahas tidak menyuruh orang untuk memanggil nabi supaya ber-
bicara dengan dia, ataupun ingin supaya nabi bertanya kepada
Tuhan bagi dia (ay. 3). Baiklah engkau keluar menemui Ahas.
Perhatikanlah, Allah sering ditemukan oleh orang-orang yang
tidak mencari Dia, jadi terlebih lagi Ia akan ditemukan oleh
orang-orang yang mencari Dia dengan tekun. Dia memberikan
penghiburan kepada banyak orang yang bukan hanya tidak
pantas mendapatkannya, melainkan juga tidak memintanya.
2. Allah menyuruh dia supaya membawa anaknya yang kecil, ka-
rena anaknya itu membawa sebuah khotbah di dalam nama-
nya, Syear Yasyub – Orang-orang yang tersisa akan kembali.
Terkadang nabi-nabi merekam hal yang mereka khotbahkan di
dalam nama-nama anak-anak mereka yang mengandung arti
(seperti dalam Hos. 1:4, 6, 9). Itulah sebabnya dikatakan bah-
wa anak-anak Yesaya yaitu untuk menjadi tanda (8:18).
Anak ini diberi nama demikian untuk membangkitkan sema-
ngat orang-orang dari umat Allah yang ditawan, dengan meya-
kinkan mereka bahwa mereka akan kembali, setidaknya suatu
Kitab Yesaya 7:1-9
143
jumlah sisa dari mereka, yang lebih banyak daripada yang
dapat mereka anggap layak untuk diperoleh. Namun kali ini
Allah melakukan lebih baik dari yang dijanjikan-Nya. Sebab,
Dia memelihara bukan hanya supaya orang-orang yang tersisa
akan kembali, melainkan juga semua orang yang ditawan oleh
pasukan sekutu Aram dan Israel (2Taw. 28:15).
3. Allah menunjukkan kepadanya di mana dia akan menemukan
Ahas. Dia akan menemukannya bukan di dalam bait Allah,
atau rumah ibadah, atau ruang sembahyang kerajaan, melain-
kan di ujung saluran kolam atas, tempat dia, mungkin dengan
banyak pelayannya di sekitarnya, merencanakan cara meng-
atur pekerjaan penanganan air, untuk mengamankannya bagi
kota, atau menghalangi musuh mendapatkan manfaatnya
(22:9-11; 2Taw. 32:3-4), atau memberikan beberapa petunjuk
yang diperlukan untuk memperkuat pertahanan kota sebaik
mungkin menurut kemampuan mereka. Dan mungkin karena
mendapati segala sesuatu dalam keadaan buruk atau tidak
memiliki pertahanan yang baik, saluran harus diperbaiki serta
hal-hal lainnya sudah lapuk, ketakutannya meningkat, dan
kebingungannya kini bertambah dahsyat lebih daripada sebe-
lumnya. Oleh karena itu, Baiklah engkau keluar menemui
Ahas. Perhatikanlah, adakalanya Allah mengirimkan penghi-
buran bagi umatnya pada waktu yang sangat tepat, dan pada
saat mereka sudah dalam puncak ketakutan, Dia mendorong
mereka untuk percaya kepada-Nya.
4. Allah menaruh kata-kata di mulutnya. Jika tidak demikian,
sang nabi tidak akan tahu bagaimana membawakan kabar
baik kepada seseorang yang sedemikian jahat, seorang pen-
dosa di Sion, yang sangat ditakuti. Tetapi Allah memaksud-
kannya sebagai dartikel ngan bagi orang-orang Israel yang setia.
(1) Sang nabi harus mengusir ketakutan mereka, dan menasi-
hati mereka supaya sama sekali tidak menyerah kepada
ketakutan itu, melainkan mengendalikan diri mereka, dan
memelihara nyawa mereka sendiri (ay. 4): Teguhkanlah
hatimu (KJV: Perhatikanlah) dan tinggallah tenang. Perhati-
kanlah, untuk menghibur dibutuhkan peringatan. Supaya
kita dapat tenang, kita perlu memperhatikan dan berjaga-
jaga terhadap hal-hal yang mengancam sehingga membuat
kita gelisah. “Janganlah takut dengan hal yang luar biasa
144
ini, dengan ketakutan ini, yang melemahkan, dan menyik-
sa. Janganlah juga hatimu menjadi lemah, sehingga han-
cur dan tidak berdaya di dalam dirimu. Tetapi bangkitkan-
lah semangatmu, bergembiralah atas hal itu, dan jadilah
berani. Jangan biarkan ketakutan mengacaukan pertolong-
an yang ditawarkan akal sehat dan iman untuk mendu-
kungmu.” Perhatikanlah, orang-orang yang mengharapkan
Allah supaya menolong mereka harus menolong diri
mereka sendiri (Mzm. 27:14).
(2) Sang nabi harus mengajar mereka untuk menganggap ren-
dah musuh-musuh mereka, bukan dalam kesombongan,
atau percaya diri, atau kurang pertimbangan (tidak ada
yang lebih berbahaya daripada menganggap rendah musuh
dengan cara demikian), melainkan dengan iman dan keter-
gantungan kepada Allah. Dengan ketakutan Ahas menye-
but mereka dua raja cerdik yang sangat kuat, karena dia
bukanlah lawan yang setara bagi salah seorang dari mere-
ka, sehingga apalagi jika mereka bersatu, dia tidak berani
memandang langsung ke wajah mereka, ataupun bangkit
melawan mereka. “Tidak,” kata nabi, “mereka yaitu dua
puntung kayu api yang berasap. Mereka marah, mereka
ganas, mereka sangat geram, seperti kayu-kayu api, seperti
bola-bola api, dan mereka membuat satu sama lain sema-
kin hebat dengan bersekutu, seperti batang-batang api
yang disatukan supaya membakar lebih ganas. Tetapi me-
reka hanyalah kayu-kayu api yang berasap. Dan, di mana
ada asap di situ ada api, tetapi bisa saja tidak sehebat yang
ditakutkan. Ancaman-ancaman mereka akan menghilang
bersama asap. Firaun raja Mesir hanyalah tukang ribut
(Yer. 46:17), dan Rezin raja Aram hanyalah asap. Dan
seperti itulah semua musuh jemaat Allah, sumbu yang
pudar nyalanya, yang akan segera dipadamkan. Bukan
hanya itu saja, mereka yaitu puntung kayu api yang ber-
asap, yang berarti sudah terbakar habis. Kekuatan mereka
sudah terpakai habis. Mereka telah membakar habis diri
mereka sendiri dengan panasnya kemarahan mereka sen-
diri. Engkau dapat meletakkan kakimu di atas mereka dan
menginjak mereka.” Kedua kerajaan, Aram dan Israel, saat
itu sudah hampir berakhir. Perhatikanlah, semakin kita
Kitab Yesaya 7:1-9
145
memandang Allah sebagai sebuah api yang membakar
sampai habis, semakin sedikit alasan bagi kita untuk takut
kepada manusia, sehebat apa pun kegeraman mereka. Bu-
kan hanya itu saja, kita akan mampu memandang rendah
mereka sebagai kayu-kayu api yang berasap.
(3) Sang nabi harus meyakinkan mereka bahwa rencana se-
kutu-sekutu besar itu (demikianlah mereka menganggap
diri mereka sendiri) melawan Yerusalem ini sudah pasti
akan digagalkan dan menjadi sia-sia (ay. 5-7).
[1] Hal yang Ahas anggap paling hebat justru menjadi alas-
an kekalahan mereka, yaitu dalamnya rencana-rencana
mereka dan tingginya harapan-harapan mereka: “Oleh
karena itu mereka akan dibuat bingung dan mundur
dengan rasa malu, karena mereka telah merancang
yang jahat atasmu, yang merupakan pelanggaran bagi
Allah. Kayu-kayu api ini seperti asap yang naik ke da-
lam hidung-Nya (65:5), dan oleh karena itu harus dipa-
damkan.” Pertama, mereka sangat pendengki dan jahat,
dan, oleh karenanya mereka tidak akan berhasil.
Yehuda tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap
mereka. Mereka tidak memiliki dalih untuk berseteru
dengan Ahas, tetapi, tanpa alasan apa pun, mereka ber-
kata, Marilah kita maju menyerang Yehuda dan mena-
kut-nakutinya. Perhatikanlah, orang-orang yang meng-
ganggu, jangan berharap akan berhasil, orang-orang
yang senang berbuat jahat, jangan berharap akan maju.
Kedua, mereka sangat percaya diri, dan yakin akan ber-
hasil. Mereka akan mengganggu Yehuda dengan menye-
rangnya. Namun bukan hanya itu saja. Mereka tidak
ragu-ragu untuk membuat lubang lebar pada tembok
Yerusalem supaya tentara mereka dapat berbaris ma-
suk melewatinya. Atau mereka mengharapkan akan
membelah atau membagi kerajaan itu menjadi dua
bagian, satu untuk raja Israel, yang lainnya untuk raja
Aram, yang telah sepakat mengenai seorang raja muda –
seorang raja yang akan diangkat di tengah-tengahnya,
yaitu anak Tabeel, seseorang yang tidak dikenal, tidak
pasti dia seorang Aram atau Israel. Begitu yakinnya
akan mencapai tujuan, sehingga mereka membagi-bagi
146
mangsa sebelum menangkapnya. Perhatikanlah, orang
yang paling suka mencemooh biasanya yaitu yang
paling kurang berhasil, karena Allah pasti mencemooh
orang yang suka mencemooh.
[2] Allah sendiri memberikan janji-Nya kepada Ahas bahwa
usaha tersebut tidak akan berhasil (ay. 7): Beginilah
firman Tuhan ALLAH, Tuhan yang berkuasa atas segala
sesuatu, yang menggagalkan rencana bangsa-bangsa
(Mzm. 33:10), Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan
terjadi. Langkah-langkah mereka akan digagalkan, dan
mereka tidak akan dapat berhasil dengan usaha mere-
ka.” Perhatikanlah, apa pun yang menentang Allah, atau
mengira dapat bertahan tanpa Dia, tidak dapat bertahan
lama. Manusia berencana, tetapi Allah yang menentu-
kan. Dan siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukan-
kah Tuhan yang memerintahkannya? (Rat. 3:37). Perhati-
kanlah Amsal 19:21.
(4) Dia harus menyampaikan kepada mereka harapan akan
hancurnya musuh-musuh ini pada akhirnya, walaupun
saat itu sangat mengerikan bagi mereka.
[1] Mereka tidak akan memperluas kekuasaan mereka, atau
memaksakan penaklukan lebih jauh: Damsyik ialah ibu
kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam hal
inilah mereka bermegah, dan biarlah mereka puas de-
ngannya (ay. 8). Sudah lama Samaria ialah ibu kota
Efraim, dan kepala Samaria sekarang yaitu Pekah,
anak Remalya. Ini supaya mereka mengetahui milik me-
reka, batas-batas mereka sudah ditetapkan, dan mereka
tidak akan melanggar batas-batas itu, untuk menjadi-
kan diri mereka penguasa kota-kota Yehuda, apalagi
menjadikan Yerusalem sebagai mangsa mereka. Ingat-
lah, seperti halnya Allah telah menetapkan bagi manu-
sia batas-batas kediaman mereka (Kis. 17:26), demikian
pula Dia menetapkan bagi para raja batas-batas kekua-
saan mereka, dan mereka harus menahan diri agar te-
tap di dalamnya, dan tidak melanggar hak-hak tetangga
mereka.
Kitab Yesaya 7:1-9
147
[2] Efraim, yang mungkin yaitu musuh yang lebih jahat
dan lancang di antara keduanya, tidak lama lagi akan
benar-benar disapu bersih, dan sama sekali tidak dapat
merampas tanah orang lain, bahkan untuk memper-
tahankan tanah mereka sendiri saja tidak mampu. Para
penafsir sangat bingung bagaimana menghitung kurun
waktu enam puluh lima tahun di mana Efraim akan
pecah, tidak menjadi bangsa lagi, karena penawanan
sepuluh sartikel terjadi hanya sebelas tahun sesudah ini.
Dan sebagian orang menyimpulkan bahwa itu yaitu
kesalahan pencatat kitab ini, dan berpendapat bahwa
seharusnya yang benar yaitu dalam enam dan lima
tahun, hanya sebelas tahun. Tetapi ini sulit diterima.
Yang lain beranggapan bahwa yang dimaksudkan ada-
lah enam puluh lima tahun dari waktu ketika Nabi
Amos pertama kali menubuatkan kehancuran kerajaan
sepuluh sartikel . Dan beberapa penafsir baru-baru ini
menyimpulkannya sebagai memandang jauh ke depan
ke saat kehancuran terakhir negeri itu oleh karena
Esarhadon, yang terjadi sekitar enam puluh lima tahun
setelah ini. Kemudian Efraim begitu hancur sehingga
tidak ada lagi suatu bangsa. Nah, sungguh suatu kebo-
dohan terbesar di dunia bagi barangsiapa yang meng-
hancurkan tetangga mereka padahal mereka sendiri
menjadi sasaran kehancuran, dan sudah begitu dekat
dengan kehancuran itu. Lihatlah apa yang diberitahu-
kan oleh seorang nabi kepada mereka pada saat itu,
ketika mereka menang atas Yehuda (2Taw. 28:10).
Tidak adakah pada kamu sendiri kesalahan yang besar
terhadap TUHAN, Allahmu?
(5) Dia harus mendesak Ahas dan rakyatnya untuk memadu-
kan iman dengan jaminan-jaminan yang dia sampaikan
kepada mereka (ay. 9): “Jika kamu tidak percaya pada per-
kataan yang disampaikan kepadamu, sungguh, kamu tidak
teguh jaya. Keadaanmu yang goyah dan kacau tidak akan
berdiri teguh, jiwamu yang tidak tenang dan gelisah juga
tidak. Walaupun hal-hal yang diberitahukan kepadamu
sangat menguatkan, namun semua itu tidak akan mem-
bangkitkan semangatmu, kecuali kamu mempercayainya,
148
dan mau mempercayai firman Allah.” Perhatikanlah, anu-
gerah iman sungguh-sungguh diperlukan untuk mene-
nangkan dan menenteramkan pikiran di tengah segala gun-
cangan pada masa kini (2Taw. 20:20).
Janji tentang Imanuel
(7:10-16)
10 TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya: 11 “Mintalah
suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang
mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” 12
Tetapi Ahas menjawab: “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai
TUHAN.” 13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga
Daud! Belum cartikel pkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan
Allahku juga? 14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepada-
mu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung
dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia
Imanuel. 15 Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang
jahat dan memilih yang baik, 16 sebab sebelum anak itu tahu menolak yang
jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti
akan ditinggalkan kosong.
Di sini,
I. Allah, melalui sang nabi, memberikan tawaran yang murah hati
kepada Ahas, untuk meneguhkan nubuat-nubuat terdahulu, dan
menguatkan imannya dalam hal-hal tersebut, dengan pertanda
atau mujizat seperti yang dia pilih (ay. 10-11): Mintalah suatu
pertanda dari TUHAN, Allahmu. Lihatlah kesetiaan dan kebenaran
dari Allah di sini. Allah memberitahukan kepada kita tidak lain
daripada apa yang Dia mampu dan siap buktikan. Lihatlah
perendahan diri-Nya yang sangat menakjubkan kepada anak-
anak manusia, yang dengannya Ia mau meyakinkan mereka yang
berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya (Ibr. 6:17).
Dia mempertimbangkan apa kita ini, dan bahwa, karena hidup di
dalam dunia indra, kita cenderung membutuhkan bukti-bukti
yang dapat dipahami melalui indra, yang oleh karenanya Dia telah
menganugerahi kita dengan tanda-tanda dan meterai-meterai
sakramen. Ahas yaitu orang yang jahat, tetapi Allah disebut
sebagai Tuhan Allahnya, karena dia yaitu keturunan dari
Abraham dan Daud, dan bagian di dalam kovenan-kovenan yang
dibuat dengan mereka. Lihatlah betapa Allah murah hati bahkan
kepada orang-orang yang jahat dan tidak bersyartikel r. Ahas disu-
Kitab Yesaya 7:10-16
149
ruh memilih pertandanya, sama seperti Gideon dengan bulu dom-
ba (Hak. 6:37). Biarlah dia meminta suatu pertanda di udara, atau
di bumi, atau di dalam air, karena kuasa Allah sama dalam segala
hal.
II. Ahas menolak tawaran yang murah hati ini dengan kasar, dan
(yang tidak sopan jika disampaikan kepada siapa pun yang lebih
tinggi) mengeluhkan kebaikan hati tersebut, dan meremehkannya
(ay. 12): Aku tidak mau meminta. Alasan yang sebenarnya bahwa
dia tidak mau meminta pertanda yaitu karena dia selama ini
bergantung pada bantuan bangsa Asyur, pada kekuatan mereka,
dan pada ilah-ilah mereka, sehingga dia tidak mau berutang ke-
pada Allah Israel, atau membuat dirinya harus bertanggung jawab
kepada Dia. Ahas tidak mau meminta pertanda untuk meneguh-
kan imannya karena dia sudah menetapkan hati untuk bertahan
dalam ketidakpercayaannya, dan ingin terus ada dalam keraguan-
keraguan dan ketidakpercayaannya. Walaupun begitu, dia ber-
pura-pura memiliki alasan yang saleh: Aku tidak mau mencobai
TUHAN, seolah-olah melakukan apa yang Allah sendiri minta dan
arahkan untuk dia lakukan sama saja dengan mencobai Allah.
Perhatikanlah, tindakan ketidaksetiaan yang tersembunyi terha-
dap Allah sering kali ditutupi dengan topeng penghormatan ke-
pada-Nya yang tampaknya bagus. Dan orang-orang yang sudah
menetapkan hati untuk tidak percaya kepada Allah, biasanya ber-
pura-pura tidak mau mencobai Dia.
III. Sang nabi menegur dia dan istananya, dia dan keturunan Daud,
seluruh keluarga kerajaan, karena mereka menghina nubuat, dan
sama sekali tidak menghargai wahyu ilahi (ay. 13) “Belum cartikel p-
kah kamu melelahkan orang dengan penindasan dan kelaliman
yang engkau lakukan, yang dengannya kamu memberatkan dan
memuakkan seluruh umat manusia, sehingga kamu melelahkan
Allahku juga dengan penghinaan yang engkau lontarkan kepada-
Nya?” Seperti hakim yang tidak adil yang tidak takut akan Allah
dan tidak menghormati seorang pun (Luk. 18:2). Kamu menyusahi
TUHAN dengan perkataanmu (Mal. 2:17). Tidak ada yang lebih
menyedihkan Allah di sorga daripada tindakan tidak memperca-
yai-Nya. “Masakan kamu melelahkan Allahku? Masakan kamu me-
ngira Dia lelah dan tidak mampu menolongmu, atau lelah melaku-
150
kan kebaikan untukmu? Meskipun orang-orang muda menjadi lelah
dan lesu, meskipun kamu dapat melelahkan semua sesamamu,
namun Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung
tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu (40:28-31). Atau ini:
“Dengan menghina nabi-nabi, kamu mengira bahwa kamu hanya
meremehkan manusia yang sama dengan dirimu sendiri, dan
tidak mempertimbangkan bahwa kamu menghina Allah sendiri,
yang pembawa-pembawa berita-Nya yaitu mereka itu, dan mere-
mehkan Dia, yang akan marah karenanya.” Di sini sang nabi me-
manggil Allah sebagai Allahnya dengan sangat senang. Ahas tidak
akan mau mengatakan bahwa, “Dia yaitu Allahku,” walaupun
sang nabi telah mengajak dia mengatakan demikian (ay. 11):
TUHAN, Allahmu. Namun Yesaya mau mengatakan, “Dia yaitu
Allahku.” Perhatikanlah, apa pun yang dilakukan oleh orang lain,
kita harus tetap mengakui Tuhan sebagai Tuhan kita dan tunduk
kepada-Nya.
IV. Sang nabi, atas nama Allah, memberi mereka suatu pertanda:
“Kamu tidak mau meminta suatu pertanda, tetapi ketidakpercaya-
an manusia tidak akan membatalkan janji Allah: Tuhan sendirilah
yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda (ay. 14), suatu
pertanda ganda.”
1. “Sebuah pertanda umum mengenai perkenan-Nya bagi Israel
dan keluarga Daud. Kamu boleh menyimpulkan bahwa Dia
menyediakan rahmat bagimu, dan bahwa kamu tidak ditinggal-
kan oleh Allah-mu, biar sebesar apa pun kesusahan dan bahaya
yang kamu hadapi. Karena, dari bangsamu, dari keturunanmu,
Mesias akan dilahirkan, dan kamu tidak dapat dihancurkan
sementara berkat itu ada padamu, yang akan diperkenalkan,”
(1) “Dengan penuh kemuliaan. Karena, mengingat kamu su-
dah sering diberitahukan bahwa Dia akan dilahirkan di
antara kamu, sekarang aku memberi tahu kamu lebih jauh
bahwa Dia akan dilahirkan oleh seorang perawan, yang
akan menandakan baik kuasa ilahi maupun kesucian ilahi
yang dengannya Dia dibawa ke dalam dunia ini. Itu juga
menandakan bahwa Dia yaitu pribadi yang luar biasa,
karena Dia tidak akan dilahirkan oleh generasi yang biasa.
Dan bahwa Dia kudus, tidak dinodai oleh kecemaran
Kitab Yesaya 7:10-16
151
kodrat alami manusia, sehingga tak terbantahkan lagi Dia
sungguh layak untuk memiliki mahkota Daud bapa-Nya
yang diberikan kepada-Nya.” Nah, walaupun baru akan di-
genapi lebih dari 500 tahun kemudian, ini yaitu pertanda
yang paling menguatkan bagi keluarga Daud (dan kepada
mereka, yang memiliki sebutan itu, yang menerima nubuat
ini [ay. 13]) dan sebuah jaminan bahwa Allah tidak akan
membuang mereka. Efraim memang benar-benar iri kepada
Yehuda (11:13) dan mengusahakan kehancuran kerajaan
itu, tetapi tidak dapat berhasil, karena tongkat kerajaan
tidak akan pernah beranjak dari Yehuda sampai kedatang-
an Silo (Kej. 49:10). Orang-orang yang dirancang Allah
untuk keselamatan besar bisa menerima pertanda itu bagi
mereka sebagai tanda bahwa mereka tidak akan ditelan
oleh kesusahan apa pun yang mereka temui.
(2) Mesias akan diperkenalkan dengan sebuah pesan yang
mulia, yang dibungkus dalam nama-Nya yang mulia: Mere-
ka akan menamakan Dia Imanuel – Allah menyertai kita,
Allah di dalam kodrat kita, Allah yang berdamai dengan
kita, dalam perjanjian dengan kita. Ini digenapi ketika
mereka menyebut Dia Yesus – Seorang Juruselamat (Mat.
1:21-25), karena jika Dia bukan Imanuel – Allah menyertai
kita, maka Dia tidak bisa menjadi Yesus – Seorang Jurusela-
mat. Nah, ini yaitu sebuah pertanda lebih jauh tentang
perkenan Allah bagi keturunan Daud dan sartikel Yehuda.
Sebab, Dia yang bermaksud mengerjakan keselamatan besar
ini di antara mereka sudah pasti akan mengerjakan bagi
mereka segala keselamatan lain yang merupakan lambang
dan gambarannya, dan yang mendahuluinya. “Inilah sebuah
pertanda untukmu, bukan di tempat yang dalam ataupun
di tempat yang tinggi, melainkan dalam nubuat, dalam
janji, dalam kovenan yang dibuat dengan Daud, yang tidak
asing bagimu. Tunas yang dijanjikan akan menjadi Ima-
nuel, Allah menyertai kita. Biarlah kata itu menghiburmu
(8:10), bahwa Allah menyertai kita, dan (ay. 8) bahwa ne-
gerimu yaitu negeri Imanuel.” Janganlah hati keluarga
Daud gemetar ketakutan karena hal itu (ay. 2), dan jangan-
lah juga Yehuda takut karena pengangkatan anak Tabeel
(ay. 6), karena tidak ada yang dapat memotong garis ketu-
152
runan Anak Daud yang akan menjadi Imanuel. Perhatikan-
lah, penghiburan-penghiburan yang terbesar pada masa
kesusahan yaitu yang diperoleh dari Kristus, yaitu hu-
bungan kita dengan Dia, kepentingan kita di dalam Dia,
dan harapan-harapan kita akan Dia dan dari Dia. Me-
ngenai Anak ini diberitahukan lebih lanjut (ay. 15) bahwa
walaupun Dia tidak akan dilahirkan seperti anak-anak
lain, melainkan dari seorang perawan, namun Dia akan
tetap benar-benar dan sungguh-sungguh seorang manusia,
dan akan dirawat dan dibesarkan seperti anak-anak lain:
Ia akan makan dadih dan madu, seperti anak-anak lain,
khususnya anak-anak di negeri yang dialiri susu dan madu
itu. Walaupun Dia dikandung oleh kuasa Roh Kudus, na-
mun Dia tidak akan diberi makan dengan makanan para
malaikat oleh karenanya, melainkan, seperti yang sepan-
tasnya bagi Dia, akan dalam segala hal Ia harus disamakan
dengan saudara-saudara-Nya (Ibr. 2:17). Dia juga, walau-
pun dilahirkan secara luar biasa, tidak akan langsung
menjadi seorang laki-laki dewasa, tetapi, seperti anak-anak
lain, akan bertumbuh secara bertahap melalui beberapa
keadaan, yaitu masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa,
dan bertumbuh dalam hikmat dan kebesaran, dan pada
akhirnya menjadi kuat dalam roh, dan menjadi matang,
hingga tahu bagaimana menolak yang jahat dan memilih
yang baik. Lihat Lukas 2:40, 52. Perhatikanlah, anak-anak
diberi makan ketika mereka kecil supaya mereka dapat
diajar dan dididik ketika mereka tumbuh besar. Peme-
liharaan mereka yaitu untuk pendidikan mereka.
2. Di sini terdapat pertanda lain yang khusus mengenai kehan-
curan yang sebentar lagi akan menimpa raja-raja yang kuat
ini, yang saat itu menjadi ketakutan bagi Yehuda (ay. 16).
“Sebelum anak ini (demikianlah seharusnya diartikan), anak
ini yang saat ini ada dalam dekapanku.” Yang dia maksudkan
bukanlah Imanuel, melainkan Syear Yasyub anaknya sendiri,
yang harus dia bawa bersamanya untuk sebuah pertanda (ay.
3). “Sebelum anak ini tahu menolak yang jahat dan memilih
yang baik” (dan orang-orang yang melihat tinggi postur anak
itu dan pertumbuhan mentalnya saat itu dapat dengan mudah
memperkirakan berapa lama lagi hal itu akan terjadi), “sebe-
Kitab Yesaya 7:17-25
153
lum anak ini tiga atau empat tahun lebih tua, negeri yang
kedua rajanya engkau takuti, persekongkolan kekuatan bangsa
Israel dan Aram ini, yang sangat kamu benci dan takuti, akan
ditinggalkan oleh kedua rajanya (KJV), baik Pekah maupun
Rezin.” Mereka memiliki persekongkolan yang sedemikian erat
sehingga seolah-olah mereka yaitu raja-raja dalam satu ke-
rajaan saja. Hal ini sepenuhnya digenapi, karena dalam waktu
dua atau tiga tahun setelah itu, Hosea bersekutu melawan
Pekah, dan membunuh dia (2Raj. 15:30). Dan sebelum itu raja
Asyur merebut Damsyik, dan membunuh Rezin (2Raj. 16:9).
Bukan hanya itu, ada suatu peristiwa saat itu, yang terjadi de-
ngan segera, dan ketika anak ini membawa nubuat tersebut
dalam namanya, yang merupakan sebuah pertanda dan
jaminan untuk peristiwa di masa yang akan datang ini. Syear
Yasyub berarti suatu sisa akan kembali, yang sudah pasti me-
nunjuk kepada kembalinya secara luar biasa 200.000 tawanan
yang ditawan oleh Pekah dan Rezin, yang dibawa kembali, bu-
kan dengan kekuatan atau kekuasan, melainkan oleh Roh
Tuhan semesta alam. Bacalah ceritanya dalam 2 Tawarikh 28:8-
15. Karena penamaan anak ini yang mengandung nubuat dige-
napi, maka pastilah hal yang ditambahkan lebih jauh mengenai
dia akan digenapi juga, yaitu bahwa Aram dan Israel akan kehi-
langan raja-raja mereka. Satu rahmat dari Allah mendorong kita
untuk mengharapkan rahmat lainnya, jika rahmat itu mengajak
kita untuk bersiap-siap menerima rahmat lainnya.
Penghakiman Diumumkan
(7:17-25)
17 TUHAN akan mendatangkan atasmu dan atas rakyatmu dan atas kaum
keluargamu hari-hari seperti yang belum pernah datang sejak Efraim men-
jauhkan diri dari Yehuda – yakni raja Asyur.” 18 Pada hari itu akan terjadi:
TUHAN bersuit memanggil lalat yang ada di ujung anak-anak sungai Nil, dan
memanggil lebah yang ada di tanah Asyur. 19 Dan semuanya akan datang
hinggap di lembah-lembah yang terjal dan di celah-celah bukit-bukit batu, di
segala pagar duri dan di segala tanah penggembalaan. 20 Pada hari itu
dengan pisau cartikel r yang dipinjam dari seberang sungai Efrat, yakni raja
Asyur, Tuhan akan mencartikel r kepala dan bulu paha, bahkan pisau itu akan
melenyapkan janggut juga. 21 Pada hari itu setiap orang akan memiara seekor
lembu betina yang muda dan dua ekor domba, 22 dan karena banyaknya
susu yang dihasilkan, mereka akan makan dadih; sungguh, dadih dan madu
akan dimakan oleh setiap orang yang masih tinggal di dalam negeri. 23 Pada
hari itu setiap tempat, di mana biasanya tumbuh seribu pohon anggur dan
154
yang berharga seribu syikal perak, akan menjadi tempat puteri malu dan
rumput. 24 Orang pergi ke sana terpaksa membawa anak-anak panah dan
busur, sebab puteri malu dan rumput belaka seluruh negeri itu. 25 Dan
engkau tidak berani pergi ke segala lereng gunung yang biasanya dicangkul,
karena takut akan puteri malu dan rumput; di situ hanya lembu dan domba
akan berkeliaran.
Setelah janji-janji yang menghibur diberikan kepada Ahas sebagai
keturunan keluarga Daud, di sini menyusul ancaman-ancaman yang
mengerikan terhadap dia, sebagai keturunan yang merosot akhlaknya
dari keluarga itu. Karena, walaupun kasih setia Allah tidak akan
seluruhnya dicabut, demi Daud dan perjanjian yang dibuat dengan
dia, namun kejahatannya akan dihartikel m dengan rotan, dan dosanya
akan dihartikel m dengan partikel lan-partikel lan. Biarlah orang-orang yang
tidak mau memadukan iman dengan janji-janji Allah bersiap untuk
mendengar tanda bahaya ancaman-ancaman-Nya.
I. Penghakiman yang diancamkan sangat besar (ay. 17). Penghakim-
an itu sangat besar, karena bersifat luas, akan dijatuhkan ke atas
sang raja sendiri (setinggi apa pun dia, dia tidak akan luput
darinya), dan atas rakyat, seluruh bangsa, dan keluarga kerajaan,
atas seluruh kaum keluarga. Ini akan menjadi penghakiman yang
diwariskan kepada anak-cucu, dan akan mengalir dalam darah
keluarga kerajaan. Penghakiman ini sangat besar, karena belum
pernah terjadi sebelumnya – hari-hari seperti yang belum pernah
datang. Begitu gelap, begitu suram, begitu murung, seperti yang
belum pernah terjadi sejak pemberontakan sepuluh sartikel , ketika
Efraim meninggalkan Yehuda, yang benar-benar merupakan saat
yang menyedihkan bagi keluarga Daud. Perhatikanlah, semakin
lama manusia bertahan di dalam dosa, semakin menyakitkan
penghartikel man yang pantas mereka harapkan. Tuhanlah yang
akan menjatuhkan hari-hari itu ke atas mereka, karena waktu-
waktu kita ada di tangan-Nya. Siapa yang dapat melawan atau
meloloskan diri dari penghakiman yang Dia adakan?
II. Musuh yang akan dipakai sebagai alat penghakiman ini yaitu
raja Asyur. Ahas menyimpan kepercayaan yang sangat besar ter-
hadap raja ini untuk membantunya melawan kekuatan perse-
kongkolan Israel dan Aram, dan tidak peduli dengan apa yang
Allah katakan kepadanya melalui nabi-Nya untuk membesarkan
hatinya, karena dia sudah sangat mengandalkan raja Asyur un-
Kitab Yesaya 7:17-25
155
tuk kepentingan-kepentingannya, dan dengan rendahnya telah
berjanji untuk menjadi hambanya jika dia mau mengirim bebe-
rapa bantuan kepadanya. Dia juga memberikan hadiah emas dan
perak kepadanya, dan untuk itu dia menguras perbendaharaan
rumah Tuhan dan negara (2Raj. 16:7-8). Sekarang Allah mengan-
cam bahwa raja Asyur yang dia jadikan pelindung dengan menge-
sampingkan Allah akan menjadi alat penghartikel man bagi dia. Dan
raja Asyur sangat cepat. Ketika datang kepadanya, raja Asyur
bukan membantu dia, melainkan menyesakkannya (2Taw. 28:20).
Buluh penopang yang diandalkannya bukan hanya patah melain-
kan juga mengenai tangannya dan menusuknya. Dan seperti
itulah raja Asyur sejak saat itu, untuk waktu yang lama, menjadi
duri yang menyakitkan bagi Yehuda, dan memberi mereka banyak
sekali kesukaran. Perhatikanlah, makhluk ciptaan yang kita jadi-
kan pengharapan biasanya terbukti merugikan kita. Raja Asyur,
tidak lama setelah itu, menjadi tuan atas sepuluh sartikel , menawan
mereka, dan memorak-porandakan negeri mereka, sehingga be-
nar-benar memenuhi nubuat di sini. Dan mungkin ini menunjuk
kepada hal itu, sebagai sebuah penjelasan terperinci untuk ayat
8, ketika dinubuatkan bahwa Efraim akan pecah, dan tidak
menjadi sebuah bangsa lagi. Dan mudah untuk mengira bahwa
sang nabi (pada ay. 17) mengarahkan kata-katanya kepada raja
Israel, dengan mengumumkan penghakiman Allah melawan dia
karena menyerbu Yehuda. Tetapi para penafsir biasanya mema-
haminya sebagai Ahas dan kerajaannya. Sekarang perhatikanlah,
1. Panggilan-panggilan yang diberikan kepada penyerbu-penyer-
bu (ay. 18): TUHAN bersuit memanggil lalat dan lebah. Lihatlah
pasal 5:26. Musuh-musuh yang sepertinya sama hinanya de-
ngan seekor lalat atau seekor lebah, dan mudah diremukkan,
tetapi ketika Allah berkenan, mereka akan melakukan pekerja-
an-Nya seampuh singa-singa dan singa-singa muda. Walau-
pun mereka berjauhan satu sama lain seperti sungai-sungai di
Mesir dan tanah Asyur, namun mereka akan bertemu tepat
pada waktunya untuk bergabung dalam pekerjaan ini ketika
Allah memerintahkan mereka untuk datang. Karena, ketika
Allah memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan, Dia tidak
akan kekurangan alat untuk mengerjakannya.
2. Harta milik yang mereka ambil (ay. 19). Tampaknya seolah-
olah negeri itu tidak dalam keadaan mampu untuk mengada-
156
kan perlawanan. Mereka tidak menemui kesulitan dalam me-
maksakan kehendak, melainkan datang hinggap di lembah-
lembah yang terjal (KJV: lembah-lembah yang ditinggalkan),
yang telah ditinggalkan penduduknya saat tanda bahaya per-
tama, dan menjadi mangsa empuk bagi para penyerbu. Mereka
akan datang dan beristirahat di tanah-tanah rendah seperti
kerumunan lalat dan lebah, dan akan membuat diri mereka
tidak terkalahkan dengan berlindung di dalam celah-celah
batu, seperti yang sering dilakukan lebah, dan menunjukkan
kehebatan mereka dengan muncul secara terbuka di segala
pagar duri dan segala tanah penggembalaan. Demikianlah di
mana-mana negeri itu akan diselimuti oleh mereka. Lebah-
lebah ini akan menyatu dengan pagar duri dan tanah peng-
gembalaan, dan di sana beristirahatlah mereka dengan tenang.
3. Ketandusan yang luas yang terjadi, dan negeri itu sebagian
besar kehilangan penduduk (ay. 20): Tuhan akan mencartikel r
kepala dan bulu paha, bahkan janggut juga. Dia akan menyapu
bersih semuanya, seperti penderita penyakit kusta, ketika di-
tahirkan, mencartikel r seluruh rambutnya (Im. 14:8-9). Ini dila-
kukan dengan sebilah pisau cartikel r yang dipinjam, yang dipin-
jam Allah (seolah-olah Dia tidak memiliki sendiri sebilah pun.
Tetapi apa pun yang Dia pinjam, dan siapa pun yang dia
pekerjakan dalam pelayanan apa pun untuk-Nya, akan Dia
bayar. Lihat Yeh. 29:18-19), atau yang dipinjam Ahas untuk
membantunya. Allah akan menjadikannya alat penghancuran-
Nya yang Dia bayar untuk melayani Dia. Perhatikanlah, ada
banyak orang yang dipartikel l oleh tangan manusia yang lebih
mereka percayai daripada tangan Tuhan, dan yang membuat
mereka membayar banyak, padahal dengan iman dan doa me-
reka dapat menemukan pertolongan yang murah dan mudah
di dalam Allah.
4. Akibat kekurangan penduduk di mana-mana ini.
(1) Kawanan-kawanan ternak akan diporak-porandakan selu-
ruhnya, sehingga orang yang memiliki banyak sekali kum-
pulan dan kawanan ternak akan kehilangan semua itu
karena dirampas musuh, dan akan dengan susah payah
memelihara seekor lembu muda dan dua ekor domba un-
tuk dirinya sendiri. Itu yaitu persediaan yang sedikit (ay.
Kitab Yesaya 7:17-25
157
21), namun dia merasa bahagia karena masih ada yang ter-
sisa untuk dimiliki.
(2) Sedikit ternak yang tersisa akan menyediakan makanan
untuk wilayah yang sangat luas sehingga banyak susu
yang dihasilkan, dan itu yaitu susu yang sangat baik,
yang menghasilkan cartikel p dadih (ay. 22). Juga akan ada
kekurangan jumlah manusia sedemikian rupa sehingga
susu dari satu ekor sapi dan dua ekor domba akan cartikel p
untuk seluruh keluarga, yang dulu memiliki banyak sekali
hamba dan menghabiskan jumlah yang sangat banyak,
tetapi sekarang sudah berkurang.
(3) Benih ternak akan dihancurkan, sehingga orang-orang yang
biasanya makan daging (seperti yang biasa dilakukan bang-
sa Yahudi) akan terpaksa membatasi diri dengan dadih dan
madu, karena tidak ada daging untuk mereka. Dan negeri
itu akan kehilangan begitu banyak penduduknya sehingga
akan ada cartikel p dadih dan madu untuk sedikit orang yang
tersisa di dalam negeri itu.
(4) Tanah yang subur, yang biasanya terawat baik-baik, akan
ditutupi seluruhnya dengan puteri malu dan rumput (ay.
23, KJV: onak dan duri). Di tempat biasanya ribuan tanam-
an anggur ditanam, yang untuk itu para penyewa biasanya
membayar seribu syikal atau kepingan perak sewa tahun-
an, tidak akan ada apa pun sekarang kecuali onak dan
duri, tidak ada keuntungan baik untuk tuan tanah mau-
pun penyewa, seluruhnya diporak-porandakan oleh tentara
penyerbu. Perhatikanlah, Allah dapat dengan cepat meng-
ubah suatu tanah yang subur menjadi tandus, dan hanya
Dia saja dapat mengubah pohon anggur menjadi tumbuhan
berduri jika kita, bukannya mempersembahkan anggur
kepada-Nya, malah mempersembahkan anggur asam (5:4).
(5) Peralatan pertanian akan berubah menjadi perlengkapan
perang (ay. 24). Karena seluruh daratan telah menjadi onak
dan duri, daerah-daerah yang biasanya orang datangi
dengan membawa sabit dan alat pemangkas untuk me-
ngumpulkan buah sekarang mereka datangi dengan mem-
bawa anak panah dan busur, untuk berburu binatang liar
di semak belukar, atau untuk mempertahankan diri mere-
ka dari perampok-perampok yang mengintip di semak-
158
semak, mencari mangsa. Atau untuk membunuh ular dan
binatang-binatang berbisa yang bersembunyi di situ. Ini
menunjukkan perubahan yang sangat menyedihkan pada
wajah negeri yang indah itu. Namun perubahan menyedih-
kan apakah yang tidak akan dihasilkan dosa pada suatu
bangsa?
(6) Di tempat onak dan duri biasanya berguna dan berman-
faat, bahkan pada tanaman pagar, untuk menjaga tanah-
tanah tertutup, onak dan duri itu akan dicabuti, dan
semuanya jatuh ke tanah. Akan ada onak dan duri yang
berlimpah-limpah di tempat yang seharusnya tidak ada,
dan malah tidak ada di tempat yang seharusnya ada (ay.
25). Lereng gunung yang akan dicangkul, untuk pengguna-
an khusus, yang darinya ternak biasa menjauh karena
takut pada onak dan duri, sekarang akan dibuat terbuka,
temboknya dilanda sehingga babi hutan menggerogotinya
(Mzm. 80:13-14). Lembu jantan akan dibiarkan bebas
berlarian masuk dan hanya ada sedikit ternak. Lihatlah
akibat dosa dan kutuk. Ia menjadikan bumi menjadi hutan
duri dan widuri, kecuali dibuat teratur dengan pemelihara-
an terus-menerus dan kerja keras manusia. Dan lihatlah
betapa bodohnya jika kita mematrikan hati kita untuk
memiliki tanah-tanah, betapapun suburnya, betapapun
indahnya. Jika tanah-tanah itu sedikit saja terabaikan dan
tidak diolah, atau jika disalahgunakan oleh seorang ahli
waris atau penyewa yang pemboros dan ceroboh, atau
negeri itu diporakporandakan oleh perang, maka tanah-
tanah itu akan segera menjadi padang pasir yang mengeri-
kan. Sorga yaitu taman firdaus yang tidak akan pernah
mengalami perubahan seperti itu.
PASAL 8
asal ini, dan empat pasal berikutnya (sampai ps. 13), semuanya
merupakan satu wacana atau khotbah yang berkelanjutan. Mak-
sud dan tujuannya yaitu untuk menunjukkan kehancuran besar
yang akan segera menimpa kerajaan Israel, dan kekacauan besar
yang akan ditimbulkan oleh raja Asyur di kerajaan Yehuda, dan bah-
wa kedua peristiwa ini terjadi karena dosa-dosa Israel dan Yehuda.
Tetapi ada persediaan melimpah yang disediakan untuk menghibur
orang-orang yang takut akan Allah dalam masa-masa yang gelap itu,
yang terutama merujuk pada masa-masa Mesias. Dalam pasal ini
kita mendapati,
I. Sebuah nubuat tentang hancurnya kerajaan sekutu Aram
dan Israel oleh raja Asyur (ay. 1-4).
II. Tentang kerusakan-kerusakan yang akan ditimbulkan oleh
raja yang congkak dan berjaya itu di tanah Israel dan Yehuda
(ay. 5-8).
III. Dorongan besar yang diberikan kepada umat Allah di tengah-
tengah kekacauan itu. Mereka diyakinkan,
1. Bahwa musuh-musuh tidak akan berhasil melawan
mereka (ay. 9-10).
2. Bahwa jika mereka tetap takut akan Allah, dan tidak
gentar terhadap manusia, mereka akan mendapati Allah
sebagai tempat perlindungan mereka (ay. 11-14). Semen-
tara yang lain tersandung, dan jatuh dalam keputusasa-
an, mereka akan dimampukan untuk menantikan Allah,
dan melihat diri mereka disimpan untuk masa-masa yang
lebih baik (ay. 15-18).
P
160
Terakhir, sang nabi memberikan peringatan penting kepada
semuanya, supaya terhindar dari bahaya, untuk tidak meminta
petunjuk pada arwah-arwah, sebab dengan demikian mereka
akan menceburkan diri dalam keputusasaan, tetapi sebaliknya,
agar tetap dekat dengan firman Allah (ay. 19-22). Semua nasihat
dan penghiburan ini akan tetap bermanfaat bagi kita dalam
masa-masa sulit.
Penghakiman-penghakiman Dinyatakan
(8:1-8)
1 Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Ambillah sebuah batu tulis besar dan
tuliskanlah di atasnya dengan tulisan biasa: Maher-Syalal Hash-Bas.” 2 Maka
aku memanggil dua saksi yang dapat dipercaya, yaitu imam Uria dan
Zakharia bin Yeberekhya. 3 Kemudian aku menghampiri isteriku; ia mengan-
dung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu berfirmanlah TUHAN
kepadaku: “Namailah dia: Maher-Syalal Hash-Bas, 4 sebab sebelum anak itu
tahu memanggil: Bapa! Ibu! maka kekayaan Damsyik dan jarahan Samaria
akan diangkut di depan raja Asyur.” 5 TUHAN melanjutkan lagi firman-Nya
kepadaku: 6 “Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir
lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya, 7 sebab itu,
sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar,
meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air
ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir
melampaui segenap tebingnya, 8 serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat
banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang
dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel!”
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati sebuah nubuat tentang keber-
hasilan raja Asyur melawan Damaskus, Samaria, dan Yehuda, bahwa
Damaskus dan Samaria akan diporak-porandakan olehnya, dan
Yehuda akan dibuat sangat ketakutan. Di sini kita mendapati,
I. Perintah-perintah yang diberikan kepada Nabi Yesaya untuk me-
nuliskan nubuat ini, dan mengumumkannya supaya bisa dilihat
dan dibaca semua orang, lalu meninggalkannya dalam tulisan,
supaya apabila hal yang dinubuatkan terjadi, mereka tahu bahwa
Allah telah mengutus dia. Sebab itulah salah satu tujuan dari
nubuat (Yoh. 14:29). Ia harus mengambil sebuah batu tulis besar,
yang akan memuat kelima pasal itu, yang ditulis dalam kata-kata
yang cartikel p panjang. Di dalamnya ia harus menulis semua yang
sudah dinubuatkannya mengenai penyerangan raja Asyur ke
negeri Yehuda. Ia harus menuliskan di atasnya dengan tulisan
biasa, dengan cara dan gaya tulisan biasa, supaya dapat dibaca
Kitab Yesaya 8:1-8
161
dan dimengerti semua orang. Lihat Habakuk 2:2, tuliskanlah
penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh. Orang yang
berbicara dan menuliskan perkara-perkara tentang Allah harus
menghindari ketidakjelasan, dan berusaha berbicara dan menulis
dengan cara yang dapat dipahami (1Kor. 14:19). Orang yang me-
nulis untuk manusia harus menulis dengan pena manusia, dan
tidak mendambakan pena atau lidah malaikat. Karena biasanya
ada judul yang singkat, tetapi penting dan mencakup keseluruhan
yang diberikan di depan kitab yang akan diterbitkan, sang Nabi
diminta untuk menyebut bartikel nya dengan judul Maher-Syalal
Hash-Bas – Bergegaslah mengambil barang-barang jarahan, cepat-
cepatlah menghampiri mangsa, yang menyiratkan bahwa pasukan
Asyur akan menghampiri mereka dengan sangat cepat dan
mengambil jarahan secara besar-besaran. Dengan judul ini, inti
dan arti dari kitab itu akan dipertanyakan oleh orang-orang yang
mendengarnya, dan diingat oleh orang-orang yang sudah mem-
bacanya atau mendengarnya dibacakan. Kadang-kadang akan
sangat membantu ingatan jika bany