r itu
akan mengumpulkan orang-orang kudus, untuk melayani
Dia siang malam di Bait Suci-Nya.
PASAL 28
Dalam pasal ini,
I. Kaum Efraim ditegur dan diancam karena kecongkakan dan
kemabukan mereka, karena rasa aman dan hawa nafsu me-
reka (ay. 1-8). Akan tetapi, di tengah-tengah semua itu, di
sini ada janji yang penuh kebaikan hati akan perkenanan
Allah kepada sisa umat-Nya (ay. 5-6).
II. Mereka ini juga ditegur dan diancam karena kebebalan dan
kebodohan mereka, dan ketidakmampuan mereka untuk
mengambil manfaat dari ajaran-ajaran yang diberikan oleh
para nabi kepada mereka di dalam nama Allah (ay. 9-13).
III. Para pemimpin Yerusalem ditegur dan diancam karena peng-
hinaan mereka yang kurang ajar terhadap penghakiman-
penghakiman Allah, dan karena menantangnya. Dan, setelah
diberikan janji yang penuh kemurahan hati akan datangnya
Kristus dan anugerah-Nya, mereka diberi tahu bahwa harapan
yang mereka pakai untuk membesar-besarkan hati, bahwa me-
reka akan luput dari penghakiman-penghakiman Allah, yaitu
sia-sia dan sudah pasti hanya mendustai mereka saja (ay. 14-
22).
IV. Semuanya ini diteguhkan dengan sebuah perumpamaan yang
diambil dari cara petani mengerjakan tanah dan benihnya. Me-
reka harus sadar bahwa dengan cara seperti itu jugalah Allah
akan berurusan dengan umat-Nya, yang belakangan ini disebut-
Nya sebagai tempat pengirikan-Nya dan gandum di ladang-Nya
(ay. 23-29; 21:10). Hal ini ditulis sebagai nasihat bagi kita, dan
bermanfaat sebagai teguran dan peringatan bagi kita.
490
Efraim Ditegur dan Diancam;
Hartikel man bagi Efraim; Kemerosotan Yehuda
(28:1-8)
1 Celaka atas mahkota kemegahan pemabuk-pemabuk Efraim, atas bunga
yang sudah mulai layu di perhiasan kepala mereka yang indah-indah – yaitu
kota yang terletak tinggi di atas bukit, di atas lembah yang subur yang penuh
peminum anggur yang sudah pening – ! 2 Sesungguhnya, pada Tuhan ada
seorang yang kuat dan tegap, seorang yang seperti angin ribut disertai hujan
batu, yakni badai yang membinasakan, seorang yang seperti angin ribut
disertai air hujan yang hebat menghanyutkan; ia akan menghempaskan me-
reka ke tanah dengan kekerasan. 3 Mahkota kemegahan pemabuk-pemabuk
Efraim itu akan diinjak-injak dengan kaki, 4 dan bunga yang sudah mulai layu
di perhiasan kepala mereka yang indah-indah itu – yaitu kota yang terletak
tinggi di atas bukit, di atas lembah yang subur – nasibnya akan seperti nasib
buah ara yang masak duluan sebelum musim kemarau: baru saja dilihat orang
terus dipetik dan ditelan. 5 Pada waktu itu TUHAN semesta alam akan menjadi
mahkota kepermaian, dan perhiasan kepala yang indah-indah bagi sisa umat-
Nya, 6 akan menjadi roh keadilan bagi orang yang duduk mengadili, dan men-
jadi roh kepahlawanan bagi orang yang memartikel l mundur peperangan ke arah
pintu gerbang. 7 Tetapi orang-orang di sini pun pening karena anggur dan
pusing karena arak. Baik imam maupun nabi pening karena arak, kacau oleh
anggur; mereka pusing oleh arak, pening pada waktu melihat penglihatan,
goyang pada waktu memberi keputusan. 8 Sungguh, segala meja penuh dengan
muntah, kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi.
Di sini,
I. Sang nabi memperingatkan kerajaan sepuluh sartikel tentang peng-
hakiman-penghakiman yang akan menimpa mereka karena dosa-
dosa mereka, yang dijalankan segera sesudah itu oleh raja Asyur,
yang memorak-porandakan negeri mereka, dan membawa rakyat-
nya ke dalam pembuangan. Nama Efraim diambil dari kata yang
berarti kesuburan, karena tanah mereka sangat subur dan hasil-
hasilnya melimpah, dan yang terbaik dari jenisnya. Mereka memi-
liki banyak lembah yang subur (ay. 1, 4), dan Samaria, yang ter-
letak di atas bukit, seolah-olah berada di puncak dari lembah-
lembah yang subur. Negeri mereka kaya dan menyenangkan, se-
perti taman Tuhan. Negeri mereka merupakan kemuliaan Kanaan,
sebagaimana Kanaan merupakan kemuliaan semua negeri. Panen
dan hasil anggur mereka yaitu perhiasan yang indah di atas
lembah-lembah mereka, yang berselimutkan gandum dan anggur.
Sekarang amatilah,
1. Betapa mereka sudah menyalahgunakan kelimpahan mereka.
Apa yang diberikan Allah kepada mereka, yang dengannya
mereka harus melayani Dia, mereka selewengkan dan salah-
Kitab Yesaya 28:1-8
491
gunakan, dengan menjadikannya sebagai pemuas hawa nafsu
mereka.
(1) Mereka menjadi sombong karenanya. Kebaikan yang de-
ngannya Allah memahkotai tahun-tahun mereka, yang seha-
rusnya menjadi mahkota pujian bagi-Nya, malah menjadi
mahkota kemegahan bagi mereka. Orang-orang yang kaya di
dunia ini cenderung tinggi hati (1Tim. 6:17). Raja mereka,
yang memakai mahkota, merasa bangga bahwa ia meme-
rintah atas sebuah negeri yang begitu kaya. Samaria, kota
kerajaan mereka, terkenal dengan kesombongannya. Mung-
kin pada hari-hari raya mereka, atau pada saat-saat mere-
ka bersuka-ria, mereka biasa memakai kalung dari bunga-
bunga dan bulir-bulir gandum, yang mereka pakai sebagai
penghormatan bagi negeri mereka yang subur. Kesombong-
an yaitu dosa yang pada umumnya merajalela di antara
mereka, dan karena itu sang nabi, atas nama Dia yang me-
nentang orang sombong, dengan berani menyatakan celaka
atas mahkota kemegahan. Jika orang-orang yang memakai
mahkota bangga dengan mahkota mereka, janganlah mere-
ka menyangka bahwa mereka akan terluput dari celaka ini.
Apa yang dibanggakan manusia, sekecil apa pun itu, ada-
lah seperti mahkota bagi mereka. Orang yang sombong
akan menganggap dirinya besar seperti seorang raja. Tetapi
celakalah orang-orang yang meninggikan diri seperti itu,
sebab mereka akan direndahkan. Kesombongan mereka
yaitu gerbang bagi kehancuran mereka.
(2) Mereka memanjakan diri dalam nafsu kedagingan. Efraim
terkenal dengan kemabukannya, dan kerusuhan yang ber-
lebih-lebihan. Samaria, yang terletak di atas lembah-lem-
bah yang subur, penuh dengan peminum anggur yang su-
dah pening, yang hancur olehnya, demikian dalam tafsiran
yang agak luas. Lihatlah betapa bodohnya para pemabuk
bertindak, dan tidak heran apabila, saat tengah melakukan
perbuatan dosa itu, mereka justru berbuat bodoh dan bia-
dab terhadap diri sendiri. Mereka menyerahkan diri,
[1] Untuk ditaklukkan oleh dosa. Dosa menguasai mereka,
dan membawa mereka ke dalam perhambaan (2Ptr.
2:19). Mereka ditawan olehnya, dan penawanan itu le-
492
bih memalukan dan hina lagi karena terjadi secara su-
karela. Sebagian dari budak-budak yang menyedihkan
ini sudah mengakui sendiri bahwa tidak ada pekerjaan
yang lebih melelahkan di dunia ini selain minum minum-
an keras. Mereka dikuasai bukan oleh anggur, melainkan
oleh kesukaan terhadapnya.
[2] Untuk dihancurkan oleh dosa. Mereka menjadi rusak
karena anggur. Tubuh mereka menjadi rusak karena-
nya, dan kesehatan mereka hancur. Panggilan dan har-
ta benda mereka berantakan, dan jiwa mereka terancam
akan binasa secara kekal, dan semuanya ini hanya
demi memuaskan sebuah nafsu yang rendah. Celakalah
pemabuk-pemabuk Efraim ini! Hamba-hamba Tuhan ha-
rus membawa kabar celaka kepada tempat-tempat dan
orang-orang tertentu. Kita harus berkata, celakalah si
ini atau si anu, jika ia menjadi pemabuk. Ada kemalang-
an khusus bagi pemabuk-pemabuk Efraim, sebab mere-
ka yaitu orang-orang yang mengakui percaya kepada
Allah, jadi kemalangan mereka lebih buruk daripada
orang lain. Mereka tahu lebih baik, dan karena itu seha-
rusnya memberikan contoh yang lebih baik. Sebagian
orang berpendapat bahwa mahkota kemegahan itu ada-
lah milik para pemabuk, dan yang dimaksudkan yaitu
karangan bunga yang biasanya dikalungkan kepada
orang yang menang dalam pertandingan minum yang
tercela itu dan yang minum untuk semua teman lain.
Mereka bangga dengan kekuatan mereka dalam minum
anggur. Tetapi celakalah orang-orang yang bermegah
seperti ini dalam perbuatan mereka yang memalukan.
2. Keadilan Allah dalam mengambil kelimpahan mereka dari me-
reka, yang sudah mereka salah gunakan seperti itu. Perhiasan
kepala mereka yang indah-indah, kelimpahan yang mereka
banggakan, hanyalah bunga yang sudah mulai layu. Itu hanya-
lah makanan yang akan binasa. Buah-buah yang paling besar,
jika Allah menghancurkan dan meniupnya, hanyalah bunga
yang sudah mulai layu (ay. 1). Allah dapat dengan mudah
mengambil kembali gandum mereka pada masanya (Hos. 2:8),
dan mendapatkan kembali locum vastatum – tanah yang sudah
ditinggalkan dan diabaikan, barang-barang milik-Nya yang me-
Kitab Yesaya 28:1-8
493
reka persiapkan untuk Baal. Allah memiliki seorang petugas
yang siap untuk melakukan serangan bagi Dia, memiliki orang
yang siap diperintah-Nya, seorang yang kuat dan tegap, yang
mampu melaksanakan pekerjaan itu, yaitu raja Asyur, yang
akan menghempaskan mereka ke tanah dengan kekerasan.
Raja itu dengan mudah dan berhasil, dan hanya dengan mem-
balikkan telapak tangan, akan menghancurkan semua yang
mereka banggakan dan senangi (ay. 2). Ia akan menghempas-
kannya ke tanah, untuk dihancurkan berkeping-keping de-
ngan tangan yang kuat, dengan tangan yang tidak dapat mere-
ka lawan. Maka mahkota kemegahan, dan pemabuk-pemabuk
Efraim itu, akan diinjak-injak dengan kaki (ay. 3). Mereka akan
tergeletak dan dibiarkan terhina, dan tidak akan mampu me-
mulihkan diri mereka kembali. Para pemabuk, dalam kebodoh-
an mereka, suka berbicara sombong, dan membesar-besarkan
diri paling hebat, padahal mereka sedang mempermalukan diri
sendiri serendah-rendahnya. Dengan begitu mereka menjadi-
kan diri mereka lebih menggelikan lagi. Keindahan lembah-
lembah mereka, yang mereka banggakan, akan menjadi,
(1) Seperti bunga yang sudah mulai layu (seperti sebelumnya,
[ay. 1]). Keindahan itu akan layu dengan sendirinya, dan da-
lam dirinya mengandung sifat yang akan rusak. Keindahan
itu akan binasa pada waktunya oleh ngengat dan karatnya
sendiri.
(2) Seperti buah ara yang masak duluan, yang segera setelah
ditemukan, dipetik dan ditelan. Demikianlah kekayaan du-
nia ini, di samping bahwa ia cenderung membusuk sendiri,
mudah dimakan orang lain dengan sama rakusnya seperti
buah matang yang pertama, yang sungguh-sungguh di-
inginkan (Mi. 7:1). Pencuri membongkar serta mencurinya.
Panen yang dibangga-banggakan orang duniawi dimakan
habis oleh orang yang lapar (Ayb. 5:5). Segera setelah mere-
ka melihat mangsa, mereka langsung menangkapnya, dan
menelan semua yang dapat diraih tangan mereka. Panen
itu juga mudah habis, seperti buah yang, karena masak
duluan sebelum tumbuh, artikel rannya sangat kecil, dan
cepat habis dimakan. Dan karena buah itu kecil, dan nilai-
nya sedikit, ia tidak disimpan, tetapi langsung dihabiskan.
494
II. Selanjutnya sang nabi beralih ke kerajaan Yehuda, yang disebut-
nya sebagai sisa umat-Nya (ay. 5), karena mereka hanyalah dua di
luar sepuluh sartikel yang lain.
1. Ia menjanjikan perkenanan-perkenanan Allah kepada mereka,
dan bahwa mereka akan dibawa ke dalam bimbingan dan per-
lindungan-Nya ketika keindahan Efraim dalam bahaya diinjak-
injak dan dimakan habis (ay. 5-6). Pada waktu itu, ketika pa-
sukan Asyur memorak-porandakan Israel, dan Yehuda mung-
kin berpikir bahwa kalau rumah tetangga mereka terbakar
maka rumah mereka sendiri terancam bahaya, pada hari itu
ketika tetangga-tetangga mereka diinjak-injak dan kebingung-
an, pada saat itu Allah akan menjadi bagi sisa umat-Nya itu
segala sesuatu yang mereka butuhkan dan dapat mereka
inginkan. Bukan hanya bagi kerajaan Yehuda, melainkan juga
bagi kerajaan-kerajaan Israel yang tetap hidup lurus dan, se-
perti yang mungkin dilakukan sebagian orang, pergi ke tanah
Yehuda, untuk mendapatkan perlindungan dari raja Hizkia
yang baik itu. Apabila kerajaan Asyur, yang perkasa itu, ada di
Israel seperti angin ribut disertai hujan batu, yang bising dan
menghentak-hentak, seperti badai yang membinasakan dan
merubuhkan semua yang ada di hadapannya, terutama di
laut, dan seperti angin ribut disertai air hujan yang hebat meng-
hanyutkan negeri itu (ay. 2), maka pada waktu itu TUHAN
semesta alam, sekalian alam, dengan perkenanan-perkenanan
khusus akan memperlakukan umat-Nya secara istimewa kare-
na mereka juga sudah memperlakukan Dia secara istimewa
dengan kesetiaan yang teguh dan seutuhnya kepada-Nya. Dan
Ia sendiri akan menjadi bagi mereka apa yang paling mereka
butuhkan. Hal ini sangat memperbesar nilai dari janji-janji itu,
bahwa Allah, yang mengadakan perjanjian untuk menjadi bagi
umat-Nya Allah yang mahamencartikel pi, mau menjadi bagi me-
reka segala sesuatu yang dapat mereka inginkan.
(1) Ia akan memberikan semua pujian dan kehormatan kepada
mereka, yang diperlukan bukan hanya untuk menyelamat-
kan mereka dari penghinaan, melainkan juga untuk men-
dapatkan bagi mereka harga diri dan nama baik. Ia akan
menjadi bagi mereka mahkota kepermaian, dan perhiasan
kepala yang indah-indah. Orang-orang yang mengenakan
Kitab Yesaya 28:1-8
495
mahkota kemegahan memandang rendah umat Allah, dan
menginjak-injak mereka, karena mereka dijadikan nyanyi-
an bagi pemabuk-pemabuk Efraim. Tetapi Allah melalui pe-
meliharaan-Nya akan tampil sedemikian rupa bagi mereka
sehingga membuatnya jelas bahwa mereka mendapat per-
kenanan-Nya, dan itu akan menjadi bagi mereka mahkota
kepermaian. Sebab kemuliaan lebih besar apa lagi yang da-
pat dimiliki umat mana saja selain bahwa Allah mengakui
mereka sebagai milik-Nya sendiri? Dan Ia melalui anuge-
rah-Nya akan tampil sedemikian rupa dalam diri mereka
sehingga membuatnya jelas bahwa gambar dan rupa-Nya
diperbarui dalam diri mereka, dan itu akan menjadi bagi
mereka perhiasan kepala yang indah-indah. Sebab kein-
dahan lebih besar apa lagi yang dapat dimiliki siapa saja
selain keindahan kekudusan? Perhatikanlah, orang yang
memiliki Allah sebagai Allah mereka, memiliki-Nya sebagai
mahkota kepermaian dan perhiasan kepala yang indah-
indah. Sebab mereka dijadikan raja-raja dan imam-imam
bagi-Nya.
(2) Ia akan memberi mereka segala hikmat dan anugerah yang
diperlukan untuk melaksanakan kewajiban mereka dengan
semestinya. Ia sendiri akan menjadi roh keadilan bagi orang
yang duduk mengadili. Penasihat-penasihat pribadi akan
dibimbing oleh hikmat dan kebijaksanaan, dan hakim-hakim
akan memerintah dengan adil tanpa memihak. Suatu rahmat
yang besar bagi bangsa mana saja apabila orang-orang yang
dipanggil untuk menduduki tempat-tempat kekuasaan dan
kepercayaan betul-betul memenuhi syarat untuk kedudukan
mereka itu, apabila orang-orang yang duduk mengadili mem-
punyai roh keadilan, roh memerintah dengan benar.
(3) Ia akan memberi mereka semua tekad dan keberanian yang
diperlukan untuk membuat mereka melewati dengan tegar
segala kesulitan dan perlawanan yang mungkin akan me-
reka temui. Ia akan menjadi roh kepahlawanan bagi orang
yang memartikel l mundur peperangan ke arah pintu gerbang,
ke pintu gerbang musuh yang kota-kotanya mereka ke-
pung, atau ke pintu gerbang mereka sendiri, ketika mereka
bergerak maju menghadapi musuh-musuh yang menge-
pung mereka. Kekuatan prajurit bergantung pada Allah se-
496
kuat seperti hikmat para hakim bergantung pada-Nya. Dan
apabila Allah memberikan kekuatan dan hikmat kepada ke-
duanya, maka Ia menjadi bagi bangsa itu mahkota keper-
maian. Hal ini dapat dianggap merujuk pada Kristus, dan
demikianlah saduran Alkitab bahasa Aram memahaminya:
Pada waktu itu Mesias akan menjadi mahkota kemuliaan.
Simeon menyebut-Nya kemuliaan bagi umat-Nya, Israel.
Dan oleh Allah, Ia dijadikan bagi kita hikmat, kebajikan,
dan kekuatan.
2. Sang nabi mengeluhkan kebobrokan-kebobrokan yang ditemu-
kan di antara mereka, dan banyaknya orang yang bobrok (ay.
7): Tetapi orang-orang di sini pun, banyak dari orang-orang
Yehuda, pening karena anggur (KJV: sesat karena anggur). Ada
pemabuk-pemabuk Yerusalem, serta juga pemabuk-pemabuk
Efraim. Dan karena itulah belas kasihan Allah harus lebih
dikagumi lagi, bahwa Ia tidak menghancurkan kemuliaan
Yehuda seperti yang sudah dilakukan-Nya terhadap kemuliaan
Efraim. Belas kasihan yang sudah menyayangkan kita meng-
ikat kita pada kewajiban-kewajiban tertentu apabila belas
kasihan itu sudah sedemikian mengistimewakan kita. Dosa-
dosa Efraim ditemukan di Yehuda, namun tidak reruntuhan
Efraim. Mereka sesat karena anggur. Kebiasaan mereka mi-
num secara berlebih-lebihan dengan sendirinya yaitu per-
buatan yang salah. Mereka menyangka akan meninggikan
khayalan mereka dengannya, tetapi mereka justru merusak
daya penilaian mereka, dan dengan demikian mendustai diri
mereka sendiri. Mereka menyangka akan menjaga kesehatan
dan membantu pencernaan dengannya, tetapi mereka malah
merusak tubuh mereka dan mempercepat datangnya berbagai
macam penyakit dan kematian. Hal itu juga merupakan penye-
bab bagi banyak kesalahan besar dalam prinsip hidup. Peng-
ertian mereka diselimuti kabut dan hati nurani mereka men-
jadi bejat karenanya. Oleh sebab itu, untuk menyokong diri
sendiri di dalamnya, mereka mendartikel ng gagasan-gagasan
yang bobrok, dan membentuk pikiran yang menyokong hawa
nafsu mereka. Ada kemungkinan sebagian orang tertarik me-
nyembah berhala-berhala karena kesukaan mereka terhadap
anggur dan minuman keras, yang tersedia secara berlimpah
pada hari-hari raya mereka yang sarat dengan penyembahan
Kitab Yesaya 28:1-8
497
berhala. Dan demikianlah mereka sesat karena anggur, seperti
halnya Israel, karena kecintaan terhadap anak-anak perem-
puan Moab, berpaut pada Baal Peor. Tiga hal yang di sini di-
amati sebagai apa yang memperberat dosa ini:
(1) Bahwa orang-orang yang bersalah atas dosa tersebut ada-
lah orang-orang yang tugasnya seharusnya justeru untuk
memperingatkan orang lain akan dosa itu dan mengajar
mereka apa yang lebih baik, dan karena itu mereka seha-
rusnya memberikan contoh yang lebih baik: Baik imam
maupun nabi kacau oleh anggur. Jabatan mereka jadi teng-
gelam dan terhilang di dalam anggur. Para imam, sebagai
penyelenggara persembahan korban, diwajibkan oleh suatu
hartikel m tertentu untuk tidak minum anggur (Im. 10:9), dan
sebagai pemimpin dan hakim, tidak pantas mereka minum
anggur (Ams. 31:4). Para nabi yaitu semacam orang-orang
nazir (seperti yang tampak dalam Amos 2:11), dan sebagai
orang yang pekerjaannya menegur, mereka berkepentingan
untuk menjaga jarak sejauh mungkin dari dosa-dosa yang
mereka tegur dalam diri orang lain. Namun ada banyak dari
antara mereka yang terjerat dalam dosa ini. Bukan main!
Seorang imam, nabi, hamba Tuhan, namun bermabuk-ma-
bukan! Janganlah kabarkan itu di Gat. Betapa mereka mem-
bawa aib bagi jabatan mereka.
(2) Bahwa akibat-akibatnya sangat merusak, bukan hanya ka-
rena pengaruh buruk dari contoh mereka, melainkan juga
bahwa sang nabi, ketika mabuk, pening pada waktu meli-
hat penglihatan (KJV: sesat dalam penglihatan). Nabi-nabi
palsu secara terang-terangan menyingkapkan diri mereka
sebagai nabi palsu ketika mereka mabuk. Sang imam
goyang pada waktu memberi keputusan dan melupakan apa
yang telah ditetapkan (Ams. 31:5). Ia terhuyung-huyung
dan sempoyongan dalam jalan-jalan pikirannya seperti juga
dalam gerakan-gerakan tubuhnya. Hikmat atau keadilan
apa yang dapat diharapkan dari orang-orang yang mengor-
bankan akal budi, kebajikan, hati nurani, dan semua yang
berharga kepada nafsu yang sedemikian rendah seperti ke-
sukaan terhadap minuman keras ini? Berbahagialah eng-
kau tanah, kalau rajamu makan dan minum dalam keper-
kasaan dan bukan dalam kemabukan (Pkh. 10:17).
498
(3) Bahwa penyakit itu mewabah, dan orang-orang yang ma-
kan dari meja itu pada umumnya terjangkiti olehnya: Se-
gala meja penuh dengan muntah (ay. 8). Lihatlah betapa ke-
mabukan yaitu dosa yang menjijikkan, betapa ia meng-
hina kaum manusia. Kemabukan itu sedemikian kasar dan
tidak sopan sehingga dapat membuat muak orang-orang
yang melihatnya, sebab meja-meja tempat mereka makan
menjadi kotor dan ternoda dengan tanda-tanda dosa ini,
yang dinyatakan para pendosa seperti Sodom. Segala meja
mereka penuh dengan muntah, sehingga orang yang me-
nang, bukannya bangga dengan mahkotanya, seharusnya
menjadi malu dengannya. Suatu pertanda buruk bagi bang-
sa mana saja apabila dosa yang begitu dungu seperti kema-
bukan sudah menjalar ke seluruh bangsa.
Kemerosotan Yehuda
(28:9-13)
9 Dan orang berkata: “Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahu-
annya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-
olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu! 10 Sebab ha-
rus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!” 11 Sung-
guh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berba-
hasa asing akan berbicara kepada bangsa ini 12 Dia yang telah berfirman
kepada mereka: “Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang
yang lelah; inilah tempat peristirahatan!” Tetapi mereka tidak mau mende-
ngarkan. 13 Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini:
“Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!”
supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap
dan tertawan.
Sang nabi di sini mengeluhkan kebodohan yang menyedihkan dari
bangsa ini, bahwa mereka tidak mau diajar dan tidak memanfaatkan
sarana-sarana anugerah yang mereka miliki. Mereka masih terus ber-
buat seperti sebelumnya, kesalahan-kesalahan mereka tidak dilurus-
kan, hati mereka tidak diperbaharui, tidak pula hidup mereka diubah-
kan. Amatilah,
I. Apa itu yang dirancang dan dituju oleh para nabi dan hamba
Tuhan bagi mereka. Yaitu, untuk mengajar bangsa itu pengetahu-
an, pengetahuan tentang Allah dan kehendak-Nya, dan menjelas-
kan nubuat-nubuatnya (ay. 9). Ini yaitu cara Allah berurusan
dengan manusia, yaitu mencerahkan pikiran manusia pertama-
Kitab Yesaya 28:9-13
499
tama dengan pengetahuan tentang kebenaran-Nya, dan dengan
begitu mendapatkan kasih sayang mereka, dan menyesuaikan
kehendak mereka dengan hartikel m-hartikel m-Nya. Dengan demikian
Ia masuk melalui pintu, sedangkan pencuri dan perampok me-
manjat lewat jalan lain.
II. Cara apa yang mereka pakai, untuk memenuhi rancangan ini. Tak
ada satu sarana pun yang tidak mereka coba untuk berbuat baik
kepada bangsa itu. Mereka bahkan mengajar bangsa itu seperti
mengajar anak-anak, anak-anak kecil yang baru mulai belajar,
yang baru cerai susu lalu diajar membaca (ay. 9), sebab di kalang-
an Yahudi sudah biasa kaum ibu menyusui anak-anak mereka
sampai usia tiga tahun, dan hampir siap bersekolah. Dan sung-
guh baik mempersiapkan anak-anak sedari dini, mengajar mere-
ka, menurut kemampuan mereka, pengetahuan yang baik tentang
Tuhan, dan mendidik mereka sekalipun mereka baru saja disapih.
Para nabi mengajar mereka seperti mengajar anak-anak, sebab,
1. Mereka mengajar bangsa itu dengan tak henti-henti dan te-
kun. Mereka bersusah payah dengan bangsa itu, dan dengan
amat berhati-hati mengajar mereka sebanyak yang mereka
perlukan dan mampu mereka tanggung (ay. 10): Harus ini ha-
rus itu. Mesti begini, atau (seperti sebagian orang membacanya)
biasanya seperti ini. Mereka diajar, seperti anak-anak diajar
membaca, aturan demi aturan (harus ini harus itu), dan diajar
menulis, baris demi baris (mesti begini mesti begitu), tambah ini
tambah itu, tambah sedikit di sini dan tambah sedikit di sana,
supaya beragamnya pengajaran itu dapat menyenangkan dan
menarik. Sedikit untuk sekarang dan sedikit di waktu lain, su-
paya ingatan mereka tidak terlalu terbebani. Sedikit dari
seorang nabi dan sedikit dari nabi lain, supaya setiap orang se-
nang dengan temannya dan dengan orang yang mereka kagumi.
Perhatikanlah, untuk mengajar orang dalam perkara-perkara
tentang Allah, kita harus mempunyai aturan demi aturan dan
pedoman demi pedoman, supaya setelah satu aturan dan pe-
doman diikuti, aturan dan pedoman lain menguatkan lagi.
Aturan keadilan harus ditambahkan pada aturan kesalehan,
dan aturan kasih harus ditambahkan pada aturan keadilan.
Bahkan, ajaran yang sama dan pedoman yang sama perlu
sering diulang-ulang dan ditanamkan kepada kita, supaya kita
500
dapat memahaminya dengan lebih baik dan lebih mudah meng-
ingatnya apabila kita memerlukannya. Guru harus menyesuai-
kan diri dengan kemampuan para murid, memberi mereka apa
yang paling mereka butuhkan dan paling dapat mereka tang-
gung, dan sedikit demi sedikit (Ul. 6:6-7).
2. Mereka mengajak dan membujuk bangsa itu untuk belajar (ay.
12). Allah, melaui para nabi-Nya, berkata kepada mereka, “Ja-
lan ini, yang kami tunjukkan supaya kamu tujui dan yang
kami arahkan supaya kamu masuk ke dalamnya, yaitu tem-
pat perhentian, satu-satunya tempat perhentian, yang dengan-
nya kamu dapat memberi perhentian kepada orang yang lelah.
Dan ini akan menjadi tempat peristirahatan bagi jiwamu, dan
akan membuat negerimu berhenti dari segala peperangan dan
malapetaka lain yang telah membuatnya terganggu selama
ini.” Perhatikanlah, Allah melalui firman-Nya memanggil kita
bukan untuk apa-apa selain yang benar-benar menguntung-
kan kita. Sebab melayani Allah yaitu satu-satunya perhenti-
an yang sesungguhnya bagi mereka yang lelah melayani dosa,
dan tidak ada tempat peristirahatan di mana pun selain di
bawah kuk Tuhan Yesus yang ringan.
III. Betapa semua ini hanya berdampak sedikit bagi bangsa itu. Mereka
lambat untuk belajar, seperti anak yang baru disapih, dan mustahil
menanamkan apa saja dalam diri mereka (ay. 9). Bahkan, orang
akan lebih memilih mengajar anak berusia dua tahun daripada ber-
usaha mengajar mereka. Sebab mereka bukan hanya tidak mem-
punyai (seperti anak-anak itu) kemampuan untuk menerima apa
yang diajarkan kepada mereka, tetapi juga melawannya. Seperti
anak-anak, mereka masih memerlukan susu, bukan makanan keras
(Ibr. 5:12).
1. Mereka tidak mau mendengarkan (ay. 12), sekalipun itu ten-
tang hal yang akan menjadi tempat perhentian dan peristi-
rahatan mereka. Mereka tidak peduli untuk mendengarkan-
nya. Firman Allah memerintahkan mereka untuk memberikan
perhatian sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa mendapatkan-
nya. Mereka ada di tempat di mana firman Allah diberitakan,
tetapi mereka menutup telinga untuknya, atau firman itu
masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.
Kitab Yesaya 28:9-13
501
2. Mereka tidak mau mengindahkan. Bagi mereka itu hanyalah
aturan demi aturan (harus ini harus itu), dan pedoman demi
pedoman (mesti begini mesti begitu) (ay. 13). Mereka terus ber-
jalan di jalan yang mengedepankan perbuatan-perbuatan la-
hiriah. Mereka terus berjalan dengan kebiasaan lama dalam
mendengarkan pemberitaan sang nabi, dan pemberitaan itu
terus terngiang-ngiang di telinga mereka, tetapi cuma itu.
Pemberitaan itu tidak meninggalkan kesan apa-apa pada diri
mereka. Mereka memiliki aturan secara tertulis, tetapi tidak
mengalami kuasa dan rohnya. Aturan itu terus mengetuk
mereka, tetapi tidak sampai merasuki jiwa mereka. Bahkan,
3. Tampaknya mereka mencemooh pemberitaan sang nabi, dan
mengolok-oloknya. Firman Tuhan bagi mereka hanyalah Tsau
latsau, kau lakau. Dalam bahasa aslinya kata-kata itu ditulis
dalam sajak berirama. Mereka menjadikan perkataan sang
nabi sebagai lagu, dan menyanyikannya ketika mereka sedang
bersenang-senang dengan anggur. Daud dijadikan nyanyian
bagi para pemabuk. Sungguh najis, dan merupakan penghina-
an yang besar terhadap Allah, untuk membuat lelucon dari
hal-hal yang kudus, untuk memperkatakan dengan main-main
apa yang seharusnya membuat kita bersungguh-sungguh.
IV. Seberapa keras Allah akan memperhitungkan hal ini dengan mereka.
1. Ia akan mengambil dari mereka hak istimewa untuk mende-
ngarkan pemberitaan yang jelas, dan akan berbicara kepada
mereka melalui orang-orang yang berlogat ganjil dan orang-
orang yang berbahasa asing (ay. 11). Orang yang tidak mau
mengerti apa yang jelas dan sesuai kemampuan mereka, tetapi
merendahkannya sebagai sesuatu yang hina dan sepele, pan-
tas dihadiahi dengan apa yang melampaui mereka. Atau Allah
akan mengirimkan pasukan-pasukan asing ke tengah-tengah
mereka, yang bahasanya tidak mereka pahami, untuk memo-
rak-porandakan negeri mereka. Orang yang tidak mau mende-
ngarkan suara firman Allah yang menghibur akan dibuat men-
dengarkan suara tongkat-Nya yang mengerikan. Atau perkataan
ini dapat dipandang sebagai tanda, bahwa Allah dengan penuh
kemurahan hati mau merendah untuk menyesuaikan diri de-
ngan kemampuan mereka dalam berurusan dengan mereka. Ia
berbicara dengan logat kanak-kanak dengan mereka, seperti
502
yang dilakukan pengasuh kepada anak-anak, dengan bibir
yang tergagap-gagap, untuk melucu kepada mereka. Ia meng-
ubah-ngubah suara-Nya, dengan suara begini dan kemudian
dengan suara yang lain. Rasul Paulus mengutip ini sebagai
suatu perkenanan (1Kor. 14:21), dengan menerapkannya pada
karunia bahasa lidah, dan mengeluh bahwa kendati dengan
semuanya ini mereka tetap tidak mau mendengar.
2. Ia akan mendatangkan kehancuran sepenuhnya atas mereka.
Dengan penghinaan mereka yang kurang ajar terhadap Allah
dan firman-Nya, mereka hanya mempercepat kehancuran me-
reka sendiri, dan mematangkan diri untuk itu. Itu dilakukan
supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, supaya mereka
menjadi semakin buruk dan buruk, melangkah semakin jauh
dan jauh dari Allah, dan berlanjut dari satu dosa ke dosa lain,
sehingga mereka luka, tertangkap dan tertawan, dan hancur
(ay. 13). Mereka memiliki firman Allah sedikit di sana sini. Na-
mun mereka menganggap bahwa itu terlalu banyak, dan ber-
kata kepada para tukang tilik: “Jangan menilik.” Tetapi ter-
nyata itu terlalu sedikit untuk mempertobatkan mereka, dan
akan terbukti cartikel p untuk menghartikel m mereka. Jika firman
Allah tidak menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, maka
itu akan menjadi bau kematian yang mematikan.
Penghakiman-penghakiman Dinyatakan;
Batu Penjuru di Sion
(28:14-22)
14 Sebab itu dengarlah firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai
orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini! 15 Karena
kamu telah berkata: “Kami telah mengikat perjanjian dengan maut, dan
dengan dunia maut kami telah mengadakan persetujuan; biarpun cemeti ber-
desik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena; sebab kami telah mem-
buat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam dusta kami menyem-
bunyikan diri,” 16 sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya,
Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah
batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak
akan gelisah! 17 Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengartikel r, dan
kebenaran menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan
bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian.” 18 Perjanjianmu
dengan maut itu akan ditiadakan, dan persetujuanmu dengan dunia orang
mati itu tidak akan tetap berlaku; apabila cemeti berdesik-desik dengan
kerasnya, kamu akan hancur diinjak-injak. 19 Seberapa kali ia datang, ia
akan menyeret kamu, sebab pagi demi pagi ia akan datang, pada waktu siang
dan pada waktu malam; maka yaitu semata-mata kengerian untuk meng-
Kitab Yesaya 28:14-22
503
erti firman yang didengar itu. 20 Sebab tempat tidur akan kurang panjang
untuk dipakai membujurkan diri dan selimut akan kurang lebar untuk
dipakai menyelubungi diri. 21 Sebab TUHAN akan bangkit seperti di gunung
Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon, untuk mela-
kukan perbuatan-Nya – ganjil perbuatan-Nya itu; dan untuk mengerjakan
pekerjaan-Nya – ajaib pekerjaan-Nya itu! 22 Oleh sebab itu, janganlah kamu
mencemooh, supaya tali belenggumu jangan semakin keras, sebab kudengar
tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH
semesta alam atas seluruh negeri itu.
Sang nabi, setelah menegur orang yang mengolok-olok firman Allah, di
sini melanjutkan dengan menegur orang yang mengolok-olok peng-
hakiman-penghakiman Allah, dan menantang mereka. Sebab Dia
yaitu Allah yang cemburu, dan tidak akan membiarkan ketetapan-
ketetapan-Nya atau pemeliharaan-pemeliharaan-Nya dihina. Sang nabi
mengarahkan perkataannya kepada orang-orang pencemooh yang
memerintah di Yerusalem, yang merupakan hakim-hakim di kota itu
(ay. 14). Sungguh buruk bagi sebuah bangsa apabila takhta-takhta
peradilan mereka menjadi tempat duduk para pencemooh, apabila
para pemimpinnya yaitu pencemooh-pencemooh. Terlebih lagi, bah-
wa para pemimpin Yerusalem yaitu orang-orang yang bersifat seperti
itu, bahwa mereka menganggap enteng penghakiman-penghakiman
Allah, dan mencemooh ketika diminta untuk memperhatikan tanda-
tanda ketidakberkenanan-Nya, sungguh sangatlah menyedihkan. Siapa
yang akan menjadi pelayat-pelayat perkabungan di Sion jika mereka
sendiri yaitu para pencemooh? Amatilah,
I. Bagaimana orang-orang yang mencemooh ini membuai diri dalam
rasa aman yang bersifat kedagingan, dan bahkan menantang Allah
Yang Mahakuasa untuk melakukan yang dahsyat (ay. 15). Kamu
telah berkata: “Kami telah mengikat perjanjian dengan maut.” Mere-
ka merasa yakin akan keberlangsungan hidup mereka, sekalipun
penghakiman-penghakiman yang paling membinasakan sudah di-
nyatakan, seolah-olah mereka sudah mengadakan tawar-menawar
dengan maut, dengan pertimbangan yang mahal, untuk tidak
datang menjemput mereka sampai mereka menyuruhnya, atau
untuk tidak mengambil nyawa mereka dengan kekerasan apa pun,
selain karena usia tua. Jika kita berdamai dengan Allah, dan su-
dah mengadakan perjanjian dengan Dia, maka sebenarnya kita
sudah mengadakan perjanjian dengan maut bahwa ia akan da-
tang dalam waktu yang paling tepat, bahwa kapan saja ia datang,
itu tidak akan membuat kita ngeri, juga tidak akan benar-benar
504
mencelakai kita. Maut menjadi milik kita jika kita menjadi milik
Kristus (1Kor. 3:22-23). Tetapi sungguh sangat tidak masuk akal
jika kita sampai berpikir untuk berteman dengan maut, atau
bersekutu dengannya, sementara dengan dosa kita menjadikan
Allah sebagai musuh kita dan berperang melawan Dia. Sungguh
angkuh dan bodoh para pencemooh ini, “Biarpun cemeti berdesik-
desik dengan kerasnya melewati negeri kami, dan orang lain akan
jatuh karenanya, kami tidak akan kena, itu tidak akan meraih
kami, meskipun ia menjangkau jauh, tidak pula itu menjatuhkan
kami, meskipun cemeti itu berdesik-desik dengan keras.” Sung-
guh luar biasa bodoh tak terbayangkan jika para pendosa yang
tidak mau bertobat bisa berpikir bahwa entah di dunia ini atau di
dunia lain mereka akan bernasib lebih baik daripada sesama me-
reka. Tetapi sebenarnya, apa yang menjadi dasar kepercayaan me-
reka itu? Kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami.
Pantas saja. Hal-hal bohong yang mereka pakai sebagai perlin-
dungan mereka bisa berarti,
1. Segala sesuatu yang diberitahukan para nabi kepada mereka,
yang hanyalah kebohongan dan kepalsuan, tetapi mereka sen-
diri memandangnya sebagai pagar-pagar yang kokoh. Perlin-
dungan yang diberikan oleh berhala-berhala mereka, janji-janji
yang diberikan nabi-nabi palsu mereka untuk menenangkan
mereka, tindakan mereka yang bijak, kekayaan mereka, ke-
pentingan yang mereka miliki dalam orang banyak, semua hal-
hal inilah yang mereka andalkan, dan bukan Allah. Bahkan,
hal-hal itu mereka andalkan melawan Allah. Atau juga,
2. Hal-hal bohong dan dusta yang mereka lakukan terhadap mu-
suh, yang merupakan flagellum Dei – cambuk Allah, cambuk
atau bencana yang menghanyutkan. Mereka hendak melin-
dungi diri dengan melancarkan siasat-siasat perang mereka
terhadap musuh, atau berpura-pura menyerah dalam perjanji-
an damai. Kota-kota Yehuda lain yang tersisa dirampas karena
kota-kota itu bersikeras ingin bertahan. Tetapi para pemimpin
Yerusalem berharap untuk lebih berhasil. Mereka menganggap
diri sebagai politikus besar yang lebih hebat dari para politikus
di kota-kota lain. Mereka akan menyanjung raja Asyur dengan
janji untuk menyerahkan kota mereka, atau membayar upeti
kepadanya, tetapi pada saat yang sama bertujuan untuk
melepaskan kuk itu segera setelah bahaya yang mengancam
Kitab Yesaya 28:14-22
505
mereka berlalu, tidak peduli meskipun mereka nanti didapati
sebagai pembohong oleh raja itu, seperti yang diungkapkan
dalam Ulangan 33:29 (KJV). Perhatikanlah, siapa mencurangi
orang lain dan mengira sudah mendapat untung, ia sendiri
telah mencurangi diri sendiri. Orang yang mengejar maksud-
maksud mereka dengan berbuat curang dan menipu, dengan
cara-cara rendah dan hina, mungkin dapat mencapainya,
tetapi tidak bisa mengharapkan penghiburan di dalamnya. Ke-
jujuran yaitu kebijakan terbaik. Namun tempat perlindungan
seperti inilah yang menarik bagi orang-orang yang sudah
meninggalkan Allah, dan dengan begitu mereka melemparkan
diri sendiri keluar dari perlindungan-Nya.
II. Bagaimana Allah, melalui sang nabi, membangunkan mereka dari
tidur ini, dan menunjukkan kepada mereka kebodohan dari rasa
aman mereka.
1. Ia memberi tahu mereka atas dasar-dasar apa mereka bisa
aman. Ia tidak mengganggu keyakinan-keyakinan mereka yang
palsu, sebelum ia terlebih dahulu menunjukkan kepada mere-
ka dasar yang teguh yang di atasnya mereka dapat berpijak
(ay. 16): Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion
sebuah batu. Dasar ini yaitu ,
(1) Janji-janji Allah secara umum, yaitu firman-Nya, yang pa-
danya Ia sudah membuat umat-Nya berharap, dan juga
perjanjian-Nya dengan Abraham, bahwa Ia akan menjadi
Allah bagi Abraham dan keturunannya. Inilah dasar, dasar
batu, yang teguh dan abadi, yang di atasnya iman dapat
dibangun. Batu itu batu yang teruji, sebab semua orang
kudus sudah berdiam di atasnya dan batu itu tidak pernah
mengecewakan mereka.
(2) Janji tentang Kristus secara khusus. Sebab kepada Dialah
perkataan ini dengan jelas diterapkan dalam Perjanjian Baru
(1Ptr. 2:6-8). Dialah batu yang telah menjadi batu penjuru.
Janji agung tentang Mesias dan kerajaan-Nya, yang akan
dimulai di Yerusalem, sudah cartikel p untuk menenangkan
umat Allah di masa-masa terburuk. Sebab mereka tahu
betul bahwa sampai Ia datang tongkat kerajaan tidak akan
beranjak dari Yehuda. Sion akan terus ada sementara
506
dasar ini masih belum diletakkan di sana. “Beginilah firman
Tuhan ALLAH, untuk menghibur orang-orang yang tidak
berani membuat bohong sebagai perlindungan mereka,
lihatlah, dan pandanglah Aku sebagai Dia yang sudah me-
netapkan untuk meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah
batu.” Yesus Kristus yaitu dasar yang diletakkan Allah.
Hal itu terjadi dari pihak TUHAN. Kristus diletakkan di Sion,
di dalam jemaat, di atas bukit yang kudus. Dia yaitu batu
yang teruji, batu yang menguji (demikian menurut sebagian
orang), batu penguji, yang akan membedakan antara yang
benar dan yang palsu. Dia yaitu batu permata, sebab
itulah dasar-dasar dari Yerusalem Baru (Why. 21:19), batu
penjuru, yang di dalam Dia sisi-sisi bangunan menyatu,
batu penjuru utama. Dan siapa yang percaya pada janji-
janji ini, dan bersandar padanya, tidak akan gelisah, tidak
akan lari ke sana kemari dengan tergesa-gesa, seperti
orang yang kehabisan akal, tidak akan berpindah-pindah
ke sana kemari untuk mencari aman, tidak pula dikejar-
kejar kedahsyatan di mana juga ia melangkah, seperti yang
dikatakan tentang orang fasik (Ayb. 18:11). Sebaliknya,
dengan hati tetap ia akan menunggu dengan tenang apa
yang akan terjadi, sambil berkata, kusambut kehendak
Allah. Ia tidak akan gelisah dalam harapan-harapannya, se-
hingga mendahului waktu yang ditetapkan dalam putusan-
putusan ilahi. Sebaliknya, meskipun lama datangnya, ia
akan menunggu saat yang ditentukan, karena tahu bahwa
Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguh-
kan kedatangan-Nya. Orang yang percaya tidak akan geli-
sah dan terburu-buru, tetapi akan puas bahwa waktu Allah
yaitu waktu yang terbaik, dan menunggu dengan sabar
untuk itu. Rasul Petrus menjelaskan hal ini (versi Septua-
ginta, 1Ptr. 2:6). Siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan
dipermalukan. Harapan-harapannya tidak akan dikecewa-
kan, tetapi justru dipenuhi jauh melebihi yang diharapkan.
2. Sang nabi memberi tahu mereka bahwa atas dasar-dasar yang
di atasnya mereka membangun sekarang, mereka tidak bisa
aman. Sebaliknya, keyakinan-keyakinan mereka pasti akan me-
ngecewakan mereka (ay. 17): Keadilan menjadi tali pengartikel r,
dan kebenaran menjadi tali sipat. Ini menunjukkan tentang,
Kitab Yesaya 28:14-22
507
(1) Dibangunnya jemaat Allah. Setelah meletakkan dasarnya
(ay. 16), Allah akan mendirikan bangunannya, seperti yang
dilakukan tukang bangunan, dengan tali pengartikel r dan tali
sipat (Za. 4:10, KJV). Kebenaran akan menjadi tali pengartikel r
dan keadilan menjadi tali sipat. Jemaat, dengan didasarkan
pada Kristus, akan dibentuk dan diperbarui oleh Kitab
Suci, pedoman tetap bagi keadilan dan kebenaran. Hartikel m
akan kembali kepada keadilan (Mzm. 94:15). Atau,
(2) Dihartikel mnya musuh-musuh jemaat, yang untuk melawan
mereka Ia akan berbuat sesuai keadilan yang ketat, menurut
ancaman-ancaman dalam hartikel m Taurat. Ia akan memberi-
kan ganjaran yang pantas mereka dapatkan, dan menim-
pakan pada mereka penghakiman-penghakiman yang sudah
mereka tantang. Tetapi itu dilakukan dengan hikmat juga,
dan dengan aturan yang tepat, supaya ilalang tidak tercabut
dengan gandum. Dan apabila Allah datang seperti itu untuk
menghakimi,
[1] Orang-orang yang mencemooh ini akan dibuat malu
dengan semua harapan sia-sia yang dengannya mereka
sudah menipu diri. Pertama, mereka merancang untuk
membuat bohong sebagai perlindungan mereka. Tetapi
itu memang akan terbukti sebagai tempat perlindungan
bohong, yang akan disapu bersih oleh hujan batu, badai
hujan batu yang dibicarakan dalam ayat 2 itu. Orang
yang membuat bohong sebagai perlindungan mereka
membangun di atas pasir, dan bangunan itu akan run-
tuh ketika badai datang menerjang, dan mengubur
orang yang membangunnya dalam reruntuhannya.
Orang yang menjadikan apa saja selain Kristus sebagai
tempat persembunyian mereka akan mendapati bahwa
luapan air akan menghanyutkannya, seperti halnya
setiap tempat bernaung selain bahtera Nuh tertutupi
dan ditenggelamkan oleh air bah. Seperti itulah harapan
orang munafik. Ini akan terjadi kendati dengan keyakin-
an-keyakinannya. Kedua, mereka memegahkan perjanji-
an dengan maut, dan persetujuan dengan dunia maut.
Tetapi perjanjian itu akan ditiadakan, karena dibuat
tanpa persetujuan dari Dia yang memegang kunci dan
kuasa yang berdaulat atas neraka dan maut. Hanya
508
menipu diri sendiri orang yang berpikir bahwa dengan
tipu muslihat mereka dapat luput dari penghakiman-
penghakiman Allah. Ketiga, mereka berkhayal bahwa
apabila cemeti yang berdesik-desik dengan keras mele-
wati negeri mereka, itu tidak akan datang mendekat
kepada mereka. Tetapi sang nabi memberi tahu mereka
bahwa pada waktu itu, ketika orang lain jatuh karena
malapetaka yang menimpa semua, mereka tidak hanya
akan ikut berbagi di dalamnya, tetapi juga akan hancur
diinjak-injak olehnya: “Kamu akan menjadi baginya
barang untuk diinjak-injak. Cemeti itu akan menang
atas kamu sama seperti atas orang lain, dan kamu akan
menjadi mangsa yang empuk baginya.” Mereka diberi
tahu lebih jauh lagi (ay. 19),
1. Bahwa itu akan dimulai dari mereka. Jauh bagi mere-
ka untuk terhindar darinya, justru mereka akan men-
jadi yang pertama yang akan jatuh olehnya: “Seberapa
kali ia datang, ia akan menyeret kamu, seolah-olah ia
datang dengan tujuan untuk menyergap kamu.”
2. Bahwa cemeti itu akan terus mengejar-ngejar mere-
ka: “Pagi demi pagi ia akan datang. Begitu hari ber-
ganti hari, kamu akan mendengar tentang satu atau
lain kehancuran yang dibuat olehnya. Sebab keadil-
an ilahi akan mengikuti hantamannya. Kamu tidak
akan pernah aman atau tenang di siang hari atau-
pun di malam hari. Akan ada sampar berjalan dalam
kegelapan dan kehancuran yang merusak di siang
hari.”
3. Bahwa tidak ada yang bisa menghindar darinya:
“Mendengar kabar tentang mendekatnya bencana itu
tidak akan memberimu kesempatan sedikit pun un-
tuk melarikan diri, sebab tidak akan ada jalan ke-
luar yang terbuka. Sebaliknya, kamu hanya akan
gelisah tak berdaya, kamu melihat kedatangannya,
tetapi tidak melihat cara bagaimana kamu bisa me-
nolong dirimu sendiri.” Atau, “Kabar tentang ben-
cana yang masih jauh itu sendirilah yang akan
membuatmu ngeri. Jika beritanya saja sudah begitu,
bagaimana nanti bencananya?” Kabar-kabar buruk
Kitab Yesaya 28:14-22
509
menjadi kengerian dan kecemasan bagi para pence-
mooh, tetapi orang yang hatinya teguh, yang berha-
rap pada Allah, tidak takut terhadapnya. Sementara,
ketika datang cemeti yang berdesik-desik, semua
penghiburan dan keyakinan para pencemooh akan
mengecewakan mereka (ay. 20).
(1) Apa yang di dalamnya mereka menyangka dapat
beristirahat tidak bisa menjangkau tingginya ha-
rapan-harapan mereka: Tempat tidur akan ku-
rang panjang untuk dipakai membujurkan diri, se-
hingga orang terpaksa tidur mengkerut.
(2) Apa yang di bawahnya mereka menyangka dapat
bernaung ternyata tidak cartikel p untuk memenuhi
maksud itu: Selimut akan kurang lebar untuk di-
pakai menyelubungi diri. Orang-orang yang tidak
membangun di atas Kristus sebagai dasar mere-
ka, tetapi bersandar pada kebenaran mereka sen-
diri, pada akhirnya akan terbukti telah menipu
diri sendiri. Mereka tidak akan pernah bisa merasa
tenang, aman, atau hangat. Tempat tidur kurang
panjang, selimut kurang lebar. Seperti daun-daun
ara yang menutupi orangtua kita yang pertama, aib
ketelanjangan mereka akan tetap tampak.
[2] Allah akan dimuliakan dalam penggenapan putusan-
putusan-Nya (ay. 21). Ketika Allah turun untuk bersete-
ru dengan para pencemooh ini, pertama, Ia akan mela-
kukan perbuatan-Nya, dan mengerjakan pekerjaan-Nya.
Ia akan bekerja demi kehormatan dan kemuliaan-Nya
sendiri, sesuai tujuan-Nya sendiri. Pekerjaan itu akan
tampak bagi semua orang yang melihatnya sebagai
pekerjaan Allah yang merupakan Hakim yang adil di
bumi. Kedua, Ia akan melakukannya sekarang melawan
umat-Nya, seperti sebelumnya Ia melakukannya mela-
wan musuh-musuh mereka, yang melalui itu keadilan-
Nya akan tampak tidak berpihak. Sekarang Ia akan
bangkit melawan Yerusalem seperti, pada masa Daud,
melawan orang-orang Filistin di gunung Perasim (2Sam.
5:20), dan seperti, pada masa Yosua, melawan orang-
510
orang Kanaan di lembah dekat Gibeon. Jika orang-orang
yang mengaku sebagai anggota jemaat Allah, dengan
kesombongan dan sikap yang suka mencemooh, mem-
buat diri mereka seperti orang Filistin dan orang Kanaan,
mereka harus bersiap-siap untuk diperlakukan seperti
orang-orang itu. Ketiga, ini akan menjadi perbuatan-Nya
yang ganjil, pekerjaan-Nya yang ajaib, perbuatan-Nya
yang asing. Itu yaitu pekerjaan yang enggan dilakukan-
Nya: Ia lebih suka menunjukkan belas kasihan, dan tidak
dengan rela hati Ia menindas. Itu yaitu pekerjaan yang
tidak biasa Dia lakukan terhadap umat-Nya sendiri. Ia
melindungi mereka dan berkenan kepada mereka. Me-
mang pekerjaan yang aneh jika Ia berubah menjadi
musuh mereka dan berperang melawan mereka (63:10).
Itu yaitu pekerjaan yang akan membuat terheran-heran
semua negeri tetangga mereka (Ul. 29:24), dan karena itu
reruntuhan Yerusalem dikatakan sebagai keheranan (Yer.
25:18, KJV).
Yang terakhir, kita mendapati pelajaran dan penerapan dari semua-
nya ini (ay. 22): “Oleh sebab itu, janganlah kamu mencemooh. Jangan-
lah berani mengejek teguran-teguran firman Allah atau penghakiman-
penghakiman-Nya yang sudah dekat.” Mengejek para utusan Tuhan
yaitu dosa Yerusalem yang sudah memenuhi takaran. Permenungan
tentang penghakiman-penghakiman Allah yang akan menimpa orang-
orang munafik yang mengaku beragama haruslah berhasil membung-
kam para pencemooh, dan membuat mereka bersungguh-sungguh:
“Janganlah kamu mencemooh, supaya tali belenggumu jangan sema-
kin keras, baik tali yang dengannya kamu terbelenggu di bawah kua-
sa dosa” (sebab hanya ada sedikit harapan bagi para pencemooh un-
tuk bertobat) “maupun tali yang dengannya kamu terbelenggu untuk
penghakiman-penghakiman Allah.” Allah memiliki tali keadilan yang
cartikel p kuat untuk mengikat orang-orang yang mencerai-beraikan se-
mua tali hartikel m-Nya dan membuang semua kawat-Nya. Janganlah
para pencemooh ini menganggap remeh ancaman-ancaman ilahi, se-
bab sang nabi (sebagai salah seorang yang padanya tersimpan rahasia
Tuhan) meyakinkan mereka bahwa Tuhan Allah semesta alam, seperti
yang didengarnya, sudah memastikan kebinasaan atas seluruh bumi.
Jadi apakah mereka berpikir dapat terhindar? Atau ketidakpercayaan
mereka akan membuat ancaman itu tidak berlaku?
Kitab Yesaya 28:23-29
511
Bertani sebagai Keterampilan Ilahi
(28:23-29)
23 Pasanglah telinga dan dengarkanlah suaraku; perhatikanlah dan dengar-
kanlah perkataanku! 24 Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan
menyisir tanahnya untuk menabur? 25 Bukankah setelah meratakan tanah-
nya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh
gandum jawawut dan jelai kehitam-hitaman dan sekoi di pinggirnya? 26
Mengenai adat kebiasaan ia telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya. 27
Sebab jintan hitam tidak diirik dengan eretan pengirik, dan roda gerobak
tidak dipakai untuk menggiling jintan putih, tetapi jintan hitam diirik dengan
memartikel l-martikel lnya dengan galah, dan jintan putih dengan tongkat. 28 Apa-
kah orang waktu mengirik memartikel l gandum sampai hancur? sungguh tidak,
orang tidak terus-menerus memartikel lnya sampai hancur! Dan sekalipun
orang menjalankan di atas gandum itu jentera gerobak dengan kudanya,
namun orang tidak akan menggilingnya sampai hancur. 29 Dan ini pun da-
tangnya dari TUHAN semesta alam; Ia ajaib dalam keputusan dan agung
dalam kebijaksanaan.
Perumpamaan ini, yang diambil (seperti halnya banyak perumpama-
an dari Juruselamat kita) dari pekerjaan seorang petani, diperkenal-
kan dengan yang khidmat yang menuntut perhatian.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar, mendengar dan mengerti
(ay. 23).
I. Perumpamaan di sini cartikel p jelas, bahwa si petani bersusah pa-
yah dan berhati-hati dalam mengerjakan pekerjaannya, secundum
artem – menurut aturan, dan sebagaimana penilaiannya menuntun
dia, bekerja dengan memakai suatu cara dan mengikuti aturan.
1. Dalam membajak dan menabur: Setiap harikah orang mem-
bajak untuk menabur? Ya benar, dan ia membajak dalam
pengharapan dan mengirik dalam pengharapan (1Kor. 9:10).
Apakah dia mencangkul dan menyisir tanahnya? Ya benar, su-
paya tanah itu layak menerima benih. Dan setelah meratakan
tanahnya, bukankah ia menabur benihnya, benih yang sesuai
dengan tanahnya? Sebab petani tahu benih apa yang cocok
untuk tanah liat dan apa yang cocok untuk tanah berpasir,
dan sesuai dengan itu, ia menabur benih di tempatnya ma-
sing-masing, yaitu gandum di tempat utama (demikian dalam
tafsiran yang agak luas), sebab gandum yaitu biji utama, dan
makanan pokok di Kanaan (Yeh. 27:17), dan jelai kehitam-
hitaman (KJV: jelai di tempat yang ditentukan). Hikmat dan
kebaikan Allah atas alam haruslah dicermati dalam hal ini,
bahwa untuk membuat makhluk-Nya bersyartikel r atas berbagai
512
macam hasil bumi, Ia telah menyesuaikan bagi mereka
berbagai jenis tanah yang cocok.
2. Dalam mengirik (ay. 27-28). Ini juga dia sesuaikan dengan biji
yang akan diirik. Jintan hitam dan jintan putih, karena mudah
dikeluarkan dari kulit atau bulirnya, hanya diirik dengan ga-
lah dan tongkat. Tetapi gandum membutuhkan lebih banyak
tenaga, dan karena itu harus diirik dengan eretan pengirik,
godam berlapis besi, yang ditarik ke sana kemari, untuk me-
ngeluarkan gandumnya. Namun orang waktu mengirik tidak
memartikel l gandum sampai hancur, tidak pula mengirik lebih
lama daripada yang diperlukan untuk mengeluarkan gandum
dari sekam. Ia tidak akan menggilingnya sampai hancur, atau
remuk, dengan jentera gerobaknya, atau menggilingnya sam-
pai hancur menjadi butiran kecil dengan kudanya. Menggiling
gandum disimpan untuk pekerjaan lain. Amatilah, dalam hal
ini, bagaimana susahnya bukan saja untuk memperoleh, me-
lainkan juga untuk mempersiapkan makanan yang kita butuh-
kan. Namun demikian, bagaimanapun juga, itu yaitu makan-
an yang akan dapat binasa. Jadi haruskah kita menggerutu
karena harus berjerih payah lebih besar lagi untuk makanan
yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal? Gandum di-
remukkan. Kristus juga demikian. Tetapi TUHAN berkehendak
meremukkan Dia, supaya Ia menjadi roti hidup bagi kita.
II. Tafsiran dari perumpamaan itu tidak begitu jelas. Sebagian besar
penafsir menjadikannya sebagai jawaban lebih lanjut untuk
orang-orang yang menantang penghakiman-penghakiman Allah:
“Hendaklah mereka tahu bahwa sama seperti petani tidak akan
selalu membajak, tetapi pada akhirnya akan menaburkan benih-
nya, demikian pula Allah tidak akan selalu mengancam, tetapi
pada akhirnya akan melaksanakan ancaman-ancaman-Nya, dan
menimpakan kepada para pendosa segala penghakiman yang pan-
tas mereka dapatkan. Tetapi itu dilakukan dengan hikmat, dan
sebanding dengan kekuatan mereka, bukan supaya mereka han-
cur, melainkan supaya mereka diperbarui dan dipertobatkan
olehnya.” Tetapi saya berpendapat bahwa kita boleh lebih leluasa
lagi dalam menjelaskan perumpamaan ini.
1. Secara umum, bahwa Allah yang memberikan kebijaksanaan
ini kepada petani, tidak diragukan lagi, dengan sendirinya
Kitab Yesaya 28:23-29
513
bijak secara tak terhingga. Allah-lah yang mengajar adat ke-
biasaan dan memberi petunjuk kepada petani, sebagai Allahnya
(ay. 26). Para petani memerlukan kebijaksanaan untuk meng-
atur urusan-urusan mereka, dan tidak boleh melakukan pe-
kerjaan itu kecuali mereka memahaminya dalam kadar terten-
tu. Melalui pengamatan dan pengalaman, mereka harus ber-
usaha memperbaiki diri sendiri dalam pengetahuan tentang
hal itu. Oleh karena kebutuhan raja sendiri dipenuhi dari la-
dang, maka memajukan keterampilan bertani berarti memberi-
kan pelayanan umum kepada umat manusia lebih daripada
mengembangkan sebagian besar keterampilan lain. Keahlian si
petani berasal dari Allah, seperti halnya setiap pemberian yang
baik dan sempurna. Hal ini sedikit banyak mengangkat beban
dan kengerian dari hartikel man yang dijatuhkan atas manusia
karena dosa, bahwa ketika Allah, dalam melaksanakan hu-
kuman itu, menyuruh manusia untuk mengolah tanah, Ia
mengajarinya bagaimana melakukan itu dengan cara yang
paling menguntungkan baginya. Sebab kalau tidak, dalam
kebodohannya yang besar, ia bisa saja mengolah pasir di laut
untuk selamanya, bekerja tanpa hasil. Dialah yang memberi
manusia kemampuan untuk pekerjaan ini, kecenderungan
untuk itu, dan kesukaan di dalamnya. Dan jika sebagian
orang tidak dibentuk untuk itu oleh Pemeliharaan ilahi, dan
dibuat bersukacita (seperti Isakhar, sartikel para petani itu) di
tenda-tenda mereka, maka kendati dengan kerja keras dan
kelelahan dalam mengerjakan pekerjaan ini, kita akan segera
kekurangan penopang hidup. Jika ada sebagian orang yang
lebih berhati-hati dan bijaksana daripada yang lain dalam
mengelola pekerjaan ini atau pekerjaan apa saja, maka Allah
harus diakui di dalamnya. Dan kepada Dia para petani harus
meminta petunjuk dalam pekerjaan mereka, sebab mereka,
lebih daripada orang lain, bergantung secara langsung pada
Pemeliharaan ilahi. Adapun mengenai contoh lain dari apa
yang diperbuat petani dalam mengirik gandumnya, dikatakan,
ini pun datangnya dari TUHAN semesta alam (ay. 29). Bahkan
cara kerja pancaindra dan akal budi yang paling jelas sekali-
pun harus diakui sebagai datang dari Tuhan semesta alam.
Dan, jika oleh karena Dialah manusia melakukan hal-hal se-
cara bijaksana dan hati-hati, maka pasti kita perlu mengakui
514
Dia sebagai ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijak-
sanaan. Pekerjaan Allah dilakukan sesuai kehendak-Nya. Ia
tidak pernah bertindak menentang pikiran-Nya sendiri, seperti
yang sering dilakukan manusia, dan ada pertimbangan dalam
seluruh kehendak-Nya. Itulah sebabnya Ia agung dalam kebi-
jaksanaan, karena Ia ajaib dalam keputusan.
2. Jemaat Allah yaitu ladang-Nya (1Kor. 3:9). Jika Kristus ada-
lah pokok anggur yang benar, maka Bapa-Nya yaitu peng-
usahanya (Yoh. 15:1), dan Ia melalui firman dan ketetapan-
ketetapan-Nya terus-menerus mengolahnya. Setiap harikah
orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya, supaya
tanah itu menerima benih, dan tidakkah Allah melalui hamba-
hamba-Nya menyisir tanah baru? Bukankah pembajak, apa-
bila tanah sudah disesuaikan untuk benihnya, menaburkan
benih di tanah yang tepat? Ya benar, dan begitu pula Allah
yang akbar menaburkan firman-Nya melalui tangan hamba-
hamba-Nya (Mat. 13:19), yang bertugas membagi-bagikan fir-
man kebenaran dan memberi setiap orang bagiannya masing-
masing. Apa pun jenis tanah dari hati kita, ada satu atau lain
benih dalam firman Allah yang cocok untuknya. Dan, seperti
halnya firman Allah, demikian pula tongkat Allah digunakan
dengan demikian bijaknya. Penderitaan yaitu alat pengirikan
Allah, yang dirancang untuk melepaskan kita dari dunia, un-
tuk memisahkan kita dari sekam kita, dan untuk mempersiap-
kan kita supaya berguna. Dan berkenaan dengan penderitaan
ini, Allah akan memakainya jika itu dibutuhkan. Tetapi Dia
akan menyesuaikannya dengan kekuatan kita. Penderitaan itu
tidak akan lebih berat daripada yang diperlukan. Jika tongkat
dan galah sudah bisa memenuhi tujuan, Ia tidak akan meng-
gunakan roda gerobak dan kudanya. Dan kalaupun penderita-
an ini diperlukan, seperti untuk meremukkan gandum (yang
jika tidak demikian maka ia tidak akan bersih dari jerami),
maka Ia tidak akan selamanya mengiriknya, tidak akan selalu
menegur, tetapi kemarahan-Nya akan berlangsung hanya untuk
sesaat. Tidak pula Ia akan menginjak-injak dengan kaki tawan-
an-tawanan di dunia. Dan dalam hal ini kita harus mengakui
Dia sebagai ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijak-
sanaan.
PASAL 29
encana atas Ariel, yang kita dapati dalam pasal ini, sama dengan
“Ucapan ilahi terhadap lembah penglihatan” (22:1), dan (besar
kemungkinannya) mengacu pada peristiwa yang sama, yaitu penge-
pungan Yerusalem oleh pasukan Asyur, yang kemudian dimusnah-
kan di sana oleh seorang malaikat. Akan tetapi, hal ini juga cocok
diterapkan pada penghancuran Yerusalem oleh bangsa Kasdim, dan
penghancuran terakhir terhadap kota itu oleh bangsa Romawi. Di sini
terdapat,
I. Nubuat mengenai peristiwa itu, bahwa Yerusalem akan meng-
alami kesesakan besar (ay. 1-4, 6), tetapi para musuh yang
menyesakkan mereka akan dikacaukan dan dikalahkan (ay. 5,
7-8).
II. Teguran terhadap tiga jenis pendosa:
1. Orang-orang yang bebal, meskipun sang nabi memberi
mereka peringatan-peringatan (ay. 9-12).
2. Orang-orang yang hanya mementingkan hartikel m Taurat
secara lahiriah dan munafik dalam ibadah-ibadah agama-
wi mereka (ay. 13-14).
3. Para penguasa negara yang menyia-nyiakan dan lancang
menghina tindakan pemeliharaan Allah, serta berusaha
menyainginya dengan rancangan mereka sendiri (ay. 15-16).
III. Janji-janji kasih karunia dan belas kasihan yang berharga
bagi sisa umat yang akan dikuduskan Allah, dan yang di
dalam mereka Allah akan dikuduskan, saat para musuh dan
penganiaya mereka dilenyapkan (ay. 17-24).
B
516
Hartikel man bagi Ariel
(29:1-8)
1 Celakalah Ariel, Ariel, kota tempat Daud berkemah! Biarlah tahun demi tahun
perayaan-perayaan silih berganti! 2 Aku akan menyesakkan Ariel, sehingga
orang mengerang dan mengaduh, dan kota itu akan seperti perapian bagi-Ku. 3
Aku akan berkemah di segala penjuru mengepung engkau, dan akan membuat
tempat-tempat pengintaian untuk mengimpit engkau, dan akan mendirikan
pagar-pagar pengepungan terhadap engkau. 4 Maka engkau akan merendah-
kan diri dan engkau bersuara dari dalam tanah, perkataanmu kedengaran
samar-samar dari dalam debu; suaramu akan berbunyi seperti suara arwah
dari dalam tanah, dan perkataanmu akan kedengaran seperti bisikan dari da-
lam debu. 5 Akan tetapi segala pasukan lawanmu akan hilang lenyap seperti
abu halus, dan semua orang yang gagah sombong akan menjadi seperti sekam
yang melintas terbang. Sebab dengan tiba-tiba, dalam sekejap mata, 6 engkau
akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan
suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang me-
makan habis. 7 Maka segala pasukan bangsa-bangsa yang berperang melawan
Ariel, dan semua orang yang memerangi dia dan kubu pertahanannya dan
orang-orang yang menyesakkan dia akan seperti mimpi dan seperti penglihatan
malam-malam: 8 seumpama seorang yang lapar bermimpi ia sedang makan,
pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang
haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga, sesungguhnya ia masih
lelah, kerongkongannya masih dahaga, demikianlah halnya dengan segala
pasukan bangsa-bangsa yang berperang melawan gunung Sion.
Para ahli Alkitab sepakat bahwa Yerusalemlah yang disebut dengan
Ariel di sini, sebab itulah kota tempat Daud berkemah. Bagian dari
kota itu, yang disebut Sion, secara khusus merupakan kota Daud, di
mana bait Allah dan istananya terletak. Akan tetapi, mengapa tempat
itu dinamakan demikian, tidaklah pasti. Mungkin saja nama dan
alasan penyebutan itu dikenal luas pada masa itu. Kota-kota, seba-
gaimana orang-orang, juga diberi nama depan dan nama belakang.
Ariel berarti singa Allah, atau singa perkasa. Sebagaimana singa me-
rupakan raja dari segala binatang, begitu pulalah Yerusalem di
antara kota-kota, menguasai seluruh daerah di sekelilingnya. Kota itu
yaitu kota Raja Besar (Mzm. 48:1-3). Yerusalem merupakan ibukota
Yehuda, yang disebut sebagai anak singa (Kej. 49:9) dan dilambang-
kan dengan seekor singa, dan dia, yang merupakan singa milik sartikel
Yehuda, memang yaitu kemuliaannya. Yerusalem terkadang men-
jadi kengerian bagi bangsa-bangsa di sekelilingnya, dan ia tidak ha-
nya merupakan kota yang adil, tetapi juga pemberani bagaikan singa.
Beberapa orang mengartikan Ariel sebagai mezbah korban bakaran,
yang melahap hewan-hewan yang dikorbankan sebagaimana seekor
singa melahap mangsanya. Celakalah mezbah di kota tempat Daud
berkemah itu, yang dihancurkan bersama bait Allah oleh bangsa
Kasdim. Saya lebih suka mengartikannya sebagai celakalah Yerusa-
Kitab Yesaya 29:1-8
517
lem, Yerusalem. Di sini nama itu diulang dua kali, sebagaimana
dalam Matius 23:37, supaya peringatannya lebih mengejutkan orang.
Di sini terdapat,
I. Nubuat mengenai kesesakan Yerusalem. Meskipun Yerusalem
yaitu kota yang kuat, bagaikan singa, meskipun merupakan
kota yang suci, sebagai singa Allah, akan tetapi, jika pelanggaran
ditemukan di sana, celakalah kota itu. Yerusalem yaitu kota
tempat Daud berkemah. Dialah yang membawa kota itu ke puncak
kemuliaannya, dan menjadikannya sebagai perlambang dari umat
Injili, dan berdiamnya dia di sana merupakan perlambangan dari
diamnya Kristus di tengah-tengah umat-Nya. Hal ini disebutkan
untuk menegaskan betapa besarnya dosa Yerusalem, yaitu bahwa
ia memiliki kesaksian mengenai Israel dan kursi-kursi milik ke-
luarga raja Daud.
1. Hendaklah Yerusalem tahu bahwa segala ibadah agamawi
yang tampak dari luar saja tidak akan membuatnya luput dari
penghakiman Allah (ay. 1): “Biarlah tahun demi tahun silih ber-
ganti. Teruslah berjalan di jalan-jalan perayaan tahunanmu
itu, biarlah kaum lelakimu menampakkan diri tiga kali seta-
hun di hadapan Allah, dan tidak ada satu pun yang lalai, se-
suai dengan hartikel m dan adat, dan biarlah mereka tidak per-
nah melewatkan ibadah-ibadah khidmat itu. Biarlah mereka
menyembelih hewan-hewan kurban, sebagaimana kebiasaan
mereka. Akan tetapi, selama hidup mereka tidak diubahkan
dan hati mereka tidak direndahkan, janganlah mereka pikir
bisa meredakan hati Allah yang murka dan menjauhkan
amarah-Nya.” Perhatikanlah, orang-orang munafik bisa saja
didapati begitu tekun menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah
mereka dan hidup di dalamnya, serta memuji-muji diri sendiri
karena itu. Tetapi mereka tidak akan pernah menyenangkan
hati Allah atau merasa damai dengan-Nya.
2. Biarlah Yerusalem tahu bahwa Allah sedang mendatanginya
dengan rasa berang, bahwa dia akan dihampiri oleh Allah se-
mesta alam (ay. 6). Dosa-dosanya akan ditelaah dan dihartikel m.
Allah akan mengganjar mereka dengan penghakiman yang me-
ngerikan, dengan tanda-tanda menggentarkan dan kehancur-
an akibat perang yang mengenaskan, yang akan seperti guntur
dan gempa, puting beliung dan badai, dan nyala api yang me-
518
makan habis, terutama karena suara hebat yang ditimbulkan-
nya. Saat pasukan asing tidak ada di perbatasan, melainkan di
dalam wilayah mereka sendiri, mengaum dan membabi buta,
dan memusnahkan segalanya (terutama pasukan yang seperti
pasukan Asyur, yang para pemimpinnya demikian biadab,
seperti yang ditunjukkan oleh tindak tanduk juru minuman
agung, pasti para tentara bawahannya lebih sadis lagi dari-
pada itu), mereka mungkin bisa melihat Tuhan semesta alam
mendatangi mereka dengan guntur dan puting beliung. Akan
tetapi, karena peristiwa ini dikatakan menimbulkan suara
hebat, mungkin artinya mereka akan lebih merasa ketakutan
daripada benar-benar dicelakakan. Terutama karena,
(1) Yerusalem akan dikepung, dikepung dengan gencarnya.
Allah tidak berkata, Aku akan menghancurkan Ariel, me-
lainkan Aku akan menyesakkan Ariel. Karena itulah, Yeru-
salem digiring dalam kesesakan, sehingga dengan begitu
diingatkan untuk bertobat dan berubah, ia mungkin tidak
dibawa ke dalam kehancuran. Aku akan (ay. 3) berkemah di
segala penjuru mengepung engkau. Sebenarnya pasukan
musuhlah yang mengepung kota itu, tetapi Allah berkata
Dia-lah yang akan melakukannya, sebab pasukan musuh
itu yaitu tangan-Nya, Dia melakukannya melalui mereka.
Allah telah sering dan sudah lama, dengan bala tentara
malaikat-Nya, berkemah di sekeliling mereka untuk melin-
dungi dan menyelamatkan mereka, tetapi kini Dia berubah
menjadi musuh mereka dan berperang melawan mereka.
Pengepungan terhadap mereka yaitu karya-Nya, dan ben-
teng-benteng yang didirikan untuk melawan mereka yaitu
perbuatan tangan-Nya. Perhatikanlah, saat manusia meme-
rangi kita, kita harus melihat Allah menentang kita, di
dalam diri mereka.
(2) Yerusalem akan berduka melihat wilayahnya menjadi tan-
dus dan segala kota berkubu di Yehuda dikuasai oleh mu-
suh. Orang mengerang dan mengaduh (ay. 2), meratap dan
mengeluh, begitulah kedua kata tadi kadang-kadang diarti-
kan. Orang-orang yang paling riang biasanya yaitu yang
paling parah menanggung beban dan duka, saat mereka
ada dalam kesesakan. Tawa mereka berubah menjadi ra-
tapan. “Maka seluruh Yerusalem bagi-Ku akan menjadi se-
Kitab Yesaya 29:1-8
519
perti Ariel, seperti mezbah itu, dengan api di atasnya dan
korban-korban sembelihan di sekelilingnya.” Begitulah ke-
adaannya saat Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Kas-
dim, dan tidak diragukan lagi, banyak orang dibunuh se-
waktu kota itu dikepung oleh bangsa Asyur. “Seluruh kota
akan menjadi sebuah mezbah, di mana para pendosa yang
jatuh karena penghakiman yang menyebar luas, akan men-
jadi seperti korban keadilan ilahi.” Atau demikian, “Orang
mengerang dan mengaduh, mereka akan bertobat, berubah,
dan kembali kepada Allah, lalu kota itu akan menjadi seperti
Ariel bagi-Ku. Yerusalem akan seperti dirinya lagi, akan
menjadi Yerusalem bagi-Ku lagi, kota yang suci” (1:26).
(3) Kota itu akan direndahkan, dipermalukan, dan ditunduk-
kan (ay. 4): “Engkau akan merendahkan diri dari keangkuh-
an dan kelancanganmu yang tinggi itu, ke mana kau telah
terdampar. Rupa yang angkuh dan bahasa yang lancang
akan direndahkan oleh rangkaian tindakan pemeliharaan.”
Orang-orang yang menganggap hina penghakiman Allah
akan direndahkan oleh penghakiman itu, sebab para pen-
dosa yang terangkuh sekalipun akan bertekuk lutut atau
hancur di hadapan-Nya. Mereka sudah berkoar-koar som-
bong, sudah mengangkat tanduk tinggi-tinggi, dan berbicara
dengan bertegang leher (Mzm. 75:6), tapi kini engkau bersua-
ra dari dalam tanah, dari dalam debu, seperti suara arwah,
seperti bisikan dari dalam debu. Hal ini menegaskan,
[1] Bahwa mereka akan lemah dan lesu, tidak sanggup bi-
cara ataupun mengatakan semua yang ingin mereka ka-
takan, tetapi akan seperti orang sakit atau yang sema-
ngatnya sudah luluh lantak, sehingga bicara mereka
pun pelan dan terpatah-patah.
[2] Bahwa mereka merasa gentar, dan dalam kekhawatiran
besar, mereka pun terpaksa bicara pelan karena takut
musuh bisa mendengar dan memanfaatkannya untuk
melawan mereka.
[3] Bahwa mereka sudah kalah dan dipaksa tunduk pada
para penakluk. Saat Hizkia tunduk pada raja Asyur,
dan berkata, Aku telah berbuat dosa, apapun yang kau-
bebankan kepadaku akan kupikul (2Raj. 18:14), saat itu
perkataannya kedengaran samar-samar, dari dalam
520
debu. Allah sanggup membuat mereka yang tadinya
amat garang menjadi merangkak takut, dan melemah-
kan semangat mereka.
II. Kehancuran para musuh Yerusalem dinubuatkan, sebagai peng-
hiburan bagi semua orang yang merupakan teman-teman dan
yang menginginkan keselamatannya dalam kesesakan ini (ay. 5,
7): “Engkau akan merendahkan diri (ay. 4), bicara dari dalam
debu. Betapa rendahnya keadaanmu nanti. Akan tetapi,” (demi-
kianlah bisa diartikan), “segala pasukan lawanmu dan semua
orang yang gagah sombong, pasukan-pasukan musuh yang begitu
banyaknya, akan hilang lenyap seperti abu halus, sama sekali
tidak mampu berbicara, bahkan berbisik sekalipun, melainkan
akan menjadi seperti sekam yang melintas terbang. Engkau akan
direndahkan, tetapi mereka akan diserakkan, terpartikel l kalah dan
dihabisi dengan cara lain (27:7). Mereka akan lenyap dengan tiba-
tiba, dalam sekejap mata. Sang musuh akan terperanjat oleh
pemusnahan, dan engkau pun sama terperanjatnya oleh karena
keselamatan.” Pasukan Asyur dihantam sampai tewas seketika
oleh seorang malaikat, di tempat itu juga, dengan tiba-tiba, dalam
sekejap mata. Begitulah penghancuran terhadap para musuh Injil
Yerusalem. Dalam satu jam saja akan berlangsung penghakiman
mereka (Why. 18:10). Sekali lagi (ay. 6), “Engkau akan didatangi,
atau (sebagaimana biasa diungkapkan dulu) kota itu akan dida-
tangi dalam guntur dan suara hebat. Engkau akan dibuat ketakut-
an, tetapi akan segera pulih dari rasa itu. Tetapi (ay. 7) bangsa-
bangsa yang berperang melawannya akan seperti mimpi dan
penglihatan malam-malam. Mereka beserta kejayaan dan kemak-
muran mereka akan segera lenyap dan terlupakan.” Bangsa-bang-
sa yang melawan Sion akan menjadi selapar orang yang bermimpi
makan, tetapi sebenarnya masih kelaparan, yang artinya,
1. Mereka tadinya berharap untuk memangsa Yerusalem dan men-
jadikan diri mereka kaya dengan menjarah kota subur itu,
namun harapan mereka itu terbukti hanya khayalan kosong
belaka, yang mungkin saja sempat membuat mereka terbuai
sejenak, tetapi mereka akan kecewa. Mereka berangan-angan
hendak menguasai Yerusalem, tetapi tidak akan pernah berhasil.
2. Mereka sendiri, dan seluruh kemewahan dan kekuasaan, juga
kemakmuran mereka, akan lenyap bagaikan sebuah mimpi
Kitab Yesaya 29:9-16
521
saat orang terbangun, hina dan fana (Mzm. 73:20). Bagaikan
impian ia melayang hilang (Ayb. 20:8). Pasukan Sanherib
hilang dan lenyap begitu saja, meskipun tadinya mereka me-
menuhi negeri itu bagaikan mimpi yang memenuhi kepala
seseorang, seperti mimpi mengenai makanan yang memenuhi
kepala orang yang tertidur dalam keadaan lapar. Banyak orang
yang mengartikan ayat-ayat ini sebagai bagian dari ancaman
mengenai murka Allah, saat dia menghampiri Yerusalem un-
tuk menyesakkan dan mengepungnya.
(1) Segenap kawan-kawannya, kepada siapa dia bergantung
untuk mendapatkan pertolongan, tidak akan berdaya, se-
bab sekalipun mereka hebat, mereka akan menjadi seperti
abu halus dan lenyap seketika.
(2) Musuh-musuhnya akan menindas mereka tanpa ampun,
tetapi saat mereka sudah melahapnya habis, mereka tetap
saja bagaikan seorang yang mimpi makan, masih lapar,
dan tetap bernafsu untuk terus melahapnya.
Ancaman-ancaman terhadap Yehuda
(29:9-16)
9 Tercengang-cenganglah, penuh keheranan, biarlah matamu tertutup, buta
semata-mata! Jadilah mabuk, tetapi bukan karena anggur, jadilah pusing,
tetapi bukan karena arak! 10 Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur nye-
nyak; matamu – yakni para nabi – telah dipejamkan-Nya dan mukamu--yaitu
para pelihat – telah ditudungi-Nya. 11 Maka bagimu penglihatan dari semua-
nya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada
orang yang tahu membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia
akan menjawab: “Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai”; 12 dan apabila
kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan menga-
takan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat mem-
baca.” 13 Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat
dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya
menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia
yang dihafalkan, 14 maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula
hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat
orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang
arif akan bersembunyi.” 15 Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-da-
lam rancangannya terhadap TUHAN, yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi da-
lam gelap sambil berkata: “Siapakah yang melihat kita dan siapakah yang me-
ngenal kita?” 16 Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah
liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat
berkata tentang yang membuatnya: “Bukan dia yang membuat aku”; dan apa
yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: “Ia tidak tahu apa-apa”?
522
Di sini,
I. Sang nabi terpana menyaksikan kebebalan sebagian besar bangsa
Yahudi. Mereka memiliki kaum Lewi, yang mengajarkan akal budi
yang baik dalam melayani Tuhan dan didartikel ng oleh Hizkia untuk
melakukan itu (2Taw. 30:22). Mereka juga memiliki para nabi,
yang menyampaikan pesan-pesan dari Allah secara langsung, dan
menerangkan kepada mereka apa yang menjadi penyebab dan
juga dampak dari ketidaksenangan Allah terhadap mereka. Nah,
pastinya orang akan mengira, memang bangsa yang besar ini,
yang memiliki seluruh keuntungan pewahyuan ilahi, yaitu umat
yang bijaksana dan berakal budi (Ul. 4:6). Namun, aduh! Mereka
malah sebaliknya (ay. 9). Sang nabi mengarahkan dirinya pada
bagian dari mereka yang masih bisa berpikir, mengimbau mereka
supaya tergugah dengan kelalaian rekan senegeri mereka. Mung-
kin bisa diartikan begini, “Mereka berlama-lama, menunda-nunda
pertobatan mereka, tetapi hendaknya kamu bertanya-tanya meng-
apa mereka begitu bebal. Mereka beria-ria dengan angan-angan
kosong mereka. Mereka membuat keributan dan berpesta pora.
Akan tetapi hendaknya kamu berseru, meratapi kebodohan mere-
ka, menangis pada Allah melalui doa bagi mereka. Semakin mere-
ka tidak merasakan tangan Allah yang menjulur melawan mereka,
hendaknya semakin bersungguh-sungguhlah kamu mencamkan
ini dalam hatimu.” Perhatikanlah, perasaan aman para pendosa
untuk terus hidup di jalan mereka yang penuh dosa sudah pantas
diratapi dan dipikir-pikirkan oleh orang-orang yang hidup dalam
kesungguhan hati nurani, yang seharusnya berpikir sudah men-
jadi kewajiban mereka untuk berdoa bagi orang-orang yang tidak
mendoakan diri mereka sendiri. Tetapi apa gerangan masalahnya?
Apa yang membuat kita harus berpikir terheran-heran?
1. Kita mungkin terperangah melihat kebanyakan orang begitu
bebal dan keji, begitu hanyut dalam hawa nafsu, seolah-olah
mereka sudah diracuni: mereka mabuk, tetapi bukan karena
anggur (bukan hanya karena anggur, meskipun mereka sering
mabuk olehnya), dan mereka kacau oleh anggur (28:7). Mereka
dimabuk oleh kegemaran akan kenikmatan, oleh prasangka-
prasangka terhadap agama, dan oleh asas-asas bobrok yang
telah merasuki mereka. Seperti juga orang-orang yang mabuk,
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat atau katakan,
Kitab Yesaya 29:9-16
523
juga tidak tahu ke mana mereka melangkah. Mereka tidak
peka terhadap teguran-teguran ilahi yang sedang menindih
mereka. Orang memartikel l aku, tetapi aku tidak merasa sakit,
tutur si pemabuk (Ams. 23:35). Allah berbicara kepada mereka
sekali, bahkan dua kali, tetapi, seperti orang mabuk, mereka
tidak memperhatikan perkataan-Nya, tidak memahaminya,
melainkan melupakan hartikel m-Nya. Mereka terhuyung-huyung
dalam kata hati mereka, goyah dan limbung, dan tersandung-
sandung oleh segala hal yang ada di hadapan mereka.
Begitulah juga yang terjadi dengan kemabukan rohani.
2. Rasanya bahkan lebih janggal lagi karena Allah membuat mere-
ka tidur nyenyak dan memejamkan mata (ay. 10), bahwa Dia
yang menyuruh mereka terjaga dan membuka mata malah
membuat mereka tertidur dan memejamkan mata. Tetapi ini
merupakan cara penghakiman yang adil, untuk menghartikel m
mereka karena mereka lebih menyukai kegelapan daripada
terang, lebih suka terlelap. Saat Allah memanggil mereka mela-
lui para nabi-Nya, mereka berkata, tidur sebentar lagi, mengan-
tuk sebentar lagi. Karena itulah Dia pun menyerahkan mereka
ke dalam angan-angan yang dalam dan bersabda, tidurlah
sekarang. Hal ini berlaku atas orang-orang Yahudi yang tidak
percaya, yang menolak Injil Kristus, dan tegar tengkuk dalam
ketidakpercayaan mereka, sampai murka datang menghabisi
mereka. Allah membuat mereka tidur nyenyak (Rm. 11:8). Jadi
patutlah bagi kita untuk merasa takut, karena begitulah mala-
petaka yang akan menimpa banyak orang yang hidup di
tengah-tengah cahaya Injil.
3. Sungguh menyedihkan bahwa hal ini justru menimpa orang-
orang yang masa itu menjadi nabi-nabi, para penguasa, dan
pelihat mereka, orang-orang yang seharusnya menjadi penun-
tun mereka malah mereka sendiri justru buta. Mudah ditebak
malapetaka apa yang akan terjadi saat orang buta menuntun
orang buta. Ini digenapi di hari-hari terakhir jemaat Yahudi,
saat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat, serta penatua-
penatua kaum itu, menjadi penentang sengit Kristus dan Injil-
Nya, dan terseret dalam sikap main hakim sendiri.
4. Akibat yang menyedihkan dari semua ini yaitu kenyataan
bahwa segenap sarana untuk diinsafkan, pengetahuan, dan
kasih karunia yang mereka nikmati akhirnya tidaklah mem-
524
beri hasil apa-apa, dan tidak mencapai sasarannya (ay. 11-12):
“Penglihatan dari semua nabi, baik nabi sungguhan maupun
nabi palsu, bagimu telah menjadi seperti isi sebuah kitab, atau
surat, yang termeterai. Kamu tidak bisa mencerna kebenaran
dari penglihatan-penglihatan yang sesungguhnya dan kepalsu-
an dari penglihatan-penglihatan yang palsu.” Atau, setiap
penglihatan yang secara khusus telah dilihat oleh sang nabi
ini bagi mereka dan telah dikumandangkannya kepada mere-
ka, tidak bisa dipahami artinya. Mereka memilikinya di antara
mereka, tetapi tidak pernah cartikel p berhikmat untuk mema-
hami penglihatan itu, tidak lebih dari seorang manusia (meski-
pun dia merupakan cendekiawan yang cakap) yang menerima
bartikel yang termeterai, yang meterainya tidak boleh dia buka.
Dia bisa melihat bahwa benda itu yaitu sebuah bartikel , dan
hanya itu saja. Dia tidak mengetahui isinya sedikit pun. Begi-
tulah mereka pun tahu bahwa apa yang dikatakan Yesaya me-
rupakan penglihatan dan nubuat, tetapi maknanya disembu-
nyikan dari mereka. Perkataan Yesaya hanya gaung kata-kata
saja bagi mereka, dan mereka sama sekali tidak tergugah
karenanya atau terpengaruh olehnya. Perkataan itu tidak men-
capai sasarannya, sebab sama sekali tidak dicamkan oleh mere-
ka. Baik kaum terpelajar maupun kaum tidak terpelajar sama-
sama tidak peka terhadap pesan-pesan yang dikirimkan Allah
kepada mereka melalui para nabi hamba-hamba-Nya, atau ber-
keinginan untuk memahaminya. Kaum awam beralasan bahwa
mereka tidak memperhatikan perkataan para nabi karena
mereka kurang berpendidikan, seolah-olah mereka tidak peduli
untuk mengetahui dan menjalankan kehendak Allah karena
mereka bukanlah kaum terpelajar: Hal itu tidak ada artinya
buatku sebab aku tidak bisa membaca. Orang-orang yang lebih
tinggi kedudukannya berdalih bahwa gaya bicara sang nabi
janggal, sehingga tidak jelas bagi mereka, dan mereka tidak
terbiasa dengan hal itu, sekalipun mereka terpelajar. Dan me-
mang, Si non vis intelligi, debes negligi – Jika engkau memang
tidak mau dipahami, kau layak diabaikan. Kedua dalih tadi
benar-benar tidak beralasan, sebab para nabi Allah tidak per-
nah mengingkari utang mereka baik kepada orang terpelajar,
maupun kepada orang tidak terpelajar (Rm. 1:14). Atau kita
bisa mengartikannya demikian: Kitab nubuat diberikan ke-
Kitab Yesaya 29:9-16
525
pada mereka dalam keadaan termeterai, supaya mereka tidak
bisa membacanya, sebagai penghartikel man yang adil terhadap
mereka, sebab sebelumnya kitab itu sudah sering diberikan
kepada mereka dalam keadaan terbuka, dan mereka tidak sudi
berusaha memahami bahasanya, lalu menolak membacanya
dengan alasan mereka tidak bisa membaca. Tetapi perhatikan-
lah, “Penglihatan itu menjadi demikian bagi kamu yang pikir-
annya sudah dibutakan ilah dunia ini, tetapi penglihatan itu
sendiri tidaklah demikian, tidak demikian bagi semua orang.
Penglihatan yang sama yang bagimu merupakan bau kematian
yang mematikan, akan menjadi bau kehidupan yang meng-
hidupkan bagi orang lain.” Pengetahuan mudah dicerna oleh
orang yang memahaminya.
II. Sang nabi, dengan nama Allah, mengancam orang-orang yang ha-
nya mementingkan hartikel m Taurat secara lahiriah dan munafik
dalam melangsungkan ibadah mereka (ay. 13-14). Perhatikanlah
di sini,
1. Dosa yang dituduhkan kepada mereka di sini, yaitu tidak
tulus terhadap Allah dalam melakukan ibadah rohani mereka
(ay.13). Dia yang mengetahui hati dan tidak bisa diperdayai
dengan sikap pamer dan kepura-puraan, mendakwakan dosa
itu terhadap mereka, terlepas apakah hati mereka menuduh
mereka karena itu atau tidak. Dia yang lebih besar dari hati,
dan mengetahui segala sesuatu, tahu bahwa meskipun mereka
memuliakan-Nya dengan bibir mereka, mereka bukanlah pe-
nyembah yang tulus. Menyembah Allah artinya mendekat ke-
pada-Nya dan menyampaikan kekaguman kita kepada-Nya.
Menyembah-Nya yaitu datang mendekat kepada-Nya seba-
gaimana orang yang memang hendak berjumpa dengan-Nya,
dengan maksud menghormati-Nya. Inilah yang harus kita laku-
kan dengan mulut dan bibir kita, saat berbicara tentang Dia dan
berbicara kepada-Nya. Kita harus mempersembahkan pengaku-
an kita (Hos. 14:3). Saat hati dipenuhi oleh kasih dan rasa takut
terhadap-Nya, maka dari kelimpahan itulah mulut akan ber-
kata-kata. Tetapi ada banyak orang yang ibadahnya hanya di
mulut saja. Mereka mengatakan hal-hal yang mengungkapkan
rasa dekat kepada Allah dan kekaguman terhadap-Nya, tetapi
semuanya hanyalah di bibir saja. Sebab,
526
(1) Mereka tidak menaruh pikiran mereka dalam ibadah itu.
Saat mereka pura-pura berbicara kepada Allah, mereka
sebenarnya memikirkan ribuan kelancangan: Hati mereka
menjauh dari pada-Ku, sehingga tidak dilibatkan dalam doa
ataupun berada dalam jangkauan firman. Saat pekerjaan
harus dilangsungkan bagi Allah, yang membutuhkan hati,
hati mereka malah dijauhkan dengan sengaja, di bawah
pengawasan mata orang bebal, menjauh ke ujung dunia.
(2) Mereka tidak menjadikan firman Allah sebagai aturan da-
lam penyembahan mereka, ataupun kehendak-Nya sebagai
alasan mereka melakukannya: ibadah mereka kepada-Ku
hanyalah perintah manusia yang dihafalkan. Mereka me-
nyembah Allah Israel, bukan berdasarkan ketetapan-Nya,
melainkan berdasarkan rekaan mereka sendiri, menurut
petunjuk nabi-nabi palsu mereka, atau raja-raja mereka
yang menyembah berhala, atau kebiasaan-kebiasaan bang-
sa-bangsa yang ada di sekeliling mereka. Tradisi para pena-
tua mereka lebih berharga dan sah daripada hartikel m yang
diberikan Allah kepada Musa. Atau, jika mereka menyem-
bah Allah dengan cara yang sesuai dengan arahan-Nya di
zaman Hizkia, sang pembaru rohani yang agung itu, mere-
ka melakukannya dengan mata yang lebih tertuju pada
perintah sang raja daripada perintah Allah. Hal ini juga
yang dikecam oleh Juruselamat kita terhadap bangsa
Yahudi di zaman-Nya, yang hanya mementingkan hartikel m
Taurat secara lahiriah dalam melaksanakan ibadah mereka
dan dicampurkan dengan rekaan mereka. Karena itulah
Yesus menegaskan bahwa sia-sia sajalah mereka menyem-
bah Allah (Mat. 15:8-9).
2. Penghakiman rohanilah yang diancamkan Allah untuk dila-
yangkan kepada mereka sebagai hartikel man atas kejahatan
rohani mereka (ay. 14): Aku akan melakukan pula hal-hal yang
ajaib. Mereka memang melakukan satu hal