Rabu, 09 Juli 2025

Yesaya 1-39 13




 r itu 

akan mengumpulkan orang-orang kudus, untuk melayani 

Dia siang malam di Bait Suci-Nya. 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  28  

Dalam pasal ini,  

I. Kaum Efraim ditegur dan diancam karena kecongkakan dan 

kemabukan mereka, karena rasa aman dan hawa nafsu me-

reka (ay. 1-8). Akan tetapi, di tengah-tengah semua itu, di 

sini ada janji yang penuh kebaikan hati akan perkenanan 

Allah kepada sisa umat-Nya (ay. 5-6).  

II. Mereka ini juga ditegur dan diancam karena kebebalan dan 

kebodohan mereka, dan ketidakmampuan mereka untuk 

mengambil manfaat dari ajaran-ajaran yang diberikan oleh 

para nabi kepada mereka di dalam nama Allah (ay. 9-13).  

III. Para pemimpin Yerusalem ditegur dan diancam karena peng-

hinaan mereka yang kurang ajar terhadap penghakiman-

penghakiman Allah, dan karena menantangnya. Dan, setelah 

diberikan janji yang penuh kemurahan hati akan datangnya 

Kristus dan anugerah-Nya, mereka diberi tahu bahwa harapan 

yang mereka pakai untuk membesar-besarkan hati, bahwa me-

reka akan luput dari penghakiman-penghakiman Allah, yaitu   

sia-sia dan sudah pasti hanya mendustai mereka saja (ay. 14-

22).  

IV. Semuanya ini diteguhkan dengan sebuah perumpamaan yang 

diambil dari cara petani mengerjakan tanah dan benihnya. Me-

reka harus sadar bahwa dengan cara seperti itu jugalah Allah 

akan berurusan dengan umat-Nya, yang belakangan ini disebut-

Nya sebagai tempat pengirikan-Nya dan gandum di ladang-Nya 

(ay. 23-29; 21:10). Hal ini ditulis sebagai nasihat bagi kita, dan 

bermanfaat sebagai teguran dan peringatan bagi kita. 


 490

Efraim Ditegur dan Diancam; 

Hartikel  man bagi Efraim; Kemerosotan Yehuda 

(28:1-8) 

1 Celaka atas mahkota kemegahan pemabuk-pemabuk Efraim, atas bunga 

yang sudah mulai layu di perhiasan kepala mereka yang indah-indah – yaitu 

kota yang terletak tinggi di atas bukit, di atas lembah yang subur yang penuh 

peminum anggur yang sudah pening – ! 2 Sesungguhnya, pada Tuhan ada 

seorang yang kuat dan tegap, seorang yang seperti angin ribut disertai hujan 

batu, yakni badai yang membinasakan, seorang yang seperti angin ribut 

disertai air hujan yang hebat menghanyutkan; ia akan menghempaskan me-

reka ke tanah dengan kekerasan. 3 Mahkota kemegahan pemabuk-pemabuk 

Efraim itu akan diinjak-injak dengan kaki, 4 dan bunga yang sudah mulai layu 

di perhiasan kepala mereka yang indah-indah itu – yaitu kota yang terletak 

tinggi di atas bukit, di atas lembah yang subur – nasibnya akan seperti nasib 

buah ara yang masak duluan sebelum musim kemarau: baru saja dilihat orang 

terus dipetik dan ditelan. 5 Pada waktu itu TUHAN semesta alam akan menjadi 

mahkota kepermaian, dan perhiasan kepala yang indah-indah bagi sisa umat-

Nya, 6 akan menjadi roh keadilan bagi orang yang duduk mengadili, dan men-

jadi roh kepahlawanan bagi orang yang memartikel  l mundur peperangan ke arah 

pintu gerbang. 7 Tetapi orang-orang di sini pun pening karena anggur dan 

pusing karena arak. Baik imam maupun nabi pening karena arak, kacau oleh 

anggur; mereka pusing oleh arak, pening pada waktu melihat penglihatan, 

goyang pada waktu memberi keputusan. 8 Sungguh, segala meja penuh dengan 

muntah, kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi. 

Di sini,  

I. Sang nabi memperingatkan kerajaan sepuluh sartikel   tentang peng-

hakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka karena dosa-

dosa mereka, yang dijalankan segera sesudah itu oleh raja Asyur, 

yang memorak-porandakan negeri mereka, dan membawa rakyat-

nya ke dalam pembuangan. Nama Efraim diambil dari kata yang 

berarti kesuburan, karena tanah mereka sangat subur dan hasil-

hasilnya melimpah, dan yang terbaik dari jenisnya. Mereka memi-

liki banyak lembah yang subur (ay. 1, 4), dan Samaria, yang ter-

letak di atas bukit, seolah-olah berada di puncak dari lembah-

lembah yang subur. Negeri mereka kaya dan menyenangkan, se-

perti taman Tuhan. Negeri mereka merupakan kemuliaan Kanaan, 

sebagaimana Kanaan merupakan kemuliaan semua negeri. Panen 

dan hasil anggur mereka yaitu   perhiasan yang indah di atas 

lembah-lembah mereka, yang berselimutkan gandum dan anggur. 

Sekarang amatilah, 

1.  Betapa mereka sudah menyalahgunakan kelimpahan mereka. 

Apa yang diberikan Allah kepada mereka, yang dengannya 

mereka harus melayani Dia, mereka selewengkan dan salah-

Kitab Yesaya 28:1-8 

 491 

gunakan, dengan menjadikannya sebagai pemuas hawa nafsu 

mereka.  

(1) Mereka menjadi sombong karenanya. Kebaikan yang de-

ngannya Allah memahkotai tahun-tahun mereka, yang seha-

rusnya menjadi mahkota pujian bagi-Nya, malah menjadi 

mahkota kemegahan bagi mereka. Orang-orang yang kaya di 

dunia ini cenderung tinggi hati (1Tim. 6:17). Raja mereka, 

yang memakai mahkota, merasa bangga bahwa ia meme-

rintah atas sebuah negeri yang begitu kaya. Samaria, kota 

kerajaan mereka, terkenal dengan kesombongannya. Mung-

kin pada hari-hari raya mereka, atau pada saat-saat mere-

ka bersuka-ria, mereka biasa memakai kalung dari bunga-

bunga dan bulir-bulir gandum, yang mereka pakai sebagai 

penghormatan bagi negeri mereka yang subur. Kesombong-

an yaitu   dosa yang pada umumnya merajalela di antara 

mereka, dan karena itu sang nabi, atas nama Dia yang me-

nentang orang sombong, dengan berani menyatakan celaka 

atas mahkota kemegahan. Jika orang-orang yang memakai 

mahkota bangga dengan mahkota mereka, janganlah mere-

ka menyangka bahwa mereka akan terluput dari celaka ini. 

Apa yang dibanggakan manusia, sekecil apa pun itu, ada-

lah seperti mahkota bagi mereka. Orang yang sombong 

akan menganggap dirinya besar seperti seorang raja. Tetapi 

celakalah orang-orang yang meninggikan diri seperti itu, 

sebab mereka akan direndahkan. Kesombongan mereka 

yaitu   gerbang bagi kehancuran mereka.  

(2) Mereka memanjakan diri dalam nafsu kedagingan. Efraim 

terkenal dengan kemabukannya, dan kerusuhan yang ber-

lebih-lebihan. Samaria, yang terletak di atas lembah-lem-

bah yang subur, penuh dengan peminum anggur yang su-

dah pening, yang hancur olehnya, demikian dalam tafsiran 

yang agak luas. Lihatlah betapa bodohnya para pemabuk 

bertindak, dan tidak heran apabila, saat tengah melakukan 

perbuatan dosa itu, mereka justru berbuat bodoh dan bia-

dab terhadap diri sendiri. Mereka menyerahkan diri,  

[1] Untuk ditaklukkan oleh dosa. Dosa menguasai mereka, 

dan membawa mereka ke dalam perhambaan (2Ptr. 

2:19). Mereka ditawan olehnya, dan penawanan itu le-


 492

bih memalukan dan hina lagi karena terjadi secara su-

karela. Sebagian dari budak-budak yang menyedihkan 

ini sudah mengakui sendiri bahwa tidak ada pekerjaan 

yang lebih melelahkan di dunia ini selain minum minum-

an keras. Mereka dikuasai bukan oleh anggur, melainkan 

oleh kesukaan terhadapnya.  

[2] Untuk dihancurkan oleh dosa. Mereka menjadi rusak 

karena anggur. Tubuh mereka menjadi rusak karena-

nya, dan kesehatan mereka hancur. Panggilan dan har-

ta benda mereka berantakan, dan jiwa mereka terancam 

akan binasa secara kekal, dan semuanya ini hanya 

demi memuaskan sebuah nafsu yang rendah. Celakalah 

pemabuk-pemabuk Efraim ini! Hamba-hamba Tuhan ha-

rus membawa kabar celaka kepada tempat-tempat dan 

orang-orang tertentu. Kita harus berkata, celakalah si 

ini atau si anu, jika ia menjadi pemabuk. Ada kemalang-

an khusus bagi pemabuk-pemabuk Efraim, sebab mere-

ka yaitu   orang-orang yang mengakui percaya kepada 

Allah, jadi kemalangan mereka lebih buruk daripada 

orang lain. Mereka tahu lebih baik, dan karena itu seha-

rusnya memberikan contoh yang lebih baik. Sebagian 

orang berpendapat bahwa mahkota kemegahan itu ada-

lah milik para pemabuk, dan yang dimaksudkan yaitu   

karangan bunga yang biasanya dikalungkan kepada 

orang yang menang dalam pertandingan minum yang 

tercela itu dan yang minum untuk semua teman lain. 

Mereka bangga dengan kekuatan mereka dalam minum 

anggur. Tetapi celakalah orang-orang yang bermegah 

seperti ini dalam perbuatan mereka yang memalukan. 

2. Keadilan Allah dalam mengambil kelimpahan mereka dari me-

reka, yang sudah mereka salah gunakan seperti itu. Perhiasan 

kepala mereka yang indah-indah, kelimpahan yang mereka 

banggakan, hanyalah bunga yang sudah mulai layu. Itu hanya-

lah makanan yang akan binasa. Buah-buah yang paling besar, 

jika Allah menghancurkan dan meniupnya, hanyalah bunga 

yang sudah mulai layu (ay. 1). Allah dapat dengan mudah 

mengambil kembali gandum mereka pada masanya (Hos. 2:8), 

dan mendapatkan kembali locum vastatum – tanah yang sudah 

ditinggalkan dan diabaikan, barang-barang milik-Nya yang me-

Kitab Yesaya 28:1-8 

 493 

reka persiapkan untuk Baal. Allah memiliki seorang petugas 

yang siap untuk melakukan serangan bagi Dia, memiliki orang 

yang siap diperintah-Nya, seorang yang kuat dan tegap, yang 

mampu melaksanakan pekerjaan itu, yaitu raja Asyur, yang 

akan menghempaskan mereka ke tanah dengan kekerasan. 

Raja itu dengan mudah dan berhasil, dan hanya dengan mem-

balikkan telapak tangan, akan menghancurkan semua yang 

mereka banggakan dan senangi (ay. 2). Ia akan menghempas-

kannya ke tanah, untuk dihancurkan berkeping-keping de-

ngan tangan yang kuat, dengan tangan yang tidak dapat mere-

ka lawan. Maka mahkota kemegahan, dan pemabuk-pemabuk 

Efraim itu, akan diinjak-injak dengan kaki (ay. 3). Mereka akan 

tergeletak dan dibiarkan terhina, dan tidak akan mampu me-

mulihkan diri mereka kembali. Para pemabuk, dalam kebodoh-

an mereka, suka berbicara sombong, dan membesar-besarkan 

diri paling hebat, padahal mereka sedang mempermalukan diri 

sendiri serendah-rendahnya. Dengan begitu mereka menjadi-

kan diri mereka lebih menggelikan lagi. Keindahan lembah-

lembah mereka, yang mereka banggakan, akan menjadi,  

(1) Seperti bunga yang sudah mulai layu (seperti sebelumnya, 

[ay. 1]). Keindahan itu akan layu dengan sendirinya, dan da-

lam dirinya mengandung sifat yang akan rusak. Keindahan 

itu akan binasa pada waktunya oleh ngengat dan karatnya 

sendiri.  

(2) Seperti buah ara yang masak duluan, yang segera setelah 

ditemukan, dipetik dan ditelan. Demikianlah kekayaan du-

nia ini, di samping bahwa ia cenderung membusuk sendiri, 

mudah dimakan orang lain dengan sama rakusnya seperti 

buah matang yang pertama, yang sungguh-sungguh di-

inginkan (Mi. 7:1). Pencuri membongkar serta mencurinya. 

Panen yang dibangga-banggakan orang duniawi dimakan 

habis oleh orang yang lapar (Ayb. 5:5). Segera setelah mere-

ka melihat mangsa, mereka langsung menangkapnya, dan 

menelan semua yang dapat diraih tangan mereka. Panen 

itu juga mudah habis, seperti buah yang, karena masak 

duluan sebelum tumbuh, artikel  rannya sangat kecil, dan 

cepat habis dimakan. Dan karena buah itu kecil, dan nilai-

nya sedikit, ia tidak disimpan, tetapi langsung dihabiskan. 


 494

II. Selanjutnya sang nabi beralih ke kerajaan Yehuda, yang disebut-

nya sebagai sisa umat-Nya (ay. 5), karena mereka hanyalah dua di 

luar sepuluh sartikel   yang lain. 

1.  Ia menjanjikan perkenanan-perkenanan Allah kepada mereka, 

dan bahwa mereka akan dibawa ke dalam bimbingan dan per-

lindungan-Nya ketika keindahan Efraim dalam bahaya diinjak-

injak dan dimakan habis (ay. 5-6). Pada waktu itu, ketika pa-

sukan Asyur memorak-porandakan Israel, dan Yehuda mung-

kin berpikir bahwa kalau rumah tetangga mereka terbakar 

maka rumah mereka sendiri terancam bahaya, pada hari itu 

ketika tetangga-tetangga mereka diinjak-injak dan kebingung-

an, pada saat itu Allah akan menjadi bagi sisa umat-Nya itu 

segala sesuatu yang mereka butuhkan dan dapat mereka 

inginkan. Bukan hanya bagi kerajaan Yehuda, melainkan juga 

bagi kerajaan-kerajaan Israel yang tetap hidup lurus dan, se-

perti yang mungkin dilakukan sebagian orang, pergi ke tanah 

Yehuda, untuk mendapatkan perlindungan dari raja Hizkia 

yang baik itu. Apabila kerajaan Asyur, yang perkasa itu, ada di 

Israel seperti angin ribut disertai hujan batu, yang bising dan 

menghentak-hentak, seperti badai yang membinasakan dan 

merubuhkan semua yang ada di hadapannya, terutama di 

laut, dan seperti angin ribut disertai air hujan yang hebat meng-

hanyutkan negeri itu (ay. 2), maka pada waktu itu TUHAN 

semesta alam, sekalian alam, dengan perkenanan-perkenanan 

khusus akan memperlakukan umat-Nya secara istimewa kare-

na mereka juga sudah memperlakukan Dia secara istimewa 

dengan kesetiaan yang teguh dan seutuhnya kepada-Nya. Dan 

Ia sendiri akan menjadi bagi mereka apa yang paling mereka 

butuhkan. Hal ini sangat memperbesar nilai dari janji-janji itu, 

bahwa Allah, yang mengadakan perjanjian untuk menjadi bagi 

umat-Nya Allah yang mahamencartikel  pi, mau menjadi bagi me-

reka segala sesuatu yang dapat mereka inginkan.  

(1) Ia akan memberikan semua pujian dan kehormatan kepada 

mereka, yang diperlukan bukan hanya untuk menyelamat-

kan mereka dari penghinaan, melainkan juga untuk men-

dapatkan bagi mereka harga diri dan nama baik. Ia akan 

menjadi bagi mereka mahkota kepermaian, dan perhiasan 

kepala yang indah-indah. Orang-orang yang mengenakan 

Kitab Yesaya 28:1-8 

 495 

mahkota kemegahan memandang rendah umat Allah, dan 

menginjak-injak mereka, karena mereka dijadikan nyanyi-

an bagi pemabuk-pemabuk Efraim. Tetapi Allah melalui pe-

meliharaan-Nya akan tampil sedemikian rupa bagi mereka 

sehingga membuatnya jelas bahwa mereka mendapat per-

kenanan-Nya, dan itu akan menjadi bagi mereka mahkota 

kepermaian. Sebab kemuliaan lebih besar apa lagi yang da-

pat dimiliki umat mana saja selain bahwa Allah mengakui 

mereka sebagai milik-Nya sendiri? Dan Ia melalui anuge-

rah-Nya akan tampil sedemikian rupa dalam diri mereka 

sehingga membuatnya jelas bahwa gambar dan rupa-Nya 

diperbarui dalam diri mereka, dan itu akan menjadi bagi 

mereka perhiasan kepala yang indah-indah. Sebab kein-

dahan lebih besar apa lagi yang dapat dimiliki siapa saja 

selain keindahan kekudusan? Perhatikanlah, orang yang 

memiliki Allah sebagai Allah mereka, memiliki-Nya sebagai 

mahkota kepermaian dan perhiasan kepala yang indah-

indah. Sebab mereka dijadikan raja-raja dan imam-imam 

bagi-Nya.  

(2)  Ia akan memberi mereka segala hikmat dan anugerah yang 

diperlukan untuk melaksanakan kewajiban mereka dengan 

semestinya. Ia sendiri akan menjadi roh keadilan bagi orang 

yang duduk mengadili. Penasihat-penasihat pribadi akan 

dibimbing oleh hikmat dan kebijaksanaan, dan hakim-hakim 

akan memerintah dengan adil tanpa memihak. Suatu rahmat 

yang besar bagi bangsa mana saja apabila orang-orang yang 

dipanggil untuk menduduki tempat-tempat kekuasaan dan 

kepercayaan betul-betul memenuhi syarat untuk kedudukan 

mereka itu, apabila orang-orang yang duduk mengadili mem-

punyai roh keadilan, roh memerintah dengan benar. 

(3) Ia akan memberi mereka semua tekad dan keberanian yang 

diperlukan untuk membuat mereka melewati dengan tegar 

segala kesulitan dan perlawanan yang mungkin akan me-

reka temui. Ia akan menjadi roh kepahlawanan bagi orang 

yang memartikel  l mundur peperangan ke arah pintu gerbang, 

ke pintu gerbang musuh yang kota-kotanya mereka ke-

pung, atau ke pintu gerbang mereka sendiri, ketika mereka 

bergerak maju menghadapi musuh-musuh yang menge-

pung mereka. Kekuatan prajurit bergantung pada Allah se-


 496

kuat seperti hikmat para hakim bergantung pada-Nya. Dan 

apabila Allah memberikan kekuatan dan hikmat kepada ke-

duanya, maka Ia menjadi bagi bangsa itu mahkota keper-

maian. Hal ini dapat dianggap merujuk pada Kristus, dan 

demikianlah saduran Alkitab bahasa Aram memahaminya: 

Pada waktu itu Mesias akan menjadi mahkota kemuliaan. 

Simeon menyebut-Nya kemuliaan bagi umat-Nya, Israel. 

Dan oleh Allah, Ia dijadikan bagi kita hikmat, kebajikan, 

dan kekuatan. 

2. Sang nabi mengeluhkan kebobrokan-kebobrokan yang ditemu-

kan di antara mereka, dan banyaknya orang yang bobrok (ay. 

7): Tetapi orang-orang di sini pun, banyak dari orang-orang 

Yehuda, pening karena anggur (KJV: sesat karena anggur). Ada 

pemabuk-pemabuk Yerusalem, serta juga pemabuk-pemabuk 

Efraim. Dan karena itulah belas kasihan Allah harus lebih 

dikagumi lagi, bahwa Ia tidak menghancurkan kemuliaan 

Yehuda seperti yang sudah dilakukan-Nya terhadap kemuliaan 

Efraim. Belas kasihan yang sudah menyayangkan kita meng-

ikat kita pada kewajiban-kewajiban tertentu apabila belas 

kasihan itu sudah sedemikian mengistimewakan kita. Dosa-

dosa Efraim ditemukan di Yehuda, namun tidak reruntuhan 

Efraim. Mereka sesat karena anggur. Kebiasaan mereka mi-

num secara berlebih-lebihan dengan sendirinya yaitu   per-

buatan yang salah. Mereka menyangka akan meninggikan 

khayalan mereka dengannya, tetapi mereka justru merusak 

daya penilaian mereka, dan dengan demikian mendustai diri 

mereka sendiri. Mereka menyangka akan menjaga kesehatan 

dan membantu pencernaan dengannya, tetapi mereka malah 

merusak tubuh mereka dan mempercepat datangnya berbagai 

macam penyakit dan kematian. Hal itu juga merupakan penye-

bab bagi banyak kesalahan besar dalam prinsip hidup. Peng-

ertian mereka diselimuti kabut dan hati nurani mereka men-

jadi bejat karenanya. Oleh sebab itu, untuk menyokong diri 

sendiri di dalamnya, mereka mendartikel  ng gagasan-gagasan 

yang bobrok, dan membentuk pikiran yang menyokong hawa 

nafsu mereka. Ada kemungkinan sebagian orang tertarik me-

nyembah berhala-berhala karena kesukaan mereka terhadap 

anggur dan minuman keras, yang tersedia secara berlimpah 

pada hari-hari raya mereka yang sarat dengan penyembahan 

Kitab Yesaya 28:1-8 

 497 

berhala. Dan demikianlah mereka sesat karena anggur, seperti 

halnya Israel, karena kecintaan terhadap anak-anak perem-

puan Moab, berpaut pada Baal Peor. Tiga hal yang di sini di-

amati sebagai apa yang memperberat dosa ini:  

(1) Bahwa orang-orang yang bersalah atas dosa tersebut ada-

lah orang-orang yang tugasnya seharusnya justeru untuk 

memperingatkan orang lain akan dosa itu dan mengajar 

mereka apa yang lebih baik, dan karena itu mereka seha-

rusnya memberikan contoh yang lebih baik: Baik imam 

maupun nabi kacau oleh anggur. Jabatan mereka jadi teng-

gelam dan terhilang di dalam anggur. Para imam, sebagai 

penyelenggara persembahan korban, diwajibkan oleh suatu 

hartikel  m tertentu untuk tidak minum anggur (Im. 10:9), dan 

sebagai pemimpin dan hakim, tidak pantas mereka minum 

anggur (Ams. 31:4). Para nabi yaitu   semacam orang-orang 

nazir (seperti yang tampak dalam Amos 2:11), dan sebagai 

orang yang pekerjaannya menegur, mereka berkepentingan 

untuk menjaga jarak sejauh mungkin dari dosa-dosa yang 

mereka tegur dalam diri orang lain. Namun ada banyak dari 

antara mereka yang terjerat dalam dosa ini. Bukan main! 

Seorang imam, nabi, hamba Tuhan, namun bermabuk-ma-

bukan! Janganlah kabarkan itu di Gat. Betapa mereka mem-

bawa aib bagi jabatan mereka.  

(2) Bahwa akibat-akibatnya sangat merusak, bukan hanya ka-

rena pengaruh buruk dari contoh mereka, melainkan juga 

bahwa sang nabi, ketika mabuk, pening pada waktu meli-

hat penglihatan (KJV: sesat dalam penglihatan). Nabi-nabi 

palsu secara terang-terangan menyingkapkan diri mereka 

sebagai nabi palsu ketika mereka mabuk. Sang imam 

goyang pada waktu memberi keputusan dan melupakan apa 

yang telah ditetapkan (Ams. 31:5). Ia terhuyung-huyung 

dan sempoyongan dalam jalan-jalan pikirannya seperti juga 

dalam gerakan-gerakan tubuhnya. Hikmat atau keadilan 

apa yang dapat diharapkan dari orang-orang yang mengor-

bankan akal budi, kebajikan, hati nurani, dan semua yang 

berharga kepada nafsu yang sedemikian rendah seperti ke-

sukaan terhadap minuman keras ini? Berbahagialah eng-

kau tanah, kalau rajamu makan dan minum dalam keper-

kasaan dan bukan dalam kemabukan (Pkh. 10:17). 


 498

(3) Bahwa penyakit itu mewabah, dan orang-orang yang ma-

kan dari meja itu pada umumnya terjangkiti olehnya: Se-

gala meja penuh dengan muntah (ay. 8). Lihatlah betapa ke-

mabukan yaitu   dosa yang menjijikkan, betapa ia meng-

hina kaum manusia. Kemabukan itu sedemikian kasar dan 

tidak sopan sehingga dapat membuat muak orang-orang 

yang melihatnya, sebab meja-meja tempat mereka makan 

menjadi kotor dan ternoda dengan tanda-tanda dosa ini, 

yang dinyatakan para pendosa seperti Sodom. Segala meja 

mereka penuh dengan muntah, sehingga orang yang me-

nang, bukannya bangga dengan mahkotanya, seharusnya 

menjadi malu dengannya. Suatu pertanda buruk bagi bang-

sa mana saja apabila dosa yang begitu dungu seperti kema-

bukan sudah menjalar ke seluruh bangsa. 

Kemerosotan Yehuda 

(28:9-13) 

9 Dan orang berkata: “Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahu-

annya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-

olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu! 10 Sebab ha-

rus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!” 11 Sung-

guh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berba-

hasa asing akan berbicara kepada bangsa ini 12 Dia yang telah berfirman 

kepada mereka: “Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang 

yang lelah; inilah tempat peristirahatan!” Tetapi mereka tidak mau mende-

ngarkan. 13 Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: 

“Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!” 

supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap 

dan tertawan. 

Sang nabi di sini mengeluhkan kebodohan yang menyedihkan dari 

bangsa ini, bahwa mereka tidak mau diajar dan tidak memanfaatkan 

sarana-sarana anugerah yang mereka miliki. Mereka masih terus ber-

buat seperti sebelumnya, kesalahan-kesalahan mereka tidak dilurus-

kan, hati mereka tidak diperbaharui, tidak pula hidup mereka diubah-

kan. Amatilah, 

I.  Apa itu yang dirancang dan dituju oleh para nabi dan hamba 

Tuhan bagi mereka. Yaitu, untuk mengajar bangsa itu pengetahu-

an, pengetahuan tentang Allah dan kehendak-Nya, dan menjelas-

kan nubuat-nubuatnya (ay. 9). Ini yaitu   cara Allah berurusan 

dengan manusia, yaitu mencerahkan pikiran manusia pertama-

Kitab Yesaya 28:9-13 

 499 

tama dengan pengetahuan tentang kebenaran-Nya, dan dengan 

begitu mendapatkan kasih sayang mereka, dan menyesuaikan 

kehendak mereka dengan hartikel  m-hartikel  m-Nya. Dengan demikian 

Ia masuk melalui pintu, sedangkan pencuri dan perampok me-

manjat lewat jalan lain. 

II.  Cara apa yang mereka pakai, untuk memenuhi rancangan ini. Tak 

ada satu sarana pun yang tidak mereka coba untuk berbuat baik 

kepada bangsa itu. Mereka bahkan mengajar bangsa itu seperti 

mengajar anak-anak, anak-anak kecil yang baru mulai belajar, 

yang baru cerai susu lalu diajar membaca (ay. 9), sebab di kalang-

an Yahudi sudah biasa kaum ibu menyusui anak-anak mereka 

sampai usia tiga tahun, dan hampir siap bersekolah. Dan sung-

guh baik mempersiapkan anak-anak sedari dini, mengajar mere-

ka, menurut kemampuan mereka, pengetahuan yang baik tentang 

Tuhan, dan mendidik mereka sekalipun mereka baru saja disapih. 

Para nabi mengajar mereka seperti mengajar anak-anak, sebab,  

1.  Mereka mengajar bangsa itu dengan tak henti-henti dan te-

kun. Mereka bersusah payah dengan bangsa itu, dan dengan 

amat berhati-hati mengajar mereka sebanyak yang mereka 

perlukan dan mampu mereka tanggung (ay. 10): Harus ini ha-

rus itu. Mesti begini, atau (seperti sebagian orang membacanya) 

biasanya seperti ini. Mereka diajar, seperti anak-anak diajar 

membaca, aturan demi aturan (harus ini harus itu), dan diajar 

menulis, baris demi baris (mesti begini mesti begitu), tambah ini 

tambah itu, tambah sedikit di sini dan tambah sedikit di sana, 

supaya beragamnya pengajaran itu dapat menyenangkan dan 

menarik. Sedikit untuk sekarang dan sedikit di waktu lain, su-

paya ingatan mereka tidak terlalu terbebani. Sedikit dari 

seorang nabi dan sedikit dari nabi lain, supaya setiap orang se-

nang dengan temannya dan dengan orang yang mereka kagumi. 

Perhatikanlah, untuk mengajar orang dalam perkara-perkara 

tentang Allah, kita harus mempunyai aturan demi aturan dan 

pedoman demi pedoman, supaya setelah satu aturan dan pe-

doman diikuti, aturan dan pedoman lain menguatkan lagi. 

Aturan keadilan harus ditambahkan pada aturan kesalehan, 

dan aturan kasih harus ditambahkan pada aturan keadilan. 

Bahkan, ajaran yang sama dan pedoman yang sama perlu 

sering diulang-ulang dan ditanamkan kepada kita, supaya kita 


 500

dapat memahaminya dengan lebih baik dan lebih mudah meng-

ingatnya apabila kita memerlukannya. Guru harus menyesuai-

kan diri dengan kemampuan para murid, memberi mereka apa 

yang paling mereka butuhkan dan paling dapat mereka tang-

gung, dan sedikit demi sedikit (Ul. 6:6-7). 

2.  Mereka mengajak dan membujuk bangsa itu untuk belajar (ay. 

12). Allah, melaui para nabi-Nya, berkata kepada mereka, “Ja-

lan ini, yang kami tunjukkan supaya kamu tujui dan yang 

kami arahkan supaya kamu masuk ke dalamnya, yaitu   tem-

pat perhentian, satu-satunya tempat perhentian, yang dengan-

nya kamu dapat memberi perhentian kepada orang yang lelah. 

Dan ini akan menjadi tempat peristirahatan bagi jiwamu, dan 

akan membuat negerimu berhenti dari segala peperangan dan 

malapetaka lain yang telah membuatnya terganggu selama 

ini.” Perhatikanlah, Allah melalui firman-Nya memanggil kita 

bukan untuk apa-apa selain yang benar-benar menguntung-

kan kita. Sebab melayani Allah yaitu   satu-satunya perhenti-

an yang sesungguhnya bagi mereka yang lelah melayani dosa, 

dan tidak ada tempat peristirahatan di mana pun selain di 

bawah kuk Tuhan Yesus yang ringan. 

III. Betapa semua ini hanya berdampak sedikit bagi bangsa itu. Mereka 

lambat untuk belajar, seperti anak yang baru disapih, dan mustahil 

menanamkan apa saja dalam diri mereka (ay. 9). Bahkan, orang 

akan lebih memilih mengajar anak berusia dua tahun daripada ber-

usaha mengajar mereka. Sebab mereka bukan hanya tidak mem-

punyai (seperti anak-anak itu) kemampuan untuk menerima apa 

yang diajarkan kepada mereka, tetapi juga melawannya. Seperti 

anak-anak, mereka masih memerlukan susu, bukan makanan keras 

(Ibr. 5:12).  

1.  Mereka tidak mau mendengarkan (ay. 12), sekalipun itu ten-

tang hal yang akan menjadi tempat perhentian dan peristi-

rahatan mereka. Mereka tidak peduli untuk mendengarkan-

nya. Firman Allah memerintahkan mereka untuk memberikan 

perhatian sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa mendapatkan-

nya. Mereka ada di tempat di mana firman Allah diberitakan, 

tetapi mereka menutup telinga untuknya, atau firman itu 

masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.  

Kitab Yesaya 28:9-13 

 501 

2.  Mereka tidak mau mengindahkan. Bagi mereka itu hanyalah 

aturan demi aturan (harus ini harus itu), dan pedoman demi 

pedoman (mesti begini mesti begitu) (ay. 13). Mereka terus ber-

jalan di jalan yang mengedepankan perbuatan-perbuatan la-

hiriah. Mereka terus berjalan dengan kebiasaan lama dalam 

mendengarkan pemberitaan sang nabi, dan pemberitaan itu 

terus terngiang-ngiang di telinga mereka, tetapi cuma itu. 

Pemberitaan itu tidak meninggalkan kesan apa-apa pada diri 

mereka. Mereka memiliki aturan secara tertulis, tetapi tidak 

mengalami kuasa dan rohnya. Aturan itu terus mengetuk 

mereka, tetapi tidak sampai merasuki jiwa mereka. Bahkan,  

3.  Tampaknya mereka mencemooh pemberitaan sang nabi, dan 

mengolok-oloknya. Firman Tuhan bagi mereka hanyalah Tsau 

latsau, kau lakau. Dalam bahasa aslinya kata-kata itu ditulis 

dalam sajak berirama. Mereka menjadikan perkataan sang 

nabi sebagai lagu, dan menyanyikannya ketika mereka sedang 

bersenang-senang dengan anggur. Daud dijadikan nyanyian 

bagi para pemabuk. Sungguh najis, dan merupakan penghina-

an yang besar terhadap Allah, untuk membuat lelucon dari 

hal-hal yang kudus, untuk memperkatakan dengan main-main 

apa yang seharusnya membuat kita bersungguh-sungguh. 

IV. Seberapa keras Allah akan memperhitungkan hal ini dengan mereka. 

1. Ia akan mengambil dari mereka hak istimewa untuk mende-

ngarkan pemberitaan yang jelas, dan akan berbicara kepada 

mereka melalui orang-orang yang berlogat ganjil dan orang-

orang yang berbahasa asing (ay. 11). Orang yang tidak mau 

mengerti apa yang jelas dan sesuai kemampuan mereka, tetapi 

merendahkannya sebagai sesuatu yang hina dan sepele, pan-

tas dihadiahi dengan apa yang melampaui mereka. Atau Allah 

akan mengirimkan pasukan-pasukan asing ke tengah-tengah 

mereka, yang bahasanya tidak mereka pahami, untuk memo-

rak-porandakan negeri mereka. Orang yang tidak mau mende-

ngarkan suara firman Allah yang menghibur akan dibuat men-

dengarkan suara tongkat-Nya yang mengerikan. Atau perkataan 

ini dapat dipandang sebagai tanda, bahwa Allah dengan penuh 

kemurahan hati mau merendah untuk menyesuaikan diri de-

ngan kemampuan mereka dalam berurusan dengan mereka. Ia 

berbicara dengan logat kanak-kanak dengan mereka, seperti 


 502

yang dilakukan pengasuh kepada anak-anak, dengan bibir 

yang tergagap-gagap, untuk melucu kepada mereka. Ia meng-

ubah-ngubah suara-Nya, dengan suara begini dan kemudian 

dengan suara yang lain. Rasul Paulus mengutip ini sebagai 

suatu perkenanan (1Kor. 14:21), dengan menerapkannya pada 

karunia bahasa lidah, dan mengeluh bahwa kendati dengan 

semuanya ini mereka tetap tidak mau mendengar.  

2.  Ia akan mendatangkan kehancuran sepenuhnya atas mereka. 

Dengan penghinaan mereka yang kurang ajar terhadap Allah 

dan firman-Nya, mereka hanya mempercepat kehancuran me-

reka sendiri, dan mematangkan diri untuk itu. Itu dilakukan 

supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, supaya mereka 

menjadi semakin buruk dan buruk, melangkah semakin jauh 

dan jauh dari Allah, dan berlanjut dari satu dosa ke dosa lain, 

sehingga mereka luka, tertangkap dan tertawan, dan hancur 

(ay. 13). Mereka memiliki firman Allah sedikit di sana sini. Na-

mun mereka menganggap bahwa itu terlalu banyak, dan ber-

kata kepada para tukang tilik: “Jangan menilik.” Tetapi ter-

nyata itu terlalu sedikit untuk mempertobatkan mereka, dan 

akan terbukti cartikel  p untuk menghartikel  m mereka. Jika firman 

Allah tidak menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, maka 

itu akan menjadi bau kematian yang mematikan. 

Penghakiman-penghakiman Dinyatakan; 

Batu Penjuru di Sion 

(28:14-22) 

14 Sebab itu dengarlah firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai 

orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini! 15 Karena 

kamu telah berkata: “Kami telah mengikat perjanjian dengan maut, dan 

dengan dunia maut kami telah mengadakan persetujuan; biarpun cemeti ber-

desik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena; sebab kami telah mem-

buat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam dusta kami menyem-

bunyikan diri,” 16 sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya, 

Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah 

batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak 

akan gelisah! 17 Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengartikel  r, dan 

kebenaran menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan 

bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian.” 18 Perjanjianmu 

dengan maut itu akan ditiadakan, dan persetujuanmu dengan dunia orang 

mati itu tidak akan tetap berlaku; apabila cemeti berdesik-desik dengan 

kerasnya, kamu akan hancur diinjak-injak. 19 Seberapa kali ia datang, ia 

akan menyeret kamu, sebab pagi demi pagi ia akan datang, pada waktu siang 

dan pada waktu malam; maka yaitu   semata-mata kengerian untuk meng-

Kitab Yesaya 28:14-22 

 503 

erti firman yang didengar itu. 20 Sebab tempat tidur akan kurang panjang 

untuk dipakai membujurkan diri dan selimut akan kurang lebar untuk 

dipakai menyelubungi diri. 21 Sebab TUHAN akan bangkit seperti di gunung 

Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon, untuk mela-

kukan perbuatan-Nya – ganjil perbuatan-Nya itu; dan untuk mengerjakan 

pekerjaan-Nya – ajaib pekerjaan-Nya itu! 22 Oleh sebab itu, janganlah kamu 

mencemooh, supaya tali belenggumu jangan semakin keras, sebab kudengar 

tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH 

semesta alam atas seluruh negeri itu. 

Sang nabi, setelah menegur orang yang mengolok-olok firman Allah, di 

sini melanjutkan dengan menegur orang yang mengolok-olok peng-

hakiman-penghakiman Allah, dan menantang mereka. Sebab Dia 

yaitu   Allah yang cemburu, dan tidak akan membiarkan ketetapan-

ketetapan-Nya atau pemeliharaan-pemeliharaan-Nya dihina. Sang nabi 

mengarahkan perkataannya kepada orang-orang pencemooh yang 

memerintah di Yerusalem, yang merupakan hakim-hakim di kota itu 

(ay. 14). Sungguh buruk bagi sebuah bangsa apabila takhta-takhta 

peradilan mereka menjadi tempat duduk para pencemooh, apabila 

para pemimpinnya yaitu   pencemooh-pencemooh. Terlebih lagi, bah-

wa para pemimpin Yerusalem yaitu   orang-orang yang bersifat seperti 

itu, bahwa mereka menganggap enteng penghakiman-penghakiman 

Allah, dan mencemooh ketika diminta untuk memperhatikan tanda-

tanda ketidakberkenanan-Nya, sungguh sangatlah menyedihkan. Siapa 

yang akan menjadi pelayat-pelayat perkabungan di Sion jika mereka 

sendiri yaitu   para pencemooh? Amatilah, 

I.   Bagaimana orang-orang yang mencemooh ini membuai diri dalam 

rasa aman yang bersifat kedagingan, dan bahkan menantang Allah 

Yang Mahakuasa untuk melakukan yang dahsyat (ay. 15). Kamu 

telah berkata: “Kami telah mengikat perjanjian dengan maut.” Mere-

ka merasa yakin akan keberlangsungan hidup mereka, sekalipun 

penghakiman-penghakiman yang paling membinasakan sudah di-

nyatakan, seolah-olah mereka sudah mengadakan tawar-menawar 

dengan maut, dengan pertimbangan yang mahal, untuk tidak 

datang menjemput mereka sampai mereka menyuruhnya, atau 

untuk tidak mengambil nyawa mereka dengan kekerasan apa pun, 

selain karena usia tua. Jika kita berdamai dengan Allah, dan su-

dah mengadakan perjanjian dengan Dia, maka sebenarnya kita 

sudah mengadakan perjanjian dengan maut bahwa ia akan da-

tang dalam waktu yang paling tepat, bahwa kapan saja ia datang, 

itu tidak akan membuat kita ngeri, juga tidak akan benar-benar 


 504

mencelakai kita. Maut menjadi milik kita jika kita menjadi milik 

Kristus (1Kor. 3:22-23). Tetapi sungguh sangat tidak masuk akal 

jika kita sampai berpikir untuk berteman dengan maut, atau 

bersekutu dengannya, sementara dengan dosa kita menjadikan 

Allah sebagai musuh kita dan berperang melawan Dia. Sungguh 

angkuh dan bodoh para pencemooh ini, “Biarpun cemeti berdesik-

desik dengan kerasnya melewati negeri kami, dan orang lain akan 

jatuh karenanya, kami tidak akan kena, itu tidak akan meraih 

kami, meskipun ia menjangkau jauh, tidak pula itu menjatuhkan 

kami, meskipun cemeti itu berdesik-desik dengan keras.” Sung-

guh luar biasa bodoh tak terbayangkan jika para pendosa yang 

tidak mau bertobat bisa berpikir bahwa entah di dunia ini atau di 

dunia lain mereka akan bernasib lebih baik daripada sesama me-

reka. Tetapi sebenarnya, apa yang menjadi dasar kepercayaan me-

reka itu? Kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami. 

Pantas saja. Hal-hal bohong yang mereka pakai sebagai perlin-

dungan mereka bisa berarti,  

1.  Segala sesuatu yang diberitahukan para nabi kepada mereka, 

yang hanyalah kebohongan dan kepalsuan, tetapi mereka sen-

diri memandangnya sebagai pagar-pagar yang kokoh. Perlin-

dungan yang diberikan oleh berhala-berhala mereka, janji-janji 

yang diberikan nabi-nabi palsu mereka untuk menenangkan 

mereka, tindakan mereka yang bijak, kekayaan mereka, ke-

pentingan yang mereka miliki dalam orang banyak, semua hal-

hal inilah yang mereka andalkan, dan bukan Allah. Bahkan, 

hal-hal itu mereka andalkan melawan Allah. Atau juga,  

2. Hal-hal bohong dan dusta yang mereka lakukan terhadap mu-

suh, yang merupakan flagellum Dei – cambuk Allah, cambuk 

atau bencana yang menghanyutkan. Mereka hendak melin-

dungi diri dengan melancarkan siasat-siasat perang mereka 

terhadap musuh, atau berpura-pura menyerah dalam perjanji-

an damai. Kota-kota Yehuda lain yang tersisa dirampas karena 

kota-kota itu bersikeras ingin bertahan. Tetapi para pemimpin 

Yerusalem berharap untuk lebih berhasil. Mereka menganggap 

diri sebagai politikus besar yang lebih hebat dari para politikus 

di kota-kota lain. Mereka akan menyanjung raja Asyur dengan 

janji untuk menyerahkan kota mereka, atau membayar upeti 

kepadanya, tetapi pada saat yang sama bertujuan untuk 

melepaskan kuk itu segera setelah bahaya yang mengancam 

Kitab Yesaya 28:14-22 

 505 

mereka berlalu, tidak peduli meskipun mereka nanti didapati 

sebagai pembohong oleh raja itu, seperti yang diungkapkan 

dalam Ulangan 33:29 (KJV). Perhatikanlah, siapa mencurangi 

orang lain dan mengira sudah mendapat untung, ia sendiri 

telah mencurangi diri sendiri. Orang yang mengejar maksud-

maksud mereka dengan berbuat curang dan menipu, dengan 

cara-cara rendah dan hina, mungkin dapat mencapainya, 

tetapi tidak bisa mengharapkan penghiburan di dalamnya. Ke-

jujuran yaitu   kebijakan terbaik. Namun tempat perlindungan 

seperti inilah yang menarik bagi orang-orang yang sudah 

meninggalkan Allah, dan dengan begitu mereka melemparkan 

diri sendiri keluar dari perlindungan-Nya. 

II.  Bagaimana Allah, melalui sang nabi, membangunkan mereka dari 

tidur ini, dan menunjukkan kepada mereka kebodohan dari rasa 

aman mereka. 

1.  Ia memberi tahu mereka atas dasar-dasar apa mereka bisa 

aman. Ia tidak mengganggu keyakinan-keyakinan mereka yang 

palsu, sebelum ia terlebih dahulu menunjukkan kepada mere-

ka dasar yang teguh yang di atasnya mereka dapat berpijak 

(ay. 16): Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion 

sebuah batu. Dasar ini yaitu  ,  

(1) Janji-janji Allah secara umum, yaitu firman-Nya, yang pa-

danya Ia sudah membuat umat-Nya berharap, dan juga 

perjanjian-Nya dengan Abraham, bahwa Ia akan menjadi 

Allah bagi Abraham dan keturunannya. Inilah dasar, dasar 

batu, yang teguh dan abadi, yang di atasnya iman dapat 

dibangun. Batu itu batu yang teruji, sebab semua orang 

kudus sudah berdiam di atasnya dan batu itu tidak pernah 

mengecewakan mereka.  

(2) Janji tentang Kristus secara khusus. Sebab kepada Dialah 

perkataan ini dengan jelas diterapkan dalam Perjanjian Baru 

(1Ptr. 2:6-8). Dialah batu yang telah menjadi batu penjuru. 

Janji agung tentang Mesias dan kerajaan-Nya, yang akan 

dimulai di Yerusalem, sudah cartikel  p untuk menenangkan 

umat Allah di masa-masa terburuk. Sebab mereka tahu 

betul bahwa sampai Ia datang tongkat kerajaan tidak akan 

beranjak dari Yehuda. Sion akan terus ada sementara 


 506

dasar ini masih belum diletakkan di sana. “Beginilah firman 

Tuhan ALLAH, untuk menghibur orang-orang yang tidak 

berani membuat bohong sebagai perlindungan mereka, 

lihatlah, dan pandanglah Aku sebagai Dia yang sudah me-

netapkan untuk meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah 

batu.” Yesus Kristus yaitu   dasar yang diletakkan Allah. 

Hal itu terjadi dari pihak TUHAN. Kristus diletakkan di Sion, 

di dalam jemaat, di atas bukit yang kudus. Dia yaitu   batu 

yang teruji, batu yang menguji (demikian menurut sebagian 

orang), batu penguji, yang akan membedakan antara yang 

benar dan yang palsu. Dia yaitu   batu permata, sebab 

itulah dasar-dasar dari Yerusalem Baru (Why. 21:19), batu 

penjuru, yang di dalam Dia sisi-sisi bangunan menyatu, 

batu penjuru utama. Dan siapa yang percaya pada janji-

janji ini, dan bersandar padanya, tidak akan gelisah, tidak 

akan lari ke sana kemari dengan tergesa-gesa, seperti 

orang yang kehabisan akal, tidak akan berpindah-pindah 

ke sana kemari untuk mencari aman, tidak pula dikejar-

kejar kedahsyatan di mana juga ia melangkah, seperti yang 

dikatakan tentang orang fasik (Ayb. 18:11). Sebaliknya, 

dengan hati tetap ia akan menunggu dengan tenang apa 

yang akan terjadi, sambil berkata, kusambut kehendak 

Allah. Ia tidak akan gelisah dalam harapan-harapannya, se-

hingga mendahului waktu yang ditetapkan dalam putusan-

putusan ilahi. Sebaliknya, meskipun lama datangnya, ia 

akan menunggu saat yang ditentukan, karena tahu bahwa 

Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguh-

kan kedatangan-Nya. Orang yang percaya tidak akan geli-

sah dan terburu-buru, tetapi akan puas bahwa waktu Allah 

yaitu   waktu yang terbaik, dan menunggu dengan sabar 

untuk itu. Rasul Petrus menjelaskan hal ini (versi Septua-

ginta, 1Ptr. 2:6). Siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan 

dipermalukan. Harapan-harapannya tidak akan dikecewa-

kan, tetapi justru dipenuhi jauh melebihi yang diharapkan. 

2.  Sang nabi memberi tahu mereka bahwa atas dasar-dasar yang 

di atasnya mereka membangun sekarang, mereka tidak bisa 

aman. Sebaliknya, keyakinan-keyakinan mereka pasti akan me-

ngecewakan mereka (ay. 17): Keadilan menjadi tali pengartikel  r, 

dan kebenaran menjadi tali sipat. Ini menunjukkan tentang, 

Kitab Yesaya 28:14-22 

 507 

(1) Dibangunnya jemaat Allah. Setelah meletakkan dasarnya 

(ay. 16), Allah akan mendirikan bangunannya, seperti yang 

dilakukan tukang bangunan, dengan tali pengartikel  r dan tali 

sipat (Za. 4:10, KJV). Kebenaran akan menjadi tali pengartikel  r 

dan keadilan menjadi tali sipat. Jemaat, dengan didasarkan 

pada Kristus, akan dibentuk dan diperbarui oleh Kitab 

Suci, pedoman tetap bagi keadilan dan kebenaran. Hartikel  m 

akan kembali kepada keadilan (Mzm. 94:15). Atau, 

(2) Dihartikel  mnya musuh-musuh jemaat, yang untuk melawan 

mereka Ia akan berbuat sesuai keadilan yang ketat, menurut 

ancaman-ancaman dalam hartikel  m Taurat. Ia akan memberi-

kan ganjaran yang pantas mereka dapatkan, dan menim-

pakan pada mereka penghakiman-penghakiman yang sudah 

mereka tantang. Tetapi itu dilakukan dengan hikmat juga, 

dan dengan aturan yang tepat, supaya ilalang tidak tercabut 

dengan gandum. Dan apabila Allah datang seperti itu untuk 

menghakimi, 

[1] Orang-orang yang mencemooh ini akan dibuat malu 

dengan semua harapan sia-sia yang dengannya mereka 

sudah menipu diri. Pertama, mereka merancang untuk 

membuat bohong sebagai perlindungan mereka. Tetapi 

itu memang akan terbukti sebagai tempat perlindungan 

bohong, yang akan disapu bersih oleh hujan batu, badai 

hujan batu yang dibicarakan dalam ayat 2 itu. Orang 

yang membuat bohong sebagai perlindungan mereka 

membangun di atas pasir, dan bangunan itu akan run-

tuh ketika badai datang menerjang, dan mengubur 

orang yang membangunnya dalam reruntuhannya. 

Orang yang menjadikan apa saja selain Kristus sebagai 

tempat persembunyian mereka akan mendapati bahwa 

luapan air akan menghanyutkannya, seperti halnya 

setiap tempat bernaung selain bahtera Nuh tertutupi 

dan ditenggelamkan oleh air bah. Seperti itulah harapan 

orang munafik. Ini akan terjadi kendati dengan keyakin-

an-keyakinannya. Kedua, mereka memegahkan perjanji-

an dengan maut, dan persetujuan dengan dunia maut. 

Tetapi perjanjian itu akan ditiadakan, karena dibuat 

tanpa persetujuan dari Dia yang memegang kunci dan 

kuasa yang berdaulat atas neraka dan maut. Hanya 


 508

menipu diri sendiri orang yang berpikir bahwa dengan 

tipu muslihat mereka dapat luput dari penghakiman-

penghakiman Allah. Ketiga, mereka berkhayal bahwa 

apabila cemeti yang berdesik-desik dengan keras mele-

wati negeri mereka, itu tidak akan datang mendekat 

kepada mereka. Tetapi sang nabi memberi tahu mereka 

bahwa pada waktu itu, ketika orang lain jatuh karena 

malapetaka yang menimpa semua, mereka tidak hanya 

akan ikut berbagi di dalamnya, tetapi juga akan hancur 

diinjak-injak olehnya: “Kamu akan menjadi baginya 

barang untuk diinjak-injak. Cemeti itu akan menang 

atas kamu sama seperti atas orang lain, dan kamu akan 

menjadi mangsa yang empuk baginya.” Mereka diberi 

tahu lebih jauh lagi (ay. 19),  

1. Bahwa itu akan dimulai dari mereka. Jauh bagi mere-

ka untuk terhindar darinya, justru mereka akan men-

jadi yang pertama yang akan jatuh olehnya: “Seberapa 

kali ia datang, ia akan menyeret kamu, seolah-olah ia 

datang dengan tujuan untuk menyergap kamu.”  

2. Bahwa cemeti itu akan terus mengejar-ngejar mere-

ka: “Pagi demi pagi ia akan datang. Begitu hari ber-

ganti hari, kamu akan mendengar tentang satu atau 

lain kehancuran yang dibuat olehnya. Sebab keadil-

an ilahi akan mengikuti hantamannya. Kamu tidak 

akan pernah aman atau tenang di siang hari atau-

pun di malam hari. Akan ada sampar berjalan dalam 

kegelapan dan kehancuran yang merusak di siang 

hari.”  

3.  Bahwa tidak ada yang bisa menghindar darinya: 

“Mendengar kabar tentang mendekatnya bencana itu 

tidak akan memberimu kesempatan sedikit pun un-

tuk melarikan diri, sebab tidak akan ada jalan ke-

luar yang terbuka. Sebaliknya, kamu hanya akan 

gelisah tak berdaya, kamu melihat kedatangannya, 

tetapi tidak melihat cara bagaimana kamu bisa me-

nolong dirimu sendiri.” Atau, “Kabar tentang ben-

cana yang masih jauh itu sendirilah yang akan 

membuatmu ngeri. Jika beritanya saja sudah begitu, 

bagaimana nanti bencananya?” Kabar-kabar buruk 

Kitab Yesaya 28:14-22 

 509 

menjadi kengerian dan kecemasan bagi para pence-

mooh, tetapi orang yang hatinya teguh, yang berha-

rap pada Allah, tidak takut terhadapnya. Sementara, 

ketika datang cemeti yang berdesik-desik, semua 

penghiburan dan keyakinan para pencemooh akan 

mengecewakan mereka (ay. 20).  

(1) Apa yang di dalamnya mereka menyangka dapat 

beristirahat tidak bisa menjangkau tingginya ha-

rapan-harapan mereka: Tempat tidur akan ku-

rang panjang untuk dipakai membujurkan diri, se-

hingga orang terpaksa tidur mengkerut.  

(2) Apa yang di bawahnya mereka menyangka dapat 

bernaung ternyata tidak cartikel  p untuk memenuhi 

maksud itu: Selimut akan kurang lebar untuk di-

pakai menyelubungi diri. Orang-orang yang tidak 

membangun di atas Kristus sebagai dasar mere-

ka, tetapi bersandar pada kebenaran mereka sen-

diri, pada akhirnya akan terbukti telah menipu 

diri sendiri. Mereka tidak akan pernah bisa merasa 

tenang, aman, atau hangat. Tempat tidur kurang 

panjang, selimut kurang lebar. Seperti daun-daun 

ara yang menutupi orangtua kita yang pertama, aib 

ketelanjangan mereka akan tetap tampak. 

[2] Allah akan dimuliakan dalam penggenapan putusan-

putusan-Nya (ay. 21). Ketika Allah turun untuk bersete-

ru dengan para pencemooh ini, pertama, Ia akan mela-

kukan perbuatan-Nya, dan mengerjakan pekerjaan-Nya. 

Ia akan bekerja demi kehormatan dan kemuliaan-Nya 

sendiri, sesuai tujuan-Nya sendiri. Pekerjaan itu akan 

tampak bagi semua orang yang melihatnya sebagai 

pekerjaan Allah yang merupakan Hakim yang adil di 

bumi. Kedua, Ia akan melakukannya sekarang melawan 

umat-Nya, seperti sebelumnya Ia melakukannya mela-

wan musuh-musuh mereka, yang melalui itu keadilan-

Nya akan tampak tidak berpihak. Sekarang Ia akan 

bangkit melawan Yerusalem seperti, pada masa Daud, 

melawan orang-orang Filistin di gunung Perasim (2Sam. 

5:20), dan seperti, pada masa Yosua, melawan orang-


 510

orang Kanaan di lembah dekat Gibeon. Jika orang-orang 

yang mengaku sebagai anggota jemaat Allah, dengan 

kesombongan dan sikap yang suka mencemooh, mem-

buat diri mereka seperti orang Filistin dan orang Kanaan, 

mereka harus bersiap-siap untuk diperlakukan seperti 

orang-orang itu. Ketiga, ini akan menjadi perbuatan-Nya 

yang ganjil, pekerjaan-Nya yang ajaib, perbuatan-Nya 

yang asing. Itu yaitu   pekerjaan yang enggan dilakukan-

Nya: Ia lebih suka menunjukkan belas kasihan, dan tidak 

dengan rela hati Ia menindas. Itu yaitu   pekerjaan yang 

tidak biasa Dia lakukan terhadap umat-Nya sendiri. Ia 

melindungi mereka dan berkenan kepada mereka. Me-

mang pekerjaan yang aneh jika Ia berubah menjadi 

musuh mereka dan berperang melawan mereka (63:10). 

Itu yaitu   pekerjaan yang akan membuat terheran-heran 

semua negeri tetangga mereka (Ul. 29:24), dan karena itu 

reruntuhan Yerusalem dikatakan sebagai keheranan (Yer. 

25:18, KJV). 

Yang terakhir, kita mendapati pelajaran dan penerapan dari semua-

nya ini (ay. 22): “Oleh sebab itu, janganlah kamu mencemooh. Jangan-

lah berani mengejek teguran-teguran firman Allah atau penghakiman-

penghakiman-Nya yang sudah dekat.” Mengejek para utusan Tuhan 

yaitu   dosa Yerusalem yang sudah memenuhi takaran. Permenungan 

tentang penghakiman-penghakiman Allah yang akan menimpa orang-

orang munafik yang mengaku beragama haruslah berhasil membung-

kam para pencemooh, dan membuat mereka bersungguh-sungguh: 

“Janganlah kamu mencemooh, supaya tali belenggumu jangan sema-

kin keras, baik tali yang dengannya kamu terbelenggu di bawah kua-

sa dosa” (sebab hanya ada sedikit harapan bagi para pencemooh un-

tuk bertobat) “maupun tali yang dengannya kamu terbelenggu untuk 

penghakiman-penghakiman Allah.” Allah memiliki tali keadilan yang 

cartikel  p kuat untuk mengikat orang-orang yang mencerai-beraikan se-

mua tali hartikel  m-Nya dan membuang semua kawat-Nya. Janganlah 

para pencemooh ini menganggap remeh ancaman-ancaman ilahi, se-

bab sang nabi (sebagai salah seorang yang padanya tersimpan rahasia 

Tuhan) meyakinkan mereka bahwa Tuhan Allah semesta alam, seperti 

yang didengarnya, sudah memastikan kebinasaan atas seluruh bumi. 

Jadi apakah mereka berpikir dapat terhindar? Atau ketidakpercayaan 

mereka akan membuat ancaman itu tidak berlaku? 

Kitab Yesaya 28:23-29 

 511 

Bertani sebagai Keterampilan Ilahi 

(28:23-29) 

23 Pasanglah telinga dan dengarkanlah suaraku; perhatikanlah dan dengar-

kanlah perkataanku! 24 Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan 

menyisir tanahnya untuk menabur? 25 Bukankah setelah meratakan tanah-

nya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh 

gandum jawawut dan jelai kehitam-hitaman dan sekoi di pinggirnya? 26 

Mengenai adat kebiasaan ia telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya. 27 

Sebab jintan hitam tidak diirik dengan eretan pengirik, dan roda gerobak 

tidak dipakai untuk menggiling jintan putih, tetapi jintan hitam diirik dengan 

memartikel  l-martikel  lnya dengan galah, dan jintan putih dengan tongkat. 28 Apa-

kah orang waktu mengirik memartikel  l gandum sampai hancur? sungguh tidak, 

orang tidak terus-menerus memartikel  lnya sampai hancur! Dan sekalipun 

orang menjalankan di atas gandum itu jentera gerobak dengan kudanya, 

namun orang tidak akan menggilingnya sampai hancur. 29 Dan ini pun da-

tangnya dari TUHAN semesta alam; Ia ajaib dalam keputusan dan agung 

dalam kebijaksanaan. 

Perumpamaan ini, yang diambil (seperti halnya banyak perumpama-

an dari Juruselamat kita) dari pekerjaan seorang petani, diperkenal-

kan dengan yang khidmat yang menuntut perhatian. 

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar, mendengar dan mengerti 

(ay. 23). 

I.  Perumpamaan di sini cartikel  p jelas, bahwa si petani bersusah pa-

yah dan berhati-hati dalam mengerjakan pekerjaannya, secundum 

artem – menurut aturan, dan sebagaimana penilaiannya menuntun 

dia, bekerja dengan memakai suatu cara dan mengikuti aturan.  

1. Dalam membajak dan menabur: Setiap harikah orang mem-

bajak untuk menabur? Ya benar, dan ia membajak dalam 

pengharapan dan mengirik dalam pengharapan (1Kor. 9:10). 

Apakah dia mencangkul dan menyisir tanahnya? Ya benar, su-

paya tanah itu layak menerima benih. Dan setelah meratakan 

tanahnya, bukankah ia menabur benihnya, benih yang sesuai 

dengan tanahnya? Sebab petani tahu benih apa yang cocok 

untuk tanah liat dan apa yang cocok untuk tanah berpasir, 

dan sesuai dengan itu, ia menabur benih di tempatnya ma-

sing-masing, yaitu gandum di tempat utama (demikian dalam 

tafsiran yang agak luas), sebab gandum yaitu   biji utama, dan 

makanan pokok di Kanaan (Yeh. 27:17), dan jelai kehitam-

hitaman (KJV: jelai di tempat yang ditentukan). Hikmat dan 

kebaikan Allah atas alam haruslah dicermati dalam hal ini, 

bahwa untuk membuat makhluk-Nya bersyartikel  r atas berbagai 


 512

macam hasil bumi, Ia telah menyesuaikan bagi mereka 

berbagai jenis tanah yang cocok.  

2.  Dalam mengirik (ay. 27-28). Ini juga dia sesuaikan dengan biji 

yang akan diirik. Jintan hitam dan jintan putih, karena mudah 

dikeluarkan dari kulit atau bulirnya, hanya diirik dengan ga-

lah dan tongkat. Tetapi gandum membutuhkan lebih banyak 

tenaga, dan karena itu harus diirik dengan eretan pengirik, 

godam berlapis besi, yang ditarik ke sana kemari, untuk me-

ngeluarkan gandumnya. Namun orang waktu mengirik tidak 

memartikel  l gandum sampai hancur, tidak pula mengirik lebih 

lama daripada yang diperlukan untuk mengeluarkan gandum 

dari sekam. Ia tidak akan menggilingnya sampai hancur, atau 

remuk, dengan jentera gerobaknya, atau menggilingnya sam-

pai hancur menjadi butiran kecil dengan kudanya. Menggiling 

gandum disimpan untuk pekerjaan lain. Amatilah, dalam hal 

ini, bagaimana susahnya bukan saja untuk memperoleh, me-

lainkan juga untuk mempersiapkan makanan yang kita butuh-

kan. Namun demikian, bagaimanapun juga, itu yaitu   makan-

an yang akan dapat binasa. Jadi haruskah kita menggerutu 

karena harus berjerih payah lebih besar lagi untuk makanan 

yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal? Gandum di-

remukkan. Kristus juga demikian. Tetapi TUHAN berkehendak 

meremukkan Dia, supaya Ia menjadi roti hidup bagi kita. 

II.  Tafsiran dari perumpamaan itu tidak begitu jelas. Sebagian besar 

penafsir menjadikannya sebagai jawaban lebih lanjut untuk 

orang-orang yang menantang penghakiman-penghakiman Allah: 

“Hendaklah mereka tahu bahwa sama seperti petani tidak akan 

selalu membajak, tetapi pada akhirnya akan menaburkan benih-

nya, demikian pula Allah tidak akan selalu mengancam, tetapi 

pada akhirnya akan melaksanakan ancaman-ancaman-Nya, dan 

menimpakan kepada para pendosa segala penghakiman yang pan-

tas mereka dapatkan. Tetapi itu dilakukan dengan hikmat, dan 

sebanding dengan kekuatan mereka, bukan supaya mereka han-

cur, melainkan supaya mereka diperbarui dan dipertobatkan 

olehnya.” Tetapi saya berpendapat bahwa kita boleh lebih leluasa 

lagi dalam menjelaskan perumpamaan ini.  

1.  Secara umum, bahwa Allah yang memberikan kebijaksanaan 

ini kepada petani, tidak diragukan lagi, dengan sendirinya 

Kitab Yesaya 28:23-29 

 513 

bijak secara tak terhingga. Allah-lah yang mengajar adat ke-

biasaan dan memberi petunjuk kepada petani, sebagai Allahnya 

(ay. 26). Para petani memerlukan kebijaksanaan untuk meng-

atur urusan-urusan mereka, dan tidak boleh melakukan pe-

kerjaan itu kecuali mereka memahaminya dalam kadar terten-

tu. Melalui pengamatan dan pengalaman, mereka harus ber-

usaha memperbaiki diri sendiri dalam pengetahuan tentang 

hal itu. Oleh karena kebutuhan raja sendiri dipenuhi dari la-

dang, maka memajukan keterampilan bertani berarti memberi-

kan pelayanan umum kepada umat manusia lebih daripada 

mengembangkan sebagian besar keterampilan lain. Keahlian si 

petani berasal dari Allah, seperti halnya setiap pemberian yang 

baik dan sempurna. Hal ini sedikit banyak mengangkat beban 

dan kengerian dari hartikel  man yang dijatuhkan atas manusia 

karena dosa, bahwa ketika Allah, dalam melaksanakan hu-

kuman itu, menyuruh manusia untuk mengolah tanah, Ia 

mengajarinya bagaimana melakukan itu dengan cara yang 

paling menguntungkan baginya. Sebab kalau tidak, dalam 

kebodohannya yang besar, ia bisa saja mengolah pasir di laut 

untuk selamanya, bekerja tanpa hasil. Dialah yang memberi 

manusia kemampuan untuk pekerjaan ini, kecenderungan 

untuk itu, dan kesukaan di dalamnya. Dan jika sebagian 

orang tidak dibentuk untuk itu oleh Pemeliharaan ilahi, dan 

dibuat bersukacita (seperti Isakhar, sartikel   para petani itu) di 

tenda-tenda mereka, maka kendati dengan kerja keras dan 

kelelahan dalam mengerjakan pekerjaan ini, kita akan segera 

kekurangan penopang hidup. Jika ada sebagian orang yang 

lebih berhati-hati dan bijaksana daripada yang lain dalam 

mengelola pekerjaan ini atau pekerjaan apa saja, maka Allah 

harus diakui di dalamnya. Dan kepada Dia para petani harus 

meminta petunjuk dalam pekerjaan mereka, sebab mereka, 

lebih daripada orang lain, bergantung secara langsung pada 

Pemeliharaan ilahi. Adapun mengenai contoh lain dari apa 

yang diperbuat petani dalam mengirik gandumnya, dikatakan, 

ini pun datangnya dari TUHAN semesta alam (ay. 29). Bahkan 

cara kerja pancaindra dan akal budi yang paling jelas sekali-

pun harus diakui sebagai datang dari Tuhan semesta alam. 

Dan, jika oleh karena Dialah manusia melakukan hal-hal se-

cara bijaksana dan hati-hati, maka pasti kita perlu mengakui 


 514

Dia sebagai ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijak-

sanaan. Pekerjaan Allah dilakukan sesuai kehendak-Nya. Ia 

tidak pernah bertindak menentang pikiran-Nya sendiri, seperti 

yang sering dilakukan manusia, dan ada pertimbangan dalam 

seluruh kehendak-Nya. Itulah sebabnya Ia agung dalam kebi-

jaksanaan, karena Ia ajaib dalam keputusan.  

2. Jemaat Allah yaitu   ladang-Nya (1Kor. 3:9). Jika Kristus ada-

lah pokok anggur yang benar, maka Bapa-Nya yaitu   peng-

usahanya (Yoh. 15:1), dan Ia melalui firman dan ketetapan-

ketetapan-Nya terus-menerus mengolahnya. Setiap harikah 

orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya, supaya 

tanah itu menerima benih, dan tidakkah Allah melalui hamba-

hamba-Nya menyisir tanah baru? Bukankah pembajak, apa-

bila tanah sudah disesuaikan untuk benihnya, menaburkan 

benih di tanah yang tepat? Ya benar, dan begitu pula Allah 

yang akbar menaburkan firman-Nya melalui tangan hamba-

hamba-Nya (Mat. 13:19), yang bertugas membagi-bagikan fir-

man kebenaran dan memberi setiap orang bagiannya masing-

masing. Apa pun jenis tanah dari hati kita, ada satu atau lain 

benih dalam firman Allah yang cocok untuknya. Dan, seperti 

halnya firman Allah, demikian pula tongkat Allah digunakan 

dengan demikian bijaknya. Penderitaan yaitu   alat pengirikan 

Allah, yang dirancang untuk melepaskan kita dari dunia, un-

tuk memisahkan kita dari sekam kita, dan untuk mempersiap-

kan kita supaya berguna. Dan berkenaan dengan penderitaan 

ini, Allah akan memakainya jika itu dibutuhkan. Tetapi Dia 

akan menyesuaikannya dengan kekuatan kita. Penderitaan itu 

tidak akan lebih berat daripada yang diperlukan. Jika tongkat 

dan galah sudah bisa memenuhi tujuan, Ia tidak akan meng-

gunakan roda gerobak dan kudanya. Dan kalaupun penderita-

an ini diperlukan, seperti untuk meremukkan gandum (yang 

jika tidak demikian maka ia tidak akan bersih dari jerami), 

maka Ia tidak akan selamanya mengiriknya, tidak akan selalu 

menegur, tetapi kemarahan-Nya akan berlangsung hanya untuk 

sesaat. Tidak pula Ia akan menginjak-injak dengan kaki tawan-

an-tawanan di dunia. Dan dalam hal ini kita harus mengakui 

Dia sebagai ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijak-

sanaan. 

 

PASAL  29  

encana atas Ariel, yang kita dapati dalam pasal ini, sama dengan 

“Ucapan ilahi terhadap lembah penglihatan” (22:1), dan (besar 

kemungkinannya) mengacu pada peristiwa yang sama, yaitu penge-

pungan Yerusalem oleh pasukan Asyur, yang kemudian dimusnah-

kan di sana oleh seorang malaikat. Akan tetapi, hal ini juga cocok 

diterapkan pada penghancuran Yerusalem oleh bangsa Kasdim, dan 

penghancuran terakhir terhadap kota itu oleh bangsa Romawi. Di sini 

terdapat, 

I. Nubuat mengenai peristiwa itu, bahwa Yerusalem akan meng-

alami kesesakan besar (ay. 1-4, 6), tetapi para musuh yang 

menyesakkan mereka akan dikacaukan dan dikalahkan (ay. 5, 

7-8).  

II. Teguran terhadap tiga jenis pendosa:  

1.  Orang-orang yang bebal, meskipun sang nabi memberi 

mereka peringatan-peringatan (ay. 9-12).  

2. Orang-orang yang hanya mementingkan hartikel  m Taurat 

secara lahiriah dan munafik dalam ibadah-ibadah agama-

wi mereka (ay. 13-14).  

3. Para penguasa negara yang menyia-nyiakan dan lancang 

menghina tindakan pemeliharaan Allah, serta berusaha 

menyainginya dengan rancangan mereka sendiri (ay. 15-16).  

III. Janji-janji kasih karunia dan belas kasihan yang berharga 

bagi sisa umat yang akan dikuduskan Allah, dan yang di 

dalam mereka Allah akan dikuduskan, saat para musuh dan 

penganiaya mereka dilenyapkan (ay. 17-24). 


 516

Hartikel  man bagi Ariel  

(29:1-8) 

1 Celakalah Ariel, Ariel, kota tempat Daud berkemah! Biarlah tahun demi tahun 

perayaan-perayaan silih berganti! 2 Aku akan menyesakkan Ariel, sehingga 

orang mengerang dan mengaduh, dan kota itu akan seperti perapian bagi-Ku. 3 

Aku akan berkemah di segala penjuru mengepung engkau, dan akan membuat 

tempat-tempat pengintaian untuk mengimpit engkau, dan akan mendirikan 

pagar-pagar pengepungan terhadap engkau. 4 Maka engkau akan merendah-

kan diri dan engkau bersuara dari dalam tanah, perkataanmu kedengaran 

samar-samar dari dalam debu; suaramu akan berbunyi seperti suara arwah 

dari dalam tanah, dan perkataanmu akan kedengaran seperti bisikan dari da-

lam debu. 5 Akan tetapi segala pasukan lawanmu akan hilang lenyap seperti 

abu halus, dan semua orang yang gagah sombong akan menjadi seperti sekam 

yang melintas terbang. Sebab dengan tiba-tiba, dalam sekejap mata, 6 engkau 

akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan 

suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang me-

makan habis. 7 Maka segala pasukan bangsa-bangsa yang berperang melawan 

Ariel, dan semua orang yang memerangi dia dan kubu pertahanannya dan 

orang-orang yang menyesakkan dia akan seperti mimpi dan seperti penglihatan 

malam-malam: 8 seumpama seorang yang lapar bermimpi ia sedang makan, 

pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang 

haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga, sesungguhnya ia masih 

lelah, kerongkongannya masih dahaga, demikianlah halnya dengan segala 

pasukan bangsa-bangsa yang berperang melawan gunung Sion. 

Para ahli Alkitab sepakat bahwa Yerusalemlah yang disebut dengan 

Ariel di sini, sebab itulah kota tempat Daud berkemah. Bagian dari 

kota itu, yang disebut Sion, secara khusus merupakan kota Daud, di 

mana bait Allah dan istananya terletak. Akan tetapi, mengapa tempat 

itu dinamakan demikian, tidaklah pasti. Mungkin saja nama dan 

alasan penyebutan itu dikenal luas pada masa itu. Kota-kota, seba-

gaimana orang-orang, juga diberi nama depan dan nama belakang. 

Ariel berarti singa Allah, atau singa perkasa. Sebagaimana singa me-

rupakan raja dari segala binatang, begitu pulalah Yerusalem di 

antara kota-kota, menguasai seluruh daerah di sekelilingnya. Kota itu 

yaitu   kota Raja Besar (Mzm. 48:1-3). Yerusalem merupakan ibukota 

Yehuda, yang disebut sebagai anak singa (Kej. 49:9) dan dilambang-

kan dengan seekor singa, dan dia, yang merupakan singa milik sartikel   

Yehuda, memang yaitu   kemuliaannya. Yerusalem terkadang men-

jadi kengerian bagi bangsa-bangsa di sekelilingnya, dan ia tidak ha-

nya merupakan kota yang adil, tetapi juga pemberani bagaikan singa.  

Beberapa orang mengartikan Ariel sebagai mezbah korban bakaran, 

yang melahap hewan-hewan yang dikorbankan sebagaimana seekor 

singa melahap mangsanya. Celakalah mezbah di kota tempat Daud 

berkemah itu, yang dihancurkan bersama bait Allah oleh bangsa 

Kasdim. Saya lebih suka mengartikannya sebagai celakalah Yerusa-

Kitab Yesaya 29:1-8 

 517 

lem, Yerusalem. Di sini nama itu diulang dua kali, sebagaimana 

dalam Matius 23:37, supaya peringatannya lebih mengejutkan orang. 

Di sini terdapat, 

I. Nubuat mengenai kesesakan Yerusalem. Meskipun Yerusalem 

yaitu   kota yang kuat, bagaikan singa, meskipun merupakan 

kota yang suci, sebagai singa Allah, akan tetapi, jika pelanggaran 

ditemukan di sana, celakalah kota itu. Yerusalem yaitu   kota 

tempat Daud berkemah. Dialah yang membawa kota itu ke puncak 

kemuliaannya, dan menjadikannya sebagai perlambang dari umat 

Injili, dan berdiamnya dia di sana merupakan perlambangan dari 

diamnya Kristus di tengah-tengah umat-Nya. Hal ini disebutkan 

untuk menegaskan betapa besarnya dosa Yerusalem, yaitu bahwa 

ia memiliki  kesaksian mengenai Israel dan kursi-kursi milik ke-

luarga raja Daud. 

1. Hendaklah Yerusalem tahu bahwa segala ibadah agamawi 

yang tampak dari luar saja tidak akan membuatnya luput dari 

penghakiman Allah (ay. 1): “Biarlah tahun demi tahun silih ber-

ganti. Teruslah berjalan di jalan-jalan perayaan tahunanmu 

itu, biarlah kaum lelakimu menampakkan diri tiga kali seta-

hun di hadapan Allah, dan tidak ada satu pun yang lalai, se-

suai dengan hartikel  m dan adat, dan biarlah mereka tidak per-

nah melewatkan ibadah-ibadah khidmat itu. Biarlah mereka 

menyembelih hewan-hewan kurban, sebagaimana kebiasaan 

mereka. Akan tetapi, selama hidup mereka tidak diubahkan 

dan hati mereka tidak direndahkan, janganlah mereka pikir 

bisa meredakan hati Allah yang murka dan menjauhkan 

amarah-Nya.” Perhatikanlah, orang-orang munafik bisa saja 

didapati begitu tekun menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah 

mereka dan hidup di dalamnya, serta memuji-muji diri sendiri 

karena itu. Tetapi mereka tidak akan pernah menyenangkan 

hati Allah atau merasa damai dengan-Nya.  

2.  Biarlah Yerusalem tahu bahwa Allah sedang mendatanginya 

dengan rasa berang, bahwa dia akan dihampiri oleh Allah se-

mesta alam (ay. 6). Dosa-dosanya akan ditelaah dan dihartikel  m. 

Allah akan mengganjar mereka dengan penghakiman yang me-

ngerikan, dengan tanda-tanda menggentarkan dan kehancur-

an akibat perang yang mengenaskan, yang akan seperti guntur 

dan gempa, puting beliung dan badai, dan nyala api yang me-


 518

makan habis, terutama karena suara hebat yang ditimbulkan-

nya. Saat pasukan asing tidak ada di perbatasan, melainkan di 

dalam wilayah mereka sendiri, mengaum dan membabi buta, 

dan memusnahkan segalanya (terutama pasukan yang seperti 

pasukan Asyur, yang para pemimpinnya demikian biadab, 

seperti yang ditunjukkan oleh tindak tanduk juru minuman 

agung, pasti para tentara bawahannya lebih sadis lagi dari-

pada itu), mereka mungkin bisa melihat Tuhan semesta alam 

mendatangi mereka dengan guntur dan puting beliung. Akan 

tetapi, karena peristiwa ini dikatakan menimbulkan suara 

hebat, mungkin artinya mereka akan lebih merasa ketakutan 

daripada benar-benar dicelakakan. Terutama karena, 

(1) Yerusalem akan dikepung, dikepung dengan gencarnya. 

Allah tidak berkata, Aku akan menghancurkan Ariel, me-

lainkan Aku akan menyesakkan Ariel. Karena itulah, Yeru-

salem digiring dalam kesesakan, sehingga dengan begitu 

diingatkan untuk bertobat dan berubah, ia mungkin tidak 

dibawa ke dalam kehancuran. Aku akan (ay. 3) berkemah di 

segala penjuru mengepung engkau. Sebenarnya pasukan 

musuhlah yang mengepung kota itu, tetapi Allah berkata 

Dia-lah yang akan melakukannya, sebab pasukan musuh 

itu yaitu   tangan-Nya, Dia melakukannya melalui mereka. 

Allah telah sering dan sudah lama, dengan bala tentara 

malaikat-Nya, berkemah di sekeliling mereka untuk melin-

dungi dan menyelamatkan mereka, tetapi kini Dia berubah 

menjadi musuh mereka dan berperang melawan mereka. 

Pengepungan terhadap mereka yaitu   karya-Nya, dan ben-

teng-benteng yang didirikan untuk melawan mereka yaitu   

perbuatan tangan-Nya. Perhatikanlah, saat manusia meme-

rangi kita, kita harus melihat Allah menentang kita, di 

dalam diri mereka.  

(2) Yerusalem akan berduka melihat wilayahnya menjadi tan-

dus dan segala kota berkubu di Yehuda dikuasai oleh mu-

suh. Orang mengerang dan mengaduh (ay. 2), meratap dan 

mengeluh, begitulah kedua kata tadi kadang-kadang diarti-

kan. Orang-orang yang paling riang biasanya yaitu   yang 

paling parah menanggung beban dan duka, saat mereka 

ada dalam kesesakan. Tawa mereka berubah menjadi ra-

tapan. “Maka seluruh Yerusalem bagi-Ku akan menjadi se-

Kitab Yesaya 29:1-8 

 519 

perti Ariel, seperti mezbah itu, dengan api di atasnya dan 

korban-korban sembelihan di sekelilingnya.” Begitulah ke-

adaannya saat Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Kas-

dim, dan tidak diragukan lagi, banyak orang dibunuh se-

waktu kota itu dikepung oleh bangsa Asyur. “Seluruh kota 

akan menjadi sebuah mezbah, di mana para pendosa yang 

jatuh karena penghakiman yang menyebar luas, akan men-

jadi seperti korban keadilan ilahi.” Atau demikian, “Orang 

mengerang dan mengaduh, mereka akan bertobat, berubah, 

dan kembali kepada Allah, lalu kota itu akan menjadi seperti 

Ariel bagi-Ku. Yerusalem akan seperti dirinya lagi, akan 

menjadi Yerusalem bagi-Ku lagi, kota yang suci” (1:26).  

(3) Kota itu akan direndahkan, dipermalukan, dan ditunduk-

kan (ay. 4): “Engkau akan merendahkan diri dari keangkuh-

an dan kelancanganmu yang tinggi itu, ke mana kau telah 

terdampar. Rupa yang angkuh dan bahasa yang lancang 

akan direndahkan oleh rangkaian tindakan pemeliharaan.” 

Orang-orang yang menganggap hina penghakiman Allah 

akan direndahkan oleh penghakiman itu, sebab para pen-

dosa yang terangkuh sekalipun akan bertekuk lutut atau 

hancur di hadapan-Nya. Mereka sudah berkoar-koar som-

bong, sudah mengangkat tanduk tinggi-tinggi, dan berbicara 

dengan bertegang leher (Mzm. 75:6), tapi kini engkau bersua-

ra dari dalam tanah, dari dalam debu, seperti suara arwah, 

seperti bisikan dari dalam debu. Hal ini menegaskan, 

[1] Bahwa mereka akan lemah dan lesu, tidak sanggup bi-

cara ataupun mengatakan semua yang ingin mereka ka-

takan, tetapi akan seperti orang sakit atau yang sema-

ngatnya sudah luluh lantak, sehingga bicara mereka 

pun pelan dan terpatah-patah. 

[2] Bahwa mereka merasa gentar, dan dalam kekhawatiran 

besar, mereka pun terpaksa bicara pelan karena takut 

musuh bisa mendengar dan memanfaatkannya untuk 

melawan mereka.   

[3] Bahwa mereka sudah kalah dan dipaksa tunduk pada 

para penakluk. Saat Hizkia tunduk pada raja Asyur, 

dan berkata, Aku telah berbuat dosa, apapun yang kau-

bebankan kepadaku akan kupikul (2Raj. 18:14), saat itu 

perkataannya kedengaran samar-samar, dari dalam 


 520

debu. Allah sanggup membuat mereka yang tadinya 

amat garang menjadi merangkak takut, dan melemah-

kan semangat mereka.  

II. Kehancuran para musuh Yerusalem dinubuatkan, sebagai peng-

hiburan bagi semua orang yang merupakan teman-teman dan 

yang menginginkan keselamatannya dalam kesesakan ini (ay. 5, 

7): “Engkau akan merendahkan diri (ay. 4), bicara dari dalam 

debu. Betapa rendahnya keadaanmu nanti. Akan tetapi,” (demi-

kianlah bisa diartikan), “segala pasukan lawanmu dan semua 

orang yang gagah sombong, pasukan-pasukan musuh yang begitu 

banyaknya, akan hilang lenyap seperti abu halus, sama sekali 

tidak mampu berbicara, bahkan berbisik sekalipun, melainkan 

akan menjadi seperti sekam yang melintas terbang. Engkau akan 

direndahkan, tetapi mereka akan diserakkan, terpartikel  l kalah dan 

dihabisi dengan cara lain (27:7). Mereka akan lenyap dengan tiba-

tiba, dalam sekejap mata. Sang musuh akan terperanjat oleh 

pemusnahan, dan engkau pun sama terperanjatnya oleh karena 

keselamatan.” Pasukan Asyur dihantam sampai tewas seketika 

oleh seorang malaikat, di tempat itu juga, dengan tiba-tiba, dalam 

sekejap mata. Begitulah penghancuran terhadap para musuh Injil 

Yerusalem. Dalam satu jam saja akan berlangsung penghakiman 

mereka (Why. 18:10). Sekali lagi (ay. 6), “Engkau akan didatangi, 

atau (sebagaimana biasa diungkapkan dulu) kota itu akan dida-

tangi dalam guntur dan suara hebat. Engkau akan dibuat ketakut-

an, tetapi akan segera pulih dari rasa itu. Tetapi (ay. 7) bangsa-

bangsa yang berperang melawannya akan seperti mimpi dan 

penglihatan malam-malam. Mereka beserta kejayaan dan kemak-

muran mereka akan segera lenyap dan terlupakan.” Bangsa-bang-

sa yang melawan Sion akan menjadi selapar orang yang bermimpi 

makan, tetapi sebenarnya masih kelaparan, yang artinya, 

1. Mereka tadinya berharap untuk memangsa Yerusalem dan men-

jadikan diri mereka kaya dengan menjarah kota subur itu, 

namun harapan mereka itu terbukti hanya khayalan kosong 

belaka, yang mungkin saja sempat membuat mereka terbuai 

sejenak, tetapi mereka akan kecewa. Mereka berangan-angan 

hendak menguasai Yerusalem, tetapi tidak akan pernah berhasil.   

2. Mereka sendiri, dan seluruh kemewahan dan kekuasaan, juga 

kemakmuran mereka, akan lenyap bagaikan sebuah mimpi

Kitab Yesaya 29:9-16 

 521 

 saat orang terbangun, hina dan fana (Mzm. 73:20). Bagaikan 

impian ia melayang hilang (Ayb. 20:8). Pasukan Sanherib 

hilang dan lenyap begitu saja, meskipun tadinya mereka me-

menuhi negeri itu bagaikan mimpi yang memenuhi kepala 

seseorang, seperti mimpi mengenai makanan yang memenuhi 

kepala orang yang tertidur dalam keadaan lapar. Banyak orang 

yang mengartikan ayat-ayat ini sebagai bagian dari ancaman 

mengenai murka Allah, saat dia menghampiri Yerusalem un-

tuk menyesakkan dan mengepungnya.  

(1) Segenap kawan-kawannya, kepada siapa dia bergantung 

untuk mendapatkan pertolongan, tidak akan berdaya, se-

bab sekalipun mereka hebat, mereka akan menjadi seperti 

abu halus dan lenyap seketika.  

(2) Musuh-musuhnya akan menindas mereka tanpa ampun, 

tetapi saat mereka sudah melahapnya habis, mereka tetap 

saja bagaikan seorang yang mimpi makan, masih lapar, 

dan tetap bernafsu untuk terus melahapnya.  

Ancaman-ancaman terhadap Yehuda 

(29:9-16) 

9 Tercengang-cenganglah, penuh keheranan, biarlah matamu tertutup, buta 

semata-mata! Jadilah mabuk, tetapi bukan karena anggur, jadilah pusing, 

tetapi bukan karena arak! 10 Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur nye-

nyak; matamu – yakni para nabi – telah dipejamkan-Nya dan mukamu--yaitu 

para pelihat – telah ditudungi-Nya. 11 Maka bagimu penglihatan dari semua-

nya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada 

orang yang tahu membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia 

akan menjawab: “Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai”; 12 dan apabila 

kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan menga-

takan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat mem-

baca.” 13 Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat 

dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya 

menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia 

yang dihafalkan, 14 maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula 

hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat 

orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang 

arif akan bersembunyi.” 15 Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-da-

lam rancangannya terhadap TUHAN, yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi da-

lam gelap sambil berkata: “Siapakah yang melihat kita dan siapakah yang me-

ngenal kita?” 16 Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah 

liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat 

berkata tentang yang membuatnya: “Bukan dia yang membuat aku”; dan apa 

yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: “Ia tidak tahu apa-apa”? 


 522

Di sini,  

I. Sang nabi terpana menyaksikan kebebalan sebagian besar bangsa 

Yahudi. Mereka memiliki kaum Lewi, yang mengajarkan akal budi 

yang baik dalam melayani Tuhan dan didartikel  ng oleh Hizkia untuk 

melakukan itu (2Taw. 30:22). Mereka juga memiliki para nabi, 

yang menyampaikan pesan-pesan dari Allah secara langsung, dan 

menerangkan kepada mereka apa yang menjadi penyebab dan 

juga dampak dari ketidaksenangan Allah terhadap mereka. Nah, 

pastinya orang akan mengira, memang bangsa yang besar ini, 

yang memiliki seluruh keuntungan pewahyuan ilahi, yaitu   umat 

yang bijaksana dan berakal budi (Ul. 4:6). Namun, aduh! Mereka 

malah sebaliknya (ay. 9). Sang nabi mengarahkan dirinya pada 

bagian dari mereka yang masih bisa berpikir, mengimbau mereka 

supaya tergugah dengan kelalaian rekan senegeri mereka. Mung-

kin bisa diartikan begini, “Mereka berlama-lama, menunda-nunda 

pertobatan mereka, tetapi hendaknya kamu bertanya-tanya meng-

apa mereka begitu bebal. Mereka beria-ria dengan angan-angan 

kosong mereka. Mereka membuat keributan dan berpesta pora. 

Akan tetapi hendaknya kamu berseru, meratapi kebodohan mere-

ka, menangis pada Allah melalui doa bagi mereka. Semakin mere-

ka tidak merasakan tangan Allah yang menjulur melawan mereka, 

hendaknya semakin bersungguh-sungguhlah kamu mencamkan 

ini dalam hatimu.” Perhatikanlah, perasaan aman para pendosa 

untuk terus hidup di jalan mereka yang penuh dosa sudah pantas 

diratapi dan dipikir-pikirkan oleh orang-orang yang hidup dalam 

kesungguhan hati nurani, yang seharusnya berpikir sudah men-

jadi kewajiban mereka untuk berdoa bagi orang-orang yang tidak 

mendoakan diri mereka sendiri. Tetapi apa gerangan masalahnya? 

Apa yang membuat kita harus berpikir terheran-heran?  

1. Kita mungkin terperangah melihat kebanyakan orang begitu 

bebal dan keji, begitu hanyut dalam hawa nafsu, seolah-olah 

mereka sudah diracuni: mereka mabuk, tetapi bukan karena 

anggur (bukan hanya karena anggur, meskipun mereka sering 

mabuk olehnya), dan mereka kacau oleh anggur (28:7). Mereka 

dimabuk oleh kegemaran akan kenikmatan, oleh prasangka-

prasangka terhadap agama, dan oleh asas-asas bobrok yang 

telah merasuki mereka. Seperti juga orang-orang yang mabuk, 

mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat atau katakan, 

Kitab Yesaya 29:9-16 

 523 

juga tidak tahu ke mana mereka melangkah. Mereka tidak 

peka terhadap teguran-teguran ilahi yang sedang menindih 

mereka. Orang memartikel  l aku, tetapi aku tidak merasa sakit, 

tutur si pemabuk (Ams. 23:35). Allah berbicara kepada mereka 

sekali, bahkan dua kali, tetapi, seperti orang mabuk, mereka 

tidak memperhatikan perkataan-Nya, tidak memahaminya, 

melainkan melupakan hartikel  m-Nya. Mereka terhuyung-huyung 

dalam kata hati mereka, goyah dan limbung, dan tersandung-

sandung oleh segala hal yang ada di hadapan mereka. 

Begitulah juga yang terjadi dengan kemabukan rohani.   

2. Rasanya bahkan lebih janggal lagi karena Allah membuat mere-

ka tidur nyenyak dan memejamkan mata (ay. 10), bahwa Dia 

yang menyuruh mereka terjaga dan membuka mata malah 

membuat mereka tertidur dan memejamkan mata. Tetapi ini 

merupakan cara penghakiman yang adil, untuk menghartikel  m 

mereka karena mereka lebih menyukai kegelapan daripada 

terang, lebih suka terlelap. Saat Allah memanggil mereka mela-

lui para nabi-Nya, mereka berkata, tidur sebentar lagi, mengan-

tuk sebentar lagi.  Karena itulah Dia pun menyerahkan mereka 

ke dalam angan-angan yang dalam dan bersabda, tidurlah 

sekarang. Hal ini berlaku atas orang-orang Yahudi yang tidak 

percaya, yang menolak Injil Kristus, dan tegar tengkuk dalam 

ketidakpercayaan mereka, sampai murka datang menghabisi 

mereka. Allah membuat mereka tidur nyenyak (Rm. 11:8). Jadi 

patutlah bagi kita untuk merasa takut, karena begitulah mala-

petaka yang akan menimpa banyak orang yang hidup di 

tengah-tengah cahaya Injil.   

3.  Sungguh menyedihkan bahwa hal ini justru menimpa orang-

orang yang masa itu menjadi nabi-nabi, para penguasa, dan 

pelihat mereka, orang-orang yang seharusnya menjadi penun-

tun mereka malah mereka sendiri justru buta. Mudah ditebak 

malapetaka apa yang akan terjadi saat orang buta menuntun 

orang buta. Ini digenapi di hari-hari terakhir jemaat Yahudi, 

saat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat, serta penatua-

penatua kaum itu, menjadi penentang sengit Kristus dan Injil-

Nya, dan terseret dalam sikap main hakim sendiri.  

4. Akibat yang menyedihkan dari semua ini yaitu   kenyataan 

bahwa segenap sarana untuk diinsafkan, pengetahuan, dan 

kasih karunia yang mereka nikmati akhirnya tidaklah mem-


 524

beri hasil apa-apa, dan tidak mencapai sasarannya (ay. 11-12): 

“Penglihatan dari semua nabi, baik nabi sungguhan maupun 

nabi palsu, bagimu telah menjadi seperti isi sebuah kitab, atau 

surat, yang termeterai. Kamu tidak bisa mencerna kebenaran 

dari penglihatan-penglihatan yang sesungguhnya dan kepalsu-

an dari penglihatan-penglihatan yang palsu.” Atau, setiap 

penglihatan yang secara khusus telah dilihat oleh sang nabi 

ini bagi mereka dan telah dikumandangkannya kepada mere-

ka, tidak bisa dipahami artinya. Mereka memilikinya di antara 

mereka, tetapi tidak pernah cartikel  p berhikmat untuk mema-

hami penglihatan itu, tidak lebih dari seorang manusia (meski-

pun dia merupakan cendekiawan yang cakap) yang menerima 

bartikel   yang termeterai, yang meterainya tidak boleh dia buka. 

Dia bisa melihat bahwa benda itu yaitu   sebuah bartikel  , dan 

hanya itu saja. Dia tidak mengetahui isinya sedikit pun. Begi-

tulah mereka pun tahu bahwa apa yang dikatakan Yesaya me-

rupakan penglihatan dan nubuat, tetapi maknanya disembu-

nyikan dari mereka. Perkataan Yesaya hanya gaung kata-kata 

saja bagi mereka, dan mereka sama sekali tidak tergugah 

karenanya atau terpengaruh olehnya. Perkataan itu tidak men-

capai sasarannya, sebab sama sekali tidak dicamkan oleh mere-

ka. Baik kaum terpelajar maupun kaum tidak terpelajar sama-

sama tidak peka terhadap pesan-pesan yang dikirimkan Allah 

kepada mereka melalui para nabi hamba-hamba-Nya, atau ber-

keinginan untuk memahaminya. Kaum awam beralasan bahwa 

mereka tidak memperhatikan perkataan para nabi karena 

mereka kurang berpendidikan, seolah-olah mereka tidak peduli 

untuk mengetahui dan menjalankan kehendak Allah karena 

mereka bukanlah kaum terpelajar: Hal itu tidak ada artinya 

buatku sebab aku tidak bisa membaca. Orang-orang yang lebih 

tinggi kedudukannya berdalih bahwa gaya bicara sang nabi 

janggal, sehingga tidak jelas bagi mereka, dan mereka tidak 

terbiasa dengan hal itu, sekalipun mereka terpelajar. Dan me-

mang, Si non vis intelligi, debes negligi – Jika engkau memang 

tidak mau dipahami, kau layak diabaikan. Kedua dalih tadi 

benar-benar tidak beralasan, sebab para nabi Allah tidak per-

nah mengingkari utang mereka baik kepada orang terpelajar, 

maupun kepada orang tidak terpelajar (Rm. 1:14). Atau kita 

bisa mengartikannya demikian: Kitab nubuat diberikan ke-

Kitab Yesaya 29:9-16 

 525 

pada mereka dalam keadaan termeterai, supaya mereka tidak 

bisa membacanya, sebagai penghartikel  man yang adil terhadap 

mereka, sebab sebelumnya kitab itu sudah sering diberikan 

kepada mereka dalam keadaan terbuka, dan mereka tidak sudi 

berusaha memahami bahasanya, lalu menolak membacanya 

dengan alasan mereka tidak bisa membaca. Tetapi perhatikan-

lah, “Penglihatan itu menjadi demikian bagi kamu yang pikir-

annya sudah dibutakan ilah dunia ini, tetapi penglihatan itu 

sendiri tidaklah demikian, tidak demikian bagi semua orang. 

Penglihatan yang sama yang bagimu merupakan bau kematian 

yang mematikan, akan menjadi bau kehidupan yang meng-

hidupkan bagi orang lain.” Pengetahuan mudah dicerna oleh 

orang yang memahaminya.  

II. Sang nabi, dengan nama Allah, mengancam orang-orang yang ha-

nya mementingkan hartikel  m Taurat secara lahiriah dan munafik 

dalam melangsungkan ibadah mereka (ay. 13-14). Perhatikanlah 

di sini, 

1.  Dosa yang dituduhkan kepada mereka di sini, yaitu tidak 

tulus terhadap Allah dalam melakukan ibadah rohani mereka 

(ay.13). Dia yang mengetahui hati dan tidak bisa diperdayai 

dengan sikap pamer dan kepura-puraan, mendakwakan dosa 

itu terhadap mereka, terlepas apakah hati mereka menuduh 

mereka karena itu atau tidak. Dia yang lebih besar dari hati, 

dan mengetahui segala sesuatu, tahu bahwa meskipun mereka 

memuliakan-Nya dengan bibir mereka, mereka bukanlah pe-

nyembah yang tulus. Menyembah Allah artinya mendekat ke-

pada-Nya dan menyampaikan kekaguman kita kepada-Nya. 

Menyembah-Nya yaitu   datang mendekat kepada-Nya seba-

gaimana orang yang memang hendak berjumpa dengan-Nya, 

dengan maksud menghormati-Nya. Inilah yang harus kita laku-

kan dengan mulut dan bibir kita, saat berbicara tentang Dia dan 

berbicara kepada-Nya. Kita harus mempersembahkan pengaku-

an kita (Hos. 14:3). Saat hati dipenuhi oleh kasih dan rasa takut 

terhadap-Nya, maka dari kelimpahan itulah mulut akan ber-

kata-kata. Tetapi ada banyak orang yang ibadahnya hanya di 

mulut saja. Mereka mengatakan hal-hal yang mengungkapkan 

rasa dekat kepada Allah dan kekaguman terhadap-Nya, tetapi 

semuanya hanyalah di bibir saja. Sebab, 


 526

(1) Mereka tidak menaruh pikiran mereka dalam ibadah itu. 

Saat mereka pura-pura berbicara kepada Allah, mereka 

sebenarnya memikirkan ribuan kelancangan: Hati mereka 

menjauh dari pada-Ku, sehingga tidak dilibatkan dalam doa 

ataupun berada dalam jangkauan firman. Saat pekerjaan 

harus dilangsungkan bagi Allah, yang membutuhkan hati, 

hati mereka malah dijauhkan dengan sengaja, di bawah 

pengawasan mata orang bebal, menjauh ke ujung dunia.  

(2) Mereka tidak menjadikan firman Allah sebagai aturan da-

lam penyembahan mereka, ataupun kehendak-Nya sebagai 

alasan mereka melakukannya: ibadah mereka kepada-Ku 

hanyalah perintah manusia yang dihafalkan. Mereka me-

nyembah Allah Israel, bukan berdasarkan ketetapan-Nya, 

melainkan berdasarkan rekaan mereka sendiri, menurut 

petunjuk nabi-nabi palsu mereka, atau raja-raja mereka 

yang menyembah berhala, atau kebiasaan-kebiasaan bang-

sa-bangsa yang ada di sekeliling mereka. Tradisi para pena-

tua mereka lebih berharga dan sah daripada hartikel  m yang 

diberikan Allah kepada Musa. Atau, jika mereka menyem-

bah Allah dengan cara yang sesuai dengan arahan-Nya di 

zaman Hizkia, sang pembaru rohani yang agung itu, mere-

ka melakukannya dengan mata yang lebih tertuju pada 

perintah sang raja daripada perintah Allah. Hal ini juga 

yang dikecam oleh Juruselamat kita terhadap bangsa 

Yahudi di zaman-Nya, yang hanya mementingkan hartikel  m 

Taurat secara lahiriah dalam melaksanakan ibadah mereka 

dan dicampurkan dengan rekaan mereka. Karena itulah 

Yesus menegaskan bahwa sia-sia sajalah mereka menyem-

bah Allah (Mat. 15:8-9).  

2. Penghakiman rohanilah yang diancamkan Allah untuk dila-

yangkan kepada mereka sebagai hartikel  man atas kejahatan 

rohani mereka (ay. 14): Aku akan melakukan pula hal-hal yang 

ajaib. Mereka memang melakukan satu hal